PERANCANGAN ULANG TATA LETAK WORKSHOP DENGAN METODE ACTIVITY RELATIONSHIP CHART (ARC) DI PT KOBEXINDO TRACTORS Tbk YANUAR EKA SAPTA DAN MIFTAKHUL ‘ARFAH H. Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta. ABSTRAK PT Kobexindo Tractors Tbk sebagai perusahaan distributor alat dengan layanan after sales service yang berkualitas. Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan mempertahankan populasi alat berat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, maka diperlukan peningkatan produktivitas workshop. Alasan yang menjadi latar belakang perlunya pengembangan kualitas tata letak workshop, karena tata letak yang ada saat ini tidak rapi. Seperti: penempatan permesinan/alat kerja yang kurang tepat, adanya ruang yang tidak tepat secara fungsi, dan jarak antara tools room dengan service area yang terlalu jauh, sehingga mengganggu kelancaran proses aktivitas perbengkelan. Selain itu jarak tempuh dan biaya material handling yang terlalu tinggi, sehingga menjadi permasalahan dalam proses komponen material handling. Perancangan ulang tata letak workshop pada penelitian ini menggunakan metode Activity Relationship Chart (ARC) yaitu konsep perancangan dengan melakukan pertukaran area/ruang yang memiliki kedekatan dalam hal aktivitas atau berdasarkan luas keseluruhan workshop, sehingga akan didapatkan solusi yang optimal berdasarkan tingkat efisiensi jarak dan biaya yang minimum dari proses material handling. Hasil analisis terhadap layout usulan dengan menggunakan metode ARC lebih efisien dibandingkan layout awal. Melalui perbandingan jarak perpindahan dan biaya material handling. Perbandingan antara jarak layout awal sebesar 19.950 m dengan layout usulan sebesar 12.060 m, yaitu terjadinya pengurangan jarak material handling sebesar 40%. Sedangkan, perbandingan biaya material handling pada layout awal sebesar Rp. 49.262.541 dengan layout usulan sebesar Rp. 26.445.861,6 yaitu terjadinya pengurangan biaya material handling sebesar 46%. Kata kunci: Tata Letak, Activity Relationship Chart, Material Handling
PENDAHULUAN Perkembangan bisnis di bidang alat berat (Heavy Equipment) merupakan sektor usaha yang terus berkembang seiring dengan peningkatan pertumbuhan usahausaha pertambangan dan perkebunan. Penjualan alat berat dipengaruhi oleh kebutuhan atas energi, harga komoditi, pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah. Peningkatan pada faktor-faktor tersebut dan adanya kebijakan pemerintah yang kondusif akan menyebabkan kebutuhan alat berat terus meningkat. Untuk menunjang permintaan tersebut, maka perlu adanya business
support alat berat yang handal untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada konsumen, meliputi respon pengiriman alat berat yang cepat, kualitas produk yang handal dan after sales service yang kompetitif diantara perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor yang serupa. PT Kobexindo Tractors Tbk sebagai perusahaan distributor/dealer alat berat tentunya mengedepankan layanan after sales service untuk meningkatkan pendapatan dan mempertahankan populasi alat berat yang saat ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk menunjang after sales service yang berkualitas maka diperlukan support system dengan 19
pelayanan yang memadai, yaitu produktivitas workshop. Alasan yang menjadi latar belakang perlunya pengembangan kualitas tata letak workshop adalah tata letak yang ada saat ini tidak rapi, antara lain penempatan permesinan/alat kerja yang kurang tepat, terdapat ruang yang tidak tepat secara fungsinya, dan jarak antara tools room dengan service area yang terlalu jauh, sehingga mengganggu kelancaran proses aktivitas perbengkelan, seperti menyebabkan terjadinya back tracking pada aktivitas perbengkelan dengan jarak tempuh dan biaya material handling yang terlalu tinggi. Sehingga menjadi permasalahan dalam proses component material handling. Adanya tata letak yang tidak efisien dan efektif terutama pada peletakkan tools room, mesin-mesin kerja dan pembagian ruang perbaikan. Jarak tools room yang terlalu jauh bagi bays 1 – 4 menyebabkan mekanik yang bekerja di bays tersebut terlalu jauh untuk menjangkau area tools room. Padahal perpindahan mekanik yang sedang bekerja dari dan ke tools room sangat tinggi. Selain itu posisi stand OVH engine, Test Bench TM, dan Stand OVH TM pada bays 3 dan 4 juga akan menyebabkan kesulitan mekanik yang bekerja di bays 1, 6 dan 7 untuk menggunakan mesin kerja yang ada di bays 3 dan 4, ketika semua bays sedang digunakan untuk melakukan aktivitas perbengkelan. Tujuan dari penelitian ini adalah meminimasi jarak & biaya pemindahan komponen (material handling) dengan mengefisiensikan aktivitas pemindahan komponen di workshop dengan membandingkan layout awal dengan layout usulan yang dikembangkan menggunakan metode tata letak Activity Relationship Chart (ARC).
