BAB V HASIL ANALISA 5.1 Improvement Dalam improvement yang akan dilakukan penulis ini berdasarkan dari permasalahan yang ada dan tindakan yang nantinya diperbaiki diperbaiki sesuai dengan akar permasalahan yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Yang mana dapat dilihat dari bagan pohon dibawah ini.
Perbaikan
Pengaturan Produksi
Format Penilaian Mahasiswa
Gambar 5.1 Skema perbaikan Dari bagan pohon diatas tindakan perbaikan yang nantinya dilakukan terdiri dari dua poin utama yaitu mengenai pengaturan produksi dan format penilaian mahasiswa. 1.1.1 Format Penilaian enilaian Mahasiswa Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proses permesinan benda kerja produksi. Dengan ketentuan--ketentuan ketentuan seperti yang ditunjukan dibagian bawah ini.
58
Gambar 5.2 Skema Format penilaian mahasiswa Input
Proses •Mahasiswa Mahasiswa •Raw Raw material
Output
•Tingkat 2 •Pendidikan teknik •Pengoperasian mesin produksi
•Mahasiswa yang memiliki kompetensi dibidang manufaktur •Barang produksi yang berkualitas dan tidak reject
Dari skema diatas menunjukan flow dari proses transformasi dari input menjadi outpu yang mana dalam skema itu dijelaskan bahwa input yang diolah yaitu itu mahasiswa dan raw material. Dimana pada divisi tingkat 2 semua input tadi diolah melalui proses pendidikan dan pengajaran teknik bagi mahasiswa serta pengoperasian mesin yang mana hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat menerapkan langsung proses produksi produksi dengan mengerjakan atau membuat barang produksi ayng berasal dari raw material yang diolah. Sehingga dari output yang dihasilkan dapat di simpulkan bahwa akan dihasilkan mahasiswa yang memiliki kompetensi yang baik dalam hal teknik manufaktur serta produk produk berupa barang produksi yang dihasilkan tanpa terjadinya reject.
Mahasiswa Tingkat 2
Produk
Barang produksi
Gambar 5.3 Flow penialaian Produk Tingkat 2 Sehingga secara garis besar bahwa di tingkat 2 produk yang dihasilkan berupa mahasiswa dan barang produksi. 1. Produk berupa mahasiswa
59
Manajemen operasi yang sudah dilakukan pada tingkat 2 mengenai produk yang berupa mahasiswa masih relatif kurang mendetail dalam penilaian. Hal ini terlihat dengan format penilaian yang masih terlalu luas kajiannya sedangkan dari segi barang produksi sudah tidak menjadi menjadi masalah yang besar. Oleh karena itu fokus dari perbaikan ini cenderung kearah mahasiswa, agar didapat penilaian yang se objektif mungkin sehingga didapat mahasiswa yang lebih berkualitas dengan sistem penilaian yang bagus serta benda kerja yang dihasilkan tidak reject. reject
Tingkat 2 Mahasiswa Nilai Tingkat 2 Ujian Praktek Proyek
Kompetensi Benda Produksi
Produksi Benda Produksi
Gambar 5.4 Skema Penilaian Total Mahasiswa Dari skema diatas didapat bahwa mahasiswa tingkat 2 mendapat 3 yaitu nilai ujian praktek, nilai kompetensi dan nilai produksi. 1. Untuk nilai ujian praktek berdasarkan dari proyek yang ditentukan oleh pihak akademi. 2. Nilai kompetensi Nilai yang didapat dari pengerjaan suatu barang produksi yang sesuai dengan kriteria kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa tingkat 2.
60
Jadi apabila dilihat dari sudut pandang produksi nilai kompetensi ini sangat membantu karena barang yang dikerjakan merupakan barang produksi dengan tuntutan yang diberikan melebihi dari tuntutan produksi. Maksudnya dari segi ukuran dimensi lebih dibuat presisi dan tuntutan kehalusan maupun performance lebih ditingkatkan dari tuntutan produksi yang sesungguhnya. Sehingga hal ini dapat membuat barang produksi tersebut lebih baik dari segi kualitasnya sehingga tingkat reject benda kerja dapat diminimalisir. Berikut adalah skema dari kriteria atau kompetensi yang akan dinilaikan pada mahasiswa dalam bentuk diagram pohon.
