Prosiding Seminar Nasional Fisika Terapan III Departemen Fisika, FST, Universitas Airlangga Surabaya,15 September 2012 ISBN : 978-979-17494-2-8
PERANCANGAN STRATEGI PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS DAN
MENGEVALUASI MAHASISWA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I Gede Rasagama1, Kunlestiowati Hadiningrum.2,Mukhtar Ghozali3 1,2, Unit Pelayanan Mata Kuliah Umum, Politeknik Negeri Bandung 3 Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung Jln. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung INDONESIA Email:
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian adalah mengetahui strategi perkuliahan fisika yang mampu meningkatkan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung (POLBAN). Metode penelitian adalah metode deskriptif analitik meliputi: menganalisis landasan pengembangan strategi perkuliahan; merumuskan struktur program perkuliahan; menganalisis landasan penyusunan pedoman perkuliahan (uraian materi, analisis konsep, kemampuan menganalisis dan mengevaluasi); merumuskan pedoman perkuliahan (rencana pelaksanaan perkuliahan, petunjuk kegiatan dosen, tugas pendahuluan, lembar kerja mahasiswa dan petunjuk praktikum); menyusun format monev kegiatan perkuliahan mahasiswa (tugas pendahuluan, lembar kerja mahasiswa, laporan praktikum dan hasil diskusi laporan praktikum); dan menyusun instrumen evaluasi program perkuliahan (kisi dan soal tes kemampuan berpikir, lembar observasi aktivitas dosen-mahasiswa dalam perkuliahan, kisi dan soal kuesioner penjaring tanggapan mahasiswa terhadap strategi perkuliahan, angket pemahaman mahasiswa terhadap lembar kerja mahasiswa (LKM) dan petunjuk praktikum, serta angket penilaian mahasiswa terhadap tugas pendahuluan. Hasil penelitian menunjukkan strategi perkuliahan fisika untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi mahasiswa tersusun atas 5 komponen dan 19 sub-komponen. Kata kunci: strategi perkuliahan fisika, menganalisis, mengevaluasi dan jurusan teknik kimia politeknik.
PENDAHULUAN Tiga pilar kurikulum, Universitas Purdue (Jamieson, 2007 dalam Redish, 2008) yaitu sebuah rencana reformasi kurikulum untuk The Engineer of 2020 (National Academy of Engineering, 2004 dalam Redish, 2008) tampak dimunculkan pendidikan sains (fisika) sebagai salah satu pilar bidang pengetahuan (kognitif) penting yang dianggap mampu memberi pengalaman belajar dan membentuk sikap (afektip) dan keterampilan (skill) yang dibutuhkan mahasiswa prodi keteknikan. Melalui konsistensi penerapan strategi perkuliahan yang tepat, materi fisika dapat berkontribusi besar bagi mahasiswa prodi keteknikan dalam mencapai kompetensi lulusan masa depan seperti diharapkan. Hasil survey (2011) prihal strategi perkuliahan fisika melalui e-mail terhadap 12 alumnus Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) yang bekerja di industri, menyatakan bahwa 50% responden menyatakan strategi perkuliahan fisika di Jurusan Teknik Kimia POLBAN belum mampu memberi dukungan bagi terbentuknya kompetensi lulusan yang dibutuhkan ketika bekerja di Industri, dan 100% responden menyetujui pendapat bahwa kemampuan menganalisis dan mengevaluasi sangat penting dikembangkan dalam perkuliahan untuk kepentingan pekerjaan di industri. Kemampuan
mengevaluasi termasuk salah satu tipe kompetensi lulusan bagi prodi D3 Teknik Kimia dan D4 Teknik Kimia Produksi Bersih, sedang kemampuan menganalisis juga termasuk salah satu tipe kompetensi lulusan prodi D4 Teknik Kimia Poduksi Bersih dan D3 Analis Kimia, Jurusan Teknik POLBAN (Website Polban, 2011). Perguruan tinggi politeknik sebagai bagian satuan pendidikan vokasional bertugas mendidik mahasiswa, tidak hanya menekankan penguasaan pengetahuan semata, namun juga menekankan penguasaan keterampilan berbasis pengalaman kerja memakai peralatan di laboratorium, terkait program studi, di mana mahasiswa belajar. Bidang teknik kimia politeknik merupakan bidang studi yang mempelajari teknik proses konversi dari bahan baku atau bahan mentah menjadi produk, melalui proses kimia dan fisika di dalam suatu kegiatan industri proses. Lulusan ke-4 prodi di jurusan teknik kimia Polban (Program Studi D3 Teknik Kimia, Program Studi D4 Teknik Kimia Produksi Bersih, Program Studi D3 Analis Kimia, Program Studi D4 Teknik Perancangan Sanitasi Pemukiman (kerjasama POLBAN dengan Departemen KIMPRASWIL) tampak memiliki profil kompetensi berbeda-beda (Website Polban, 2011). Ini berarti mahasiswa di setiap prodi membutuhkan konten mata kuliah bervariatif dan kemampuan berpikir tertentu yang khas untuk terbentuknya
F 67
Prosiding Seminar Nasional Fisika Terapan III Departemen Fisika, FST, Universitas Airlangga Surabaya,15 September 2012 ISBN : 978-979-17494-2-8
