perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)
TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir dan Syarat Untuk Mencapai Gelar Kesarjanaan
Disusun oleh : Hesti Keristiani C0806014
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULUTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)
Oleh : Hesti Keristiani C0806014
Telah disetujui pada Mata Kuliah Kolokium dan Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001
Lu’lu Purwaningrum, S. Sn, MT NIP. 19770612 20012 2 003
Mengetahui Ketua Jurusan Desain Interior
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi) Oleh : Hesti Keristiani C0806014
Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010
Pada Hari Rabu, 27 Juli 2010
Tim Penguji : 1. Ketua Sidang
: Drs. Ken Sunarko, M. Si
1. (
)
2. (
)
3. (
)
4. (
)
NIP. 19511128 198303 1 001 2. Sekretaris Sidang : Drs. IF. Bambang Sulistyono, S.sk., MTarch NIP. 19621125 199303 1 001 3. Penguji I
: Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001
4. Penguji II
: Lu’lu Purwaningrum, S. Sn, MT NIP. 19770612 20012 2 003
Mengetahui
Ketua Jurusan Desain Interior
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001
Drs. Sudarno, MA NIP. 19530314 198506 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Mengatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)” adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam Tugas Akhir ini diberi citasi (kutipan) dan ditunjukan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.
Surakarta,
Agustus 2010
Yang membuat pernyataan
Hesti Keristiani C0806014
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. (1 Timotius 4 : 12)
Hidup yang berarti adalah hidup yang mempunyai visi yang jelas, dan melangkah ke arah tujuan yang pasti. (Visi Victory)
Kemenangan bukan tujuan hidup namun layak diperjuangkan karena di dalamnya ada kepuasan, gairah dan banyak hal positif lainnya. (Visi Victory)
Salah satu kunci sukses yang umum adalah membiasakan diri melakukan hal-hal yang tidak disukai para pecundang. (Visi Victory)
Yang perlu dilakukan ketika mengalami kegagalan adalah bangkit dan maju lagi. (Visi Victory)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan pimpinan Bapak dan Ibu di Surga Kedua kakakku di Wonogiri dan Jakarta Kak Titus yang selalu memberi semangat
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pimpinan yang diberikan kepada
penulis
untuk
menyelesaikan
Tugas
Akhir
yang
berjudul
“PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI
TUNA
DAKSA
DI
SURAKARTA
DENGAN
PENDEKATAN
PSIKOLOGI”. Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kurikulum guna menempuh ujian dalam rangka mencapai gelar kesarjanaan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, berhubungan dengan keterbatasan yang penulis miliki. Walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar esensi dari perancangan tersebut tercakup dalam Laporan Tugas Akhir ini dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka penyelesaian penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terutama kepada : 1. Drs. Sudarno, MA selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rahmanu Widayat, M. Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sekaligus sebagai Pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Lu’lu’ Purwaningrum, S. Sn, MT selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir. 4. iik Endang Siti W, S. Sn, M. Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah dengan sabar memberikan pengarahan dan semangat kepada kami semua. 5. Civitas akademik dan semua pihak yang menjadi bagian dalam Universitas yang telah membantu baik secara langsung dan tidak langsung. 6. Bapak dan Ibu di Surga yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga dapat mencapai level seperti sekaranng. 7. Kedua kakakku di Wonogiri dan Jakarta yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir. 8. Kak Titus terkasih yang selalu memberikan semangat dan selalu mendampingi penulis dalam menyusun Tugas Akhir. 9. Ketua Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta yang telah memberikan informasi kepada penulis. 10. Ketua Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Surakarta Bp. Drs. Mardianto dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan informasi yang berguna untuk Tugas Akhir ini. 11. Para staf karyawan Prof. Dr. Soeharso di Surakarta yang telah mengijinkan penulis melakukan survey dan wawancara untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 12. Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir yang saling memberikan semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Sahabat-sahabatku Mila, Nino, Awang dan Uma yang selalu ada dalam suka dan duka. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta,
Agustus 2010
Hesti Keristiani
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Hesti Keristiani. C0806014. 2010. Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta. Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta merupakan judul dari proyek interior ini. Dengan latar belakang kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa yang membuat tuna daksa tidak dapat beraktivitas dengan mandiri. Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta dibatasi dengan perancangan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa. Tujuan perancangan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa ini adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan para tuna daksa dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja. Penelitian ini dilaksanakan pada sebuah yayasan yang menyediakan fasilitas pendidikan dan ketrampilan khusus untuk anak cacat, yaitu Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta dan YPAC di Surakarta serta BBRSBD Prof. Dr. Soeharso di Surakarta. Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta dengan pendekatan psikologi adalah tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu para tuna daksa untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis dan psikologis. Fasilitas yang dirancang dalam Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa antara lain fasilitas pendidikan, ketrampilan dan terapi. Tema perancangan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaliguus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………….. iv HALAMAN MOTTO ………………………………………………………..
v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii ABSTRAKSI ………………………………………………………………….
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR TABEL ………………………………………………………….
xv
DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………... xvii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Batasan Masalah ..................................................................................
3
C. Rumusan Masalah ................................................................................
5
D. Tujuan Perancangan .............................................................................
6
E. Manfaat Perancangan ...........................................................................
6
F. Metode Desain .....................................................................................
7
G. Skema Langkah Desain ........................................................................
9
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10 BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. 13
ASPEK RUANG , DIMENSI, MANUSIA……………….. 13 Tinjauan Umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta a. Pengertian Judul .................................................................... 15 Tinjauan Umum Tuna Daksa a. Pengertian Tuna Daksa ......................................................... 16 b. Faktor Penyebab Tuna Daksa................................................ 18 c. Klasifikasi Tuna Daksa ......................................................... 21
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Karakteristik Tuna Daksa...................................................... 23 e. Masalah Tuna Daksa ............................................................. 24 f. Kebutuhan Kehidupan Tuna Daksa ...................................... 25 Tinjauan Alat Bantu Gerak a. Prosthetis & Orthotis ............................................................. 26 b. Alat bantu untuk tuna daksa .................................................. 27 Tinjauan Aksesibilitas a. Prinsip Aksesibilitas .............................................................. 31 b. Asas Aksesibilitas ................................................................. 31 c. Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas ............................ 33 d. Pengaruh Setting Ruang Terhadap Aksesibilitas .................. 34 Tinjauan Umum Psikologi a. Pengertian Umum Psikologi ................................................. 37 b. Ruang Lingkup Psikologi...................................................... 42 c. Sejarah Psikologi................................................................... 42 d. Psikologi Perkembangan ....................................................... 43 6. Tinjauan Umum Modern a. Pengertian Modern ................................................................ 52 b. Sejarah Singkat Arsitektur Modern....................................... 52 c. Ciri-ciri Modern .................................................................... 52 B. TINJUAN RUANG a. Kantor/Sekretariat ................................................................. 53 b. Ruang Rehabilitasi Medis ..................................................... 54 c. Ruang Rehabilitasi Pendidikan ............................................. 55 d. Ruang Rehabilitasi Karya/Ketrampilan ................................ 58 e. Bengkel Prothetis & Orthotis ................................................ 59 f. Pintu ...................................................................................... 60 g. Ramp ..................................................................................... 63 h. Toilet ..................................................................................... 65 i. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol ..................................... 69 C. Tinjauan Sistem Sirkulasi a. Pengertian Sirkulasi .............................................................. 71
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Unsur-unsur Sirkulasi ........................................................... 71 c. Sirkulasi Internal Bangunan .................................................. 74 D. Tinjauan Organisasi Ruang a. Pengertian Sirkulasi .............................................................. 80 E. Komponen Pembentuk Ruang a. Lantai .................................................................................... 84 b. Dinding.................................................................................. 86 c. Ceiling ................................................................................... 88 F. Interior Sistem 1. Pencahayaan .......................................................................... 91 2. Penghawaan .......................................................................... 94 3. Akustik .................................................................................. 94 4. Sound System ........................................................................ 96 5. Sistem Keamanan .................................................................. 96 G. Furniture a. Furniture ................................................................................ 98 H. Pertimbangan Desain 1. Bentuk…………………………………………………….. 100 2. Warna …………………………………………………….. 102 3. Elemen Estetis………………………….. …………………104 4. Tema………………………………………………………. 104 BAB III STUDI LAPANGAN ……………………………………………… 105
1. Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta…………….. 105 a. Diskripsi YPAC Jakarta 1. Latar Belakang………………………………………………. 105 2. Struktur Organisasi…………………………………………. 106 3. Fasilitas Pendidikan dan Ketrampilan……………………….. 106 4. Pelayanan Medis……………………………………………. 110 5. Pelayanan Sosial……………………………………………. 110 6. Aksesibilitas………………………………………………… 111
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tinjauan Sirkulasi 1. Operasional………………………………………………….. 111 2. Aktivitas ................................................................................ 111 c. Zoning dan Grouping ............................................................... 114 d. Elemen Pembentuk Ruang. 1. Lantai .................................................................................... 114 2. Dinding.................................................................................. 114 3. Ceilling .................................................................................. 114 e. Interior Sistem 1. Pencahayaan .......................................................................... 115 2. Penghawaan .......................................................................... 115 3. Akustik .................................................................................. 115 4. Sistem Keamanan .................................................................. 115 f. Furniture .................................................................................... 115 g. Pertimbangan Desain 1. Bentuk ................................................................................... 116 2. Warna ................................................................................... 116 3. Elemen Estetis ....................................................................... 116 4. Tema...................................................................................... 116
2. BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta ........................ 106 a. Diskripsi Museum BBRSBD Prof. Dr. Soeharso 1. Latar Belakang ...................................................................... 117 2. Struktur Organisasi ............................................................... 118 3. Tahap Pelayanan Rehabilitasi ............................................... 120 4. Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut ............................. 127 5. Aksesibilitas .......................................................................... 128 b. Tinjauan Sirkulasi 1. Operasional ........................................................................... 129 2. Aktivitas ............................................................................. 129 c. Zoning dan Grouping ............................................................... 131 d. Elemen Pembentuk Ruang a. Lantai ................................................................................. 132
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Dinding...............................................................................
132
c. Ceilling ............................................................................... 132 e. Sistem Interior a. Pencahayaan ....................................................................... 132 b. Penghawaan ....................................................................... 132 c. Akustik ............................................................................... 132 d. Sistem Keamanan ............................................................... 123 f. Furniture ................................................................................. 133 g. Pertimbangan Desain a. Bentuk ................................................................................
133
b. Warna ................................................................................
133
c. Elemen Estetis ....................................................................
133
d. Tema...................................................................................
133
3. Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta ................. 134 a. Diskripsi Museum YPAC Surakarta 1. Latar Belakang ...................................................................... 134 2. Pelayanan Pendidikan ........................................................... 134 3. Pelayanan Pendidikan/Pravokasional ................................... 137 4. Pelayanan Medis ................................................................... 137 5. Pelayanan Rehabilitasi Sosial ............................................... 141 6. Pelayanan Psikologi .............................................................. 141 7. Aksesibilitas .......................................................................... 141 b. Tinjauan Sirkulasi 1. Operasional ........................................................................ 143 2. Aktivitas ............................................................................. 143 c. Zoning dan Grouping ............................................................
146
d. Elemen Pembentuk Ruang a. Lantai ................................................................................. 146 b. Dinding...............................................................................
146
c. Ceilling ............................................................................... 147 e. Sistem Interior a. Pencahayaan ....................................................................... 147
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penghawaan ....................................................................... 147 c. Akustik ............................................................................... 147 d. Sistem Keamanan ............................................................... 147 f. Furniture ................................................................................. 147 g. Pertimbangan Desain a. Bentuk ................................................................................
148
b. Warna ................................................................................
148
c. Elemen Estetis ....................................................................
148
d. Tema...................................................................................
148
BAB IV DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA ................................. 149 A. Analisis Eksisting 1. Asumsi Lokasi.......................................................................... 149 2. Potensi Lingkungan .................................................................
150
3. Denah Eksisting ............................................................................. 152
B. Programing 1. Status Kelembagaan ................................................................
152
2. Struktur Organisasi ..................................................................
153
3. Sistem Opersional .................................................................... 153 4. Program Kegiatan a. Program Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta .......................................... 154 b. Pola Kegiatan Manusia ...................................................... 155 5. Koleksi/Benda Inventaris ......................................................... 158 6. Fasilitas Ruang ......................................................................... 159 7. Besaran Ruang ......................................................................... 160 a. Kegiatan Pengelolaan ......................................................... 160 b. Kegiatan Rehabilitasi Pendidikan ...................................... 161 c. Kegiatan Rehabilitasi Medis & Psikis ............................... 163 d. Kegiatan Service ................................................................ 164 8. Sistem Organisasi Ruang
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Analisa Alternatif Organisasi Ruang ................................. 167 b. Program Ruang .................................................................. 169 9. Sistem Sirkulasi a. Analisa Sirkulasi Secara Umum ........................................ 170 b. Analisa Penerapan Pola Sirkulasi ...................................... 170 10. Hubungan Antar Ruang a. Hubungan Ruang Secara Makro ........................................ 171 b. Hubungan Ruang Secara Mikro ......................................... 171 11. Zoning dan Grouping ............................................................... 171
C. Konsep Perancangan ............................................................ 174 1. Ide Dasar ..................................................................................
174
2. Tema ......................................................................................... 175 3. Aspek Suasana dan Karakter Ruang a. Karakter ............................................................................. 176 b. Suasana.............................................................................. 176 4. Aspek Penataan Ruang/ Layout a. Pertimbangan ..................................................................... 177 5. Aspek Pembentuk Ruang a. Lantai ................................................................................. 177 b. Dinding.............................................................................. 181 c. Ceiling ............................................................................... 183 6. Interior Sistem ......................................................................... 186 7. Desain Furniture a. Analisa ............................................................................... 192 b. Dimensi .............................................................................. 193 8. Elemen Estetis .......................................................................... 195 9. Skema Bentuk, Bahan dan Warna a. Bentuk ............................................................................... 195 b. Bahan ................................................................................ 196 c. Warna ................................................................................ 197 10. Sistem Keamanan ..................................................................... 197 11. Aksesbilitas .............................................................................. 198
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan .......................................................................................... 199 2. Saran..................................................................................................... 210 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Denah Asli 2. Denah Perubahan 3. Denah Eksisting 4. Layout 5. Floor Plan 6. Ceiling Plan 7. Tampak/Potongan 8. Aksonometri 9. Detail Konstruksi 10. Gambar Furniture 11. Sketsa Furniture 12. Sketsa Perspektif
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gbr II.1 : Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kebutuhan gerak ......... 20 Gbr II.2 : Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kondisi tubuh ............... 21 Gbr II.3 : Ruang bebas pada pintu untuk runag gerak ....................................... 62 Gbr II.4 : Pintu dengan plat tendang dan pegangan pintu ................................... 62 Gbr II.5 : Pegangan pintu otomatis ..................................................................... 62 Gbr II.6 : Tipikal ramp ........................................................................................ 64 Gbr II.7 : Kemiringan ramp ............................................................................... 64 Gbr II.8 : Kemiringan ramp dan pintu di ujung ramp ......................................... 65 Gbr II.9 : Letak ramp untuk trotoar .................................................................... 65 Gbr II.10 : Analisa ruang gerak toilet dengan pendekatan diagonal dan pendekatan samping ................................................... 67 Gbr II.11 : Sirkulasi masuk dan tinggi perletakan kloset ................................... 67 Gbr II.12 : Ruang gerak dalam toilet dan perletakan urinoir .............................. 68 Gbr II.13 : Kran wudhu dan potongan bilik pancuran ....................................... 68 Gbr II.14 : Tipikal pemasangan dan ketinggian washtafel ................................ 68 Gbr II.15 : Tipe washtafel dengan penutup bawah dan perletakan kran ............ 69 Gbr II.16 : Ruang bebas area washtafel ............................................................. 69 Gbr II.17 : Perletakan peralatan ......................................................................... 71 Gbr II.18 : Hubungan jalur-ruang melalui ruang-ruang ..................................... 77 Gbr II.19 : Hubungan jalur-ruang menembus ruang-ruang ............................... 77 Gbr II.20 : Hubungan jalur-ruang berakhir pada ruang-ruang ........................... 78 Gbr III.1 : SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta ............................................ 105 Gbr III.2 : Ruang kelas TK ................................................................................. 108 Gbr III.3 : Furniture untuk kelas TK ................................................................... 108 Gbr III.4 : Ruang kelas bahasa (kanan) dan
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggambar (kiri) untuk SMP.......................................................... 108 Gbr III.5 : Ruang menenun (kanan) dan kelas ketrampilan ................................ 109 Gbr III.6 : Pembekalan ketrampilan oleh guru dari Jepang ................................ 109 Gbr III.7 : Ruang pembuatan sepatu khusus penyandang cacat (brace) ............. 109 Gbr III.8 : Tangga darurat dan ramp ................................................................... 111 Gbr III.9 : Furniture pada R. Kelas dan R. Ketrampilan YPAC Jakarta ............. 115 Gbr III.10 : BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta ....................................... 118 Gbr III.11 : Kelas menjahit untuk putra .............................................................. 122 Gbr III.12 : Kelas menjahit untuk putri............................................................... 123 Gbr III.13 : Kelas fotografi dan kamar gelap untuk mencetak foto .................... 123 Gbr III.14 : Kelas reparasi sepeda motor ............................................................ 124 Gbr III.15 : Kelas salon kecantikan..................................................................... 124 Gbr III.16 : Ruang ketrampilan dan display untuk hasil kerajinan .................... 124 Gbr III.17 : Bengkel las dan bubut ...................................................................... 125 Gbr III.18 : Kelas pertukangan............................................................................ 125 Gbr III.19 : Ruang komputer ............................................................................... 126 Gbr III.20 : Bengkel pembuatan tangan &kaki tiruan (kanan) dan display Prothese & Orthese (kiri) .............................................. 126 Gbr III.21 : Ramp yang terletak di luar bangunan serta railing pegangan untuk tangan ........................................................ 128 Gbr III.22 : Ramp memakai bahan keramik yang licin dan tidak aman untuk digunakan ........................................................... 129 Gbr III.23 : Ruang kelas untuk SD-D ................................................................. 135 Gbr III.24 : Ruang kelas SDLB-D1 .................................................................... 135 Gbr III.25 : Ruang kelas SMPLB-D ................................................................... 135 Gbr III.26 : Ruang kelas SMALB-D1 yang berkapasitas 8 anak ........................ 136 Gbr III.27 : Ruang perpustakaan YPAC Surakarta ............................................. 136 Gbr III.28 : Ruang kelas untuk ketrampilan yang biasa
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan oleh siswa didik YPAC Surakarta ................................. 137 Gbr III.29 : Standing frame dan parallel bar ..................................................... 138 Gbr III.30 : Tripot, tempat duduk dan wall bar ................................................. 138 Gbr III.31 : Kolam untuk hydroterapi ................................................................ 139 Gbr III.32 : Ruang untuk terapi bicara ............................................................... 139 Gbr III.33 : Ruang okupasi dilengkapi dengan matras sebagai alat bantu untuk terapi ........................................................ 140 Gbr III.34 : Asrama putri yang juga digunakan untuk terapi ............................. 141 Gbr III.35 : Ramp yang menghubungkan level lantai yang rendah dan tinggi .................................................................... 142 Gbr III.36 : Ramp untuk menuju kelas di lantai 2 .............................................. 142 Gbr III.37 : Tangga darurat menuju lantai 2 ....................................................... 142 Gbr III.38 : Gedung serbaguna / gedung pertemuan ........................................... 143 Gbr IV.1 : Denah asumsi lokasi .......................................................................... 150 Gbr IV.2 : Peta kota Surakarta ............................................................................ 150
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 : Ciri-ciri arsitektur modern................................................................ 52 Tabel II.2 : Tipe Pencapaian Sirkulasi ................................................................ 73 Tabel II.3 : Tipe Pintu Masuk ............................................................................. 74 Tabel II.4 : Pemanfaatan natural light dan artificial light .................................. 94 Tabel II.5 : Karakter bentuk ................................................................................ 101 Tabel III.1a : Aktivitas pengunjung YPAC Jakarta ............................................ 112 Tabel III.1b : Aktivitas pengelolaYPAC Jakarta ................................................ 112 Tabel III.1c : Aktivitas tenaga medis YPAC Jakarta .......................................... 113 Tabel III.2a : Aktivitas pengunjung BBRSBD Surakarta ................................... 129 Tabel III.2b : Aktivitas pengelola BBRSBD Surakarta ...................................... 130 Tabel III.2c : Aktivitas tenaga medis BBRSBD Surakarta ................................. 130 Tabel III.3a : Aktivitas pengunjung YPAC Surakarta ....................................... 144 Tabel III.3b : Aktivitas pengelolaYPAC Surakarta ............................................ 144 Tabel III.3c : Aktivitas tenaga medis YPAC Surakarta ...................................... 145 Tabel IV.1 : Daftar Furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 158 Tabel IV.2 : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 159 Tabel IV.3a : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 160 Tabel IV.3b : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 162 Tabel IV.3c : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 163 Tabel IV.3d : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ...................................................... 163 Tabel IV.3e : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ...................................................... 163 Tabel IV.4 : Alternatif organisasi ruang Pusat Pendidikan dan
commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................... 168 Tabel IV.5 : Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang......................................... 168 Tabel IV.6 : Hasil Analisa Organisasi Ruang ..................................................... 169 Tabel IV.7 : Analisa tipe sirkulasi pengunjung berdasar studi lapangan .................................................................. 170 Tabel IV.8a : Hubungan ruang secara makro...................................................... 170 Tabel IV.8b : Hubungan ruang secara mikro ...................................................... 171 Tabel IV.9 : Analisa zoning grouping ................................................................. 174 Tabel IV.10a : Analisa pemilihan bahan untuk lantai ......................................... 181 Tabel IV.10b : Analisa pemilihan bahan untuk dinding ..................................... 183 Tabel IV.10c : Analisa pemilihan bahan untuk ceiling ....................................... 186 Tabel IV.11 : Interior sistem ............................................................................... 192 Tabel IV.12a : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture.................................. 193 Tabel IV.12b : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture ................................. 193 Tabel IV.12c : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture.................................. 194 Tabel IV.13a : Analisa karakter bentuk ............................................................. 195 Tabel IV.13b : Analisa karakter bahan ............................................................. 195 Tabel IV.13c : Analisa karakter warna .............................................................. 196 Tabel IV.14a : Sistem keamanan terhadap kejahatan manusia ........................... 198 Tabel IV.14b : Sistem keamanan terhadap bahya kebakaran ............................ 198 Tabel V.1 : Program ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta ........................................................ 201 Tabel V.2 : Organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 202 Tabel V.3 : Sistem sirkulasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 202 Tabel V.4a : Unsur pembentuk ruang (lantai) ..................................................... 203 Tabel V.4b : Unsur pembentuk ruang (dinding) ................................................ 203 Tabel V.4c : Unsur pembentuk ruang (ceiling) ................................................... 203 Tabel V.5 : Interior Sistem .................................................................................. 205 Tabel V.6 : Sistem keamanan.............................................................................. 209
commit to user xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR DIAGRAM
Diagram I.1 : Skema Langkah Desain ................................................................ 11 Diagram III.1 : Struktur organisasi SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta.......................................................... 106 Diagram III.2 : Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta .................................. 120 Diagram IV.1 : Struktur organisasi .................................................................... 152 Diagram IV.2 : Program kegiatan Kepala Yayasan ........................................... 155 Diagram IV.3 : Program kegiatan Bidang Tata Usaha ...................................... 155 Diagram IV.4 : Program kegiatan Bidang Program & Advokasi Sosial ............ 155 Diagram IV.5 : Program kegiatan Bidang Rehabilitasi Sosial ........................... 156 Diagram IV.6 : Program kegiatan Bidang Penyaluran & Bimbingan Lanjut ................................................................. 156 Diagram IV.7 : Program kegiatan tenaga pendidik / guru .................................. 156 Diagram IV.8 : Program kegiatan siswa didik .................................................... 157 Diagram IV.9 : Program kegiatan penyandang cacat umum ............................. 157 Diagram IV.10 : Program kegiatan orang tua ..................................................... 157 Diagram IV.11 : Program kegiatan ahli fisioterapi ............................................ 157 Diagram IV.12 : Program kegiatan ahli hydroterapi........................................... 158 Diagram IV.13 : Program kegiatan ahli terapi okupasi....................................... 153 Diagram IV.14 : Program kegiatan psikolog ...................................................... 153 Diagram IV.15 : Program kegiatan pasien penyandang cacat ............................ 153 Diagram IV.16 : Program kegiatan pembuatan alat bantu gerak ........................ 154
commit to user xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan tuna daksa akan fasilitas umum yang aksesibel ternyata belum memadai. Fasilitas umum berupa tempat pendidikan, tempat kesehatan atau terapi, ataupun tempat-tempat umum lainnya belum dapat dimanfaatkan secara optimal, karena terbatasnya aksesibilitas yang disediakan. Sehingga perlu adanya tempat umum yang memiliki aksesibilitas yang tinggi untuk membantu tuna daksa dalam beraktivitas secara mandiri. Tuna daksa menurut Sutjihati Soemantri diartikan sebagai ”suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan lahir.” (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 121). Dalam Resolusi PBB Tahun 1993 tentang Peraturan dan Standar Persamaan Kesempatan Bagi Penyandang Cacat, Pemerintah Indonesia bertujuan untuk menghilangkan rintangan bagi penyandang cacat di dalam lingkungan fisik dengan mengembangkan standar dan pedoman serta memberlakukan undang-undang. Hal ini untuk menjamin aksesibilitas pada fasilitas publik sebagai pelayanan masyarakat.. Salah satu butir resolusi dari UNESCAP, 1998 adalah pentingnya merumuskan implementasi pedoman teknis dan peraturan perundang-undangan guna meningkatkan akses bagi
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
penyandang cacat dalam fasilitas publik. Dikuatkan dengan adanya Biwako Millenium (2003-2012), 10 tahun kedua setelah Dasawarsa 1992-2002 di Asia Pasifik, Indonesia telah menandatangani kesepakatan untuk memfasilitasi penyandang cacat di berbagai sektor. Adapun PBB membuat pedoman penerapan dalam desain atau rancangan yang aksesibel terdiri atas: 1. Bangunan itu memungkinkan untuk dicapai. 2. Bangunan itu memungkinkan untuk dimasuki. 3. Bangunan itu memungkinkan untuk digunakan semua fasilitasnya. 4. Bangunan itu memungkinkan untuk dicapai, dimasuki dan digunakan semua fasilitasnya secara mandiri, tanpa ada perasaan bahwa seseorang akan menjadi objek belas kasihan dari orang lain. Dalam workshop Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Cacat, Asosiasi Pengusaha Indonesia berpendapat bahwa para tuna daksa masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan asalkan tetap memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dan tidak dalam kategori cacat yang berat sehingga tidak mengganggu produktivitas perusahaan dan mampu bersaing. Pernyataan tersebut memberikan peluang bagi para tuna daksa untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas pendidikan dan ketrampilan sehingga dapat bersaing di dunia kerja. Sejak berdirinya Rehabilitasi Centrum pada tahun 1950 kota Surakarta dikenal sebagai ”Kota Rehabilitasi” karena merupakan kota perintis upaya rehabilitasi penyandang cacat. Sehingga banyak lembaga yang terkait dengan rehabilitasi penyandang cacat, seperti Yayasan Pembinaan Anak Cacat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Rumah Sakit Orthopedi, tempat pelatihan, hingga Badan Pembinaan Olahraga Cacat, Yayasan Paraplegia dan Lembaga Pendamping Diffabel serta lembaga yang terkait dengan diffabel. Selain itu di kota Surakarta juga terdapat politeknik kesehatan khusus fisioterapi, okupasi terapi dan orthotik prostetik. Berdasarkan beberapa uraian diatas maka Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ini perlu direalisasikan karena tempat ini sangat membantu para tuna daksa dalam menjalani hidup layaknya orang normal yang mendapat perlakuan dan perhatian yang sama. Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ini memberikan fasilitas berupa pendidikan, fasilitas ketrampilan serta terapi bagi kesehatan tuna daksa.
