PERANCANGAN ULANG RUANG TERBUKA HIJAU KOMPLEKS REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA CIBINONG, KABUPATEN BOGOR
YOHANES ANDIKA FAJAR ABADI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Perancangan Ulang Ruang Terbuka Hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam “Daftar Pustaka” di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010 Yohanes Andika Fajar Abadi A44052289
RINGKASAN YOHANES ANDIKA FAJAR ABADI. A44052289. Perancangan Ulang Ruang Terbuka Hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH. Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) merupakan Unit Pelayanan Teknis Eselon IIa di bawah naungan Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Departemen Sosial Republik Indonesia. BBRVBD Cibinong memberikan pelayanan rehabilitasi vokasional bagi para penyandang cacat di Indonesia. BBRVBD Cibinong didirikan pada lahan seluas 35.419 m2 dengan luas lahan terbangun 12.695 m2. Lahan tidak terbangun tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai RTH yang fungsional dan estetik bagi penggunanya. Taman sebagai ruang terbuka hijau (RTH) yang dirancang dengan konsep rekreasi alami diharapkan dapat menjadi media praktik biofilia bagi penyandang cacat. Keberadaan tanaman dalam taman merupakan bagian dari alam yang dekat dengan manusia. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan dan menganalisis kondisi tapak; (2) mendeskripsikan konsep pemanfaatan RTH bagi penyandang cacat ringan dan cacat sedang; dan (3) merencanakan dan merancang RTH Kompleks BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor. Konsep dasar dari perancangan RTH BBRVBD Cibinong adalah menjadikan suatu ruang terbuka hijau yang fungsional dan estetik. RTH BBRVBD Cibinong yang fungsional adalah RTH yang memiliki sarana dan fasilitas bagi siswa BBRVBD yang memiliki keterbatasan fisik. Salah satu bentuk aktivitas ruang luar yang dimaksud adalah berkebun sebagai bentuk praktik biofilia (kesukaan manusia pada alam dan makhluk hidup). Rangkaian kegiatan dari penyemaian, penanaman, perawatan, pemanenan hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian kegiatan berkebun. Selain itu, RTH BBRVBD juga memiliki fungsi sebagai penyeimbang iklim mikro lingkungan bagi kawasan sekitarnya dan fungsi konservasi sebagai habitat pemeliharaan rusa dan kehidupan satwa liar lainnya. Dari sisa lahan tidak terbangun sebesar 22.742 m2, ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan dan dirancang adalah seluas 6.450,58 m2, terdiri dari ruang rekreasi aktif seluas 1.724 m2 yang terbagi menjadi empat bagian yang terpisah di antara bangunan pada bagian selatan tapak; ruang rekreasi pasif seluas 370 m2 pada bagian barat laut tapak; ruang konservasi seluas 4.356,58 m2 pada bagian sebelah timur tapak. Pada tiap ruang akan diletakkan fasilitas dan pola sirkulasi yang sesuai untuk mengakomodasi segala bentuk aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh pengguna tapak sehingga pengguna tapak dapat mengintepretasi ruang dengan maksimal dan meminimalkan segala bentuk ambiguitas. Hasil studi ini dapat digunakan sebagai referensi dan masukan bagi pusat rehabilitasi penyandang cacat sebagai salah satu bentuk pemanfaatan RTH oleh siswa baik secara partisipasi aktif maupun pasif.
ABSTRACT YOHANES ANDIKA FAJAR ABADI. Redesign of Greenery Open Space National Vocational Rehabilitation Centre Cibinong, Bogor. Supervised by WAHJU QAMARA MUGNISJAH. The National Vocational Rehabilitation Centre (NVRC) is the technical (practical) implementation unit in the field of vocational rehabilitation for disabled people, subordinate and responsible to the Ministry of Social Affairs. The main task and function of NVRC is to conduct advanced vocational rehabilitation services for people with disabilities from regional rehabilitation centres for the physically disabled, sheltered workshop and others. This research take places in NVRC Cibinong, Bogor with total area 35,419 m2 which consist of building area (12,695 m2) and greenery open space area (22,742 m2). The objectives of this research are (1) to analyze the existing conditions, (2) to describe the utilization concept of recreation-based on outdoor activity and (3) to make a recommendation design and suggestion as problem solving for accommodating disabled people in the specific greenery open space. This research consists of some steps, such as initial preparation, collecting data, analysis, and synthesis, forming concept, preparing landscape plan and the final is detail design. There are many functions of greenery open space, one of them is being used for outdoor activity. Greenery open space for outdoor activity needs to be serve in a good condition of society that had overwhelmed of physically, psychology, and life necessity pressure. In analysis and synthesis process, there is so many alternative of exploiting potency and solution of constraint in greenery open space of NVRC Cibinong, Bogor. As a result, the main concept of redesign is a greenery open space that is functional and aesthetic. Functional means having facilities for user with physical disabilities to do the gardening activity and relaxation activity. The gardening activities consist of seeding, planting, maintaining, harvesting, and postharvesting. Beside that, greenery open space of NVRC Cibinong, Bogor has function as a stabilizer of microclimate and habitat of wildlife animal (deer). In planning and design process, the greenery open spaces of NVRC Cibinong, Bogor divided by three areas. The areas are active recreation area (1,724 m2), passive recreation area (370 m2), and conservation area (4,356.58 m2). Each area will be put facilities and circulation patterns to accommodate user activity. The result of this study can be used as a reference and suggestion to other rehabilitation centre as an alternative utilization of greenery open spaces for people with disabilities. Key words: redesign, greenery open spaces, and disabled people
© Hak Cipta milik Yohanes Andika Fajar Abadi, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa seizin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, maupun lain sebagainya
PERANCANGAN ULANG RUANG TERBUKA HIJAU KOMPLEKS REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA CIBINONG, KABUPATEN BOGOR
YOHANES ANDIKA FAJAR ABADI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP
: Perancangan Ulang Ruang Terbuka Hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor : Yohanes Andika Fajar Abadi : A44052289
Disetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. NIP. 19491105 197403 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus:
Untuk mamaku yang mengajarkan kasih sayang, ayahku yang mengajarkan kebijaksanaan, adikku yang selalu memberi keceriaan, penyandang cacat yang memberiku inspirasi, dan almamaterku yang selalu mencurahkan ilmu dan pengalaman.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, yang dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul Perancangan Ulang Ruang Terbuka Hijau Kompleks Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa Cibinong, Kabupaten Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr selaku pembimbing skripsi yang telah membuka wawasan, memberikan bimbingan, serta masukan yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini; 2. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si dan Dr. Ir. Alinda Fitriani Malik Zain, M.Si selaku dosen penguji sidang skripsi; 3. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.AgrSc. selaku pembimbing akademik; 4. R.L. Kaswanto, SP, M.Si sebagai dosen moderator seminar kolokium dan Vera Dian Damayanti, SP, MLA sebagai dosen moderator seminar hasil; 5. Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, M.Sc dan Dr. Ir. Afra D.N. Makalew, M.Sc atas bimbingan administrasi akademik; 6. Ayah Leonardus Rohadi, Mama Maria Laurentia Suhartini, dan Adik Clara Metta Virginia atas kasih sayang, kesabaran, dukungan, dan doanya; 7. Bapak Kukuh (Kesbang Kabupaten Bogor), Bapak Yosep (Dinas Tata Kota Kabupaten Bogor), dan Bapak Dito (Bappeda Kabupaten Bogor); 8. Drs. Edy Masdi, M.Si (Kepala BBRVBD Cibinong), Dra. Lisdiana, M.Si, Drs. Alam Fajar Ahmadi, M.Si, Dewi Lestriyani P, AKS, MM, Bapak Joddy, Ibu Irma, Ibu Tari, Ibu Ning, Pak Jarmadi (Staff Fasilitas dan Properti BBRVBD), staff pegawai BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor, dan seluruh siswa BBRVBD Cibinong; 9. sahabat sepembimbing skripsi (Ferbi dan Ramanda), sahabat sepembimbing akademik (Mega A., Danand P., M. Rizki, dan Rakmat A.) 10. sahabat setema skripsi ‘terapeutik’ (Azi, Nurina, dan Rachma) dan sahabat survei tapak dan motivator desain (Arsyad, Rakmat, Yosep, Bayu, Indah, Farida, Cindy, Dina, Handika, Dina, dan Mega W.);
11. sahabat Arsitektur Lanskap 42, kakak kelas Arsitektur Lanskap 39, 40, 41, dan adik kelas Arsitektur Lanskap 43, 44, 45; 12. keluarga alm. Bapak ST. Pusposuparno, alm. Bapak Jacoeb, dan Bapak Sutadji. 13. keluarga Panduraya 94 (Bapak Sugeng, Mama Solechah, Adelia Swastika, Herdien Dwi Handika, Amelia Ruby Hagieswari, dan Nathan Octavio); 14. semua pihak yang telah membantu penulisan hasil studi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2010 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 31 Maret 1987 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Leonardus Rohadi dan Ibu Maria Laurentia Suhartini. Pendidikannya diawali di Taman Kanak-Kanak (TK) Regina Pacis tahun 1992 sampai dengan tahun 1993, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Regina Pacis Kota Bogor sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Regina Pacis Kota Bogor. Sejak tahun 2002 penulis terdaftar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Regina Pacis, Kota Bogor, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada bulan Agustus 2006 penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungan kampus, antara lain, adalah menjadi Asisten Mata Kuliah Teori Desain Lanskap (ARL 212) pada semester genap 2008-2009. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kerohanian KEMAKI (Keluarga Mahasiswa Katolik IPB) tahun 2005-2006, kemudian menjadi Ketua Angkatan KEMAKI 42. Penulis juga aktif dalam Himpunan Profesi Departemen yakni Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB (HIMASKAP-IPB), pada periode 2006-2007 menjadi anggota Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan periode 2007-2008 menjadi anggota Divisi Informasi dan Komunikasi (Infokom). Penulis mendapat amanah menjadi koordinator umum untuk kepanitiaan Natal Civitas Akademika IPB 2008 yang merupakan gabungan panitia yang terbentuk dari anggota UKM Kerohanian KEMAKI dan PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen)-IPB.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .........................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3 1.3. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyandang Cacat Tubuh .................................................................. 4 2.2. Ruang Terbuka .................................................................................. 6 2.3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau .................................................. 9 2.4. Taman Hortikultura ........................................................................... 10 2.5. Elemen Desain .................................................................................. 12 2.6. Prinsip Desain ................................................................................... 13 2.7. Perencanaan Lanskap ........................................................................ 15 2.8. Perancangan Lanskap ........................................................................ 16 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................. 18 3.2. Bahan dan Alat .................................................................................. 19 3.3. Batasan Penelitian ............................................................................. 19 3.4. Metode Penelitian ............................................................................. 20 3.4.1. Persiapan (Prasurvei) ............................................................... 20 3.4.2. Survei Lapang (Inventarisasi dan Pengecekan Lapang) ........... 20 3.4.3. Analisis...................................................................................... 21 3.4.4. Sintesis ..................................................................................... 22 3.4.5. Konsep ..................................................................................... 22 3.4.6. Perencanaan dan Perancangan ................................................. 22
xiii
IV. INVENTARISASI 4.1. Kondisi Umum .................................................................................. 24 4.1.1. Sejarah dan Kedudukan ........................................................... 24 4.1.2. Lokasi, Batas Tapak, dan Aksesibilitas .................................. 24 4.1.3. Kondisi Kepegawaian .............................................................. 25 4.1.4. Fasilitas Fisik ........................................................................... 26 4.1.5. Fasilitas Pelatihan Vokasional ................................................. 26 4.1.5.1. Komputer ......................................................................... 27 4.1.5.2. Penjahitan ........................................................................ 27 4.1.5.3. Percetakan (Desain Grafis) ............................................. 27 4.1.5.4. Elektronika ...................................................................... 28 4.1.5.5. Pekerjaan Logam ............................................................. 28 4.2. Aspek Biofisik ................................................................................... 29 4.2.1. Iklim ......................................................................................... 29 4.2.1.1. Curah Hujan .................................................................... 29 4.2.1.2. Suhu ................................................................................ 30 4.2.1.3. Kelembaban .................................................................... 31 4.2.1.4. Kecepatan Angin ............................................................. 31 4.2.2. Jenis Tanah ............................................................................... 31 4.2.3. Topografi .................................................................................. 32 4.2.4. Hidrologi dan Drainase ............................................................ 32 4.2.5. Vegetasi .................................................................................... 33 4.2.6. Satwa ........................................................................................ 35 4.2.7. Kualitas Lanskap ...................................................................... 36 4.2.8. Struktur Bangunan ................................................................... 37 4.2.9. Utilitas ...................................................................................... 37 4.3. Aspek Sosial ...................................................................................... 38 4.3.1. Karakteristik Pengguna Tapak .................................................. 38 4.3.1.1. Jenis Kelamin ................................................................... 38 4.3.1.2. Usia ................................................................................. 38 4.3.1.3. Pendidikan ....................................................................... 39 4.3.1.4. Kondisi Fisik Siswa ........................................................ 39
xiv
4.3.1.5. Alat Bantu yang Digunkan Siswa ................................... 40 4.3.1.6. Kemampuan Fisik ........................................................... 41 4.3.2. Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak .................................... 43 V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Kondisi Umum .................................................................................. 48 5.1.1. Sejarah Kedudukan .................................................................. 48 5.1.2. Lokasi, Batas Tapak, dan Aksesibilitas ................................... 48 5.2. Aspek Biofisik ................................................................................... 49 5.2.1. Iklim ......................................................................................... 49 5.2.1.1. Curah Hujan .................................................................... 49 5.2.1.2. Suhu ................................................................................ 50 5.2.1.3. Kelembaban .................................................................... 51 5.2.1.2. Kecepatan Angin ............................................................. 51 5.2.2. Tanah ........................................................................................ 52 5.2.3. Topografi .................................................................................. 54 5.2.4. Hidrologi dan Drainase ............................................................ 54 5.2.5. Vegetasi .................................................................................... 54 5.2.6. Satwa ........................................................................................ 56 5.2.7. Kualitas Lanskap ...................................................................... 59 5.2.8. Struktur Bangunan ................................................................... 60 5.2.9. Utilitas ...................................................................................... 60 5.3. Aspek Sosial ...................................................................................... 60 5.3.1. Karakteristik Pengguna Tapak .................................................. 60 5.3.2. Persepsi dan Harapan Pengguna ............................................... 61 VI. KONSEP RANCANGAN 6.1. Konsep Dasar .................................................................................... 62 6.2. Pengembangan Konsep ..................................................................... 62 6.2.1. Konsep Ruang ........................................................................... 62 6.2.2. Konsep Fasilitas ........................................................................ 63 6.2.3. Konsep Sirkulasi ....................................................................... 64 6.2.4. Konsep Tata Hijau ................................................................... 64
xv
VII. RENCANA TAPAK 7.1. Rencana Ruang ................................................................................... 66 7.2. Rencana Fasilitas ................................................................................ 68 7.3. Rencana Sirkulasi ............................................................................... 71 7.4. Rencana Tata Hijau ........................................................................... 73
VIII. RANCANGAN TAPAK 8.1. Rancangan Ruang ............................................................................. 74 8.2. Rancangan Fasilitas .......................................................................... 74 8.3. Rancangan Sirkulasi ......................................................................... 77 8.4. Rancangan Tata Hijau ..................................................................... 77
IX. PENUTUP 9.1. Kesimpulan ..................................................................................... 79 9.2. Saran ................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 81 LAMPIRAN ...................................................................................................... 83
DAFTAR TABEL Halaman 1. Persyaratan Lingkungan Tanaman Sayur dan Umur Panen ......................... 12 2. Aspek, Jenis, dan Sumber Data yang Diperlukan ........................................ 21 3. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaanya ..................................................... 22 4. Tabel Pegawai BBRVBD Cibinong ............................................................ 25 5. Daftar Nama Tanaman di Kompleks BBRVBD ......................................... 34 6. Jenis Kelamin Siswa BBRVBD Tahun 2009 .............................................. 38 7. Usia Siswa BBRVBD Tahun 2009 ............................................................. 39 8. Pendidikan Terakhir Siswa BBRVBD Tahun 2009 .................................... 39 9. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Persepsi Siswa BBRVBD ............................ 44 10. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Harapan Siswa BBRVBD ............................ 46 11. Perhitungan Kapasitas Tampung Padang Rumput Menurut Produksi RataRata Segar dan Bobot Kering Rumput ......................................................... 59 12. Martiks Konsep Program ............................................................................. 63 13. Konsep Sirkulasi .......................................................................................... 64 14. Kosep Tata Hijau.......................................................................................... 65 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas, dan Fasilitas........... 66 16. Matriks Kesuaian Antara Sumber Daya dan Aktivitas ................................ 67 17. Matriks Hubungan Antarruang .................................................................... 68
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................... 3 2. Foto Udara BBRVBD .................................................................................. 18 3. Peta Indonesia ............................................................................................ 19 4. Peta Jawa Barat ........................................................................................... 19 5. Denah Menuju BBRVBD Cibinong ........................................................... 19 6. Bagan Perencanaan Menurut Gold (1980) .................................................. 20 7. Tahapan Studi ............................................................................................. 23 8. Kondisi Awal Tapak BBRVBD Cibinong (1997) ....................................... 25 9. Pelaksanaan Pembangunan BBRVBD Cibinong (1997) ............................ 25 10. Bidang Keterampilam Komputer ................................................................ 27 11. Bidang Keterampilan Penjahitan.................................................................. 27 12. Bidang Keterampilan Desain Grafis/Percetakan ......................................... 28 13. Bidang Keterampilan Elektronika ............................................................... 28 14. Bidang Keterampilan Pekerjaan Logam ..................................................... 29 15. Grafik Jumlah Curah Hujan per Tahun (Tahun 2004-2009) ....................... 29 16. Grafik Rata-Rata Curah Hujan per Bulan (Tahun 2004-2009) ................... 30 17. Grafik Jumlah Hari Hujan (Tahun 2004-2009) ........................................... 30 18. Grafik Rata-Rata Suhu Udara per Bulan (Tahun 2004-2009) .................... 30 19. Grafik Rata-Rata Kelembaban per Bulan (Tahun 2004-2009) ................... 31 20. Grafik Rata-Rata Kecepatan Angin per Bulan (Tahun 2004-2009) ............ 31 21. Kondisi Topografi di RTH Kompleks BBRVBD ........................................ 32 22. Saluran Drainase ......................................................................................... 33 23. Kondisi Ruang Terbuka dan Vegetasi ........................................................ 34 24. Satwa yang Ada di Tapak ........................................................................... 36 25. Pemandangan (view) Lanskap Kompleks BBRVBD .................................. 36 26. Struktur Bangunan BBRVBD ..................................................................... 37 27. Utilitas Pada Kompleks BBRVBD ............................................................. 37 28. Grafik Jenis Kecacatan yang Disandang Siswa BBRVBD Tahun 2009...... 40 29. Grafik Alat Bantu yang Digunakan Siswa BBRVBD Tahun 2009 ............ 41 30. Diagram Kemampuan Siswa Berdiri tanpa Alat Bantu .............................. 42
xviii
31. Diagram Kemampuan Siswa Berdiri dengan Alat Bantu ........................... 42 32. Diagram Kemampuan Siswa Duduk tanpa Alat Bantu ............................... 43 33. Diagram Kemampuan Siswa Duduk dengan Alat Bantu ............................ 43 34. Badan Air Membantu Efek Penyejukan pada Tapak .................................. 52 35. Berbagai Nilai Fungsional Vegetasi............................................................. 55 36. Ilustrasi Bentuk Habitat Rusa....................................................................... 56 37. Beberapa Pohon yang Diberi Pelindung dari Rusa ..................................... 57 38. Peralatan Berkebun yang Dibutuhkan Pada Ruang Rekreasi Aktif ............. 68 39. Standar Planter Box Bagi Penyandang Cacat .............................................. 69 40. Ilustrasi Bentukan Planter Box bagi Penyandang Cacat .............................. 69 41. Ilustrasi Rekreasi Pasif Bagi Penyandang Cacat.......................................... 70 42. Zona Peletakan Papan Informasi.................................................................. 70 43. Komposisi Aspal Jalur Sirkulasi .................................................................. 71 44. Standar Khusus dan Manuver Kursi Roda ................................................... 72 45. Standar Jalur Sirkulasi bagi Penyandang Cacat ........................................... 72 46. Rekomendasi Jalur Sirkulasi Pengguna Kursi Roda .................................... 73
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian .................................................................................84
2.
Daftar Nama Pengisi Kuisioner ................................................................86
3.
Jenis Tanah ................................................................................................89
4.
Topografi ...................................................................................................90
5.
Hidrologi ....................................................................................................91
6.
Utilitas ......................................................................................................92
7.
Inventarisasi ..............................................................................................93
8.
Situasi .......................................................................................................94
9.
Data Siswa BBRVBD tahun 2009 (Angkatan XII) ..................................95
10. Tabel Analisis dan Sintesis .......................................................................98 11. Peta Analisis dan Sintesis .........................................................................100 12. Konsep Sirkulasi ......................................................................................101 13. Konsep Ruang ..........................................................................................102 14. Konsep Fasilitas .......................................................................................103 15. Konsep Tata Hijau ....................................................................................104 16. Site Plan ...................................................................................................105 17. Site Plan Ruang Rekreasi Aktif 1 ............................................................106 18. Potongan Ruang Rekreasi Aktif (A-A’)...................................................107 19. Perspektif Ruang Rekreasi Aktif ...............................................................108 20. Site Plan Ruang Rekreasi Aktif 2 .............................................................109 21. Site Plan Ruang Rekreasi Aktif 3 .............................................................110 22. Site Plan Ruang Rekreasi Aktif 4 .............................................................111 23. Site Plan Ruang Rekreasi Pasif .................................................................112 24. Potongan Ruang Rekreasi Pasif (B-B’) ....................................................113 25. Perspektif Ruang Rekreasi Pasif ...............................................................114 26. Site Plan Ruang Konservasi ......................................................................115 27. Potongan Ruang Konservasi (C-C’)..........................................................116 28. Perspektif Ruang Konservasi ...................................................................117 29. Detil Bangunan Vertikultur ......................................................................118
xx
30. 3D Bangunan Vertikultur .........................................................................119 31. Detil Rak Semai ........................................................................................120 32. 3D Rak Semai ...........................................................................................121 33. Detil Rak Perkakas ...................................................................................122 34. 3D Rak Perkakas ......................................................................................123 35. Detil Keran Air .........................................................................................124 36. 3D Keran Air ............................................................................................125 37. Detil Lampu Taman ...................................................................................126 38. 3D Lampu Taman .....................................................................................127 39. Detil Kolam ..............................................................................................128 40. 3D Kolam .................................................................................................129 41. Detil Atap Gazebo ....................................................................................130 42. Detil Denah dan Pondasi Gazebo .............................................................131 43. 3D Gazebo ................................................................................................132 44. Detil Pergola .............................................................................................133 45. Detil Atap Pergola ....................................................................................134 46. Detil Bangku Taman .................................................................................135 47. 3D Pergola dan Bangku Taman .................................................................136 48. Detil Papan Informasi ................................................................................137 49. 3D Papan Informasi ..................................................................................138 50. Detil Kolam/Telaga ..................................................................................139 51. 3D Kolam/Telaga .....................................................................................140 52. Detil Planter Box dan Bench Koridor .......................................................141 53. Detil Penanaman .......................................................................................142 54. Detil Penanaman Planter Box ...................................................................143 55. 3D Planter Box dan Bench .......................................................................144 56. Detil Sirkulasi ...........................................................................................145
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyandang cacat merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki keterbatasan tertentu jika dibandingkan dengan anggota masyarakat lainnya. Dengan adanya kekurangan berupa cacat ini, penyandang cacat memiliki perasaan yang ada kalanya tidak dapat begitu dipahami oleh orang-orang noncacat. Salah satu beban pikiran yang mereka rasakan adalah perasaan yang kurang percaya diri jika dibandingkan dengan orang lain yang noncacat. Aktivitas yang terbatas untuk mereka lakukan menjadikan dirinya merasa malu untuk mengembangkan diri dan terbuka dengan sesama dan lingkungannya. Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 5 menyatakan bahwa setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, Undang-Undang No. 43 Tahun 1998 Pasal 5, 6, 7, dan 8 menyatakan bahwa setiap penyandang cacat sebagaimana warga negara Indonesia (WNI) lainnya mempunyai kesamaan kedudukan, hak, dan kewajiban agar dapat berperan dan berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya dalam aspek kehidupan dan penghidupan. Dengan adanya undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat mempunyai hak yang sama seperti manusia lainnya tanpa terkecuali. Salah satu hak dan kesempatan tersebut adalah dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH). Berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat telah dilaksanakan oleh pihak pemerintah dan swasta. Penyandang cacat harus mampu meningkatkan hal-hal yang masih dimiliki pada dirinya untuk meningkatkan harga diri dan kemampuannya agar dapat berkehidupan dengan layak. Di samping itu, perlu diupayakan agar pandangan masyarakat tentang penyandang cacat menjadi lebih mendorong dan memberi kesempatan kepada penyandang cacat untuk berkehidupan yang layak. Akan tetapi, yang lebih penting adalah dimulai dengan upaya untuk meningkatkan harga diri dan kemampuan diri penyandang cacat dan kemudian melakukan upaya untuk membantu penyandang cacat lainnya untuk meningkatkan keadaan dirinya. Untuk itu, perlu diperhatikan peran masyarakat dan lingkungan sekitar dalam upaya peningkatan
kesejahteraan
sosial
penyandang
cacat.
