Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2015 Vol. 4 No.1 Hal : 39-48 ISSN 2302-6308
Available online at: http://umbidharma.org/jipp E-ISSN 2407-4632
PERBANDINGAN STRUKTUR PENGELUARAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI PADA BERBAGAI TIPOLOGI LAHAN RAWA LEBAK (Comparison of Household Expenditure Structure of Farmers in Land Typology Various Swampy) Nasir1*, Imron Zahri2, Andy Mulyana2, Yunita2 1Program
Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang Studi Doktor Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Kapten Marzuki No. 2446 Kamboja Palembang 30129Telp: 0711-378387 *Korespondensi:
[email protected]
2Program
Diterima: 12 Maret 2015 / Disetujui: 20 April 2015 ABSTRACT The studi aims to: (1) analyze the structure of household expenditures farmers on various types typology lowland swampy land, (2) comparing the level of welfare of farmer households at various typology lowland swampy land. The study used a survey method with the number of respondents as many as 222 farmers in Ogan Ilir district and Ogan Komering Ilir. Data were analyzed use tabulation and described descriptively. The results showed that most of the household income of farmers in lowland swamp land used for food consumption. with details of farmer households swamp land shallow amount Rp. 9,504,089 (54.18%), farmer households swamp land mid amount Rp. 9,818,490.3 (49%) and farmer households swamp land deepest amount Rp. 9,019,668.0 (56,57%). Household income of farmers mostly used for food consumption with the details: farmer households swamp land shallow amount Rp. 4.866.708,0 (29,69%), farmer households swamp land mid amount Rp. 5.541.380,0 (27,6%) and farmer households swamp land deepest amount Rp. 3.200.947,0 (20,07%). The proportion of household expenditure is high for the consumption of food shows the level of welfare of farmer households is still low. Judging from comparation the composition of expenditure, Households that have the of best welfare is farmer on swamp middle land, then followed the farmer households in swamp shallow land, and the Lowest is in the farmer Households in the Swamp land deepest. Keywords: consumption, investment, savings, welfare. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis struktur pengeluaran rumah tangga petani padi pada berbagai jenis tipologi lahan lebak, (2) membandingkan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani pada berbagai tipologi lahan rawa lebak. Penelitian menggunakan metode survei dengan jumlah responden 315 petani di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir. Data dianalisis secara tabulasi dan dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan rumah tangga petani pada lahan rawa lebak digunakan untuk konsumsi pangan, dengan rincian lebak pematang sebesar Rp. 9.504.089 (54,18%), lebak tengahan sebesar Rp. 9.818.490,3 (49%) dan lebak dalam sebesar Rp. 9.019.668,0
40
NASIR ET AL.
JIPP
(56,57%). Pendapatan rumah tangga petani sebagian besar digunakan untuk konsumsi pangan dengan rincian: rumah tangga lebak pematang Rp. 4.866.708,0 (29,69%), rumah tangga lebak tengahan Rp. 5.541.380,0 (27,6%) dan rumah tangga lebak dalam sebesar Rp. 3.200.947,0 (20,07%). Proporsi pengeluaran rumah tangga yang tinggi untuk konsumsi khususnya bahan pangan menunjukan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani masih rendah. Dilihat dari perbandingan komposisi pengeluaran maka rumah tangga yang memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih adalah lebak tengahan, lalu disusul lebak pematang dan terakhir lebak dalam. Kata kunci:konsumsi, investasi, tabungan, kesejahteraan. PENDAHULUAN Semakin menurunnya kemampuan lahan subur dalam penyediaan pangan, maka keberadaan lahan suboptimal seperti rawa lebak memiliki peran yang sangat penting dalam membantu memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat. Seiring dengan peningkatan pengembangan lahan rawa lebak untuk penyediaan pangan menyebabkan peran rumah tangga petani yang mengusahakan tipe lahan tersebut semakin penting karena merupakan pelaku utama yang mengusahakan tanaman padi di lahan rawa lebak. Peran rumah tangga petani lebak dalam penyediaan pangan didukung oleh beberapa faktor, yaitu: masih luasnya lahan rawa lebak yang dapat digunakan untuk pengembangan tanaman padi, juga didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang dapat digunakan untuk pengembangan tanaman padi. Rumah tangga petani selain memiliki peran yang penting dalam penyediaan bahan pangan, juga menghadapi banyak permasalahan khususnya yang terkait dengan pengembangan usahatani. Kondisi lahan yang marjinal dengan kondisi tipologi yang beragam, tingkat kesuburan yang rendah, serta hanya dapat diusahakan satu musim tanam pertahun. Kondisi lahan yang marjinal dengan tingkat kesuburan yang rendah menyebabkan produktivitas lahan juga rendah, sedangkan kondisi lahan yang sangat tergantung dengan musim penghujan menyebabkan lahannya hanya dapat diusahakan satu