METODE Tata letak pabrik adalah kegiatan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan dan selalu berhubungan erat dengan industri manufaktur, yang menggambarkan hasil perancangan dinamakan tata letak pabrik. (Apple, J.M.,1990)
Tata letak (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout) merupakan landasan utama dalam hal tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi dalam dunia industri. Pengaturan tersebut akan mencoba memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan-gerakan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen, personil pekerja dan yang sebagainya. Dalam tata letak pabrik ada dua hal yang diatur letaknya yaitu, pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan departemen (depatement layout) yang ada dari pabrik. (Wignjosoebroto, 2003) Material Handling Equipment Material handling merupakan bagian yang melayani kebutuhan bagian yang lain terutama bagian peroduksi, sehingga dapat meminimumkan biaya. Didalam memenuhi kebutuhan tiap departemen atau pos-pos produksi diperlukan alat-alat pengangkutan guna memperlancar tugas tersebut. Seperti: Conveyors, Forktruk, Forklift, Derek (crane) dan Kerekan (hoist). Biaya material handling merupakan biaya yang dibutuhkan dalam aktivitas pemindahan bahan. Perhitungan material handling dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Adriantantri, 2008) Biaya / meter
Biaya Operasional Material ... 1 Jarak MaterialHandling
Activity Relationship Chart (ARC) ARC (Activity Relationship Chart) adalah suatu teknik ideal untuk merencanakan keterkaitan kegiatan antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan. ARC ini dikembangkan oleh Richard Muther yang menggantikkan angkaangka kuantitatif dengan suatu penilaian mengenai derajat keterdekatan antara departemen satu dengan departemen lain yang cenderung bersifat kualitatif. Tahapan pengerjaan: (Wignjosoebroto, 2003) 1. Siapkan Chart yang sebelumnya telah dibuat. 20
2. Tentukan fasilitas-fasilitas produksi yang telah diperlukan untuk mendukung fungsi produktif perusahaan. 3. Urutankan fasilitas-fasilitas tersebut dari atas ke bawah pada bagian kiri ARC. 4. Definisikan derajat kepentingan dan alasan pemilihanya. 5. Tentukan derajat kepentingan hubungan antar masing-masing departemen. 6. Tentukan kode alasan dalam pemilihan derajat kepentingan hubungan dan letakkan pada bagian awal ARC. 7. Komunikasikan selalu ARC dengan semua pihak yang terkait di perusahaan evaluation and improvement. Derajat keterkaitan kegiatan disimbolkan dengan huruf yaitu: A = Mutlak perlu kegiatan-kegiatan tersebut berhampiran satu sama lain B = Sangat penting kegiatan-kegiatan tersebut berdekatan I = Penting bahwa kegiatan-kegiatan tersebut berdekatan O = Biasa(kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah U = Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun Activity Relationship Diagram (ARD) Activity Relationship Diagram (ARD) merupakan diagram yang digunakan untuk
meletakkan data dari hasil ARC untuk peletakkan masing-masing departemen. Data hasil pengolahan metode Activity Relationship Chart selanjutnya diolah dalam Activity Relationship Diagram untuk penentuan masing-masing departemen. (Dewi, Choiri & Efranto, 2008) Metode Pengumpulan Data 1. Data primer Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari lokasi penelitian. Data primer meliputi: layout awal workshop, luas area, foto-foto workshop, fungsi ruang di workshop, dimensi produk yang diperbaiki di workshop, dan mesin-mesin kerja yang digunakan di workshop. 2. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen atau catatan tertulis dari berbagai pihak yang kiranya dapat mendukung penelitian ini. Data sekunder meliputi: output, alat material handling, aliran proses, produk yang diperbaiki di workshop.
