MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON
Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Raka Steven Christian Junior : 3107100015 : Teknik Sipil FTSP-ITS : Ir. Isdarmanu, M.Sc Ir. R. Soewardojo, M.Sc
ABSTRAK Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua di Indonesia, dimana pergerakan roda ekonomi yang semakin lama semakin berkembang dan meningkat dengan pesat. Kebutuhan suatu sarana pendukung juga sangat di perlukan mengingat perkembangan kota Surabaya yang semakin meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan akan sarana kesehatan yaitu gedung rumah sakit. Sebagai bahan studi perencanaan, akan dilakukan modifikasi terhadap struktur Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya. Awalnya, gedung ini didesain menggunakan struktur beton bertulang yang terdiri dari 4 lantai, panjang bangunan 74.325m, lebar 53.575m, dan tinggi 16.8m. Dan selanjutnya akan di modifikasi menjadi 10 lantai (tinggi bangunan direncanakan 45 m, dengan asumsi tiap lantai memiliki tinggi 4.5 m) dengan menggunakan struktur komposit baja-beton. Struktur komposit merupakan perpaduan antara beton dan baja profil. Jika ditinjau dari segi kualitas dan efisiensi waktu pekerjaan bangunan dengan struktur baja komposit lebih menguntungkan. Dengan menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut : dapat mereduksi berat profil baja yang dipakai, tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi, meningkatkan kekakuan lantai, dapat menambah panjang bentang layan. Pada akhirnya dari penyusunan tugas akhir ini penulis mengharapkan dapat merencanakan suatu struktur komposit yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut. Kata kunci : Rumah Sakit Royal Surabaya, Komposit Baja-Beton.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua di Indonesia, dimana pergerakan roda ekonomi yang semakin lama semakin berkembang dan meningkat dengan pesat. Kebutuhan suatu sarana pendukung juga sangat di perlukan mengingat perkembangan kota Surabaya yang semakin meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan akan sarana kesehatan yaitu gedung rumah sakit. Sebagai bahan studi perencanaan, akan dilakukan modifikasi terhadap struktur Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya. Awalnya, gedung ini didesain menggunakan struktur beton bertulang yang terdiri dari 3 lantai+Basement, panjang bangunan 74.325m, lebar 53.575m, dan tinggi 16.8m. Dan selanjutnya akan di modifikasi menjadi 10 lantai (tinggi bangunan direncanakan 45 m, dan tinggi tiap lantai 4.5 m) tanpa menggunakan Basement dengan menggunakan struktur komposit baja-beton. Tujuan dari diadakannya modifikasi ini adalah untuk membuka ruang kota agar dapat dibuat fasilitas umum seperti taman kota, dll. Selain itu, modifikasi ini juga dilakukan karena struktur komposit baja-beton lebih ekonomis jika dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa. Struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda secara fisik maupun sifatnya, dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut. Dalam ilmu Teknik Sipil, struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang berbeda secara sifat dan fisik (misalnya baja dengan beton) yang “bekerja sama” untuk memikul beban luar. Struktur yang memanfaatkan aksi komposit baja-beton saat ini dilakukan hampir di semua struktur bangunan dimana baja dan beton saling melekat seperti gedung atau jembatan. Struktur komposit dapat menahan beban lebih besar sekitar 33% sampai 50% atau lebih dari beban yang dapat ditahan oleh balok baja profil bila bekerja sendiri sebagai non-komposit. (Khatulistiani, 2003) Meskipun beton bertulang dan beton prategang juga termasuk dalam material komposit, tetapi keduanya tidak secara tegas dimasukkan dalam kelompok konstruksi komposit karena tulangan bajanya tidak secara
struktur memikul beban. Lain halnya dengan konstruksi komposit balok-baja-pelat-beton komposit dimana balok dapat memikul berat sendiri. Struktur komposit semakin banyak di pakai dalam rekayasa struktur. Dari beberapa penelitian, struktur komposit mampu memberikan kinerja struktur yang baik dan lebih efektif dalam meningkatkan kapasitas pembebanan, kekakuan, dan keunggulan ekonomis. Peraturan yang digunakan pada perencanaan ini menggunakan peraturan yang terbaru yaitu SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja, dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. 1.2 Perumusan Masalah Dalam memodifikasi perencanaan Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya dengan menggunakan struktur komposit baja beton, ditinjau beberapa masalah antara lain : 1. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift ? 2. Bagaimana mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi ? 3. Bagaimana pemodelan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS v 9.7.1 ? 4. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom ? 5. Bagaimana merencanakan sambungan yang sesuai ? 6. Bagaimana merencanakan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang dipikul ? 7. Bagaimana menuangkan hasil perencanaan dalam bentuk gambar teknik ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari modifikasi perencanaan Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya dengan menggunakan struktur komposit baja beton yaitu : 1. Merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift. 2. Mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi.
3. Memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS v 9.7.1. 4. Merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom. 5. Merencanakan sambungan yang sesuai. 6. Merencanakan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang dipikul. 7. Menuangkan hasil perencanaan dalam bentuk gambar teknik. 1.4 Batasan Masalah Ruang lingkup permasalahan dan pembahasan pada tugas akhir ini dibatasi oleh beberapa hal antara lain : 1. Perencanaan struktur utama meliputi balok induk dan kolom, sedangkan struktur sekunder meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift. 2. Perhitungan struktur pondasi untuk beban terbesar pada kolom di tepi dan tengah gedung. 3. Perencanaan tidak meliputi instalasi mekanikal, elektrikal dan saluran air. 4. Tidak meninjau dari segi metode pelaksanaan, analisa biaya, arsitektural, dan manajemen konstruksi. 5. Program bantú yang digunakan adalah Etabs V 9.6.0 dan Autocad. 1.5 Manfaat Manfaat yang bisa didapatkan dari modifikasi perencanaan ini adalah : 1. Dapat merencanakan struktur komposit yang memenuhi persyaratan keamanan struktur. 2. Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat perencanaan sehingga kegagalan struktur bisa diminimalisasi. 3. Dari segi ekonomis, struktur komposit baja-beton dapat dijadikan alternatif mengingat struktur komposit baja-beton lebih ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa atau struktur baja biasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Perkembangan Komposit Banyak sistem beton betulang di Eropa pada tahun 1880-an mengunakan balok besi gulungan sebagai pengganti tulangan biasa. Dua sistem utama pada abad ke-20, System
Hennebique (Belgia-Prancis) dan Sistem Modifikasi Monier (Jerman) menggunakan berbagai variasi dari pelat lantai yang di kompositkan dengan kolom baja atau balok baja. Pada tahun 1892, Francois Hennebique mematenkan sistem yang kelak dikenal sebagai sistem komposit baja-beton. Seorang insinyur Austria, Joseph Melan, mengembangkan sistem komposit lengkung baru untuk jembatan. Sistem ini dipatenkan pada tahun 1892. Keuntungan dari sistem ini adalah lebih ekonomis bila di bandingkan dengan pelengkung dari beton bertulang biasa. Di Jepang, struktur komposit lebih populer bila dibandingkan dengan beton bertulang pada awalnya. Sebagai contoh adalah gedung Marunouchi (gedung perkantoran terbesar di Tokyo pada tahun 1920-an) yang di desain oleh George Fuller Company. Gedung ini menggunakan struktur komposit pada bagian Basement nya, dan baja pada tingkat – tingkat di atasnya. (Sassa, 2007). Struktur komposit selalu ada dalam sejarah konstruksi. Struktur komposit didesain dan dikembangkan oleh insinyur – insinyur bidang spesialis gedung dan jembatan antara tahun 1910 sampai 1938. Struktur komposit, sebuah sistem “konservatif” yang dibandingkan dengan beton biasa dan beton pratekan, telah di inovasikan di Jepang pada saat negeri itu sedang berkembang. (Sassa, 2007). Metode untuk desain struktur komposit berkembang terus sesuai perkembangan analisa terhadap perencanaan struktur. Pada awalnya, perencanaan komposit menggunakan metode Allowable Stress Design (ASD). Kemudian pada tahun 1986, di Amerika, perencanaan komposit berkembang dengan menggunakan metode LRFD (Load Resistance Factor Design) (Khatulistiani, 2003). Struktur komposit antara beton dan balok baja merupakan struktur yang memanfaatkan kelebihan dari beton dan baja yang bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan. Kelebihan tersebut adalah beton kuat terhadap tekan dan baja kuat terhadap tarik. Balok baja yang menumpu konstruksi pelat beton yang di cor ditempat, sebelumnya didesain berdasarkan asumsi bahwa pelat beton dan baja dalam menahan beban bekerja secara terpisah. Pengaruh komposit dari pelat beton dan baja yang bekerja bersama – sama tidak diperhitungkan. Pengabaian ini berdasarkan asumsi bahwa ikatan antara pelat beton dengan bagian atas balok baja tidak
dapat diandalkan. Namun dengan kemajuan penggunaan las, pengunaan penyambung geser mekanis menjadi praktis untuk menahan gaya geser horizontal. (Widiarsa & Deskarta,2007) 2.3 Aksi Komposit Aksi komposit timbul bila dua batang struktural pemikul beban seperti konstruksi lantai beton dan balok baja penyangga disambung secara integral dan melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linear tunggal dari atas plat beton sampai muka bawah penampang baja (Salmon & Johnson, 1991).
2.6 Kolom Komposit Kolom komposit dapat dibentuk dari pipa baja yang diisi dengan beton polos atau dapat pula dari profil baja hasil gilas panas yang dibungkus dengan beton dan diberi tulangan baja serta sengkang, seperti halnya pada kolom beton biasa. 2.7 Dek Baja Gelombang Perkembangan struktur komposit dimulai dengan digunakannya dek baja gelombang, yang selain berfungsi sebagai bekisting saat pelat beton dicetak, juga berfungsi sebagai tulangan positif bagi pelat beton. Penggunaan dek baja juga dapat dipertimbangkan sebagai dukungan dalam arah lateral dari balok sebelum beton mulai mengeras. Persyaratan dek baja gelombang dan penghubung gesernya untuk digunakan dalam komponen struktur komposit diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.4.5.1.
Gambar 2.1 Perbandingan Antara Balok yang Melendut dengan Aksi Komposit dan Tanpa Aksi Komposit (Salmon & Johnson, 1991) Gambar 2.5 Penampang Melintang Dek Baja Gelombang (SNI 03-1729-2002)
2.4 Lendutan Komponen struktur komposit memiliki momen inersia yang lebih besar daripada komponen struktur non komposit, akibatnya lendutan pada komponen struktur komposit akan lebih kecil. Momen inersia dari komponen struktur komposit hanya dapat tercapai setelah beton mengeras, sehingga lendutan yang diakibatkan oleh beban-beban yang bekerja sebelum beton mengeras, dihitung berdasarkan momen inersia dari profil baja saja.
2.8 Penghubung Geser Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan. Besarnya gaya geser horizontal yang harus dipikul oleh penghubung geser diatur dalam SNI 03-17292002 pasal 12.6.2
2.5 Balok Komposit Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan menyebabkan balok melentur. Balok komposit dapat dibentuk dari profil baja yang diberi penghubung geser (shear connector) pada sayap atas profil baja atau dapat pula dari profil baja yang dibungkus dengan beton.
3.1 Umum Metodologi ini akan menguraikan dan menjelaskan urutan pelaksanaan penyelesaian tugas akhir. Mulai dari pengumpulan data, literatur, preliminary design, analisa elemen (primer dan sekunder), analisa beban (gravitasi, angin, gempa), dan pedoman perencanaan, sampai dengan kesimpulan akhir dari analisa struktur ini yaitu untuk mendapatkan perencanaan gedung.