Upaya
rehabilitasi
2
penyandang cacat memang memerlukan dukungan yang luas atau berbasiskan masyarakat. Menurut Pusat Data dan Informasi Departemen Sosial Republik Indonesia (2007), populasi penyandang cacat di Indonesia berjumlah 3.063.559 jiwa. Jumlah populasi tersebut mengindikasikan perlunya penyetaraan fasilitas dan sarana umum yang dapat digunakan oleh penyandang cacat. Departemen Sosial Republik Indonesia melalui Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) Cibinong memberikan pelayanan rehabilitasi vokasional bagi para penyandang cacat di Indonesia. BBRVBD Cibinong didirikan pada tahun 1997, yang merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia (Menteri Sosial Republik Indonesia) dan Pemerintah Jepang (Japan International Cooperation Agency [JICA]). BBRVBD Cibinong didirikan pada lahan seluas 35.419 m2 dengan luas lahan tidak terbangun 22.742 m2. Lahan tidak terbangun tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai RTH yang estetik dan fungsional bagi penggunanya (siswa BBRVBD). Taman sebagai RTH yang dirancang dengan konsep rekreasi alami diharapkan dapat menjadi media praktik biofilia bagi penyandang cacat. Keberadaan tanaman dalam taman merupakan bagian dari alam yang dekat dengan manusia. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa penggunaan unsur alami yang tepat dapat bermanfaat positif bagi kesehatan manusia. Penggunaan unsur alami pada sebuah tapak dapat mengurangi intensitas kegelisahan atau stress, meningkatkan kesehatan manusia, dan dapat membantu suasana rileks. RTH yang dirancang terbagi menjadi dua fungsi utama, yakni fungsi sosial dan fungsi ekologis. Fungsi sosial ditujukan untuk mengakomodasi kegiatan pengguna yang memiliki keterbatasan fisik sedangkan fungsi ekologis ditujukan untuk habitat satwa dan ameliorasi iklim mikro. Potensi dan kendala yang ada pada tapak diolah dalam analisis dan sintesis sehingga diperoleh alternatif pemanfaatan RTH kompleks rehabilitasi vokasional bina daksa yang sesuai. Gambar 1 memperlihatkan kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini.
3
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 1. 2. Tujuan Penelitian Kegiatan penelitian ini bertujuan 1. mendeskripsikan dan menganalisis kondisi tapak; 2. mendeskripsikan konsep pemanfaatan RTH bagi penyandang cacat ringan dan cacat sedang; 3. merencanakan dan merancang RTH Kompleks BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor. 1. 3. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut: 1. memberikan alternatif pemanfaatan potensi dan solusi kendala pada tapak; 2. memberikan usulan konsep pemanfaatan RTH bagi penyandang cacat ringan dan cacat sedang; 3. memberikan referensi bentuk pemanfaatan RTH pada kawasan rehabilitasi bagi pihak terkait.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Penyandang Cacat Tubuh Penyandang cacat tubuh atau tuna daksa adalah suatu kondisi yang ada pada anak, yang memiliki kelainan pada tubuhnya atau daksa, baik yang berupa kelainan bentuk tubuh atau hilangnya sebagian atau seluruh anggota tubuh tertentu ataupun gangguan dalam fungsi-fungsi tulang, alat, dan persendian. (Irbani, 1990 dalam Isparjianti, 2008). Menurut Harum (1989) dalam Isparjianti (2008), yang dimaksud dengan cacat tubuh adalah kelainan tubuh atau tuna daksa yang dalam bahasa asing disebut dengan cripple, sedangkan Ekdiri (1990) dalam Isparjianti (2008) menyatakan bahwa yang dimaksud cacat tubuh atau tuna daksa adalah kelainan pada tubuh baik berupa kelainan bentuk tubuh, tidak sempurnanya organ tubuh maupun terjadinya gangguan fungsi tulang, alat, dan persendian. Menurut Suharman (1981) dalam Isparjianti (2008), faktor penyebab terjadinya kecacatan adalah sebagai berikut. 1. Penyakit Dengan adanya kemajuan di bidang ilmu kedokteran, angka kecacatan akan meningkat, hal ini disebabkan karena orang yang menderita penyakit tertentu dapat diselamatkan jiwanya meskipun meninggalkan bekas, yaitu cacat. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, misalnya, adalah penyakit polio, TBC tulang, TBC sendi, dan Catitis lepra. 2. Kecelakaan Kecelakaan seperti kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan orang menjadi cacat. Kecelakaan karena lalu lintas ini dapat berupa jatuh dari kendaraan, tertabrak mobil, dan tergilas kereta api. 3. Kecelakaan dalam pekerjaan Apabila bekerja di perusahaan tertentu yang berhadapan dengan mesin-mesin, dalam menjalankan mesin-mesin tersebut ada kalanya pekerja berlaku lengah yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, misalnya berupa anggota tubuh yang tergilas mesin.
5
4. Peperangan Peperangan merupakan bencana yang tidak menimbulkan keuntungan bagi semua pihak. Mereka yang menang atau yang kalah mengalami pengorbanan yang besar. Akibat dari peperangan ini banyak korban yang mengalami kecacatan, sehingga kaki atau tangannya perlu diamputasi. 5. Cacat sejak lahir Cacat sejak lahir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) cacat bawaan, artinya begitu lahir sudah tampak cacat, atau anak lahir anggota badannya tidak lengkap, dan (b) anak lahir dalam keadaan normal atau sempurna, tetapi dalam pertumbuhannya tampak adanya kelainan. Penyandang cacat tubuh dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut (Saerogo dan Sutomo, 1976 dalam Isparjianti, 2008). 1. Penggolongan cacat diklasifikasikan menjadi (a) amputasi (atas kaki dan lengan tangan), (b) cacat tulang, persendian tungkai, dan persendian lengan, (c) cacat tulang pinggul, termasuk paraplegia dan, (d) TBC tulang dan sendi. 2. Penggolongan cacat tubuh berdasarkan tujuan untuk membutuhkan pertolongan rehabilitasi, terutama pada penempatan tenaga cacat dalam pekerjaan, yaitu (a) penyandang cacat yang hanya memerlukan pertolongan dalam penempatan pada pekerjaan yang cocok, (b) penyandang cacat yang karena kecacatannya memerlukan pelatihan keterampilan (vocational training) untuk ditempatkan dalam jabatan-jabatan biasa, (c) penyandang cacat yang setelah diberikan pertolongan
rehabilitasi
dan
latihan-latihan
mendapat
pekerjaan
dan
perlindungan, dan (d) penyandang cacat yang karena sedemikian berat cacatnya akan terus-menerus memerlukan perawatan dan tidak produktif. 3. Penggolongan penyandang cacat tubuh berdasarkan berat atau ringannya kecacatan, yaitu sebagai berikut: a. cacat ringan, yakni kecacatan yang tidak akan mempengaruhi dan menghambat sama sekali terhadap kegiatan sehari-hari, misalnya kehilangan salah satu jari kaki atau tangan; b. cacat sedang, yakni kecacatan yang banyak mengganggu kegiatan yang dilakukan sehari-hari dan tidak dapat melaksanakan sebagian kecil dari
6
seluruh aktivitas sehari-hari, misalnya cacat amputasi lengan kiri/kanan dan kaki jinjit; c. cacat berat, kecacatan yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari sehingga mereka perlu mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis, sosial, dan psikologis, misalnya kelainan pada seluruh anggota badan, paraplegia komplit, dan kehilangan kedua lengan; d. cacat parah, kecacatan yang mengakibatkan penyandang cacat tidak dapat melakukan semua kegiatan dan selalu memerlukan perawatan khusus atau mendapatkan perawatan medis dan tanpa latihan kerja sehingga mereka perlu diberikan kesibukan-kesibukan yang ringan, misalnya marsela siscopy. 2. 2. Ruang Terbuka Simonds (1983) mengartikan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai suatu karakter arsitektural ketika ruang tersebut tertutup secara keseluruhan ataupun hanya sebagian saja oleh elemen arsitektural. RTH terbuka ke arah langit sehingga memiliki keuntungan mendapat limpahan sinar matahari, pola-pola bayangan, banyaknya udara yang mengalir, serta dapat melihat warna langit dan keindahan dari awan-awan yang bergerak. RTH juga memiliki beberapa fungsi yang berbeda seperti rekreasi pada grup asrama atau tempat latihan militer yang diapit oleh barak tentara. Terlepas dari apakah RTH tersebut berkaitan atau tidak dengan struktur yang digunakan, ruang tersebut haruslah berada dalam karakter struktur tersebut. Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007, ruang terbuka adalah ruangruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk kawasan/jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika. Penataan RTHKP adalah proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian RTHKP (Depdagri, 2007). Tujuan penatan RTHKP (Depdagri, 2007) adalah a. menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan;
7
b. mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; c. meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman. Fungsi RTHKP (Depdagri, 2007) adalah a. pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; b. pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; c. tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; d. pengendalian tata air; e. sarana estetika kota. Manfaat RTHKP (Depdagri, 2007) adalah a. sarana untuk mencerminkan identitas daerah; b. sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan; c. sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; d. sarana peningkatan ekonomi lahan perkotaan; e. sarana penumbuhan rasa bangga dan peningkatan prestise daerah; f. sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan manula; g. sarana evakuasi untuk keadaan darurat; h. sarana peningkatan cadangan oksigen perkotaan. Pembentukan RTHKP disesuaikan dengan bentang alam berdasarkan aspek biogeografis dan struktur ruang kota serta estetika. Pembentukan RTHKP harus mencerminkan karakter alam dan/atau budaya setempat yang bernilai ekologis, historis, dan panorama yang khas dengan tingkat penerapan teknologi (Depdagri, 2007). Disebutkan juga dalam Permendagri No.1 Pasal 6 Tahun 2007 mengenai jenis RTHKP, yaitu meliputi taman kota; taman wisata alam; taman rekreasi; taman lingkungan perumahan dan pemukiman; taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial; taman hutan raya; hutan kota; hutan lindung bentang alam seperti gunung, bukit lereng, dan lembah; cagar alam; kebun raya; kebun binatang; pemakaman umum; lapangan olah raga; lapangan upacara; lapangan parkir terbuka; lahan pertanian perkotaan; jalur di bawah tegangan tinggi (saluran udara tegangan tinggi/SUTT dan saluran udara tegangan ekstra tinggi/SUTET); sempadan sungai, pantai, bangunan, situ, dan rawa; jalur
8
pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas, dan pedestrian; kawasan dan jalur hijau; daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; taman atap. RTH ideal menurut Undang-Undang No. 1 Pasal 9 Tahun 2007 adalah 20% yang mencakup RTHKP publik dan privat. RTHKP publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten, sedangkan RTHKP privat adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pihak/lembaga swasta, perseorangan, dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/kota (kecuali DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi). Permendagri No.1 Tahun 2007 Pasal 12 Butir 5 dan 6 menyatakan bahwa pemanfaatan RTHKP privat dikelola oleh perseorangan atau lembaga/badan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan pemanfaatan RTHKP diperkaya dengan memasukan berbagai kearifan lokal dalam penataan ruang dan konstruksi bangunan taman yang mencerminkan budaya setempat. Permendagri No. 1 Tahun 2007 Pasal 13 mengatur mengenai pengembangan RTHKP dengan mengisi berbagai macam vegetasi yang disesuaikan dengan ekosistem dan tanaman khas daerah. Vegetasi yang dimaksud juga disesuaikan dengan bentuk dan sifat serta peruntukannya, yaitu a. botanis, merupakan campuran jenis pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak, dan tanaman penutup tanah/permukaan; b. arsitektural, merupakan heterogenitas bentuk tajuk membulat, menyebar, segitiga, bentuk kolom, bentuk tiang, memayung, dan menggeliat, serta mempunyai nilai eksotik dari sudut warna bunga, warna daun, buah, tekstur batang struktur percabangan; c. tanaman
yang
dikembangbiakan
tidak
membahayakan
manusia
dan
memperhatikan estetika. Taman merupakan salah satu jenis RTH yang menjadi daya tarik lingkungan yang memberikan nilai tambah. Taman dalam pengertian terbatas merupakan lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemilik atau penggunanya (Arifin, 2005).
9
2. 3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Douglass
(1982)
mengartikan
rekreasi
sebagai
suatu
kegiatan
menggunakan waktu luang yang menyenangkan dan konstruktif dan memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman mental dan fisik dari sumber daya alam dalam waktu dan ruang yang terluang. Rekreasi dapat dilakukan baik di dalam ruangan maupun di luar ruang terbuka. Rekreasi alam terbuka adalah semua kegiatan rekreasi yang dilakukan tanpa dibatasi suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti air, hutan, pemandangan alam, atau kehidupan di alam bebas. Pada prinsipnya, rekreasi adalah semua kegiatan manusia yang berhubungan dengan kesenangan yang dilakukan untuk mengembalikan kesegaran mental dan beban pikiran sehingga kelanjutannya dapat beraktivitas dengan baik. Menurut Douglass (1982), berdasarkan pengalaman yang ditimbulkannya, aktivitas rekeasi dapat dikategorikan sebagai berikut: a. rekreasi fisik, yang memerlukan pengerahan tenaga atau usaha fisik sebagai pengalaman utama aktivitas; b. rekreasi sosial yang melibatkan interaksi sosial sebagai pengalaman utama; c. rekreasi kognitif, yang meliputi aktivitas budaya, pendidikan, kreatif, atau estetis; d. rekreasi yang berkenaan dengan lingkungan, yang memerlukan pemanfaatan sumber daya alam seperti air, pepohonan, hujan, pemandangan alam, atau kehidupan liar di alam bebas untuk menyediakan suasana khas bagi aktivitasnya. Menurut Gold (1980) rekreasi adalah melakukan berbagai aktivitas pada waktu luang yang bertujuan mencapai kepuasan pribadi dan mendapat pengalaman pribadi. Sumber daya rekreasi adalah tempat tujuan bagi orang yang melakukan aktivitas rekreasi. Ketersediaan sumber daya untuk rekreasi merupakan jumlah dan kualitas dari sumber daya yang tersedia di tempat rekreasi yang dapat digunakan pada waktu tertentu. Rekreasi aktif adalah bentuk pengisian waktu senggang yang didominasi oleh kegiatan fisik dan partsispasi langsung dalam kegiatan tersebut, seperti olah
10
raga dan bentuk-bentuk permainan lain yang banyak memerlukan kegiatan fisik (Depdagri, 2007). Rekreasi pasif adalah bentuk kegiatan waktu senggang yang lebih kepada hal-hal yang besifat tenang dan relaksasi untuk stimulasi mental dan emosional, tidak didominasi kegiatan/pergerakan fisik atau partisipasi langsung pada bentuk permainan atau olah raga (Depdagri, 2007). 2.4. Taman Hortikultura Taman hortikultura merupakan perpaduan dari tanaman sayur yang ditanam di pot, vertikultur, atau lahan. Namun, perpaduan ketiga tempat tersebut tidak bersifat mutlak. Bisa jadi, taman hanya terdiri dari tanaman di pot saja, tanaman di vertikultur saja, atau tanaman di lahan saja. Taman hortikultura dapat didesain di halaman depan, halaman belakang, atau teras (Supriati et al., 2008). Vertikultur adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata, yakni vertical dan culture. Makna vertikultur adalah sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini sangat cocok diterapkan khususnya oleh siapa saja yang memiliki lahan sempit atau terbatas. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang tidak mempunyai halaman sama sekali. Dengan metode vertikultur ini, kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Untuk mendapatkan keindahan, aneka tanaman hias pun dapat ditanam secara bertingkat (Widarto, 1994). Beberapa kelebihan penanaman dengan sistem vertikultur (Widarto, 1994), antara lain, adalah sebagai berikut: 1. memperbanyak jumlah tanaman yang ditanam jika dibandingkan dengan penanaman secara konvensional; 2. menghemat pemakaian pupuk karena media tanam berada pada suatu wadah sehingga pupuk yang diberikan tidak mudah tercuci oleh air hujan; 3. menghemat penggunaan pestisida, khususnya pestisida untuk serangga tanah jika menggunakan media steril; 4. mengurangi pekerjaan pencabutan rumput karena penanaman secara vertikal mengurangi tumbuhnya gulma;
11
5. mencegah kerusakan karena hujan, mengingat bangunan vertikal diberi atap dari plastik atau paranet; 6. menghemat biaya penyiraman karena atap dari plastik atau paranet; 7. meningkatkan efisiensi penggunaan lahan karena vertikultur dapat diterapkan pada lahan yang sempit; 8. menghadirkan nilai estetik atau keindahan, terlebih jika dikombinasikan dengan tanaman hias; 9. memudahkan pemindahan tanaman ke tempat yang lain karena ditanam dalam wadah (pot); 10. mempermudah pelaksanaan pemeliharaan karena tanaman mengelompok pada suatu lokasi. Meskipun banyak memiliki kelebihan, sistem vertikultur tidak lepas dari beberapa kekurangan (Widarto, 1994). Kekurangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. rawan terhadap serangan jamur jika populasi tanamannya tinggi (akibat kelembaban udaranya juga tinggi, terlebih dengan adanya atap dari plastik atau paranet); 2. investasi awalnya cukup tinggi terutama untuk membuat bangunan vertikultur. 3. sistem penyiramannya harus dilakukan secara kontinyu (setiap hari) sekalipun turun hujan karena adanya atap yang melindungi tanaman dari guyuran hujan; 4. tidak adanya tangga atau bangku yang dapat dinaiki, khususnya untuk pemeliharaan dan pemanenan pada tingkat bangunan vertikultur yang tinggi. Pada pola bertanam vertikultur di ruang terbuka perlu diperhatikan jenis tanaman sayuran yang dipilih. Untuk kondisi demikian, jenis sayuran yang dapat ditanam pun sebaiknya yang tahan sengatan matahari langsung seperti sawi, selada, dan seledri. Selain itu, pemilihan sayuran juga didasarkan pada sosok tanaman yang tidak terlalu tinggi dan akarnya juga tidak terlalu panjang mengingat volume vertikultur yang tidak terlalu luas (terbatas) (Supriati et al., 2008). Bahan vertikultur terbuat dari paralon dengan diameter 4 inchi (±10 cm) sehingga terkesan lebih bersih, selain cocok ditempatkan pada lahan terbuka dengan sinar matahari yang cukup. Vertikultur dapat didesain dengan beberapa
12
tingkat, misalnya tiga tingkat. Penempatan jenis tanaman perlu diatur. Pada tingkat yang paling tinggi, perlu dipilih jenis tanaman yang betul-betul tahan dengan sengatan sinar matahari langsung, misalnya sawi. Sementara pada tingkatan di bawahnya, dapat digunakan jenis tanaman yang agak tahan naungan (selada hijau), begitu pula dengan tingkatan yang paling bawah (seledri) (Supriati et al., 2008). Berikut ini jenis-jenis sayuran, karakter, dan kebutuhan lingkungan tempat tumbuhnya (Tabel 1).
Tabel 1. Persyaratan Lingkungan Tanaman Sayur (Widarto, 1994) dan Umur Panen (Supriati et al., 2008) No.
Tanaman
Kisaran PH
Ketinggian Tempat (m)
suhu (0C)
Kelemba ban (%)
Cahaya Matahari
6 - 7,5
dat. rendah-tinggi
20 - 30
tinggi
tinggi
Umur Panen (bulan) 1 - 1,5
1
Bayam
2
Bawang Merah
5 - 6,5
200 - 1000
18 - 25
tinggi
tinggi
-
3
Bawang Daun
6,5 - 7,5
200 - 1000
18 - 25
tinggi
tinggi
2,5
4
Cabai
5-7
dat. rendah-tinggi
20 - 30
tinggi
tinggi
4
5
Paprika
5,5 - 7
700 - 1000
25 - 28
tinggi
tinggi
-
6
Kacang Merah
7
Ketimun
8 9 10
Seledri
5 -6,5
250 - 1000
11
Selada
5 - 6,5
500 - 2000
6 - 7,5
800 - 1000
20 - 30
tinggi
tinggi
3-4
5,5 - 7,5
dat. rendah-tinggi
15 - 30
sedang
tinggi
-
Kubis
6 - 7,5
200 - 1500
15 - 25
tinggi
tinggi
3-4
Sawi
6-7
5 - 1200
20 - 30
tinggi
sedang
2
18 - 25
tinggi
sedang
2-3
15 - 20
sedang
sedang
2
2. 5. Elemen Desain Menurut Van Dyke (1990), elemen desain merupakan faktor penting dalam membuat suatu gambar desain lanskap sehingga perlu pemahaman terhadap penerapan-penerapan elemen tersebut. Elemen-elemen desain tersebut, antara lain, adalah titik, garis, bidang, ruang, nilai, warna, dan tekstur. Simonds (1983) mengemukakan bahwa titik berat desain lebih ditujukan pada penggunaan ruang atau setiap volume yang memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lainnya. Reid (1993) menambahkan bahwa elemen dasar proses perancangan dapat diidentifikasi dengan jelas, yaitu titik, garis, bidang, bentuk, pergerakan, warna, dan tekstur.
13
Dalam hal lanskap dikenal dua jenis elemen, yaitu elemen lanskap mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor seperti bentuk alam (topografi, pegunungan, lembah, sungai) dan kekuatan alam (angin, curah hujan, suhu) relatif sulit diubah oleh manusia. Elemen lanskap minor seperti bukit, anak sungai, dan hutan-hutan kecil dapat dimodifikasikan oleh perencana. Perubahan yang dilakukan secara garis besar dapat dibagi empat, yaitu melestarikan, merusak, mengubah, dan memberi penekanan. Secara umum, elemen lanskap dibagi menjadi soft material dan hard material. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan sehingga semua elemen yang banyak variasinya dapat menjadi satu kesatuan yang harmonis (Simonds, 1983). McDowell dan Clark-McDowell (1998) menyatakan bahwa kunci untuk taman adalah meluangkan dan menjalin relasi dengan alam, sifat kealamian, bukan hanya tanaman. Terdapat tujuh elemen desain yang diajukan sebagai acuan untuk merancang dan mengidentikkan tujuan pembagian ruang. Hal tersebut merupakan perpaduan antara taman dan kealamian. Ketujuh elemen desain tersebut adalah sebagai berikut: 1. gerbang khusus yang mengundang masuk dan menjaga pengunjung untuk merasa nyaman di dalam taman; 2. elemen air untuk efek psikologis, kejiwaan, dan fisik; 3. penggunaan elemen warna dan pencahayaan (baik yang berasal dari tanaman atau sumber cahaya dari buatan manusia) untuk membangkitkan emosi, kenyamanan dan/atau perasaan kagum dari pengguna taman; 4. penggunaan aksen yang alami sebagai focal point seperti penggunaan batu, kayu, pagar alami, screen, teralis/jari-jari, angin, dan suara; 5. integrasi dari unsur seni untuk membangkitkan karakter dari taman tersebut; 6. elemen taman yang mengakomodasi atraksi kehidupan satwa liar dan menjadi habitat bagi keberagaman satwa liar; 7. sarana-sarana bagi pengguna untuk menikmati atraksi-atraksi yang ada di dalam taman. 2. 6. Prinsip Desain Sebuah desain yang baik akan tercipta dari kesesuaian komposisi dan susunan berbagai elemen penyusunnya (Reid, 1993). Reid (1993) menyatakan
14
bahwa prinsip-prinsip desain terdiri dari dominansi (dominance), skala (scale), kontras (contrast), kesatuan (unity), keserasian (harmony), dan karakter ruang (spatial character). Menurut Cooper-Marcus dan Barnes (1999), taman yang baik menerapkan prinsip desain sebagai berikut. 1. Pembagian keragaman ruang Ruang terbagi menjadi ruang publik (ruang untuk berkumpul secara berkelompok) dan ruang privat (ruang untuk menyendiri). Dengan tersedianya pilihan beberapa ruang tercipta kontrol
pengguna terhadap sekelilingnya
sehingga dapat menurunkan tingkat stress. Ruang privat tersedia bagi pengguna yang ingin menjauh dari lingkungan luar dan ruang publik tersedia untuk kelompok kecil (seperti anggota keluarga atau kerabat) yang dapat memberikan dukungan sosial kepada pasien. 2. Pemanfaatan yang maksimal dari material tanaman Taman meminimalkan penggunaan elemen keras (hard material) dan memaksimalkan penggunaan elemen lunak (soft material). Dengan adanya tanaman yang terdapat pada lanskap sekitarnya, pengguna tapak dapat merasakan kemajuan kesehatannya. 3. Dorongan bagi pengunjung untuk beraktivitas dan berinteraksi Taman dapat mengakomodasi aktivitas sebagai bentuk latihan yang berkaitan dengan penurunan tingkat stress. 4. Penyajian sarana petualangan/pengalaman yang positif Pengalihan yang alami seperti tanaman, bunga, dan atraksi permainan air dapat menurunkan tingkat stress. Kegiatan lainnya seperti bekerja dengan tanaman dan berkebun juga dapat menyajikan petualangan yang positif di taman. 5. Peminimalan segala bentuk gangguan Faktor-faktor negatif seperti kebisingan kota, asap, dan cahaya buatan diminimalkan di taman. Pencahayaan dan bunyi yang alami merupakan tambahan efek positif di taman. 6. Peminimalan kerancuan (ambiguitas) Lingkungan yang abstrak (ruang-ruang yang misterius dan rumit) dapat menarik dan menantang bagi orang yang sehat, tetapi tidak bagi orang sakit. Sejumlah
15
penelitian menunjukkan bahwa keabstrakan sebuah desain tidak dapat diterima oleh orang sakit. Fitur-fitur dan elemen-elemen taman yang dapat diidentifikasikan haruslah terdapat pada desain taman. Seni yang abstrak pada fasilitas dan taman seringkali tidak tepat. 2. 7. Perencanaan Lanskap Menurut Gold (1980), proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis untuk menentukan keadaan awal dan keadaan yang diharapkan serta cara yang terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut. Proses perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang dinamis dan mengikat. Proses ini pada awalnya dimulai dengan memperhatikan nilai dan tingkah laku atau mengutamakan kepentingan umum dan mengakomodasikannya melalui jalan musyawarah serta lebih mengutamakan masukan. Pada seluruh tahap proses perencanaan tetap diharapkan adanya perubahan dan kompromi penyesuaian terhadap kesukaran yang tidak dapat dikendalikan, yang akhirnya semua akan digunakan sebagai dasar untuk menunjang tujuan semula. Kesemuanya ini merupakan sesuatu yang sangat penting jika dibandingkan dengan bentuk hasil dari perencanaan itu sendiri. Perencanaan/perancangan
memerlukan
suatu
pendekatan
terhadap
kebutuhan tertentu dari suatu kelompok sosial atau lahan. Pendekatan perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) adalah sebagai berikut. 1. Pendekatan Sumber Daya Tipe dan jumlah rekreasi ditentukan oleh sumber daya fisik atau sumber daya alami. Tujuan utamanya adalah kelestarian alam, sedangkan kebutuhan pemakai dan pendanaan tidak terlalu dipertimbangkan. Pendekatan sumber daya sangat efektif digunakan pada perencanaan sumber daya kawasan pinggiran kota (kawasan sumber-sumber air, kawasan konservasi alam, dan taman nasional). 2. Pendekatan Aktivitas Aktivitas yang telah ada pada tapak menentukan jenis, dan jumlah aktivitas yang akan dikembangkan kemudian. Dalam hal ini, faktor sosial lebih diutamakan daripada faktor alam.