B.
Batasan Masalah Ditinjau dari aspek kondisi dan potensi dalam perancangan pusat pendidikan dan pelatihan ini, masalah terkait yang dihadapi antara lain : 1. Aspek aksesbilitas
: penyediaan aksesbilitas yang memenuhi standar
ergonomi sehingga dapat membantu para penyandang cacat untuk bermobilisasi dengan aman dan nyaman. 2. Aspek pengelolaan : dalam memenuhi kebutuhan operasional fasilitas dalam obyek tersebut harus berjalan dengan baik. 3. Aspek masyarakat : membantu masyarakat (penyandang cacat) untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang berguna untuk masa depan, serta membantu penyandang cacat untuk meningkatkan rasa percaya diri dan mampu berinteraksi dengan masyarakat luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Batasan masalah yang diambil dalam Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ini antara lain : a. Batasan ruang 1) Bagian Pelayanan Administrasi Pusat a) Ruang Kepala Sekolah & Wakil Kepala Sekolah b) Ruang Kantor Guru 2) Bagian Pelayanan Rehabilitasi a) Seksi Medis / Terapi b) Psikolog 3) Bagian Pendidikan & Ketrampilan a) Seksi Pendidikan b) Seksi Ketrampilan 4) R. Pengukuran Prothetis dan Orthotis b. Sasaran 1) Sasaran pengunjung (segmentasi) a) Para penyandang cacat b) Masyarakat umum c) Peneliti, pengajar, maupun pelajar dan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian 2) Sasaran perancangan bangunan Sasaran Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa yang ditujukan untuk memberikan suatu alternatif rancangan
interior
dengan
pendekatan
mengutamakan aksesbilitas yang ergonomis.
commit to user
psikologi
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Sasaran Desain yang ingin dicapai secara keseluruhan membuat bagian-bagian unsur perancangan interior ke dalam perencanaan Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa dengan memperhatikan faktor-faktor kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya dengan berpijak pada norma dan ketentuan desain yang ada. C.
Rumusan Masalah Memfokuskan pada kebutuhan akan kenyamanan beraktivitas dalam kegiatan belajar mengajar sekaligus perannya dalam meningkatkan kondisi kejiwaan pengguna dengan bimbingan konseling yang diberikan, Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ditekankan pada: 1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa sebagai tempat pendidikan dan pelatihan formal dengan fasilitas yang aksesibel serta ergonomis untuk para tuna daksa? 2. Bagaimana merancang sistem pelayanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa sehingga dapat menciptakan suasana interior sebagai pusat pendidikan formal yang nyaman sehingga berpengaruh pada keadaan psikologis pengguna baik itu pengajar maupun kelayan yang akan belajar di dalamnya? 3. Bagaimana memasukkan tema interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa yang dapat meningkatkan semangat belajar mengajar sehingga tidak menimbulkan kebosanan baik bagi pengajar maupun kelayan?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
D.
Tujuan Perancangan 1. Mewujudkan perancangan interior pusat pendidikan dan pelatihan untuk penyandang cacat tubuh dengan mengutamakan aksesbilitas bagi para penyandang cacat tubuh sehingga dapat bermobilisasi dengan aman dan nyaman. 2. Mewujudkan perancangan furniture yang disesuaikan dengan kondisi pengguna dan mengutamakan kenyamanannya sehingga tercipta suasana yang kondusif dan membantu kegiatan belajar mengajar yang merupakan kegiatan utama dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ini.
E.
Manfaat Perancangan Manfaat yang diperoleh dari perancangan ini adalah: 1. Manfaat Praktis Data yang diperoleh akan menambah referensi bagi fakultas dan jurusan. 2. Manfaat Teoritis Untuk pengembangan ilmu pengetahuan. 3. Fungsi Keluar a. Tersedianya fasilitas bagi para penyandang cacat tubuh untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan yang mampu menjadi bekal untuk masa depan. b. Timbulnya rasa kesetaraan hak antara masyarakat umum dan para penyandang cacat tubuh dalam memperoleh pendidikan dan kesempatan kerja, masyarakat diharapkan mampu memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
dorongan semangat sehingga para penyandang cacat tubuh tidak merasa dikucilkan atau dikurangi haknya. Ditinjau dari fungsi dan tujuannya, perencanaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ini secara umum meliputi penyediaan aksesbilitas yang membantu penyandang cacat tubuh untuk bergerak dengan leluasa dan aman serta adanya pendidikan dan pelatihan yang berguna bagi penyandang cacat tubuh untuk terjun langsung ke dunia kerja sesuai dengan bidang yang telah ditekuni. Suasana ruang yang diolah dengan warna yang berpengaruh pada kejiwaan juga membantu meningkatkan tingkat percaya diri pada penyandang cacat tubuh untuk mampu menyerap ilmu serta dapat berkreasi untuk menemukan sesuatu yang baru.
F.
Metode Desain 1. Permasalahan Kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel bagi tuna daksa menuntut adanya sebuah perancangan yang dapat menyediakan fasilitas tersebut secara aksesibel dan ergonomis untuk tuna daksa. Fasilitas tersebut diharapkan dapat membantu para tuna daksa untuk mendapat pendidikan dan pelayan kesehatan dengan baik. Untuk dapat merancang fasilitas yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa perlu adanya studi pembanding baik dari studi literatur maupun studi lapangan yang berkaitan dengan proyek yang dirancang. Berdasarkan studi literatur dapat disimpulkan bahwa desain untuk tuna daksa difokuskan pada kemudahan dalam pengoperasian berbagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
fasilitas seperti furniture dan peralatan yang lain. Serta pemilihan warna yang
memiliki
intensitas
sedang
sehingga
tidak
mengganggu
penglihatan. Sedangkan dari studi lapangan yang dilakukan diperoleh data dalam PP 72 Tahun 1995 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa, jumlah maksimum anak yang dapat dididik adalah 8 anak. 2. Bentuk Perancangan Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan aspek-aspek yang dapat membantu dalam perancangan ini. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan psikologi yang menekankan pada keadaan lingkungan yang dapat membantu tuna daksa dalam beraktivitas secara mandiri. Dari hasil analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem sirkulasi yang dipakai adalah sistem sirkulasi langsung yang memudahkan tuna daksa untuk mengakses ruang yang ingin dituju. Sedangkan sistem organisasi ruang yang diterapkan adalah sistem cluster yang menempatkan ruang berdasarkan fungsi ruang itu sendiri. Ide dasar desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta di Surakarta berawal dari semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso dan tut muri handayani. Sedangkan tema yang dipakai adalah Form Follow Functions yang membantu tuna daksa untuk beraktivitas secara mandiri. Karakter modern dipilih dengan pertimbangan tidak rumit dan bersifat terang dan terbuka sehingga tercipta suasana tenang, aman dan nyaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Bentuk yang digunakan adalah bentuk bulat yang aman, serta bangun matematika yang digunakan sebagai ikon untuk mendesain furniture. Warna yang dipakai adalah warna krem, kuning dan hijau dengan intensitas warna sedang. Penggunaan ramp, railing, dan pintu dengan plat tendang yang aksesibel membantu tuna daksa dalam bermobilisasi. 3. Sumber Data Sumber data yang digunakan pada penelitian ini, antara lain : a. Informan Informasi yang diperoleh berasal dari pengajar maupun staf karyawan yang bekerja di bidang pendidikan dan pelatihan serta tempat rehabilitasi penyandang cacat sebagai subyek yang dianggap mengerti tentang informasi yang dibutuhkan dalam perancangan ini. b. Arsip dan Dokumen Visual Arsip dan dokumen yang dijadikan literatur adalah bukubuku yang memuat tentang klasifikasi penyandang cacat tubuh dan buku-buku lain yang menunjang pengetahuan peneliti tentang cacat tubuh. Buku yang dipakai antara lain Pengantar Pendidikan Anak Tuna Daksa, Handbook Prof. Dr. Soeharso Surakarta, Panduan Penyediaan Aksesbilitas pada Bangunan dan Lingkungan, dll. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Dalam hal ini peneliti melakukan observasi lokasi yang bisa dijadikan referensi dan materi pembanding tentang hal-hal yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
berkaitan dengan proyek Desain Interior ini, terutama dalam bidang interior, misalnya tentang desain furniture, aksesbilitas, ergonomi, dsb. Observasi dilakukan dengan mempergunakan alat bantu berupa kamera digital, alat tulis, dsb. b. Wawancara Mendalam ( In Dept Interviewing ) Wawancara dalam pengumpulan data ini bersifat open–ended dan mendalam dilakukan secara tidak formal. Wawancara ini dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna mendapatkan data yang rinci dan mendalam. c. Content Analisis Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
G. Skema Langkah Desain Latar Belakang Ide Gagasan
Data Lapangan
Tujuan
Analisa
Data
Rumusan
Penentuan Tema
Aspek Pelaku
Literatur Analisa Aspek Objek
Faktor Perancangan
Pengelola & Pengunjung
Sasaran Desain
Kajian Materi Pusat Rehabilitasi
Aktivitas Kebutuhan Ruang Batasan Perancangan Sirkulasi Zoning & Grouping
Pemecahan Masalah Unsur Desain Interior Sistem & Sistem Keamanan
Fungsi, karakter, suasana dan dimensi ruang Norma Desain (bahan, efisiensi, teknik,estetis)
Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan di Surakarta
Diagram I. 1
H.
Skema Langkah Desain
Sistematika Penulisan 1. BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan mencakup Latar Belakang Masalah yang meliputi penyebab terjadinya kecacatan serta berbagai permasalahan yang dialami oleh para penyandang cacat, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan sasaran, serta Metodologi yang meliputi metode sistematika pembahasan. 2. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta, yang meliputi pembahasan teori tentang ruang dan manusia, yang di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
dalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, hubungan antar ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem aksesbilititas yang berguna untuk para penyandang cacat dalam bermobilisasi. 3. BAB III
KAJIAN LAPANGAN
Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa dari konsep Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta. 4. BAB IV DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA a. Analisis Eksisting 1) Analisa lingkungan (keluar) termasuk di dalamnya view, akses, arah cahaya, dll. 2) Analisa Interior termasuk di dalamnya akses, sirkulasi dan human dimension. b. Programing 1) Status Kelembagaan Proyek 2) Struktur Organisasi 3) Sistem Operasional 4) Program Kegiatan (kegiatan obyek TA dan kegiatan manusia) 5) Fasilitas Pengisi Ruang 6) Fasilitas Ruang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
7) Besaran Ruang (studi ruang dan anthropometri) 8) Sistem Sirkulasi 9) Hubungan Antar Ruang 10) Zoning dan Grouping c. Konsep Desain 1) Ide Dasar Desain a) Paradigma, slogan, dll b) Bentuk c) Suasana 2) Tema a) Sebagai pemecahan masalah b) Sebagai dekorasi 3) Aspek Suasana dan Karakter Ruang 4) Aspek penataan ruang/lay out a) Sistem sirkulasi dan organisai ruang 5) Aspek Pembentuk Ruang 6) Aspek Bentuk, Bahan dan Warna 7) Interior Sistem (pencahayaan, penghawaan, akustik) 8) Desain Furniture 9) Desain Elemen Estetis 10) Sistem Keamanan (kebakaran dan keamanan) 11) Aksesbilitas (fasilitas) 5. BAB V
KEPUTUSAN DESAIN
a. Kesimpulan
commit to user
Aspek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sosial, 14
Politik Dan
Merupakan kesimpulan dari proses analisis yang sekaligus merupakan konsep Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta. b. Daftar pustaka c. Lampiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
A. ASPEK RUANG DAN DIMENSI 1. Tinjauan Umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta dengan Pendekatan Psikologi a. Pengertian Judul 1) Pusat : Pokok atau inti dari sesuatu. 2) Pendidikan : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003) 3) Tuna daksa : Suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan lahir. Tuna daksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang atau otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 121)
commit to user 15
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Psikologi : Ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan dan tingkah laku manusia. (Zulkifli, L. Psikologi Perkembangan, 1986 : 5) 5) Psikologi : Studi ilmiah tentang kegiatan-kegiatan individu hubungannya dengan lingkungan. (Woodworth & Marquis, 1961) Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa dengan pendekatan psikologi adalah tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu orang-orang diffable untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis dan psikologis. 2. Tinjauan Umum Tuna Daksa / Cacat Tubuh a. Pengertian Tuna Daksa / Cacat Tubuh Cacat adalah kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna (yang terdapat pada badan, benda batin atau akhlak). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 143) Tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot,
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan lahir. Tuna daksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang atau otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 121) Tuna daksa adalah orang yang mengalami kelainan organ gerak tubuh, terutama gangguan gerak. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugiarmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa : 6) Menurut The American Public Health Association seseorang dapat dianggap cacat (handicapped) bila ia dalam batas-batas tertentu tidak dapat bermain, belajar, bekerja atau melakukan halhal lain yang dapat dilakukan oleh orang-orang sebayanya (seumur);
bila
ia
terhalang
dalam
mencapai
kemampuan
sepenuhnya, baik jasmani, mental maupun rohani. (dalam Erwin Andriyanto, 2002) Penyandang cacat tubuh adalah seseorang yang mempunyai ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas pada tataran aktivitas manusia normal, sebagai akibat dari kerusakan pada sebagain atau semua anggota tubuh tertentu.
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Faktor Penyebab Tuna Daksa / Cacat Tubuh Faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan pada tubuh dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu : 1) Berdasarkan Penyebab Kecacatan a) Bawaan Lahir 1. Karena faktor genetik (poliomilitis). 2. Karena konsumsi gizi yang kurang. 3. Karena
kontaminasi
bahan
kimia
/
radiasi
yang
menyebabkan kelainan bentuk atau tidak adanya anggota tubuh. b) Penyakit 1. Virus polio. 2. Penyakit kelamin/gonorhoe yang menyebabkan cacat sendi atau tulang. 3. TBC pada balita. 4. Kurang darah pada otak sehingga otak kurang berfungsi untuk megkoordinasi organ tubuh. 5. Rusaknya susunan saraf pada tungkai yang mengakibatkan penderita layu pada kaki. 6. Diabetes. c) Kecelakaan lalu lintas / kecelakaan kerja d) Akibat perang atau bencana alam
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Berdasarkan Tingkat Kecacatan / Derajat Kecacatan Tubuh a) Ringan yaitu cacat yang tidak terlalu banyak memerlukan pertolongan karena dapat mengurus diri sendiri dalam kehidupan. Tanda-tanda gangguan ini antara lain : 1. Mampu ambulasi jalan tanpa bantuan 2. Mampu
melaksanakan
kegiatan
sehari-hari tanpa
bantuan 3. Mampu berkomunikasi baik dengan bahasa lisan b) Sedang yaitu cacat yang memerlukan pertolongan khusus agar dapat hidup berdampingan dengan masyarakat. Tanda-tanda gangguan ini antara lain : 1. Adanya hambatan dalam mobilisasi dan memelihara diri sendiri sehingga perlu bantuan 2. Hambatan berkomunikasi mulai terlihat c) Berat yaitu penyandang cacat yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan orang lain dan tetap memerlukan perawatan khusus walaupun pertolongan sudah diberikan. Tanda-tanda gangguan ini antara lain : 1. Hambatan mobilisasi sehingga penderita hanya tinggal di tempat tidur atau memakai kursi roda 2. Perlu bantuan penuh dalam melakuakan kegiatan sehari-hari 3. Hambatan komunikasi
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Berdasarkan Kebutuhan Alat Gerak a) Non Ambulant Wheelchair yaitu penyandang cacat yang tidak dapat berjalan dan membutuhkan bantuan kursi roda. b) Semi Ambulant yaitu penyandang cacat yang dapat bergerak dan membutuhkan bantuan alat gerak seperti krug, tongkat, brace dan frame walk. c) Ambulant yaitu penyandang cacat yang dapat bergerak tanpa menggunakan alat bantu. (dalam Samuel Abdul Anis, 2008)
Ambulant
Semi Ambulant
Gambar II.1
Non Ambulant Wheelchair
Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kebutuhan alat gerak Sumber : Anis, Samuel Abdul, 2008
4) Berdasarkan Kondisi yang Dialami a) Paraplegia
yaitu
cidera
tulang
belakang
sehingga
mengalami kelumpuhan sebagian. b) Diplegia yaitu cidera pada keempat anggota gerak. c) Tetraplegia / quadriplegia yaitu cidera tulang belakang sehingga terjadi kelumpuhan total. d) Ampute yaitu cidera serius pada bagian tubuh sehingga harus menghilangkan anggota gerak / badan tersebut. (dalam Samuel Abdul Anis, 2008)
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Paralegia Gambar II.2
Tetraplegia
Ampute
Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kondisi tubuh Sumber : Anis, Samuel Abdul, 2008
c. Klasifikasi Tuna Daksa Menurut
Frances
G.
Koenig,
tuna
daksa
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Kerusakan yang dibawa sejak lahir / keturunan, meliputi : a) Club-foot (kaki seperti tongkat) b) Club-hand (tangan seperti tongkat) c) Polydactylism (jari yang lebih dari 5 pada masing-masing tangan atau kaki) d) Syndactylism (jari-jari yang berselaput atau menempel satu sama lain) e) Torticollis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka) f) Spina-bifida (sebagian dari sumsum tulang belakang tidak tertutup) g) Cretinism (kerdil/katai) h) Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidak normal) i) Hydrocephalus (kepala yang besar karena berisi cairan)
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
j) Clefpalats (langit-langit mulut berlubang) k) Herelip (gangguan pada bibir dan mulut) l) Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha) m) Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu) n) Frederish ataxia (kerusakan pada sumsum tulang belakang) o) Coxa valga (gangguan pada sendi paha, terlalu besar) p) Syphilis (kerusakan pada tulang dan sendi akibat penyakit syphilis) 2) Kerusakan pada waktu kelahiran a) Erb’s Palsy (kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik waktu kelahiran) b) Fragilitas Osium (tulang yang rapuh dan mudah patah) 3) Infeksi a) Tuberkolosis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku) b) Osteomyelitis (radang di dalam dan di sekeliling sumsum tulang belakang karena bakteri) c) Poliomyelitits (infeksi virus yang mungkin menyebabkan kelumpuhan) d) Pott’s disease (tuberkolosis sumsum tulang belakang) e) Still’s disease (radang pada tulang yang menyebabkan kerusakan pada tulang) f) Tuberkolosis pada lutut atau sendi lain
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Kondisi traumatik a) Amputasi (anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan) b) Kecelakaan akibat luka bakar c) Patah tulang 5) Tumor a) Oxostosis (tumor tulang) b) Osteosis fibrosa cystica (kista atau kantung yang berisi cairan dalam tulang) 6) Kondisi-kondisi lain a) Flatfeet (telapak kaki yang rata, tidak berteluk) b) Kyphosis (bagian belakang sumsum tulang belakang yang cekung) c) Lordosis (bagian muka sumsum tulang belakang yang cekung) d) Perthes’ disease (sendi paha yang rusak atau mengalami kelianan) e) Rickets (tulang yang lunak karena nutrisi, menyebabkan kerusakan tulang dan sendi) f) Scilosis (tulang belakang yang berputar, bahu dan paha yang miring) d. Karakteristik Tuna Daksa Karakteristik penyandang cacat dapat diuraikan sebagai berikut:
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Karakteristik Kisik 1. Kelumpuhan salah satu anggota gerak badan menyebabkan penderita harus menggunakan alat bantu. 2. Anggota badan dalam keadaan tidak utuh atau tidak sempurna yang menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas dan kurang percaya diri, sehingga memerlukan anggota badan tiruan. 3. Kesulitan berbicara dialami sebagian besar penyandang cacat tubuh yang disertai dengan gangguan otak. 4. Pendengaran kurang sehat 5. Penglihatan kurang peka (dalam Samuel Abdul Anis, 2008) b) Karakteristik Mental
Masalah kejiwaan sering menyertai penyandang cacat tubuh. Keadaan fisik yang terganggu tersebut dapat menyebabkan tekanan
jiwa,
yang
selanjutnya
dapat
menghambat
perkembangan hidup penyandang cacat tubuh. Masalah kejiwaan tersebut dapat berupa rasa rendah diri, putus asa, pemarah dan apatis. (dalam Samuel Abdul Anis, 2008) e. Masalah Tuna Daksa Masalah-masalah yang dihadapi oleh tuna daksa meliputi : 1) Masalah Fisik Masalah fisik dapat berupa kelumpuhan anggota gerak atas, anggota gerak bawah atau pada otot-otot penegak
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
punggung. Kelumpuhan ini dapat sebagian atau dapat keseluruhan. 2) Masalah Gangguan Fungsi a) Gangguan fungsi mobilisasi, mulai dari gangguan berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan yang merupakan gangguan fungsi utama kaki. Sedangkan gangguan fungsi tangan dapat berupa gangguan mobilisasi meraih, memegang atau menggenggam. b) Gangguan fungsi mental yaitu menghadapi masalah penyesuaian pendidikan maupun penyesuaian sosial. c) Gangguan kemampuan kegiatan fisik sehari-hari, dapat berupa gangguan komunikasi, menolong diri sendiri maupun mengikuti kegiatan hidupnya sehari-hari. (dalam Samuel Abdul Anis, 2008) f. Kebutuhan Kehidupan Tuna Daksa Kebutuhan tuna daksa dapat berupa : a. Kebutuhan komunikasi b. Kebutuhan mobilisasi c. Kebutuhan memelihara diri sendiri (activities of daily living/ADL) d. Kebutuhan sosial e. Kebutuhan psikologis f. Kebutuhan pendidikan g. Kebutuhan kekaryaan
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Alat Bantu Gerak Selain perlunya aksesibilitas tersebut diatas, tuna daksa juga memerlukan alat bantu gerak berupa : a. Prosthetis Prosthetis adalah alat Bantu yang menggantikan bagian tubuh yang hilang. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 168) Fungsi prosthetis dari bagian tubuh yang hilang akan diupayakan mendekati fungsi tubuh tersebut pada sisi yang normal atau umumnya pada orang normal. Prosthetis terbuat dari bahan plastik resin, kayu, dan besi. Desain prosthetis antara lain : 1) Soket 2) Sendi prothesa 3) Alat terminal 4) Tali-tali b. Orthosis Orthosis adalah alat yang melekat pada tubuh atau anggota gerak tubuh. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 178) Orthosis berfungsi untuk : 1) Menghilangkan rasa nyeri karena alat ini membatasi gerak dan mengurangi tekanan yang berasal dari berat badan. 2) Mengistirahatkan anggota tubuh yang lemah. 3) Mengurangi tekanan ke arah panjang tulang.