kemampuan mengolah bahan baku atau bahan mentah berbasis teknologi menjadi suatu produk tertentu. Proses perkuliahan bagi mahasiswa setiap prodi harus dilaksanakan melalui konten dan strategi yang tepat agar dihasilkan lulusan sesuai dengan profil kompetensi lulusan setiap prodi dan lulusan yang kompetitif serta lulusan yang mampu terjun di dunia kerja global yang berubah dengan cepat. Dari sudut pandang lain, tampak ada peran strategis yang mampu diperankan oleh tipe kemampuan menganalisis dan mengevaluasi terhadap pengembangan kemampuan profesional mahasiswa jurusan teknik kimia politeknik, baik untuk kepentingan mahasiswa selama menempuh pendidikan di kampus maupun setelah lulus dan terjun di industri. Dengan demikian pengembangan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi sangat misi pendidikan politeknik, khususnya relevan dengan prodi-prodi di jurusan teknik kimia politeknik. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah metode deskriptifanalitik. Aspek dan dokumen yang dianalisis berupa: landasan pengembangan strategi program perkuliahan fisika (PPF) Jurusan Teknik Kimia POLBAN, struktur PPF berbasis materi PPF Prodi D3 Teknik Kimia, D4 Teknik Kimia Produksi Bersih dan D3 Analis Kimia Jurusan Teknik Kimia POLBAN, landasan penyusunan pedoman perkuliahan (uraian materi, analisis konsep, dan analisis kemampuan berpikir dan langkah pembelajaran), pedoman perkuliahan (rencana pelaksanaan perkuliahan, petunjuk kegiatan dosen, tugas pendahuluan, LKM dan petunjuk praktikum), format monev kegiatan perkuliahan mahasiswa (format monev tugas pendahuluan, laporan praktikum dan lembar kerja mahasiswa), dan instrumen evaluasi PPF (kisi dan soal tes kemampuan berpikir, lembar observasi aktivitas dosen dan mahasiswa dalam pelaksanaan PPF, kisi dan soal kuesioner penjaring tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPF, angket pemahaman dan keterbacaan terhadap tugas pendahuluan, LKM dan petunjuk praktikum). TEMUAN DAN PEMBAHASAN Kajian Interactive Lecture Demonstration (ILD) sebagai metode pembelajaran tampak mempunyai sejumlah kegiatan penting yang mempermudah ketercapaian sasaran pembelajaran (Crouch, 2004; Sokoloff, Thornton, dan Laws, 2004 dalam Bolotin, 2007), yaitu: mengerjakan tugas pendahuluan, mengamati, memprediksi, merundingkan, merefleksikan dan memakai perangkat alat penunjuk gejala fisika. Sementara itu, lulusan politeknik dipastikan bekerja dalam suatu bidang yang berbasiskan sebuah sistem peralatan, dan keberhasilan lulusan dalam menangani pekerjaan sangatlah ditentukan oleh penguasaan konsep dan keterpaduan antar konsep dalam sistem peralatan. Dengan demikian, implementasi ILD akan memberi
pengalaman bekerja awal dan latihan kebiasaan berpikir awal berupa kemampuan menganalisis konsep. Kajian pembelajaran kooperatif (PK) sebagai metode pembelajaran tampak juga mengarahkan pebelajar pada kondisi pengembangan kemampuan mengevaluasi pebelajar, antara lain: a) Fokus pada penggunaan tim kecil saling bekerjasama untuk optimalisasi pencapaian tujuan pembelajaran (Nurhadi, 2004). Sesama anggota tim dan antar tim saling mengevaluasi; b) Memberi peluang pengajar melakukan intervensi positif demi kemajuan komunikasi antar tim dan antar anggota tim (Yusuf, 2003). Peluang ini dapat harus dimanfaatkan untuk pengembangan kemampuan mengevaluasi; c) Mengkondisikan pebelajar harus mempunyai keterampilan sosial (Lungdren dalam Karuru, 2003), sebagai keterampilan dasar untuk pengembangan kemampuan mengevaluasi; d) Menciptakan situasi pengembangan keterampilan yang amat dibutuhkan ketika lulusan bekerja seperti: kemampuan tatap muka, kebergantungan positif, akuntabilitas individual dan menjalin hubungan antar pribadi (Ibrahim, 2000), responsibiltas (Yusuf, 2003), rasa kebersamaan dalam keberagaman (Ibrahim, 2000). Praktikum sebagai metode pembelajaran juga tampak memberi peluang besar bagi pengembangan kemampuan berpikir, yaitu melalui reformasi isi job sheet khusus untuk pengembangan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi berbasiskan data eksperimen dan konsep fisika. Hal ini selaras dengan pendapat Wiyanto (2005) bahwa pelaksanaan praktikum dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah pebelajar. Peran aktif pebelajar melalui kegiatan berpikir (mind on) dan kegiatan bekerja (hand on) dalam bentuk praktikum adalah selaras dengan esensi tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini. Dengan demikian, memasukkan metode ILD kedalam kerangka metode PK sebagai strategi perkuliahan tipe I (model pembelajaran DIBeK) sangatlah tepat. Metode ILD sangat tepat untuk penyajian masalah dan kerangka penyelesaian masalah kasar, dan metode PK yang didominasi kegiatan diskusi (kelompok dan kelas) sangat tepat untuk merumuskan penyelesaian masalah di bawah bimbingan dosen sebagai moderator. Baik kegiatan demonstrasi maupun diskusi senantiasa diarahkan pada pengembangan kemampuan berpikir berbasis gejala fisika dalam peralatan demonstrasi. Model pembelajaran DIBeK , diperlihatkan pada Tabel 1..
