PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN POWERPOINT DALAM MATERI KOLOIDKELAS XI IPA SMA ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI
ARTIKEL ILMIAH
OLEH TIARA NUR SHINTA NIM RRA110011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESEMBER 2014
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN POWERPOINT DALAM MATERI KOLOIDKELAS XI IPA SMA ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI Oleh: Tiara Nur Shinta1), M Dwi Wiwik Ernawati2), Affan Malik3) 1) Mahasiswa pendidikan kimia 2) Dosen pendidikan kimia 3) Dosen pendidikan kimia Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas jambi E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru memerlukan suatu media pembelajaran yang akan digunakan untuk membantu siswanya lebih cepat mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Islam Al-Falah yang diajarkan melalui macromedia flash dengan media powerpoint pada materi koloid. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan rancangan penelitian Nonequivalen control group design. Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini maka dilakukan dengan cara undian dan teknik analisa data digunakan rumus uji-t, dengan asumsi data harus berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Islam Al-Falah Kota Jambi diperoleh hasil analisis data. Dimana nilai rata-rata hasil belajar kimia pada kelas eksperimen I (Macromedia Flash) 82,78 lebih tinggi dari pada kelas eksperimen II (powerpoint) 70,67. Berdasarkan uji statistik pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan 70 diperoleh ttabel = 1,689 dan thitung = 4,70 . Karena nilai thitung > ttabel berarti hipotesis yang berbunyi “terdapat perbedaan hasil belajar siswa dimana yang menggunakan macromedia flash lebih baik daripada powerpoint terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh dan perbedaan antara pembelajaran dengan menggunakan macromedia flash dan media powerpoint terhadap hasil belajar pada materi koloid di kelas XI IPA SMA Islam Al-Falah Kota Jambi. Kata Kunci : Macromedia Flash, Powerpoint, Hasil Belajar, Koloid PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan mengadakan peningkatan dan pembaharuan pada komponen-komponen proses belajar yakni guru, siswa, metode pengajaran dan media pembelajarannya. Guru berperan sebagai salah satu faktor penting dan memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pembelajaran diharapkan dapat
menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa aktif. Untuk itu, seorang guru harus mempunyai kreativitas dalam menjelaskan materi pembelajaran sehingga dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk belajar, diantaranya adalah dengan membuat suatu alat bantu/media pembelajaran yang menarik dan interaktif. Menurut Wilson (dalam Sutrisno:2011) bahwa “tingkat
keberhasilan belajar peserta didik dapat dilihat dari hasil belajar yang menyangkut ujian, tugas-tugas, dan pengamatan dimana hasil belajar yang baik menunjukkan mutu pendidikan yang baik pula”. Selain itu hasil belajar sering dijadikan pedoman atau pertimbangan dalam menentukan pendidikan lanjutan. Materi koloid merupakan materi yang berkarakteristik teori banyak hafalan yang membuat siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya, padahal siswa dituntut untuk memiliki daya ingat dan kemampuan hafalan yang tinggi. Semua siswa memiliki potensi di dalam diri mereka yakni berupa kemampuan memori, baik itu tinggi, rendah, maupun sedang. Seorang guru harus mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik dengan memanfaatkan media yang ada sehingga dapat tercipta pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan mudah dipahami(http://pinnapinno.blogspot.com). Disini peneliti menggunakan model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) karena strategi pembelajaran TAI merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Karakteristik dari model ini yaitu model pembelajaran secara kelompok yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. (http://zakiyudin.com). Guru juga harus melakukan inovasi (pembaharuan) pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran melalui penggunaan software pendidikan. Salah satu program software yang sedang berkembang adalah macromedia flash. Menurut Arsyad A (2013), Macromedia flash merupakan salah satu program software yang mampu menyajikan pesan audio visual secara jelas kepada siswa dan materi yang bersifat abstrak dapat diilustrasikan secara lebih menarik kepada siswa dengan berbagai gambar animasi yang dapat merangsang
