1
PERBANDINGAN KADAR SERUM p38 MAPK, TROMBOSIT DAN ASAM URAT PADA PREEKLAMSIA BERAT DAN SINDROMA HELLP THE COMPARISON OF p38 MAPK SERUM LEVELS, PLATELETS AND URIC ACID IN SEVERE PREECLAMPSIA AND HELLP SYNDROME
Nurmasida, Efendi Lukas, Trika Irianta and St. Maisuri T.Chalid Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Nurmasida Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP : (0411)2546444, 081241345500 Email :
[email protected]
2
Abstrak Preeklamsia adalah penyakit yang merupakan manifestasi dari kegagalan fungsi banyak organ dan telah banyak teori yang mencoba menerangkan penyebab dari preeklamsia, namun masih belum jelas, sehingga sampai saat ini masih dikenal sebagai “the desease of theories”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran p38 MAPK pada penurunan trombosit dan peningkatan asam urat pada penderita preeklamsia berat dan sindroma HELLP. Penelitian dilakukan di RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo, RSUD Labuang Baji dan RSIA Siti Fatimah Makassar dari bulan Maret hingga Agustus 2014 atau sampai sampel terpenuhi. Sampel penelitian adalah penderita preeklamsia berat dan sindroma HELLP yang memenuhi kriteria inklusi. Analisa dilakukan terhadap 45 penderita preeklamsia berat dan 13 penderita sindroma HELLP menggunakan cross sectional study dengan uji Mann-Whitney dan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan kadar p38 MAPK pada sindroma HELLP lebih tinggi daripada preeklamsia berat namun tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p>0.05). Kadar asam urat pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0.05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara p38 MAPK dengan trombosit (r = 0.115, p = 0.451) dan asam urat (r = 0:07, p = 0.641) pada preeklamsia berat. Tidak ada hubungan yang bermakna antara p38 MAPK dengan trombosit (r =- 0.308, p = 0.306) dan asam urat (r =0,260, p = 0.391) pada sindroma HELLP. Kata kunci : p38 MAPK, trombosit, asam urat, preeklamsia berat, sindroma HELLP.
Abstract Preeclampsia is a disease which is a manifestation of the failure of the function of many organs and have a lot of theories that try to explain the cause of preeclampsia, but it is still not clear, so it is still known as “the disease of theories”. The study aims to determined the role of p38 MAPK in thrombocytopenia and increased uric acid in patients with severe preeclampsia and HELLP syndrome. The study was carry out in Wahidin Sudirohusodo Hospital, Regional Hospital of Labuang Baji, and Maternity Hospital of Siti Fatimah of Makassar from March to August 2014. The samples consist of severe and HELLP syndrome patients who fulfil inclusive criteria. Analysis was performed to the 45 severe preeclampsia patients and 13 HELLP syndrome patients using a cross-sectional study supported by Mann-Whitney Test and Spearman Correlation Test. The study indicates that the level p38 MAPK in HELLP syndrome is higher than that severe preeclampsia although does not signify significant difference (P> 0.05). The uric acid levels in severe preeclampsia and in the HELLP syndrome show a significant difference (P <0.05). No significant correlation between p38 MAPK in platelets (r = 0.115, p = 0.451) and uric acid (r = 0:07, p = 0.641) in severe preeclampsia. No significant correlation also between p38 MAPK in platelets (r = - 0.308, p = 0.306) and uric acid (r = - 0.260, p = 0.391) in HELLP syndrome. Keyword : p38MAPK, platelets, uric acid, severe preeclampsia, HELLP syndrome
2
PENDAHULUAN
Preeklamsia adalah penyakit yang merupakan manifestasi dari kegagalan fungsi banyak organ. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan penyebab dari preeklamsia, namun masih belum jelas, sehingga sampai saat ini masih dikenal sebagai “the disease of theories”(Wiknjosastro, 1994). Preeklamsia suatu sindroma spesifik pada kehamilan yang biasanya terjadi sesudah umur kehamilan 20 minggu, pada wanita yang sebelumnya normotensi. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan tekanan darah yang disertai oleh proteinuria. Peningkatan tekanan darah gestasional didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau diastolik > 90 mmHg pada wanita yang normotensi sebelum kehamilan 20 minggu. Pada keadaan tanpa proteinuria, tetap dicurigai sebagai preeklamsia jika peningkatan tekanan darah disertai oleh gejala : sakit kepala, gangguan penglihatan,