HASIL DAN PEMBAHASAN Layout Awal Workshop
Gambar 1. Layout Awal Workshop PT Kobexindo Tractors Tbk
Gambaran tentang workshop PT Kobexindo
layout awal Tractors Tbk
Cabang Jakarta gambar 1.
dapat
dilihat
pada 21
Berdasarkan layout awal maka dapat diketahui luas area masing-masing ruangan pada
layout awal, sebagai berikut:
Tabel 1. Luas Area Ruang Workshop pada Layout Awal
Penentuan Jarak Titik Pusat Masingmasing Area Workshop Jarak antar area diukur dari titik pusat masing-masing area ke area berikutnya pada sumbu x dan y. Koordinat titik pusat area F (Bays 1) : X=9 Y = 8,5 Untuk mengetahui besarnya jarak perpindahan barang antar area kerja digunakan perhitungan dengan metode rectalinear berdasarkan rumus:
Xa Xb Ya Yb ,
misalkan
jarak
pemindahan bahan antara area F (Bays 1) dengan area kerja N (Gudang) maka diketahui berdasarkan titik pusat F ( 9 ; 8,5) dan N (3 ; 12), maka jarak F - N yaitu: = –3
+
8,5 – 12
9
= 9,5 m.
22
Tabel 2. Titik Pusat Tiap Area Workshop pada Layout Awal
Jarak Total Pemindahan Komponen/Bahan pada Proses Perbaikan/Penggantian Parts (Service) Berdasarkan data di atas maka jarak total antar area kerja sesuai dengan frekuensi aktivitas mekanik maupun
perpindahan komponen/bahan pada proses PDI (Pre- Delivery Inspection); Factory Campaign; Perbaikan/Penggantian Parts (Service) selama satu bulan dikalikan besarnya jarak antar area berdasarkan metode rectilinear.
23
Tabel 3. Jarak Total Pemindahan Komponen/Bahan antar Area Workshop pada Proses Perbaikan/ Penggantian Parts (Service)
Penentuan Biaya Pemindahan Material Handling Penentuan besarnya biaya material handling dipengaruhi oleh jenis peralatan yang digunakan, jarak yang ditempuh dan jumlah hari kerja. Proses material handling pada workshop PT Kobexindo Tractors Tbk Cabang Jakarta selain menggunakan tenaga manusia (Hand Pallet) untuk melakukan aktivitas perpindahan bahan juga terdapat Overhead Crane dan Forklift. 1. Biaya peralatan Overhead Crane Biaya perawatan = Rp 1.000.000,00/bulan Biaya Tenaga Penggerak (Biaya penggunaan listrik) o Tarif /kWh = Rp. 832,00 (Tarif berdasarkan tabel listrik industri) o Konsumsi Listrik = 13,5 KW o Biaya listrik /jam = tarif /kWh x Wattage = Rp. 832,00 x 13,5 = Rp. 11.232,00 /jam (Hari kerja per bulan = 22 hari; jam kerja per hari = 8 jam), maka: o Biaya Listrik per Hari = Rp. 11.232,00 x 8 jam = Rp. 89.856,00/hari o Biaya Listrik per Bulan = Rp. 89.856,00 x 22 hari = Rp. 1.976.832,00/bulan Depresiasi = Rp 440.145.000/(15 tahun) = Rp 29.343.000,00 = Rp 29.343.000,00/12 bulan
= Rp 2.445.250,00/bulan Biaya peralatan = B. Perawatan + Biaya penggunaan peralatan listrik + Depresiasi = Rp 1.000.000,00 + Rp. 1.976.832,00 + Rp 2.445.250,00 = Rp 5.422.082,00/bulan = Rp 246.458,27/hari Jadi total biaya material handling untuk Overhead Creane adalah Rp 5.422.082,00/bulan atau Rp 246.458,27/hari 2. Biaya peralatan Forklift Biaya perawatan = 900.000,00/bulan Biaya Bahan Bakar = Rp 9.150,00 x 5 liter = Rp 45.750,00 = Rp 45.750,00 x 22 = Rp 1.006.500,00/bulan Depresiasi = Rp 212.000.000 /(10 tahun) = Rp 21.200.000,00 = Rp 21.200.000,00/12 bulan = Rp 1.766.666,67/bulan Biaya peralatan = B. Perawatan + B. Bakar +Depresiasi = Rp 900.000,00 + Rp 1.006.500,00 + Rp 1.766.666,67 = Rp 3.673.166,67/bulan = Rp 166.962,12/hari