BAB III METODOLOGI
3.2 Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir Mulai
Pengumpulan Data
Studi Literatur
Preliminary Desain
4.2 Perencanaan Tangga 4.2.1 Data – data perencanaan tangga Mutu baja (BJ 41) : fy = 2500 kg/cm2 Mutu beton (fc’) : fc’ = 30 Mpa Ketingian antar lantai : 450 cm Tinggi bordes : 225 cm Tinggi injakan (t) : 17.3 cm Lebar inkajan (i) : 30 cm
Pembebanan Elemen Struktur Sekunder Not Ok
Jumlah injakan (Σt)
Analisa Struktur Sekunder
:
= 13.005 ≈ 13
buah
Kontrol Desain Ok
Lebar bordes Panjang bordes Lebar tangga
Pembebanan Elemen Struktur Primer
Analisa Struktur Primer
Not Ok
: 135 cm : 300 cm : 120 cm
Kontrol Desain Ok Perencanaan Pondasi
Penggambaran Hasil Perencanaan
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Penyelesaian Tugas Akhir
BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER
Gambar 4.4 Denah Tangga
110mm
4.1 Perencanaan Pelat Lantai 4.1.1 Perencanaan pelat lantai atap Tulangan negatif Ø 10 - 250
30 80
53
Pelat Bondex
Balok
110mm
Gambar 4.2 Potongan Pelat Lantai Atap 4.1.2 Perencanaan pelat lantai 1 – 9 20
Tulangan negatif Ø 10 - 150
90
Pelat Bondex
53
Balok
Gambar 4.3 Potongan Pelat Lantai 1 – 9
Gambar 4.5 Potongan C-C 4.3 Perencanaan Balok Lift (BF) 4.3.1 Data Perencanaan Perencanaan balok lift meliputi balok penumpu,balok penggantung lift dan balok pemisah lift. Untuk lift pada bangunan ini menggunakan Hospital Bed Elevators yang diproduksi oleh Hyundai Co.Ltd. Data – data lift yang digunakan adalah sebagai berikut (untuk 1 car): Tipe lift : General Type (2S, 2SD) Merk : Hyundai
Kecepatan : 90 m/min Kapasitas : 10 orang (700 kg) Lebar pintu (opening width) : 800 mm Dimensi sangkar (car size) : - internal : 1500 x 2500 mm2 - eksternal : 1560 x 2692 mm2 Dimensi ruang luncur : 2300 x 3050 mm2 Beban reaksi ruang mesin: - R1 = 6800 kg - R2 = 4100 kg 4.3.2 Perencanaan balok penggantung lift (BF1) Balok penggantung lift direncanakan menggunakan profil WF 350x175x7x11 4.3.3 Perencanaan balok penumpu lift (BF2) Balok penumpu lift direncanakan menggunakan profil WF 350x250x9x14 4.3.4 Perencanaan balok pemisah lift (BF3)
Balok pemisah lift direncanakan menggunakan profil WF 300x150x5.5x8 4.4 Perencanaan Balok Anak Lantai (BL) 4.4.1 Perencanaan balok anak lantai BL1
Balok anak lantai BL3 direncanakan menggunakan profil WF 350x250x9x14 4.5 Perencanaan Balok Anak Atap (BA) 4.5.1 Perencanaan balok anak atap BA1
Balok anak atap BA1 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x12 4.5.2 Perencanaan balok anak atap BA2
Balok anak lantai BA2 direncanakan menggunakan profil WF 500x200x9x14 BAB V PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER 5.1 Data Gedung Data – data dari Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya yang dibutuhkan dalam pembebanan adalah sebagai berikut: • Mutu baja : BJ 41 • Mutu beton (fc’) : 30 MPa • Lebar gedung : 23 m • Panjang gedung : 48 m • Tinggi total gedung : 45 m • Tinggi antar lantai : 4.5 m 5.2 Pembebanan dan Analisa Struktur
Gambar 4.15 Denah Balok Anak Lantai BL1
Balok anak lantai BL1 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x11 4.4.2 Perencanaan balok anak lantai BL2
Gambar 4.20 Denah Balok Anak Lantai BL2
Balok anak lantai BL2 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x11 4.4.3 Perencanaan balok anak lantai BL3
Gambar 4.25 Denah Balok Anak Lantai BL3
Gambar 5.1 Pemodelan 3D Struktur Gedung Dengan ETABS v.9.7.1
Ringkasan mengenai berat bangunan secara lengkap disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.1 Massa Tiap Lantai Bangunan Tinggi Hx (m) 45 40.5 36 31.5 27 22.5 18 13.5 9 4.5
Lantai 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 ∑
Berat (kg) 425485 1180600 1180600 1180600 1180600 1222236 1196073 1196073 1196073 1453892 11412232
Massa (kN) 4254.85 11806 11806 11806 11806 12222.36 11960.73 11960.73 11960.73 14538.92 114122
Inersia (kN.m4) 1004499.07 2787200.24 2787200.24 2787200.24 2787200.24 2885494.48 2823728.95 2823728.95 2823728.95 3432396.87 26942378
Pada SNI 03-1726-2002 dinyatakan bahwa harus ada peninjauan eksentrisitas (ed) antara pusat massa dan pusat rotasi lantai. Rumus yang digunakan adalah: - untuk 0 < e < 0.3b ed = 1.5e + 0.05b atau ed = e – 0.05b - untuk e > 0.3b ed = 1.33e + 0.1b atau ed = 1.17e – 0.1b dipilih yang pengaruhnya paling menentukan untuk struktur gedung. Dimana: e : selisih antara pusat massa dan pusat kekakuan pada lantai yang ditinjau. b : ukuran horizontal terbesar denah struktur pada lantai gedung yang ditinjau, diukur tegak lurus arah pembebanan gempa. Kontrol waktu getar alami fundamental (T) Nilai T didapat dari hasil Etabs v9.7.1 yang ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 5.4 Nilai Waktu Getar Alami Mode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Period 1.4173 1.3656 1.1411 0.4477 0.4299 0.3657 0.2451 0.2335 0.2027 0.1580
Ux 76.065 0.009 0.058 10.304 0.002 0.015 4.669 0.001 0.015 3.038
Uy 0.007 75.014 0.181 0.001 11.202 0.032 0.000 4.762 0.018 0.000
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur gedung harus dibatasi. Dengan nilai ζ dari Tabel 8 SNI 03-1726-2002 dan n adalah jumlah lantai dari gedung yang akan ditinjau, maka control waktu getar alami fundamental (T) menjadi: T < ζ.n Untuk WG 3 maka nilai ζ = 0.18 dan nilai n = 10, sehingga:
- Arah-x TX = 1.4173 < (0.18 x 10) = 1.8 detik .......Ok!! - Arah-y TY = 1.3656 < (0.18 x 10) = 1.8 detik .......Ok!! Sehingga, berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung masih memenuhi batas control waktu getar alami. Kinerja Struktur Gedung Kinerja batas layan (∆s)
Tabel 5.5 Analisa ∆s arah-X
Story
hi (m)
∆s (mm)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5
89.02 86.1 81.46 74.39 64.88 54.88 42.93 29.76 17.32 5.61
∆s antar tingkat (mm) 2.92 4.64 7.07 9.51 10 11.95 13.17 12.44 11.71 5.61
∆s maks (mm)
Ket.