16
3. Pendekatan Ekonomi Fokus perencanaan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Penawaran dan permintaan dimanipulasi oleh harga, aktivitas, dan nilai tukar fasilitas yang akan dikembangkan. 4. Pendekatan Perilaku Perilaku manusia dan waktu luangnya menentukan pemilihan tempat, waktu, dan pengalaman aktivitas rekreasinya serta dampak aktivitas itu terhadap seseorang. Perencanaan ditentukan oleh permintaan. 5. Kombinasi Pendekatan Dalam hal ini, perencanaan menggabungkan aspek-aspek positif dari masingmasing pendekatan untuk mengakomodasi semua kebutuhan. Menurut Simonds (1983), proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap terdiri dari pemberian tugas, pengumpulan data, analisis, sintesis, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Proses perencanaan dimulai dengan pengumpulan data dasar yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah sekitarnya. Data ini meliputi rencana induk, peraturan penzonaan, peta dasar dan udara, survei, data topografi, informasi geologi, hidrologi, tipe tanah, vegetasi, dan ruang terbuka yang ada. Informasi tersebut kemudian diperiksa dan dianalisis. Selanjutnya, ditentukan apakah tapak tersebut sesuai dengan kegunaan yang direncanakan. 2. 8. Perancangan Lanskap Van Dyke (1990) mengemukakan bahwa desain atau perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah dengan beberapa tahapan dan mengacu pada ide-ide desain yang direncanakan. Desain yang baik harus dapat memecahkan masalah dengan konsep yang baik dan merupakan hasil dari proses yang saling berhubungan dari tahapan desain. Selain itu, desain juga berfungsi untuk mengambil keputusan yang berorientasi pada kepentingan masa yang akan datang, menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat dinamis, kontinyu, dan fleksibel. Desain lanskap adalah sebuah perluasan dari perencanaan tapak (Laurie, 1986). Selanjutnya, desain lanskap adalah proses yang melaluinya kualitas spesifik diberikan kepada ruang diagramatik rencana tapak dan merupakan level
17
lain yang dengannya arsitektur lanskap didiskusikan atau dikritik. Laurie (1986) menyatakan bahwa perancangan berkenaan dengan seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuhan, dan kombinasi-kombinasinya sebagai pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu di dalam rencana tapak dengan menggunakan dasar-dasar teknik mengenai lahan, rincian materi (detil), dan penghubung-penghubung visual. Booth (1983) juga menyatakan bahwa elemenelemen yang didesain harus dikoordinasikan untuk memunculkan aspek-aspek positif dari masing-masing elemen, sementara secara serempak mengurangi kualitas-kualitas lemahnya. Setiap elemen yang didesain mempengaruhi elemen lainnya. Menurut Simonds (1983), perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya.
Kesemuanya
ini
dapat
dengan
baik
mengekspresikan
dan
mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi, sedangkan pemikiran secara tiga dimensi membawa
manusia
ke
dalam
dunia
perancangan.
Suatu
perbedaan
pengorganisasian ruang dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap psikologi manusia. Dampak tersebut dapat berupa timbulnya rasa takut, keriangan, gerak dinamis, ketegangan, keheningan, dan lain-lain. Laurie (1986) menyatakan bahwa faktor yang menentukan bentuk perancangan, antara lain, adalah raut wajah tapak itu sendiri, sirkulasi, topografi, arsitektur, bahan dan pemeliharaannya, serta fungsi dan kegunaan yang diinginkan dari tapak. Sumber bentuk yang paling mendasar pada perancangan lanskap adalah tapak itu sendiri yang dinyatakan dalam garis-garis pembatas dan topografi. Sumber yang kedua adalah berdasarkan perluasan fungsi atau kegunaan yang diinginkan. Ruang yang dihasilkan dapat dipertegas secara menyeluruh oleh bahan-bahan alamiah, bentuk lahan dan tumbuhan, ataupun oleh bahan-bahan buatan manusia. Vegetasi dan bentuk lahan sama efektifnya dengan dinding dan bangunan dalam hal mempertegas ruang. Meskipun demikian, perancangan lanskap umumnya mengakomodasikan penggunaan bahan-bahan alamiah dengan struktur-struktur buatan manusia.
III. METODOLOGI 3. 1. Waktu dan Tempat Kegiatan studi ini dilaksanakan di Kompleks Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) Cibinong dengan alamat Jalan SKB No. 5, Desa Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Studi ini dimulai sejak bulan Maret 2009 sampai dengan Maret 2010. Peta lokasi kegiatan studi disajikan dalam Gambar 2, 3, 4, dan 5.
Gambar 2. Foto Udara BBRVBD (Tanpa Skala) (Sumber: www.wikimapia.com)
19
Gambar 3. Peta Indonesia
Gambar 4. Peta Jawa Barat
Gambar 5. Denah Menuju BBRVBD Cibinong 3. 2. Bahan dan Alat Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur panjang (rollmeter), kompas, kamera digital 7,2 Mega Pixel (Kodak M 763), theodolit (SOKKIA TM 20 E), dan alat-alat penunjang survei lainnya. Setelah data didapatkan, data tersebut diolah dengan menggunakan alat gambar dan perangkat komputer grafis. 3. 3. Batasan Penelitian Studi ini dibatasi sampai tahap rancangan RTH Kompleks BBRVBD Cibinong sebagai bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi penyandang cacat
20
ringan dan cacat sedang yang meliputi konsep (ruang, fasilitas, sirkulasi, dan tata hijau), rencana tapak, dan gambar detil (ruang, fasilitas, sirkulasi, dan tata hijau). 3. 4. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti proses perencanaan dan perancangan yang dikemukakan Gold (1980) (Gambar 6) dengan pendekatan sumber daya dan aktivitas (Gambar 7) karena proses ini mengacu pada pemanfaatan ruang terbuka bagi pengguna tapak. Dalam pendekatan sumber daya, faktor alam dan faktor sosial saling mempengaruhi dalam proses perancangan RTH sebagai bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi penyandang cacat ringan dan cacat sedang. Tapak
Inventarisasi
Analsis
Karakteristik Tapak
Pengembangan
- Kondisi Awal - Elevasi - Hidrologi - Tanah - Vegetasi - Visual
- Kesempatan - Pembatasan - Area Potensial - Hidrologi - Pengembangan - Kesesuaian Lahan
Potensi
Sintesis
Master Plan
Desain Arsitektural dan Tapak
Pengembangan Alternatif
Konsep
Gambar 6. Bagan Perencanaan Menurut Gold (1980) 3.4.1. Persiapan (Prasurvei) Tahap persiapan mencakup kegiatan studi pustaka, penetapan tujuan perencanaan, penyusunan rencana kerja, dan pengumpulan informasi tentang program dari instansi yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan kawasan. 3.4.2. Survei Lapang (Inventarisasi dan Pengecekan Lapang) Tahap inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data awal yang berupa data primer dan data sekunder serta penghayatan tapak. Data yang diambil meliputi data kondisi umum, biofisik, dan sosial. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara dengan nara sumber (kuisioner disajikan dalam Lampiran 1 dan respondennya dalam Lampiran 2), sedangkan data sekunder
21
diperoleh dari studi pustaka, yaitu buku acuan dan pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup penelitian. Survei lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan tapak yang sebenarnya, sebagai data utama penentuan potensi dan kendala pada tahap analisis. Responden dimintai keterangan untuk memperoleh data penunjang yang relevan. Selain itu, wawancara juga dilakukan untuk mengetahui peraturan/persyaratan dan informasi dari instansi/pihak terkait. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data fasilitas standar yang diperlukan dan peraturan-peraturan yang mengikat penelitian/pengukuran yang telah dilakukan oleh pihak lain sebelumnya. Tabel 2 menyajikan rekapitulasi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Tabel 2. Aspek, Jenis, dan Sumber Data yang Diperlukan Aspek
Kondisi Umum
Biofisik
No.
Jenis Data
Sumber Data
Cara Pengambilan Data
Cara Analisis Data
1
Sejarah dan kedudukan
BBRVBD
Studi pustaka
Kualitatif deskriptif
2
Lokasi, batas, dan akses
BBRVBD
Survei dan pustaka
Kuantitatif dan kualitatif
3
Kondisi kepegawaian
BBRVBD
Survei dan pustaka
Kualitatif deskriptif
4
Fasilitas fisik
BBRVBD
Survei dan pustaka
Kualitatif deskriptif
5
Fasilitas pelatihan
BBRVBD
Survei dan pustaka
Kualitatif deskriptif
1
Iklim
Stasiun Klimatologi
Studi pustaka
Kuantitatif dan kualitatif
2
Jenis tanah
Puslitan
Studi pustaka
Kualitatif deskriptif
3
Topografi
Lapang
Survei dan pustaka
Kuantitatif dan kualitatif
4
Hidrologi dan drainase
Lapang
Survei dan pustaka
Kualitatif deskriptif
5
Vegetasi
Lapang
Survei dan pustaka
Kualitatif deskriptif
6
Satwa
Lapang
Survei dan pustaka
Kuantitatif dan kualitatif
7
Kualitas lanskap
Lapang
Survei lapang
Kualitatif deskriptif
8
Struktur bangunan
Lapang
Survei lapang
Kualitatif deskriptif
9
Utilitas
Lapang
Survei lapang
Kualitatif deskriptif
1
Karakteristik pengguna
Lapang
Kuisioner/wawancara
Kuantitatif dan kualitatif
2
Persepsi dan harapan
Lapang
Kuisioner/wawancara
Kuantitatif dan kualitatif
Sosial
3.4.3. Analisis Analisis dilakukan atas data yang telah terkumpul dari hasil survei lapang, yaitu (1) kondisi umum, (2) biofisik tapak atau sumber daya dari aspek-aspek penting yang berperan sehingga dapat diketahui potensi dan kendalanya, (3) aspek sosial, dan (4) berbagai kebijakan dan peraturan pemanfaatan RTH.
22
3.4.4. Sintesis Dari hasil analisis aspek kondisi umum, sumber daya, sosial, dan kebijakan RTH yang ada dapat diketahui alternatif konsep perencanaan serta perancangan RTH Kompleks BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor, sebagai bentuk pemanfaatan RTH bagi para penghuni yang menyandang cacat ringan dan cacat sedang. 3.4.5. Konsep Konsep adalah alternatif terbaik yang mampu mengoptimalkan potensi tapak, memecahkan masalah, serta menyesuaikan dengan tujuan yang diinginkan dengan berdasarkan enam kriteria, yaitu kesesuaian lahan, kesesuaian ruang, kesatuan ruang, kenyamanan, sirkulasi, dan pola tata letak. Perumusan jenis ruang yang digunakan diambil dari kebutuhan ruang berdasarkan hasil analisis yang disesuaikan dengan kondisi tapak. Setiap ruang yang ada mempunyai hubungan saling terkait satu dengan yang lainnya sehingga keberadaan ruang-ruang dalam tapak dapat saling mendukung secara fungsi dan tetap menjaga estetika tapak. 3.4.6. Perencanaan dan Perancangan Tahap perencanaan dan perancangan merupakan tahap pengembangan dari konsep. Secara umum perencanaan tapak tertuang dalam bentuk rencana tapak atau gambar site plan. Setelah itu, dilakukan penggambaran detil pada bagianbagian tertentu. Gambar detil yang dibuat adalah gambar potongan, detil konstruksi fasilitas dan utilitas, gambar ilustrasi fasilitas dan utilitas serta detil penanaman, dan perspektif tiga dimensi (3D). Beragam jenis perangkat lunak yang digunakan dalam perancangan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaanya Nama Perangkat Lunak AutoCAD Land Development 2000i AutoCAD 2006 Google Earth Google Sketchup 6 Pro Adobe Photoshop CS2 Corel Draw X4 Microsoft Office 2007
Kegunaan Menggambar peta dasar Menggambar CAD Mencari foto udara Menggambar bentuk 3D dan animasi Mengedit gambar/foto Mengatur tata letak Mendokumentasikan file
23
Gambar 7. Tahapan Studi
IV. INVENTARISASI 4.1. Kondisi Umum 4.1.1. Sejarah dan Kedudukan Pusat Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (PRVBD) Cibinong didirikan tahun 1997 yang selanjutnya berdasarkan KEPMENSOS RI No.54/HUK/2003 tanggal 23 Juli 2003 menjadi Balai Besar Vokasional Bina Daksa (BBRVBD). BBRVBD merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui bantuan hibah sebesar 1,65 milyar yen. Misi dari didirikannya BBRVBD ini adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem rehabilitasi vokasional bagi penyandang cacat tubuh di Indonesia, dengan mendorong mereka agar dapat bermasyarakat dan dapat berdiri sendiri dengan cara memperoleh pekerjaan. Untuk mencapai keberhasilan itu, pelatihan vokasional dibentuk untuk membantu meningkatkan kemampuan para penyandang cacat sehingga memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. 4.1.2. Lokasi, Batas Tapak, dan Aksesibilitas BBRVBD terletak di Jalan SKB No. 5, Desa Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. BBRVBD merupakan Unit Pelayanan Teknis Eselon IIa di bawah Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Departemen Sosial Republik Indonesia. Secara geografis BBRVBD Cibinong berada pada posisi 106° 48' 59" Bujur Timur dan 6° 31' 6" Lintang Selatan. Area tapak meliputi lahan seluas 35.419 m2 dengan luas bangunan 12.695 m2. Gambar 8 dan 9 menyajikan kondisi awal dan pelaksanaan pembangunan Kompleks BBRVBD Cibinong. BBRVBD Cibinong di sebelah utara, timur, selatan, dan barat berturut-turut dibatasi oleh jalan menuju permukiman warga, Jalan Raya SKB, Gedung Rehabilitasi Mental Jawa Barat, dan permukiman warga. Terdapat
empat
akses
utama
menuju
BBRVBD
Cibinong
jika
menggunakan Jalan Raya Jakarta – Bogor, yakni melalui Jalan Kedung Halang, Jalan Pomad, Jalan Roda Pembangunan, dan Jalan Raya Pemda Kabupaten Bogor. Akses khusus dari Kota Depok menggunakan Jalan Karadenan. Akses jalan
25
menuju BBRVBD Cibinong adalah jalan beraspal dua arah dengan kondisi yang cukup baik.
Gambar 8. Kondisi Awal Tapak BBRVBD Cibinong (1997)
Gambar 9. Pelaksanaan Pembangunan BBRVBD Cibinong (1997) 4.1.3. Kondisi Kepegawaian BBRVBD Cibinong sampai dengan tahun 2009, memiliki pegawai sebanyak 115 orang yang rinciannya disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Tabel Pegawai BBRVBD Cibinong Kelompok Pegawai Organik
Pegawai Non Organik
Jabatan
Jumlah (Orang)
Pejabat Struktural Eselon II A Eselon III A Eselon IV A Pejabat Fungsional Fungsional Pekerja Sosial Fungsional Perencana Fungsional Arsiparis Staf Nonorganik Murni Calon Pegawai
17 1 4 12 30 27 1 2
TOTAL
56 7 5 115
26
4.1.4. Fasilitas Fisik Fasilitas fisik yang tersedia di BBRVBD Cibinong adalah sebagai berikut: 1.
bangunan administrasi;
2.
bangunan penelitian dan pengembangan (Litbang);
3.
bangunan bidang pelatihan;
4.
bangunan proses pelatihan vokasional;
5.
bangunan Seksi Persiapan Pelatihan Vokasional;
6.
bangunan Seksi Resosialisasi dan Bimbingan Lanjut;
7.
perpustakaan (tersedia lebih dari 10.000 buku untuk siswa dan pegawai);
8.
aula (ruang serba guna) dengan kapasitas maksimum 600 orang dengan perlengkapan audio visual dan AC (air conditioner);
9.
asrama siswa sebanyak 27 ruang (kamar) yang terdiri dari 9 ruang asrama putri dan 18 ruang asrama putra, dengan kapasitas 100 orang dan rata-rata satu kamar diisi oleh 4 (empat ) orang;
10. asrama pelatihan staf sebanyak 9 kamar (36 orang); 11. ruang makan dan dapur dengan kapasitas 140 orang siswa dan petugas; 12. ruang audio dengan kapasitas 60 orang dengan perlengkapan audio visual dan AC; 13. ruang rapat (conference room); 14. pos jaga satpam (2 buah); 15. fasilitas kesehatan; 16. perlengkapan musik (band dan degung/musik tradisional Jawa Barat); 17. fasilitas olahraga; 18. taman (ruang terbuka hijau); 19. bus, tersedia 2 bus yang dapat digunakan oleh penyandang cacat.
4.1.5. Fasilitas Pelatihan Vokasional Terdapat lima jenis pelatihan keterampilan, yaitu komputer, penjahitan, percetakan (desain grafis), elektronika, dan pekerjaan logam, dengan waktu pelatihan selama delapan bulan dan dua bulan magang (±1.200 jam latihan). Kapasitas masing-masing jurusan keterampilan adalah 20 orang siswa per angkatan.
27
4.1.5.1. Komputer Fasilitas yang disediakan terdiri dari ruang teori dan praktik, dengan bahan dan peralatan keterampilan berupa personal komputer, komputer sentral, LAN sistem, image scanner, software, colour printer, printer HP laser jet GP, printer HP laser jet GL, dan LCD Panasonic.
Gambar 10. Bidang Keterampilam Komputer 4.1.5.2. Penjahitan Fasilitas yang disediakan terdiri dari ruang teori dan praktik, dengan bahan dan peralatan keterampilan yang berupa, antara lain, mesin jahit manual, mesin jahit otomatis/juki, mesin obras, mesin bartack, mesin pemasang kancing, mesin pelubang kancing jaket, mesin potong, mesin pemasang elastis, mesin press kerah, finishing processor, dan strika.
Gambar 11. Bidang Keterampilan Penjahitan 4.1.5.3 Percetakan (Desain Grafis) Pelatihan yang diberikan meliputi pre-press, on-press, dan post-press. Fasilitas yang disediakan terdiri dari ruang teori dan praktik, dengan bahan dan peralatan keterampilan meliputi, antara lain, personal komputer, image scanner, laser printer, full colour dot printer, process camera, film processor, mesin
28
pembuat plate, mesin cetak offset, mesin jahit kawat, mesin potong kertas, dan mesin pengeleman.
Gambar 12. Bidang Keterampilan Desain Grafis/Percetakan 4.1.5.4. Elektronika Pelatihan keterampilan yang diberikan meliputi arus lemah dan arus kuat. Fasilitas yang disediakan terdiri dari ruang teori dan praktik. Bahan dan peralatan keterampilan yang disediakan mencakupi, antara lain, logical circuit practice trainer, OP amplifier circuit trainer, coloured television experimental system, colour TV trainer, refrigerator trainer, CPM 2 A, Programming Cousole Pro 01, CX Program Tink Pad 3.0 Switch Board/PLC, mechatronic sequence kit, Mechatronic Sequence Kit (Program), dan relay kit.
Gambar 13. Bidang Keterampilan Elektronika 4.1.5.5. Pekerjaan Logam Keterampilan ini terdiri dari tiga bidang teknik, yaitu pekerjaan mesin, pekerjaan las, dan pekerjaan mesin diesel dan bensin. Fasilitas yang disediakan terdiri dari ruang teori dan praktik. Bahan dan peralatan keterampilan yang tersedia adalah lathe machine, milling machine, surface grinding, cylindrical
29
g grinding, auuto-CAD, NC C lathe, meaasuring/penggukuran, arcc welding, gas g welding ( (acytilin, CO O, argon), gaasoline enginne, diesel en ngine, dan tuune up tester.
Gambar 14. Bidang K Keterampilaan Pekerjaan Logam 4 Aspek Biofisik 4.2. B 4 4.2.1. Iklim Dataa iklim diperroleh dari Stasiun Klimaatologi Barannangsiang FMIPA-IPB B Bogor sebaggai stasiun klimatologi yang terdeekat dengan Kompleks BBRVBD C Cibinong daan merepreseentasikan koondisi iklim Kompleks K B BBRVBD. B Berdasarkan d data iklim yang y diperooleh tahun 22004 – 20008, dapat diiketahui seccara umum k kondisi iklim m kawasan Kompleks K B BBRVBD Ciibinong melliputi curah hujan, hari h hujan, suhu udara, kelem mbaban udarra, dan keceppatan angin. 44.2.1.1. Currah Hujan Kotaa Bogor dalam periode lima tahunn antara 20004 dan 20088 memiliki c curah hujan rata-rata 4196,6 mm/tahhun. Berdassarkan Gambbar 15, dapaat diketahui b bahwa curahh hujan tertinnggi terjadi pada p tahun 2005, 2 yaitu 55190,1 mm, sedangkan c curah hujann terendah terjadi padda tahun 20006, yaitu 3707,0 mm m. Hal ini m menunjukka an bahwa Koota Bogor memiliki m inteensitas dan hari hujan yang y tinggi
Curah Hujan (mm)
s setiap tahunn nya. 6000,0 5000,0 4000,0 3000,0 2000,0 1000,0 0,0
51990,1 38 830,9
2 2004
37077,0
20005
20006
4203,0
4052,0
20077
2008
Tah hun
Gambar 15. Grafik Jumlah Currah Hujan peer Tahun (Taahun 2004 – 2008)
30
Gam mbar 16 mennunjukkan baahwa Komp pleks BBRV VBD memilikki rata-rata c curah hujan bulanan sebbesar 349,7 mm m dengan kisaran 1366,5 – 467,5 mm. m Curah h hujan tertingggi (467,5 mm) m terjadi ppada bulan Februari F dann curah hujaan terendah ( (136,5 mm)) terjadi padda bulan Aggustus. Jumllah curah hujan h rata-raata tahunan
Curah Hujan (mm)
K Bogor sebesar 4196,6 mm. Kota 600,0 400,0 200,0
4 450,7 467,5 427,9 446,,0
453,7 4117,5 313,1 330,2
0,0
273,33
329,7
150,4 136,5
D Jan Feb Mar Appr Mei Jun Jul Agu Sepp Okt Nov Des Bulaan
Gambar 16. Grafik Rata-Rata R Cuurah Hujan per p Bulan (T Tahun 2004 – 2008) Bogoor memiliki rata-rata harri hujan yangg cukup tingggi (Gambarr 17), yakni 2 hari hu 205 ujan dalam satu s tahun ((365 hari). Hal ini menngindikasikaan peluang
Jumlah Hari Hujan
h hujan yang sangat s besar setiap tahunnnya. 240 220 225
200 180
208
201
1977
192
160 2 Tahun 22005 Tahun 2006 Tahun 20007 Tahun 20008 Tahun 2004
Gambar G 17. Grafik G Jumlaah Hari Hujaan (Tahun 20004 – 2008) 4 4.2.1.2. Suh hu Suhuu rata-rata dii Kota Bogoor adalah 26,9 OC, dengaan kisaran suhu 26,0 – O 2 27,5 C. Suuhu tertinggii (27,5 OC) terjadi t pada bulan Oktoober dan suhhu terendah
Suhu Udara (0C)
O ( (26,0 C) teerjadi pada bulan b Februaari (Gambar 18).