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Mencegah dan mengoreksi deformitas sendi. 5) Memperbaiki fungsi. Bahan yang biasa digunakan adalah : a) Logam untuk komponen bar atau lempengan logam sebagai batang untuk posisi tegak. Bahan yang paling sering dipakai adalah campuran besi dan alumunium (duralumunium). Bahan ini cukup kuat untuk menahan berat badan tetapi ringan. Bahan ini adalah bahan plastik yang kuat. b) Bahan kulit untuk tali pengikat kuf pada paha (tighcuff) pengikat sendi kaki dari samping kiri atau akanan dan dari muka dan belakang (knee cuff), pengikat alat pada betis (calf cuff). Kulit digunakan untuk menahan stabilitas pergelangan kaki berupa tali khusus disebut T. strap karena berbentuk huruf T. tali pengikat pinggan berupa sabuk dan dihubungkan dengan pangkal brace sehingga saat jalan brace menjadi stabil. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 180) Alat bantu untuk tuna daksa adalah : a) Alat bantu jalan (Gait Aid) Alat bantu jalan adalah alat yang digunakan untuk menambah kelancaran jalan atau ambulasi tuna daksa. Fungsi utama alat bantu jalan adalah : 1. Menambah stabilisasi tubuh selama ambulasi
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Memberikan tambahan informasi sensoris dari bagian tubuh ke otak 3. Mengurangi beban pada sistem muskuloskeletal yang kurang kuat menahan beban 4. Membantu kecepatan gerak selama ambulasi Jenis alat bantu jalan antara lain : a. Tongkat (Cane) b. Kruk (Crutches) c. Walker b) Kursi roda (whellchair) Kursi roda adalah alat alternatif untuk kegiatan mobilisasi apabila tubuh sudah kurang kemampuannya, baik akibat kondisi neuromuskuloskeletal atau fungsi jantung dan paru-paru yang menurun. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 195-200) 4. Aksesibilitas Menurut buku Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, penyandang cacat sama halnya penduduk Indonesia lainnya memiliki hak yang sama di seluruh bidang kehidupan. Hal ini memiliki arti tidak adanya segala bentuk perbedaan atau diskriminasi atas kecacatan yang dimilliki. Kurangnya fasilitas pelayanan yang mudah dijangkau (aksesibel) merupakan hambatan bagi penyandang cacat untuk melaksanakan fungsi sosialnya. Oleh sebab itu dalam mewujudkan kesamaan, kesetaraan, kedudukan dan hak kewajiban
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
serta peran serta penyandang cacat diperlukan sarana dan upaya yang memadai, terpadu dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat mencapai kemandirian dan kesejahteraan penyandang cacat. (Panduan Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 2-3) Menurut UU no. 4/1997 tentang Penyandang Cacat menerangkan bahwa
penyediaan
aksesbilitas
penyandang
cacat
diupayakan
berdasarkan kebutuhan penyandang cacat sesuai dengan jenis dan derajad kecacatan serta sesuai dengan standart yang ditentukan. (Drs. Mardianto, Kepala YPAC Surakarta, 2010) Penanganan dan pelayanan masalah sosial penyandang cacat di Indonesia dilaks anakan melalui sistem panti dan rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM). Lembaga pelayanan sosial bagi penyandang cacat pada hakekatnya melaksanakan program pelayanan sosial bagi penyandang cacat sesuai dengan fungsinya, yaitu : a. Sebagai tempat pelayanan dan rehabilitasi sosial b. Sebagai tempat pendidikan dan penelitian c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan (laboratorium untuk pengembangan metode intervensi) d. Sebagai tempat informasi dan rujukan Fungsi-fungsi yang dimiliki lembaga pelayanan sosial bagi penyandang cacat diharapkan mampu menumbuhkembangkan fungsi sosial penyandang cacat, rasa percaya diri dan memiliki ketrampilan vokasional yang dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha /
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karya. Hal ini tentunya harus didukung dengan sarana dan fasilitas lembaga bagi penyandang cacat yang memadai termasuk aksesbilitas yang tersedia. Sampai saat ini akesibilitas bagi penyandang cacat khususnya pada lembaga pelayanan sosial yang memberikan pelayanan bagi penyandang cacat belum dapat dikatakan memadai. Hal ini disebabkan masih adanya pandangan bahwa penyediaan aksesibilitas merupakan sesuatu yang memerlukan biaya tinggi, akhirya penyediaan aksesbilitas menjadi kebutuhan lembaga yang tidak dijadikan prioritas sebagai bagian dari proses pelayanan bagi penyandang cacat. Aksesibilitas penyandang cacat bersifat fisik dan non fisik. Kondisi tersebut menjadi pemikiran untuk berupaya menghilangkan perbedaan yang ada dengan diterbitkannya Rencana Aksi Nasional Penyandang Cacat Indonesia tahun 2004-2013. Dalam RAN tersebut diuraikan Program Penyediaan Aksesibilitas pada lingkungan dan transportasi umum sebagai wujud tanggung jawab bersama dalam rangka mensejahterakan penyandang cacat. (Panduan Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 5) 1) Prinsip-Prinsip Aksesibilitas Menurut UNESCAP Publication “Promotion On The NonHandicapping Environment in Asia-Pacific Countries” prinsipprinsip aksesbilitas untuk penyandang cacat dapat dijelaskan sebagai berikut :
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Setiap orang harus dapat mencapai ke suatu bangunan / lingkungan umum dengan mudah dan aman. b) Setelah mencapai tempat / lingkungan tersebut selanjutnya harus dapat masuk ke bangunan / lingkungan tersebut. c) Setelah masuk ke ruang / bangunan tersebut, penyandang cacat harus dapat memakai fasilitas yang tersedia. d) Penyediaan aksesbilitas adalah suatu kewajiban. (Panduan Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 5) 2) Asas-Asas Aksesibilias a) Kemudahan Kemudahan adalah setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dsalam suatu lingkungan. Asas aksesibilitas dilihat dari kegunaan dapat dinilai dari kemudahan pencapaian ruang yang berhubungan dengan setting ruang pada site plan (organisasi ruang), sifat ruang, jalur dan sirkulasi. (Peraturan Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001). b) Kegunaan Kegunaan yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Asas aksesibilitas dilihat dari kegunaan dapat dinilai dari penggunaan maksimal untuk aktivitas tertentu dan fasilitas yang ada di dalam ruangan seperti tombol dan stop kontak. Menurut standart dari Keputusan menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Bangunan Umum dan Lingkungan, tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan mudah
dijangkau
oleh
Perundang-Undangan
penyandang
Penyandang
cacat.
(Peraturan
Cacat
Nasional
bangunan
dalam
dan
Internasional, 2001) c) Keselamatan Keselamatan
yaitu
setiap
suatu
lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang. Asas
aksesibilitas dilihat
dari
keselamatan
dalam
memasuki ruang dan beraktivitas di dalam ruang dinilai dari kecuramanan ramp dan tekstur lantai. (Peraturan PerundangUndangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001) d) Kemandirian Kemandirian yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan mempergunakan semua tempat dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain. (Peraturan Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001)
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas a) Sirkulasi Jalur sirkulasi atau rute aksesibel adalah jalur lintasan yang aksesibel, menghubungkan suatu elemen atau ruang, dengan elemen atau ruang lainnya dari suatu bangunan. Rute aksesibel interior termasuk koridor, lantai, ramp, dan lift. Rute eksterior termasuk ruang akses parker, trotoar pada jalan kendaraan dan ramp.standart ukuran lebar minimal untuk rute aksesibel 1 jalur adalah 110 cm, sedanngkan yang 2 jalur adalah 160 cm. Permukaan rute aksesibel harus bertekstur sehingga tidak licin dan memerlukan pegangan rambat untuk menjamin pengguna terutama pada belokan yang berbahaya (Departemen Pekerjaan Umum, 1998). Pemakai kursi roda membutuhkan 110 cm dan pemakai ktuk membutuhkan 95 cm untuk bersirkulasi (Departemen Pekerjaan Umum, 1998). b) Visual Menurut Panero. J (1979 : 287), “the visual field” adalah bagian dari ruang yang terukur pada pandangan mata lurus pada saat kepala dalam keadaan diam. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa visibilitas adalah jangkauan pandang mata saat kepala dalam keadaan diam. (dalam M. Sholahuddin, 2006)
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penciptaan suatu tempat yang diperuntukkan bagi penyandang cacat harus memeprhatikan jarak pandang mata dari pemakai kursi roda. Sebagai contoh adalah panel kaca pada pintu yang sejajar dengan mata pemakai kursi roda. Hal ini memudahkan pemakai kursi roda untuk dapat melihat ke dalam suatu ruang sebelum mereka memasukinya. Penempatan televisi, rak-rak penyimpanan serta alat-alat umum lainnya harus memperhatikan jarak pandang dari pemakai kursi roda. (dalam M. Sholahuddin, 2006) 4) Pengaruh Setting Ruang Terhadap Aksesibilitas a) Ukuran dan Bentuk b) Perabot dan Penataannya Perpustakaan 1. Rak baca Menurut Persyaratan Teknis Aksesibilitas, batas jangkauan ke atas pemakai kursi roda adalah 140 cm. (dalam M. Sholahuddin, 2006) 2. Meja Petugas Dr. Suma’mur menetapkan kriteria permukaan meja adalah setinggi siku (orang normal). Bagi pemakai kursi roda menurut Time Saver Standards, seorang pemakai kursi roda membutuhkan ruang untuk kakinya sebesar 66 cm. (dalam M. Sholahuddin, 2006)
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kursi Petugas Kursi yang ideal bagi penyandang cacat menurut Robert James Sorenson adalah yang mempunyai sandaran tangan yang berfungsi untuk
membantu penyandang cacat
(khususnya pemakai kursi roda dan pemakai kruk) untuk bangkit dari atau akan duduk di kursi dan stabil untuk dijadikan tumpuan berat badan saat bangkit atau akan duduk di kursi. (dalam M. Sholahuddin, 2006) 4. Rak Berkas Menurut Persyaratan Teknis Aksesibilitas, batas jangkauan ke atas pemakai kursi roda adalah 140 cm. (dalam M. Sholahuddin, 2006) c) Warna Warna dapat digunakan dalam dekorasi sebuah ruang, yang disediakan sebagai pemndu bagi pengguna bangunan terutama sekali berguna bagi orang-orang yang memiliki cacat visual. “Brightness Differentials” menurut James HolmesSiedle (1996) ditentukan oleh perbedaan refleksi warna-warna yang muncul pada permukaan. Jumlah “high-contrast” maksimum dari kombinasi warna meliputi : 1. Putih dan hitam 2. Kuning dan hitam 3. Kuning dan biru 4. Putih dan biru
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Merah dan putih 6. Abu-abu dan putih Menurut Satrsowinoto (1985), ditinjau dari sudut fisiologis ada beberapa warna yang mudah atau bisa diindera mata yaitu yang memiliki panjang gelombang antara 380-750 milimikron. Warna krem masuk dalam golongan warna kuning yang
memiliki
panjang
gelombang
kurang
lebih
600
milimikron. Untuk meningkatkan fungsi fisiologi mata, penggunaan warna dengan panjang gelombang tinggi antara 500-700 (antara warna hijau, merah ataui oranye) perlu untuk beberapa ruang (misalnya toilet) serta beberapa elemen ruangruang (misalnya saklar lampu, stop kontak, pegangan pintu dan grendel). (dalam M. Sholahuddin, 2006) d) Pencahayaan Menurut Walter Kohler (1959), lubang cahaya optimal adalah 20% dari luas lantai. (dalam M. Sholahuddin, 2006) e) Penghawaan Suhu
nyaman
“thermal
comfort”
adalah
24-270C
(Wignjosoebroto, 2003), 26-270C (Sastrowinoto, 2003), dan 27,60C (Suma’mur, 1989). f) Suara Menurut Mangunwijaya (1997), tingkat kualitas suara ditentukan dari lamanya bunyi, intensitas dan frekuensi.
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Walter Kohler (1959), intensitas suara dihitung dengan rumus : (dalam M. Sholahuddin, 2006) W I = ---------4µd2
5. Tinjauan Umum Psikologi a. Pengertian Psikologi Psikologi berasal dari kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu, sehingga psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan dan tingkah laku manusia. (Zulkifli, L. Psikologi Perkembangan, 1986 : 5) Psikologi dapat diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat kejiwaan manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan kepribadiannya, dengan penadangan bahwa setiap perilaku manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya. (Mursidin, Psikologi Umum, 2010 : 13) Berikut adalah beberapa pengertian psikologi menurut Wisnubrata Hendrojuwono : 1) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari adanya jiwa dan kehidupan jiwa (Bigot, Kohnstamm, dan Palland, 1954) 2) Psikologi adalah suatu studi sisitematik tentang tingkah laku (Garrett, 1961)
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Psikologi adalah studi ilmiah tentang kegiatan-kegiatan individu hubungannya dengan lingkungan. (Woodworth & Marquis, 1961) 4) Psikologi adalah suatu ilmu tentang tingkah laku organisme. (Zimbardo, 1971) 5) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. (Hilgard, Atkinson, dan Atkinson, 1975) 6) Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang meliputi penerapannya kepada manusia. (Morgan, King, dan Robinson, 1979) 7) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari laku manusia. (Singgih Dirgagunarsa) 8) Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memepelajai tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. (Plato dan Aristoteles) 9) Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memepelajari tingkah laku lahiriah dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respons). (John Broadus Watson) 10) Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indra, pikiran, merasa (feeling), dan kehendak. (Wilhelm Wundt)
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11) Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar. (Woodworth dan Marquis) 12) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis tentang pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu dan sosial. (Knight and Knight) 13) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. (Hilgerf dan Clifford T. Morgan) 14) Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia, oleh karena
itu
berhubungan
dengan
ilmu-ilmu
lainnya,
sebagaimana berhubungan dengan sosiologi dan biologi. (Ruch) 15) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat manusia. (Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld) 16) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. {(Garden Murphy) (Ahmad Fauzi, 1999:12)} Dari definisi di atas dapat dikemukakan kategori-kategori penting dari psikologi, yaitu : a) Psikologi sebagai ilmu, artinya dalam psikologi terdapat ciriciri penting salah satu bidang ilmu yang merupakan bagian dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Psikologi merupakan akumulasi pengetahuan yang sistematis dan observatif.
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Manusia atau binatang, merupakan objek yang sama dalam psikologi. Hanya saja, manuisa bergerak dengan perilaku yang dinamis dan berubah-ubah, sedangkan binatang bergerak mengikuti insting yang sifatnya kebiasaan yang mengikat kepada instingnya. c) Psikologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai gejala yang tampak dan dijadikan bahan kajian dalam melihat keadaan kejiwaan manusia atau hewan yang sesungguhnya. d) Lingkungan sebagai daya tarik atau dorong munculnya perilaku, yang kemudian menghubungkan psikologi dengan sosiologi. Pengaruh lingkungan terhadap terbentuknya perilaku manusia sangat kuat. Dalam perspektif psikologi, lingkungan menjadi latar belakang yang cukup menentukan terbentuknya perilaku dan sifat-sifat kejiwaan manusia. e) Respons manusia terhadap lingkungan di sekitarnya berakibat pada pola kehidupan. f) Aktivitas
manusia
secara
psikis
yang
dapat
bersifat
instrumental maupun yang radikal dari kesadaran maupun ketidaksadaran manusia. g) Hakikat perilaku manusia, artinya bukan semata-mata realitas perilaku yang tampak mudah diketahui secara kasat mata, melainkan latar belakang dan substansi yang muncul dan terpolakannya perilaku, baik sebagai karakteristik kejiwaan
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia maupun sebagai refleksi dari bentuk-bentuk perilaku temporal manusia. (Mursidin, Psikologi Umum, 2010 : 18) Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku sebenarnya terdiri dari sejumlah ilmu pengetahuan yang tergabung dalam psychological sciences. Sebagai kelompok science termuda, pengetahuan psikologi berada di bawah pengaruh filsafat. Pengetahuan psikologi terdiri dari : 1. Psikologi Umum 2. Psikologi Pendidikan 3. Psikolgi Belajar 4. Psikologi Dalam 5. Kesehatan Mental 6. Psikologi Perkembangan (psikologi anak, psikologi remaja dan psikologi orang dewasa) b. Ruang Lingkup Psikologi Menurut Nigel C. Benson dan Simon Grove (2000 : 7), bagian-bagian yang dikaji oleh psikologi terdiri atas delapan bagian, yaitu: 1) Psikologi Perkembangan 2) Psikologi Sosial 3) Psikologi Perbandingan 4) Psikologi Individual 5) Psikologi Kognitif 6) Bio-Psikologi
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Psikologi Kesehatan 8) Psikologi Organisasi (Mursidin, Psikologi Umum, 2010 : 23) c. Sejarah Psikologi Perkembangan
psikologi
sebagai
ilmu
diawali
oleh
pandangan-pandangan para filsuf tentang jiwa. Pada tahun 1879, laboratorium psikologi pertama kali didirikan oleh Wilhelm Wundt (1832-1920) di kota Leipzig, Jerman. Dengan demikian, sebelum Wilhelm merintis psikologi sebagai ilmu, ada masa ketika jiwa dipelajari dan dikaji dengan pendekatan filosofis dan fisiologis. Para filsuf Yunani adalah perancang utama lahirnya psikologi, yaitu pemahaman dan kajian perilaku manusia dalam perspektif yang ilmiah yang didasarkan pada penelitian yang objektif dan eksperimentalistik. Para filsuf Yunani kuno yang merenungi secara komtemplatif tentang jiwa adalah Plato, Aristoteles, dan Socrates. Pemahaman filosofis tentang jiwa belum merupakan kajian psikologi, bahkan sampai abad petengahan, jiwa masih menjadi bagian pengkajian filsafat. Para tokoh falsafat adalah Rene Descartes dengan teori kesadaran, Wilhelm dengan teori kesejahteraan psikofisik atau Psychophysical Paralellism, dan John Locke dengan teori Tabula Rasa. (Rosleny Marliany, Psikologi Umum, 2010:53) d. Psikologi Perkembangan Psikologi perkembangan dapat disebut dengan Psikologi Anak atau Psikologi Genetik. Pokok bahasan dari psikologi
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perkembangan adalah perkembangan rohani manusia yang dialami dari lahir sampai dewasa. Dalam proses perkembangan ini terjadi perubahan yang terus-menerus, tetapi perkembangan ini tetap merupakan suatu kesatuan. Masa perkembangan tersebut di antaranya masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak sekolah, masa remaja (pubertas dan adolesen) serta masa dewasa. (Zulkifli, L. Psikologi Perkembangan, 1986 : 5) Selama hidup manusia tidak pernah statis, dari lahir sampai meninggal manusia selalu mengalami perubahan. Sehubungan dengan perubahan tersebut dikenal dua macam perubahan, yaitu : 1) Pertumbuhan yang diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya ukuran dan struktur. 2) Perkembangan yang diartikan sebagai perubahan kualitatif, yaitu peubahan yang progresif, koheren, dan teratur. Sensor motorik pada masa kanak-kanak belum sesempurna orang dewasa. Sensor motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan
gerakan-gerakan
tubuh.
Dalam
perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan ialah otot, saraf dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, ternyata kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang pertumbuhan otaknya terganggu tampak kurang terampil dalam
menggerakkan
tubuhnya.
(Zulkifli,
L.
Psikologi
Perkembangan, 1986 : 41) Gerakan-gerakan motorik dapat dibagi menjadi 3, yaitu : a) Motorik Statis Gerakan tubuh untuk memperoleh keseimbangan, misalnya keserasian gerakan tangan dan kaki pada waktu berjalan. b) Motorik Ketangkasan Gerakan
untuk
melaksanakan
tindakan
yang
berwujud
ketangkasan dan ketrampilan, misalnya gerak melempar, menangkap, dll. c) Motorik Penguasaan Gerakan utntuk mengendalikan otot-otot, roman muka, dll. Pada anak yang terganggu motoriknya akan berdampak pada kurangnya rasa percaya diri. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih, bermain dan belajar agar sensor motoriknya dapat berkembang dengan baik. (Zulkifli, L. Psikologi Perkembangan, 1986 : 43) Aspek-aspek perkembangan anak secara umum adalah sebagai berikut : 1. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik mempunyai pengaruh langsung terhadap anak karena menentukan hal-hal yang dapat dilakukan oleh anak dan secara tidak langsung baik terhadap dirinya
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri maupun terhadap orang lain. Perkembangan fisik yang normal memungkinkan anak menyesuaikan diri pada situasi yang ada dengan tuntutan sosial untuk usianya, sedangkan perkembangan fisik yang menyimpang akan menghambat penyesuaian anak tersebut. Kerusakan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi diri anak dengan keparahan kerusakan tersebut, masa terjadinya kerusakan, gangguan terhadap kegiatannya, reaksi orang-orang di sekitar, dan perbedaan anak tersebut dengan anak-anak seusianya. Pengaruh psikologi kecelakaan yang dialami sering lebih merusak dan bertahan pada gangguan fisiknya dengan demikian akan mempengaruhi kepercayaan anak kepada dirinya sendiri dan sering menimbulkan rasa malu yang digeneralisasikan. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 4) 2. Perkembangan Kemampuan Kognitif Piaget memandang intelegensi sebagai suatu proses adaptif dan menekankan bahwa adaptasi melibatkan fungsi intelektual. Piaget membahas proses adaptasi yang diartikan sebagai
keseimbangan
antara
organisme
dan
kegiatan
lingkungannya. Dengan demikian lingkungan dipandang sebagai suatu hal yang terus-menerus mendorong organisme untuk menyesuaikan diri terhadap situasi realitas, demikian pula secara timbal balik organisme secara konstan menghadapi
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lingkungannya sebagai suatu struktur yang merupakan bagian dari dirinya. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 5-22) 3. Perkembangan Emosi Pentingnya peranan emosi dalam perkembanagn diri seseorang akan terlihat melalui akibat yang muncul sebagai akibat deprivasi emosi. Deprivasi emosi diartikan sebagai keadaan saat seorang anak kurang memperoleh kesempatan untuk
mendapatkan
menyenangkan,
pengalaman
khusunya
kasih
emosional
sayang,
yang
kegembiraan,
kesenangan, dan rasa ingin tahu. Deprivasi emosi berpengaruh terhadap anak, khususnya pada tahun-tahun pertama perkembangan dalam bentuk kelambatan perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan bicara, perkembangan intelektual, terhambat dalam pergaulan dengan anak-anak lain, dan anak-anak tersebut biasanya mementingkan diri sendiri dan sangat menuntut pada orang-orang di sekelilingnya. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 22-34) 4. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti dikuasainya kemampuan untuk
bertingkah
laku
sesuai
dengan
tuntutan-tuntutan
masyarakat. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 22-34-40)
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan aspek-aspek perkembangan anak tuna daksa adalah sebagai berikut : a. Perkembangan Kognitif Keadaan tuna daksa
menyebabkan gangguan dan
hambatan dalam ketrampilan motorik seseorang dan hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan ketrampilan motorik yang lebih kompleks pada tahap berikutnya. Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak kehidupan orang itu. Menurut Piaget, orang tersebut tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi dengan suatu laju perkembangan yang normal. Keterlambatan perkembangan ini diawali dengan hambatan dalam fungsi motorik sederhana yang akan berpengaruh terhadap kegiatan eksplorasi lingkungan seseorang secara wajar yang akhirnya berpengaruh pada perkembangan kognitif orang itu. Menurut Piaget, semakin besar hambatan yang dialami dalam berasimilasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya, maka orang tersebut akan mengalami hambatan yang lebih besar pula dalam perkembangan kognitifnya yang kemudian berdampak pada masalah adaptasinya sendiri. Waktu terjadinya ketunadaksaan juga berpengaruh pada kemapuan individu tersebut. Jika ketunadaksan terjadi pada usia dini maka hal ini akan
menghambat
usaha
menguasai
ketrampilan
dan
menghambat fungsi normal secara keseluruhan. Jika terjadi
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada usia yang sudah menginjak remaja / dewasa, setidaktidaknya orang tersebut sudah menguasai ketrampilan dan fungsi-fungsi sudah berkembang sampai titik perkembangan tertentu. Walaupun demikian hal ini berarti suatu kemunduran bagi orang tersebut karena orang tersebut pernah mengalami keadaan sebagai orang normal dan akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tuna daksa tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa sampai batas usia tertentu ketunadaksan akan mempengaruhi laju perkembangan dan tipe perkembangan seseorang. Ketunadaksaan yang dialami pada usia dewasa menunjukkan efek yang lebih kecil terhadap laju perkembangan tetapi menimbulkan pengaruh psikologik yang lebih besar. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 104) b. Keadaan Intelegensi Pada sebagian besar tuna daksa, keadaan atau kelainan tubuh tidak langsung menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan intelegensi. Lain halnya dengan penderita Celebral Palsy, kelainan yang diderita secara langsung menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan intelegensi. Penderita Celebral Palsy banyak megalami kesulitan dalam berkomunikasi, persepsi maupun kontrol gerak. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 105)
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Perkembangan Bahasa Pada tuna daksa jenis polio, perkembangan bahasa tidak begitu berbeda dengan orang normal, lain halnya dengan penderita Celebral Palsy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan bicara dapat ditemui pada hampir setiap penderita Celebral Palsy. Terjadinya kelainan bicara pada penderita Celebral Palsy disebabkan oleh ketidakmampuan dalam koordinasi motorik organ bicaranya akibat kerusakan atau kelainan sistem neuromotor. Gangguan bicara pada penderita Celebral Palsy biasanya berupa kesulitan artikulasi, phonasi dan sistem respirasi. Adanya gangguan bicara pada penderita Celebral Palsy mengakibatkan masalah psikologik, karena kesulitan dalam menyampaikan pikiran dan keinginan seperti orang normal. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 106) d. Perkembangan Emosi Ketunadaksaan
secara
khusus
tidak
menimbulkan
gangguan pada kehidupan emosi tuna daksa sendiri. Masalah yang sering muncul sehubungan dengan sikap dan perlakuan orang-orang normal yang berinteraksi dengan tuna daksa. Usia ketika ketunadaksaan mulai terjadi ikut mempengaruhi perkembanngan emosi penderita. Seseorang yang mengalami ketunadaksaan sejak kecil mengalami perkembangan emosi secara
bertahap.