minat belajar siswa. Salah satu wujud dari program macromedia flash adalah media animasi. Dalam hal ini dipilih media animasi karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah memberikan kesan daya ingat yang lebih lama dan membantu dalam pemahaman konsep yang abstrak pada materi kimia. Selain macromedia flash juga terdapat penggunanaan media pembelajaran berupa powerpoint yang membantu tercapainya hasil belajar yang baik. Menurut Jauhary D (2012), Presentasi menggunakan powerpoint merupakan kegiatan yang penting dalam mengkomunikasikan suatu gagasan kepada orang lain dengan berbagai tujuan terutama untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang disajikan, atau tujuan lain. Berdasarkan manfaat media pembelajaran baik macromedia flash maupun powerpoint bahwa kedua media ini sama-sama dapat memberikan keberhasilan dan motivasi dalam belajar yang baik bagi siswa. Untuk itu, peneliti ingin menggunakan kedua media ini pada konsep koloid dan melihat perbandingan hasil belajarnya. KAJIAN PUSTAKA
A. DEFINISI BELAJAR Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku. Hal ini memberikan informasi bahwa dalam belajar harus dilandasi oleh adanya perubahan. Proses perubahan terjadi selama jangka waktu tertentu. Dalam proses belajar menghasilkan kemampuankemampuan belajar yang selanjutnya disebut hasil belajar (Ahmadi, A: 2008). Menurut Bahtiar dalam Sutrisno (2011) Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Akan tetapi setiap teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli mengacu kepada kajian-kajian tentang prilaku individu dalam proses belajar
mengajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal yaitu: 1. Konsep belajar yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat, mengkhayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan. Konsep seperti ini digunakan oleh aliran disiplin mental dalam merumuskan teori belajar. Proses belajar yang paling menonjol menurut aliran ini adalah melalui praktik dan latihan yang meliputi latihan memecahkan soal, menghafal dan mengarang. 2. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi ini meliputi respon terhadap stimulus, motivasi dan proses penalaran. Konsep ini digunakan oleh aliran bihaviorisme yang memandang bahwa perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus (rangsangan). Sehingga untuk menyampaikan materi kepada siswa diperlukan stimulus yang baik yang ada disekitarnya. (Bahtiar dalam Sutrisno:2011). B. HASIL BELAJAR Secara global hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan ini melingkupi kemampuan kognitf, sensorik, psikomotor dan kemampuan dinamik. Pada umumnya dalam mengukur hasil belajar dapat dinyatakan dalam ukuran kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif hasil belajar dinyatakan dengan baik atau kurang baik, bagus atau kurang bagus. Sedangkan
secara kuantitatif dinyatakan dengan angka (Herleni R:1999). Hasil belajar dinyatakan dalam klasifikasi yang dikembangkan oleh Bloom. Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir yang terdiri dari 6 jenjang yaitu, mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan(C3), menganalisis (C4), mengevaluasi/menilai (C5) dan mencipta (C6). Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, penghargaan, proses, internalisasi dan pembentukan karakteristik diri yang terdiri atas 5 jenjang, yaitu penerimaan (A1), penanggapan (A2), nilai diri (A3), organisasi (A4) dan karakteristik (A5). Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak/ manipulasi yang bukan di sebabkan oleh kematangan biologis tetapi kematangan psikologis. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotor mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat yang rumit yaitu persepsi (P1), kesiapan (P2), reaksi yang diarahkan (P3), reaksi natural (P4), reaksi yang kompleks (P5), adaptasi (P6) dan kreativitas (P7). Penguasaan hubungan ketiga ranah kognitif akan diperoleh hasil belajar. Di dalam belajar terjadi proses berpikir, seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan mental bukan kegiatan motorik, walaupun kegiatan motorik ini dapat berjalan bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut (Hasan dan Asmawi:1992). Berdasarkan hal ini jelas bahwa belajar merupakan suatu aktivitas. Hasil belajar adalah pengusaan hubungan yang telah diperoleh sehingga orang tersebut dapat menampilkan pengalaman dan penguasaan bahan yang dipelajari. C. MODEL PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASISTEN INDIVIDUAL)