28,0 27,0 26,0 25,0
26,8
26,4
27,2
27,3
26,9
2 26,9
27,3 26,8
27,5 27,1 26 6,2
2 26,0
F Mar Aprr Mei Jun Jul J Agu Sep Okt Nov Des D Jan Feb Bulan
Gambarr 18. Grafik Rata-Rata R Suuhu Udara per p Bulan (Taahun 2004 – 2008)
31
44.2.1.3. Keleembaban Keleembaban rataa-rata di Kotta Bogor sebbesar 85,4% dengan kisaaran 70,3 – 8 85,4%. Keelembaban tertinggi (885,4%) terjjadi pada bulan Febbruari dan
Kelembaban (%)
terendah (70,3%) terjaddi pada bulan k kelembaban n April (Gam mbar 19). 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0
79,6 85,4 81,5
83 3,3 74,2 71,3 75,7 78,2 7 70,3 76,7 76,8 72,6
Jan Feb Mar Appr Mei Jun Jul J Agu Sep Okt Nov Des Bulaan
R Keelembaban per p Bulan (T Tahun 2004 – 2008) Gambar 19. Grafik Rata-Rata 4 4.2.1.4. Keccepatan Anggin Berd dasarkan Gam mbar 20 dappat diketahuui bahwa keccepatan angiin rata-rata d Kota Boggor sebesar 2 km/jam ddengan kiasaaran 1,5 – 2,7 di 2 km/jam. Kecepatan a angin tertinggi (2,7 km m/jam) terjaddi pada bullan Oktoberr dan kecepatan angin t terendah (1,5 km/jam) terjadi padda bulan Feebruari. Sallah satu sattuan untuk
Kecepatan Angin (Km/Jam)
m mengukur keecepatan anggin adalah kknot (1 knot = 1,15 mil/jaam = 1,85 km m/jam). 3,0 2,0 1,0
2,1
2,0 0 1,5
1,8
1,8
1,9
2,1
2,2
22,5
2,7 2,2 1,8
0,0 Apr Mei Junn Jul Agu Sep Okt Nov Des Jann Feb Mar A Bu ulan
Gambar 20 0. Grafik Ratta-Rata Keceepatan Angin n per Bulan (Tahun 2004 – 2008) 4 4.2.2. Jenis Tanah VBD termassuk ke dalaam jenis tannah latosol Tanaah di Komppleks BBRV c coklat kemeerahan (Lam mpiran 3), yaitu y merupaakan jenis tanah yang mengalami m p perubahan profil, p bersifa fat gembur, ddan agak maasam dengann pH (4,5 – 6,6). Jenis t tanah ini meempunyai siifat fisik yanng baik, perrmeabilitas yang y tinggi dan aliran d drainase yan ng dalam, mu udah meresaapkan air, daan kurang teerjadi aliran permukaan p p pada musin hujan sehin ngga menghhambat terjaadinya erosii tanah. Tan nah latosol m mempunyai daya resap air yang tinnggi sehinggga pada konndisi yang basah b tanah
32
akan lengket, sedangkan pada kondisi kering akan berbongkah-bongkah (Soepardi, 1983). 4.2.3. Topografi Peta topografi (Lampiran 4) diperoleh dari pengukuran dan pemetaan di lapang secara langsung. Peta topografi digunakan untuk mengidentifikasi bentuk relief pada permukaan bumi pada suatu tapak. Peta topografi yang berasal dari data pengukuran langsung diolah pada program AutoCAD LandDevelopment 2000i. Garis-garis yang lebih rapat menggambarkan nilai kemiringan lahan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan garis-garis kontur yang lebih renggang. Kerapatan garis kontur yang berbeda menjadikan bentukan lahan (land form) yang bervariasi. Variasi bentukan lahan tersebut membentuk karakter bergelombang pada tapak Kompleks BBRVBD Cibinong (Gambar 21).
bergelombang
datar
Gambar 21. Kondisi Topografi di RTH Kompleks BBRVBD 4.2.4. Hidrologi dan Drainase Sumber air bersih utama yang ada di tapak berasal dari air tanah yang diambil dari sumur gali dengan menggunakan pompa air yang kemudian didistribusikan ke berbagai bagian yang membutuhkan air. Pola drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH BBRVBD mengikuti bentukan topografi pada tapak (Lampiran 5). Selain itu, juga terdapat saluran drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase tertutup (Gambar 22). Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan sekeliling bangunan.
33
tertutup
terbuka
Gambar 22. Saluran Drainase 4.2.5. Vegetasi Pada tapak terdapat tiga klasifikasi tata hijau, yakni tata hijau yang terdapat pada ruang terbuka hijau, jalur koridor pada gedung, dan taman pada tepi jalan atau gedung (Gambar 23). Vegetasi yang terdapat pada Kompleks BBRVBD terdiri dari pohon, semak, dan vegetasi penutup tanah. Jenis-jenis pohon pada lokasi studi terdiri dari pohon besar dan pohon sedang. Pohon besar dan pohon sedang tersebut terdapat di ruang terbuka hijau. Pohon besar dan pohon sedang tersebut memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, perakaran yang kuat, dan daun yang rimbun. Jenis tanaman (pohon, semak, dan vegetasi penutup tanah) yang terdapat pada tapak sangat beraneka ragam dan memiliki dominansi yang cukup baik sehingga menciptakan suasana yang khas. Data vegetasi diperoleh dari pengecekan langsung di lapang dan studi pustaka. Tabel 5 menyajikan daftar nama tanaman pada Kompleks BBRVBD.
34
ruang terbuka hijau (bagian barat tapak)
ruang terbuka hijau (di antara gedung)
taman tepian jalan/gedung
vegetasi koridor (planter box)
Gambar 23. Kondisi Ruang Terbuka dan Vegetasi
Tabel 5. Daftar Nama Tanaman di Kompleks BBRVBD No.
Nama Latin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2
Aglaonema sp. Althernantera sp. Arachis pintoi Axonopus compressuss Begonia sp. Caladium sp. Calathea picturata Carex morrowii Chlorophytum sp. Coleus sp. Cuphea hyssopifolia Ophiopogon sp. Palisota barteri Pilea sp. Portulaca sp. Rhoe discolor Sanseiniera sp. Selaginella sp. Serissa foetida Zephyrantes sp. Furecraea gigantea Schefflera sp.
Nama Lokal Penutup Tanah Sri rejeki Krokot Kacang-kacangan Rumput paetan Begonia Keladi hias Maranta Kucai Lili paris Bayam-bayaman Taiwan beauty Opiopogon Palisota Daun mutiara Sutra bombay Adam hawa Lidah mertua Cakar ayam Serissa Bawang brojol Semak Rendah Giant false agave Walisongo
Lokasi Tanaman Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung Koridor, tepi jalan/gedung
35
Tabel 5. Daftar Nama Tanaman di Kompleks BBRVBD (lanjutan) 1 2 3 1 2 3 1 2 1 2 3 1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2 3 4 5
Semak Sedang Teh-tehan Bambu jepang Batavia/jatropa Semak Tinggi Arundinaria pumila Bambu jepang Brunfelsia calycina Melati kosta Codiaeum sp. Puring Perdu Rendah Cadiaeum sp Puring Heliconia sp. Pisang hias Perdu Tinggi Cordyline sp. Hanjuang Dracaena sp. Drasena Pachytahys lutea Lolipop Pohon Rendah Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu Caesalpinia pulcherima Bunga merak Mimusoph elengi Tanjung Plumeria sp. Kamboja Ptychosperma macarthurri Palem hijau Mascarena lagenicaulis Palem botol Pohon Sedang Manilkara kauki Sawo kecik Erythrina cristagali Dadap merah Samanea saman Ki hujan Pohon Tinggi Acacia auriculiformis Akasia Alstonia scholaris Hanjalutung Cinnamomum burmanii Kayu manis Polyathia longifolia Glodogan tiang Roystonea regia Palem raja Acalypha macrophylla Arundinaria pumila Jatropha pandufolia
RTH, tepi jalan/gedung RTH, tepi jalan/gedung RTH, tepi jalan/gedung RTH, tepi jalan/gedung RTH, tepi jalan/gedung RTH, tepi jalan/gedung RTH, tepi jalan/gedung RTH, tepi jalan/gedung RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH RTH
4.2.6. Satwa Satwa merupakan salah satu aspek biofisik yang membentuk karakter suatu tapak. Selain itu, keragaman jenis satwa juga mengindikasikan stabilitas ekosistem di suatu tapak. Terdapat dua jenis satwa yang terdapat di Kompleks BBRVBD, yaitu satwa asli pembentuk ekosistem dan satwa peliharaan (satwa hasil dari penangkaran). Data satwa diperoleh dari pengecekan langsung di lapang dan studi pustaka. Spesies satwa yang terdapat pada Kompleks BBRVBD, antara lain, adalah rusa tutul (Axis axis), kucing (Felis cattus), burung gereja (Passer domesticus), burung puyuh (Cortunix japonica), ayam (Gallus gallus domesticus), kadal hijau (Lacerta viridis), kupu-kupu (Papilio polymnestor), lebah (Apis mellifera), bunglon (Calotus jubatus), capung (Anax imperator), katak (Bufo melanostictus), ulat daun (Macrothylacia rubi), dan semut (Solenopsis spp.).
36
kucing (Felis cattus)
rusa tutul (Axis axis)
Gambar 24. Satwa yang Ada di Tapak 4.2.7. Kualitas Lanskap Aspek pembentuk kualitas lanskap di BBRVBD adalah berupa pemandangan (view), akustik (sound), dan aroma. Pemandangan (view) pada tapak meliputi kawasan ruang terbuka hijau pada bagian barat Kompleks BBRVBD yang merupakan berupa hamparan padang rumput dan kombinasi pepohonan dengan atraksi satwa liar (rusa) serta daerah pembuangan sampah organik dan anorganik (Gambar 25). Akustik (sound) pada tapak meliputi suasana sunyi pada bagian ruang terbuka hijau di bagian barat dan bagian selatan Kompleks BBRVBD, suasana suara bising pada batas tapak bagian timur yang berbatasan langsung dengan Jalan SKB, dan pada daerah dekat utilitas pembangkit energi dan mesin pompa air. Aroma yang ada pada tapak meliputi bau sampah dan bau dari kotoran rusa yang dipelihara di bagian barat Kompleks BBRVBD.
Gambar 25. Pemandangan (view) Lanskap Kompleks BBRVBD
37
4.2.8. Struktur Bangunan Bangunan Kompleks BBRVBD merupakan kawasan yang dapat mengakomodasi pengguna (siswa). Hal ini dapat terlihat dari berbagai standar sarana fasilitas dan utilitas pada gedung (struktur bangunan) dan ruang terbuka yang khas untuk siswa dengan keterbatasan kemampuan fisik (Gambar 26).
planter box dan handrails
ramp dan ruang terbuka hijau
Gambar 26. Struktur Bangunan BBRVBD 4.2.9. Utilitas Sistem utilitas terdiri dari jaringan listrik, telepon, pemadam kebakaran (hydrant) (Lampiran 6), serta saluran air bersih dan air kotor. Beberapa komponen utilitas tersebut telah dibuat sejak awal pembangunan kompleks BBRVD. Kabel jaringan listrik dan telepon diletakkan di bawah tanah. Sistem utilitas diarahkan agar memanfaatkan jaringan yang ada di tapak, mudah dipelihara, tidak mengganggu jaringan utilitas lainnya, tidak mengurangi potensi keindahan yang ada, dan aman bagi manusia dan kepentingan lainnya (Gambar 27).
handrails dan emergecy bell
lampu taman
Gambar 27. Utilitas Pada Kompleks BBRVBD Keseluruhan data inventarisasi (aspek biofisik) dan situasi tapak disajikan dalam peta berskala pada Lampiran 7 dan 8.
38
4.3. Aspek Sosial 4.3.1. Karakter Pengguna Tapak Berikut ini adalah identitas Siswa BBRVBD Cibinong Tahun 2009 (angkatan XII) (Lampiran 9). Siswa Angkatan XII berjumlah 99 orang yang terdiri dari Keterampilan Penjahitan 21 orang, Keterampilan Komputer 20 orang, Keterampilan Percetakan (Desain Grafis) 20 orang, Keterampilan Elektro 17 orang, dan Keterampilan Pekerjaan Logam 21 orang. Siswa BBRVBD tahun 2009 berasal dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya, Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Palembang, Bengkulu, Riau, Lampung, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Makassar, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua. Pengguna tapak tersebut merupakan siswa yang lulus seleksi untuk mendapatkan pelatihan vokasional tanpa biaya di BBRVBD Cibinong. 4.3.1.1. Jenis Kelamin Sesuai dengan jumlah siswa dari lima jurusan keterampilan, yang menjadi responden dan dalam kegiatan penelitian ini adalah 99 orang, terdiri dari 78 orang (78,8%) laki-laki dan 21 orang perempuan (21,2%) (Tabel 6). Namun, jumlah siswa yang mengisi kuisioner berjumlah 93 orang karena 6 orang siswa yang lainnya berhalangan hadir dengan adanya agenda kunjungan lapang ke pusat rehabilitasi lain.
Tabel 6. Jenis Kelamin Siswa BBRVBD Tahun 2009 No.
Jenis Kelamin
1 2
RESPONDEN
Jumlah
Persentase
Penjahitan
Komputer
Percetakan
Elektronika
P.Logam
Laki-laki
8
13
19
17
21
78
78,8
Perempuan
13
7
1
0
0
21
21,2
21
20
20
17
21
99
100,0
21,2
20,2
20,2
17,2
21,2
Jumlah Persentase
100,0
4.3.1.2. Usia Usia siswa BBRVBD Cibinong tahun 2009 (angkatan XII) didominasi oleh siswa berusia 22 – 25 tahun dengan jumlah 41 siswa (49,4%), usia 26 – 29 tahun dengan jumlah 30 siswa (36,1%), usia 18 – 21 tahun dengan jumlah 19 siswa (22,9%), serta usia 30 – 33 tahun sebanyak 9 siswa (10,8%) (Tabel 7).
39
Tabel 7. Usia Siswa BBRVBD Tahun 2009 No.
Usia (tahun)
1
18-21
RESPONDEN Penjahitan
Komputer
Percetakan
Elektronika
P.Logam
6
2
4
2
5
Jumlah 19
Persentase 22,9
2
22-25
4
13
8
7
9
41
49,4
3
26-29
10
2
7
5
6
30
36,1
4
30-33 Jumlah Persentase
1
3
1
3
1
9
10,8
21
20
20
17
21
99
100,0
21,2
20,2
20,2
17,2
21,2
100,0
4.3.1.3. Pendidikan Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui pendidikan terakhir siswa sebelum masuk BBRVBD. Sebagian besar siswa adalah lulusan sederajat SLTA/MAN dengan jumlah 54 siswa (65,1%), sederajat SLTP/MTs dengan jumlah 38 siswa (45,8%), SMALB dengan jumlah 6 siswa (7,2%), dan Diploma/Sarjana Muda dengan jumlah 1 siswa (1,2%).
Tabel 8. Pendidikan terakhir Siswa BBRVBD Tahun 2009 RESPONDEN
Tingkat Pendidikan
Penjahitan
1
SLTP/MTs
13
1
2
SLTA/MAN
6
17
3
SMALB
2
2
4
Dipl/Sarmud
0
0
No.
Jumlah Persentase
Komputer
Percetakan
Jumlah
Persentase
Elektronika
P.Logam
7
6
11
38
45,8
12
11
8
54
65,1
0
0
2
6
7,2
1
0
0
1
1,2
99
100,0
21
20
20
17
21
21,2
20,2
20,2
17,2
21,2
100,0
4.3.1.4. Kondisi Fisik Siswa BBRVBD Kondisi fisik siswa BBRVBD Cibinong tergolong dalam kondisi cacat ringan dan cacat sedang. Kondisi fisik seperti ini masih memungkinkan para penyandang cacat untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari (activity daily living) oleh dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain (mandiri). Aktivitas seharihari yang dimaksud adalah mandi, menggenakan pakaian, makan, minum, dan lain sebagainya. Rekapitulasi kondisi fisik siswa BBRVBD Cibinong Angkatan XII (tahun 2009) tersaji dalam Gambar 28.
40
Jenis Kecacatan Siswa
Urat leher kaku Tulang punggung TRW Hearing aid FBS/Ki FBS/Ka FBD FAS/Ki , FBS/Ki FAS/Ki , ABS/Ka FAS/Ka , FBS/Ki FAS/Ka , FBS/Ka FAS/Ka FAD ABS/Ki ABS/Ka , AAD ABS/Ka ABD , AAS/Ka AAS/Ka
1 2 11 1 24 26 9 1 1 1 2 1 1 7 1 5 1 4
0
5
10
15
20
25
30
Jumlah (Siswa)
Gambar 28. Grafik Jenis Kecacatan yang Disandang Siswa BBRVBD Tahun 2009
Keterangan: 1. AAS/Ka : Amputasi anggota badan bagian atas sebelah kanan 2. ABD : Amputasi anggota badan bagian bawah dua-duanya 3. AAD : Amputasi anggota badan bagian atas dua-duanya (jari) 4. ABS/Ka : Amputasi anggota badan bagian bawah sebelah kanan 5. ABS/Ki : Amputasi anggota badan bagian bawah sebelah kiri 6. FAS/Ka : Fungsi anggota badan bagian atas sebelah kanan 7. FAS/Ki : Fungsi anggota badan bagian atas sebelah kiri 8. FAD : Fungsi anggota badan bagian atas dua-duanya 9. FBD : Fungsi anggota badan bagian bawah dua-duanya 10. FBS/Ka : Fungsi anggota badan bagian bawah sebelah kanan 11. FBS/Ki : Fungsi anggota badan bagian bawah sebelah kiri 12. Hearing Aid : Gangguan/sakit pendengaran 13. TRW : Tuna Rungu Wicara 14. Tulang Punggung : sakit/kelainan tulang punggung 15. Urat Leher Kaku : sakit/kelainan pada urat leher.
4.3.1.5. Alat Bantu yang Digunakan Siswa BBRVBD Cibinong Kondisi fisik yang tidak sempurna menjadikan siswa BBRVBD memerlukan alat bantu dalam melakukan aktivitasnya. Namun, sebagian besar siswa dapat beraktivitas tanpa alat bantu. Gambar 29 menyajikan jenis alat bantu dan jumlah siswa BBRVBD Cibinong Angkatan XII (tahun 2009) yang menggunakannya.
41
70 60 50 40 30 20 10 0
64
20
1
Brace
Kruk Ketiak
4
Kursi Roda
8
2
Protthese Tanpa A Alat Tongkat Bantuu
Gambar 29. 2 Grafik Allat Bantu yaang Digunakaan Siswa BB BRVBD Tahhun 2009 4 4.3.1.6. Kem mampuan Fisik F Sebbagaimana disyaratkan d ttentang kondisi fisik daalam penerim maan siswa d BBRVBD di D Cibinongg, calon sisswa harus sehat jasm mani dan roohani yang d dinyatakan dengan suraat keterangaan dari dok kter, tidak m memerlukan pelayanan r rehabilitas m medis (operaasi, fisioterappi, atau alat bantu b kesehaatan) selamaa mengikuti p pelatihan, tiidak mempuunyai penyakkit menular,, kronis, tiddak menderitta epilepsi, s serta tidak buta warna tootal. Berrikut diagraam-diagram yang meny yatakan tenttang kemam mpuan fisik s siswa, yaitu dalam kemaampuan berddiri dan dudu uk pada resppoden siswaa BBRVBD A Angkatan V (2003) (B VI BBRVBD, 20003). Siswa Angkatan V VI berjumlah h 83 siswa ( (responden) yang mewaakili tiap kem mampuan fissik dan alat bantu yang digunakan p pada individdu. Data inni digunakann sebagai gambaran g keemampuan fisik f siswa B BBRVBD dalam d melak kukan gerakkan/kegiatan n dasar sehiingga dapatt diperoleh a analisis men ngenai kegiattan yang dappat siswa BB BRVBD lakuukan di ruanng terbuka. Gambar 30 meenyajikan diaagram kemaampuan sisw wa BBRVBD D Cibinong t tahun 2003 (Angkatan VI) V berdiri tanpa meng ggunakan alaat bantu. Daari diagram t tersebut dappat diketahuui bahwa sebbagian besaar (55%) sisswa penyanddang cacat r ringan dapatt berdiri tannpa menggunnakan alat bantu b lebih ddari 5 jam, 18% siswa d dapat berdirii kurang darri 1 jam tanppa alat bantu,, 17% siswa dapat berdirri sampai 2 j jam, 9% sisw wa dapat berrdiri sampai 5 jam, dan hanya h 1% yaang tidak dappat berdiri.
42 Tidak Bisa 1% < 1 jam 18%
Sampai 2 jam 17%
> 5 jam 55%
Sampai 5 jam 9%
Gambar 30. Diagram Kemampuan Siswa Berdiri tanpa Alat Bantu (Siswa BBRVBD Angkatan VI Tahun 2003) Gambar 31 menyajikan diagram kemampuan siswa BBRVBD Cibinong tahun 2003 (Angkatan VI) berdiri menggunakan alat bantu. Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa dengan menggunakan alat bantu maka 74% siswa dapat berdiri lebih dari 5 jam, 1% siswa dapat berdiri kurang dari 1 jam, 11% siswa dapat berdiri sampai 2 jam, dan 14% siswa dapat berdiri sampai 5 jam. < 1 jam 1%
Sampai 2 jam 11% Sampai 5 jam 14%
> 5 jam 74%
Gambar 31. Diagram Kemampuan Siswa Berdiri dengan Alat Bantu (Siswa BBRVBD Angkatan VI Tahun 2003) Gambar 32 menyajikan diagram kemampuan siswa BBRVBD Cibinong tahun 2003 (Angkatan VI) duduk tanpa menggunakan alat bantu. Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa 82% siswa penyandang cacat ringan dapat duduk tanpa menggunakan alat bantu lebih dari 5 jam, 4% siswa dapat duduk kurang dari 1 jam tanpa alat bantu, 8% siswa dapat duduk sampai 2 jam tanpa alat bantu, dan 6% siswa dapat duduk sampai 5 jam tanpa alat bantu.
43
< 1jam 4%
Sampai 2 jam 8% Sampai 5 jam 6%
> 5 jam 82%
Gambar 32. Diagram Kemampuan Siswa Duduk tanpa Alat Bantu (Siswa BBRVBD Angkatan VI Tahun 2003) Gambar 33. menyajikan diagram kemampuan siswa BBRVBD Cibinong tahun 2003 (Angkatan VI) duduk dengan menggunakan alat bantu. Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa dengan menggunakan alat bantu 90% siswa penyandang cacat ringan dapat duduk lebih dari 5 jam, 3% siswa dapat duduk kurang dari 1 jam, 6% siswa dapat duduk sampai 2 jam, dan 1% siswa dapat duduk sampai 5 jam. < 1 jam 3%
Sampai 2 jam 6% Sampai 5 jam 1%
> 5 jam 90%
Gambar 33. Diagram Kemampuan Siswa Duduk dengan Alat Bantu (Siswa BBRVBD Angkatan VI Tahun 2003) 4.3.2. Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak Pengguna tapak merupakan siswa BBRVBD Cibinong yang sedang mendapat kesempatan mendapat pelatihan vokasional dan tinggal bersama dalam lingkungan asrama siswa selama kurang lebih satu tahun. Data yang diambil diharapkan dapat mewakili siswa dari setiap angkatan.
44
Berikut ini (Tabel 9 dan 10) adalah hasil rekapitulasi kuisioner siswa BBRVBD Cibinong Tahun 2009 (Angkatan XII). Data diambil pada hari Sabtu, 16 Mei 2009 di Aula (Ruang Serba Guna) BBRVBD Cibinong. Kuiesioner tertulis yang terkumpul adalah 93 responden, terdapat 6 siswa yang berhalangan mengisi kuisioner. Informasi dan persepsi siswa BBRVBD Cibinong disajikan pada Tabel 9, hal ini dimaksudkan sebagai inventarisasi awal dari kondisi saat ini yang dirasakan saat pengguna berada di dalam tapak.
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Persepsi Siswa BBRVBD No. 1
Uraian
Jawaban ya tidak
Tahukah Anda RTH BBRVBD Cibinong?
2
3
Kapan Anda datang ke RTH BBRVBD?
97,8 2,15 100,00
tidak pernah jarang (1-2) sering (3-4)
6 52 26
6,45 55,91 27,96
selalu (5-6) TOTAL
9 93
9,68 100,00
pagi
22
23,66
siang sore malam
11 58 2 93
11,83 62,37 2,15 100,00
duduk-duduk berolahraga berekreasi
45 19 16
48,39 20,43 17,20
lainnya TOTAL
13 93
13,98 100,00
sangat buruk buruk baik sangat baik TOTAL
0 2 75 16 93
0,00 2,15 80,65 17,20 100,00
1 9
1,08 9,68
73 10 93
78,49 10,75 100,00
TOTAL
4
5
6
Aktivitas apa yang Anda lakukan di RTH BBRVBD Cibinong?
Menurut Anda, bagaimana kondisi RTH BBRVBD Cibinong saat ini?
Suasana apa yang Anda rasakan saat berada di RTH BBRVBD Cibinong?
Persentase
91 2 93
TOTAL Berapa kali dalam seminggu kunjungan Anda ke RTH BBRVBD Cibinong?
Jumlah
sangat panas panas teduh sangat teduh TOTAL
45
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Persepsi Siswa BBRVBD (lanjutan)
7
Bagaimana kualitas pandangan/visual di RTH BBRVBD Cibinong?
sangat buruk buruk baik sangat baik TOTAL
1 0 45 47
1,08 0,00 48,39 50,54
93
100,00
5
5,38
bising sunyi sangat sunyi TOTAL
7 80 1 93
7,53 86,02 1,08 100,00
sangat buruk buruk baik sangat baik TOTAL
1 1 70 21
1,08 1,08 75,27 22,58
93
100,00
sangat bising 8
9
Bagaimana situasi yang anda rasakan di RTH BBRVBD Cibinong?
Bagaimana kondisi kebersihan di RTH BBRVBD Cibinong?
sangat buruk 10
Bagaimana ketersediaan fasilitas penerangan di RTH BBRVBD Cibinong?
1
1,08
24 54 14 93
25,81 58,06 15,05 100,00
sangat buruk buruk baik
0 33 52
0,00 35,48 55,91
sangat baik
8 93
8,60 100,00
1
1,08
5 70 17 93
5,38 75,27 18,28 100,00
sangat buruk buruk baik
1 10 73
1,08 10,75 78,49
sangat baik TOTAL
9 93
9,68 100,00
TOTAL
30 63 93
32,26 67,74 100,00
buruk baik sangat baik TOTAL
11
Bagaimana kualitas fasilitas rekreasi taman (bangku taman, gazebo, paving dan tempat sampah)?