24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
Tabel 5.6 Analisa ∆s arah-Y Story
hi (m)
∆s (mm)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5
91.06 87.41 81.43 74.15 64.26 53.33 41.37 28.88 16.13 4.94
∆s antar tingkat (mm) 3.65 5.98 7.28 9.89 10.93 11.96 12.49 12.75 11.19 4.94
∆s maks
Ket.
24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55 24.55
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
= 119340 kg Syarat: ΦVn ≥ Vu (Φ = 0.9) 0.9 x 119340 ≥ 39732.32
Kinerja batas ultimate (∆m) Tabel 5.7 Analisa ∆m arah-X Story
hi (m)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5
∆s antar tingkat (mm) 2.92 4.64 7.07 9.51 10 11.95 13.17 12.44 11.71 5.61
∆m antar tingkat (mm) 6.42 10.21 15.55 20.92 22 26.29 28.97 27.37 25.76 12.34
∆m maks (mm)
Ket.
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
107406 ≥ 39732.32 .......Ok!! b. Kontrol Kuat Momen Lentur - Tekuk Lokal (local buckling) Sayap: Badan:
202 bf = 4.4 = 2 x 23 2.tf 170 λp = = 10.75 250 bf ⇒ ≤ λp 2.tf
Tabel 5.8 Analisa ∆m arah-Y Story
hi (m)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5
∆s antar tingkat (mm) 3.65 5.98 7.28 9.89 10.93 11.96 12.49 12.75 11.19 4.94
∆m antar tingkat (mm) 7.89 12.93 15.75 21.39 23.64 25.87 27.01 27.58 24.20 10.68
∆m maks (mm)
Ket.
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
Penampang Kompak ! - Tekuk Lateral (lateral buckling) Jarak penahan lateral = 300 cm Dari tabel profil untuk WF 600x200x13x23 dengan BJ 41, diperoleh: Lp = 214.553 cm Lr = 545.796 cm Dengan demikian: Lp < Lb < Lr .....Bentang Menengah!
(Lr − Lb ) ≤ Mp Mn = Cb Mr + (Mp − Mr ) (Lr − Lp )
5.3 Perencanaan Balok Induk (BI) 5.3.1 Perencanaan balok induk melintang Balok induk direncanakan menggunakan profil WF 600 x 200 x 13 x 23. Kondisi sebelum komposit Pada kondisi sebelum komposit, berdasarkan hasil ETABS v9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum sebagai berikut: • Mmax = 27513.98 kg.m (ditinjau B26, Story 3) • Vmax = 27084.28 kg (ditinjau B32, Story 3) a. Kontrol kuat geser
Mr = Sx.(fy – fr) = (3380) (2500 – 700) = 6084000 kg.cm = 60840 kg.m Mp = Zx.fy = (3778)(2500) = 9445000 kg.cm = 94450 kg.m Dari output ETABS v9.7.1 diperoleh : Ma = 18343.66 kg.m Mb = 5502.19 kg.m Mc = 18337.6 kg.m
1100 h 522 h < ⇒ = = 40.15⇒ tw 13 tw fy plastis
1100 fy
=
1100 250
= 69.57
Vn = 0.6 x fy x Aw ⇒Aw = d x tw = 61.2x1.3= 79.56 cm2 = 0.6 x 2500 x 79.56
h 522 = = 40.15 tw 13 1680 λp = = 106.25 250 h ≤ λp ⇒ tw
Cb =
12.5M max ≤ 2.3 2.5M max + 3Ma + 4Mb + 3Mc
12.5(27513.98) 5 x 2000000 1.1 ≤ 2.3 = 69.57 2.5(27513.98) + 3(18343.66) + 4(5502.19) + 3(18337.6) 2500 = 1.712 ≤ 2.3 1100 h < ⇒ plastis ( Lr − Lb ) tw fy Mn = Cb Mr + (Mp − Mr ) ≤ Mp (Lr − Lp )
=
(545.796 − 300) ≤ Mp Mn = 1.71260840 + (94450 − 60840) (545.796 − 214.796) Mn = 149894.2 ≥ Mp .....Pakai Mn = Mp = 94450 kg.m Syarat : ΦMn ≥ Mu (Φ = 0.9) 0.9 x 94450 ≥ 27513.98 85005 ≥ 27513.98.......Ok!! c. Kontrol Lendutan Lendutan ijin:
f '=
L 3 = = 0.008333 m = 0.8333 360 360
cm Dari hasil perhitungan dengan Etabs V 9.7.1 diperoleh lendutannya sebesar: ymaks = 0.00129 cm ymax < f ' 0.00129 < 0.8333 .......Ok!! Kondisi Setelah Komposit Pada kondisi setelah komposit, berdasarkan hasil ETABS v9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum sebagai berikut: • M max (+) = 41899.85 kgm (ditinjau B44, story 3) • M max (-) = -60448.6 kgm (ditinjau B40, story 3) • V max = 45169.62 kg (ditinjau B41, story 3) Syarat:
Zona Momen Positif a. Kontrol kuat geser Kuat geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
h 522 = = 40.15 tw 13 k E 1.1 n fy dimana kn = 5 untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan, sehingga:
Vn = 0.6 x fy x Aw ⇒Aw = d x tw = 61.2x1.3= 79.56 cm2 = 0.6 x 2500 x 79.56 = 119340 kg
Syarat: ΦVn ≥ Vu (Φ = 0.9) 0.9 x 119340 ≥ 45169.62 107406 ≥ 45169.62.......Ok!! b. Lebar Efektif (balok interior) - beff ≤ L/4 = 175 cm - beff ≤ bo = 700 cm dipakai beff = 175 cm c. Kontrol kuat momen lentur: - Tekuk Lokal (local buckling) Badan:
h 522 = = 40.15 tw 13 1680 λp = = 106.25 250 h ≤ λp ⇒ tw Karena profil penampang kompak, maka kekuatan lentur positif dapat dihitung menggunakan distribusi tegangan plastis. - Menghitung momen nominal (Mn) Mencari tebal pelat rata – rata (tbrata2) akibat bondeks yang dipasang sejajar balok. Alubang bondeks = 8.75 x [0.5(1.2+3.2)(5.3)] = 102.03 cm2 Apelat penuh = 11 x 175 = 1925 cm2 Abeton = 1925 – 102.03 = 1822.98 ≈ 1823 cm2 tbrata2 = Abeton / beff = 1923 / 175 = 10.42 cm Menentukan gaya yang terjadi: C = 0.85 x fc’ x tbrata2 x beff = 0.85 x 300 kg/cm2 x 10.42cm x 175 cm = 464858.6 kg
0.00124 < 0.8333 T = As x fy = 107.7 cm2 x 2500 kg/cm2 = 269250 kg Karena C > T, maka garis netral terletak di pelat beton
Asxfy (107.7)(2500) a= = = 6.03cm 0.85 xfc' xbeff (0.85)(300)(175) beff
C
a
tb
d2 = 0
.......Ok!!