61
Blocking Drilling Reaming Pocket Kesejajaran Manual Kesikuan Chamfer Tap Dial Melingkar Deburr
Nilai Kompetensi
Blocking Drilling Reamer Boring NC
Pocket Chamfer Tap Dial Melingkar Deburr
Gambar 5.5 Skema Penilaian Kompetensi
62
Keterangan : a. Blocking : merupakan proses permesinan dengan menggunakan mesin milling yang bertujuan untuk meratakan 6 bidang pada benda kerja yang dikerjakan. b. Boring
:
merupakan
proses
permesinan
dengan
prinsip
memperbesar lubang pada benda kerja, untuk proses milling biasanya menggunakan boring tool. c. Drilling : proses permesinan yang membuat lubang pada benda kerja. d. Reaming : proses permesinan yang membuat lubang yang presisi tapi dengan menggunakan tool yang bernama reamer, yang mana sebelum tool ini digunakan benda kerja tersebut harus sudah mempunyai awalan lubang sesuai dengan standar pre drill reamer yang akan dibuat. e. Pocket : proses permesinan yang membuat kolam / kontur yang menjorok kedalam pada bagian benda kerja. f. Kesejajaran : selisih kerataan atau paralelitas dari 2 bidang yang diukur dari tepi, tengah dan ujung. g. Kesikuan : selisih ketegak lurusan dari 2 bidang yang membentuk sudut 90 derajat. h. Chamfer : suatu profil yang terbentuk dari 2 bidang yang membentuk sudut ( 45º, 30º, 60º) i. Tapping
:
proses
pembuatan
profil
ulir
dalam
denganh
menggunakan alat yang disebut tap
63
j. Dial melingkar : proses pencarian titik sumbu / referensi dari sebuah lubang. k. Deburr : proses penghilangan scrap / bagian tajam dari proses permesinan. Peraturan bagi mahasiswa dalam kompetensi sebagai berikut : 1. Kompetensi hanya dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh instruktur 2. Kompetensi merupakan tanggung jawab pribadi mahasiwa sehingga mahasiswa dituntut lebih aktif 3. Jadwal kompetensi tidak dapat diulang pada minggu yang sama, akan tetapi dapat diatur kembali sesuai kebijakkan instruktur milling 4. Hanya disediakan satu mesin untuk kompetensi 5. Karena point 4 maka mahasiswa pada shift 1 yang belum mengikuti kompetensi pada hari itu wajib menunggu sampai jam 18.00 begitu dengan shift 2 6. Pengggunaan tool dalam kompetensi bebas asalkan tool tersebut ada dalam kamar alat / tool making apabila diijinkan oleh instruktur milling 7. Perhitungan waktu mulai dan mengakhir waktu kompetensi hanya dilakukan oleh instruktur 8. Lembar penilaian kompetensi
64
Kompetensi Milling tingkat 2
Nama :
Nc
NIM
:
Kelas : Blocking (full program)
Champer Objective
Ukuran
Tol.
Performance Aktual
Kehalusan
Nilai
Objective Nilai
Ukuran
Tol.
Performance Aktual
Kehalusan
Nilai
Nilai
Khusus Khusus
Nilai Objective
Khusus Nilai Objective
Nilai Subjective
Nilai Subjective Est
Aktual
Ukuran
Tol.
Final Point Est
Aktual Reaming Objective
Drilling (full program) Objective Ukuran
Tol.
Performance Aktual
Kehalusan
Nilai
X
4
Y
10
Depth
10 Nilai Objective
Est
Performance Aktual
Kehalusan
Nilai
Nilai
X Nilai
Y Iso Nilai Objective
Nilai Subjective
Nilai Subjective Est
Aktual
Ukuran
Tol.
Aktual Taping Objective
Boring Objective Ukuran
Tol.
Performance Aktual
Nilai
Kehalusan
Performance Aktual
Tap Nilai
Depth
iso
Nilai Objective
khusus Nilai Objective
Est
Kehalusan
Nilai
Nilai Subjective
Est
Aktual
Est
Aktual
Nilai Subjective
Aktual Debur
Dial Melingkar
Qty
Qty
Est
Poket / sloting (full program) Objective Ukuran
Tol.