F 68
Prosiding Seminar Nasional Fisika Terapan III Departemen Fisika, FST, Universitas Airlangga Surabaya,15 September 2012 ISBN : 978-979-17494-2-8
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Demonstrasi Interaktif Berbasis Kooperatif A. Pendahuluan Dosen meminta tagihan Tugas Pendahuluan XXX untuk dikumpulkan, menjelaskan tujuan kegiatan, mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membagikan LKM XXX dan membangkitkan motivasi dengan tanya jawab/diskusi tentang peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan konsep XXX. B. Kegiatan Inti Tahap I: Menyajikan masalah dan skema penyelesaian masalah kasar dengan kegiatan demonstrasi interaktif . − Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan melibatkan beberapa mahasiswa dan mengikuti Petunjuk Kegiatan Dosen XXX, yang telah dipersiapkan. − Dosen mengarahkan kegiatan demonstrasi kepada pengembangan ke-5 sub-indikator kemampuan berpikir terkait konsep XXX sehingga mahasiswa mampu: 1. Membedakan konsep relevan dari tidak relevan berbasis gejala fisika dalam sistem peralatan demonstrasi; 2. Menentukan keberfungsian suatu konsep berbasis gejala fisika dalam sistem peralatan demonstrasi; 3. Menentukan titik tinjauan suatu konsep berbasis gejala fisika dalam sistem peralatan demonstrasi; 4. Menguji sebuah gejala fisika sebagai kesalahan untuk kriteria/standar tertentu terkait sistem peralatan demonstrasi; dan 5. Mempertimbangkan beberapa gejala fisika setipe untuk kriteria/standar tertentu terkait sistem peralatan demonstrasi. Tahap II: Bekerja dan Diskusi Kelompok. − Tiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan tugas sesuai tagihan LKM XXX dan dosen memberi bimbingan bagi kelompok, yang mengalami kesulitan menjawab pertanyaan yang ada di LKM XXX. Presentasi Kelompok dan Diskusi Kelas. Tahap III: − Dosen memberi kesempatan individu dalam kelompok menyampaikan gagasan (berargumentasi), dimana anggota wakil kelompok secara bergantian mempresentasikan hal-hal esensial terkait hasil kerja kelompok, yaitu jawaban pertanyaan pada LKM XXX. − Dosen melakukan evaluasi terhadap peningkatan ke-5 sub-indikator kemampuan berpikir mahasiswa, sesuai tuntutan kegiatan demonstrasi pada tahap I. − Berdasarkan hasil diskusi yang berlangsung, dosen mengakhiri tahap ini dengan merumuskan tiap jawaban pertanyaan terkait ke-5 sub indikator kemampuan berpikir untuk kategori terbaik Tahap IV: Memberikan penghargaan. − Dosen mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. C. Penutup − Dosen memberi kesempatan mahasiswa menanyakan kembali konsep XXX yang belum dipahami. − Dosen meminta mahasiswa mempelajari kembali materi XXX dan mengaitkan dengan materi berikutnya. − Dosen meminta mahasiswa mengumpulkan LKM XXX yang telah diisi selama kegiatan pembelajaran dan memberi tugas pendahuluan baru untuk pertemuan berikutnya.
Praktikum sebagai kegiatan terpisah dari model pembelajaran DIBeK, dianggap pengganti ILD tipe perkuliahan ke-1. Mahasiswa melakukan praktikum di laboratorium dan dipandu petunjuk praktikum, sehingga mahasiswa memperoleh pemahaman konsep dalam gejala fisika seperti ditunjukkan perangkat peralatan praktikum. Praktikan menyusun laporan sebagai langkah penguasaan konsep awal A.
B.
dan pembentukkan landasan kemampuan berpikir awal. Melalui implementasi metode PK, penguasaan konsep dan landasan kemampuan berpikir awal diperkuat sehingga terjadi peningkatam kemampuan berpikir (menganalisis dan mengevaluasi) dalam personal mahasiswa. Strategi ini disebut tipe perkuliahan ke-2 atau metode praktikum plus diskusi, seperti diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Sintaks Metode Praktikum Plus Diskusi Diterapkan kegiatan praktikum di Laboratorium Fisika dengan sintaks sebagai berikut: − Mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Dosen menjelaskan kepada mahasiswa prihal caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar dapat melakukan transisi secara efisien. − Dosen meminta tagihan Tugas Pendahuluan XXX untuk ditunjukkan sebagai persyaratan mengikuti kegiatan praktikum. − Membimbing kelompok mahasiswa mengikuti kegiatan praktikum sesuai tagihan kegiatan yang ada dalam petunjuk praktikum XXX sehingga mahasiswa mampu menguasai konsep-konsep fisika sebagai landasan pengembangan ke-5 sub-indikator kemampuan berpikir, meliputi: a) Membedakan konsep relevan dari tidak relevan; b) Menentukan keberfungsian suatu konsep; c) Menentukan titik tinjauan suatu konsep; d) Menguji sebuah fenomena fisika sebagai suatu kesalahan untuk mendapat standar atau kriteria tertentu; dan e) Mempertimbangkan beberapa fenomena fisika setipe yang memenuhi standar/kriteria tertentu. Implementasi kegiatan diluar perkuliahan formal dan tiap tim melakukan bergantian sesuai jadual, karena keterbatasan alat. Diterapkan kegiatan diskusi berbasis hasil kegiatan praktikum, dengan sintaks sebagai berikut: . − Penyajian masalah oleh dosen. Dosen menyajikan masalah dan skema penyelesaian masalah kasar, disesuaikan konten subindikator kemampuan berpikir yang dikembangkan. − Bekerja dan Diskusi kelompok. Tiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan tugas sesuai tagihan LKM XXX dan dosen memberi bimbingan bagi kelompok, yang mengalami kesulitan menjawab pertanyaan yang ada di LKM XXX. − Presentasi Kelompok dan Diskusi Kelas. Dosen memberi kesempatan individu dalam kelompok menyampaikan gagasan (berargumentasi) dan sekaligus melakukan evaluasi terhadap peningkatan ke-5 sub-indikator kemampuan berpikir mahasiswa, sesuai tagihan dalam LKM XXX. Anggota selaku wakil kelompok secara bergantian mempresentasikan hal-hal esensial terkait hasil kegiatan pengembangan ke-5 sub-indikator kemampuan berpikir. Berdasarkan hasil diskusi, dosen merumuskan jawaban pertanyaan terkait, yang masuk kategori terbaik. − Memberi Penghargaan. Dosen mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Implementasi kegiatan dalam perkuliahan formal, khusus membahas kelanjutan hasil kegiatan praktikum terkait.