Sedangkan
orang
yang
mengalami
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketunadaksaan pada saat dewasa mengalami perkembangan emosi secara mendadak. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 107) e. Perkembangan Sosial Keterbatasan
kemampuan
tuna
daksa
sering
kali
menyebabkan tuna daksa menarik diri dari pergaulan masyarakat yang mempunyai norma prestasi yang jauh di luar jangkaunnya. Selain itu faktor usia juga merupakan hal penting bagi perkembangan sosial tuna daksa tuna daksa sering kali tidak dapat berpartisipasi penuh dalam kegiatan bermasyarakat terutama dalam kelompok sosial yang bersifat resmi. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 107-108) f. Perkembangan Kepribadian Perkembangan
kepribadian
secara
keseluruhan
dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain : 1) Tingkat ketidakmampuan akibat ketunadaksaan, merupakan suatu variabel penting dalam perkembangan meskipun hal ini tidak dapat terlepas dari perlakuan orang normal terhadap tuna daksa. 2) Usia ketika ketunadaksaan terjadi, sampai batas tertentu berpengaruh terhadap laju perkembangan individu. 3) Nampak atau tidaknya kondisi tuna daksa menunjukkan pengaruh terhadap perkembangan kepribadian individu, terutama mengenai gambar tubuhnya.
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap tuna daksa memiliki pengaruh besar karena sikap keluarga dan masyarakat
tersebut
memepengaruhi
perkembangan
kepribadian orang tersebut. Sikap masyarakat terhadap tuna daksa menunjukkan pengaruh yang sangat menentukan terhadap perkembangan kepribadian individu yang bersangkutan. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 109-110)
6. Tinjauan Umum Modern a. Pengertian Modern Modern atau arsitektur modern merupakan perkembangan dari klasik Barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan Revolusi Industri mulai awal abad XIX. Pada masa ini terjadi perubahan pola hidup dan pola pikir secara besar-besaran. b. Sejarah Singkat Arsitektur Modern Perubahan mendasar dalam sejarah arsitektur adalah saat hadirnya arsitektur modern. Antara tahun 1880-1890 terjadi semacam revolusi industri kedua dalam bentuk rasionalisme dan penggunaan mesin secara besar-besaran. Pada masa ini terjadi “ledakan” jenis bangunan yang pada masa sebelumnya tidak ada. Pada
masa
modernisme
awal,
teori-teori
keindahan
khususnya dalam arsitektur oleh Pugin, Ruskin, Moris dll
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkembang secara radikal menentang klasikisme. Teori ini lebih menekankan pada fungsionalisme dan purisme atau kemurnian. c. Ciri-ciri Modern - Satu gaya internasional - Berupa khayalan, idealis - Fungsinoal IDEOLOGI - Arsitek sebagai nabi, memegang peranan penting dalam perancangan - Elitis untuk setiap manusia - Bersifat menyeluruh dan luas - Bersifat lurus ke depan - Sederhana - Bentuk abstrak - Mempertahankan kemurnian STYLE
- Estetika mesin, logika, sirkulasi, teknologi, mekanikal - Anti ornamen - Anti historis - Anti humor - Anti simbol
IDE DESAIN
- Pemisahan fungsi - Volume bukan massa - Transparan Tabel II. 1 Ciri-ciri arsitektur modern
B. TINJUAN RUANG 1. Kantor / Sekretariat a. Pengertian Area yang digunakan untuk bekerja, baik bekerja secara pribadi (kantor pribadi) maupun secara bersama-sama (kantor
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
publik). Area ini menggambarkan kredibilitas perusahaan, instansi maupun badan usaha serta perorangan yang bekerja di dalamnya. Penyatuan kepentingan ekonomi dan faktor-faktor manusia dalam proses
perancangan
akan
membutuhkan
kepekaan
dan
kewaspadaan perancang yang lebih besar pada hubungan dimensi manusia dan ruang interior. b. Fungsi 1) Area untuk bekerja pihak pengelola atau yayasan. Merupakan area beraktivitas yang berhubungan dengan program kegiatan manusia, baik pengelola maupun pengunjung. 2) Area untuk memberikan informasi berkenaan dengan fasilitas rehabilitasi yang diberikan. c. Fasilitas 1) Tersedia meja informasi yang terletak di area lobi/resepsionis. Serta kursi tunggu untuk para pengunjung. 2) Tersedia meja-meja kerja serta berbagai alat penunjang lainnya, seperti lemari penyimpanan, rak buku, dll. Ruang-ruang yang terdapat di kantor/sekretariat adalah : a) Lobi b) Ruang Kepala & Wakil Kepala Yayasan c) Ruang Kepala Sekolah & Wakil Kepala Sekolah d) Ruang Guru e) Ruang Advokasi f) Ruang Assesment
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang yang digunakan untuk melakukan tes fisik bagi para calon peserta didik untuk mengetahui kemampuan dalam melaksanakan tugas pekerjaan yang akan diberikan. (Handbook Prof. Dr. Soeharso Surakarta, 2009 : 15) 2. Ruang Rehabilitasi Medis a. Pengertian Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu, dengan pendekatan medik, psikologi sosial-edukasional–vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin. Ruang yang digunakan untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan medis, psikososial,
educational,
dan
vokasional
untuk
mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. b. Fungsi 1) Meningkatkan kemampuan fungsional pasien berdasarkan kemampuan yang masih dimiliki. 2) Untuk
mempertahankan/meningkatkan
masyarakat
dengan
impairment/kelainan,
cara
kualitas
mencegah,
hidup
mengurangi
disability/ketidakmampuan
dan
handicap/ketunaan beserta dampaknya melalui peningkatan fungsi semaksimal mungkin sehingga dapat melakukan fungsinya di masyarakat.
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Fasilitas 1) Tersedianya fasilitas kesehatan, seperti tempat tidur atau matras. 2) Tersedia area untuk berkonsultasi antara tenaga medis dan pasien. 3) Tersedianya area loket pendaftaran serta ruang tunggu pasien berupa kursi atau sofa tunggu. Ruang-ruang pendukung dalam ruang rehabilitasi medis adalah : a) Ruang Fisioterapi Ruang yang dipakai untuk melakukan terapi berupa pemijatan maupun terapi yang dikhususkan untuk melatih anggota gerak tubuh serta keseimbangan tubuh yang tergganggu akibat pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sempurna. Adapun fasilitas yang tersedia di ruang fisioterapi adalah : 1. Matras (2x3 m)
6. Paralel Bar
2. Crawler
7. Standing Frame
3. Walker
8. Alat untuk duduk
4. Tripot
9. Lemari
5. Wall Bar b) Ruang Hydroterapi Ruang yang digunakan untuk melakukan terapi yang memakai media air, baik air dingin maupun air panas. Adapun fasilitas yang tersedia di ruang hydroterapi adalah : 1. Kolam untuk menampung air yang digunakan untuk terapi.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Area untuk berganti pakaian. c) Ruang Terapi Okupasi Ruang yang dipakai untuk melakukan terapi pengobatan untuk gangguan fisik,mental dan sosial dengan melakukan aktivitas yang bermakna untuk mencapai tingkat kemandirian yang optimal. Adapun fasilitas yang tersedia di ruang terapi okupasi adalah : 1. Matras (2x3 m) 2. Bola keseimbangan 3. Mainan untuk anak-anak d) Ruang Terapi Psikologi Ruang yang dipakai untuk berkonsultasi dengan psikolog mengenai masalah yang berhubungan dengan kepribadian, pergaulan, etika, dan masalah sosial masyarakat. e) Ruang Pengukuran Prothetis & Orthotis f) Loket Pendaftaran Pasien g) Ruang Tunggu 3. Ruang Rehabilitasi Pendidikan a. Pengertian 1) Definisi awam Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi
warga
negara
yang
baik.
Tujuannya
untuk
mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang.
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Menurut kamus dan ensiklopedi Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dengan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan pembuatan mendidik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “Education is a social science that encompasses teaching and learning specific knowledge, beliefs, and skills. The word education is derived from the Latin educare meaning to raise, to bring up, to train, to rear, via educationis, bringing up, raising.” (Ensiklopedi Wikipedia) 3) Menurut Undang-Undang a) UU SISDIKNAS No. 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. b) UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 4) Menurut bahasa (etimologi) a) Bahasa Yunani: berasal dari kata
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children). b) Bahasa Romawi: berasal dari kata Educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. 5) Menurut para ahli Pendidikan adalah berbagai upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka. (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April 2007) a) Langefeld : mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai kedewasaan. b) Heageveld: mendidik adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan. c) Bojonegoro: mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan. d) Ki Hajar Dewantara: mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. e) Rosseau: mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa. 6) Definisi psikologi Pendidikan mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan tujuan untuk mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar. Jadi yang dimaksud dengan ruang rehabilitasi pendidikan adalah ruang yang digunakan untuk memberikan bimbingan, pengajaran,
dan
latihan
secara
terstruktur
guna
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. b. Fungsi 1) Sebagai sarana untuk berinteraksi antara tenaga pendidik dan peserta didik. 2) Sarana
untuk
mendapatkan
informasi
tentang
ilmu
pengetahuan, teknologi dan hal-hal yang berhubungan dengan sosial masyarakat.
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Fasilitas 1) Tersedia prasarana yang menunjang pendidikan, seperti alat peraga materi pendidikan. 2) Tersedia meja kursi untuk belajar, serta papan untuk menulis. Ruang-ruang yang termasuk dalam ruang rahabilitasi pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Ruang Kelas 2. Ruang Pendidikan Orang Tua 3. Perpustakaan 4. Ruang Rehabilitasi Karya/Ketrampilan a. Pengertian Ruang yang dipakai untuk melakukan berbagai aktivitas yang berguna untuk kemampuan latih serta dapat menjadi bekal untuk terjun ke masyarakat dan sekaligus menjadi metode terapi yang dapat membantu melatih anggota gerak yang tergganggu. b. Fungsi 1) Sebagai sarana untuk mengembangkan bakat dan kemampuan latih seseorang. 2) Sebagai area yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan kerja serta kemampuan motoriknya. c. Fasilitas 1) Area kerja yang terdiri dari meja kursi untuk bekerja. 2) Ruang Ketrampilan
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Bengkel Prothetis & Orthotis a. Pengertian Prothetis adalah alat Bantu yang menggantikan bagian tubuh yang hilang. Orthotis adalah alat yang diterapkan atau melekat pada tubuh atau anggota gerak tubuh. Jadi yang dimaksud dengan bengkel Prothetis & Orthotis adalah ruang yang dipakai untuk membuat berbagai alat bantu yang berguna untuk membantu mobilisasi penyandang cacat atau untuk mengurangi rasa nyeri atau sakit pada bagian tubuh yang tergganggu. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa : 195-200) b. Fungsi 1) Sebagai sarana untuk membantu penyandang cacat untuk beraktivitas dengan lebih baik. c. Fasilitas 1) Tersedia meja kerja untuk pembuatan alat-alat prothetis & orthotis. 2) Mesin-mesin untuk mencetak bahan baku prothetis & orthotis. 6. Pintu a. Pengertian Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat untuk masuk dan keluar, pada umumnya
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilengkapi
dengan
penutup
(daun
pintu).
(dalam
M.
Sholahuddin, 2006) b. Fungsi Menurut Wibisono, W. E. (1981), fungsi utama dari sebuah pintu adalah : 1) Akses dari suatu ruangan kebagian ruangan lain 2) Sebagai pelindung privasi 3) Sebagai rintangan pengaman 4) Sebagai rintangan dari batas suatu lingkungan (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan) c. Analisa Khusus 1) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutp oleh penyandang cacat. 2) Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar minimal 90 cm, dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar minimal 80 cm. 3) Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai. 4) Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan adalah pintu
geser,
pintu
yang
berat,
dan
sulit
untuk
dibuka/ditutup, pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil, pintu yang terbuka ke dua arah (dorong dan tarik) dan pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan.
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu. 6) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup dengan sempurna, karena pintu yang terbuka sebagian dapat membahayakan penyandang cacat. 7) Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan
bagi
pengguna
kursi
roda.
(Persyaratan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
Gambar II. 3 Ruang bebas pada pintu untuk penyandang cacat Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 4 Pintu dengan plat tendang dan pegangan pintu Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010 commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 5 Pegangan pintu otomatis Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
7. Ramp a. Pengertian Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. b. Analisa Khusus 1) Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7 derajat, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp (crub ramps/landing). Kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6 derajat. 2) Panjang mendatar dari suatu ramp (dengan kemiringan 7 derajat) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang. 3) Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan 120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang juga digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri. 4) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimal 160 cm. 5) Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan. 6) Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak teperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum. 7) Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 6 Tipikal ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 7 Kemiringan ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 8 Kemiringan ramp dan pintu di ujung ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 9 Letak ramp untuk trotoar Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
8. Toilet a. Pengertian Toilet adalah fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya. b. Analisa Khusus 1) Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol dengan sistem cetak timbul “penyandang cacat” pada bagian luarnya. 2) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda. 3) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda skitar 45-50 cm.
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi den ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda. 5) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan pelengkapan-perlengkapan
seperti
tempat
sabun
dan
pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda. 6) Semua kran sebaiknya dengan menggunakan sistem pengungkit dipasang pada washtafel, dll. 7) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. 8) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi roda. 9) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat. 10) Pada tempat-tenpat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktuwaktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 10
Analisa ruang gerak toilet dengan pendekatan diagonal dan pendekatan samping Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 11 Sirkulasi masuk dan tinggi perletakan kloset Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 12 Ruang gerak dalam toilet dan perletakan urinoir Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 13 Kran wudhu dan potongan bilik pancuran Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 14 Tipikal pemasangan dan ketinggian washtafel Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 15 Tipe washtafel dengan penutup bawah dan perletakan kran commit to user Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 16 Ruang bebas area washtafel Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
9. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol a. Pengertian Perlengkapan dan peralatan kontrol merupakan perlengkapan dan peralatan pada bangunan yang bias mempermudah semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua, orang sakit, balita dan ibu-ibu hamil) untuk melakukan control peralatan tertentu, seperti sistem alarm, tombol/stop kontak dan pencahayaan. b. Analisa Khusus 1) Sistem alarm/peringatan a) Harus tersedia peralatan peringatan yang terdirir dari sistem peringatan suarta (vocal
alarms), sistem
peringatan bergetar (vibrating alarms) dan berbagai
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada situasi darurat. b) Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk memeprmudah pengoperasian sistem alarm, termasuk perlatan bergetar (vibrating alarms) di bawah bantal. c) Semua
pengontrol
peralatan
listrik
harus
dapat
dioperasikan dengan satu tangan dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan memutar lengan. 2) Tombol dan stop kontak Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang cacat. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
Gambar II. 17 Perletakan peralatan Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tinjauan Sistem Sirkulasi 1. Pengertian Sirkulasi Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan tersendiri (Pamudji Suptandar, 1999 : 4) 2. Unsur-Unsur Sirkulasi a. Pencapaian Bangunan Pendekatan ke sebuah bangunan dan jalan masuknya mungkin berbeda-beda dalam waktu tempuh, dari beberapa langkah menuju ruang-ruang singkat suatu jalur panjang dan berbelok-belok. Terdapat 3 tipe pencapaian ke dalam bangunan, yaitu : Tipe Pencapaian Sirkulasi Langsung, suatu pendekatan yang
Gambar
mengarah langsung ke suatu tempat masuk, melalui sebuah jalan yang segaris dengan alur sumbu bangunan. Tujuan
visual
yang
mengakhiri
pencapaian ini jelas, dapat merupakan fasade muka seluruhnya dari sebuah bangunan atau suatu perluasan tempat masuk di dalam bidang. Tersamar, pendekatan yang samarsamar meningkatkan efek perspektif pada fasade depan dan bentuk suatu bangunan. Jalur dapat diubah arahnya
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar
Tipe Pencapaian Sirkulasi satu
atau
beberapa
menghambat urutan
dan
kali
untuk
memperpanjang
pencapaian.
Jika
sebuah
bangunan didekati pada sudut yang ekstrim,
jalan
masuk
dapat
memproyeksikan apa yang ada di luar fasade sehingga dapat terlihat lebih jelas. Berputar,
sebuah
jalan
berputar
memperpanjang urutan pencapaian dan mempertegas bentuk tiga dimensi suatu bangunan
sewaktu
mengelilingi
tipe
bergerak
bangunan.
Jalan
masuk bangunan mungkin dapat dilihat terputus-putus pendekatan posisinya
selama untuk
atau
dapat
waktu
memperjelas tersembunyi
sampai di tempat kedatangan. Tabel II. 2 Tipe Pencapaian Sirkulasi Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 231
b. Jalan Masuk ke dalam Bangunan Untuk memasuki bangunan, sebuah ruang dalam bangunan, atau suatu daerah dari ruang eksterior, akan melibatkan kegiatan menembus bidang verikal yang memisahkan sebuah ruang dari lainnya. Pada situasi normal sebuah dinding dipergunakan untuk menetapkan dan melingkupi sebuah atau sederetan ruang-ruang, maka jalan masuk disediakan berupa sebuah bukaan pada bidang
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dinding. Bentuk bukaan dapat berupa sebuah lubang sederhana pada dinding sampai ke bentuk pintu gerbang yang tegas dan rumit. Tanpa mengabaikan bentuk ruang yang dimasuki atau bentuk pelingkup ruangnya, jalan masuk ke dalam ruang paling baik ditandai dengan mendirikan sebuah bidang nyata atau tersamar, yang tegak lurus pada jalur pencapaian. Pintu masuk dapat dikelompokkan sebagai berikut : Gambar
Tipe Pintu Masuk Pintu
masuk
rata
mempertahankan kontinuitas
permukaan
dinding dan jika diinginkan dapat juga dibuat tersamar. Pintu
masuk
yang
ke
luar
menjorok
membentuk sebuah ruang transisi,
menunjukkan
fungsinya
sebagai
pendekatan
dan
memberikan perlindungan di atasnya. Pintu menjorok
masuk
yang
ke
dalam
memberikan perlindungan dan ruang
menerima eksterior
sebagian menjadi
bagian dalam bangunan. Gambar II. 3 Tipe Pintu Masuk Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 239
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada masing-masing pintu masuk di atas, bentuk pintu masuk dapat serupa dengan ruang yang sedang dimasuki dan berfungsi sebagai ruang pengantar. Jalan masuk dapat juga berlawanan dengan bentuk ruangnya untuk memperkuat batas-batas dan menekankan karakternya sebagai suatu tempat. Pintu masuk dapat diletakkan terpusat di dalam bidang depan sebuah bangunan, atau dapat ditempatkan di luar pusat bangunan dan menciptakan keadaan simetris di sekitar bukaan. Letak sebuah pintu masuk yang relatif terhadap bentuk ruang yang dimasuki akan menentukan konfigurasi alur dan pola aktivitas di dalam ruang. Pengertian suatu pintu masuk secara visual dapat diperkuat dengan: 1) Membuat bukaan lebih rendah, lebih lebar, atau lebih sempit daripada yang seharusnya. 2) Membuat pintu masuk sangat curam atau berliku-liku. 3) Membuat bukaan lebih artistik dengan ornament atau hiasanhiasan dekoratif. c. Konfigurasi Jalur 1) Sirkulasi Linier Sirkulasi
ini
memiliki
garis-garis
yang
berkesinambungan pada satu arah atau lebih. Merupakan sirkkulasi yang lurus, namun dapat
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melengkung atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang atau membentuk kisaran (loop). 2) Sirkulasi Grid Memiliki karakter yang dapat memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah yang berbeda-beda. Terdiri dari dua set jalur yang berpotongan.
3) Sirkuasi Radial Sikulasi ini melibatkan konvergensi pada suatu titik pusat yang fungsional dan memudahkan pencapaian titik-titik tersebut yang merupakan tujuan bagi penumpang. 4) Sirkulasi Organik Sirkulasi ini paling peka terhadap kondisi tapak, kadang-kadang mengorbankan fungsi atau logik dari sistem tersebut dan penafsiran yang mudah. 5) Sirkulasi Jaringan Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu dalam ruangan.
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Hubungan Jalan-Ruang 1) Melalui Ruang-ruang a) Kesatuan dari setiap ruang dipertahankan. b) Konfigurasi jalan yang fleksibel. c) Ruang-ruang
perantara
dapat
dipergunakan
untuk
menghubungkan jalan dengan ruang-ruangnya.
Gambar II. 18 Hubungan jalur-ruang melalui ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264
2) Menembus Ruang-ruang a) Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya, miring atai sepanjang sisinya. b) Dalam memotong sebuah ruang, suatu jalan menimbulkan pola-pola istirahat dan gerak di dalamnya.
Gambar II. 19 Hubungan jalur-ruang menembus ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Berakhir Dalam Ruang a) Lokasi ruang menentukan jalan. b) Hubungan jalan dan ruang digunakan untuk pendekatan dan jalan masuk ruang-ruang penting yang fungsional dan simbolis.
Gambar II. 20 Hubungan jalur-ruang berakhir pada ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264
e. Bentuk Ruang Sirkulasi Ruang-ruang pergerakan membentuk suatu kesatuan bagian dari setiap organisasi bangunan dan memakan volume bangunan yang cukup besar. Jika dilihat hanya sebagai alat penghubung fungsional, maka jalur sirkulasi tidak akan ada akhirnya, seolah ruang yang menyerupai koridor. Bentuk sebuah ruang sirkulasi ditentukan oleh : 1) Batas-batas yang ditetapkan. 2) Bentuk yang berkaitan dengan bentuk ruang-ruang yang dihubungkan. 3) Kualitas skala, proprsi, cahaya, dan pemandangan yang dipertegas. 4) Terbukanya jalan masuk ke dalamnya.
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Perannya terhadap perubahan-perubahan ketinggian lantai dengan tangga-tangga dan landaian. Ruang sirkulasi dapat berbentuk : 6) Tertutup Membentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu-pintu mauk pada bidang dinding. 7) Terbuka pada salah satu sisinya Membentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkan. 8) Terbuka pada kedua sisinya Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya. 3. Sirkulasi Internal Bangunan 1) Sirkulasi Vertikal Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu yang berada diatasnya dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal juga ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga, eskalator dan lift. 2) Sirkulasi Horizontal a) Sistem Memusat
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yaitu hall berfungsi sebagai pusat entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada ruang-ruang pamer. Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada diagram berikut : b) Sistem Jalur Tunggal Sistem dengan menggunakan koridor sebagai penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan pada ruang-ruang pertemuan. D. Tinjauan Organisasi Ruang Penyusunan setiap ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan dan fungsi-fungsi ruang tersebut secara relatif atau pesan simbolisnya di dalam suatu bangunan. Syarat-syarat organisasi ruang adalah : 1. Memiliki fungsi-fungsi khusus atau persyaratan bentuk khusus 2. Penggunaan yang fleksibel dan dapat dengan bebas dimanipulasi 3. Memiliki fungsi atau kepentingan tunggal dan unik terhadap suatu organisasi bangunan 4. Membutuhkan bukaan ke ruang luar untuk mendapatkan cahaya, ventilasi, view atau pencapaian ke luar bangunan 5. Harus dapat dipisahkan untuk kepentingan pribadi 6. Mudah dicapai
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Francis D.K. Ching ada lima bentuk organisasi ruang, yaitu: a. Organisasi Terpusat Pusat suatu ruang dominan, pengelompokan sejumlah ruang sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat bersifat stabil.
