PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERAWATAN MESIN BERBASIS GROUP TECHNOLOGY (Studi Kasus: PT. Adi Putro Wirasejati Malang) DESIGN OF MAINTENANCE MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM BASED ON GROUP TECHNOLOGY (A Case Study in PT. Adi Putro Wirasejati Malang) Raena Melladya1), Purnomo Budi Santoso2), Mochamad Choiri3) Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia E-mail :
[email protected]),
[email protected]),
[email protected])
Abstrak Departemen maintenance PT. Adi Putro Wirasejati (PT. APW) masih menggunakan sistem manual dalam melakukan manajemen perawatan mesin. Hal ini menyebabkan keterlambatan tindakan perawatan mesin dan sulitnya akses data bagi SPV dan karyawan maintenance untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Selain itu, belum ada pengkodean mesin, komponen dan sparepart sehingga pencarian informasi tentang mesin dan sparepart masih membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, perlu adanya suatu perancangan database sistem informasi manajemen perawatan mesin berbasis kodefikasi dengan group technology yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendukung kegiatan manajemen perawatan mesin pada PT. APW dengan metode software prototyping. Berdasarkan hasil perancangan sistem, sistem yang dirancang dapat memperbaiki sistem lama pada PT. APW. Sistem manajemen perawatan mesin juga sudah memenuhi semua kebutuhan sistem yang dibutuhkan oleh SPV dan karyawan maintenance. Dengan sistem informasi manajemen perawatan mesin, SPV dapat menerima laporan rutin, summary dan laporan harian tentang jadwal perawatan mesin, kerusakan mesin dan inventory sparepart. Klasifikasi dan kodefikasi dengan group technology pada mesin, komponen dan sparepart juga dapat mempermudah sistem pencarian informasi yang dibutuhkan. Kata kunci : Sistem informasi manajemen perawatan mesin, database, group technology, prototyping
1. Pendahuluan Seiring dengan akan mulai berlakunya pasar bebas tahun 2015 mendatang yang diprediksi akan membuat persaingan bisnis dalam negeri semakin ketat, industri di Indonesia akan dihadapkan pada persaingan global. Persaingan bisnis juga terjadi pada industri karoseri di Indonesia, sejak tahun 2012 sejumlah industri karoseri di Indonesia mulai menambah kapasitas produksi sampai dengan 15%. Peningkatan kapasitas produksi ini tidak lepas dari peranan mesin produksi sebagai aset utama suatu perusahaan. Said (1980) dalam Fachrurrozi (2002) menyatakan bahwa mesinmesin produksi merupakan faktor produksi yang berfungsi mengkonversi bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi pada perusahaan. Pentingnya peranan mesin produksi mengharuskan suatu perusahaan menjaga performansi mesin produksi yang dimilikinya agar selalu optimal dengan cara perawatan mesin. Berkaitan dengan meningkatnya kapasitas produksi, maka rutinitas produksi
setiap mesin juga akan bertambah. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya performansi mesin dan mesin mudah rusak apabila tidak dilakukan perawatan mesin secara rutin. Di sisi lain ketika performansi mesin mengalami penurunan, kapasitas produksi yang dijadwalkan tidak dapat dipenuhi tepat waktu sehingga dapat menyebabkanpengurangan tingkat produktifitas suatu perusahaan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. PT. APW merupakan salah satu karoseri yang bergerak dalam bidang pembentukan body kendaraan bus dan minibus. Bus-bus kelas eksekutif adalah bus yang paling banyak dibuat oleh pabrik karoseri ini. Banyaknya permintaan yang masuk menyebabkan produksi yang terus berjalan setiap harinya di PT. APW sehingga harus diimbangi dengan perawatan mesin. Oleh karena itu, departemen maintenance ditugaskan melakukan perawatan mesin secara untuk mengurangi kerusakan mesin secara tiba-tiba saat produksi sedang berlangsung. Selama ini sistem manajemen perawatan mesin mekanik pada departemen maintenance 613
PT.APW sering tidak sesuai dengan rencana yang dijadwalkan. Tabel 1. merupakan data sample perbedaan tanggal perencanaan dan tanggal aktual tindakan perawatan mesin yang dilakukan pada periode Januari-Juli 2013.
diklasifikasikan dan dikodekan menurut kriteria dan parameter yang ditentukan. Dari perancangan sistem ini akan diperoleh sautu sistem informasi manajemen perawatan mesin yang lebih efektif dan efisien.