TOTAL sangat buruk
12
Bagaimana keadaan tanaman di RTH BBRVBD Cibinong?
buruk baik sangat baik TOTAL
13
14
Bagaimana komposisi tanaman di RTH BBRVBD Cibinong?
Apakah RTH BBRVBD telah berfungsi sebagai taman terapi?
sudah belum
Dari data Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa (97,85%) mengetahui keberadaan dan lokasi RTH di BBRVBD Cibinong. Intensitas kunjungan siswa BBRVBD Cibinong ke ruang terbuka hijau adalah jarang, yakni
46
1 hingga 2 kali dalam seminggu (55,91%). Waktu kunjungan siswa ke ruang terbuka hijau adalah pada saat sore hari (62,37%). Aktivitas yang dilakukan siswa di ruang terbuka hijau adalah duduk-duduk (48,39%). Persepsi siswa BBRVBD Cibinong untuk kondisi saat ini ruang terbuka hijau adalah baik (80,65%), dengan suasana teduh (78,49%), kualitas visual yang sangat baik (50,54%), situasi yang sunyi (86,02%), dan kondisi kebersihan yang sangat baik (75,27%). Persepsi siswa mengenai fasilitas rekreasi taman di BBRVBD Cibinong adalah baik (55,91%), dengan kondisi tanaman yang baik (75,27%), komposisi tanaman yang baik (78,49%), tetapi ruang terbuka hijau tersebut belum berfungsi seutuhnya sebagai taman terapi (67,74%). Informasi dan harapan siswa BBRVBD Cibinong disajikan pada Tabel 10, hal ini dimaksudkan sebagai analisis untuk pengembangan konsep perancangan sesuai dengan keinginan siswa BBRVBD Cibinong.
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Harapan Siswa BBRVBD No.
Uraian
Jawaban
Aktivitas apa yang Anda inginkan di BBRVBD?
1
Fasilitas apa yang Anda harapkan di RTH BBRVBD?
rekreasi aktif
59
63,44
34
36,56
93
100,00
bangku taman
72
29,27
gazebo
58
23,58
kolam hias
52
21,14
lampu taman
44
17,89
20
8,13
246
100,00
35
37,63
58
62,37
planter box TOTAL cerah/hangat
Warna apa yang Anda harapkan untuk fasilitas?
3
gelap/dingin TOTAL
Pola taman apa yang Anda sukai?
4
Jenis pohon apa yang Anda sukai?
5
93
100,00
alami/organik
82
88,17
formal/geometris TOTAL
11
11,83
93
100,00
berbunga indah
50
44,25
berdaun rimbun
24
21,24
berbuah TOTAL
Persentase
rekreasi pasif TOTAL
2
Jumlah
39
34,51
113
100,00
47
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Harapan Siswa BBRVB (lanjutan) berbunga indah 6
Jenis semak apa yang Anda sukai?
15
14,29
pangkas
11
10,48
36
34,29
105
100,00
6
6,45
87
93,55
93
100,00
TOTAL 7
40,95
berdaun rimbun berbau wangi
Komposisi taman yang Anda inginkan?
43
tanaman saja tanaman dan hewan TOTAL
Dari data Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa BBRVBD Cibinong menginginkan rekreasi aktif di ruang terbuka hijau (63,44%), dengan penyempurnaan elemen taman bangku taman, gazebo, kolam hias, dan lampu taman, komposisi warna warna gelap atau dingin (62,37%), dan pola taman yang alami atau organik (88,17%). Vegetasi yang diharapkan oleh siswa BBRVBD adalah pohon berbunga indah (44,25%) dan berbuah (34,51%), dengan semak berbunga indah (40,95%) dan berbau wangi (34,29%), dan komposisi tanaman dan hewan yang sesuai (93,55%).
V. ANALISIS DAN SINTESIS Hasil dari tahapan inventarisasi data kondisi umum, biofisik, dan sosial berupa deskripsi data dan gambar-gambar inventarisasi. Selanjutnya, data dan gambar-gambar hasil inventarisasi tersebut digunakan pada tahap analisis. Analisis merupakan tahap pengolahan data dan gambar-gambar yang telah diperoleh untuk menentukan kendala, potensi, dan kesesuaian pada tapak. Proses analisis dilakukan dengan mencari hubungan antara data yang diperoleh dengan tujuan perancangan. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pembuatan
sintesis.
Sintesis
merupakan
tahap
kristalisasi
dan
pengembangan hasil analisis. Hasil dari tahap sintesis digunakan sebagai input untuk mencapai tujuan perancangan, berupa solusi desain yang selanjutnya dikembangkan ke dalam konsep desain. Oleh karena itu, analisis dan sintesis harus dikerjakan berdasarkan kombinasi pendekatan yang diamati. Rangkuman hasil analisis dan sintesis tersaji dalam Lampiran 10 dan 11. 5.1. Kondisi Umum 5.1.1. Sejarah dan Kedudukan BBRVBD didirikan pada tahun 1997 atas kerja sama pemerintahan Republik Indonesia dan Jepang. Misi didirikannya BBRVBD adalah untuk meningkatkan sistem rehabilitasi vokasional penyandang cacat di Indonesia. Dengan
demikian,
keberadaan
BBRVBD
Cibinong
diharapkan
dapat
mengakomodasi penyandang cacat di seluruh Indonesia dalam pembekalan vokasional secara gratis agar penyandang cacat dapat memiliki kesempatan kerja dan penghasilan yang layak demi kebutuhan hidupnya. 5.1.2. Lokasi, Batas Tapak, dan Aksesibilitas Dilihat dari segi lokasi, BBRVBD Cibinong terletak di Kabupaten Bogor, tetapi berbatasan dengan Kota Bogor sehingga akses menuju BBRVBD dapat ditempuh dengan lebih mudah. Terdapat beberapa alternatif akses jalan raya beraspal dua arah dengan kondisi yang cukup baik menuju BBRVBD, baik yang datang dari arah Kota Bogor, Kota Jakarta, maupun Kota Depok.
49
5.2. Aspek Biofisik 5.2.1. Iklim Menurut Laurie (1986), iklim merupakan merupakan hasil dari sejumlah faktor-faktor tidak tetap (variabel) yang berhubungan timbal balik, meliputi suhu, uap air, angin radiasi matahari, dan curah hujan. Dalam kegiatan perancangan kondisi iklim yang ada sebaiknya dipertimbangkan agar dapat memanfaatkan potensi dan menyelesaikan kendala. Iklim adalah sintesis dari perubahan nilai unsur cuaca, baik hari demi hari maupun bulan demi bulan, dalam jangka panjang di suatu tempat pada suatu wilayah. Berdasarkan posisi geografisnya Kota Bogor beriklim tropis. Iklim pada tapak dipengaruhi iklim perkotaan yang merupakan hasil interaksi faktor alam dan antropogenik, seperti tata guna lahan, jumlah penduduk, aktivitas industri, transportasi, serta ukuran dan struktur kota. Iklim merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan dan perancangan suatu tapak. Meskipun secara keseluruhan tapak berada pada kawasan tropis Indonesia, perlu diperhatikan penyesuaian terhadap iklim mikro. Penyesuaian ini memiliki pengertian pemanfaatan berbagai aspek yang menguntungkan dan mengendalikan yang merugikan. Hal ini dilakukan agar tercipta iklim mikro yang nyaman sehingga tapak tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengguna tapak dan vegetasi dan satwa dapat hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Dalam penelitian ini, data iklim yang digunakan adalah data iklim Kota Bogor tahun 2004 – 2008. 5.2.1.1. Curah Hujan Curah hujan pada tapak tergolong tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tapak yang terdiri dari perkerasan dan vegetasi penutupnya tumbuh tidak sempurna menjadi daerah licin, tergenang air, dan becek. Genangan air ini terjadi karena saluran drainase kurang berfungsi dengan baik dan penutupan lahan yang kurang sempurna. Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan penyulaman vegetasi penutup tanah (rumput) yang gundul, penggunaan material yang memiliki daya serap yang tinggi dan tekstur permukaan yang kasar, serta pemilihan jenis vegetasi yang dapat menangkap air hujan. Menurut Grey and Deneke (1978), tanaman berkanopi dapat mengurangi air hujan
50
yang jatuh sebanyak 20%, tanaman conifer yang mempunyai daya tangkap air hujan sebanyak 40%, dan tanaman yang mempunyai percabangan horizontal lebih efektif menahan air hujan. Curah hujan yang rendah dapat menjadi kendala bagi tersedianya kadar air tanah bagi vegetasi dan satwa. Pada musim kemarau, curah hujan terlalu rendah sehingga mengganggu ketersediaan kandungan air tanah untuk tanaman berfotosintesis dan mengganggu ketersediaan air minum bagi satwa. Hal ini dapat diatasi dengan penyediaan kolam buatan yang airnya berasal dari air tanah. Kolam ini juga berfungsi untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan sehingga dapat digunakan pada musim kemarau. Curah hujan juga dapat mempengaruhi frekuensi dan lamanya kegiatan pada tapak. Semakin tinggi nilai curah hujan dan hari hujan, semakin berkurang frekuensi serta lamanya kegiatan di luar ruangan. Untuk mengatasi hal ini, perlu disediakan fasilitas untuk berteduh, seperti shelter, pergola, dan vegetasi peneduh. 5.2.1.2. Suhu Kisaran suhu udara yang nyaman bagi manusia adalah 27 OC – 28 OC (Laurie, 1986). Berdasarkan hal ini, dapat diketahui bahwa suhu udara rata-rata di Kompleks BBRVBD berada pada kisaran suhu nyaman bagi manusia. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Baranangsiang, Kota Bogor, suhu rata-rata Kota Bogor adalah 26,9 OC, dengan kisaran 26,0 OC – 27,5 OC. Suhu tertinggi (27,5 OC) terjadi pada bulan Oktober dan suhu terendah (26,0 OC) terjadi pada bulan Februari. Suhu udara berfluktuaksi setiap tahunnya. Ketidakstabilan ini, antara lain, disebabkan oleh berkurangnya lahan terbuka hijau akibat pembangunan dengan membuka lahan. Pada siang hari, matahari bersinar terik sehingga akan menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas pengguna tapak. Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan menciptakan suasana teduh, baik dengan peneduh alami berupa tanaman atau peneduh buatan berupa shelter, pergola, dan gazebo. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro dapat menurunkan suhu dan menyejukkan udara di sekitarnya karena vegetasi dapat mengurangi pancaran sinar matahari yang masuk serta menyerap panas yang dipantulkan dari
51
perkerasan. Selain itu, vegetasi juga dapat meningkatkan kelembaban serta mengatur dan memecah arah angin. Penempatan vegetasi (pohon yang berfungsi sebagai peneduh) harus memperhatikan arah matahari agar dapat memberikan efek pencahayaan dan bayangan yang cukup untuk menaungi pengunjung dan satwa di dalam tapak (Laurie, 1986). Badan air dapat mempengaruhi iklim mikro. Uap air yang terbawa oleh angin dapat memberikan efek penyejukan. Besar atau kecilnya badan air yang tersedia mempengaruhi efek penyejukan pada tapak. Penyediaan badan air juga dapat berfungsi sebagai habitat satwa air dan sumber air minum bagi satwa yang hidup di darat (Laurie, 1986). 5.2.1.3. Kelembaban Kisaran kelembaban yang nyaman bagi manusia adalah 40% – 75% (Laurie,
1986).
Kelembaban
yang
terlalu
tinggi
dapat
menimbulkan
ketidaknyamanan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara memperhatikan struktur dan penempatan vegetasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memilih vegetasi yang tidak telalu rapat/masif dan jarak penanaman yang jarang sehingga memungkinkan masuknya sinar matahari yang dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetasi dan satwa serta manusia yang bernaung di bawahnya. 5.2.1.4. Kecepatan Angin Kecepatan angin rata-rata di Kompleks BBRVBD sebesar 2 km/jam (1,08 knot) dengan kiasaran 1,5 – 2,7 km/jam (0,81 – 1,46 knot). Berdasarkan klasifikasi angin menurut skala Beaufort, kecepatan angin di Kompleks BBRVBD tergolong dalam kelas 1 (1 – 6 km/jam atau 0,54 – 3,24 knot), yakni angin sepoisepoi. Arah angin terlihat pada arah asap dan kecepatan angin tidak berbahaya bagi tanaman (Kartasapoetra, 2008). Angin memiliki peran sebagai media pembawa polusi udara dan kebisingan yang berasal dari mesin kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan pengguna tapak dan kehidupan satwa yang cukup sensitif seperti rusa. Berdasarkan analisis iklim pada tapak, dibutuhkan vegetasi sebagai pengendali iklim mikro. Beberapa peran vegetasi tersebut ditujukan untuk
52
melindungi pengguna dan satwa dari terik matahari ataupun kehujanan, menjaga suhu dan kelembaban, dan mengatur arah angin. Vegetasi dengan struktur daun yang mempunyai banyak bulu dapat digunakan untuk menjerap polutan dan debu, sedangkan untuk meredam kebisingan dapat digunakan vegetasi dengan tekstur daun rapat serta vegetasi yang mengandung air. Vegetasi juga dapat digunakan untuk mengarahkan angin serta mereduksi arus kecepatan angin yang tinggi melalui tajuknya yang tidak terlalu rapat untuk mencegah terjadinya turbulensi. Dengan adanya vegetasi, hembusan angin dapat diarahkan ke pusat-pusat aktivitas sehingga kegiatan rekreasi dapat dilakukan dengan nyaman (Grey and Deneke, 1978). Elemen air dapat mempengaruhi pembentukan iklim mikro pada suatu kawasan. Uap air yang terbawa oleh angin dapat terbawa oleh angin dapat memberikan efek penyejukan (Gambar 34). Besar atau kecilnya efek penyejukan yang dihasilkan bergantung pada luasan badan air tersebut. Pengadaan badan air juga dapat berfungsi sebagai sumber air minum dan habitat bagi satwa.
Gambar 34. Badan Air Membantu Efek Penyejukan pada Tapak (Akmal, 2004) 5.2.2. Tanah Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman. Pengaruh tersebut meliputi banyak hal, bukan hanya kesuburannya, tetapi menyangkut derajat keasaman (pH), struktur, tekstur, air tanah, udara, dan mikroba yang ada di dalam tanah (Hardjowigeno, 2003). Jenis tanah pada lokasi studi adalah latosol coklat kemerahan. Warna tanahnya merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kuning, atau kuning bergantung pada bahan induk, umur, iklim, dan ketinggian. Jenis tanah latosol merupakan
53
jenis tanah tanah yang sering dijumpai di daerah tropis dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun (Soepardi, 1983). Sifat lain dari tanah latosol coklat kemerahan pada Kompleks BBRVBD adalah liat, remah agak gumpal, gembur, dan lapisan bawahnya berwarna kemerahan. Tanah bereaksi agak masam, kadar zat organik dan nitrogen rendah, P2O5 agak tinggi dan kadar K2O rendah. Kondisi tanah pada saat hujan berair sehingga menimbulkan beberapa bagian tapak menjadi becek dan licin karena sifat liatnya (Hardjowigeno, 2003). Tanah jenis latosol ini memiki kapasitas tukar kation yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang rendah dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida. Kadar bahan organik mempengaruhi jumlah air yang diikat oleh tanah dan jumlah air yang tersedia dalam tanaman. Kondisi bahan organik dan kapasitas tukar kation yang rendah dapat diatasi dengan memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu penambahan bahan organik, penambahan top soil, mulsa, dan pengaturan drainase yang tepat. Sifat lain yang menonjol dan penting dari tanah latosol adalah terbentuknya granular. Keadaan ini merangsang drainase dalam tanah yang sangat baik sehingga dapat menjadi potensi dalam pengembangan tapak berupa perkerasan. Tanah yang bereaksi agak masam diperbaiki dengan menambahkan N, P, K, Mg, dan beberapa unsur lain tertentu. Tanah latosol biasanya memberikan respons yang baik terhadap pemupukan dan pengapuran (Soepardi, 1983). Sifat fisik tanah dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik, perbaikan drainase, pengaturan kadar asam tanah, penggemburan tanah, dan penambahan mulsa. Pupuk yang sesuai dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu dipertimbangkan (Grey dan Deneke, 1978). Keadaan tanah di Kompleks BBRVBD ini merupakan potensi habitat hidup bagi vegetasi dan satwa di dalam tapak. Tanah latosol cocok digunakan untuk bercocok tanam karena tanah latosol mempunyai sifat granular yang menyebabkan drainase tanah menjadi baik. Selain itu, tanah latosol memiliki kesuburan alami atau mempunyai ciri-ciri yang mendorong tanaman berespons dengan baik terhadap pemupukan dan juga dapat menahan air yang tinggi.
54
5.2.3. Topografi Pada awalnya bentukan tapak di Kompleks BBRVBD tergolong klasifikasi bergelombang dengan ketinggian 220 – 230 meter di atas permukaan air laut (dpl). Perataan tanah dengan sistem grading membuat topografi menjadi relatif datar yang disesuaikan untuk kebutuhan Kompleks BBRVBD. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan desain tapak, struktur bangunan, dan penampilan estetikanya. 5.2.4. Hidrologi dan Drainase Sumber air bersih utama yang ada di tapak berasal dari air tanah yang diambil dari sumur gali dengan menggunakan pompa air, yang kemudian didistribusikan ke berbagai bagian yang membutuhkan. Aliran permukaan (run off) diatur sedemikian rupa agar tidak terdapat genangan air pada tapak. Perlu pengelolaan dan perawatan berkala untuk aliran drainase agar disribusi aliran air tidak tersumbat. 5.2.5. Vegetasi Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan vegetasi adalah kesesuaian vegetasi tersebut dengan keadaan tanah, iklim, dan faktor lingkungan yang spesifik. Untuk taman di tengah kota hendaknya vegetasi yang dipilih tidak bergetah atau beracun, batang dan dahan tidak mudah patah, kecepatan tumbuhnya sedang, merupakan tanaman tahunan dan tanaman budi daya, tahan hama dan penyakit, dan mudah penanaman dan pemeliharaannya. Pada Kompleks BBRVBD Cibinong terdapat beraneka ragam jenis tanaman dan memiliki kondisi yang cukup baik. Tanaman yang berkondisi baik hendaknya dipelihara sedangkan tanaman yang sudah mati atau lapuk segera dicabut berikut sistem perakarannya agar dapat digantikan dengan tanaman yang baru dan lebih bermanfaat. Vegetasi yang terdapat pada Kompleks BBRVBD terdiri dari pohon, semak, dan vegetasi penutup tanah dengan jenis spesies yang beragam dan memiliki dominasi yang rendah. Hal tersebut memberikan kesan yang kurang menyatu dan mengacaukan karaktertistik ruang-ruang. Untuk menciptakan karakteristik tiap ruang perlu diperhatikan jenis dan pola penanaman di tiap-tiap ruang yang akan dirancang.
55
Carp penter et al. (1975) menngemukakann nilai fungsional vegettasi, antara l lain, adalahh pengendalli visual (sscreen), pen ngarah angiin, modifikaasi radiasi m matahari dann suhu udarra, pengendaali kelembabban dan hujan, penyarinng polutan, p peredam keebisingan, pengendali p erosi, penjaga habitatt alami, daan estetika ( (Gambar 35). Secara um mum, fungsi yang dihadiirkan oleh vvegetasi dibaagi menjadi t tiga, yaitu fungsi f konseervasi lingkuungan, funggsi struktural dan arsitekktural, dan f fungsi visuaal (Booth, 19 990). RTH ddapat berfunngsi sebagai pelembut kesan k keras d dari struktur fisik, mem mbantu mannusia mengaatasi tekanaan-tekanan kebisingan, k u udara yang panas, dan polusi udaara, serta meembentuk ruuang yang terdiri t dari b bidang alas, dinding, dann atap.
Gambaar 35. Berbaggai Nilai Funngsional Veggetasi (Carpeenter et al., 1979) 1
56
5.2.6. Satwa Keragaman jenis satwa yang hidup di Kompleks BBRVBD menunjukkan adanya stabilitas dan keberlanjutan ekosistem. Habitat (tempat hidup) bagi satwa tersebut harus dijaga dan dipertahankan kelestariannya. Berdasarkan pengamatan langsung di tapak, terdapat satwa yang dipelihara sehingga dibutuhkan perlakuan khusus untuk menciptakan habitat yang sesuai dengan kemampuan adaptasi satwa tersebut. Selain itu, dengan menciptakan habitat sesuai karya aslinya, tapak tersebut diharapkan dapat menjaga kelestarian ekosistem tapak dan menyediakan habitat bagi satwa liar lain untuk masuk ke dalamnya. Satwa yang dipelihara secara khusus pada tapak adalah rusa (Axis axis). Menurut Anthony dan Nayman (1979) dalam Akmal (2004), rusa tutul biasa ditemukan di hutan dan tepi hutan serta hidup dalam kelompok besar, sedangkan menurut Grzimek (1972) dalam Akmal (2004), rusa tutul lebih memilih habitat berupa padang rumput dengan semak-semak dekat tepi hutan. Berdasarkan hal ini, dapat dengan jelas dilihat bahwa bentuk habitat rusa tutul merupakan kombinasi antara hutan dan padang rumput (Gambar 36). Hutan berfungsi (Zona A dan B) sebagai tempat rusa tutul berlindung dari terik matahari dan hujan (Gambar 38), sedangkan padang rumput (Zona C) berfungsi sebagai sumber makanan utamanya.
Gambar 36. Ilustrasi Bentuk Habitat Rusa. (Akmal, 2004) Salah satu perilaku rusa tutul yang harus diperhatikan adalah perilakunya pada saat musim kawin, terutama perilaku rusa tutul jantan. Menurut Grzimek (1972) dalam Akmal (2004), saat musim kawin, rusa jantan mengalami birahi dan
57
selama musim ini rusa jantan dapat menyerang apa saja. Mereka menyerang pohon dan pagar, menggaruk tanah dengan tanduknya, bahkan dapat menyerang spesies rusa lain yang jauh lebih besar darinya. Untuk menghindari kerusakan pohon, sebaiknya pohon yang digunakan adalah yang memiliki perakaran yang kuat atau dengan memberi pagar pelindung di sekeliling batang pohon (Gambar 37). Beberapa contoh pohon yang memiliki perakaran kuat adalah beringin (Ficus benjamina), beringin karet (Ficus elastica), serta mahoni (Swietenia mahogani). Selain memiliki perakaran yang kuat, daun pohon beringin juga disukai oleh rusa tutul. Untuk menghindari terlukanya rusa tutul akibat perilakunya ini, sebaiknya pagar yang digunakan adalah pagar yang jarak antarkisi-kisinya tidak terlalu lebar agar tanduk atau kepalanya tidak tersangkut. Untuk melindungi pengunjung dari perilaku rusa tutul yang sewaktuwaktu dapat membahayakan, terutama pada saat musim kawin, yaitu pada bulan April atau Mei (Republika, 2003 dalam Akmal, 2004), perlu disediakan papanpapan peringatan yang memberikan informasi kepada para pengunjung untuk tidak terlalu dekat dengan rusa. Papan-papan peringatan itu berguna pula untuk melindungi rusa itu sendiri dari pengunjung, terutama pada bulan November atau Desember (േ7,5 bulan setelah musim kawin) saat induk rusa melahirkan anakanaknya dan kemudian mengasuhnya. Selain itu, untuk menjaga habitat alami pada kawasan konservasi, hendaknya tidak diperkenankan adanya aktivitas pengunjung agar tidak menggangu rusa.
Gambar 37. Beberapa Pohon yang Diberi Pelindung dari Rusa. Salah satu cara untuk menentukan kapasitas tampung tapak adalah dengan menaksirkan kapasitas tampung padang rumput (luas padang rumput yang dibutuhkan per unit rusa per tahun). Kapasitas tampung padang rumput
58
merupakan hasil kali antara luas padang rumput yang dibutuhkan oleh salah satu unit rusa (dengan periode merumput tertentu) dengan suatu nilai (y). Nilai (y) dihitung dengan metode Viosin sebagai berikut: (y - 1) s = r
atau
y = r/s + 1
y merupakan variabel untuk jumlah satuan luas padang rumput terkecil (paddock) yang dibutuhkan oleh satu ekor rusa, s merupakan variabel untuk periode merumput (occupation period) rusa pada setia paddock, dan r merupakan variabel untuk periode istirahat (restoration period) dari setiap paddock yang bertujuan untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) dari rumput (Akmal, 2004). Dalam perhitungan menggunakan metode ini, terdapat faktor yang perlu diperhatikan, yaitu faktor proper use (bagian tanaman yang dapat dimakan oleh satwa, karena tidak seluruh tanaman tersedia untuk satwa tetapi harus ditinggalkan untuk menjamin pertumbuhan kembali). Nilai proper use dipengaruhi oleh keadaan lapangan, jenis tanaman, jenis satwa, tipe iklim, dan keadaan musim. Besar nilai faktor proper use untuk penggunaan lapangan ringan adalah 25 – 30%, penggunaan sedang 40 – 45%, dan penggunaan berat sebesar 60 – 70%. Berdasarkan hasil penelitian di negara-negara tropis, periode istirahat (r) nilainya berkisar 10 – 14 minggu (Akmal, 2004). Menurut Akmal (2004), periode merumput (s) pada setiap satuan tanah adalah 15 hari dan periode istirahat (r) adalah 70 hari (10 minggu). Berdasarkan data ini, didapat jumlah satuan luas padang rumput terkecil (paddock) yang dibutuhkan oleh satu unit rusa (y) adalah 5,67. Berdasarkan penelitian Fajri (2000) dalam Akmal (2004). Produksi rata-rata rumput segar sebanyak 1,1424 kg/m2, dengan bobot kering 0,332 kg/m2, sedangkan kebutuhan rumput rusa berdasarkan hasil penelitian Aziz (1996) dalam Akmal (2004) adalah 8.043 kg bobot segar/ekor/hari atau 1.739 bobot kering/ekor/hari. Berdasarkan data di atas, kapasitas tampung padang rumput berdasarkan bobot segar adalah 11 ekor rusa/ha, sedangkan jika dhitung berdasarkan bobot kering adalah 14 ekor rusa/ha sehingga didapat sebuah kesimpulan bahwa pada tapak jumlah pakan yang dibutuhkan belum mencukupi dan perlu tambahan pakan baik dari luar maupun penambahan luasan padang rumput. Hasil perhitungan
59
kapasitas tampung padang rumput secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 11).