nyeri
abdomen,
atau
hasil laboratorium yang tidak normal terutama bila ada trombositopenia dan peningkatan tes fungsi hati (Wagner, 2005; Hallak et al., 1999; Cunningham et al., 2001). Di Indonesia angka kejadian preeklamsia pada tahun 1980 – 2001 berkisar antara 68% dari seluruh kehamilan, dengan angka kematian maternal berkisar 9,8% - 25%. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, preeklamsia masih menjadi salah satu penyumbang angka kematian maternal selain perdarahan dan infeksi. Di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo dalam kurun waktu 3 tahun (2005 – 2007) dilaporkan angka kejadian preeklamsia berat dan eklamsia adalah 8,0 % dan dalam tahun 2007 – 2009 kejadian preeklamsia/ eklampsia dilaporkan 8,6%, artinya tidak ada penurunan, sedang di Perjan RS Dr.Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2002 dilaporkan angka kejadian preeklamsia adalah 7,4%. (Saifuddin, 2002; Djajakusli dkk., 2005). Penurunan perfusi plasenta yang akan diikuti oleh hipoksia plasenta, merupakan gambaran dini yang sangat penting pada kehamilan dengan preeklamsia dan atau kehamilan dengan gangguan pertumbuhan pada janin. Hipoksia plasenta akan menyebabkan pelepasan faktor antiangiogenik yang diproduksi oleh sitotrofoblas dan jaringan villous plasenta dalam kultur jaringan. (Shibata et al., 2005). Sindroma HELLP adalah komplikasi preeklamsia yang ditandai dengan H untuk Hemolysis, EL untuk Elevated Liver Enzymes dan
LP untuk Low Platelets Count.
Klasifikasi sindroma HELLP berdasarkan Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
3
Kehamilan di Indonesia oleh Himpunan Fetomaternal yaitu : klasifikasi Missisippi; klasifikasi Tennesse; tanda dan gejala yang tidak khas : mual, muntah, nyeri kepala, malaise, kelemahan; tanda dan gejala preeklampsia : hipertensi, proteinuria, nyeri epigastrium, edema, dan kenaikan asam urat; tanda-tanda hemolisis intravaskuler ; tanda kerusakan / disfungsi sel hepatosit ; trombositopenia (Roeshadi, 2004). Mitogen-activated protein (MAP) kinase menyusun famili
dari protein kinase
yang fungsi dan regulasinya telah dipertahankan sejak evolusi dari organisme uniseluler sampai organisme kompleks termasuk manusia. MAPK melakukan fosforilasi serin spesifik dan threonin dari substrat protein target dan mengatur aktivitas seluler dari ekspresi gen, mitosis, pergerakan, metabolisme dan program kematian sel (apoptosis). Oleh karena banyaknya fungsi yang dikontrol oleh MAPK maka telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui peranan MAPK dalam fisiologi dan penyakit pada manusia (Johnson et al, 2002). p38 MAPK diaktivasi oleh berbagai rangsangan ekstraseluler seperti sitokin inflamasi ( Interleukin 1 (IL-1) dan Tumor necrosis factor – alpha (TNFα), faktor-faktor pertumbuhan seperti : fibroblast growth factor (FGF), dan perubahan-perubahan osmolaritas, sinar ultraviolet dan zat-zat kimia yang meningkatkan respon stres. Angiogenesis pada plasenta seperti pada yolk sac dan embrio juga memerlukan aktivitas p38 MAPK. Ada 4 isoform MAPK yang telah diidentifikasi, yang dikode pada lokus gen yang berbeda. p38 α MAPK berperan dalam respon stres, ditemukan isoform p38 α MAPK memainkan peran penting dalam perkembangan embrio yang normal. Tikus yang tidak mempunyai alel p 38 α akan mengalami kematian saat embrio (Mudgett et al., 2000, Allen et al., 2000). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran p38 MAPK pada penurunan trombosit dan peningkatan asam urat pada penderita preeklamsia berat dan sindroma HELLP. Penelitian oleh Lohman menemukan peningkatan aktifitas p38 MAPK pada plasenta penderita preeklamsia dibandingkan penderita sindroma HELLP. Penelitian oleh Webster dkk dan Luo X dkk menunjukkan bahwa terdapat peningkatan aktifitas p38 MAPK plasenta pada penderita preeklamsia berat.
