PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM NYATA DAN LABORATORIUM VIRTUAL DALAM MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA SMA NUSANTARA KOTA JAMBI
ARTIKEL ILMIAH
Oleh: Eno Lerianti RRA1C110001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESEMBER 2014
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM NYATA DAN LABORATORIUM VIRTUAL DALAM MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA SMA NUSANTARA KOTA JAMBI Oleh: Eno Lerianti1), M. Haris Effendi Hasibuan2), Afrida2) 1) Mahasiswa Pendidikan Kimia 2) Dosen Pendidikan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi E-mail:
[email protected] ABSTRAK Masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran belajar kimia adalah kurangnya penerapan (implementasi) materi yang diajarkan oleh guru dalam bentuk praktikum. Hal ini dikarenakan tidak semua sekolah dapat melakukan kegiatan praktikum dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana. Hal ini dapat menghambat guru untuk mengembangkan aspek kognitif dan psikomotorik siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dapat diatasi dengan mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. Salah satu yang paling memungkinkan adalah dengan menggunakan sistem pembelajaran dengan laboratorium virtual. Penelitian ini untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Nusantara yang diajarkan melalui laboratorium nyata dan laboratorium virtual pada materi asam basa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi ekperimen dengan rancangan penelitian Non-Equivalent Control Group Design. Sampel penelitian ini berupa sampel jenuh yaitu menggunakan seluruh populasi siswa kelas XI IPA sebanyak 60 orang siswa dan teknik analisa data digunakan rumus uji-t, dengan asumsi data harus berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Nusantara Kota Jambi diperoleh hasil analisis data. Dimana nilai rata-rata hasil belajar kimia pada kelas eksperimen 2 (Laboratorium Virtual) 80,50 lebih tinggi dari pada kelas eksperimen 1 (Laboratorium Nyata) 71,67. Berdasarkan uji statistik pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan 58 diperoleh thitung 3,441 dan ttabel = 1,672. Karena nilai thitung > ttabel (3,441 > 1,672) berarti hipotesis kerja penelitian diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi “terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan laboratorium virtual dengan yang menggunakan laboratorium nyata terpenuhi”, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual lebih baik daripada laboratorium nyata terhadap hasil belajar pada materi asam basa di kelas XI IPA SMA Nusantara Kota Jambi. Kata Kunci: Laboratorium Nyata, Laboratorium Virtual, Hasil Belajar, Asam Basa PENDAHULUAN Mata pelajaran kimia dapat dikategorikan ke dalam ilmu yang bersifat abstrak dan non-abstrak, kata abstrak yang dimaksudkan disini dimana banyak konsep ilmu kimia yang kasat mata atau bersifat sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera kita, materi kimia yang bersifat abstrak antara lain struktur atom, ikatan kimia,
1
kimia organik dan lain-lain. Sedangkan untuk sifat yang non-abstrak yaitu berupa sesuatu yang dapat dirasakan oleh panca indera kita dan dapat dibuktikan datanya. Salah satu contoh materi dalam kimia yang bersifat non-abstrak yaitu pada materi Sifat Larutan Asam Basa dan Indikator Asam Basa. Materi Sifat Larutan Asam Basa dan Indikator Asam Basa merupakan salah satu pokok bahasan di dalam mata pelajaran kimia yaitu Asam-Basa. Dimana pada materi ini kita akan mengamati apa saja sifat-sifat dari larutan asam basa serta mengamati trayek perubahan warna berbagai indikator asam basa dan memperkirakan pH suatu larutan elektrolit yang tidak dikenal. Pada materi ini tidak terdapat penggunaan hitungan dan penerapan rumus dalam pemahamannya. Namun, tidak semua siswa mampu mengerti materi yang diajarkan guru di dalam kelas. Untuk itu, dibutuhkan suatu alat peraga, dimana melalui alat peraga ini siswa mampu untuk lebih memahami dan menganalisis materi lebih jauh yaitu melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Namun, tidak semua sekolah dapat melakukan kegiatan praktikum ini dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana. Karena pada kenyataannya, beberapa sekolah di Provinsi Jambi tidak semuanya memiliki