Performance Aktual
Nilai
Kehalusan
Nilai Subjective
Nilai Objective
Nilai
X Y Depth Nilai Objective
Est
Nilai Subjective
Aktual
Objektif point : Jumlah nilai objective / Jumlah proses yang di kerjakan :
Est. Total Est. Aktual Total
Subjektif point : Jumlah nilai subjective / jumlahproses yang di kerjakan
Selisih Est.
:
Nilai total sebelum penambahan atau pengurangan estimmasi
Nilai akhir
= (0.7 x Nilai Objective) + (0.3 x Nilai Performance)
5.6 Lembar penilaian kompetensi milling tk 2 Nc
65
Aktual
Nilai
Kompetensi Milling tingkat 2
Nama :
Manual
NIM
:
Kelas : Blocking
Reaming Objective Ukuran
Tol.
Objective
Performance Aktual
Nilai
Kehalusan
Nilai
Ukuran
Khusus
Tol.
Performance Aktual
Kehalusan
Nilai
Nilai
X
Khusus
Y
Khusus
Iso Nilai Objective
Est
Nilai Subjective
Nilai Objective
Aktual
Drilling
Est
Aktual
Ukuran
Tol.
Nilai Subjective
Taping Objective Ukuran
Tol.
Performance Aktual
Nilai
Kehalusan
Objective Nilai
X
Tap
Y
Depth
Depth
Performance Aktual
Nilai Subjective
Nilai Objective Nilai Objective
Est
Kehalusan
Nilai
Nilai Subjective Est
Aktual
Ukuran
Tol.
Aktual
Kesikuan Objective
Poket / sloting Objective Ukuran
Tol.
Performance Aktual
Nilai
Kehalusan
Nilai
Aktual
Nilai
X
X
Y
Y
Depth
Depth
Nilai Objective Nilai Objective
Nilai Subjective Kesejajaran
Est
Aktual
Qty
Est
Aktual
Nilai Total
Champer Objective Ukuran
Tol.
Performance Aktual
Nilai
Kehalusan
Nilai
Debur Qty
Nilai Objective
Dial Melingkar Est
Aktual
Est
Nilai Subjective Nilai Objective
Nilai Subjective Est
Qty
Aktual
Objektif point : Jumlah nilai objective / Jumlah proses yang di kerjakan :
Est. Total Est. Aktual Total
Subjektif point : Jumlah nilai subjective / jumlahproses yang di kerjakan
Selisih Est.
:
Nilai total sebelum penambahan atau pengurangan estimmasi
Nilai akhir
= (0.7 x Nilai Objective) + (0.3 x Nilai Performance) =
5.7 Lembar penilaian kompetensi milling tk 2 Konvensional
66
Aktual
Nilai
3.
Nilai produksi Nilai produksi merupakan nilai harian mahasiswa saat mahasiswa
mengerjakan barang produksi. Karena produksi yang dikerjakan bersifat job order maka setiap mahasiswa dapat dipastikan akan mengerjakan barang produksi yang berbeda-beda. Oleh karena itu untuk menilai mahasiswa se objektif mungkin dibuatlah kriteria penilaian sebagai berikut yang dijelakan dalam diagram pohon.