4
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Desain Penelitian Rancangan penelitian ini adalah cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar p38 MAPK, trombosit dan asam urat pada pasien penderita preeklamsia berat dan sindroma HELLP. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit pendidikan bagian obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas, antara lain : RS. Dr.Wahidin Sudirohusodo, RSUD Labuang Baji dan RSIA Siti Fatimah, Makassar. Populasi dan Sampel Populasi dalam peneltian ini adalah semua penderita preeklamsia berat dan sindroma HELLP di beberapa RS jejaring pendidikan di Makassar yaitu RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, RSUD Labuang Baji dan RSIA Siti Fatimah. Sampel penelitian ini adalah pasien penderita preeklamsia berat dan sindroma HELLP dalam keadaan inpartu atau yang akan diterminasi kehamilannya yang memenuhi kriteria inklusi dan menandatangani surat persetujuan. Metode Pengumpulan Data Subyek yang memenuhi kriteria sampel penelitian diambil sampel darah sebanyak 5 cc, disentrifuge 1000 kali selama 15 menit untuk memisahkan serum dari super natannya. Serum akan digunakan untuk pemeriksaan kadar p38 MAPK. Serum yang belum diperiksa akan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -20°C di Labaoratorium Prodia Makassar. Setelah seluruh sampel terkumpul dilakukan pengepakan dengan es kering dan dikirim ke Laboratorium Prodia Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan kadar p38 MAPK dengan teknik ELISA menggunakan kit p38 MAPK, immunoassay (Quantikine) R&D system inc. Analisis Data Pengolahan data dengan program SPSS. Untuk mengetahui hubungan antara kadar p38 MAPK, trombosit dan asam urat pada penderita preelamsia berat dan sindroma HELLP uji pearson, uji korelasi Spearman dan uji korelasi kendell’s.
5
HASIL Tabel 1 memperlihatkan bahwa rata-rata umur, paritas dan berat badan lahir bayi pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p > 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok homogen. Tabel 2 memperlihatkan bahwa kadar p38 MAPK pada pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p > 0.05), meskipun kadar p38 MAPK pada sindroma HELLP lebih tinggi dari kadar p38 MAPK pada preeklamsia berat. Tabel 3 memperlihatkan bahwa kadar trombosit pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0.05) dan kadar trombosit pada sindroma HELLP lebih rendah daripada preeklamsia berat. Tabel 4 memperlihatkan bahwa kadar asam urat pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0.05) dan kadar asam urat pada sindroma HELLP lebih tinggi daripada preeklamsia berat. Tabel 5 memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar p38 MAPK dengan trombosit (p>0.05) baik pada preeklamsia berat maupun pada sindroma HELLP dan tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara kadar p38 MAPK dengan asam urat (p>0.05) baik pada preeklamsia berat maupun sindroma HELLP.
PEMBAHASAN Pada penelitian ini tampak bahwa karakteristik usia, paritas dan berat badan lahir bayi subjek penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak mempengaruhi hasil analisis kelompok yang diteliti. Kadar p38 MAPK pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, namun kadar p38 MAPK pada sindroma HELLP lebih tinggi daripada preeklamsia berat. P38 MAPK adalah protein nitrat di plasenta dan kadarnya meningkat pada preeklampsia berat. Peningkatan kadar nitrat ini akan berhubungan dengan penurunan aktivitas katalitik dari phospho P38 MAPK dan diduga mekanisme ini berperan pada buruknya implantasi dan gangguan pertumbuhan janin yang ditemukan pada penderita preeklampsia (Webster et al, 2006). Peningkatan aktivitas P38 MAPK dapat meningkatkan permebilitas dan edema pembuluh darah namun bersamaan dengan itu menurunkan aktifitas angiogenesis (Corradetti et al., 2010).