Model pembelajaran TAI adalah suatu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Slavin, 1995. “Teams
Assisted Individualization” dapat diterjemahkan sebagai kelompok yang dibantu secara individual atau kelompok dimana ada seorang asisten yang membantu secara individual. Model pembelajaran TAI ini merupakan teori belajar konstruktivisme dan teori belajar kognitif. Jadi model TAI merupakan model pembelajaran secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten/ tutor sebaya yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Pada pembelajaran TAI akan memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. 2.3.1 Sintaks Model Pembelajaran TAI Langkah-langkah (sintaks) model Pembelajaran Kooperatif TAI : Fase – 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan memotivasi siswa agar lebih giat dalam pembelajaran. Fase – 2 : Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi dengan cara ceramah tentang pokok bahasan materi. Fase – 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok – kelompok belajar Guru membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari siswa – siswa yang kemampuannya heterogen. Dasar penegelompokan adalah dengan melakukan placement test atau menggunakan data yang sudah ada sebelumnya. Fase – 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru memberikan bimbingan seperlunya kepada masing – masing kelompok dan mengawasi jalannya diskusi. Fase – 5 : Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa. Fase – 6 : Memberikan penghargaan Guru mencari upaya yang berkaitan dengan penghargaan atas keberhasilan belajar siswa. balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan”. Pendapat menurut Ruhimat (2011) proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”. D. MEDIA PEMBELAJARAN
Apabila media membawa pesanpesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksudmaksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Azhar A:2013). Agar media pembelajaran tersebut berfungsi dengan baik dan mampu membantu siswa maupun guru dalam mencapai apa yang diharapkan. Maka dalam hal ini guru harus memahami teknik penyajian pelajaran.
Sementara itu Gagne dan Briggs dalam Azhar A (2013), mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film , slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau bahan fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran menurut Davis dalam Rayandra (2012), berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi pembelajar (siswa). Artinya, melalui media peserta didik memperoleh pesan dan informasi sehingga membentuk pengetahuan baru pada diri siswa. Dalam batas tertentu, media dapat menggantikan fungsi guru sebagai sumber informasi/pengetahuan bagi peserta didik. Media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. 1. MACROMEDIA FLASH Macromedia flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang dapat bergerak dati besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain dan masih banyak lagi yang lain. Adapun animasianimasi objek grafis tersebut dapat dikerjakan dengan Macromedia Flash. Macromedia Flash juga mengenalkan bagaimana membuat movie clip,animasi frame, animasi motion tween, serta perinta action script-nya. Adapun beberapa kemampuan macromedia flash lainnya adalah sebagai berikut: 1.Dapat membuat animasi gerak (motion tween), perubahan bentuk (shape tween),
perubahan dan transparansi warna (color effect tween). 2.Dapat membuat aplikasi masking (menutupi sebagian objek yang terlihat) dan animasi motion guide (animasi mengikuti jalur) 3.Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain 4.Dapat membuat animasi logo, animasi form, presentasi multimedia, game, kuis interaktif, simulasi/visualisasi 5.Dapat dikonversi dan dipublish kedalam beberapa tipe seperti *swf, *.html, *.gif, *.jpg, *.png, *.exe, dan *.mov (Asyhar, R:2012) 2. POWERPOINT Microsoft Powerpoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dkembangkan oleh microsoft di dalam paket aplikasi. Aplikas ini sangat banyak digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan pebisnis, para pendidik, siswa dan trainer. Menurut Asyhar, R (2012) Program powerpoint salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage). Powerpoint dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan: 1.Personal Presentation: pada umumnya powerpoint digunakan untuk presentasi dalam classical learning. Seperti kuliah, training, seminar, workshop, dll. Pada penyajian in powerpoint sebagai alat bantu bagi instruktur/guru untuk presentasi menyampaikan materi dengan bantuan media powerpoint. Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak pada guru atau instruktur. 2.Stand Alone: pada pola penyajian ini, powerpoint dapat dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu tinggi namun powerpoint