Organisasi ini merupakan komposisi terpusat yang dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang yang besar dan dominan. Kelebihannya adalah : 1) Memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisiensi dan efektivitas yang tinggi. 2) Menciptakan konfigurasi keseluruhan ruang yang secara geometris teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih. Kelemahannya adalah : Karena bentuknya yang teratur harus cukup ruang untuk mengumpulkan sejumlah ruang sekunder disekitarnya. b. Organisasi Linear Organisasi linier terdiri dari serderetan ruang yang berhubungan langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang yang berulang, baik dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi. Kelebihannya adalah :
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dapat
berfungsi
menggambarkan
gerak
sebagai pemekaran
penunjuk dan
arah
pertumbuhan
sekaligus karena
karakternya yang memanjang. Kelemahannya adalah : Bentuk ruangnya kurang variatif tetapi dapat memaksimalkan pencapaian ukuran luas. c. Organisasi Radial Organisasi ruang jenis ini memadukan unsurunsur organisasi terpusat dan linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan, dan sejumlah organisasi linier berkembang seperti bentuk jari. Organisasi ini adalah sebuah bentuk ekstrovert yang mengembang ke luar lingkupnya. Bentuk lengan-lengan linier ini dapat meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu atau benda-benda lain. Kelebihannya adalah : Mudah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan. Kelemahannya adalah : Membutuhkan banyak ruang. d. Organisasi Cluster Organisasi
ini
menggunakan
pertimbangan
penempatan peletakan sebagai dasar untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Seringkali penghubung terdiri dari sel
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sel ruang yang berulang dan memiliki fungsi-fungsi serupa dan memiliki persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan orientasi. Suatu organisasi cluster dapat juga menerima ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsi tetapi masih berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau menurut sumbu. Kelebihannya adalah : 1) Organisasi ini dapat menerima ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama lain berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau menurut sumbu. 2) Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan pertumbuhan langsung tanpa mempengaruhi karakternya, karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku. Kelemahannya adalah : Tidak adanya tempat utama yang terkandung di dalam pola organisasi cluster, signifikasi sebuah ruang ditegaskan pada ukuran, bentuk atau orientasi di dalam polanya. e. Organisasi Grid Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola grid tiga dimensi atau bidang. Suatu grid dibentuk dengan menetapkan sebuah pola teratur dari
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
titik-titik yang menentukan pamer-pamer dari dua pasang garis sejajar. Suatu organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama meskipun berbeda dalam ukuran, bentuk dan fungsi. Kelebihannya adalah : 1) Organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama meskipun berbeda dalam ukuran, bentuk dan fungsi. 2) Suatu grid juga dapat mengalami perubahan bentuk yang lain dengan cara pengurangan, penambahan kepadatan atau dibuat berlapis dan identitasnya sebagai sebuah grid dipertahankan oleh kemampuan mengorganisir ruang. Kelemahannya adalah : Dalam aspek bentuk, posisi, hubungan antar ruang semua diatur oleh pola grid tiga dimensi atau bidang sehingga sifatnya tidak fleksibel. (Francis, D.K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000:189) E. Komponen Pembentuk Ruang 1. Lantai Analisa Umum a. Definisi Lantai adalah bagian
bangunan yang penting, yang
berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati maupun beban hidup atau bergerak. Lantai merupakan bidang ruang interior yang datar dan memiliki dasar yang rata. Sebagai bidang dasar yang menyangga
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
aktivitas interior dan perabot. Lantai harus berstruktur sehingga mampu memikul beban, permukaannya harus kuat untuk menahan penggunaan dan aus yang terus-menerus. (Francis. D. K. Ching, Ilustrasi Desain Interior, 1996 : 162) b. Fungsi Sebagai dasar untuk beraktivitas dan sebagai alas dari suatu ruang. c. Sifat Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsinya. d. Karakter Pemilihan bahan, pola dan warna sesuai dengan suasana ruang yang akan dicapai. e. Persyaratan lantai 1) Kuat dan tahan terhadap aus 2) Untuk bagian lantai yang mudah basah, disarankan untuk menghindari penggunaan material lantai yang keras dan licin. 3) Menyerap atau memantulkan suara. 4) Mudah dibersihkan. f. Bahan penutup lantai 1) Batu
: keramik, marmer, granit, dll.
2) Gelas
: kaca
3) Kayu
: parquet, papan kayu
4) Fiber karpet Analisa Khusus a) Permukaan lantai anti slip dan tidak menyilaukan
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Tidak memiliki perbedaan ketinggian c) Jika lantai harus miring, kemiringan lantai maksimal 2,5% d) Untuk ramp memiliki lebar standart 63,5 cm e) Tidak boleh menggunakan karpet karena menghambat gerak kursi roda f) Tidak memakai banyak pola lantai yang membingungkan (dalam M. Sholahuddin, 2006) 2. Dinding Analisa Umum a. Definisi Dinding adalah bidang datar yang vertikal yang membentuk ruang-ruang di dalam bangunan, sebagai unsur desain bidang dinding menyatu dengan lantai dan ceiling. Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap bangunan. Dinding berfungsi sebagai struktur pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit dan atap. Menjadi muka bangunan dan memberi proteksi dan privasi pada ruang interior yang dibentuk. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 1996 : 176) b. Fungsi Dinding berfungsi untuk membatasi ruang yang satu dengan ruang lain sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Selain itu juga sebagai penopang dinding diatasnya (bearing wall). (dalam Doni Sudrajat, 2008)
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Sifat Dinding dapat menentukan suasana ruang, misalnya dinding yang bersifat permanen dan non-permanen. (dalam Doni Sudrajat, 2008) d. Karakter Pemilihan warna, tekstur dan pola dinding juga dapat menentukan karakter ruang sesuai dengan fungsi ruang tersebut. (dalam Doni Sudrajat, 2008) e. Persyaratan dinding 1) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang 2) Kuat, tahan getaran dan tidak mudah retak 3) Kedap suara 4) Mudah perawatannya 5) Tahan terhadap perubahan cuaca (panas, hujan) (dalam Doni Sudrajat, 2008) f. Bahan penutup dinding 1) Batu
: marmer, andesit
2) Kayu
: triplek, bambu
3) Gelas
: kaca
4) Cat
: cat tembok
5) Karpet Analisa Khusus a) Memakai bahan yang aman (ditutup dengan karpet) untuk mengurangi resiko kecelakaan
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Dinding harus kontras dengan lantai dan ceiling (Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005:73) 3. Ceiling Analisa Umum a. Definisi Ceiling adalah sebuah bidang yang terletak diatas garis pandang normal manusia. Ceiling memainkan peran visual penting dalam pembentukan ruang interior dan dimensi vertikalnya. Ceiling adalah elemen yang menjadi naungan dalam desain interior dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk semua yang ada di bawahnya. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 1996 : 192) b. Fungsi Berfungsi sebgai penutup uang, tempat elemen-elmen elektrikal dan mekanikal seperti lampu, AC, plumbing, dll. (dalam Doni Sudrajat, 2008) c. Bahan penutup ceiling 1) Gypsumboard
5) Fiberglass
2) Kaca
6) Akrilik
3) Internit
7) Metal
4) Papan kayu
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Penentuan ketinggian Penentuan ketinggian ceiling didasarkan pada fungsi ceiling itu sendiri, ditekankan pada proporsi ruang (panjang, lebar, dan tinggi). Ceiling yang tinggi cenderung menjadikan ruang terasa terbuka, segar, dan luas. Sedangkan ceiling yang rendah mempertegas kualitas naungannya dan cenderung menciptakan suasana intim dan ramah. Mengubah ketinggian ceiling dalam suatu ruang atau dari satu ruang ke ruang lain dapat membantu membentuk batas-batas spasial dan membedakan daerah-daerah yang bersebelahan. (dalam Doni Sudrajat, 2008) e. Persyaratan ceiling 1) Tahan terhadap kelembaban 2) Mudah perawatannya 3) Konstruksi yang kuat 4) Memiliki nilai estetis 5) Dapat
berfungsi
sebagai
alat
akustik
(meredam
dan
menghantarkan suara) (dalam Doni Sudrajat, 2008) Analisa Khusus a) Ketinggian ceiling sekitar 4 m untuk menciptakan kesan lapang dan terbuka. b) Memakai permainan level untuk menciptakan suasana atraktif atau penuh semangat dan menciptakan batas-batas fungsi ruang.
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Interior Sistem 1. Pencahayaan a. Analisa Sistem Pencahayaan 1) Pencahayaan Alami (Natural Lighting) Pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, bulan, api dan sumber-sumber lain dari alam (fosfor, dsb). (Suptandar, J. Pamudji, 1999:218-219) Pemanfaatan pencahayaan alami, dengan cara : a) Mengurangi penggunaan lampu pada siang hari b) Memaksimalkan masuknya cahaya alami 2) Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting) Pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya lilin, sinar lampu, dll. (Suptandar, J. Pamudji, 1999:224) Fungsi: a) Mendukung pencahayaan dalam ruangan yang tidak terjangkau pencahayaan siang hari. b) Digunakan bersama dengan natural light untuk mereduksi terang gelap sumber cahaya langit. c) Menciptakan kondisi penerangan dalam ruang menurut aktifitas dan kebutuhan. (Kaufman,1981) Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pencahayaan: 1. Kuat penerangan sumber cahaya 2. Distribusi cahaya
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Refleksi dinding dan plafon Kategori lampu listrik a. Lampu pijar b. Lampu pelepasan gas (discharge), terdiri dari: 1) Fluorescent 2) lampu natrium tekanan rendah (SOX) 3) lampu natrium tekanan tinggi (SON) 4) lampu merkuri tekanan tingg 5) lampu metal halide c. Electroluminescent Pengendalian sumber cahaya buatan 1) Penyala-matian baris lampu yang sejajar lubang cahaya 2) Peredupan (dimmer) lampu b. Teknik Pencahayaan 1) Teknik pencahayaan pada dinding a) Backlight, sumber cahaya disembunyikan pada panel dinding, berfungsi lebih kepada estetis. 2) Teknik pencahayaan pada plafond a) Cove, merupakan tipe pencahayaan tidak langsung, dimana proyeksi pada dinding yang mengandung cahaya lampu dipantulkan ke arah plafond. b) Ceilling Mounted light, adalah teknik penempatan lampu di dalam plafond untuk mengurangi udara panas.
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perbandingan Natural Lighting & Artificial Lighting Pembanding
Natural Lighting Natural light is free
Artificial Lighting Memberi kuat penerangan hingga tingkat pencahayaan paling tinggi Penerangan ruang psikologis hingga 24 jam sehari
Memberikan kenyamanan bagi mata Memberikan Menghasilkan penampakan objek lebih fleksibilitas KEUNTUNGAN tegas dan jelas perencanaan ruang dalam (lorong, kedalaman ruang, ruang di tengah) Memungkinkan penggunaan ruang secara multifungsi, misalnya: auditorium sekaligus ruang konser, pertunjukan, teater, dance Pencahayaan alami Tidak ekonomis Terbatas pada waktu penempatan sumber siang cahaya hari 8.00 - 16.00 yang keliru mengaburkan KERUGIAN ruang tingkat iluminasi yang Pandangan berbeda tergantung dalam bayangan, detail, pantulan silau) musim Warna cahaya lampu Membutuhkan dapat perangkat mengaburkan warna asli obyek penghalang silau langit Tabel II. 4 Pemanfaatan natural light dan artificial light Sumber : Materi mata kuliah Architectural Interior Sistem
2. Penghawaan a. Analisa Sistem Penghawaan 1) Penghawaan Alami
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berasal dari alam, dapat diperoleh dengan menggunakan bukaan-bukaan yang dapat menjadi jalan distribusi udara segar. 2) Penghawaan Buatan Penghawaan buatan juga disebut dengan Active Building System. Menggunakan alat bantu (komponen teknologi) dalam mengkondisikan udara yang dingin. b. Penerapan Sistem Penghawaan 1) Penghawaan dilakukan dengan menggunakan Air Conditioner (AC) Window dan Split. 2) Penggunaan exhaust untuk menyerap udara dalam keluar ruang. 3. Akustik Sistem akustik adalah sistem yang digunakan untuk mengatur tingkat kebisingan suatu ruang atau bangunan. Desain akustik ruang dalam arsitektur merupakan perencanaan dan perancangan ruang dengan memperhatikan sumber bunyi yang mengganggu ruangan. a. Analisa Sistem Akustik 1) Sistem akustik dapat mengurangi atau menyerap bunyi yang ditimbulkan baik dari dalam maupun luar ruangan sesuai dengan fungsi ruang atau bangunan. 2) Sistem akustik dapat menghantarkan bunyi yang ingin disampaikan. b. Material Akustik 1) Mengatasi kebisingan (Noise Barrier)
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kayu b) Batu/bata/beton c) Logam d) Kaca 2) Memantulkan bunyi a) Fiberglass b) Stirofoam c) Multipleks d) Lembaran logam e) Kayu f) Bata plester g) Lembaran logam yang dibuat berlubang 3) Menyerap bunyi a) Material lunak berpori (spons) b) Material berserat (rockwool atau glasswool) c) Material berserat dilapisi membran tidak tembus (rockwool berlapis membran impervious) d) Material
serat
dilapis
panel
berpori
(Christina
E.
Mediastika, 2009 : 103-110) 4. Sound System Digunakan untuk menyalurkan suara dari alat pemutar musik ke seluruh bagian ruang publik kecuali pada quiteroom ruang perpustakaan. Selain itu, sound system digunakan juga sebagai alat
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi untuk memanggil atau mengumumkan informasi kepada pihak pengunjung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa. 5. Keamanan a. Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection System) Bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata sistem parameter gagal berfungsi, misalnya bila pelaku kriminal telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam gedung sebelum saatnya pintu-pintu ditutup. Contohnya yang paling sederhana dari jenis ini ialah kunci. Interior protection system diantaranya adalah: 1) Saklar magnetic (magnetic contac switch). 2) Pita kertas logam (metal foil tape). 3) Sensor pemberitahuan/pencegah bila kaca pecah (glass breaking sensor). 4) Kamera pemantau (photo electronic eyes). 5) Pendeteksi getaran (vibration detectors). 6) Pemberitahuan/peringatan getaran (internal vibration sensor). 7) Alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door control). 8) Pengubah sinar infra merah (passive infra-red) (dalam Aziz Danang Satoto, 2006) b. Pengamanan Terhadap Kebakaran. Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat.
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga sekunder untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat dinding dan pintu. 1) Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal yaitu: a) Pendeteksi panas (thermal detector), yang akan bereaksi terhadap perubahan suhu. Alat ini akan bereakis pada tempratur maksimum yang melampaui batas, misalnya 700 C. b) Pendeteksi asap (smoke detector), yang bereaksi terhadap gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran. Detektor ini dapat digunakan pada area yang tidak berisi materialmaterial yang mudah terbakar dan dapat menyebabkan penyebaran asap yang cepat. c) Pendeteksi api (flame detector), bereaksi pada nyala api. 2) Alat pendeteksi kebakaran harus memenuhi syarat sebagi berikut : a) Dipasang dengan tepat dengan jumlah yang cukup dan disesuaikan dengan ilmu ukur ruang. b) Dipilih dan diselaraskan pada kemungkinan bahaya kebakaran. c) Dirakit agar alarm sebaiknya bereaksi ketika ada tandatanda kebakaran.
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Mengenai alat pemadam kebakaran yang dapat dipilih dibawah ini: a) Sistem penyemprotan (sprinkle system) b) Sistem pemadaman dengan gas (gas system) c) Tabung pemadam api (portable fire extinguisher) (dalam Aziz Danang Satoto, 2008)
G. Furniture Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu : 1. Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja. 2. Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu berada (built-in). Contoh : rak, lemari yang menyatu dengan dinding, tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai. Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti dibawah ini : a. Sifat Peletakan. Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas. b. Ukuran. Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan besaran ruang dan kebutuhan dalam penggunaan. c. Bentuk.
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang maksimal. e. Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi suatu tema tertentu. f. Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu kepentingan. Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini : 1) Penentuan daerah aktif dan pasif. a) Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan frekuensi tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas (flow), gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya. b) Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk. 2) Bentuk Kegiatan. Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta kelengkapan furniture. (dalam Aziz Danang Satoto, 2006)
H. Pertimbangan Desain 1. Bentuk Sifat-sifat bentuk : a. Posisi
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya atau lingkungan visual di mana bantik tersebut terlihat. b. Orientasi Arah dari sebuah bentuk relative terhadap bidang dasar, arah mata angi, bentuk-bentu benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya. c. Inersa Visual Merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersa visual suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasinya relatif terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi dan garis pandangan manusia. Sifat-sifat bentuk dipengaruhi oleh : 1) Perspektif yang berbeda memeprlihatkan wujud atau aspek-aspek bentuk dalam pandangan mata mnusia. 2) Jarak terhadap bentuk menentukan ukuran yang tampak 3) Keadaan pencahayaan saat melihat bentuk akan mempengaruhi kejelasan dan wujud serta strukturnya. 4) Lingkungan visual yang mengelilingi benda mempengaruhi kemampuan dalam menterjemahkan dan megidentifikasikan bentuk tersebut. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 1996 : 192)
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bentuk memiliki karakter sebagai berikut : Bentuk Lingkaran
Persegi atau bujur sangkar
Segitiga
Karakter Lingkaran adalah sesuatu yang berpusat, memiliki arah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Bujur sangkar atau persegi menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupaan bentuk yang statis dan netral serta memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar. Segitiga menunjukkan stabilitas. Jika terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jtu ke salah satu sisinya.
Tabel II. 5 Karakter bentuk Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000 : 39-41
2. Warna Warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan nada. Warna adalah atribut yang paling menyolok yang membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. Warna memiliki tiga dimensi, yaitu : a. Hue : asal usul dimana kita mengenal dan membedakan warna. b. Value : tingkat terang dan gelap terhadap hitam atau putih suatu warna.
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Intensitas : tingkat kemurnian dan kepekatan suatu warna jika dibandingkan dengan warna yang kualitasnya sama. (Francis DK Ching, Ilustrasi Desain Interior, 1996: 108). Menurut Faber Birren, warna yang nyaman untuk dilihat adalah “Visibility is one factor in color that may be readily measured. The ability to see clearly may be determined by experiment and test and requires neither feeling nor judgment. As has previously been mentioned, the eye sees best in white, yellowish, or yellow-ish green light and worst in blue light.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:243) Tipe-tipe warna menurut Faber Birren dapat dijelaskan sebagai berikut “it is logical to use cool colors such as green or blue where the working condition exposes the employee to relatively high temperatures. Consversly, warm tones of ivory, cream, or peach are suitable to soften up a vaulty or chilly space and compensate for lack of natural light.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:249) Warna-warna yang berfungsi sebagai penunjuk keamanan menurut Faber Birren adalah “yellow (or yellow and black bands) is standard to mark strike-against, stumbling, or failing hazards. It is paited on obstructions, low beams, dead ends, the edges of platforms and pits. Being the color of highest visibility in the spectrum, it is conspicuous under all lighting conditions ang well adapted to the above purpose.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:253) “Orange is standard for acute hazards likely to cut, crush, burn, or shock the worker. It is painted around the edges of cutting machines and rollers. On the inside areas of machine guards and electric switch boxes, it shouts loudly when such devices are removed or left open. Green is standard to identify first aid equipment, cabinets for stretchers, gas masks, medicines, and the like.
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Red is reserved entirely and exclusively for marking of fire protection devices. It is painted on walls behind extinguishers, on floors to prevent obstruction, on valves and fittings for hose connections.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:253) Spesifikasi warna menurut Faber Birren adalah sebagai berikut : 1) Hospitals “…warm tones such as peach and rose are desirable for the maternity division where the patient may not be seriously ill and where a will to get well is the spirit to be encouraged. Cool tones of blues, greens, grays become appropriate for chronic patient who should be reconciled to a more prolonged stay.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:264) 2) Schools “Elementary schoolrooms are best “color conditions” in warm tones of yellow, peach, pink. These color are stimulating to young minds and are favorable for “emotionally determined actions”, as Goldstein has noted. In secondary grades, tones of green, bluegreen, blue, and gray are recommended to avoid emotional distraction and to aid mental concentration.” (Faber Birren, Color Ppsychology and Color Therapy, 1961:264) 3. Elemen Estetis Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda-benda yang memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah bukti jelas hunian. Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa : a. Manfaat
: alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.
b. Incidental
: Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Dekoratif
: benda seni dan tanaman. (Francis DK Ching,
Ilustrasi Desain Interior, 1996: 272-275). 4. Tema Tema dalam perancangan Desain Interior merupakan hal yang penting, tema dapat menimbulkan suatu suasana dan membentuk karakter ruangan tertentu. Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan dapat
memenuhi
tuntutan
kegiatan
dan
fungsi
ruang
yang
sesungguhnya.
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III TINJAUAN LAPANGAN
A. YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) JAKARTA 1. Latar Belakang YPAC ini terletak di Jl. Hang Lekiu III / 19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Yayasan ini berdiri pada 5 November 1954 oleh (Alm) Ibu Sumarno Sosroatmojo dan diprakarsai oleh (Alm) Prof. Dr. Soeharso. Yayasan ini berbentuk Organisasi Sosial Nirlaba (Non Profit), sehingga dana yang dibutuhkan untuk opeasional berasal dari bantuan pemerintah, swasta, perorangan, maupun bantuan lain yang tidak mengikat. Pada awal berdiri sekolah ini bernama Yayasan Pemeliharaan Anak Tjajtat Pusat, kemudian berganti nama menjadi Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat Nasional.
Gambar III. 1
SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta Sumber : dok pribadi, 2009
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
2. Struktur Organisasi YPAC Jakarta
Tim Ahli
Kepala Sekolah
Komite Sekolah Tata Usaha
Wakil Kepala Sekolah I
Wakil Kepala Sekolah II
TKLB
SMPLB
SDLB
SMALB
SMPLB Khusus
SMALB Karya
SISWA Diagram III. 1
Struktur organisasi SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
3. Fasilitas Pendidikan & Ketrampilan Pendidikan untuk siswa penyandang tunadaksa di YPAC Jakarta adalah sebagai berikut: a. Taman Kanak-kanak Khusus Tunadaksa b. Pendidikan Dasar Khusus Tuna Daksa (9 tahun), terdiri dari SD 6 tahun dan SMP 3 tahun. 1) SD Khusus Tuna Daksa Ringan (D) untuk siswa berkecerdasan rata-rata / di atas rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
2) SD
Khusus
Tuna
Daksa
Sedang
(D1)
untuk
siswa
berkecerdasan di bawah rata-rata (cacat ganda) 3) SMP Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) merupakan jenjang lanjutan SD Khusus Tunadaksa (D1) c. Pendidikan Menengah, meliputi Sekolah Menengah Atas Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) yang merupakan lanjutan dari SMP Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) d. Latihan Kerja Terlindung / Unit Karya (Sheltered Workshop). Program ketrampilan yang diberikan adalah : 1) Menenun (membuat kain pel) 2) Kerajinan tangan 3) Merakit kepala korek api (bekerja sama dengan PT. Tokai) 4) Pertanian (tanaman hydroponic dan tanaman hias) 5) Membuat telur asin 6) Membuat sari minuman (nata de coco dan nata de radia) 7) Membuat sablon e. Kegiatan pendukung 1) Pramuka 2) Olahraga 3) Terapi musik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Gambar III. 2 Ruang kelas TK Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 3 Furniture untuk kelas TK Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 4
Ruang kelas bahasa (kanan) dan menggambar (kiri) untuk SMP Sumber : dok pribadi, 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Gambar III. 5
Ruang menenun (kanan) dan kelas ketrampilan Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 6
Pembekalan ketrampilan oleh guru dari Jepang Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 7
Ruang pembuatan sepatu khusus penyandang cacat (brace) Sumber : dok pribadi, 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
4. Layanan Medis Pelayanan medis yang diberikan oleh YPAC Jakarta untuk para penyandang cacat tubuh adalah sebagai berikut : a. Poliklinik b. Fisioterapi c. Terapi wicara d. Hydroteraphy (latihan renang) e. Terapi Okupasi f. Pengawasan kesehatan umum / gigi g. Bengkel pembuatan alat bantu gerak (sepatu Orthopedia dan sepatu penyangga / brace) 5. Layanan Sosial a. Asrama untuk karyawan dan anak yatim piatu asuhan YPAC Jakarta. b. Pendidikan untuk oranng tua penderita (Parents Education). c. Rekreasi untuk sosialisasi anak. d. Mencari keluarga angkat bagi yang memerlukan. e. Tempat penitipan anak untuk anak Celebral Palsy (CP) berumur 212 tahun yang belum dapat bersekolah. Celebral Palsy adalah kelainan pada otak yang mengakibatkan kerusakan pada fungsi motorik (gerak). Unit penyantunan untuk anak berumur 12 tahun ke atas yang hanya mampu latih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
6. Aksesibilitas Sekolah yang terdiri dari beberapa bangunan ini memiliki berbagai fasilitas pendukung yang dapat membantu para penyandang cacat untuk bermobilisasi dengan baik. Fasilitas tersebut antara lain ramp, railing pegangan tangan, dll.
