PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG SD MUHAMMADIYAH 26 SURABAYA DENGAN METODA PRACETAK MENGGUNAKAN EVALUASI ANALISA PUSH OVER Jimmy Kharisma Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK :
Dalam pelaksanaan perancangan atau pembangunan gedung, terdapat dua metode dalam pelaksanaan struktur bangunan.Diantaranya metoda konvensional ( cor di tempat ) dan metode precast ( pracetak ). Sistem metoda pracetak memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak membutuhkan pekerja yang banyak karena beton telah dicetak dipabrik, tidak memerlukan bekisting maupun penopang bekisting, tidak membutuhkan tempat material yang luas, pada metode pracetak proses produksi tidak tergantung cuaca, tidak memerlukan tempat penyimpanan material yang luas serta kontrol kualitas beton lebih terjamin sesuai pesanan dan standart yang berlaku sebagai contoh SNI.Selain merancang metoda pelaksanaan dengan metoda pracetak, tugas akhir ini juga memperkirakan atau menganalisa kategori tingkat kekuatan gedung berdasarkan tingkat deformasi dan daktilitas struktur gedung. Suatu gedung akan bersifat non linier pada saat menerima beban sementara atau disebut juga beban gempa .Dengan adanya sifat gedung yang non linier tersebut maka akan terjadi deformasi serta gaya – gaya dalam yang bersifat statik ataupun bersifat dinamis.Dalam metoda analisa struktur,salah satu analisa static non linier yang digunakan yaitu Analisa Push Over. Dimana Push Over Analysis adalah suatau metode analisa non linier yang telah disederhanakan untuk mengetahui kinerja dari struktur dengan memberikan beban horizontal ekuivalen (sebagai representasi gaya gempa ), yang bertahap ditingkatkan secara proporsional sehingga pada akhirnya gedung mencapai batas kegagalan ( collapse ).Dengan menggunakan Analisa ini maka kita akan mengetahui titik peralihan atau titik perpindahan struktur gedung, yang dimana titik perpindahan tersebut diperhitungkan berdasar beberapa metode dalam peraturan. Peraturan yang mengacu pada perhitungan Analisa Push Over diantaranya Metode FEMA 356, ATC 40, FEMA 440 ( FEMA 356 yang diperbaiki ) , serta peraturan SNI 1726-2002. KATA KUNCI : beton pracetak, Sitem Rangka Pemikul Momen, evaluasi kinerja, pushover analysis, titik perpindahan ( point performance ) Struktur beton pracetak umumnya direncanakan dengan menganggap struktur 1. PENDAHULUAN tersebut bersifat monolit yang dicor di tempat. Metode pracetak merupakan metode Metoda desain seperti ini disebut sebagai konstruksi yang mempunyai kelebihan dalam desain emulasi. Dengan pendekatan hal kecepatan pelaksanaannya dibanding ini,metode struktur pracetak dapat dengan metode konvensional (metode cor direncanakan sebagai metode struktur yang ditempat). Karena kelebihan tersebut, konvensional. Dengan demikian konsep penggunaan metoda pracetak beton telah desain kapasitas yang umumnya digunakan mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam perancangan portal konvensional di dunia, termasuk di Indonesia dalam dekade terhadap beban lateral dapat digunakan dalam terakhir ini. ). Keunggulan metode ini, antara perancangan portal pracetak.(Tjahjono dan lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan Purnomo 2004) massal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk Dalam perencanaan dan pelaksanaan yang baik. suatu struktur gedung, hendaknya tidak hanya terfokus pada metode pelaksanaannya saja. 1