F 69
Prosiding Seminar Nasional Fisika Terapan III Departemen Fisika, FST, Universitas Airlangga Surabaya,15 September 2012 ISBN : 978-979-17494-2-8
Berdasarkan alur berpikir di atas, maka perlu dirumuskan komponen dan sub-komponen strategi PPF (DIBeK dan praktikum-PK), dimana komponennya meliputi: landasan pengembangan strategi PPF, struktur PPF berbasis materi PPF hasil penelitian, landasan penyusunan pedoman perkuliahan, pedoman perkuliahan, format monev kegiatan perkuliahan, dan instrumen evaluasi PPF.
Landasan Pengembangan Strategi Perkuliahan Landasan filosofis: Pengembangan didasarkan pada pentingnya dampak penggunaan model pembelajaran DIBeK dan metode praktikum plus diskusi terhadap peningkatan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi mahasiswa. psikologis: Pengembangan didasarkan Landasan pada 2 aspek bidang psikologi pendidikan, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan, yaitu: kondisi mahasiswa sebagai peserta didik telah berada pada fase perkembangan matang dalam segenap aspek, baik fisik, sosial, emosional, nilai dan intelektual (Sukmadinata, 2005). Psikologi belajar, yaitu: proses belajar mengajar harus berdasarkan teori dan hakekat belajar. Melihat adanya sejumlah tahapan proses belajar dalam model pembelajaran DIBeK dan metode praktikum plus diskusi, maka keduanya telah sesuai dengan teori dan hakekat belajar. Di sisi lain tampak ada kematangan mahasiswa dalam segenap aspek perkembangan sehingga strategi PPF yang dikembangakn mempunyai landasan psikologis yang kokoh untuk pengembangan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi mahasiswa. Landasan sosiologis: Pengembangan dilakukan dalam koridor mempersiapkan mahasiswa agar mampu terjun di masyarakat. Implementasi model pembelajaran DIBeK dan metode praktikum plus diskusi diarahkan pada pemberian pengalaman belajar bagi mahasiswa baik dalam aktivitas bekerja maupun berpikir sehingga tumbuh kemampuan menganalisis dan mengevaluasi dalam diri mahasiswa, yang nantinya berperan penting ketika mahasiswa mengikuti mata kuliah lanjutan maupun ketika mahasiswa telah terjun di industri. Landasan berpikir untuk perancangan strategi PPF adalah materi perkuliahan fisika, hasil studi kelayakan pada 14 dosen Prodi D3 Teknik Kimia, 12 dosen Prodi D4 Teknik Kimia Produksi Bersih, dan 7 dosen Prodi D3 Analis Kimia Jurusan Teknik Kimia POLBAN. Setiap komponen PPF dideskripsikan secara bertahap dan diusahakan agar selalu fokus pada 3 aspek penting yaitu: kemampuan menganalisis, kemampuan mengevaluasi dan penguasaan konsep fisika sebagai dasar pengembangan kemampuan berpikir (menganalisis dan mengevaluasi). Struktur Strategi Perkuliahan Struktur PPF merupakan hasil kajian materi dan konsep fisika yang harus dikuasai dalam perkuliahan. Struktur PPF terdiri dari struktur PPF Teori dan struktur PPF Praktek. Di dalam struktur PPF terdapat
komponen seperti pokok dan sub-pokok bahasan, proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, tagihan tugas dan kegiatan ekstra. Isi setiap komponennya merupakan deskripsi ringkas setiap komponen. Tujuan penyusunannya adalah untuk mengetahui isi setiap komponen dan keterkaitan antar komponen guna kepentingan implementasi PPF ½ semester. Struktur PPF praktek mengandung komponen seperti judul praktikum, sub-indikator kemampuan berpikir yang dikembangkan, konsep fisika yang disajikan, kegiatan praktikum dan tagihan tugas. Isinya adalah deskripsi ringkas setiap komponen. Tujuan utama penyusunannya adalah untuk mengetahui materi, target, jenis dan tagihan tugas dari kegiatan praktikum yang mendukung perkuliahan tatap-muka untuk implementasi PPF praktek selama ½ semester. Selain itu untuk mengetahui keterkaitan antar komponen dalam mendukung pelaksanaan struktur PPF teori. Konten total struktur ini hanya sebagian dari struktur PPF teori. Landasan Penyusunan Pedoman Perkuliahan Landasan ini terdiri atas uraian materi pokok bahasan esensial bagi ketiga prodi Jurusan Teknik Kimia POLBAN, analisis konsep dan analisis kemampuan berpikir serta langkah pembelajarannya. Uraian materi (hasil kajian materi dan konsep fisika yang harus dikuasai dalam perkuliahan) merupakan deskripsi lengkap atas sejumlah konsep penyusun setiap pokok bahasan PPF. Sesuai temuan penelitian, hanya perlu disusun 11 tipe uraian materi pokok bahasan ke-3 prodi Jurusan Teknik Kimia POLBAN, yaitu: besaran, satuan, pengukuran dan ketidakpastian; kalkulus dasar; dinamika; usahaenergi; fluida; suhu-kalor; teori kinetik gas; termodinamika; listrik dinamis; optika fisis; dan gelombang elektromagnetik. Berdasarkan suatu uraian materi dapat diketahui rincian seluruh konsep, kedudukan setiap konsep, dan keterkaitan antar konsep dalam sebuah pokok bahasan. Kegiatan ini berperan penting sebagai landasan teori (berpikir) dalam mendesain analisis