Gambar III. 8 Tangga darurat dan ramp Sumber : dok pribadi, 2009
7. Sirkulasi dan Aktivitas Waktu operasional Senin-Jumat
: 07.30-14.30 WIB
YPAC Jakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan Minggu. Aktivitas Pengunjung PELAKU Peserta didik SLB
AKTIVITAS FASILITAS kelas - Belajar formal dan Ruang ketrampilan
penddidikan ketrampilan
commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
- Ke toilet
Lavatory
- Mendaftar untuk periksa Loket Pasien rehabilitasi
- Menunggu
Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi Tabel III. 1a Aktivitas pengunjung YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
Aktivitas Pengelola PELAKU
AKTIVITAS - Menyambut tamu
FASILITAS Ruang tamu atau ruang tunggu
Pengelola sekolah
- Rapat
Ruang rapat
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
- Mengelola administrasi
Ruang kantor dan administrasi
Pengelola rehabilitasi - Rapat
Ruang rapat
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
Tabel III. 1b Aktivitas pengelolaYPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
Aktivitas Tenaga Medis PELAKU
AKTIVITAS Memeriksa pasien
FASILITAS Ruang fisioterapi, ruang hydroterapi,
Terapis
ruang
okupasi
terapi,
ruang
terapi wicara - Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
Pemeriksaan
commit to user
kesehatan Ruang dokter gigi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
umum/gigi Dokter umum
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
- Memberikan bimbingan Ruang bimbingan
Psikolog
psikologis
psikologis Membuat Tenaga prothetis & orthetis
Tabel III. 1c
alat
bantu Bengkel
kerja
prothetis & orthotis
prothetis & othotis
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
Aktivitas tenaga medis YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
8. Zoning dan Grouping a. Zoning Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi publik yang lebih dominan. b. Grouping Publik
: Ruang terapi
Semi Publik
: Ruang kelas, perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat
: Kantor, asrama.
Ruang Servis
: Lavatory, gudang, mushola
9. Elemen Pembentuk Ruang a. Lantai Setiap ruang di YPAC Jakarta menggunakan lantai keramik dengan jenis dan ukuran yang berbeda. Sedangkan untuk kamar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
mandi menggunakan keramik bermotif yang tidak licin karena memiliki tekstur garis-garis. b. Dinding Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya menggunakan cat dinding warna putih dan krem. c. Ceiling Seluruh ruang di YPAC Jakarta menggunakan ceiling berbahan gypsumboard finishing cat tembok warna putih. Sedangkan untuk selasar menggunakan internit berwarna putih sebagai penutup ceilingnya. 10. Interior Sistem a. Pencahayaan Pencahayaan pada ruang-ruang YPAC Jakarta memanfaatkan pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL dan downlight. b. Penghawaan Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika diperlukan. c. Akustik Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
d. Sistem Keamanan Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci. Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual. 11. Furniture
Gambar III. 9
Furniture pada R. Kelas dan R. Ketrampilan YPAC Jakarta Sumber : dok pribadi, 2009
Furniture pada YPAC Jakarta terbuat dari kayu dengan finishing cat duco atau pelitur. 12. Pertimbangan Desain a. Bentuk Bentuk bangunan dan furniture pada YPAC Jakarta memakai bentuk yang konvensional, yaitu kotak. b. Warna Warna yang menjadi dominan pada bangunan YPAC Jakarta adalah warna putih. Sedangkan warna furniture lebih beragam, yaitu merah, hijau dan coklat. c. Elemen Estetis Elemen estetis terlihat pada pemilihan warna pada furniture, yaitu merah dan hijau.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
d. Tema Tema yang dipakai adalah warna yang dapat menarik perhatian anak didik untuk belajar.
B. BBRSBD PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA 1. Latar Belakang Awal berdirinya BBRSBD Prof. Dr. Soeharso dipicu oleh banyaknya korban perang pada tahun 1945-1950. Sejak saat itu dimulailah pembuatan tangan dan kaki tiruan (Prothese) di garasi mobil Rumah Sakit Umum Surakarta yang dipelopori oleh (alm) Prof. Dr. Soeharso dan (alm) R. Soeroto Reksopranoto. Karena usaha tersebut mendapat perhatian dari Kementrian Kesehatan maka pada tahun 1950 didirikan Rehabilitasi Centrum oleh Jend. Gatot Subroto, kemudian pada tahun 1951 Jend. Gatot Subroto menyerahkan bangunan itu kepada (alm) Prof. Dr. Soeharso. Pada tanggal 28 Agustus 1951 berdirilah Balai Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) pertama di Indonesia. Balai Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) ini bertugas untuk membuat tangan dan kaki tiruan (prothese) serta memberikan pendidikan dan pelatihan untuk para penyandang cacat yang menunggu prothese tersebut selesai dikerjakan. Kemudian Balai Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) berubaha nama menjadi Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat (LRPC), dan pada tahun 1982 berubah kembali menjadi Pusat Rehabilitasi Penderita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Cacat Tubuh (PRPCT) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Pada tahun 1994 PRPCT “Prof. Dr. Soeharso” berubah menjadi Pusat Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (PRSBD) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Setelah SK Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003 turun maka pada tanggal 23 Juli 2003 PRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta diubah menjadi Balai Besar Sosial Bina Daksa (BBRSBD) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Selain melayani masyarakat umum yang menderita kecacatan, BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta juga membantu para penyandang cacat yang berasal dari ABRI.
Gambar III. 10
BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010
2. Stuktur Organisasi Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003 tanggal 23 Juli 2003, Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso Surakarta dipimpin oleh seorang Kepala Balai dengan dibantu oleh satu Kepala Bagian dan tiga Kepala Bidang, Kelompok Jabatan Fungsionl, dan empat Kepala Instalasi, meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari 3 Sub Bagian : 1) Sub Bagian Umum 2) Sub Bagian Kepegawaian 3) Sub Bagian Keuangan b. Bidang Program dan Advokasi Sosial, tediri dari 3 Seksi : 1) Seksi Program 2) Seksi Advokasi 3) Seksi Evaluasi dan Laporan 4) Bidang Rehabilitasi Sosial, terdiri dari 3 Seksi : 5) Seksi Identifikasi 6) Seksi Bimbingan Sosial 7) Seksi Bimbingan Ketrampilan c. Bidang Penyaluran dan Bibingan Lanjut, terdiri : 1) Seksi Penyaluran 2) Seksi Kerjasama 3) Seksi Bimbingan Lanjut d. Instalasi, terdiri dari 4 Instalasi : 1) Instalasi Bengkel Prothese dan Orthosis 2) Instalasi Perawatan Revalidasi 3) Instalasi Penambahan Pengetahuan Lanjut 4) Instalasi Unit Produksi (Workshop) e. Kelompok Jabatan Fungsional Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta menurut SK Mensos RI No : 55/HUK/2003 adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Kepala Bagian Tata Usaha Sub Bagian
Sub Bagian
Sub Bagian
Keuangan
Umum
Kepegawaian
Bidang Program &
Bidang Rehabilitasi
Bidang Penyaluran &
Advokasi Sosial
Sosial
Bimbingan Lanjut
Seksi Program
Seksi Identifikasi
Seksi Penyaluran
Seksi Advokasi
Seksi Bim. Sosial
Seksi Kerjasama
Seksi Evaluasi &
Seksi Bim.
Seksi Bim. Lanjut
Laporan
Ketrampilan Kelompok Fungsional
Instalasi Bengkel Prothese &
Instalasi Perawatan Revalidasi
Instalasi Penambahan Pengetahuan Instalasi Unit Produksi (workshop)
Diagram III. 2
Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
3. Tahap Pelayanan Rehabilitasi a. Pelayanan Rehabilitasi Medik Pelayanan ini meliputi operasi bedah orthopedi, perawatan kesehatan, fisioterapi, occupational therapy dan pemberian alat bantu orthopedi. b. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Psikologi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Bimbingan mental psikologis, bimbingan sosial, terapi kelompok dan konseling individu. c. Pemberian Penambahan Pengetahuan Usaha untuk meningkatkan pengetahuan pada tingkat pendidikan tertentu untuk memenuhi persyaratan masuk salah satu jenis ketrampilan. d. Bimbingan Penyuluhan Pemilihan Pekerjaan (Vicational Guidance) Bimbingan dan penyuluhan untuk memberikan bantuan kepada kelayan agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam keitannya dengan pekerjaan. e. Vocational Assesment Kegiatan pemeriksaan terhadap berbagai ciri khas kelayan yang menyangkut kemampuannya dalam melaksanakan tugas pekerjaan. f. Case Conference Dilakukan untuk merencanakan pelayanan rehabilitasi bagi kelayan, termasuk pnentuan vak / ketrampilan kerja yang dilakukan oleh Tim Rehabilitasi yang terdiri dari berbagai profesi antara lain : 1) Officer Rehabilitation 2) Assistance Rehabilitation 3) General Officer Manager 4) Medical Officer 5) Care Medical Officer 6) Technician of Prothetic & Orthotic 7) Pshychologist
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
8) Social Worker 9) Revalidation 10) Paedagoog 11) Vocational Guidance Officer 12) Spiritual Guidance Officer 13) Chief of Instructure 14) Head of Dormitories 15) Social Assistance 16) Placement Officer g. Bimbingan Ketrampilan Kerja Bimbingan kerja ini dilakukakn selama 8 bulan, meliputi berbagai ketrampilan sebagai berikut : 1) Penjahitan putra
Gambar III. 11 Kelas menjahit untuk putra Sumber : dok pribadi, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
2) Penjahitan putri
Gambar III. 12 Kelas menjahit untuk putri Sumber : dok pribadi, 2010
3) Fotografi
Gambar III. 13
Kelas fotografi dan kamar gelap untuk mencetak foto Sumber : dok pribadi, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
4) Reparasi sepeda motor
Gambar III. 14 Kelas reparasi sepeda motor Sumber : dok pribadi, 2010
5) Salon kecantikan
Gambar III. 15 Kelas salon kecantikan Sumber : dok pribadi, 2010
6) Handycraft
Gambar III. 16
Ruang ketrampilan dan display untuk hasil kerajinan Sumber : dok pribadi, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
7) Percetakan 8) Pertukangan las dan bubut
Gambar III. 17 Bengkel las dan bubut Sumber : dok pribadi, 2010
9) Pertukangan kayu
Gambar III. 18 Kelas pertukangan Sumber : dok pribadi, 2010
10) Pelitur 11) Ukit kayu 12) Elektronika 13) Border 14) Komputer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Gambar III. 19 Ruang komputer Sumber : dok pribadi, 2010
15) Machine sewing 16) Bengkel prtothese dan orthese
Gambar III. 20
Bengkel pembuatan tangan & kaki tiruan (kanan) dan display Prothese & Orthese (kiri) Sumber : dok pribadi, 2010
h. Praktek Kerja Lapangan Memberikan bekal kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan kepada kelayan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
i. Bimbingan Kewirausahaan Mempersiapkan kelayan yang akan kembali ke masyarakat sehingga mampu untuk mengahadapi persaingan bisnis yang berkembang di masyarakat. j. Praktek Belajar Kerja Praktek ini dilaksanakan di perusahaan atau home industri selama 2 minggu sebelum kelayan megikuti ujian. Hal ini bertujuan untk mendapat pengalaman beradaptasi dengan dunia kerja dan membentuk kesiapan mental dan fisik kelayan. k. Ujian Ketrampilan Kerja Mengevaluasi
kemampuan
kelayan
pada
akhir
bimbingan
ketrampilan yang telah dilaksanakan selama 8 bulan. 4. Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut a. Tahap Penyaluran Penempatan / penyaluran kerja bagi para kelayan berpedoman pada: 1) Self Employment yaitu penyaluran kerja yang diarahkan untuk dapat mandiri / berwiraswata. 2) Open Employment yaitu system penyaluran kerja secara terbuka, dalam artian para kelayan dapat disalurkan ke perusahaan yang membutuhkan. 3) Sheltered Employment yaitu system penyaluran kerja yang dilakukan dalam bentuk terlindung, karena penyandang cacat belum memungkinkan untuk bekerja secara mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Pelaksanaan penyaluran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Dikembalikan ke Kantor Dinas Sosial pengirim b) Mendiri pribadi c) Melalui perusahaan, home industri dan instansi d) Melalui LBK, KUBE, Sheltered Workshop b. Tahap Bimbingan Lanjut & Terminasi Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi / kualitas kemampuan fisik, mental, sosial dan vokasional eks kelayan melalui
bimbingan
peningkatan
hidup
bermasyarakat,
pengembangan usaha kerja, bimbingan pemantapan / peningkatan usaha kerja serta mengkaji kesiapan untuk terminasi. 5. Aksesibilitas Penyediaan aksesbilitas sebagai fasilitas utama yang membantu para penyandang cacat sangat perlu diperhatikan agar para pengguna dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk dapat beraktivitas secara leluasa.
Gambar III. 21
Ramp yang terletak di luar bangunan serta railing pegangan untuk tangan Sumber : dok pribadi, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Gambar III. 22
Ramp memakai bahan keramik yang licin dan tidak aman untuk digunakan Sumber : dok pribadi, 2010
6. Sirkulasi dan Aktivitas Waktu operasional Senin-Jumat
: 08.00-14.00 WIB
Prof. Dr. Soeharso Surakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan Minggu. Aktivitas Pengunjung PELAKU
AKTIVITAS FASILITAS kelas - Belajar formal dan Ruang ketrampilan
dan
ketrampilan
Peserta didik (ketrampilan)
penddidikan
- Istirahat/tidur
Kamar asrama
- Ke toilet
Lavatory
- Mendaftar untuk periksa Loket Pasien rehabilitasi
- Menunggu
Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi Tabel III. 2a
Aktivitas pengunjung BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
Aktivitas Pengelola PELAKU
AKTIVITAS - Menyambut tamu
FASILITAS Ruang tamu atau ruang tunggu
- Melakukan pekerjaan
Kantor administrasi
Pengelola rehabilitasi - Rapat
Ruang rapat
- Mengelola administrasi
Ruang kantor dan administrasi
- Seminar/lokakarya
Gedung pertemuan
- Melakukan pengawasan Ruang kepala rehabilitasi - Melakukan cek fisik
Ruang assesment
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
Tabel III. 2b
Aktivitas pengelola BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
Aktivitas Tenaga Medis PELAKU
AKTIVITAS Memeriksa pasien
FASILITAS Ruang fisioterapi dan ruang okupasi terapi.
Terapis - Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
Pemeriksaan
kesehatan Ruang dokter gigi
umum/gigi Dokter umum
Psikolog
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
- Memberikan bimbingan Ruang bimbingan psikologi
psikis Membuat
alat
commit to user
bantu Bengkel
kerja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Tenaga prothetis & orthetis
Tabel III. 2c
prothetis & orthotis
prothetis & othotis
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
Aktivitas tenaga medis BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
7. Zoning dan Grouping a. Zoning Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi publik yang lebih dominan. b. Grouping Publik : Ruang terapi dan klinik Semi Publik
: Perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat
: Kantor, asrama.
Ruang Servis
: Lavatory, gudang, mushola
8. Elemen Pembentuk Ruang a. Lantai Setiap ruang di Prof. Dr. Soeharso Surakarta menggunakan lantai keramik dengan jenis dan ukuran yang berbeda. b. Dinding Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya menggunakan cat dinding warna krem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
c. Ceiling Seluruh ruang di Prof. Dr. Soeharso Surakarta menggunakan ceiling berbahan gypsumboard finishing cat tembok warna putih. 9. Interior Sistem a. Pencahayaan Pencahayaan pada ruang-ruang Prof. Dr. Soeharso Surakarta memanfaatkan pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL. b. Penghawaan Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika diperlukan. c. Akustik Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu. d. Sistem Keamanan Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci. Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual. 10. Furniture Furniture yang ada memakai bentuk-bentuk konvensional yang tetap disesuaikan dengan kebutuhan penyandang cacat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
11. Pertimbangan Desain a) Bentuk Bentuk bangunan dan furniture pada BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta memakai bentuk kotak. b) Warna Warna yang dipakai pada bangunan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah warna krem dan coklat. c) Elemen Estetis Perancangan interior bangunan ini tidak memiliki elemen estetis yang dapat menjadi point of view dalam perancangan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta. d) Tema Tema yang dipakai adalah tema lingkungan yang dapat dilihat pada pemilihan warna coklat dan banyaknya tanaman yang ada di sekitar lingkungan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
C. YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SURAKARTA 1. Latar Belakang Yayasan sosial ini terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 364 Surakarta, berdiri pada tanggal 5 Februari 1953 yang diprakarsai oleh Prof Dr. Soeharso. Yayasan sosial nirlaba ini bertujuan untuk mengembangkan potensi anak cacat dan melatih kemandirian serta memperjuangkan kesetaraan hak anak cacat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
2. Pelayanan Pendidikan a. Unit SLB-D untuk penyandang cacat tubuh yang terdiri dari TK, SD, dan SMP. b. Unit SLB-D1 untuk penyandang cacat tubuh yang disertai cacat mental. Unit ini terdiri dari TK, SD, SMPLB, dan SMALB. Menurut PP 72 Tahun 1995 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa, jumlah maksimum anak yang dapat dididik adalah 8 anak. Hal ini menyebabkan besaran ruang kelas yang dibutuhkan juga terbatas. Tujuan diadakannya peraturan ini adalah untuk memudahkan dalam menanam konsep belajar pada anak, terutama untuk anak yang memiliki kecerdasan dibawah normal. Pendidikan untuk Sekolah Luar Biasa perlu menggunakan
alat peraga untuk
mempermudah dalam proses belajar mengajar, sedangkan waktu satu mata pelajaran yang diperlukan adalah 2x35 menit.
Gambar III. 23 Ruang kelas untuk SD-D Sumber : dok pribadi, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Gambar III. 24 Ruang kelas SDLB-D1 Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 25 Ruang kelas SMPLB-D Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 26
Ruang kelas SMALB-D1 yang berkapasitas 8 anak Sumber : dok pribadi, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
Gambar III. 27 Ruang perpustakaan YPAC Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010
Fasilitas pendukung pendidikan yang dimiliki oleh YPAC Surakarta adalah ruang perpustakan yang dapat digunakan oleh anak didik, orang tua siswa maupun untuk umum. Selain
kegiatan
pendidikan
sekolah,
yayasan
ini
juga
menyediakan kegiatan ekstrakulikuler yang terdiri dari : 1) Pramuka 2) Kesenian 3) Ketrampilan 4) Olah raga 5) Komputer 3. Pelayanan Ketrampilan / Pravokasional Layanan ini diberikan kepada siswa lulusan SLB atau juga untuk penyandang cacat yang berasal dari luar yayasan. Kegiatan ketrampilan yang diberikan antara lain membuat kerajinan dari manikmanik, membuat kain pel, dll. Kegiatan tersebut selain membantu para penyandang cacat agar memiliki kemandirian dalam bekerja juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
sebagai terapi untuk membantu saraf motorik agar dapat bergerak dengan lebih leluasa.
Gambar III. 28 Ruang kelas untuk ketrampilan yang biasa digunakan oleh siswa didik YPAC Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010
4. Layanan Medis Pelayanan yang diberikan antara lain : a. Fisioterapi Terapi ini diberikan untuk penderita gangguan pertumbuhan atau keseimbangan tubuh. Terapi dilakukan dengan memijat dan menggerakan bagian tubuh tertentu agar tubuh tidak terasa kaku dan dapat bergerak dengan lebih baik.
Gambar III. 29 Standing frame dan parallel bar Sumber : dok pribadi, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
Gambar III. 30 Tripot, tempat duduk dan wall bar Sumber : dok pribadi, 2010
b. Hydroterapi
Gambar III. 31 Kolam untuk hydroterapi Sumber : dok pribadi, 2010
Terapi ini juga diberikan untuk penderita gangguan pertumbuhan dan keseimbangan tubuh. Media yang digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
adalah air, biasanya penderita diterapi di dalam kolam renang sehingga saraf motoriknya dapat terlatih dengan perlahan-lahan. c. Terapi Wicara Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu penderita untuk dapat berkomunikasi dengan baik, karena pada dasarnya terapi ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan bicara, bahasa dan suara serta gangguan menelan dan sistem pernapasan.
Gambar III. 32 Ruang untuk terapi bicara Sumber : dok pribadi, 2010
Ruang ini dilengkapi dengan lapisan kedap suara agar suara yang ditimbulkan tidak terdengar sampai keluar. Begitu pula dengan suara yang berasal dari luar ruangan tidak dapat masuk ke dalam, sehingga tidak mengganggu konsentrasi pasien yang sedang diterapi. d. Terapi Okupasi Terapi ini untuk melatih pasien yang mengalami gangguan fisik, mental dan sosial melalui aktivitas yang bermakna untuk mencapai tingkat kemandirian optimal dalam fungsional harian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
Gambar III. 33 Ruang okupasi dilengkapi dengan matras sebagai alat bantu untuk terapi Sumber : dok pribadi, 2010
e. Pembuatan alat bantu gerak / jalan Selain memberikan terapi medis, yayasan ini juga membantu para penyandang cacat yang memerlukan alat bantu gerak, seperti prothese, brace, kruk, walker, kursi roda, dll. f. Terapi Prana Teknik
pengobatan
ini
betujuan
untuk
membantu
meregenerasi otak, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kecerdasan. Terapi ini bermanfaat untuk penderita gangguan bicara, gangguan tingkah laku sosial, dll. 5. Layanan Rehabilitasi Sosial Bagi para penyandang cacat yang berasal dari luar kota disediakan asrama (putra-putri). Selain untuk tempat tinggal asrama ini juga digunakan untuk tempat terapi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
Gambar III. 34
Asrama putri yang juga digunakan untuk terapi Sumber : dok pribadi, 2010
6. Layanan Psikologi Pelayanan ini diberikan untuk membantu para penyandang cacat untuk berkonsultasi tentang masalah serta kesulitan yang dihadapi agar tidak menghambat dalam proses pengobatan maupun proses belajar. 7. Aksesibilitas Selain
untuk
membantu
para
penyandang
cacat
dalam
beraktivitas, syarat bangunan yang berfungsi sebagai lembaga pelayanan sosial bagi penyandang cacat, maka yayasan ini juga dilengkapi dengan aksesbilitas sebagai berikut : a. Ramp
Gambar III. 35
Ramp yang menghubungkan level lantai yang rendah dan tinggi Sumber : dok commit to pribadi, user 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
Gambar II. 36 Ramp untuk menuju kelas di lantai 2 Sumber : dok pribadi, 2010
b. Tangga
Gambar III. 37 Tangga darurat menuju lantai 2 Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 38 Gedung serbaguna / gedung pertemuan Sumber to : dok pribadi, 2010 commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
Selain berbagai ruang yang berfungsi untuk pelayanan pendidikan dan rehabilitasi di atas, YPAC Surakarta juga memiliki gedung serbaguna yang biasa digunakan untuk seminar maupun pertemuan lain yang berhubungan dengan penyandang cacat. 8. Sirkulasi dan Aktivitas Waktu operasional Senin-Sabtu
: 07.00-14.00 WIB
YPAC Surakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan Minggu. Aktivitas pengunjung PELAKU
AKTIVITAS FASILITAS kelas - Belajar formal dan Ruang ketrampilan
Perpustakaan
Peserta didik SLB (ketrampilan)
Peserta didik
penddidikan
- Istirahat/tidur
Kamar asrama
- Ke toilet
Lavatory
- Melakukan ketrampilan
Ruang ketrampilan
- Belajar
Ruang
(ketrampilan) Orang tua
pendidikan
orang tua Perpustakaan - Mendaftar untuk periksa Loket Pasien rehabilitasi
- Menunggu
Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi Tabel III. 3a
Aktivitas pengunjung YPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
Aktivitas Pengelola PELAKU
AKTIVITAS - Menyambut tamu
FASILITAS Ruang tamu atau ruang tunggu
- Melakukan pekerjaan
Kantor administrasi
- Rapat
Ruang rapat
- Mengelola administrasi
Ruang kantor dan administrasi
- Seminar/lokakarya
Gedung pertemuan
Pengelola rehabilitasi - Melakukan pengawasan Ruang kepala rehabilitasi - Melakukan cek fisik
Ruang assesment
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
- Bekerja
Kantor
Pengelola sekolah
(ruang
kepala sekolah dan ruang guru)
Tabel III. 3b Aktivitas pengelolaYPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
Aktivitas Tenaga Medis PELAKU
AKTIVITAS Memeriksa pasien
FASILITAS Ruang fisioterapi, ruang hydroterapi, ruang
Terapis
terapi
wicara dan ruang okupasi terapi. - Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
Pemeriksaan
commit to user
kesehatan Ruang dokter gigi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
Dokter umum
umum/gigi - Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
- Memberikan bimbingan Ruang bimbingan
Psikolog
psikologi
psikis Membuat
Tenaga prothetis & orthetis
Tabel III. 3c
alat
bantu Bengkel
kerja
prothetis & orthotis
prothetis & othotis
- Ke toilet
Lavatory
- Ibadah
Mushola
Aktivitas tenaga medis YPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
9. Zoning dan Grouping a. Zoning Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi publik yang lebih dominan. b. Grouping Publik : Ruang terapi Semi Publik
: Ruang kelas, perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat
: Kantor, asrama.