mampu menampilkan feedback yang sudah diprogram. 3.Web Based: Pada pola ini powerpoint dapat diformat menjadi file web(html) sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat menampilkan internet. E. MATERI KOLOID Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ). Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. F. KERANGKA BERPIKIR Materi koloid sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga materi ini sangat penting untuk dipelajari. Materi koloid ini biasanya disampaikan kepada siswa tidak menggunakan media sehingga kebanyakan siswa merasa bosan dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu guru perlu menggunakan variasi dalam mengajar seperti memanfaatkan media yang ada. Dengan media pembelajaran macromedia flash dan media powerpoint siswa dimudahkan dalam memahami mata pelajaran tersebut. Dimana macromedia flash ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah memberikan kesan daya ingat yang lebih lama dan membantu dalam pemahaman konsep yang abstrak pada materi kimia sehingga dapat merangsang minat belajar siswa. Selain macromedia flash juga terdapat media
powerpoint yang sering digunakan dalam pembelajaran sehingga kedua media ini dapat digunakan oleh peneliti pada konsep koloid dan melihat perbandingan hasil belajarnya. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh Model pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization), dimana peran pendidik dalam Model pembelajaran TAI ini hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Pada pembelajaran TAI akan memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Oleh karena itu, peneliti mengambil dua kelas sampel untuk digunakan sebagai perbandingan. Kedua kelas ini diperlakukan dengan model pembelajaran sama yang membedakan hanya media pembelajarannya saja. Dimana pada kelas eksperimen I diberikan perlakuan pengajaran dengan menggunakan macromedia flash, sedangkan pada kelas eksperiment II diberikan perlakuan mengajar dengan menggunakan model powerpoint. G. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian ini digunakan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam peneltian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dimana yang menggunakan macromedia flash lebih baik daripada powerpoint. METODOLOGi PENELITIAN
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah bentuk Nonequivalen control group design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-
masing
dipilih secara undian dan Jenis
penelitian ini adalah penelitian quasi eksprimen. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh siswa-siswi kelas XI IPA SMA Islam Al-Falah Kota Jambi dan sampel kelas XI IPA 3 untuk kelas eksperimen I dn XI IPA 2 untuk kelas eksperimen 2. Tahapan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan penyelesaian. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar berupa tes objektif. Adapun dalam penyusunan Tes Hasil Belajar diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup sub pokok bahasan, kemampuan yang diukur, indikator serta jumlah butir soal, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan soal-soal beserta kunci jawaban, dimana untuk setiap soal harus sesuai dengan indikator dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal. Untuk mendapatkan data yang valid, maka dilakukan standarisasi soal dengan cara menentukan validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal. Soal diberikan setelah proses pembelajaran selesai yang dianalisis menggunakan uji t. Sebelum menggunakan uji t maka terlebih dahulu menghitung normalitas dan homogenitas. HASIL PENELITIAN A. TES AWAL (PRETEST)
Tes yang diberikan diawal rangkaian pembelajaran (pretest) dilakukan untuk mengetahui awal serta memastikan kedua kelas sampel sama yang di analisis melalui uji-t sehingga diperoleh data penilaian awal siswa. Data hasil tes awal (pretest) dari kelompok eksperimen I dengan menggunakan macromedia flash dan kelompok eksperimen II dengan media powerpoint berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukannya uji t. Hasil analisis statistik uji t ditampilkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil analisis uji-t data tes awal Kelas
