PERATURAN PRAKTIKUM PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI 2013
1. Aturan Umum Setiap praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum PK&E 2013 sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Apabila tidak mengikuti salah satu modul tanpa alasan yang dapat diterima, maka nilai praktikum dari modul yang bersangkutan praktikan tersebut NOL. 2. Kelengkapan Praktikum a. Setiap praktikan wajib menggunakan seragam sesuai aturan yang berlaku dan sepatu ketika mengikuti kegiatan praktikum. Pada hari Jumat dan Sabtu, praktikan boleh mengenakan batik berlengan yang sopan. Jeans tidak diizinkan untuk dikenakan selama kegiatan praktikum. b. Setiap praktikan wajib membawa kartu praktikum yang telah dilengkapi foto formal ukuran 3x4 dan distempel oleh asisten Laboratorium APK & E. c. Apabila praktikan tidak membawa kartu praktikum yang telah dipersyaratkan pada peraturan 2.b, praktikan akan tetap mengikuti praktikum modul yang bersangkutan, tetapi praktikan akan dikenakan sanksi berupa mengumpulkan resume jurnal internasional tentang PK & E sebanyak 5 jurnal pada kegiatan praktikum modul berikutnya. d. Apabila praktikan kehilangan kartu praktikum, praktikan akan tetap mengikuti praktikum modul yang bersangkutan, tetapi praktikan dikenakan sanksi berupa wajib mengumpulkan resume jurnal internasional tentang PK & E sebanyak 10 jurnal pada kegiatan praktikum modul berikutnya dan kartu praktikum tersebut menjadi tanggung jawab dari praktikan yang bersangkutan. 3.
Pelaksanaan Praktikum a.
Praktikan diharapkan hadir 5 menit sebelum praktikum dimulai. Kerlambatan akan mendapatkan konsekuensi sebagai berikut: 1. Terlambat < 15 menit, praktikan masih diizinkan untuk mengikut tes awal tanpa tambahan waktu. 2. Terlambat 16-30 menit, nilai tes awal praktikan = 0. 3. Terlambat > 30 menit, praktikan tidak diizinkan mengikuti praktikum modul yang bersangkutan dan untuk peraturan lebih lanjut lihat peraturan nomor 1.
b.
Praktikan tidak diizinkan meninggalkan jalannya praktikum tanpa seizin asisten.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
1
c.
Selama kegiatan praktikum berlangsung, praktikan wajib menjaga kebersihan dan kerapian ruangan laboratorium; peralatan yang telah digunakan harus dikembalikan pada tempatnya semula.
d.
Alat komunikasi harus di-nonaktifkan atau dalam mode diam.
e.
Seluruh praktikan dilarang menggunakan alat komunikasi selama kegiatan praktikum berlangsung kecuali dengan izin asisten.
f.
Kerusakan peralatan - jika ada perlatan praktikum yang rusak - ketika digunakan, segera laporkan pada asisten pendamping. Jangan pernah memperbaiki peralatan tersebut sendiri.
4.
Jadwal Praktikum a.
Perwakilan masing – masing kelompok melakukan input jadwal menurut ketentuan yang akan diberitahukan selanjutnya.
b.
Apabila diperlukan tukar jadwal, maka tukar jadwal hanya dapat dilakukan per kelompok bukan secara individu, dengan mengisi form tukar jadwal praktikum yang diserahkan paling lambat 1 hari sebelum praktikum dimulai. Dan kesempatan tukar jadwal ini hanya diperbolehkan satu kali dalam serangkaian kegiatan praktikum bagi masing-masing kelompok.
5.
Kehadiran Praktikan yang tidak dapat hadir karena alasan yang dapat diterima wajib menyerahkan surat izin dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Tidak dapat hadir karena sakit, wajib menyerahkan surat dokter/sakit paling lambat 2 hari setelah jadwal praktikum yang telah ditentukan. Jika tidak, maka praktikan tersebut dianggap tidak hadir tanpa alasan yang jelas sehingga untuk peraturan berikutnya lihat peraturan nomor 1.
b.
Tidak dapat hadir karena suatu hal yang tidak dapat dihindarkan misal mengikuti kompetisi yang membawa nama institusi, kepentingan keluarga dan sebagainya, maka praktikan wajib menyerahkan surat pengantar dari pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut, paling lambat 1 hari sebelum jadwal praktikum yang telah ditentukan. Jika tidak menyerahkan surat izin tersebut maka lihat peraturan nomor 1.
6.
Praktikum Susulan a.
Praktikum susulan hanya akan diselenggarakan 1 kali untuk
modul tertentu dengan
kondisi yang memungkinkan. b.
Tidak ada praktikum susulan untuk praktikum modul 1, 7, dan 8.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
2
c.
Praktikum susulan hanya akan diberikan pada praktikan dengan alasan yang dapat diterima yang dibuktikan dengan surat izin seperti yang tertera pada peraturan nomor 5.a dan 5.b.
7.
Alat Penilaian a.
Praktikan dinilai secara individual atas partisipasinya dalam mengerjakan tugas, baik tes dan/atau tugas individu maupun kelompok.
b.
Ketidakjujuran dan kecurangan selama kegiatan praktikum berlangsung akan menunda kegiatan praktikum (mengulang tahun depan). Mencari atau menerima bantuan dari praktikan lain/catatan perkuliahan/buku referensi/informasi lain tentang kegiatan praktikum dari praktikan sebelumnya termasuk ke dalam kecurangan praktikum. Tindakan kedisiplinan seperti peringatan, penurunan nilai akan ditegakkan apabila terbukti ada praktikan yang melakukan kecurangan tersebut
c.
Tentang plagiarisme, tugas atau laporan yang terlihat sama dan serupa yang dicurigai pembuatnya melakukan kecurangan maka semua praktikan yang terlibat dalam kecurangan tersebut akan mendapatkan nilai 0.
d.
Nilai praktikan akan diumumkan melalui mading dan Website Laboratorium APK & E segera setelah setiap kegiatan praktikum selesai. Praktikan berhak menanyakan nilainya pada asisten pendamping.
8.
Progress Report dan Final Report a.
Akan ada Progress Report di setiap modul (terkecuali modul 5) dan akan ada Final Report pada akhir rangkaian modul APK & E.
b.
Aturan pengerjaan Progress Report dan Final Report akan diberitahukan pada akhir kegiatan praktikum (kecuali modul 5).
c.
Kedua laporan tersebut harus diketik rapi dengan komputer sesuai dengan format yang telah ditentukan.
d.
Waktu pengumpulan laporan akan diberitahukan pada saat praktikum.
e.
Keterlambatan pengiriman laporan akan mendapatkan konsekuensi sebagai berikut: 1. Telat < 15 menit, nilai laporan dikurangi 5%. 2. Telat 15-30 menit, nilai laporan dikurangi 10%. 3. Telat 31-60 menit, nilai laporan dikurangi 15%. 4. Telat 61-120 menit, nilai laporan dikurangi 30%. 5. Telat > 120 menit, nilai laporan dikurangi 50%.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
3
9.
Presentasi Sesi presentasi akan dilaksanakan pada modul terakhir (modul 9) dan jadwal presentasi akan diumumkan kemudian.
10. Pengumuman Segala pengumuman yang berhubungan dengan kegiatan praktikum Laboratorium APK & E hanya akan ditempel pada mading dan Website Laboratorium APK & E. 11. Aturan Lain-lain a.
Praktikan wajib mematuhi peraturan yang telah ditetapkan
b.
Setiap praktikan wajib bekerja dengan penuh tanggung jawab. Ketika Anda kurang yakin melakukan kegiatan praktikum maka bertanyalah pada asisten. Jangan menyentuh suatu apapun yang Anda belum tahu betul sesuatu tersebut. Alangkah labih baik bertanya daripada mencari resiko yang dapat merusak peralatan praktikum.
c.
Setiap praktikan diwajibkan untuk berpakaian rapi, bersih, berperilaku sopan dan santun terhadap asisten maupun sesame praktikan.
d.
Segala sesuatu yang belum ditetapkan pada peraturan ini akan ditentukan kemudian.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
4
Modul I PERANCANGAN DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA I
I.
Tujuan Praktikum a. Praktikan memahami sitem kerja dan mampu merancang sistem kerja yang efisien dan efektif b. Praktikan mampu mendesain proses – proses yang diperlukan dalam perancangan sistem kerja c. Praktikan memahami konsep pengukuran dan perhitungan waktu d. Praktikan memahami konsep studi gerakan e. Praktikan mampu memberikan usulan rancangan sistem kerja dari hasil simulasi yang telah dilakukan
II.
Alat dan Bahan 2.1 Alat a. Alat tulis b. Stopwatch c. Tabel pengukuran waktu d. Tabel pengamatan 2.2 Bahan a. Lego, yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: Lego, yang terdiri dari beberapa komponenyaitu: 1. 3 buah part badan bawah 2. 2 buah part badan tengah 3. 8 buah part badan atas 4. 6 buah part pengeruk 5. 8 buah part excavator man 6. 8 buah part Roda b. Stempel dan bak stempel c. Label
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
5
III.
Landasan Teori 3.1. Sistem Kerja Sistem merupakan interaksi secara reguler atau kesaling-bergantungan antar grup atau item supaya menjadi kesatuan yang menyeluruh untuk bekerja mewujudkan tujuan yang diinginkan. Kerja merupakan suatu sistem karena dalam pelaksanaannya kerja melibatkan komponen-komponen pendukung dan analisa terhadap objek kerja yang dilaksanakan. Komponen pembentuk sistem kerja tersebut antara lain: 1. Manusia Manusia berperan sebagai perancang, pelaksana dan pengevaluasi. Manusia sebagai pekerja, dengan segala sifat, kemampuan, kelebihan dan keterbatasannya dalam melakukan pekerjaan, memberikan pengaruh yang besar atas keberhasilan kerja. 2. Bahan Bahan merupakan segala sesuatu yang akan diproses dalam suatu sistem kerja. Untuk dapat menghasilkan output yang diharapkan dapat dilakukan penyesuaian terhadap bahan yang meliputi ukuran/dimensi, warna dan faktor lain yang berpengaruh terhadap proses dalam sistem kerja. 3. Alat Mesin merupakan segala sesuatu yang membantu atau mempermudah manusia dalam memproses input sistem kerja. 4. Lingkungan kerja Lingkungan tempat sistem berada yang dapat mempengaruhi kondisi dalam sistem 5. Misi Merupakan hal-hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari suatu sistem kerja.
3.2. Prinsip-Prinsip Sistem Kerja Sistem kerja terdiri dari beberapa stasiun kerja yang harus diperhatikan keseimbangan lintasannya. Tujuannya adalah: 1. Tidak terjadi bottleneck / antrian 2. Minimasi waktu siklus 3. Minimasi waktu delay Bottleneck disini memiliki makna penyempitan jalur, sesuai dengan makna perumpamaannya,
yakni bentuknya
pada
leher
botol yang selalu menyempit.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
6
Perumpamaan ini juga digunakan dalam prinsip sistem kerja. Contohnya bottleneck terjadi apabila adanya produk-produk yang menumpuk pada salah satu operator dalam suatu lintasan produksi karena adanya perbedaan kemampuan operator ataupun waktu proses yang berbeda pada setiap stasiun kerja. Delay time yaitu ukuran ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan sempurna
diantara
stasiun-stasiun
kerja.
karena pengalokasian yang kurang Sedangkan
Idle
merupakan
waktu
menganggur yang terjadi pada setiap stasiun kerja. Waktu siklus adalah waktu total yang digunakan untuk mengubah input menjadi output. Atau dengan kata lain adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau waktu yang diperlukan mulai dari bahan baku masuk hingga dihasilkan produk. Waktu siklus terdiri dari dua komponen, yaitu waktu proses dan penundaan waktu. Waktu
proses
mencakup
lamanya
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
menyelesaikan satu proses produksi. Penundaan waktu mencakup aktivitas seperti menunggu, menyimpan, dan aktivitas yang diklasifikasikan sebagai aktivitas yang menghasilkan nilai tambah.
3.3. Perancangan Sistem Kerja Untuk dapat menyusun rancangan sistem kerja yang baik, diawali dengan penyelesaian masalah. Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah 2. Menganalisa masalah 3. Mencari alternatif solusi 4. Mengevaluasi alternatif solusi 5. Mengimplementasikan solusi
3.4. Studi Gerakan Studi gerakan adalah proses menganalisa pekerjaan dalam rangka menentukan penghematan biaya untuk melakukan pekerjaan. Studi gerakan, sebuah kontribusi besar dalam manajemen ilmiah, yang dikembangkan oleh Frederick W. Taylor dan Lillian Gilbreth. Sebuah pekerjaan di tempat kerja dianalisis dengan merekam masingModul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
7
masing satuan Therblig dalam sebuah proses, dengan hasil yang digunakan untuk mengoptimalisasi
tenaga
kerja
manual
dengan
mengeliminasi
perpindahan-
perpindahan yang tidak diperlukan. Elemen gerakan dasar adalah salah satu kumpulan atas gerakan yang diperlukan untuk seorang pekerja dalam melakukan operasi manual atau tugas. Elemen tersebut terdiri dari 17 elemen, yang masing-masing menggambarkan aktivitas standar : 1.
Mencari: usaha untuk menemukan sebuah objek menggunakan mata dan tangan
2.
Memilih: memilih antara sejumlah objek dalam sebuah grup
3.
Menggenggam: menggenggam sebuah objek dengan tangan
4.
Menjangkau: menjangkau sebuah objek menggunakan tangan kosong
5.
Memindahkan: memindahkan sebuah objek menggunakan gerakan tangan
6.
Melepas: melepaskan sebuah objek
7.
Menahan: menahan sebuah benda
8.
Mengarahkan: mengarahkan dan/atau mengorientasikan sebuah objek pada lokasi tertentu
9.
Mengarahkan sementara: mengarahkan dan/atau mengorientasikan sebuah objek menuju operasi berikutnya dan relatif menuju tempat perkiraan
10.
Memeriksa: menentukan kualitas atau karakteristik sebuah objek menggunakan mata dan/atau indera lainnya
11.
Merakit: menggabungkan dua bagian secara bersama-sama
12.
Melepas rakit: memisahkan komponen yang sudah tergabung
13.
Memakai: menggerakkan sebuah alat selama rangkaian pekerjaan
14.
Keterlambatan yang tidak terhindarkan: menunggu karena faktor di luar kontrol pekerja dan termasuk dalam siklus kerja
15.
Keterlambatan
yang
terhindarkan:
menunggu
dalam
kontrol
pekerja
menyebabkan kegiatan menganggur, ini tidak termasuk dalam siklus kerja biasa 16.
Merencana: menentukan rangkaian kegiatan
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
8
17.
Istirahat
untuk
menghilangkan
fatigue:
beristirahat
untuk
menghilangkan
fatigue, termasuk menghentikan gerakan tangan dan/atau tubuh selama siklus kerja atau diantaranya.
3.5. Ekonomi Gerakan Untuk memperoleh hasil kerja yang baik, suatu sistem kerja harus dirancang dengan memadukan gerakan-gerakan yang benar dan ekonomis. Prinsip gerakan yang seperti itulah yang disebut dengan “Prinsip Ekonomi Gerakan”, dimana secara garis besar dihubungkan dalam tiga hal penting, yaitu: a.
Tubuh manusia dan pergerakannya
b.
Pengaturan tata letak tempat kerja
c.
Perancangan peralatan Penjelasan : Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan tubuh manusia dan
pergerakannya, antara lain: 1.
Kedua tangan memulai dan mengakhiri pekerjaan secara bersamaan
2.
Kedua tangan tidak menganggur secara bersamaan, kecuali pada saat istirahat
3.
Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah
4.
Gerakan yang patah-patah dan banyak perubahan akan memperlambat gerakan tersebut
5.
Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat
6.
Gerakan Balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti daripada gerakan yang dikendalikan Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja, antara lain: 1.
Peralatan dan bahan baku diambil dari tempat tertentu dan sifatnya tetap
2.
Bahan dan peralatan diletakkan pada tempat yang mudah, cepat, dan enak untuk dicapai/dijangkau
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
9
3.
Bahan dan peralatan kerja disusun sedemikian rupa sehingga gerakan dapat dilakukan dengan urutan yang terbaik
4.
Tata letak peralatan dan pencahayaan diatur sehingga membentuk kondisi lingkungan yang baik Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan perancangan peralatan
antara lain: 1.
Peralatan dirancang multifungsi, mudah dipegang, dan disimpan
2.
Bila masing-masing jari harus berfungsi, maka beban harus didistribusikan sesuai dengan kemampuan masing-masing jari
3.6. Studi Waktu Untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang baku, informasi yang sangat dibutuhkan adalah mengenai waktu baku. Waktu baku ini diperoleh dari pengukuran waktu normal yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 3.6.1
Pengukuran Waktu Pengukuran waktu merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang terlatih dan “qualified”) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal serta dalam lingkungan kerja yang terbaik.
3.6.2
Manfaat Pengukuran Waktu:
1. Untuk membandingkan efisiensi alternatif metode 2. Menentukan keseimbangan antar pekerja 3. Menentukan kebutuhan mesin/tenaga kerja 4. Menentukan insentif 3.6.3
Maksud Pengukuran Sistem Kerja Mendapatkan ukuran-ukuran tentang kinerja dan beban yang berlaku pada suatu sistem kerja.
1. Kinerja : kecepatan kerja sistem yang bersangkutan (ukuran kuantitas untuk kualitas tertentu) Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
10
2. Pengukuran waktu 3. Beban : yang dialami pekerja (beban fisik dan beban psikososiologik) Perbaikan sistem kerja untuk mendapatkan system kerja terbaik memang tidak mudah dilakukan tetapi diusahakan untuk mencapai sistem kerja ideal. Berikut ini adalah kriteria sistem kerja ideal: 1. Memperhatikan aspek teknologi dan tata letak serta aspek kepuasan kerja 2. Beban kerja tiap stasiun kerja seimbang 3. Operator bekerja dengan nyaman dan aman 4. Tingkat delay atau waktu menunggu tidak
terlalu tinggi,
bahkan jika
memungkinkan tidak ada delay 5. Sedikit ditemukannya barang cacat atau defect 3.6.4
Metode Pengukuran Waktu
A. Pengukuran waktu secara langsung : Penentuan waktu standar dalam metode ini dilakukan dengan pergi langsung ke tempat pekerjaan yang akan diukur atau diamati dengan menggunakan jam henti (stopwatch). Ada tiga hal yang harus ditempuh untuk menetapkan waktu baku dengan pengukuran waktu langsung, yaitu: a. Kegiatan sebelum melakukan pengukuran waktu 1. Penetapan tujuan pengukuran waktu Tujuan pengukuran waktu tersebut harus ditetapkan dengan jelas, misalnya untuk apa hasil penguluran tersebut akan digunakan, berapa tingkat ketelitian (menunjukkan simpangan maksimum dari waktu sebenarnya) dan tingkat keyakinan (menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang
diperoleh memenuhi syarat tingkat ketelitian yang telah
ditentukan) yang diinginkan dari hasil pengukuran waktu. Semakin penting hasil pengukuran, maka tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan semakin bertambah besar. 2. Melakukan penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan ditunjukkan untuk
menyelidiki apakah kondisi
lingkungan tempat kerja yang akan diukur telah memberikan kondisi yang Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
11
pantas terhadap pekerja yang dilakukan oleh operator. Jika kondisi belum memungkinkan, maka harus dilakukan perbaikan terlebih dahulu. 3. Memilih operator Opertor yang dipilih adalah yang memiliki kemampuan normal dan dapat bekerjasama. 4. Melatih operator Operator yang perlu dilatih adalah operator yang tidak dapat bekerja secara wajar dan normal. Pengukuran dimulai setelah operator mencapai kondisi stabil. 5. Menguraikan elemen pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan Elemen-elemen pekerjaan yang harus diuraikan harus bersifat mutually exclusive (satu elemen dengan elemen yang lain terpisah satu sama sekali) dan mutually exhaustive (setiap elemen pekerjaan mempunyai awal dan akhir gerakan yang spesifik). Maksud dari pemisahan elemen adalah untuk memperjelas
catatan
mengenai
cara
kerja
yang
dilakukan
dan
memungkinkan melakukan penyesuaian setiap elemen karena keterampilan kerja operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya. 6. Menyediakan alat ukur Alat-alat ini terdiri dari stopwatch, lembar pengamatan, pena atau pensil. b. Melakukan pengukuran waktu Kegiatan pengukuran waktu dimulai dengan mengukur tiap elemen pekerjaan yang terpisah sebelumnya. Waktu siklus adalah kumpulan waktu dari tiap elemen pekerjaan. Data waktu didapat dari pengukuran, perlu diuji untuk mengetahui apakah data tersebut telah cukup mewakili (uji kecukupan data) dan apakah data waktu tersebut sesuai dengan performansi yang normal dari operator (uji keseragaman data).
