PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DALAM PENANGANAN PENYAKIT TROPIS DENGAN PEMENUHAN PRINSIP ERGONOMI KOGNITIF Fariz Ihsan Putra, Arief Rahman, Adithya Sudiarno Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;rahmanarief@ gmail.com;
[email protected]
Abstrak Penyakit tropis merupakan penyakit menular dan sangat berisiko tinggi bagi manusia. Terlebih pada negara berkembang seperti Indonesia, penyakit tropis hampir tidak dapat dikendalikan yang ditandai dengan banyaknya kejadian luar biasa (KLB) dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit tropis disangga oleh beberapa faktor penularan seperti faktor parasit penyakit (agent) dan pejamu penyakit (host). Pengetahuan (knowledge) mengenai faktor-faktor penyakit tersebut sangat penting dalam penanganan penyakit tropis karena dapat menghasilkan pengetahuan mengenai pencegahan dan penanggulangan penyakit tropis. Untuk itu diperlukan perancangan knowledge management system yang mengelola knowledge tersebut secara berkesinambungan Dalam mengelola knowledge penyakit tropis, metode case based reasoning digunakan karena mampu menghasilkan model pengembangan knowledge yang berkelanjutan. Selain itu, pemenuhan proses pemahaman kognitif pengguna perlu diperhatikan untuk memastikan knowledge dapat tersampaikan dengan akurat, maka diimplementasikan metode Applied Cognitive Work Analysis (ACWA) yang dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Kata kunci : Penyakit Tropis, Knowledge Management System, Case Based Reasoning, Applied Cognitive Work Analysis
ABSTRACT
Tropical diseases are transmitted through various media and have very high risk to humans because the rapid advance of human growth. Particularly in developing countries like Indonesia, tropical diseases could hardly be controlled. Tropical diseases are supported by several factors such as transmission of diseases parasites (agent) and the host disease. Knowledge regarding the factors of the disease is very important in the treatment of tropical diseases. Therefore, the design of knowledge management system is needed, and the system should be managed continuous so it could be easily exploited by the parties concerned. This is necessary, because the development of the tropical disease is very rapid, and requires the continuous renewable knowledge to compensate that. In managing the knowledge of tropical diseases, the case-based reasoning method is used because it can generate a sustainable model of knowledge development. In addition, the fulfillment of the cognitive process needs to be considered to ensure that knowledge can be delivered accurately, which to be implemented by Applied Cognitive Work Analysis (ACWA), because ACWA could accommodate those needs. Keywords : Tropical Diseases, Knowledge Management System, Case Based Reasoning, Applied Cognitive Work Analysis 1.
Pendahuluan
Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition) yang harus menanggung beban berlebih (triple burden). Masih banyak penyakit menular seperti filariasis, kusta, demam
berdarah dengue dan malaria yang belum dituntaskan, sehingga menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Ditambah lagi dengan masalah lain, yaitu munculnya penyakit baru (new emerging disease) seperti SARS (Severe Acute Respiratory
1
Syndrome), flu burung (avian influenza) dan flu babi (swine influenza). Penyakit menular (communicable disease) adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai media dan sangat berisiko tinggi bagi manusia terlebih karena cepatnya pertumbuhan manusia (Zeng, et al, 2005). Penyakit menular banyak ditemukan di wilayah tropis seperti Indonesia karena faktor kelembaban yang datang bersamaan musim penghujan di negara beriklim tropis, sehingga seringkali disebut sebagai penyakit tropis. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu parasit beserta vektor penyebab penyakit (parasite), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut dengan segitiga epidemiologi (epidemiological triangle). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan, yaitu parasit penyebab penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sisi lain dengan lingkungan sebagai penumpunya (Widoyono, 2008). Pengetahuan / knowledge mengenai karakteristik parasit dan pejamu dari penyakit tropis sangat penting dalam upaya penanganan penyakit tropis. Pengetahuan mengenai sifat-sifat parasit sangat penting untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit. Selama ini himpunan knowledge yang ada terpisah-pisah, tidak terdapat suatu wadah knowledge yang lengkap dan mudah digunakan oleh pihak terkait untuk penanganan penyakit tropis. Untuk itu perlu adanya implementasi knowledge management system dalam menyediakan knowledge mengenai penyakit tropis Indonesia yang juga melayani proses akuisisi, sharing, serta utilisasi knowledge tersebut. Sehingga dapat terus mengimbangi dan menangani laju penyakit tropis yang berkembang dengan cepat. Berdasarkan permasalahan diatas, pada penelitian ini akan dirancang implementasi knowledge management system dalam bentuk repository yang menghimpun penelitian serta knowledge penyakit tropis. Fokus implementasi knowledge management ditujukan pada beberapa penyakit tropis yaitu kusta, demam berdarah dengue (DBD), flu burung, filariasis dan malaria. Dikarenakan penyakit tersebut (kusta, DBD, filariasis, malaria) masih sering memicu kejadian luar biasa di Indonesia. Metode yang dipakai dalam mengelola knowledge penyakit tropis menggunakan metode case based reasoning (CBR). Metode ini dipercaya dapat mencapai tujuan knowledge management yaitu
dengan menggunakan dan mengembangkan knowledge tersebut. Agar dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna, maka perlu adanya desain repository berbentuk portal website yang memudahkan pemahaman kognitif sehingga knowledge yang ada dapat sesegera mungkin ditransfer. Untuk itu, desain repository akan menggunakan metodologi applied cognitive work analysis (ACWA) yang telah terbukti sebagai metode yang istimewa dalam menghasilkan pemahaman kognitif yang baik.