67
ISO Kualitas
Ukuran
Khusus Umum Over time
Kecepatan
Nilai Produksi
Performance
Estimasi
Pass
Cacat Produk
Short time
Surface Quality Inisiatif
Sikap
Tanggung Jawab Kebersihan
Safety
Proses Permesinan Penggunaan Alat Potong
Gambar 5.8 Skema Penilaian Produksi
68
Keterangan : a. Kualitas : kesesuain ukuran antara ukuran yang dibuat dengan ukuran yang diminta pada sebuah gambar kerja. b. Ukuran ISO : merupakan ukuran dengan toleransi standar yang dipakai diseluruh dunia. c. Ukuran Khusus : merupakan ukuran dengan toleransi yang diinginkan oleh design sesuai fungsi dari produk tersebut. d. Ukuran umum : merupakan ukuran dengan toleransi lebih besar dari toleransi ISO maupun khusus. e. Kecepatan : kesuaian estimasi yang diinginkan dengan estimasi yang dikerjakan. f. Estimasi : waktu yang diberikan untuk pengerjaan produk dalam proses permesinan. g. Performance : tampilan dari produk yang dihasilkan h. Cacat produk : goresan / deformasi produk akibat proses permesinan. i. Surface quality : kehalusan permukaan Peraturan bagi mahasiswa dalam produksi sebagai berikut : 1. Mahasiswa
wajib
mengambil
lembar
pantauan
aktivitas
sebelum
melakukan proses permesinan 2. Pengisisan lembar pantauan produksi harus sesuai dengan contoh yang telah dipublikasikan
69
3. Apabila penulisan lembar pantauan produksi tidak sesuai dengan contoh maka aktivitas yang dilakukan mahasiswa tersebut tidak akan dinilai karena kurang lengkapnya data yang diminta dalam lembar pantauan tersebut. 4. Sebelum melakukan proses permesinan, maka mahasiswa harus meminta estimasi pengerjaan kepada instruktur, apabila hal ini tidak dilakukan oleh mahasiswa maka aktivitas yang sudah dilakukan oleh mahasiswa tersebut tidak akan dinilai. Tabel 5.9 Tabel Aturan Dalam Penilaian Produksi No
Komponen Penilaian Produksi
Bobot
Point
1
Kualitas
5
10-1
2
Kecepatan
5
7-10
3
Performance
4
10-1
4
Sikap
3
10-7-5-3
5
Safety
3
10-7-5-3
No 1
Aturan dalam Penilaian Kualitas
Point
Semua bobot nilai untuk ukuran ISO, Khusus,
10 – 1
dan umum sama 2
Estimasi untuk pengerjaan ukuran ISO (±0.02)
10 – 1
mendapat penambahan waktu sebesar 30’ dari estimasi yang telah ditentukan 3
Estimasi untuk pengerjaan ukuran Khusus
10 – 1
diatas (±0.05) mendapat penambahan waktu sebesar 15’ dari estimasi yang telah ditentukan 4
Estimasi untuk pengerjaan ukuran Umum
10 – 1
sesuai dengan estimasi yang telah ditentukan
70
No 1
Aturan dalam Penilaian Kecepatan
Point
Nilai kecepatan berbanding lurus dengan nilai
10 – 1
kualitas ( minimal nilai kualitas 7) 2
Apabila pengerjaan lebih cepat dari estimasi
10 – 1
(minimal ¾ dari estimasi) maka mendapatkan tambahan point 0,1 / 5 menit 3
Apabila pengerjaan lebih lama dari estimasi,
10 – 1
maka akan mendapatkan pengurangan point 0,1 / 30 menit
No
Aturan Penilaian Performance Berupa Cacat
Point
Produk 1
Banyaknya scratch pada setiap bidang benda kerja
10 -1
2
Adanya upper cut pada benda kerja
10 – 1
3
Masih adanya skrap pada benda kerja
10 – 1
4
Adanya dimensi tambahan pada produk
10 – 1
5
Kehalusan sesuai dengan tuntutan hgambar kerja
10 – 1
No
Aturan Penilaian Sikap
Point
1
Pemahaman mahasiswa terhadapa proses permesinan
10 – 7 – 5 – 3
2
Kelengkapan peralatan standar yang harus dibawa oleh mahasiswa
10 – 7 – 5 – 3
3
Kreativitas dalam mengemukaan ide atau gagasan
10 – 7 – 5 – 3
4
Kebersihan dari mtc setiap mesin yang digunakan
10 – 7 – 5 – 3
5
Pengisisan lembar aktivitas harian
10 – 7 – 5 – 3
71
No
Aturan Penilaian Safety
Point
1
Gempil / aus / pecah
10 – 7 – 5 – 3
2
Perlakuan terhadapa alat ukur
10 – 7 – 5 – 3
3
Kesesuaian dalam penggunaan rpm mesin
10 – 7 – 5 – 3
4
Kebersihan area kerja ketika proses permesinan
10 – 7 – 5 – 3
5
Penggunaan safety attacment saat proses
10 – 7 – 5 – 3
permesinan 6
Pelumasan
10 – 7 – 5 – 3
7
Ada tidaknya trouble / permasalahan pada mesin
10 – 7 – 5 – 3
saat atau sesudah digunakan
72
5.10 Lembar Penilaian Produksi
73
Dengan kriteria yang ada pada nilai kompetensi dan nilai produksi maka penilaian yang didapatkan akan lebih objektif. 2.