Tabel 11. Perhitungan Kapasitas Tampung Padang Rumput Menurut Produksi Rata-Rata Segar dan Bobot Kering Rumput (Akmal, 2004) No.
Keterangan
Satuan
Bobot Segar
Bobot Kering
1 2 3 4
Produksi rata-rata rumput Faktor proper use Rumput yang tersedia bagi rusa (1) x (2) Kebutuhan rumput per ekor rusa per hari
kg/ha % kg/ha kg/ekor/hari
11424 65 7425,6 8,043
3320 65 2158 1,739
5
Kebutuhan rumput per ekor rusa dengan periode merumput 15 hari (4) x 15
kg/ekor
120,645
26,085
6
Kebutuhan luas padang rumput untuk periode merumput 15 hari (5) : (3)
ha/ekor
0,016
0,012
7
Kapasitas tampung padang rumput dengan periode istirahat 70 hari (10 minggu) 1/((6)x(y)), nilai (y) = 5,67
ekor/ha
11,023
14,697
5.2.7. Kualitas Lanskap Aspek pembentuk kualitas lanskap di Kompleks BBRVBD adalah berupa pemandangan (view), akustik (sound), dan aroma. Pemandangan (view) pada tapak terbagi menjadi pemandangan yang baik (good view) dan pemandangan yang buruk (bad view). Pemandangan yang baik meliputi tapak secara keseluruhan yang merupakan kawasan terbuka hijau, dengan atraksi satwa liar (rusa) dimanfaatkan sebagai objek pemandangan yang dapat menggugah nilai estetika pada tapak. Pemandangan yang buruk meliputi beberapa bagian pada tapak, yakni daerah pembuangan sampah dan elemen-elemen perkerasan yang rusak. Pemandangan buruk perlu ditanggulangi semaksimal mungkin agar tidak mengganggu interpretasi tapak pengguna tapak. Akustik pada tapak terbagi menjadi akustik yang baik (good sound) dan akustik yang buruk (bad sound). Akustik yang baik terdapat pada tapak di bagian ruang terbuka, yakni suara angin yang berhembus dan suara kicauan berbagai burung. Akustik yang baik tetap dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai estetika
60
pada tapak. Akustik yang buruk terdapat pada batas tapak bagian timur yang berbatasan langsung dengan Jalan SKB dan pada daerah dekat utilitas pembangkit energi dan mesin pompa air. Akustik yang buruk dan tidak diharapkan ini diredam dengan tanaman dengan karakteristik yang mampu meredam kebisingan. Aroma tidak sedap berasal dari bau sampah dan bau dari kotoran rusa yang dipelihara di halaman belakang BBRVBD. Aroma tidak sedap ini dapat ditanggulangi dengan perbaikan fasilitas tempat penampungan sampah dan juga pemanfaatan penanaman tanaman aromatik. 5.2.8. Struktur Bangunan Bangunan yang terdapat pada Kompleks BBRVBD Cibinong memiliki bentuk arsitektur yang menarik dan menjadi ciri khas pada tapak. Hal tersebut terlihat dari bentuk bangunannya yang berarsitektur bangunan modern Jepang. Dalam pengembangan tapak selanjutnya, sebaiknya bentuk bangunan tetap dipertahankan, tetapi perlu diperhatikan perawatan di beberapa bagian bangunan agar terjaga kondisi yang baik. Sebagai pendukung bangunan yang secara khusus mengakomodasi para siswa dengan keterbatasan kemampuan fisik, hendaknya perancangan ruang terbuka juga lebih dispesifikkan untuk siswa. 5.2.9. Utilitas Utilitas yang telah ada pada tapak akan tetap dipertahankan, yaitu terdiri dari jaringan listrik, telepon, pemadam kebakaran (hydrant), serta saluran air bersih dan air kotor. Utilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan fungsi tapak dan membentuk kenyamanan bagi pengguna. 5.3 Aspek Sosial 5.3.1. Karakteristik Pengguna Tapak Pada umumnya segala fasilitas dan sarana yang ada pada Kompleks BBRVBD Cibinong adalah untuk mengakomodasi pengguna tapak yang sebagian besar penyandang cacat ringan dan cacat sedang. Penyandang cacat tersebut memiliki kondisi fisik dan ketahanan tubuh yang berbeda sehingga dalam perancangan ruang terbuka perlu diperhatikan standar untuk pemanfaatan elemenelemen taman pada tapak agar penyandang cacat dapat menggunakan ruang terbuka hijau dengan mudah, nyaman, dan maksimal.
61
5.3.2. Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak Dari analisis dan sintesis terhadap hasil kuisioner yang diajukan kepada siswa BBRVBD Tahun 2009 (angkatan XII), dapat disimpulkan bahwa kondisi ruang terbuka hijau pada saat ini sudah cukup baik, hanya saja masih diperlukan perancangan khusus untuk mengakomodir aktivitas siswa di ruang terbuka hijau yang sesuai dengan standar untuk siswa berketerbatasan kemampuan fisik. Siswa (responden kuisioner) mengharapkan adanya kegiatan tambahan yang dapat dilakukan pada ruang terbuka hijau berupa rekreasi aktif (kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan kebosanan) dan rekreasi pasif (kegiatan yang bersifat relaksasi untuk menghilangkan keletihan fisik). Selain itu, responden juga mengharapkan
adanya
tambahan
fasilitas
pada
ruang
terbuka
untuk
mengakomodasi kegiatan ruang luar. Hasil analisis persepsi dan harapan responden tersebut mengindikasikan perlu adanya perancangan ulang ruang terbuka hijau sebagai pemanfaatan ruang terbuka hijau pada Kompleks BBRVBD Cibinong.
VI. KONSEP RANCANGAN 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan RTH BBRVBD Cibinong adalah menjadikan suatu ruang terbuka hijau yang fungsional dan estetik. RTH BBRVBD Cibinong yang fungsional adalah RTH yang memiliki sarana dan fasilitas bagi siswa BBRVBD yang memiliki keterbatasan fisik. Salah satu bentuk aktivitas ruang luar yang dimaksud adalah berkebun sebagai bentuk praktik biofilia (kesukaan manusia pada alam dan makhluk hidup). Rangkaian kegiatan dari
penyemaian,
penanaman,
perawatan,
pemanenan
hingga
konsumsi
merupakan suatu rangkaian kegiatan berkebun. Selain itu, RTH BBRVBD juga memiliki fungsi sebagai penyeimbang iklim mikro lingkungan bagi kawasan sekitarnya dan fungsi konservasi sebagai habitat pemeliharaan rusa dan kehidupan satwa liar lainnya. RTH yang estetik adalah RTH yang memiliki nilai seni dan keindahan yang alami dan dapat dinikmati oleh penggunanya. Untuk menambah nilai estetika, RTH perlu didukung dengan penataan elemen-elemen lanskap yang sesuai, khususnya yang diharapkan oleh pengguna tapak. 6.2. Pengembangan Konsep Konsep dari perancangan BBRVBD Cibinong ini dikembangkan berdasarkan hasil sintesis menjadi empat konsep, yakni konsep konsep ruang, konsep fasilitas, sirkulasi, dan konsep tata hijau. 6.2.1. Konsep Ruang Perancangan RTH BBRVBD Cibinong bertujuan menata ruang sebagai kesatuan tema RTH yang estetik dan fungsional bagi penggunanya yang memiliki keterbatasan fisik. Alternatif ruang yang diusulkan merupakan hasil analisis dan sintesis yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa ruang yang dituangkan dalam bentuk peta konsep RTH BBRVBD Cibinong. Ruang yang dirancang terdiri dari ruang rekreasi aktif, ruang rekreasi pasif, dan ruang konservasi (Lampiran 12). Tabel 12 menyajikan matriks konsep program ruang, aktivitas, dan fasilitas.
63
6.2.2. Konsep Fasilitas Konsep fasilitas (Lampiran 13) yang direncanakan adalah fasilitas yang dapat mendukung aktivitas pengguna dan memberikan kenyamanan kepada pengguna pada waktu berada di dalam tapak, terutama dalam ruang-ruang. Fasilitas pendukung tapak disediakan berdasarkan pertimbangan letak, fungsi, dan estetika. Fasilitas pada ruang rekreasi aktif meliputi elemen-elemen taman yang sederhana agar memudahkan siswa dalam praktik berkebun (hortikultura). Fasilitas pada ruang rekreasi pasif meliputi elemen-elemen taman yang dapat mengakomodasi siswa untuk bersantai dan relaksasi menikmati keindahan taman dan atraksi dari satwa peliharaan baik secara pribadi (sosiofugal) maupun berkelompok (sosiopetal). Fasilitas pada ruang konservasi ditujukan untuk menjaga kelestarian habitat yang sesuai bagi satwa peliharaan sehingga satwa tersebut beradaptasi dengan maksimal. Tabel 12. Mariks Konsep Program Konsep Program
Ruang Rekreasi Aktif 1
Aktivitas menanam, merawat, dan memanen tananaman menyemai, menanam, dan merawat tanaman
Rekreasi Aktif 2 1. Rekreasi Aktif
Rekreasi Aktif 3 Rekreasi Aktif 4
mencuci tangan dan perkakas berkebun menyimpan perkakas berkebun menanam, merawat dan memanen tanaman menikamati efek penyejukan dan suara gemericik duduk (privat/sosiofugal)
2. Rekreasi Pasif
Rekreasi Pasif duduk (berkelompok/sosiopetal) berjalan-jalan
3. Konservasi
Fasilitas rak vertikultur
Elemen kayu, bokasi, dan tanaman sayur
rak semai, rak perkakas, dan vertikultur
kayu, bokasi, dan tanaman sayur
kran air
semen, pipa, kran
rak perkakas rak vertikultur kolam air bangku taman dan pergola gazebo open lawn
satwa makan
rumput dan pohon beringin
satwa minum
kolam/telaga
satwa beraktivitas (lari, menjelajah, berlindung, dan berkembang biak)
padang rumput dan vegetasi peneduh
Konservasi
besi, kayu, dan fiber glass kayu, bokasi, dan tanaman sayur air, semen, dan vegetasi besi, kayu, semen, dan tanaman rambat semen, genting dan keramik hamparan rumput rumput dan vegetasi peneduh (pohon dan semak) air, semen, dan vegetasi air rumput, pohon, dan semak
64
6.2.3. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi dikembangkan untuk memudahkan akses dan aktivitas serta mendukung program ruang pada tapak. Konsep sirkulasi pada tapak dibagi menjadi dua, yakni sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder (Tabel 13). Jalur sirkulasi primer merupakan jalur sirkulasi yang dikhususkan untuk sirkulasi kendaraan pada tapak dan juga pejalan kaki. Jalur sirkulasi ini hanya terbatas pada area penerimaan (area parkir). Pola konsep sirkulasi primer mengikuti pola sirkulasi primer yang telah ada pada tapak karena jalur sirkulasi tersebut merupakan bagian dari jalur sirkulasi utama kawasan secara keseluruhan untuk kendaraan. Material jalur sirkulasi primer secara khusus terdiri dari batu kerikil, pasir, dan aspal (Lampiran 14). Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalur penghubung antarruang dengan fasilitas sirkulasi yang aman untuk siswa dengan keterbatasan fisik. Jalur sirkulasi sekunder ini adalah untuk memfasilitasi siswa agar dapat beraktivitas dan memanfaatkan ruang-ruang pada tapak. Lebar sirkulasi ruang pejalan kaki dan penyandang cacat yang menggunakan alat bantu (kursi roda, kruk ketiak, dan lain sebagainya) akan direncanakan dengan lebar dan material yang sesuai dengan standar. Tabel 13. Konsep Sirkulasi Konsep Sirkulasi
Peruntukan
1. Primer 2. Sekunder
kendaraan
organik
batu pecah, sirtu, aspal
manusia manusia
organik anorganik
paving keramik rumput (open lawn) dan ramp
a. antarruang b. dalam ruang
Pola
Material
6.2.4. Konsep Tata Hijau Tata hijau (Lampiran 15) yang dikembangkan diharapkan dapat mendukung aktivitas dan memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak. Vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang sesuai atau dapat beradaptasi dengan kondisi tapak atau lingkungan BBRVBD dan dengan tingkat pemeliharaan yang rendah hingga semiintensif. Konsep tata hijau lebih ditujukan pada fungsi sebagai tanaman sayur, tanaman aromatik, dan tanaman hias. Selain itu, juga terdapat vegetasi yang ditujukan untuk peneduh, tanaman air, dan rumput untuk pakan satwa (Tabel 14).
65
Tabel 14. Konsep Tata Hijau Ruang
Rekreasi Aktif
Rekreasi Pasif
Konservasi
Koridor
Nama Latin
Nama Lokal
Fungsi
Brasica juncea
Sawi hijau
Tanaman sayur
Latuca sativa
Selada hijau
Tanaman sayur
Apium graveolens
Seledri
Tanaman sayur
Heliconia sp.
Pisang hias
Tanaman hias
Dieffenbachia sp.
Daun bahagia
Tanaman hias
Anthurium crystallinum
Kuping gajah
Tanaman hias
Caladium sp.
Keladi hias
Tanaman hias
Mandevilla sp.
Mandevila
Tanaman hias
Piper betle
Sirih
Tanaman hias
Allamanda sp.
Alamanda
Tanaman hias
Widelia biflora
Seruni rambat
Tanaman hias
Vinca rosea
Tapak dara
Tanaman hias
Ficus benjamina
Beringin
Tanaman peneduh
Axonopus compressus
Rumput gajah
Penutup tanah
Nymphaea lotus
Teratai
Tanaman hias
Typa angustifolia
Alang-alang air
Tanaman hias
Jasminum sambac
Melati
Tanaman aromatik
Lavandula angustifolia
Lavender
Tanaman aromatik
Portulaca sp.
Sutra bombay
Tanaman hias
Coleus sp.
Bayam-bayaman
Tanaman hias
VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi dan satwa) pada ruang terbuka hijau Kompleks BBRVBD Cibinong. Gambar rencana tapak (site plan) tersaji dalam Lampiran 16. 7.1. Rencana Ruang Berdasarkan pembagian ruang yang telah ditetapkan pada tahap konsep ruang, rencana tata ruang Kompleks BBRVBD Cibinong terbagi atas ruang rekreasi aktif, ruang rekreasi pasif, dan ruang konservasi. Berikut ini adalah matriks hubungan ruang, jenis aktivitas, fasilitas dalam ruang, dan standar kebutuhan ruang (Tabel 15).
Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) Pembagian Ruang
Jenis Aktivitas
Fasilitas
Standar Kebutuhan Ruang 10 m2/orang (Chiara dan Koppleman, 1990)
Rekreasi Aktif
berkebun
planter box, wastafel, rak semai, dan rak perkakas
Rekreasi Pasif
berjalan-jalan, dudukduduk, menikmati lingkungan sekitar
pergola, gazebo, dan bangku taman
8 m2/orang (Chiara dan Koppleman, 1990)
Konservasi
rusa makan, minum, menjelajah, berlindung, dan bekembang biak
pohon penduh, padang rumput, dan kolam/telaga
800 m2/ekor (Akmal, 2004)
Ruang rekreasi aktif (Lampiran 17, 18, 19, 20, 21, dan 22) adalah ruang yang direncanakan untuk kegiatan rekreasi alami sederhana dengan tujuan mendekatkan diri dengan alam dan meningkatkan hubungan pengguna dengan tanaman (berkebun). Praktik berkebun ini bertujuan menambah kegiatan pada ruang terbuka hijau dan menstimulasi aspek psikologis yang dilakukan dalam bentuk praktik budi daya tanaman. Ruang ini terletak pada ruang terbuka hijau di
67
antara ruang pelatihan vokasional siswa dan taman bundar di dekat ruang administrasi. Ruang rekreasi pasif (Lampiran 23, 24, dan 25) adalah ruang yang direncanakan untuk kegiatan rekreasi yang lebih bersifat interpretatif, seperti mengamati satwa, menikmati pemandangan, jalan-jalan, dan aktivitas rekreasi pasif lainnya. Ruang ini terletak di bagian barat laut pada tapak di dekat asrama staf pelatihan. Ruang konservasi (Lampiran 26, 27, dan 28) adalah ruang yang direncanakan untuk tempat perlindungan vegetasi satwa, terutama rusa. Ruang ini merupakan habitat rusa yang mengakomodasi rusa untuk menjelajah, berlindung dari terik matahari dan hujan, mencari makan dan minum, beristirahat, berkembang biak, dan membesarkan anak-anaknya. Ruang ini terletak pada bagian barat tapak, hal ini dimaksudkan agar ruang ini berfungsi optimal sebagai habitat satwa. Dari hasil analisis yang dilakukan dan ruang-ruang yang direncanakan, diperoleh gambaran mengenai jenis aktivitas rekreasi ruang luar, aktivitas satwa, dan kebutuhan vegetasi. Selanjutnya, dibuatlah matriks kesesuaian antara aktivitas tersebut dan sumber daya yang ada di tapak (Tabel 16). Tabel 16. Matriks Kesuaian Antara Sumber Daya dan Aktivitas Aktivitas Rekreasi Pasif
Makan & Minum
Berlindung
Berkembang Biak
Tumbuh
Suhu Kelembaban
+ + + -
+ + + +
+ + + -
+ + + +
+ + + +
Curah Hujan
-
-
-
-
+
+
Angin
+
+
+
+
+
+
Air
-
-
-
-
-
+
Topografi Tanah
Tapak
Vegetasi
+ + + -
Sumber Daya
Iklim
Satwa
Rekreasi Aktif
Pengguna Tapak
Pohon
-
-
+
+
+
+
Rumput
+
+
+
+
+
+
Keterangan:
+ : sesuai
- : kurang sesuai
68
Kondisi ruang terbuka hijau kompleks BBRVBD yang cukup luas dan terpencar menjadi beberapa bagian mengakibatkan hubungan antarruang yang tidak erat. Ruang-ruang yang direncanakan hanya dapat diakses melalui koridorkoridor
gedung.
Meskipun
terkesan
terpisah-pisah,
setiap
ruang
yang
direncanakan memiliki karakter yang sangat kuat sehingga dapat mengurangi kesan ambiguitas. Tabel 17 menyajikan matriks keterkaitan antarruang. Tabel 17. Matriks Hubungan Antarruang Ruang
Rekreasi Aktif
Rekreasi Aktif Rekreasi Pasif Konservasi
-
Keterangan: *
Rekreasi Pasif -
Konservasi *
*
-
: berhubungan tidak langung : tidak berhubungan
+
: berhubungan
7.2. Rencana Fasilitas Fasilitas yang direncanakan disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas masing-masing ruang. Pada ruang rekreasi aktif, fasilitas yang direncanakan adalah planter box dan rak susun vertikultur yang dapat berfungsi sebagai sarana berkebun yang sesuai dengan karakter pengguna. Selain itu, juga akan ditambahkan elemen taman lain berupa lampu taman, keran air, gudang sederhana untuk menyimpan perkakas (Gambar 38) berkebun, dan ramp yang aman untuk jalur masuk pengguna.
garpu untuk mendangir media tanam
sekop kecil untuk memasukkan media tanam
gunting untuk memangkas batang tanaman
sprayer untuk menyiram tanaman dan menyemprotkan pupuk dan pestisida
Gambar 38. Peralatan Berkebun yang Dibutuhkan pada Ruang Rekreasi Aktif
69
Menurut Haris dan Dines (1988), lebar minimum satu jalur pengguna kursi roda adalah 4’ (1200 mm), dengan lebar planter box 1200 mm dan tinggi 600 mm hingga 850 mm, serta tinggi kaki penyangga planter box 300 mm. Selain itu, terdapat ruang menjorok ke dalam pada bagian tinggi planter box sejauh 175 mm (Gambar 39). Gambar 40 menyajikan ilustrasi kegiatan yang akan dilakukan pada ruang rekreasi aktif. Pengguna tapak dapat melakukan budi daya tanaman yang merupakan suatu rangkaian kegiatan berkebun (hortikultura) dengan sarana yang lebih sederhana dan mudah.
Gambar 39. Standar Planter Box bagi Penyandang Cacat (Harris and Dines, 1988)
Gambar 40. Ilustrasi Bentukan Planter Box bagi Penyandang Cacat
70
Fasilitas yang direncanakan pada ruang rekreasi pasif adalah bangku taman,
gazebo,
dan
pergola.
mengakomodasi pengguna tapak
Fasilitas-fasilitas
ini
beristirahat sejenak,
diharapkan untuk
dapat
mengamati
lingkungan sekitar dengan alat inderanya. Pada ruang rekreasi pasif diharapkan, pengguna tapak dapat lebih berelaksasi dengan atraksi yang sangat minim, yakni duduk santai menikmati pemandangan, mendengarkan suara lembut, dan menikmati aroma yang menyegarkan (Gambar 41).
Gambar 41. Ilustrasi Rekreasi Pasif Bagi Penyandang Cacat Fasilitas pada ruang konservasi adalah menciptakan habitat yang alami bagi satwa dan vegetasi, yakni dengan pembuatan kolam/telaga untuk minum rusa. Fasilitas untuk interpretasi pada tapak berupa papan informasi (untuk peringatan dan himbauan) dan interpretasi. Referensi (Gambar 42) yang didapat dari Haris dan Dines (1988), terkait dengan standar zona peletakan papan informasi. Tinggi pandangan mata pengguna kursi roda berkisar antara 760 mm hingga 915 mm, sedangkan untuk tinggi pandangan mata orang berdiri normal (diasumsikan sama dengan tinggi berdiri pengguna kruk ketiak) kurang lebih 1,4 meter. Jarak pandang pembaca minimum adalan 1,2 meter hingga 1,8 meter dengan tinggi maksimal 1,5 meter. Sarana dan fasilitas diletakkan pada ketinggian di atas 0,9 meter, sedangkan ketinggian untuk sarana tempat sampah adalah d ibawah 0,9 meter.
Gambar 42. Zona Peletakan Papan Informasi (Harris and Dines, 1988)
71
7.3. Rencana Sirkulasi Sirkulasi yang direncanakan pada tapak terdiri dari sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer berfungsi sebagai jalur yang mengakomodasi kendaraan, sedangkan sirkulasi sekunder berfungsi sebagai yang mengakomodasi pengguna dan menghubungkan tempat-tempat pada setiap ruang. Sirkulasi sekunder lebih ditekankan pada peruntukan pengguna, yakni dengan keterbatasan fisik. Jalur sirkulasi sekunder pada tapak memanfaatkan koridor pada bangunan yang telah ada dan perombakan pada jalur pedestrian (jogging track) pada RTH BBRVBD. Hal ini dilakukan karena standar ukuran desain kurang memadai untuk sirkulasi penyandang cacat dengan alat bantu, dan terdapat spot ‘menjebak’ (buntu) sehingga jalur sirkulasi sekunder pada RTH BBRVBBD tersebut ditiadakan. Selain itu, kehadiran manusia dapat menganggu tingkat kenyamanan dan adaptasi rusa sehingga rusa tersebut merasa terusik dan menjauh dari manusia yang hendak melintas atau menghampirinya. Pertimbangan lain adalah karena perilaku rusa yang pada masa-masa tertentu (saat birahi dan musim kawin) menjadi rusa yang jalang sehingga dapat mengancam kehadiran pengguna tapak yang berada dalam kawasan tersebut. Komposisi jalur sirkulasi menentukan distribusi beban yang diberikan pada tanah (Gambar 43). Haris dan Dines (1988) mengemukakan dua jenis komposisi pendistribusian beban pada tanah, yakni beban ditopang oleh aspal/perkerasan kemudian langsung didistribusikan pada tanah (2 lapis yang meliputi perkerasan dan tanah) dan beban ditopang oleh aspal/perkerasan kemudian diredam terlebih dahulu selanjutnya dipencar ke tanah (3 lapis yang meliputi perkerasan, subgrade/bidang kerja, dan tanah). Pada tapak, jalur sirkulasi yang direncanakan adalah komposisi tiga lapis dengan tujuan menjaga kondisi jalur sirkulasi dari beban yang akan ditanggungnya,
Gambar 43. Komposisi Aspal Jalur Sirkulasi (Harris and Dines, 1988)
72
Secara detil dimensi ukuran kursi roda dengan memiliki lebar 2’-1” (63,5 cm), panjang 3’-6” (106,8 cm), dan tinggi 125 cm (Gambar 44). Gambar 45 dan 46 menyajikan lebar jalur kursi roda yang direkomendasikan untuk satu jalur pengguna kursi roda adalah 4’ (121,92 cm), untuk dua jalur arah adalah 6’ (182,88 cm), dan untuk satu pengguna kursi roda dan satu pengguna kruk ketiak adalah 5’ (152,4 cm) (Brooks, 1988). Jalur sirkulasi yang saat ini terdapat pada tapak adalah Kelas III (jalur sirkulasi untuk satu pengguna kursi roda) jalur ini akan dipertahankan. Jalur sirkulasi yang akan direncanakan adalah Kelas II, yakni dengan sirkulasi dua arah oleh pengguna kursi roda untuk memudahkan akses.