2.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melaksanakan beberapa metode sebagai berikut:
2.1 Studi Literatur Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya knowledge akan penyakit tropis terutama pada karakteristik penjamu (host) dan parasit penyakit sebagai langkah penanganan endemik penyakit yang semakin lama semakin sulit dikendalikan. Studi literatur dilakukan dengan cara membaca penelitian, jurnal, artikel maupun berita terkait dengan perkembangan penyakit tropis serta data kejadian luar biasa yang disebabkan oleh penyakit tropis di Indonesia.
2.2 Pengumpulan Knowledge Eksternalisasi merupakan tahapan penting dalam pengumpulan knowledge. Eksternalisasi diawali dengan identifikasi awal kondisi knowledge yang ada. Terdapat beberapa kategori pengklasifikasian sesuai dengan identifikasi kondisi awal tersebut, yaitu knowledge telah tereksternalisasi dan memadai, knowledge telah tereksternalisasi namun belum memadai, knowledge belum tereksternalisasi sama sekali (tacit).
2.3 Case Based Reasoning (CBR) Dalam tahapan case based reasoning, tahapan pertama yaitu proses retrieve yaitu menyediakan knowledge mengenai penanganan penyakit tropis sesuai dengan yang dimaksud oleh pengguna. Tahap selanjutnya adalah reuse yaitu menggunakan kembali pengetahuan tersebut sebagai solusi dari masalah yang ada. Tahap berikutnya adalah review, dalam menangani perkembangan penyakit maupun kasuskasus baru, maka repository akan beradaptasi dengan solusi baru yang sesuai, dan meninjau kembali kesesuaian solusi tersebut atas permasalahan (review). Apabila solusi tersebut sesuai dengan perkembangan penyakit, selanjutnya dimasukkan dalam case based sebagai proses retain atau menyimpan bagian-bagian dari pengalaman tersebut 2
yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah di masa yang akan datang.
2.4 Pendokumentasian Knowledge Knowledge hasil eksternalisasi selanjutnya akan disimpan pada repository. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas sharing knowledge pada setiap pihak yang memerlukannya (Hingston, 2001). Pada tahapan ini akan dilakukan perancangan repository dengan pendefinisian kebutuhan repository sebagai media pendokumentasi knowledge. Selanjutnya dilakukan perancangan interface dengan menggunakan metode Applied Cognitive Work Analysis (ACWA) dari repository dan memasukkan knowledge yang ada ke dalam repository.
3. Aplikasi Dan Hasil Penelitian 3.1 Gambaran Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur di Departemen Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan. Dalam tahap pengumpulan data, diuraikan data dan pengetahuan mengenai sistem penanggulangan penyakit tropis, perkembangan dan penelitian mengenai penyakit tropis. Pengetahuan-pengetahuan tersebut di dapatkan dari hasil wawancara dan arsip terkait yang telah didokumentasikan. Dinas Kesehatan Jawa Timur mempunyai visi “Penggerak Masyarakat Jawa Timur Sehat” dimana pembangunan kesehatan diharapkan mampu mencapai tingkat kesehatan yang baik.
3.2 Penanganan Penyakit Tropis Dalam penanganan penyakit tropis, Dinas Kesehatan menerapkan konsep preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan) yang disesuaikan dengan kondisi yang tengah terjadi. Kombinasi dari kedua tindakan itu yang akan dilakukan untuk menangani perkembangan penyakit tropis Prioritas penanganan penyakit tropis dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah untuk mencegah munculnya wabah penyakit tropis yang lebih luas sehingga merugikan masyarakat luas. Hal yang dilakukan adalah dengan mengantisipasi munculnya penyakit dengan mengadakan penyuluhan rutin dan tindakan pencegahan yang terkait. Apabila telah terjadi wabah penyakit maka Dinas Kesehatan akan melakukan tindakan penanggulangan berupa pemberantasan dan pengobatan yang sesuai dengan kondisi penyebaran penyakit di masyarakat. Proses pengobatan penyakit dapat dibagi menjadi dua jenis pengobatan, yaitu pengobatan penyakit secara
massal dan pengobatan penyakit klinis (secara personal pada penderita). Penanganan penyakit Filariasis, Malaria, Demam Berdarah, dan Flu Burung mempunyai karakteristik penyakit yang mewabah sehingga dapat terjadi Kejadian Luar Biasa. Sehingga penangannya diarahkan pada minimalisasi penyebaran penyakit dan memperbaiki kesehatan masyarakat di suatu daerah. Sedangkan penyakit kusta merupakan penyakit personal pada penderita yang sulit mewabah sehingga penangananya difokuskan pada penderita kusta secara perseorangan.