Produk berupa barang produksi Dalam kaitannya dengan barang produksi maka perlu diketahui dahulu
kapasitas mesin yang dimiliki tingkat 2, yang mana diantaranya : 1. 5 buah mesin milling konvensional 2. 3 buah mesin milling NC 3. 1 buah mesin milling CNC Karena dalam tingkat 2 ada kompetensi maka perlu diadakan mapping mengenai mesin yang digunakan untuk produksi dan kompetensi. Agar produksi berjalan dengan baik dan tepat waktu dalam penyelesaian maka diputuskan untuk kompetensi baik konvensional maupun NC digunakan 1 mesin untuk setiap kompetensinya, sehingga produksipun masih bisa berjalan dan tidak terganggu. Selain itu agar pengerjaan barang produksi berjalan baik, maka mahasiswa dituntut untuk mempelajari proses pengerjaannya dahulu diawal agar tidak terjadi kebingungan ketika di depan mesin, karena hal ini dapat mengakibatkan terbuangya banyak waktu ketika berfikir didepan mesin. Pendampingan instruktur sangatlah penting untuk menghasilkan barang produksi yang sesuai dengan tuntutan yang diminta. Sehingga disana terjadi pembicaraan 2 arah yang saling melengkapi guna mencapai hasil yang diharapkan.
74
1.1.2 Pengaturan produksi Dalam hal ini masalah yang mempengaruhi reject benda kerja pada section milling tingkat 2 adalah method yang digunakan oleh instruktur dalam proses pendidikan maupun pendampingan pada mahasiswa selama proses produksi berlangsung. Perbaikan dalam pengaturan produksi meliputi : a) Lembar pantauan produk yang masuk dalam tingkat 2 Lembar pantauan ini berfungsi sebagai kontrol dari setiap gambar kerja dan raw material yang datang pada section milling tingkat 2. Guna untuk mengetahui ketidak sesuaian baik dari segi dimensi dari raw material dengan ukuran gambar yang diminta. Selain itu lembar pantauan ini bisa menjadi record banyaknya benda produksi yang dikerjakan di section milling tingkat 2. Sehingga apabila terjadi over produksi lembar pantauan ini dapat sebagai pertimbangan bagi pihak PPIC dalam pemberian job tambahan pada section milling tingkat 2 ini dan juga dari pihak Instruktur tingkat 2 hal ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mentargetkan penyelesaian benda produksi yang nantinya akan dikerjakan oleh mahasiswa dalam proses permesinan. b) Target harian yang harus tercapai setiap harinya Dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan Instruktur dalam mengatur antara kemampuan mahasiswa dalam permesinan, penguasaan mesin serta tingkat kesulitan dari benda kerja produksi yang dikerjakan sehingga dari situ target harian yang harus dipenuhi dan diselesaikan dapat dipastikan.