konsep dan analisis kemampuan berpikir, khususnya materi atau konsep fisika yang mendasari kegiatan pengembangan kemampuan berpikir mahasiswa. Analisis konsep (hasil kajian materi dan konsep fisika yang harus dikuasai dalam perkuliahan) terdiri atas komponen seperti label, definisi, atribut (kritis, variabel), hirarki (super-ordinat, ko-ordinat, subordinat), dan jenis konsep. Tujuan penyusunannya adalah untuk mengetahui karakteristik sebuah konsep yang muncul dalam suatu pokok bahasan. Dengan melaksanakan kegiatan ini diharapkan tidak ada lagi miskonsepsi muncul terkait penggunaan konsep dalam kegiatan pembelajaran untuk pengembangan kemampuan berpikir mahasiswa. Analisis kemampuan berpikir merupakan hasil kajian kemampuan berpikir yang menjadi target dan harus dikuasai mahasiswa dalam pelaksanaan PPF. Komponen yang perlu ditelusuri dalam melakukan
F 70
Prosiding Seminar Nasional Fisika Terapan III Departemen Fisika, FST, Universitas Airlangga Surabaya,15 September 2012 ISBN : 978-979-17494-2-8
analisis indikator kemampuan berpikir adalah: a) konsep dalam pokok bahasan fisika sebagai materi pembelajaran, b) indikator kemampuan berpikir sebagai target pembelajaran umum, c) sub-indikator kemampuan berpikir sebagai target pembelajaran khusus, d) metode pembelajaran untuk mencapai target pembelajaran dan e) rencana evaluasi untuk mengukur ketercapaian target pembelajaran. kemampuan berpikir (menganalisis dan Indikator mengevaluasi) dianalisis berdasarkan pengertian versi Anderson, L.W., dkk. (2001). Analisis kemampuan berpikir dibatasi dalam lingkup konsep fisika sebuah pokok bahasan. Artinya kemampuan berpikir yang dikembangkan dicari keterkaitannya dengan sub-sub pokok bahasan penyusun sebuah pokok bahasan fisika sebagai materi pembelajaran. Selanjutnya dimunculkan suatu target pembelajaran berdasarkan 2 hal saling mendukung dan terkait, yaitu konsep fisika dan sub-indikator kemampuan berpikir. Hasilnya berupa tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai melalui pembelajaran. Untuk mencapai tujuan ini maka disusun langkah pembelajaran, dengan memperhatikan 3 hal penting, yaitu: pokok bahasan fisika sebagai materi pembelajaran, model pembelajaran DIBeK dan metode praktikum plus diskusi sebagai strategi perkuliahan, dan konten evaluasi sebagai target pembelajaran. Hasil analisis indikator kemampuan berpikir merupakan landasan teori (berpikir) dalam menyusun rencana pelaksanaan perkuliahan (RPP) setiap pokok bahasan, seperti tercantum dalam struktur PPF teori dan praktek. Berdasarkan hasil analisis kemampuan berpikir dapat diketahui deskripsi lengkap prihal target utama dan langkah pembelajaran tiap perkuliahan pokok bahasan. Pedoman Perkuliahan Berdasarkan hasil analisis indikator kemampuan berpikir, terutama target pembelajaran setiap perkuliahan yang disusun berdasarkan konsep fisika dan sub-indikator kemampuan berpikir tertentu, maka dapat disusun RPP setiap pokok bahasan, dengan mengikuti tahapan-tahapan model pembelajaran DIBeK dan metode praktikum plus diskusi. Untuk menjamin keterlaksanaan RPP di lapangan maka perlu disusun fasilitas pendukungnya berupa: petunjuk kegiatan dosen, petunjuk praktikum, tugas pendahuluan dan LKM. Setiap RPP suatu pokok bahasan didukung dengan satu perangkat fasilitas perkuliahan. Komponen RPP meliputi: a) indikator dan subindikator kemampuan berpikir terkait konsep fisika tertentu, sebagai deskripsi target pembelajaran; b) materi pembelajaran fisika yang mendapat penekanan utama dalam pembelajaran, sehingga kondisi pembelajaran selalu dikaitkan dan disesuaikan dengan konten evaluasi; (c) kegiatan pembelajaran yang mendeskripsikan tahapan-tahapan kegiatan, dengan tetap fokus kepada penyajian semua materi pembelajaran yang telah dirumuskan; dan d) alokasi waktu setiap tahapan perkuliahan. Tujuan penyusunan instrumen ini adalah untuk mengetahui semua jenis
aktivitas dosen dan mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan RPP setiap pokok bahasan, diharapkan dosen mampu mengendalikan seluruh kegiatan perkuliahan, sehingga terwujud efektivitas dan efisiensi kegiatan dari sudut pandang penggunaan waktu, kapasitas materi pembelajaran yang disajikan dan strategi perkuliahan yang mengarah kepada konten evaluasi. Selain itu, melalui kegiatan penyusunan instrumen ini akan mengkondisikan dosen selaku implementor lebih yakin dalam mengeksekusi metode perkuliahan di lapangan. Petunjuk kegiatan dosen merupakan petunjuk yang disusun secara khusus untuk kepentingan dosen dalam melaksanakan startegi PPF yang dikembangkan. Pembuatan petunjuk ini merupakan tuntutan dari strategi tipe perkuliahan ke-1 seperti tercantum dalam kegiatan inti pada tahap I dan tuntutan dari strategi tipe perkuliahan ke-2 seperti tercantum dalam kegiatan diskusi pada tahap penyajian masalah dan