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
12
1. Menghitung waktu siklus
X : Waktu Siklus x : Waktu Pengamatan n : Jumlah pengamatan yang dilakukan 2. Uji kecukupan data Uji kecukupan data dilakukan dengan menggunakan rumus:
Jika N‟ lebih besar dari N, maka diperlukan pengukuran waktu lagi sebanyak selisih N‟-N dan kemudian lakukan lagi uji kecukupan data. Jika N‟ lebih kecil dari N, maka data telah cukup. 3. Uji keseragaman data a. Mengelompokkan data b. Menghitung X dari setiap kelompok data c. Menghitung 𝒙 = 𝒙𝒏 , n jumlah kelompok data d. Menghitung standar deviasi, yaitu σ = ( 𝒙𝒊−𝒙)²𝑵−𝟏 e. Menghitung standar deviasi dari distribusi x, yaitu σx = σ/ 𝑵 f. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) BK = x ± Zα/2 σx g. Menarik kesimpulan
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
13
Apabila ada kelompok data yang keluar batas kontrol atas maupun bawah, maka kelompok data tersebut harus dibuang dan dilakukan perhitungan kembali. c. Menghitung Waktu Siklus Dalam hal ini perhitungan waktu siklus yaitu waktu keluar (keluarnya produk dari salah satu workstation) dikurangi waktu masuk (masuknya produk yang akan diproses dari stasiun kerja sebelumnya). Ws = Waktu keluar – Waktu masuk d. Menghitung Waktu Normal dan Waktu Baku Waktu normal adalah estimasi performansi orang secara umum bila mereka mengerjakan pekerjaan dengan wajar. Waktu normal diperoleh dari waktu siklus yang telah disesuaikan dengan berbagai faktor yang berpengaruh dari operator sample. Waktu normal dirumuskan sebagai berikut : Wn = Ws x p,
p : faktor penyesuaian
Untuk mencari faktor penyesuaian ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain metode Schumad, Westinghouse, dan cara objektif. Setelah mendapatkan waktu normal (Wn), maka dapat dihitung waktu baku dari pekerjaan tersebut (Wb) dengan rumus : Wb = Wn (1+k),
k : faktor kelonggaran
Faktor kelonggran dinyatakan dalam persen dimana faktor kelonggaran meliputi: -
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
-
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah
-
Kelonggaran untuk hambatan yang tak terhindarkan
B. Pengukuran Waktu Secara Tidak Langsung : Pengukuran waktu tak langsung berarti pengukur tidak terjun langsung untuk mengamati dan mencatat waktu yang diperlukan operator dalam melakukan pekerjaannya, sehingga waktu baku ditentukan berdasarkan data pengukuran masa lalu atau Data Waktu Baku (DWB).
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
14
Ada yang perlu diperhatikan dalam pembentukan Data Waktu Baku (DWB) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk melihat dan menganalisa faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam menentukan waktu baku dapat
disajikan dalam bentuk persamaan yang penyajiannya bisa dalam bentuk : Aljabar Grafis Tabel Manfaat dari DWB sangat banyak, walaupun dirasakan masih ada kekurangan yaitu sifatnya yang masih khusus, maka dari itu adanya DWB yang sifatnya lebih
umum
dengan
memperlihatkan
elemen-elemen
gerakan
(Therblig).
Metode yang digunakan dalam pengukuran ini memakai waktu normal yang telah ditentukan, seperti Work Faktor, MTM-1, MOST, dan lain-lain.
Contoh Soal : 1. Menentukan faktor penyesuaian dengan metoda Westinghouse Dari hasil pengukuran diperoleh waktu siklus 0.7 menit dengan faktor penyesuaian sebagai berikut: -
Excellent skill,
B1
: + 0,11
-
Excellent effort,
B2
: + 0.08
-
Good condition,
C
: + 0,02
-
Good consistency
: + 0,01 + Total : + 0,22
Penyesuaian = 1 + 0,22 = 1,22 Maka waktu normalnya = 0,7 x 1,22 = 0,854 2. Dari hasil work sampling diketahui bahwa jumlah pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 423 kali selama 12 hari (5040 menit). Dari 423 pengamatan tersebut ada 343 kegiatan yang produktif. Sedangkan jumlah barang yang dihasilkan selama pengamatan adalah 370 buah. Hitunglah waktu rata-rata untuk menghasilkan 1 buah produk! Jawab : Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
15
Kegiatan produktif
: 343
Kegiatan non produktif
: 80
Presentase produktif
: 81 %
Waktu produktif
: 81 % x 5040 menit = 4082,4 menit
Waktu rata-rata untuk 1 produk = 4082,4370 = 11 menit IV.
Langkah Kerja Praktikum Praktikan melakukan pelaksanaan praktikum berupa perancangan peralatan elektronik yaitu “Ergonomic Excavator” sebanyak 12 produk. Dalam praktikum modul I terbagi menjadi 7 workstation yaitu :
Workstation pemasangan part badan bawah dan badan tengah
Workstation pemasangan part badan atas
Workstation pemasangan pengeruk
Workstation pemasangan excavator man
Workstation pemasangan roda
Workstation pemasangan stampel pada label
Workstation pemasangan label pada produk
Dalam praktikum ini setiap kelompok besar dibagi menjadi 7 orang operator,7 orang timer, 1 orang Q1. Masing-masing stasiun kerja terdiridari 1 operator dan 1 timer.Dan QI terdiridari 1 orang operator. dan sisanya sebagai pengamat. 1. Operator
bertugas
mengerjakan
seluruh
rangkaian
proses
produk
“Ergonomic
Excavator” yang dibagi menjadi 7 orang operator setiap operator memegang tanggung jawab dalam satu stasiun kerja untuk menyelesaikan komponen yang telah disebutkan diatas. 2. QI (Quality Inspection) bertugas mengontrol dan melakukan pengecekan terhadap produk jadi, dan menentukan apakah produk yang telah dibuat layak atau reject. 3. Tugas timer mencatat setiap perpindahan komponen pada masing- masing stasiun kerja berupa waktu siklus dan waktu proses pada lembar pencatatan waktu. 4. Pengamat bertugas untuk mengamati setiap pekerjaan yang dilakukan operator yang bertujuan untuk mengetahui performansi kerja operator sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk meningkatkan produkivitas untuk produksi selanjutnya.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
16
V.
Prosedur Praktikum PRAKTIKUM MODUL 1 Flow Process
Deskripsi Proses
Rekaman
MULAI
1. Praktikan
1.a Praktikan melaksanakan Tes Awal 1.b Tes Awal berupa tes tulis individu per praktikan
1. Lembar Jawab Tes Awal
2.a Admin praktikum melakukan penjelasan simulasi praktikum 2.b Praktikan mengisi lembar presensi praktikum 2.c Penjelasan simulasi praktikum berupa : - Pekerjaan operator - Pekerjaan timer dan pencatatan tabel waktu - Pekerjaan Quality Control, pengamat dan pencatatan tabel cacat fisik
2. Lembar presensi praktikum
Pelaksanaan Tes Awal
2. Admin Praktikum Penjelasan simulasi praktikum
3. Praktikan
Pelaksanaan Praktikum
3.a Praktikan melakukan pelaksanaan 3. Tabel pencatatan waktu praktikum berupa perancangan produk dan cacat fisik yaitu “Ergonomics Excavatorr” sebanyak 12 produk. 3.b Dalam praktikum modul I terbagi menjadi 6 workstation yaitu : Workstation pemasangan part badan bawah dan badan tengah Workstation pemasangan part badan atas Workstation pemasangan pengeruk Workstation pemasangan excavator man Workstation pemasangan roda Workstation pemasangan stampel pada label Workstation pemasangan label pada produk - Quality Control (QC) 3.c Masing-masing Workstation terdiri dari 1 operator dan 1 timer. Dan QC terdiri dari 1 orang operator 3.d Tugas timer mencatat setiap perpindahan komponen pada masing-masing Workstation berupa waktu siklus dan waktu proses pada lembar pencatatan waktu 4. Admin Praktikum menjelaskan mengenai Progress Report modul I
4. Admin Praktikum Penjelasan Progress Report
SELESAI
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
17
Modul II SEVEN TOOLS DAN PETA-PETA KERJA
I.
Tujuan Praktikum a. Praktikan memahami dan menerapkan konsep Seven Tools. b. Praktikan memahami konsep dan mengaplikasikan peta-peta kerja dengan baik. c. Praktikan dapat mengidentifikasi elemen-elemen gerakan dalam perakitan lego. d. Praktikan dapat menganalisis elemen-elemen gerakan kerja yang lebih efektif dan gerakan kerja yang kurang efektif dalam perakitan lego dilihat dari penggunaan seven tools dan peta-peta kerja.
II.
Alat Dan Bahan a. Alat tulis b. Software Microsoft Excel c. Software Microsoft Visio
III.
Landasan Teori 3.1 Seven Tools Seven tools merupakan tujuh alat bantu yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan
dengan
sebaik-baiknya
dengan
menelusuri
berbagai
kemungkinan
penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan. Seven Tools terdiri dari : 1. Lembar Pengamatan (Check Sheet) Lembar isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan menyederhanakan kebutuhan
pencatatan
maupun
data.
kondisi kerja
Bentuk yang
dan
ada.
isinya
Untuk
disesuaikan
dengan
mempermudah
proses
pengumpulan data maka perlu dibuat suatu lembar isian, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Maksud pembuatan harus jelas
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
18
Dalam hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau tidak. b) Stratifikasi harus sebaik mungkin c) Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera dianalisa. Jika perlu dicantumkan gambar dan produk yang akan di check.
Gambar 1.1 Checksheet 2. Histogram Histogram adalah grafik batang yang menggambarkan distribusi data. Adapun karakteristik histogram adalah : • Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. • Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang dikumpulkan melalui check sheet. • Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angkaangka nominal, misalnya rata-rata. • Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Menurut Mitra (1993), langkah penyusunan histogram adalah: 1. Menentukan batas-batas observasi. Tentukan perbedaan antara nilai terbesar dan terkecil (range). 2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Pedoman: Banyaknya kelas =
, dengan =banyaknya data
3. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
19
Biasanya, semua kelas mempunyai lebar yang sama.
. 4. Menentukan batas-batas kelas. Kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih. 5. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya
Gambar 1.2 Histogram 3. Stratifikasi (Run Chart)
Gambar 1.3 Run Chart Stratifikasi adalah diagram yang berfungsi untuk mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan. 4. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) Istilah lain dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Fishbone Diagram merupakan salah satu alat pengendali mutu yang fungsinya untuk mendeteksi Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
20
permasalahan yang terjadi dalam suatu proses industri. Fishbone Diagram dalam penerapannya penyebab
digunakan
permasalahan.
untuk
mengidentifikasi
Diagram ini sangat
faktor-faktor praktis
yang
dilakukan
dan
menjadi dapat
mengarahkan satu tim untuk terus menggali sehingga menemukan penyebab utama atau akar suatu permasalahan. Akar ‘penyebab’ terjadinya masalah ini memiliki beragam
variabel
yang
berpotensi
menyebabkan
munculnya
permasalahan.
Langkah-langkah membuat Fishbone Diagram adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan sesi analisa tulang ikan . 2. Mengidentifikasi akibat atau masalah. 3. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. 4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. 5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama 6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan (action) dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
Gambar 1.4 Fishbone diagram 5. Peta Kendali (Control Chart) Peta kendali (control chart) adalah suatu grafik dengan batasan–batasan yang digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang terkendali.
Gambar 1.5 Control chart Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
21
6. Diagram Pareto Diagram pareto disebut juga gambaran pemisah unsur penyebab yang paling dominan dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Diagram Pareto ini merupakan suatu diagram yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, Diagram pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Adapun penyusunan diagram pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu: 1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. 2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya. 3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang terkecil. 5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. 6. Menggambar
diagram
batang,
menunjukkan
tingkat
kepentingan
relatif
masing- masing masalah. Selain itu Diagram Pareto ini mempunyai beberapa Prinsip yaitu : Vilfredo Pareto (1848-1923), ahli ekonomi Italia mengatakan bahwasannya 20% dari population memiliki 80% dari total kekayaan Juran mengistilahkan “vital few, trivial many” dimana 20% dari masalah kualitas menyebabkan kerugian sebesar 80%
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
22
Gambar 1.6 Pareto chart
7. Diagram Tebar (Scatter Diagram) Scatter diagram merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan antara sebab dan akibat dari dua variabel atau untuk menentukan korelasi antara penyebab yang diduga dengan akibat yang timbul dari suatu masalah.
Gambar 1.7 Scatter diagram
3.2 Peta-Peta Kerja Peta kerja disebut juga Peta Proses atau Peta Aliran. Peta kerja ini adalah cara tertua, termudah dan paling banyak digunakan untuk menyederhanakan pekerjaan. Pembuatan peta kerja ini juga membutuhkan fasilitator berpengalaman untuk hasil terbaik. Sebuah peta kerja secara visual menggambarkan urutan pekerjaan untuk membuat sebuah produk atau memproduksi sebuat outcome. Termasuk juga di dalamnya waktu siklus, persediaan dan informasi alat yang digunakan. 1. Lambang-Lambang dalam Peta Kerja Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
23
Gambar 1.8 Lambang-Lambang Peta Kerja a. Operasi Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi. Mengambil informasi maupun menberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu mesin atau sistem kerja. Adapun contohnya sebagai berikut: a. Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut, b. Pekerjaan mengeraskan logam, dan c. Pekerjaan merakit. Dalam prakteknya, lambang ini juga dapat digunakan untuk menyatakan aktivitas administrasi. b. Pemeriksaan Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau membandingkan objek tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan kearah menjadi suatu barang jadi. Adapun contohnya sebagai berikut:
Mengukur dimensi benda,
Memeriksa warna benda dan membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap.
Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
24
Adapun contohnya sebagai berikut:
Benda kerja diangkut dari mesin bubut ke mesin skrap untuk mengalami operasi berikutnya, dan
Suatu objek dipindahkan dari lantai atas lewat elevator.
c. Menunggu Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja ataupun perlengkapan tidak mengalami kegiatan
apa-apa
selain
menunggu
(biasanya
sebentar).
Adapun
contohnya sebagai berikut: a. Objek menunggu untuk diproses atau diperiksa. b. Peti menunggu untuk dibongkar. c. Bahan menunggu untuk diangkut ke tempat lain. d. Penyimpanan Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja di simpan untuk jangka waktu yang cukup
lama.
mengalami
Lambang ini digunakan untuk
penyimpanan
permanen,
yaitu
menyatakan suatu objek yang
ditahan
atau
dilindungi
terhadap
pengeluaran tanpa izin tertentu. Adapun contohnya sebagai berikut:
Dokumen-dokumen atau catatan-catatan disimpan dalam brankas, dan
Bahan baku disimpan dalam gudang.
e. Aktivitas ganda Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan bersamaan pada suatu tempat kerja. 2. Macam-macam peta kerja Ada dua macam Peta-Peta Kerja: a. Peta Kerja Setempat Peta Kerja Setempat adalah peta yang menggambarkan aktivitas dalam lingkup kerja setempat. Peta Kerja Setempat terbagi menjadi dua jenis, diantaranya : 1. Peta Pekerja dan Mesin Dua kolom yang menggambarkan aktivitas ganda berupa langkah-langkah yang dilakukan oleh operator dan operasi yang dikerjakan oleh mesin, dan menunjukkan hubungan waktu menganggur antara keduanya. 2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan menggambarkan kontribusi tangan kanan dan tangan kiri seorang pekerja dan keseimbangan beban kerja antara tangan kanan dan tangan kiri. Peta ini merupakan metode yang Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
25
sangat efektif untuk menganalisa sebuah pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja dan sangat membantu untuk memperbaiki pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja. b. Peta Kerja Keseluruhan Peta Kerja Keseluruhan menggambarkan keseluruhan pekerjaan dalam sebuah proses. Ada lima macam Peta Kerja Keseluruhan: 1. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart/OPC) Peta Proses Operasi adalah gambaran secara grafik dan simbol yang menggambarkan penggunaan operasi pembuatan untuk membuat sebuah produk. Peta Proses Operasi hanya menggambarkan aktivitas bernilai tambah saja dalam proses pembuatan, oleh karena itu penanganan material dan penyimpanan tidak digambarkan dalam peta ini.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
26
Gambar 1.9 Peta Proses Operasi
2. Peta Aliran Proses Peta Aliran Proses dalam Teknik Industri adalah gambaran secara grafik dan simbol yang menggambarkan kegiatan pembuatan yang dilakukan pada benda kerja, dan menjelaskan urutan-urutan operasi dalam proses produksi. Pada umumnya termasuk Operasi, Pemeriksaan, Transportasi, Penyimpanan dan Keterlambatan (Delay).
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
27
Gambar 1.10 Peta Proses Operasi 3. Peta Proses Perakitan (Assembly Process Chart) Peta Proses Perakitan pada prinsipnya berkebalikan dengan Peta Proses Operasi. Peta ini menunjukkan hubungan antara bagian/komponen yang digunakan
(dalam
satuan),
komponen
tambahan
dan
waktu
yang
dibutuhkan untuk merakitnya. Pada bagian akhir peta, akan terlihat produk yang sudah dirakit. ASSEMBLY PROCESS CHART Activity Map Number Existing
Improvement
Mapped by Date of Mapped Part A
SSA
Part B SA A
Part C Part D
Gambar 1.11 Format Assembly Process Chart Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
28
4. Diagram Alir Diagram Alir adalah gambaran skematik urutan-urutan operasi, dalam proses pembuatan atau program komputer.
Gambar 1.12 Diagram Alir
5. Peta Regu Kerja Peta Regu Kerja adalah bagian dari Peta Aliran Proses. Peta ini digunakan dalam suatu tempat kerja dimana untuk melaksanakan pekerjaan tersebut memerlukan kerjasama yang baik dari sekelompok pekerja.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
29
Gambar 1.13 Peta Regu Kerja
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
30
IV.
Langkah Kerja Praktikum Praktikan akan diberikan sebuah studi kasus yang akan dianalisis menggunakan seven
tools dan peta-peta kerja yang sudah diberikan. Analisis studi kasus tersebut akan menggunakan tools Microsoft Excel dan Microsoft Visio. Praktikan
akan
dibimbing
oleh Asisten dalam pembuatan histogram,
diagram
fishbone, diagram pareto dan peta kendali (control chart). Setelah itu, praktikan secara mandiri akan mempraktekkan Peta Proses Operasi, Peta Aliran Proses, Peta Proses Perakitan dan satu bagian dari Peta Kerja Setempat (Peta Pekerja dan Mesin atau Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan) dalam menganalisis studi kasus tersebut sesuai pengetahuan yang telah praktikan terima sebelumnya di perkuliahan.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
31
V.
Prosedur Praktikum Praktikum Modul II Flow Chart
Deskripsi Proses
Rekaman
Start
1. Admin Praktikum Pembukaan praktikum
2.Praktikan Pelaksanaan tes awal
3. Praktikan Melakukan analisa permasalahan menggunakan Seven Tools
4. Praktikan Melakukan analisa permasalahan dengan menggunakan Peta-Peta Kerja
5. Praktikan
1.a. Admin praktikum membuka praktikum dengan berdoa 1.b Praktikan menyerahkan kartu praktikum dan mengisi lembar presensi 1.c Admin praktikum menjelaskan rundown praktikum yang akan berlangsung
1.a. Lembar Presensi 1.b. Slide praktikum
2.a. Admin praktikum menjelaskan bentuk pengerjaan tes awal 2.b Praktikan mengerjakan tes awal yang berupa tes tertulis
2.a. Lembar soal 2.b. Lembar jawaban 2.c Lembar penilaian
3. Praktikan akan dibimbing oleh asisten jaga dalam menganalisis masalah dan mengambil simpulan menggunakan Seven Tools :
3. Softcopy hasil pengerjaan Seven Tools dalam Microsoft Excel
4. Praktikan akan dibimbing oleh asisten jaga dalam menganalisis masalah dan mengambil simpulan menggunakan peta-peta kerja
4. Softcopy hasil pengerjaan peta-peta kerja dalam Microsoft Visio
5. Praktikan akan melaksanakan tes akhir dalam bentuk grup selama 60 menit
Pelaksanaan tes akhir
END
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
32
Modul III WORK SAMPLING
I.
Tujuan Praktikum a. Praktikan mampu memahami konsep work sampling b. Praktikan dapat mengaplikasikan konsep work sampling khususnya dalam merancang stasiun kerja. c. Praktikan mengerti cara pengukuran waktu baku dan penggunaannya. d. Praktikan memahami manfaat work sampling dan perhitungan waktu baku untuk perancangan sistem kerja. e. Praktikan dapat melakukan pengolahan data produktifitas dengan menggunakan software Microsoft excel.
II.
Alat Dan Bahan a. Video work sampling b. Tabel pengamatan c. Komputer d. Software microsoft excel
III.