Ruang Servis
: Lavatory, gudang, mushola
10. Elemen Pembentuk Ruang a. Lantai Beberapa ruang di YPAC Surakarta menggunakan lantai keramik dengan jenis, ukuran dan warna yang berbeda. Sedangkan pada ruang-ruang yang lain menggunakan tegel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
b. Dinding Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya menggunakan cat dinding warna krem, biru muda dan putih. c. Ceiling Beberapa ruang di YPAC Surakarta menggunakan ceiling dari cor beton yang difinishing dengan cat warna putih dan krem. Sedangkan beberapa ruang menggunakan ceiling berbahan internit warna putih. 11. Interior Sistem a. Pencahayaan Pencahayaan pada ruang-ruang YPAC Solo memanfaatkan pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL. b. Penghawaan Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika diperlukan. c. Akustik Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu. d. Sistem Keamanan Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci. Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
12. Furniture Furniture yang ada di YPAC Surakarta memakai bentuk yang konvensional, yaitu kotak. 13. Pertimbangan Desain a. Bentuk Bentuk bangunan pada YPAC Surakarta memakai bentuk kotak yang terdiri dari beberapa bangunan yang dihubungkan dengan koridor. b. Warna Warna yang dipakai pada bangunan YPAC Surakarta adalah warna krem, putih dan coklat. c. Elemen Estetis Perancangan interior bangunan ini tidak memiliki elemen estetis yang dapat menjadi point of view dalam perancangan YPAC Surakarta. d. Tema Tema yang dipakai adalah tema lingkungan yang dapat dilihat pada pemilihan warna coklat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA
A. ANALISA EKSISTING 1. Asumsi Lokasi Pemilihan lokasi pelayanan sosial bagi penyandang cacat, perlu diperhatikan kriteria – kriteria sebagai berikut : a. Lokasi pelayanan sosial bagi penyandang cacat harus strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum. b. Lokasi harus sehat, pengertiannya yaitu : 1. Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak terjadi polusi udara maupun pencemaran lainnya. 2. Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau tanah rawa maupun tanah yang berpasir. Lokasi tidak berada di tanah yang masih aktif (tanah gerak) yang dapat menyebabkan lantai bangunan retak atau bergelombang. 3. Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional. 4. Tidak berada di daerah yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi. Berdasarkan pertimbangan kriteria di atas maka lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta menurut kondisi daerah setempat adalah :
commit to user 147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
a. Berada di pinggiran kota yang cukup strategis agar proses rehabilitasi tidak terganggu dengan kebisingan dan mudah dijangkau. b. Lokasi dekat dengan tempat pelayanan umum lainnya.
Gambar IV.1 Denah asumsi lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
2. Potensi Lingkungan
Gambar IV.2 Peta kota Surakarta Sumber : www.google .com
Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan kepindahan ibukota Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala setelah pemberontakan orang-orang Tionghoa yang dipimpin oleh Mas Garendi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II. Sebelum kepindahan Keraton Mataram, Desa Sala merupakan desa perdikan yang memiliki Bandar (pelabuhan besar) di kampung Mojo yang berada di pinggiran Bengawan Sala.
Sunan
Pakubuwana
II
lalu
memerintahkan
Tumenggung
Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru. Maka dibangunlah keraton baru di Surakarta pada tahun 1745, 20 km ke arah tenggara dari Kartasura di desa Sala di tepi Bengawan Solo. Pada perkembangannya sekarang, Kota Surakarta berkembang menjadi kota perdagangan yang pesat. Berada di lintasan strategis jalur selatan Jawa yang menghubungan Jakarta dan Surabaya. Kota Surakarta sendiri dikelilingi oleh wilayah hinterland; Sukoharjo dan Wonogiri di bagian selatan, Klaten di Barat Daya dan Boyolali di Utara, serta Karanganyar di sebelah Timur, dan Sragen di bagian timur laut. Merupakan pusat pertemuan perdagangan barang dan jasa yang strategis. Kota Surakarta memiliki luas wilayah 44 Km2 dengan jumlah penduduk mencapai 561.509 jiwa penduduk tetap, dan fluktuasi hunian sirkuler mencapai 1.200.000 jiwa pada siang hari, merupakan kota kecil yang padat dan riuh dengan pelbagai kegiatan ekonomi. Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Berdasarkan data Pemerintah Kota Surakarta jumlah penduduk kota Surakarta adalah 561.509 jiwa. Mata pencaharian penduduk kota terdiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
dari buruh, pedagang, pegawai, dan sektor informal. (Surakarta Dalam Angka, BPS Surakarta, 2006) Kota Surakarta dikenal sebagai ”Kota Rehabilitasi”. Selain sebagai daerah perintis upaya rehabilitasi penyandang cacat atau diffabel, di Surakarta juga terdapat berbagai lembaga yang terkait dengan rehabilitasi diffabel. Mulai dari yayasan pembinaan anak cacat, rumah sakit ortopedi, tempat pelatihan, hingga badan pembinaan olahraga cacat, yayasan paraplegia, dan lembaga pendamping diffabel, serta lembaga yang terkait dengan diffabel. Bahkan di kota Surakarta juga terdapat politeknik kesehatan khusus fisioterapi, okupasi terapi, dan orthotik prosthetik. 3. Denah Eksisting Berdasar asumsi lokasi dan lingkungan maka muncul beberapa alternatif penerapan bangunan di lapangan : a. View, Bangunan menghadap ke utara, menghindari arah sinar matahari secara langsung terutama pada ME. b. Noise, tanaman dipakai untuk mengurangi kebisingan sehingga tidak mengganggu kegiatan pendidikan dan pelatihan.
B. PROGRAMING 1. Status Kelembagaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ini merupakan lembaga pelayanan sosial untuk penyandang cacat yang dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah pusat dan daerah serta BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
2. Struktur Organisasi
Diagram IV.1 Struktur organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
3. Sistem Operasional Setelah melakukan studi lapangan maka dasar pertimbangan penyusunan waktu operasional yaitu : a. Efisiensi kegiatan pengelola b. Waktu operasional (kegiatan belajar) peserta didik (pendidikan formal dan ketrampilan) c. Kegiatan rehabilitasi medis dan psikologi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
d. Faktor penunjang, jam istirahat, hari libur untuk pengelola dan penyandang cacat Berdasarkan pertimbangan tersebut maka waktu operasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta adalah : 1) Kegiatan Pengelola a. Hari Senin – Kamis
: pukul 07.30 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat
: pukul 07.30 – 11.30 WIB
2) Kegiatan Pendidikan dan Ketrampilan a. Hari Senin – Kamis
: pukul 07.30 – 12.00 WIB
b. Hari Jumat
: pukul 07.30 – 11.00 WIB
3) Kegiatan Rehabilitasi Medis dan Psikologi a. Hari Senin – Kamis
: pukul 09.00 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat
: pukul 09.00 – 11.00 WIB
4) Kegiatan Pembuatan Alat Bantu Gerak a. Hari Senin – Kamis
: pukul 07.30 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat
: pukul 07.30 – 11.00 WIB
4. Program Kegiatan a. Program Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta 1) Kegiatan pendidikan dan ketrampilan yang ditujukan untuk siswa didik, orang tua siswa, maupun penyandang cacat secara umum. 2) Kegiatan rehabilitasi medis dan psikologis untuk penyandang cacat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
3) Kegiatan pembuatan dan perbaikan alat bantu gerak (brace, kruk, prothese, kursi roda, dll) untuk para penyandang cacat. b. Program Kegiatan Manusia 1. Kegiatan Pengelola Datang/Pulang ME/SE
Kantor / Administrasi
Rapat
Lavatory Diagram IV.2 Program kegiatan Bidang Tata Usaha Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
2. Kegiatan Pendidikan & Ketrampilan a) Tenaga Pendidik / Guru Datang/Pulang ME/SE
Kantor Guru
- SDLB (1-6) - SMPLB (1-3) - SMALB (1-3)
Lavatory Diagram IV.3 Program kegiatan tenaga pendidik / guru Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
b) Peserta Didik (SLB)
Datang/Pulang ME/SE
Kelas
-
SDLB (1-6) SMPLB (1-3) SMALB (1-3) Perpustakaan
Lavatory Diagram IV.4 Program kegiatan siswa didik Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
c) Penyandang Cacat (Umum)
Datang/Pulang ME/SE
Kelas
-
R. Handycraft R. Jahit R. Komputer R. Bordir
Lavatory Diagram IV.5 Program kegiatan penyandang cacat umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
3. Kegiatan Orang Tua Datang/Pulang ME/SE
R. Tunggu
- R. Pendidikan Orang Tua - Perpustakaan
Lavatory Diagram IV.6 Program kegiatan orang tua Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
4. Kegiatan Tim Medis a) Ahli Fisioterapi Datang/Pulang ME/SE
- R. Fisioterapi
Lavatory Diagram IV.7 Program kegiatan ahli fisioterapi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
b) Ahli Hydroterapi Datang/Pulang ME/SE
- R. Hydroterapi
Lavatory Diagram IV.8 Program kegiatan ahli hydroterapi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
c) Ahli Okupasi Terapi Datang/Pulang ME/SE
- R. Terapi Okupasi
Lavatory Diagram IV.9 Program kegiatan ahli terapi okupasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
5. Psikolog
Datang/Pulang ME/SE
- R. Bimbingan Psikologi Lavatory
Diagram IV.10 Program kegiatan psikolog Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
6. Pasien Penyandang Cacat Datang/Pulang ME/SE
Loket Pendaftaran
- R. Tunggu
Lavatory
- R. Terapi
Diagram IV.11 Program kegiatan pasien penyandang cacat commit to user Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
7. Kegiatan Pembuatan Alat Bantu Gerak Datang/Pulang ME/SE
R. Pengukuran Prothesis & Orthotis Lavatory
Diagram IV.12 Program kegiatan pembuatan alat bantu gerak Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
5. Koleksi / Benda Inventaris Nama Ruang Ruang Kepala Sekolah
& Meja,
Furniture kursi kerja,
Wakil Kepala Sekolah
penyimpanan
Ruang Guru
Meja,
kursi
kerja,
lemari
lemari
penyimpanan Perpustakaan
Rak buku, meja, kursi
Ruang Kelas
Meja, kursi, kursi roda, lemari untuk alat peraga, papan tulis
Ruang Pendidikan Orang Tua
Meja,
kursi
kerja,
lemari
lemari
cabinet,
penyimpanan Ruang Ketrampilan
Meja,
kursi,
etalase Ruang Fisioterapi
Matras, wall bar, parallel bar, alat untuk duduk, lemari kabinet
Ruang Hydroterapi & R. Ganti
Kolam untuk air terapi, lemari cabinet, tempat tidur
Ruang Okupasi Terapi
Matras, lemari kabinet
Ruang Bimbingan Psikologi
Meja, kursi
Loket Pendaftaran Pasien
Meja,
kursi
penyimpanan Ruang Tunggu
Kursi tunggu
commit to user
kerja,
lemari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
R. Pengukuran Prothesis & Meja, kursi kerja, tempat tidur Orthosis Lavatory Tabel IV. 1
Kloset, tempat tissu, kran air Daftar Furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
6. Fasilitas Ruang ZONA
KEGIATAN - Pengelolaan
- R. Kepala
SIFAT RUANG Privat
Sekolah & Wakil
Pengelola Pendidikan
RUANG
- Pendidikan
- R. Guru
Semi Publik
Rehabilitasi
- Pelayanan rehabilitasi
- R. Kelas
- Pendidikan formal
- R. Pendidikan
- Ketrampilan kerja
Orang Tua
- Pendaftaran
- Perpustakaan
- Menunggu
- R.Ketrampilan
- Pengobatan medis
- Loket
- Pembuatan alat bantu
- R. Tunggu
Publik
- R. Terapi
gerak
- R. Ganti - R. Pengukuran Prothesis & Orthotis Service Tabel IV. 2
Ke kamar kecil
- Lavatory
Service
Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
7. Besaran Ruang a. Kegiatan Pengelolaan Ruang
Kapasitas
R. Kepala 3 orang Sekolah & Wakil
Kalkulasi Ruang
Luasan
- R. Kepala - R. Kepala Sekolah Luas furniture = (7,797 Sekolah m²) + (7,797 m² x 15%) = 12,296 m² + 8,966 m² 3,074 m² = Sirkulasi = (3 x 1,1)+ (3 15,37 m² x 1,1 x 15%) = 3,33 m²
Sumber DM Asumsi Keb. Ruang
Besaran ruang = 8,966 m² + 3,33 m² = 12,296 m² Toleransi = 12,296 m² x 25% = 3,074 m² - R. Wakil Kepala Sekolah Luas furniture = (12,881 m²) + (12,881 m² x 15%) = 13,159 m²
- R. Wakil Kepala Sekolah
20,431 m² + 0,204 m² = Sirkulasi = (6 x 1,1)+ (6 20,635 m² x 1,1 x 15%) = 7,272 m² Besaran ruang = 13,159 m² + 7,272 m² = 20,431 m² Toleransi = 20,431 m² x 25% = 0,204 m² R. Guru
12 orang
Luas furniture = (31,95 47,599 m² + m²) + (31,95 m² x 15%) = 11,899 m² = 59,498 m² 32,419 m²
Asumsi Keb. Ruang
Sirkulasi = (12 x 1,1)+ (12 x 1,1 x 15%) = 15,18 m² Besaran ruang = 32,419 m² + 15,18 m² = 47,599 m² Toleransi = 47,599 m² x 25% = 11,899 m² Total minimun ruang yang dibutuhkan Tabel IV. 3.a
95,503 m²
commit to user Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
b. Kegiatan Rehabilitasi Pendidikan Ruang R. Kelas
R.
Kapasitas
Kalkulasi Ruang
Luasan
Sumber
12 ruang @ Luas furniture = (15,847 25,496 m² + 6 orang m²) + (15,847 m² x 15%) 6,374 m² = 31,87 m² (1 = 18,224 m² ruang kelas) Sirkulasi = (6 x 1,1)+ (6 31,87 m² x 12 = x 1,1 x 15%) = 7,272 m² 382,44 m² (12 Besaran ruang = 18,224 ruang kelas) m²+ 7,272 m²= 25,496 m²
10 orang
Pendidikan Orang Tua
Toleransi = 25,496 m² x 25% = 6,374 m² Luas furniture = (26,225 36,137 m² m²) + (26,225 m² x 15%) 9,534 m² 45,671 m² = 26,637 m²
Asumsi Keb. Ruang
+ =
Asumsi Keb. Ruang
+ =
TSS Asumsi Keb. Ruang
Sirkulasi = (10 x 1)+ (10 x 1x 15%) = 11,5 m² Besaran ruang = 26,637 m² + 11,5 m² = 36,137 m²
Perpustakaan
10 orang
Toleransi = 36,137 m² x 25% = 9,534 m² Luas furniture = (39,092 57,605 m² m²) + (39,092 m² x 15%) 14,401 m² 72,006 m² = 44,955m² Sirkulasi = (10 x 1,1)+ (10 x 1,1 x 15%) = 12,65 m² Besaran ruang = 44,955 m² + 12,65 m² = 57,605 m²
R. Ketrampilan
Toleransi = 57,605 m² x 25% = 14,401 m² 4 ruang @ - R. Handycraft 5 orang Luas furniture = (14,787 m²) + (14,787 m² x 15%) = 17,005 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 17,005 m² + 6,325 m² = 23,330
commit to user
29,162 m² 38,075 m² 15,908 m² 19,646 m² 102,791 m²
+ + + =
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
m² Toleransi = 23,33 m² x 25% = 5,832 m² Luas = 23,33 m² + 5,832 = 29,162 m² - R. Jahit Luas furniture = (20,987 m²) + (20,987 m² x 15%) = 24,135 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 24,135 m² + 6,325 m² = 30,460 m² Toleransi = 30,460 m² x 25% = 7,615 m² Luas = 30,460 m² + 7,615 m² = 38,075 m² - R. Komputer Luas furniture = (5,567 m²) + (5,567 m² x 15%) = 6,402 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 6,402 m² + 6,325 m² = 12,727 m² Toleransi = 12,727 m² x 25% = 3,181 m² Luas = 12,727 m² + 3,181 m² = 15,908 m² - R. Bordir Luas furniture = (8,167 m²) + (8,167 m² x 15%) = 9,392 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 9,392
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
m² + 6,325 m² = 15,717 m² Toleransi = 15,717 m² x 25% = 3,929 m² Luas = 15,717 m² + 3,929 m² = 19,646 m² Total minimun ruang yang dibutuhkan Tabel IV. 3.b
543,41 m²
Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
c. Kegiatan Rehabilitasi Medis & Psikis Ruang Loket
Kapasita s 4 orang
Kalkulasi Ruang
Luasan
Luas furniture = (8,706 15,126 m² m²) + (8,706 m² x 15%) = 3,784 m² 18,921 m² 10,011 m²
Sumber + =
NAD Asumsi Keb. Ruang
Luas furniture = (1,74 4,564 m² + m²) + (1,74 m² x 15%) = 1,141m²= 5,705 m² 2,001 m²
NAD Asumsi Keb. Ruang
Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 10,001 m² + 5,126 m² = 15,137 m² Toleransi = 15,126 m² x 25% = 3,784 m² R. Tunggu
2 orang
Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 2,001 m² + 2,563 m² = 4,564 m² Toleransi = 4,564 m² x 25% = 1,141 m² R. Fisioterapi
4 orang
Luas furniture = (26,488 35,587 m² m²) + (26,488 m² x 15%) 8,896 m² 44,483 m² = 30,461 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m²
commit to user
+ =
Asumsi Keb. Ruang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
Besaran ruang = 30,461 m² + 5,126 m² = 35,587 m² Toleransi = 35,587 m² x 25% = 8,896 m² R.
2 orang
Hydroterapi
Luas furniture = (4 m²) + 7,163m² 0,071 m² (4 m² x 15%) = 4,6 m² 7,234 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m²
+ =
Asumsi Keb. Ruang
Besaran ruang = 4,6 m² + 2,563 m² = 7,163 m² Toleransi = 7,163m² x 25% = 0,071 m² R. Ganti
2 orang
R. Okupasi 4 orang Terapi
Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 2,563 m² 1,1 x 15%) = 2,563 m² Luas furniture = (18,756 26,695 m² m²) + (18,756 m² x 15%) 6,673 m² 33,368 m² = 21,569 m²
+ =
Asumsi Keb. Ruang Asumsi Keb. Ruang
Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 21,569 m² + 5,126 m² = 26,695 m² Toleransi = 26,695 m² x 25% = 6,673 m² R. Bimbingan 2 orang Psikologi
Luas furniture = (5,657 6,415 m² m²) + (5,657 m² x 15%) = 2,244 m² 11,222 m² 6,415 m²
+ =
Asumsi Keb. Ruang
+ =
Asumsi Keb.
Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 6,415 m² + 2,563 m² = 30,195 m² Toleransi = 6,415 m² x 25% = 2,244 m² R. Pengukuran
4 orang
Luas furniture = (54,89 68,249 m²) + 54,89 m² x 15%) = 17,062
commit to user
m² m²
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
Prothetis Orthotis
&
85,311 m²
63,123 m²
Ruang
Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 63,123 m² + 5,126 m² = 68,249 m² Toleransi = 68,249 m² x 25% = 17,062 m² Total minimun ruang yang dibutuhkan Tabel IV. 3.c
257,99 m²
Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
d. Kegiatan Service Ruang
Kapasitas 8 ruang
Lavatory
Kalkulasi Ruang Luasan Luas furniture = (0,603 1,884 m² + m²) + (0,603 m² x 15%) = 0,471 m² = 2,35 0,693 m² m² (1 ruang)
Sumber PPA Asumsi Keb. Ruang
Sirkulasi = (1 x 1,1)+ (1 x 2,35 m² x 8 = 1,1 x 15%) = 1,281 m² 18,845 m² (8 ruang) Besaran ruang = 0,693 m² + 1,281 m² = 1,884 m² Toleransi = 1,884 m² x 25% = 0,471 m² Total minimun ruang yang dibutuhkan Tabel IV. 3.d
150,76 m²
Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Luasan total minimum kebutuhan ruang : No. 1. Pengelolaan
Fasilitas
Luas 95,503 m²
2.
Rehabilitasi Pendidikan
543,41 m²
3.
Rehabilitasi Medis & Psikis
257,99 m²
4.
Kegiatan Service
150,76 m²
Luas Total Tabel IV. 3. e
1047,663 m²
Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
Besaran ruang direncanakan disesuaikan menurut kebutuhan dan standard yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari : -
NAD
: Neufert Architect Data
-
TSS
: Time Saver Standart for Buildings Type, Joseph de Chiara
-
DM
: Dimensi Manusia & Ruang Interior
-
PPA
: Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan
-
Analisa kebutuhan ruang
8. Sistem Organisasi Ruang Hasil analisa sistem organisasi ruang pada studi lapangan : YPAC
Jakarta
memakai
sistem
organisasi
cluster
dengan
mengedepankan fungsi ruang dan bangunan. Bangunan utama seperti rehabilitasi dan kantor sekretariat berada di area luar sehingga pengunjung langsung dapat masuk ke kantor atau tempat rehabilitasi. Sedangkan tempat pendidikan berada di bagian dalam untuk meminimalkan kebisingan yang mengganggu kegaiatan belajar. Jalan masuk ke bangunan dibuat jelas agar pengunjung yang pertama kali datang mengetahui akses masuk-keluar bangunan. Sehingga dalam analisis ini secara umum penerapan ruang pada YPAC Jakarta adalah pola clutser terbuka dan pola sirkulasi langsung. Prof. Dr. Soeharso Surakarta memakai sistem organisasi terpusat. Aktivitas manusia terpusat pada inti area bangunan, sehingga dapat menciptakan efektivitas kerja yang tinggi. Sehingga dalam analisis ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
secara umum penerapan ruang pada Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah pola terpusat tertutup dan pola sirkulasi memutar. YPAC Surakarta memakai sistem organisasi cluster tertutup. Sehingga dalam analisis ini secara umum penerapan ruang pada YPAC Surakarta adalah pola clutser tertutup dan pola sirkulasi memutar. Dari analisa studi lapangan, sebagai pertimbangan dalam pemilihan organisasi ruang yang selaras dengan fungsi dan sasaran desain Diffable Centre di Surakarta, dengan pertimbangan tema dan ide pemikiran desain meliputi :
Ruang gerak yang cukup
Tingkat efisiensi ruang
Pengelompokan
Tingkat efisiensi sirkulasi
Interior sistem
fungsi
ruang
Kebutuhan pencapaian
a) Analisa Alternatif Organisasi Ruang Bentuk Organisasi Ruang Organisasi Cluster
Keterangan Menempatkan ruang-ruang berdasarkan
fungsinya,
untuk
mempermudah pencapaian serta efektivitas sirkulasi. Kelebihan, dapat menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Kekurangan,
tidak
memiliki
prioritas ruang. Organisasi Terpusat
Pengelompokan
ruang
terlihat
jelas dalam bentuk dan ukuran. Kelebihan, efiseinsi tinggi.
commit to user
dan
memiliki efektivitas
tingkat yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
Kekurangan,
memerlukan
aea
yang luas untuk menempatkan ruang-ruang sekunder.
Tabel IV. 4
Alternatif organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang Pertimbangan Tingkat efisiensi ruang Pengelompokan fungsi ruang Aksesibilitas Arah pandang
Penilaian Terpusat Cluster + + + + + +
Tabel IV. 5 Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Dari hasil analisa diatas, bentuk organisasi ruang yang digunakan adalah
organisasi
cluster.
Organisasi
ini
memudahkan
dalam
pengelompokan ruang yang didasarkan pada fungsinya. Selain itu juga memiliki sirkulasi yang cukup efektif sehingga memudahkan pencapaian ke ruang yang lain. b) Program ruang ZONA Pengelola
KEGIATAN - Pengelola
RUANG - R. Kepala Sekolah
SIFAT RUANG Privat
& Wakil Pendidikan
- Pendidikan
- R. Guru
- Pendidikan
- R. Psikolog
- Ketrampilan
- R. Kelas - R. Pendidikan
kerja - Pendaftaran
Orang Tua
commit to user
Publik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
Rehabilitasi
- Menunggu
- Perpustakaan
- Pengobatan
- R. Ketrampilan
Semi publik
- Loket
medis
- Pembuatan alat - R. Tunggu - R. Terapi
bantu gerak
- R. Pengukuran Prothesis & Orthosis Service
- Ke kamar kecil
- Lavatory
Service
Tabel IV. 6 Hasil Analisa Organisasi Ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
9. Sistem Sirkulasi a. Analisa sirkulasi secara umum Sistem sirkulasi ruang yang dianalisa dalam studi lapangan merupakan paduan antara sirkulasi memutar (looping) dan langsung. Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global, yaitu : Sirkulasi Horizontal Memutar
Gambar
Sirkulasi diarahkan ke seluruh bangunan menurut pengelompokan fungsi ruang yang
ada.