musim tanam pertahun sehingga pendapatan rumah tangga ini masih rendah. Pendapatan rumah tangga dalam jangka panjang akan menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi di lahan rawa lebak. Dilihat dari tipologi lahan yang beragam maka tingkat kesejahteraan rumah tangga yang mengusahakan berbagai jenis tipe lahan juga berbeda. Kesejahteraan merupakan ukuran penting yang menunjukkan kondisi ekonomi rumah tangga petani. Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan keluarga adalah melalui struktur pengeluaran rumah tangga. Rumah tangga dengan pangsa pengeluaran pangan yang lebih tinggi tergolong rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan relaitf rendah dibandingkan dengan rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan yang rendah. (Rachman 2001 dalam Agustin 2012). Setiap rumah tangga memiliki pola konsumsi yang berbeda. Pola konsumsi rumah tangga ini dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan pendapatan rumah tangga serta kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan pangsa konsumsi makanan yang besar menunjukkan bahwa kemampuan rumah tangga tersebut hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Rumah tangga dengan pangsa konsumsi non makanan yang besar menunjukkan bahwa rumah tangga tersebut dapat mencukupi kebutuhan makan anggota keluarganya
Vol. 4, 2015 sehingga dapat membeli kebutuhan lainnya yang tergolong non makanan (Agustin dan Adi Sasana, 2012). Perbedaan struktur pengeluaran rumah tangga petani akan sangat penting untuk mengetahui perbandingan tingkat kesejahteraan petani yang mengusahakan padi pada tipologi yang berbeda. Perbandingan akan penting untuk menentukan prioritas kebijakan yang diperlukan untuk perbaikan ekonomi rumah tangga petani padi di lahan rawa lebak. Berdasarkan alasan tersebut sangat menarik untuk dilaksanakan analisis perbandingan struktur pengeluaran rumah tangga petani padi pada berbagai tipologi lahan rawa lebak. Melalui analisis ini dapat diketahui tingkat kesejahteraan petani pada berbagai tipologi lahan yang mengusahakan padi sehingga dapat diketahui petani yang dapat diprioritaskan untuk dikembangkan. Permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah struktur pengeluaran rumah tangga petani yang mengusahakan lahan rawa lebak pematang, tengahan dan dalam, dan (2) Bagaimana perbandingakan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani yang mengusahakan padi pada berbagai tipologi lahan yang berbeda. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk: 1) menganalisis struktur pengeluaran rumah tangga petani padi pada berbagai jenis tipologi lahan yag berbeda, yaitu: lebak pematang, tengahan dan dalam, 2) membandingkan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani yang mengusahakan padi pada berbagai jenis lahan yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan keilmuan, khususnya yang terkait dengan perilaku konsumsi rumah tangga petani padi dilihat dari struktur pengeluaran rumah tangga petani dan sebagai dasar pembuatan kebijakan peningkatan ke-
Perbandingan Struktur Pengeluaran
41
sejahteraan pemerintah petani padi di lahan rawa lebak Provinsi Sumatera Selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan kedua kabupaten ini merupakan wilayah yang memiliki lahan rawa lebak terluas di Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari Bulan Maret sampai Mei 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung terhadap petani. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini, seperti: Kantor Pemerintah Kecamatan, Dinas Pertanian, dan instansi lain yang menunjang penelitian ini. Responden pada penelitian ini adalah rumah tangga yang melaksanakan usahatani di lahan rawa lebak. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan stratified random sampling non proportional dengan membagi populasi petani ke dalam tiga strata, yaitu: lebak pematang, tengahan dan dalam.Jumlah sampel pada lebak pematang sebanyak 105 orang atau 15,71 persen dari 668 orang petani, lebak pematang sebanyak 105 orang atau 9,21 persen dari 1.140 orang petani dan lebak dalam sebanyak 105 orang atau 33.98 persen dari 309 orang petani. Data yang dikumpulkan di lapangan diolah secara tabulasi dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu untuk menganlsisi struktur pengeluaran dilakukan tabulasi dan dilakukan analisis secara secara deskriptif. Untuk menjawab permasalahan kedua yaitu membandingkan tingkat kesejahteraannya dilakukan dengan membandingkan
42
NASIR ET AL.