laboratorium ataupun fasilitas laboratorium yang lengkap serta memadai, hal ini dibuktikan dari adanya data sekunder yang berupa data tentang sarana dan prasarana sekolah yaitu data dari TIM KIT (Prananta.2014). Salah satu sekolah yang di survey adalah SMA Nusantara Kota Jambi dimana masih minimnya fasilitas laboratorium di sekolah tersebut. Hal ini juga diperkuat berdasarkan hasil observasi peneliti yaitu wawancara bebas dengan guru bidang studi kimia dan siswa kelas XI IPA di SMA Nusantara Kota Jambi, diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia memang sudah tidak sepenuhnya berpusat pada guru lagi, dimana guru kimia di kelas XI IPA umumnya mengajarkan pembelajaran dengan metoda konvensional atau metoda pengajaran langsung (direct intruction), disini guru sudah banyak memberikan tugas-tugas maupun latihan kepada siswanya. Demikian juga dalam mempelajari asam basa, guru kimia yang mengajar di kelas XI IPA setelah menyajikan materi kemudian memberikan latihan. Namun, dalam kegiatan pembelajaran ini siswa masih belum sepenuhnya mengerti dengan materi yang telah diajarkan oleh guru. Selain itu pemahaman konsep siswa masih sangat minim dimana mereka hanya bisa mengetahui tentang sifat larutan asam basa dan tentang indikator asam basa hanya melalui materi yang disampaikan dari guru, tanpa ada pengujian yang kuat yaitu berupa praktikum di laboratorium dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana dalam melakukan praktikum. Hal ini dapat menjadi kendala bagi guru untuk mengembangkan aspek kognitif serta psikomotorik siswa melalui praktikum. Untuk mengatasi masalah kurangnya sarana dan prasarana dalam melakukan praktikum tersebut maka dapat diatasi dengan mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran, misalnya program-program simulasi, animasi dan laboratorium virtual yang telah tersedia dapat diunduh melalui akses internet. Salah satu yang paling memungkinkan dengan menggunakan sistem pembelajaran dengan laboratorium virtual. Laboratorium virtual adalah serangkaian alat-alat laboratorium yang berbentuk perangkat lunak (software) komputer berbasis multimedia interaktif, yang dioperasikan dengan komputer dan dapat mensimulasikan kegiatan di laboratorium seakan-akan pengguna berada pada laboratorium sebenarnya. Sehingga siswa dilatih
untuk berpikir dan melakukan percobaan secara virtual pada materi sifat larutan asam basa dan indikator asam basa ini serta menanamkan konsep-konsep, disamping itu dengan pembelajaran laboratorium virtual ini, percobaan-percobaan yang dilakukan tidak memerlukan waktu yang lama karena langsung disimulasikan hasilnya sehingga pembelajaran ini dapat menghemat waktu. Namun tidak seperti pada laboratorium nyata,dimana siswa dapat meningkatkan keterampilan psikomotoriknya, misalnya belajar memasang, menggunakan, merakit instrumen praktikum langsung serta mereka dapat melibatkan semua inderanya seperti indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba dimana hal ini tidak dapat ditemukan pada laboratorium virtual. Sehingga, yang menjadi pertanyaan “apakah penggunaan laboratorium virtual ini akan sebaik dengan penggunaan laboratorium nyata, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?”. Dilihat dari hasil penelitian Artha.(2009) yang mengatakan bahwa hasil belajar kognitif pada lab nyata lebih baik dari pada lab virtual, hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Riana.(2011) yang mengatakan bahwa hasil belajar kognitif pada lab virtual lebih baik dari pada lab nyata. Bertolak dari latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul, “Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Laboratorium Nyata dan Laboratorium Virtual Dalam Materi Asam Basa Kelas XI IPA SMA Nusantara Kota Jambi”. KAJIAN PUSTAKA A. PENELITAN YANG RELEVAN Hasil penelitian Artha.(2009), dengan judul “Pembelajaran IPA dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi Menggunakan Lab Nyata dan Lab Virtual Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir dan Gaya Belajar Siswa Pada SMP Negeri 5 Yogyakarta”. Didapat hasil, sebagai berikut : Hasil belajar kognitif lebih baik pada media Lab Nyata dari pada Lab Virtual. Namun, pengaruh penggunaan metode pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi tidak berpengaruh kepada prestasi kedua kelas lab nyata dan lab virtual. Dari hasil penelitian Riana.