kerangka penyelesaian masalah kasar, sehingga pelaksanaan strategi PPF dapat berlangsung seperti diharapkan. Dalam petunjuk ini dipaparkan tujuan kegiatan, daftar peralatan, gambar perangkat peralatan dan cara kerja. Instrumen ini mendeskripsikan kegiatan penyajian masalah dan kerangka penyelesaian masalah kasar yang fokus pada kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi mahasiswa. Tugas pendahuluan adalah kumpulan soal uraian yang disusun per pokok bahasan dan fokus terhadap penguasaan konsep yang menjadi landasan utama pengembangan kemampuan berpikir mahasiswa. Tugas pendahuluan dapat dianggap sebagai penguasaan materi pra-perkuliahan yang diharapkan mampu mengkondisikan mahasiswa belajar di luar kegiatan formal dengan cara bekerja mandiri (penelusuran dalam referensi relevan) dan, atau berdiskusi sesama rekan sehingga mahasiswa memiliki persiapan dalam melaksanakan model pembelajaran DIBeK dan metode Praktikum plus Diskusi. Berbekal kegiatan ini, mahasiswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal untuk kegiatan pengembangan kemampuan berpikir yang akan diikutinya. LKM merupakan fasilitas pendukung yang dirancang secara khusus untuk kepentingan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan inti model pembelajaran DIBeK (tahap II: Bekerja dan Diskusi Kelompok dan tahap III: Presentasi Kelompok dan Diskusi Kelas) dan kegiatan diskusi dalam metode praktikum plus diskusi. Melalui LKM, mahasiswa dibimbing mengikuti tahapan pembelajaran melalui aktivitas berpikir dan bekerja. Aktivitas berpikir seperti meramalkan kebenaran sebuah hipotesa atau jawaban pertanyaan sementara yang mungkin berlaku, merefleksikan hasil pengamatan atas kegiatan demonstrasi/praktikum, menganalisis hal-hal seperti konsep relevan, keberfungsian konsep, dan titik tinjauan konsep, serta mengevaluasi gejala fisika berbasis kriteia/standar. Selain beberapa mahasiswa
F 71
Prosiding Seminar Nasional Fisika Terapan III Departemen Fisika, FST, Universitas Airlangga Surabaya,15 September 2012 ISBN : 978-979-17494-2-8
terlibat dalam kegiatan demonstrasi, aktivitas mahasiswa lainnya adalah memperhatikan demontrasi, berdiskusi dengan cara mengajukan atau menjawab pertanyaan terkait konten kegiatan demonstrasi/praktikum, menuliskan jawaban pertanyaan sesuai tuntutan LKM. Semua kegiatan dalam LKM selalu didasarkan pada pertanyaan yang fokus ke pengembangan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi. Melalui aktivitas ini, diharapkan kemampuan berpikir mahasiswa meningkat. Tujuan utama kegiatan praktikum adalah memberi landasan kognitif mahasiswa sebelum mengikuti kegiatan pengembangan kemampuan berpikir (menganalisis dan mengevaluasi). Oleh karena itu, acuan penyusunan petunjuk praktikum adalah kegiatan yang dapat memperdalam penguasaan konsep implisit dalam perangkat peralatan eksperimen. Komponen petunjuk praktikum meliputi konsep fisika yang disajikan, tujuan kegiatan, tagihan tugas, daftar peralatan, cara kerja dan pertanyaan untuk penguasaan konsep dasar pengembangan kemampuan berpikir. Format Monev Kegiatan Perkuliahan Mahasiswa Untuk menghantarkan dan menjamin mahasiswa mampu mengikuti pelaksanaan model pembelajaran DIBeK dan metode praktikum plus diskusi, khususnya dalam memenuhi tagihan tugas, maka perlu dilakukan monev oleh dosen selaku implementor PPF. Kegiatan monev diharapkan mampu memotivasi mahasiswa mengerjakan tugas PPF. Monev juga diharapkan mampu mengarahkan kegiatan mahasiswa dalam koridor mengembangkan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi, memberi umpan balik bagi dosen dan mahasiswa, serta memberi informasi ketuntasan belajar setiap mahasiswa. Motivasi, bimbingan dan rekonstruksi kognitif tersebut diharapkan mampu menciptakan pencapaian hasil belajar mahasiswa optimal. Semakin tinggi kualitas monev maka dijamin pencapaian hasil belajar mahasiswa semakin berkualitas. Di sisi lain, kegiatan monev mampu menghantarkan mahasiswa memperoleh kemampuan profesional yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Kegiatan mahasiswa yang dimonev adalah kegiatan mengerjakan tugas pendahuluan, LKM, dan laporan praktikum. Dalam kegiatan ini, mahasiswa mendapat pemeriksaan kualitas konten jawaban dari semua tagihan tugas yang dikerjakan/dikumpulkan oleh mahasiswa. Untuk mahasiswa dengan jawaban kurang berkualitas, dianjurkan membaca catatan dosen dalam berkas tagihan-tugas sebagai pedoman melakukan kegiatan revisi. Tagihan tugas yang telah direvisi diminta untuk dikumpulkan kembali guna mendapat pemeriksaan ulang. Agar mahasiswa termotivasi dan mengetahui kemampuan yang dimilikinya dalam mengerjakan tugas-tugas PPF maka dosen pembimbing harus mencantumkan hasil evaluasi pada berkas pekerjaan tagihan tugas mahasiswa. Penilaian dilakukan berdasarkan acuan penilaian yang telah ditetapkan.