Pengunjung
dapat
mengelilingi bangunan untuk mencapai ruang yang diinginkan. Langsung Pengunjung dapat langsung menuju ruang yang dikehendaki. Jalan masuk bangunan
tampak
jelas,
sehingga
sirkulasi tidak terlihat rumit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
Sirkulasi Vertikal Ramp
Keterangan Membantu mobilisasi pemakai kursi roda untuk beraktivitas. Kemiringan ramp sekitar 2,5 % dan lebar 63,5 cm.
Tabel IV. 7
Analisa tipe sirkulasi pengunjung berdasar studi lapangan
10. Hubungan Antar Ruang a. Hubungan Ruang Secara Makro
Diagram IV. 8a Hubungan ruang secara makro
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 169
b. Hubungan Ruang Secara Mikro
Diagram IV. 8b Hubungan ruang secara mikro
11. Zoning & Grouping Dalam penentuan zoning dan grouping pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta, terdapat beberapa pertimbanganpertimbangan yang harus diterapkan agar dalam perencanaannya dapat mewujudkan suatu sistem yang baik, beberapa pertimbangan tersebut antara lain : a. Pertimbangan umum : 1) Pencapaian sirkulasi dari pengelola dan pengunjung yang baik dan terarah. 2) Menciptakan
hubungan
antar
aksesibilitasnya terarah.
commit to user
ruang
saling
terkait
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 170
b. Pertimbangan khusus : 1) Kelompok kegiatan
Kelompok pengelola
Kelompok tuna daksa : penyandang cacat yang berasal dari masyarakat luas yang ingin mendapat pelatihan vokasional serta peserta didik SLB
Kelompok tenaga medis : para terapis dan psikolog
2) Jenis kegiatan
Rehabilitasi pendidikan formal & ketrampilan
Rehabilitasi medis dan psikis
Penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas pertimbangan sifat kegiatan dan kegunaan ruang terhadap site dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta. Dengan dasar pertimbangan tersebut, kriteria ruang dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta terbagi dalam beberapa zona sebagai berikut : 1) Zona Publik Merupakan pengelompokan ruang yang berhubungan dengan kepentingan umum dan dapat dijangkau oleh semua pengunjung dan dapat dengan mudah dicapai dari luar bangunan yaitu ruang fasilitas penunjang. 2) Zona Semi Publik Merupakan pengelompokan ruang yang dapat digunakan oleh publik maupun oleh personalia. Zona ini sebagian besar ditempati oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 171
fasilitas
personalia
dan
sebagian
fasilitas
pengunjung
yang
memungkinkan interaksi antar pengunjung dengan personalia . 3) Zona Privat Merupakan pengelompokan ruang yang hanya digunakan oleh staf dan karyawan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta dan tertutup untuk umum, yang termasuk di dalamnya adalah fasilitas pengelola. 4) Zona Servis Merupakan pengelompokan ruang sebagai area pelayanan yang menunjang segala kegiatan dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta dan digunakan oleh pengunjung (umum) maupun oleh personalia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 172
Analisa Zoning Grouping Analisa
Keterangan Kelebihan Memiliki pengelompokan ruang berdasarkan fungsi sehingga memudahkan pengunjung untuk mencapai ruangruang yang diinginkan. Kekurangan Pada zona rehabilitasi terdapat
lorong
panjang. Tabel IV. 9
C. KONSEP
DESAIN
Analisa zoning grouping
INTERIOR
PUSAT
PENDIDIKAN
DAN
PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA 1. Ide Dasar Desain Ide dasar desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta di Surakarta berawal dari semboyan Ki Hajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 173
Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso dan tut muri handayani. Ketiga semboyan tersebut berarti : a) Ing ngarso sung tulodho berarti memberikan teladan. b) Ing madya mangun karso berarti memberikan ide-ide pemikiran atau gagasan. c) Tut muri handayani berarti memberikan dorongan. Dari ketiga semboyan tersebut dapat diambil kesimpulan untuk menciptakan desain Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta yang dapat memberikan teladan, motivasi dan semangat bagi manusia di dalamnya terutama untuk tuna daksa yang direhabilitasi. Dorongan yang diberikan meliputi berbagai aspek, yaitu pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis serta psikologi.
2. Tema Desain Interior Desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ini dirancang atas dasar permasalahan pokok yang dihadapi oleh tuna daksa, yaitu permasalahan fisik dan rehabilitasi baik rehabilitasi pendidikan, karya, medis dan psikologis. Dari permasalahan-permasalahan tersebut muncul istilah form follow functions yang digunakan sebagai dasar untuk pemilihan tema. Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaligus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 174
Desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ini menggunakan tema yang berasal dari esensi istilah Form Follow Functions. 3. Atmosfer Desain Interior Terkait dengan tema desain yang dijabarkan diatas maka suasana yang akan ditampilkan pada interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ini adalah modern. Pertimbangannya adalah sebagai tindak lanjut dari penjabaran tema dalam usaha pemecahan masalah. Penjabaran suasana modern, yaitu: a. Karakter Suasana modern dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1) Tidak memiliki bentuk yang rumit, memudahkan tuna daksa untuk beraktivitas secara normal (meminimalkan bantuan dari orang lain). 2) Membuat sifat ruang yang “ terang dan terbuka” juga sebagai salah satu usaha lanjutan dari pemecahan masalah di atas, yaitu untuk melatih kemandirian dan sosialisasi dengan orang lain. Kesan modern ditekankan pada bentuk-bentuk yang minimalis dan fungsional yang dapat disampaikan melalui pemilihan bentuk dan desain. b. Suasana 1) Tenang
: nyaman untuk kepentingan rehabilitasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
2) Aman
: aksesibilitas
3) Terang
: berkesan jujur dan terbuka
Pencapaian suasana tersebut dapat dilakukan dengan :
Menggunakan bahan-bahan yang aman
Memakai banyak bukaan untuk menciptakan suasana jujur dan terbuka
4. Desain Layout a. Pertimbangan Dasar pertimbangan untuk menentukan pengorganisasian ruang adalah sebagai berikut : 1) Tingkat efisiensi ruang dan ruang gerak yang cukup. 2) Pengelompokan fungsi ruang dan kebutuhan pencapaiannya. 3) Hirarki ruang, adanya urutan ruang berdasarkan kepentingannya. 5. Pembentuk Ruang Komponen pembentuk ruang pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta, ditentukan berdasarkan hasil analisis studi lapangan dan studi literatur, yaitu : a) Lantai Analisa Khusus Ruang
Kriteria Analisis
R. Kepala Sekolah & Wakil
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung
Alternatif Bahan Keramik tekstur
commit to user
Keterangan Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
suasana tema interior R. Guru Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior Perpustakaan Kuat menahan beban dan gesek Tahan terhadap kelembaban Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior R. Kelas Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Nyaman dan aman Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior R. Kuat menahan Ketrampilan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 177
R. Pendidikan Orang Tua
R. Fisioterapi
R. Hydroterapi
pembersihan Mendukung suasana tema interior Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior Aman dan lunak Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur
R. Ganti
Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik tekstur
R. Terapi Okupasi
Aman dan lunak Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Kuat menahan beban dan gesek
Keramik tekstur Karpet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 178
R. Psikolog
Loket
R. Tunggu
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Lavatory
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior Tidak licin dan anti slip
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 179
Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Tabel IV. 10a
arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Analisa pemilihan bahan untuk lantai
b) Dinding Analisa Khusus Ruang R. Kepala Sekolah & Wakil
R. Guru
Perpustakaan
R. Kelas
Kriteria Analisis Tahan lama Tahan gesekan Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior Tahan lama Tahan gesekan Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior Tahan terhadap kelembaban Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan
commit to user
Alternatif Bahan Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 180
R. Ketrampilan
R. Pendidikan Orang Tua
R. Fisioterapi
R. Hydroterapi
R. Ganti
R. Terapi Okupasi
R. Psikolog
pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior Aman dan lunak Memiliki pelindung sudut dinding Berfungsi sebagai akustik Mampu menahan kelembaban dan tidak licin Mudah dalam perawatan dan pembersihan Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan Aman dan lunak Memiliki pelindung sudut dinding Berfungsi sebagai akustik
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Vinil Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper Keramik dinding Dinding bata plester finishing cat tembok
Keramik dinding Dinding bata plester finishing cat tembok Vinil Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper Berfungsi sebagai akustik Kayu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 181
Loket
R. Tunggu
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Lavatory
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior Mampu menahan kelembaban dan tidak licin Mudah perawatan dan pembersihan
Tabel IV. 10b
Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper Keramik
Analisa pemilihan bahan untuk dinding
c) Ceiling Analisa Khusus Ruang R. Kepala Sekolah & Wakil
R. Guru
Kriteria Analisis Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Membantu sistem pencahayaan alami
commit to user
Alternatif Bahan Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Gypsumboard Panel kayu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 182
Perpustakaan
R. Kelas
R. Ketrampilan
R. Pendidikan Orang Tua
R. Fisioterapi
Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Multifungsi dengan akustik dan membantu
commit to user
Akrilik
Gypsumboard Panel kayu
Gypsumboard Panel kayu
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Gypsumboard Panel kayu
Gypsumboard Panel kayu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 183
R. Hydroterapi
R. Ganti
R. Terapi Okupasi
R. Bimbingan Psikologi
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Loket
sistem pencahayaan alami Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Tahan panas dan mudah dalam perawatan Mampu menahan kelembaban Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mampu menahan kelembaban Mudah dalam perawatan dan pembersihan Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Tahan panas dan mudah dalam perawatan Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Tahan panas dan mudah dalam perawatan Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior
commit to user
Akrilik
Gypsumboard Akrilik Gypsumboard
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 184
Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan Mampu menahan kelembaban Tahan panas dan mudah dalam perawatan
R. Tunggu
Lavatory
Tabel IV. 10c
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Gypsumboard
Analisa pemilihan bahan untuk ceiling
6. Interior Sistem Analisa Khusus
R. Guru
R. Kepala Sekolah & Wakil
RUANG
CAPAIAN KEBUTUHAN Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman / standard
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
ALTERNATIF SISTEM INTERIOR Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 185
Penghawaan : Nyaman / standard
Perpustakaan
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman / standard
R. Kelas
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman / standard
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 186
R. Ketrampilan
tingkat kebisingan Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman / standard
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
R. Pendidikan Orang Tua
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman / standard
R. Fisioterapi
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 187
Penghawaan : Nyaman / standard
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
R. Hydroterapi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman / standard Dapat mengurangi kelembaban udara yang ditimbulkan oleh uap air Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
R. Ganti
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman / standard
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding Sistem buatan : Dengan menggunakan fan Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 188
R. Terapi Okupasi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman/standard
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
R. Bimbingan Psikologi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman / standard
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 189
Penghawaan : Nyaman / standard
Loket
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman/standard
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
R. Tunggu
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Penghawaan : Nyaman/standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lavatory
190
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas Dirancang otomatis tersambung dengan pintu Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah Sistem alami : Menggunakan lubang angin atau ventilasi di dinding Sistem buatan : Dengan menggunakan exhaust fan Bahan berpori penyerap bunyi : gypsumboard dan kayu
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang
Tabel IV. 11 Interior sistem Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
7. Desain Furniture a. Analisa Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta secara umum adalah: 1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan fungsi dan kubutuhan yang ada (form follow function) 2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi manusia (ergonomic). 3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas di dalam Museum (compatible). 4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko dalam ruang museum dan memberikan kenyamanan bagi penggunannya (savety)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 191
5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif bagi museum
dan memberikan efek psikologis bagi para
penggunanya (positive effect) 6) Desain furniture harus bersifat fleksible dan dapat dipindahpindahkan sehingga mampu untuk disesuaikan dalam segala kondisi ruang terkait, pengguna dan bahan museum (portable) b. Dimensi Diambil total ukuran rata–rata kebutuhan aktifitas. 1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan PELAKU KEGIATAN FASILITAS - Meja & kursi Kepala & Wakil - Rapat/ rapat pertemuan Kepala Sekolah - Meja & kursi - Kerja kerja - Meja komputer - Lemari kabinet - Meja & kursi tamu - Rak buku - Kursi roda Tenaga
-
DIMENSI 150 x 250 x 75 100 x 80 x 75 60 x 80 x 75 80 x 40 x 180 150 x 150 x 45 100 x 40 x 180 110 x 80 x 45
-
Pendidik/Guru Tabel IV. 12a Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
2) Kelompok Tuna Daksa PELAKU KEGIATAN FASILITAS Peserta Didik Belajar - Meja & kursi (SLB)
DIMENSI 100 x 80 x 75
kerja
Penyandang
- Kursi roda
110 x 80 x 45
cacat umum
- Rak buku
100 x 40 x 70
Orang tua
- Lemari
120 x 60 x 180
kabinet Tabel IV. 12b Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 192
3) Kelompok Tenaga Medis PELAKU Fisioterapis
KEGIATAN FASILITAS - Matras Memijat
DIMENSI 300 x 200 x 10
pasien
- Wall bar
120 x 20 x 254
(terapi)
- Parallel bar - Lemari kabinet
Hydroterapis
Melakukan terapi
- Kolam air
Psikolog
80 x 40 x 70 100 x 200 x 50
Melakukan
- Matras
300 x 200 x 10
terapi
- Lemari kabinet
Melakukan
- Meja & kursi
psikis alat Membuat
bantu prothetis alat & orthotis
200 x 200 x 70
- Tempat tidur
bimbingan
Pembuat
80 x 40 x 70
untuk terapi - Lemari cabinet
Okupasiterapis
200 x 60 x 70
gerak
bantu
80 x 40 x 70 100 x 80 x 75
kerja - Lemari kabinet
80 x 40 x 180
- Meja & kursi
100 x 80 x 75
kerja - Lemari cabinet - Tempat tidur
80 x 40 x 180 100 x 200 x 50
Tabel IV. 12c Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
8. Elemen Estetis Elemen estetis yang digunakan berdasarkan pada pemilihan bahan, bentuk dan warna yang kemudian diolah sehingga dapat menciptakan sesuatu yang baru, indah, dan fungsional. Untuk dapat menciptakan sesuatu yang indah, harus berpedoman pada :
Keutuhan (unity)
Penonjolan (dominance)
Keseimbangan (balance)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 193
9. Skema Bentuk, Bahan & Warna a. Bentuk Bentuk Lingkaran
Karakter Stabil Memiliki arah pandang ke dalam Berfungsi sebagai pusat
Persegi atau bujur
Murni dan rasional
sangkar
Statis dan netral
Segitiga
Stabil Menunjukkan keseimbangan
Tabel IV. 13a
Analisa karakter bentuk
b. Bahan JENIS BAHAN Keramik
KARAKTER Kuat, padat, sejuk, resmi atau memberikan kesan santai pada suatu ruang.
Karpet
Lembut, lentur, nyaman, aman dan hangat. Dapat juga berfungsi sebagai akustik.
Cat tembok
Sederhana
Kaca
Membuat ruang terasa luas dan terbuka,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 194
modern. Gypsumboard
Modern
Panel kayu
Hangat, menyatu dengan alam, berfungsi sebagai akustik (meredam atau mengurangi kebisingan) Tabel IV. 13b
Analisa karakter bahan
c. Warna 1. Krem : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus, memberi ruangan berkesan kecil dan objek berkesan besar. 2. Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif, menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan membosankan bila terlalu banyak digunakan. 3. Hijau : Ceria namun kalem, kuat, segar, relaks, natural, membuat ruangan berkesan luas, namun jauh dari kesan
monoton,
mengundang depresi, dan menjemukan bila digunakan banyak. Tabel IV. 13c
Analisa karakter warna
commit to user
terlalu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 195
10. Sistem Keamanan a) Pengamanan Terhadap Kejahatan Manusia Ruang
Kriteria Analisis • Dapat bekerja secara otomatis. • Dapat memantau dan segera mendeteksi lokasi kejadian. Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.
T b)Seluruh Ruang
Alternatif Bahan CCTV (Close Circuit Television) Memiliki hasil rekaman gambar pada setiap bagian ruangan yang perlu pengawasan, rekaman ini dapat diputar kembali sebagai bukti dalam suatu kasus Heavy duty door contact Sejenis sensor yang dipasang untuk memproteksi pintu dan jendela yang terbuat dari besi atau logam. Shock sensor / vibrationsensor Dipasang pada setiap kaca, yang digunakan untuk menangkap getaran bila seseorang mencoba untuk membuka atau merusak kaca.
c) P e n
Kedua alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya.
g a
Tabel IV. 14a Sistem keamanan terhadap kejahatan manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
d) Terhadap Bahaya Kebakaran Ruang
Kriteria Analisis •
Dapat mendeteksi api dan
Alternatif Bahan •
bekerja secara otomatis. • Seluruh Ruang
•
Pendeteksi panas (thermal detector)
Dapat memadamkan api
•
Sprinkle
dalam pencapaian area yang
•
Emergency
luas.
lighting and
Dapat dengan segera
fixture
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 196
memadamkan api yang •
•
Multipurpose dry
besar.
– chemical
Dapat diletakkan di ruang
extinguisher
mana saja. Tabel IV. 14b Sistem keamanan terhadap bahya kebakaran Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
11. Aksesibilitas
Akses masuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp untuk penyandang cacat.
Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor.
Untuk ramp minimal lebar 25” (63,5 cm) sesuai standard Chairbound People, Barrier free design,1977.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta 1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu orangorang diffabel untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis dan psikologis. 2. Lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta berada di Jl. Ki Hajar Dewantara, belakang UNS Surakarta. Daerah ini sangat strategis dan mudah diakses dari berbagai arah serta jauh dari area industri yang dapat berbahaya bagi kesehatan kelayan. 3. Sasaran dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta ini adalah para tuna daksa baik yang berasal dari dalam kota maupun luar kota yang ingin mendapatkan rehabilitasi pendidikan dan medis. 4. Misi yang diemban adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan para tuna daksa dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja.
commit to user 197
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 198
5. Suasana dan karakter yang akan ditampilkan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah modern tindak lanjut dari penjabaran tema dalam usaha pemecahan masalah. 6. Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta dibatasi dengan objek perancangan rehabilitasi pendidikan dan karya, rehabilitasi medis serta psikologi.
B. Konsep Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta Konsep Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah untuk memecahkan masalah melalui pendekatan psikologis yang diterapkan ke dalam interior. Efisiensi, efektivitas dan fungsional memiliki pengaruh
penting
dalam
aspek
psikologis
pengunjung.
Pertimbangan
perancangan ini adalah : 1. Program a. Konsep perwujudan fisik Interior rehabilitasi pendidikan, medis, dan karya yang mampu memenuhi efisiensi, efektivitas, ergonomi, psikologis pengguna di setiap kegiatan yang ditampung. b. Penganalisaan kegiatan yang diwadahi di setiap ruangya hingga pola aktivitas pada setiap kegiatan tersebut senantiasa memperhatikan komponen pembentuk ruang, system interior, system display materi koleksi dan sistem keamanan serta aksesibilitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 199
c. Penciptaan suasana Interior pada fasilitas dengan memperhatikan faktor fungsional dan efek psikologis yang timbul pada pengunjung sehingga menjadi sebuah kesatuan ruang yang fungsional. 2. Program Ruang ZONA Pengelola
Pendidikan
KEGIATAN - Pengelolaan - Pendidikan
RUANG - R. Kepala Sekolah & Wakil - R. Guru
SIFAT RUANG Privat Semi Publik
- Pelayanan rehabilitasi
Rehabilitasi
Service Tabel V. 1
- R. Kelas - R. Pendidikan - Pendidikan formal Orang Tua - Ketrampilan kerja - Perpustakaan - R.Ketrampilan - Pendaftaran - Loket - R. Tunggu - Menunggu - R. Terapi - Pengobatan medis - R. Ganti - Pembuatan alat bantu - R. Pengukuran Prothesis & gerak Orthotis Ke kamar kecil - Lavatory
Publik
Service
Program ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
3. Organisasi Ruang Bentuk organisasi ruang yang digunakan adalah organisasi cluster. Organisasi ini memudahkan dalam pengelompokan ruang yang didasarkan pada fungsinya. Selain itu juga memiliki sirkulasi yang cukup efektif sehingga memudahkan pencapaian ke ruang yang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 200
Bentuk Organisasi Ruang Organisasi Cluster
Keterangan Menempatkan ruang-ruang berdasarkan
fungsinya,
untuk
mempermudah pencapaian serta efektivitas sirkulasi. Kelebihan, dapat menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Kekurangan,
tidak
memiliki
prioritas ruang. Tabel V. 2
Organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
4. Sistem Sirkulasi Sistem sirkulasi yang dipakai adalah sistem sirkulasi langsung yang terlihat tidak rumit. Sirkulasi Horizontal Langsung
Gambar
Pengunjung dapat langsung menuju ruang yang dikehendaki. Jalan masuk bangunan
tampak
jelas,
sehingga
sirkulasi tidak terlihat rumit. Tabel V. 3
Sistem sirkulasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
5. Tema Tema perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaligus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 201
6. Komponen Pembentuk Ruang a. Lantai Kelompok Kegiatan Kegiatan Pengelolaan Rehabilitasi Pendidikan Rehabilitasi Medis Service Tabel V. 4a
Alternatif Bahan Keramik Keramik Karpet Keramik Karpet Keramik
Unsur pembentuk ruang (lantai)
b. Dinding Kelompok Kegiatan Kegiatan Pengelolaan
Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi Medis
Service
Tabel V.4b
Alternatif Bahan Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok Keramik Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
Unsur pembentuk ruang (dinding)
c. Ceiling Kelompok Kegiatan Kegiatan Pengelolaan Rehabilitasi Pendidikan Rehabilitasi Medis Service Tabel V. 4c
Alternatif Bahan Gypsumboard Panel kayu Gypsumboard Panel kayu Gypsumboard Panel kayu Gypsumboard Panel kayu Unsur pembentuk ruang (ceiling)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 202
7. Pemilihan Bentuk dan warna a. Bentuk Menggunakan bentuk bulat yang bersifat stabil dan terkesan aman, karena tidak memiliki sudut-sudut tajam yang membahayakan. Bentuk lain yang dipakai adalah kotak atau persegi yang bersifat murni dan rasional serta netral yang melambangkan keterbukaan dan egaliter. Selain itu menggunakaan bentuk bangun matematika sebagai ikon dalam mendesain furniture. b. Warna
Krem : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus, memberi ruangan berkesan kecil dan objek berkesan besar.
Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif, menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan membosankan bila terlalu banyak digunakan.
Hijau : Ceria namun kalem, kuat, segar, relaks, natural, membuat ruangan berkesan luas, namun jauh dari kesan mengundang depresi, dan menjemukan bila digunakan banyak.
commit to user
monoton, terlalu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 203
8. Interior Sistem
R. Pendidikan Orang Tua
R. Kelas
. Psikolog
RUANG
ALTERNATIF SISTEM INTERIOR Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan dengan kaca, dan logam melalui ceiling dan floor. Sistem buatan : Pencahayaan umum dicapai dengan penggunaan luminous ceiling, lampu tunggal, lampu flourecent Lampu fluorescent jenis colour matching/nor light Lampu pijar dalam armature dengan filter warna Sistem alami : Dengan kisi-kisi di dinding yang apabila diperlukan dapat dibuka dan ditutup Sistem buatan : Dengan menggunakan AC jenis split untuk menetralisir panas Diterapkan melalui pemakaian material komponen pembentuk ruang. Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Loket R. Tunggu
R. Ketrampilan
Perpustakaan
204
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 205
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
R. Terapi
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati ditutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lavatory
R. Guru
R. Kepala Sekolah & Wakil
206
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi didinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah Sistem alami : Menggunakan lubang angin atau ventilasi di dinding Sistem buatan : Dengan menggunakan exhaust fan Bahan berpori penyerap bunyi : gypsumboard Tabel V. 5
Interior Sistem
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 207
9. Sistem Keamanan Ruang
Kejahatn Manusia •
Seluruh Ruang
• •
Shock sensor / vibrationsensor CCTV (Close Circuit Television) Heavy duty door contact Tabel V. 6
Kebakaran • •
Pendeteksi panas (thermal detector) Sprinkle
Sistem keamanan
10. Furniture Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta secara umum adalah: 1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan fungsi dan kubutuhan yang ada (form follow function) 2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi manusia (ergonomic). 3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas di dalam (compatible). 4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko dalam ruang dan memberikan kenyamanan bagi penggunannya (savety) 5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif bagi dan memberikan efek psikologis bagi para penggunanya (positive effect) 6) Desain furniture harus bersifat fleksible dan dapat dipindah-pindahkan sehingga mampu untuk disesuaikan dalam segala kondisi ruang terkait, pengguna dan bahan (portable)
11. Aksesiblitas a. Akses masuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp untuk penyandang cacat. b. Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 208
C. Saran Sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ada di kalangan tuna daksa dengan melakukan pendekatan psikologis yang dituangkan ke dalam interior untuk memberikan taraf kehidupan yang lebih baik. Unsur-unsur interior seperti furniture, sirkulasi, bentuk dan warna, dan elemen estetis hendaknya dianalisis sesuai dengan fungsinya agar berkaitan dengan tema yang diinginkan agar mendukung capaian perwujudan interior yang diharapkan. Selain itu tema yang dikupas menjadi dasar pertimbangan unsurunsur interior sehingga mencapai hasil optimal dari ruang yang diinginkan
commit to user