Akann tetapi seseeorang perenncana hendaaknya juga meninjau suatu anaalisa atau hasil peranncangan geduung yang tellah direncanaakan, baik dalam kondiisi gedung teersebut meneerima bebann tetap maupun m m menerima b beban semeentara. yang .Suatu geduung akan berrsifat non linier padda saat menerima m b beban semeentara atau disebut jugga beban geempa .Dengan adanya sifat gedungg yang non linier l tersebbut maka akan a terjadi deformasi serta gaya – gaya dalam d yangg bersifat statik s atauppun bersifaat dinamis. Secara um mum dijelaaskan bahwa analisa seecara non linier l dibaggi menjadi 2 yaitu Annalisa Statik Non Linieer ( Push Over O Analysiis ) dan Annalisa Dinaamik Non Linnier ( Analisaa Riwayat Waktu W ). Puush Over Annalysis adalaah suatau meetode analisa non linieer yang telahh disederhannakan untukk mengetahuui kinerja darri struktur deengan mem mberikan beeban horizoontal ekuivvalen (sebaagai represeentasi gaya gempa ), yang bertaahap ditingkkatkan secaara proporsional sehinngga pada akhirnya geedung menccapai batass kegagalann ( collapsee ). Selain itu, tujuaan analisa pushover p ituu sendiri addalah untukk memperkiirakan gaya maksimum dan deforrmasi yanng terjadi serta untuk u mem mperoleh infoormasi bagiann bangunan mana m saja yang kritis. k Selaanjutnya dapat d diideentifikasi yang bagian-baagian khusus mem merlukan p perhatian u untuk penddetailan atau stabilitasnyaa.
saat geempa kuat, sistem sam mbungan harus terbukti secara torisstis dan eksperim mental mem miliki kekuattan yang struktur minimaal sama dengan sambunngan yang dimilki oleeh beton monolitt. Ductile 2. Sambuungan Dakktail ( Connecction ) : Jikka pada sam mbungan terjadi deformasi inelastis, sistem sambunngan harus teerbukti secarra teoritis dan eksperimeental memenuhi m persyarratan kehanddalan dan kekakuan k strukturr tahan gemppa. bungan Praccetak 2.2 Tipe Samb Secara umum system berdasar pelaksanaannnya, sam mbungan ko omponen pracetak diibagi menjaadi 2 macam m, yaitu sambungan basah dan sambungan n kering. Yang termaasuk dalam kategori sam mbungan basah adaalah sambuungan deng gan cor ditempat (Inn situ concreete joint). Seedangkan untuk sam mbungan kkering terd diri dari sambungan mekanik ddan sambung gan siku lubang. Sambungaan yang ddipergunakan n dalam perancangann struktur iini yaitu sam mbungan basah. Dim mana sambuungan basah h adalah Sambungann yang mennggunakan tulangan biasa sebaggai penyambuung atau pen nghubung antar elemeen beton.Eleemen pracettak yang sudah beraada di temppatnya akan n di cor bagian ujuungnya untuuk menyam mbungkan elemen satuu dengan yanng lain agarr menjadi satu kesatuaan yang monnolit.(Wibow wo2006 ).
2. TINJAUAN PUSTAKA P 2.1 Priinsip Sambu ungan Praceetak Pada struuktur praceetak, hubuungan sam mbungan yanng menghasiilkan kontinnuitas denggan memakai bantuan perangkat keras k khussus, batanng tulangann dan beton b mennyalurkan seemua teganggan tarik, tekan t dan geser yaang disebutt sambungaan . Sam mbungan inii digunakann karena dapat d mennunjang stabbilitas terhaddap gaya laateral sepeerti gaya anngin dan gem mpa.(Winterr dan Wilsson1993 )
Gambar 2.1.
Jenis Samb mbungan Basah h
pada Prinsip peerencanaan sambungan s elem men pracetakk dapat dikeloompokkan dalam d dua kategori yaiitu ( Tjahjoono dan Purnnomo 20044 ): 1. Sambungann Kuat ( Stroong Connecttion ) : Jika sambungan s antar eleemen pracetak teetap berperillaku elastis pada
Gaambar 2.2.
2
S Sambungan baasah tul.longittudinal
2.3 Analisa Push Over O Push Over Analysis P A adalaah suatau meetode anaalisa non linier yang telahh disederhannakan yanng bertujuann untuk meengetahui kinnerja dari struktur dengan mem mberikan beban b horrizontal ekuiivalen ( sebaagai represeentasi gayya gempa ), yang bertaahap ditingkaatkan secara proporsional sehinggga pada akhiirnya geddung mencappai batas keggagalan ( colllapse ). Metode M ini memiliki m 3 komponen k uttama, yaittu :
3. METODOL M OGI
1. CAPACITY :
Gambar 2.4.
mpuan Suatu reprresentasi daari kemam m gayya gem mpa struuktur untuk menahan yanng terjadi.Kaapasitas struuktur terganntung dari kekuatan dan kemam mpuan deforrmasi massing – masinng elemen strruktur .
STUDY LITER RATUR
PEMBEBAN NAN ANAL LISA STR ( ETA ABS V.9.0.7 ) PERH HIT. STRUKTUR R SEKUNDER PE ERHIT. STRUKT T PRIMER A ANALYSIS PUS SH OVER Tidak KONTROL L Ya PERA ANCANGAN SA AMBUNGAN METPEL PRACETAK GAMBAR TE EKNIK SELESAII P PRELIMINARY DESAIN
Suatu repressentasi dari pergerakan p t tanah selaama terjadi gempa yanng menghasilkan sim mpangan-simppangan horizzontal yang amat kom mpleks pada gedung yang bervaariasi terggantung wakktu. 3. PERFORMA ANCE POIN NT : Suatu reprresentasi daari suatu koondisi kapasitas gempa g dari struktur sama s dengan dem mand gempa yang y terjadi pada gedung.Didaapat dari prooses pengeccekan kinerja yanng bertujuuan memasttikan bahwa koomponen struktural s t tidak mengalami kerusakan. k ( Ardhanu 2008 ) Hasil analisa pushover berupa kurva k kappasitas (cappacity curvve) ditampilkan dalaam Gambarr.Sehingga dengan d meninjau padda gambar, dapat d diketahhui besarnya gaya yanng bekerja serta displaacement gedung yanng terjadi
Gambar 3.1. Flowchartt Metodologi
4. PEMBAHAS P SAN Studi kaasus mengguunakan modeel gedung dengan d struuktur sistem m rangka pemikul momen m , yanng terdiri dari 6 lantai,, sebagai gedung g sekoolah dengann target kin nerja life safety, s gedunng berada ddi wilayah gempa g 3 taanah lunak dengan tinnggi per lan ntai 4m, ju umlah bentaang 6x8 bentang /bentaang = 6 m.mutu m betoon fc’=30M MPa, mutu baja fy =400MPa, = peelat menggunnakan tebal 130mm. 1
Kuurva Kapasitass Spektrum
3
MULAI P PENGUMPULA AN DATA
2. DEMAND:
Gam mbar 2.3.
Kurva Kapaasitas Push Ov ver
M ~ S 4.1. Preliminary Desain Menurut SNI 03-1726-2002 pasal 8.1.2 untuk memenuhi syarat kinerja batas layan, s antar tingkat tidak boleh lebih besar dari
Setelah dilakukan perancangan struktur maka didapatkan hasil dimensi struktur sebagai berikut Dimensi struktur beton : a) Kolom = 65 x 65 cm b) Balok = 40 x 60 cm Lantai Anak = 30 x 40 cm Ring Balk = 30 x 50 cm Balok Sloof = 30 x 50 cm
0,03 0,03 xhi x 4000 21,8mm .atau : Lantai 1-6 R 5,5 30 mm
Dimensi struktur baja : Profil Kuda-kuda WF. 300.150.6,5.9 Profil Gording WF.150.75.5.7 Profil Ikatan Angin 12 mm Profil Penggantung Gording 10 mm Profil Kolom Baja WF.300.150.6,5.9 Kolom Beton Pedestal 50 x 50 cm
4.3. Perancangan Struktur Primer Kebutuhan Tulangan Sebelum Komposit
Tabel hasil distribusi gaya gempa
Induk : 5D22 : 3D22 : 2D22 : 3D22
Wi
Zi
Wi . Zi
Vi
Fi
Sedangkan penulangan balok setelah komposit diantaranya sebagai berikut:
( kg )
(m)
( kg )
( kg )
( kg )
Tabel Penulangan Balok Induk Komposit
971822,302
4,0
3887289,2
665952,01
37520
Mu
As.pasang
?Mn
Tumpuan (-)
(KNm) 371,52
(mm²) 7 D 22 2660
(KNm) 418,22
Tumpuan (+) Lapangan (+)
178,90 80,29
3 D 22 3 D 22
1140 1140
188,27 188,27
Tumpuan (-) Tumpuan (+)
380,95 174,90
7 D 22 3 D 22
2660 1140
418,22 188,27
Lokasi Balok 2
971822,302
8,0
7774578,4
665952,01
75050
3
971822,302
12,0
11661868
665952,01
112570
4
980222,302
16
15683557
665952
151390
5
980222,302
20,0
19604446
665952,01
180240
A
432401,68
24,0
10337640
665952,01
10017
Ekst. Beam
Simpangan antar tingkat harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan faktor pengali :
= 0,7 R
R
= 5,5
Lokasi Balok
Int. Beam
- untuk gedung beraturan:
4
Balok
Tulangan Tumpuan Atas Tulangan Tumpuan Bawah Tulangan Lapangan Atas Tulangan Lapangan Bawah
Untuk pembebanan struktur digunakan metoda gempa statik ekuivalen. Hasil dari pembebanan statik ekuivalen diantaranya Seperti tabel berikut :
1
= 40 x 60 cm
Selanjutnya SNI 03-1726-2002 pasal 8.2.2 membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur yang akan membawa korban jiwa manusia dengan membatasi nilai M antar tingkat tidak boleh melampaui 0,02xtinggi tingkat yang bersangkutan
4.2. Analisa Pembebanan
L T
: Lantai Induk
Mu (KNm)
As.pasang (mm²) 2660
?Mn (KNm)
Tumpuan (-)
395,86
7 D 22
418,22
Tumpuan (+)
131,98
3 D 22
1140
188,27
Lapangan (+)
92,94
3 D 22
1140
188,27
Tumpuan (-)
388,02
7 D 22
2660
418,22
Tumpuan (+)
154,57
3 D 22
1140
188,27
= 65
1. Proses pencetakan pracetak 2. Proses produksi pracetak 3. Proses pengangkutan (transportasi) pracetak. 4. Proses pengangkatan elemen 5. Proses pemasangan / instalasi pracetak. Di bawah ini adalah urutan pemasangan beton pracetak yang sering dilaksanakan di lapangan : Pemancangan 20D22
650
Ø10-300
20D22
650
Ø10-150
650
Pembuatan bekisting poer & sloof Penulangan poer dan sloof
650
Gambar 4.1. Dimensi penampang Perencanaan
4.4. Sambungan Pracetak
70
Dalam perancangannya metode pracetak perlu perhatian khusus pada daerah sambungan letak sambungan pada komponen pracetak diantaranya : 1. Sambungan Antara Balok dan Pelat 2. Sambungan Antara Balok dan Kolom 3. Sambungan Antara Balok Induk dan Balok Anak. 4. Sambungan Antara Pelat Tangga dan Balok Bordes. Untuk semua sambungan pracetak tersebut digunakan sambungan basah dengan aturan panjang penyaluran pada titik – titik penyambungan seperti tertera pada SNI 032847-2002, Pasal 13.7.4. : Pelat pracetak 480
Balok pracetak
400
Gambar 4.2. Sambungan pelat dan balok
4.5. Metode Pelaksanaan Pracetak Metode pracetak erat hubungannya dengan pelaksanaan.Karena tanpa memperhatikan metode pelaksanaannnya maka metoda pracetak tidak akan dapat dilaksanakan.Metode Pelaksanaan pracetak diantaranya :
Pemasangan balok
Pengecoran/grout sambungan balok-kolom
Pemasangan pelat dan Overtopping
Pemasangan kolom dan Pengecoran/grout b k l Gambar 4.3. Flowchart Metode pelaksanaan
4.6. Analysa Push Over Hasil Analisa dari beban dorong statik yaitu berupa kurva kapasitas ( capacity curve ) yang dapat dilihat setelah melakukan running terhadap struktur gedung yang telah 5
Pemasangan kolom 1.5 tinggi (kolom I)
dimodelkan dalam kurva dibawah ini :
ETABS
9.07.seperti
Kurva Pushover Arah Y Vx= 6110,95 kN , δ= 0,098 m sehingga rumus Ke dapat dihitung :
Ke
F
Ki
Waktu getar alami efektif juga perlu diperhitungkan karena waktu getar alami bangunan pada saat gempa maksimum berbeda hasilnya karena pada saat gempa bangunan berperilaku inelastis.Waktu getar alami yang memperhitungkan kondisi inelastis atau waktu getar Te, dapat diperoleh dengan bantuan kurva hasil analisa pushover
0,6 x5871,35
53375,9kN / m
0,066 perhitungan base shear struktur di dapat nilai F= 6659,5 kN dan nilai ∆ sebesar 0,0218 m sehingga untuk menghitung Ke dapat menggunakan rumus
Ki
F 6659,5 305481,65kN / m 0,0218
6
0,6 x6110,95 37413,97kN / m 0,098
Ki 305481,65 0,61 1,7 dt Ke 37413,97
Artinya, sendi plastis pada elemen kolom hanya boleh terjadi pada kolom lantai dasar saja.Selain itu untuk urutan terjadinya bagian mana yang leleh terlebih dahulu, yaitu diharapkan struktur balok mengalami leleh terlebih dahulu ( sendiplastis ) baru diikuti struktur kolom yang leleh selanjutnya . Secara garis besar, evaluasi analisis beban dorong dilakukan untuk mendapatkan urutan mekanisme kelelehan, tujuan yang diharapkan adalah sendi plastis hanya terjadi pada elemen balok dan elemen kolom lantai dasar.
Kurva Pushover Arah X Vx= 5871,35 kN , δ= 0,066 m sehingga rumus Ke dapat dihitung : 0,6.Vx
Sendi plastis akibat momen lentur terjadi pada struktur jika beban yang bekerja melebihi kapasitas momen lentur yang ditinjau.Sendi plastis pada model struktur terjadi pada elemen balok dan kolom. Sesuai dengan metode perencanaan kolom kuat-balok lemah, maka untuk desain pada struktur bangunan gedung berdaktilitas penuh, mekanisme tingkat tidak diperkenankan terjadi.
Gambar 4.5. Kurva Kapasitas Push Over Arah Y
0,6.Vx
F 6659,5 305481,65kN / m 0,0218
Te Ti
F
Dari perhitungan base shear struktur di nilai F= 6659,5 kN dan nilai ∆ sebesar 0,0218 m sehingga untuk menghitung Ke dapat menggunakan rumus
Gambar 4.4. Kurva Kapasitas Push Over Arah X
Ke
Ki 305481,65 0,61 1,45dt Ke 53375,9
Te Ti
dalam d studii kasus inii masih memenuhi m persyaratan p untuk peninnjauan send di plastis yaitu y gedungg dalam kkeadaan Lifee Safety Capacity Sppektrum paada Point Berdasarkan B Performance P maka didapatkan: ( Perp potongan antara a kurvaa hijau Capacity Spektrrum dan kurva k kuningg Single Dem mand Spektru um ) Push Overr Arah X a. V ( Gaaya Geser ) : 5871,3 357 kN b. D ( Dissplacement ) : 0,066 m Pada Taabel berada pada kategorii IO – LS ( Liffe Safety )
Gam mbar 4.6. Distrribusi sendi pllastis Push Ovver
Darri tabel 4.6 kategori seendi plastis dapat d disiimpulkan : - Perrpindahan (sttep1) = 2,9cm m>KategoriB B-IO - Perrpindahan (sttep2)=4,6cm>KategoriIO O-LS - Perrpindahan(steep3)=9,6 cm>KategoriIO O-LS - Perrpindahan (sttep 4) =14,9cm>KategorriLSCP P - Perrpindahan(steep14)=34,5cm m>Kategori Colllapse Untuk penninjauan dari kategori gedung berdasarkan Pooint Performaance yang teerjadi b grafik kapaasitas dappat dilihat berdasarkan speektrum di baw wah ini :
Push Overr Arah Y a. V ( Gaaya Geser ) : 6110,9 95 kN b. D ( Dissplacement ) : 0,098 m Pada Taabel berada pada kategorii IO – LS ( Liffe Safety ) Artinya bahwa gedunng yang dideesain dan belum b menggalami Colllapse ( Keeruntuhan Struktur S ).Sehhingga ketikka terjadi gem mpa kuat pada p strukturr gedung ini maka gedun ng masih dalam d kriteriaa Life Safetyy yang dimaana untuk kategori k ini kondisi k geduung diantaran nya : 1. Terjadi kerusakan k koomponen stru uktur. 2. Kekakuaan berkurangg dari kondaiisi awal. 3. Masih mempunyai m am mbang yang g cukup terhadapp keruntuhann. 4. Komponnen struktur m masih ada tetapi tidak berrfungsi. 5. Bangunaan dapat dipaakai lagi jikaa sudah dilakukaan perbaikan. Gambar--gambar beerikut di baawah ini menyajikan m contoh meekanisme teerjadinya sendi s plastis pada struktuur gedung saat terjadi Analisa A Pushhover, diantarranya :
Gambar 4.8. Push Overr Arah X Step p2–3D
Gam mbar 4.7. Capaacity Spektrum m Gempa
7
Hasil ini menunjukkan bahwa μΔ aktual harus lebih kecil daripada μΔ desain yang disyaratkan (μΔ = 5,2 untuk SRPM beton bertulang) dan Raktual lebih besar dari R desain ( R = 5,5 untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah beton bertulang ). 4.7. Titik Perpindahan ( Performance Point ) Dalam menentukan titik perpindahan ( point performance ) struktur gedung, ada beberapa cara menentukan target perpindahan diantaranya : 1. Metoda Koefisien Perpindahan - FEMA 273/274 - FEMA 356 / 440 ( FEMA yang diperbaiki ) - ATC 40 2. Metoda Spektrum Kapasitas FEMA 274 / 440 ATC 40 Kinerja Batas Ultimate SNI 1726-2002 Dari perhitungan semua titik perpindahan yang direncanakan maka didapat :
Gambar 4.9. Push Over Arah X step 3 portal X-C
Setelah mengetahui distribusi besarnya sendi plastis pada bangunan, maka selanjutnya mencari evaluasi perilaku seismik struktur.Maka dari itu perlu dilakukan evaluasi perilaku seismik struktur terhadap beban Gempa Rencana untuk memperoleh nilai μΔ dan R aktual dari struktur bangunan gedung. Perhitungan menggunakan persamaan sesuai peraturan gempa SNI 03-1726-2002 Ps.3.4.1
u y
Keterangan : R = 1,6 μ∆ μΔ = daktilitas struktur. δy = peralihan atap pada saat leleh pertama. δu = peralihan atap pada kondisi ultimit.
Evaluasi Kriteria Kinerja Spektrum Kpasitas ATC-40 Koefisien Perpindahan FEMA 356 Koefisien Perpindahan FEMA 440 Kinerja Batas Ultimit SNI 1726
Push Over Arah X :
u y
0,1014 4,6 0,0214 R = 1,6 μ∆ = 1,6 x 3,07 = 4,91 Push Over Arah Y :
u y
u m y
8
Arah Y 0,09 0,32 0,32 0,0,27
4.8. Kesimpulan Kesimpulan dari tugas akhir : Dengan melakukan beberapa percobaan beban dorong statik atau Analisa Push Over pada struktur gedung, maka dapat disimpulkan gedung masih berada pada kondisi Life Safety atau belum mengalami keruntuhan.( collapse ).
0,149 5,0 0,0297 R = 1,6 μ∆ = 1,6 x 5,0 = 8,0 Syarat : 1,0
Arah X 0,06 0,31 0,31 0,24
Jadi target perpindahan maksimum untuk arah X adalah 0,31 m (FEMA356/440) dan untuk arah Y yang paling maksimum adalah 0,32 (FEMA 356/440). Ternyata dengan melihat Tabel dapat disimpulkan bahwa pada saat terjadi target perpindahan maksimum baik arah X dan arah Y, struktur masih berkinerja Life Safety. Hal ini menunjukkan bahwa gedung yang direncanakan sudah memenuhi kinerja yang diharapkan.
Target Perpindahan
Indonesia.Jakarta : Direktorat Jenderal Cipta Karya.
4.9. Saran Saran untuk menunjang studi tugas akhir ini diantaranya : 1. Dalam perancangan beton pracetak perlu adanya perhatian khusus pada daerah sambungan serta adanya sistem metode pelaksanaan yang tepat 2. Pada waktu melakukan analisa non linier static disarankan kriteria kondisi bangunan harus sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya
Emergency Management Agency. Pre standard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Building.FEMA – 356 ,Washington, 2000. PCI.2004.PCI Design Handbook Precast and Prestress Concrete Sixth Edition.Chicago:Illinois.
4.10. Daftar Pustaka
Purwono, Rachmat.2005.Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : ITS Press
ATC-55 Project. FEMA 440 Improvement of Nonlinear Static Seismic Analysis Procedures. Federal EmergencyManagement Agency. Washington, D.C, 2004.
Suprapto, Kurdian., dan Sudarto.2009.”Evaluation of Performance of Asymmetrical dual System Structures Using PushOver and Time History Analyses.” ITS Journal of Civil Engineering Vol.29 No.1 ( May ): 36-45.
Badan Standardisasi Nasional.2002.SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Bandung. Badan Standardisasi Nasional.2002.SNI 03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, Bandung.
Tavio dan Benny Kusuma.2009.Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.Surabaya:ITS Press.
Badan Standarisasi Nasional.2002. SNI 03 – 1729 -2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum.
Tjahjono, Elly.,dan Purnomo, Heru.2004.” Pengaruh Penempatan Penyambungan pada Perilaku Rangkaian Balok Kolom Beton Pracetak Bagian Sisi Luar.” Makara Teknologi Volume.8 No. 3 ( Desember ) : 90 – 97.
Badan Standardisasi Nasional.2005.Revisi SNI 03-1727-1989 Tata Cara Perhitungan Pembebanan Untuk Bangunan Rumah dan Gedung.
Wahyudi,Herman.1999.Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Departemen Pekerjaan Umum.1983.Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya. Departemen Peraturan
Pekerjaan Beton
Wibowo, Nurwadji.2006.” Sambungan pada Rangka Batang Struktur Beton Pracetak.” Jurnal Teknil Sipil Volume.7 No.1 ( Oktober ) : 80 – 96.
Umum.1971. Bertulang 9