6
Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan yang erat antara jalur P38 MAPK dan proses inflamasi. Penelitian yang dilakukan oleh Lohmann dkk menunjukkan bahwa kadar p38 MAPK pada plasenta preeklamsia lebih tinggi daripada sindroma HELLP, penelitian oleh Webster dkk
dan Luo X dkk menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan aktifitas p38 MAPK plasenta pada penderita preeklamsia berat. Penekanan terhadap faktor-faktor angiogenik kemudian merubah keseimbangan terhadap faktor-faktor anti angiogenik. Pelepasan zat-zat anti angiogenik ini dipicu oleh peningkatan stress oksidatif dan stress nitratif yang kemudian menyebabkan hipoksia pada plasenta dan peningkatan kadar P38 MAPK (Webster et al., 2006). Pada mamalia jalur P38 MAPK akan teraktivasi sebagai respon terhadap berbagai stimuli seperti sinar ultraviolet, panas, syok osmotik, dan sitokin-sitokin inflamasi (TNF α dan IL-1) dan faktor-faktor pertumbuhan. (Corradetti et al., 2010, Zarubin and Han, 2005). Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan yang erat antara jalur P38 MAPK dan proses inflamasi. Jalur P38 MAPK di duga berperan dalam regulasi penyakitpenyakit artritis rhematoid, Alzeheimer dan penyakit inflamasi pada usus (Zarubin et al., 2005). Pada penelitian ini kadar trombosit pada sindroma HELLP lebih rendah daripada preeklamsia berat. Hal ini dapat dimengerti karena pada sindroma HELLP terjadi penurunan kadar trombosit yang rendah yang merupakan salah satu kriteria diagnosis sindroma HELLP. Penurunan jumlah trombosit disebabkan oleh meningkatnya konsumsi atau destruksi dari trombosit. Meningkatnya konsumsi trombosit disebabkan oleh agregasi trombosit. Hal ini akibat dari kerusakan endotel, penurunan produksi prostasiklin, proses imunologis maupun peningkatan jumlah radikal bebas (Wagner, 2005). Pada penelitian ini kadar asam urat pada sindroma HELLP lebih tinggi daripada preeklamsia berat. Pada preeklamsi berat dan sindroma HELLP terdapat perburukan patologis fungsi sejumlah organ serta sistem yang diakibatkan vasospasme dan iskemia, terjadi perubahan fungsi ginjal dan penurunan aliran darah ginjal, serta penurunan kecepatan filtrasi glomerulus dan klirens asam urat. Akibatnya, akan meningkatkan kadar asam urat serum yang dapat terjadi sebelum gejala klinis timbul. Peningkatan kadar asam urat serum pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP menggambarkan beratnya penyakit.
7
Peningkatan kadar asam urat serum pertama kali ditentukan oleh Slemosns dan Bogert. Penyebab pasti peningkatan asam urat serum pada preeklamsia masih belum diketahui. Walaupun begitu para peneliti sepakat bahwa perubahan anatomik dan fisiologik ginjal yang diakibatkan oleh perubahan sistem hemodinamik menyebabkan peningkatan kadar asam urat serum pada preeklamsia merupakan perubahan kimia darah yang khas. Asam urat merupakan penanda stres oksidatif , cedera jaringan dan disfungsi ginjal sehingga membantu dalam prediksi komplikasi preeklamsia. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin dan disintesis oleh enzim xanthine oksidase. Hipoksia dan iskemia plasenta menginduksi ekspresi xantin oksidase dan meningkatkan produksi asam urat. Penjelasan yang paling umum diterima untuk hiperurisemia pada preeklamsia adalah peningkatan reabsorpsi dan penurunan ekskresi asam urat di tubulus proksimal , meskipun pendapat lain mengatakan bahwa peningkatan asam urat merupakan