e. Perencanaan Penghubung Geser Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan: ds = 19 mm Asc = 283.4 mm2 fu = 400 Mpa = 40 kg/mm2
Ec = 0.041xWc1.5 fc' = 0.041(2400)1.5 30
d1
e d3
T
d
= 26403.5 MPa
Qn = 0.5 xAscx fc' xEc = 0.5 x 283.4 x 30 x 26403.5 = 126106.7 N = 12610.67 kg/stud
Gambar 5.3 Penampang Komposit Balok Induk Melintang - Menentukan jarak – jarak dari centroid gaya – gaya yang bekerja d1 = tb – a/2 = 11 – (6.03/2) = 7.98 cm ≈ 8 cm d2 = 0 (Profil baja tidak mengalami tekan) d3 = d/2 = 61.2/2 = 30.6 cm e = d1 + d2 + d3 = 8 + 0 + 30.6 = 38.6 cm - Menghitung momen positif Mn = T x e = (269250)(38.6) = 10393050 kg.cm = 103930.5 kg.m Syarat: ΦMn ≥ Mu (Φ = 0.85) 0.85 x 103930.5 ≥ 41899.85 88340.93 ≥ 41899.85.......Ok!! Momen nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi. d. Kontrol Lendutan Lendutan ijin:
f '=
L 3 = = 0.008333 m = 0.8333 360 360
cm Dari hasil perhitungan dengan Etabs V 9.7.1 diperoleh lendutannya sebesar: ymaks = 0.00124 cm e.
Syarat:
ymax < f '
Qn ≤ Asc. fu 12610.67 < (283.4)(40) 12610.67 > 11335. pakai Qn = 11335.4 kg Jumlah stud untuk setengah bentang dimana shear connector dipasang 2 buah dalam satu baris: Syarat:
N=
T 269250 = = 11.88 ≈ 12 pasang 2Qn (2)(11335.4)
Jarak seragam (S) dengan stud pada masing – masing lokasi:
S=
L 300 = = 25cm N 12
Jarak maksimum (Smax) = 8 x tplat beton .......LRFD-15.6 = 8 x 11cm = 88 cm Jarak minimum (Smin) = 6 x ds …….LRFD-15.6 = 6 x 1.9 cm = 11.4 cm Jadi, dipasang shear connector setiap jarak 20 cm Zona Momen Negatif Batang tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton: T = n x Ar x fyr = 8.75 x (0.25 x π x 1.92) x 2900 = 71908.94 kg Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja: Pyc = As x fy = 107.7 x 2500 = 269250 kg
beff tb
c
δ
T d1 d2
2fy
d3
Pyc
d
fy
Gambar 5.4 Distribusi Tegangan Negatif Balok Induk Melintang Karena Pyc > T, maka garis netral terletak pada profil baja, berlaku persamaan: (Pyc – T)/2 = (269250 - 71908.94)/2 = 98670.53 kg
5.4 Perencanaan Kolom Komposit 5.4.1 Perencanaan Kolom Komposit Lantai 1 -5 Dari hasil perhitungan dengan bantuan etabs v.9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum pada C18 story 1 : Pu = 134892.1 kg Mux = 71153.51 kg.m Muy = 75413.51 kg.m Kolom komposit direncanakan menggunakan profil K588x300x12x20 Bahan : BJ 41 : fy = 2500 kg/cm2 fu = 4100 kg/cm2 Beton : fc’ = 30 Mpa = 300 kg/cm2 4D22
Ø12-250
Gaya pada sayap: Tf = bf x tf x fy = 20.2 x 2.3 x 2500 = 116150 kg Tf > (Pyc – T)/2 sehingga garis netral jatuh pada flens profil Luas flens tertekan:
( Pyc − T ) / 2 98670.53 = = 39.47 cm2 fy 2500 A' 39.47 A' = b.δ ⇒ δ = = = 1.95 cm b 20.2
Gambar 5.7 Penampang Kolom Komposit Zx
= 2x(300x20x284) + 2x(274x12x137) + 4x(274x6x3) + 4x(150x20x75) = 5228640 mm3 = 5228.64 cm3
Zy
= 2x(300x20x290) + 2x(274x12x143) + 4x(268x6x3) + 4x(150x20x75) = 5339664 mm3 = 5339.66 cm3
A' =
Menentukan jarak – jarak dari centroid gaya – gaya yang bekerja: d1 = tb – c = 11 – 2 = 9 cm d2 = δ/2 = 1.95/2 = 0.975 cm d3 = d/2 = 60/2 = 30 cm Perhitungan momen negatif : Mn = T.(d1 + d2) + Pyc.(d3 – d2) = 71908.94 (9 + 0.975) + 269250 (30 – 0.975) = 8532272.93 kg.cm = 85322.73 kg.m Syarat: ΦMn ≥ Mu (Φ = 0.85) 0.85 x 85322.73 ≥ 60448.6 72524.32 ≥ 60448.6 .......Ok!! 5.3.2 Perencanaan balok induk memanjang Balok induk direncanakan menggunakan profil WF 600 x 200 x 13 x 23.