(2011), dengan judul “Pembelajaran Kimia Dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Lab Virtual dan Lab Nyata Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada SMA Batik 2 Surakarta Pada Materi Koloid TP. 2009/2010”. Didapat hasil : Prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab virtual memiliki prestasi yang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab nyata dengan rataan prestasi berturut-turut 73 dan 70. Hasil penelitian Santoso.(2009), dengan judul “Pengaruh Penggunaan Lab. Nyata dan Lab. Virtual Pada Pembelajaran Fisika Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Man Karanganyar TP. 2008/2009”. Didapat hasil, yaitu : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan melalui eksperimen menggunakan laboratorium nyata dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar ranah kognitif. Melihat dari hasil penelitian sebelumnya, masalah minat siswa terhadap media pembelajaran laboratorium virtual masih jarang diteliti dan untuk hasil belajar siswa 10
masih didapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian ini dimana akan di analisis hasil belajar serta minat siswa melalui metode pembelajaran inkuiri terbimbing memakai laboratorium virtual dan laboratorium nyata. B. Laboratorium Menurut Suyatna.(2009) laboratorium dalam konteks karakteristik penggunaannya terbagi 2 macam, yaitu: 1. Laboratorium Virtual Kelebihan laboratorium virtual ditinjau dari materi pokok asam basa antara lain, yaitu: 1. Dapat mengamati proses asam basa dengan rasa aman, karena pada umumnya larutan asam basa kuat cenderung amat berbahaya bila terkena kulit. 2. Eksperimen dapat dilakukan berulang-ulang, karena ketersedian alat bahan yang berlimpah dan tidak ada kata kehabisan alat bahan. Membutuhkan waktu sedikit untuk bereksperimen sehingga siswa memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendiskusikan materi asam basa yang lain. Beberapa kekurangannya antara lain: 1. Siswa tidak dapat melakukan serta mengamati proses eksperimen secara langsung atau nyata. Dimana siswa tidak dapat memegang, melihat instrumen peralatan langsung. 2. Hanya mengandalkan indera visual saja, sehingga membuat minimnya pengalaman langsung siswa akan karakteristik larutan asam basa, baik itu ditinjau dari segi bentuk, warna, bau, suhu dan lain-lain. 3. Keterampilan siswa dalam bereksperimen kurang tereksplor. 4. Tidak semua simulasi yang ada dalam laboratorium virtual sama persis dengan kondisi di dunia nyata. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan software laboratorium virtual dari Universitas Colorado dengan alamat website http://phet.colorado.edu. Dimana pada website ini kita dapat mengunduh aplikasi laboratorium virtual secara free dalam bentuk aplikasi, bukan dijalankan secara online seperti website laboratorium kimia pada umumnya yang cenderung membutuhkan koneksi internet yang baik dan laboratorium virtual ini tidak hanya terbatas pada mata pelajaran kimia saja, namun mata pelajaran lain yang berlandaskan pada percobaan dapat kita temukan laboratorium virtualnya disini. Salah satu kelebihan dari website laboratorium virtual Universitas Colorado ini, kita dapat mengunduh aplikasi laboratorium virtual yang disesuaikan dengan bahasa negara masing-masing, mengingat bahwa masih banyak kemampuan para guru dan pendidik yang minim dalam berbahasa inggris dengan baik dan benar. 2. Laboratorium Nyata Laboratorium sains memungkinkan para pelajar untuk menggunakan informasi, untuk membangun konsep umum, untuk menentukan masalah baru, untuk menjelaskan sebuah observasi atau ketidaksesuaian pada alam atau untuk membuat keputusan (kesimpulan). Istilah laboratorium nyata digunakan untuk laboratorium yang sebenarnya yaitu suatu laboratorium yang semua alat bahan yang digunakan untuk keperluan kegiatan