penanda
meningkatnya aktivitas xantin oksidase (Koopmans,2009). Beberapa penelitian menunjukkan meningkatnya asam urat pada preeklamsia. Sonagra dkk dan Latha dkk
menunjukkan bahwa kadar asam urat meningkat pada
preeklamsia berat, penelitian yang dilakukan Williams dkk menunjukkan kadar asam urat lebih tinggi pada sindroma HELLP daripada preeklamsia dan penelitian oleh Johnson dkk dan Bellomo dkk menunjukkan bahwa kadar asam urat dapat dijadikan sebagai biomarker untuk memprediksi terjadinya preeklamsia. Peningkatan kadar asam urat pada penderita preeklampsia dihubungkan dengan penurunan aliran darah ginjal yang merangsang reabsorpsi urat. Namun belum jelas apakah peningkatan kadar asam urat pada penderita preeklamsia merupakan akibat sekunder dari suatu kerusakan tubulus oleh karena vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan iskemia, atau murni suatu adaptasi fungsional terhadap hipovolemia (Johnson et al., 2003). Preeklampsia berhubungan dengan invasi trofoblas dan perkembangan placenta yang abnormal. Seperti kita ketahui, plasenta mempunyai peran yang sangat krusial pada kehamilan se bagai penghubung antara ibu dan janin. Plasenta memungkinkan terjadinya pertukaran nutrisi, mensintesis serta mensekresikan berbagai macam hormone steroid dan peptide sebagai barier imun antara ibu dan janin. Terdapat banyak penelitian yang menyebutkan bahwa bila terjadi abnormalitas dari plasenta ini maka akan menyebabkan hasil luaran bayi yang buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Webster dkk, mendapatkan adanya hubungan antara p38 MAPK dengan kejadian PJT (pertumbuhan janin terganggu).
8
Invasi trofoblas yang tidak sempurna, produksi hormonal yang abnormal, menyebabkan aliran darah dan transfer nutrisi ke janin berkurang sehingga pertumbuhan janin akan terhambat (Forbes et al., 2010). Peran p38 MAPK sangatlah penting dalam perkembangan plasenta. Inaktivasi dari p38 MAPK
pada penelitian mengakibatkan kematian pada embrio mencit dan
berhubungan dengan defek pada perkembangan plasenta karena hilangnya labirin, lapisan spongiotrofoblas pada plasenta berkurang, kurangnya vaskularisasi dari labirin dan meningkatnya apoptosis. p38 MAPK telah dikenal sebagai suatu protein yang ternitrasi pada plasenta, secara in vitro p38 MAPK ini dapat dinitrasi dengan peroxynitrite pada residu tirosin, dan lebih lanjut berhubungan dengan hilangnya aktivitas katalitik nitrasi pada p38 MAPK, ini meningkat pada plasenta pasien yang mengalami preeklampsia. Nitrasi protein ini akan merubah protein dan fungsi plasenta sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga pertumbuhan janin akan terhambat (Webster et al., 2006).
KESIMPULAN DAN SARAN Tidak terdapat perbedaan kadar serum p38 MAPK pada penderita preeklamsia berat dan sindroma HELLP, kadar asam urat pada sindroma HELLP lebih tinggi dibandingkan preeklamsia berat, tidak ada hubungan antara p38 MAPK dengan trombosit pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP dan tidak ada hubungan antara p38 MAPK dengan asam urat pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP. Diperlukan penelitian lain untuk mengevaluasi factor lain yang mempengaruhi derajat disfungsi endotel pada penderita preeklemasia berat dan sindroma HELLP.