3.3 Perancangan Repository Knowledge Management System Penyakit Tropis Berdasarkan ACWA (Applied Cognitive Work Analysis) Repository knowledge management sistem yang berbasis pengembangan berbentuk website ini memuat materi-materi knowledge penyakit tropis (filariasis, malaria, demam berdarah, kusta, dan flu burung) yang dipadu dengan sistem referensi kasus melalui metode case based reasoning. Perancangan sistem knowledge management ini didesain untuk memenuhi prinsip ergonomi kognitif pengguna agar dapat dengan mudah dipahami. Untuk itu dilakukan pendekatan pemenuhan prinsip ergonomi kognitif dengan metode ACWA. Dalam prosesnya, terlebih dahulu dibuat kerangka repository knowledge management system. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pengisian materi knowledge dan referensi kasus mengenai penanganan penyakit tropis. Selanjutnya diikuti dengan pemenuhan prinsip ergonomi kognitif melalui premis beserta langkah-langkah penerapan ACWA. Repository knowledge management sistem yang berbasis pengembangan berbentuk website ini memuat materi-materi knowledge penyakit tropis (filariasis, malaria, demam berdarah, kusta, dan flu burung) yang dipadu dengan sistem referensi kasus melalui metode case based reasoning. Perancangan sistem knowledge management ini didesain untuk memenuhi prinsip ergonomi kognitif pengguna agar dapat dengan mudah dipahami. Untuk itu dilakukan pendekatan pemenuhan prinsip ergonomi kognitif dengan metode ACWA. Dalam prosesnya, terlebih dahulu dibuat kerangka repository knowledge management system. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pengisian materi knowledge dan referensi kasus mengenai penanganan penyakit tropis. Selanjutnya diikuti dengan pemenuhan prinsip ergonomi kognitif melalui premis beserta langkah-langkah penerapan ACWA. 3
Dalam pendekatannya, ACWA memakai beberapa premis yang melatarbelakangi pemenuhan prinsip ergonomi kognitif dari repository. Adapun premis-premis tersebut adalah sebagai berikut : 1. Premis Satu “Humans form a mental model of the domain as part of their understanding and problem solving.” (Manusia membentuk sebuah model mentalitas sebagai wilayah pemahaman dan pemecahan suatu masalah bagi mereka) 2. Premis Dua “The decision support sistem must itself embody a knowledge model of the domain that closely parallels mental models representative of expert human-decision making” (Sistem pendukung untuk membuat keputusan harus membentuk struktur sebagai sebuah model pengetahuan yang diusahakan pararel dengan model mental dan merepresentasikan teknik pengambilan keputusan dalam tingkat lanjut) 3. Premis Tiga “An effective decision support sistem knowledge model is composed of functional nodes and relationships intrinsik to the work domain” (Sistem pengetahuan yang efektif dalam membantu pengambilan keputusan diatur dalam node-node fungsi dan hubungan intrinsik dalam wilayah kerja) 4. Premis Empat “An adaptation of Rasmussen’s abstraction hierarchy provides the needed representation of the abstract functional concepts and relationships to form the basis for the decision support sistem functional knowledge model" (Adaptasi dari hierarki abstraksi Rasmussen mengembangkan representasi yang dibutuhkan dari konsep fungsional abstrak untuk membentuk basis dari model pembuat keputusan pengetahuan) Premis-premis tersebut menjadi pedoman dalam pemenuhan prinsip ergonomi kognitif pada perancangan repository. Perancangan sebuah repository dalam hal ini tidak boleh melanggar prinsip-prinsip premis yang disebutkan diatas. Dalam prosesnya, metode ACWA merinci detail langkahlangkah yang harus dilakukan dalam membuat gambaran hubungan antara fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah repository. Adapun langkah-langkah yang diperlukan antara lain :
1.
2.
3.
4.
Menggunakan model functional abstraction network (FAN) untuk menangkap konsep esensial dan hubungan yang mendefinisikan masalah yang ingin dipecahkan. Menggambarkan information and relationship requirements (IRR) dalam model fungsional untuk mengidentifikasi kebutuhan kognitif, tasks, dan keputusankeputusan. Menspesifikasikan representation design requirements (RDR) untuk mendefinisikan dan membentuk proses bagaimana informasi dan hubungan-hubungan ditampilkan ke pengguna. Mengembangkan presentation design concepts (PDC) untuk mengeksplorasi teknik dan mengimplementasikan RDR menjadi sistem dinamis dari bentuk presentasi untuk memproduksi transfer informasi ke pengguna.
3.4 Penentuan Expert/Ahli Pemenuhan kebutuhan knowledge penyakit tropis (filariasis, malaria, demam berdarah, kusta, dan flu burung) memerlukan proses eksternalisasi knowledge yang tidak lepas dari peran para expert/ ahli dalam penanganan penyakit tropis. Ahli penanganan penyakit tropis tersebut berperan dalam menceritakan knowledge penyakit tropis yang ada di dalam dirinya (tacit knowledge) untuk diubah menjadi knowledge yang mempunyai wujud (tulisan, gambar, diagram, dan lain-lain) yang mudah dipahami oleh masyarakat luas (explicit knowledge). Ahli yang dimaksud adalah pegawai Dinas Kesehatan Provinsi yang sehari-harinya bekerja dalam departemen pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan. Para expert ini dipilih karena memahami betul proses birokrasi, pencegahan dan penanganan permasalahan kesehatan khususnya pada penyakit filariasis dan malaria.
3.5 Pemenuhan Kebutuhan Penyakit Tropis
Knowledge
Knowledge penyakit tropis dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna repository. Knowledge yang ditampilkan terdiri dari beberapa aspek knowledge seperti pengenalan penyakit, penyebab, penularan, pencegahan, perawatan efek, dan penanggulangan penyakit tropis. Aspek-aspek knowledge ini berbeda antara satu penyakit dan lainnya bergantung pada karakteristik penyakit yang dimaksud. Sebagai contoh pada penyakit filariasis terdapat aspek knowledge perawatan efek filariasis dikarenakan 4
penderita filariasis terkena efek penyakit yang berkepanjangan bagi dirinya. Pada aspek knowledge penanggulangan pada setiap penyakit terdapat fasilitas pencarian kasus-kasus penanganan penyakit yang dapat dijadikan referensi akurat dalam penanganan penyakit pada saat-saat mendatang. Pengguna dapat mengisikan indeks yang disedaiakan dan sistem akan melakukan kalkulasi kesesuaian (similarity) antar indeks dan akan memunculkan solusi yang mempunyai tingkat kesesuaian yang paling tinggi dengan input dari pengguna.
3.6 Sistem Referensi Kasus-Kasus Penyakit Tropis Dari proses knowledge capturing yang ada dikumpulkan sepuluh kasus dari penyakit filariasis dan malaria yang mempunyai keidentikan tersendiri dan dapat menjadi sumber referensi dalam proses retrieve knowledge tersebut. Kasus-kasus tersebut berhubungan erat dalam proses minimalisasi wabah penyakit filariasis dan malaria. Berhubungan erat dengan faktor-faktor yang berkontribusi dalam naiknya angka penderita penyakit dan kebijakan yang diambil berdasarkan kondisi riil yang terjadi. Proses retrieve (mengambil solusi dari kasus yang paling sesuai) memerlukan indikator feature dan value untuk mempersempit ruang pencarian dan memilih kasus yang paling relevan dengan situasi yang ada. Feature merupakan serangkaian pertanyaan yang dipilih untuk memperjelas kondisi suatu kasus yang tengah dihadapi sedangkan value adalah jawaban dari feature yang diisi oleh pengguna membentuk sebuah bangun konstruksi jelas dari kondisi riil yang terjadi. Gambar berikut akan memperlihatkan hubungan antara feature dan value :
dengan fungsi value yang dimasukkan. Kasus yang berisikan knowledge tersebut yang terdapat dalam database akan diseleksi ke dalam sekop kasus-kasus yang relevan dan kembali disaring hingga menemukan kasus yang paling mirip (most similar case) dengan input nilai (value) dari pengguna.
Gambar 2. Proses Retrieval Case Seleksi kasus-kasus dalam proses retrieve dapat dilakukan dengan cara perhitungan kesesuaian (similarity) yang merupakan perhitungan dengan cara menentukan kesamaan dari value yang telah dimasukkan dengan kasus-kasus yang ada dalam database. Sebelumnya ditentukan bobot dari indeks (feature) yang ditentukan berdasarkan tingkat kepentingannya dalam proses pennetuan solusi. Rumus kesesuaian (similarity) yang digunakan adalah sebagai berikut :
1 ∗
Range pembobotan berkisar antara nilai 1 hingga 6. Bobot nilai 1 berarti bahwa indeks yang dimaksud memberikan kontribusi yang tidak penting dalam proses dan sebaliknya bobot nilai 6 berarti bahwa indeks yang dimaksud memberikan kontribusi sangat penting dalam proses pencarian kasus. Setelah dilakukan pembobotan terhadap indeks yang ada, maka selanjutnya ditentukan tingkat kesesuaian (similarity) dari tiap-tiap indeks antara kasus yang diinputkan dengan kasus-kasus yang ada di dalam database repositori. Tingkat kesesuaian dikalkulasikan sedemikian rupa sehingga benar-benar dapat mendekati nilai kesesuaian yang objektif agar tidak terjadi kesalahan penetapan referensi kasus nantinya.
Gambar 1. Contoh Feature dan Value Setelah pengguna mengisikan value yang dibutuhkan untuk menjelaskan feature yang tersedia, maka sistem dalam repository akan mencari di dalam database yang ada, kasus apa yang paling sesuai dengan value yang diisikan oleh pengguna. Proses pencarian di dalam database dapat diibaratkan sebagai sebuah sistem saring yang mempersempit wilayah pencarian dengan cara menyesuaikannya
Gambar 3. Contoh Perhitungan Similaritas Kasus 5
3.6 Tampilan Presentation Design Concept
3.7 Evaluasi Sistem
PDC merupakan hasil presentasi atau tampilan dari website yang dapat dilihat secara bentuk fisik yang memuat segala tahapan dari langkah-langkah ACWA (Applied Cognitive Work Analysis) yang dibuat sebelumnya. Berdasarkan langkah-langkah serta premis-premis ACWA yang telah ditetapkan maka repository berbentuk portal web base dapat dirancang. Berikut adalah beberapa bagian tampilan esensial dari website yang dirancang dengan pemenuhan prinsip ergonomi kognitif lewat ACWA. Gambar 4 mengilustrasikan desain halaman depan website.
Evaluasi sistem dilakukan dengan memberikan kuesioner (terlampir) kepada para calon pengguna untuk menilai knowledge management sistem penyakit tropis dalam bentuk website ini. Kuesioner terbagi atas tiga aspek yang menjadi fokus pengembangan website, yaitu : a. Penampilan website b. Penggunaan website c. Konten/Isi website Kuesioner diisi oleh dua jenis responden yaitu ahli/expert pengetahuan dari pegawai Dinas Kesehatan dan masyarakat umum. Ahli/expert pengetahuan penyakit tropis yang dimaksud adalah yang telah berkontribusi dalam memberikan pengetahuan mengenai penyakit tropis (filariasis, malaria, demam berdarah dengue, kusta, flu burung) yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Selain itu, kuesioner juga diberikan pada masyarakat untuk memberikan penilaian. Dengan adanya sistem evaluasi website ini diharapkan dapat menjadi tolok ukur keberhasilan website secara ergonomi kogntif dalam memenuhi kebutuhan knowledge dari sisi ahli/expert pengetahuan penyakit tropis dan masyarakat.
Gambar 4. Halaman Depan/Frontpage Web Berikut adalah salah satu contoh fasilitas pencarian kasus pada kategori penyakit filariasis :
Gambar 5 Fasilitas Pencarian Kasus Filariasis Selanjutnya adalah hasil dari solusi kasus yang muncul yang mempunyai similaritas paling tinggi dengan input yang dimasukkan pengguna.
Gambar 6. Solusi Kasus Yang Muncul
4. Pembahasan Penanganan penyakit tropis yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) terdiri atas dua tujuan besar, yaitu fungsi tujuan preventif (pencegahan penyakit) dan fungsi tujuan kuratif (pengobatan penyakit). Dalam pelaksanaannya kedua fungsi tujuan ini memerlukan kerjasama yang baik antara Dinas Kesehatan beserta instansi dibawahnya dan masyarakat yang menjadi objek kebijakan kesehatan. Selama ini terdapat kendala dalam kerjasama penanganan penyakit antara instansi Dinkes, misalnya antara Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota dalam hal penentuan eksekusi kebijakan di daerah yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi bukan Dinkes Kabupaten/Kota. Hal ini dikarenakan terdapat jarak knowledge yang ada antar instansi Dinkes dan membuat proses pengambilan keputusan kebijakan menjadi sering terlambat. Hal ini yang diminimalisasi dengan pembuatan knowledge management system yang dapat dengan mudah diakses sehingga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan penanganan penyakit tropis di daerah. Selain itu knowledge yang ada dapat dengan langsung dimanfaatkan masyarakat karena akses pengetahuan di dalam repository yang berbentuk portal web ini juga terbuka untuk umum. Pembagian aspek knowledge yang terdapat dalam repository dibuat berdasarkan diskusi dengan expert terkait dan berdasarkan literatur-literatur yang melengkapi penelitian ini. Dengan adanya pembagian 6
aspek-aspek knowledge tentu akan mempermudah proses pemenuhan kebutuhan knowledge yang diperlu kan oleh pengguna repository yang berbentuk website ini. Pembagian aspek knowledge antar penyakit juga mempunyai perbedaan antara satu penyakit dan lainnya. Hal ini dikarenakan karakteristik penyakit dan penanganannya berbeda satu sama lain. Maka diperlukan penyesuaian aspek knowledge antar penyakit sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu knowledge yang ada dikemas dengan tata bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam. Istilah-istilah medis yang sering digunakan ditransformasikan menjadi bahasa umum atau terdapat petunjuk penjelasan yang cukup. Dengan itu diharapkan baik pihak Dinas Kesehatan maupun masyarakat luas dapat dengan maksimal mengambil knowledge yang diperlukan. Knowledge yang sudah terhimpun dari proses eksternalisasi kemudian akan disimpan untuk didokumentasikan dalam media penyimpanan (repository) berupa portal web yang dirancang untuk diletakkan dalam jaringan yang dapat diakses oleh Dinas Kesehatan dan masyarakat luas. Kebutuhan utama repository digunakan untuk mengelola knowledge berupa adanya section media pencarian knowledge (yang juga memuat koleksi kasus berdasarkan metode case based reasoning), forum dan data-data dokumentasi penelitian merupakan pemenuhan fungsi utama dalam knowledge management system penyakit tropis ini. Selain itu terdapat kebutuhan pendukung lainnya seperti section visitor counter serta penelitian terbaru yang ditujukan untuk mengukur efektifitas repository dalam sistem serta mendukung kualitas dari knowledge itu sendiri. Knowledge management system ini mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan diantaranya sebagai berikut : Kelebihan dari sistem tersebut adalah : 1. Mampu menyimpan knowledge penyakit tropis dan menampilkan knowledge yang dibutuhkan secara cepat dan tepat dengan mesindikasi pencarian berdasarkan kata kunci. 2. Tersedianya forum diskusi yang berkaitan dengan perkembangan penyakit tropis. 3. Dapat menyertakan materi/bahan pelengkap dalam format dokumen, gambar dan video untuk menunjang proses penyampaian knowledge. Sedangkan kekurangan dari sistem ini antara lain : 1. Perlunya kesinambungan pengelolaan knowledge dalam repository dan perawatan sistem secara periodik Terutama dalam
penambahan knowledge sesuai perkembangan penyakit tropis dan penambahan referensi kasus secara berkala. 2. Jika platform repository berbeda dengan sistem informasi lainnya, maka beberapa database atau dokumen harus dipindahkan atau memerlukan proses migrasi. Perancangan repository sebuah website berdasarkan metode ACWA harus berdasarkan premis-premis dari ACWA. Berikut adalah analisa premis dari metode ACWA : 1. Premis Satu “Humans form a mental model of the domain as part of their understanding and problem solving.” (Manusia membentuk sebuah model mentalitas sebagai wilayah pemahaman dan pemecahan suatu masalah bagi mereka) Perancangan repository dalam bentuk website ini membentuk suatu model yang mengakomodasi mentalitas dasar manusia terhadap pemahaman dan pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan ini pengguna website tidak kebingungan dalam memahami fungsi kerja website dan dapat dengan segera menemukan solusi atas masalah kesehatan yang dihadapi dengan pengetahuan mengenai penyakit tropis yang mudah didapatkan dari website. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi pengetahuan dan fasilitas pencarian yang ada. 2. Premis Dua “The decision support system must itself embody a knowledge model of the domain that closely parallels mental models representative of expert humandecision making” (Sistem pendukung untuk membuat keputusan harus membentuk struktur sebagai sebuah model pengetahuan yang diusahakan pararel dengan model mental dan merepresentasikan teknik pengambilan keputusan dalam tingkat lanjut) Repository dibuat dengan mempararelkan model pengertian manusia dengan struktur penggalian pengetahuan mengenai penyakit tropis di dalam website. Dengan demikian dapat membantu manusia dalam membuat keputusan yang tepat dalam proses akses pengetahuan penyakit yang diperlukannya. 3. Premis Tiga “An effective decision support system knowledge model is composed of functional nodes and relationships intrinsic to the work domain” (Sistem pengetahuan yang efektif dalam membantu pengambilan keputusan diatur dalam node-node fungsi dan hubungan intrinsik dalam wilayah kerja) Dalam perancangan repository website dipertimbangkan hubungan antara satu materi ke 7
materi lainnya dan kesesuaian pengetahuan dengan klasifikasi materi yang disajikan. Hal ini dapat dilihat melalui materi pengetahuan penyakit tropis disajikan dengan runut dengan penempatan pengetahuan yang sesuai. Hal ini dapat dilihat dari struktur pengetahuan penyakit tropis per penyakit yang dimulai dari pengenalan penyakit, penyebab, pencegahan, hingga pemberantasan penyakit. Ditambah dengan fasilitas pencarian yang dapat dipilih sesuai kebutuhan solusi seperti media pencarian umum, penelitian dan kasuskasus yang berhubungan. 4. Premis Empat “An adaptation of Rasmussen’s abstraction hierarchy provides the needed representation of the abstract functional concepts and relationships to form the basis for the decision support system functional knowledge model" (Adaptasi dari hierarki abstraksi Rasmussen mengembangkan representasi yang dibutuhkan dari konsep fungsional abstrak untuk membentuk basis dari model pembuat keputusan pengetahuan) Abstraksi Rasmussen menjelaskan perlunya kesinambungan antara sumber knowledge dengan produk yang dihasilkannya. Selain itu Rasmussen juga menjelaskan perlunya penetapan hierarki pengetahuan sehingga memudahkan akses solusi yang diinginkan oleh pengguna. Penyelesaian teknis dalam menerapkan premispremis ACWA memerlukan beberapa langkah yang runut. Hasil akhir yang diharapkan adalah struktur materi pengetahuan penyakit tropis yang jelas dan tampilan website yang mampu melayani kebutuhan pengguna dalam mengakses pengetahuan mengenai penyakit-penyakit yang dibutuhkan. Dalam proses penerapan prinsip ACWA di dalam website, maka dilakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk membentuk fungsi tujuan dari website beserta hierarki fungsi untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut adalah analisa masing-masing proses yang ditempuh : 1. Functional Abstraction Network (FAN) FAN berfungsi dalam menetapkan tujuan besar yang dapat dicapai dari proses kerja website. Tujuan utamanya sendiri adalah menjadikan repository dalam bentuk website ini sebagai sumber knowledge yang dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh pengguna. Dari tujuan utama tersebut ditentukanlah tiga belas tujuan pendukung yang mampu mengakomodasi tujuan utama. Secara garis besar tujuan-tujuan yang dibentuk adalah mendapatkan materi pengetahuan penyakit tropis (filariasis, malaria, demam berdarah, kusta, dan flu burung) melakukan pencarian pengetahuan secara umum, mencari kasus-kasus yang berkaitan dengan penyelesaian masalah penyakit tropis dengan metode
case based reasoning dan mengakses fungsi forum pengetahuan penyakit tropis. 2. Cognitive Work Requirements (CWR) CWR mempunyai tujuan merinci fungsi-fungsi tujuan pendukung dalam proses memaksimalkan fungsi website. Dapat dikatakan juga CWR melakukan suatu daftar yang menyebutkan apa fungsi dari tujuan pendukung yang ada di dalam website tersebut. Sebagai contoh, tujuan mendapatkan materi knowledge penyakit filariasis berisikan fungsi-fungsi seperti melihat daftar knowledge filariasis, memilih knowledge filariasis, memasukkan nilai input untuk fasilitas pencarian kasus, dan melihat hasil knowledge filariasis yang keluar. 3. Information And Relationship Requirements (IRR) IRR merupakan kelanjutan dari tahapan CWR yaitu menjelaskan nilai dan kontribusi yang dapat dihasilkan dari fungsi CWR satu per satu. Dengan menetapkan IRR, maka akan dijelaskan secara manfaat dari penetapan fungsi CWR. Hal ini membantu memperkuat seberapa signifikan keberadaan fungsi CWR tersebut. Apabila ternyata suatu fungsi CWR tersebut tidak terlalu berpengaruh atau sudah dapat diwakili fungsi CWR yang lain, maka fungsi tersebut dapat dihilangkan, begitu juga sebaliknya. Sebagai contoh, fungsi IRR dari tujuan mendapatkan materi knowledge penyakit filariasis adalah kontribusi dari pilihan knowledge filariasis yang ada dilihat oleh pengguna. 4. Representation Design Requirements (RDR) Dalam konsep pencapaian tujuan-tujuan pendukung dalam website diperlukan pemenuhan fasilitas atau materi yang dibentuk dalam berbagai jenis dokumen. RDR merinci dan menjelaskan perangkat apa saja yang dibutuhkan dalam proses pemenuhan kebutuhan pengetahuan tersebut. Sebagai contoh, RDR dari tujuan pendukung mendapatkan materi knowledge penyakit filariasis adalah menyediakan daftar knowledge filariasis yang dibutuhkan 5. Presentation Design & Concept (PDC) PDC merupakan proses pembuatan desain presentasi dari knowledge management penyakit tropis. Hal yang perlu diingat dalam proses ini adalah pembuatan desain presentasi website harus berpedoman pada langkah-langkah sebelumnya seperti proses cognitive work requirements (CWR), information and relationship requirements (IRR), dan representation design requirements (RDR). Dengan mematuhi premis-premis ACWA yang ada dan mengikuti tahapan pembentukan hierarki fungsional yang terdapat dalam website penyakit tropis tersebut, maka akan didapatkan hasil presentasi yang memperhatikan prinsip ergonomi kognitif dan 8
memudahkan pengguna dalam mendapatkan materi knowledge mengenai penyakit tropis yang diperlukan.
6. Simpulan Kesimpulan yang didapat berdasarkan proses perancangan knowledge management system penyakit tropis ini adalah sebagai berikut : 1. Materi-materi knowledge penyakit tropis yang ada pada penelitian ini mengalami proses eksternalisasi dan pengumpulan dalam wadah yang mudah diakses yaitu melalui media website. 2. Penanganan penyakit tropis memerlukan kerjasama yang baik antara Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota, dan instansi kesehatan lainnya beserta partisipasi masyarakat. 3. Knowledge yang terdapat dalam kasus-kasus yang disediakan dalam fasilitas pencarian kasus dapat dijadikan referensi yang akurat berkenaan dengan kebijakan atau solusi yang diperlukan dalam penanganan penyakit tropis. 4. Metode case based reasoning merupakan metode yang tepat dalam proses pengelolaan knowledge management system penyakit tropis ini karena mampu mengelola knowledge secara berkesinambungan. 5. Proses pemenuhan prinsip ergonomi kognitif melalui pendekatan ACWA (Applied Cognitive Work Analysis) dilakukan untuk memperjelas hierarki fungsional terhadap kebutuhan knowledge management system dalam proses perancangan website sehingga mempermudah pengguna dalam mengakses knowledge penyakit tropis yang dibutuhkan. 6. Repository system untuk knowledge penyakit tropis telah dirancang dengan berbagai fitur yang menunjang proses updating, searching, knowledge sharing, dan discussing. Repository juga menyediakan fitur penyimpanan penelitian untuk menunjang perkembangan penanganan penyakit tropis.
Daftar Pustaka A. Aamodt, E. P. (2004). Case-Based Reasoning: Foundational Issues, Methodological Variations, and System Approaches . AI Communications . Aji, A. (2006). Perancangan Prototype Knowledge Management System untuk Pengelolaan Pengetahuan di Rumah Sakit (Studi Kasus Bagian intensive Care Unit PT.RSPS).
B. Prasetyo, M. U. (2008). Desain Sistem Analisa Spatio-Temporal Penyebaran Penyakit Tropis Memakai Web Mining. Bali, R. K. (2005). Clinical Knowledge Management . London: Idea Group Publishing. Davenport, T. Working Knowledge : How organizations Manage what They Know . Harvard Business School Press. Depkes RI, Pencegahan, Pemberantasan, dan Pembasmian Penyakit Menular, Jakarta, 1984 Depkes RI, Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia, Jakarta, 2009 Depkes RI, Modul Pelatihan Bagi Pengelola Program Pengendala Penyakit Demam Berdarah Dengue, Jakarta, 2007 Depkes RI, Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta, 2006 Erikson.(2008). Perancangan Instrumen Pengukuran Kesiapan untuk Mendukung Pemilihan Metode Implementasi Knowledge Management. Laporan Tesis Program studi Teknik dan Manajemen Bidang Khusus Rekayasa ITB Bandung Ersyad, M. (2009). Perancangan Prototype Safety KnowManagement System pada Program Peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri. Fox J., J. N. (1998). Disseminating Medical Knowledge . Herbert. (2007). Pembangunan Kerangka Kerja Implementasi Knowledge Management. Laporan Tesis Program studi Informatika ITB Bandung . Hingston, P. (2001). A Knowedge Sharing Website. Journal of Knowledge Management Practice . Jacobsen E. N, J. B. (2000). Two Case Studies in Using Cognitive Walktrough for Interface Evaluation . Kusrini, H. S. (2007). Penggunaan Penalaran Berbasis Kasus Untuk Membangun Basis Pengetahuan Dalam sistem Diagnosis Penyakit. Nonaka I., T. H. (1995). The Knowledge Creating Company : How Japanese Companies 9
Create the Dynamics of Innovation . Oxford : Oxford University press . Sambiangga, R. (2008). Perancangan Knowledge Management System Framework dengan Fokus pada Manusia pada Organisasi Pembelajar. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika Bandung. Watson, I. (2001). Knowledge Management and Case Based Reasoning: a Perfect Match. Proceedings of the Fourteenth International Florida Artificial Intelligence Research Society Conference. Widoyono. (2008). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga. Zeng et al. (2005). Medical Informatics : Knowledge Management and data Minng in Biomedicine. Chapter 13. . USA: Springer.
10