Landasan Teori a. Pengertian Work Sampling Work Sampling atau sampling pekerjaan yang sering disebut juga sebagai Ratio Delay Study atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja / operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti (Sritomo, 1989). Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak (random) (Sritomo, 1989). Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
33
Suatu sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar akan cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Apabila
sampel yang
dimiliki tersebut diambil cukup
besar,
maka
karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh berbeda dengan karakteristik dari populasinya (Sritomo, 1989).
Agar kesimpulan yang diambil dalam suatu pengamatan lebih tepat tidak sekedar asumsi, diperlukan teknik tertentu yang secara statistik dikenal dengan sampling perbandingan populasi atau sampling for estimating population proportion. Pengukuran waktu kerja dengan metode ini dirasakan sangat efisien karena informasi yang dikehendaki akan didapatkan dalam waktu yang relatif lebih singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu besar
Sampling pekerjaan mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi selain untuk menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan-kegunaan tersebut antara lain: a.
Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.
b.
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.
c.
Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
d.
Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
Perbedaan antara penggunaan stopwatch dan worksampling antara lain: Stopwatch
Untuk pekerjaan rutin dan monoton.
Umumnya mengamati satu orang.
Perhitungan berdasarkan waktu.
Siklus pekerjaan pendek dan jelas.
Pengamatan berlangsung kontinu.
Worksampling
Untuk pekerjaan bervariasi dan tidak rutin.
Mengamati beberapa orang.
Perhitungan berdasarkan proporsi.
Siklus pekerjaan tidak jelas.
Pengamatan berlangsung diskrit. Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
34
Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: Tingkat kepercayaan (Confidence Level). Tingkat ketelitian (Degree of Accuracy).
Dengan asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas yang akan menganggur (idle) atau produktif mengikuti pola distribusi normal, maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan formulasi sebagai berikut (Sritomo, 1989):
Keterangan: p = Prosentase kejadian yang diamati (prosentase produktif) dalam angka desimal. Dalam praktikum kali ini p yang digunakan p produktif. K = Konstanta yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan yang diambil. S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal.
Langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan langkah dalam menggunakan jam henti (stopwatch). Begitu pula langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan antara lain: a. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan, yang akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan kepercayaan. b. Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik. Jika belum, perbaikan-perbaikan sistem kerja harus dilakukan dahulu. c. Memilih operator yang baik. d. Mengadakan pelatihan bagi para operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan bila dianggap perlu. e. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan. f.
Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembaranlembaran pengamatan, pena atau pensil.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
35
b. Langkah Work Sampling 1. Melakukan Sampling a. Melakukan sampling pendahuluan Melakukan sejumlah kunjungan yang ditentukan oleh pengukur (biasanya tidak kurang dari 30 kali). Buatlah tabel perbedaan antara pekerjaan yang produktif dan non produktif (Sutalaksana,1979).
b. Menguji keseragaman data Untuk menghitung keseragaman data, kita tentukan batas-batas kontrolnya yaitu:
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
36
Dimana
p = persentase produktif di harike I dan n adalah jumlah dari
pengamatan. n = jumlah pengamatan dilakukan pada harike I Catatan : Jika harga p berada pada batas-batas kontrol, maka berarti semua harga tersebut dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengamatan yang diperlukan. Sebaliknya jika ada harga pi yang beradadiluarbataskontrol, makapengamatan yang membentuk pi yang bersangkutanharus “dibuang” karena berasal dari sistem sebab yang berbeda.
c. Menentukan Waktu Kunjungan Untuk menentukan, biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan waktu tidak terlampau panjang (lama). Berdasarkan satu-satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan. Waktu kunjungan tidak boleh melebihi 2/3 dari total jam kerja. Misalkan satuan waktu panjangnya 10 menit. Dalam 1 hari terdapat 8 jam kerja, sehingga ada 6 observasi dalam 1 jam. Setelah itu, didapat 48 kali observasi untuk 1 hari (6*8 jam=48 observasi). Untuk menentukan jumlah observasi, dihitung dengan (2/3*48=32) sehingga didapat 32 kali observasi dalam 1 hari. Waktu kunjungan tidak boleh pada saat-saat tertentu yang kita ketahui dalam keadaan tidak bekerja misalnya jam-jam istirahat atau hari libur, dimana tidak ada kegiatan secara resmi (Sutalaksana, 1979).
Bilangan acak bisa didapat dengan menggunakan excel atau dengan menggunakan table bilangan acak. Untuk menentukan waktu observasi, dapat dihitung dengan cara: Waktu observasi 1 = (08.00 + (02x10) = 08.20 Waktu observasi 2 = (08.00 + (03x10) = 08.30 Waktu observasi 3 = (08.00 + (06x10) = 09.00 (dilanjutkan sampe 32 observasi)
2. Menentukan Ratio Delay
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
37
3. Menentukan Prosentase Produktif
4. Menghitung Waktu Baku 1.
2.
3.
4.
5.
Aplikasi sampling pekerjaan dalam industry antara lain (Sritomo, 1989): 1. Penetapan waktu baku o Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle. o Menetapkan waktu baku. 2. Penetapan waktu tunggu o Menekan
aktivitas
idle
sampai prosentase
yang
terkecil,
yaitu
dengan
memperbaiki metode kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia secara tepat. o Membakukan metode kerja yang digunakan sebelum menetapkan kelonggaran (allowance). Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
38
o Melakukan proses penyederhanaan kerja (work simplification). 3. Disiplin kerja Dapat meningkatkan disiplin kerja karena sampling pekerjaan dilakukan secara random.
IV.
Langkah Kerja Praktikum 1. Seluruh praktikan melihat dan mengamati video yang diputar dengan durasi 30 menit. 2. Menentukan objek
penelitian dan menentukan standardisasi pekerjaan operator
sehingga dapat ditentukan pekerjaan seperti apa yang merupakan performansi kerja yang idle maupun yang produktif. 3. Mengisi dan mencatat segala kegiatan operator yang ada di video yang berupa waktu operator bekerja, jenis kegiatan operator, jumlah kegiatan yang produktif dan non produktif, dan lain-lain. 4. Merekap semua hasil pengamatan kekomputer yaitu dengan software excel. 5. Melakukan perhitungan prosentase produktif, jumlah mesin produktif, dan waktu yang diperlukan per unit untuk menentukan waktu siklus produk. 6. Melakukan perhitungan waktu baku dan waktu normal dengan nilai kelonggaran dan penyesuaian yang sudah ditentukan oleh asisten.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
39
V.
Prosedur Praktikum
PRAKTIKUM MODUL 3 Flow Process
Deskripsi Proses
Rekaman
MULAI
1. Praktikan
1.a Praktikan melaksanakan Tes Awal 1.b Tes Awal berupa tes tulis individu per praktikan
1. Lembar Jawab Tes Awal
Pelaksanaan Tes Awal
2. Lembar presensi praktikum
2. Admin Praktikum Penjelasan materi praktikum
3. Praktikan
Pelaksanaan Praktikum
2.a Admin praktikum melakukan penjelasan praktikum 2.b Praktikan mengisi lembar presensi praktikum 2.c Penjelasan simulasi praktikum berupa : - Penjelasan materi - Penjelasan kegiatan praktikan selama melihat video
3.a Praktikan melakukan pelaksanaan praktikum berupa melihat video yang berdurasi sekitar 40menit tentang work sampling
3. Tabel pencatatan waktu dan gerakan
3.b Dalam setiap 10 menit sekali praktikan kegiatan yang dilakukan operator untuk pengamatan worksampling 3.c Setelah didapat data berupa tabel produktivitas dan kegiatan operator, praktikan menginputkan ke dalan excel untuk menghitung waktu baku, presentasi produktivitas dan ratio delay operator.
4. Admin Praktikum Penjelasan Progress Report
4. Admin Praktikum menjelaskan mengenai Progress Report modul I
SELESAI
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
40
Modul IV FISIOLOGI DAN PENGARUH LINGKUNGAN KERJA
I.
Tujuan
1.1
Fisiologi
a) Praktikan mampu memahami bahwa perbedaan beban kerja dapat berpengaruh terhadap aspek fisiologi manusia b) Praktikan dapat melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan metode denyut jantung c) Praktikan mampu mengukur besarnya energy expenditure dan konsumsi energi pada saat melakukan beberapa beban kerja berdasarkan besarnya denyut jantung d) Praktikan
mampu
menganalisa
beban kerja fisiologis suatu pekerjaan dengan
menggunakan metode kecepatan denyut jantung. 1.2
Pengaruh Lingkungan Kerja
a) Praktikan mengetahui dampak lingkungan kerja terhadap hasil kerja manusia b) Praktikan dapat merancang sistem lingkungan kerja yang baik berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
II. a)
Alat dan Bahan Ergocycle
b) Running cycle c)
Pulse monitorsebagai pengukur denyut jantung
d) Light dimmer sebagai pengatur tingkat pencahayaan e)
Lux meter sebagai alat ukur pencahayaan
f)
Audio generator sebagaisumber suara (kebisingan)
g)
Sound level meter sebagai alat ukur kebisingan
h)
Air conditioner sebagai pengatur temperatur udara
i)
Meja kerja
j)
Kursi kerja
k) Stop Watch
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
41
III.
Landasan Teori
3.1 Fisiologi Fisiologi (ilmu faal) dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja organ, jaringan dan sel-sel organisme. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat didefinisikan menjadi dua kegiatan :
Kerja fisik (otot)
Kerja mental (otak). Jika tingkat intensitas dari masing-masing kerja terlalu tinggi, maka akan
menimbulkan pemakaian energi yang berlebihan, sebaliknya intensitas yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas yang optimum untuk tiap individu. Tingkat intensitas kerja optimum umumnya tercipta ketika tidak ada tekanan dan ketegangan. Tekanan berkenaan dengan beberapa aspek dari aktivitas manusia dari lingkungannya yang terjadi akibat adanya reaksi individu tersebut tidak mendapatkan keinginan yang sesuai. Sedangkan ketegangan merupakan konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu tersebut akibat dari tekanan. a. Beban Kerja Fisik Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya. Dalam kerja fisik, konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolok ukur penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui : 1. Konsumsi oksigen 2. Denyut jantung 3. Peredaran udara dalam paru-paru 4. Temperatur tubuh 5. Konsentrasi asam laktat dalam darah 6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni 7. Tingkat penguapan 8. Faktor lainnya Konsumsi Energi Konsumsi energi pekerja dalam bekerja merupakan faktor utama yang dapat membatasi prestasi harian atau performansi kerjanya. Untuk mengefisienkan konsumsi Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
42
energi dan mempertahankan performansi kerja, dibutuhkan perancangan lingkungan kerja yang baik. Faktor yang mempengaruhi konsumsi energi diantaranya adalah metode kerja, sikap kerja, tingkat kerja dan perancangan peralatan kerja. Sedangkan besarnya konsumsi energi tergantung pada berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Skala untuk konsumsi energi adalah kilo kalori (kkal). Satu liter oksigen yang dihasilkan tubuh manusia menghasilkan rata – rata sebesar 4,8 kkal. Proses untuk mengetahui pengeluaran energi yaitu : 1.
Menghitung pulsa nadi atau pulsa jantung
2.
Ekuivalensi angka pulsa jantung dengan konsumsi energi
3.
Ekuivalensi konsumsi oksigen dengan pengeluaran energi (konsumsi oksigen 1 liter = pengeluaran energi 4,7 – 5 kkal/menit
Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dilakukan perbedaan kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk regresi hubungan energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuantitas dengan persamaan 𝑌=1.80−0,022 𝑥+ (4,71 × 10−4 )𝑥 2 Dimana: 𝑌=𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑡𝑢𝑟𝑒𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 (𝑘𝑘𝑎𝑙⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) 𝑥=𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡𝑗𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑜𝑝e𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 (𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Setelah mendapatkan besarnya energy expenditure, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut : 𝐾𝐸=𝐸𝑡−𝐸𝑖 Dimana : 𝐾𝐸=𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 𝐸𝑡 = 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖𝑝𝑎𝑑𝑎𝑠𝑎𝑎𝑡𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 𝐸𝑖 =𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖𝑠𝑎𝑎𝑡𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡
b.
Beban Kerja Mental Kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak
kita. Pekerjaan ini mengakibatkan kelelahan mental bila intensitas kerja ini relatif tinggi. Hal ini bukan diakibatkan oleh aktifitas fisik secara langsung, melainkan
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
43
akibat kerja otak kita. Pengukuran kerja mental memperhatikan beberapa hal berikut : 1.
Beban waktu Beban waktu didefinisikan sebagai dua hal, yaitu waktu yang tersedia dan pekerjaan yang terlampaui (task Overlapping). Jika waktu yang diminta untuk mengerjakan suatu pekerjaan melampaui waktu yang tersedia, operator tersebut mengalami masalah dengan beban waktunya. Operator dalam kondisi terbebani apabila ia dibebani oleh tugas – tugas yang memiliki tingkat kesulitan
berbeda
mengerjakan
dan
secara
operator
berurutan,
tersebut
mengalami
kesulitan
untuk
maka ia harus memprioritaskannya dan
mungkin terdapat sub pekerjaan yang tertunda. 2. Beban usaha mental Beban ini misalnya dalam proses perhitungan, pembuatan keputusan, menyimpan sejumlah informasi dalam memori ingattan dan memunculkannya dan lain – lain. 3. Beban stress psikologi Beban ini didefinisikan sebagai hal yang memberikan kontribusi terhadap rasa bingung dan frustasi operator. Variabel diri operator antara lain motivasi, pelatihan, kelelahan dan emosional. Variabel tersebut dimunculkan dalam bentuk rasa takut akan gagal, terluka, keterasingan dan lain – lain.
Skala Beban Kerja Mental Merupakan suatu ukuran skala untuk mengukur tingkat beban kerja mental suatu pekerjaan berdasarkan ketiga variabel di atas. 1. Beban Waktu Sering memiliki waktu luang Interupsi dan overlapping antar aktifitas jarang / tidak terjadi Waktu Luang sering terjadi sekali – kali Interupsi dan overlapping antar aktifitas sering terjadi Hampir tidak ada waktu luang Interupsi dan overlappingantar aktifitas sangat sering dan selalu terjadi 2. Beban usaha mental Sangat
sedikit
memerlukan
konsentrasi,
aktifitas
bersifat
otomatis,
memerlukan sedikit perhatian Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
44
Konsentrasi
moderat
diperlukan,
kompleksitas
meningkat
sehingga
menyebabkan hal ketidakastian dan keterasingan Usaha
mental yang intensif dan konsentrasi yang tinggi diperlukan.
Aktifitas sangat kompleks dan memerlukan perhatian penuh. 3. Beban stress psikologi Sedikit membingungkan, beresiko, frustasi muncul dan dengan mudah dan diatasi Tingkat stress yang menengah / moderate dimana kebingugan dan frustasi menambah beban kerja. Kompensasi secara signifikan diperlukan untuk menjaga performansi yang cukup Kebingungan dan rasa frustasi yang tinggi sehingga memerlukan kontrol diri dan determinasi yang tinggi hingga titik ekstrim. 3.2 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Hasil Kerja Manusia Manusia dalam melaksanakan kegiatanya selalu menginginkan performansi kerja yang optimal. Untuk itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap performansi kerja manusia. Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mendukung performansi kerja adalah : 1. Faktor-faktor diri (keadaan dan kondisi umum manusia) Faktor atau kondisi umum manusia, atau faktor diri ini sulit diubah karena berasal dari pekerja dan sudah ada jauh sebelum pekerja itu melakukan pekerjaanya. Yang termasuk dalam faktor ni adalah keahlian, motivasi, karakteristik fisik, minat, usia, jenis kelamin, dan lain-lain. 2. Kondisi Lingkungan atau Faktor Situasional Konteks ini terdiri dari 2 pengertian yaitu konteks sosial dan konteks fisik. Konteks Sosial Terbagi menjadi 2 kelompok yaitu : a. Kelompok Satisfier (motivator) Kelompok Satisfier adalah faktor atau situasi yang merupakan kepuasan kerja yang terdiri atas pencapaian tujuan, penghargaan, kerja itu sendiri, tanggung jawab dan promosi. b. Kelompok Disastifier Kelompok
disastifier
adalah
faktor
yang
terbukti
mnejadi
sumber
ketidakpuasan yang terdiri atas administrasi dan kebijaksanaan perusahaan,
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
45
supervisor, gaji, hubungan antar personel, kondisi kerja, keamanan kerja dan status. Konteks Fisik Konteks fisik dapat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu : a. Yang langsung berhubungan dengan kerja Kategori ini lebih menekankan pada hubungan antar manusia sebagai pekerja dengan mesin sebagai peralatanya. b. Yang berupa perantara Kategori ini lebih menekankan pada hubunagan antar manusia sebagai pekerja dengan lingkungan fisik disekitarnya. Faktor-faktor lingkungan fisik yang
mempengaruhi
performansi
kerja
manusia
adalah
temperatur,
pencahayaan dan kebisingan. 3. Kecepatan dan Ketelitian Kecepatan berhubungan dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan ketelitian diukur berdasarkan jumlah kesalahan yang dilakukan per satuan waktu. 4. Display Display adalah suatu ungkapan yang digunakan pada semua metode penyampaian informasi secara tidak langsung. Informasi display dibagi menjadi statis dan dinamis.
Pada dasarnya, manusia memiliki keterbatasan pada kemampuan dirinya. Keterbatasan itu yang membuat manusia bergantung pada faktor-faktor lain di luar batas kontrolnya dalam bekerja. Padahal keterbatasan manusia itulah yang sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah pada sistem kerja seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Lingkungan kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil kerja manusia. Lingkungan kerja yang tidak baik akan menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan bahkan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Pemahaman yang baik dalam lingkungan kerja yang optimal diharapkan akan meningkatkan kenyamanan dan meminimalisir gangguan yang dapat diterima seorang pekerja dalam pekerjaannya. Beberapa hal yang mempengaruhi Lingkungan Kerja Fisik adalah a.
Temperatur Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
46
Dalam kondisi normal, setiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda. Pada dasarnya suhu anggota tubuh manusia konstan dengan sedikit fluktuasi di sekitar 37°C. Suhu tersebut terdapat di bagian dalam dari otak, jantung, dan organ dalam tubuh (suhu inti = core temperature). Suhu inti yang konstan diperlukan agar alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan normal, sedangkan perubahan yang menyolok tidak baik karena tidak kompatibel dengan kehidupan dari makhluk yang berdarah panas. Berlawanan dengan suhu inti, maka suhu dari kulit, anggota tubuh dan otot sangat bervariasi (shell temperature). Udara lingkungan yang sejuk menyebabkan kulit kehilangan kehangatan dengan cepat pada lapis luarnya.
Walaupun
suhu
lingkungan
itu
dingin
sekali,
suhu
di
kedalaman 2 cm di bawah kulit akan tetap berada di sekitar 35°C. Di dalam lingkungan yang panas, hanya di kedalaman beberapa mm dari kulit saja suhunya akan bervariasi antara 35°C sampai 36°C. Tubuh manusia dapat mempertahankan keadaan normal terhadap perubahan yang terjadi diluar tubuh jika temperatur tersebut tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, semuanya dari keadaan kondisi tubuh. Alat-Alat Tubuh
Suhu
Mulut
37°C
Dada (kulit)
34,4°C – 35°C
Garis pinggang (kulit) 35°C – 36°C Rectum (rambut)
37,5°C
Betis (kulit)
36,5°C – 38,3°C
Kaki
36,5°C-38,3°C
Tabel 1 Suhu Alat-Alat Tubuh
Penyesuaian diri dapat dilakukan dengan pertukaran panas (konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi), berkeringat dan gerakan otot yang cepat. Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
47
Untuk comfort zone dalam bekerja, suhu nikmat kerja bagi orang Indonesia berkisar antara 24°C sampai 26°C (DR. Suma’mur). Sedangkan dalam penelitian lain, Tichauer telah menyelidiki pengaruh terhadap
produktivitas
para
pekerja
penenunan
kapas,
yangmenyimpulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur 75 F – 80 F (24°C - 27°C) Menurut
penyelidikan
untuk
berbagai
tingkat
temperatur
akan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
± 49°C: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30 o C: aktivitas
mental
dan
daya
tanggap
mulai
menurun
dan
cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.
± 30°C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
± 24°C: Kondisi optimum
± 10°C: Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Harga-harga diatas tidak mutlak berlaku untuk setiap orang karena sebenarnya
kemampuan
beradaptasi
tiap
orang
berbeda-beda,
tergantung di daerah bagaimana dia biasa hidup. Orang yang biasa hidup
di
daerah
panas
berbeda
kemampuan
beradaptasinya
dibandingkan dengan mereka yang hidup di daerah dingin atau sedang. b.
Kelembaban
Kelembaban adalah ukuran banyaknya kadar air yang terkandung dalam udara.
Kelembaban biasanya dinyatakan dengan persentase (%).