Gambar 44. Standar Khusus dan Manuver Kursi Roda (Brooks, 1988)
Gambar 45. Standar Jalur Sirkulasi bagi Penyandang Cacat (Harris and Dines, 1988)
73
Gambar 46. Rekomendasi Jalur Sirkulasi Pengguna Kursi Roda (Brooks, 1988) 7.4. Rencana Tata Hijau Rencana vegetasi direncanakan sesuai dengan kebutuhan ruang yang direncanakan serta fungsi-fungsi pada ruang. Pada ruang rekreasi aktif, tata hijau direncanakan komposisi, susunan, bentukan, dan fungsinya untuk menunjang aktivitas rekreasi aktif. Ruang rekreasi aktif yang direncanakan berupa taman sayur. Pohon peneduh diperlukan sebagai shelter, tetapi tidak terlalu rimbun agar cahaya matahari dapat masuk dan memberikan cahaya bagi tanaman budi daya yang ditanam oleh pengguna tapak. Pada ruang rekreasi pasif, tata hijau direncanakan komposisi, susunan, bentukan, dan fungsinya untuk dapat menunjang aktivitas rekreasi pasif. Pohon peneduh digunakan sebagai shelter bagi pengguna tapak sehingga pengguna tapak dapat berteduh di bawahnya. Tanaman dengan bentukan, tekstur, dan aroma yang khas juga digunakan untuk menarik pengunjung tapak untuk masuk dan beraktivitas di dalamnya. Pada ruang konservasi, tata hijau direncanakan komposisi, susunan, bentukan, dan fungsinya sebagai habitat bagi satwa terutama rusa. Pada ruang konservasi ini, tata hijau diharapkan dapat menjadi tempat perlindungan dan tempat untuk beraktivitas bagi rusa sehingga dibutuhkan bentukan hutan sebagai tempat berlindung dan pertanaman rumput untuk beraktivitas bagi rusa.
VIII. RANCANGAN TAPAK Perancangan adalah tahapan terakhir dari proses studi penelitian ini. Perancangan merupakan pengembangan dari konsep dan perencanaan dari tahapan sebelumnya. Perancangan pada tapak memperlihatkan hubungan yang menyatu antarruang dalam tapak. Secara garis besar terdapat empat komponen yang akan dirancang, yakni perancangan sirkulasi, perancangan ruang, perancangan fasilitas dan perancangan tata hijau. 8.1. Rancangan Ruang Dari sisa lahan tidak terbangun sebesar 22.742 m2, ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan dan dirancang adalah seluas 6.450,58 m2. Ruang rekreasi aktif seluas 1.724 m2, terbagi menjadi empat bagian yang terpisah di antara bangunan pada bagian selatan tapak. Ruang rekreasi pasif seluas 370 m2 terdapat pada bagian barat laut tapak. Ruang konservasi seluas 4.356,58 m2 terdapat pada bagian sebelah timur tapak. Pada tiap ruang akan diletakkan fasilitas dan pola sirkulasi yang sesuai untuk mengakomodasi segala bentuk aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh pengguna tapak sehingga pengguna tapak dapat mengintepretasi ruang dengan maksimal. 8.2. Rancangan Fasilitas Pada ruang rekreasi aktif, fasilitas yang disediakan adalah bangunan vertikultur bertingkat, bangunan penyemaian, bangunan gudang sederhana untuk perkakas, keran air, lampu taman, dan kolam. Pada ruang rekreasi pasif, fasilitas yang disediakan adalah gazebo, pergola, dan bangku taman, sedangkan pada ruang konservasi adalah papan informasi dan kolam air. Semua rancangan fasilitas tersaji dalam gambar detail dengan skala, ukuran, dan material yang digunakan. Bangunan vertikultur (Lampiran 29 dan 30) adalah bangunan yang digunakan untuk melakukan kegiatan (berkebun) hortikultura. Bahan yang digunakan adalah papan kayu dengan ukuran panjang 1,5 m, lebar 8 cm, dan tebal 4 cm. Bentuk bangunan adalah silang susun dengan sisi panjang digunakan untuk meletakkan pipa paralon atau bambu. Dimensi keseluruhan bangunan rak vertikultur (panjang x lebar x tinggi) adalah 2 m x 1,4 m x 1,4 m, Jumlah tingkat rak susun adalah 4 tingkat. Jumlah pot pipa paralon adalahah 10 buah, dengan
75
susunan Tingkat 1 terdapat 4 buah pot, Tingkat 2 terdapat 3 buah pot, Tingkat 3 terdapat 2 buah pot, dan Tingkat 4 terdapat 1 buah pot. Kapasitas tanam setiap pipa pot paralon dengan panjang 2 meter yang diisi media tanam bokasi dapat ditanami 9 tanaman sayur. Jadi, jumlah total tanaman yang dapat ditanam pada sebuah bangunan vertikultur adalah 10 buah pot x 9 tanaman per pot adalah 90 tanaman. Bangunan penyemaian/rak semai (Lampiran 31 dan 32) adalah tempat untuk menyemaikan benih menjadi bibit sayur yang akan ditanam pada bangunan vertikultur. Bahan yang digunakan adalah besi bentuk huruf L, papan kayu ukuran ± 1 cm, dan paranet. Dimensi keseluruhan bangunan rak semai (panjang x lebar x tinggi) adalah 3 m x 3 m x 1,8 m. Bagunan rak perkakas (Lampiran 33 dan 34) adalah tempat untuk menaruh perkakas yang digunakan dalam kegiatan (berkebun) hortikultura. Bahan yang digunakan adalah besi berbentuk huruf L, papan kayu, fiber glass, dan gagang pintu. Pintu rak perkakas berupa pintu sorong. Dimensi keseluruhan bangunan rak perkakas (panjang x lebar x tinggi) adalah 3 m x 1,5 m x 1,8 m. Bangunan keran air (Lampiran 35 dan 36) adalah fasilitas untuk membersihkan perkakas dan juga membersihkan bagian tubuh yang kotor saat melakukan kegiatan pada tapak. Bahan yang digunakan adalah semen, pipa air, lubang outlet air, dan keran air. Dimensi keseluruhan bangunan keran air (panjang x lebar x tinggi) adalah 1,05 m x 1 m x 0,8 m. Lampu taman (Lampiran 37 dan 38) adalah fasilitas penerangan pada ruang-ruang di malam hari. Bahan yang digunakan adalah besi, pipa kabel, kaca lampu dove warna putih susu, adukan semen, dan sirtu (pasir dan batu). Dimensi keseluruhan bangunan lampu taman (panjang x lebar x tinggi) adalah 2 m x 0,5 m x 0,5 m. Tinggi lampu dipertimbangkan di atas tinggi mata dan badan manusia (± 1,8 meter) sehingga tidak mengganggu pandangan. Selain itu, dipilih warna dove putih susu agar tercipta suasana pencahayaan yang nyaman (natural). Kolam (Lampiran 39 dan 40) adalah fasilitas yang terdapat pada ruang aktif guna menciptakan suasana gemericik air yang harmonis dan membantu efek penyejukan. Bahan yang digunakan adalan keramik, nozzle, pipa air, pompa air,
76
dan adukan semen. Keseluruhan bangunan kolam berdimensi diameter 4 meter dan tinggi 0,4 meter. Gazebo (Lampiran 41, 42, dan 43) adalah bangunan yang digunakan untuk berteduh dari cuaca panas dan hujan. Bangunan ini ditujukan untuk mempererat hubungan sosial antar pengguna untuk saling berinteraksi (sosiopetal). Bahan yang digunakan untuk struktur pondasi, lantai, dan dinding adalah bata merah, pasir, spesi adesif, keramik, dan batu kali, sedangkan untuk rangka atap dan penutup atap adalah listplank, trusses zam, reng, baut, genteng, dan nok genteng. Dimensi keseluruhan bangunan gazebo (panjang x lebar x tinggi) adalah 4 m x 2,5 m x 3 m. Pergola (Lampiran 44, 45, dan 47) adalah bangunan yang digunakan untuk berteduh dari cuaca panas dan hujan, dilengkapi dengan bangku taman memanjang untuk meregangkan hubungan sehingga tercipta ruang privat (sosiofugal), dan dirambati dengan tanaman merambat yang unik, yakni tanaman berbunga dan beraroma harum. Bahan yang digunakan adalah bata merah, adukan semen, pasir, dan pipa besi. Dimensi keseluruhan bangunan pergola (panjang x lebar x tinggi) adalah 3 m x 2 m x 3,4 m. Bangku taman (Lampiran 46 dan 47) adalah site furniture yang digunakan untuk tempat duduk pengguna tapak. Bahan yang digunakan adalah besi dan kayu. Dimensi keseluruhan bangunan bangku taman (panjang x lebar x tinggi) adalah 1,9 m x 0,5 m x 0,75 m. Papan informasi (Lampiran 48 dan 49) adalah site furniture untuk menginformasikan dan menghimbau pengguna tapak. Bahan yang digunakan adalah tiang penyangga, papan kayu, adukan semen, dan sirtu (pasir dan batu). Dimensi keseluruhan bangunan papan informasi (panjang x lebar x tinggi) adalah 1 m x 0,45 m x 1,5 m. Kolam/telaga (Lampiran 50 dan 51) adalah badan air pada ruang konservasi yang difungsikan sebagai sumber air minum bagi satwa, efek penyejukan, dan habitat bagi tanaman air. Bahan yang digunakan adalah spray nozzle, lubang drainase, paving beton, dan adukan semen. Planter box koridor (Lampiran 52, 53, 54, dan 55) adalah bangunan yang saat ini terdapat di koridor gedung. Dimensi keseluruhan bangunan (panjang x
77
lebar x tinggi) adalah 2,5 m x 0,6 m x 0,75 m. Planter box saat ini dimanfaatkan sebagai jalur vegetasi koridor yang memiliki repetisi desain baik warna maupun aroma yang khas. 8.3. Rancangan Sirkulasi Jalur sirkulasi primer diberi perkerasan yang terdiri dari batu kerikil, pasir, dan aspal. Lebar jalur sirkulasi primer bervariasi 3 – 6 meter, memiliki kemiringan ke tepi jalan 1 – 2%, dilengkapi oleh saluran buangan air dari genangan air hujan dan taman tepian jalan. Rancangan sirkulasi menggunakan jalur sirkulasi yang telah ada pada tapak karena standar ruang surkulasi primer telah memadai untuk sirkulasi primer dan kendaraan (Lampiran 56). Terdapat jalur sirkulasi saat ini yang ditiadakan pada ruang konservasi, tetapi tetap ada jalur sirkulasi yang direncanakan, yakni jalur sirkulasi sekunder pada ruang rekreasi pasif yang menghubungkan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. Jalur sirkulasi sekunder diberi perkerasan paving. Lebar jalur sekunder untuk jalur sirkulasi satu arah pengguna kursi roda adalah 1,2 meter; jalur sirkulasi dua arah pengguna kursi roda adalah 1,8 meter; lebar untuk satu pengguna kursi roda dan 1 pengguna tanpa alat bantu (kruk ketiak) adalah 1,5 meter. Rancangan jalur rekreasi sekunder pada ruang rekreasi pasif adalah untuk mengakomodasi pengguna tapak dalam mengakses fasilitas yang ada pada tapak. Standar dan ukuran jalur sirkulasi yang akan dirancang adalah jalur pedestrian dengan lebar 1,8 meter yang ditujukan untuk dua orang pengguna kursi roda dari dua arah (Lampiran 56). 8.4. Rancangan Tata Hijau Tata hijau yang dirancang pada ruang rekreasi aktif adalah berupa taman hortikultura, yakni kombinasi tanaman sayur dengan tanaman hias. Pada bangunan vertikultur model silang susun, setiap lajur pipa paralon dapat ditanami 9 tanaman sayur. Pada tingkat yang paling tinggi (Tingkat 3 dan 4), perlu dipilih jenis tanaman yang betul-betul tahan terhadap sengatan sinar matahari langsung, yakni sawi hijau (Brasica juncea). Sementara pada tingkatan di tengah (Tingkat 2), dapat digunakan jenis tanaman yang agak tahan naungan, yakni selada hijau (Latuca sativa), begitu pula dengan tingkatan yang paling bawah (Tingkat 1),
78
yakni seledri (Apium graveolens). Tanaman sayur tersebut dikombinasikan dengan berbagai tanaman hias, di antaranya, pisang hias (Heliconia sp.), daun bahagia (Dieffenbachia sp.), kuping gajah (Anthurium crystallinum), dan keladi hias (Caladium sp.). Tata hijau pada ruang rekreasi pasif adalah berupa tanaman peneduh. Pada kondisi saat ini terdapat tiga tanaman besar (hanjalutung) yang cukup menaungi dan planter box. Namun, pada perancangan ini ditambahkan tanaman merambat pada pergola, yakni kombinasi pada bidang atap dirambati tanaman rambat berbunga Mandevila (Mandevilla sp.). Selain itu, perlu variasi tamanan yang ditanam pada planter box agar mendapatkan kesan gradasi dan tidak monoton. Tanaman yang akan ditanam adalah seruni rambat (Widelia biflora) dan tapak dara (Vinca rosea). Tata hijau pada ruang konservasi adalah dengan pengaturan tanaman agar terbentuk kawasan naungan (berupa hutan dan semak) dan juga kawasan padang rumput. Hal ini ditujukan pada kebutuhan aktivitas rusa pada tapak agar rusa dapat beradaptasi maksimal dengan habitatnya. Tambahan pohon naungan yang sesuai adalah pohon beringin (Ficus benjamina) yang rontokan daunnya disukai oleh rusa. Pada beberapa bagian batang pohon perlu diberi pelindung agar pada saat rusa tersebut pada masa jalangya tidak dapat merusak batang tanaman dengan tanduknya. Rumput gajah (Axonopus compressus) ditanam pada bagian tapak yang telah gundul agar dapat menambah produksi untuk pakan rusa. Selain itu, untuk mempercantik bagian kolam/telaga air mancur, juga diberi tanaman air, yakni teratai (Nymphaea lotus) dan alang-alang air (Typa angustifolia). Tata hijau pada koridor (Lampiran 55 dan 56) sebagai pengisi planter box adalah kombinasi tanaman aromatik dan tanaman berbunga berwarna menarik. Hal ini diupayakan agar koridor tersebut dapat memberikan sensasi pada alat indera sebagai bentuk interpretasi ruang luar bagi pengguna tapak. Tanaman aromatik yang digunakan adalah melati (Jasminum sambac) dan lavender (Lavandula angustifolia). Tanaman bunga atau tanaman berdaun indah juga dikombinasikan dengan tanaman aromatik, jenis yang digunakan meliputi sutra bombay (Portulaca sp.) dan bayam-bayaman (Coleus sp.).
IX. PENUTUP 9.1. Kesimpulan Kompleks BBRVBD Cibinong menyediakan RTH yang cukup baik tetapi belum termanfaatkan dengan maksimal untuk mengakomodasi kegiatan ruang luar bagi pengguna (siswa dengan keterbatasan kemampuan fisik). Selain itu, RTH BBRVBD Cibinong juga belum mewujudkan habitat alami bagi satwa peliharaan (rusa). Data aspek kondisi umum, biofisik, dan sosial menunjukan berbagai potensi dan kendala yang ada pada tapak. Potensi dan kendala tersebut dianalisis dan disintesis sehingga menjadi alternatif pemanfaatan potensi dan penyelesaian kendala untuk menciptakan RTH yang bermanfaat. Konsep utama dari perancangan RTH BBRVBD Cibinong adalah menjadikan suatu ruang terbuka hijau yang fungsional dan estetik. RTH BBRVBD Cibinong yang fungsional adalah RTH yang dapat dimanfaatkan sebagai tambahan aktivitas ruang luar bagi siswa BBRVBD yang memiliki keterbatasan fisik. Selain itu, RTH BBRVBD juga memiliki fungsi sebagai penyeimbang iklim mikro lingkungan bagi kawasan sekitarnya dan fungsi konservasi sebagai habitat pemeliharaan rusa dan kehidupan satwa liar lainnya. Proses perencanaan dan perancangan yang dilakukan menghasilkan ruang rekreasi aktif, ruang rekreasi pasif, dan ruang konservasi. Ruang rekreasi aktif 1, 2, 3, dan 4 yang terdapat pada ruang terbuka pada bagian selatan tapak. Total luas ruang rekreasi aktif yang dirancang adalah 1.724 m2 dengan fasilitas yang mengakomodasi kegiatan berkebun. Fasilitas pada ruang rekreasi aktif meliputi rak semai, rak vertikultur, rak perkakas, kran air, planter box dan perlatan berkebun lainnya. Ruang rekreasi pasif yang dirancang berada pada bagian barat laut tapak yang memiliki objek pemandangan ruang konservasi sebagai habitat dan atraksi satwa liar yang dipelihara (rusa). Luas ruang rekreasi pasif adalah 370 m2. Aktivitas yang dapat dilakukan pada ruang rekreasi pasif adalah relaksasi baik secara pribadi maupun berkelompok. Fasilitas yang disediakan pada ruang rekreasi pasif adalah gazebo, pergola, dan open lawn area. Ruang konservasi dirancang untuk menciptakan habitat alami sehingga memudahkan adaptasi satwa liar yang dipelihara (rusa). Ruang konservasi yang dirancang adalah seluas 4.356,58 m2 dengan penambahan fasilitas kolam/telaga dan pohon beringin
80
sebagai pohon peneduh yang memiliki perakaran kokoh dan rontokan daunnya disukai oleh rusa. Perancangan ulang RTH Kompleks BBRVBD Cibinong adalah salah satu solusi bentuk pemanfaatan RTH yang dapat mengakomodasi kegiatan ruang luar bagi penyandang cacat ringan dan cacat sedang. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada ruang terbuka hijau adalah berkebun secara sederhana yang terdiri dari kegiatan menyemai, menanam, merawat, memanen hingga mengkonsumsi hasil panen. Kegiatan berkebun tersebut dapat dilakukan oleh penyandang cacat ringan dan cacat sedang. Hasil dari rancangan tapak diharapkan dapat mengakomodasi kegiatan rekreasi ruang luar (baik partisipasi aktif maupun pasif) dan konservasi dengan pendetilan elemen-elemen yang mendukung segala aktivitas pada tapak bagi siswa. Dengan adanya ruang terbuka hijau ini, siswa tidak hanya mendapat bekal pelatihan vokasional di BBRVBD Cibinong, tetapi juga mendapatkan pelajaran dan pengalaman praktik berkebun serta pengetahuan mengenai tanaman hortikultura. Selain itu siswa dapat mengetahui tentang perilaku dan habitat rusa. 9.2. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi BBRVBD dalam melestarikan salah satu ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan yang padat akan bangunan. Perlu adanya kerja sama serta tanggung jawab bersama antara pengelola BBRVBD Cibinong dan pengguna tapak (siswa) untuk membuat kesepakatan dalam menjaga RTH BBRVBD agar kehadirannya tetap bermanfaat bagi pengguna tapak dan lingkungan sekitar. Hasil studi ini dapat digunakan sebagai referensi dan masukan bagi pusat rehabilitasi penyandang cacat sebagai salah satu bentuk pemanfaatan RTH sebagai area rekreasi ruang luar.
DAFTAR PUSTAKA Akmal, M. 2004. Perencanaan Hutan Kota Sebagai Habitat Rusa Tutul (Axis axis) di Taman Medan Merdeka Jakarta. Skripsi. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arifin, H.S. dan N.H.S. Arifin 2005. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. [BBRVBD] Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa. 2003. Kajian tentang Kesesuaian Fasilitas dengan Kondisi Kecacatan Siswa di Balai Besar Rehabilitasional Bina Daksa (BBRVBD) Cibinong Bogor. BBRVBD. Bogor. Booth, N.K. 1983. Basics Element of Landscapes Architecture Design. Waveland Press Inc. Illonois. Brooks, R.G. 1988. Site Planning: Environment, Process and Development. Prentice Hall Carrer and Technology. New Jersey. Carpenter, P.L., T.D. Walker, and F.O. Lanphear. 1975. Plants In The Landscape. W.H. Freeman and Co. San Francisco. Cooper-Marcus. C, and M. Barnes. 1999. Healing Gardens: Therapeutic Benefits and Design Recommendations. John Wiley and Sons. New York. Chiara, J.D. dan L.E. Koppelman. 1990. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. [Depdagri] Departemen Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta Douglass, R.W. 1982. Forest Recreation. Pergamon Press. New York. Gold, S.M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co., Inc. New York. Grey, G.W. and F.J. Deneke.1978. Urban Forestry. John Wiley & Sons, Inc. New York. Grzimek, B. 1972. Animal Life Encyclopedia. Van Nostrand Reinhold, Co. New York. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Haris, C.W. and N.T. Dines. 1988. Time-Saver Standards for Landscape Architecture. McGraw-Hill Inc. New York. Isparjianti, I. 2008. Kronologis kecacatan penyandang cacat tubuh dalam Mandiri Edisi XIV No. 17 Juli-Desember 2008 : 17. Kartasapoetra, A.G. 2008. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. PT Bumi Aksara. Jakarta. Laurie, M. 1986. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Intermatra. Bandung.
McDowell, C.F., and T.C. McDowell. 1998. The Sanctuary Garden. Fireside Books. New York.
Reid, W.G. 1993. Form Concept to Form. Van Nostrand Reinhold. New York. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co,. Inc. New York. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Faperta IPB. Bogor. Supriati, Y., Y. Yulia, dan I. Nurlaela. 2008. Taman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat. Van Dyke, S. 1990. From Line to Design. Design Graphics Communications. Van Nostrad. Co., New York. Widarto, L. 1994. Vertikultur: Bercocok Tanam Secara Bertingkat. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
84
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN
PERANCANGAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR Penelitian ini bertujuan merancang RTH sebagai area rekreasi berbasis terapi ruang luar yang dapat mengakomodasi kebutuhan bagi penghuni BBRVBD Cibinong, Kabupaten Bogor Terima kasih diucapkan atas partisipasi Anda Yohanes Andika Fajar Abadi (A44052289), Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB)
A. Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Umur B. Persepsi Keadaan Umum 1) Tahukan Anda ruang terbuka hijau (RTH) BBRVBD Cibinong? A. ya B. tidak 2) Berapa kali dalam seminggu kunjungan Anda ke RTH BBRVBD? A. tidak pernah B. jarang(1-2) C. sering(3-4) 3) Pada saat kapan anda datang ke RTH BBRVBD? A. pagi B. siang C. sore 4) Aktivitas apa yang anda lakukan di RTH BBRVBD? A. duduk-duduk B. berolah raga C. berekreasi 5) Menurut Anda, bagaimana kondisi RTH BBRVBD saat ini? A. sangat buruk B. buruk C. baik 6) Suasana apa yang Anda rasakan saat berada di RTH BBRVBD? A. sangat panas B. panas C. teduh 7) Bagaimana kualitas pemandangan/visual di RTH BBRVBD? A. sangat buruk B. buruk C. biasa saja 8) Bagaimana situasi yang anda rasakan di RTH BBRVBD? A. sangat bising B. bising C. sunyi 9) Bagaimana kondisi kebersihan di RTH BBRVBD? A. sangat buruk B. buruk C. baik 10) Bagaimana ketersediaan fasilitas penerangan di RTH BBRVBD? A. sangat buruk B. buruk C. baik
D. selalu(5-6) D. malam D. lainnya,…….. D. sangat baik D. sangat teduh D. sangat indah D. sangat sunyi D. sangat baik D. sangat baik
Halaman 1 dari 2 halaman
85
11) Bagaimana kualitas fasilitas rekreasi taman (bangku taman, gazebo/pondokan/saung taman, paving/jalur jalan dan tempat sampah)? A. sangat buruk B. buruk C. baik D. sangat baik 12) Bagaimana keadaan tanaman di RTH BBRVBD? A. sangat buruk B. buruk C. baik D. sangat baik 13) Bagaimana komposisi tanaman di RTH BBRVBD? A. sangat buruk B. buruk C. baik D. sangat baik 14) Apakah Taman RTH BBRVBD telah berfungsi sebagai taman terapi? A. sudah B. belum C. Harapan Penghuni dan Pengguna Tapak 1) Aktivitas apa yang Anda inginkan di RTH BBRVBD? a. Rekreasi aktif Æ olahraga, berkebun, permainan b.Rekreasi pasif Æ duduk, berbincang 2) Fasilitas apa yang anda harapkan di RTH BBRVBD? (jawaban boleh lebih dari 1) a. Bangku taman b.Gazebo/saung/pondokan c. Kolam hias/kolam ikan d.Lampu taman e. Pot tanaman (planter box) 3) Warna apa yang Anda harapkan untuk fasilitas di RTH BBRVBD? a. Cerah/hangat Æ merah, oranye, kuning b.Gelap/dingin Æ hijau, biru, ungu 4) Pola taman apa yang Anda sukai? a. alami Æ organik b.formal Æ simetris dan geometris 5) Jenis pohon apa yang Anda sukai? a. Pohon berbunga indah b.Pohon berdaun rimbun c. Pohon berbuah 6) Jenis semak bagaimana yang Anda sukai? a. Semak berbunga indah b.Semak berdaun rimbun c. Semak pangkas d.Semak berbau wangi 7) Komposisi taman apa yang anda inginkan? a. Tanaman saja b.Tanaman dan hewan peliharaan ____________________________________________________________________
Halaman 2 dari 2 halaman
Lampiran 2
86
DAFTAR PENGISI KUISIONER PENELITIAN ( SABTU, 16 MEI 2009) No.