struktur pengeluaran rumah tangga petani padi pada lahan rawa lebak. HASIL Pengeluaran rumah tangga secara umum terbagi menjadi pengeluaran untuk konsumsi dan investasi. Pengeluaran untuk konsumsi terbagi menjadi konsumsi pangan dan non pangan, sedangkan pengeluaran untuk investasi terbagi menjadi investasi pendidikan dan kesehatan, investasi yang bersifat produktif serta tabungan. Pengeluaran rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi. Pengeluaran konsumsi terbesar terdapat pada rumah tangga lebak tengahan, sedangkan dilihat dari proporsi pengeluaran untuk konsumsi terdapat pada rumah tangga petani yang mengusahakan lebak pematang sebesar 84,85 persen, lebak tengahan 76,6 persen dan lebak dalam 81,49 persen. Dilihat dari persentase pengeluaran rumah tangga petani tersebut, terlihat bahwa sebagian besar pendapatan rumah tangga petani digunakan untuk pengeluaran konsumsi pangan pada masing-masing jenis lebak. Proporsi pengeluaran pangan tertinggi terdapat rumah tangga yang mengusahakan lebak dalam sebesar 60.15, lebak pematang sebesar 54,18 persen dan lebak tengahan sebesar 49 persen.Rincian pengeluaran rumah tangga petani dan perbandingan struktur pengeluaran rumah pada ketiga jenis rawa lebak ditampilkan pada Tabel 1 dan 2.
JIPP PEMBAHASAN Sebagai unit ekonomi yang berperilaku sebagai konsumen, anggota rumah tangga petani padi di lahan rawa lebak masih bersifat “rasional” dengan berupaya untuk memaksimumkan penggunaan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga petani.Berdasarkan jenis lahan lebak yang diusahakan rumah tangga petani terbagi menjadi tiga yaitu: petani lebak pematang, lebak tengahan dan lebak dalam. Perbedaan ketiga jenis lebak ini menyebabkan adanya perbedaan pendapatan yang pada akhirnya juga berpengerah terhadap adanya perbedaan jumlah pengeluaran rumah tangga. Hubungan antara pendapatan dan pengeluaran dinyatakan oleh Parkin (1993) yang mendukung teori ahli lainnya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin yang paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsum-si hanya dua, yaitu pendapatan disposibel (disposible income) dan pengharapan terhadap pendapatan dimasa yang akan datang (expectedf uture income). Tingginya proporsi pengeluaran untuk konsumsi pangan juga selaras dengan hasil penelitian Susila (2004), yang melaksanakan penelitian tentang keputusan produksi dan konsumsi rumah tangga petani padi di Jawa Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 91,10 persen pendapatan rumah tangga petani padi provinsi digunakan untuk konsumsi dan sisanya digunakan untuk tabungan dan investasi. Dari jumlah tersebut sebagian besar yaitu 61,16 persen digunakan untuk konsumsi pangan sedangkan sisanya yaitu 29,94 persen digunakan untuk konsumsi non pangan.
Vol. 4, 2015
Perbandingan Struktur Pengeluaran
43
Tabel 1 Pengeluaran rumah tangga petani pada berbagai tipologi lahan rawa lebak No A. 1.
2.
