UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN MODEL KETERAMPILAN INFORMASI DAN LITERASI DALAM PEMANFAATAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DENGAN SOFT SYSTEM METHODOLOGY
KARYA AKHIR
IVAN ANDRIYANA 1106121843
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2013
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN MODEL KETERAMPILAN INFORMASI DAN LITERASI DALAM PEMANFAATAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DENGAN SOFT SYSTEM METHODOLOGY
KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi
IVAN ANDRIYANA 1106121843
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2013
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Ivan Andriyana
NPM
: 1106121843
Tanda Tangan : Tanggal
: 21 Januari 2012
ii
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Akhir ini diajukan oleh:
Nama : Ivan Andriyana NPM : 1106121843 Program Studi : Magister Teknologi Informasi Judul Karya Akhir : Perancangan Model Keterampilan Informasi Dan Literasi Dalam Pemanfaatan Internet Pada Pembelajaran Di Sekolah Dengan Soft System Methodology Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal
: 21 Januari 2013
iii
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Raab-ku yang maha segalanya atas segala limpahan berkah rahmat, hidayah, kekuatan, kesabaran dan lindungan yang diberikanNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Suatu kehormatan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Kementrian Komunikasi dan Informasi atas bantuan bea siswa yang diberikan, sehinga peneliti mendapatkan kesempatan meneruskan pendidikan S2 di Fasilkom MTI-UI Jakarta. 2. Dosen Pembimbing Karya Akhir, Bapak Rizal Fathoni Aji, M.Kom atas semua bimbingan, curahan perhatian dan arahan, sehingga Karya Akhir ini dapat diselesaikan. 3. Para penguji Karya Akhir, Bapak Dr. Achmad Nizar Hidayanto dan Dr. Indra Budi. 4. Bapak Riri Satria, S.Kom, MM, ACP yang sudah memperkenalkan soft System Methodology (SSM), Bapak Dana Indra S, Ph.D dan Dr. Eko. K Budiarjo yang telah memvalidasi model dalam penelitian ini. 5. Seluruh dosen-dosen, staf dan seluruh civitas akademika Fasilkom MTI-UI Jakarta. 6. Bapak Dr. Andi Usman, Dr. Syahwani Umar dan Dr. Dede Suratman (Universitas Tanjungpura), beserta para guru dan pengawas di lingkungan Dindik Pontianak yang beserta peneliti berdiskusi dalam penelitian ini. Bapak Dr. Robinson Situmorang (Universitas Negeri Jakarta) atas saran dan kritik atas model dan saran tindak dalam penelitian ini. 7. Rekan-rekan guru di SMK Negeri 7, tim ICT, Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Pontianak. 8. Semua rekan-rekan para pejuang GCIO angkatan 2011 MTI-UI atas semangat, kekeluargaan, keceriaan dan suka dukanya selama ini. Karya akhir ini dipersembahkan untuk yang tercinta dan tersayang istri Risa Haridza dan anak-anakku Maiza Almira Riana dan Lubna Hadya Rivana. Serta yang terhormat kedua orang tua H. Endang Ruhiyat (alm) dan Hj. Utin Djamilah, kedua mertua Zaenal, S.Pd dan Idayana, S.Pd, semua tante dan om, adik-adik dan kakak atas segala doa, motivasi, dukungan moril dan materiil selama ini. Semoga karya akhir ini menjadi sesuatu yang dapat memberikan manfaat dan berguna di kemudian harinya. Amiin YRA.
Salemba, Januari 2013 iv
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya
: Ivan Andriyana : 1106121843 : Magister Teknologi Informasi :: Ilmu Komputer : Karya Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusice Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PERANCANGAN MODEL KETERAMPILAN INFORMASI DAN LITERASI DALAM PEMANFAATAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DENGAN SOFT SYSTEM METHODOLOGY Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat, dan mempublikasikan karya akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Pada tanggal
v
: Jakarta : 21 Januari 2013
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
ABSTRAK Nama : Ivan Andriyana Program Studi : Magister Teknologi Informasi Judul : Perancangan Model Keterampilan Informasi Dan Literasi Dalam Pemanfaatan Internet Pada Pembelajaran Di Sekolah Dengan Soft System Methodology Dewasa ini internet telah menjadi bagian dari proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan segala keunggulan yang dimiliki, internet memberikan peluang untuk membantu proses pembelajaran. Salah satu kendala dalam mengintegrasikan internet dengan pembelajaran di sekolah dalam lingkungan Dinas Pendidikan Kota Pontianak adalah, belum adanya sebuah model yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang bisa digunakan dalam mengintegrasi internet dalam proses pembelajaran adalah Model Keterampilan Informasi dan Literasi (Information/Literacy Skills Model). Sebuah model yang membantu peserta didik dalam menemukan informasi-informasi berharga dalam internet guna membantunya dalam memecahkan masalah pembelajaran di dalam kelas. Metodelogi yang digunakan untuk merancang model ini adalah Soft Sistem Metodology (SSM). Melalui tahapan-tahapan yang ada dalam Soft System Methodology (SSM), diharapkan dapat dihasilkan sebuah model keterampilan Informasi dan literasi yang dapat digunakan secara optimal dalam proses pembelajaran semua sekolah menengah di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Pontianak.
Kata kunci
: Soft System Methodology (SSM), Information/Literacy Skills Model, Pembelajaran dengan Internet, : x + 114 halaman; 11 gambar; 7 tabel
vi
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
ABSTRACT
Study Program : Master of Information Technology Title : Designing of Information Literacy Skills Model being Utilized to the Internet on Learning at Schools With Soft Systems Methodology
Today the internet has become part of the learning process in the classroom. With all the advantages possessed, the internet provides an opportunity to help the learning process. One of the obstacles in integrating the Internet with learning in schools in the Education Department Pontianak is, the lack of an appropriate model for use in the learning process. The model that can be used to integrate the Internet in the learning process is a Information Literacy Skills Model. The model helps students in finding valuable information on the internet in order to help in solving the problem of learning in the classroom. Methodology used to design this model is the Soft Systems Methodology (SSM). Through the stages in the Soft Systems Methodology (SSM), are expected to be produced a model of literacy skills and information that can be used optimally in the process of learning all the high schools in the Education Office of Pontianak.
Keywords: Soft Systems Methodology (SSM), Information / Literacy Skills Model, Learning with the Internet, x + 114 pages, 11 drawings and 7 tables
vii
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................iii KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................................ v ABSTRAK ................................................................................................................vi DAFTAR ISI .............................................................................................................vii DAFTAR TABEL ......................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x BAB 1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
PENDAHULUAN .................................................................................... 1 Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1 Perumusan Masalah ................................................................................... 4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 13
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 14 2.1. Model Penggalian Informasi (Information Skills Model) ....................... 14 2.2. Metode Blended Learning dalam Pembelajaran berbasis Teknlogi ........ 16 2.3. Internet .................................................................................................... 18 2.4. Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran ............................................. 19 2.5. Pemanfaatan Teknlogi Informasi dalam Pendidikan .............................. 22 2.6. Teori Teknologi Informasi ...................................................................... 25 2.7. Teori Belajar ........................................................................................... 31 5.1.1. Teori Behaviorisme .......................................................................... 31 5.1.2. Teori Konstrukvitisme ...................................................................... 32 5.1.3. Teori Humanisme ............................................................................. 33 5.1.4. Teori Sibernetik ................................................................................ 35 2.8. Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 26 2.8.1. Sam'un Jaja Raharja yang berjudul Analisis Soft System Methodology (SSM) Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai : Studi Pada Sungai Citarum Jawa Barat (FISIP - UNPAD) ............. 36 2.8.2. Glenda Cox : Defining innovation : Using Soft System Methodology to Approach The Complexity of Innovation in Education Technology ...................................................................... 37 2.9. Metodologi .............................................................................................. 39 2.10. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 45 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 47 3.1. Tahapan Penelitian .................................................................................... 47 3.2. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 51 BAB 4. PROFIL ORGANISASI .......................................................................... 52 4.1. Sekilas Tentang Dinas Pendidikan Kota Pontianak .................................. 52 viii
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
4.2. Visi Misi .................................................................................................... 53 4.3. Landasan Formal dan Material .................................................................. 53 4.4. Hubungan Renstra Dinas Pendidikan Kota Pontianak dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ................................................................................. 54 4.5. Susunan Organisasi ................................................................................... 54 BAB 5. PEMBAHASAN ....................................................................................... 63 5.1. Situasi Problematis .................................................................................... 63 5.1.1. Analysis One (The Intervension Itself) ............................................ 63 5.1.2. Analysis Two (Social Analysis) ....................................................... 64 5.1.3. Analysis Three (Political Analysis) ................................................. 64 5.2. Pengambilan Data ...................................................................................... 67 5.3. Rich Picture ............................................................................................... 68 5.4. Root Definition (Definisi Akar) ................................................................. 72 5.5. Analisis CATWOE .................................................................................... 72 5.6. Model Konseptual ..................................................................................... 73 5.7. Validasi Model Ketrampilan Informasi dan Literasi ................................. 77 5.8. Komparasi Model Konseptual dengan Situasi Problematis Dunia Nyata . 81 5.9. Perumusan Saran Tindak .......................................................................... 72 BAB 6. PENUTUP ................................................................................................ 99 6.1. Kesimpulan ................................................................................................ 99 6.2. Saran .......................................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 101 LAMPIRAN
ix
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Daftar Jumlah Peserta Pelatihan Pemanfaatan Internet Tahun 2008 .......... Tabel 1.2 Matrik Hasil Quesioner Guru yang mengikut Pelatihan ICT Dinas Pendidikan Tahun 2008 ............................................................................... Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ......................................................................................... Tabel 5.1 Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Model Keterampilan Informasi Situasi Problematis Dunia Nyata................................................................. Tabel 5.2 Tabel Gap Analysis antar Aktifitas-aktifitas Model Konseptual dan Situasi Problematis Dunia Nyata................................................................. Tabel 5.3 Pembelajaran Membuat Komputer Server (DNS server, Web Server, Mail Server, Database/File Server) ............................................................ Tabel 5.4 Aktifitas Pembelajaran Sesuai Struktur Berfikir Siswa ..............................
x
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
6 4 51 82 91 98 99
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 5.1
RENSTRA KEMENDIKNAS TAHUN 2010-2014 ................ 4 Fishbone Analysis .................................................................... 10 Blended Learning Method ........................................................ 17 SSM Model ............................................................................... 40 Theoritical Framework Penelitian ........................................... 46 Tahapan Penelitian ................................................................... 47 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Pontianak............ 55 Rich Picture Permasalahan Dunia Nyata dalam penggalian Informasi Menggunakan Internet Dalam Proses Pembelajaran 70 Gambar 5.2 Model Konseptual Keterampilan Informasi ............................. 76 Gambar 5.3 Model Konseptual Hasil Validasi ............................................ 82 Gambar 5.4 Model Konseptual Setelah Proses Perbandingan ..................... 94
xi
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan teknologi komputer, maka dunia pendidikan juga tak lepas dari perkembangan tersebut. Secara khusus pengaruhnya akan dirasakan dengan adanya kecendrungan makin bergesernya pendidikan dari sistem yang berorientasi pada guru ke sistem yang berorientasi pada peserta didik. Tumbuhnya sistem pendidikan yang lebih terbuka saat ini, membuka peluang semakin banyaknya pilihan konten-konten sumber belajar yang tersedia dan semakin variatif dalam penggunaannya. Saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia telah memasuki suatu era yang dikenal sebagai era informasi dan komunikasi. Era ini ditandai dengan semakin pesat dan berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di segala bidang. Semua menyebabkan usaha untuk meningkatkan daya serap dalam mengumpulkan, menyimpan, menyajikan bahkan memanipulasi informasi begitu meningkat secara signifikan. Demikian pula dengan hal kecepatan penyajian informasi, keanekaragaman perangkat baik perangkat kerasmaupun perangkat lunak, hingga makin beragam pula cara penyajian dan pilihan informasi hingga kemudahan distribusi topik yang hangat dalam setiap diskusi. Perkembangan yang semakin cepat dan luas ini, juga secara disadari atau tidak,
membawa
semua
elemen
termasuk
di
dunia
pendidikan,
mengakomodasi hal tersebut dunia pendidikan juga dituntut harus memiliki kecepatan adopsi yang sama pula agar dapat menyesuikan diri. Jika tidak, dunia pendidikan tentulah perpeluang untuk menemui resiko akan tertinggal dengan bidang lain, dan bukan tidak mungkin akan kalah dalam persaingan yang sangat ketat saat ini. Dunia pendidikan hendaknya melihat fenomena ini sebagai suatu peluang yang baik untuk terus berusaha untuk membangun Sumber Daya Manusia
1
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
2
(SDM) yang ada. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan hendaklah diarahkan pada usaha-usaha untuk mewujutkan tujuan di atas. Agar semua terlaksana dengan baik usaha tersebut harus dilakukan secara efektif dan efisien, dengan cara memperbaharui kemampuan dan kompetansi SDM yang dimiliki, terutama para guru yang sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan di indonesia, sehingga SDM pendidikan yang ada khususnya para guru, selalu siap dalam menghadapi tantangan, perubahan dan ketatnya persaingan di masa yang akan datang. Seharusnya walaupun wilayah Indonesia yang sangat luas dan tersebar di banyak pulau besar maupun kecil, serta di pisahkan oleh lautan, dengan adanya pertumbuhan TIK saat ini potensi kesenjangan akses dapat direduksi. Karena kecuali pelosok-pelosok daerah yang terpencil, hingga saat ini pemerintah pusat maupun daerah secara signifikan telah melakukan usahausaha untuk mendorong pertumbuhan pemanfaatan TIK. Pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan disadari membutuhkan effort yang tidak sedikit dalam implementasinya. Butuh banyak sekali sumber daya untuk mencapai tingkat kemapanan yang diharapkan, misalkan biaya, waktu, pelatihan, kemauan dan kesempatan belajar, dukungan semua stakeholder dan lain sebagainya. Dalam usaha untuk tidak sekedar
menyederhanakan
permasalahan tersebut di atas, dapat kiranya mulai sekarang para guru minimal harus sudah memulainya dengan menggunakan salah satu aplikasi teknologi informasi yang paling populer saat ini yaitu internet. Karena dengan kepopulerannya saat ini, internet adalah salah satu aplikasi TI yang bisa dikatakan terbesar dan telah diakses dan diadopsi oleh masyarakat. Masyarakat
telah
menggunakan
internet,
dikantor,
lembaga-lembaga
pendidikan, lembaga pemerintahan bahkan di tempat makan sekalipun internet sudah dapat diakses. Ini membuktikan bahwa kenapa perkembangan pengguna internet saat ini pertumbuhannya sangat pesat selain selain teknologi komunikasi seperti handphone atau gadget di Indonesia bahkan di dunia. Dalam penelitiannya, I Made Agus dan Dana.I.Sensuse (2007) berpendapat bahwa satu aplikasi TIK yang saat ini begitu pesat berkembang Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
3
adalah teknologi internet. Internet dapat dirumuskan sebagai sekumpulan besar komputer dalam suatu jaringan yang bergabung secara bersama-sama sehingga banyak pengguna dapat berbagi sumber daya mereka secara luas. Berbagai sumber daya tersebut merupakan konten-konten yang dapat berupa informasi, ide, pendapat, hasil penelitian, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Sehingga hingga saat ini ada sebuah stigma yang berkembang di kalangan masyarakat bahwa di dalam internet kita bisa mendapatkan informasi apa saja yang kita inginkan. Tentunya dalam pengertian yang positif. Oleh sebab itu jika dikaitkan kegiatan pembelajaran dengan pendapat di atas, maka perlu suatu model, metode, alat dan sarana pendukung yang tepat dan memadai untuk memanfaatkan internet dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran yang melibatkan internet dalam proses berlangsung di sekolah menjadi lebih komperehensif dan terukur, sehingga dapat dipertanggungjawabkan serta terjaga keobjektifannya. Seandainya saja situasi dan kondisi di atas oleh para guru dilihat sebagai sebuah peluang dan mereka mengetahui bagaimana cara memanfaatkan internet dalam membantu siswa untuk lebih memahami dan menguasai pelajaran sebagai sebuah target yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Sehingga bukan tidak mungkin kedepannya aplikasi internet ini menjadi salah satu kebutuhan yang yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung kesuksesan proses pembelajaran di sekolah. Selanjutnya dalam proses pembelajaran tersebut, akan tercipta suatu lingkungan belajar yang secara global menempatkan siswa atau guru berada di tengah-tengah proses pembelajaran yang dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik bukan hanya berpatokan pada buku paket sebagai satusatunya sumber belajar. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, para guru selaku variabel terpenting dalam kesuksesan proses pembelajaran di kelas, harus memahami dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam menemukan, menentukan dan menggunakan model, metode serta perangkat yang tepat dan sesuai untuk diterapkan kepada siswa dalam pemanfaatan teknologi internet Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
4
guna
menggali,
mencari
dan
memecahkan
masalah
dalam
proses
pembelajaran tersebut.
1.2 Rumusan Masalahan Dalam Renstra Kemdiknas tahun 2010 – 2014, pendayagunaan TIK yang tertuang dan digunakan untuk menunjang lima misi pendidikan nasional tersebut. Bahkan, TIK untuk pendidikan termasuk dalam salah satu dari sembilan terobosan pendidikan yang berdampak massal, yaitu penerapan TIK secara masal. Untuk mensosialisasikan hal tersebut, kementrian beserta jajaran dan daerah-daerah berusaha terus mendorong hal tersebut agar hingga sekolah sebagai unit pelayanan terakhir dari rangkaian rantai sisitem pendidikan nasional menyadari bahwa TIK memegang peranan penting dalam mendukung layanan pendidikan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini ditampilkan Renstra Kemendiknas tahun 2010-2014. Untuk mengetahui betapa strategisnya TIK dalam kaitannya dengan Sistem Penddiikan di Indonesia.
Gambar 1.1 RENSTRA KEMENDIKNAS TAHUN 2010-2011
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
5
Merujuk pada salah satu arah kebijakan di Renstra Kemendiknas tahun 2010-2014 yaitu "Penguatan dan Perluasan Pemanfaatana TIK" kecendrungan yang harusnya mulai tampak adalah makin tumbuhnya kesadaran sekolahsekolah untuk mencanangkan proses pembelajaran yang di dalamnya melibatkan TIK dalam upayanya memperkuat sistem pembelajaran di sekolah. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dengan segala potensinya yang sangat luar biasa di era informasi dewasa ini adalah merupakan suatu yang nyata. Keberadaan TIK hendaknya dapat menjadi ”enabler”, pendorong (akselerator), dan penguat optimalisasi proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Perwujudan tujuan pembelajaran tersebut harapanya dilalui dengan mendayagunakan dan mengintegrasikan TIK secara holistik (systemic) kedalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pendekatan sistemik ini harus berjalan secara simultan sebagai suatu kesatuan sistem yang terpadu. Berlandas kepada hal tersebut di atas, Pemerintah Dinas Pendidikan Kota Pontianak sebagai stakeholder utama pendorong kemajuan
pendidikan di
daerah menyadari bahwa. Salah satu cara meningkatkan kualiatas layanan pendidikan di Kota Pontianak adalah bagaimana sekolah-sekolah di sini sudah mulai memikirkan sebuah metode, berupa model pembelajaran yang memberikan peluang agar teknologi dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Karena selain sebagai salah satu teknologi yang saat ini perkembangannya sangat cepat diadopsi oleh masyarakat selain Mobile Technology, Internet dengan berbagai manfaaat yang melekat pada dirinya perlu mulai didorong untuk digunakan oleh guru-guru di sekolah sebagai sebuah alternatif bahan ajar serta sarana mencari informasi dan literatur melalui konten-konten yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu Dinas Pendidikan Kota Pontianak saat ini menyadari betapa penting adopsi sebuah teknologi jika dimanfaatkan dengan baik dan maksimal dalam peroses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, Dinas Pendidikan Kota Pontianak beberapa kali telah mengadakan berbagai pelatihan bagi guru-guru dalam kaitannya dengan pengadopsian teknologi. Salah satuanya adalah pelatihan pembuatan bahan ajar berbasis presentasi, serta Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
6
pelatihan pembuatan bahan ajar dan LKS serta pelatihan memanfaatkan intranet dalam pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan di ICT Kota Pontianak dan SMK Negeri 6 Pontianak, Tujuan pelatihan tersebut adalah memberikan
sebuah
kursus
singkat
bagaimana
menggunakan
dan
memanfaatkan aplikasi berbasis office dan Internet dalam proses pembelajaran. Di bawah ini ditampilkan tabel berisikan jumlah guru yang mengikuti dan waktu pelaksanaan pelatihan.
Tabel 1.1 Daftar jumlah peserta pelatihan pemanfaatan internet tahun 2008 No 1 2 3
Pelaksanaan
Jumlah Peserta
24-29 Juni 2008 60 18-21 Desember 2008 100 23-26 Desember 2008 100 Jumlah 260 Sumber : ICT Dinas Pendidikan Kota Pontianak
Pada pelaksanaan, sesaat sebelum melakukan pelatihan, para guru yang diundang pertama diminta untuk mengisi kuisioner untuk mengetahui gambaran umum pengalaman mereka berinteraksi dengan teknologi internet dan aplikasi perkantoran (MS. Office) sebelumnya. Antara lain pertayaa dari kuestioner yang ditanyakan ditampilkan seperti di bawah ini. 1. Apakah selama ini anda pernah menggunakan Internet dalam memberikan materi pelajaran? 2. Apakah anda telah menggunakan aplikasi (misalkan MS Office) dalam membuat dan menyusun bahan ajar dan perangkat-perangkat pembelajaran? 3. Apakah anda bisa membuat email? (jika punya, sebutkan) Dari pertanyaan di atas dilakukan pengolahan terhadap hasil yang di peroleh dari semua jawaban guru-guru yang mengikuti pelatihan yang terangkum pada matrik berikut ini.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
7
Tabel 1.2 Matrik hasil kuisioner guru yang mengikuti pelatihan ICT Dinas Pendidikan Tahun 2008 Pertanyaan 1 No
Pelaksanaan
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Jumlah Peserta
Jlh.yg pernah
%
Jlh (ya)
%
Jlh yg punya
%
1
24-29 Juni 2008
60
15
25 %
30
50%
27
45%
2
18-21 Desember 2008
100
15
15%
20
20%
15
15%
23-26 Desember 2008
100
10
10%
15
15%
10
10%
260
40
15.4%
65
25%
52
20%
3
Jumlah
Sumber : Data olahan
Dari seluruh peserta yang diberikan kuisioner dan menjawab tiga pertanyaan di atas, tampaknya masih sangat sedikit guru-guru yang berinteraksi dan melibatkan teknologi internet dalam proses pembelajaran yaitu hanya 15% atau hanya 40 orang dari keseluruhan peserta yaitu sebayak 260 orang. Dari data di atas juga memperlihatkan bahwa hanya 20% atau hanya 52 orang dari jumlah keseluruhan yaitu 260 orang yang memiliki email. Padahal idealnya jika merujuk pada perkembangan, manfaat dan keunggulan yang dimiliki teknologi internet seperti sekarang ini, semestinya seluruh guru di sekolah harusnya berlomba-lomba beradaptasi dan berusaha mengadopsi teknologi internet ini sebagai salah satu sumber belajar untuk mendapatkan informasi termutakhir, berkomunikasi dengan siswa serta melakukan pengembangan perangkat belajarnya untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif di kelas. Melihat hasil dari data kuesioner di atas teridentifikasi bahwa salah satu problem utama dalam proses pembelajaran di kelas saat ini adalah bahwa proses pembelajaran di dalam kelas, masih terbentur pada sistem pembelajaran sentralistik, dimana ketergantungan kepada guru dalam memberikan materi pembelajaran masih sangat tinggi. Parameter keberhasilan proses pembelajaran hanya bersumber pada metode, teknik, buku paket yang dipilih dan kemampuan personal guru yang bersangkutan. Sehingga kemampuan kognitif Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
8
siswa sangat dipengaruhi oleh apa yang para guru secara pribadi miliki, misalkan penguasaannya terhadap materi, pengalaman dan seberapa dalam penggalian informasi yang mereka lakukan yang hubungannya dengan materi yang diajarkan. Keterlibatan mereka berinteraksi dengan teknologi masih dalam kadar yang minimum. Masih sangat jarang pembelajaran dilakukan dengan melibatkan langsung siswa dalam menggali sendiri informasi yang mereka butuhkan dalam menambah kekayaan intelektual atau dalam memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran. Intensitas hubungan yang terjalin antara guru dan peserta didik baik berupa bimbingan maupun konsultasi masih menggunakan komunikasi secara verbal dan tatap muka (offline). Hal ini adalah salah satu imbas dari masih belum masuknya TIK yang mudah, populer dan kaya akan konten untuk di akses dalam proses pembelajaran yaitu internet.. Melanjutkan dengan apa yang telah disampaikan di atas, permasalahan pada penelitian ini adalah menjawab kondisi dimana situasi problematik yang terjadi di dalam proses pembelajaran dimana belum tercipta suatu interaksi yang harusnya tercipta antara guru, siswa, konten pembelajaran dan internet yang dicoba untuk dilibatkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini sebuah model keterampilan mencarian informasi dan literatur di dalam salah sautu aplikasi TIK yaitu internet dalam pembelajaran. Oleh karena itu, seandainya pada proses pembelajaran tradisional mempunyai banyak pilihan model untuk dipakai, tentu dengan adanya keterlibatan internet sebagai sumber informasi dan literasi
perlu pula mempertimbangkan model yang tepat dalam
implementasinya dalam proses pembelajaran di sekolah. Melihat hal tesebut di atas, menarik untuk diteliti kenapa sebagian besar guru peserta pelatihan belum menggunakan teknologi internet untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif di sekolah khususnya dalam mencari informasi dan literatur. Serta bagaimana pola pembelajaran yang akan digunakan seandainya dalam pembelajaran yang di berlangsungkan, guru melibatkan internet sebagai bagian dari proses salah satunya adalah sebagai penyedia konten pembelajaran berupa informasi dan literatur yang ada di dalamnya. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
9
Sebelum melakukan proses penelitian untuk jawaban permasalahan yang mengemuka di atas, pertama-tama yang harus dilakukan adalah perlu kiranya menguraikan permasalahan ini terlebih dahulu untuk mengidentifikasi akar masalah (root cause). Karena bila permasalahan yang tampak tidak melalui proses penguraian terkadang solusi yang dilakukan hanya akan mengatasi masalah yang tampak di permukaannya saja. Padahal yang menjadi permasalahan sesungguhnya adalah bukan masalah yang tampak di permukaan, namun yang terdapat pada akar masalah (root cause) dari masalah yang tampak dipermukaan tersebut. Sehingga yang dapat terjadi adalah walaupun kita telah mencoba menemukan solusi tentang masalah yang tampak, tetap saja permasalahan tersebut tak kunjung pernah terselesaikan dan akan selalu muncul. Analisis permasalahan ini dilakukan dengan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu Fishbone Analysis. Untuk mendapatkan akar masalah (root cause) yang tajam dan menyeluruh, peneliti melakukan diskusi dengan para guru dan beberapa praktisi pendidikan serta rekan-rekan di ICT Dinas Pendidikan Kota pontianak. Serta pengalaman yang dimiliki peneliti sebagai seorang guru yang mengajar di salah satu SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) jurusan pada rumpun TI yaitu TKJ ( Teknologi Komputer Jaringan). Dari diskusi yang telah dilakukan tersebut, didapatlah beberapa akar masalah yang kemudian dimasukkan ke dalam
Fishbone Analysis. Hasilnya
teridentifikasi seperti pada gambar dibawah ini.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
10
Gambar 1.2 Fishbone analisis
Dari data pada Tabel 1.2 sebelumnya, teridentifikasi hanya 15,4% atau hanya 40 orang dari keseluruhan peserta yaitu sebayak 260 orang guru yang menggunakan internet dalam proses pembelajaran di sekolah. Padahal harapan yang diinginkan harusnya semua guru sudah menggunakan internet dalam membantu proses pembelajaran di sekolah mereka masing-masing. Ini disebut sebagai masalah yang tampak pada permukaan, pada gambar fishbone analysis dinyatakan pada pernyatan di dalam kotak tepat di ujung panah utama. Selanjutnya meneruskan analisis untuk mendapatkan berbagai akar masalah penyebab masalah permukaan muncul. Pada analisis kali ini ditemukan kategorikategori akar masalah penyebab, yaitu :
a. Sekolah dan Jaringan Internet Dalam lingkungan Pendidikan Kota Pontianak, sebagian besar sekolahsekolah telah terhubung dengan internet. Hal ini didorong oleh kebijakan pimpinan sekolah yang menyadari betapa penting arti sebuah informasi. Namun fasilitas ini hanya berada pada batasan "tersedia (available)" saja. Yakni dengan hanya menyewa dari penyedia jasa internet (speedy-Telkom) dengan paket termurah. Rata-rata kecepatan up to 512 kbps yang dimiliki dirasakan masih sangat kurang jika harus dibagi lagi ke seluruh komputer yang ada di laboraturium komputer yang ada di sekolah yang bersngkutan, dengan Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
11
rata-rata komputer dalam 1 buah lab. komputer disetiap sekolah 30-40 unit. Sehingga banyak dari sekolah merubah kebijakan dengan memanfaatkan bandwidth yang ada dan kurang memadai untuk diguna-pakai bersama ini, hanya untuk diakses oleh guru-guru di sekolah yang bersangkutan. Selain itu, masih banyak dijumpai sekolah-sekolah yang masih belum mempunyai operator atau petugas yang khusus menangani teknologi informasi. Keadaaan ini menambah kasus belum terbukanya kesempatan dalam pemanfaatan internet untuk dilibatkan dalam proses pencarian informasi/literasi dalam mendukung pembelajaran di sekolah tersebut. Untuk dapat memberikan pelayanan internet perlu juga memikirkan infrastruktur yang memadai agar ketersediaan layanan terpenuhi dengan efektif. Oleh karena itu perlu pula kiranya untuk memikirkan sebuah pembangunan
infrastruktur
yang
minimal
dapat
diandalkan
dalam
menyediakan layanan. Infrastruktur TI berangkat dari pereancangan hingga ketersedian perangkat keras yang digunakan guna mendukung tersedianya layanan teknologi internet. Hakekatnya banyak masih sekolah-sekolah belum memiliki atau berfikir mengalokasikan dananya untuk mengembangkan infrastruktur TI hingga taraf tersebut b. Guru dan Model Pemanfaatan Dalam konsep tata kelola suprastruktur memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan infrastruktur. Suprastruktur sangat tergantung dengan kesiapan infrastruktur yang mendukungnya. Suprastruktur yang dimaksudkan adalah aplikasi yang berjalan di atas infarastruktur. Secara teknis, aplikasi pun harus sesuai dengan kebutuhan dan infarastruktur yang mendukungnya, disosialisasikan dan selalu update terhadap perubahan. Aplikasi yang dikembangkan
berorientasi
pada
fungsi,
kelayakan
dan
kemudahan
penggunaan oleh guru sebagai user. Guru sendiri sebagai stakeholder penting dalam kegiatan pembelajaran di sekolah diharapkan menjadi motor penggerak dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi internet yang dilibatkan dalam proses pembelajaran. Laju perkembangan teknologi khususnya internet saat ini, menjelma menjadi
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
12
sebuah masalah besar bagi pribadi guru dalam penerimaan dan penggunaan teknologi informasi. Masih banyaknya tenaga guru tingkat menengah
yang belum
memanfaatkan teknologi ini dalam pembelajaran, mengindikasikan kurangnya pengetahuan sehingga kesulitan dalam beradaptasi karena adanya gap yang cukup lebar dengan kesempatan belajar dan kecepatan perkembangan teknologi informasi. Hal ini diperparah dengan tingkat resistensi yang sangat tinggi dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet, sehingga tingkat ketidaktahuan dalam menggunakan model pencarian informasi/literasi dalam pemenfaatan teknologi internet kaitanya dengan pembelajaran yang dilakukan di sekolah juga menjadi signifikan. Melihat kondisi seperti yang digambarkan pada analisis di atas, tampaknya menjadi perhatian yang sangat serius bagi peneliti. Sehingga perlu kiranya sebuah penelitian tentang bagaimana merancang sebuah model pembelajaran yang cocok dalam tingkatan penerimaan guru di sekolah yang disesuaikan dengan tingkat penerimaan guru. Sehingga harapannya adalah meminimalisasi tingkat resistensi guru terhadap pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran di sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah perancangan konseptual model keterampilan informasi/literasi dalam pembelajaran di sekolah yang melibatkan teknologi internet dalam pembelajaran di sekolah. Sehingga yang menjadi pertanyaan penelitian (research question) dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Model Keterampilan Informasi (Information Skills Model) yang digunakan guru dalam pemanfaatan teknologi internet pada proses pembelajaran di sekolah?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Merancang konseptual Model Keterampilan Informasi (Information Skills Model) yang cocok untuk kegiatan pembelajaran di sekolah.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
13
2. Memberikan rekomendasi kepada guru untuk mencoba memanfaatkan konseptual Model Keterampilan Informasi (Information Skills Model) yang dirancang dalam pemanfaatan teknologi internet dalam pembelajaran di sekolah. Sehingga konseptual model yang telah di rancang dapat di sempurnakan
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup pada pembahasan mengenai rancangan sebuah Model Keterampilan Informasi (Information Skills Model) yang tepat dan cocok bagi guru dan siswa secara umum, dan dikhususkan untuk lingkungan Dinas Pendidikan Kota Pontianak dalam memanfaatkan teknologi internet pada kegiatan pembelajaran pada pendidikan tingkat menengah dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Mempertimbangkan waktu penelitian yang akan dilakukan dalam penyusunan Karya Akhir ini, peneliti menggunakan metodelogi Soft System Methodology (SSM) hingga pada tahapan perancangan finalisasi konseptual model dan rekomendasi saran tindak untuk konseptual model tersebut.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Model Penggalian Informasi (Information Skills Model) Sehubungan dengan makin cepatnya tumbuh kembang informasi dan literatur yang terkandung dalam internet sebagai sumber belajar dewasa ini, menuntut seorang guru untuk meningkatkan kualitas kemampuannya dalam memanfaatkan internet dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan meningkatnya kemampuan tersebut, memberikan andil yang sangat besar dalam
mengimprovisasi
siswa
mereka
dalam
belajar.
Membiasakan
membangun suatu lingkungan belajar yang di bangun dari teori-teori yang paling mutahir hasil pencarian literatur menggunakan internet tersebut. Saat ini secara tidak disadari oleh siswa usia sekolah dari menengah pertama hingga atas memiliki kemampuan yang sangat luar biasa jauh dengan anak seusia mereka pada 2 hingga 1 dekade terakhir dalam menggali informasi den literatur dalam pemanfaatan internet ini. Hal ini sangat wajar, karena perkembangan teknologi SI/TI yang sangat cepat tiap saatnya. Aplikasi sosial media dan game online sangat memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan
tumbu
kembang
kemampuan
siswa
sekolah
dalam
memanfaatkan internet. Hal ini perlu disadari selain memiliki dampak positif, resiko akan penggalian informasi dan literatur dalam pemanfaatan internet scara salah juga sangat tinggi. Oleh sebab itu guru di sekolah memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam hal mengarahkan, memberikan petunjuk dan membuat perangkat pengajaran
yang benar dalam pengalian informasi dan literatur sehingga
pemanfaatan internet sebagai sebuah media pembelajaran menghasilkan sesuatu yang positif dan bermanfaat. Beberapa definisi antara keterampilan antara information skills dengan information literacy mungkin masih berpeluang untuk di perdebatkan, namun beberapa peneliti memiliki pemahaman yang hampir serupa bahwa information literacy merupan bagian dari information skills. Walaupun dalam dunia
14
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
15
pendidikan istilah Information skills secara luas lebih populer. Lengford (2000) sependapat dengan Doyle's (1994), definition of information literacy should be seen as a benchmark and that information literacy can be seen as "the ability as to access, evaluate, and use information from a variety of source, to recognise when infirmation is needed, and to know how to learn"
menurut
mereka information literacy dilihat sebagai sebuah patokan dimana informaion literacy merupakan sebuah kemampuan dalam mengakses, mengevaluasi dan menggunakan
informasi
yang
berasal
dari
berbagai
sumber
untuk
menghasilkan sebuah informasi yang benar-benar dibutuhkan dan yang akan dipelajari." Menururt Ryan dan Capra (2001), "we defind information literacy as the ability to process and synthesise information using the skills found in the step of defining, locating, critically, analysing and synthesising information in order to create an original response to a problem or a task". Mereka mengemukakan
argumen
bahwa
literasi
informasi
sebagai
kemampuan/keterampilan untuk memproses dan mensintesis informasi dengan menggunakan
langkah-langkah
yaitu
mendefinisikan,
mengalokasi,
mengkritisi, menganalisis dan mensintesis informasi sebagai sebuah respon terhadap sebuah permasalah atau tugas yang diberikan. Selanjutnya Herring (1996) juga mngungkapkan pendapatnya, bahwa "information skill.... skillls which pupils use to identify the purpose of, locate, process and communicate information concept and ideas and then reflect upon the effective application of these skills" menurut Hearring, information skill adalah keterampilan yang siswa gunakan untuk mengidentifikasi sebuah tujuan yang akan di capai, mencari sesuatu, mengolah dan mengkomunikasikan suatu informasi serta ide-ide atau konsep yang kemudian diterapan secara efektif dalam memanfaatkan TIK dalam hal ini internet. Ketiga teori memberikan pemahaman bahwa proses peningkatan keterampilan penggalian informasi/literasi informasi ditempuh melalui beberapa langkah yang hampir seragam. Ketiganya mengedepankan proses identifikasi sebagai langkah awal yang kemudian diikuti oleh melakukan pencarian atau pengalokasian informasi. Selanjutnya melakukan sintesa dan Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
16
analisis terhadap informasi, ide atau konsep yang didapat, apakah telah sesuai atau tidak dengan tujuan dan materi pembelajaran yang sedang dipelajari di kelas. Literasi informasi bukanlah suatu progam studi atau mata pelajaran yang di bahas atau di lakukan pada suatu satuan waktu yang tetap dalam suatu kurikulum. Ini adalah suatu proses yang dimulai melalui pengenalan siswa terhadap suatu media pembelajaran yang berkelanjutan disetiap tingkatan. Siswa mengembangkan keterampilan ini, dengan selalu memanfaatkan dan menggali pengalaman menggunakan media internet seefektif mungkin. Peran guru dalam hal ini sangatlah strategis yaitu dari merancang perangkat yang paling sesuai dan adaptif sesuai dengan kebutuhan akan penggalian dan literasi informasi, hingga tercapainya tujuan akhir dimana siswa mampu mendapatkan informasi dan literatur yang bermanfaat dalam menyelesaikan semua masalah yang dimuat baik dari tugas dan pemelajaran yang diberikan.
2.2. Metode Blended Learning dalam pembelajaran berbasis teknologi Blanded learning adalah proses mempersatukan beragam metode belajar yang dapat di capai dengan penggabungan sumber-sumber virtual dan fisik (http://en.wikipedia.org). Driscoll mendefinisikan bahwa blanded learning integrates -or blends- learning programs in differnt format to achive a common goal (Driscoll dalam Hutagalung, 2009:37), yang dapt diartikan Blanded learning mengintegrasikan -atau menggabungkan- program belajar dengan format yang berbeda dalam mencapai tujuan umum. Oleh karena blanded learning merupakan sebuah kombinasi dari beberapa pendekatan dalam pembelajaran, sehingga dapatlah dinyatakan ada beberapa metode yang digunakan dalm kaitannya dengan menggunakan metode ini. Salah satu contohnya adalah pembelajaran berbasis internet dan pembelajaran dengan metode tatap muka yang dilakukan di secara bersamaan di dalam kelas. Istilah blanded learning juga dikenal dengan istilah hybrid learning atau mixed learning. Gambar metode pembelajaran Blanded Learning dapat seperti terlihat di bawah ini.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
17
Gambar 2.1 Blanded Learning Method
Dari gambar di atas tampak ada 3 komponen pengetahuan (knowladge) yang dipadukan dalam satu metode pembelajaran yang disebut Blanded Learning
Method,
Ketiga
komponen
pengetahuan
terebut
adalah
TecnologicalKnowladge (TK), Pedagogical Knowladge (PK), dan Content Knowladge (CK). Ketiga area komponen membentuk sebuah irisan knowladge yang dikenal dengan Technological Pedagogical Content Knowladge (TPACK) Pada umumnya pembelajaran degan menggunakan metode ini merupakan sebuah pembelajar yang mengintegrasikan antara belajar online dengan pembelajaran konvensional, padahal sesungguhnya jika merujuk pada gambar di atas, Blanded Learning dapat lebih luas dari itu. Hal ini sejalan dengan pendapat Driscoll (dalam Hutagalung, 2009) Blanded Learning dapat berupa mengintegrasikan materi dalam format yang berbeda, misalnya suatu program Blanded Learning
dengan
menyampaikan
materi
prerequisite
secara
asyncronouse, kemudian menyampaikan materi berikutnya melalui kelas virtual. Driscoll melihat ulang hasil penelitian ulang yang dilakukan Rossett, Dougli dan Frazee (2003). Mereka melihat bahwa semua bisa dipadukan dalam Blanded Learning apakah kelas konvensional dengan e-learning, e-learning dengan e-learning. Metode
blanded
learning
memberikan
kesempatan
bagi
peserta
pembelajaran online, antaralain salah satunya adalah dengan bertatap muka. Metode ini banyak digunakan untuk mencapai tujuan materi-materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan (psikomotorik) tertentu. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
18
Walaupun belajar denan menggunakan online chanel dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk belajar kapan dan dimana saja, peserta didik sebagai manusia, tetap memiliki keinginan untuk berada dalam suatu kelompok atau komunitas belajar yang sesungguhnya. Pandangan ini dianggap penting dalam proses pembelajaran. Jika dilihat dari sudut pandang guru sebagai pengajar, pembelajaran bukanlah hanya berpedoman pada peningkatan kualitas kognitif saja, namun pembinaan prilaku dan sikap juga merupakan komponen terpenting kaidah mendidik dan mengajar.
2.3. Internet Teknologi jaringan komputer dikembangkan diakhir tahun 1960-an oleh pemerintah Amerika melalalui sebuah agensi degan nama Advanced Research Project Agency (ARPA).
Proyek ini kali pertama berhasil melakukan
komunikasi dengan beberapa komputer dengan menggunakan Packet Swtched networks.
Proyek ARPANET berhasil melakukan pelayanan berupa surat
elektronik (electronic mail), pertukaran data (data transfers) dan kontrol komputer (remote logins). Hal ini tak lepas dari peran 2 (dua) protokol utama komunikasi yaitu Internet Protocol (IP) yang bekerja sebagai protokol pengatur pada sisi user dan Transmission Control Protocol (TCP). Bersama dengan protokol-protokol lain seperti Internet Control Massage Protocol (ICMP), User Datagram Protocol (UDP), Address Recognition Protocol (ARP), Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) dan Network Address Protocol (NAT). Menurut (I Made Agus.W dan Dana Indra S ,2007), Internet dapat dirumuskan sebagai sekumpulan besar komputer dalam suatu jaringan yang bergabung secara bersama-sama sehingga banyak pengguna dapat berbagi sumber daya mereka secara luas. Dari kedua pengertian di atas bersesuaian dari sisi user, dimana keduanya sepakat bahwa internet adalah sebuah layanan bagi pengguna teknologi. Namun berbeda sudut pandang, Curt M, White melihat internet adalah sebuah teknologi yang sangat teknis dan memiliki kompleksitas yang sangat tinggi dalam memberikan layanan melibatkan banyak protokol dan hal teknis dalam Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
19
transfer data. Sementara I Made Agus dan Dana Indra, menyimpulkan bahawa internet merupakan sebuah teknologi dengan berbagai kompleksitas teknologi yang mendukungnya (protokol-protokol, aplikasi dan infrastruktur dan lainlain) dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi penggunanya dalam berbagi sumber daya yang ada didalamnya. Dalam sisi pemanfaatnya, internet dapat di akses dari manapun dan kapanpun di belahan bumi ini. Hingga saat ini perkembangan teknologi internet diikuti oleh perkembangan teknologi perangkat pendukung yang tidak kalah cepat perkembangan internet. Sehingga internet hingga detik ini berubah menjadi sebuah teknologi
yang memungkinkan semua orang dapat
berkomunikasi tanpa batasan baik waktu dan jarak, dimana dan kapan saja. Hingga saat ini fasilitas atau layanan yang dapat digunakan pengguna internet antara lain adalah Wide World Web (WWW). Tinggal mengetikkan sebuah alamat pada tab alamat aplikasi mesin pencari (browser), maka kecepatan aksesnya pengguna dengan mudah dapat memperoleh informasi yang diinginkan. Sementara surat elektronik atau biasa dikenal surel (email) dengan menggunakannya pengguna bisa saling berkorespondensi kebelahan bumi manapun selama terhubung dengan. Selain itu internet juga memungkinkan terjadinya pertukaran file antar pengguna dengan menggunakan protokol pertukaran file/file Transfer Protokol (FTP). Dan yang paling populer saat ini adalah sosial media seperti facebook, tweeter, what'sApp dan lain sebagainya.
2.4. Pemenfaatan Internet dalam Pembelajaran Secara tidak langsung internet mendorong dunia pendidikan untuk menyesuaiakan diri dengan kencangnya arus informasi di era globalisasi ini. Dalam perkembangannya diharapkan internet dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan meda pembelajaran bagi perserta didik. Menurut Sudirman Siahaan (wwww.depdiknas.go.id/internet/html) dalam (Rusman, 2012), ada3 (tiga) bentuk
sistem
pembelajaran
melalui
internet
yang
dijadikan
dasar
pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu :
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
20
a. Suplemen (tambahan) Hal ini terjadi apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban atau keharusan untuk para peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik, sekalipun sifatnya hanya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Walaupun materi pembelajaran elektronik berfungsi sebagai suplemen, para guru tentunya akan senantiasa mendorong atau menggugah serta menganjurkan para peserta didiknya untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang telah disediakan. b. Komplemen (Pelengkap) Dikatakan sebagai pelengkap, apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas, sebagai komplemen berati materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi suatu komponen pengayaan yang bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional di dalam kelas. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila peserta didik dapat dengan cepat menguasai atau memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka. Kepada kelompok ini diberi kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas penguasaan para peserta didik. Kemudian materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai program pengayaan yang bersifat remedial apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pembelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas. Kepada kelompok ini, diberi kesempatan untuk memenfaatkan pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka, yang tujuannya adalah untuk membentu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelelajaran Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
21
yang disajikan guru di dalam kelas. Akses materi pembelajaran elektonik yang memnag secara khusus disediakan diharapkan akan dapat membantu memudahkan peserta didik dalam memahami atau menguasai materi pembelajaran yang disajikan guru. c. Substitusi (Pengganti) Penggunaan internet untuk pembelajaran, di seluruh bahan belajar, diskusi konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet, peserta didik dan guru sepenuhnya terpisah, namun antar peserta didik dan guru melakukan hubungan atau komunikasi secara intensif. Bentuk pembelajaran seperti ini tidak memerlukan tatap muka baik untuk kegiatan belajar maupun evaluasi dilakukan sepenuhnya melalui semua chanel yang ada di internet seperti email, chat room, buletin board, blog dan social media yang ada. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh I Made Agus.A.W dan Dana Indra.S (2007) yang meneliti tentang tingkat penerimaan siswa dalam menggunakan internet, seharusnya dapat menjadikan acuan dasar bahwa Internet bukanlah sebuah aplikasi yang sulit untuk diterima dalam implementasinya. Dalam penelitian tersebut, terbukti bahwa kemudahan dan kenyamana penggunaan aplikasi internet berpengaruh signifikan terhadap persepsi manfaat yang dirasakan. Penelitian ini yang memfokuskan diri pada bagaimana menangkap fenomena yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran jika internet dilibatkan menjadi salah satu sumber belajar bagi siswa, khususnya dalam mencari informasi dan literatur yang berkaitan dengan materi dan tugas yang diberikan. Memadukan antara teori belajar, dengan pola-pola pembelajaran dan aplikasi internet yang akan diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, harus disadari oleh guru, memerlukan persiapan perangkat pembelajaran dan perangkat teknis yang cukup memadai untuk dapat berinteraksi dengan aplikasi internet, serta memahami dengan baik karakteristik siswa dalam belajar. Identifikasi permasalahan permasalahan di atas digunakan untuk mencoba menjawab mengapa perlu merumuskan sebuah model dalam pembelajaran Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
22
yang di dalamnya melibatkan pemanfaatan teknologi internet. Selain itu berkaitan juga dengan apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan oleh guru jika melibatkan teknologi internet dalam pembelajaran. Dalam hal ini berkaitan dengan metode, perangkat dan keterampilan yang musti guru miliki agar pembelajaran dilakukan secara optimal. Komponen apa saja yang mesti dimuat untuk dapat menjembatani komunikasi antara guru dan siswanya sehingga memaksimalkan interaksi yang berlangsung. Faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat saat interaksi dalam proses pembelajaran berlangsung.
2.5 Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Teknologi yang begitu banyak dan pastinya terus berkembang yang ditawarkan oleh internet perlu di sikapi oleh dunia pendidikan dan kedepannya mesti mampu di dijadikan peran sentral dalam pembelajaran di semua tingkatan pendidikan dari dasar hingga tinggi. Penyebaran dan berbagi informasi perlu dilakukan pembiasaan di setiap kultur budaya belajar. Sehingga pengetahuan dan informasi yang di dapat siswa dapat berkembang dan semakin luas. Menurut (Bambang.W, 2008;152) secara umum ada 3 (tiga) cara pendekatan pemanfaatan teknologi informasi untuk kegiatan pembelajaran, yaitu : a. Web Course, yaitu penggunaan teknologi informasi untuk keperluan pendidikan, dimana seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Peserta didik dan guru sepenuhnya terpisah dan tidak melakukan tatap muka. b. Web Centric Course, dimana sebagian bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian disampaikan melalui Internet, sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah namun tetap perlu adanya tatap muka. c. Web Enhanced Course, yaitu pemanfaatan internet untuk pendidikan sebagai penunjang peningkatan kualitas, kegiatan pembelajaran secara tatap muka di kelas. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
23
Meneurut (Sutrisno 2012,65) langkah guru dalam awal mendisain suatu pembelajaran di sekolah dimulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran. Mengurutkan tujuan-tujuan pembelajaran dari materi pembelajaran agar sistematis dan terarahsesuai dengan tingkatan berfikir siswa. Untuk itulah tujuan pembelajaran selalu berkaitan erat dengan dengan struktur brfikir siswa serta indikator-indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Berfikir tingkat tinggi atau dikenal dengan higher order thingking skills (HOTS) merupakan wilayah berfikir dalam tataran menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Integrasi TIK (Internet) dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berfikir tinggi (HOTS). HOTS didalamnya termasuk berfikir secara logis, kritis refletif, metakognitif dan kreatif. Keberhasilan dalam berpikir HOTS ditunjukkan dalam bentuk keterampilanketerampilan yang dilengkapi dengan penjelasan, keputusan, dan tampilan yang sahih sesuai dengan pengetahuan yang tersedia. Sehingga, berbagai informasi yang tersedia dalam integrasi antara TIK dan pembelajaran di kelas dapat digunakan sebagai alat untuk melibatkan siswa dalam berfikir (Jonassenet al, 2000). Keterlibatan itu memberikan langkah teknis dalam menggunakan TIK seperti yang diungkap oleh Wegerif (2002), menurutnya ada 3 (tiga) langkah bagai mana menggunakan TIK dapat memperkaya pembelajaran dan pembelajaran yang menstimulus keterampilan berfikir yaitu : a. Mendukung
dinamika
penyampaian
informasi
dalam
proses
pembelajaran. b. Berlaku sebagai guru untuk mendorong pembelajaran namun disaat yang sama berlaku, TIK sebagai sumber belajar ketika siswa berdiskusi dan bereksplorasigagasan-gagasan baru dalam proses pembelajaran. c. Adanya internet membuat siswa dapat berkreasi dan berkomunikasi dengan siswa lain dan gurunya tanpa dibatasi dengan jarak dan waktu. Berbagai persoalan yang muncul saat pembelajaran berintegrasi dengan TIK adalah guru tidak memiliki cukup waktu dalam merancang pembelajaran bahkan sendrung sebgai beban sehingga lebih memilih untuk tidak melakukan transformasi pembelajaran. Kemudian juga muncul masalah anggaran dalam Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
24
melengkapi pembelajran yang terintegrasi dengan TI yang akan dikembangkan. Serta minimnya gagasan-gagasan pembelajaran berbasis TIK dan internet dan cendrung enggan untuk menerapkannya karena kurangnya keterampilan dan pengetahuan tentang teknologi. Integrasi
TIK dalam
pembelajaran saat
ini
telah begitu pesat
dikembangkan, khususnya di luar negeri. Pada tanggal 10 Maret 2011 yang lalu telah diadakan simposium akbar tentang technology, pedagogy, content and knowladge (TPACK) di Amerika. Berbagai pakar pendidikan, psikolog, ahli bidang studi dan teknologi pendidikan mendiskusikan perjalanan integrasi TIK dalam pembelajaran. Perlu dicatat bahwa pada tahun 2010 terdapat 3 isu penting yang dikembangkan
terkait
dengan
TPACK.
Pertama,
pengembangan
profesionallitas guru menyangkut strategi, pemahaman dan penerapan TPACK dalam pembelajaran. Analisis berbagai keterkaitan Teknologi (T), Pedagogig (P) dan materi pelajaran (C) diterapkan dalam proses pembelajaran. Kedua, TPACK difokuskan kepada belajar teknolgi didisain sesuai dengan tahapantahapannya. Ketiga, bagaimana mengukur dampak dari penggunaan teknologi pada TPACK. Hingga kini perlu adanya pengujian yang terus menerus baik secara realibilitas dan validitas integrasi TIK dengan TPACK melalui modelmodel yang dikembangkan serta perangkat-perangkat penggunannya. Menurut Pedro F (2010) dalam tataran kebijakan suatu negara dalam inovasi teknologi didasarkan tiga komponen pokok yaitu, (i) menentukan kondisi sekolah yang sanggup dalam mengadopsi teknologi terkait dengan konektifitas, pelatihan guru, pedagogi termasuk juga produksi dan distribusi bahan digital (ii) pemberdayaan sekolah melalui open call (iii) menyediakan biaya penelitian untuk inovasi pembelajaran berbasis TIK. Beberapa prinsip penting yang diberikan kepada guru adalah memberikan pengetahuan dasar tentang TIK, menyediakan pelatihan guru untuk berinivasi serta memberikan insentif ada guru yang melakukan inovasi pada pendidikan.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
25
2.6 Teori Teknologi Informasi Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran diawali oleh Birrhus Frederic Skiner (1954) dengan konsep pembelajaran terprogram (program instruction). Tahun 1958 B.F Skiner membuat sebuah mesin pembelajaran (teaching machine). Mesin tersebut tidak mengajar namun diprogram dengan menggunakan logika tertentu sehingga mesin daapt menyajikan materi pembelajaran dan seolah-olah berinteraksi dengan peserta didik. Mesin pembelajaran dikembangkan berdasarkan teori belajar tingkah laku (behaviorisme theory). Berdasarkan teori ini pembelajaran TIK hendaklah memperhatikan pula prinsip-prinsip seperti di bawah ini : a. Memperkuat respon peserta didik secepatanya dan sesering mungkin. b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengontrol sendiri kecepatan belajarnya. c. Memperhatikan peserta didik dalam melaksanakan aktifitasnya, dilakukan mengikuti urutan yang koheren dan terkendalikan. d. Memberikan kesempatan peserta didik menunjukkan keterlibatan dan berpartisipasi dalam bentuk respon baik dalam menjawab, pemilihan, keputusan, percobaan dan lain sebagainya. Aplikasi teori belajar ini dalam perkambangan sistem dan model pembelajaran berbasis teknologi informasi, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur aspek pemmanfaatnnya untuk pembelajaran. Sehingga pelaksana di lapangan memiliki pegangan sebagai bahan keputusan untuk mengembangkan sistem pembelajarnnya. Dalam pengembangan sistem dan model pembelajaranberbasis TIK baik yang bersifat offline (multimedia) atau pun online (internet)diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal seperti di bawah ini. a. Seajauh mana sistem akan memberikan manfaat terhasap institusi, para guru, pengelola terutama para peserta didik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Biaya pembangunan infrastruktur serta pengadaan perangkat baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
26
c. Biaya opersional dan perawatan sistem, pelaksanaan pembelajaran berbais internet misalnya, memerlukan biaya operasional dan perawatan yan tidak sedikit. Selain honor pengelola, biaya berlangganan internet dan lain sebagainya. d. Sumber daya manusia dalam mengembangkan dan mengelola sistem. Perlu SDM dengan integrita dan kopensi khusus termasuk para gurugurunya, harus memiliki tingkat resistensi yang rendah terhadap perkembangan dan kemajuan teknologi dan informasi. Selain hal yang telah dipaparkan di atas dalam pelaksanan pembelajaran berbasis TIK perlu memperhatikan faktor-faktor kritikal sebagai berikut : 1. Institusi atau Lembaga Terselenggaranya pembelajar akan sangat ditentukan oleh kebijakan dan komitmen yang serius dari institusi dalam hal ini sekolah sebagai institusi penyelenggara. Sekolah harus memiliki keinginan yang sangat kuat terutama dalam dukungan anggaran yang cukup dan kontinu. Baik dalam proses pengembangannya maupun pada tahap perawatan terhadap semua perangkat yang dibutuhkan termasuk ketersedian internet, jika pembelajaran dilakukan menggunakan internet. Peran lain yang tak kalah pentingnya adalah menumbuhkan kesadaran kepada para guru dan siswa dalam pemanfaatannya. Mmeberikan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengembangkan diri dengan melakukan pelatihan-pelatihan dan mendorong lebih keras dalam melakukan eksplorasi belajar menggunakan perangkat-perangkat TIK tersebut. Intinya adalah kesiapan , kesungguhan dan tekat yang kuat menjadi kunci keberhasilan (key success factor) yang diwujudkan dalam kebijakan dan strategi institusi dalam usaha mencapai terwujutnya pembelajaran berbais TIK ini. 2. Karakteristik Guru Peranan guru juga merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan menggunakan pembelajaran berbasis TIK. Agar karakteristik guru-guru
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
27
yang akan menggunakan internet dalam proses pembelajaran secara signifikan meningkat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Guru perlu diberikan pemahaman tentang berbagai keuntungan dan kerugian serta perlu pula mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan internet dalam pembelajaran, sehingga guru memiliki motivasi dan komitmen yang tinggi untuk menggunakan. b. Guru perlu dibekali dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang pemanfaatan internet. c. Guru
hendaknya
memiliki
pengalaman
dan
kemampuan
pengelolaan proses pembelajaran. d. Guru memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran. Paparan di atas memberikan gambaran bahwa untuk dapat melaksanakan suatu pembelajaran berbasis TIK khususnya internet, ternyata memerlukan banyak pertimbangan dan kesiapan yang cukup serius. Perlu memperhatikan dan melibatkan faktor-faktor eksternal di luar institusi pendidikan itu sendiri. 3.
Siswa Pemahaman tentang audiens bisa didapat melalui analisis dengan
menggunakan data demografi maupun psikografi, antara lain dengan menguji perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan perilaku audiens. Pemilahan atau pengelompokan diperlukandalam kaitannya untuk bisa membuat suatu pendekatan atau strategi pendayagunaan internet lebih tepat sasaran, mengingat bahwa sasaran didik tersegmen dalarn kelompok sekolah-sekolah yang berbeda. Pemahaman tentang perbedaan-perbedaan motif penggunaan internet berdasarkan aspek demografl dan psfkografi tersebut, menjadi penting agar pengembangan program pendidikan dengan mendayagunakan internet bisa lebih menyentuh kondisi riel sasaran. Sesungguhnya sasaran didik terkelompok dalam segmen-segmen tertentu yang mengehendaki adanya perlakuan yang berbeda pula. Sehinggga dalam menerapkan pendayagunaan internet di sekolah akan lebih baik apabila melakukan segmentasi secara lebih homogen baik ditinjau dari aspek Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
28
demografi maupun psikografi, walaupun sesungguhnya pendekatan segmentasi ini lebih dikenal dalam konsep pemasaran yang menghendaki diketahuinya kelompok-kelompok sasaran dengan jelas melalui pendekatansegmentasi pasar, namun pendekatan ini sesunguhnya juga bisa diterapkan dalam semua bidang kegiatan termasuk dalam bidang pendidikan. Konsep ini mulai berkembang setelah Wenddell Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen pada dasarnya berbeda, sehingga dibutuhkan programprogram pemasaran yang berbeda-beda pula untuk menjangkaunya. Pendapat tersebut kemudian diperkuat oleh Frederick Winter (1977) yang menyatakan bahwa average consumer- untuk kepentingan praktis – sudah harus dihapuskan dari kamus manajemen pemasaran (Kasali, 1999). Segmentasi adalah hal yang wajib ditempuh dalam suatu proses pemasaran baik komersial maupun sosia, karena dengan demikian kita bisa memberikan pelayanan sebaik-baiknya pada masing-masing segmen dan memberikan kepuasan orang-orang di dalam segmen tersebut (Kasali, 1999). Hal tersebut sejalan juga dengan teori teknologi pembelajaran dimana keberhasilan tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh mana kita mengenali sasaran didik kita. Bila pendidik menganggap siswa mereka sebagai manusia (human being), dengansegal hak-hak dan perbedaan-perbedaan motivasinya, maka ia akan mengenggap bahwa murid merupakan bagian atau subjek dari suatu proses belajar mengajar (Heinrich, 1996). Uraian tersebut menunjukan bahwa sistem pembelajaran dengan menggunakan internet yang akan
dikembangkan,
hendaknya
memperhatikan
perbedaan-perbedaan
karakteristik dan segmen sasaran didik. Atau dengan kata lain perlu dikembangkan suatu sistem pembelajaran yang paling sesuai dengan segmensegmen sasaran didik yang dibina. 4. Teknologi Untuk terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan dukungan internet, maka setelah ketiga unsur didepan dipenuhi dengan kondisi sebagaimana telah diuraikan, maka faktor teknologi merupakan suatu hal yang juga mutlak harus tersedia dan harus memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan peralatan, infrastruktur, pengoperasian, dan perawatannya. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
29
Idealnya dalam pemanfaatan internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet akan lebih baik lagi kalo komputer-komputer yang tersambung ke internet tersebut diletakkan di ruang khusus seperti ruang laboraturium komputer ataupun di ruangan-ruangan lain yang dianggap strategis. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam mengakses internet. Salah satu cara yang dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggnakan ianternet adalah uk menghubungkan seejumlah komputer ke Internet adalah dengan membangun jaringan lokal, Local Area Network (LAN). Dengan adanya jaringan maka hanya diperlukan satu sambungan saja ke internet yang bisa dipergunakan secara bersama-sama oleh komputer yang tergabung dalam jaringan tersebut. Satu hal yang paling penting dari jaringan dan koneksi ke internet untuk keperluan pembelajaran, ialah keandalannya. Jaringan yang umum dipergunakan ialah model jaringan client/ server. Model ini memisahkan secara jelas, komputer mana yang memberikan layanan (server) dan komputer-komputer mana yang mendapat layanan (client). Agar server dan client bisa berkomunikasi diperlukan server program/ software dan client program/ software. Dari sisi cara menghubungkan server dengan client, ada tiga pilihan tipologi yang bisa digunakan yaiitu tipologi bus, tipologi ring, dan tipologi star atau hub. Untuk mengembangkan, mengoperasikan dan merawat infrastruktur tersebut diperhatikan empat aspek dari faktor teknologi yaitu client (software dan hardware), server (software dan hardware), mode distribusi dan dukungan teknik (McCormack, 1998).
Client (software dan hardware)
Konfigurasi minimal komputer yang dipergunakan, meliputi kemampuan procesot, memori, kapasitas penyimpanan, monitor dan kartu jaringan.
Program (operating system) yang akan dipergunakan
Software Internet (Browser) yang akan dipergunakan
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
30
Software
lain
yang
akan
dipergunakan
untuk
mendukung
penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet.
Pengaturan waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap pengguna
Server (software dan hardware
Apakah akan dipergunakan satu server untuk menangani semua kegiatan ataukah akan menggunakan lebih dari satu server untuk menangani setia jenis kegiatan (file server, -webserver, e-mail server, web-course server dll)
Konfigurasi minimal komputer yang dipergunakan sebagai server, meliputi kemampuan procesor, memori, kapasitas penyimpanan, monitor, kartu jaringan dan peralatan pendukung seperti switch, modem, router dll
Program (operating sistem) dan server manajemen yang akan dipergunakan
Software
lain
yang
akan
dipergunakan
untuk
mendukung
penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet.
Pengaturan level of security, waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap pengguna.
Software pelindung dari serangan virus maupun cracker atau hacker yang handal
Mode distribusi
Apakah komunikasi dalam rangka pembelajaran akan dilakukan secara online, offline atau kombinasi online dan off-line
Seberapa cepat akses yang diperlukan
Lebar pita hubungan ditentukan apa saja yang akan didistribusikan (teks, grafik, audio, video)
Hubungan dari jaringan ke ISP, bisa digunakan dengan cara dial-up melalui sambungan telepon biasa, lease-line, radio ataupun satelit. Pemilihannya tentu saja disesuaikan dengan jenis komunikasi yang akan dilakukan, materi yang akandidistribusikan, dan tentu saja dana yang tersedia
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
31
2.7. Teori belajar Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup. Karena kompleksnya permsalahan dalam belajar maka munculah banyak sekali teori yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses belajar tersebut. Dari berbagai teori belajar, penelitian ini fokus menggunakan teori-teori belajar yang dianggap sesuai dan memiliki keterkaitan dengan integrasi TIK dengan proses pembelajaran di sekolah yaitu Teori Behaviorisme, Teori Konstrukvitisme, Teori Humanisme dan Teori Sibernetik 2.7.1 Teori Behaviorisme Menurut teori ini, belarar haruslah memberikan perubahan terhadap tingkah laku seseorang, manusia sangat di pengaruhi lingkungan dan kejadian-kejadian
yang
akan
memberinya
pengalaman-pengalaman
belajar. Perubahan tingkah laku yang terjadi ini akibat dari adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Teori ini sangat menekankan pada apa yang dilihat yaitu tingkah laku, tidak memperhatikan apa yang terjadi dalam fikiran manusia. Dengan kata lain lebih menekankan hasil dari pada proses belajar. Menurut (Hartley & Davies, 1978 dalam Toeti Soekamto, 1992:23) menyatakan bahwa teori behaviorelisme dapat diterapkan di dunia pendidikan meliputi sebagai berikut : (1). proses belajar dapat terjadi dengan baik bila peserta didik ikut terlibat aktif di dalamnya;(2). materi pembelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peseryta didik mudah mempelajarinya dan dapat memberikan respon tertentu;(3) tiap-tiap respon harus diberikan umpan baliksecara langsung supaya siswa dapat mengetahui apakah respon yang diberikan sudah benar;(4) setiap kali respon yang di sampaikan oleh peserta didik perlu diberi penguatan. Pendapat di atas memberikan petunjuk bahwa dalam penerapannya, guru merupakan sentral dan faktor terpenting. Melakukan perancangan pembelajaran, dan dalam mengambangkan program-program pembelajaran haris mengenal betul karakteristik siswa dan lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
32
diketahui dan terukur. Dengan kata lain teori ini diadopsi pada kelas-kelas yang kurang menghargai aktifitas berfikir dan sentralistik, serta sulit diterapkan untuk pembelajaran yang bersifat kompleks
2.7.2 Teori Konstruktivisme Teori ini meyakinkan bahwa pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman dan lingkungan. Oleh karena itu, dalam belajar harus harus diciptakan lingkungan
yang
mengundang
atau
menstimulus
perkembangan
otak/kognitif peserta didik (Samiawan, 1997:21). Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan pengetahuan, yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Mereka harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberikan makna sesuatu yang sedang dipelajarinya. Para guru melakukan pembelajaran
perancangan dengan
dan
mengembangan
menciptakan
program-program
lingkungan
belajar
yang
memungkinkan untuk memotivasi siswa untuk belajar demikian menurut (Budiningsih, 2005 dalam Bambang. W, 2008;76). Dengan kata lain yang dilakukan guru dalam merancang program-program pembelajaran di kelas adalah untuk membantu terjadinya pengkonstruksiuan pengetahuan siswa dalam belar dapat terealisasi dan berjalan lancar. Transfer pengetahuan oleh guru kepada siswanya bersifat membantu peserta membentuk pengetahuannya sendiri. Teori ini siswa menentukan sendiri seberapa banyak dan luas pengetahuan yang ia miliki melalu proses pembelajaran yang berlangsung. Keaktifan merakalah yang yang menjadi modal terpenting dalam keberhasilan
mencapai
tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran
lebih
mengutamakan penyelesaiaan masalah, pengembangan konsep, konstruksi solusi. algoritma ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas experimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis dan Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
33
model-model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Di bawah ini adalah 5 (lima) prinsip umum yang melandasi kelas konstruktifisme, antara lain : a. Meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa. b. Menyusun pembelajaean di sekitar konsep-konsep utama. c. Menghargai pandangan siswa. d. Materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa. e. Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas. f. Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. g. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajarna yang beragam. Satu prinsip penting yang aharus disadari adalah bagaimana guru mampu mendorong dan menerima kemandirian siswa, investigasi beranjak dari data-data mentah dan sumber-sumber belajar yang bukan dari buku teks, menghargai pikiran siswa, membangun dialog dan komunikasi, proses pencarian dan teka-teki sebagai pengarah pembelajaran.
2.7.3 Teori Humanisme Menurut Teori Humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, dalam hal ini adalah untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri dan realisasi diri peserta didik yang belajar secara optimal. Proses belajar akan dianggap berhasil, apabila peserta diri dapat mampu mengenal dan memahami lingkungan serta dirinya sendiri. Sehingga aktualisasi diri menjadi kata kunci yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberhasilan suatu pembelajaran menggunakan teori ini. Teori belajar ini sangat mementingkan konten yang dipelajari dari pada proses pembelajaran itu sendiri. Sehingga konsepnya lebih kepada pembentukan karakteristik peserta didik dengan menggunakan proses pembelajaran yang paling ideal. Dengan demikian, Teori Belajar
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
34
Humanisme akan memanfaatkan teknik belajar apa saja asalkan tujuan belajar peserta didik tercapai. Aplikasi
teori ini dalam kegiatan pembelajaran akan cendrung
mendorong peserta didik untuk berfikir induktif, misalkan berfikir dari contoh ke konsep, dari konkret ke absterak, dari mikro ke makro atau dari khusus ke umum dan lain sebagainya. Sehingga teori HUmanisme ini sangat mengedepankan pengalaman atau keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan, teori ini harus berhulu dan bermuara kepada manusia, artinya belajar apa adanya. Oleh karena itu teori belajar ini paling abstrak dari teori belajar lain sehingga akibat terlalu diskriptif, maka akan sedikit sulit untuk mnerjemahkannya ke langkah-langkah pembelajaran yang lebih paraktis dan konkret. Menurut (Suciwati & Irawan, 2001), ada pendekatan atau langkah-langkah yang dapat di ikuti bila menggunakan teori Humanisme ini. Langkahlangkah tersebut adalah : 1. Menentukan tujuan pembelajaran 2. Menentukan materi pembelajaran 3. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik 4. Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan peserta didik mempelajari secara aktif (mengalami) 5. Merancang fasilitas pemmbelajaran seperti lingkungan dan media pembelajaran. 6. Membimbing peserta didik belajar secara aktif. 7. Membimbing peserta didik untuk memahami hakikat makna dan pengalaman belajarnya. 8. Membimbing
peserta
didik
untuk
membuat
konseptualisasi
pengalaman belajarnya. 9. Membimbing peserta didik untuk mengaplikasikannya konsepkonsep baru ke dunia nyata. 10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
35
2.7.4 Teori Sibernetik Teori Sibernetik adalah teori yang untuk saat ini sangat cocok bagi guru
yang akan
mengembangkan
pembelajaran
campuran,
yaitu
pembelajaran yang melibatkan teknologi dalam prosesnya. Teori ini sangat sejalan dengan perkembangan ilmu informasi, dimana belajar diidentikkan sebagai melakukan pengolahan informasi (pesan pembelajaran). Peroses pembelajaran dianggap penting, tapi yang peling penting adalah sistem informasi yang akan di proses dan akan di pelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu sisitem informasi menjadi penting dalam proses pembelajaran dan cara belajar yang dilakukan itu sendiri. Menurut (Budiningsih, 2005) dalam (Bambang, 2008) apliaksi teori sibernetik, merupakan paduan dari 2 (dua) model pendekatan belajar yang dikembangkan oleh Landa, yaitu model pendekatan belajar alogritmik dan model pendekatan heuristik. Pada pendekatan alogaritmik, peserta didik dituntut untuk dapat berfikir secara sisitematis, bertahap, linier, lurus menuju suatu target tujuan tertentu. Misalnya kegiatan menghidupkan komputer, menjalankan suatu query dalam suatu aplikasi database dan lain sebagainya. Sedangkan pendekatan belajar yang heuristik adalah menuntun peserta didik berfikiran secara divergen atau menyebar ke beberapa target sekaligus, misalkan kegiatan memahami suatu konsep yang penuh arti ganda dalam penafsiran, seperti operasi pemilihan atribut geometri dan penemuan cara-cara pemecahan suatu masalah. Selain itu menurut (Budiningsih,2005) Pask dan Scott, membagi tipe peserta didik menjadi wholist dan serialist. Peserta didik yang wholist (menyeluruh) biasanya cenrung mempelajari suatu tahap dari yang paling umum, kemudian bergerak ke sesuatu yang lebih khusus (rinci). Sedangkan peserta didik yang bersifat serialist cendrung berfikir secara bertahap atau linier. Karakteristik teori belajar yang yang seperti ini dalam proses pembelajarannya dapat mengikuti langkah langkah sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan pembelajaran. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
36
2. Menentukan materi pembelajaran. 3. Mengkaji sisitem informasi yang terkandung dalam materi pembelajaran. 4. Menentukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah alogritmik ataukah heuristik). 5. Menyusun materi pembelajaran dengan urutan sesuai dengan sistem informasinya. 6. Mangkaji materi dan membimbing peserta didik untuk belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajarannya.
2.8 Penelitian sebelumnya 2.8.1.
Sam'un Jaja Raharja yang berjudul Analisis Soft System Methodology (SSM) Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai : Studi Pada Sungai Citarum Jawa Barat (FISIP - UNPAD). Dalam tulisannya peneliti mengemukakan suatu permasalahan tentang bagaimana pengorganisasian dan pengelolaan terpadu DAS (Daerah Aliran Sungai) Sungai Citarum di Jawa Barat. Penelitian ini bersifat mencari penyelesaian masalah dalam tata kelola DAS sehingga jelas Apa yang harus dilakukan, siapa saja yang terlibat, TUPOKSI setiap stakeholder yang terlibat dalam pengorganisasian dan pengelolaan DAS Sungai Citarum di Jawa Barat secara terpadu. Dengan
menggunakan
langkah-langkah
yang
ada
pada
metodelogi SSM, peneliti melakukan perancangan sebuah konstruksi sebuah model untuk menjawab permasalahan yang dipotret peneliti. Dengan mengikuti langkah-langkah metodelogi SSM tersebut, peneliti berhasil menghasilkan 2 (dua) buah model konseptual, seperti digambarkan di bawah ini. Penelitian yang dilakukan di atas menghasilkan beberapa kesimpulan antara lain : a. Analisa berfikir serba sistem (Soft System Methodology) pada pengelolaan DAS Sungai Citarum menunjukkan ciri-ciri tidak sistemik dan ciri-ciri oganisasi yang mengalami ketidakmampuan Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
37
belajar. (a) Setiap stakrholder cendrung berposisi pada sudut pandang atau kepentingan sendiri. (b) Penyelesaian pada persoalan dalam pengelolaan DAS Citarum cendrung parsial-teknikal, tidak struktural-kultural dan tidak merubah pola pikir. (c) pengelolaan DAS Citarum pada aspek tertentu
Pada praktek (pengendalian)
sering terjadi peralihan sumber daya untuk kepentingan yang lain. Pengalihan ini menunjukkan bahwa persoalan pengelolaan
DAS
Citarum bukan prioritas dan bukan yang harus di tangani segera. (d) Visi bersama dalam pengelolaan DAS Citarum tidak sampai pada tataran implementasi. Degan kata lain terjadi ambivalensi ideologis vs teknis. b. Syarat terjadinya keefektifan pengelolaan secara terpadu dapat tercapai adalah jika : (a) Para stageholder aktif berpartisi dalam pengelolaan DAS secara mandiri diperlihatkan dalam kemampuan menyiapkan sruktur dan kapasitas setiap organisasi, (b) Memelihar kepercayaan dan tidak menyembunyikan agenda tertentu (hidden agenda), dan (c) konsisten dengan komitmen kesepakatan yang telah dibuat bersama dengan tetap bekerja sama hingga kerjasama itu sendiri bubar dengan sendirinya atau berhenti berdasarkan kesepakatan.
2.8.2. Glenda Cox : Defining Innovation: Using Soft Systems Methodology to Approach The Complexity Of Innovation in Educational Technology. Penelitian ini dilakukan di sebuah pendidikn teknologi di Afrika selata. Tujuan penelitan ini adalah mengidentifikasi sejauh inovasi memberikan suatu manfaat di dalam sebuah institusi penelitian. Dalam penelitian ini langkah-langkah SSM digunakan untuk melihat kompleksitas sebuah inovasi yang di implementasi dalam sebuah institusi tempat penelitian. Penelitian melewati semua fase SSM dari menentukan situasi problem, melakukan FGD untuk menghasilkan rich picture, Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
38
membuat root definition, mempertajamnya deng analisis CATWOE, hingga membandingkan dengan situasi problematik dunia nyata dengan meminta peserta (hasil Analiss CATWOE) melakukan pembahasan tentang perubahan proses,struktur dan sikap di institusi tersebut. Salah satu penggunaan metode SSM dalam penelitian ini dapat digambarkan oleh situasi berikut. Dengan menggunakan teknik wawancara para peserta menemukan beberapa kata kunci untuk membentuk definisi mengenai inovasi. Dengan menggunakan sebuah perangkat lunak kualitatif (NVivo), semua kata kunci yang teridentifikasi, diberi kode untuk mencari perulangan dan pola. Hasilnya adalah sebuah daftar kata-kata kunci berikut pola perulangannya, yaitu new (6), change (4), solving problems (4),context (4), useful (4) improve student understanding of content (3), using an existing tool (2),adds value (2), innovation of processes (2), clever (1),low cost (1), mutually beneficial (1),creative (1), cutting edge (1), effective (1), efficient (1), qualitative and quantitative change (1),smart (1) and sustainable (1). Dari kesemua kata-kata kunci didalapatlah sebuah pengertian tentanng inofasi seperti di bawah ini. “Innovation can be defined as a new and useful way of solving existing educational problems, for example, improving student understanding of content. The innovation does not have to be a new tool, it could be in the changing of the way an existing tool is used. Importantly any innovation needs to be understood in terms of its context, for example, what is new in a third world university may not be new in a first world one” Dari semua proses SSM yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan sebuah kejelasan dari nilai sebuah inovasi bagi institusi tempat melakukan penelitian.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
39
2.9. Metodologi Penelitian Soft System Methodology (SSM) Soft System Methodology (SSM) dikembangkan oleh Peter Chackland (1981) di System Departement - University of Lancaster Inggris. Metodologi ini merupakan salah satu dari aplikasi system thinking yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dunia nyata (real-world problems) yang ternyata tidak dapat terselesaikan oleh hard system. Misalnya adalah permaslahan yang sifatanya kuantitatif. (Checkland, 1990). Pemilihan pengunaan SSM dalam penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah alat bantu dalam merancang sebuah model konseptual yang akan dibuat SSM merupakan salah satu dari 2 metodelogi penelitian selain Hard System Methodology (HSM) yang pola pikirnya adalah membatasi jumlah variabel seminimum mungkin sehingga dapat menyederhanakan masalah dan memudahkan perumusan formulasi solusi. Kelemahan dari HSM adalah tidak cocok digunakan untuk permasalahan organisasional oleh karena ketika formulasi solusi telah berhasil dirumuskan, formula tersebut hanya mampu menjawab permasalahan sebatas pada saat itu saja kemudian tidak akan relevan lagi ketika waktu berjalan dan salah satu unit variabel dalam domain masalah (organisasi) mengalami perubahan. Metode SSM tidak membatasi permasalahan pada variabel tertentu saja namun mencoba mengindentifikasikan sebanyak mungkin aspek (variabel) yang berinteraksi
di
dalam sistem. Dengan demikian pendefinisian
permasalahan akan lebih lengkap karena mempertimbangkan banyak aspek dan mampu mengantisipasi kemungkinan perubahan (dinamika) yang akan terjadi. Pada akhirnya solusi yang nantinya akan dirumuskan dapat lebih efektif dan relevan
dengan
kondisi
real
organisasi
(internal/eksternal).
Menurut
Hardjosoekarto (2012;2) Tiga ciri utama SSM adalah :
pemahaman dan analisis situasi masalah;
analisis relasi dan peran para pihak yang terkait;
analisis relasi dan peran politik serta sosial para pihak yang terkait. Menurut Khisty (1995) dalam Hardjosoekarto (2012), SSM memiliki
karakteristik antara lain : Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
40
Orientasinya pembelajaran sistemik;
Berakar pada paradigma kompleksitas;
Berpandangan bahwa serba sistem itu dapat dieksplorasi;
Berpandangan
bahwa
proses
pencarian
tahu
sosial
sifatanya
berkelanjutan;
Keterlibatan unsur manusia pada penelitian sangat tinggi;
Menjawab pertanyaan apa dan bagaimana;
Cocok dengan masalah yang siafatnya sangat rumit dan tidak terstruktur.
Ada tujuh langkah dalam menggunakan kerangka SSM yaitu:
Gambar 2.2 SSM Model, Checland, 1981
1. Situasi permasalahan (problem situation), yaitu mulai mengenali situasi dan permasalahan yang sedang terjadi pada domain yang sedang diobservasi. Menurut Sudarsono (2012), dalam memulai mengenali situasi dunia nyata (real world), memerlukan tahapan-tahapan yang antara lain mengidentifikasi permasalahan yang sedang terjadi (problem situation considern problem) dan identifikasi bagaimana melihat masalah yang sedang terjadi (problem situation expressed). Kemudian hasil identifikasi tersebut dituangkan dalam bentuk penyajian, sehingga praktisi SSM dapat memahami lebih banyak informasi tentang situasi dunia nyata yang dianggap problematis. Dengan kata lain, situasi dunia nyata yang bersifat tak terstruktur tersebut, disajikan dengan mudah dan lengkap informasinya. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
41
2. Penggambaran situasi permasalahan kedalam diagram rich picture (problem situation expressed), yaitu menggambar sketsa situasi real permasalahan kedalam sebuah diagram rich picture yang besar (helicopter view). Membuat sebuah rich picture, menurut Checkland (1990) memiliki 2 fungsi yaitu bahwasannya menangkap gambaran sebuah situasi memerlukan ekspresi gambar untuk menggembarkan seluruh kekayaan interaksi yang terjadi. Dimana menurutnya gambar ekspresi tersebut harus meliputi struktur, proses, orang-orang yang terlibat, isu-isu yang ada di lingkungan tersebut, bahkan hingga konflik (jika ada). Fungsi kedua adalah dengan ekspresi gambar, Checkland menduga bahwa sebuah formula gambar adalah jalan keluar yang terbaik dalam melihat situasi dan belajar dari gambar-gambar ekspresi yang ada. Checkland (1999) juga menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan dalam rangka pembuatan dan penyajian rich picture meliputi struktur (structure), proses (process), hubungan antara proses struktur dengan proses tersebut, dan pokok perhatian (concerns). Horan dalam Hardjosoekarto (2012) berpendapat bahwa beberapa keunggulan dari rich picture antara lain : Bentuknya grafis, sebagian besar mahasiswa lebih menyukai gambar dari pada teks dan memang mereka dapat lebih banyak menyerap informasi yang kompleks melalui gambar dibandingkan melalui deskripsi teks. Tidak menuntut kemampuan artistik yang tinggi. Bebas dari tuntutan bahasa (kecuali substansi tekstual). Dapat menyajikan informasi dari yang ringan atau sedikit hingga informasi keseluruhan sistem. Mudah untuk dibuat dan diperbaiki. Penambahan atau amandemen dapat dilakukan pada gambar di bagian manapun. Tidak diperlukan keahlian untuk menginterpretasikan. dan lain sebagainya. Formulasi gambar yang dirancang dalam sebuah rich picture merupakan sebuah gambar ekspresi untuk sebisa mungkin menggambarkan tentang situasi, para para pemangku kepentiangan (stakeholder), serta apa Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
42
saja peran yang mereka lakukan dan pokok pikiran mereka. Menurut Hardjosoekarto (2012) rich picture merupakan alat untuk menggambarkan informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan situasi dan masalah di dunia nyata. Oleh karena itu, rich picture sangat berguna dalam membanatu proses pergerakan dari berfikir tentang dunia nyata ke arah berfikir tentang situasi yang dilakukan terhadap situasi masalah dunia nyata tersebut. Beberapa teknik dalam membuat perancangan rich picture antara lain dengan melakukan curah pendapat (brainstorming), kegiatan ini dilakukan dengan membenturkan opini semua anggota diskusi untuk merangsang munculnya gagasan, ide dan saran dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi bersama. Sebuah rich picture membantu setiap orang yang terlibat dalam diskusi tersebut menghasilkan konstruk permasalahan dengan sudut pandang yang berbeda-beda, sehingga diharapkan pada akhir kegiatan tersebut, permasalahan yang dibahas dapat dilihat secara objektif dari berbagai sudut pandang. 3. Pendefinisian kata-kata kunci (root definitions), yaitu mulai mengumpulkan kata-kata kunci yang harus didefinisikan masing-masing ke dalam bentuk jalan cerita proses bisnis secara tektual dan ringkas. Dari Root Definition ini dipetakan ke dalam elemen CATWOE (Client, Actor, Transformation, World view, Owner, Environment). Brian Wilson (2001), mengungkapkan, "the models development from RDs will contain not only the activities expressed through verbs in the imperative but also tthe logical dependencies between the activites. They therefore have the characteristics of system and, are termed Human Activity System (HAS)." Perumusan tahap "root definition" pada dasarnya adalah penamaan sebuah sistem yang di anggap relevan untuk eksplorasi lebih dalam pada situasi permasalahan. Pada prakteknya RD adalah pernyataan singkat yang memuat seluruh elemen yang akan menjelaskan dan mempengaruhi suatu sistem. Pengembangan model dari RD tidak hanya kegiatan diungkapkan melalui kata kerja yang mengikat tetapi juga kebebasan logis antara kegiatan agar calon model akan memiliki karakteristik, yang disebut Sistem Aktivitas Manusia (HAS). Selanjutnya dalam merumuskan Root Definition menurut Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
43
(Wilson, 2001), ada 4 pedoman yang harus diikuti. Pedoman-pecdoman tersebut terangkum dalam 4 prinsip yaitu :
Prinsip pertama Karakteristik situasi yang dapat diasosiasikan dengan berbagai persepsi indifidu-individu yang berdampak pada situasi tersebut harus secara ekplisit dinyatakan dalam proses intelektual guna memperoleh resultan analisis yang relevan bagi mereka dan bukan sekedar opini. Berbagai persepsi seperti ini dapat dibayangkan terdiri dari sejumlah orientasi. Sebuah interpretasi praktikal dan variabel W dapat diteruskan sebagai representasi dari berbagai orientasi tersebut.
Prinsip kedua Untuk karakteristik situasi yang sedang dikaji yang nampak kabur, kurang jelas, kompleks dan rumit, perludigunakan proses intelektual untuk melengkapinya dengan struktur dan pertimbangan yang seksama guna menghindari analisis yang menyajikan karakteristik yang serupa.
Prinsip ketiga Konstruksi intelektual tentang konsep sistem aktivitas manusia terdiri dari dua komponen. Pertama, root definition menjelaskan "sistem apa" (what
syatem is). Kedua,
model konseptual
menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh sistem tersebut supaya menjadi seperti apa yang dinyatakan di dalam root definition dengan model konseptul adalah "hubungan antara apa dan mengerjakan apa" (a being-doing relationship)yang hanya akan dibuat berdasarkan logika.
Prinsip keempat Bahasa yang digunakan dalam sebuah aktivitas manusia adalah bahasa alam. Supaya menjadi bahasa yang banyak manfaatnya sebagai konstruksi intelektual, kita harus mengadopsi bahasa tersebut secara lebih disiplin dalam penggunaannya dibandingkan dalam percakapan sehari-hari dan mengusahakan penggunaan katakata yang memiliki arti yang jelas. Oleh karena itu kata-kata yang Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
44
digunakan sehari-hari dan sering mengundang multi tafsir di dalam manefestasi dunia nyata harus dihindarkan. Khususnya kata-kata yang terkait proses transformasi seperti mengelola (to manage), mengadministrasikan (to administer), memasarkan (to market) dan sebagainya. Harus selalu dipastikan bahwa ada konsistensi; dalam arti , satu kata harus selalu satu arti dalam konteks tertentu. Root definition di bangun berdasarkan semua informasi tentang organisasi yang telah dikumpulkan, dieksplorasi, dan dibahas melalui tahapan SSM sebelumnya. Checkland dan Poulter (2006) menyarankan supaya digunakan rumus umum PQR dalam menyusun sebuah root definition; mengerjakan P dengan Q untuk mewujutkan R, dimana PQR menjawab pertanyaan Apa, Bagaimana dan Mengapa. Supaya root definition yang di susun benar-benar dapat digunakan sebagai dasar pembuatan model konseptual, maka root definition tersebut perlu diuji dan disempurnakan dengan alat bantu analisis CATWOE yang merupakan alat bantu pengingat (mnemonic) supaya root definition yang dibuat benar-benar menggambarkan sebuah sistem aktifitas manusia yang relevan yang kita pilih.
Konsep tersebut
dipetakan ke dalam elemen
CATWOE, yaitu : C—Customer (the recipient of the output of the transformation process, either the victim or the beneficiary) A—Actors (those individuals who would do the activities in the resultant conceptual model if they were to map onto reality) T—transformation process (described either as an input–output conversion or the process itself ) W—Weltanschauung (practically interpreted as the statement of belief within the RD) (Client, Actor, Transformation, World view, Owner, Environment). O—Owner (a wider-system decision taker with authority over the system defined, with a concern for the performance of the system) E—Environmental constraints (those features external to the system defined, which are taken to be significant). Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
45
Pembuatan model sistem berdasarkan root definitions (conceptual modeling), untuk setiap definisi dibuatkan sebuah diagram model dalam bentuk diagram rich picture. Inti dari kelompok System Thingking termasuk di dalamnya SSM adalah berhasil membuat sebuah kesepakatan untuk solusi dari situasi problematik yang sedang dihadapi. 4.
Membuat Model Konseptual yang digunakan sebagai alat intelektual yang digunakan untuk mendiskusikan situasi dalam real world yang dicari problem solving-nya. Alat intelektual yang dimaksud adalah bagi praktis SSM, dalam pembuatan model, model konseptual digunakan untuk melakuakn diskusi, debat dan dialog tentang situasi problematis. Sehingga dengan dilakukannya diskusi, debat dan dialog tersebut diharapkan muncul peluang perspektif lain dalam melihat permasalahan, yang kemudian lahiralah ide-ide, gagasan dan pendapat guna melakukan perbaikan-perbaikan serta penyempurnaan terkait dengan situasi problem dunia nyata yang sedang diteliti saat ini. Menurut Wilson (2001), dalam merancang sebuah model konseptual tidak terlepas dari hubungannya dengan root definition yang telah digariskan. Peran keduanya dalam pengembangan model dalam methodologi SSM untuk root definition lebih kepada APA SISTEM ITU (What the system's is), sedangkan model konseptual berkaitan dengan APA YANG HARUS DILAKUKAN OLEH SISTEM TERSEBUT (what the system's must do to be one defined). Dalam pembuatan konseptual model, Wilson (2001) juga menyebutkan bahwa beberapa aturan dalam perancangan modelnya, yakni :
Peraturan 1 Model Konseptual harus dikonstruksi dari kata-kata yang tertulis di dalam root definition tanpa melihat kembali pada situasi tertentu. Sehingga dimasukkannya sebuah dan atau beberapa kegiatan, haruslah tetap berdasarkan pada frase atau kata-kata tertentu yang terdapat pada root definition.
Peraturan 2 Karena setiap kegiatan dalam model konseptual bisa menjadi sumber dari root definition untuk ekspansi ke tingkat yang lebih rinci, kata-kata yang Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
46
digunakan harus cukup memadai untuk menggambarkan dengan tepat kegiatan dalam proses transformasi yang dijelaskan.
Peraturan 3 Konseptual model harus lebih bisa dipertangungjawabkan dibandingkan dengan Formal System Model (FSM). Akibat yang paling utama adalah harus ada suatu hubungan yang layak, mengacu pada sumber daya dan setidaknya ada satu subsistem 'monitor dan kontrol' dalam konseptual model.
Peraturan 4 Panah dalam model konseptual pada dasarnya bersifat hubungan ketergantungan yang logis dan harus berdasarkan foremat yang konsisten. Misalnya pernah menandakan ketergantungan akumulatif, seperti antara informasi kinerja kegiatan dan informasi kendala, mungkin memiliki format
dan
label
yang
berbeda
dalam
menggambarkan
isinya.
Ketergantungan sesaat, seperti ketergantungan dengan sasaran yang tidak diketehui, juga harus dibuat dalam bentuk format yang berbeda. Pada perinsipnya, panah yang tampak sama harus berarti sama. Panah dengan dua kepala tidak diperbolehkan. 5. Melakukan perubahan/penyesuaian (changes), jika ada perbedaan maka dilakukan penyesuaian-penyesuaian hingga model konseptual sudah sesuai dengan situasi riil. 6. Melakukan perbaikan/solusi untuk sistem yang direkomendasikan (action to improve the problem situation), fase akhir adalah melakukan rekomendasirekomendasi perbaikan terhadap sistem yang lama. 7. Membandingkan model dengan situasi sesungguhnya (comparison of models and real world), yaitu melakukan perbandingan antara sketsa situasi riil dengan model yang dibuat.
2.10 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sebuah framework yang bersumber dari teori-teori yang berhasil dikumpulkan. Kumpulan teori tersebut dielaborasi menjadi kerangka dasar bagaimana penelitian akan dilaksanakan. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
47
Teori Belajar : Humanisme Kontruktivisme Sibernetik
Menentukan Identifikasi Masalah Dunia Nyata (Real World)
Teori Teknologi Informasi
Konseptual Model
Validasi Model GAP
Model Konseptual Keterampilan Informasi
Gambar 2.3 Theoritical Framework Penelitian
Gambar di atas adalah menggambarkan tentang hubungan antara entitas yang membentuk kerangka pemikiran penelitian ini. Kumpulan teori pembentuk kerangka pemikiran adalah teori belajar dan teori TIK yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalah masalah dunia nyata yang juga merupakan langkah pertama dalam menggunakan Soft System Methodelogy (SSM). Selanjutnya problem situasi dunia nyata yang telah teridentifikasi, melalui tahapan-tahapan SSM akan dianalisis untuk menghasilkan sebuah konseptual model. Koneptual model akan divalidasi dan model hasil validasi tersebut selanjutnaya akan dibandingkan dengan situasi dunia nyata (real world). Hasil perbandingan akan dilihat, jika membentuk sebuah gap, maka gap tersebut dengan menggunakan Gap Analysis akan di analisis yang selanjutnya di rekomendasikan sebagai sebuah finalisasi model konseptual keterampilan Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
48
informasi sebagaimana tujuan penelitian ini. Selanjutnya berdasarkan hasil perbandingan dan gap analisis maka setiap aktifitas pada model konseptual akan menghasikan sebuah saran tindak yang akan menjadi rekomendasi pada langakah ketujuh dari SSM yaitu Action to improve the problem situation.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini akan menggunakan tahapan-tahapan dalam Soft System Methodology (SSM) sebagai alur dalam penelitiani pada Gambar 3.1 yang penjelasannya akan dirangkum sebagai berikut : 1. Situasi permasalahan (problem situation), yaitu mulai mengenali situasi dan permasalahan yang sedang terjadi pada domain yang sedang diobservasi. Dalam kaitan dengan penelitian tahapan pertama dalam SSM ini adalah merumuskan permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan dengan menggunakan analisis problem situation yaitu analisis problem situation considered problematic dan Analisis Problem situation expressed. Kedua tahapan ini bertujuan untuk mendefinisikan situasi yang sedang terjadi yang sifatnya masih belum terstruktur. Kemudian, hasil identifikasi dituangkan ke dalam bentuk penyajian informasi-informasi yang lebih lengkap tentang situasi dunia nyata yang dianggap problematis. Selain situasi dunia nyata yang dianggap problematis tersebut dapat dipahami secara lengkap, pada tahapan ini diharapkan juga dapat mengidentifikasi aktifitas SSM yang akan dijadikan dasar dalam membentuk root definition.
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
50
2. Penggambaran situasi permasalahan ke dalam diagram rich picture, yaitu menggambar sketsa situasi real permasalahan kedalam sebuah diagram rich picture yang besar (helicopter view). 3. Pendefinisian kata-kata kunci (root definitions), tahapan ini digunakan untuk membantu menjaga terjadinya perbedaan antara permasalah di dunia nyata dengan proses pemikiran (system thinking). hal ini mulai dengan mengumpulkan kata-kata kunci yang harus didefinisikan masingmasing ke dalam bentuk jalan cerita yang berkaitan dengan proses bisnis secara tektual dan ringkas. Soft System Methodeology (SSM) adalah proses penelitian sistemik yang menggunaakan model-model sistem (Checkland, 1993:23). Pengembangan model sistem tersebut dilakukan dengan mendidkusikan secara intensif dengan pihak yang terkait, membandingkan konsep System Thingking
dengan real world, dan
menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama. Hubunagan antar variabel dalam kerangka sistem sejalan dengan sifat penelitian kualitatif. dalam fenomena sosial merupakan sesuatu yan tidak linier, tetapi merupakan siklus yang berulang
(Neuman, 2000:124).
Membuat konseptual model dengan menggunakan rich picture. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik diskusi berfokus seperti FGD (Focus
Gpoup
Discussion)
atau
wawancara
dengan
pemangku
kepentingan yang telah didefinisikan di CATWOE. Selanjutnya dianalisis sesuai dengan tahapan dalam Soft System Methodology (SSM). Disain konsep model juga menggunakan komponen-komponen teori seperti teori belajar
yang
sudah
ditentukan
(teori
contrutivism)
juga
akan
dipertimbangkan untuk menyempurnakan konsep. 4. Membuat konseptual model Seperti yang di tegas kan oleh Checkland dan Poulter (2006), model konseptual di atas akan digunakan sebagai alat diskusi, dan dari model ini akan disusun berbagai pertanyaan-pertanyaan debgai kelangsungan diskusi bersama para validator. Pertanyaan yang muncul adalalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
51
1. Apakah kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam model terjadi di dalam situasi pembelajaran yang sebenarnya? 2. Siapa saja yang melakukan kegiatan yang terdapat dalam model? 3. Kapan kegiatan-kegiatan tersebut akan dilaksanakan? 4. Siapa lagi yang dapat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? 5. Adakah cara lain yang mungkin dapat dilakukan untuk melaksanakn kegiatan-kegiatan pembelajaran tersebut? Selain pertanyaan di atas, perlu juga mempertimbangkan munculnya pertanyaan-pertanyaan lain yang berkaitan dengan kegiatan, keterkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain dalam proses pembelajaran yang bersangkutan, atau pun pertanyaan yang menyangkut tentang pengukuran kinerja atau aktivitas yang punya maksud yang menjadi perhatian peneliti. Dengan
kaidah-kaidah
pertanyaan
seperti
ini,
diharapkan
terungkaplah sudut pandang lain yang relevan terhadap sistem pembelajaran yang berlangsung. Munculnya sudut pandang lain tersebut juga dimaksudkan untuk mendorong keinginan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang ada pada proses pembelajaran tersebut. Pada gilirannya akan terwujud sebuah formula saran atas perubahan, perbaikan dan penyempurnaan pada situasi proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sesuai dengan yang disarankan Checkland dan Poulter (2006) pada tahapan validasi model dengan membandingkan model konseptual dengan situasi problem dunia nyata dilakukan dengan menggunakan diskusi informal. Pendekatan diskusi secara informal ini dilakukan dengan memperhatikan model konseptual yang ada. Model tersebut dituangkan ke dalam flip chart atau bentuk penyajian yang lain. 5. Melakukan validasi draft model konseptual yang dihasilkan dengan menggunakan teknik Expert Judgement. Validasi model yang dilakukan bertujuan mendapatkan sebuah rekomendasin berupa kritik atau saran serta pendapat mengenai model konseptual oleh para experties. Selanjutnya rekomendasi tersebut akan
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
52
digunakan oleh peneliti untuk mengetahui seberapa jauh model konseptual yang telah dikonstruksi tersebut mendekati kesesuaian. Sementara itu jika hasil validasi memiliki kecendrungan berbeda dengan model konseptual sebelumnya, maka perbedaan-perbedaan tersebut akan didefinisikan menjadi gap yang dipakai sebagai titik perubahan. Selanjutnya gap-gap tersebut akan melewati satu tahapan analisis (gap analysis), hasil analisis gap tersebut akan digunakan mengkonstruksi ulang model hingga akhirnya mendapatkan model yang lebih baik dan benar. 6. Melakukan pembandingan antar situasi model dunia nyata dengan model konseptual (comparison of models and real world). Pada tahapan ini penelitian bukan hanya dtujukan untuk melakukan komparasi model dengan dunia nyata (real World) semata, akan tetapi juga melakukan diskusi dengan dunia nyata untuk dapt mengungkap berbagai sudut pandang yang mungkin selama ini masih tersembunyi. Komparasi ini menggunakan sebuah instrumen rencana tindakan, yang di dalamnya memuat semua kreteria, aturan dan perangkat yang harus digunakan bila semua aktivitas pada model dilakukan terhadap situasi yang dianggap problematis dari dunia nyata (perciev real-world problematic situations). 7. Membuat saran-saran tindakan. Ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian. Saran-saran tindakan akan menghasilkan rumusan rekomendasi mengenai langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk memperbaiki, menyempurnakan dan melakukan perubahan pada situasi dunia nyata. Ada dua peertimbangan yang harus muncul dalam untuk memenculkan kemungkinanperubahan di dunia nyata tersebut yaitu argumennya dapat diterima (arguably and systematically desirable) dan secara kultural dapat dimungkinkan culturaly feasible). 8. Kesimpulan dan saran
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
53
3.2 Jadwal Penelitian Untuk kelancaran proses pelaksanaan penelitian agar sesuai dengan waktu yang tersedia, maka disusun jadwal penelitian sesuai tahapan-tahapan metodologi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian No 1 2 3
Nama Tahapan Perumusan Masalah Penggambaran situasi permasalahan ke dalam diagram rich picture (problem situation expressed) Pendefinisian kata-kata kunci (root definitions)
4
Mengkonstruksi konseptual model
5
Melakukan validasi draft model
6
7
8
Bulan Bulan Bulan Bulan 1 ke-1 2 3 4 1 ke-2 2 3 4 1 ke-3 2 3 4 1 ke-4 2 3 4
Melakukan perbaikan terhadap model yang telah di evaluasi oleh expert. Melakukan perubahan/penyesuaian (changes) Melakukan pembandingan antar situasi model dunia nyata dengan model konseptual (comparison of models and real world). Dan Membuat saran-saran tindakan. Kesimpulan dan Saran
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
BAB 4 PROFIL ORGANISASI
4.1 Sekilas Tentang Dinas Pendidikan Kota Pontianak Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas program, serta agar mampu eksis dan unsur dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang berubah sangat cepat seperti di Kota Pontianak, maka suatu instansi pemerintah harus terus menerus melakukan perubahan ke arah perbaikan, perubahan tersebut harus disusun dalam suatu tahapan yang konsisten dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi kepada pencapaian hasil. Memahami keinginan masyarakat dan permerintah, maka sektor pendidikan di Kota Pontianak menjadi sektor penting dan perlu penanganan serius secara terus menerus, sehingga Dinas Pendidikan sebagai dinas teknis menjadi tumpuan harapan untuk mewujudkan tekad menjadikan mayarakat di Kota Pontianak sebagai masayarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang tak kalah dengan kota-kota lain di Indonesia, yang diharapkan dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi rakyat dan didukung dengan berbagai upaya di bidang lainnya. Beberapa hal yang penting yang perlu dirumuskan dan menterjemahkan pengertian terhadap beberapa istilah, yaitu : 1. Visi yaitu suatu gambaran masa depan yang ingin diwujudkan dan dijadikan acuan bagi penyelenggaraan semua aktivitas segenap jajaran Dinas Pendidikan. Visi mengandung pengertian sebagai sebuah harapan dan cita-cita yang memungkinkan untuk dicapai. 2. Misi merupakan pernyataan yang mengarahkan tujuan sesuai dengan visi yang sudah dirumuskan. 3. Tujuan adalah penjabaran dari pernyataan misi dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. 4. Sasaran adalah penjabaran dari tujuan yang dapat diungkapkan secara terukur baik kualitatif maupun kuantitatif.
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
55
5. Strategi/Kebijakan adalah ketentuan dan cara-cara yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. 6. Program merupakan kumpulan kegiatan dengan tujuan yang sama berkaitan dengan pelaksanaan kebijaksanaan. 7. Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu
tertentu yang
dilaksanakan sesuai program yang telah ditetapkan. 4.2. Visi dan Misi Visi Dinas Pendidikan Kota Pontianak adalah Mewujudkan pemerataan pendidikan yang berkualitas. Sedangkan misi dari Dinas Pendidikan sebdiri adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan. 2. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan. 3. Meningkatkan layanan pendidikan yang berkualitas.
4.3. Landasan Formal dan Material Landasan forrmal Dinas Pendidikan Kota Pontianak adalah : 1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005; 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1998; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; Sedangkan yang menjadi landasan materil Operasional Dinas Pendidikan Kota Pontianak didasarkan atas masukan, saran, pendapat, inspirasi dan aspirasi segenap jajaran yang ada pada Dinas Pendidikan Kota Pontianak. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
56
4.4. Hubungan Renstra Dinas Pendidikan Kota Pontianak dengan Dokumen Perencanaan Lainnya : 1. RPJPD Kota Pontianak Tahun 2005-2025 sebagai dokumen induk perencanaan Kota Pontianak selama 25 tahun ke depan. 2. RPJMD Kota Pontianak Tahun 2009-2013 yang merupakan arah dan kebijakan pembangunan Kota Pontianak selama 5 tahun ke depan. 3. Renstra Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 4. Renstra Dinas Pendidikan Propinsi Kalimantan Barat.
4.5. Susunan Organisasi Berdasarkan Peraturan Walikota
Kota Pontianak No. 19 tahun 2010
tentang Peruabahan Peraturan Walikota No. 31 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kota Pontianak ditetapkanlah Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kota Pontianak sebagai berikut : 1. Kepala Dinas 2. Sekretaris Dinas 2.1. Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian 2.2. Kepala Sub. Bagian Perencanaan 2.3. Kepala Sub. Bagian Keuangan 3. Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan TK dan Pendidikan Dasar 3.1. Kasi Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar 3.2. Kasi Pembinan SMP 3.3. Kasi Kelembagaan TK dan Pendidikan Dasar 4. Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Menengah 4.1. Kasi Pembinaan SMA 4.2. Kasi Pembinaan SMK 4.3. Kasi Kelembagaan Pendidikan Menengah 5. Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal 6. Kelompok UPTD 7. Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
57
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Pontianak
Dinas Pendidikan Kota Pontianak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan Otonomi Daerah yaitu di bidang Pendidikan untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Dinas Pendidikan mempunyai fungsi : a. Perencanaan, perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum; c. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas; d. Pengelolaan ketatausahaan Dinas Pendidikan; e. Pelaksanaan serta tugas-tugas lain yang diserahkan Kepala Daerah sesuai dengan bidang pendidikan. Kepala Dinas Tugas pokok Kepala Dinas adalah merumuskan kebijakan teknis, penyelenggaraan umum pengendalian dan pembinaan teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, kepala dinas memiliki fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan. b. Perumusan tenaga kerja di bidang pendidikan. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
58
c. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang pendidikan. d. Pengendalian dan pembinaan teknis di bidang pendidikan. e. Penyelenggara perizinan di bidang pendidikan. f. Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pendidikan. g. Pelaksanaan tugas lain di bidang pendidikan yang diberikan oleh Walikota. Sekretaris Dinas Tugas pokok Sekretaris Dinas menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan, fasilitas, koordinasi, monitoring dan evaluasi di bidang kesekretariatan. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Sekertaris dinas memiliki fungsi : a. Perumusan kebijakan di bidang kesekretariatan. b. Perumusan rencana kerja di bidang kesekretariatan. c. Menyelenggarakan
koordinasi
pelaksanaan
tugas
di
bidang
kesekretariatan . d. Memonitoring dan evaluasi kebijakan di bidang keekretariatan e. Pembinaan teknis di bidang kesekretariatan. f. Pelaporan pelaksana tugas di bidang kesekretariatan. g. Pengelolaan adminitrasi kesekretariatan. h. Pelaksanaan tugas lain di bidang kesekretariatan yang diberikan oleh kepala dinas Sekretariat terdiri dari :
Sub Bagian Umum;
Sub Bagian Kepegawaian ; dan
Sub Bagian Keuangan;
d. Sub Bagian Umum mempunyai tugas menyelenggarakan program umum dalam arti melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, ekspedisi, penggandaan, administrasi perjalanan dinas, kerumah tanggaan, peralatan dan perlengkapan kantor, melaksanakan pengelolaan administrasi hukum serta kehumasan. e. Sub
Bagian
Kepegawaian
bertugas
menyelenggarakan
program
kepegawaian dalam arti melaksanakan penyiapan bahan penyususnan
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
59
rencana kebutuhan pegawai, pendidikan dan latihan, gaji berkala, cuti, kesejaheteraan pegawai dan kehadiran. f. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas menyelenggarakan program keuangan dalam arti melaksanakan penyusunan anggaran, pembukuan, akuntansi dan verifikasi, pertanggung jawaban dan laporan keuangan. Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan TK dan Pendidikan Dasar Bidang Pendidikan TK dan SD mempunyai tugas melaksanakan tugas sebagian tugas Dinas Pendidikan di bidang pendidikan TK dan SD. Untuk menyelenggarakan tugas ini, Sub Dinas Pendidikan TK dan SD mempunyai fungsi : a.
Penyusunan
kebijakan
teknis
dan
penyelenggaraan
program
kurikulum TK dan SD; b. Penyusunan kebijaksanaan teknis dan penyelenggaraan program tenaga guru dan tenaga teknis TK dan SD; c.
Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program sarana dan pra sarana pendidikan TK dan SD.
Bidang Pendidikan TK dan SD terdiri dari : a.
Kasi Pembinaan Kurikulum TK dan SD
b.
Kasi Tenaga Guru dan Tenaga Teknis TK dan SD
c.
Kasi Sarana dan Prasarana Pendidikan TK dan SD
a. Kasi Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar mempunyai tugas menyelenggarakan program kurikulum TK dan SD dalam arti pelaksanaan kurikulum nasional, kurikulum muatan lokal, melaksanakan
penyusunan
kurikulum
muatan
lokal,
kalender
pendidikan, memantau, mengendalikan dan menilai pelaksanaan proses belajar mengajar, evaluasi belajar, penyelenggaraan Ujian Akhir SD Sekolah Dasar Luar Biasa ( SDLB ). Menyelenggarakan program tenaga guru dan tenaga teknis TK dan SD dalam arti melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyusunan dan penyiapan data tenaga guru, penjaga sekolah, kepala sekolah dan tenaga teknis TK, SD, SDLB, serta pemerataannya termasuk Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
60
pembinaan tenaga guru dan tenaga teknis TK dan SD, SDLB serta melaksanakan pembinaan tenaga perpustakaan, koperasi pada SD dan SDLB. Menyelenggarakan
program
pengadaan
sarana
dan
prasarana
pendidikan TK dan SD dalam arti melaksanakan, mengevaluasi dan memonitor
pengadaan
sarana
dan
prasarana
pendidikan,
pendistribusian perlengkapan buku dan alat pelajaran, menyusun pedoman
pemberdayaan
masyarakat
untuk
menyelenggarakan
pendidikan, pembinaan dan pelaksanaan kebijakan penerimaan murid baru, menginventarisir dan menata tanah, gedung, rumah dinas dan peralatan pelajaran lainnya pada TK, SD dan SDLB serta melaksanakan pembinaan perpustakaan, koperasi pada SD dan SDLB. BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH Bidang Pendidikan Menengah bertugas melaksana sebagian tugas Dinas Pendidikan di bidang pendidikan SLTP dan SLTA. Untuk melaksanakan tugas ini, Bidang Pendidikan Menengah berfungsi :
Penyusunan
kebijakan
teknis
dan
penyelenggaraan
program
kurikulum SLTP dan SLTA;
Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program tenaga guru dan tenaga teknis SLTP dan SLTA;
Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program sarana dan prasarana pendidikan SLTP dan SLTA.
Bidang Pendidikan Menengah terdiri dari :
Kasi Kurikulum SLTP dan SLTA;
Kasi Tenaga Guru dan Tenaga Teknis SLTP dan SLTA;
Kasi Sarana dan Prasarana pendidikan SLTP dan SLTA;
1. Kasi Kurikulum SLTP dan SLTA mempunyai tugas menyelenggarakan Program Kurikulum SLTP dan SLTA dalam arti melaksanakan kurikulum nasional, pengembangan kurikulum muatan lokal, kalender pendidikan, memantau, mengendalikan dan menilai pelaksanaan proses belajar Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
61
mengejar, evaluasi belajar, serta penyelenggaraan ujian akhir sekolah dan ujian akhir nasional SLTP dan SLTA. 2. Kasi Tenaga Guru dan Tenaga Teknis SLTP dan SLTA mempunyai tugas menyelenggarakan program tenaga guru dan tenaga teknis SLTP dan SLTA dalam arti melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyusunan dan penyiapan data tenaga guru, penjaga sekolah, kepala sekolah dan teknis SLTP dan SLTA serta pemerataannya termasuk pembinaan tenaga guru dan tenaga teknis SLTP dan SLTA serta melaksanakan pembinaan tenaga perpustakaan, tenaga koperasi pada SLTP dan SLTA. 3. Kasi Sarana dan Prasarana Pendidikan SLTP dan SLTA mempunyai tugas menyelenggarakan program, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan SLTP dan SLTA dalam arti melaksanakan, mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, menyusun pedoman pemberdayaan masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan, pembinaan
dan
pelaksanaan
kebijakan
penerimaan
murid
baru,
menginventarisir dan menata tanah, gedung, rumah dinas, dan peralatan pelajaran lainnya pada SLTP dan SLTA serta melaksanakan pembinaan perpustakaan, koperasi, pada SLTP dan SLTA. Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendidikan Kota Pontianak di bidang Pendidikan Luar Sekolah Non formal dan informal Untuk melaksanakan tugas ini, Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal, mempunyai fungsi:
Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program di bidang pendidikan anak usia dini;
Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program di bidang pendidikan luar sekolah;
Penyusun kebijakan teknis dan penyelenggaraan program di bidang non formal dan informal.
Bidang Pendidikan Luar Sekolah, terdiri dari : Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
62
Kasi Pendidikan Anak Usia Dini;
Kasi Pendidikan Non Formal dan Informal; 1) Seksi Pendidikan Anak Usia Dini mempunyai tugas menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini dalam arti melaksanakan pendataan, perencanaan, pengembangan, menyusun dan menyebarluaskan petunjuk teknis dan kurikulum, melakukan bimbingan teknis serta mengeluarkan perizinan penyelenggaraan program Pendidikan Anak Usia Dini, melakukan Pendataan Sasaran Program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), membentuk dan menumbuhkan Lembaga PAUD di tingkat Kelurahan, mengembangkan dan menyebarkan Kurikulum Nasional Program PAUD, mengkoordinir program Lembaga PAUD, melatih program PAUD kepada Pendidik, Pengasuh, Pengelola, memfasilitasi pelaksanaan lomba-lomba PAUD dan melakukan bimbingan teknis dan akreditasi pada lembaga PAUD. Seksi Pendidikan Non Formal dan Informal mempunyai tugas menyelenggarakan program pendidikan luar sekolah dalam arti melaksanakan pendataan, perencanaan, pengembangan, menyusun dan menyebarluaskan petunjuk teknis dan kurikulum, melakukan bimbingan teknis
serta
Pendidikan
mengeluarkan Luar
Sekolah,
perizinan
penyelenggaraan
meningkatkan
program
kerjasama
dengan
lembaga/organisasi yang bergerak di bidang Pendidikan Luar Sekolah serta sebagai penghubung antara keluaran pendidikan luar sekolah dengan dunia usaha. BIDANG PERENCANAAN a. Bidang
Perencanaan
mempunyai
tugas
melaksanakan
dan
mengkoordinasikan sebagian tugas Dinas Pendidikan Kota Pontianak di bidang perencanaan. b. Untuk menyelenggarakan tugas sebagai mana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, Bidang Perencanaan mempunyai fungsi :
Penyusunan dan penyelenggaraan program kebijakan teknis di bidang pendataan dan sistem informasi; Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
63
Penyusunan dan penyelenggaraan program kebijakan teknis di bidang perencanaan dan penyusunan program;
Penyusunan dan penyelenggaraan program kebijakan teknis di bidang monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Bidang Perencanaan terdiri dari: a. Kasi Pendataan dan Sistem Informasi ; b. Kasi Perencanaan dan Penyusunan Program dan ; c. Kasi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
a. Kasi
Pendataan
dan
Sistem
Informasi
mempunyai
tugas
menyelenggarakan dan mengkoordinasikan program pendataan dan sistem informasi Dinas Pendidikan dalam arti melaksanakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang menyangkut pendidikan dalam sekolah, pendidikan luar sekolah, generasi muda, olah raga dan siswa, penyediaan data demografis, ekonomi, sosial dan lain-lain yang berhubungan dengan perencanaan pendidikan. Termasuk mengembangkan teknologi informasi guna kelancaran semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Pontianak b. Kasi Perencanaan dan Penyusunan Program mempunyai tugas menyelenggarakan
dan
mengkoordinasikan
perencanaan
dan
penyusunan program Dinas Pendidikan dalam arti mempersiapkan penyusunan rencana dan program serta proyeksi perkembangan pendidikan yang menyangkut pendidikan dalam sekolah, pendidikan luar sekolah, pembinaan generasi muda, olah raga, pembinaan kesiswaan dan lain lain yang berhubungan dengan penyusunan rencana dan program pendidikan. c. Kasi
Monitoring, Evaluasi
dan Pelaporan
mempunyai
tugas
menyelenggarakan dan mengkoordinasikan program monitoring, evaluasi dan pelaporan Dinas Pendidikan dalam arti memonitor dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan rencana dan program pendidikan serta melaporkan data dan informasi hasil monitoring dan Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
64
evaluasi, menghimpun, mengelola dan mengkoordinasikan semua laporan dari masing-masing sub dinas dan sekolah-sekolah.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Situasi Problematis Model Konseptual keterampilan informasi yang akan dirancang dengan Soft System Methodology (SSM) ini bukanlah model representasi dari dunia nyata, melainkan hanyalah sebuah duplikasi dari sistem aktifitas yang memiliki maksud yang relevan dengan yang terjadi di proses pembelajaran di dalam kelas. Sebagai sebuah sistem yang berada di ranah dunia nyata, proses pembelajaran merupakan sistem terkecil dari sebuah sistem memiliki mekanisme dan aturan yang dijalankan oleh mereka yang berada di dalam sistem itu sendiri. Dalam penelitian ini proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan sebuah keterampilan informasi yang melibatkan konten-konten dan memanfaatkan aplikasi yang terdapat di dalam internet. Sebagai sebuah situasi problem dunia nyata proses pembelajaran ini memerlukan beberapa analisis agar sebagai sebuah situasi problem dunia nyata tersebut fenomenanya dapat terlihat secara holistik. Analisis tersebut dipaparkan secara jelas sebagai berikut.
5.1.1. Analysis One (the Intervention Itself) Analysis One dilakukan dengan menetapkan 3 (tiga) elemen pokok di dalam kajian pengenalan situasi problem dunia nyata ini. Ketiga elemen tersebut adalah praktisi (Practitioners), yaitu orang atau sekelompok orang yang menggunakan metodelogi SSM ini untuk melakukan kajian dalam penelitian. Peran lainnya juga adalah
menentukan siapa saja kiranya
stakeholder/owners yang terlibat yang selanjutnya disusun ke dalam sebuah daftar yang disebut list of issue owners. Elemen yang kedua adalah berperan sebagai klien (clients), yaitu orang atau kelompok orang yang menyebabkan terjadinya intervensi terkait situasi problematis yang sedang dikaji. Elemen terakhir atau yang ketiga adalah sebagai Pemilik Isu (Owner of the Issues), yaitu sekelompok orang yang berkepentingan atau yang terkena dampak dari situasi atau dampak dari hasil upaya perbaikan atau situasi problematis.
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
66
Pada penelitian ini, analysis one dimulai dengan menetapkan peneliti (Ivan Andriyana) sebagai practioners (P) yaitu orang yang menggunakan metode SSM sebagai metodelogi penelitiannya. Sementara yang bertindak sebagai klien (clients) atau C adalah peneliti, kepala sekolah,
guru dan
pengawas sekolah. Adapun yang bertindak sebagai Owner (O), adalah guruguru dan siswa
5.1.2 Analysis Two (Social Analysis) Analisis dua (Social Analysis) memiliki peran yang sangat penting dalam membuat gambaran yang makin komprehensif berkenaan dengan situasi dunia nyata. Hal ini penting untuk diketahui agar pemilihan sistem dari aktifitas manusia menjadi benar-benar relevan dalam melakukan suatu terhadap dunia nyata (real world). Analisis sosial dimulai dengan mengemukakan pokok-pokok elemen sosial yang mempresentasikan fokus dari analisis ini. Adapun ketiga pokok elemen sosial dalam melakukan analisis sosial dalam penelitian ini adalah : Peran (roles) Posisi sosial dalam situasi problematik yang diteliti menunjukkan peran yang menandai perbedaan antara semua anggota atau kelompok yang berada dalam
penggunaan
model
keterampilan
informasi
dalam
proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan internet sendiri memiliki peran melakukan suatu kegiatan belajar mengajar dimana guru dalam memberikan materi juga diperkaya oleh informasi yang ada di dalam internet, dan untuk memanfaatkannya digunakanlah sebuah model keterampilan informasi dan sumber-sumber belajar yang tepat dan telah ada. Sementara siswa yang berperan sebagai subjek pembelajaran, menggunakan perangkat-perangkat yang telah dipersiapkan oleh guru untuk menemukan secara mandiri informasi-informasi penting yang berkaitan dengan materi ajar atau berusaha memacahkan sendiri problem yang dihadapi melalui tugas atau pekerjaan sekolah selama proses pembelajaran berlangsung. Peran yang mendasar menggunakan Model Keterampilan Informasi sesungguhnya adalah siswa mampu dengan mandiri mencari, Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
67
mengananlisis, mengelaborasi informasi-informasi yang terdapat dalam internet sehingga ada tambahan informasi yang siswa tidak hanya terbatas pada pengetahuan guru dan buku-buku sebagai sumber belajar. Selain itu pembelajaran seperti ini memberikan guru tantangan baru untuk antara lain : -
Memilih metode pembelajaran yang tepat.
-
Menyusun dan menggunakan perangkat yang sesuai.
-
Menciptakan suasana dan lingkungan belajar kondusif sehingga proses
pembelajaran
yang
dilalui
lebih
menarik
dan
menyenangkan. -
Menciptakan komunikasi yang efektif dan lancar dengan para siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media-media komunikasi yang ada baik offline di dalam kelas maupun secara online di luar kelas.
Sementara di dalam situasi problem peserta didik ikut serta dalam proses berdasarkan skenario situasi problem yang telah di susun oleh para guru. Dengan menggunakan perangkat yang telah di persiapkan siswa diarahkan pada aturan model pembelajaran di bawah pengamatan para guru melalu perangkat proses yeng telah dipersiapkan sebelumnya. Norma Dalam mengadopsi sebuah model dalam proses pembelajaran, guru memiliki kaidah, pola dan norma-norma yang terangkum dalam sebuah gambaran kerja yang telah terstandarisasi agar harapan-harapan tentang keberhasilan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu contoh norma yang tercipta, terkait dengan peran (role) seorang guru yang meliputi beberapa isu penting. Pertama, perlu metode pembelajaran yang cocok karena terjadinya perubahan
metode
dari
metode
pembelajaran
tradisional
kepada
pembelajaran konstruktif, yakni mengkolaborasi sistem pembelajaran di kelas (konfenional) dengan melibatkan teknologi yang sifatnya online. Kedua, selama ini belum banyak guru yang memanfaatkan teknologi khususnya internet sehingga belum memiliki kerangka kerja yang jelas dalam menjalankan proses pembelajaran. Ketiga, selama ini tanggungjawab atas keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh kualitas guru dalam Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
68
mengajar dan bahan ajar yang dimiliki, serta dibantu oleh pemangku kepentingan lain seperti Pengawas dan pihak Dinas Pendidikan. Asumsi yang muncul adalah jika melibatkan teknologi dalam pembelajaran, maka pada tataran pelaksanaannya harus terumus dengan jelas, misalkan : (1) Hubungan sinergi seperti apa saja yang akan dibangun antar pemangku kepantingan (2) Bagaimana peran guru dalam proses (3) Bagaimana dilakukannya proses (4) Apa saja yang perlu dipersiapkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang melibatkan teknologi internet. Values (nilai) Pada dasarnya nilai-nilai yang harus dibangun di dalam diri seorang guru agar perannya dalam proses pembelajaran menjadi maksimal. Antara lain adalah : Guru harus memiliki karakter yang kuat dalam mendorong keberhasilan dalam proses pembelajaran. Perlu menciptakan dorongan yang kuat untuk memiliki komitmen dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Pentingnya terus mengimprovisasi kemampuan, keterampilan dalam mengajar dan penguasaan teknologi yang berkembang. Terus menjaga komunikasi yang baik dan efektif dengan para peserta didik, agar terjalin sebuah ikatan yeng kuat guna keberhasilan dalam proses pembelajaran.
5.1.3 Analisis Three (Political Analysis) Sistem pembelajaran yang saat ini masih bersifat sentralistik, menuntut seorang guru harus memiliki perangkat, kapabilitas dan keterampilan
mengajar
yang
setiap
saat
harus
terus
diperbaharukan/mutahirkan. Bila Model Keterampilan Informasi menjadi bagian dari sebuah proses pembelajaran, semestinya seorang guru sudah harus menyesuaikan semua komponen pembelajaran yang bisa mengadopsi hal tersebut diatas misalnya memulai dengan teori pembelajaran yang cocok seperti konstruktif, sebernatik atau humanistik, mulai untuk melirik keterlibatan teknologi,
budaya dan pendidikan karakter. Sehingga Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
69
pembelajaran bukan hanya terfokus pada apa yang guru sampaikan di depan kelas, namun juga melibatkan siswa itu sendiri dalam menggali, menemukan, dan membangun sistem kognitifnya dengan menggunakan media-media dan sumber-sumber belajar yang beragam. Oleh karena semua ini berkaitan dengan tugas dan peran para guru, maka perlu kiranya memperhatikan hal-hal seperti regulasi, yang dirancang pemerintah dalam mengatur tugas dan kewajiban guru tersebut. Pemerintah telah menyiapkan perangkat-perangkat hukum berupa Peraturan Menteri PAN No. 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit dan Undang Undang No. 14 tahun 2005. tentang Guru dan Dosen. Selain itu ada pula Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,dan standar penilaian pendidikan.
5.2 Pengambilan data Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan melakukan pertemuan secara formal di Aula Pengawas Dinas pendidikan Kota Pontianak dengan para stakeholder yang telah diidentifikasi pada analisis satu. Stakeholder yang dimaksud guru-guru mata pelajaran sebanyak 40 orang, pengawas sekolah tingkat SMP sebanyak 3 orang dan pihak dinas yang diwakili oleh Kasi Bidang Perencanaan. Pertemuan ini oleh peneliti diarahkan untuk mendapatkan ruang lingkup permasalah (scope) yang nantinya oleh peneliti digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang digambarkan dalam sebuah rich picture. Pada pertemuan ini peneliti menggunakan salah satu teknik yang disarankan oleh Wong dan Howard (1998), yaitu storyboarding. Kegiatan awal yang dilakukan pada teknik ini, peneliti menggambarkan kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan secara konfensional, selanjutnya secara bersama mencoba Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
70
menguraikan aliran kegiatan yang dilakukan tersebut dengan membebaskan muculnya ide-ide, pendapat dan komentar yang saling terkait untuk membangun sebuah kegiatan belajar yang oleh guru dan peserta didik melibatkan internet dalam melakukan pencarian informasi dan literasi sehubungan dengan pembelajaran yang dilakukan. Para peserta maupun peneliti sendiri dibebaskan untuk menambahkan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut, dalam bentuk informasi, ide dan komentar tunggal yang saling terkait. Harapannya adalah bahwa terbentuk sebuah rich picture tentang apa yang kita bahas dalam pertemuan FGD ini. Deskripsi singkat akan diberikan jika ada beberapa bagian cerita yang dirasakan belum tersambung. Selain melakukan FGD (Focus Group Discution), peneliti juga melakukan beberapa wawancara yang melibatkan dosen-dosen di Program Strata-2 Program Studi Teknologi Pembelajaran, FKIP Universitas Tanjungpura. Fokus wawancara ditujukan untuk mempertajam hasil FGD yang telah dilakukan sebelumnya. Wawancara berhasil memberikan tambahan berupa toeri-teori belajar yang harusnya digunakan dalam model yang akan dirancang.
5.3 Rich Picture Untuk memahami problema situasi yang dihadapi dalam pembelajaran, perlu kiranya menggambarkan tentang lingkungan dan situasi kegiatan saat proses berlangsung. Hal ini akan melibatkan banyak aktifitas dan perangkat yang akan digunakan dalam mendukung saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Bila merujuk pada metode Checkland, maka perlu membangun persepsi tentang bagaimana mendefinisikan problema di atas dengan cara memformulasikan pandangan tertentu dari setiap pemangku kepentingan yang terlibat di dalam problema situasi, termasuk peran dan perhatian pokok mereka. Pada langkah ini pandangan dan perspektif serta ekspresi para pemangku kepentingan diuraikan berdasarkan peran masing-masing dalam problema situasi yang di gambarkan dengan menggambar mirip sketsa atau gambar kartun. Dari identifikasi permasalahan yang dihasilkan dari analisis di atas menghasilkan sebuah rich picture yang merupakan juga gambaran dari hasil pengambilan data berupa Focus Group Discustion (FGD) dan wawancara dengan Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
71
para stakeholder yang dilakukan pada saat pengambilan data. Adapun hasil-hasil pengambilan data tersebut tergambar dalam diagram rich picture di bawah ini.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
Gambar 5.1 Rich Picture permasalahan dunia nyata dalam penggalian informasi menggunakan internet dalam proses pembelajaran
72 Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
73
Pembuatan Rich Picture di atas dilalui melalui metode storyboarding, dimulai dengan menggambarkan sebuah situasi pembelajaran yang ideal yang biasa dilakukan. Berpatokan pada 3 (tiga) analisis sebelumnya. Peserta memulai menggambarkan situasi pembelajaran layaknya proses pembelajar biasa yaitu guru mengkomunikasikan materi kepada peserta didik. Setelah itu mulai muncul berbagai gambar dan keterangan gambar yang menyatakan peran setiap stakeholder dalam proses. Berkembangnya gambar-gambar dan atrubut yang berhubungan langsung dengan proses di dapatkan dari masukan para peserta yang mengikuti kegiatan FGD ini. Misalnya masuknya komponen-komponen pembelajaran yang terlibat, seperti perangkat pembelajaran sebagai panduan dari arah dan jalannya kegiatan, materi ajar yang disampaikan guru bersangkutan serta banyak lagi komponen lain. Hal lain yang menarik dalam diskusi ini adalah peran internet sebagai sebuah sumber belajar, peserta mengungkapkan
perlu kiranya ada sebuah sarana
komunikasi antara guru dan siswa bila mana proses pembelajaran dilakukan secara online. Selain itu ada masukan tentang alasan para guru perlu membuat instrumen penilaian validitas terhadap konten informasi, dari chanel-chanel internet hasil penggalian informasi. Instrumen dapat sekaligus dijadikan sebagai acuan seberapa jauh peserta didik mampu beradaptasi dengan model pembelajaran seperti ini. Tujuan lainnya adalah agar konten-konten yang diperoleh menjadi valid sehingga dengan sendirinya terkontrol keselarasnya dengan materi. Salah satu kesimpulan dari FGD yang telah dilakukan tersebut adalah para guru perlu menyiapkan perangkat pembelajaran pendukung seperti Perangkat Pencarian Informasi, Kartu validasi dan konfirmasi selain Perangkat pembelajaran utama seperti Modul/Materi ajar, Silabus, Program Tahunan dan Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Analisis Evaluasi, Matriks Materi Ajar dan lain-lain, karena model ketermpilan informasi ini adalah merupakan bagian dari proses pembelajaran menggunakan internet.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
74
5.4 Root Definition (Difinisi Akar) Root definition bersumber pada semua informasi yang telah di kumpulkan, dieksplorasi dan dibahas pada tahapan-tahapan SSM sebelumnya. Checkland dan Poulter (2006) menyarankan dalam merumuskan sebuah rood definition menggunakan rumus umum PQR. Pengartian PQR dalam konteks ini adalah untuk mengerjakan (P), dengan menggunakan (Q), untuk menghasilkan (R). Di mana PQR haruslah dapat menjawab pertanya Apa, Bagaimana, Mengapa. Sistem relevan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Primary task root definition Sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas yang melibatkan internet (P) dengan menggunakan model keterampilan informasi dan literasi (Q) agar para siswa dapat memecahkan masalah dalam pembelajaran (R).
Isue-base root definition Sebuah
sistem
pembelajaran
yang
menggunakan
internet
untuk
mendapatkan informasi dan literatur (P) melalui serangkaian kegiatan dalam model keterampilan informasi dan literasi (Q ) para siswa dapat memecahkan masalah pembelajaran secara mandiri, namun tetap terpantau dan selalu dalam bimbingan guru yang bersangkutan (R).
5.5 Analisis CATWOE Analisis CATWOE merupakan sebuah alat bantu agar root definition (RD) yang telah dibuat di atas benar-benar secara relevan dapat menggambarkan aktifitas guru dan peserta didik dalam model konseptual yang akan dibentuk. Dalam penelitian ini alat bantu mengingat (mnemonic), atau CATWOE mencakup elemen-elemen sebagai berikut : C - Siswa A - Guru dan siswa T - Penyelenggaraan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, menghasilkan seluruh peserta didik memiliki keterampilan informasi serta memiliki karakter yang kuat dalam membantunya memecahkan masalah pembelajaran. Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
75
W - Kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan akan menghasilkan peserta didik informatif dan mandiri. O - Guru E - Perubahan kurikulum dan Ketersedian internet
5.6 Model Konseptual Berdasarkan teori penggunaan metodologi Model Konseptual dibuat untuk digunakan sebagai alat intelektual yang digunakan untuk mendiskusikan situasi problem real world yang teridentifikasi. Alat intelektual yang dimaksud bagi praktis SSM adalah dalam pembuatan model, model konseptual digunakan untuk melakuakan diskusi, debat dan dialog tentang situasi problematis. Sehingga dengan dilakukannya diskusi, debat dan dialog tersebut diharapkan muncul peluang perspektif lain dalam melihat permasalahan, yang kemudian lahiralah ideide, gagasan dan pendapat guna melakukan perbaikan-perbaikan serta penyempurnaan terkait dengan situasi problem dunia nyata yang sedang diteliti saat ini. Model konseptual ini bukanlah gambaran yang utuh dunia nyata, model hanyalah sebuah duplikasi serba sistem aktifitas pembelajaran di kelas yang relevan dan di pilih oleh peneliti. Serta merupakan sebua intepretasi dari berbagai perspektif sebuah pembelajaran di kelas yang menggunakan internet sebagai fasilitator dalam mencari sumber informasi dan litertur sebagai alternatif sumber belajar. Terkait dengan penelitian ini, model konseptual yang dirancang tidak lepas dari hubungannya dengan root definition yang telah digariskan pada langkah sebelumnya. Bila merujuk root definition sebelumnya, maka sistem pembelajaran yang akan dimodelkan, merupakan sebuah aktifitas-aktifitas yang di dalamnya menggambarkan situasi pembelajaran dimana internet digunakan sebagai sumber bahan ajar oleh para guru serta membantu siswa memperoleh informasi yang lebih dalam mengikuti kegiatan dan pemecahan masalah dalam pembelajaran tersebut. Untuk membut model, peneliti perlu merumuskan sebuah garis besar kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas yang disaat bersamaan mengunakan sebuah teknologi informasi. Untuk itu perlu diingat bahwa model Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
76
konseptual yang akan dibuat ini adalah sebuah model pembelajaran, dimana dalam pelaksanaannya proses pembelajaran memiliki metode, cara dan strategi agar tujuan kegiatannya tercapai. Proses pembelajaran biasanya memiliki tahap kegiatan standar yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahapan penutup. Selanjutnya dari root definition di atas, butuh sebuah model yang tepat agar proses pembelajaran yang terintegrasi dengan internet tetap berada dalam koridor yang benar agar tujuan menjadikan peserta didik dalam belajar memiliki keterampilan informasi. Dari uraian di atas maka dapat dikelompokkan 3 komponen besar dalam proses melakukan kegiatan pembelajaran yakni, ada langkah yang di dalamnya memiliki proses-proses, menetapkan sesuatu untuk mencapainya, yaitu sebuah model pembelajaran dan tujuan dari penerapan langkah serta penggunaan model. Dari ketiga komponen, langkah-langkah merupakan komponen pembentuk aktifitas. Karena setiap langkah dalam proses berisikan aktifitas yang jelas untuk menjelaskan langkah yang dimaksud. Selain itu juga perlu menentukan siapa saja yang menjadi aktor pelaku yang menjadi
subjek dan objek kegiatan
pembelajaran. Aktifitas-aktifitas pada proses pembelajaran merujuk pada kegiatan pembelajaran. Secara umum kegiatan pembelajaran tersebut dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan penutup. Tahapan persiapan terdiri dari mempersiapkan materi dan perangkat. Sementara tahapan pelaksanan adalah proses dimana pembelajaran itu sendiri dilakukan. Sedangkan tahapan penutup adalah lebih kepada evaluasi dan penilaian. Dalam root definition juga dinyatakan bahwa pembelajaran dilakukan dengan mengintegrasikannya dengan internet, yang utamanya digunakan untuk memperkaya bahan ajar dan menyelesaikan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran dalam hal ini penugasan indifidu/kelompok maupun tes dalam proses evaluasi. Oleh karena itu perlu menambahkan aktifitas yang berhubungan dengan penggunaan internet tersebut. Setelah meletak garis besar dari root definition, peneliti bersama-sama dengan para stakeholder dalam FGD ke dua, yang terdiri dari para dosen S2 Jurusan Teknologi Pembelajaran antara lain Bapak DR. Andi Usman, M.Pd, Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
77
Dr.H.Syahwani Umar, M.Pd, Dr. Dede Suratman serta guru peserta program S2 Teknologi Pembelajaran FKIP Universitas Tanjungpura, Melakukan diskusi untuk menetapkan aktifitas dalam sistem beserta para pelakunya dalam hal ini guru dan siswa. Hasil diskusi mengungkapkan bahwa aktifitas sistem merupakan sebuah kegiatan pembelajaran, sehingga tahapan-tahapan kegiatannya juga diawali dengan aktifitas sisitem pembelajaran. Pembelajaran di dalam kelas yang penggunaan internet dalam hal pencarian informasi dimulai dengan aktifitas persiapan standar yang dilakukan oleh guru dalam hal ini mempersiapkan modul dan materi ajar serta strategi yang akan dipakai dalam pelaksanan pembelajaran tersebut. Pada fase kedua penentuan aktifitas sistem, lebih difokuskan dalam langkah-langkah dalam mencari informasi. Dari persiapan siswa mencari informasi yang berkenaan dengan pembelajaran atau penugasan hingga siswa menemukan informasi yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajarna menggunakan internet. Beberapa aktifitas tersebut sebagian dapat tercemin dari kegiatan berikut. Pertama-tama siswa harus mengetahui terlebih daulu tujuan dari pencarian informasi tersebut, selanjutnya informasi yang bersesuaian dicari dan ditemukan dengan bantuan keyword yang telah guru berikan sebelumnya, informasi yang sudah di dapat dikumpulkan dan disusun, lalu siswa memilih informasi apa saja yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Informasi disortir dan melakukan validasi kepada guru yang bersangkutan dengan menggunakan fasilitas komunikasi yang ada baik secara online maupun offline. Hasil validasi di analisis untuk mendapatkan pemecahan masalah yang lebih komprehensif. Hingga menemukan pemecahan masalah yang kemudian oleh guru yang bersangkutan, dilakukan proses penilaian. Semua aktifitas dari langkah-langkah proses prmbelajaran yang digariskan di atas bertujuan membuat sebuah transformasi pada model pembelajaran, sehingga peserta didik memiliki keterampilan informasi dan kemendirian dalam pemecahan masalah di sekolah. Mempertimbangkan garis besar yang telah dibuat berdasarkan root definition di atas dan CATWOE yang telah dibuat, dibuatlah sebuah model Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
78
konseptual yang aktifitasnya diambil dari paparan garis besar root definition dan CATWOE tersebut. Di bawah ini adalah model konseptual yang di konstruk berdasarkan paparan di atas.
9. Mengidentifikasi informasi dan literatur yang telah didapatkan
1. Membuat dan Mempersiapkan Modul / materi ajar yang merujuk pada kurikulum dan strategi pembelajaran 8. Pempresentasikan informasi yang telah didapat
2. Mempersiapkan perangkat Pembelajaran
3. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
5. Mempersiapkan/ Menggunakan Perangkat Query konten
7. Mencari dan mengumpulkan lokasilokasi informasi dan literatur yang bersesuaian
10. Memvalidasi Konten
11. Melakukan Komunikasi menggunakan kanal online / offline
12. Menganalisis hasil dari bimbingan 6. Mencari tahu Informasi dan literatur apa saja yang akan di temukan dari berbagai chanel dalam Internet
4. Mengevaluasi kegiatan Pembelajaran
13. Menemukan Pemecahan Masalah 14. Mengevaluasi pemecahan masalah
Monitor 1 - 14
Take Control Action
Menentukan Kreteria (efficacy, efficiency, effectiveness)
efficacy : Pembelajaran menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan informasi efficiency : Pembelajaran menggunakan sumber daya yang minimum. effectiveness: Model Keterampilan informasi termanfaatkan dalam pembelajaran
Gambar 5.2. Model Konseptual Keterampilan Informasi
Model konseptual yang dikonstruksi memiliki 14 aktifitas dihubungkan dengan panah. Arah panah menyatakan sifat antar hubungan aktifitas yang saling berketergantungan, artinya aktifitas yang ditunjuk kepala panah (hilir) tergantung dengan aktifitas di hulu anak panah.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
79
Sesuai
dengan
langkah-langkah
penelitian
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya, maka pada peneliatian ini perlu melakukan validasi model kepada expert untuk mendapat masukan dari model yang telah dikontruksi.
5.7 Validasi Model Keterampilan Informasi dan Literasi Seperti yang ditegaskan oleh Checkland dan Poulter (2006), model konseptual di atas akan digunakan sebagai alat diskusi, dan dari model ini akan disusun berbagai pertanyaan-pertanyaan sebagai kelangsungan diskusi bersama para validator. Pertanyaan yang muncul adalalah sebagai berikut :
Apakah kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam model terjadi di dalam situasi pembelajaran yang sebenarnya?
Siapa saja yang melakukan kegiatan yang terdapat dalam model?
Kapan kegiatan-kegiatan tersebut akan dilaksanakan?
Siapa lagi yang dapat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut?
Adakah cara lain yang mungkin dapat dilakukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran tersebut? Selain pertanyaan di atas, perlu juga mempertimbangkan munculnya
pertanyaan-pertanyaan lain yang berkaitan dengan kegiatan, keterkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain dalam proses pembelajaran yang bersangkutan, atau pun pertanyaan yang menyangkut tentang pengukuran kinerja atau aktivitas yang punya maksud yang menjadi perhatian peneliti. Dengan kaidah-kaidah pertanyaan seperti ini, diharapkan terungkaplah sudut pandang lain yang relevan terhadap sistem pembelajaran yang berlangsung. Munculnya sudut pandang lain tersebut juga dimaksudkan untuk mendorong keinginan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang ada pada proses pembelajaran tersebut. Pada gilirannya akan terwujud sebuah formula saran atas perubahan, perbaikan dan penyempurnaan pada situasi
proses pembelajaran
yang
dilaksanakan. Validasi yang akan dilakuan adalah dengan membandingkan model dengan situasi problematis dunia nyata (real world). Langkah ini merupakan sebuah usaha untuk mendapatkan sudut pandang, ide dan rekomendasi yang pada saat konstruksi model konseptual masih perlu penyempurnaan. Pada penelitian ini, Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
80
peneliti mengajukan permohonan kepada exsperties yang dianggap memahami metode dalam pembuatan disain sebuah model. Beliau adalah bapak Dana Indra. S, Ph.D serta bapak Dr. Eko. K. Budiarjo, yang juga merupakan staf pengajar di MTI Universitas Indonesia. Dana Indra. S, Ph.D berpendapat bahwa model konseptual ini merupakan sebuah model bisnis proses atau model aktifitas bukan sebuah model sistem inputoutput. Dalam rangkaian kegiataan atau aktifitasnya harus ditampakkan peran setiap pelaksana bisnis proses tersebut. Selanjutnya dalam melakukan komparasi dengan situasi problematik dunia nyata, harus dijelaskan langkah-langkah kongkret serta hasil atau output nyata dari semua aktifitas yang dilakukan dalam model tersebut. Dana Indra. S, juga menegaskan bahwa aktifitas ke-5 dari model, harus didukung dengan sistem atau aplikasi yang nyata bukan sekedar sebuah instrumen yang dibuat oleh guru yang bersangkutan. Aplikasi atau sistem tersebut bisa menggunakan e-literatur seharusnya sudah tersedia jika aktifitas ke-5 masih ingin dipertahankan. Seandainya belum memiliki aplikasi tersebut, maka sebaiknya aktifitas tersebut dihilangkan saja. Karena untuk menjaga tingkat kepaercayaan dan validitas konten perlu apalikasi yang mapan dan harus dapat ditelusuri. Sebagai rekomendasi, Dana Indra. S menegaskan bahwa dalam aktifitas mendapatkan keterampilan informasi, memerlukan bimbingan yang maksimal dari guru yang bersangkutan. Namun dalam koridor tetap memberikan kebebasan para siswa dalam mengeksplorasi informasi yang diperlukan. Jika hal ini terasa menyulitkan, maka pada perangkat pencarian perlu ada sebuah aplikasi filter content yang handal, untuk menhindari para peserta didik meangakses kontenkonten yang seharusnya bulum layak mereka akses. Ini hubungannya dengan kode etik dan kultur yang diatur cukup tegas di Indonesia. Sementara Dr. Eko. K. Budiarjo memberikan pendapat bahwa model "look like searching in Google", (model pengayaan materi) walaupun kelihatannya sederhana namun beliau berpendapat bahwa "sebuah sistem dibangun bukan dilihat dari keserhanaan atau kerumitan sebuah model, namun model yang dibuat harus berpedoman pada tujuan dari pembuatan sistem itu sendiri". Beberapa rekomendasi atau lebih tepatnya adalah "warning", bahwa beberapa aktifitas Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
81
dalam model "berpotensi salah", terutama hubungan antara aktifitas 2 ke aktifitas 5, akan lebih baik panah dari aktifitas 2 ke aktifitas 5 dihilangkan saja, untuk menghindari kesalahan interpretasi. Selain itu menurut Dr. Eko. K. Budiarjo aktifitas mempresentasikan hasil pencarian informasi diragukan kebenarannya, beliau memberikan saran untuk dihilangkan saja. Hasil validasi yang dilakukan menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa perlu kiranya melakukan perbaikan pada model konseptual yang telah dibuat sebelumnya. serta mempertimbangkan beberapa hal untuk dijadikan bahan masukan dalam melakukan langkah berikutnya. Melihat bahwa validasi yang dilakukan sepertinya sedikit merubah aktifitas yang ada dalam model konseptual, maka dari hasil wawancara untuk menvalidasi model, peneliti melakukan perubahan atas model dengan merubah atau menghilangkan aktifitas yang dianggap berpotensi salah pada model konseptual yang bersangkutan. Serta membuat sebuah subsistem dalam sistem pembelajaran Adapun model konseptual yang dihasilkan melalui proses validasi di atas terlihat seperti di bawah ini.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
82
1. Membuat dan Mempersiapkan Modul / materi ajar yang merujuk pada kurikulum dan strategi pembelajaran
10. Pempresentasikan informasi yang telah didapat
5. Mempersiapkan/ Menggunakan Perangkat Query konten
8. Memvalidasi Konten
7. Mengidentifikasi informasi dan literatur yang telah didapatkan
2. Mempersiapkan perangkat Pembelajaran
9. Melakukan Komunikasi menggunakan kanal online / offline
6. Mencari dan mengumpulkan lokasilokasi informasi dan literatur yang bersesuaian
3. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
4. Mengevaluasi kegiatan Pembelajaran
10. Mengnalisis Hasil Pembelajaran dari hasil Inquery
5. Mencari tahu Informasi dan literatur apa saja yang akan di temukan dari berbagai chanel dalam Internet
11. Menemukan Pemecahan Masalah
12. Mengevaluasi diri
Monitor 1 - 12 Take Control Action
Menentukan Kreteria (efficacy, efficiency, effectiveness)
efficacy : Pembelajaran menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan informasi efficiency : Pembelajaran menggunakan sumber daya yang minimum. effectiveness: Model Keterampilan informasi termanfaatkan dalam pembelajaran
Gambar 5.3 Model Konseptual Hasil Validasi
Dari konseptual model di atas, memperlihatakan ada dua aktifitas yang di hilangkan yaitu, aktifitas 5 yakni mempersiapkan/menggunakan perangkat quary content hal ini disebabkan, sampai saat penelitian ini dilakukan, belum tersedianya sebuah aplikasi sejenis itu di tempat penelitian berlangsung. Aktifitas yang juga dihilangkan adalah aktifitas 10 yaitu mempresentasikan informasi yang didapatkan karenaaktifitas ini berpotensi salah dalam konteks model konseptual.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
83
5.8 Komparasi Model Konseptual Dengan Situasi Dunia Nyata (Langkah ke5 dalam SSM) Komparasi model konseptual dengan situasi dunia nyata dilakukan dengan melihat situasi problematis dunia berdiskusi dengan para stakeholder yang dipilih. Diskusi dilakukan dengan menggunakan metode diskusi secara online maupun offline. Diskusi oneline melibatkan beberapa guru yang telah diidentifikasi telah menggunkan pembelajaran dengan melibatkan internet dalam pembelajarannnya, serta pengawas sekolah dan seorang dosen yaitu Dr. Andi Usman, M.Pd sebagai expertis dalam disain pembelajaran di jurusan Teknologi Pembelajaran FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Untuk mempertajam analisis pemodelan dan menentukan saran tindak yang dilakukan terhadap model, peneliti juga melakukan diskusi dengan DR. Robinson Situmorang. Untuk mendapatkan sudut pandang lainnya peneliti juga melakukan validasi model dengan seorang expertis dunia pendidikan. Menurut
DR.
Robinson Situmorang, beliau merupakan dosen di Universitas Negeri Jakarta Jurusan Teknologi Pembelajaran yang juga seorang experties dalam desain pembelajaran. Menurut beliau aktifitas sistem pertama, dapat dipisahkan antara mempersiapkan modul dan materi berdasarkan kurikulum dengan menentukan strategi pembelajaran. Aktifitas 7.1 sampai dengan aktifitas 7.8 merupakan subsistem dari sistem pembelajaran. Subsistem inilah yang disebut sebagai model keterampilan informasi tersebut. Dari diskusi yang dilakukan secara online dan offline, muncul beberapa perspektif-perspektif baru dari aktifitas-aktifitas yang teridentifikasi sebagai sebuah gambaran yang mendekati dengan situasi dunia nyata (real world situation) dalam model pembelajaran yang menggunakan konsep keterampilan informasi. Selanjutnya aktifitas-aktifitas pada dunia nyata tersebut dibandingkan dengan model konseptual hasil penelitian. Hasil dari perbandingan antara kedua aktifitas-aktifitas dalam model konseptual penelitian dan dunia nyata terangkum dalam tabel situasi dunia nyata seperti di bawah ini.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
84
Tabel 5.1 Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Model Keterampilan Informasi (Situasi Dunia Nyata/Real World Situation) Aktifitas
Perangkat
Langkah-Langkah
1. Membuat dan Mempersiapkan Modul/ materi ajar yang merujuk pada kurikulum
Buku referensi
1. Identifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2. Menetapkan indikator 3. Menuliskan uraian materi
Bahan ajar
2. Menentukan Strategi Pembelajaran
Kurikulum Silakus Buku referensi
Metode Pembelajaran (Metode Demonstrasi, Simulasi, Praktikum dan Studi Mandiri)
Menentukan Urutan Pembelajaran Menentukan metode Pembelajaran Menentukan media yang digunakn Menentukan Waktu Tatap Muka Pengelolaan Kelas Menentukan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Materi Pembelajaran, Model dan Metode Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Evaluasi Pembelajaran
3. Mempersiapkan perangkat Pembelajaran
Kurikulum Silabus
4. Menentukan strategi pembelajaran 5. Mengevaluasi kegiatan Pembelajaran
Kurikulum dan silabus Soal-soal
1. 2. 3. 4. 5.
6. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
RPP, Bahan ajar, LKS, Media Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan 2. Kegiatan inti: 3. Eksplorasi
Produk Hasil
Perangkat Pembelajaran
Menyusun soal Analisis hasil tes Validasi soal Melaksanakan tes Memeriksa hasil tes Memberi skor Hasil belajar siswa/ Prestasi belajar siswa Bagi guru: sebagai Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
85
4. Elaborasi 5. Konfirmasi 6. Kegiatan Penutup 7. Siswa Mencari Informasi Secara Mandiri 7.1. Mencari tahu Informasi dan literatur apa saja yang akan di temukan dari berbagai kanal dalam Internet
7.2. Mengumpulkan lokasi-lokasi informasi dan literatur yang bersesuaian
Modul materi tugas yang dibebankan, Lembar kerja siswa dan Instrumen Query Content
Perangkat komputer, Internet, Modul materi tugas yang dibebankan, Lembar kerja siswa, InstrumeQuery Content, Modulmodul dan bahan ajar lain yang bersangkutan dengan tugas. Buku catatan, Log pencarian
umpan balik untuk perbaikan pda kegiatan belajar selanjutnya.
1. Mengidentifikasi Instrumen informasi yang Pencarian yang berhubungan memuat tujuan dengan penugasan yang akan dicapai yang diberikan dalam melakukan 2. Mengklarifikasi pencarian makna dari katainformasi. kata yang tercantum Daftar kata-kata dalam tugas yang kunci dan definisi diberikan kata kunci dalam 3. mengidentifikasi pencarian dan menafsirkan informasi kata-kata kunci dan ide-ide dalam tugas 4. Mempresentasikan tugas dengan katakata sendiri 5. Mengerjakan tugas yang diberikan tersebut. 1. Mengingat kembali Instrumen informasi yang Elaborasi relevan dari Informasi. pengalaman Jurnal query sebelumnya pencarian 2. Mengukur informasi. kemampuan dan Instrumen keterbatasan Daftar Peralatan pengetahuan yang Pencarian dimiliki saat ini dan Informasi memutuskan apakah ada informasi tambahan dan keterampilan apa saja yang dibutuhkan untuk mendapatkannya. 3. Membatasi pencarian sesuai dengan ruang Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
86
4.
5.
6.
7.
8.
9.
7.3. Menyeleksi Informasi yang dibutuhkan
Perangkat komputer, Internet, Aplikasi Perkantoran, Modul materi tugas yang dibebankan, Lembar kerja siswa, Instrumen Query Content, Modul-modul dan bahan ajar lain yang bersangkutan dengan tugas. Buku catatan,
1.
2.
3.
4.
lingkup pembahasan. Mengidentifikasi sumber-sumber (orang, organisasi, tempat, perangkat elektronik yang digunakan, benda dan lain lain). Menilai sumber informasi yang relatif layak dipakai sebagai sumber informasi. Memilih sumbersumber yang terbaik yang terbaik. Menemukan sumber informasi dan peralatan yang sesuai untuk digunakan. Menggunakan peralatan yang sesuai untuk digunakan. Mencatat rincian dari sumber informasi dapat digunakan. Menganalisis setiap Instrumen sumber lain yang Analisis Hasil telah ditemukan. Temuan Mengidentifikasi informasi yang memiliki hubungan dengan tugas. Menilai, menghormati privasi dan kepemilikan atas informasi Memutuskan apa yang harus dilakukan bila menemukan kekurangan dalam informasi Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
87
7.4. Mengorganisasi semua informasi yang telah terseleksi
Log Pencarian
5. Memutuskan apakah informasi lebih dekat dengan fakta atau pendapat 6. Menilai kredibilitas sumber yang termasuk dalam kategori opini 7. Mengidentifikasi ketidakkonsistenan serta kadar bias suatu informasi 8. Merancang sebuah sistem untuk merekam dan mensintesis informasi 9. Meringkas informasi 10. Membuat catatan kutipan dari sumber informasi
Perangkat komputer, Internet, Aplikasi Perkantoran, Modul materi tugas yang dibebankan, Lembar kerja siswa, Instrumen Query Content, Modul-modul dan bahan ajar lain yang bersangkutan dengan tugas. Buku catatan, Log hasil pencarian informasi
1. Meninjau ulang tujuan dari tugas yang diberikan 2. Menggabungkan informasi ke dalam unit yang lebih besar dari informasi-informasi yang telah didapatkan. 3. Menggabungkan unit informasi menjadi sebuah struktur. 4. Melakukan tinjauan terhadap struktur informasi, apakah masih masuk dalam kerangka tugas. 5. Menilai ulang struktur informasi, (bila diperlukan).
Instrumen Finalisasi Hasil Pencarian Informasi
1. Meninjau ulang produk akhir
Instrumen Evaluasi Hasil
7.5. Mengidentifika Perangkat komputer, si informasi
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
88
dan literatur yang akan divalidasi
7.6. Memvalidasi Konten
Internet, Aplikasi Perkantoran, Modul materi tugas yang dibebankan, Lembar kerja siswa, Instrumen Query Content, Modul-modul dan bahan ajar lain yang bersangkutan dengan tugas. Buku catatan, Log hasil pencarian informasi Siswa menggunakan Instrumen validasi konten.
(informasi yang didapatkan) apakah telah memenuhi persyaratan. 2. Menilai ulang proses dalam menyelesaikan tugas 3. Memeriksa kembali kekuatan dan kelemahan informasi (trutama yang spesifik) yang tergali.
1. Mengidentifikasi Alamat Situs dan Organisasi yang yang bertanggujawab terhadap Situs tersebut. 2. Melakukan penilaian terhadap Situs, apakah situs mudah untuk di baca ataukah sulit dipahami. 3. Mengkatagorikan tampilan yang digunakan website tersebut, apakah berupa images, photographs, Video Clips, ataukah ClipArt? lalu mengungkapkan alasan. 4. Melakukan identifikasi jenisjenis tipe informasi yang tersedia. Apakah tersedia link ke situs yang
Pencarian Informasi
Instrumen validasi, Instrumen Konsultasi dan Bimbingan
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
89
7.7. Melakukan Komunikasi menggunakan kanal online / offline
Guru mata pelajaran dan siswa memiliki Accaunt Email, Social media, atau Blog danbisa saling akses (Online)
7.8. Menganalisis Hasil Validasi
Siswa menggunakan Instrumen Finalisasi Hasil Pencarian Informasi Instruman hasil validasi, dan Instrumen Evaluasi Hasil Pencarian Informasi
lain? 5. Melakukan penjajakan kemungkinan melakukan kontak dengan pembuat situs atau organisasi lain yang relevan. 6. Mengidentifikasi kategori situs terhadap informasi yang ditawarkan, apakah situs memberikan informasi atau hanya sekedar ajakan/tawaran akan sesuatu. Selayaknya melakukan komunikasi dengan menggunakan social media, email, atau blog. Mencatat hasil komunikasi terutama menyangkut hal-hal penting berupa ide, rekomendasi dan lain-lain
Siswa membuka kembali semua instrumen. Hasil informasi dari finalisasi dan validasi dibandingkan, lalu hasil perbandingan tadi, di analisa apakah kedua intrumen memiliki gap atau tidak hingga mendapatkan informasi datau literatur mana yang paling tepat dan
Print Out email, Log Sequance Percakapan
Instrumen Hasil Validasi
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
90
dianggap dapat memecahkan masalah dari penugasan yang telah diberikan. 8. Menemukan Pemecahan Masalah
Siswa telah mengisi Instrumen Analisis Hasil Pencarian, Untuk sebagai tambahan dapat menggunakan Buku-buku referensi
1. Siswa Laporan kegiatan mengidentifikasi pemecahan informasi yang masalah telah divalidasi mana yang cocok untuk menjawab masalah dalam penugasan. 2. Mengemukakan hipotesis/rencana pemecahan masalah. 3. Meninjau beberapa pilihan metode yang sesuai antara informasi pemecahan masalah 4. Memilih metode yang paling tepat dalam menyelesaikan masalah 5. Menerapkan motede tersebut untuk menyelesaikan masalah
9. Mengevaluasi Diri
Instrument evaluasi
1. Mengidentifikasi pengalaman yang telah didapatkan dari metode yang diterapkan dalam pembelajaran dan dalam penyelesaian tugas yang diberikan. 2. Meninjau kembali atas ketercapaian diri dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan di dalam
Instrumen Evaluasi Diri
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
91
kelas. 3. Menuliskan dampak positif dan negatif yang diperoleh dengan menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran. 4. Mengidentifikasi tantang adanya peningkatan pengetahuan. 5. Menetapkan tujuan pribadi untuk pengembangan lebih lanjut dari keterampilan informasi yang dirasakan telah dimilik. Siswa memiliki kemampuan untuk mengakses, mensintesis, menganalisa dan menggunakan informasi yang didapatkan dari berbagai sumber di internet dengan tahapan-tahapan seperti menetapkan, mengalokasikan, mengkritik dan menganalisis informasi tersebut untuk memecahkan permasalahan pembelajaran atau penugasan yang diberikan .
10. Siswa memiliki keterampilan informasi
-
-
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
92
Tabel di atas merupakan sebuah gambaran dari dunia nyata hasil diskusi tentang perbandingan dengan dunia nyata dan model konseptual yang telah dikonstruksi, menghasilkan 3 (tiga) perspektif yang menjadi fokus diskusi yang dilakukan yaitu Perangkat, Langkah-Langkah dan Produk Hasil. Perangkat yang dimaksudkan dalam hal ini adalah sesuatu yang digunakan atau harus ada dalam melaksanakan aktifitas situasi problematis dunia nyata. Sementara yang dimaksud dengan langkah-langkah adalah urutan aktifitas riil dalam melaksanakan aktifitas model sebagai rujukan. Perspektif yang ketiga adalah produk hasil. Produk hasil adalah sebuah produk rill yang dihasilkan akibat terjadinya aktifitas pada situasi problematis dunia nyata. Tabel di atas juga menyajikan semua komponen perspektif dari aktifitas dunia nyata dan kemudian dibandingkan dengan analisis dari aktifitas model koseptual yang telah dijelaskan pada langkah sebelumnya. Aktifitas pada kolom pertama merupakan perbandingan aktifitas antara model konseptual dengan aktifitas pada dunia nyata. Dari perbandingan tersebut, memunculkan aktifitasaktifitas dunia nyata yang tidak terdapat pada aktifitas pada model konseptual yaitu aktifitas kedua (strategi Pembelajaran), aktifitas keempat yaitu Tujuan Pembelajaran, aktifitas 7.4, yakni mengorganisasi semua informasi yang telah didapatkan dan aktifitas 7.5 yaitu mengidentifikasi informasi dan literatur yang telah didapatkan beserta dengan perspektifnya. dan aktifitas ke sepuluh yaitu siswa memiliki keterampilan informasi. Secara lengkap aktifitas-aktifitas berdasarkan rencana tindak dalam situasi problematis adalah sebagai berikut. Aktifitas pertama dan kedua dimulai dengan persiapan pelaksanaan situasi problem, yaitu guru mempersiapkan modul dan bahan ajar yang berkenaan dengan materi yang akan diajarkan. Modul dan bahan ajar yang dipersiapkan harus ditetapkan berdasarkan kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan. Sering di temukan dalam aktifitas kedua ini guru juga menentukan strategi standar untuk pembelajaran yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran biasa (stendard isi). Berdasarkan teori belajar yang digunakan, strategi pembelajaran
yang
berkarakteristik
konstruktivisme,
menekankan
pada
penggunaan pengetahuan secara bermakna, aktivitas belajar dalam konteks nyata, bukan mengikuti urutan dalam buku teks. menggali dengan berfikir secara Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
93
divergen. Pada aktifitas ketiga, perangkat-perangkat tersebut dimaksudkan agar dalam pelaksanaannya, prose pembelajaran selalu dalam koridor, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Beberapa perangkat yang dimaksud antara lain, Silabus, Program Tahunan, Program Semester, Jadwal Pelaksanaan, Distribusi Alokasi Waktu, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Analisis Materi Pembelajaran, Matriks Sistem Penilaian dan Rancangan Sistem Penilaian. Termasuk dalam hal ini memastikan perangkat-perangkat guna melakukan pencarian informasi siap digunakan. Aktifitas keempat merujuk pada tujuan pembelajaran yang akan dirancang dalam sistem. Tujuan pembelajaran dilandaskan pada pada fokus akan dicapai. Dalam pembelajaran yang menggunakan internet seperti ini, memberikan para peserta didik peluang yang beragam dalam pemecahan masalah dan memutuskan cara yang paling tepat. Pembelajaran juga memiliki tujuan untuk mengajak siswa berfikir secara kreatif, inovatif dan kritis. Tujuan lain adalah siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dan bekerja secara kolaboratif. Menyusun argumentasi secara logis, memberikan alasan-alasan dalam berargumentasi berdasarkan data dan fakta yang ada. Memecahkan persoalan yang dihadapi secara kelompok serta membuat jejaring dalam konteks lokal maupun global. Sehingga kebutuhan akan akses informasi dan komunikasi yang memadai sangat diperlukan. Aktifitas kelima, guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan terintegrasi dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata. Mempersiapkan instrumen-instrumen penilaian serta soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan. Bila ditambah dengan sebuah penugasan, maka perlu pula kiranya dipersiapkan sebuah instrumen pencarian konten-konten sebagai panduan peserta didik melakukan pencarian informasi dengan menggunakan internet. Jika pada aktifitas kegiatan pembelajaran internet digunakan untuk lebih mendapatkan perspektif lain dan lebih memahami materi yang dipelajari lewat informasi yang dikandungnya, maka pada aktivitas evaluasi, internet lebih diutamakan dalam mencari pemecahan masalah dari evaluasi yang diberikan.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
94
Aktifitas 7.4 dari situasi problematis dunia nyata model, merupakan aktifitas pertama dari subsistem yang di sebut model keterampilan informasi. Aktifitas ini memotret usaha siswa dalam melakukan penseleksian konten-konten yang telah didapatkan. Keterampilan menganalisis satu sumber dengan sumber yang lain sangatlah dibutuhkan. Selain itu kemampuan penyeleksian konten juga memberikan peluang siswa untuk dapat mengasah kemampuannya dalam melihat objektifitas sebuah literatur, serta menghargai kekayaan intelektual. Kemudian siswa juga dituntut mampu melakukan merancang sebuah sintesa lewat kemampuan merekam semua jejak informasi yang telah terkumpul. Kurangnya dukungan dari perangkat dan motivasi selalu menjadi kendala serius bagi mereka untuk dapat melakukan kegiatan ini. Dukugan para guru untuk membantu mereka mencapai tujuan kegiatan menjadi faktor yang cukup menentukan dalam keberhasilannya. Selanjutnya aktifitas 7.5 merupakan puncak aktifitas yang dilakukan siswa dalam menilai keberhasilan siswa meningkatkan keterampilan informasi. Pada aktifitas ini, semua informasi yang terkumpul disatukan menjadi sebuah struktur informasi dengan merujuk pada tujuan dari penugasan yang telah diberikan. Hasilnya kemudian dilihat kembali, apakah informasi yang telah terstruktur tadi masih masuk dalam kerangka penugasan. Jika belum siswa dapat melakukan penilaian kembali struktur informasi yang telah disusun hingga semua informasi diputuskan masih masuk ke dalam kerangka tugas yang telah ditentukan. Tabel di bawah ini akan menggambarkan lebih jelas gap aktifitas antara model konseptual dengan situasi problematik dunia nyata.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
95
Tabel 5.2 Tabel Gap Analisis Antara Aktifitas-aktifitas Model konseptual dan Situasi Problematis Dunia Nyata (real world situation)
1 2 3 1 R 2 3 R 4 5 R 6 R 7 7.1 R 7.2 R 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 8 9 10
Aktifitas
Situai Problematis Dunia Nyata
Model Konseptual Aktifitas 4 5 6 7 8 9
NEW 10 11 12 ADD ADD
ADD
ADD ADD R R R R R R ADD
Keterangan Gambar : 1-12 = Jumlah aktifitas dalam model konseptual 1-15 = Jumlah aktifitas dalam situasi problematik dunia nyata R = Retain (tidak ada perbedaan aktifitas antara model konseptual dan situasi problematis dunia nyata). ADD =
Tambahan aktifitas model konseptual setelah dibandingkan
dengan situasi problematis dunia nyata. Dari hasil tabel gap analisis di atas menampilkan perbedaan aktifitas antara model dan situasi problematis yang dibandingkan. Teridentifikasi 2 (dua) aktifitas yang ada pada situasi problematis, namun tidak pada model konseptual yang dirancang. Karena tujuan dari melakukan perbandingan, adalah agar model konseptual mendapatkan ide, saran dan pendapat peserta diskusi.
Sehingga diharapkan model koneptual yang dirancang lebih dapt
diterima dan sedekat mungkin sesuai dengan situasi problematis dunia nyata Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
96
yang sedang diteliti. Adapun model konseptual final hasil dari perbandingan di atas adalah sebagai berikut. Model Keterampilan Informasi 1. Membuat dan Mempersiapkan Modul / materi ajar yang merujuk pada kurikulum
7.4. Mengorganisasi semua informasi yang telah terseleksi 7.6. Memvalidasi Konten
2. Menentukan Strategi Pembelajaran
3. Mempersiapkan perangkat Pembelajaran
7.3. Menyeleksi Informasi yang dibutuhkan
4. Menentukan tujuan pembelajaran
5. Memberikan penugasan atau tes (latihan/ulangan)
6. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
7.5. Mengidentifikasi informasi dan literatur yang akan divalidasi
7.2 Mengumpulkan lokasi-lokasi informasi dan literatur yang bersesuaian
7.8. Mengnalisis Hasil Validasi
7. Siswa mencari informasi secara mandiri 7.1. Mencari informasi dan literatur apa saja yang akan di temukan dari berbagai chanel dalam Internet
10. Siswa memiliki keterampilan informasi
7.7. Melakukan Komunikasi menggunakan kanal online / offline
8. Menemukan Pemecahan Masalah
9. Mengevaluasi Diri
Monitor 1 - 10
Take Control Action Menentukan Kreteria (efficacy, efficiency, effectiveness)
efficacy : Pembelajaran menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan informasi efficiency : Pembelajarna menggunakan sumber daya yang minimum. effectiveness: Model Keterampilan informasi termanfaatkan dlam pembelajaran
Gambar 5.4 Model Konseptual Setelah Proses Perbandingan
Untuk mendapatkan sudut pandang, ide-ide dan gagasan hasil diskusi dan berdialog dengan stakeholder, aktifitas konseptual model di atas dipilih dengan sebisa mungkin mirip dengan dunia nyata. Tujuan adalah agar rekomendasi yang diperoleh benar-benar merupakan solusi dari situasi problem yang telah teidentifikasi.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
97
5.9 Perumusan Perubahan dan Saran Tindak Model Konseptual (Langkah ke-6 SSM) Saran tindak dalam penelitian ini digunakan lebih kepada menjelaskan setiap aktifitas yang terdapat di dalam model konseptual terakhir setelah melalui analisis gap selesai dilakukan. Melalui diskusi yang dilakukan sebelumnya dan beberapa akomodasi dari berbagai sudut pandang yang telah dicantumkan dalam fase membandingkan dengan situasi problematis, memunculkan beberapa saran tindak yang dituangkan dalam langkah-langkah diberikut ini. Harapan yang ingin di capai adalah adalah terpenuhinya ke dua syarat atas model konseptual sepertihalnya yang di sarankan oleh Checkland dalam setiap model yang dihasilkan melalui langkah-langkah Soft System Methodology (SSM) sebelumnya, yaitu bahwa model yang di konstruksi haruslah : a. Dapat diterima argumennya. b. Dapat di mungkinkan secara kultural. Sesuai dengan Root Definition, model konseptual yang terakhir di atas, dimulai dengan aktifitas pertama yaitu melakukan perancanaan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perencanan pembelajaran dilkukan dengan menetapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya memuat identitas mata pembelajaran, Standar Kompeteni (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kopentensi, tujuan pembelajaran, modul/materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian haisil belajar, sumberbelajar dan tidak melupakan melihat kesiapan perangkat pencarian informasi serta internet. a. Silabus, merupakan sebuah acuan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat identitas mata pelajaran atau tema pembelajaran, Standar Kompeteni (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kopentensi, tujuan pembelajaran, modul/materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, Indikator
dan sumber belajar. Silabus dikembangkan berdasarkan
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta penduan penyusunan Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
98
pengembangannya silabus dapat dikembangkan oleg guru-guru secara mandiri melalui kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Diklat (MGMP/D) atau Kelompok Kerja Guru (KKG). Pengembangan disusun di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kota Pontianak. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah penjabaran dari silabus yang digunakan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran di kelas dalam upaya mencapai Kompetensi dasar. Ini adalah perangkat pembelajaran yang wajib disusun oleh guru sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. RPP disusun untuk setiap Kompetensi Dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Salah satu contoh RPP dapat dilihat seperti dibawah ini. Berturut-turut dalam pembahasan rencana tindak untuk aktifitas ketiga, empat dan lima masih dalam bagian dari kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan
kegiatan
penutup.
Kegiatan
pembelajaran
merupakan
implementasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Untuk mempermudah pemahaman hubungan antara komponen pedagogi, materi
pembelajaran
dan
teknologi,
dibutuhkan
sebuah
perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan model evaluasi peserta didik serta refleksi pembelajaran secara terintegrasi. Penyusunan petunjuk praktikum secara virtual, program simulasi dan animasi yang nantinya disajikan dalam contoh, terutama dalam mata diklat/pelajaran, termasuk lembar kerja siswa (LKS). Pemahaman taksonomi dan struktur berfikir yang telah di paparkan berikut kata kerja operasional yang tersaji dalam tabel rencana tindak sebelumnya langsung dapat digunakan dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Selanjutnya adalah menyesuaikan semua aktifitas-aktifitas yang terdapat dalam model konseptual yang tersusun secara sistematis sesuai dengan struktur berfikir peserta didik dalam aktifitas pembelajaran yang berlangsung.
5.10. Contoh Rancangan Pembelajaran Dengan Model Konseptual Rancangan pembelajaran berbasis TIK dengan menggunakan kerangka TPACK (Technolog, Pedagogy, Content, Knowladge) untuk mata diklat produktif Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
99
pada materi pembuatan dan pengkonfigurasian komputer server yang dipelajari pada kelas XII semester VI dalam durasi waktu 4 x 45 menit dengan bantuan praktikum secara demonstrasi menggunakan perangkat komputer dan perangkat lain pendukung sebuah server dan praktikum virtual dengan menggunakan aplikasi virtual komputer. Contoh kegiatan pembelajaran yang digunakan adalah kegiatan pembelajaran mengkonfigurasi komputer server. 1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan guru melakukan kegiatan seperti dibawah ini : 1. Menyiapkan peserta didik baik phisikis dan fisik untuk mengikuti prosedur pembelajaran. 2. Mengidentifikasi pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaanpertanyaan awal. 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. 4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus yang terdiri dari :
Materi Pembelajaran : Membuat dan mengkonfigurasi komputer server yaitu konfigurasi DNS Server menggunakan Linux Debian 4.
Standar Kompetensi : Mendisain dan membangun server.
Kompetensi dasar : Mengetahui komponen server sehingga dapat membuat sebuah komputer server (DNS Server, Mail Server, Web Server, FTP Server, dan Proxy server yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Indikator : 1. Merencanakan perancangan komputer server. 2. Mengumpulkan komponen (hardware/software) yang dibutuhkan dalam perancangan komputer server. 3. Membuat komputer server (DNS server, Web Server, Mail Server, Database/File Server). Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran khususnya pada mata diklat ini, siswa diharapkan dapat :
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
100
a. Mendemonstrasikan langsung cara-cara membuat komputer server. b. Menganalisis komponen (hardware/software) yang dibutuhkan dalam perancangan komputer server. c. Menghubungkan antara perencanaan perancangan server dengan komponen (hardware/software) yang dibutuhkan dan telah diidentifikasi. d. Menganalisis informasi yang didapat dalam internet dalam mengkonfigurasi sebuah server. e. Mengeksplorsi aplikasi yang berjalan didalam server dan faktor-faktor yang mendukung berjalannya aplikasi dalam server. f.
Membandingkan konsep pembuatan server melalui praktek langsung dengan perangkat komputer sungguhan dan membuat video praktek pembuatan server secara virtual.
g. Membuat video praktek virtual dengan menggunakan program Camtasia dan aplikasi virtual komputer bagaimana cara mengkonfigurasi sebuah komputer server.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
101
Tabel 5.3 Pembelajaran Membuat Komputer Server (DNS server, Web Server, Mail Server, Database/File Server) Dimensi Pengetahuan
Isi Menganalisis hardware dan software yang dibutuhkan dalam pembuatan komputer server. Bagaimana cara mengkonfigurasi server servis-servis seperti web, mail, proxy dan lain-lain. Membuat video record tentang mengkonfigurasi servis-servis dalam komputer server dengan menggunakan aplikasi Camtasia.
Deklaratif
Prosedur
Strategi
Aktifitas Pembelajaran
Pedagogi Teknologi yang Pembelajaran dibutuhkan Siswa Siswa dapat Internet Akses. menganaslisis kebutuhan dalam pembutanan komputer server.
Melakukan pengamatan cara membuat komputer server (DNS server dll), dengan menggunakan aplikasi Camtasia. Menyimpan hasil dalam sebuah media penyimpanan (CD atau Flashdisk). Mempresentasikan hasil konfigurasi dalam bentuk powerpoint secara kelompok.
Macromedia, Camtasia
Perangkat komputer, JobSheet, Powerpoint, Media Player atau sejenisnya.
Tertuang dalam tahap pembelajaran
1. Kegiatan Inti Kegiatan ini merupakan sebuah proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar
yang
dialakukan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan menantang, memotifasi siswa untuk lebih aktif, serta memberikan
ruang
yang
cukup
untuk
prakarsa,
kreatifitas
dan
kemandirian.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
102
Tabel 5.4 Aktifitas Pembelajaran Sesuai Struktur Berfikir Siswa Bentuk Aktifitas
Teknologi Yang digunakan
Deskripsi Singkat
Bentuk aktifitas memberi pertimbangan motivasi Siswa dapat menganalisis informasi dari presentasi video dan praktek langsung tentang pembuatan komputer server Siswa dapat mengeksplorasi konsepkonsep tentang mengkonfigurasi sebuah Mencari Konsep server serta faktor-faktor pendukung berjalannya servis dalam sebuah server. Bentuk aktifitas berupa latihan/melakukan percobaan Siswa dapat berlatih melkukan praktek secara mandiri atau kelompok sesuai dengan strategi yang dipilih, mengukuti Melakukan langkah kerja pada jobsheet dan praktek menjawab pertanyaan yang ada di dalamnya berkaitan dengan mengkonfigurasi komputer server. Bentuk aktivitas interpretasi Siswa dapat menghubungkan konsep tentang aspek-aspek yang harus di konfigurasi dalam pembuatan komputer server sesuai dengan ketentuan dan Mengkatagorikan fungsi server, melalui praktek langsung di perangkat komputer menggunakan aplikasi virtual dan aktivitasnya di rekam dengan menggunakan aplikasi Camtasia. Melakukan Demonstrasi
Video recording, perangkat komputer dan pendukung. Video recording, perangkat komputer dan perangkat pendukung lainnya. Perangkat komputer dan informasi yang diperoleh dari Internet. LKS/Jobsheet
Perangkat Komputer, Jobsheet, Aplikasi Camtasia, aplikasi virtual komputer.
Eksplorasi Model Dalam Pembelajaran Dalam kegiatan ini guru mengajak siswa untuk mencari informasi yang dalam dan luas dengan menggunakan internet. Berdasarkan pernyataan di atas, dalam pengunaan model ini seyogyanya internet sudah dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran dalam hal ini bagaimana sisiwa belajar mengkonfigurasi sebuah komputer server hingga mampu mempresentasikannya dalam sebuah video. Selain itu tugas guru yang dalam kegiatan ini adalah menfasilitasi terjadinya interaksi antara peserta didik, peserta didik dengan guru, serta interaksinya dengan menggunakan internet dalam membuat sebuah Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
103
komputer server. Selanjutnya di bawah ini merupakan kumpulan aktifitas dari model konseptual yang termasuk dalam keterampilan informasi yang diharapkan muncul dalam tahapan pembelajaran di atas. Model keterampilan informasi dimulai dengan aktifitas ketujuh dalam saran tindak model konseptual yakni guru mengarahkan siswa untuk fokus pada topik yang diberikan dalam penugasan, yaitu bagaimana cara terbaik dalam mengkonfigurasi sebuah server contonya misalkan mengkonfigurasi DNS server. Siswa melakukan pencarian dan memanfaatkan informasi yang telah didapatkan dari melihat video streeming dalam mengkonfigurasi DNS di sebuah server.. Hal ini bertujuan agar peserta didik benar-benar mengerti dengan penugasan yang diberikan. Dalam hal ini, guru dapat memberikan gambaran tentang rentang penugasan, namun tetap memberikan kebebasan kepada siswa dalam pengembangannya. Beberapa pertanyaan dapat dijadikan sebagai acuan para guru dalam mengidentifikasi suatu tujuan pembelajaran atau penugasan, misalnya.
Hal-hal apa saja ruang lingkup materi atau penugasan.
Apa dan bagian mana saja yang bukan merupakan ruang lingkup dalam penugasan.
Topik apa aja yang telah peserta didik ketahui mengenai materi atau penugasan ini. Selanjutnya aktifitas 7.3 adalah mencari dan mengumpulkan
lokasi-lokasi informasi dan literatur yang bersesuaian. Setelah mengetahui tujuan dari penugasan yang diberikan, peserta didik memulai aktifitas ini dengan mengidentifikasi hal-hal dalam penugasan yang perlu dicari informasinya. Ini lebih kepada penentuan requirment penugasan, agar dapat memilih tools yang cocok dalam mencari informasi. Pada aktifitas ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah outline mengenai pengetahuan yang telah dimiliki siswa tentang mengkonfigurasi sebuah komputer server. Hal ini penting, agar siswa mengetahui informasi apa saja yang kurang namun penting Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
104
perlu dicari dalam internet. Untuk mempermudah pencarian, perlu mengadakan diskusi bersama (brainstorming) mengenai alternatifalternatif keyword dalam mencari informasi yang diperlukan. Misalkan dengan merespon jawaban atas pertanyaan guru "Apa yang kamu ketahui tentang Komputer Server?, dan bagaimana cara mengkonfigurasinya?" atau "Informasi apa saja yang harus kalian temukan untuk mengetahui tentang bagaimana mengkonfigurasi Komputer Server?". Agar siswa lebih mudah dalam mencari informasi yang dimaksudkan, guru dapat memberi panduan tentang list alamatalamat situs yang berhubungan. Sehingga siswa memiliki panduanpanduan dimana dia harus memulai mencari informasi yang dibutuhkan dengan menggunakan ulasan-ulasan, deskripsi, hasil pencarian sehingga relevansi antara satu sumber dengan sumber lainnya dapat terurai. Siswa juga perlu mengidentifikasi fakta, opini, fiksi, untuk memperkuat ulasan dan deskripsi. Sarankan Temukan jawaban di lebih dari satu sumber untuk pertanyaanpertanyaan kunci dari tugas Menggunakan lebih dari satu media (misalnya DVD, audio, buku, internet). Siswa bersama teman sekelompok memperbandingkan hingga mengevaluasi informasi yang telah di perloh dari dari berbagai sumber tadi.
Elaborasi Dalam kegiatan ini, guru memberikan pembiasan terhadap
peserta didik untuk mencari, membaca dan menuliskan beragam informasi yang bermakna serta berkaitan erat dengan materi atau topik yang dibahas. Selain itu guru juga menfasilitasi peserta didik untuk melakukan diskusi untuk memunculkan ide-ide dan gagasan baru yang kemudian memberikan peserta didik kesempatan untuk berfikir, menganalisis dan bertindak tanpa rasa takut. Beberapa aktifitas dalam model yang dikategorikan dalam kegiatan ini antara lain aktifitas 7.4 yaitu mengorganisasi semua informasi yang didapatkan, dimana siswa menstrukturisasi semua informasi yang
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
105
telah terangkum tadi untuk kemudian mendapatkan sebuah hipotesis atau argumen yang mendukung. Siswa diarahkan untuk dapat mengkaji keterhubungan antar informasi yang ditemukan dengan tujuan dari pembelajaran atau penugasan. Dalam sebuah kelompok diskusi kecil, bandingkan semua jawaban yang telah ditemukan sebelumnya dengan sumber-sumber yang telah diidentifikasi bersama dan merujuk ke tujuan tugas tugas atau materi yang sedang diberikan. Peran guru dalam aktifitas ini adalah melakukan bimbingan pada para siswa tentang bagaimana menggabungkan semua informasi yang telah ditemukan dari berbagai sumber tadi untuk menemukan jawaban atau materi yang dibahas. Gunakan informasi yang telah dikumpulkan untuk mengembangkan hipotesis sendiri atau argumen pribadi atau kelompok. Selanjutnya aktifitas 7.5 lebih kepada melakukan review terhadap masukan yang diberikan dari sesama siswa atau guru yang bersangkutan. Memeriksa proses proses dalam pencarian informasi hingga melihat kekurangan dan kelebihan dari semua informasi yang diperoleh. Memebuat catatan-catatan tentang penilaian diri sendiri, apakah semua yang dilakukan memberikan tambahan pengetahuan, sangat disarankan. Aktifitas 7.6 pada model, siswa melakukan validasi konten yang telah teroganisir tersebut untuk mendapatkan perspektif dan penilaian dari para guru apakah informasi yang didapatkan telah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau layak untuk dapat digunakan dalam menjawab semua permasalahan pada penugasan, terutama yang berhubungan dengan kaidah kultur dan kesesuaiannya dengan materi. Pada aktifitas 7.7 komunikasi dibangun melalui kanal-kanal komunikasi di dalam internet jika menginginkan komunikasi secara online maupun offline yaitu siswa bertemu secara langsung dengan guru untuk berdiskusi. Peran para guru dalam aktifitas ini adalah memberikan arahan dan rekomendasi atau penguatan terhadap materi Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
106
yang telah diberikan sehingga serta didik mendapatkan kesanpositif terhadap apresiasi yang guru berikan terhadap penugasan dan aktifitas pembelajaran yang mereka lakukan. Aktifitas 7.8 siswa menuangkan semua hasil validasi dan apresiasi positif guru. Sehingga hasil diskusi tersebut merupakan memberikan nilai tambah. Bukan hanya pembelajaran dengan menggunakan model keterampilan informasi berhasil memecahkan permasalahan pembelajaran dan pengayaan materi, namun harapan terbesar yang diinginkan dari aktifitas ini adalah siswa dapat menganalisis keterkaitan antara pembelajaran yang telah dilakukan dengan hasil inquery informasi. Menuangkan semua informasi ke dalam sebuah kesimpulan yang mengerucut pada pemecahan masalah. Aktifitas ini dapat dikombinasikan dengan aktifitas berikutnya. Memilih sebuah metode yang tepat dan sesuai dengan informasi yang didapat dan keterkaitan informasi tersebut dengan permasalahan yang akan di pecahkan dalam penugasan. Pada aktifitas kedelapan yang dilakukan adalah menyusun pelaporan atas hasil dari pemecahan masalah melalui elaborasi semua informasi dan literatur yang diperoleh. Menyusun laporan dengan baik untuk siap di sampaikan kepada guru yang bersangkutan. Hal yang juga penting perlu disusun adalah menuliskan dampak positif dan negatif ynag diperoleh dari penerapan metode dalam penyelesainan masalah, sebagai sebuah penilaian terhadap kemampuan pribadi dalam melakukan aktifitas penyelesaian masalah dalam rangka penugasan yang diberikan. Aktifitas kesembilan dari model konseptual keterampilan informasi yang dirancang, merupakan aktifitas yang dilakukan oleh guru yang memberikan penugasan untuk menilai hasil pemecahan masalah yang dilakukan peserta didik. Evaluasi hasil dilakukan dengan melihat segala aspek dari kualitas informasi, cara pencarian, hasil kerjai dan pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini seorang guru tidak boleh lupa memberikan umpan balik positif dan dan penguatan Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
107
baik dalam bentuk lisan, tulisan atau isyarat bahkan hadiah terhadap keberhasilan peserta didik memahami materi yang diajarkan. Serta memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Aktifitas kesepuluh menitik beratkan kepada guru untuk menilai secara keseluruhan apakah tujuan pemelajaran telah tercapai secara efektif dan efisien. Melakukan analisis tentang dampak dilakukannya pembelajaran menggunakan internet dari pembelajaran yang dilakukan dengan sebuah umpan balik atau statistik yang sudah terkumpul. 2. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan ini guru berperan melakukan :
Bersama-sama
peserta
didik
dan/atau
sendiri
membuat
rangkuman atau simpulan pembelajaran.
Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan secara konsisten dan terprogramn.
Memberikan
umpan
balik
terhadap
proses
dari
hasil
pembelajaran dengan model keterampilan informasi. Menurut pengalaman praktisi SSM seperti Checkland dan Poulter (2006), perubahan paling mudah adalah yang berkaitan dengan struktur. Sedangkan perubahan yang berkaitan dengan proses dan prosedur serta sikap, dipandang lebih sulit. Namun ketiga level perubahan tersebut harus menjadi perhatian, dan merupakan bagian dari pembelajaran strategi implementasi organisasi. Hal yang selalu Checkland dan Poulter (2006) tekankan umumnya terkait dengan keperluan pemecahan masalah. Bila dikaitkan dengan riset tindakan untuk keperluan penelitian, memanga akn dijumpai banyak variasi dalam aplikasi SSM termasuk dalam perumusan saran tindak. Namun seperti halnya penelitian kualitatif yang sifatnya non deterministik seperti halnya penelitian ini. Model konseptual yang telah dikonstruk serta dengan saran tindak yang telah dihasilkan, akan menjawab permasalahan pembelajaran menggunakan internet untuk memanfaatkan informasi didalamnya. Kembali lagi seperti yang Checkland selalu katakan bahwa semua ini adalah sebuah proses Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
108
pembelajaran yang harus terus disempurnakan di kemudian hari. Jika dilanjutkan maka akan ada langkah ke-7 dari mehodologi ini yaitu pelaksanaan langkah tindakan, pelaksanaan perbaikan, penyempurnaan serta perubahan dan seterusnya kembali ke proses awal, yaitu pengenalan situasi problematis dan seterusnya. Sehingga praktisi SSM bebas berkeinginan untuk memutuskan sampai di langkah mana proses SSM akan diikuti dalam penelitian. Dengan mempertimbangkan tujuan penelitian, ketersedian waktu dan kebutuhan institusi, maka peneliti menetapkan langkah SSM yang dilakukan dalam penelitian dicukupkan hingga langkah ke-6 dari 7 langkah SSM yaitu membuat Model Konseptual Keterampilan Informasi serta membuat saran tindak untuk model konseptual yang telah dikonstruksi tersebut.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan Internet sebagai bagian terpenting dalam perkembangan teknologi informasi bukan hanya menyediakan konten-konten yang bermanfaat dan relatif dapat digunakan sebagai rujukan utama sumber bahan ajar, namun memberikan dampak yang
positif
dalam
meningkatkan
kemampuan
belajar
peserta
didik.
Penggunaannya di dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan sebuah model pencarian informasi dan literasi yang di disain khusus agar sesuai dengan lingkunagan pembelajaran. Selain itu belajar dengan menggunakan model pencarian informasi dan literasi ini, menciptakan sebuah lingkungan belajar yang baru yang merangsang tumbuh kembang kemampuan berfikir, menganalisa hingga mengelaboarasi berbagai hal hingga melatih mereka untuk membiasakan diri belajar melakukan sesuatu secara mandiri. Bagi guru sendiri, belajar menggunakan model pencarian informasi ini, menciptakan peluang untuk lebih kreatifitas dalam mengajar. Model ini juga memberikan sebuah tantangan baru para guru untuk terus berusaha meningkatkan kompetansinya sebagaimana tuntutan profesionalisme dalam bekerja. Bukan hanya dituntut untuk bisa perangkat pembelajaran konvensional, namun juga membantu
namun
juga
harus
mampu
menyusun
perangkat-perangkat
pembelajaran tambahan agar model dapat di adaptasi pada proses pembelajaran. Meraka harus terus siap dengan perubahan-perubahan yang cepat dan beradaptasi dalam era digital seperti sekarang ini. Penelitian ini berhasil diselesaikan hingga tahapan komparasi model dengan situasi problematis dunia nyata. Komparasi tersebut melalui tahapan validasi dari model konseptual yang dirancang melalui 3 tahapan sebelumnya dari metodelogi SSM. Hasilnya adalah sebuah model konseptual terdiri dari 10 aktifitas ditambah 8 aktifitas pada sub sistem model, yang selanjutnya divalidasi melalui tahapan rumusan saran tindak untuk diperbaiki agar lebih sempurna. Penyempurnaan model berasal dari berbagai tambahan sudut pandang serta ide-
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
110
ide lewat sebuah diskusi yang dilakukan dengan para stakeholder yang teriri dari para expertis yang telah ditentukan dalam tahapan validasi ini. Penelitian ini telah menghasilkan perancangan sebuah model konseptual ketrampilan informasi yang menggunakan internet dalam proses pembelajaran di sekolah. Perancangan dihasilkan dari proses menggunakan langkah-langkah yang terdapat dalam metode Soft System Methodology (SSM.). Langkah demi langkah proses pengembangan model keterampilan informasi dan literasi dalam proses pembelajaran, dipaparkan secara mendalam mulai dari proses persiapan yang dilakukan para guru, aktualisasi proses pembelajarannya hingga peserta didik berhasil
memecahkan
masalah
secara
mandiri
hingga
siswa
memiliki
keterampilan informasi sebagai tujuan penggunaan model yang diterapkan di dalam proses pembelajaran. Sekalipun demikian, perlu kiranya melakukan upaya-upaya lain untuk dapat lebih jauh lagi mengetahui bagaimana model keterampilan informasi dan litersi menggunakan internet dilakukan dalam proses pembelajaran dengan langkah terakhir dari SSM yaitu Action to improve the problem situation (step 7th) misalnya dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau penelitian lainnya di tingkatan pendidikan, jenis sekolah dan tempat/daerah yang berbeda. Sehingga model konseptual ini dapat lebih sempurna dimasa yang akan datang.
6.2 Saran Model ketermpilan informasi dan literasi menggunakan internet dalam proses pembelajaran di sekolah, membutuhkan effort yang tidak sedikit. Banyak persiapan yang harus dilakukan, lingkungan dan kultur yang mendukung. Salah satu komponen terpenting untuk mendapatkan hasil yang sempurna adalah kemauan keras pihak sekolah dan para pemangku kepentingan untuk membuat para guru dapat menggunakan model ini di sekolah. Selain itu perlu pula mempertimbangkan untuk memiliki infrastruktur yang cukup mapan terutama internet, serta perangkat elektronik pendukung lain seperti komputer, jaringan dan lain sebagainya. Selanjutnya yang juga penting adalah kesiapan para guru untuk terus meningkatkan kompetensinya dalam mengadaptasi teknologi informasi yang saat Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
111
ini perkembangannya sangat cepat sekali. Karena untuk dapat menggunakan model, selain memiliki pengetahuan pedagogi yang memadai, juga perlu menurunkan resistensi para guru dalam menerima sebuah teknologi dengan terus belajar dan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang tren teknologi berkembang sekarang.
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
------------, Peraturan Daerah No. 13 tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah No. 11 tahun 2008 Tentang Pembentukan Oranisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak, 2010 ------------, Peraturan Menteri PAN No. 16 tahun 2009 Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Tentang Jabatan
------------, Peraturan Walikota Pontianak No. 19 tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota No. 31 tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kota Pontianak, 2010. ------------, Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ------------, Undang-undang No.16 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional AASL/AECT, Information Power : building partnership for learning, Chicago IL, ALA, 1998. Checkland, Peter, and Poulter, John. Learning for Action;A Short Definitive Account of Softt System Methodology and its use for Practitioners, Teachers and Student, John Wiyley & Son, Chishester, England, 2006. Checkland, Peter, and Scholes, Jim. Soft System Methodology in Action, John Wiyley & Son, Chishester, England, 1990. Cox, Glenda, Defining innovation: Using soft systems methodology to approach thecomplexity of innovation in educational technology University of Cape Town, South Africa, 2010 International Journal of Education and Development using Information and Communication Technologyv(IJEDICT), 2010, Vol. 6, Issue 1, pp. 5-13.
Guiying Guo, et all, Construction of a Training Model of Vocational Skills in Information Technology Environment, Institute of Informational Technology in Education, Tianjin University of Technology and Education, Tianjin, China Hardjosoekarto, Sudarsono. Soft System Methodology (metode Serba Sistem Lunak), Universitas Indonesia (UI-Press), 2012. Herring, James E. Internet Information Skills, a guide for teachers adn skool librarians, Facet Publishing, London. 2004.
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
113
Jackson, Michael C. System Thinking Creative Holism for Managers, Jhon Wiley & Sons, Ltd, New York, 2003. Wilson, Brian. Soft System Methodology : Conceptual Model Building and Its Contibution, Jhon Wiley & Sons, Ltd, New York, 2001. Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasi, Rineka Citra, Jakarta, 2008. I Made Agus A.W & Sensuse, Dana Indra, Pengembangan Model Penerimaan Teknologi Internet oleh Pelajar dengan Menggunakan Konsep Technology Accepted Model (TAM), Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4-No2, Oktober 2008. Peng, Wu, Exploration and Research on the Education Method of College Students' nformation Literacy, 2010 International Conference on Educational and Network Technology (ICENT 2010), 2010 Razali, Suriati, et all, Applying Soft System Methodology (SSM) into the Design Science: Conceptual Modeling of Communitybased E-museum (ComE) Framework, IEEE, 2010. Rusman. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer : Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, Alfabeta, Bandung, 2012. Sukaran U & Bougie.R, Research Methods for Business a skill building Approach (5th ed), East Lothian : A John Wiley and Sons.Ltd, 2010
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013
114
Universitas Indonesia
Perancangan model ..., Ivan Andriyana, Fasilkom UI, 2013