Keseimbangan tersebut akan memenuhi rumus : M+R +C - E=0 Dimana: M = panas yang diperoleh dari proses metabolisme R = perubahan panas karena radiasi C = perubahan panas karena konveksi E = hilangnya tenaga akibat penguapan
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
48
Semakin tinggi dan lembap lingkungan kerja, maka akan semakin banyak juga
oksigen yang diperlukan untuk metabolisme dan akan
semakin cepat juga peredaran darah dalam tubuh kita, sehingga denyut jantung akan semakin cepat. Ini berakibat pengurangan energi yang sangat besar pada tubuh manusia sehingga pekerja akan cepat lelah. c.
Sirkulasi Udara
Udara sekitar kita mengandung 21% O 2 ; 78% N; 0,03 %CO 2 ; dan 0,97 % gas lainnya. Oksigen merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses metabolisme. Pada kenyataannya dalam industri besar seperti di pabrik-pabrik, udara yang kita hirup akan terkontaminasi dengan debu atau kontaminankontaminan lain. Kontaminan tersebut diakibatkan proses produksi dan panas. Sepertidalam tempat-tempat solder dan pengelasan pada industri elektronik, tempat-tempat pengerjaan kayu atau penggergajian, tempat dimana bahan beracun dikerjakan dan lain sebagainya. Karena itu dalam bekerja diperlukan sirkulasi udara yang baik untuk suatu kontaminan sampai batas yang tidak
membahayakan bagi
keselamatan dan kesehatan kerja. Sirkulasi udara dapat direkayasa dengan menggunakan sistem pengeluaran udara (exhaust system) dan pemasukan udara (supply system) dengan menggunakan fan. d.
Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek sangat jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang suram, mengakibatkan mata pekerja cepat lelah karena mata berusaha
untuk
melihat,
dimana
lelahnya
mata
mengakibatkan
kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek sangat jelas ditentukan oleh: ukuran objek, derajat kontras diantara objek dan sekelilingnya, luminansi, dan lamanya melihat. Pencahayaan terbagi menjadi dua :
Pencahayaan Alami
Pencahayaan Buatan Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
49
Langkah penentuan tingkat pencahayaan yang sesuai adalah:
Menentukan
tingkat
iluminasi
ideal.
Nilai-nilai
ini
telah
dibakukan dalam berbagai literatur.
Menghitung
tingkat
penerangan
yang
diamati
dengan
menggunakan Lux Meter.
Melakukan
analisis
untuk
membandingkan
kondisi
aktual
penerangan terhadap harga iluminasi ideal yang telah baku agar dapat menentukan teknik
yang cocok
untuk
memperbaiki
kondisi yang ada. CIE (Commission International de l’Eclairage) dan IES (Illuminating Engineers
Society)
direkomendasikan
telah untuk
menerbitkan berbagai
tingkat pencahayaan yang
pekerjaan.
Nilai-nilai
yang
direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
50
Tingkat Penerangan
Area Kegiatan
(Lux) Layanan 20 Pencahayaan umum untuk ruangan
dan
area
yang
jarang digunakan dan/atau tugas-tugas
atau
visual
sederhana
area
penerangan
sirkulasi luar
yang minimum dalam ruangan,
pertokoan di
daerah terbuka, halaman tempat penyimpanan 50
Tempat pejalan kaki dan panggung
70
Ruang boiler
100
Halaman trafo, ruangan tungku
150
200
Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan Layanan
penerangan
yang minimum dalam
tugas Meja dan mesin kerja ukuran sedang, proses
300
umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk
Pencahayaan umum untuk 450 interior
menggambar, yang
perakitan mesian dan bagian
halus,
pekerjaan
warna,
tugas
menggambar kritis Pekerjaan mesin dan diatas meja yang sangat halus, 1500
perakitan
mesin
presisi
kecil
dan
instrumen; komponen elektronik, pengukuran dan pemeriksaan. Bagian kecil yang rumit (sebagian
mungkin
diberikan
oleh
tugas
pencahayaan setempat) Pencahayaan setempat
tambahan untuk
Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal
tugas 3000
visual yang tepat
instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran
e.
Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang
dihasilkan oleh
suatu objek (dari luar maupun dari dalam sistem kerja). Ada tiga aspek Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
51
yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia :
Lama bunyi
Intensitas bunyi
Frekuensi bunyi
Pengaruh utama kebisingan terhadap indera-indera
pendengaran,
yang
kesehatan adalah kerusakan
menyebabkan
ketulian
progresif
terutama untuk kebisingan yang bernada tinggi, terputus-putus atau yang datang secara tiba-tiba. Suara atau bunyi ini diukur dengan satuan yang disebut desibel. Satuan desibel diukur dari 0 hingga 140, atau bunyi terlemah yang manusia masih bisa mendengar hingga tingkat bunyi yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga manusia. Kata desibel biasa disingkat ´dB´ dan mempunyai 3 skala : A, B, dan C. Skala yang terdekat dengan pendengaran
manusia
adalah
skala
A
atau
`dBA´.
Pengukuran
kebisingan dilakukan dengan alat Sound Level Meter.
Menulikan
Sangathiruk
Desibel
Batas dengantertinggi
120
Halilintar
110
Meriam
100
Mesinuap
90 80
Jalanhirukpikuk Perusahaan sangatgaduh Peluitpolisi Kantor gaduh
Kuat
70
Jalanpadaumumnya
60
Radio Perusahaan Rumahgaduh
Sedang
50
Kantor umumnya
40
Percakapankuat Radio perlahan
Tenang
30
Rumahtenang
20
Kantor perorangan
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
52
Auditorium Percakapan
Sangattenang
Suaradaun-daun
10
Berisik
0
Batas dengarterendah
f. Getaran Mekanis Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor,
sehingga pengaruhnya bersifat
mekanis. Alat untuk mengukur getaran dinamakan vibrasi meter. Gangguan yang disebabkan getaran mekanis : •
Mempengaruhi konsentrasi bekerja
•
Mempercepat datangnya kelelahan
•
Dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti gangguan mata, saraf, peredaran darah dan lain-lain
g.
Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, apalagi kalau bau tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja. Bau-bauan yang terjadi terus menerus bisa mempengaruhi kepekaan penciuman.
Contoh bau di industri,
misalnya bau asap pembakaran batubara, bau limbah industri yang menyengat, dan sebagainya. Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor yang mempengaruhi kepekaan penciuman, oleh karena itu pemakaian AC atau sirkulasi udara yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja. h.
Warna
Warna dari ruangan bekerja sangat berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek selain itu juga warna ruangan memberikan dampak psikologis bagi para pekerja. Berikut adalah dampak psikologis warna terhadap emosi seseorang:
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
53
Merah Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna merah memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik. Merah juga meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itusendiri. Kuning Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna ini bias dipakai sedikit untuk pemberitahuan, seperti cahaya kedua lampu rem yang berada di kendaraan. Orange Orange adalah kombinasi warna merah dan kuning. Merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa nyaman. Orange berhubungan dengan cakra sacral dan diyakini bermanfaat untuk
ginjal,
saluran
kemih
dan
organ
reproduksi.
Dia
juga meningkatkan metabolisme, memperkuat paru-paru, limpa dan pankreas. Biru Biru adalah warna yang bias meningkatkan nafsu makan untuk itu disarankan menempatkan makanan di piring biru. Biru juga dapat memperlambat denyut nadi dan suhu tubuh lebih rendah. Ini adalah warna
yang
menenangkan
dan
diyakini mengatasi insomnia,
kecemasan, masalah tenggorokan, tekanan darah tinggi, migraine dan iritasi kulit. Violet Violet adalah warna yang dapat membawa perasaan damai dan saling memahami. Warna ini juga membantu tidur Anda. Dari kelompok warna-warna lain radian warna violet ini dipercaya akan menghambat perkembangan tumor. Nafsu makan tidak terkendali bias dikendalikan oleh warna ini.
Warna ini juga dikaitkan dengan
spiritualitas, intuisi, kebijaksanaan, penguasaan, kekuatan mental dan fokus. Hijau
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
54
Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam,
hijau dianggap
sebagai warna menenangkan dansantai.
Warna ini dapat membantu orang yang sering merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan antara Anda dan orang lain. Warna ini juga terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Nila Nila adalah warna yang dipercaya akan meningkatkan intuisi dan memperkuat system getah bening, kekebalan tubuh dan membantu memurnikan serta membersihkan tubuh. Putih Putih adalah warna untuk meredakan rasa nyeri. Putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan. Rumahsakit dan pekerja rumah sakit menggunakan warna putih untuk menciptakan kesan steril. Namun, terlalu banyak warna putih dapat memberikan rasa sakit kepala dan kelelahan mata karena cahaya yang dipantulkan. 3.3.
Reaction Time
Waktu reaksi adalah waktu yang dibutuhkan dari mulai munculnya stimulus hingga munculnya suatu tindakan (Hilgard, 1979). Tindakan seseorang tidak dapat langsung muncul segera setelah suatu perangsang muncul, alat indera direspon terlebih dahulu, syaraf menyampaikan pesannya ke otak kemudian otak memerintahkan otot melalui syaraf. Lalu otot mulai bergerak mencapai objek tertentu. Seluruh proses ini membutuhkan waktu, terutama otak membutuhkan waktu yang terbanyak (Woodworth, 1971) IV. a.
Praktikum Deskripsi Praktikum Pengukuran
data
studi
biomekanika
dengan
menggunakan
beban
benda,
timbangan dan meteran. Pengukuran data perubahan kecepatan denyut jantung dari praktikan untuk beban kerja fisik dengan menggunakan Running Cycle dan Ergocycle. Pengukuran data perubahan kecepatan denyut jantung dari praktikan untuk beban kerja mental terhadap tingkat suhu, tingkat kebisingan, serta tingkat pencahayaan dengan menggunakan ruang iklim sebagai medianya. Pengukuran data perubahan denyut jantung untuk beban kerja fisik Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
55
1. Percobaan untuk beban kerja fisik terbagi 2 yaitu dengan menggunakan Running Cycle(RC) dan Ergocycle (EC). 2. 2 orang operator berada pada EC dan 2 orang mencatat denyut jantungnya 1 orang operator berada pada RC dan 1 orang mencatat denyut jantungnya. 3. Sebelum beraktivitas dilakukan pengukuran jantung tiap operator. 4. Lakukan aktivitas di EC (beban kerja = 2) dan RC (beban kerja = 2km/jam) secara bersamaan selama 3 menit dan setiap 30 detik dilakukan pencatatan denyut jantung masing- masing operator. 5. Lakukan istirahat selama 3 menit dan setiap 30 detik dilakukan pencatatan denyut jantung masing- masing operator. 6. Lakukan kembali aktivitas diatas untuk beban kerja yang berbeda : Beban kerja EC : Beban = 4 Beban = 6 Beban kerja RC : Beban = 4 km/jam Beban = 6 km/jam
Pengukuran data perubahan denyut jantung untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap hasil kerja manusia. Percobaan untuk beban kerja mental dilakukan dalam ruang iklim dan terbagi menjadi 3 tahap yaitu perubahan tingkat suhu, tingkat kebisingan, dan tingkat pencahayaan. 1. Perubahan tingkat suhu a.
Kelompok (A-F, total 12 orang, 2@kelompok) masuk ke dalam ruang iklim.
b.
6 orang operator (masing-masing diambil 1 orang dari tiap kelompok) mengerjakan tesA dan 6 orang lainya mencatat denyut jantung operator.
c.
Sebelum
beraktivitas
dilakukan
pengukuran
denyut
jantung
tiap
operator. d.
Ruang iklim diset dengan tk.suhu 230 C, tk.pencahayaan 60lux, dan tingkat kebisingan 50db.
e.
Lakukan aktivitas pengerjaan tesA selama 5 menit.
f.
Lakukan pencatatan denyut jantung setelah aktivitas Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
56
g.
Lakukan kembali aktivitas diatas untuk jenis tes dan beban kerja yang berbeda
Tes B & tk.suhu 1800 C, tk.pencahayaan 60 lux, dan tk.kebisingan 50db
Tes C & tk.suhu300 C, tk.pencahayaan 60 lux, dan tk.kebisingan 50db
2.
Perubahan Tingkat Pencahayaan a.
Tiap kelompok memasuki ruang iklim (Kelompok 1 – 6, total 12 orang, 2 orang@kelompok).
b.
6 orang operator (masing – masing diambil 1 orang dari tiap kelompok) mengerjakan Tes A dan 6 orang lainnya mencatat denyut jantung operator.
c.
Sebelum
beraktivitas
dilakukan
pengukuran
denyut
jantung
tiap
operator. d.
Ruang iklim diatur dengan tingkat suhu23̊ C, tingkat pencahayaan 60 Lux, dan tingkat kebisingan 50db.
e.
Lakukan aktifitas pengerjaan Tes A selama 5 menit.
f.
Lakukan pencatatan denyut jantung setelah aktivitas.
g.
Lakukan kembali aktivitas diatas untuk jenis Tes dan beban kerja yang berbeda :
Tes B dengan Tk. Suhu 23̊ C, Tk. Pencahayaan 10 lux, dan Tk. Kebisingan 50db.
Tes C dengan Tk. Suhu 23̊ C, Tk. Pencahayaan 110 lux, dan Tk. Kebisingan 50db.
3. Perubahan Tingkat Kebisingan a.
Tiap kelompok memasuki ruang iklim (Kelompok 1 – 6, total 12 orang, 2 orang@kelompok).
b.
6 orang operator (masing – masing diambil 1 orang dari tiap kelompok) mengerjakan Tes A dan 6 orang lainnya mencatat denyut jantung operator.
c.
Sebelum
beraktivitas
dilakukan
pengukuran
denyut
jantung
tiap
operator.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
57
d.
Ruang iklim diatur dengan tingkat suhu 23̊ C, tingkat pencahayaan 60 Lux, dan tingkat kebisingan 50db.
e.
Lakukan aktifvitas pengerjaan Tes A selama 5 menit
f.
Lakukan pencatatan denyut jantung setelah aktivitas
g.
Lakukan kembali aktivitas diatas untuk jenis Tes dan beban kerja yang berbeda :
Tes B dengan Tk. Suhu 23̊ C, Tk. Pencahayaan 60 lux, dan Tk. Kebisingan 30db.
Tes C dengan Tk. Suhu 23̊ C, Tk. Pencahayaan 60 lux, dan Tk. Kebisingan 80db.
4. Langkah penggunaan software reaction time Untuk membuka software, double click file “DLRT”, dan akan muncul tampilan sebagai berikut:
Pada saat dibuka, software ini akan menampilkan empat bagian yang terdiri dari Active Dasaset., Simple Reaction Time, Choice Reaction Time, dan System Settings. Subject ID yang terdapat pada bagian paling atas merupakan bagian untuk mengisi identitas dari praktikan Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
58
yang akan melakukan tes menggunakan software ini. Berikut adalah langkah-langkah dalam menjalankan software ini: 1. Creating a study Dalam creating a study, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengklik “Create study” yang berada di bagian System Setting. Dengan mengklik create study, maka akan membuat empat CSV Database tempat untuk menyimpan hasil dari tes yang mana tempat penyimpanan dapat ditentukan sendiri dan direkomendasikan membuat folder baru untuk menyimpan hasilnya. Setelah tempat penyimpanan dipilih, maka akan muncul Pop Up Window dengan tulisan “New Dataset Created and Activated!” Pada bagian System Settings, praktikan juga dapat menyimpan pengaturan yang telah dilakukan dengan mengklik “Save Settings”. Selain itu, praktikan juga dapat memuat kembali (reload) file pada lain waktu dan mengulangi tes pada database yang sama yaitu dengan mengklik “Load Study” 2. Running the test Tes terdiri dari dua macam, yaitu Simple Reaction Time dan Choice Reaction Time. Perbedaan dari kedua tes ini adalah pada jumlah dan jenis dari tombol yang harus ditekan ketika melakukan tes. Dalam menggunakan kedua tes tersebut, perlu adanya beberapa pengaturan yang harus diperhatikan, yaitu: Number of Trials: Jumlah percobaan dari percobaan pada saat latihan maupun pada saat experiment pada Simple Reaction Time dan Choice Reaction Time dapat ditentukan disini. Response Range dan Inter Stimulus Interval: Response Range dan Inter Stimulus Interval dapat ditentukan pada Simple Reaction Time dan Choice Reaction Time. Response Range diukur dalam satuan milliseconds dan jarak dari waktu reaksi untuk setiap respon dicatat. Jika respon praktikan diluar jarak yang telah ditentukan maka tidak akan dicatat. Sebagai contoh, jika Response Range adalah dari 150ms hingga 1500ms, maka respon dengan jarak 100ms tidak akan dicatat. Sedangkan Inter Stimulus Interval yang diukur dalam milliseconds dan menentukan gap diantara setiap respon dan kapan tanda selanjutnya diperlihatkan (yang ditentukan secara random). Berikut adalah pengaturan standar untuk tugas yang telah divalidasi dan digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Deary, Liewald and Nissan, 2011: Simple Reaction Time: Number of Practice Trials = 8 Number of Experiment Trials = 20 Response Range = 150-1500ms Inter Stimulus Interval = 1000-3000ms Choice Reaction Time: Number of Practice Trials = 8 Number of Experiment Trials = 40 Response Range = 200-1500ms Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
59
Inter Stimulus Interval = 1000-3000ms CRT Key Box 1 = z CRT Key Box 2 = x CRT Key Box 3 = ‘koma’ CRT Key Box 4 = ‘titik’ Setelah dilakukan pengaturan tersebut, maka Berikut adalah penjelasan mengenai tata cara melakukan tes tersebut: Simple Reaction Time Pertama, praktikan akan melakukan sesi latihan yaitu dengan mengklik “Run SRT Practice”. Tanda silang (X) akan muncul pada kotak yang ada pada layar dan setiap tanda silang tersebut muncul maka praktikan harus menekan sembarang tombol secepat mungkin. Jangan menekan tombol secara terus menerus, tapi tekan dan lepaskan ketika tanda silang terlihat. Jika pada saat tes praktikan menekan lama tombol ketika tanda silang (X) muncul, maka tanda silang tersebut tidak akan hilang dan tanda silang berikutnya tidak akan muncul hingga praktikan melepas tombol. Di akhir tes, praktikan akan mendapat pesan “Test Completed Thank You!”. Tunggu sebentar hingga tampilan software keluar. Setelah praktikan mengerti apa yang harus dilakukan, klik “Run SRT Test”. Tes ini akan dilakukan sama seperti pada saat latihan, namun jumlah dari percobaan yang lebih banyak dibandingkan dengan sesi latihan.
Choice Reaction Time Dalam tes ini terdapat empat kotak pada layar. Tanda silang akan muncul pada salah satu kotak diantaranya dan praktikan harus menekan tombol dengan benar dan secepar mungkin. Sama seperti pada Simple Reaction Time, terdapat sesi latihan yaitu dengan mengklik “Run CRT Practice”. Sesuai dengan standar yang ada, berikut adalah urutan tombol yang harus ditekan ketika tanda silang muncul mulai dari sebelah kiri hingga kanan: o Tombol Z, ditekan oleh jari tengah tangan kiri o Tombol X, ditekan oleh jari telunjuk tangan kiri o Tombol koma, ditekan oleh jari telunjuk tangan kanan o Tombol titik, ditekan oleh jari tengah tangan kanan Di akhir tes, praktikan akan mendapat pesan “Test Completed Thank You!”. Tunggu sebentar hingga tampilan software keluar. Setelah praktikan mengerti apa yang harus dilakukan, klik “Run CRT Test”. Tes ini akan dilakukan sama seperti pada saat latihan, namun jumlah dari percobaan yang lebih banyak dibandingkan dengan sesi latihan.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
60
V. Prosedur Praktikum PRAKTIKUM MODUL IV
Flowchart
Deskripsi
Rekaman
Mulai
1. Admin Praktikum Membuka kegiatan praktikum
2. Praktikum Mengerjakan tes awal
3. Admin Praktikum Menjelaskan jalannya praktikum
4. Praktikan Mengambil lembar kerja praktikum
5. Praktikan Melaksanakan praktikum
6. Admin Praktikum Menutup kegiatan praktikum
1a. Admin praktikum memimpin do’a 1a. Slide 1b. Admin praktikum menjelaskan 1b. Attendance List mengenai rundown praktikum
2. Asisten pendamping memberikan 2a. Lembar pertanyaan dan pertanyaan tes awal dan setiap lembar jawaban praktikan harus menjawab dengan 2b. Lembar penilaian benar 3a. Admin praktikum menjelaskan mengenai jalannya praktikum 3b. Admin praktikum mengarahkan setiap kelompok untuk membagi menjadi 2 3c. Satu praktikan dari masing-masing 3. Lembar penilaian kelompok akan meneliti pengaruh beban kerja fisik terhadap pekerja 3d. Dua praktikan dari masing-masing kelompok akan meneliti mengenai lingkungan kerja mental terhadap pekerja 4a. Untuk praktikan yang meneliti mengenai beban kerja fisik mengambil lembar kerja praktikum pada folder yang berwarna merah muda 4b. Untuk praktikan yang meneliti mengenai beban kerja mental mengambil lembar kerja praktikum pada folder yang berwarna merah
4a. Lembar kerja praktikum beban kerja 4b. Lembar kerja praktikum lingkungan kerja fisik
5. Asisten pendamping mendampingi 5a. Lembar penilaian setiap kelompok dalam melaksanakan 5b. Lembar kerja praktikum praktikum baik pada praktikum beban kerja maupun lingkungan kerja fisik 6a. Admin praktikum menjelaskan 6a. Slide mengenai progress report yang harus 6b. Attendance list dikerjakan praktikan 6b. Admin praktikum memimpin do’a
Selesai
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
61
Modul V PERANCANGAN DAN PENGOLAHAN DATA ANTROPOMETRI I.
