MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM PADA BALOK ANAK Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Anggry Malada. : 3108 100 648 : Teknik Sipil : 1. Data Iranata, ST, MT, Ph.D 2. Dr. Ir Hidayat Soegihardjo.
gedung ini akan direncanakan ulang di wilayah gempa tinggi (wilayah 5) yaitu daerah Kupang Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan system ganda Rangka Bresing Konsentrik Biasa (SRBKB) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Perencanaan yang dilakukan di sini meliputi : perencanaan pelat lantai ruangan dan atap , tangga, lift, balok anak, balok induk, bracing , kolom dan pondasi. Peraturan yang dipakai SNI 1729-2002 dan PPIUG 1983. Analisa dan dimensi struktur menggunakan alat bantu software ETABS 9.7.2. Kata kunci : Castellated, Sistem Ganda PENDAHULUAN
ABSTRAK Surabaya merupakan kota metropolitan kedua setelah Jakarta sehingga banyak gedung bertingkat bermunculan. Hal ini juga didukung oleh lahan kosong yang semakin sempit dan didukung oleh kemajuan teknologi terutama bidang konstruksi. Untuk membangun suatu gedung bertingkat dibutuhkan waktu cukup lama. Dengan adanya teknologi yang ada saat ini, kontraktor hanya memilih bahan mana yang lebih cepat penyelesaiannya, ekonomis, dan kuat untuk struktur utama gedung tersebut. Karena semakin tinggi gedung tersebut semakin lama pengerjaannya dan mahal. Oleh karena itu, struktur utama yang paling sering digunakan untuk gedung tingkat tinggi adalah baja profil castellated. Keuntungan dari baja profil castellated adalah ringan, murah,. Namun material ini juga memiliki keterbatasan yaitu pada kemampuannya menerima gaya-gaya lateral . Hal ini disebabkan kekakuan strukturnya tidak lebih baik dibanding beton. Dalam pelaksanaannya, material baja memerlukan sambungan pada joint pertemuan antara kolom dan baloknya sehingga joint-joint tersebut merupakan titik rawan dalam menerima gaya-gaya lateral. Oleh karena itu, profil castelated hanya digunakan pada balok anak dan ditambahkan bracing sebagai pengaku untuk mengurangi kelemahan tersebut. Dalam tugas akhir ini membahas perencanaan ulang Gedung PT. Perusahaan Gas Negara dengan struktur utama baja solid dan konstruksi balok anak menggunakan Hexagonal Castellated Beam . Perencanaan
1.1 Latar belakang Dewasa ini konstruksi baja merupakan suatu Alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini dikarenakan material baja mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan bahan konstruksi yang lain. Seperti sifat baja dengan berat sendiri yang ringan dan proses pengerjaan yang relatif lebih cepat. Kebanyakan struktur bangunan dengan material baja menggunakan profil baja solid. Profil solid ini sudah digunakan sejak awal perkembangan era struktur baja. Seiring dengan perkembangannya dan mulai ditemukanya profil castellated, penggunaan profil baja mulai lebih beragam. Tetapi dibandingkan dengan profil baja solid. profil Castellated bisa menjadi solusi praktis dalam pengerjaan konstruksi, karena karakteristiknya yang cukup menguntungkan. Castellated adalah profil baja I, H, atau U yang kemudian pada bagian badannya dipotong memanjang dengan pola zig-zag. Kemudian bentuk dasar baja diubah dengan cara menggeser atau membalik setengah bagian profil baja yang telah dipotong. Penyambungan setengah bagian profil dengan cara dilas pada bagian ‘gigi-gigi’nya. Sehingga terbentuk profil baru dengan lubang berbentuk segi enam (hexagonal), segi delapan (octogonal), dan lingkaran (circular) (Grűnbauer, 2001). Castellated Beam dianalogikan sebagai Vierendeel truss yang dihasilkan dengan cara menambah lebar balok menjadi lebih tinggi (H). (Megharief, 1997).
Profil Castellated mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah (Megharief, 1997) : 1. Mempunyai momen inersia dan modulus section yang lebih besar sehingga lebih kuat dan kaku bila dibandingkan dengan profil asalnya. 2. Mampu memikul momen lebih besar dengan tegangan ijin yang lebih kecil. 3. Bahannya ringan, kuat, serta mudah dipasang. 4. mengurangi biaya erection (pengangkatan). Profil Castellated juga mempunyai beberapa kelemahan (Megharief, 1997) : 1. Kurang tahan api. Sehingga harus ditambah dengan lapisan tahan api 20% lebih tebal agar mencapai ketahanan yang sama dengan profil awalnya. 2. Kurang kuat menerima gaya lateral. 3. Kurang kuat dalam menerima gaya geser Dalam laporan tugas akhir ini, akan dibahas tentang Perencanaan Gedung PT.Perusahaan Gas Negara Surabaya dari struktur beton bertulang menjadi struktur baja.. Pada akhirnya studi perencanaan ini diharapkan akan bermanfaat untuk menambah referensi bagi perencana yang berminat menggunakan material baja castellated karena dalam pemilihan tipe struktur dan material tidak hanya dituntut dalam segi kekuatan menerima beban. Tetapi harus memiliki daya guna dan hasil guna yang seimbang. 1.2 Permasalahan Selain kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, struktur baja juga memiliki kekurangan. Pemasangan sambungan pada joint-joint bangunan berstruktur baja menyebabkan struktur menjadi kurang kaku sehingga rawan terhadap gaya-gaya lateral yang disebabkan oleh angin maupun gempa. Oleh karena itu, struktur ini harus direncanakan dengan Sistem Rangka Pemikul Momen. Beberapa permasalahan detail adalah sebagai berikut.:
1. Bagaimana menentukan Preliminary design penampang profil baja castellated . 2. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat, balok anak dan tangga. 3. Bagaimana menghitung pembebanan setelah adanya modifikasi. 4. Bagaimana memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu SAP 2000. 5. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom. 6. Bagaimana merencanakan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability). 7. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan dalam bentuk gambar teknik. 1.3 Tujuan Tujuan yang ditinjau dalam modifikasi Perencanaan Struktur Struktur Gedung PT Perusahaan Gas Negara Surabaya , antara lain : 1. Dapat menentukan Preliminary design penampang profil baja castellated . 2. Dapat merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat, balok anak, lift, dan tangga. 3. Dapat menghitung pembebanan setelah adanya modifikasi. 4. Dapat memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS. 5. Dapat merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom. 6. Dapat merencanakan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability). 7. Dapat menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan dalam bentuk gambar teknik. 1.4 Batasan masalah Batasan masalah dalam modifikasi Perencanaan Struktur Gedung PT Perusahaan Gas Negara Surabaya , antara lain : 1. Desain dan evaluasi struktur mengacu pada SNI-03-1729-2002
2. Pembebanan dihitung berdasarkan UBC 1997. 3. Beban gempa dihitung berdasarkan SNI – 03 – 1726 – 2002. 4. Perencanaan gedung ini dimaksudkan sebagai bahan studi dan bukan sebagai value engineering, sehingga tidak mempertimbangkan aspek ekonomi gedung. 5. Perhitungan struktur pondasi hanya pada kolom eksterior dan interior dengan beban terbesar. 6. Tidak membahas detail metode pelaksanaan.
1.5 Manfaat Manfaat yang bisa didapatkan dari perancangan ini adalah : 1. Hasil perencanaan ini dapat dijadikan acuan untuk perencanaan gedung meggunakan hexagonal casttelated beam . 2. Dari Perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat perancangan sehingga kegagalan struktur bisa diminimalisi.
2.2
Profil Baja Solid. Profil solid adalah profil yang mempunyai penampang utuh di sepanjang batangnya. Profil ini beredar luas di pasaran dan dapat di aplikasikan untuk konstruksi balok kolom pada gedung, konstruksi jembatan, plat girder jembatan , Mezzanin pada pabrik, dan lain sebagainya. Berikut Ini adalah contoh beberapa Profil baja solid yang beredar di pasaran
2.3
Profil Baja Castellated Beam Profil Castellated adalah suatu profil wide flange yang ditingkatkan kekuatan lenturnya dengan memperpanjang kearah satu sama lainnya dan dilas sepanjang komponen yang diperpanjang (Grűnbauer,2001). Profil Castellated beam ini mempunyai tinggi lebih besar 50% lebih besar dari profil awalnya sehingga dengan sendirinya kemampuan lenturnya menjadi lebih tinggi terutama momen inersia (Ix) , section modulus (Zx).
TINJAUAN PUSTAKA
0,5*(H-d) d 0,5*(H-d)
2.1. Umum Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang penting. Sifat-sifatnya yang terutama penting dalam penggunaan dibandingkan terhadap bahan lain yang tersedia dan sifat ductility. Ductility adalah kemampuan untuk berdeformasi secara nyata baik dalam tegangan maupun regangan sebelum terjadi kegagalan (Salmon, 1992). Dalam satu abad belakangan ini, desain struktur baja semakin berkembang pesat. Salah satunya adalah dengan ditemukannya profil baja wide flange varian baru oleh Geofrey Murray Boyd (1930) yang pada waktu itu diberi nama Boyd beam dan sekarang lebih dikenal dengan sebutan castellated beam. Setelah saat itu, terdapat berbagai macam variasi penggunaan profil dalam suatu konstruksi baik itu konstruksi dengan castellated beam , konstruksi dengan profil solid, atau gabungan kedua-duanya.
0,5d
0,5d 0,5d 0,5*(H-d)
DS (2d)
0,5*(H-d)
2.3.2
Keuntungan dari pemakain Profil Castellated. Profil Castellated mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah (Grűnbauer, 2001 ) : a. Mempunyai momen inersia dan modulus section yang lebih besar sehingga lebih kuat dan kaku bila dibandingkan dengan profil asalnya. b. Mampu memikul momen lebih besar dengan tegangan ijin yang lebih kecil. c. Bahannya ringan, kuat, serta mudah dipasang. d. mengurangi biaya erection (pengangkatan).
2.3.3
Kerugian pemakaian Profil Castellated. Profil Castellated juga mempunyai beberapa kelemahan (Grűnbauer, 2001) : a. Kurang tahan api. Sehingga harus ditambah dengan lapisan tahan api 20% lebih tebal agar mencapai ketahanan yang sama dengan profil awalnya. b. Kurang kuat menerima gaya lateral. c. Kurang kuat dalam menerima gaya geser.
Gambar 0.1 Profil Castelated.
2.3.1
Proses Pembuatan Profil Castellated Beam. Proses pembuatan profil castellated beam (Grűnbauer, 2001) diuraikan sebagai berikut : Profil dibuat di secara hot rolled (Cetakan Panas) dengan bentuk profil H atau U. Setelah terbentuk profil H atau U , kemudian di potong dengan pola potongan zig zag. Setelah itu, hasil potongan tersebut digeser atau dibalik dimana ujung atas kanan di las dengan ujung bawah kiri dan sebaliknya sehingga lubang yang ada berbentuk segi enam (hexagonal).
Gambar 0.2 Pembuatan Castellated Beam.
METODOLOGI 3.1 Diagram alur perencanaan Metoda penyelesaian ini tergambar dalam flow chart dibawah ini
Gambar 0.3 Flowchart Metode Studi
STRUKTUR SEKUNDER 4.1 Perencanaan Balok Anak Castellated 4.1.1 Perencanaan Balok Anak Lantai Kantor Profil WF 400 x 200 x 8 x 13 Mutu baja : fy = 240 Mpa = 2400 kg/cm2 (BJ 37) d = 400 mm w = 66,03 kg/m tw = 8 mm r = 16 mm bf = 200 mm tf = 13 mm Profil WF 400 x 200 x 8 x 13 akan modifikasi menjadi profil Hexagonal Castellated dengan asumsi sebagai berikut : K1 = 1,25 φ = 60o
b
h
d
e
dan sebelum
dt
Dimana K = Perbandingan tinggi Sesudah castellated castellated. φ = Sudut Pada Lubang Hexagonal Castellated
s
a0 h0
dg
3.2 . Data Bangunan Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT Perusahaan Gas Negara akan dimodifikasi dan dirancang kembali dengan Menggunakan Sistem Rangka Bracing Konsentrik Khusus dengan wilayah gempa 5 yaitu di kota Kupang . Persyaratan tata letak struktur : Type bangunan : Gedung perkantoran Letak bangunan : Jauh dari pantai Zone gempa : Zone 5 (Kupang NTT) Tinggi bangunan : 38,85 m Jumlah lantai : 10 lantai Struktur bangunan : Beton bertulang dengan atap pelat beton dan konstruksiibaja (Existing) : Pondasi Tiang Pancang Struktur pondasi : 30 Mpa Mutu beton (f’c) Mutu baja Tulangan (fy): BJ TD 400 Mpa BJ TP 240 Mpa Mutu baja Profil (fy) : 240 Mpa (BJ 37)
Gambar 0.4 Pembuatan Hexagonal Castellated Beam. h dg
= d(K1 – 1) =d+h
b
=
dT
= st =
e
ao ho
= 400(1,25 – 1) = 100 mm = 400 +100 = 500 mm
h tgφ
= =
dg 2
-h
500 − 100 2
= 150 mm = 2*h = 2*(100) = 200 mm = 2*b + e = 2*(57,735)+ 200 = 315,470 mm = 2*h = e
100 tg 60°
= 57,735 mm
= 200 mm Sehingga profil wide flange menjadi profil castellated dengan data – data sebagai berikut : Profil castellated 500 x 200 x 8 x 13 (Gambar 4.9) = 500 mm dg ho = 200 mm = 8 mm tw ao = 315,470 m bf = 200 mm r = 16 mm tf = 13 mm a. Kontrol Penampang Pelat sayap :
200 bf = = 7,692 2 × 13 2tf 170 170 λp = = = 10,973 fy 240
Pelat badan pada bagian lubang:
dT 150 = = 18,75 tw 8 365 365 = = 23,561 λp = fy 240
λ=
λ < λp
= Mp – Fy*∆As
Mp ∆As
= Fy*Zx = 240 * 1715552 = 411 732 480 N.mm = hotw = 200 * 8 = 1600 mm2
Mn
= 411 732 480 – (240)( 1600)
penampang kompak ... (O.K)
∅Mn
Pelat badan pada bagian tanpa lubang :
∅Mn
λ=
500-2(13 + 16) h = = 55,250 tw 8
λp =
1680 1680 = = 108,444 fy 240
λ < λp
penampang kompak ... (O.K)
Mn = Mp Mp = fy*Zx = (240)*(1715552) = 411 732 480 N.mm ∅Mn = 0,9(411 732 480) = 370 559 232 N.mm ∅Mn ≥ Mu = 269 463 211 N.mm ... O.K
ho + e 4
Mn
λ=
λ < λp
penampang kompak ... (O.K)
200 + 0 4
= 392 532 480 N.mm = 0,9*392 532 480 = 353 279 232 N. mm ≥ Mu =269 463 211 N.mm ... O.K
Kontrol Lateral Buckling pada bagian lubang: 2
a0 ∆As 1 − * <1 Lb t w * (d + 2b f ) 2
315,4701 1600 1 − 750 * 8 * (500 + 2 * 200) < 1 0,821792 < 1 … Tidak terjadi Lateral Buckling
b.Kontrol Kuat Geser
d g − 2t f tw
1365 = fy
= 2400 * 0,8 *
500 − 2(13) = 59,25 8 d − 2t f 1365
µ
=
240
= 88,11 →
tw
≤
1365 ….. O.K fy
d − 2t f 1100 1100 1100 = 71,00 → ≤ = ….. O.K tw fy fy 240 2 Vn ≤ × V p 3 ao = 315,470 mm ho = 200 mm
ao ho
=
Vp
= fy . tw *
=
= 2,10
6+µ 6 +0 = = 0,64 ≤ 1.0 … O.K ν + 3 2,1 + 3
Vn
ao 6ho + ho d g 6* 200 = 1,577 + 500
= 3,98 ≤ 5,6 (balok non komposit) … O.K Bottom dan top tee : = fy *tw *
dt 3
6+µ ⋅ Vpt ν+ 3
=
6 +0 *(16627,69 ) 2,1 + 3
2 3
= 21239,839 kg ≤ *V p = 36 950,42 kg
3
=
=
= 10619,919 kg = Σ Vnt = 2*(10619,919 )
50
= 55 425,63 kg
Vpt
ao st 315, 470 = 150
V
315,470 = 1,577 ≤ 3.0 …. O.K 200 dg
= (2400)*(0,8)
po
= 0 dan
Vnt
3
15 = 16 627,69 kg 3
φVn
= 0,9* (21239,839) = 19115,861 kg ≥ Vu = 11054,9 kg … OK
c. Persamaan Interaksi : 3
3
3
M u Vu 26946,3211 11054,9 + ≤1,0 + 35327,932 19115,86 φM n φVn 1,0 = 0,64 ≤ 1.0 … OK d.Kontrol jarak antar lubang : S = 2*(b+e) = 2*(57,74 +200) = 515,48 mm
3
≤
S ≥ ho = 200 mm … O.K
STRUKTUR PRIMER
11054,9 Vu (0, 9)(36950, 42 ) φVp S ≥ ao = 315,47 Vu 11054,9 1− 1 − (0,9)(36950, 42 ) φ Vp = 134,675 mm … O.K e.Kontrol Lendutan :
L 360 9750 = 360
δ'
=
I
= 27,083 mm = I lubang = 374057216,00 mm4
δ'
5.1 Pembebanan. - Eksentrisitas Rencana. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps. 5.4.3, bahwa antara pusat massa dan dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed sebagai berikut, − Untuk 0 < e ≤ 0,3 b, maka : ed = 1,5 e + 0,05 b atau ed = e – 0,05 b dipilih nilai yang terbesar dari keduanya − Untuk e > 0,3 b, maka : ed = 1,33 e + 0,1 b atau ed = 1,17 e – 0,1 b dipilih nilai yang terbesar dari keduanya Dan dari hasil analisa ETABS v9.7.2 didapat nilai Tabel 0.1
4
=
5 qL * 384 EI x
Pusat Massa (Center of mass/ CM) dan Pusat Kekakuan (Center of Rigidity/CR) Hasil dari ETABS 9.7.2
4
5*(1670, 06 /1000) *9750 384* 2*105 *374057216, 00 = 26,27 mm < δ ' =27,083 mm... O.K
=
Story
Diaphragm
Koordinat Pusat Massa
Koordinat Pusat Kekakuan
Ex
Ey
XCCM
YCCM
STORY1
D1
28.68
6.48
XCR 27.22
YCR 7.48
STORY2
D2
30.75
0.73
0.50
6.42
28.07
7.47
1.34
0.53
7.47
STORY3
D3
28.45
6.61
29.41
0.96
0.43
STORY4
D4
28.60
6.58
30.24
7.47
1.64
0.44
STORY5
D5
28.68
6.56
30.73
7.46
2.05
0.45
7.46
STORY6
D6
28.76
6.54
31.07
2.32
0.46
STORY7
D7
28.76
6.54
31.23
7.45
2.47
0.46
STORY8
D8
28.76
6.54
31.29
7.45
2.53
0.45
STORY9
D9
28.75
6.54
31.29
7.44
2.55
0.45
6.57
31.28
7.44
2.56
0.43
STORY10
D10
28.72
Berdasar rumus diatas, maka nilai ed untuk masing – masing arah dapat dihitung dengan cara dibawah ini dan hasil perhitungannya selanjutnya akan ditabelkan sebagai berikut, Tabel 0.2
Exentrisitas Disain Eksentrisitas Disain
Story
Diaphragm
1,5 e
0.05b
edx
edy
edx
edy
Koordinat X
Koordinat Y
STORY1
D1
1.10
0.75
2.34
0.49
30.66
8.71
STORY2
D2
2.01
0.79
2.34
0.49
32.42
8.75
STORY3
D3
1.43
0.65
2.34
0.49
33.18
8.60
STORY4
D4
2.45
0.67
2.34
0.49
35.03
8.62
STORY5
D5
3.08
0.68
2.34
0.49
36.15
8.63
STORY6
D6
3.47
0.69
2.34
0.49
36.89
8.63
0.49
37.27
8.63
0.49
37.42
8.62
0.49
37.45
8.60
0.49
37.47
8.57
STORY7 STORY8 STORY9 STORY10
D7 D8 D9 D10
3.71 3.79 3.82 3.85
0.69 0.68 0.67 0.65
2.34 2.34 2.34 2.34
ex = ( xccm − xcr ) e y = ( yccm − ycr ) Dimana kedua nilai diatas diambil harga mutlaknya, sehingga edx = 1,5 ex + 0,05 b edy = 1,5 ey + 0,05 L maka didapatkan suatu titik koordinat pusat massa, yaitu koordinat x = xcr + edx koordinat y = ycr + edy Setelah koordinat pusat massa diperoleh, maka massa dari tiap – tiap lantai diletakkan pada titik koordinat tersebut, kemudian dilakukan analisa kembali.
Gambar 0.5 Pusat massa dan Pusat kekakuan pada gedung . Kontrol Distribusi Gaya yang Diterima Bracing dan Rangka Perhitungan distribusi beban lateral menggunakana kombinasi pembebanan gempa ke arah X dan Y . Beban lateral di distribusikan ke bresing yang nilai gaya dalam aksialnya merupakan hasil keluaran program ETABS 9.7.2 . Lalu di analis sejauh mana efektifitas bresing dalam memikul gaya lateral melalui diagram vektor gaya yang telah ditranformasikan sesuai dengan sudut bresing terpasang. Hasil analisa tersebut di sampaikan pada tabel dibawah ini sebagai berikut : Berdasarkan hasil dibawah ini maka memenuhi persyaratan dari Dual system dimana Penempatan Bracing didalam struktur dual system bracing tarik harus menerima gaya geser sekurang kurangnya 30 % dari gaya geser total tetapi tidak boleh lebih dari 70% (SNI 03-1729-2002 Ps 15.12.2.3 tentang Perencanaan Bangunan Baja).
Tabel 0.3
Gempa Y
-
Gaya Geser Pada Bracing dan Rangka arah Y.
Lantai
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Diafragma
D10
D9
D8
D7
D6
D5
D4
D3
D2
D1
Fy (ton)
52.52
50.77
31.76
19.88
15.8
17.4
21.43
22.82
16.43
14.36
Kontrol Partisipasi Massa Menurut SNI 1726 ps 7.2.1, bahwa perhitungan respon dinamik struktur harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respon total harus sekurang-kurangnya 90%. Dalam hal ini digunakan bantuan program ETABS 9.7.1 untuk mengeluarkan output partisipasi massa seperti pada tabel berikut :
H (ton)
52.52
103.3
135.1
154.9
170.7
188.1
209.6
232.4
248.8
263.2
α
42.71
39.37
39.37
39.37
39.37
39.37
39.37
39.37
35.67
35.67
Η x cos α
38.59
79.85
104.4
119.8
132
145.4
162
179.6
202.1
213.8
Bidang AS 1
Bresing
D2
D2
D2
D2
D2
D2
D2
D2
D2
D2
P (Ton)
9.9
21.19
29.81
35.97
42.67
44.57
52.5
58.79
59.67
33.33
Mode
Period
UX
UY
UZ
SumUX
Bidang AS 7
Bresing
D5
D5
D5
D5
D5
D5
D5
D5
D5
D5
1
1.236754
0.05
70.9078
0
0.05
70.9078
P (Ton)
11.41
23.53
31.77
36.97
42.17
44.92
51.25
51.25
59.67
45.53
2
1.030438
73.5167
0.1041
0
73.5667
71.0119
Jumlah Presentase (%)
21.31
44.72
61.58
72.94
84.84
89.49
103.8
110
119.3
78.86
3
0.797175
0.6538
1.1742
0
74.2206
72.1861
55.2
56
59
60.9
64.3
61.5
64
61.3
59
36.9
4
0.389976
0.0057
15.6605
0
74.2263
87.8466
Status
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
5
0.339244
14.566
0.0151
0
88.7923
87.8616
6
0.255564
0.0973
0.3675
0
88.8896
88.2291
7
0.207494
0.0007
4.7191
0
88.8902
92.9482
8
0.186228
4.5774
0.0039
0
93.4676
92.9521
Tabel 0.4
Gempa X
Tabel 0.5
Gaya Geser Pada Bracing dan Rangka arah X.
Hasil dari modal participating mass ratios SumUY
9
0.144737
0.0074
2.2941
0
93.475
95.2462
Lantai
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
10
0.135322
0.0024
0.2155
0
93.4774
95.4618
Diafragma
D10
D9
D8
D7
D6
D5
D4
D3
D2
D1
11
0.13017
2.3866
0.0021
0
95.8641
95.4639
Fy (ton)
53.93
58.43
40.86
30.05
24.13
22.96
23.44
22.85
16.17
18.99
12
0.10987
0.0015
1.5367
0
95.8655
97.0006
H (ton)
53.93
112.4
153.2
183.3
207.4
230.4
253.8
276.7
292.8
311.8
α
40.87
37.5
37.5
37.5
37.5
37.5
37.5
37.5
33.9
33.9
Η x cos α
40.78
89.14
121.6
145.4
164.5
182.8
201.4
219.5
243
258.8
Bidang AS A
Bresing
D9
D9
D9
D9
D9
D9
D9
D9
D9
D9
P (Ton)
9.36
22.95
33.63
41.95
50.6
53.28
61.47
69.11
66.46
48.8
Bidang AS D'
Bresing
D7
D7
D7
D7
D7
D7
D7
D7
D7
D7
P (Ton)
10.54
25.09
36.25
44.88
53.76
56.51
64.87
72.68
69.66
51.31
Jumlah Presentase (%)
19.9
48.04
69.88
86.83
104.4
56.51
126.3
141.8
136.1
100.1
48.8
53.9
57.5
59.7
63.4
30.9
62.7
64.6
56
38.7
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
Status
Sehingga dari tabel di atas menunjukkan bahwa dengan 8 mode sudah mampu memenuhi syarat partisipasi massa sesuai SNI 1726 ps 7.2.1. -
Kontrol Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental (T) Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur gedung harus dibatasi. Dengan nilai ζ dari Tabel 8 SNI 03-17262002 dan n adalah jumlah lantai dari gedung yang akan ditinjau, maka kontrol waktu getar alami fundamental (T) menjadi: T<ζn Untuk WG 5 maka nilai
ζ = 0,16 dan nilai n = 10. Dari hasil analisa ETABS 9.7.2 didapat waktu getar seperti dibawah ini. (tabel 5.8) Ragam pertama ….…….…..OK! T1 = 1,236≈ (0,16 × 10) = 1,6 detik Sehingga, beradasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung masih memenuhi batas kontrol waktu getar alami. -
Tabel 0.7
Kontrol Nilai Akhir Respon Spektrum Berdasarkan SNI 03–1726–2002 Ps. 7.1.3, nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan sebagai Vdinamik ≥ 0,8 Vstatik Maka dari base reactions gempa dinamik (respon spektrum), hasil analisis struktur menggunakan program ETABS 9.7.1 didapat : Tabel 0.6
VRagam−1 =
StepType
FX
FY
Text
Text
Text
Kgf
Kgf
Gempa -Y
Lin Resp Spec
Max
Period
1
1.236754
2
1.030438
3
0.797175
4
0.389976
5
0.339244
6
0.255564
7
0.207494
8
0.186228
9
0.144737
10
0.135322
11
0.13017
12
0.10987
C .I W R.
(SNI 03–1726–2002 Ps.7.1.3 persamaan 31)
Dimana W adalah berat total bangunan yang merupakan berat total beban mati akibat berat sendiri gedung dan beban hidup yang direduksi sehingga tinggal 30 %. (faktor reduksi beban hidup untuk peninjauan gempa gedung Perkantoran tabel 3.3 PPIUG’1983). Perhitungan berat tiap lantai dapat dilihat pada lampiran dan rekapitulasi berat total bangunan dapat dilihat pada tabel 5.5.
Base Reactions CaseType
Mode
Gaya geser dasar gempa statik dihitung sebagai berikut :
Base shear respon spektrum
OutputCase
Waktu Getar pada Ragam 1 Hasil Analisa ETABS 9.7.2
191 566,46
•
Gempa geser dasar nominal sebagai respons ragam 1 V1:
VRagam−1 =
C .I W R.
Dengan : T1 = 1,236 detik (tabel5.10)
C I R W VRagam 1 80% VRagam 1 •
=
0, 5 T 1.
= 0,404 = 1 ( Perkantoran) = 6,5 (Dual System SRPMK dan SRBKB ) = 3 593 244,54 kg 0, 404 *1 = * 3593244,54 6,5. = 223 491,03 kg = 223 491,03 *0,8 = 178 792,82 kg
Kontrol : Vx ETABS > 80% VRagam 1 191 566,46 kg > 178 792,82 kg …OK Sehingga nilai akhir respon spektrum memenuhi persyaratan SNI 1726 ps 7.1.3. -
Kontrol Kinerja Struktur Gedung Menurut SNI 1726 ps 8, terdiri dari 2 macam, yaitu : • Kinerja Batas Layan (SNI 1726 ps 8.1) Simpangan antar tingkat harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa rencana, untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang 0,03 x berlebihan. Simpangan yang terjadi tidak boleh melampaui R tinggi tingkat atau 30 mm, bergantung yang mana yang nilainya kecil. (SNI 03–1726–2002 Ps. 8.1.2)
Analisa ∆s akibat gempa arah x
Tabel 0.8
Maka nilai C (Gambar 5.2 Grafik nilai C-T zona gempa 5 tanah sedang)
mm
Syarat Drift ∆ S antar tingkat 0,03 Keterangan ∆s < × h, Drift ∆ S R di ( mm ) antar tingkat atau 30 mm
39.5 35 31 27 23 19 15 11 7 3.5
34.76842 31.95449 28.85553 25.31387 21.47747 17.41756 13.3913 9.273704 5.195434 2.004846
Ouput ETABS Tingkat Bangunan atap Lt.9 Lt.8 Lt.7 Lt.6 Lt.5 Lt.4 Lt.3 Lt.2 Lt.1
Tinggi Zi Case
RSP-X
Tabel 0.9
2.81 3.10 3.54 3.84 4.06 4.03 4.12 4.08 3.19 2.00
atap Lt.9 Lt.8 Lt.7 Lt.6 Lt.5 Lt.4 Lt.3 Lt.2 Lt.1
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
Analisa ∆m akibat gempa arah x Syarat Drift ∆ M antar tingkat
Ouput ETABS Tingkat Bangunan
20.77 18.46 18.46 18.46 18.46 18.46 18.46 18.46 16.15 16.15
Case
Drift ∆ M antar tingkat
RSP-X
12.80 14.10 16.11 17.46 18.47 18.32 18.74 18.56 14.52 9.12
0,7 R ∆s Keterangan faktorskala 90.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 70.00 70.00
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
Tabel 0.10
Analisa ∆s akibat gempa arah Y Syarat Drift ∆ S antar tingkat
Ouput ETABS Tingkat Bangunan atap Lt.9 Lt.8 Lt.7 Lt.6 Lt.5 Lt.4 Lt.3 Lt.2 Lt.1
Case
RSP-Y
Tinggi Zi mm 39.5 35 31 27 23 19 15 11 7 3.5
Tabel 0.11
di ( mm ) 52.15509 47.04221 41.78563 36.04534 30.0295 23.83799 17.86286 11.87923 6.184009 2.211387
Drift ∆ S antar tingkat 5.11 5.26 5.74 6.02 6.19 5.98 5.98 5.70 3.97 2.21
Keterangan
20.77 18.46 18.46 18.46 18.46 18.46 18.46 18.46 16.15 16.15
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
Analisa ∆m akibat gempa arah Y
Ouput ETABS Tingkat Bangunan atap Lt.9 Lt.8 Lt.7 Lt.6 Lt.5 Lt.4 Lt.3 Lt.2 Lt.1
0, 03 × h, R atau 30 mm ∆s <
Case
RSP-Y
Drift ∆ M antar tingkat 23.26 23.92 26.12 27.37 28.17 27.19 27.23 25.91 18.08 10.06
Diambil gaya-gaya maksimum tekan yang terjadi pada pengaku pada lantai 2, frame D7 Kombinasi pembebanan 1,2D+1L+1Qy Pu = - 94 540 kg ( tekan ) Mu 3-3 = 346 kg.m Mu 2-2= 176 kg.m Kelangsingan penampang bresing Seismic Provisions For Structural Steel Building Sec.14.2; Ordinary Concentrically Braced Frame :
Syarat Drift ∆ M antar tingkat Keterangan 0,7 R ∆s faktorskala 90.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 70.00 70.00
5.2 Kontrol Bracing Tengah Bresing menggunakan profil kotak 200x200x12 mm Dengan parameter profil sebagai berikut : A = 84,05 cm2 Iy=Ix = 4729,7 cm4 ry=rx = 7,502 cm Sy=Sx = 472,97 cm3 Zy=Zx = 575,54 cm3 L = 600 cm fy = 240 Mpa ; Fu = 370 Mpa
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
kc.L ≤ 4* r
E fy
1 * 600 2000000 ≤ 4* 7,502 2400
79,98 < 115, 47 . Penampang Kompak -
Kuat Aksial Bresing . Tekuk arah x K L λrx = λry = c rx 1 * 600 = 7,502
,2005
= 79,97
λc
= 1 * L * fy π r E
2400 = 1 * 600 * π 7,502 2000000 = 0,8819 0,25< λc <1,2 maka 1, 43 ω = 1, 6 − 0, 67 * λc 1, 43 = 1, 6 − 0, 67 * 0,8819 = 1,4171
fy
Nn
= Ag .
ϕ .N n
2400 1, 417 = 142 267 kg = 0,85 * 142 267 kg
ω
= 84, 05.
.
0,8 ϕ .N n *
-
d 200 = = 16, 67 t 12 290 λr = = 18, 71 fy
λf =
= 0,8 *120 927 kg = 96 7416 > Pu = 94 540 kg …..OK *SNI 03-2002- Pasal 15.2.2.2
Kuat Lentur Bresing Bresing direncanakan dapat memikul lentur kearah bidang bresing atau kearah sumbu lemahnya agar pada saat gempa terjadi , proses rotasi inelastis pada ujung-ujung batang (sambungan) dapat terjadi. Kelangsingan penampang Tabel 15.7.1 SNI 1729-2002:
Mn
ϕ .M n
-
………….. λ f < λr
→ OK
= Zx * fx =575,54 * 2400 = 1381296 kg.cm = 13812,96 kg.m = 0,9 *Mn =0,9 * 13812,96 kg.m = 12 432 kg.m > 346 kg.m … Ok
Interaksi Lentur Aksial . Nn = 94540 96798 θ Nn = 0,781 Nn > 0,2 maka (SNI 03-1729-2002 Ps 7.4.3.3) :
θ Nn
Nn 8 Mux Muy + * + ≤1 θ Nn 9 θ Mnx θ Mny 94540 8 346 176 + * + ≤1 120927 9 12431, 664 12431, 664
0,819 < 1 … Penampang Kuat menerima Beban 5.3 Perencanaan Balok Induk Lantai Kantor Profil WF 500 x 200 x 10 x 16 d = 500 mm w = 87 kg/m’ tw = 10 mm h = 500 – 2(16 + 20) = 428 mm bf = 200 mm A = 110,80 cm2 tf = 16 mm Zx = 2096,36 cm3
Zy = 331,70 cm3 Sx = 1841,46 cm3 Sy = 213,72 cm3 rx = 20,38 cm ry = 4,39 cm BJ-37 : fy = 2400 kg/cm2 , fu = 3700 kg/cm2 Panjang balok (span) L = 7800 mm = 7,8 m Direncanakan, jarak Shear Conector Praktis = 750 mm • Kontrol Kelangsingan Elemen Balok SRPMK . (Tabel 15.7.1 SNI 031729-2002)
Dimana : λp harus lebih kecil dari λr λp
= bf
λp
= 6,25 = 135
2tf = 200 2 *16
fy = 135 240
= 8,714 λp < λr .... Penampang Tidak Langsing. • Kontrol Jarak Pengaku Lateral Elemen Balok SRPMK . (SNI 031729-2002 Ps 15.7.8)
Jarak antara daerah yang tidak terkekang arah lateralnya 17500 * ry tidak boleh kurang dari fy Diketahui : Jarak pengaku lateral λb = 750 mm (jarak shear Conector Praktis)
λb < 17500 * ry fy 17500 * 44 750 < 240 750 mm < 3202,45 mm... OK • Kontrol Kekuatan Penampang Tekuk Lokal : Untuk Sayap Untuk Badan h 1680 bf 170 ≤ ≤ tw 2tf fy fy 200 170 428 1680 ≤ ≤ 2 *16 10 240 240 6,25 < 10,97 ...OK 42,8 < 108,44 ...OK Profil penampang kompak, sehingga Mnx = Mpx Menghitung momen nominal Mp = fy*Zx = 2400*2096,36 = 5031264 kg.cm φ .Mn = 0,9*5031264 = 4528137,6 kgcm φ .Mn ≥ Mu = 3179825,65 kgcm ........ OK Tekuk Lateral : Dimana :
Modulus Elastisitas : E = 200 000 Mpa. :G = 80 000 Mpa. Modulus Geser Untuk arah X λb = 75 cm (jarak Shear Conector Praktis) λp = 1.76 ∗ ry E fy
= 1.76 ∗ 4,39 * 2000000 2400
= 223,14 cm λb < λp maka termasuk kategori bentang pendek. Menghitung momen nominal Mp = fy*Zx = 2400*2096,36 = 5031264 kg.cm φ .Mn = 0,9*5031264 = 4528137,6 kgcm φ .Mn ≥ Mu = 3179825,65 kgcm ........ OK • Kontrol Geser Kuat geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan (tw) h 1100 → 428 1100 ≤ ≤ tw 10 fy 240 → plastis 42,8 ≤ 71, 00469 Vn = 0,6.fy.Aw = 0,6.2400 (50*1) = 72 000 kg Syarat : ΦVn ≥ Vu 0,9. 72000 kg ≥ 26 209 kg (hasil analisa SAP2000)
64 800 kg ≥ 26 209 kg ........ OK
• Kontrol Interaksi Geser & Lentur (SNI 03-1729-2002 Ps 8.9.3) Mu Vu + 0,625 * < 1,375 θ * Mn θ *Vn 31,7983 26,208 + 0,625 * < 1,375 45,281 64.80 0,955 < 1,375 … ok •
Kontrol Lendutan.
Untuk balok menerus , defleksi pertengahan bentang pada situasi biasa dari suatu pembebanan merata pada suatu batang
prismatic dengan momen momen ujung yang tidak sama (Lihat Gambar 5.6) dapat dinyatakan sebagai : 5 L2 • ∆ max = ∗ [( Ms − 0,1 * ( Ma + Mb ) ] 48 EI MS = 1449570,504 kg.cm ( Momen Tengah Bentang) = 2901206,412 kg.cm (Momen ujung terkecil) Ma Mb = 2510929,96 kg.cm (Momen Ujung terbesar) Lendutan Ijin Lx δ ijin = 360 780 = 360 = 2,2 cm Lendutan Terjadi 5 * L2 δ = * [Ms − 0,1 * ( M 1 + M 2) ] 48 * E * Ix 5 * 780 2 = 48 * 2.10 6 * 46036,55
* [1449570,504 − 0,1* (2901206,412 + 2510929,96)] 0,98 cm < lendutan ijin = 0,98 cm < 2, 2cm ….. (OK)
=
2.4
L balok = 9.75 m WF 500 200 Ix = 47 800
Kontrol Dimensi Kolom utamaKuat rencana kolom :
Penentuan faktor panjang tekuk(kc) pada komponen struktur tekan dihitung sebagai berikut :
cm4
Daya dukung nominal struktur tekan diperoleh : fy 240 φ N n = As = 458 * 1, 069 ω Nn = 1 027 123,63 kg = 1027,123 Ton * 0,85 = 873,06 Ton Sehingga : Nu < øNn 653,58 Ton < 873,06 Ton .... (memenuhi) i.
Interaksi Aksial-Momen
Nu 653,58 = = 0,75 > 0,2 .... (persamaan interaksi ke-2) ϕ N n 873, 06 Gambar 0.6
Posisi Kolom Terhadap Balok
Data kolom dan balok yang ditinjau : - Profil K1 dan K2 : L kolom = 3.5 m Ix = 205 418 ,93 cm4 ix = 21.19cm Iy = 205 418 ,93 cm4 iy = 21.19 cm - Data balok (B1) yang ditunjau : L balok = 7.8 m WF 500 200 Ix = 47 800 cm4 - Data balok (B2) yang ditunjau : L balok = 10.4 m WF 500 200 Ix = 47 800 cm4 Data balok (B3) yang ditunjau :
M uy Pu 8 M ux + + φPn 9 φb M nx φb M ny
≤ 1,0
Dengan = 0,9 (faktor reduksi kekuatan struktur lentur) øb Ø = 0,85(faktor reduksi kekuatan struktur tekan tekan) Untuk komponen struktur bergoyang, momen lentur terfaktor (Mu) dihitung sebagai berikut : Terhadap sumbu x : M u = (σ b * M ntx ) + (σ s * M ltx ) Terhadap sumbu y : M u = (σ b * M ntx ) + (σ s * M ltx ) Kontrol Interaksi “balok kolom” :
641,93 31, 20 11, 76 8 + + × ≤ 1, 0 873, 06 158,9 158,9 9 Hasil interaksi adalah = 0,98 < 1,00 berarti kolom kuat memikul beban tekan dan lentur
2.5 Kontrol Persyaratan Strong Column Weak Beam (SCWB). Untuk menjamin perilaku daktail pada struktur balok kolom, maka persyaratan Strong Column Weak Beam (SCWB) dalam SNI 03-1729-2002- PS 15.7.6 harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :
∑M ∑M Mv
* pc * pb
> 1.0
(a)
Gambar 0.8
= Vu Beam * (Sn +dcol/2)
Distribusi Gaya Geser Vu
Dimana Vu Beam didapat dari (Gambar 5.22) Vu Beam =
Gambar 0.7
Gaya-gaya pada joint balok kolom
2 * (1,1R y * M p ) Lh
+ Vgravity
Subtitusikan kedalam persamaan (b) ΣMpb = Σ(Mpr +Mv) = 8301585,6 + 2 868 882,616 kg.cm = 11170468,22 kg.cm Subtitusikan kedalam persamaan (a) ∑ M *pc > 1.0 ∑ M *pb 2 * M pc >1 11170468,22
1170468,22 2
M pc
=
P Z c * fy c − u Ag
= 5585234,1 kg.cm
468505,7 = 5585234,1 kg.cm Z c * 2400 − 458
Zx =
5585234,1 = 4055,9119 cm3 (Zx minimum kolom) 1377,06
Digunakan kolom Cross H 700 300 13 24 (Zx WF = 6248,79 cm3) untuk lantai 1-5
2.6 Kontrol Tebal Panel Zone .
fy tp Mf
Rv
φRv Ru
= mutu baja Psi = tebal panel zone in =Momen pada muka kolom yang didapat dari proyeksi momen di sendi plastis pada muka kolom (lb.in). 3 * 30 * 2,4 2 = 0,6 * 2400 * 70 * 1,31 + 50 * 70 * 1 , 3 = 342 420,476 lb = 0,9 *342 420,476 lb = 308 178 ,43 lb = ΣM f (d b − t fb )
= Vbalok * ( X − 0,5dkolom)
(19,68 − 0,63) 2 * 40984 ,037 * (35 / 2,54) = (19,68 − 0,63)
Gambar 0.9
Distribusi Gaya Pada Panel Zone
Dimana Ru < φRv Dengan : φ = 0,9 Rv Ru
3b t 2 = 0,6 * fy * dc * tp1 + c f cf db dct p Σ M f = Dalam satuan imperial lb-in. (d b − t fb )
Dimana : dc = tinggi profil kolom = tinggi balok db = lebar kolom bcf tcf = tebal sayap kolom
in in in in
Dalam satuan imperial lb-in.
= 59 290,358 lb Ru < φRv … OK. Kontrol panel zone minimum (SNI 03-2739-2002 Ps.15.7.3.2) d + wz t > z 90 dimana : = Tinggi daerah panel diantara panel terusan dz = 50 cm wz = lebar daerah panel diantara sayap kolom = 70-(2*(2,4+2,8) = 56,56 cm d + wz 1,3 > z 90 1,3
> 50 + 56,56 90
1,3
> 1,184 cm
PENUTUP 6.1. 1.
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan antara lain : Dilakukan perhitungan struktur sekunder terlebih dahulu seperti perhitungan tangga, pelat lantai, dan balok anak terhadap bebanbeban yang bekerja baik beban mati, beban hidup maupun beban terpusat. Mutu Analisa balok Castellated Beam dihitung terhadap kontrol penampang (local buckling dan lateral buckling), kontrol geser dan kontrol lendutan . Prinsip dasar bahwa struktur sekunder menjadi beban pada struktur utama yang bekerja pada pusat massa gedung tiap lantai dengan besar beban sesuai dengan wilayah gempa, tipe struktur tersebut. Setelah itu dilakukan analisa struktur utama dengan bantuan program yaitu ETABS 9.7.2 Dilakukan kontrol terhadap balok utama dengan anggapan balok menerima beban dari struktur sekunder yang harus dilakukan kontrol meliputi : kontrol lendutan, kontrol penampang (local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom King Cross yang meliputi kontrol penampang, perhitungan kuat tekan aksial kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan kontrolkombinasi tekan aksial dan lentur. Dilakukan Kontrol terhadap bresing dengan asumsi bahwa bracing harus daktail dan sambungan bresung tidak boleh gagal lebih dahulu sebelum bresing leleh. Extended End Plate Momen Conection adalah tipe sambungan balok yang cocok untuk jenis bangunan baja seperti ini. Selain
9.
10.
11.
12. 13.
6.2
memiliki kekakuan yang lebih stabil juga lebih mudah dalam pelaksanaan di lapangan. Balok induk melintang dan memanjang untuk lantai parkir dan kantor menggunakan WF 500.200.10 16 sedangkan untuk lantai atap menggunakan WF 450 200 8 13. Balok anak menggunakan Hexagonal Castellated Beam dsebgaai berikut : o Lantai Parkir : Cast 562,5 x 200x 9 x 14 o Lantai Kantor : Cast 500 x 200 x8 x 13 o Lantai Atap : Cast 437,5 x 175 x 7 x 11. Bresing Menggunakan Profil HSS 200 x 200 x 12 untuk sisi tengah gedung , sedangkan untuk bagina belakang dan depan menggunakan HSS 180 x 180 x 12. Kolom lantai 1-5 menggunakan kolom Cross H 700.300.13.24. sedangkan lantai 6-10 menggunakan Cross H 600.200.11.17. Pondasi yang digunakan memakai tiang pancang diameter 50 cm dengan kedalaman 25 m.
SARAN.
Beberapa Saran yang dapat diajukan untuk pengembangan selajutnya : 1. Perlu study lebih lanjut mengenai perilaku castellated beam terhadap beban lateral atau gempa kuat. 2. Melakukan pemilihan lokasi dan tipe bresing yang akan dipasang untuk masing-masing tipe struktur agar dapat diketahui bresing yang seperti apa yang cocok untuk masing-masing struktur. 3. Melakukan pengujian laboratorium untuk spesifikasi sambungan agar dapat lebih menjamin skenario leleh yang diharapkan terjadi. 4. Menggunakan nilai overstrength berdasarkan nilai gaya dalam hasil analisis sehingga skenario kelelehan lebih terjamin.
Journal of Science and Technology Transaction B-Engineering; 32(B2):153-156, “Lateral -Torsional Buckling of Castellated Beams”, 2008, Iranian Journal. DAFTAR PUSTAKA AISC 2010,AISC/ANSI 360-05, Specification for Structural Steel Buildings,American Institute of Steel Construction,Inc.,Chicago,IL. AISC 2005,AISC/ANSI 341-05, Seismic Provisions for Structural Steel Buildings,American Institute of Steel Construction,Inc.,Chicago,IL. AISC Steel Design Guide 4 Extended end plate moment Conection for Seismic and wind Aplication . ,American Institute of Steel Construction,Inc.,Chicago,IL. Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03 –1729 2002.Tata Cara Perencaaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Bandung : Departemen Pekerjaan Umum Badan Standartisasi Nasional. 2002. SNI 03 –2847 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bandung: Departemen Pekerjaan Umum
Journal of Structural Engineering, Volume 118, No 12, “Proposed Spesification for Structural Steel Beams with Web Openings”, December 1992, ASCE. Jounal of Structural Engineering, Volume 124, issue 10, pages 12021207, “Castellated Beam Web Buckling in Shear”, October 1998, ASCE. L. Amayreh and M. P. Saka, 2005, “Failure Load Prediction of Castellated Beams Using Artificial Neural Networks”, Department of Civil Engineering, University of Bahrain, Bahrain. Marwan and Isdarmanu, 2006, “Struktur Baja 1”, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Purwono, R. 2007. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Edisi ke 3. Surabaya : Penerbit ITSPress. Qiang Li, Guo dan Jin Jun Li. 2007. Advanced Analysis and Design of Steel Frames. England : Penerbit John Wiley & Sons LTD.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03 –1726 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Bandung: Departemen Pekerjaan Umum
RSSC (2010), Specification for Structural Joints Using ASTM A325 and A490 Bolts, ResearchCouncil on Structural Connections,Chicago,IL.
Bowles, J.E . 1988. Analisis Dan Desain Pondasi Edisi 4. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Salmon, CG and John Johnson . 1992. Struktur Baja Desain dan Perilaku Edisi 1. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Grunbauer. 2001 . Castellated Beam. http://.grunbauer.n.
Suyono. 2010 .Dominasi Geser Pada Web Balok Baja Berlubang. http://syont.wordpress.com.
Megharief, Jihad Dokali. 1997 . Behavior of composite Casttelated Beam. Canada : McGill University.