Format monev kegiatan mahasiswa yang dibutuhkan selama pelaksanaan PPF di lapangan mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Lembar monev pengerjaan tugas pendahuluan. Lembar ini menekankan monev kualitas kebenaran atau kesalahan konsep dan keputusan revisi atas jawaban setiap pertanyaan tugas pendahuluan. Lembar terdiri dari komponen hasil monitoring dan hasil evaluasi. Dalam komponen hasil monitoring diketahui jumlah jawaban yang benar, keputusan revisi, dan masukan dosen untuk pedoman revisi. Dalam komponen hasil evaluasi diketahui bobot penilaian setiap pertanyaan, skor setiap pertanyaan dan skor total mahasiswa. b. Lembar monev pengerjaan LKM. Lembar ini hanya menekankan monev kegiatan pengembangan kemampuan berpikir baik dalam implementasi model pembelajaran DIBeK maupun implementasi metode praktikum plus diskusi. Dua komponen utamanya adalah hasil monitoring dan hasil evaluasi. Dalam komponen hasil monitoring ditampilkan hasil monitoring berupa kebenaran konsep setiap jawaban pertanyaan berbasis hasil diskusi kelas, keputusan revisi dan keterangan sebagai tempat catatan dosen untuk pedoman revisi. Dalam komponen hasil evaluasi dicantumkan bobot penilaian setiap kesimpulan jawaban pertanyaan, skor tiap kesimpulan jawaban pertanyaan mahasiswa dan skor total mahasiswa. c. Lembar monev laporan praktikum. Lembar ini terdiri dari komponen hasil monitoring dan hasil evaluasi. Hasil monitoring utnuk komponenkomponen laporan praktikum mahasiswa sesuai tagihan tugas. Berdasarkan hasil monitoring dapat diketahui: keputusan revisi dan komentar dosen pedoman revisi. Dalam komponen hasil evaluasi dapat diketahui bobot penilaian setiap komponen laporan, skor tiap komponen laporan dan skor total laporan mahasiswa. Implementasi semua instrumen monev ini bertujuan untuk mencapai target utama PPF yaitu mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan menganalisis dan mengkreasi. Instrumen Evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan dampak PPF di lapangan maka perlu disusun instrumen evaluasi sebagai berikut: (a) 40 soal tes untuk mengetahui peningkatan kemampuan menganalisis dan kemampuan mengevaluasi mahasiswa; (b) Lembar observasi aktivitas dosen dan mahasiswa untuk mengetahui kinerja dosen dan mahasiswa selama melakukan kegiatan pembelajaran sesuai tuntutan skenario pembelajaran; (c) Angket pemahaman dan keterbacaan tugas pendahuluan, petunjuk praktikum dan LKM; dan (d) Kuesioner pengukur respon mahasiswa terhadap pelaksanaan strategi PPF.