B. 1. 2. 3.
Jenis Pengeluaran (Rp/tahun) Konsumsi Pangan Karbohidrat Protein Vitamin&Mineral Pangan lainnya
Pematang Jumlah
%
4.255.209,0 3.641.070,3 449.285,7 1.158.524,0
44,77 38,31 4,72 12,18
Jumlah 9.504.089,0 Non Pangan Pakaian 753.479,5 Bahan bakar, air, 1.587.022,50 listrik dan gas Bahan 2.765.784,0 Pembersih, kosmetika Komunikasi dan 274.619,0 sosial Jumlah 5.380.905,0 Investasi dan Tabungan Pendidikan & 1.867.429,0 kesehatan Investasi 84.761,0 Produktif Tabungan 703.833,0 Jumlah 2.656.023,0 Pengeluaran 17.541.017,0 Total
54,18
Tipe lahan Tengahan Jumlah % 4.779.725,0 3.132.302,0 575.714,3
Dalam Jumlah
%
48,68 31,90 5,86 13,55
4.258.654,0 3.051.050,0 462.709,5 1.247.254,0
47,21 33,82 5,13 13,82
1.330.749,0 9.818.491,0
49,00
9.019.668,0
60,15
14,00 29,49
660.381 1.700.876
12,15 31,31
602.190,5 1,563.486,0
18,81 48,45
51,39
2.771.917
51,03
736.651,5
23,01
5,10
298.619
5,49
298.619,0
9,32
100,0
5.431.793,0
100,0
3.200.947,0
100,0
10,64
2.670.952,0
13,30
2.590.381,0
17,27
0,48
186.380,0
3,84
91.115,0
0,60
4,01 15,13 100
191.591,0 3.048.923,0 18.299.207,0
6,04 23,20 100
92.906,0 2.774.402,00 14.995.017,0
0,61 18,48 100
Tabel 2 Pengeluaran rumah tangga petani pada berbagai tipologi lahan rawa lebak No
Jenis Pengeluaran (Rp/tahun)
Pematang Jumlah %
A. 1. 2.
Konsumsi Pangan Non Pangan Jumlah
B. 1.
Investasi dan Tabungan Pendidikan & 1.867.429,0 kesehatan Investasi Produktif 84.761,0 Tabungan 703.833,0
2. 3.
9.504.089,0 5.380.905,0 14.884.994,0
Tipe lahan Tengahan Jumlah %
Dalam Jumlah
%
54,18 30,67 84,85
9.818.491,0 5.431.793,0 15.250.284,0
49,0 27,6 76,6
9.019.668,0 3.200.947,0 12.220.615,0
60,15 21,34 81,49
10,64
2.670.952,0
13,3
2.590.381,0
17,27
0,48 4,01
186.380,0 191.591,0
3,84
91.115,0 92.906,0
0,60 0,61
Jumlah
2.656.023,00
15,13
3.048.923,00
6,04 23,2
2.774.402,00
18,48
Pengeluaran Total
17.541.017,0
100,0
18.299.207,0
100
14.995.017,0
100,0
Dilihat dari persentase pengeluaran tersebut terlihat bahwa semakin besar pendapatan maka semakin rendah pengeluaran untuk konsumsi. Menurut Novita dan Fardianah (2011), Tingkat kehidupan suatu masyarakat dapat dicerminkan oleh pola
pengeluaran rumahtangga. Tinggi rendahnya pendapatan rumahtangga akan berpengaruh terhadap pola pengeluaran rumah tangga. Bagi keluarga yang berpendapatan terbatas/rendah, maka proporsi pendapatannya memenuhi kebutuhan pangan berupa bahan makanan dan
44
NASIR ET AL.
minuman. Sebaliknya bagi rumahtangga yang berpenghasilan tinggi, proporsi pendapatannya sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier di luar bahan makanan dan minuman. Oleh karena itu pola pengeluaran rumahtangga dapat dijadikan indikator kesejahteraan yang mencerminkan tingkat kehidupan rumahtangga. Menurut Agustin (2012), kebutuhan konsumsi/pengeluaran rumah tangga berupa kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan, di mana kebutuhan keduanya berbeda. Pada kondisi pendapatan yang terbatas, lebih dahulu mementingkan kebutuhan konsumsi pangan. Hal ini sesuai dengan hukum engel yang mengemukakan bahwa kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan terlebih dahulu. Seiring dengan pergeseran dan peningkatan pendapatan, proporsi pola pengeluaran untuk makan akan menurun dan pengeluaran untuk kebutuhan non pangan akan meningkat. Tingginya pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi pangan ini disebabkan pendapatan rumah tangga petani yang mengusahakan lahan rawa lebak relatif masih rendah. Pendapatan yang masih rendah menyebabkan rumah tangga masih terfokus untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa bahan pangan yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Proporsi pengeluaran yang tinggi pada ketiga jenis lebak ini disebabkan rumah tangga bersifat rasional dengan berupaya memenuhi pokok anggota rumah tangga dengan cara mengurangi alokasi pengeluaran rumah tangga untuk pengeluaran lainnya, seperti: non pangan, pendidikan dan kesehatan serta investasi dan tabungan. Namun seiring dengan peningkatan pendapatan maka proporsi pengeluaran untuk konsumsi pangan cenderung mengalami penurunan.Pada rumah tangga tengahan yang memiliki pendapatan lebih