Tujuan Praktikum a. Praktikan mampu memahami konsep ergonomi. b.
Praktikan dapat mengaplikasikan konsep ergonomi khususnya anthropometri dalam merancang stasiun kerja.
c.
Praktikan mengerti cara pengukuran data anthropometri dan penggunaannya.
d. Praktikan memahami manfaat studi Ergonomi untuk perancangan sistem kerja. e. Praktikan dapat melakukan pengolahan data anthropometri dengan menggunakan software Microsoft excel dan SPSS. f.
Praktikan dapat melakukan operasi dan merancang sistem kerja penanganan material secara manual dengan memperhatikan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja.
II. Alat dan Bahan a. Penggaris mika 30 cm b. Penggaris kayu c. Alat pengukur tinggi badan (meteran) d. Timbangan badan digital e. Kursi Antropometri f.
Komputer
g. Software Microsoft Excel h. Software SPSS
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
62
III. Landasan Teori 3.1 Ergonomi Istilah Ergonomi atau ergonomics berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.
Bahasa Sebagai disiplin ilmu yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya, atau ergonomi juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu tentang manusia dalam usahanya untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerjanya, yaitu dengan memperhatikan sifat, kemampuan serta keterbatasan manusia.
Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa negara Eropa Barat. Di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human Factors Engineering atau Human Engineering. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000). Dengan diterapkannya ergonomi, sistem kerja dapat menjadi lebih produktif dan efisien.
Dilihat
dari sisi rekayasa,
informasi hasil penelitian
ergonomi dapat
dikelompokkan dalam lima bidang penelitian, yaitu: 1) Antropometri 2) Biomekanika 3) Fisiologi 4) Penginderaan 5) Lingkungan fisik kerja Pendekatan ergonomis dalam perancangan stasiun kerja, antara lain : 1) Sikap dan posisi kerja. 2) Anthropometri dan dimensi ruang kerja. 3) Kondisi lingkungan kerja. 4) Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja. 5) Energi kerja yang dikonsumsi.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
63
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, untuk mengkaji kesesuaian antara seseorang dengan pekerjaannya : 1) Pekerjaan yang sedang dilakukan dan tuntutan pekerja. 2) Peralatan yang digunakan Meliputi ukuran, bentuk, tata letak, kebutuhan energi dalam menggunakan peralatan dan bagaimana peralatan tersebut cocok dengan tugasnya. 3) Informasi yang digunakan bagaimana informasi tersebut dihadirkan, diakses, dan diubah. 4) Lingkungan fisik Meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, getaran. 5) Lingkungan sosial seperti kerjasama tim dan manajemen yang mendukung. 6) Aspek fisik seseorang ukuran, bentuk tubuh, kebugaran, kekuatan, postur, indera manusia. 7) Aspek psikologis seseorang kemampuan mental, kepribadian, pengetahuan, dan pengalaman. 3.2 Anthropometri
Istilah berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Bahasa merupakan bagian dari ilmu ergonomi yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang meliputi dimensi linier, berat, isi meliputi juga daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
64
Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal tiga cara pengukuran, yaitu: Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension) atau static anthropometry Contoh : ukuran tubuh untuk mendesain meja, kursi, dll. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimension) atau dynamic anthropometry Contoh : menentukan berapa lebar untuk lewat atau hilir mudik. Newtonian anthropometric data Contoh : data yang digunakan untuk analisis mekanik terhadap pembebanan terhadap tubuh manusia. Data Newtonian yang digunakan untuk analisis mekanik terhadap pembebanan pada tulang belakang dengan teknik pembebanan yang berbeda. Data Anthropemetri ini sangat berguna bagi para designer untuk melakukan penataan peralatan-peralatan pada workspace pekerja untuk mendapatkan hasil yang optimal. Contoh : workspace untuk pengemudi mobil.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
65
3.3 Data Antropometri Masyarakat Indonesia
Pria
No Dimensi*
1
2
3
Panjang jari tangan Panjang alas kaki Tinggi bahu duduk
Persentil
Rata- Standar
2.5
5
10
50
90
95
97.5
rata
Deviasi
20.2
20.2
20.2
20.4
20.4
20.4
20.4
20.3
1870.2
19
20.1
22.2
25.1
26.3
26.6
26.8
24.4
1201.9
50.1
51
52.1
57
62.3
64.5
67
57.6
305.8
Tinggi 4
duduk
133.8 133.9 134.1 135.4 135.4 135.4 135.4 134.8
12405.1
175.9 176
176.2 177.9 177.9 177.9 177.9 177.2
16299
61.5
64
66
73
79.3
83.9
143
74.9
391.3
36.9
38
39
43
46.5
48
51
43
318.7
16.5
17.5
18.7
22.9
28
29
31
23.2
123.3
31.8
32.2
32.5
34.4
37.8
38.1
49.2
35.8
912.6
ke 75.4
75.4
75.5
76.3
76.3
76.3
76.3
76
6990.5
ke 46.7
48
49.5
54.1
60
62
64.9
54.4
289.2
39.9
40.5
44.5
50
51
53
44.7
237.7
tegak Tinggi 5
jangkauan tangan duduk
6
7
8
9
Tinggi mata duduk Tinggi Popliteal Tinggi
siku
duduk Lingkar leher Panjang
10
pantat jari kaki Panjang
11
pantat lutut
12
Panjang pantat
ke
38.7
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
66
popliteal 13
Tebal paha
10.4
11
12
18.3
42.5
43.5
44.1
26.8
143.2
16
17
18
22
27
28.9
31.2
22.8
169.3
27.9
30.5
32
39.1
45.9
47.9
49.5
39.2
290.4
27.9
27.9
27.9
28.2
28.2
28.2
28.2
28.1
2584.6
7.2
7.2
7.2
7.3
7.3
7.3
7.3
7.2
668.3
Tinggi 14
pinggang duduk
15
16
17
Siku
ke
siku Lebar
alas
kaki Lebar antar mata
18
Lebar bahu
34
35
36
42
46.5
47.8
48.5
41.7
308.2
19
Lebar dada
26.6
26.6
26.6
26.9
26.9
26.9
26.9
26.8
2465
61.9
75.9
76.6
83.6
94.7
96.6
97.4
82.1
2136.2
20
Lingkar dada Tinggi
21
berdiri
148.8 151.2 154
163.7 173
176.3 179.2 163.6
855.7
38.7
45
52
45.7
239.2
151.5
856
tegak 22 23 24
Tinggi lutut Tinggi mata berdiri Tinggi siku
39.5
41
50
137.3 140
142.1 151.4 161
91.9
95
93
54
164.2 167
102.4 109.4 112
114.9 102.4
535.4
Jangkauan 25
tangan
ke 186.2 190.2 194.7 208
225
230
233.5 208.4
1089.2
atas Jangkauan 26
tangan
ke 62.4
64.5
70.1
81
87.2
90
92.7
80.7
422
54
54.1
54.2
55.7
62.8
66.5
66.7
57.3
1490.3
14
14.4
14.9
15.9
20.2
21.5
21.6
16.5
430.8
66.1
68.4
72.3
78
88.7
90
91.9
78.6
2044.4
depan 27
Lingkar dahi Lingkar
28
pergelangan tangan
29
Lingkar
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
67
pinggang 30
Lingkar
96.6
96.7
96.8
97.7
97.7
97.7
97.7
97.3
8952.8
24.6
24.6
24.6
24.9
24.9
24.9
24.9
24.8
2281.1
19.8
19.8
19.8
20.1
20.1
20.1
20.1
20
1839.6
8.9
8.9
8.9
9
9
9
9
8.9
824.7
15
15
15
15.2
15.2
15.2
15.2
15.1
1391.9
64.9
65
65.7
65.7
65.7
65.7
65.4
6018.6
15.4
15.4
15.4
15.7
15.7
15.7
15.7
15.6
1434.9
5.7
6
6.4
7.4
8.5
8.7
9.1
7.3
54.7
25
27
28.5
32.5
37.2
39
40
32.7
173.7
9
9
9
9.1
9.1
9.1
9.1
9
833.9
8.2
8.2
8.2
8.3
8.3
8.3
8.3
8.2
760.3
ke 33.1
33.1
33.1
33.5
33.5
33.5
33.5
33.3
3069
47.7
47.7
47.8
48.3
48.3
48.3
48.3
48.1
4424.2
9.6
15.4
16
18.5
19.8
20.2
20.4
18
284.4
151.2 155.6 159.2 172
181
183
186.7 170.8
pinggul Lingkar
31
telapak tangan
32 33 34
Panjang dahi Tinggi dahi Panjang telapak kaki Jangkauan
35
tangan
ke 64.9
samping 36
Lebar dahi Lebar
37
jari
telunjuk, tengah ,
38
Lebar pinggul Lebar
39
sandaran duduk
40
Lebar tumit Panjang
41
bahu pinggang
42
Panjang lengan Panjang
43
telapak tangan
44
Rentangan tangan
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
1265.5 68
45
Tinggi mata kaki berdiri
7.3
7.3
7.3
7.4
7.4
86.8
87.5
89.3
96.4
45.7
47.5
50
60
7.4
7.4
7.3
677.5
103.4 106
108.2 96
502.1
73.3
86.8
451.6
Tinggi 46
pinggang berdiri
47
Berat badan
79
Wanita Persentil
No
1
2
3
60.9
Dimensi*
Panjang jari tangan Panjang alas kaki Tinggi bahu duduk
Rata-
Standa r
2.5
5
10
50
90
95
97.5
rata
18.6
18.6
18.6
18.6
18.6
18.6
18.6
18.6
373.3
19
19
19
21
23
23
23
20.9
83.1
48
49
49.9
54.5
59.4
61
62.5
54.7
15
123.4
123.4
123.4
123.4
123.4
123.4
123.4
123.4
2477.2
162.2
162.2
162.2
162.2
162.2
162.2
162.2
162.2
3256.1
59.8
62
63.9
70
78
79.5
82
70.3
19.2
33.6
36.9
38
41.3
45.7
46.5
48
40.9
42.6
15.7
17.8
18.9
22.8
26.7
28.5
30.3
22.9
7.1
34.7
34.7
34.7
34.7
34.7
34.7
34.7
34.7
696.5
69.6
69.6
69.6
69.6
69.6
69.6
69.6
69.6
1397.2
Deviasi
Tinggi 4
duduk tegak Tinggi
5
jangkauan tangan duduk
6
7
8
9 10
Tinggi mata duduk Tinggi Popliteal Tinggi siku duduk Lingkar leher Panjang
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
69
pantat
ke
jari kaki Panjang 11
pantat
ke 43
44.9
46.9
52
58
59.4
60.5
52
14.1
ke 36.7
38
39
43
48
49
50.7
43.1
11.7
9.6
10.5
11.2
17
40
41
42.5
25.3
14.8
16.5
18
19.8
23.5
27.4
29
30.1
23.7
25
26.7
28.5
30.3
37.7
43
44.9
46.6
36.9
38.5
25.8
25.8
25.8
25.8
25.8
25.8
25.8
25.8
517.9
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
6.6
132.4
lutut Panjang 12
pantat popliteal
13
Tebal paha Tinggi
14
pinggang duduk
15
16
17
Siku
ke
siku Lebar
alas
kaki Lebar antar mata
18
Lebar bahu
30.9
33.3
34.5
38.2
42.9
44.5
45.1
38.2
39.7
19
Lebar dada
24.5
24.5
24.5
24.5
24.5
24.5
24.5
24.5
491.8
69.8
69.8
69.8
69.8
69.8
69.8
69.8
69.8
1401.2
139.3
140.7
143.5
153.9
164.1
167.1
170.5
153.7
40.4
34.2
35.3
37
41.9
47
49
50
42
12
127.9
129.3
131.3
141.3
153
155
158.2
141.4
74.6
86.4
87.7
90
96
104.1
106.5
108.9
98.7
50.2
176.1
180
194
210
214
220
194.3
52.7
20
Lingkar dada Tinggi
21
berdiri tegak
22
Tinggi lutut Tinggi
23
mata berdiri
24
Tinggi siku Jangkauan
25
tangan
ke 172.5
atas Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
70
Jangkauan 26
tangan
ke 54.2
55.3
56.9
73
81.1
83.2
85.5
70
21.3
60.8
60.8
60.8
60.8
60.8
60.8
60.8
60.8
1220.5
19.7
19.7
19.7
19.7
19.7
19.7
19.7
19.7
395.4
72.2
72.2
72.2
72.2
72.2
72.2
72.2
72.2
1449.4
89.1
89.1
89.1
89.1
89.1
89.1
89.1
89.1
1788.6
22.7
22.7
22.7
22.7
22.7
22.7
22.7
22.7
455.6
18.3
18.3
18.3
18.3
18.3
18.3
18.3
18.3
367.3
8.2
8.2
8.2
8.2
8.2
8.2
8.2
8.2
164.6
13.8
13.8
13.8
13.8
13.8
13.8
13.8
13.8
277
ke 59.9
59.9
59.9
59.9
59.9
59.9
59.9
59.9
1202.4
14.2
14.2
14.2
14.2
14.2
14.2
14.2
14.2
285
5.4
5.6
5.9
7
7.7
8
8.1
6.9
7.2
24.2
26.4
28.6
33
37.4
39
40
32.8
9.2
8.3
8.3
8.3
8.3
8.3
8.3
8.3
8.3
166.6
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
150.5
depan 27
Lingkar dahi Lingkar
28
pergelanga n tangan
29
30
Lingkar pinggang Lingkar pinggul Lingkar
31
telapak tangan
32 33
Panjang dahi Tinggi dahi Panjang
34
telapak kaki Jangkauan
35
tangan samping
36
Lebar dahi Lebar
37
jari
telunjuk, tengah ,
38
Lebar pinggul Lebar
39
sandaran duduk
40
Lebar tumit
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
71
Panjang 41
bahu
ke 30.5
30.5
30.5
30.5
30.5
30.5
30.5
30.5
612.2
44
44
44
44
44
44
44
44
883.2
14.5
15.3
15.8
17.4
18.2
18.9
19
17.1
40.1
148.2
150.5
152
159.2
170
175.7
178.3
160.4
165.8
6.7
6.7
6.7
6.7
6.7
6.7
6.7
134.5
84
85.5
87.8
94
100.1
102.4
104
93.7
24.7
41.4
42
45
51.5
62.4
67
71.1
52.8
54.8
pinggang 42
Panjang lengan Panjang
43
telapak tangan
44
Rentangan tangan Tinggi
45
mata
kaki 6.7
berdiri Tinggi 46
pinggang berdiri
47
Berat badan
*Satuan dimensi dalam cm, kecuali : Berat badan dalam kg Putaran telapak tangan dalam derajat ( º) Putaran lengan dalam derajat ( º) Sudut telapak kaki dalam derajat ( º) Sumber : http://antropometri.ti.itb.ac.id/lihat_data.php Faktor-faktor tersebut yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sampel data yang akan diambil adalah: 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Rumpun dan Suku Bangsa 4. Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh. 5. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh 6. Kondisi waktu pengukuran Terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan data antropometri, yaitu: Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
72
Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan individual), yang terbaik secara ergonomi
Sesuai dengan populasi pemakai/pekerja Perancangan untuk populasi sendiri memiliki tiga pilihan yaitu: -
Design for extreme individuals
-
Design for adjustable range
-
Design for average
Metode Perancangan dengan Anthropometri (Anthropometri Method) Tahapan perancangan system kerja dengan memperhatikan faktor anthropometri secara umum adalah sebagai berikut (Roebuck,1995): 1. Menentukan tujuan perancangan dan kebutuhannya. 2. Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai. 3. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya. 4. Penentuan kebutuhan data (dimensi-dimensi tubuh yang akan diambil). 5. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang akan dipakai. 6. Penyiapan alat ukur anthropometri. 7. Pengambilan data. 8. Pengolahan data a.
Uji kenormalan data Pengujian
normalitas
dimaksudkan
untuk
mengetahui
apakah
data
hasil
pengukuran berdistribusi normal atau tidak, sehingga nantinya memudahkan dalam pengolahan datanya. Uji kenormalan data tersebut dengan menggunakan distribusi Chi Kuadrat (X2), adalah sebagai berikut :
Data disusun dalam daftar distribusi frekuensi.
Cari nilai Z pada setiap batas bawah kelas.
Dari setiap nilai Z dicari luasnya berdasarkan daftar distribusi normal standar
Dari setiap luas kelas atau nilai probabilitas tersebut dikaitkan dengan jumlah data, maka didapat hasil berupa frekuensi ekspektasi (Ei) yang diharapkan
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
73
Frekuensi
pengamatan
(Qi)
adalah
frekuensi dari daftar
distribusi
frekuensi.
Rumus uji distribusi normal:
Keterangan : Qi = Frekuensi pengamatan ei = Frekuensi yang diharapkan
Untuk menghitung nilai Z digunakan rata-rata (mean) dan standard deviasi dari himpunan data dengan rumus :
Derajat kebebasan dari distribusi chi kuadrat sama dengan : K – 2 – 1.
Data distribusi normal apabila X2 hitung X2 tabel
Uji kenormalan data dengan menggunakan software SPSS : 1. Masukkan data ke dalam lembar kerja SPSS data editor. 2. Klik menu Analyze Descriptive Explore 3. Beberapa saat kemudian tampil kotak dialog berikut. Pindahkan semua variabel kedalam box Dependent list. 4. Klik menu Plots pada bagian kanan. 5. Beberapa saat kemudian tampil kotak dialog berikut. Pilih dan Klik option Normality plots with Test, selebihnya abaikan kemudian Klik Continue. 6. Klik ok 7. Dari hasil Uji kenormalan data dengan menggunakan software SPSS, jika P < 0,05 maka data tersebut tidak normal sedangkan jika P > 0,05 maka data tersebut normal. b. Uji keseragaman data Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui homogenitas data atau untuk mengetahui tingkat keyakinan tertentu data yang diperoleh seluruhnya berada dalam batas kontrol. Data yang terlalu ekstrim sewajarnya dibuang dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Ada dua batas kontrol, yakni :
Batas Kontrol Atas (BKA) atau Upper Control Limit (UCL) Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
74
Batas Kontrol Bawah (BKB) atau Lower Control Limit (LCL)
Dalam hal ini, harga K (tingkat kepercayaan) berkisar antara untuk tingkat kepercayaan 99 %, harga K = 3. Uji keseragaman data dengan menggunakan software excel : 1. Masukan data antropometri ke dalam software excel. 2. Hitung rata-rata atau
untuk setiap data dengan menggunakan rumus
“= average (blok data)” enter 3. Hitung standart deviasi untuk setiap data, dengan menggunakan rumus “= stdev ( blok data)” enter 4. Hitung batas atas dan batas akhir untuk masing-masing data dengan menggunakan rumus “= “=
” untuk batas atas atau BKA dan
” untuk batas akhir atau BKB
5. Hitung minimal dari setiap data dengan menggunakan rumus “=Min (blok data)” enter 6. Hitung maksimal dari setiap data dengan menggunakan rumus “=Max (blok data)” enter Dari langkah perhitungan uji keseragaman data dengan menggunakan software Ms. excel maka akan didapatkan data seperti ini : Keterangan
BKA (cm)
BKB (cm)
Min (cm)
Max (cm)
TSD
30.25
22.57
23.52
27.68
TSP
57.33
46.71
51
53
TPO
47.88
42.99
44.95
45.92
PP
52.41
42.93
45.68
48.50
LB
47.93
40.66
42.15
45.35
LP
42.86
33.25
36.90
39.62
LSD
23.42
17.31
19.33
21.37
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang di peroleh untuk setiap data antropometri adalah seragam karena data minimal dan maksimal dari setiap data antropometri berada di antara batas atas (BKA) dan batas bawah (BKB), sehingga data antropometri tersebut seragam c.
Uji kecukupan data Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
75
Pengujian kecukupan data dilakukan pada setiap data antropometri dimensi tubuh menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang dibutuhkan N = Jumlah pengamatan k = Tingkat kepercayaan s = Tingkat ketelitian 9. Analisa hasil perancangan IV. Langkah Kerja Praktikum a.
Setiap
kelompok
memilih satu orang perwakilan sebagai model pengukuran
antropometri b.
Satu orang dipilih sebagai model yang akan diukur ukuran antropometrinya
c.