24
Jadi total biaya material handling untuk Forklift adalah Rp 3.673.166,67/bulan atau Rp 166.962,12/hari
3. Biaya peralatan Hand Pallet Biaya perawatan = Rp 400.000,00/bulan Biaya Bahan Bakar = Rp 0,00 (Sistem kerja dengan ditarik oleh tenaga manusia dan tidak ada tenaga kerja khusus yang bertugas hanya melakukan pemindahan bahan. Sebab pekerjaan ini dikerjakan oleh mekanik). Depresiasi = Rp 6.000.000 /(10 tahun) = Rp 600.000,00 = Rp 600.000,00/12 bulan = Rp 50.000,00 /bulan Biaya peralatan
= B. Perawatan + B. Bakar + Depresiasi = Rp 400.000,00 + Rp 0 + Rp 50.000,00 = Rp 450.000,00 /bulan = Rp 20.454,55 /hari Jadi total biaya material handling untuk Hand Pallet Rp 450.000,00 /bulan atau Rp 20.454,55/hari.
Penentuan Biaya Material Handling pada Proses Perbaikan/Penggantian (Service) dengan Layout Awal Perhitungan selanjutnya adalah mengetahui total biaya material handling, dapat diketahui berdasarkan jarak tempuh antar area kerja pada layout awal, serta biaya material handling per meter (OMH per meter). Maka dari itu, total biaya material handling dapat diketahui dengan mengalikan jarak dengan biaya material handling per meter.
Tabel 4. Biaya Material Handling pada Proses Perbaikan/Penggantian (Service) dengan Layout Awal
25
Kondisi Tata Letak pada Layout Awal Foto workshop untuk menggambarkan kondisi workshop yang ada di PT Kobexindo
Tractors Tbk ditunjukkan
cabang Jakarta saat oleh gambar
ini 5.
Gambar 2. Foto Workshop PT Kobexindo Tractors Tbk Cabang Jakarta Saat ini (Sumber: PT Kobexindo Tractors Tbk)
Gambar ini menunjukkan bahwa pada area workshop terdapat perlengkapan dalam proses operasi, diantaranya terdapat Stand OVH Transmission pada Bays 4 (1) yang ditunjukkan pada gambar 4.4, Stand OVH Engine pada Bays 3 (2) yang ditunjukkan pada gambar 4.5, dan Test Bench Transmission (3) yang ditunjukkan pada gambar 4.7. Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa perlengkapan kerja tidak tepat secara peletakannya karena workshop memiliki tujuh Bays. Sedangkan, perlengkapan terdapat di Bays 1 dan Bays 3, sehingga apabila sedang terjadi proses operasi yang dikerjakan tidak semua Bays mudah menjangkau alat kerja tersebut.
Aliran Proses Kerja pada Workshop dengan Layout Awal Aliran proses kerja di workshop PT Kobexindo Tractors Tbk Cabang Jakarta meliputi berbagai jenis pekerjaan/ proses, diantaranya: 1. Proses PDI (Pre-Delivery Inspection) Proses ini merupakan proses persiapan dan pemeriksaan unit sebelum dikirim ke konsumen yang membeli unit baru. Sehingga kualitas unit terjamin tanpa ada kerusakan. Area yang menjadi lokasi peletakan unit adalah Bays 5 & 6. Proses PDI tidak terdapat material handling sebab yang dilakukan dalam proses ini hanya pengecekan unit dengan menggunakan form mekanik.
26
Gambar 3. Aktivitas Mekanik pada Proses PDI (Pre-Delivery Inspection) (Sumber: PT Kobexindo Tractors Tbk) Gambar 6.