praktikum adalah benar-benar nyata (bisa dipegang dan dilihat). Dalam kegiatan praktikum siswa akan mengalami diantaranya: 1. Pengenalan Alat Laboratorium nyata dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung, atau siswa dapat memegang instrumen secara langsung. 2. Pengamatan Dengan penerapan laboratorium nyata, siswa dapat memusatkan perhatiannya terhadap sesuatu objek dengan menggunakan indera terhadap alat riil yang dihadapinya melalui penglihatan. 3. Percobaan Siswa dalam percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum yang sudah disiapkan sehingga setelah mendapatkan data siswa mencatatnya. Laboratorium nyata yang diterapkan pada materi asam basa ini memiliki kelebihan antara lain: 1. Melibatkan siswa secara langsung. Siswa dapat melihat, melakukan, dan mengamati secara langsung proses eksperimen di laboratorium. a. Bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen asam basa merupakan bahanbahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. b. Memberikan pengetahuan atau modal dasar bagi siswa dalam penerapan konsep asam basa. Dimana siswa dapat mengetahui apa saja bentuk asam basa dalam kehidupan sehari-hari dan siswa mengetahui dampak positif dan negatif dari asam basa dan bagaimana cara mengatasinya. c. Meningkatkan keterampilan yang nantinya digunakan dalam masyarakat. Adapun kekurangan laboratorium nyata antara lain yaitu: 1. Tidak dapat mengamati proses materi yang bersifat abstrak. 2. Eksperimen dilakukan secara terbatas karena keterbatasan alat dan bahan. 3. Beberapa percobaan terkadang membutuhkan waktu yang relatif lama dan proses pengerjaan yang rumit. 4. Data yang didapat terkadang dapat berubah-ubah tergantung faktor lainnya baik internal dan eksternal. Seperti skill atau kemampuan awal praktikan yang berbedabeda ataupun faktor dari lingkungan. D. Kerangka Berpikir Dilihat dari aspek kognitif, diduga hasil belajar siswa yang diajar menggunakan laboratorium nyata lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan laboratorium virtual karena pada penggunaan media lab nyata digunakan bahanbahan nyata untuk melakukan eksperimen. Dimana siswa dapat melihat percobaan secara langsung, mengamati prosesnya secara langsung dan menyimpulkan hasilnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Artha.(2009), dimana hasil belajar siswa pada media lab nyata lebih tinggi dari pada lab virtual. Hal ini pun diperkuat oleh kerucut pengalaman Edgar Dale yang mengatakan hasil belajar seseorang atau siswa itu paling besar pada tingkat bermain peran, bersimulasi, melakukan hal nyata (90%). Namun hasil belajar untuk kelas laboratorium virtual bisa saja lebih baik dibandingkan dengan lab nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Riana.2011 dimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan lab virtual
memiliki prestasi yang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan lab nyata. Hal ini diduga karena pada lab virtual lebih memberikan rasa aman, rendahnya resiko bahaya selama praktikum, ketersediaan alat dan bahan yang tak pernah habis/rusak, serta kemudahan dan efesiensi waktu pelaksanaan praktikum sehingga percobaan dapat dilakukan berulang-ulang. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini digunakan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam peneltian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dimana yang menggunakan laboratorium nyata dan laboratorium virtual. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah bentuk Non-Equivalent Control Group Post-test Only Design yaitu dimana tidak ada pre-test untuk kedua kelas eksperimen, namun saat setelah perlakuan pembelajaran selesai akan diadakan postest. 3.1 Desain Penelitian Kelompok E1 E2
Perlakuan X1 X2
Post-test T1 T2
Keterangan : E1 : Kelompok eksperimen 1. E2 : Kelompok eksperimen 2. X1 : Perlakuan yang akan diberikan pada kelas eksperimen 1 yaitu dengan menggunakan media laboratorium nyata. X2 : Perlakuan yang akan diberikan pada kelas eksperimen 2 yaitu dengan menggunakan media laboratorium virtual. T1 T2 : Hasil tes akhir yang akan diberikan pada kelompok eksperimen 1 dan 2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN kelas eksperimen 1 yang memakai lab nyata pada saat praktikum memiliki nilai ratarata yang Tinggi yaitu sebesar 71,67. kelas eksperimen 2 yang memakai lab virtual pada saat praktikum memiliki nilai ratarata yang Sangat Tinggi yaitu 80,50. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki distribusi normal atau tidak. Perhitungan statistik kedua kelas yang terdiri dari mean (rata-rata), median, standar deviasi dan lain-lain ini dihitung menggunakan software SPSS Statistic-22 dan hasilnya, yaitu: Data uji normalitas ini dihitung menggunakan software SPSS Statistic-22 dan hasilnya, yaitu: Tabel 4.4 Uji Normalitas Kelas Lab Nyata Dan Lab Virtual