Selubung beton : 750 x 750 mm2 Ac = 750 x 750 = 562500 mm2 fc’ = 30 Mpa Berat jenis beton : w = 2400 kg/m3 Tulangan sengkang terpasang : Ø12 – 250 Tulangan utama : 4 D 22 Ar = 4 x (¼ x π x 222) = 1520.53 mm2 Spasi = 750 – 2x40 – 2x12 – 22 = 624 mm Cek luas penampang minimum profil baja :
As 385 = = 0.068 Ac 5625
=
6.8%
>
4%
.......Ok!! Cek Jarak sengkang: = 250 mm < 2/3 x 750 = 500 mm .......Ok!!
Cek luas tulangan longitudinal : Ast = ¼ x π x 22 2 = 380.13 mm2 > 0.18 x 624 = 112.32 mm2 Cek mutu beton yang digunakan : (fc’ =30 MPa) 21 Mpa ≤ fc’ ≤ 55 Mpa .......Ok!!
KL
BI
KL
Potongan Memanjang
Cek mutu baja tulangan : (fyr = 250 MPa) fyr < 380 Mpa .......Ok!! Modifikasi tegangan leleh untuk kolom komposit Luas total tulangan utama : Aut = Ar = 1520.53 mm2 Luas bersih penampang beton : Acn = Ac – As – Aut = 562500 – 38500 – 1520.53 = 523847.47 mm2
KL BI BI KL
Potongan Melintang
Gambar 5.8 Portal Bangunan Tekuk terhadap sumbu x : Ic = Ix kolom
Ix
GA =
Untuk profil baja berselubung beton : c1 = 0.7 c2 = 0.6 c3 = 0.2
∑ L
kolom
Ix
∑ L
balok
127020 2. 450 = 4.38 = 103000 800
GB = 1 (Kolom dengan perletakan jepit)
Aut A + c 2 . fc' cn As As 1520.53 523847.47 + 0.6 x30 x f my = 250 + 0.7 x 250 x 38500 38500 f my = f y + c1 . f yr
Jenis rangka bergoyang, sehingga nomogram didapatkan nilai: Kcx = 1.65 Lkx = Kcx x L = 1.65 x 450 = 742.5 cm
λx =
= 501.83 MPa
dari
Lkx 742.5 = = 33 cm 22.5 rm
Tekuk terhadap sumbu y : Ic = Iy kolom
Iy
Ec = 0.041xWc
1.5
fc' = 0.041(2400)
1.5
30
= 26403.5 Mpa Es = 2x105 Mpa Em = E + c3 x Ec x (Acn/As) =(2x105)+0.2(26403.5)(523847.47/38500) = 271851.46 Mpa Jari – jari girasi modifikasi (rm) : rm = 0.3 x b = 0.3 x 750 = 225 mm > iy (dipakai rm)
GA =
∑ L
kolom
Ix
∑ L
balok
132585 2. 450 = 1.2 = 103000 103000 + 700 300
GB = 1 (Kolom dengan perletakan jepit) Jenis rangka bergoyang, sehingga nomogram didapatkan nilai: Kcy = 1.35 Lky = Kcy x L = 1.35 x 450 = 607.5 cm
Lky 607.5 = = 27 cm 22.5 rm λ = λx = 33 cm (Menentukan !)
λy =
λc =
λ π
501.83 fmy 33 = = 0.45 Em π 271851.46
dari
Termasuk kolom menengah karena 0.25 < λc < 1.2, sehingga :
Berat jenis beton : w = 2400 kg/m3
w=
Tulangan sengkang terpasang : Ø12 – 250 Tulangan utama : 4 D 22 Ar = 4 x (¼ x π x 222) = 1520.53 mm2 Spasi = 750 – 2x40 – 2x12 – 22 = 624 mm
kg/cm2
Cek luas penampang minimum profil baja :
1.43 1.43 = = 1.102 1.6 − 0.67λc 1.6 − 0.67(0.45) fmy 501.83 fcr = = = 455.4 MPa = 4554 w 1.102
Kuat nominal kolom komposit : Pn = As x fcr = 385 x 4554 = 1753290 kg Kuat rencana kolom komposit : Øc x Pn = 0.85 x 1753290 = 1490296.5 kg Syarat : Pu < Øc x Pn
134892.1 < 1490296.5.......Ok!! 5.4.2 Kolom Lantai 6 - 10 Dari hasil perhitungan dengan bantuan etabs v.9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum pada C4 story 6 : Pu = 32689.66 kg Mux = 29457.45 kg.m Muy = 44734.19 kg.m
Kolom komposit direncanakan menggunakan profil K500x200x10x16 Bahan : BJ 41 : fy = 2500 kg/cm2 fu = 4100 kg/cm2 Beton : fc’ = 30 Mpa = 300 kg/cm2 4D22
Ø12-250
Gambar 5.9 Penampang Kolom Komposit Zx
Zy
= 2x(200x16x242) + 2x(234x10x117) + 4x(234x5x2.5) + 4x(100x16x50) = 2428060 mm3 = 2428.06 cm3
= 2x(200x16x247) + 2x(234x10x122) + 4x(229x5x2.5) + 4x(100x16x50) = 2483210 mm3 = 2483.21 cm3 Selubung beton : 750 x 750 mm2 Ac = 750 x 750 = 562500 mm2 fc’ = 30 Mpa
As 228.4 = = 0.0406 = 4.06% > 4% Ac 5625 .......Ok!! Cek Jarak sengkang: = 250 mm < 2/3 x 750 = 500 mm .......Ok!! Cek luas tulangan longitudinal : Ast = ¼ x π x 22 2 = 380.13 mm2 > 0.18 x 624 = 112.32 mm2 Cek mutu beton yang digunakan : (fc’ =30 MPa) 21 Mpa ≤ fc’ ≤ 55 Mpa .......Ok!! Cek mutu baja tulangan : (fyr = 250 MPa) fyr < 380 Mpa .......Ok!! Modifikasi tegangan leleh untuk kolom komposit Luas total tulangan utama : Aut = Ar = 1520.53 mm2 Luas bersih penampang beton : Acn = Ac – As – Aut = 562500 – 22840 – 1520.53 = 538139.47 mm2 Untuk profil baja berselubung beton : c1 = 0.7 c2 = 0.6 c3 = 0.2
Aut A + c 2 . fc' cn As As 1520.53 538139.47 = 250 + 0.7 x 250 x + 0.6 x30 x 22840 22840
f my = f y + c1 . f yr f my
= 685.75 MPa
Ec = 0.041xWc1.5 fc' = 0.041(2400)1.5 30
= 26403.5 Mpa Es = 2x105 Mpa Em = E + c3 x Ec x (Acn/As) = (2x105) 0.2(26403.5)(538139.47/22840) = 324420 Mpa
Ix
+
Jari – jari girasi modifikasi (rm) : rm = 0.3 x b = 0.3 x 750 = 225 mm > iy (dipakai rm)
K2 K2
GB =
kolom
Ix ∑ L balok
49940 127020 + 450 450 = 3.05 = 103000 800
Jenis rangka bergoyang, sehingga nomogram didapatkan nilai: Kcx = 1.68 Lkx = Kcx x L = 1.68 x 450 = 756 cm
dari
Lkx 756 = = 33.6 22.5 rm
λx =
BI
∑ L
BI
K1
Tekuk terhadap sumbu y : Ic = Iy kolom