Tabel 1. Tanggal Perencaan dan Tanggal Aktual Tindakan Perawatan
2. Metode Pada penelitian ini, untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dirancang suatu sistem informasi manajemen perawatan mesin dengan sistem database yang dapat memepermudah pengolahan data, mengintegrasi data, pembuatan laporan untuk manajerial dan pencarian informasi. Perancangan sistem pada penelitian ini menggunakan software prototyping dan menggunakan kodefikasi GT dalam mengodekan mesin, komponen dan sparepart sebagai basis pembangunan database.
(Sumber: PT. Adiputro Wirasejati)
Keterlambatan jadwal perawatan mesin disebabkan karena departemen maintenance PT.APW tidak mempunyai sistem penyajian informasi yang baik dan sistem masih dilakukan secara manual. Data mesin, history kerusakan mesin dan jadwal perawatan mesin yang saling terkait tidak terkomputerisasi dan terintegrasi dengan baik menyebabkan informasi menjadi tidak akurat. Selain itu, belum ada tindakan pengingat untuk tindakan perawatan yang belum dilakukan. Permasalahan lainnya yang sering terjadi pada departemen maintenance PT. APW adalah ketersediaan sparepart mesin yang sering tidak ada saat dibutuhkan dan pencarian sparepart yang dibutuhkan memerlukan waktu lama. Dalam hal ini, sistem informasi manajemen inventory sparepart yang ada di PT. APW masih belum terotomasi dengan komputer. Selain itu, belum adanya kodefikasi pada mesin, komponen dan sparepart yang terintegrasi menyebabkan perlunya waktu yang lama dalam pencarian sparepart yang akan digunakan. Berdasarkan kondisi yang terjadi pada departemen maintenance PT. APW ini kemudian mendasari perlunya perancangan sistem informasi manajemen perawatan mesin dengan didukung sistem database untuk departemen maintenance. Selain itu, salah satu prinsip pengelompokkan dan pengkodean yang bisa dikembangkan dalam mendukung perancangan database adalah Group Technology (GT), yang merupakan suatu filosofi dalam manufaktur dimana komponen yang memiliki kesamaan dapat dikelompokkan menjadi satu yang bertujuan untuk efisiensi. Dengan GT, mesin dan sparepart akan
2.1 Manajemen Perawatan Manajemen perawatan didefinisikan sebagai organisasi pemeliharaan yang sesuai dengan kebijaksanaan yang disetujui. Kebijaksanaan yang disetujui harus sejelas mungkin dan tidak boleh meragukan. Hal ini merupakan tanggung jawab tim manajemen puncak untuk menentukannya. Kebijaksanaan ini juga harus mendefinisikan kondisi perawatan yang bisa diterima dan manajer perawatan harus diberi tahu mengenai kebijaksanaan ini. Uraian pekerjaan harus meliputi suatu pernyataan kebijaksanaan pemeliharaan sebagaimana telah ditetapkan oleh manajemen, dan ini harus menjadi batas persyaratan baginya (Corder, 1988). Perawatan mesin merupakan suatu faktor yang memegang kendali penting dalam suatu industri guna menjaga kestabilan kondisi mesin/fasilitas produksi agar dapat beroperasi dengan baik, sehingga dapat meminimalkan adanya breakdown. 2.2 Sistem Database Database adalah kumpulan data yang terhubung dan disimpan secara bersama pada suatu media dengan cara-cara tertentu sehingga mudah untuk digunakan dan ditampilkan kembali, dapat digunakan oleh satu atau lebih program aplikasi secara optimal, data disimpan sedemikian sehingga penambahan, pengambilan dan modifikasi data dapat dilakukan dengan mudah dan terkontrol.