Salah seorang lagi sebagai pencatat hasil pengukuran pada lembar yang telah disediakan sebelumnya
d.
Praktikan yang menjadi model akan diukur seluruh tubuhnya sesuai petunjuk dari asisten
e.
Setelah seluruh pengukuran antrophometri dilakukan, maka selanjutnya praktikan memasukkan data – data tersebut ke Ms. Excel sesuai nama kolom data antrophometri yang telah disediakan
f.
Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
76
V. Prosedur Praktikum PRAKTIKUM MODUL V Aliran Proses
Deskripsi Proses
Rekaman
Mulai
1. Admin Praktikum Membuka rangkaian praktikum
2. Praktikan
1.a. 1.b.
Admin praktikum memimpin berdoa memulai rangkaian praktikum Admin praktikum menjelaskan rundown praktikum
2
Praktikan mengerjakan soal tes awal.
3. Praktikan
3.a.
Mengambil data anthropometri
3.b.
Praktikan dipandu asisten untuk mengambil data anthropometri Tiap kelompok mengambil data anthropometri sekali (hanya perwakilan kelompok yang diukur data anthropometrinya) dan menyimpan datanya di komputer yang telah disediakan.
4. Praktikan
4.a.
Melakukan pengolahan data anthropmetri praktikan 2012
4.b.
untuk
1.a. Slide 1.b. Daftar Hadir
2.a. Lembar soal/ jawaban 2.b. Lembar penilaian
Melakukan tes awal
5. Praktikan
3.a Lembar pengamatan
Praktikan diberikan data anthropometri yang sudah tersedia dari laboratorium. Praktikan dipandu asisten untuk melakukan uji kenormalan data, uji keseragaman data, dan uji kecukupan data dengan memanfaatkan data anthropometri, menggunakan software SPSS dan Ms. Excel.
5.
Praktikan mengerjakan soal tes akhir dalam grup.
6.
Admin prkatikum menutup kegiatan praktikum dan memimpin doa.
Mengerjakan tes akhir
6. Admin Praktikum Menutup kegiatan praktikum
Selesai
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
77
Modul VI BIOMEKANIKA DAN DISPLAY
I. Tujuan Praktikum a. Praktikan mampu merancang sistem kerja yang ergonomis berdasarkan biomekanika dan display. b. Praktikan mampu memahami konsep biomekanika dan display. Praktikan dapat mengaplikasikan
konsep
ergonomi
khususnya
biomekanika
dan
display
dalam
merancang stasiun kerja. c. Praktikan memahami manfaat studi biomekanika untuk perancangan sistem kerja. d. Praktikan dapat menggunakan data biomekanika dalam merancang sistem kerja yang baik. e. Praktikan dapat menggunakan software ErgoEaser, RULA, dan REBA dalam membantu merancang suatu stasiun kerja yang ergonomis.
II. Alat dan Software Alat dan software yang digunakan adalah: a. Personal Computer b. Software Ergoeaser c. Software RULA d. Software REBA III. Landasan Teori 3.1 Biomekanika Istilah
aplikasi mekanika pada system biologi
Bahasa
Biomekanika adalah suatu bidang kajian dalam Ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme pergerakan tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan/aktivitas. Biomekanika kerja adalah studi mengenai interaksi pekerja dengan peralatan, mesin dan material, sehingga pekerja dapat meningkatkan performansinya dan di sisi lain dapat meminimalkan resiko cedera kerja (muskuloskeletal)
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
78
Untuk menghindari kelelahan atau fatigue pada karyawan atau operator diperlukan pengetahuan yang menyangkut kekuatan tubuh manusia khususnya otot (Biomekanika). Ini sangat diperlukan oleh pekerja atau karyawan untuk menganalisis kesehatan dan keselamatan kerja pekerja atau karyawan dalam sistem kerja tertentu. Dalam praktikum ini akan dilakukan pengukuran kekuatan otot untuk mengetahui apakah dengan mengangkat beban atau barang keselamatan pekerja sudah aman atau tidak aman untuk dilakukan pengangkatan barang.
Untuk menciptakan proses pengangkutan yang aman, maka dapat dibuat dan dihitung :
RWL
dihitung
agar
diketahui
berapa
berat
benda
yang
dapat
direkomendasikan untuk diangkut oleh seorang pekerja.
Sedangkan LI
dihitung agara diketahui apakah proses pengangkutan yang
dilakukan aman untuk dilakukan atau tidak. Ukuran aman untuk lifting index ini berkisar antara 1-3, jika nilai LI sudah lebih dari 3, maka pengangkutan tidak aman untuk dilakukan.
Dengan adanya bantuan dari biomekanika ini kita dapat mengetahui kemampuan manusia khususnya kekuatan otot manusia, terutama dalam hal mengangkut barang.
3.1.1
Fatigue Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Makin berat badan yang dikerjakan dan gerakan makin tidak teratur, maka timbulnya fatigue lebih cepat. Timbulnya fatigue ini perlu dipelajari untuk menentukan tingkat kekuatan otot manusia, sehingga kerja yang akan dilakukan atau dibebankan dapat sesuai dengan kemampuan otot tersebut.
Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal, yaitu perasaan lelah, perubahan fisiologis tubuh, menurunnya kemampuan kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue adalah tenaga yang dikeluarkan, frekuensi dan lamanya bekerja, cara dan sikap melakukan aktivitas, jenis olahraga, jenis kelamin, umur
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
79
Sumber : http://www.expandtogether.com/2009/08/dasar-ergonomi.html
3.1.2
Studi Biomekanika Studi biomekanika dapat diterapkan pada perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada,
evaluasi pekerjaan,
penyaringan pegawai, tugas-tugas penanganan manual,
pembebanan statis, penentuan sistem waktu.
3.1.3
Prinsip Biomekanika Prinsip-prinsip dari biomekanika adalah sebagai berikut:
Kurangi berat benda yang ditangani
Manfaatkan dua atau lebih orang untuk memindahkan barang yang berat
Ubahlah aktivitas jika mungkin, sehingga lebih mudah, ringan dan tidak berbahaya
Minimasi jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir pada pemindahan barang
Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu
Kurangi frekuensi pemindahan
Berikan waktu istirahat
Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga
Rancang container agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat dengan tubuh
Benda yang berat dijaga setinggi lutut.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
80
PRINSIP
KETERANGAN
MEMILIH INDIVIDU 1. Jangan memiih yang stereotif
Pemilihan berdasarkan keserupaan merupakan diskriminasi. Variabilitas individu yangKETERANGAN besar meskipun dalam suatu populasi. Pengaruh umur terhadap kapabilitas tidak sebesar pengaruh Pemilihan berdasarkan keserupaan diskriminasi. suseptibilitas terhadap sakit (injury).merupakan Rata-rata wanita Variabilitas individu yang besar meskipun memindahkan 60% dibandingkan rata-rata dalam pria. suatu populasi.
PRINSIP MEMILIH INDIVIDU 1. Jangan memiih yang stereotif
Pengaruh umur terhadap kapabilitas tidak sebesar pengaruh suseptibilitas terhadap sakit (injury). Rata-rata wanita memindahkan dibandingkan rata-rata Orang yang kuat60% memindahkan lebih banyakpria. dan lebih aman
2. Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian
daripada orang yang lemah. Pemilihan berdasarkan kelompok otot yang digunakan untuk pekerjaan bukan Orang yang kuat memindahkan lebih spesifik, banyak dan lebihdengan aman berdasar X. lemah. Pemilihan berdasarkan kelompok daripada sinar orang- yang
2. Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian
TEKNIK MENGAJAR 3. Gunakan pemindahan dengan "gaya bebas" (free style )
TEKNIK MENGAJAR 3. Gunakan pemindahan dengan "gaya bebas" (free style )
otot yang digunakan untuk pekerjaan spesifik, bukan dengan berdasar sinar - X.
Pemindahan squat membutuhkan energi lebih, otot kaki yang lebih kuat dan jarang digunakan; squat baik untuk beban yang Pemindahan squat membutuhkan energi lebih, otot kaki yang berat dan kompak lebih kuat dan jarang digunakan; squat baik untuk beban yang berat dan kompak
4. Jangan tergelincir 5. Jangan bertindak bodoh
Jga agar kaki terpisah, kaki yang berlawanan di depan jika Jga agargunakan kaki terpisah, kakianti-gelincir. yang berlawanan di depan jika berutar, alas kaki berutar, gunakan alas kakitidak anti-gelincir. Kerjakan dengan tenang, terlalu cepat, tidak terlalu lambat.
5. Jangan bertindak bodoh
Kerjakan dengan tenang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat.
6. Jangan melintir (twist ) ketika bergerak 6. Jangan melintir (twist ) ketika bergerak MERANCANG KERJA MERANCANG KERJA 7.7.Letakan Letakanbeban bebanyang yangkompak kompak dalam dalam kontainer kontainer
Penunjang yang buruk bagi cakram (disk ).
Janganmeletakkan meletakkanbeban bebandidi atas atas lantai lantai 8.8.Jangan
Biomekanika menjadi buruk saat mengangkat maupun menaruh, ditambah ektra ektra metabolisme metabolisme untuk untuk gerakan gerakan tubuh. tubuh. Setinggi Setinggi lutut lutut ditambah yang terbaik. terbaik. yang
4. Jangan tergelincir
9. Genggamlah dengan baik
Penunjang yang buruk bagi cakram (disk ).
Pemegangan Pemegangan adalah adalah hal hal yang yang utama. utama. Kontainer Kontainer yang yang sulit sulit ditangani ditangani membuat membuat aspek aspek biomekanika biomekanika menjadi menjadi buruk buruk dan dan menghalangi pandangan.
Pegang dengan tangan, jangan dengan ujung jari. Jangan
9. Genggamlah dengan baik
10. Pertahankan beban dekat dengan badan
10. Pertahankan beban dekat dengan badan 11. Jangan memindahkan barang di atas bahu
11. Jangan memindahkan barang di atas bahu
Pegang dengan tangan, jangan dengan ujung jari. Jangan memegang pada bagian yang tajam. memegang pada bagian yang tajam. Berguna untuk meminimasi torsi. Jangan menggunakan baju yang Berguna untuk meminimasi torsi. Jangan menggunakan baju yang dapat menyangkut pada beban. dapat menyangkut beban. seburuk jika melewati dada. Biomekanika yangpada dipekerjakan Berbahaya jikayang benda jatuh. seburuk jika melewati dada. Biomekanika dipekerjakan Berbahaya jika benda jatuh.
Tabel 1.4 Tabel Prinsip Biomekanika
Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima oleh fisik akibat
pelaksanaan kerja.
Beban kerja fisik
ini diterima oleh tubuh akibat
melaksanakan suatu aktivitas kerja. Prinsip dasar dalam ergonomi adalah bagaimana 81 Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
agar Demand < Capacity (bisa dilihat di posting tentang analisis beban kerja), sehingga perlu diupayakan agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja tidak melebihi kapasitas fisik manusia (pekerja) yang bersangkutan.
Untuk mengetahui dann mengevaluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik manusia dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi biomekanika dan sisi fisiologi. Sisi fisiologi melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh (faal tubuh), meliputi denyut jantung, pernapasan, dll. Sedangkan biomekanika lebih melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti kekuatan otot, dan sebagainya.
Ada sejumlah faktor resiko ergonomi yang erat kaitannya dengan pembebanan fisik, diantaranya:
Masalah postur kerja yang tidak normal
Pekerjaan yang berulang (repetitif)
Durasi kerja yang lama
Pembebanan statis pada otot
Tekanan kontak fisik
Getaran
Temperatur
NIOSH Lifiting Guide NIOSH Lifiting Guide merupakan panduan dalam aktivitas penanganan material (material handling), khususnya yang berkaitan dengan aktivitas pengangkatan (lifting) dan penurunan (lowering). NIOSH memberikan sejumlah parameter keamanan dalam pelaksanaan aktivitas penanganan material ini. Menurut NIOSH, beban maksimum yang dapat diangkat oleh seseorang pada kondisi “ideal” adalah sebesar 23 kg. Meskipun demikian, seiring dengan menurunnya kondisi ideal tersebut, maka beban yang dapat diangkat akan terus berkurang. Aktivitas pengangkatan akan memberikan resiko cedera jika nilai Lifting Index (LI) > 1.
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Metode ini digunakan untuk mengevaluasi postur kerja pembebanan fisik yang diterima oleh tubuh bagian atas (upper limb), diantaranya meliputi leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan badan bagian atas (trunk). Metode ini dikembangkan oleh Prof E.N. Corlett dan Dr L. McAtamney pada tahun 1993. 82 Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
Pekerjaan yang banyak membutuhkan aktivitas pada tubuh bagian atas ini (seperti pekerjaan merakit komponen elektronik, menjahit, merakit komponen manufaktur yang berukuran relatif kecil, inspeksi, dan sebagainya)
akan sesuai jika dievaluasi
dengan menggunakan metode ini.
Untuk jenis pekerjaan yang lebih banyak melibatkan seluruh anggota badan akan lebih baik dievaluasi dengan menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) atau dengan menggunakan Quick Expossure Checklist (QEC).
Rapid Entire Body Assssment (REBA) Metode ini relatif sama dengan metode RULA, namun aspek tubuh yang dievaluasi oleh metode ini lebih pada seluruh tubuh.Metode ini dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn McAtamney pada tahun 2000. Pekerjaan yang melibatkan aktivitas seluruh anggota badan bisa dievaluasi dengan menggunakan metode ini.
Quick Expossure Checklist (QEC) Metode ini selain melibatkan observer sebagai orang yang mengevaluasi pekerjaan, juga melibatkan pekerja yang dievaluasi untuk ikut mengevaluasi pekerjaannya. Evaluasi 2 arah ini selanjutnya akan memberikan hasil evaluasi terhadap suatu pekerjaan.
3.1.4
Biomekanika Terapan Dengan penekanan pada era komputer, otomatisasi dan aspek kognitif dari kerja, sebagian besar aktivitas yang dilakukan membutuhkan usaha fisik dan penanganan manual terhadap material peralatan. Sebagian besar kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan salah urat pada punggung pada sebagian besar pekerjaan, meliputi 5% dari keseluruhan
kecelakaan.
Di negara industri,
diperkirakan 70%-80% penduduk
mengalami berbagai macam sakit punggung (backpain). Berdasarkan data perkiraan terakhir, sekitar 10%-5% populasi mengalami sakit punggung bagian bawah (low backpain).
Suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan kerja di Amerika, NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biomekanika adalah sebagai berikut: Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
83
a. Berat dari benda yang dipindahkan, hal ini ditentukan oleh pembebanan langsung. Jika dari waktu ke waktu terjadi perubahan, maka berat terbesar dan terkecil dicatat. b. Posisi pembebanan dengan mengacu pada tubuh, hal ini dipengaruhi oleh: Jarak horizontal beban yang dipindahkan dari titik berat tubuh Jarak vertikal beban yang dipindahkan dari lantai Sudut pemindahan beban dari posisi sagital (posisi pengangkatan tepat di depan tubuh) Jarak perpindahan vertikal dari titik asal beban ke tujuan. c. Frekuensi perpindahan, hal ini dicatat sebagai rata-rata perpindahan per menit untuk perpindahanyang berfrekuensi tinggi. Frekuensi terpisah layak diberikan untuk setiap perpindahan benda. d. Periode (durasi), total waktu yang diberlakukan dalam perpindahan pada suatu pencatatan. Dapat ditentukan sebagai kurang dari 1 jam, 1-2 jam atau 2-8 jam. Berdasarkan penelitian (Ref. 3, hlm. 749 – 776), dikemukakan dua buah faktor pengali yang mempengaruhi berat benda yang boleh diangkat. Faktor tersebut adalah:
Pengali asimetrik, yaitu pemindahan dengan postur di luar postur sagital dengan membentuk suatu sudut (maks. 900 )
Pengali kopling, berdasarkan penelitian yang dilakukan, pengaruh adanya handel pada RWL (Recommended Weight Limit) mengakibatkan pengurangan beban dalam pemindahan beban.
Dapat segera dipahami, bahwa tingkat kecelakaan muskuloketelal (jumlah kecelakaan / jam orang pada pekerjaan) meningkat secara signifikan, bila:
Beban yang dipindahkan semakin berat (L)
Benda yang dipindahkan jaraknya semakin jauh dari tubuh (H)
Benda yang dipindahkan semakin jauh dari ketinggian optimal pengangkatan beban secara sagital (V). Keterangan: ketinggian optimal pengangkatan beban 70-80 cm (ketinggian ujung jari di lantai pada posisi tangan lurus ke bawah)
Benda yang dipindahkan semakin sering dipindahkan
Benda yang dipindahkan semakin menyimmpang dari posisi sagital (A)
Pemindahan semakin jauh
Durasi/lamanya waktu bekerja semakin besar
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
84
Rekomendasi NIOSH terbaru (tahun 1991) didasarkan pada perbaikan atas persamaan NIOSH yang dikeluarkan apada tahun 1981. Persamaan terdahulu dibagi menjadi 2 level batas pembebanan:
Action Limit (AL), yang memuat batas pembebanan untuk sebagian besar individu.
Maximum
Permissible
Limit
(MPL),
yang
memuat batas pembebanan
maksimum di mana di atas limit tersebut makin banyak individu akan mengalami kecelakaan.
Tinjauan
Kriteria Desain
Nilai Batas
Biomekanika
Gaya Tekan Cakram Max.
3,4 kN (770 lbs)
Filiologi
Energi Ekspenditure Max.
2,2 - 4,7 kcal/ min
Psikofisikal
Berat
max.
yang
dapat Diterima 75% pekerja wanita
diterima
dan 99 % pekerja pria
Tabel 1.1 Tabel Kriteria Pembebanan
Persamaan NIOSH yang terbaru:
Di mana: RWL = Batas pembebanan yang direkomendasikan LC
= Konstanta pembebanan = 23 kg
HM = Faktor pengali horizontal = 25/H VM = Faktor pengali vertikal = 1-0,03V-75 Rumus VM untuk orang Indonesia = 1-0,00326V-69 DM = Faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D AM = Faktor pengali asimetrik = 1-0,0032 FM = Faktor pengali frekuensi CM = Faktor pengali kopling (handle)
Good Fair Poor
V < 75 atau 69 (Ind) cm Couplings 1.00 0.95 0.9
V > 75 atau 69 (Ind) cm Couplings Multipliers 1.00 1.00 0.9
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
85
Tabel 1.2 Tabel Faktor Pengali Kopling Frekuensi Lifts/min 0.2 0.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 > 15
< 1 jam V > 75 V < 75 1.00 1.00 0.97 0.97 0.94 0.94 0.91 0.91 0.88 0.88 0.84 0.84 0.80 0.80 0.75 0.75 0.70 0.70 0.60 0.60 0.52 0.52 0.45 0.45 0.41 0.41 0.37 0.37 0.00 0.34 0.00 0.31 0.00 0.28 0.00 0.00
< 2 jam V > 75 V < 75 0.95 0.95 0.92 0.92 0.88 0.88 0.84 0.84 0.79 0.79 0.72 0.72 0.60 0.60 0.50 0.50 0.42 0.42 0.35 0.35 0.30 0.30 0.26 0.26 0.00 0.23 0.00 0.21 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
< 8 jam V > 75 V < 75 0.85 0.85 0.81 0.81 0.75 0.75 0.65 0.65 0.55 0.55 0.45 0.45 0.35 0.35 0.27 0.27 0.22 0.22 0.18 0.18 0.00 0.15 0.00 0.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tabel 1.3 Tabel Faktor Pengali Frekuensi
Keterangan: V pada tabel diatas diganti dari 75 menjadi 69 untuk orang Indonesia
Dalam praktek pengangkatan material seacra manual, terdapat 2 kondisi kritis yang harus ditinjau RWL-nya, yaitu:
Kondisi awal pengangkatan (origin)
Kondisi akhir pengangkatan (destination)
Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWl yang lebih kecil.
3.2
Display Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana,1979). Display berfungsi sebagai system komunikasi yang menghubungkan fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia, contoh dari display
diantaranya adalah jarum speedometer, keadaan jalan raya
memberikan informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatukota. Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, karena kondisi lingkungan jalan jalan bisa langsung diterima oleh pengemudi. Jarum penunjuk speedometer merupakan contoh display tak langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung melalui jarum speedometer sebagai informasi.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
86
Sumber gambar :http://wa2010.ee.itb.ac.id/rambu-lalu-lintas; http://dragonartz.wordpress.com/2008/10/03/speedometer-vector
3.2.1
Ciri-ciri display yang baik Karakter display yang dikatakan baik adalah sebagai berikut : Dapat menyampaikan pesan. Bentuk/gambar menarik dan menggambarkan kejadian. Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhaian. Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat dan dibaca. Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah di baca. Realistis sesuai dengan permasalahan. Tidak membosankan.
3.2.2
Tipe-tipe display 1. Berdasarkan rangsangan yang diterima oleh indra a. Display langsung Contoh : jalan raya b. Displaytidak langsung Contoh : speedometer 2. Berdasarkan lingkungan a. Display dinamis Display yang menggambarkan perubahan menurut waktu sesuai dengan perubahan variabelnya. Contoh : speedometer b.