2. Proses Factory Campaign (Improvement) Proses Campaign adalah proses improvement terhadap teknologi unit atau performansi Engine dan part-part lainnya.
Proses dilakukan teknologi
Campaign (Improvement) dengan pembaharuan pada unit.
Gambar 7. Gambar 4. Aktivitas Mekanik pada Proses Factory Campaign (Improvement) (Sumber: PT Kobexindo Tractors Tbk)
8. Gambar 5. Proses Gambar Material Handling pada Proses PDI Factory Campaign (Improvement) (Sumber: PT Kobexindo Tractors Tbk)
27
3. Proses Perbaikan/Penggantian Parts Proses ini dilakukan pada unit-unit yang mengalami kerusakan, seperti: Perbaikan pada Engine yang mengalami Breakdown (Kerusakan unit yang mengakibatkan unit tidak dapat dioperasikan) dan kerusakan part-part unit. Kerusakan part unit dapat
diatasi dengan perbaikan atau penggantian. Proses ini melibatkan area Bays 3 & Bays 4 untuk peletakan komponen. Sedangkan, peletakan unit pada Bays 7 yang merupakan Receiving Bays.
9. Gambar 6.Gambar Aktivitas Mekanik pada Proses Perbaikan/ Penggantian Parts (Sumber: PT Kobexindo Tractors Tbk)
Gambar 10.
Gambar 7. Proses Material Handling Perbaikan/ Penggantian Parts (Sumber: PT Kobexindo Tractors Tbk)
28
Analisis menggunakan ARC (Activity Relationship Chart)
Gambar 8. Activity Relationship Charts (ARC)
Tabel 5. Deskripsi Alasan untuk Keterkaitan Kegiatan
Data activity relationship chart disusun Semua kode yang tercantum dalam work secara sistematik dalam work sheet untuk sheet dimasukkan dalam Activity Template menyusun activity template block diagram Block Diagram kecuali kode huruf U {Unimportant}, karena tidak memberi pengaruh (ATBD). apa-apa dari aktivitas departemen satu terhadap departemen lainnya (Hadiguna, Rika&Heri, 2008).
29
Tabel 6. Tabel Lembar Kerja (Work Sheet) untuk Pembuatan ARD (Activity Relationship Diagram)
30
Gambar 9. Activity Template Block Diagram (ATBD) Layout Usulan dengan ARC
Gambar 10. Activity Template Block Diagram (ATBD) Layout Awal
31
Activity Template Block Diagram (ATBD) Berdasarkan template diagram perbaikan tersebut maka untuk selanjutnya
adalah memperbaiki layout awal. Sehingga di hasilkan layout usulan dengan metode Activity Relationship Chart (ARC).
Gambar 11. Layout Usulan Workshop PT Kobexindo Tractors Tbk dengan ARC
Tabel 7. Luas Area Ruang pada Layout Workshop Usulan dengan ARC
32
Tabel 8. Titik Pusat Tiap Area Workshop pada Layout Usulan dengan ARC
Penentuan Jarak Total Pemindahan Komponen/Bahan pada Area Kerja Workshop pada Layout Usulan dengan ARC Berdasarkan data di atas maka jarak total antar area kerja, maka perpindahan
komponen/bahan pada proses Perbaikan/Penggantian Parts (Service) selama satu bulan dikalikan besarnya nilai perpindahan tersebut berdasarkan metode rectilinear dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 9. Jarak Total Pemindahan Komponen/Bahan antar Area Workshop pada Proses Perbaikan/ Penggantian Parts (Service)
33
Penentuan Total Biaya Material Handling (OMH) pada Proses Kerja di Workshop dengan Layout Usulan Menggunakan ARC Perhitungan selanjutnya adalah mengetahui total biaya material handling, dapat diketahui berdasarkan jarak tempuh antar area kerja pada layout usulan, serta biaya material handling per meter (OMH per
meter). Maka dari itu, total biaya material handling dapat diketahui dengan mengalikan jarak dengan biaya material handling per meter. Perhitungan total biaya material handling pada proses perbaikan/penggantian parts (service) dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 10. Biaya Material Handling pada Proses Perbaikan/Penggantian Parts (Service) dengan Layout Usulan Menggunakan ARC
Jadi, total biaya material handling pada proses perbaikan/penggantian parts (service) di workshop PT Kobexindo Tractors Tbk cabang Jakarta dengan layout awal adalah Rp 26.445.861,6 /bulan. Analisis Data 1. Perhitungan Persentase Hasil Layout Usulan dengan Menggunakan ARC Dari hasil analisis dengan menggunakan metode ARC diperoleh hasil jarak perpindahan bahan selama periode satu bulan sebesar 12.060 m/bulan dengan biaya total perpindahan adalah sebesar Rp. 26.445.861,6/bulan. Perbandingan antara analisis layout awal dengan analisis menggunakan ARC adalah: a. Persentase pengurangan jarak material handling dibanding layout awal adalah:
jarak total layout awal - jarak total layout ARC Jarak total layout awal
19.950 m - 12.060 m 19.950 m 7.890 m 19.950 m
x100%
x100%
= 40%
b.