DAFTAR PUSTAKA Allen, M., Svensson L., Roach, M., Hambor, J., Mcneish, J. & Gabel, C. (2000). Deficiency of the stress kinase p38 a results in embryonic lethality: characterization of the kinase dependence of stress responses of enzyme-deficient embryonic stem cells. J Exp Med, Vol 191 (5) : 859-69. Cunningham, F., Macdonald, P., Gant, N., Leveno, K., Gilstrap, L & Hankins, G. (2001). Hypertensive disorders in pregnancy. Williams Obstetrics. 21 st ed. New York: McGraw Hill : 452-461 Corradetti, A., Saccucci, F., Emanuelli, M., Vagnoni, G., Cecati, M. (2010). The Role of p38 Mitogen Activated Protein Kinase Gene in the HELLP syndrome. Cell Streets & Chaperones Vol. 15, No.1 : 95-100
9
Djajakusli, A. & Manoe, I.(2005) Preeklamsia berat dan eklamsia di RS.dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2001-2003. PIT POGI XV. Batam. Forbes, K. & Westwood, M. (2010). Maternal growth factor regulation of human placental development and fetal growth. Journal of endocrinolology, 207 : 1 - 16 Hallak, M. ((1999). Hypertension in pregnancy. In: JAMES DK, STEER PJ, WEINER CP & GONIK B (eds.) High risk pregnancy management options. 2nd ed. London: WB Saunders : 205-215 Johnson, G. & Lapadat, R. (2002). Mitogen-activated protein kinase pathways mediated by ERK, JNK, and p38 protein kinase. Science, Vol 298 : 1911-12. Koopmans, C., Pampus, M., Groen, H. (2009). Accuracy of serum uric cid as predictive test for maternal complication in preeclampsia : Bivariate meta-analysis and decision analysis. European Journal of Obstetric & Gynecology and Reproductive Biology, 146 : 8-14 Mudgett, J., Ding, J., Guh-Siesel, L., Chartrain, N., Yang, L. & Gopel, S. (2000). Essential role for p38 a mitogen activated protein kinase in placental angiogenesis. Proc Natl Acad Sci USA, 97 : 10454-59. Roeshadi, R. (2004). Sindroma HELLP. In: HARIADI, R. (ed.) Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya: Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. Saifuddin, A. (2002). Hipertensi dalam kehamilan, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Shibata, E. Rajakumar, A., Powers, R., Larkin, R., Gilmour, C., et al. (2005). Soluble fmslike tyrosine kinase 1 is increased in preeclampsia but not in normotensive pregnancies with small-for-gestational-age neonates: Relationship to circulating placental growht factor. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 90 : 4895-4903 Wagner, K.L., (2005). Diagnosis and management of preeclampsia. Diakses 15 Desember 2004. Available from : http:\www. American family physician.com Wiknjosastro. (2007). Preeklamsia dan eklamsia. Ilmu Kebidanan. 3 ed. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka : 281-295. Webster, R., Brockman, D., Myatt, L. (2006). Nitration of p38 MAPK in the placenta : Association of nitration with reduced catalytic activity of p38 MAPK in preeclampsia. Moleculer Human Reproduction, Vol.12, No.11 : 677-685 Zarubin, T. & Han, J. (2005). Activation and Signaling of the p38 MAPK kinase pathway. Cell Research, Vol. 15 : 11-18
10
Tabel 1 Karakteristik sampel penelitian Preeklamsia Berat
Sindroma HELLP
n = 45
n = 13
Usia (tahun)
29.6 ± 7.3
27.5 ± 7.8
0.39
Paritas
2.36 ± 1.8
2.0 ± 1.2
0.51
2719.6 ± 705.6
2509.6 ± 598.0
0.33
Variabel
Berat Badan Lahir Bayi
P
Tabel 2 Perbandingan kadar p38 MAPK pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP
Variabel
Kadar p38 MAPK
Preeklamsia Berat
Sindroma HELLP
n = 45
n = 13
Mean (SD)
Mean (SD)
132.59(10.47)
133.08(9.27)
P
0.637
Tabel 3 Perbandingan kadar Trombosit pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP
Variabel
Kadar Trombosit
Preeklamsia Berat
Sindroma HELLP
n = 45
n = 13
Mean (SD)
Mean (SD)
267711.11(94940.80)
56296.15(35337.4)
P
0.000
11
Tabel 4 Perbandingan kadar Asam Urat pada preeklamsia berat dan sindroma HELLP Preeklamsia Berat
Sindroma HELLP
n = 45
n = 13
Mean (SD)
Mean (SD)
5.51(2.30)
8.28(2.84)
Variabel
Kadar Asam Urat
P
0.001
Tabel 5 Korelasi kadar p38 MAPK dengan Trombosit dan Asam Urat pada Preeklamsia Berat dan Sindroma HELLP
Preeklamsia Berat Variabel p38 MAPK Trombosit
Keof. Korelasi vs
p38 MAPK vs Asam Urat Uji Korelasi Spearman
kemaknaan
Sindroma HELLP Keof. Korelasi
kemaknaan
(r)
(p)
(r)
(p)
0.115
0.451
-0.308
0.306
0.071
0.641
-0.260
0.391