F 72
Prosiding Seminar Nasional Fisika Terapan III Departemen Fisika, FST, Universitas Airlangga Surabaya,15 September 2012 ISBN : 978-979-17494-2-8
Untuk menyusun soal tes, harus disusun lebih dulu kisi-soal sebagai pedoman pembuatan soal. Di dalam kisi-soal diperoleh deskripsi tentang nomor dan jumlah soal yang dirumuskan, materi evaluasi dan tingkat kemudahan butir soal. Materi evaluasi efektivitas PPF adalah sub-indikator kemampuan terkait konsep fisika. Sub-indikator ini berpikir yang diperoleh dengan cara mengkaitkan konsep fisika sebuah pokok bahasan dengan sub-indikator kemampuan berpikir yang dicapai melalui pelaksanaan strategi PPF. Berbekal kisi-soal maka dapat diketahui karakter tiap butir soal yang ditulis sesuai kepentingan. Lembar observasi aktivitas dosen dan mahasiswa didesain berdasarkan aspek-aspek aktivitas dosen dan mahasiswa yang muncul dalam implementasi strategi PPF. Penyusunan dilakukan dengan mempelajari tahapan kegiatan yang ada dalam strategi PPF. Setiap aspek yang diobservasi mendapat penilaian dalam skala 0 (terendah) sampai dengan 5 (tertinggi). Berdasarkan lembar ini, seorang observer dapat memberi penilaian dosen selaku implementor strategi PPF dan seluruh mahasiswa selaku objek dan target pembelajaran. Hasil penilaian diolah secara kuantitatif untuk mengetahui indeks penilaian terhadap aktivitas dosen dan mahasiswa secara keseluruhan. Angket penilaian tugas pendahuluan, pemahaman petunjuk praktikum dan pemahaman LKM disusun untuk kegiatan evaluasi konten terkait, melalui kegiatan ujicoba terbatas pada beberapa mahasiswa. Kegiatan ini sangat penting untuk mendapat masukan atau saran perbaikan agar fasilitas pendukung PPF sesuai peruntukannya, yaitu mampu mengembangkan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi pebelajar. Fasilitas pendukung berkualitas akan mengkondisikan mahasiswa sebagai pebelajar secara mudah mencapai sasaran pembelajaran. Angket pemahaman LKM dan petunjuk praktikum untuk menjaring pendapat mahasiswa prihal B: Bisa dipahami atau S: Sulit dipahami dan saran perbaikannya. Sedangkan angket penilaian tugas pendahuluan untuk menjaring pendapat mahasiswa prihal tingkat kesulitan, tingkat keterbacaan, tingkat efektivitas kalimat soal, dan tingkat keterkaitan soal dengan materi yang disajikan. Penilaian dalam kategori Tinggi, Sedang dan Rendah. Kuesioner penjaring tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan strategi PPF didesain berdasarkan kisi-kuesioner, yang menjelaskan aspek yang diukur berdasarkan pendapat mahasiswa. Berdasarkan informasi ini dapat ditentukan jumlah pernyataan penyusun isi kuesioner. Kuesioner dilaksanakan dengan meminta pendapat langsung, yaitu mahasiswa membaca setiap pernyataan dalam kolom uraian, lalu memberi check list berupa: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Berdasarkan hasil rekap dapat ditentukan persentase tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan strategi PPF.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas dapat disimpulkan: 1. Strategi PPF untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi mahasiswa Jurusan Teknik Kimia POLBAN terdiri atas 5 komponen dan 20 sub-komponen. 2. Implementasi strategi PPF melalui model pembelajaran DIBeK, metode Praktikum plus Diskusi dan monev aktivitas mahasiswa. Evaluasi melalui tes kemampuan berpikir, observasi aktivitas dosen dan mahasiswa, angket tanggapan mahasiswa terhadap strategi PPF, angket pemahaman mahasiswa terhadap petunjuk praktikum dan lembar kerja mahasiswa dan angket penilaian mahasiswa terhadap tugas pendahuluan. 3. Skenario model pembelajaran DIBeK terdiri atas tahap pendahuluan, kegiatan inti dan tahap penutup. Kegiatan inti terdiri atas: menyajikan masalah dan skema penyelesaian masalah kasa dengan demonstrasi, bekerja dan diskusi kelompok, presentasi kelompok dan diskusi kelas, memberi penghargaan. 4. Skenario Metode Praktikum plus Diskusi terdiri atas kegiatan praktikum dan kegiatan diskusi secara terpisah. Kegiatan praktikum dipandu petunjuk praktikum dan diakhiri dengan pembuatan laporan. Kegiatan diskusi terdiri atas: dosen menyajikan masalah secara lisan, bekerja dan diskusi kelompok, presentasi kelompok dan diskusi kelas, dan memberi penghargaan. Saran bagi kegiatan setipe, ketika menganalisis aspek penting sebagai dasar berpikir untuk perancangan strategi program perkuliahan fisika, sebaiknya juga memperhatikan referensi peralatan laboratorium yang ada di prodi terkait. Ini memberi peluang bagi terlaksananya kegiatan pembelajaran fisika yang mendukung pelaksanaan pembelajaran mata kuliah lanjutan di prodi. SUMBER PENDANAAN Karil ini bagian diseminasi riset multi-tahun Hiber Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2012 SK Direktur POLBAN No. 0841/PL1.R/PL/2011 Tanggal 7 Maret 2012. DAFTAR PUSTAKA Anderson, L.W. et. al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman Inc. Bolotin, M. M. (2007). Can Student Learn from Lecture Demonstrations? The Role and Place of Interactive Lecture in Large Introductory Science Course. Journal of College Science Teaching. 36, (4), 45-49.
F 73
Prosiding Seminar Nasional Fisika Terapan III Departemen Fisika, FST, Universitas Airlangga Surabaya,15 September 2012 ISBN : 978-979-17494-2-8
Ibrahim, Muslimin dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press. Karuru, Perdi. (2003). Meningkatakan Ketrampilan Proses Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement. (www.depdignas.go.1d/jurnal/45, 15 Maret 2009). Kompetensi Lulusan Prodi Jurusan Teknik Kimia POLBAN, (2011). Website: www.polban.ac.id/jurusan.html diakses tanggal 1 Oktober 2011. Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Redish, Edward F. and K. Smith. (2008). “Looking Beyond Content: Skill Development for Engineers,” Journal of Engineering Education, 97, (3), 295-307. Sukmadinata, N.S. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Rosdakarya Wiyanto, Kiswanto & Linuwih, S. (2005). “Pengembangan Kompetensi Dasar Bersikap Ilmiah melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri bagi Siswa SMA.” Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 3, (3). Yusuf. (2003). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. (www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf, 15 Maret 2009).
F 74