Nyata Virtual
Statistic ,154 ,144
Kolmogorov-Smirnova df Sig. Statistic 30 ,068 ,950 30 ,112 ,945 a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk df 30 30
Sig. ,172 ,126
Dari table 4.4, menunjukkan uji normalitas data laboratorium nyata dan laboratorium virtual yang dihitung berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Disini peneliti memilih pada uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang diuji adalah: Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi (α) tertentu. Sebaliknya, jika hasil uji signifikasikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.). Pada hasil di atas diperoleh taraf signifikansi dan untuk kelompok lab nyata adalah 0,068 dan untuk lab virtual adalah 0,112, taraf yang diperoleh > α atau > 0,05 maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah data yang diperoleh memiliki varian yang homogen atau tidak. Tabel 4.5 Data Uji Homogenitas ke Dua Kelas Gab Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
Levene Statistic df1 df2 Sig. 2,216 1 58 ,142 1,599 1 58 ,211 1,599 1 56,335 ,211 2,065 1 58 ,156
Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-rata (Based on Mean). Hipotesis yang diuji ialah : H0 : variansi pada tiap kelompok sama (homogen) H1 : variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen) Dengan demikian, kehomogenan terpenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikansi (α) tertentu. Sebaliknya, jika hasil uji signifikan bilangan yang menunjukkan taraf signifikansi yang diperoleh. Dari tabel diperoleh signifikansi sebesar 0,142 yang lebih besar dari α = 0,05. Dapat disimpulkan data penelitian di atas homogen. Uji-t
Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar siswa dari kelompok lab nyata dan kelompok lab virtual berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama (homogen), sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t. Tabel. 4.7 Hasil Uji-t t hitung 3,411
t tabel 2,002
thitung > ttabel (3,411 > 1,672)
Ket H1 terima
Dari tabel 4.7 terlihat harga thitung = 3,411, sedangkan dari tabel distribusi t didapat ttabel = 1,672 dengan derajat kebebasan 58. Karena nilai thitung > ttabel (3,441 > 1,672). Maka H0 ditolak dan H1 diterima dengan kata lain μ1 > μ2. Berarti hipotesis yang berbunyi “terdapat perbedaan hasil belajar siswa dimana yang menggunakan laboratorium virtual lebih baik dari pada laboratorium nyata terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara pembelajaran dengan menggunakan
laboratorium nyata dan laboratorium virtual terhadap hasil belajar pada materi asam basa di kelas XI IPA SMA Nusantara Kota Jambi. PEMBAHASAN Penggunaan lab nyata dan lab virtual memberikan dampak berbeda terhadap hasil belajar. Hasil analisis menunjukkan dimana terlihat harga thitung = 3,411, sedangkan dari tabel distribusi t didapat ttabel = 1,672 dengan derajat kebebasan 58. Karena nilai thitung > ttabel (3,441 > 1,672). Maka H0 ditolak dan H1 diterima dengan kata lain μ1 > μ2 bahwa lab virtual memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan lab nyata. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil analisis, yaitu : Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh selama penelitian, kelas eksperimen 1 yaitu kelas lab nyata memiliki nilai rata-rata nilai posttest 71.67 sedangkan nilai rata-rata nilai kelas eksperimen 2 yaitu kelas lab nyata adalah 80,50. Hal ini menunjukkan bahwa media laboratorium virtual memberikan nilai rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dari pada laboratorium nyata. Seluruh siswa pada kelas eksperimen, baik pada kelas lab nyata dan lab virtual masih ditemukan siswa yang belum tuntas pada pembelajaran kimia, pada kelas lab nyata ditemukan 14 orang siswa dan pada kelas lab virtual ditemukan 4 orang siswa yang masih belum tuntas (SKM = 72). Pada pembelajaran dengan menggunakan lab nyata sebenarnya juga memudahkan siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari dibandingkan dengan tanpa bantuan media alat laboratorium. Namun pada pelaksanaan pembelajaran banyak ditemukan hambatan atau kendala-kendala, diantaranya siswa masih dihantui perasaaan takut berbuat salah dalam memegang alat-alat laboratorium atau mencampurkan bahan-bahan kimia yang