JIPP besar ternyata memiliki proporsi pengeluaran yang lebih rendah dibandingkan dengan dua tipe lebak lainnya yaitu: lebak pematang dan lebak dalam. Kondisi ini sejalan dengan hukum Engel yang disampaikan oleh Nicholson (1995), menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisiini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel (Engel's Law).Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposibel yang berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan, dengan naiknya tingkat pendapatan maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan.Sementara persentase yang digunakan untuk pendidikan kesehatan dan rekreasi semakin bertambah. Proporsi pengeluaran rumah tangga yang tinggi pada kelompok bahan pangan, secara lebih spesifik terlihat dari tingginya pengeluaran untuk bahan pokok yang mengandung karbohidrat, seperti: beras, umbi-umbian, tepung terigu, gandum dan sebagainya. Pengeluaran terbesar pada kelompok ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga masih terfokus pada upaya pemenuhan bahan pangan pokok yang hanya memiliki fungsi utama untuk menghilangkan rasa lapar. Tingginya konsumsi bahan pangan beras menunjukan diversifikasi pangan belum terjadi pada rumah tangga lahan rawa lebak. Menurut Hanafie (2010), Budaya konsumsi pangan sebagian besar masyarakat Indonesia selama ini masih pada upaya pemenuhan kebutuhan energi untuk melakukan aktivitas secara fisik. Pengertian pangan seringkali “dibatasi” hanya pada pangan pokok sumber karbohidrat yaitu beras.
Vol. 4, 2015 Pengeluaran terendah kelompok pangan adalah untuk vitamin dan mineral,berupa sayur-sayuran dan buah-buahan. Pengeluaran yang rendah pada kelompok ini menunjukkan bahwa kemampuan petani untuk membeli pangan yang mengandung vitamin dan mineral khususnya buahbuahan masih relatif rendah. Rendahnya kemampuan penyediaan bahan pangan ini disebabkan harganya relatif tinggi dan belum terlalu tersedia ditingkat petani karena masa panennya yang bersifat musiman. Komposisi pengeluaran bahan pangan yang hampir sama untuk masing-masing rumah tangga pada berbagai tipe lebak disebabkan pengeluaran pangan merupakan kebutuhan pokok yang seringkali terkait dengan kebutuhan dasar dengan standar yang hampir sama untuk setiap orang, sehingga pengeluaran untuk masing-masing rumah tangga juga hampir sama. Pengeluaran rumah tangga yang memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu untuk pembelian bahan non pangan, yaitu rumah tangga lebak pematang Rp. 4.866.708,0 atau 29,69 persen, rumah tangga lebak tengahan Rp. 5.541.380,0 atau 27,6 persen dan rumah tangga lebak dalam sebesar Rp. 3.200.947,0 atau 20,07 persen. Pengeluaran non pangan yang cukup tinggi disebabkan kebutuhan bahanbahan ini merupakan kebutuhan pokok di luar pangan yang seringkali terkait dengan kebutuhan fisik setiap orang. Pengeluaran untuk non pangan, yaitu: untuk: pembelian pakaian, perumahan, komunikasi, pengeluaran sosial, dan pengeluaran lainnya diluar pengeluaran pangan. Pengeluaran non pangan rumah tangga petani pada lebak pematang dan tengahan digunakan membeli bahan kebersihan, seperti: bahan untuk keperluan mencuci dan mandi, seperti: sabun, detergen, pasta gigi dan serta bahan kosmetika. Tingginya pengeluaran bahan untuk mencuci dan kosmetika
Perbandingan Struktur Pengeluaran
45
tersebut disebabkan bahan-bahan tersebut merupakan kebutuhan pokok setiap orang yang digunakan setiap hari selain bahan pangan. Pada rumah tangga lebak dalam pengeluaran bahan pangan yang tertinggi pada pembelian bahan bakar, air, listrik dan gas. Tingginya pengeluaran bahan-bahan ini disebabkan jumlah anggota rumah tangga lebak dalam lebih sedikit sehingga kebutuhan bahan untuk kebersihan dan kosmetika relatif lebih rendah dibandingkan dengan lebak pematang dan tengahan. Pengeluaran terendah rumah tangga petani lahan rawa lebak pada kelompok non pangan adalah untuk komunikasi dan sosial. Pengeluaran yang masih rendah untuk komunikasi disebabkan sebagian