614
Tujuan utama dari sistem database adalah praktis dan efisien. Secara umum, tujuan dari sistem database adalah sebagai berikut: 1. Isolasi data, menempatkan tiap data pada tempatnya masing-masing. 2. Multi user, saat perusahaan mengambil pendekatan berorientasi masalah, pertama didefinisikan kemudian pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tersebut dan untuk pengambilan keputusan diperlukan informasi. Sedangkan tujuan dari manajemen sistem basis data adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan tempat penyimpanan massal untuk data yang relevan. 2. Memudahkan pemakai dalam mengakses data. 3. Memungkinkan respon yang segera atas permintaan data dari pemakai. 4. Melakukan modifikasi terakhir dengan segera pada database. 5. Memungkinkan perkembangan lebih lanjut dalam sistem database. 6. Meminimasi duplikasi dan redudansi dalam penyimpanan data. 7. Memungkinkan secara serentak dan bersamaan beberapa pemakaian database yang berarti juga meningkatkan kebebasan data sehingga berguna untuk beberapa program. 8. Melindungi data dari gangguan kerusakan atau pemakaian oleh orang yang tidak terotorisasi. 2.3 Software Prototyping Menurut Kendall (2003), prototyping adalah suatu teknik pengumpulan data yang sangat bergunamelengkapi siklus hidup pengembangan sistem tradisional. Saat penganalisis sistem menggunakan prototyping, mereka berusaha mencari reaksi, saran – saran, inovasi, rencana revisi pengguna untuk membuat peningkatan terhadap protoype sekaligus memodifikasi rencana sistem dengan biaya dan gangguan maksimum. Sommerville (2011) menjelaskan bahwa terdapat empat tahapan dalam pegembangan software menggunakan prototyping. Langkah pertama yaitu menetapkan tujuan protoype dengan mengidentifikasi masalah pada sistem yang akan dibuat prototype-nya. Langkah kedua yaitu mendefinisikan fungsi protoype sehingga sesuai dengan kebutuhan user. Langkah ketiga yaitu mengembangkan protoype dengan merancang desain logis hingga
implementasi konsep yang telah dibuat. Langkah terakhir yaitu evaluasi protoype dengan membandingkan hasil protoype dan kebutuhan user. Langkah-langkah pengembangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Establish prototype objectives
Define prototype functionality
Develop prototype
Evaluate prototype
Prototyping plan
Outline definition
Executable prototype
Evaluation report
Gambar 1. Model Proses Pengembangan Protoype (Sumber: Sommerville, 2011)
2.4 Group Technology Group technology (GT) merupakan suatu teknik dan filosofi manufakturing yang digunakan untuk mengefisienkan produksi berdasarkan kesamaan dari komponen, bentuk, dimensi rute proses maupun kesamaan lainnya. GT diterapkan pada masalah yang memiliki banyak kesamaan dan mengelompokkannya berdasarkan pada persamaan tersebut dan menemukan solusi untuk tiap kelompok persamaan sehingga menghemat waktu dan usaha. Menurut Chang (2005) terdapat 3 macam tipe sistem kode, yaitu: 1. Monocode (Struktur Hirarki) Pada struktur hirarki ini masing-masing digit memperkuat informasi dari digit sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa deretan kode pada setiap digit yang ada bergantung pada karakter digit sebelumnya. Tiap-tiap digit (posisi) pada code direpresentasikan dalam fitur/subsection. Digit pertama mewakili seluruh group, digit selanjutnya mewakili kelompok sub-section dan seterusnya. Pada penelitian ini, kodifikasi dengan struktur hirarki diterapkan pada section komponen dan spareparts, dimana mesin merupakan perwakilan dari seluruh group yang terdiri dari komponen dan sparepart, komponen mesin bergantung pada salah satu mesin mesin dan sparepart bergantung pada komponen. Misalnya saja mesin A mempunyai komponen 1 dan 2, pada komponen 1 terdapat sparepart aa,bb, dan cc. Hal ini dapat dijelaskan pada Gambar 2.
615
Mesin
Komponen Mesin
Sparepart Mesin
A
1
2
aa
bb
cc
Gambar 2. Hierarkis Klasifikasi Sparepart (Sumber: Chang, 2005)
2. Polycode (Kode Atribut) Konsep chain-structure (polycode) yang digunakan pada penelitian ini mempunyai arti bawa masing-masing digit kode yang digunakan tidak tergantung pada karakter deretan kode sebelum digit kode ini sehingga dapat mengakomodasi setiap perubahan. Pada konsep kode ini, masingmasing bagian dalam kode mempunyai posisi yang spesifik. Struktur kodifikasi ini sangat mudah diterapkan tetapi jumlah digit yang besar memerlukan perwakilan karakteristik dari suatu section. Contoh konsep kode atribut yang diterapkan pada kodifikasi mesin di penelitian ini adalah untuk menentukan kode letak sparepart, selain itu untuk menentukan kode dari merk mesin, nama mesin dan tahun. Hal ini dapat dijelaskan pada Gambar 3.
Gambar 3. Kode Atribut Inventory (Sumber: Houtzeel dan Schilperoort, 1976)
3. Hybrid Pengkodean yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem pengkodean hybrid, yang merupakan penggabungan sistem pengkodean monocode dan polycode dengan memanfaatkan keuntungan dari setiap karakteristik sistem kodifikasi monocode dan polycode. Gambar 4. merupakan ilustrasi sitem kodifikasi hybrid.
Gambar 4. Sistem Kode Hybrid (Sumber: Opitz, 1970)
2.5 Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Studi lapangan
Tahap awal yang dilakukan untuk memulai penelitian ini adalah dengan melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mengumpulkan informasi yang ada di departemen maintenance PT. APW. 2. Studi Literatur Untuk mendukung studi lapangan maka perlu dilakukan studi pustaka atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti serta referensi (literatur) seperti perawatan mesin, group technology, database, prototyping dan sebagainya yang akan mendukung perancangan sistem. 3. Identifikasi Masalah Mengidentifikasi pokok permasalahan yang muncul dari hasil survei pada objek penelitian. 4. Perumusan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah, maka merumuskan masalah apa yang akan dijadikan fokus pembahasan dalam penelitian ini. 5. Tujuan Perancangan Penentuan tujuan penelitian dilakukan berdasarkan perumusan masalah sebelumnya 6. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam mendukung perancangan sistem pada penelitian ini antara lain data umum PT. APW dan departemen maintenance, user requirement yang berisi apa harapan serta atribut/karakter sistem yang dibutuhkan oleh departemen maintenance PT. APW dan data historis mesin yaitu data perawatan mesin yang telah dilakukan selama ini, data mesin, data komponen mesin, data karyawan, data kerusakan mesin, data jadwal perawatan mesin dan data inventory sparepart. 7. Analisis dan Pembahasan Proses analisis ini dilakukan sebagai tahap awal dibuatnya suatu aplikasi. Dengan menganalisis sistem yang terjadi sekarang ini, tahap analisis dan pembahasan digunakan untuk mengetahui fitur apa saja yang dibutuhkan oleh sistem yang akan dirancang selanjutnya. 8. Perancangan Sistem dan Pengembangan Prototype Perancangan sistem ini dimulai dengan perencanaan sistem untuk memahami mengapa sebuah sistem harus dibangun, kemudian melakukan analisa terhadap sistem dengan mengidentifikasi semua entity yang akan terlibat. Setelah analisa sistem, 616
dibuatlah rancangan sistem atau konsep dasar yang nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah sistem baru. Setelah sistem baru jadi, akan dialkukan pengujian dengan melakukan uji verifikasi, uji validasi dan uji prototype. 3. Perancangan Sistem Perancangan sistem merupakan tahap untuk membangun suatu sistem dan mengkonfigurasikan komponen-komponen sehingga menghasilkan sistem yang baik dan berguna. Perancangan sistem dengan prototyping ada 4 tahap yaitu menetapkan tujuan perencanaan sistem, analisis kebutuhan sistem, desain dan implementasi sistem serta pengujian sistem. 3.1 Analisis sistem Berikut adalah spesifikasi kebutuhan sistem informasi manajemen perawatan mesin secara keseluruhan yang diperoleh dari System Requirement Checklist (SRC): 1. Sistem dapat diakses oleh SPV, administrator dan karyawan dengan hak akses dan fungsi yang berbeda dengan memasukkan username dan password yang berbeda. 2. Sistem dapat melakukan kontrol terhadap tindakan perawatan yang dilakukan dan inventory sparepart yang kurang dari jumlah minimal. 3. Sistem dapat memberikan laporan yang dibutuhkan SPV yaitu laporan jadwal perawatan mesin, laporan kerusakan mesin dan laporan inventory sparepart. 4. Sistem dapat menginformasikan tindakan perawatan yang harus dilakukan oleh karyawan setiap hari dan memberikan informasi inventory sparepart, lokasi sparepart dan history perawatan mesin yang dibutuhkan oleh karyawan. Untuk menggambarkan logika dari kebutuhan-kebutuhan sistem yaitu prosesproses apa saja yang dibutuhkan oleh sistem dan bagaimana keluar masuknya informasi dalam sistem digunakan Data Flow Diagram (DFD). Gambar 5. Merupakan Context Diagram atau DFD secara umum dari sistem yang akan dirancang.
Karyawan Maintenance Kode Karyawan Kode Sparepart Tindakan Perawatan Jadwal Perawatan Mesin Tindakan Kerusakan Mesin Karyawan
SPV Mekanik
Jadwal Perawatan/Perbaikan Mesin Lokasi Sparepart History Maintenance Mesin Data Mesin Data Komponen Data Spareparts Data Karyawan 0 Kerusakan Mesin Sistem Informasi Laporan perawatan
Manajemen Perawatan Mesin
Laporan Inventory Sparepart Laporan Kerusakan Mesin Laporan Jadwal Perawatan Mesin Laporan Data Karyawan
Administrator departemen Maintenance
Laporan Jadwal Perawatan Mesin Laporan data mesin, komponen, Spareparts, kerusakan mesin, karyawan
Gambar 5. Context Diagram
3.2 Desain kodefikasi dengan GT Kodefikasi GT yang digunakan untuk mengelompokkan mesin hingga sparepart adalah konsep GT dengan sistem kodefikasi hybrid pada kode mesin, komponen dan sparepart PT. APW yang diadaptasi dari Opitz pada Gambar 6.
Gambar 6. Konsep Group Technology dengan Sistem Kodefikasi Hybrid
Sebelum membuat satu tabel data maka diperlukan suatu parameter yang digunakan dalam pengkodean dengan menggunakan konsep pengkodean hybrid yang dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel Parameter Kodefikasi
Contoh pemberian kode pada mesin, komponen dan sparepart yang sesuai dengan parameter kodefikasi dijelaskan pada Gambar 7.
617
Gambar 7. Contoh Kodefikasi Mesin, Komponen dan Sparepart
Berdasarkan Gambar 7. dapat diketahui bahwa kode gabungan tersebut milik dari “sparepart busi pada komponen pemanas mesin Inject Integral di departemen Fiber dengan merk Demag tahun 1897 yang berada pada rak meja di ruang dalam dengan nomor rak A1”. 3.3 Desain Tahap desain merupakan tahapan yang bertujuan untuk mengubah model informasi pada tahap analisis sistem menjadi dengan model yang sesuai dengan teknologi untuk implementasi sistem. Pada tahap ini terdapat beberapa tahap yaitu: 1. Desain database logis Tahap ini merupakan tahapan untuk menjelaskan kepada user bagaimana nantinya fungsi-fungsi di sistem informasi secara logika akan bekerja dengan menggunakan Entity Relation Diagram (ERD). Sebelum membuat ERD, list entity yang terlibat dalam sistem harus ditentukan. Setelah list entity ditentukan selanjutnya adalah membuat hubungan antar entitas dan ERD. 2. Normalisasi Normalisasi merupakan teknik yang digunakan untuk memvalidasi tabel yang dibuat agar sesuai aturan 1NF hingga 3NF. Tabel yang dirancang pada model database logis sudah normal sehingga tidak perlu dilakukan normalisasi. 3. Desain database fisik Desain fisik merupakan aktualisasi dari desain logis yang sangat bergantung dengan software yang dipakai. Software yang dipakai pada perancangan sistem ini adalah Microsoft Access 2013. Tabel 3. Merupakan salah satu contoh desain database fisik dari entitas mesin pada sistem informasi manajemen perawatan mesin.
4. Desain user interface Desain user interface ini bertujuan untuk membuat rancangan dari tampilan sistem yang nantinya akan berinteraksi langsung dengan user. Desain UI meliputi hierarki menu, form dan report. Pada sistem informasi manajemen perawatan mesin terdapat 1 menu berupa sistem login. Gambar 8. merupakan hirarki menu utama pada sistem.
Gambar 8. Hirarki Menu Utama
Setelah user melakukan logini, terdapat 3 menu yang dapat digunakan user sesuai dengan jabatan dan fungsi masing-masing form, yaitu: a. Form SPV, berfungsi untuk membantu SPV mendapatkan laporan manajerial dan mengontrol tindakan perawatan mesin. b. Form Admin, untuk mengolah data yang berhubungan dengan manajemen perawatan mesin. c. Form Karyawan, digunakan oleh karyawan untuk melihat jadwal harian yang harus dikerjakan karyawan dan pencarian informasi yang dibutuhkan. Salah satu contoh desain form SPV dapat dijelaskan pada Gambar 9.
Tabel 3. Desain Fisik Entitas Mesin
Gambar 9. Desain Form SPV
618
5. Desain report Sistem informasi manajemen perawatan mesin dapat menghasilkan report untuk SPV Mekanik dan administrator. Berikut desain report pada sistem informasi manajemen perawatan mesin. a. Report Inventory Sparepart Report sparepart untuk SPV bertujuan agar SPV dapat mengetahui data sparepart dan mengetahui sparepart mana yang jumlahnya kurang dari jumlah minimal agar dapat dilakukan pemesanan. b. Report Jadwal Perawatan Mesin Report ini menyajikan informasi jadwal perawatan mesin yang sudah dilakukan karyawan pada periode tertentu. c. Report Kerusakan Mesin Report ini menyajikan informasi tentang kerusakan mesin dan perbaikannya yang terjadi pada periode tertentu. d. Report Dadakan Report dadakan merupakan fitur untuk pencarian informasi yang dibutuhkan user seperti pencarian sparepart dan pencarian historis sebuah mesin. 6. Desain Algoritma Desain Algoritma bertujuan untuk merancang tahapan proses apa saja yang harus dilakukan sehingga input, user interface dan database menghasilkan output yang diharapkan dan dapat ditampilkan, algoritma dapat dinyatakan dengan flowchart ataupun pseudocode. Gambar 10. merupakan salah satu desain algoritma yaitu pseudocode report dan alert jadwal perawatan mesin.
3.4 Implementasi Langkah implementasi adalah membuat aplikasi pada tingkatan prototype dari spesifikasi dan konsep desain yang dirancang dengan melakukan pengembangan database, module dan user interface menggunakan VBA with Microsoft Access. Berikut contoh hasil dari implementasi desain. 1. Implementasi database, salah satu contoh implementasi database yang digunakan adalah entitas mesin pada Gambar 11. 2. Relationship, dalam sistem informasi manajemen perawatan mesin terdapat 9 entitas dengan relasi berdasarkan ERD pada Gambar 12.
Gambar 11. Tampilan Table Design pada Microsoft Access 2013
Gambar 12. Printscreen Relasi Antar Tabel Entitas
3. Implementasi hirarki menu, hirarki menu diimplementasikan dalam bentuk menu utama dimana semua user akan melakukan login berdasarkan username dan password seperti pada Gambar 13.
Gambar 10. Pseudocode Proses Report dan Alert Jadwal Perawatan Mesin
Gambar 13. Printscreen Menu Utama
619
4. Impelementasi user interface, salah satu contoh dari implementasi yaitu form SPV pada Gambar 14. 5. Implementasi report, salah satu contoh dari implementasi report yaitu report jadwal perawatan mesin pada Gambar 15. 6. Implementasi modul program, berikut implementasi modul program untuk alert jadwal perawatan mesin yang terlambat. Salah satu implementasi modul program pada sistem yaitu syntax alert perawatan mesin pada Gambar 16.
Gambar 16. Syntax Alert Perawatan yang Terlambat
Gambar 14. Printscreen Form SPV
Gambar 15. Print Preview Report Jadwal Perawatan Mesin
3.5 Pengujian Program (Testing) Tahapan terakhir setelah sistem sudah menjadi prototype adalah pengujian. Tahap pengujian ini ditinjau dari tiga segi, yaitu uji verifikasi, uji validasi dan uji prototype yang masing-masing terdapat tujuan yang saling terhubung. 1. Verifikasi Uji verikasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah program berjalan sesuai dengan desain yang telah direncanakan. Uji verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan desain database, user interface, modul program pada tahap desain dengan implementasi dan ketelitian program aplikasi. Pada perancangan sistem informasi manajemen perawatan mesin, implementasi sudah sesuai dengan desain yang dirancang. Salah satu contoh yaitu pada report yang dihasilkan. Pada Gambar 17. SPV membutuhkan summary jadwal perawatan mesin pada periode tertentu. Pada hasil summary Gambar 18. Periode yang ditampilkan juga sudah sesuai.
620
Gambar 17. Periode Summary Report
Gambar 18. Print Preview Hasil Summary Report
2. Validasi Uji validasi bertujuan untuk menguji apakah sistem yang dirancang dapat berfungsi sepenuhnya dan memenuhi kebutuhan user sebagai sistem informasi yang dapat membantu proses manajemen pearwatan mesin pada PT. APW. Hasil uji validasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Validasi Sistem Informasi Manajemen Perawatan Mesin
karyawan. Prototype sistem informasi manajemen perawatan mesin dapat memberikan laporan yang dibutuhkan oleh SPV dan melakukan kontrol terhadap tindakan perawatan mesin yang mengalami keterlambatan dengan memberikan alert. Kebutuhan administrator dalam mengelola data-data untuk manajemen perawatan mesin sudah terpenuhi dengan adanya database yang mengintegrasikan seluruh data dan mengolah data sehingga dapat menyajikan informasi berupa laporan data keseluruhan. Sedangkan untuk karyawan, prototype sistem informasi manajemen perawatan mesin sudah memenuhi kebutuhan yang diperlukan yaitu karyawan sudah bisa melihat jadwal penugasan untuk masing-masing karyawan setiap harinya dan karyawan dapat mencari informasi sparepart dan history mesin dengan mudah dan cepat. 3. Uji Prototype Uji protoype bertujuan untuk mengetahui apakah prototype dapat mengatasi masalah dan kelemahan sistem perawatan mesin yang lama. Pada uji ini, sistem informasi manajemen perawatan mesin terbukti dapat mengatasi kelemahan sistem lama dengan perbandingan performa seperti pada Tabel 4. Tabel 5. Perbandingan Performa Antara Sistem Lama dan Sistem Baru
Berdasarkan hasil uji validasi, prototype sistem informasi manajemen perawatan mesin sudah dapat memenuhi kebutuhan sistem yang dibutuhkan oleh SPV, administrator dan 621
Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa sistem informasi manajemen perawatan mesin sudah dapat memperbaiki semua kelemahan sistem lama dari segi performance, information, economy, control, efficiency dan service. Sistem informasi manajemen perawatan mesin dapat melakukan pencarian data yang sudah terotomasi dengan cepat karena mesin, komponen dan sparepart sudah dikelompokkan dan dikodekan menggunakan GT dalam database. Dengan adanya database, data-data yang ada di departemen maintenanace dapat terorganisir dengan baik, tidak ada redundasi data, data selalu update serta tidak diperlukan lagi pencatatan dokumen secara manual dan penyimpanan dokumen sehingga biaya operasional dan waktu dapat diminimalisir. 4. Kesimpulan Sistem informasi manajemen perawatan mesin telah dirancang dengan tahap analisis sitem dengan menganalisa kebutuhan atau spesifikasi sistem yang dibutuhkan oleh user, desain, implementasi dan pengujian sistem. Pada pembangunan database sistem ini, digunakan kodefikasi GT dengan sistem hybrid untuk mengelompokkan mesin, komponen dan sparepart. Sistem informasi manajemen perawatan mesin yang dirancang dapat memenuhi kebutuhan user antara lain dapat memberikan laporan kepada SPV yaitu laporan jadwal perawatan mesin, laporan kerusakan mesin dan laporan inventory sparepart yang dapat digunakan SPV untuk mengambil kebijakan tindakan perawatan mesin mendatang. Sistem ini juga dapat membantu karyawan melakukan pencarian informasi secara cepat. Sistem informasi manajemen perawatan mesin dapat membantu SPV melakukan kontrol terhadap tindakan perawatan mesin dengan memberikan peringatan terhadap jadwal yang mengalami keterlambatan. Pada sistem ini, karyawan juga dapat melihat tindakan perawatan mesin yang seahrusnya
dilakukan setiap harinya. Dari hasil uji verifikasi, validasi dan uji prototype, sistem informasi manajemen perawatan mesin merupakan sistem yang efektif dan efisien untuk membantu mengelola proses manajemen perawatan mesin pada PT. APW. Daftar Pustaka Chang, T., Wysk, R.A. & Wang, H. (1991), Computer Aided Manufacturing International series in Industrial and System Engineering, Prentice Hall, New Jersey. Corder, Anthony (1988), Teknik Manajemen Pemeliharaan, Erlangga , Jakarta. Fachrurrozi (2002), Studi Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi di Industri Pengolahan Kayu PT. Inhutani Administratur Industri Bekasi, Skripsi Sarjana tidak dipublikasikan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Houtzeel, A. & Schilperoort, B.A. (1976), “A Chain-Structured Part Classification System (Miclass) and Group Technology”, Proceedings of the 13th annual Meeting and Technical Conference, Ohio. Indrajit, Richardus Eko & Richardus Djokopranoto (2003), Manajemen Persediaan: Barang Umum dan Suku Cadang Untuk Keperluan Pemeliharaan, Perbaikan dan Operasi, Grasindo, Jakarta. Opitz, H. (1970), A Classification System to Describe Workpieces,Pergamon Press, New York Sommerville, Ian (2011), Software Engineering: Ninth Edition, Addison-Wesley, United States of America.
622
Lampiran 1 List Entity Entitas
Atribut
Departemen
Kode_Departemen, Nama_Departemen
Jenis Mesin
Kode_Jenis, Jenis_Mesin
Mesin
Kode_Mesin, Kode_Jenis, Nama_Mesin, Kode_Departemen, Merk, Model/Kapsitas, Series, Tahun, Fungsi
Komponen
Kode_Komponen, Kode_Mesin, Part, Merk, Tahun
Sparepart
Kode_Sparepart, Kode_Mesin, Kode_Komponen, Nama_Sparepart, Merk, Tahun, Jumlah_Min, Stock, Lokasi, Letak, Nomor
Karyawan
Kode_Karyawan, Nomor_Unit, Nama_Karyawan, Status, Jabatan, Alamat, Telp, Tgl_Lahir, Thn_Mulai_Kerja, Pendidikan_Akhir, Institusi, Tahun_Lulus
Kerusakan Mesin
Kode_Kerusakan, Kode_Mesin,, Kode_Komponen, Kode_Karyawan, Tanggal_Kerusakan, Jenis_Kerusakan, Keterangan, Kode_Karyawan, Penggantian_Sparepart?, Tanggal_Selesai, Check
Tindakan Perawatan
Kode_Tindakan, Jenis_Tindakan, Tindakan
Jadwal Perawatan
Kode_Jadwal, Kode_Jenis, Kode_Tindakan, Kode_Mesin, Kode_Karyawan, Prioritas, Tanggal, Keterangan, Check, Tanggal_Selesai, Jam_Selesai,
Entity Relation Diagram (ERD) KODE_ DEPARTEMEN
DEPARTEMEN
KODE_ KARYAWAN
KODE_ JENIS
NAMA_DEPARTEMEN
mempunyai
JENIS_MESIN
JENIS MESIN
TGL_ KERUSAKAN
mempunyai
KODE_MESIN
JENIS_ KERUSAKAN
KODE_MESIN
KODE_ KERUSAKAN
KODE_KOMPONEN
KETERANGAN
KERUSAKAN MESIN
PART
LOKASI_DEPARTEMEN
MERK
NAMA_MESIN
TAHUN
KODE MESIN
FUNGSI
MERK
TAHUN
mengalami
MESIN
mempunyai
KOMPONEN
mempunyai
SPAREPART
JUMLAH_MIN.
mengalami
menangani
LOKASI_RAK
STOK TAHUN
KODE_SPAREPART
KARYAWAN
TINDAKAN PERAWATAN
menangani TGL_MULAI _KERJA
KODE_KARYAWAN
JADWAL PERAWATAN
mempunyai
JAM_SELESAI
KETERANGAN
MERK
KODE_MESIN
KODE_KOMPONEN
LOKASI_LEMARI
KODE_TINDAKAN INSTITUSI
KODE_MESIN TGL_PERAWATAN
TGL_LAHIR
KODE_TINDAKAN
NAMA_SPAREPART
KODE_KOMPONEN
KODE_JADWAL
TELP
NAMA_KARYAWAN
KODE_KARYAWAN
TINDAKAN ALAMAT
KOMPETENSI
KODE_MESIN CHECK
PENGALAMAN
623