mengakibatkan meledak atau terbakar selain itu ada beberapa percobaan yang tidak bisa diulangi karena ketersediaan alat dan bahan yang jumlahnya sangat terbatas. Hal ini terbukti disaat pelaksanaan praktikum di kelas lab nyata ada salah seorang siswa yang tanpa sengaja menumpahkan larutan asam kuat ke dalam wadah larutan lain. Hal ini kemungkinan disebabkan pertama kurangnya kehati-hatian dan kurang waspada pada diri siswa dan dikarenakan aktivitas pelaksanaan praktikum pada pembelajaran kimia bisa dibilang amat sangat jarang dilakukan sehingga menyebabkan grogi, nervous, gugup dan emosi tak terkontrol sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang tak sesuai. Beberapa kelemahan itulah yang menghambat proses penemuan konsep atau prinsip atau fakta yang sedang dipelajari sehingga membuat hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan kelas lab virtual. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Basir (2009) dan Riana (2011) bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan lab virtual memperoleh prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan lab nyata. Penggunaan lab virtual akan membantu siswa dalam memecahkan masalah dengan lebih praktis, tanpa harus khawatir adanya kesalahan-kesalahan dalam mencampurkan bahan. Dalam lab virtual, siswa hanya perlu mengoperasikan komputer dan melakukan sesuai prosedur percobaan sehingga tidak harus menuntut siswa memiliki gaya belajar kinestetik. Sedangkan pada lab nyata siswa perlu melakukan praktikum sehingga diperlukan keahlian dalam melakukan praktikum dan dituntut memiliki skill awal yang lebih tinggi. Selain itu penggunaan lab virtual dapat
menarik perhatian siswa, siswa akan lebih senang dan aktif dalam menerima materi pelajaran, sehingga tidak menuntut aktivitas yang lebih tinggi dari siswa, karena aktivitas belajar bisa muncul bila ada sesuatu hal-hal yang dianggap menarik bagi siswa apalagi media yang digunakan jarang diketahui oleh siswa. Sedangkan pada lab nyata siswa dituntut untuk mempunyai modal pengetahuan awal tentang praktikum seperti mengetahui nama-nama bahan dan alat-alat yang akan digunakan dan kerja laboratorium yang harus ekstra hati-hati sehingga siswa harus memiliki keaktifan serta skill atau kemampuan yang tinggi baik sendiri maupun bersama kelompoknya PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan laboratorium nyata diperoleh rata-rata 71,67 dan pada kelas yang menggunakan laboratorium virtual diperoleh 80,50. Dimana, pada uji hipotesis terlihat harga thitung = 3,411, sedangkan dari tabel distribusi t didapat ttabel = 1,672 dengan derajat kebebasan 58 dan α = 0,05. Karena nilai thitung > ttabel (3,441 > 1,672). Maka H0 ditolak dan H1 diterima dengan kata lain μ1 > μ2, sehingga hipotesis yang berbunyi “terdapat perbedaan hasil belajar siswa dimana yang menggunakan laboratorium virtual lebih baik dari pada laboratorium nyata terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara pembelajaran dengan menggunakan laboratorium nyata dan laboratorium virtual terhadap hasil belajar pada materi asam basa di kelas XI IPA SMA Nusantara Kota Jambi. B.SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Guru kimia diharapkan dapat menggunakan laboratorium virtual pada materimateri kimia lainnya. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arsyad. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada Artha, A.2009. Pembelajaran IPA dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi Menggunakan Lab Nyata dan Lab Virtual Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir dan Gaya Belajar Siswa Pada SMP Negeri 5 Yogyakarta. Surakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta Djamarah, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Hamid. 2013. Dimensi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta : CV. Alfabeta http://phet.colorado.edu/acid_base/ diakses tanggal 21 Oktober 2013 Kean, E.1985. Panduan Belajar Kimia Dasar.e-book Munthe, B.2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta : PT Pustaka Insan Madani Riana.2011. Pembelajaran Kimia Dengan Metode Inkuiri Terbimbing Antara Penggunaan Lab Virtual dan Lab Nyata Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada SMA Batik 2 Surakarta Pada Materi Koloid TP. 2009/2010. Surakarta : Universitas Sebelas Maret