Display statis Display yang memberikan informasi tanpa bergantung pada waktu. Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
87
Contoh : peta sebuah kota 3. Menurut Galler (1989) display dan informasinya dibagi menjadi 3 bagian yaitu a. Display kualitatif Merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik dan mendapatkan aproksimasi dari variable yang kontinue. b.
Display kuantitatif Memperlihatkan
informasi numeric
dan biasanya disajikan dalam
bentuk digital maupun analog untuk suatu visual display. c. Display representative Display dengan tujuan informasi yang akan datang atau jarak jauh, biasanya berupa sebuah work model atau mimic diagram.
3.2.3
Penggunaan warna pada display Ada beberapa arti penggunaan warna pada sebuah display. Berikut adalah arti penggunaan warnanya: 1. Merah menunjukkan Larangan 2. Biru menunjukkan Petunjuk 3. Kuning menunjukkan Perhatian Ketentuan penggunaan warna pada display adalah sebagai berikut: a. Huruf merah latar belakang putih atau kebalikannya, atinya Larangan atau peringatan keras. b. Huruf putih latar belakang hitam atau huruf putih latar belakang biru , huruf putih latar belakang hijau atau kebalikannya, artinya Petunjuk atau pemberitahuan. c. Huruf kuning latar belakang hitam atau kebalikannya, artinya Perhatian atau Caution atau peringatan.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
88
# Sebuah display tidak boleh menggunakan warna lebih dari tiga atau empat warna.
3.2.4
Kelebihan dan kekurangan display 1. Kelebihan a. Lebih natural b. Memberi dimensi yang berbeda c. Tanda untuk spesifikasi d. Mempermudah informasi agar lebih mudah diterima e. Mengurangi tingkat kesalahan yang mungkin terjadi 2. Kekurangan a. Membingungkan b. Lebih mengarah pada informal c. Dapat menyebabkan rasa kelelahan tau fatigue d. Tidak dapat digunakan oleh penderita buta warna e. Menimbulkan reaksi yang salah pada pembaca
3.2.5 Prinsip-prinsip pembuatan display Menurut Bridger, R.S (1995) ada 4 (empat) prinsip dalam mendesain suatu visualdisplay yaitu sebagai berikut. Proximity Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
89
Jarak terhadap susunan display yang disusun secara bersama-sama dan saling memiliki dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan Similarity Menyatakan bahwa item-item yang sama akan dikelompokkan bersamasama (dalam konsep warna, bentuk dan ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan lebih dari tiga warna. Symetry Menjelaskan perancangan untuk memaksimalkan display, artinya elemenelemen dalam perancangan displayakan lebih baik dalam bentuk simetrikal, antara tulisan dan gambar harus seimbang. Continuity Menjelaskan
system
perseptual
mengekstrakkan
informasi
kualitatif
menjadi satu kesatuan yang utuh. Seperti halnya pada tanda dan skala, ukuran huruf, dan angka harus anda sesuaikan dengan jarak yang anda perkirakan antara mata dengan peraga informasi. Rumus berikut ini baik diterapkan.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
90
IV. Praktikum 4.1 Study Case
Seorang pekerja memindahkan sebuah kardus yang berisi mobil lego (massa 3 kg) yang telah selesai di Pack. Dia mengambil dari atas meja, lalu dipindahkan ke dalam lemari penyimpanan. Seperti yang terlihat pada gambar di atas. Analisislah menggunakan RULA dan REBA. Apakah pekerjaan tersebut sudah baik? 4.2 Langkah Praktikum Implementasi ke dalam Software
ErgoEASER (Kajian Anthropometri) Output
dari pengolahan
data anthropometri akan diimplementasikan dalam
software Ergoeaser VDT Workstation. Dari pengukuran data anthropometri, Praktikan akan mendapat data-data anthropometri, kemudian diolah berdasarkan persentil
dan
toleransi
yang
telah
dipilih,
menghasilkan
dimensi
kursi,meja,monitor keyboard,dll.
Ukuran-ukuran tersebut diinput ke ergoeaser sebagai pembuktian apa ukuran yang didapat sudah merupakan ukuran optimal dalam suatu stasiun kerja. Dari ergoeaser ini akan dapat dilihat dimana saja titik sakit yang dialami operator. Jika ada, maka hilangkan titik sakit tsb dg menyesuaikan stasiun kerja pada Ergoeser tersebut. Tahapan implementasi ke ErgoEaser adalah sebagai berikut: 1. Buka software ErgoEASER 2. Klik Analytic Tools 3. Klik VDT Workstation 4. Klik panel Human 5. Pilih Tab Variables, pilih Units Metric Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
91
6. Pilih Actual Measures 7. Masukkan data anthropometri inputan satu persatu sesuai dengan bagiannya Contoh : ukuran tinggi popliteal masukkan ke dalam bagian “popliteal height”,dst 8. Untuk panel Job, Chair, Input, dan Display biarkan dalam posisi default. 9. Amati dimana saja titik sakit yang tampak 10. Lakukan perubahan ukuran pada panel “Chair” dan atau “Inputs” dan atau “Display” hingga titik sakit tersebut hilang 11. Masukkan hasil analisis ke dalam worksheet yang telah disediakan.
ErgoEASER (Kajian Biomekanika) Simulasi dari praktikum Biomekanika akan diimplementasikan dalam software Ergoeaser Lifting 1.
Buka software ErgoEASER
2.
Klik Analytic Tools
3.
Klik Lifting
4.
Klik panel Human
5.
Klik Single Task Job
6.
Pilih number of people ‘one’
7.
Pilih number of hand ‘two’
8.
Pilih Lifting Style ‘Standing’
9.
Ubah Ukuran Back Posture dan Leg Posture
10.
Klik Panel Job
11.
Ubah ukuran Lifts/Min. Continous Work Time, dan Recovery Time
12.
Pilih Task Komponen yang dilakukan operator
13.
Klik Panel Object
14.
Ubah Ukuran Object Benda yang dipegang operator 15.
Perhatikan perubahan pada ‘Weight limits by frequency’. Pada ukuran beban benda berapa (Lbs), dan pada frekuensi berapa (Lifts/min) operator dapat bekerja dalam area aman.
RULA Berikut adalah tahapan implementasi menggunakan software RULA: 1. Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
92
Pada metode ini, tubuh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Grup A meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan, dan putaran pergelangan tangannya. Sedangkan Grup B meliputi leher, badan, dan kaki. Software ini digunakan untuk menganalisis resiko yang mungkin terjadi pada postur tubuh kerja tertentu. Setiap faktor akan diberikan skor dengan nilai 1 berada pada kisaran atau postur bekerja dimana resiko factor merupakan terkecil atau minimal. Sedangkan angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya factor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator selama
beberapa
siklus
kerja
untuk
menentukan
tugas
dan
postur
pengukuran. Pengamatan dapat dilakukan melalui video kerja maupun foto yang menunjukkan postur kerja dari seorang operator. Pemilihan mungkin dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja.
Berikut adalah alur kerja penggunaan software REBA:
Gambar Langkah-langkah perhitungan metode RULA Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
93
(Sumber: Professor Alan Hedge, Cornell University. Nov. 2000)
2. Perkembangan sistem untuk pengelompokkan skor postur bagian tubuh Hasil rekaman video ataupun foto pada tahap pertama yang dihasilkan dari postur Grup A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk masingmasing postur, dan kemudian dimasukkan dalam table A untuk memperoleh skor A. Tabel Skor Postur Grup A Lengan
Lengan
Atas
Bawah
1
2
3
4
5
6
Pergelangan Tangan 1
2
3
4
PP
PP
PP
PP
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
1
2
3
3
3
3
4
4
4
2
3
3
3
3
3
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
5
5
1
3
3
4
4
4
4
5
5
2
3
4
4
4
4
4
5
5
3
4
4
4
4
4
5
5
5
1
4
4
4
4
4
5
5
5
2
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
5
5
5
6
6
1
5
5
5
5
5
6
6
7
2
5
6
6
6
6
7
7
7
3
6
6
6
7
7
7
7
8
1
7
7
7
7
7
8
8
9
2
8
8
8
8
8
9
9
9
3
9
9
9
9
9
9
9
9
Hasil rekaman video ataupun foto pada tahap pertama yang dihasilkan dari postur Grup A yang meliputi leher, punggungg (badan), dan kaki diamati dan Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
94
ditentukan
skor
untuk
masing-masing
postur.
Kemudian
skor
tersebut
dimasukkan ke dalam table B untuk memperoleh skor B.
Tabel Skot Postur Grup B Punggung Leher
1
2
3
4
5
6
PP
PP
PP
PP
PP
PP
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
3
2
3
3
4
5
5
6
6
7
7
2
2
3
2
3
4
5
5
5
6
7
7
7
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
5
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
8
8
6
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
Sistem penskoran dilanjutkan dengan melibatkan otot dan tenaga yang digunakan, yaitu: +1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit.
Sedangkan penggunaan tenaga (beban) memiliki system penskoran sebagai berikut: 0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 20 kg dan ditahan 1 jika beban sesekali 20 – 10 Kg 2 jika beban 2 – 10 Kg bersifat statis atau berulang- ulang. 2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 Kg 3 jika beban (tenaga) lebih dari 10 Kg dialami secara statis atau berulang 4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan cepat.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
95
Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal dari table A dan B, yaitu sbb : Skor A+ skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A = Skor C Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B = Skor D Skor C + Skor D = Grand Skor
3. Pengembangan Grand Skor dan Daftar Tindakan Setiap kombinasi skor C dan D diberikan rating yang disebut grand skor, yang nilainya 1 sampai 7. Nilai grand skor diperoleh dari tabel berikut ini :
Tabel Grand Skor D
C
1
2
3
4
5
6
7+
1
1
2
3
3
4
5
5
2
2
2
3
4
4
5
5
3
3
3
3
4
4
5
6
4
3
3
3
4
5
6
6
5
4
4
4
5
6
7
7
6
4
4
5
6
6
7
7
7
5
5
6
6
7
7
7
8
5
5
6
7
7
7
7
Setelah diperoleh grand
skor,
maka dapat disimpulkan level tindakan
berdasarkan skor tersebut sebagai berikut:
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
96
Tabel Action Level Action
Skor
Tindakan
Level
1
1 atau 2
2
3 atau 4
3
5 atau 6
4
7
Bisa diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama Diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan. Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan Kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).
REBA Berikut adalah tahapan implementasi menggunakan software REBAt: 1. Pengambilan data postur kerja dengan menggunakan foto atau video Dengan melakukan perekaman atau pemotretan postur tubuh pekerja, maka dapat diperoleh gambaran sikap
pekerja dan leher, punggung, lengan,
pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci. Hal ini dikarenakan untuk penelitian diperlukan data yang detail, sehingga peneliti dapat menghasilkan data yang akurat untuk tahap perhitungan bobot dan analisis.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
97
2. Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja Setelah hasil rekaman ataupun foto postur pekerja diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan terhadap besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yaitu punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan kaki. Pada metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing – masing grup
dapat diketahui skornya,
kemudian dengan skor tersebut
digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing – masing tabel.
Gambar Range pergerakan punggung
Tabel Skor pergerakan punggung Pergerakan
Skor
Tegak/alamiah
1
0⁰ - 20⁰ flexion
2
0⁰ - 20⁰ extension 20⁰ - 60⁰ flexion
Perubahan Skor
+1 jika memutar atau miring ke samping 3
> 20⁰ extension > 60⁰flexion
4
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
98
Gambar Range pergerakan leher
Tabel Skor pergerakan leher Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
0⁰ - 20⁰ flexion
1
+1 jika memutar atau
> 20⁰ extension atau extension
miring ke
2
samping
Gambar Range pergerakan kaki
Tabel Skor pergerakan leher Pergerakan
Skor
Kaki tertopang bobot tersebar merata, jalan
Perubahan Skor +1 jika lutu antara
1
30⁰ dan 60⁰ flexion
atau duduk +2 jika lutut lebih
Kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata/postur tidak
2
dari 60⁰ flexion (tidak ketika duduk)
stabil
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
99
Gambar Range pergerakan lengan atas
Tabel Skor pergerakan lengan atas Pergerakan
Skor
20⁰ extension sampai 20⁰ flexion > 20⁰ extension 20⁰ - 45⁰ flexion
1
Perubahan Skor +1 jika posisi lengan : -abducted -rotated
2
45⁰ - 90⁰ flexion
3
> 90⁰ flexion
4
+1 jika bahu ditinggikan
+1 jika bersandar, bobot lengan ditopang atau sesuai gravitasi
Gambar Range pergerakan lengan bawah
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
100
Tabel Skor pergerakan lengan bawah Pergerakan
Skor
60⁰ - 100⁰ flexion
1
< 60⁰ flexion atau
2
> 100⁰ flexion
Gambar Range pergerakan pergelangan tangan
Tabel Skor pergerakan pergelangan tangan Pergerakan
Skor
0⁰ - 15⁰ flexion /
1
extension
Perubahan skor +1 jika pergelangan tangan menyimpang atau berputar
2
> 15⁰ flexion / extension
3. Penentuan berat benda yang diangkat, coupling, dan aktifitas pekerja Berikut adalah skor untuk faktor berat benda yang diangkat, coupling, dan aktifitas pekerja : Tabel Skor berat badan yang diangkat 0
1
2
<5 kg 5 - 10 kg >10 kg
+1 Penambahan beban yang tiba-tiba atau secara cepat
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
101
Tabel Skor Coupling 0
1
2
+1
Good
Fair
Poor
Unaccaptable Dipaksakan,
Pegangan tangan
genggaman yang
bisa diterima tapi Pegangan pas dan
tidak ideal atau
tepat di tengah,
coupling lebih
genggaman kuat
sesuaidigunakan oleh bagian lain dari
Pegangan tangan
tidak aman tanpa
tidak bisa diterima
pegangan coupling
walaupun
tidak sesuai
memungkinkan
digunakan oleh bagian lain dari
tubuh
tubuh
Tabel Acivity skor +1
Jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1 menit
Jika pengulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4 +1
+1
kali per menit (tidak termasuk berjalan
Jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari postur awal
4. Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan Tabel A Punggung 1
2
3
4
5
1
1
2
2
3
4
2
2
3
4
5
6
3
3
4
5
6
7
4
4
5
6
7
8
Kaki Leher = 1
Kaki Leher =
1
1
3
4
5
6
2
2
2
4
5
6
7
3
3
5
6
7
8
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
102
4
4
6
7
8
9
1
3
4
5
6
7
2
3
5
6
7
8
3
5
6
7
8
9
4
6
7
8
9
9
Kaki Leher = 3
Tabel B Lengan atas 1
2
3
4
5
6
1
1
1
3
4
6
7
2
2
2
4
5
7
8
3
3
3
5
5
8
8
1
1
2
4
5
7
8
2
2
3
5
6
8
9
3
3
4
5
7
8
9
Pergelangan Lengan bawah =1
Pergelangan Lengan bawah =2
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
103
Table C Skor A
Skor B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
1
1
2
3
4
6
7
8
9
10 11 12
2
1
2
3
4
4
6
7
8
9
10 11 12
3
1
2
3
4
4
6
7
8
9
10 11 12
4
2
3
3
4
5
7
8
9
10 11 11 12
5
3
4
4
5
6
8
9
10 10 11 12 12
6
3
4
5
6
7
8
9
10 10 11 12 12
7
4
5
6
7
8
9
9
10 11 11 12 12
8
5
6
7
8
8
9
10 10 11 12 12 12
9
6
6
7
8
9
10 10 10 11 12 12 12
10
7
7
8
9
9
10 11 11 12 12 12 12
11
7
7
8
9
9
10 11 11 12 12 12 12
12
7
8
8
9
9
10 11 11 12 12 12 12
Setelah didapatkan skor dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. dari nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel C yang ada. Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Dari nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
104
Berikut adalah alur kerja dengan menggunakan metode REBA :
Gambar Langkah-langkah perhitungan metode REBA (Sumber: Hignett dan McAtamney)
Tabel Level Resiko dan Tindakan Action Level
Skor REBA
Level resiko
Tindakan Perbaikan
0
1
Bisa diabaikan
Tidak perlu
1
2-3
Rendah
Mungkin perlu
2
4-7
Sedang
Perlu
3
8-10
Tinggi
Perlu segera
4
11-15
Sangat tinggi
Perlu saat ini juga
Setelah diperoleh kesimpulan terhadap level resiko dan tindakan perbaikan yang diperlukan, perbaikan kerja yang mungkin perlu dilakukan berupa perancangan ulang peralatan kerja yang menggunakan prinsip-prinsip ergonomi, sehingga level resiko yang tinggi dapat dihindari.
ANALISIS
Ergoeaser VDT Workstation Praktikan melakukan analisis dari hasil outputan hasil Ergoeaser. Langkahlangkah analisis data adalah sebagai beikut: a. Amati dimana letak titik sakit yang tampak. b. Tentukan mana saja ukuran workstation yang perlu diubah Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
105
c. Setelah didapatkan solusi, catat ukuran yang diusulkan d. Implementasikan kembali ke dalam Ergoeaser
Ergoeaser Lifting Praktikan melakukan analisis dari output hasil Ergoeaser. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai beikut: a. Amati dimana letak titik sakit yang tampak. b. Tentukan mana saja ukuran yang perlu diperbaiki (Baik pada Object, Job, Destination, Origin) c. Setelah didapatkan solusi, catat ukuran yang diusulkan d. Implementasikan kembali ke dalam Ergoeaser
RULA Praktikan melakukan analisis dari hasil outputan software RULA. Langkahlangkah analisis data sebagai berikut: a. Lihat Final Score yang diperoleh dengan menggunakan software RULA, Final Score dapat diartikan sebagai berikut: o 1 atau 2 : dapat diterima o 3 atau 4 : perlu dilakukan penelitian lebih lanjut o 5 atau 6 : perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan setelahnya o 7 : perlu dilakukan penelitian dan perbaikan segera b. Tentukan apa yang akan dirubah c. Setelah didapatkan solusi, catat perubahan yang dilakukan d. Implementasikan kembali ke dalam software RULA
REBA Praktikan melakukan analisis dari hasil outputan software REBA. Langkahlangkah analisis data sebagai berikut: a. Lihat Score yang diperoleh dengan menggunakan software REBA, REBA Score dapat diartikan resiko yang dapat terjadi sebagai berikut: o 1 : dapat diabaikan dan tidak diperlukan tindakan o 2-3 : rendah dan mungkin diperlukan tindakan o 4-7 : sedang dan diperlukan tindakan o 8-10 : tinggi dan diperlukan tindakan segera Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
106
o 11-15 : sangat tinggi dan diperlukan tindakan sekarang b. Tentukan apa yang akan dirubah c. Setelah didapatkan solusi, catat perubahan yang d. dilakukanImplementasikan kembali ke dalam software REBA
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
107
V. Prosedur Praktikum
PRAKTIKUM MODUL VI Flow Proses
Deskripsi Proses
Rekaman
Mulai
1. Admin Praktikum
1.a.
Membuka rangkaian praktikum
1.b.
2. Praktikan
Admin praktikum memimpin berdoa memulai rangkaian praktikum Admin praktikum menjelaskan rundown praktikum
dilakukan
dengan
untuk
2.
Tes awal komputer
menggunakan
3.a.
Praktikan dipandu asisten untuk menghilangkan titik sakit dengan software ErgoEaser VDT Workstation dalam 20 menit Praktikan diberikan sebuah studi kasus yang harus diselesaikan dengan menggunakan ErgoEaser Lifting dalam 20 menit Praktikan diberikan sebuah studi kasus yang harus diselesaikan dengan menggunakan software RULA dalam 20 menit Praktikan diberikan sebuah studi kasus yang harus diselesaikan dengan menggunakan software REBA dalam 20 menit
Melakukan tes awal
3.b. 3. Praktikan Menggunakan software ErgoEaser,
3.c.
3.d.
4. Praktikan 4.a.
Praktikan melaksanakan tes akhir
Mengerjakan tes akhir
1.a. Slide 1.b. Daftar Hadir
2.a. Lembar soal/ jawaban 2.b. Lembar penilaian
4.a. Lembar soal/ jawaban 4.b. Lembar penilaian
Selesai
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
108
Modul VII PERANCANGAN ALAT BANTU ERGONOMI I.
Tujuan Praktikum a. Praktikan mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam sistem kerja. b. Praktikan mampu menganalisis alat bantu yang akan digunakan dalam membantu proses dalam sistem kerja. c. Praktikan mampu memahami cara menghitung persentil untuk merancang alat bantu. d. Praktikan mampu merancang alat bantu yang ergonomis dengan menggunakan data antropometri tubuh manusia.
II.