Iy
∑ L
Potongan Memanjang
GA = K2 K2
kolom
Ix
∑ L
BI BI
K1
balok
Iy
Potongan Melintang
GB =
Gambar 5.10 Portal Bangunan KL1 : K 588x300x12x20 Ix = 127020 cm4 ix = 18.16 cm Iy = 132585 cm4 iy = 18.16 cm As = 385 cm2 KL2 : K 500x200x10x16 Ix = 49940 cm4 ix = 14.79 cm Iy = 52189 cm4 iy = 15.17 cm As = 228.4 cm2 BL : WF 600x200x13x23 Ix = 103000 cm4 Tekuk terhadap sumbu x : Ic = Ix kolom
Ix
GA =
∑ L
kolom
Ix
∑ L
balok
49940 2. 450 = 1.72 = 103000 800
∑ L
kolom
Ix ∑ L balok
52189 2. 450 = 1.57 = 103000 700 52189 132585 + 450 450 = 2.8 = 103000 700
Jenis rangka bergoyang, sehingga nomogram didapatkan nilai: Kcy = 1.65 Lky = Kcy x L = 1.65 x 450 = 742.5 cm
dari
Lky 742.5 = = 33 22.5 rm λ = λx = 33.6 (Menentukan !)
λy =
λc =
λ π
fmy 33.6 685.75 = = 0.49 324420 Em π
Termasuk kolom menengah karena 0.25 < λc < 1.2, sehingga :
w=
1.43 1.43 = = 1.6 − 0.67λc 1.6 − 0.67(0.49)
1.125
fcr =
fmy 685.75 = = 609.55 MPa = 6095.5 w 1.125
kg/cm2 Kuat nominal kolom komposit : Pn = As x fcr = 228.4 x 6095.5 = 1392212.2kg
Kuat rencana kolom komposit : Øc x Pn = 0.85 x 1392212.2 = 1183380.37 kg
6.4 Sambungan Balok Induk Memanjang dengan Kolom Lantai 1 – 5 Kolom K 588x300x12x20
Syarat : Pu < Øc x Pn
Potongan Profil WF400x400x45x70 Potongan Profil WF 400x400x30x50
32689.66 < 1183380.37
Baut Ø33
94
.......Ok!!
Baut Ø33
Balok Induk WF 600x200x13x23 Balok Induk WF 600x200x13x23
157 94
Profil L 100x100x10
BAB VI PERENCANAAN SAMBUNGAN
Baut Ø22
40
Baut Ø22
Profil L 100x100x10
600
80 80 80 40
Potongan Profil WF 400x400x45x70
400
94 157
6.1 Sambungan Balok Anak Lantai (BL1) dengan Balok Induk Balok Induk WF 600x200x13x23
Pelat Lantai 110
Baut Ø16
Baut Ø33 Potongan Profil WF 400x400x30x50
Pelat Lantai 110
Baut Ø16
Profil L 70x70x7
Profil L 70x70x7
Baut Ø33 94
35
35
60
60
35
35
Balok Anak Lantai WF 400x200x7x11
Gambar 6.6 Sambungan Balok Induk Memanjang dengan Kolom Lantai 1 – 5
Balok Anak Lantai WF 400x200x7x11
6.5 Sambungan Balok Induk Melintang dengan Kolom Lantai 6 – 10
Balok Induk WF 600x200x13x23
Gambar 6.1 Sambungan Balok Anak Lantai dengan Balok Induk
Kolom K 500x200x10x16
Potongan Profil WF 400x400x45x70 Potongan Profil WF 400x400x45x70
Baut Ø33
94
6.2 Sambungan Balok Anak Atap (BA1) dengan Balok Induk
Baut Ø33
107
Balok Induk WF 600x200x13x23 Balok Induk WF 600x200x13x23
107
94 Profil L 100x100x10 Baut Ø22
Balok Induk WF 600x200x13x23
Pelat Lantai 110
Profil L 100x100x10
600
40
Pelat Lantai
Baut Ø22
80 80
110
40
Baut Ø16
Baut Ø16
Profil L 70x70x7
Profil L 70x70x7 35
35
60
60
35
35
Balok Anak Atap WF 400x200x7x11
Potongan Profil WF 400x400x45x70
400
94 107
107
Balok Anak Atap WF 400x200x7x11 Baut Ø33 Baut Ø33
94
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Balok Induk WF 600x200x13x23
Gambar 6.2 Sambungan Balok Anak Atap dengan Balok Induk 6.3 Sambungan Balok Induk Melintang dengan Kolom Lantai 1 – 5 Kolom K 588x300x12x20
Gambar 6.8 Sambungan Balok Induk Melintang dengan Kolom Lantai 6 – 10 6.6 Sambungan Balok Induk Memanjang dengan Kolom Lantai 6 – 10
Profil T 400x400x45x70 Potongan Profil WF 400x400x45x70
Baut Ø33
94 Baut Ø33
107
Balok Induk WF 600x200x13x23
Kolom K 588x300x12x20
Balok Induk WF 600x200x13x23
107
94 Profil L 100x100x10 Baut Ø22
40
Potongan Profil WF400x400x45x70
Baut Ø22
Profil L 100x100x10
Potongan Profil WF 400x400x30x50
600
80
Baut Ø33
94 Baut Ø33
80
Balok Induk WF 600x200x13x23
80
Balok Induk WF 600x200x13x23
157
40 94
Profil L 100x100x10
Profil T 400x400x45x70 Baut Ø22
400
94 107
40
Baut Ø22
Profil L 100x100x10
600
80 80
107
80 40
Baut Ø33 Baut Ø33
94
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Potongan Profil WF 400x400x45x70
400
94 157
Gambar 6.4 Sambungan Balok Induk Melintang dengan Kolom Lantai 1 - 5
Baut Ø33 Baut Ø33
94 Potongan Profil WF 400x400x30x50
Gambar 6.10 Sambungan Balok Induk Memanjang dengan Kolom Lantai 6 – 10
6.7 Sambungan Antar Kolom Lantai 1 - 5
Gambar 6.11 Sambungan Antar Kolom Lt.1 – 5 6.8 Sambungan Antar Kolom Lantai 6 - 10
6.9 Sambungan Antar Kolom Lantai 5 & 6
Gambar 6.13 Sambungan Antar Kolom Lantai 5 & 6 6.10 Sambungan Kolom dengan Base Plate Sengkang Ø12-200
4Ø22 Tebal base plate = 25mm
85.0
75.0
KC588x300x12x20
Angkur Ø25 F
F
75.0 85.0 KC588x300x12x20 4Ø22 Kolom beton 750x750
Tebal base plate = 25mm Angkur Ø25 Sengkang Ø12-200
Potongan F-F
Gambar 6.16 Sambungan Kolom dengan Base Plate
Gambar 6.12 Sambungan Antar Kolom Lt.6 10
Pondasi Interior 2 (P3)
BAB VII PERENCANAAN PONDASI
A
Bending momen ultimate = 25.5 tm Direncanakan menggunakan tiang pancang diameter 60 cm dengan kedalaman 12.5 m 7.2 Perancangan Poer A