75
c) Pengaturan letak dan penamaan dari attacment yang digunakan dengan menggunakan metode 5S yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1. Seiri ( Sort ) yang meliputi : a. Memisahkan attacment milling yang masih berfungsi dan yang tidak berfungsi seperti paralel block, rotary table, arbor, dividing head, vice. b. Memisahkan scrap sesuai dengan jenisnya c. Penyimpanan barang dibedakan berdasarkan atas sering tidaknya attacment tersebut digunankan dalam hal ini semakin sering digunakan maka letak penyimpanannya lebih dekat dengan pengguna. Namun apabila jarang digunakan maka attacment tesebut disimpan ke tempat yang jauh dari pengguna. d. Membuang attacment atau barang – barang yang tidak digunakan guna mengurangi pemborosan dalam hal inventori. 2. Seiton ( Stabilize, Set in order, Simplify ) yang meliputi : a. Membuat tempat penyimpanan semua attacment yang ada b. Melakukan analisa keadaan tempat kerja sehingga kegiatan yang merupakan pemborosan seperti kegiatan mencari dapat diminimasi dan dapat dihilangkan jika tempat penyimpanan alat tertata dengan rapi. c. Menentukan dimana barang / attacment itu disimpan dan menyususn ulang area penyimpanan alat agar dapat meminimalisasi waktu transportasi dan menunggu karena proses pencarian alat / attacment. d. Menentukan bagaimana menyimpan barang atau attacment untuk mendapatkan efisiensi penggunaan tempat dan keamanan. Pengambilan
76
peralatan yang memakan waktu proses bisa dihilangkan dengan cara menerapkan sistem penyimpanan sebagai berikut : e. Barang yang hanya dipergunakan sekali dalam waktu 6 bulan, disimpan jauh dari pengguna f. Barang yang hanya dipergunakan dalam jangka waktu 2 – 6 bulan terakhir dan barang yang digunakan lebih dari sebulan disimpan dibagian tengah dari tempat kerja. g. Barang yang hanya dipergunakan sekali seminggu, setiap hari, setiap jam disimpan didekat pengguna. 3. Seiso ( Shine, Sweep ) yang meliputi : a. Menjaga agar tempat kerja selalu bersih b. Pembagian area dan alokasi tanggung jawab pada masing – masing mahasiswa. c. Membuat daftar yang harus dibersihkan dan urutannya. d. Membersihkan mesin merupakan salah satu langkah perawatan. 4. Seiketsu ( Standarize ) yang meliputi : a. Membuat lembar pantauan 5. Shitsuke ( Sustain, Self dicipline ) yang meliputi : a. Membuat lembar pantauan b. Tidak membiarkan scrap dari mesin berserrakan dilantai. c. Tidak meletakkan alat pendukung yang penting bercampur dengan barang – barang yang tidak berguna. d. Tidak membiarkan mesin dalam keadaan kotor.
77
Pengaturan letak ini mempunyai tujuan untuk mempercepat dan merapikan susunan dari attacment milling yang sering digunakan. Sehingga didalam pelaksanaan proses produksi kegiatan mencari tidak membutuhkan waktu yang lama lagi dikarenakan semua attacment sudah ditata dan diberi nama agar mudah dicari. 1.2 Control Agar tindakan perbaikan dapat berjalan dengan baik dan hasil yang diinginkan dapat tercapai maka diperlukan kontrol yang baik, oleh karena itu untuk memantau jalanya proses perbaikan baik dari segi pendidikan maupun produksi maka dibuat : 1. Jadwal kompetensi 2. Prioritas barang produksi yang akan dikerjakan serta alokasi mesin yang digunakan 3. Inventaris harian 4. Lembar penerimaan gambar dan barang produksi 5. Pembuatan buku overlapping bagi mahasiswa 6. Pembuatan lembar overlapping 7. Pembuatan jadwal inti instruktur dalam pendampingan mahasiswa 1.3 Analisa sebelum penelitian Setelah dilakukan penelitian pendahuluan mengenai permasalahan yang diteliti yaitu mengenai waste defect reject barang produksi yang terjadi di ATMI Cikarang, dengan melakukan studi secara langsung dan mencari informasi mengenai produksi yang berjalan di section milling tingkat 2 dengan planner
78