Alat dan Software Praktikum a. Software Solid Work b. Komputer c. Ms. Excel d. Alat tulis
III. Landasan Teori 3.1 Computer Aided Design (CAD) Computer Aided Design adalah suatu program komputer untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk. Produk yang ingin digambarkan bisa diwakili oleh garis-garis maupun simbol-simbol yang memiliki makna tertentu. CAD bisa berupa gambar 2 dimensi dan gambar 3 dimensi. Berawal dari menggantikan fungsi meja gambar kini perangkat lunak CAD telah berevolusi dan terintegrasi dengan perangkat lunak CAE (Computer Aided Engineering) dan CAM (Computer Aided Manufacturing). Integrasi itu dimungkinkan karena perangkat lunak CAD saat ini kebanyakan merupakan aplikasi gambar 3 dimensi atau biasa disebut solid modelling. Solid model memungkinkan kita untuk memvisualisasikan komponen dan rakitan yang kita buat secara realistik. Selain itu model mempunyai properti seperti masa, volume dan pusat gravitasi, luas permukaan dll. Di dunia industri saat ini, fungsi CAD sangat vital. Dalam persaingan yang semakin ketat, CAD sangat membantu dalam pembuatan desain suatu produk dengan jauh lebih cepat dibandingkan jika pembuatan desain dilakukan secara manual.
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
109
Dengan CAD kesalahan dalam proses pembuatan desain bisa diminimalkan, yang berarti waktu dan biaya dapat sangat dioptimalkan. Keuntungan CAD dibanding manual : Kualitas gambar konstan, tidak terlalu tergantung pada kemampuan penggambar sebagaimana gambar manual. Relatif lebih akurat dan cepat pengerjaannya karena menggunakan komputer. Dapat diedit, ditambah-kurang tanpa harus memulai dari awal. Dapat menjadi data base yang menyimpan berbagai informasi penting yang dibuat oleh drafter dan dapat diakses langsung oleh pengguna lain. Dapat dibuat library untuk komponen-komponen standar atau komponen yang digambar / dipergunakan berulang-ulang dalam gambar (misalnya: baud, mur, simbol-simbol,dll.)
sehingga
mempermudah
dan
mempercepat
dalam
proses
pembuatan gambar. Lebih mudah dan praktis dalam dokumentasi, duplikasi, dan penyimpanannya. Dapat dibuat dengan berbagai warna sehingga lebih menarik dan mudah dipahami.
Gambar 1 Contoh CAD Design
Adapun beberapa perangkat lunak CAD yang paling populer saat ini, seperti : Pro/ENGINEER AutoCAD Solid Works Catia Unigraphics ProgeCAD ZWCAD Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
110
3.2 POKA YOKE Poka Yoke berasal dari bahasa Jepang yang artinya Mistake Proofing atau Error Proofing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “Anti Salah”. Poka Yoke adalah salah satu tool dari Lean Manufacturing yang merupakan pilar Jidoka (Smart Autonomation). Poka Yoke membantu operator mesin untuk mencegah terjadinya defect (kesalahan) dalam proses. Poka diterjemahkan sebagai “Kesalahan”, dan Yoke (Yokeru) sebagai “mencegah”. Tujuan Poka Yoke adalah mencegah atau menarik perhatian orang saat kesalahan terjadi. Konsep Poka Yoke ini pertama kali ditemukan oleh salah satu founder dari Toyota Production System yaitu Shigeo Shingo. Poka Yoke pertama kali diumumkan sebagai Baka Yoke yang artinya Fool Proofing (Anti Bodoh) / Idiot Proofing, maksudnya meskipun proses tersebut di jalankan orang bodoh sekalipun tidak akan mungkin terjadi salah. Kemudian istilah ini diganti dengan yang lebih sopan, yaitu Poka Yoke. Secara umum, Poka Yoke didefinisikan sebagai suatu konsep manajemen mutu guna menghindari kesalahan akibat kelalaian dengan cara memberikan batasanbatasan dalam pengoperasian suatu alat atau produk dan pada umumnya berkaitan dengan isu produk cacat atau defects. Shigeo Shingo memperkenalkan 3 jenis Poka Yoke: Metode Kontak, mengidentifikasi apakah ada kontak antara alat dan produk. Metode Nilai-Tetap, memastikan apakah sejumlah tertentu gerakan telah dilakukan. Metode Tahap-Gerak, memastikan apakah sejumlah langkah proses tertentu telah dilakukan. Poka Yoke berfungsi optimal saat mencegah terjadinya kesalahan, bukan pada penemuan adanya kesalahan. kelalaian operator atau pekerja biasanya terjadi akibat letih, ragu-ragu atau bosan atau jenuh. Jadi, Poka Yoke mencegah terjadinya kesalahan atau kerusakan atau defect yang bisa terjadi akibat human error. Keberadaan Poka Yoke menjadi sangat berarti karena solusi mencegah terjadinya kelalaian tersebut sama sekali tidak memerlukan perhatian penuh dari operator bahkan saat operator sedang tidak fokus dengan apa yang dikerjakannya. Contoh kasus penerapan Poka Yoke antara lain:
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
111
o Kunci kendaraan (motor dan mobil) dirancang sedemikian rupa sehingga pengemudi tidak bisa melepaskan kunci sebelum kunci pada posisi ‘OFF’. Pada kendaraan dengan sistem transmisi otomatis, bahkan kunci kendaraan tidak bisa dilepaskan sebelum posisi transmisi di posisi ‘PARK’ o Disket komputer berukuran 3,5” dirancang sedemikian rupa sehingga bisa masuk ke dalam driver jika posisinya benar. o Dalam proses manufaktur, biasanya jig dirancang sedemikian rupa sehingga hanya memungkinkan material diproses dalam arah dan letak tertentu. o Di beberapa produk, biasa dijumpai posisi sekrup tidak simetris, sehingga saat akan dipasang kembali, hanya dimungkinkan jika arah dan posisinya sesuai. o Keping SIM card pada telepon genggam, pada salah satu ujungnya dirampingkan sehingga posisi letaknya tidak bisa tertukar. Pada proses produksi terutama pada proses manufaktur di pabrik, beragam proses yang sangat “sulit” berpotensi “lolos” dari pemeriksaan pekerja yang bersangkutan. Poka Yoke yang dipergunakan pun akan lebih kompleks untuk dapat mendeteksi terjadinya penyimpangan proses dan parts yang cacat. Setiap pekerja seharusnya dapat mempraktekkan Poka Yoke di area kerja masing-masing, karena prinsip-prinsip dasar dari Poka Yoke sesuai dengan karakteristik dari perangkat Poka Yoke, dimana sebuah perangkat Poka Yoke haruslah memiliki karakteristik sebagai berikut: o Dapat digunakan oleh semua orang/karyawan o Mudah dipasang o Tidak memerlukan perhatian terus-menerus dari operator o Murah, kurang dari USD 50 o Dapat memberikan umpan-balik dan/atau tindakan korektif/pencegahan secara cepat Poka Yoke dan Ergonomi Karena berkaitan dengan kerja dan manusia, maka Poka Yoke tidak bisa lepas dari ilmu kerja ergonomi yang memiliki prinsip “fit the job to the man”. Selain itu, Poka Yoke bermaksud untuk mengatasi kesalahan kerja sehingga dapat mengurangi akibat dari kesalahan kerja (biasanya berupa product cacat) dan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja sesuai dengan tujuan akhir ergonomi. Di dalam area kerja, Poka Yoke lebih dipandang suatu konsep dibanding sebuah prosedur, oleh karena itu, penerapannya dimulai dari apa yang karyawan pikir Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
112
dapat mereka lakukan untuk mencegah kesalahan di area kerja mereka, dan bukan sebagai langkah demi langkah bagaimana melakukan suatu pekerjaan. Karena itu Poka Yoke bisa disebut sebagai konsep dalam kerja yang ergonomis. Bahkan ada sumber yang mengatakan bahwa Poka Yoke adalah “ergonomics by another name”. Selain mengatasi kesalahan kerja atau produksi, Poka Yoke juga dapat meminimalisir kecelakaan kerja. Contoh penerapan Poka Yoke dalam mengurangi risiko bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan adalah pada desain produk standar beberapa sepeda motor (terutama sepeda motor keluaran baru). Ketika sandaran kaki motor masih dalam posisi tersandar maka sepeda motor tidak dapat dinyalakan, sepeda motor hanya bisa dinyalakan ketika sandaran kaki sudah dinaikan. Poka Yoke dan Eliminasi Waste / Pemborosan Konsep dasar Poka Yoke tidak terpisah dari eliminasi waste/pemborosan, yaitu untuk mengeliminasi kemunculan berbagai pemborosan karena proses yang tidak benar. Salah satu tujuan memasang Poka Yoke adalah untuk menghindari kerusakan, baik kerusakan mesin atau peralatan maupun kerusakan produk. Kerusakan mesin atau peralatan
jelas
akan
menimbulkan
biaya
perbaikan,
pemborosan dari proses
menunggu, pemborosan dari produk cacat. Pada akhirnya, hal ini akan mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan perusahan karena banyaknya terjadi pemborosan. 3.3 Persentil Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari orangorang yang memiliki ukuran di bawah atau pada nilai tersebut. Sebagai contoh, persentil 95-th akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau di bawah nilai dari suatu data yang diambil. Untuk
penetapan data antropometri digunakan distribusi normal dimana
distribusi ini dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean) dan simpangan bakunya (standardeviasi) dari data yang diperoleh. Dari nilai yang ada tersebut, dapat ditentukan nilai persentil sesuai dengan table probabilitas distribusi normal yang ada. Pada umunya, persentil yang digunakan adalah: P5 = X – 1,645σ P50 = X P95 = X + 1,645σ Konsep
persentil berguna untuk
pertimbangan bagi perancangan produk yang
memanfaatkan data antropometri. Rumus persentil ke-n : Pn = BB + (((n/100)N – fk) / Fi ) x I Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
113
Keterangan: BB
= batas bawah kelas persentil
n
= persentil ke-n
N
= jumlah data pengamatan
fk
= frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
Fi
= frekuensi kelas persentil tersebut
I
= interval kelas
Penggunaan nilai persentil 1. Maksimum (90%, 95%, 99%)
: Dipakai untu kperancangan ekstrim maksimum
2. Minimum (10%, 5%, 1%)
: Dipakai untuk perancangan ekstrim minimum
3. Disesuaikan (5% s/d 95% atau 99%) Digunakan jika dikehendaki semua orang dapat memakai dengan pertimbangan bahwa perancangan tersebut masih dapat memungkinkan terutama dari segi biaya. 4. Rata-rata (50%) Persentil
ini
digunakan
karena
berdasarkan
spesifikasi produk,
yaitu
kita
menginginkan sebagian besar orang dapat memakai produk tersebut. Macam Persentil dan Cara Perhitungannya Dalam Distribusi normal
Persentil
Perhitungan
1-st
X-2,325 σx
2,5-th
X-1,96 σx
5-th
X-1,645 σx
10-th
X-1,28 σx
50-th
X σx
90-th
X+1,28 σx
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
114
95-th
X+1,645 σx
97,5-th
X+1,96 σx
99-th
X+2,325 σx
Contoh: Dari hasil pengukuran tubuh manusia Indonesia (dewasa, laki-laki, usiaantara 19 s.d. 40 tahun) diperoleh data yang berdistribusi normal dengan tinggi rata-rata 172 cm dan standard deviasi 5,4 cm. Berapakah ukuran persentil 97,5-th? Jawab: 97,5-th ukuran = x + 1,96 σ x = 172 + 1,96 (5,4) = 182,58 cm
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
115
IV. Praktikum 4.1 Studi Kasus Sebuah pabrik pembuatan tempe yang beralamat di Kiara Condong, Kota Bandung biasa memproduksi tempe sampai dengan 140 loyang setiap harinya. Dengan produksi sebanyak itu, operator sering mengeluh sakit pada pinggang. Setelah tim APK
mengunjungi pabrik tersebut, diketahui bahwa meja yang
digunakan terlalu rendah. Selain itu, luas pabrik yang sempit menyebabkan proses peragian dilakukan pada meja yang sama dengan meja yang digunakan untuk meletakkan tempe jadi. Sehingga operator sering salah mengambil mana tempe yang sudah jadi dan tempe setengah jadi. Oleh karena permasalahan diatas, praktikan diminta membuat sebuah meja inovasi dengan menggunakan data antropometri orang indonesia yang diolah dengan persentil yang sesuai dengan ukuran masing-masing komponen meja dimana meja tersebut bisa mengatasi masalah yang dile;uhkan oleh operator sehingga operator dapat nyaman bekerja kembali! Note : 1. Ukuran meja harus sesuai dengan data antropometri dan pemilihan besarnya persentil untuk setiap ukuran komponen. 2. Selain itu juga meja harus dilengkapi alat pembeda yang bisa berupa display warna ataupun tulisan ataupun alat lain sesuai kreasi praktikan agar operator dapat membedakan mana tempe yang sudah jadi dan tempe setangah jadi. 3. Yang terakhir adalah meja tersebut harus cukup untuk menimpan tempe sebanyak 140 loyang setiap harinya, asumsikan satu loyang memiliki lebar 20 cm Data persentil 1. Panjang meja (rentang tangan) = 171,92 – 1,645 (7,33) = 159,87 cm Persentil 95% 2. Pegangan (lebar metacarpal) = 8,62 + 1,645 (0,78) = 9,89 cm Persentil 95% 3. Panjang jangkauan tangan = 82,58 – 1,645 (4) = 75,48 cm Persentil 50% 4. Tebal telapak tangan = 3,16 cm Persentil 50% 5. Tinggi bahu berdiri = 119,73 cm Persentil 50% 6. Tinggi siku berdiri = 102 cm Persentil 50%
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
116
4.2 Langkah Praktikum 1. Menentukan data antropometri. 2. Menentukan persentil yang digunakan. 3. Melakukan perancangan alat bantu ergonomi.
\
Gambar 1 Rak Bantu Tempat Penyimpanan Tempe
Dalam membuat rak bantu di atas, dibutuhkan beberapa part seperti : 1) Rak
2) Tiang
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
117
Part 1 : Tiang Buka Solidworks > klik New > pilih Part > klik OK Buat persegi panjang dengan ukuran sketch 1000 mm x 1200 mm dengan nilai extrude sebesar 3
Lakukan cut extrude pada part yang telah dibuat sebesar 1000 mm dengan ukuran sketch sebesar 20 mm x 30 mm
Lakukan cut extrude lagi dengan ukuran yang sama pada part yang sama. Jarak cut extrude dengan cut extrude sebelumnya sebesar 294,14 mm
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
118
Part 2 : Rak Buka Solidworks > klik New > pilih Part > klik OK Buat persegi panjang dengan ukuran sketch 1200 mm x 1500 mm dengan nilai extrude sebesar 30 mm
Pada part yang sama, buat extrude boss dengan ukuran sketch 1500 mm x 50 mm dengan nilai extrude boss sebesar 100 mm
Pada part yang sama, buat extude boss pada sisi yang lain dengan ukuran sketch 950 mm x 20 mm dengan nilai extrude boss sebesar 30 mm
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
119
Lakukan linear pattern pada part yang dibuat sebelumnya, dengan nilai number of copy sebesar 8 dan jarak antar part sebesar 168,60 mm
Lakukan fillet pada sisi-sisi part yang telah di copy, dengan nilai fillet sebesar 10 mm
Sebagai langkah terakhir, buat gagang pada part rak dengan ukuran seperti pada gambar yang ditunjukkan dibawahs
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
120
V.
Prosedur Praktikum
PRAKTIKUM MODUL VII Flow Process
Deskripsi Proses
Rekaman
MULAI
1. Praktikan
1.a Praktikan melaksanakan Tes Awal 1.b Tes Awal berupa tes tulis individu per praktikan
1. Lembar Jawab Tes Awal
Pelaksanaan Tes Awal
2. Admin Praktikum Penjelasan materi dan simulasi praktikum
3. Praktikan
2.a Admin praktikum melakukan penjelasan materi praktikum 2.b Praktikan mengisi lembar presensi praktikum 2.c Penjelasan simulasi praktikum berupa : - Penjelasan cara perhitungan persentil - Penjelasan mengenai alat bantu dan design produk
3.a Praktikan melakukan pengukuran persentil untuk menentukan ukuran dari alat yang akan di design
2.b Lembar presensi praktikum 2.c Slide presentasi materi praktikum modul 7
3. Komputer dan software solid work
Pelaksanaan Praktikum 3.b Praktikan melakukan perancangan alat bantu dengan menggunakan software solidwork
4. Admin Praktikum Penjelasan Progress Report
4. Admin Praktikum menjelaskan mengenai Progress Report modul 7
SELESAI
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
121
Modul VIII PERANCANGAN DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA II
I.
Tujuan Praktikum a. Praktikum mampu mengatur sistem kerja sesuai dengan proposal yang telah diajukan b. Praktikan mampu membuat dan menggunakan peta kerja c. Praktikan mampu memahami dan melakukan konsep
pengukuran waktu
(pengukuran waktu dan perhitungannya) d. Praktikan mampu menganalisis implementasi sistem kerja eksisting dan mampu memberikan perbaikan terhadap implementasi sistem kerja tersebut. II.
Alat & Bahan 2.1 Alat a. Alat tulis b. Stopwatch c. Tabel pengukuran waktu d. Check-sheet e. Stempel 2.2 Bahan a. Lego b. Label
III.
Langkah-Langkah Praktikum
1. Penerapan (Implementasi) Sistem Kerja a. Praktikum dilaksanakan oleh ≤ 18 dalam 1 kelompok besar (sesuai shift) b. Persiapkan atribut dan kelengkapan praktikum perancangan dan perbaikan sistem kerja II sesuai dengan proposal yang telah dipilih sebelumnya. c.
Lakukan proses perakitan –produk
d. Amati dan catat pengukuran waktu pada lembar pengukuran. 2. Lakukan perbaikan modul 8 3. Presentasikan sistem kerja usulan
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
122
IV.
Prosedur Praktikum
Flow Proses
Deskripsi Proses
Rekaman
MULAI
1. ADMIN PRAKTIKUM
Membuka Kegiatan Praktikum
1a. Admin Praktikum
1a. Daftar hadir
1b. Menjelaskan rundown pelaksanaan praktikum
2a. Praktikan mempersiapkan stasiun kerja 2. PRAKTIKAN
Melaksanakan Praktikum
seperti yang tertera pada proposal 2b. Praktikum melakuka assembly 2c. Lembar 2c. Praktikan mengisi lembar kerjs dan
Pengukuran
tabel pengukuran 3. ADMIN PRAKTIKUM
Menutup Kegiatan Praktikum
3a. Menjelaskan format final report 3b. Admin praktikum menutup dan memimpin doa
SELESAI
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
123
Modul IX MODUL INTEGRASI I. Tujuan Praktikum a. Praktikan mampu memahami konsep-konsep materi Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi dari modul satu sampai dengan modul tujuh. b. Praktikan mampu menjelaskan secara terperinci dan benar mengenai konsep praktikum. c. Praktikan mampu mengintegrasikan dan mengimplementasikan konsep dan materi mulai dari modul satu sampai modul tujuh dengan tepat.
II. Alat dan Bahan a. Stopwatch b. Alat Tulis c. Komputer d. Slide Presentasi Final Report
III.
Langkah Kerja Praktikum
a. Deskripsi praktikum Dari hasil perbaikan tugas integrasi, praktikan akan mempresentasikannya sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
dengan
tujuan
untuk
mengetahui
kemampuan praktikan dalam menguasai materi dalam praktikum. Setiap praktikan diwajibkan untuk menggunakan jas almamater IT Telkom. b. Presentasi Modul Integrasi Satu shift terdiri dari tiga kelompok dimana tiap kelompok terdiri atas tiga praktikan. Setiap kelompok secara bergantian akan mempresentasikan modul integrasi kelompok yang bersangkutan dengan menggunakan Ms. Power Point yang telah disiapkan sebelumnya oleh masing- masing kelompok. c. Sesi Tanya Jawab Setelah memresentasikan modul integrasi, akan diadakan sesi tanya jawab, dimana terbagi menjadi dua sesi. Yang pertama adalah sesi tanya jawab antar praktikan,
kelompok
lain dapat menanyakan tentang modul integrasi dari
kelompok lain sesuai dengan aturan praktikum yang dibacakan sebelum praktikum
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
124
dimulai. Setelah sesi tanya jawab pertama, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh asisten. d. Penutupan
V.
Prosedur Praktikum
PRAKTIKUM MODUL IX Flow Proses
Deskripsi Proses
Rekaman
Mulai
1. Admin Praktikum Membuka kegiatan praktikum
1.a Admin praktikum memimpin doa 1.b Admin praktikum mejelaskan rundown presentasi 1.c Admin praktikum menjelaskan peraturan presentasi
1. Daftar hadir
2. Praktikan
Presentasi final report
2.a Praktikan menyiapkan slide presentasi 2.b Praktikan mempresentasikan final report 2.c Asisten Menanyakan pertanyaan tentang final report
2. Slide presentasi
Selesai
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
125
Modul Praktikum Perancangan Kerja dan Ergonomi
126