No. Kuisioner
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
S-001 S-002 S-003 S-004 S-005 S-006 S-007 S-008 S-009 S-010 S-011 S-012 S-013 S-014 S-015 S-016 S-017 S-018 S-019 S-020 S-021 S-022 S-023 S-024 S-025 S-026 S-027 S-028 S-029 S-030 S-031 S-032 S-033 S-034 S-035 S-036 S-037 S-038
Nama Tuti Sulyati Tazili Retno Setianingsih Munah Rufina Amalia Afriyani Tri Riyanti Rina Fatima Ida Royani Semiha Khairiah Sawal Hartini Yuli Sugiasih Karmila Wati Widarsih Salma Irma Suryani Nurlaila Iskandar A. Beartty Sugianti Fetri Lisnawati Rini Rahayu Shenta Damayanthy Tophan Septana Y. Febri Ari Riyanto Mashur Baharudin Antonius Rudi Ismed Hassan M Hasan Basri Wahyu Sutarto Yudhi Haryono Ahmad Khoironi Made Susila Yasa M. Gigih Setiawan Miswandi Joko Julianto Khairil Rahyudi Winarto
Usia (tahun) 26 25 23 27 22 18 19 29 23 20 24 30 26 20 27 20 22 20 23 21 26 25 22 23 24 25 21 27 27 30 25 21 25 27 24 21 21 22
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
87
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
S-039 S-040 S-041 S-042 S-043 S-044 S-045 S-046 S-047 S-048 S-049 S-050 S-051 S-052 S-053 S-054 S-055 S-056 S-057 S-058 S-059 S-060 S-061 S-062 S-063 S-064 S-065 S-066 S-067 S-068 S-069 S-070 S-071 S-072 S-073 S-074 S-075 S-076 S-077
M. Nizar Zamul Muuuke Komarudin Benny Saputra Arie Hilal Daeng Umar Sutarno Yusuf Efendi Kaplale Isrial Deni H. Solihin Abdul Rohman Rasai M. Denny Novianto Sarinto Adi Saputra Samhudi Suprapto Rusdi Yahya Ivan Tirta Dinata Dani Pramujito Khairoamali Solikhin Muchlis Rakmat Hidayat Beartta Sugianto Rusdi A. Bachtiar M. Edi Sopandi Ebiet Andi Yasir Tody Santom Muhammad Riduan Isdaturrahman Sidiq Bahrinsyah Puji Hartono Abaz M. Anwar Egidius Faimnasi
24 29 28 23 19 28 29 20 25 20 30 26 26 23 26 24 29 23 23 26 26 24 29 17 26 20 22 21 23 19 24 22 26 25 24 31 21 25 24
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
88
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93
S-078 S-079 S-080 S-081 S-082 S-083 S-084 S-085 S-086 S-087 S-088 S-089 S-090 S-091 S-092 S-093
Fitri Joko Rikhardo Martua Sabianus Korbafo Michael Jondry M. Yefri Tse Jowan Idris Sitohang Fredy Agustinus Thaib Thahir Basri Sudek Syukur Hadris Fadilah Raikus Mardianto Lazarus M.Y. Sanu Dominikus H. Decky Muabuay Wawang Sunarya
29 24 22 22 25 26 22 25 18 18 24 23 29 27 25 27
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Keterangan Lokasi Penelitian
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA JENIS TANAH Sumber: Bappeda Kabupaten Bogor
DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR
LAMPIRAN 3
89
Keterangan Kontur Mayor Kontur Minor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA TOPOGRAFI
4,02
0
DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30
LAMPIRAN 4
90
Keterangan Aliran Permukaan Aliran drainase buatan
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA HIDROLOGI
4,02
0
DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30
LAMPIRAN 5
91
Keterangan Bangunan
Lapangan upacara
Mushola
Lapangan voli
Aspal Turab Koridor
Ruang terbuka hijau Permukiman Pegawai
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA UTILITAS DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30
LAMPIRAN 6
92
Keterangan Bangunan
Lapangan upacara
Mushola
Lapangan voli
Aspal Turab Koridor
Ruang terbuka hijau Permukiman Pegawai
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA INVENTARISASI: SITUASI DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30
LAMPIRAN 8
94
Lampiran 9 DATA SISWA BBRVBD CIBINONG TAHUN 2009 Bidang Keterampilan Penjahitan No. Nama Jenis Kelamin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Komarudin Ida Royani Tuti Sulyati Tazili Yuli Sugiasih Karmila Wati Khairiah Made Susila Yasa Yefri Tse Retno Setianingsih Tri Riyanti M. Nizar Nurlaila Iskandar A. Salma Efendi Kaplale Solihin Irma Suryani Riduan Widarsih Beartty Sugianti Semiha Miswandi
Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki
Usia
Tempat Tanggal Lahir
Jenis Kecacatan
Alat Bantu
Pendidkan
Asal
21 29 27 31 27 20 26 26 26 19 28 22 28 26 26 21 24 20 21 24 24
Cirebon, 03 Des 1988 BandarJaya, 18 Agu 1980 Palembang, 20 Apr 1982 Poncowati, 20 Jul 1978 Tapin, 20 Jun 1982 Tangang, 20 Jan 1989 Pangkungbuluh, 07 Sep 1983 Nusa, 05 Jun 1983 Jakarta, 02 Jun 1983 Bandarlampung, 09 Nov 1990 Tanah Abang, 5 Agu 1981 Lawui, 05 Mei 1987 Malbufa, 17 Agu 1981 LampungMaluan, 27 Mei 1983 Semarang, 07 Jan 1983 Majalengka, 05 Mei 1988 Cianjur, 13 Jan 1985 Jayasakti, 15 Mar 1989 Banyumas, 17 Jul 1988 Bogor, 03 Nov 1985 Baulin, 15 Mei 1985
FAD FBS/Ka TRW FBS/Ka FBS/Ki FAS/Ka , FBS/Ka FBS/Ki FBS/Ki TRW FAS/Ka , FBS/Ka ABS/Ki FBS/Ka FBS/Ka FBS/Ka FBS/Ka ABS/Ka FBS/Ka FBS/Ki TRW TRW FBS/Ka
Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Prothese Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu
SMP SMP SMA SMA MAN SMP SMP SMP SMALB SMP SMP SMP SMP SMP SMA SMP SMP SMP SMALB SMA SMA
Jabar Lampung Sumsel Lampung Kalsel Kalsel Bali NTT Tanggerang Lampung Babel Kalsel Kalsel Kalsel Jateng Jabar Jabar Lampung Jateng Kalsel Kalsel
24 25 22 25 20 23 21 24 22 26
Dangah, 13 Sep 1985 Bilebawe, 24 Jan 1984 Manado, 16 Nov 1987 Senjo, 21 Mei 1984 Jakarta, 26 Okt 1989 Serang, 12 Mei 1986 Serang, 21 Mar 1987 Sawah, 24 Apr 1985 TanjungBeringin, 16 Apr 1988 Lampung, 07 Mar 1983
FBS/Ka FBS/Ki FBS/Ki FBS/Ki ABD , AAS/Ka TRW TRW FBS/Ki FBS/Ka ABS/Ki
Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Prothese
SMA SMA SMA SMA SMA SMALB SMALB SMA SMA SMA
Makassar Makassar Makassar Makassar Serang Serang Riau Sumsel Lampung
Bidang Keterampilan Komputer
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mashur Baharudin Ismed Hassan Raikus Mardianto Rina Fatima Fetri Lisnawati Rini Rahayu Khairoamali Afriyani Shenta Damayanthy
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan
95
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Munah Michael Jondry M. Egidius Faimnasi Puji Hartono Lazarus M.Y. Sanu Basuki Rahmat Bahrinsyah Fitri Joko Sawal Hartini Jowan Idris Sitohang
Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki
24 24 24 31 30 22 25 30 25 26
Palembang, 29 Sep 1985 Soe, 13 Jul 1985 Ekafalo, 21 Mar 1985 Poncowati, 30 Apr 1978 Detata, 12 Mei 1979 Magelang, 10 Okt 1987 Kutacane, 23 Jul 2984 Semarang, 12 Des 1979 KarangBaru, 4 Jul 1984 Pematang Siantar, 10 Mei 1983
Tulang Punngung FBD FBS/Ka ABS/Ki FBS/Ka FBS/Ki FBS/Ki ABS/Ka FBS/Ki AAS/Ka
Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tongkat Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu
SMK SMA SMA SMA SMP SMA SMA SMA SMA SMA
Sumsel NTT NTT Lampung NTT Surakarta Jateng Palembang -
25 23 27 26 26 26 25 22 25 21 26 26 20 20 22 28 22 18 30 22
Bengkulu, 14 Feb 1984 Bojo, 31 Des 1986 Wasbela, 1 Jun 1982 Jayapura, 01 Jan 1983 Cilacap, 16 Sep 1983 Purwokerto, 21 Mar 1983 Jakarta, 25 Okt 1984 Amutai, 20 Jul 1987 Kapuas, 28 Mar 1984 Jumagunung, 04 Juni 1988 Purboliggo, 27 Jun 1983 Sidoarjo, 12 Mar 1983 Pariti, 05 Agu 1989 Sukabumi, 28 Juni 1989 Samarinda, 11 Apr 1987 Banjarmasin, 19 Sep 1981 Abepura, 29 Agu 1987 Laleojaya, 24 Mar 1991 Bandung, 12 Des 1978 Belinyu, 25 Feb 1987
FBS/Ki FBS/Ki FBS/Ka TRW TRW FBD TRW Tulang Punggung FBD FBD FBD Urat Leher Kaku AAS/Ka FAS/Ki , FBS/Ki AAS/Ka AAS/Ki ABS/Ka FAS/Ka , FBS/Ki FAS/Ki , ABS/Ka FAS/Ka
Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Kursi Roda Kruk Ketiak Kursi Roda Tanpa Alat Bantu Prothese Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu
SMP SMP SMP SMA SMA S1-Akun SMP SMA SMA MAN MAN SMA Paket C SMA SMA SMP SMA SMP SMP SMA
Makassar NTT Jayapura Serang Jateng
30 19 21 26
Raha, 03 April 1979 Kosali, 29 Okt 1990 Taruna, 03 April 1988 Pk.Hulu, 16 Agu 1683
FBS/Ka ABS/Ka , AAD FBD FBS/Ki
Kruk Ketiak Prothese Kursi Roda Tanpa Alat Bantu
SMA SMP MTs Paket B
Bidang Keahlian Desain Grafis/Percetakan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tody Santom Khairudin Rufina Amalia Decky Muabuay Tophan Septana Y. Dani Pramujito Hadris Fadilah Muhammad Isdaturrahman Sidiq Leo Adi Saputra
M Hasan Basri M. Anwar Yafas Aguson Ahiari Tri Wibowo Ayang Nasuha
M. Gigih Setiawan Fredy Agustinus Basri Sudek Deni H. Febri Ari Riyanto
Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
-
Kalsel Kalsel Jatim Jatim NTT Kaltim Banjar Baru Jayapura Kalsel Jabar Babel
Bidang Keterampilan Elekronika
1 2 3 4
Zamul Muuuke Syukur Khairil Rahyudi* Thaib Thahir
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Muna Makassar Kalsel Kalsel
96
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Sabianus Korbafo Suprapto Winarto* Samhudi Yudhi Haryono Sarinto Adi Saputra Wawang Sunarya Sutarno Agus Taryono Sutarto Benny Saputra Yusuf Ahmad Khoironi
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
22 29 22 22 25 26 27 30 27 31 24 25 22
Kafamenanu, 09 Feb 1987 PasiramanLor, 08 Apr 1980 Wiyono, 26 Apr 1987 Sukubirangun, 12 Jun 1987 Mulyojati, 05 Jul 1984 Metro, 08 Mar 1983 Bogor, 10 Juli 1982 Karang Rejo, 05 Apr 1979 Tasikmalaya, 14 Sep 1982 Karang Anyar, 25 Okt 1978 JadaBahrain, 21 Mei 1985 Sampan, 11 Agu 1984 Terapas, 09 Jun 1987
FBS/Ka FBS/Ki ABS/Ki FBS/Ka FBS/Ka FBS/Ka FBD FBS/Ki FBS/Ka FBD FBS/Ki FBS/Ki ABS/Ki
Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Prothese Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Brace Kruk Ketiak Kursi Roda Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Prothese
SMA SMA SMK SMP SMA SMP SMP SMA SMK SMA SMA SMA SMA
NTT Jateng Lampung Lampung Lampung Lampung Jabar Lampung Jabar Jateng Babel Babel Lampung
24 24 24 25 24 29 21 22 24 30 26 17 26 28 27 22 21 23 19 20 27
Ombererot, 10 Feb 1985 Jakarta, 01 Maret 1985 Makassar, 05 Des 1985 Asemasem, 06 Nov 1984 Osinlasi, 17 Juli 1985 Simpur, 10 feb 1980 Banyumas, 17 Jul 1988 Wayarang, 14 Jul 1987 Teba, 14 Mar 1985 Margorejo, 03 Nov 1979 Togawa, 16 Apr 1982 Lahat, 05 Agu 1991 WaySindi, 22 Sept 1982 Bacan, 03 Okt 1981 Mandaeng, 10 mei 1979 ternate, 12 Sep 1988 Ciamis, 19 Mar 1988 Cianjur, 11 Jan 1989 Palemdalak, 17 Jul 1989 Manyanang, 09 Mar 1986 Maumere, 24 Sep 1981
FBS/Ka Hearing Aid FBS/Ki FBS/Ki FBS/Ka FBS/Ka TRW FBB/Ka FBS/Ka FBS/Ka FBS/Ki ABS/Ka FBS/Ki FBS/Ki FBS/Ka TRW ABS/Ki ABS/Ka ABS/Ki FBD FBS/Ki
Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tongkat Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Tanpa Alat Bantu Prothese Prothese Kruk Ketiak Tanpa Alat Bantu Kruk Ketiak
SMA SMALB MTs MTs SMA SMP SMALB SMP SMA MA MTs SMP SMA SMP SMP MTs SMK SMA MTs SMP SMA
Makassar Kalsel Kalsel NTT Kalsel Lampung NTT Lampung Halut Palembang Lampung Kalsel Kalsel Kalsel Jabar Jabar Lampung NTT
Bidang Keterampilan Pekerjaan Logam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Rusdi Rikhardo Martua Yahya Rakmat Hidayat Yopri Riduan Beartta Sugianto Joko Julianto Egidius Faimnasi Solikhin Abdul Rohman Rasai Muchlis Ivan Tirta Dinata Hilal Daeng Umar Wahyu Rusdi A. Bachtiar M. Edi Sopandi* M. Denny Novianto Andi Yasir Isrial Dominikus Hieronimus
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
97
Lampiran 10 Tabel Analisis dan Sintesis Unsur Lanskap
Analisis Potensi
Sintesis Kendala
Pemanfaatan Potensi
Pemecahan Masalah
Kondisi Umum
1. Sejarah Lokasi
Investasi pengembangan SDM penyandang cacat dalam pembekalan keterampilan vokasional
-
Pemeliharaan lokasi secara berkelanjutan demi pengembangan vokasional kualitas SDM penyandang cacat di Indonesia
-
2. Letak dan Luas
Lokasi BBRVBD berada di tempat strategis di Kabupaten Bogor dengan beberapa akses jalan dengan kondisi yang cukup baik
-
Pemeliharaan secara berkelanjutan baik dari segi letak, aksesibilitas maupun lokasi
-
Aspek Biofisik 1. Iklim
1.a. Curah Hujan
Curah hujan yang tinggi menjadi sumber Pemanfaatan tapak yang minim saat air bagi vegetasi dan satwa kondisi hujan
1.b. Suhu Udara
Suhu udara rata-rata yang ideal bagi kenyamanan manusia
1.c. Kelembaban
Fluktuasi suhu dengan kisaran yang cukup signifikan saat musim kemarau dan penghujan
Pemanfaatan air hujan yang turun dan juga diresapkan ke dalam tanah
Penyediaan perlindungan dari hujan bagi pengguna tapak dan satwa
Penggunaan sarana penduh dan Pemanfaatan RTH oleh pengguna untuk penyediaan tumbuhan yang tinggi dan beraktivitas dalam kondisi yang nymana berkanopi sesuai Penataan vegetasi yang baik untuk mengurangi kelembaban yang tinggi
Kelembaban relatif tinggi
1.d. Kecepatan Angin
Media penyebaran bau/aroma dan kebisingan serta dapat mengurangi kelembaban
Pemanfaatan vegetasi beraroma dan berfungsi sebagai screening
2. Tanah
Kondisi tanah yang subur mendukung pertumbuhan tanaman (rumput, semak, dan pohon)
Penanaman berbagai tanaman (intensif dan semi intensif)
98
3. Topografi
Keadaan topografi pada tapak lebih bervariasi sehingga memberikan kesan alami untuk rekreasi alam dan habitat satwa
Pemeliharaan bentukan topografi untuk estetika tapak
4. Hidrologi
Sumber air menggunakan air tanah yang diambil menggunakan pompa yang ditampung dan dialiri ke berbagai tempat yang membutuhkan air.
Penggunaan mesin pompa yang efektif dan efisien serta perawatan yang teratur.
5. Drainase
Drainase pada tapak terbagi menjadi dua yakni drainase terbuka dan tertutup.
Perawatan dan pengecekan berkala kondisi saluran drainase agar aliran air maksimal.
5. Vegetasi
Pengunaan vegetasi endemik dan budidaya
Pemeliharaan secara teratur agar vegetasi berfungsi maksimal dan bernilai estetik
6. Satwa
Terdapat satwa yang dipelihara dan satwa liar
Penyediaan habitat yang sesuai demi kelangsunagn hidup satwa
7. Kualitas Lanskap
Terdapat good view, good sound, vegetasi aromatik
8. Struktur Bangunan
Struktur bangunan yang kokoh dengan material terbaik
Investasi tetap berupa struktur bangunan di masa yang akan datang
9. Faslitas
Fasilitas dengan standar penyandang cacat
Pemeliharaan fasilitas dengan baik
10. Utilitas
Jalur utilitas terintalasi dengan baik
Pemeliharaan utilitas dengan baik
Pemanfaatan kualitas lanskap yang Terdapat bad view, bad sound, dan diharapkan agar dapat dinikmati dengan aroma bau (sampah dan kotoran hewan) penyediaan sarana intepretasi yang mendukung
Penanggulangan kualitas yang kurang diharapkan agar pengguna tapak menjadi nyaman dengan penggunaan elemen tanaman dan perkerasan
Aspek Pengguna Tapak Sebagian besar pengguna tapak adalah siswa BBRVBD dengan keterbatasan fisik
1. Karakter Pengguna
2. Aktivitas Pengguna
Belajar dan mengembangkan keterampilan vokasional
Perlu penyetaraan sarana fasilitas baik di dalam gedung maupun di ruang terbuka Pengembangan kegiatan belajar diluar keterampilan vokasional.
99
Keterangan
jogging track yang menjebak, sebaiknya dihilangkan atau dibuat pola sirkular terdapat RTH di antara bangunan yang aksesibel bagi penyandang cacat yang berpotensi sebagai taman hortikultur
suasana relatif tenang berfungsi sebagai habitat rusa tutul
arah angin
pohon-pohon yang ada berfungsi sebagai peneduh penyediaan elemen air berupa kolam/telaga buatan sebagai sumber air minum dan efek penyejukan
ruang terbuka yang berpotensi sebagai area rekreasi pasif
good view pemandangan ke arah RTH dan atraksi satwa liar
koridor hijau berpotensi sebagai terapi ruang luar (aroma & warna)
Hydrant Pompa Air Bangunan Kolam Air Mancur Bangku Taman Planter Box Paving Turab/Dinding Penahan Lampu Taman Saluran Drainase Pos Satpam
-
+
bad view tumpukan sampah organik
Alstonia scholaris (Hanjalutung) Arundinaria pumila (Bambu Jepang) Bauhinia purpurea (Bunga Kupu-kupu) Caesalpinia pulcherima (Bunga Merak) Cinnamomum burmanii (Kayu Manis) Erythrina cristagali (Dadap Merah) Manilkara kauki (Sawo Kecik) Mascarena lagenicaulis (Palem Botol) Mimusoph elengi (Tanjung) Plumeria sp. (Kamboja) Polyathia longifolia (Glodokan Tiang) Ptychosperma macarthurri (Palem Hijau) Roystonea regia (Palem Raja) Samanea saman (Ki Hujan)
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
penyediaan elemen air berupa kolam buatan untuk efek psikologis dan efek penyejukan
JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA ANALISIS DAN SINTESIS
-
bising & polusi
DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr.
sirkulasi kendaraan bermotor di jalan SKB
vegetasi peredam bising & polutan
DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289
bad view sampah beserakan di sekitar bak sampah
TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30 M
LAMPIRAN 11
100
Keterangan ruang rekreasi aktif 3
ruang rekreasi aktif 2
ruang rekreasi aktif 1
Bangunan
Lapangan upacara
Mushola
Lapangan voli
Aspal Turab Koridor
Ruang terbuka hijau Permukiman Pegawai
ruang konservasi
ruang rekreasi pasif
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ruang rekreasi aktif (Koridor)
JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA KONSEP RUANG DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
ruang rekreasi aktif 4
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30
LAMPIRAN 12
101
Keterangan
FASILITAS REKREASI AKTIF (TERAPI HORTIKULTURA), FASILITAS PENDUKUNG KAWASAN KONSERVASI * papan informasi-interpretasi * alat-alat dan bangunan penunjang dan elemen-elemen pembentuk habitat alami praktik terapi hortikultur.
Bangunan
Lapangan upacara
Mushola
Lapangan voli
Aspal Turab Koridor
Ruang terbuka hijau Permukiman Pegawai
FASILITAS REKREASI PASIF * bangunan peneduh dan bangku taman
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA KONSEP FASILITAS DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30
LAMPIRAN 13
102
Keterangan Bangunan
Lapangan upacara
Mushola
Lapangan voli
Aspal Turab Koridor
Ruang terbuka hijau Permukiman Pegawai
Sirkulasi primer Sirkulasi sekunder
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA KONSEP SIRKULASI DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30
LAMPIRAN 14
103
Keterangan vegetasi hortikultura
vegetasi hortikultura
vegetasi hortikultura
Bangunan
Lapangan upacara
Mushola
Lapangan voli
Aspal Turab Koridor
Ruang terbuka hijau Permukiman Pegawai
vegetasi konservasi
vegetasi peneduh
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
vegetasi hortikultura (aromatik dan warna)
JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
PETA KONSEP TATA HIJAU
vegetasi pengarah
DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
vegetasi hortikultura
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289
vegetasi pengendali bising dan polutan
TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
NO.GAMBAR
SKALA
0
10
20
30
LAMPIRAN 15
104
Keterangan Planter box Pilar Bench/Bangku Lampu taman Bangunan Vertikultur Rumput Ramp Alstonia scholaris
A
Heliconia sp. Dieffenbachia sp. Anthurium crystallinum Caladium sp.
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
’A
JUDUL GAMBAR
SITE PLAN RUANG REKREASI AKTIF 1 DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
0
1,5 3 m
ORIENTASI N
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR
LAMPIRAN 17
106
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
ILUSTRASI (Potongan dan Perspektif) Ruang Rekreasi Aktif DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI/ A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
PARAF
SKALA
NO.GAMBAR
–
LAMPIRAN 19
108
Keterangan Planter box Pilar Bench/Bangku Lampu taman Bangunan Vertikultur Ramp Keran Air Rak Perkakas Rak Semai
Rumput Heliconia sp. Dieffenbachia sp. Anthurium crystallinum Caladium sp. Bauhinia purpurea
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
SITE PLAN RUANG REKREASI AKTIF 2 DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI N
SKALA
0
1,5 3 m
PARAF
NO.GAMBAR
LAMPIRAN 20
109
Legenda Planter box Pilar Bench/Bangku Lampu taman Bangunan Vertikultur Ramp
Rumput Alstonia scholaris Heliconia sp. Dieffenbachia sp. Anthurium crystallinum Caladium sp. Bauhinia purpurea
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
SITE PLAN RUANG REKREASI AKTIF 3 DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI N
SKALA
0
1,5 3 m
PARAF
NO.GAMBAR
LAMPIRAN 21
110
Keterangan Rumput Lampu taman Kolam air mancur Ramp Acalypha macrophylla sp. Heliconia sp. Dieffenbachia sp. Caladium sp.
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
SITE PLAN RUANG REKREASI AKTIF 4 DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
0
1,5 3 m
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR
LAMPIRAN 22
111
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
ILUSTRASI (Potongan dan Perspektif) Ruang Rekreasi Pasif DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI/ A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR
LAMPIRAN 25
114
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
ILUSTRASI (Potongan dan Perspektif) Ruang Konservasi DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI/ A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR
LAMPIRAN 28
117
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D Bangunan Vertikultur
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 30
119
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D RAK SEMAI
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 32
121
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D RAK PERKAKAS
DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 34
123
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D KERAN AIR
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 36
125
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D LAMPU TAMAN
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 38
127
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D KOLAM
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 40
129
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D GAZEBO
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 43
132
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D PERGOLA DAN BANGKU TAMAN
DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 47
136
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D PAPAN INFORMASI
DOSEN PEMBINBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 49
138
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D KOLAM/TELAGA
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 51
140
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JUDUL PENELITIAN PERANCANGAN RTH KOMPLEKS BBRVBD CIBINONG, KABUPATEN BOGOR, SEBAGAI AREA REKREASI BERBASIS TERAPI RUANG LUAR
JUDUL GAMBAR
3D PLANTER BOX DAN BENCH
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. W. Q. MUGNISJAH, M.Agr. DIGAMBAR OLEH
Y. ANDIKA FAJAR ABADI / A44052289 TANGGAL PENGESAHAN
ORIENTASI
SKALA
PARAF
NO.GAMBAR LAMPIRAN 55
144