Eksperi men I dengan macrome dia flash (n=36) Eksperi men II dengan powerpoi nt (n=36)
Uji-t ttabel (α = 0,05 ; db = 70) = 1,689
√
Homogenitas Ftabel (α = 0,05) = 1,767
Lhitung
Ket
Fhitung
Ket
Thitung
0,091
Nor mal 1,158
Hom ogen
0,47
Normalitas Ltabel =
0,145
Ket
H1 ditolak
Nor mal
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh informasi hasil uji normalitas kelas eksperimen I (0,091 < 0,148) dan kelas eksperimen II (0,145 < 0,148) dengan Lhitung < Ltabel. Maka dapat disimpulkan bahwa kelas sampel berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas diperoleh Fhitung < Ftabel (1,158 < 1,767) maka kedua kelas sampel memiliki varian yang homogen. Pada hasil analisis data dengan uji-t kedua kelas sampel didapatkan thitung < ttabel (0,47 < 1,689). Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan kedua kelas eksperimen relatif sama. B. TES AKHIR (POSTTEST) Tes diberikan diakhir rangkaian pembelajaran (posttest) pada kedua kelas sampel, untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan macromedia flash di kelas eksperimen I dan menggunakan media powerpoint di kelas eksperimen II. 1. PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR DENGAN UJI N-GAIN
Nilai N-gain dihitung untuk mengetahui peningkatan kemampuan belajar siswa yang diperoleh dari nilai pretest ke posttest dari kelas sampel. Peningkatan yang terjadi sesudah pembelajaran di ukur melalui selisih antara nilai pretest dengan posttest. Data hasil perhitungan ditampilkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Perubahan Hasil Belajar (pretest ke posttest) dengan uji N-Gain
Kelas G N-Gain
Eksperimen I ( Macromedia Flash) 68,97 0,69 (Sedang)
Eksperimen II (Media Powerpoint) 23,22 0,45 (Sedang)
Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa terdapat perubahan antara pretest dengan posttest yang menggunakan macromedia flash dan media powerpoint. Bila dibandingkan nilai N-Gain yang menggunakan macromedia flash (0,69) lebih tinggi dari pada nilai N-Gain yang menggunakan media powerpoint (0,45) walaupun keduanya masih dalam kriteria sedang. Untuk memastikan besarnya perubahan perbedaan yang terjadi antara kedua kelas sampel maka dilakukan uji-t tehadap hasil belajarnya. 2. PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI T
Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji F. Setelah diketahui data yang diperoleh terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen, barulah dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t untuk menjawab hipotesis penelitian. Hasil analisis statistik ditampilkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil analisis uji-t
Kelas
√
Homogenitas Ftabel (α = 0,05) = 1,767)
Ket
Fhitung
Normalitas Ltabel =
Lhitung
Ket
Uji-t ttabel (α = 0,05 db = 70) = 1,689 Thitun
Ket
g
Eksperimen I dengan macromedia flash (n=36) Eksperimen II dengan powerpoint (n=36)
0,085
Nor mal 1,062
0,051
Homog en
5,47
H1 diteri ma
Nor mal
Dari tabel 4.3 diperoleh informasi bahwa kelompok eksperimen I memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok eksperimen II. Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa uji normalitas pada kelas eksperimen I yaitu Lhitung < Ltabel (0,085 < 0,148) dan kelas eksperimen II yaitu Lhitung < Ltabel (0,051 < 0,148) berarti kedua kelas sampel berdistribusi normal. Untuk hasil uji homogenitas didapat hasil Fhitung < Ftabel (1,062 < 1,767), dari hasil tersebut berarti kedua kelas sampel memiliki varian yang homogen. Kemudian dilakukan analisis uji-t untuk hasil nilai posttest didapat hasil bahwa thitung > ttabel (5,47 > 1,689). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dengan hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh dan perbedaan antara penggunaan macromedia flash dengan media powerpoint terhadap hasil belajar pada materi koloid di kelas XI IPA SMA Islam Al-Falah Kota Jambi. PEMBAHASAN
Pada dasarnya belajar merupakan aktifitas positif yang mendorong siswa lebih kreatif dan berpikir kritis. Dalam proses belajar mengajar merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluassi (Aqib Z:2013). Hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan ini melingkupi kemampuan kognitf, sensorik, psikomotor dan kemampuan dinamik. Pada umumnya dalam mengukur hasil belajar dapat dinyatakan dalam ukuran kualitatif dan kuantitatif (Herleni R:1999). Pada proses belajar mengajar media sangat dibutuhkan karena dapat membantu dalam penyampaian materi oleh guru yang dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru
atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik. Sehingga siswa dapat memperhatikan dengan baik dan mengerti pelajaran tersebut. Menurut Arsyad A (2013) Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri siswa. Dalam penelitian ini digunakan media berupa macromedia flash dan media powerpoint. Penelitian dilakukan di SMA Islam Al-Falah Kota Jambi pada materi koloid, dimana kelas XI IPA 3 diberi perlakuan dengan macromedia flash sedangkan pada kelas XI IPA 2 dengan media powerpoint. Pada pelaksanaannya, sebelum dilakukan perlakuan peneliti terlebih dahulu memberikan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi koloid. Setelah diberikan pretest dilanjutkan dengan pemberian materi baik pada kelas Macromedia Flash maupun media powerpoint. Diakhir pertemuan setelah pembelajaran materi selesai dilanjutkan dengan pemberian posttest di kedua kelas. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar penguasaan pengetahuan siswa setelah pembelajaran dilakukan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, diperoleh hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA Islam Al-Falah Kota Jambi pokok bahasan koloid. Dimana untuk kelas macromedia flash hasil tes awal (pretest) memiliki rata-rata 47,3 kemudian setelah pembelajaran selesai memperoleh rata-rata 82,78. Sedangkan untuk kelas powerpoint hasil tes awal (pretest) memiliki rata-rata 46,3 kemudian
setelah pembelajaran selesai memperoleh rata-rata 70,67. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan belajar siswa dilakukan pengukuran selisih antara nilai pretest dan posttest dari kedua kelas menggunakan rumus N-gain. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai N-gain kelas macromedia flash (0,69) dengan kriteria sedang lebih tinggi dari pada nilai N-Gain yang menggunakan media powerpoint (0,45) dengan kriteria sedang. Hal ini menunjukkan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan media pembelajaran macromedia flash lebih baik dari pada menggunakan media pembelajaran powerpoint. Menurut Winata U (2007), teori belajar menurut Bruner mencetuskan bahwa belajar merupakan pencarian yang aktif terhadap pengetahuan yang dilakukan seseorang dalam memecahkan masalah sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Teori Bruner juga menyarankan agar siswa belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip yang memberi kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman. Sementara teori belajar kognitif menurut Piaget sebagai salah seorang tokoh pelopor aliran konstrutivisme mengemukakan sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu. Hasil belajar juga diolah menggunakan uji “t”, menurut Sugiyono (2013) bahwa untuk penggunaan statistik uji-t mensyaratkan data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kelas macromedia flash memiliki Lhitung
Powerpoint memiliki Lhitung
ttabel (5,47 >1,689) sehingga H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan macromedia flash memberikan hasil lebih baik terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media powerpoint pada materi koloid kelas XI SMA Islam Al-Falah Kota Jambi”. Sesuai dengan yang dikemukakan Arsyad A (2013), macromedia flash merupakan salah satu program software yang mampu menyajikan pesan audio visual secara jelas kepada siswa dan materi yang bersifat abstrak dapat diilustrasikan secara lebih menarik kepada siswa dengan berbagai gambar animasi yang dapat merangsang minat belajar siswa. Salah satu wujud dari program macromedia flash adalah media animasi karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah memberikan kesan daya ingat yang lebih lama dan membantu dalam pemahaman konsep yang abstrak pada materi kimia. Menurut Asyhar R (2013), macromedia flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari
terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan masih bnayak lagi yang lain. Adapun animasi-animasi objek grafis tersebut dapat dikerjakan dengan macromedia flash yang merupakan aplikasi dari TIK. Menurut Ramsay dalam Sutrisno (2011) TIK dalam pembelajaran dapat mendorong timbulnya komunikasi, kreativitas dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta pelajar. TIK juga membuat pengetahuan atau materi pelajaran yang disajikan baik berupa verbal dan visual dapat memberi daya ingat lebih lama (Paivio dalam Sutrisno:2011). Menurut Asyhar R (2013), macromedia flash juga mengenalkan bagaimana membuat movie clip, animasi frame, animasi tween motion, serta perintah sction script-nya. Adapun beberapa kemampuan Macromedia Flash lainnya adalah sebagai berikut: 1.Dapat membuat animasi bergerak (motion tween), perubahan bentuk (shape tween) dan perubahan dan transparansi warna (color effect tween). 2.Dapat membuat animasi masking (efek menutupi sebagaian objek yang terlihat) dan animasi motion guide (animasi mengikuti jalur) 3.Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain. 4.Dapat membuat animasi logo, animasi form, presentasi multimedia, game, kuis interaktif, simulasi/visualisasi. Ada beberapa alasan mengapa macromedia flash dapat mempertinggi proses belajar siswa, antara lain: dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Selanjutnya dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Kemudian dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Yang terakhir hal-hal yang bersifat abstrak dapat dikonkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Dalam penelitian ini juga di bantu oleh Model pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization), dimana Model pembelajaran TAI ini merupakan teori belajar konstruktivisme dan teori belajar kognitif. Sehingga model TAI dilakukan secara kelompok dimana terdapat seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten/ tutor sebaya yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Pada pembelajaran TAI akan memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Hasil belajar siswa pada kelas XI IPA 3 ini lebih baik dikarenakan kelompok ini menggunakan pembelajaran menggunakan macromedia flash yang menuntut siswa untuk dapat memperhatikan pelajaran karena dengan pembelajaran ini lebih menarik dibandingkan pembelajaran yang menggunkan powerpoint sehingga membuat siswa lebih berminat untuk belajar. Dengan kata lain, pembelajaran menggunakan macromedia flash
menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tes hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan macromedia flash diperoleh rata-rata 82,78 dan pada kelas yang menggunakan powerpoint diperoleh 70,67. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan media pembelajaran macromedia flash lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan media powerpoint. Demikian juga selisih nilai N-gain pada kelas yang menggunakan macromedia flash diperoleh 0,69 lebih tinggi dari kelas yang menggunakan powerpoint diperoleh 0,45 walaupun keduanya masih dalam kriteria sedang. Dari hasil tersebut kedua kelas ini memiliki kriteria yang sama akan tetapi selisih nilai kedua kelas ini jauh berbeda. Berkat uji hipotesis dengan uji-t maka diperoleh t(α=0,05;db=70) didapat thitung > ttabel yaitu 5,47 > 1,689, sehingga hipotesis yang berbunyi “terdapat perbedaan hasil belajar siswa dimana yang menggunakan macromedia flash lebih baik daripada powerpoint terpenuhi”. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1.Guru kimia diharapkan dapat menggunakan macromedia flash pada materi-materi kimia lainnya. 2.Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta. Arsyad, A. 2007. Media Pengajaran. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press. Danin S dan Khairil. 2011. Profesi Kependidikan. Bandung : Alfabeta. http://mey20.wordpress.com/edocation/pe mbelajaran-kooperatif-tipe-tai/ diakses tanggal 23 Desember 2013 http://pinnapinno.blogspot.com/2010/11/0 7/pembelajaran_kimia. diakses tanggal 15 oktober 2013 http://taksonomi-bloom-versi-terbaru.pdf diakses 9 januari 2014 http://zakiyudin94.wordpress.com/2013/10 /05/makalah-makromedia-flash/ diakses 28 mei 2013 Jihad A dan Haris, A. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Putra, S. 2012. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jogjakarta: DIVA Press. Shahira, N. 2011. Ringkasan Materi dan Soal Latihan Kimia SMA/MA. Jakarta: PT. Grasindo. Suryabrata, S. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. 1987. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D). Bandung: Alfabeta. Sukardjo . 2009. Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Bumi Aksara. Sutrisno, 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif. Jakarta: GP Press. Sutrisno, 2012. Kreatif Mengembangkan Aktivitas Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta: GP Press. Utsman, F. 2012. Panduan Statistika Pendidikan. Jogjakarta : DIVA Press. Winata, U. 2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas terbuka