Persentase pengurangan biaya material handling dibanding layout awal adalah:
Biaya Total Layout Awal - Biaya Total Layout ARC Biaya Total Layout awal Rp. 49.262.541 - Rp. 26.445.861 ,6 Rp. 49.262.541
Rp. 22.816.679,4 Rp. 49.262.541
x100%
x100%
x100%
= 46%
x100%
2. Perbandingan Jarak dan Biaya Material Handling Layout Awal dengan Layout Usulan 34
Dari perbandingan yang dilakukan, diperoleh hasil analisis sebagai berikut: Jarak material handling berkurang sebesar 40%, dari 19.950 m menjadi 12.060 m. Biaya material handling berkurang sebesar 46%, dari Rp.9.262.514 / bulan menjadi Rp.26.445.861,6 / bulan. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Layout awal memiliki total jarak dan biaya material handling yang cukup besar, dikarenakan pada jarak antar ruang yang seharusnya memiliki hubungan kedekatan, pada kenyataannya jauh. Seperti: Engine bays dengan gudang atau component bays dengan gudang. b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis terhadap layout usulan dengan menggunakan metode ARC, diperoleh jarak perpindahan dan biaya material handling yang lebih efisien dibandingkan layout awal. Perbandingan jarak dan biaya perpindahan pada layout awal sebesar 19.950 m dengan layout usulan sebesar 12.060 m. Berarti persentase terjadinya pengurangan jarak material handling sebesar 40%. Sedangkan, perbandingan biaya material handling pada layout awal sebesar Rp. 49.262.541 dengan layout usulan sebesar Rp. 26.445.861,6. Berarti persentase terjadinya pengurangan biaya material handling sebesar 46%. Dengan demikian dapat disimpulkan layout usulan dengan menggunakan metode Activity Relationship Chart (ARC) dapat dinyatakan lebih efektif sebab memiliki jarak dan biaya material handling yang lebih efisien dibandingkan dengan layout awal.
Adriantanti, Emmalia. 2008. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Guna Meminimumkan Jarak & Biaya Material Handling Menggunakan Aplikasi Quantitative System Version 3.0 pada PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Grati Pasuruan. Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Industri.Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, ITN Malang. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pendek, Edisi Revisi Kelima. Rineka Cipta. Jakarta. Dewi, Andini Irma, Choirin, Mochamad dan Efranto, Remba Yanuar. 2008. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Hasil Simulasi Proses Produksi Rokok. Jurnal Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya. Malang. Hadiguna, Rika Ampuh dan Setiawan, Heri. 2008.Tata Letak Pabrik. Penerbit Andi. Yogyakarta. Meyers, Fred E.1993. Plant Layout and Material Handling. Prentice Hall International. United State of America. Purnomo, Hari. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas, Edisi pertama cetakan pertama,. Penerbit Graha Ilmu. Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Tata letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi Ketiga. Guna Widya. Surabaya. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia. 2010. Indonesian Coal Book 2010/2011. Edisi 2010/2011. Petromindo.com. Jakarta. PT Kobexindo Tractors Tbk. 2012. Company Profile Book 2012. PT Kobexindo Tractors Tbk. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Terjemahan Nurhayati, M.T. Mardiono, Edisi ketiga, Penerbit ITB Bandung.
35