besar rumah tangga petani belum mampu membeli peralatan komunikasi sepertihandphone. Pengeluaran untuk sosial biasanya berupa sumbangan untuk acara pernikahan, kematian dan lainnya yang juga masih rendah. Pengeluaran ini juga masih rendah karena aktivitasnya perkawinan tidak berlangsung sepanjang tahun tetapi hanya pada waktu tertentu saja yaitu setelah musim panen. Pengeluaran sosial yang juga rendah disebabkan pengeluaran yang bersifat sukarela sehingga petani tidak harus mengeluarkan biaya untuk pengeluaran pada standar tertentu. Pengeluaran lainnya yang cukup tinggi yang dikeluarkan rumah tangga petani yang mengusahakan tipe lahan adalah untuk pendidikan dan kesehatan. Besarnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan dan kesehatan pada masing-masing tipe lahan rawa lebak adalah lebak pematang sebesar Rp.1.867.429,0 atau 11,39 persen, lebak tengahan sebesar Rp.2.670.952,0 atau 13,3 persen dan lebak dalam sebesar Rp. 2.590.381,0 atau 3,02 persen. Pengeluaran rumah tangga yang cukup tinggi menunjukkan kesadaran rumah tangga untuk melakukan investasi pada sumberdaya manusia melalui
46
NASIR ET AL.
pendidikan dan kesehatan sudah cukup baik. Namun demikian pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan masih lebih rendah dibandingkan untuk pengeluaran pangan dan non pangan. Hal ini menujukan dengan pendapatan yang masih rendah rumah tangga petani masih terfokus untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Fokus rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar terlihat dari jumlah investasi dan tabungan yang dilakukan rumah tangga lahan rawa yang masih rendah pada semua tipe lahan rawa lebak. Masih rendahnya kemampuan rumah tangga petani untuk menabung dan melakukan investasi karena pendapata yang masih rendah sedangkan disisi lain pengeluaran rumah tangga masih cukup tinggi. Struktur pengeluaran rumah tangga petani dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi di lahan rawa lebak. Menurut Ariani dan Purwantini (2009), proporsi pengeluaran pangan dapat dijadikan indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga, semakin tinggi pangsa pengeluaran pangan berarti semakin kurang sejahtera rumah tagga tersebut atau ketahanan pangan rumah tangga semakin rendah. Rumah tangga yang memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa bahan pangan, sebaliknya rumah tangga yang lebih sejahtera akan menggunakan sebagian pendapatan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa bahan pangan tetapi juga menggunakannya untuk membeli bahan non pangan. Pengeluaran rumah tangga petani pada berbagai lebak sebagian besar digunakan untuk pengeluaran konsumsi dengan proporsi terbesar untuk konsumsi pangan. Proporsi pengeluaran pangan yang tinggi menunjukan sebagian besar rumah tangga yang mengusahakan lebak pematang, tengahan atau dalam belum sejahtera karena
JIPP sebagian besar pendapatan digunakan pengeluaran konsumsi baik pangan maupun non pngan. Ciri lainnya adalah alokasi pendapatan untuk investasi dan tabungan masih rendah. Salah satu komponen penting untuk menilai perkembangan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk adalah pola pengeluaran konsumsi masyarakat. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga terhadap barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan barang barang kebutuhan lainnya serta berbagai jenis pelayanan (Parsaulian et al, 2013). Dilihat proporsi pengeluaran rumah tangga, terlihat bahwa rumah tangga lebak tengahan lebih sejahtera dibandingkan dengan tipe lainnya. Rumah tangga yang mengusahakan lebak ini memiliki proporsi untuk konsumsi khususnya pengeluaran pangan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tipe lebak lainnya. Proporsi konsumsi pangan tertinggi terdapat pada rumah tangga lebak dalam yaitu mencapai 60,15 persen. Tingginya proporsi konsumsi pangan pada lebak dalam menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan petani yang mengusahakan lebak ini lebih rendah dibandingkan dengan tipe lebak lainnya. Tingkat kesejahteraan yang rendah disebabkan pendapatan rumah tangga petani yang mengusahakan lebak dalam lebih rendah dibandingkan dengan lebak pematang maupun tengahan. Pendapatan yang rendah disebabkan luas lahan yang diusahakan rumah tangga petani pada lebak dalam juga lebih rendah dibandingkan dengan kedua tipe lebak lainnya. Tingkat kesejahteraan rumah tangga lebak tengahan lebih baik dibandingkan dengan lebak pematang maupun lebak dalam. Tingkat kesejahteraan yang rendah terlihat dari alokasi