produksi dan instruktur milling tingkat 2 dimana informasi yang didapat mengenai : 1. Proses produksi di ATMI Cikarang 2. Dasar pembagian pekerjaan yang dilakukan oleh planner 3 Flow penerimaan gambar dan barang produksi pada section milling tingkat 2 2. Proses penyelesaian barang produksi dari raw material sampai selesai dari section milling tingkat 2 3. Data reject barang produksi dari bulan Januari sampai September 2012 4. Metode dalam menilai mahasiswa dalam proses pembuatan barang produksi 5. Kesulitan yang dihadapi instruktur milling tingkat 2 dalam proses pembuatan barang produksi Dari data yang telah kemudian dicari akar permasalahannya dengan membuat VSM maka penulis dapat melihat kemungkinan dari semua unit kerja yang memiliki kemungkinan terjadinya reject barang produksi, dari situ kemungkinan terbesar terjadi pada unit kerja tingkat 2. Hal ini dikarenakan pada unit kerja tingkat 2 merupakan unit bagian yang mengerjakan hampir semua proses permesinan secara manual maupun proses lanjutan ke unit kerja lainnya. Dari kemungkinan unit kerja yang memiliki kemungkinan menyebabkan terjadinya reject barang produksi terbesar yang dilihat dari diagram VSM. Kemudian penulis mencari data mengenai tingkat reject yang terjadi dari bulan Januari sampai September 2012 untuk membandingkan dengan hasil yang terlihat dari diagram VSM. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa unit kerja tingkat 2 merupakan unit kerja yang paling banyak menyebabkan reject barang
79
produksi khususnya pada section milling dan section turning tingkat 2. Sehingga dari sini ditemukan kesamaan antara diagram VSM dan data yang ada. Dengan melakukan brainstorming dengan para instruktur tingkat 2 untuk mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya reject barang produksi. Dari data tersebut kemudian dibuat diagram fishbone untuk lebih tertata lagi dan mengajak para instruktur tingkat 2 untuk berperan aktif dalam peletakkan permasalahan dan penyebab permasalahan yang muncul. Dari diagram sebab akibat yang telah dibuat kemudian mencari penyebab utama yang menyebabkan terjadinya reject barang produksi diantara penyebab yang lain seperti man, method, machine dan lingkungan dengan menggunakan FMEA. Dari FMEA tersebut didapat bahwa method merupakan faktor utama yang menyebabkan reject barang produksi. 1.4 Analisa setelah penelitian Setelah didapatkan akar permasalahan melalui data yang telah dikumpulkan dan dicari dengan menggunakan diagram sebab akibat dan FMEA maka langkah selanjutnya adalah memperbaikinya. Hasil nilai RPN setelah dilakukan perbaiakn pada method yang menjadi faktor yang perlu diperbaiaki dapat dilihat seperti berikut :
80
Tabel 5.11 FMEA Potential Effect (S) of Faktor Penyebab
Jenis Kegagalan
Failure
S
Akibat Kegagalan Man
5
Method
Proses pengerjaan
Material
benda kerja
Reject
Machine
Material
5 Pemilihan tools untuk proses
Reject
permesinan
Machine
5 5 4
Man
Pemilihan
Method
attacment untuk
Material
proses
Machine
permesinan
5 Reject
5 5 4
Man
5
Method
Pemahaman
Material
gambar kerja
Machine
4 4
Man Method
5
Reject
5 5 4
81
Potential Faktor Penyebab
Potential Effect (S) of Failure
Effect (S) of O
Failure
Penyebab
Detektor
Kegagalan
Kegagalan
Man
5
Method
Salah proses
5
Material
pengerjaan
5
Visual
D
RPN Total
5
125
Man
500
4
100
Method
400
5
100
Material
475
Machine
340
Machine
4
5
80
Man
5
5
125
4
100
5
125
4
5
100
5
5
125
4
100
5
125
4
5
80
5
125
4
100
5
125
5
80
Method
Kurang paham
5
Material
mengenai tool
5
Machine Man Method Material
kurang mengerti jenis attacment
Machine
5 5
Man
kurang
5
Method
mengerti
5
Material
gambar teknik
5
Machine
dasar
4
Visual
Visual
Visual
Dari nilai RPN yang didapat setelah perbaikan yaitu 400 untuk faktor method yang menjadi permasalahan dalam reject barang yang terjadi pada section milling tingkat 2. Sehingga langkah selanjutnya melakukan tindakan perbaikan yang mana dalam hal ini perbaikan yang dilakukan dalam segi pendidikan dan dalam segi produksi, yang mana perbaikan yang dilakukan sebagai berikut :
82
1.
Pendidikan Perbaikan yang dilakukan dalam bidang pendidikan berkaitan dengan akar
permasalahan yang didapat yaitu : 1. Membuat metode penilaian yang lebih obyektif guna mengurangi tingkat reject barang produksi dengan memberikan pembobotan yang sangat jauh intervalnya yaitu 10 dan 1 untuk setiap kualitas dan performance dari setiap barang produksi yang dibuat oleh mahasiswa. 2. Mengadakan kompetensi bagi mahasiswa, dimana kompetensi yang dilakukan ini mengacu pada barang produksi sesuai dengan permintaan konsumen namun toleransi yang diberikan lebih dikecilkan lagi, sehingga mahasiswa lebih hati-hati lagi dalam pengerjaan barang produksi dan menghasilkan barang produksi yang mempunyai kualitas dari segi dimensi maupun performance lebih konsisten. Hasil kompetensi mahasiswa dari bulan Oktober sampai Desember dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 5.12 Hasil Barang Kompetensi Mahasiswa Bulan Oktober Jenis Kompetensi Blocking Drill Pocket Reaming Boring
Kompetensi Produksi
Total
(pcs)
(pcs)
(pcs)
9
21
22
9
19
20
10
12
16
15
19
19
4 47
4
4 75
81
93%
Dari total barang produksi yang digunakan untuk uji kompetensi yang dilakukan oleh mahasiswa pada bulan Oktober sebanyak 81 pcs dimana 47 pcs barang produksi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang dilakukan mahasiswa dan 75 pcs merupakan barang yang sesuai dengan tuntutan dari konsumen sehingga prosentase barang produksi yang tidak reject sebanyak 93 %.
83
Tabel 5.13 Hasil Barang Kompetensi Mahasiswa Bulan November Jenis Kompetensi Blocking Drill Pocket Reaming Boring
Kompetensi Produksi
Total
(pcs)
(pcs)
(pcs)
16
21
22
11
17
17
5
9
9
15
17
19
6 53
6 70
6 73
96%
Dari total barang produksi yang digunakan untuk uji kompetensi yang dilakukan oleh mahasiswa pada bulan Oktober sebanyak 73 pcs dimana 53 pcs barang produksi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang dilakukan mahasiswa 70 pcs merupakan barang yang sesuai dengan tuntutan dari konsumen sehingga prosentase barang produksi yang tidak reject sebanyak 96 %. Tabel 5.14 Hasil Barang Kompetensi Mahasiswa Bulan Desember Jenis Kompetensi Blocking Drill Pocket Reaming Boring
Kompetensi Produksi
Total
(pcs)
(pcs)
(pcs)
16 5 8 13 6
23 15 12 21 7
24 15 13 21 8
48
78
81
96%
Dari total barang produksi yang digunakan untuk uji kompetensi yang dilakukan oleh mahasiswa pada bulan Oktober sebanyak 81 pcs dimana 48 pcs barang produksi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang dilakukan mahasiswa 78 pcs merupakan barang yang sesuai dengan tuntutan dari konsumen sehingga prosentase barang produksi yang tidak reject sebanyak 96 %. Dari tabel data kompetensi diatas berisikan jenis kompetensi yang baru bisa dilaksanakan yaitu blocking, drilling, pocket, reaming dan boring hal ini di karenakan pengerjaan produksi yang sering dilakukan adalah berhubungan dengan
84
proses-proses tersebut. Dimana dari tabel tersebut terdiri dari kompetensi yang berisikan banyaknya barang produksi yang dikerjakan mahasiswa sebagai kompetensi yang dikatakan memenuhi kriteria kompetensi. Dan produksi berisikan banyaknya barang produksi yang dikerjakan mahasiswa untuk kompetensi yang memenuhi kriteria dari produksi dari total barang produksi dan mahasiswa yang mengerjakan pada kolom total 2. Produksi 1. Membuat lembar pantauan produksi dan alokasi mesin untuk mengerjakannya dengan tujuan agar loading barang produksi tidak menumpuk. 2. Pembuatan target harian yang harus tercapai dengan tujuan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dan menghindari delay waktu pengerjaan barang produksi. 3. Menerapkan 5S dalam aktivitas harian semua yang ada didalam section milling tingkat 2 yang meliputi : a. Memisahkan barang-barang attacment yang rusak dan yang masih bisa digunakan b. Menata kembali dan membuat check list attacment milling yang ada dalam mtc penyimpanan Data reject Milling tingkat 2 setelah perbaikan Bulan Reject Oktober 6 pcs November 3 pcs Desember 3 pcs Tabel 5.15 Reject Milling Tingkat 2 setelah perbaikan
85