D22 - 200
D22 - 200
D28 - 200
A
D22 - 200
D22 - 200
D22 - 200
D28 - 200 Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr
Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr
D28 - 200
Pot. A - A
D28 - 200
Pot. B - B
Pondasi Interior 1 (P2) A
D28 - 200
B D22 - 200
B
D22 - 100
D28 - 100
A
D22 - 200
D22 - 100
D22 - 100
D22 - 200
D28 - 100
D28 - 200 Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr
D28 - 100
Pot. A - A
D28 - 150
D28 - 100
A
D22 - 150
D22 - 100
D22 - 100
D22 - 150
D28 - 100
D28 - 150 Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr
D28 - 100
D28 - 150
Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr
Pot. A - A
Pot. B - B
8.1 Kesimpulan Dari hasil analisa dan perhitungan pada tugas akhir ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
B
D28 - 200
D22 - 200
B
D22 - 100
BAB VIII PENUTUP
Pondasi Tepi (P1) B
B D22 - 150
7.1 Perencanaan Pondasi Gedung Pondasi gedung rumah sakit ini menggunakan pondasi tiang pancang produksi PT Wika dengan spesifikasi sebagai berikut : Diameter = 600 mm Tebal = 100 mm Kelas = A1 Allowable axial = 252.7 ton Bending momen crack = 17 tm
D28 - 200
Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr
Pot. B - B
1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder terlebih dahulu seperti perhitungan tangga, pelat lantai, dan balok anak terhadap beban-beban yang bekerja baik beban mati, beban hidup maupun beban terpusat. 2. Dilakukan kontrol terhadap balok utama pada kondisi sebelum komposit dan kondisi setelah komposit. Kontrol yang dilakukan meliputi : kontrol lendutan, kontrol penampang (local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser. 3. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom komposit yang meliputi kontrol luas minimum beton pada kolom komposit, perhitungan kuat tekan aksial kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan kontrol kombinasi aksial dan lentur. 4. Rigid connection digunakan untuk sambungan antara balok-kolom. Simple connection digunakan pada sambungan balok anak dengan balok induk. 5. Dimensi – dimensi dari struktu yang diganakan adalah sebagai berikut : • Dimensi kolom : Beton : 750 mm x 750 mm Profil : K 588 x 300 x 12 x20 K 500 x 200 x 10 x 16 • Profil balok induk : WF 600 x 200 x 13 x 23 • Profil balok anak atap :
BA1 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BA2 : WF 500 x 200 x 9 x 14 • Profil balok anak lantai : BL1 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BL2 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BL3 : WF 350 x 250 x 9 x 14 • Profil balok lift : BF1 : WF 350 x 175 x 7 x 11 BF2 : WF 350 x 250 x 9 x 14 BF3 : WF 300 x 150 x 5.5 x 8 • Profil balok tangga : Utama : WF 200 x 150 x 6 x 9 Penumpu : WF 250 x 125 x 5 x 8
6. Struktur bangunan bawah menggunakan pondasi dalam berupa tiang pancang berdiameter 60cm sedalam 12.5 meter. 8.2 Saran Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA Amon, Rene., Bruce Knobloch., dan Atanu Mazumder. 1999. Perencanaan Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan Arsitek 2. Jakarta : PT. Pradinya Paramita. Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Bandung : BSN. Badan Standarisasi Nasional. 2000. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-17292000). Bandung : BSN. Bowles, Joseph E. 1991. Analisis dan Desain Pondasi Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung (PPIUG) 1983. Jakarta : DPU. Marwan dan Isdarmanu. 2006. Buku Ajar : Struktur Baja I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS. McCormac, Jack C. 1995. Structural Steel Design LRFD Method Second Edition. United States of Amerika : Harper Collins College Publishers. Purwono, Rachmat., Tavio., Iswandi Imran., dan I Gusti Putu Raka. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-28472002) Dilengkapi Penjelasan. Surabaya : itspress. Salmon, Charles G., dan John E. Johnson. 1991. Struktur Baja : Desain dan Perilaku Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03 – 1729 – 2002). Jakarta : Erlangga. Smith, J C. 1996. Structural Steel Design LRFD Approach Second Edition. United States of Amerika : John Wiley & Sons, Inc. Suprobo, Priyo. 2000. Desain Balok Komposit Baja – Beton. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS. Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS. Widiarsa, Ida Bagus Rai., dan Putu Deskarta. 2007. Kuat Geser Baja Komposit Dengan Variasi Tinggi Penghubung Geser Tipe-T Ditinjau Dari Uji Geser Murni. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 11, No 1.