Vol. 4, 2015 pendapatan rumah tangga untuk konsumsi pangan yang lebih rendah dibandingkan dengan lebak pematang maupun lebak dalam. Indikator lainnya terlihat dari alokasi pendapatan untuk investasi dan tabungan rumah tangga lebak tengahan yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan kedua tipe lebak lainnya. Tingkat kesejahteraan rumah tangga lebak tengahan yang lebih tinggi disebabkan luas lahan yang diusahakan lebak ini lebih luas dengan produktivitas yang relatif lebih tinggi khususnya jika dibandingkan dengan lebak pematang. Lahan dan produktivitas yang tinggi menyebabkan pendapatan rumah tangga tinggi sehingga tingkat kesejahteraan rumah tangga yang mengusahakan lebak ini juga lebih tinggi. KESIMPULAN Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagian besar pendapatan rumah tangga petani pada lebak pematang, tengahan dan dalam digunakan untuk konsumsi pangan, sebesar: Rp. 9.504.089 atau 54,18 persen pada lebak pematang, Rp. 9.818.490,3 atau 49 persen pada lebak tengahan dan Rp. 9.019.668,0 atau 56,57 persen pada lebak dalam. Pengeluaran untuk konsumsi non pangan, yaitu: rumah tangga lebak pematang Rp. 4.866.708,0 atau 29,69 persen, rumah tangga lebak tengahan Rp. 5.541.380,0 atau 27,6 persen dan rumah tangga lebak dalam sebesar Rp. 3.200.947,0 atau 20,07 persen. Pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan pada masing-masing tipe lahan rawa lebak adalah: lebak pematang sebesar Rp. 1.867.429,0 atau 11,39 persen, lebak tengahan sebesar Rp. 2.670.952,0 atau 13,3 persen dan lebak dalam sebesar Rp. 2.590.381,0 atau 3,02 persen. Investasi dan tabungan pada rumah tangga petani di lahan rawa lebak relatif masih rendah.
Perbandingan Struktur Pengeluaran
47
2. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lebak pematang, tengahan dan dalam sebagian besar belum sejahtera karena masih tingginya proporsi pengeluaran rumah tangga tersebut untuk konsumsi khususnya bahan pangan, dan jika dilakukan perbandingan dari ketiga lebak tersebut maka rumah tangga yang memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih adalah lebak tengahan, lalu disusul lebak pematang dan terakhir lebak dalam. DAFTAR PUSTAKA Agustin N. 2012. Analisis Konsumsi Rumah Tangga Petani Padi dan Palawija di Kabupaten Demak. Skripsi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang. Agustin N dan H Sasana. 2012. Analisis Konsumsi Rumah Tangga Petani Padi dan Palawija di Kabupaten Demak. Diponegoro Journal of Economics, 1(1): 8. Ariani M dan TB Purwantini. 2009. Analisis Konsumsi Pangan Rumahtangga Pasca Krisis Ekonomi di Propinsi Jawa Barat. http://ejournal.unud.ac.id. Diakses 31 Desember 2009. Hanafie R. 2010. Peran Pangan Pokok Lokal Tradisional dalam Diversifikasi Konsumsi Pangan. Jurnal J-SEP 4(2): 1. Nicholson W. 1991. Teori Ekonomi Mikro I. Terjemahan Deliarnov. Rajawali. Jakarta. Novita S dan Mukhyar F. 2011. Kajian Pola Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah di Kabupaten Banjar Baru Kalimantan Selatan. Jurnal Agribisnis Perdesaan 1(4): 278. Parkin M. 1993. Economics. Adison Wesley Publishing Company, New York.
48
NASIR ET AL.
Parsaulian B, H Aimon dan A Anis. 2010. Analisis Konsumsi Masyarakat di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi 1(2): 1-23. Rachman, H.P.S. 2001. Kajian Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan di Kawasan Timur Indonesia. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor.
JIPP Susila, DAB. 2005. Analisis Keputusan Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Petani Padi. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor.