1
PERANCANGAN PANDUAN MEDITASI SINGKAT UNTUK UMAT BUDDHA THERAVADA Chandra Monica Santoso1, P. Gogor Bangsa, S.Sn., M.Sn.2, Hen Dian Yudani, S.T.3 Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, Jalan Siwalankerto 121-131, Surabaya, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Perancangan ini merupakan sebuah panduan yang dibuat karena melihat permasalahan kurangnya minat umat Buddha Theravada sekarang terhadap meditasi. Meditasi adalah salah satu cara beribadah dalam agama Buddha yang juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Umat Buddha sekarang seringkali mengabaikan meditasi dengan banyak alasan, apalagi dengan mobilitas masyarakatnya yang tinggi sekarang ini. Untuk mengatasi hal tersebut, dibuatlah perancangan ini. Perancangan ini berupa digital card yang dibagikan secara periodik lewat media sosial online, yaitu Facebook dan Twitter dengan melihat banyaknya masyarakat sekarang termasuk umat Buddha yang sangat dekat dengan internet dan sosial media online. Desain dibuat dengan warna, huruf dan layout yang lembut untuk menunjang suasana meditasi. Rangkaian digital card ini berjudul Soulution (Solusi untuk mencapai batin yang sehat). Kata kunci: meditasi, panduan, digital card.
Abstract Title: The Design of Meditation Guide for Theravada Buddhism People This design is a guide which was made because of viewing problem to lack of interest of Theravada Buddhism people now against meditation. Meditation is a way to worshiping in Buddha religion which also has many benefits for life. Buddhist people these day often ignoring the meditation with lots of reasons, moreover with the high mobility of people now. To overcoming this problem, this design has created. This design is some digital cards which is uploaded periodically through the online social media, Facebook and Twitter to see how many people these day are very close to the internet and online social media. Design created with soft color, font, and layout to support meditation atmosphere. This digital cards is titled Soulution (Solution for achieving a healthy mind). Keywords: meditation, guide, digital card.
Pendahuluan Dalam Agama Buddha, terdapat beberapa jenis cara beribadah, salah satu bagiannya adalah meditasi. Namun, meditasi tidak hanya dilakukan sebagai salah satu cara beribadah, juga untuk melatih pikiran, kesabaran dan konsentrasi. Meditasi merupakan salah satu ciri khas dalam Agama Buddha yang dapat dilakukan oleh semua orang tanpa batasan umur tertentu. Meditasi dalam Buddha Theravada dapat diartikan sebagai perenungan kebenaran dengan pemusatan pikiran atau perasaan pada sebuah objek tertentu.
Meditasi adalah cara untuk melepas dunia luar yang ruwet untuk meraih kedamaian batin yang mantap. Dalam semua mistisme dan pelbagai tradisi spiritual, meditasi adalah jalan menuju pikiran yang murni dan kokoh. Meditasi dapat dilakukan oleh semua orang secara universal tanpa batasan umur tertentu. Dengan melalui meditasi seseorang dapat meringankan bebanbeban kehidupan, mengendalikan diri, melatih kesabaran serta meningkatkan konsentrasi (Brahm x). Meditasi sangat bermanfaat untuk semua orang baik bagi anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang memiliki banyak beban kehidupan untuk menambah daya konsentrasi dan pikiran mereka dalam menghadapi permasalahan hidup. Meditasi perlu dilakukan oleh umat Buddha Theravada karena
2 meditasi ini mengajarkan untuk melatih kesabaran dan meningkatkan konsentrasi. Manfaat tersebut sangat menunjang aktivitas umat Buddha Theravada agar tidak mudah stres dan lebih menikmati kehidupannya. Umat Buddha Theravada seringkali mengabaikan meditasi. Banyak hal yang menjadi alasan mereka untuk tidak melakukan meditasi, terutama karena alasan aktivitas mereka yang padat, baik karena bekerja, kuliah, sekolah dan aktivitas lainnya. Aktivitas-aktivitas tersebut membuat mereka lelah secara fisik maupun batin dan kehilangan banyak waktu, sehingga mereka lebih memilih memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat dan tidak melakukan meditasi. Sebagian malas mempraktekkan meditasi karena menganggap bahwa praktek meditasi sulit, membosankan, membuang-buang waktu dan tidak bermanfaat. Umat Buddha Theravada seharusnya diberikan pemahaman tentang manfaat meditasi serta cara efektif melakukan meditasi yang tidak membuang banyak waktu, sehingga mereka dapat meluangkan waktunya untuk melakukan meditasi singkat yang akan memberi manfaat yang besar bagi mereka apabila dilakukan secara rutin. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis di beberapa Vihara Theravada di Surabaya, umat Buddha Theravada yang mengikuti acara meditasi tidak sebanyak dibandingkan apabila diadakan acara puja bhakti atau acara besar keagamaan lainnya. Antusiasme umat Buddha Theravada terhadap meditasi dan manfaatnya yang akan mereka dapatkan sangat kurang. Ketika ditanyai penyebabnya, para umat Buddha Theravada tersebut mengaku menganggap tidak memiliki waktu untuk bermeditasi, malas karena menganggap meditasi membuang-buang waktu dan tenaga, serta berbagai alasan lainnya. Agar umat Buddha Theravada dapat memahami cara melakukan meditasi yang singkat dan bermanfaat, maka dibutuhkan sebuah media yang tepat bagi mereka. Media yang paling tepat adalah panduan meditasi singkat Buddha Theravada. Selain membantu umat Buddha Theravada untuk lebih memahami cara bermeditasi singkat, panduan ini juga dapat menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.
Metode Penelitian Dalam mengumpulkan data yang diperlukan, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh langsung dari objek penelitian perorangan maupun kelompok. Sebagai awal untuk merancang karya komunikasi visual, sebuah panduan meditasi singkat untuk umat Buddha Theravada, penulis membutuhkan banyak referensi dan data.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok, ataupun organisasi. • Metode Wawancara Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung melalui suatu proses interaksi dan komunikasi langsung dengan responden. Wawancara dilakukan kepada narasumber yang berkaitan secara langsung dengan meditasi Buddha Theravada (ahli meditasi dan sasaran perancangan, yaitu umat Buddha Theravada) untuk memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. • Observasi Lapangan Observasi merupakan kegiatan menghimpun data dengan pengamatan langsung pada objek penelitian. Observasi dilakukan di tempat-tempat meditasi, Vihara Buddha Theravada, serta mengamati proses jalannya meditasi. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang tersedia melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan termasuk majalah jurnal. • Studi Literatur Studi literatur merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mencari data tentang masalah penelitian melalui observasi studi kepustakaan dan buku-buku ilmiah pengantar. Studi ini merupakan salah satu tahap penting untuk memperoleh data sebagai landasan teori guna menyusun kerangka teoritis yang berperan dalam proses pemecahan masalah. Studi literatur berupa buku atau dokumen tentang pengertian, manfaat, dan cara melakukan meditasi untuk umat Buddha Theravada. • Internet Data melalui media internet berupa artikel, gambaran, komentar seseorang yang ahli dalam sebuah bidang tentang kajian yang diteliti. Data internet berupa informasi tentang meditasi dari para ahli dan praktisi meditasi, serta umat Buddha Theravada. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status, sekelompok manusia, suatu obyek, kondisi, dan sistem pemikiran. Metode kualitatif adalah satu metode penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Wawancara sebagai metode dalam mengembangkan penelitian dengan orang-orang yang bersangkutan atau mengenal tentang perancangan ini.
3
Ilustrasi Ketika kita membicarakan gambar dalam konteks ilustrasi berarti memperbincangkan gambar dalam bingkai fungsi. Sisi fungsi sangat melekat dalam kata ‘Ilustrasi’. Hal ini terjadi karena dalam sejarahnya kata “Illustrate” muncul akibat pembagian tugas fungsional antara teks dan gambar. Dari etimologinya Illustrate berasal dari kata ‘Lustrate’ bahasa Latin yang berarti memurnikan atau menerangi. Sedangkan kata ‘Lustrate’ sendiri merupakan turunan kata dari leuk- (bahasa Indo-Eropa) yang berarti ‘cahaya’. Dalam konteks ini ilustrasi adalah gambar yang dihadirkan untuk memperjelas sesuatu yang bersifat tekstual (Wiratmo, par. 1). Fungsi memperjelas sebuah teks atau bahkan memberi sentuhan dekorasi pada lembar-lembar teks memberi gambaran bahwa saat itu gambar (ilustrasi) adalah subordinan dari teks. Gambar adalah pelengkap teks. Gambar hanyalah wahana untuk mengantarkan pemahaman secara lebih utuh dari sebuah teks. Seorang Ilustrator harus dapat memahami isi teks dan kemudian mengilustrasi-kannya dalam bentuk gambar. Kemampuan mentranslasikan dari sesuatu yang tekstual ke dalam bentuk yang visual menjadi poin penting sebagai seorang Ilustrator. Ilustrator berperan sebagai penerjemah (interpreter) kepada pembaca dari sesuatu yang abstrak (wilayah bahasa/tekstual) ke dalam sesuatu yang konkret sifatnya (wilayah rupa). Tuntutan kepiawaiannya tidak berhenti pada tataran olah rupa (visualisasi) saja, tetapi juga mencakup wawasan (pemahaman terhadap teks) dan olah komunikasinya (bagaimana cara menyampaikan kepada pembacanya melalui rupa). Posisi Ilustrator dalam hal ini adalah sebagai visual interpreter. Secara fungsional Ilustrator berada di posisi antara (in between) penulis dan pembacanya. Di sisi lain posisi seorang Ilustrator adalah sebagai seorang visual decorator. Menyiapkan iluminasi sebagai bingkai penghias ataupun mengisi ruangruang kosong dalam sebuah manuskrip. Era illuminated manuscript ini berakhir ketika gambar yang sebelumnya dieksekusi melalui teknik manual, mulai dicetak dengan teknik woodcut (Wiratmo, par. 2-3).
Meditasi Meditasi secara umum adalah pemfokusan pikiran menuju status “kesadaran” dan kebahagiaan. Kita akan mendapatkan suatu stimulus (rangsangan) yang membuat nilai kontrol pada kesadaran kita. Kondisi meditasi menunjukkan suatu keadaan konsentrasi yang fokus. Keadaan ini merupakan tahap awal dalam bermeditasi, yang akan menempatkan perhatian kita terhadap fokus tertinggi dan memusat.
Di negara Barat, meditasi telah dikenal dan diteliti oleh para ahli sejak dekade 1960-an. Meditasi berasal dari Bahasa Inggris “meditation” dan memiliki pengertian sebagai focus conciouness “on one thing”, atau upaya pemusatan secara serius terhadap obyek tertentu. Dalam istilah yoga disebut dengan dhyana, dalam tradisi Cina disebut dengan siu lian, sedangkan dalam bahasa Sanskerta disebut dengan samadhi (semedi). Meditasi diidentikkan dengan hening, diam, tidak ada gerakan, tidak ada ambisi, mata terpejam, dan lainlain. Itulah gambaran dari seseorang yang melakukan pemusatan konsentrasi pada saat bermeditasi, yang jelas bukan tidur. Meditasi merupakan proses saat energi memasuki kondisi yang terbaik, paling utuh, dan sempurna, tetapi tetap terpelihara tingkat kesadaran yang tinggi (Sukmono 1-4). Dalam bahasa Pali atau Sanskerta, meditasi disebut sebagai samadhi. Kata samadhi dinyatakan Sang Buddha dalam khotbah pertama, Dhammacakkapavatthana Sutta. Kata tersebut disebut dalam Samma Samadhi. Kata samadhi berasal dari akar kata sam-adha yang artinya menyatukan atau konsentrasi, yang berkaitan dengan keadaan batin tertentu. Jadi samadhi artinya memusatkan atau mengkonsentrasikan pikiran atau batin (Aryasuryacandra 32). Istilah meditasi dalam Agama Buddha sebagaimana diterangkan di dalam sutta-sutta sebagai keadaan pikiran yang ditujukan pada suatu obyek dalam arti kata yang luas, diartikan sebagai suatu tingkat tertentu dari pemusatan pikiran dan bersatu yang tidak dapat dipisahkan sama sekali dengan unsur-unsur kesadaran (Buddhagosacariya 13). Meditasi Buddhis yang dimaksudkan di sini adalah meditasi yang benar. Meditasi yang benar adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapat menghilangkan kotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang baik. Sedangkan meditasi yang salah adalah sebagai pemusatan pikiran pada obyek yang dapat menimbulkan kotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang tidak baik (Mattadewi 4). Meditasi Buddhis dilakukan dengan pikiran. Melalui meditasi seseorang berlatih agar terbiasa mengendalikan diri sendiri dengan menyucikan pikiran dari berbagai macam kilesa (kotoran/ketidakmurnian) yang muncul dari pikiran. Pikiran ini yang merupakan pengikat kilesa yang berada di dalamnya, sehingga hal ini akan menyebabkan pikiran menjadi keruh dan kotor. Ketika pikiran menyaksikan kerugian dan bahaya dari kilesa itu maka pikiran akan berusaha melepaskan dan membuang semua kilesa keluar, sehingga pikiran akan menjadi bersih dan cemerlang (Desarangsi 11). Oleh sebab itu, meditasi dalam Agama Buddha dipahami sebagai keadaan pikiran yang suci, awal
4 yang diperlukan untuk mencapai kemajuan yang lebih tinggi menuju kesucian sempurna, yaitu tingkat arahat (Rasyid 6). Menurut Buddha, untuk mencapai kesempurnaan tidak perlu menggantungkan diri pada upacaraupacara, kebaktian-kebaktian, dewa dan makhlukmakhluk agung. Dia harus secara langsung memperhatikan gerak- gerik badan jasmani, ucapan dan pikiran, serta berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan kotoran-kotoran batin dalam dirinya, untuk memunculkan pandangan terang (Buddhadasa 13). Macam-Macam Meditasi Meditasi dalam Agama Buddha dibagi menjadi 2, yaitu: a. Meditasi Samatha (Samatha Bhavana) Meditasi Samatha yaitu suatu tingkat awal (lokiya/duniawi) untuk mencapai ketenangan jasmani dan batin melalui tercapainya pemusatan pikiran pada satu obyek. Dalam meditasi samatha rintangan-rintangan batin tidak dapat dilenyapkan secara menyeluruh, akan tetapi hanya dapat mencapai tingkat-tingkat konsentrasi yang disebut jhana-jhana dan mencapai berbagai kekuatan batin. Ketenangan pikiran yang dihasilkan hanyalah salah satu keadaan yang diperlukan untuk mengembangkan pandangan terang (Buddhagosacariya 13). Samatha Bhavana berasal dari kata samatha dan bhavana. Samatha berarti ketenangan, sedangkan bhavana berarti mengembangkan. Jadi Samatha Bhavana berarti mengembangkan ketenangan (Tim Penyusun 43). b. Meditasi Vipassana (Vipassana Bhavana) Vipassana artinya melihat ke dalam, kebijaksanaan, pandangan terang. Dalam kaitannya dengan meditasi, Vipassana Bhavana lebih dikenal dengan meditasi pandangan terang. Meditasi Vipassana yaitu meditasi tingkat akhir (lokuttara/di atas duniawi) yang tujuannya agar dapat mencapai pandangan terang untuk dapat melihat dengan jelas dan terang tentang proses kehidupan yang selalu berubah tanpa henti (anicca) dan selalu dicengkram oleh penderitaan (dukkha) sehingga bisa menembus (anatta) tanpa aku/konsep yaitu nirwana (Buddhagosacariya 41). Objek-Objek Meditasi Setiap orang yang akan melaksanakan meditasi membutuhkan objek sebagai alat bantu mengarahkan pikiran agar cepat terpusat, sehingga kemajuan batin dapat berproses dengan baik. Objek meditasi yang digunakan harus sesuai dengan watak (carita) agar lebih mudah untuk memusatkan pikiran. Ada 40 objek meditasi yang dapat digunakan oleh umat Buddha: a. Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda). Disini seorang meditator dapat membayangkan
b.
c.
dan memusatkan perhatiannya pada salah satu wujud yang berupa benda dari sepuluh wujud benda yang ada pada objek meditasi kasina, yaitu: 1. Pathavi kasina, yaitu wujud tanah. 2. Apo kasina, yaitu wujud air. 3. Tejo kasina, yaitu tujud api. 4. Vayo kasina, yaitu wujud udara atau angin. 5. Nila kasina, yaitu wujud warna biru. 3. Pita kasina, yaitu wujud warna kuning. 4. Lohita kasina, yaitu wujud warna merah. 5. Odata kasina, yaitu wujud warna putih. 6. Aloka kasina, yaitu wujud cahaya. 7. Akasa kasina, yaitu wujud ruangan terbatas. Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran) Dalam wujud ini seorang meditator membayangkan sepuluh wujud kekotoran yang berasal dari badan jasmani ketika meninggal dan merenungkan keadaan tubuh sehingga dapat menarik kesimpulan bahwa dari tubuh juga mempunyai sifat-sifat yang tidak bisa dihindari, kesepuluh asubha adalah: 1. Udhumataka, yaitu wujud mayat yang membengkak. 2. Vinilika, yaitu wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan. 3. Vipubbaka, yaitu wujud mayat yang bernanah. 4. Vicchiddaka, yaitu wujud mayat yang terbelah di tengahnya. 5. Vikkhahayitaka, yaitu wujud mayat yang digerogoti binatang-binatang. 6. Vikkhittaka, yaitu wujud mayat yang telah hancur lebur. 7. Hatavikkittaka, yaitu wujud mayat yang busuk dan hancur. 8. Lohitaka, yaitu wujud mayat yang berlumuran darah. 9. Puluvaka, yaitu wujud mayat yang dierubungi belatung. 10. Atthika, yaitu wujud tengkorak. Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan) Pada objek meditasi anusatti sesorang dapat merenungkan sifat-sifat Buddha, sifat-sifat Dhamma, dan segala anggota tubuh dengan kesadaran dan konsentrasi, kesepuluh anussati adalah: a. Buddhanussati, yaitu perenungan terhadap Buddha. b. Dhammanussati, yaitu perenungan terhadap Dhamma. c. Sanghanussati, yaitu perenungan terhadap Sangha. d. Silanussati, yaitu perenungan terhadap sila. e. Caganussati, yaitu perenungan terhadap kebajikan. f. Devatanussati, yaitu perenungan terhadap makhluk-makhluk agung atau para dewa. g. Maranussati, yaitu perenungan terhadap
5 kematian. Kayagatasati, yaitu perenungan terhadap badan jasmani. i. Anapanasati,yaitu perenungan terhadap pernapasan. j. Upasamanussati, yaitu perenungan terhadap nirwana. Empat appamana (empat keadaan yang tidak terbatas) Dalam objek meditasi ini seorang meditator bermeditasi dengan merenungkan sifat-sifat yang ingin dipancarkan kepada dirinya sendiri, semua orang dan bahkan semua makhluk tanpa batasan. Disini seorang meditator dapat membayangkan sifat-sifat tersebut dalam imajinasinya, keempat appamana yaitu: 1. Metta, yaitu cinta kasih yang universal, tanpa pamrih. 2. Karuna, yaitu belas kasihan. 3. Mudita, yaitu perasaan simpati. 4. Upekkha, yaitu keseimbangan batin. Satu aharapatikulasanna (satu perenungan terhadap makanan yang menjijikan) Dalam aharapatikulasanna direnungkan bahwa makanan adalah barang yang menjijikan bila telah berada di dalam perut, direnungkan bahwa apapun yang telah dimakan, diminum, dikunyah, semuanya akan berakhir sebagai kotoran. Satu catudhatuvavattthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada di dalam badan jasmani) Dalam objek meditasi catudhatuvavattthana meditator merenungkan unsur-unsur yang terdapat pada badan jasmani yaitu unsur tanah (pathavi-dathu), unsur air (apo-dathu), api (tejodhatu), dan udara (vayo-dhatu). Empat arupa (empat perenungan tanpa materi) Dalam objek meditasi ini seorang meditator merenungkan keadaan tanpa materi atau kekosongan, empat arupa yaitu: 1. Kasinagaghatimakasapannatti, yaitu objek ruangan yang sudah keluar dari obyek meditasi kasina. 2. Akasanancayatana-citta, yaitu objek kesadaran tanpa batas. 3. Nattibhavapannatti, yaitu objek kekosongan. 4. Akincannayatana-citta, yaitu objek penerapan. h.
d.
e.
f.
g.
Ketika ketenangan fisik dan mental tercapai sepenuhnya, secara lahir dan batin akan benar-benar merasa bahagia, dan selanjutnya memasuki keadaan konsentrasi, ada 3 tingkatan konsentrasi yaitu: 1. Konsentrasi sesaat (Khanika-samadhi) 2. Konsentrasi permulaan (Upacara-samadhi) 3. Konsentrasi penuh (Appana-samadhi) Ketiga tingkatan konsentrasi dianggap sebagai wujud dari kesucian pikiran (Citta-visuddhi), karena dikenali
dari tidak adanya lima rintangan batin (Nivarana), apakah untuk sementara waktu saja atau untuk waktu yang lebih lama seperti yang diinginkan. Konsentrasi permulaan akan tercapai ketika rintangan batin lenyap sama sekali, dan faktor jhana belum mapan. Pada tahap ini muncul penampakan gambaran batin (uggaha-nimitta). Jika gambaran batin dapat dipertahankan dan menjadi objek samadhi hingga semua faktor jhana berkembang, pada tahap lanjut gambaran batin terkendali (patibhaga-nimitta) menjadi objek samadhi. Konsentrasi penuh tercapai apabila gambaran batin dapat terkendali, dapat dipertahankan dan dan semua faktor jhana telah mapan. Konsentrasi penuh, pemusatan pikiran yang kuat memegang objek pada tingkat pertama disebut sebagai Rupa Jhana I, setelah mencapai jhana pertama kali, seorang meditator harus melatih dirinya hingga mahir (vasi). Pencapaian jhana pertama kali tidak menjamin bahwa keadaan itu akan dapat dicapai kembali dengan mudah. Tanpa latihan lebih lanjut jhana akan merosot. Meditator yang mahir (vasi) akan terampil mengarahkan pikiran pada objek, terampil masuk dan keluar jhana, melacak kembali pencapaiannya dari tingkatan yang satu ke yang lain, atau meditator tersebut dapat berada dalam jhana selama waktu yang ia mau. Tingkatan jhana berikutnya dinamakan Rupa Jhana II-III-IV, berkelanjut dengan Arupa Jhana I-II-III-IV. Tidak semua objek meditasi dapat menghasilkan konsentrasi penuh. Objek meditasi yang berbentuk konkret menghasilkan pencapaian konsentrasi lebih tinggi. Objek meditasi yang memerlukan suatu latihan pikiran ide, seperti perenungan terhadap sifat-sifat mulia sang Buddha tidak memberikan hasil demikian. Sedangkan inti perenungan dari meditasi vipassana adalah pikiran dan jasmani (nama-rupa) atau pancakhanda, yaitu memperhatikan gerakan pikiran dan jasmani secara terus menerus sehingga dapat melihat dengan nyata bahwa pikiran dan jasmani itu terikat oleh ketidakkekalan (anicca), penderitaan (dukkha), dan tanpa aku (anatta) (Rasyid 15-17). Tata Cara Meditasi Agar meditasi yang dilakukan oleh seorang meditator berhasil, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi baik faktor internal maupun eksternal. Ada 8 persyaratan internal yang harus dipenuhi sebelum melakukan meditasi, diantaranya adalah : 1. Memiliki moral (sila), yaitu tidak melakukan perbuatan buruk dan melaksanakan tugas atau kebajikan, sehingga membuat hati harmonis, mendukung dan mempertahankan sifat-sifat baik. 2. Menghilangkan berbagai rintangan fisik (palibodha) yaitu kekhawatiran yang menyangkut keterikatan pada tempat tinggal, orang yang bertanggung jawab terhadap
6
3. 4.
5. 6. 7.
keluarga dan pembantunya, pertimbangan duniawi, tanggung jawab sosial terhadap teman dan pengikut, pekerjaan yang tertinggal, kepedulian pada keluarga, kemungkinan menderita penyakit. Mendekati guru dengan cara yang benar, hormat dan percaya terhadap guru, memberitahukan apa yang kita inginkan darinya. Mempelajari subyek meditasi (Kammatthana) dengan baik, subjek yang bersifat umum sesuai dengan watak meditator dan subjek yang spesifik sesuai dengan kebutuhan. Memilih tempat atau lingkungan untuk latihan meditasi, sesuai dengan watak meditator. Memiliki objek meditasi yang sesuai dengan watak masing-masing yang dominan. Melenyapkan rintangan-rintangan kecil, misalnya janji yang balum dipenuhi, simpanan makanan, hal-hal yang menyangkut jasmani seperti rambut, jenggot, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan meditasi, yang lebih penting lagi menimbulkan atau mempertahankan gambaran batin. Adapun persyaratan eksternal yang harus diperhatikan oleh meditator, yaitu : 1. Tempat tinggal yang pantas, misalnya jauh dari keramaian, bebas dari gangguan dan memberi kemudahan. 2. Wilayah yang mendukung, khususnya sebagai sumber pendapatan makanan. 3. Pembicaraan yang baik dan berguna, menimbulkan motivasi dan menambah pengertian tentang meditasi. 4. Orang-orang yang pantas, yaitu guru yang memberi petunjuk, teman-teman yang baik yang dapat diajak berbicara mengenai Dhamma, orang yang memberi sokongan sehingga kebutuhannya terpenuhi. 5. Makanan yang bermanfaat sesuai dengan watak meditator, yang sehat, dan melindungi jasmani dari penyakit. 6. Iklim yang baik, tidak terlalu panas atau dingin, yang nyaman sedikitnya selama jangka waktu tertentu dan ada udara yang baik. Buddha mengajarkan empat cara bermeditasi. Empat cara tersebut adalah dengan duduk, berdiri, berjalan, dan berbaring. Untuk pemula biasanya memilih posisi meditasi dengan cara duduk bersila di lantai yang beralas, dengan meletakkan kaki kanan di atas kiri atau dalam posisi setengah sila, dengan kaki dilipat ke samping. Kedudukan badan tegak lurus, tetapi tidak kaku dan tidak bersandar pada belakang kursi atau pada dinding. Hidung dan pusar terletak pada satu garis yang tegak lurus terhadap lantai. Kedua tangan diletakan dengan santai diatas pangkuan, tangan kanan diatas tangan kiri, bertumpu dengan ibu jari saling menyentuh. Mata terbuka sedikit, memandang santai pada ujung hidung hingga jarak kaki ke depan, atau dipejamkan sepanjang kantuk tidak menyerang.
Lidah menyentuh langit-langit mulut dengan lebar dan bibir terkatup rapat. Agar terasa nyaman, tubuh harus bersih dan berpakaian longgar (Dale 307). Manfaat Meditasi Meditasi yang dilakukan dengan cara yang benar akan menghasilkan kemajuan spiritual yang membuat hidup menjadi lebih baik, mengendalikan konsentrasi, melenyapkan ketegangan, dan mengendalikan emosi. Pada dasarnya dengan meditasi akan menimbulkan sifat yang sabar, tenang dan damai pada seseorang yang melakukan meditasi, hal tersebut juga berdampak pada keseimbangan batin, keharmonisan pada fisik, mental dan spiritual, sehingga mampu untuk berpikir jernih dan cerdas. Meditasi juga berpengaruh pada fungsi-fungsi organ tubuh yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti peningkatan kebugaran dan daya tahan tubuh hingga penyembuhan sejumlah penyakit. Dengan bermeditasi selama bertahun- tahun dapat membuat kebiasaan hidup menjadi lebih terarah, terstruktur, membuat kepribadian menjadi lebih sabar, tahan terhadap berbagai macam kesulitan, lebih bersedia berkorban dan tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat juga dapat lebih memperhatikan norma etika dan moral, dapat mengenal cara hidup dimasyarakat lebih bijaksana dalam hal berperilaku sehingga tidak sewenangwenang, dan dapat memberi bimbingan spiritual kepada lingkungannya (Krishnanda 218-20). Di negara-negara modern, meditasi Buddhis diakui bisa menurunkan tekanan darah, meningkatkan kekebalan kita terhadap penyakit, dan menurunkan kadar kolesterol kita. Seorang profesor dari Harvard baru-baru ini menemukan bahwa meditasi meningkatkan ukuran otak manusia, membuat kita berpotensi menjadi lebih cerdas. Juga, meditasi Buddhis membuat Anda lebih bahagia; dan bahagia merupakan penyebab sukses dalam hidup (Brahm v). Meditasi sebenarnya merupakan cara yang paling aman untuk menyembuhkan ketidakseimbangan kimiawi tubuh pada kasus-kasus depresi. Dengan adanya pemecahan masalah lewat kegiatan meditasi ini, seseorang akan lebih tenang, lebih bijak, punya kesadaran penuh, dan terkontrol. Dengan bermeditasi, seseorang dapat lebih kuat dan lebih tahan menghadapi berbagai macam persoalan hidup yang dihadapi (Sukmono 102). Manfaat-manfaat meditasi yang dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari oleh seseorang yang melaksakan meditasi, antara lain: 1. Meditasi dapat membebaskan diri dari ketegangan relaksasi atau pelemasan. 2. Meditasi dapat membantu untuk menenangkan diri dari kebingungan dan mendapatkan ketenangan yang bersifat sementara maupun
7
3. 4.
5. 6. 7. 8.
9.
10.
11. 12.
13.
yang bersifat tetap. Meditasi dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri yang sangat dibutuhkannya. Meditasi dapat membantu untuk memberikan pengertian terhadap keadaan atau sifat yang sebenarnya dari hal-hal yang menyebabkan takut dan selanjutnya dapat mengatasi takut dalam pikiran yang berasal dari diri sendiri. Meditasi dapat memberikan perubahan dan perkembangan yang menuju pada kepuasan hati. Meditasi dapat menghilangkan keragu-raguan dan dapat mengetahui nilai-nilai yang praktis dalam bimbingan agama. Meditasi dapat membantu menguatkan ingatan sehingga dapat belajar lebih seksama dan lebih efisien. Meditasi dapat menunjukan sifat dan kegunaan dari kekayaan yang diperolehnya, bagaimana cara menggunakan harta tersebut untuk kebahagiaan dirinya sendiri dan kebahagiaan orang lain. Meditasi dapat membantu untuk memiliki rasa puas dan ketenangan serta tidak melampiaskan rasa iri hati terhadap orang lain yang lebih mampu dari padanya. Meditasi dapat memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai kehidupan, dan pengertian tersebut akan memberi kelegaan dan kebebasan dari penderitaan serta pahit getirnya kehidupan. Meditasi dapat membantu untuk belajar menguasai nafsu-nafsu dan keinginan. Meditasi dapat mengembangkan pengetahuanpengetahuan yang sangat berguna untuk kesejahteraan diri sendiri dan kehidupan. Meditasi dapat memberikan kesadaran dan melihat bagaimana caranya mengatasi kebiasaan yang berbahaya yang memperbudak dan mengikat diri sendiri.
Pembahasan Digital card ini akan memaparkan secara singkat pengetahuan (pengertian, tujuan, dan manfaat) mengenai meditasi Buddha Theravada, kemudian menjelaskan cara bermeditasi singkat yang tepat untuk dipraktekkan sendiri secara rutin di rumah maupun di tempat kerja. Setiap digital card akan dirancang berupa teks singkat yang dilengkapi dengan ilustrasi pendukung yang sesuai. Meditasi merupakan sebuah bagian yang menjadi ciri khas agama Buddha. Meditasi dalam agama Buddha dilaksanakan sebagai salah satu penerapan ajaran Sang Buddha, yang dalam sejarahnya dilakukan oleh Sang Buddha sendiri untuk mencapai penerangan sempurna. Meditasi dalam agama Buddha ada 2 macam sesuai dengan tujuannya, yaitu Samatha Bhavana yang bertujuan untuk menenangkan batin; dan Vipassana Bhavana yang
bertujuan untuk mencapai kesucian. Meditasi memiliki banyak manfaat dari segi fisik maupun batin, diantaranya kesehatan, kedamaian pikiran, hingga mencapai kebahagiaan. Meditasi ini penting dilaksanakan oleh umat Buddha, karena meditasi merupakan bagian penting dalam Buddhisme. Panduan meditasi kali ini dibuat dengan menggunakan media yang berupa digital card. Digital card merupakan media digital yang bersambung dari halaman satu ke halaman lainnya. Digital card ini membantu menjangkau sasaran perancangan yang dekat dengan teknologi. Di masa sekarang ini, teknologi semakin maju dan masyarakat cenderung lebih dekat dengan teknologi berupa digital dan internet untuk memperoleh informasi, sehingga media ini menjadi semakin efektif untuk menjangkau sasaran perancangan. Demikian pula halnya umat Buddha sebagai bagian dari masyarakat modern juga sangat dekat dengan teknologi, terutaman internet dan media sosial. Digital card panduan meditasi ini digunakan untuk menjangkau umat Buddha yang dekat dengan teknologi digital dan aktif dalam media sosial online. Digital card merupakan serangkaian kartu digital yang berisi teks dan dilengkapi dengan ilustrasi pendukung yang sesuai agar mudah dimengerti oleh yang melihatnya. Dalam perancangan ini, digital card dibuat sebagai alternatif media panduan meditasi singkat untuk umat Buddha Theravada, yang berisi informasi tentang meditasi dan didukung ilustrasi yang sesuai. Fungsi digital card ini adalah memandu umat Buddha Theravada untuk melakukan meditasi singkat sendiri di rumah ataupun di tempat lain yang sesuai untuk melakukan meditasi. Digital card ini dibuat untuk lebih menjangkau lingkungan sasaran perancangan ini, yaitu internet, terutama melalui media sosial berupa Facebook dan Twitter. Peranan digital card sebagai media menyampaikan pesan adalah memenuhi kebutuhan media panduan meditasi singkat yang tepat dan jelas melalui media yang dekat dengan lingkungan sasaran perancangan. Di era kemajuan teknologi, masyarakat sangat dekat dengan media internet untuk memperoleh informasi apapun terutama media sosial, termasuk umat Buddha Theravada. Media yang berupa cetak sudah mulai ditinggalkan, sehingga media panduan yang tepat menjangkau umat Buddha Theravada adalah digital card yang akan dibagikan secara periodik di media sosial online, yaitu Facebook dan Twitter. Tujuan Kreatif Digital card ini merupakan sebuah media panduan meditasi singkat untuk umat Buddha Theravada, dengan tujuan dapat mempengaruhi umat Buddha yang jarang melakukan meditasi menjadi lebih meningkatkan frekuensi meditasinya. Digital card ini
8 menjadi media alternatif yang dapat menjangkau umat Buddha modern yang dekat dengan teknologi digital dan internet, terutama media sosial online. Panduan meditasi yang telah ada kebanyakan berupa buku, yang dengan mobilitas umat Buddha yang tinggi menjadi tidak terjangkau karena tidak memiliki waktu yang cukup untuk membaca buku. Dengan demikian, penggunaan media digital card diharapkan mampu mengatasi masalah media panduan yang kurang menjangkau umat Buddha dan menjadi sebuah panduan meditasi yang lebih efektif dan berdampak positif. Menurut hasil wawancara terhadap beberapa umat Buddha, mereka rata-rata mengetahui tentang meditasi dan manfaatnya bagi diri mereka. Namun, mereka tetap jarang melaksanakan meditasi dengan berbagai alasan. Digital card ini diharapkan mampu memberi pengertian yang lebih dalam dan meyakinkan pentingnya meditasi dalam kehidupan sehari-hari, juga menjadi media panduan cara melakukan meditasi yang benar sehingga umat Buddha yang jarang melakukan meditasi menjadi lebih rajin dan bersemangat untuk melakukan meditasi. Target Audience • Demografis - Orang dewasa pria dan wanita. - Berusia 17-40 tahun. - Profesi pelajar, mahasiswa, maupun bekerja. - Berasal dari berbagai golongan ekonomi. - Beragama Buddha. • Geografis - Tinggal di berbagai daerah di Indonesia yang terjangkau oleh internet. - Memiliki akun media sosial online Facebook dan atau Twitter. • Psikologis - Umat Buddha dewasa yang jarang melakukan meditasi. - Umat Buddha dewasa yang kurang tertarik melakukan meditasi. - Umat Buddha dewasa yang kurang memahami cara melakukan meditasi yang benar. - Umat Buddha dewasa yang aktif dalam media sosial online Facebook dan atau Twitter. • Behavioral - Aktif dalam media sosial online Facebook dan atau Twitter. - Aktif melihat informasi melalui internet dan media sosial. - Tertarik pada hal-hal religius dan berperangai yang baik. - Memiliki niat untuk mempelajari meditasi.
Spesifikasi Digital Card Digital card yang dirancang berbentuk persegi panjang berukuran 300 mm x 200 mm, dengan format file jpg (yang akan dibagikan melalui media sosial online). Isi yang dibahas dalam digital card adalah panduan tentang meditasi singkat dalam agama Buddha Theravada, meliputi pengertian meditasi, tujuan meditasi, manfaat meditasi, cara-cara meditasi yang benar, objek meditasi yang sering digunakan (anapanasati (pernapasan) dan metta (cinta kasih)), dan tips-tips agar sukses melakukan meditasi. Teks dibuat dengan bahasa yang persuasif dan memberi petunjuk dan panduan cara bermeditasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah agar bahasa lebih mudah dimengerti dan efektif bagi sasaran perancangan. Gaya visual yang digunakan dalam digital card ini adalah menggunakan vector art dengan warna-warna lembut dan menenangkan, diwarnai dengan teknik blok dan beberapa warna penunjang (bayangan dan highlight), lebih detail, serta tanpa menggunakan outline pada ilustrasi untuk memberi kesan dewasa. Teknik visualisasi dengan menggunakan ilustrasi digital berupa vector art dengan Adobe Illustrator sebagai gambar dan background untuk memperjelas teks panduan. Media yang digunakan dalam menyampaikan digital card ini adalah media sosial online, yaitu Facebook dan Twitter. Media berupa Facebook page dan akun Twitter yang dinamakan Meditation Talk. Digital card dalam kedua media tersebut akan dibagikan secara berkala 3 hari sekali untuk memberi waktu bagi sasaran untuk mempraktekkan panduan tahap demi tahap. Program Kreatif Judul rangkaian digital card ini adalah “Soulution” dengan sub-headline “Solusi untuk mencapai batin yang sehat” untuk memberi kesan persuasif dan menarik umat Buddha untuk mengikuti panduan meditasi singkat ini serta mempraktekkan meditasi sebagai akibatnya. Jumlah digital card yang dirancang adalah sebanyak 25 digital card dan 1 teaser sebagai penarik dan pemberitahu informasi tentang adanya rangkaian digital card ini. Materi yang akan dibahas dalam digital card ini adalah diawali dengan menjelaskan tentang pengertian meditasi Buddha Theravada, menginformasikan tujuan dari meditasi dan meyakinkan umat Buddha akan manfaat yang mereka dapatkan bila sering melakukan meditasi, objek yang sering digunakan dalam meditasi sehari-hari dan cara bermeditasi (dari postur tubuh, posisi tangan dan kaki, dan sebagainya), serta diselipi dengan tips-tips agar sukses melakukan meditasi. Warna yang digunakan dalam digital card adalah warna-warna yang dapat menimbulkan ketenangan dan kelembutan sehingga dapat menimbulkan niat dan menunjang suasana meditasi. Pewarnaan akan
9 dilakukan dengan teknik blok untuk menimbulkan kesan dewasa dan sesuai dengan sasaran perancangan. Background digital card dibuat menarik namun sederhana untuk menjaga agar ilustrasi utama dan teks menjadi lebih terlihat sehingga dapat dengan mudah dimengerti. Tipografi yang digunakan dalam digital card adalah typeface yang luwes dan santai namun tetap formal dan terjaga tingkat keterbacaannya (untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu memandu). Design style yang digunakan adalah Simplicity yang minim ukiran dan langsung pada inti yang akan disampaikan, sehingga ilustrasi dan teks panduan lebih jelas dan menjadi objek utama yang langsung dilihat oleh orang yang melihatnya. Teks juga akan mengikuti design style ini, yang akan dibuat singkat namun tetap jelas.
Gambar 3. Digital card 9-12
Gambar 4. Digital card 13-16 Gambar 1. Digital Card 1-4
Gambar 5. Digital card 17-20 Gambar 2. Digital card 5-8
10
Gambar 29. Kaos Gambar 6. Digital card 21-24
Gambar 7. Digital Card 25 dan Teaser
Gambar 30. Poster
Ucapan Terima Kasih
Gambar 27. Barcode card
Gambar 28. Door hanger
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pimpinan-Nya penulis dapat menyelesaikan jurnal ilmiah ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang berperan sehingga jurnal ini dapat terselesaikan, antara lain : 1. Bapak Andrian Dektisa Hagijanto, S.Sn., M.Si. selaku Dekan Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya yang telah membantu dalam pemilihan judul tugas akhir. 2. Ibu Ani Wijayanti Suhartono, S.Sn., M.Med.Kom., selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Petra Surabaya. 3. Bapak Petrus Gogor Bangsa, S.Sn., M.Sn., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu mengarahkan penyusunan dan proses pembuatan karya tugas akhir ini. 4. Bapak Hen Dian Yudani, S.T., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu mengarahkan penyusunan dan proses pembuatan karya tugas akhir ini. 5. Ibu Maria Nala Damajanti, S.Sn., selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan informasi untuk kelengkapan karya tugas akhir ini.
11 6.
7.
8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
Bapak Cons. Tri Handoko, S.Sn., M.Hum., selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan informasi untuk kelengkapan karya tugas akhir ini. Ibu Elisabeth Christine Yuwono, S.Sn., selaku dosen penguji Sidang Tugas Akhir yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam proses pembuatan karya tugas akhir ini. Segenap dosen dan staff pengajar di Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Petra Surabaya. Orang tua dan kakak tercinta yang telah mendukung dengan cinta kasih, baik moril maupun materiil. Yuliana Effendy yang telah meminjamkan banyak buku sebagai referensi dalam pembuatan karya tugas akhir ini. Teman-teman DKV U.K. Petra yang telah memberikan kritik dan saran dalam proses pembuatan karya tugas akhir ini. Stephanie Hoesny yang telah membantu dalam hal pencarian data wawancara terhadap beberapa narasumber tentang meditasi. Para narasumber YM. Bhikkhu Uttamo Mahathera, YM. Sukhito, dan Suryo Hariono yang banyak memberikan materi dalam perancangan karya tugas akhir ini. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga jurnal ilmiah dari karya tugas akhir ini dapat berguna bagi kepentingan akademik maupun nonakademik, kepentingan masyarakat dan berguna bagi rekan-rekan mahasiswa dalam pengerjaan jurnal ilmiah berikutnya.
Daftar Pustaka Aryasuryacandra. (1995). Buku Pelajaran Agama Buddha untuk Kelas 3 SMP. Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha. Brahm, Ajahn. (2010). Superpower Mindfulness. Jakarta: Ehipassiko Foundation. Buddhadasa, Phra. (1998). Sasanacariya, Jakarta.
Vipassana
Dhura,
Buddhagosacariya, Somdet Phra. (2002). Mahasatipathanasutta dan Girimananda Sutta, Terj. Goey Tek Jong, Samadhi, Jakarta: Metta Youth. Dale Canon. (2002). Six Ways of Being Religious. Trans. Djam’annuri. Enam Cara Beragama. Jakarta: Dipertais DEPAG RI.
Desarangsi, Theit. (1991). Pengantar Phra Nirodharangsi dalam Acharn, Meditasi Buddha, Malang: Yayasan Dhammadipa Arama. Mattadewi W. (2004). Bhavana (Pengembangan Batin). Jakarta: Akademi Buddhis Nalanda. Rasyid, Teja S.M. (1993). Samadhi, Materi Pokok Program Penyetaraan D II GBAB-SD DEPAG, Jakarta: Ditjen Bimas Hindu dan Budha dan Universitas Terbuka. Rasyid, S.M, Teja. (1993). Samadhi II. Jakarta: Ditjen Bimas Hindu dan Budha dan Universitas Terbuka. Sukmono, Rizki Joko. (2011). Mendongkrak Kecerdasan Otak dengan Meditasi. Jakarta: Visimedia.