JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
1
Perancangan dan Unjuk Kerja Engine Control Unit (ECU) iquteche pada motor Yamaha vixion Faizal Fahmi, Muhammad Nur Yuniarto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Jalan Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak-Motor bakar merupakan salah satu jenis motor torak dengan proses pembakaran berlangsung di dalam silinder (internal combustion) yang saat ini masih banyak digunakan terutama di bidang transportasi. Optimalisasi proses pembakaran mesin dapat membantu penghematan penggunaan bahan bakar. Salah satu usaha untuk mengoptimalisasi mesin adalah menggunakan ECU. ECU (Engine Control Unit) adalah sebuah perangkat elektronik yang berfungsi untuk mengatur operasi dari internal combustion engine. Penelitian ECU iquteche pada mesin Yamaha Vixion ini dilakukan dengan membandingkan unjuk kerja ECU iquteche pada motor yamaha Vixion dengan unjuk kerja ECU standard pada motor yamaha vixion. Pengujian pertama dilakukan menggunakan water break dynamometer untuk memperoleh tenaga maksimum mesin pada tiap tingkatan kecepatan dilakukan pada bukaan katup kupukupu penuh (full open throttle) dan pengaturan kecepatan yang diinginkan dilakukan dengan mengatur besarnya beban. Pada setiap perubahan putaran mesin (3000,3500, 4000, 4500, 5000,5500,6000, 6500, dan 7000 rpm) dilakukan pencatatan data dari putaran roller dynamometer yaitu torsi dan rpm. Pengujian kedua dilakukan pada inersia dynamometer untuk memperoleh mapping yang sesuai seperti saat mengendarai kendaraan di jalan. Hasil dari penelitian ini adalah engine control unit dapat bekerja dengan baik, ECU dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan bakar mesin Yamaha Vixion. Pengujian mesin Yamaha vixion dengan menggunakan ECU iquteche meningkatkan efisiensi sebesar 11,9%, peningkatan torsi 0,22 N.m, peningkatan daya 0,2 hp, peningkatan bmep 18,3 kpa, dan penurunan sfc 0,025 kg/hp.jam jika dibandingkan pada saat menggunakan ECU standard. Dari hasil pengujian ini maka dapat disimpulkan bahwa dengan proses mapping yang tepat dengan menggunakan ECU iquteche akan meningkatkan efisiensi lebih besar jika dibandingkan menggunakan ECU Standard.
Kata Kunci : ECU, iquteche, Yamaha vixion, dan derajat pengapian
I. PENDAHULUAN
Motor bakar merupakan salah satu jenis motor torak
dengan proses pembakaran berlangsung di dalam silinder (internal combustion) yang saat ini masih banyak digunakan terutama di bidang transportasi. Seiring dengan berkembangnya teknologi otomotif maka optimalisasi unjuk kerja mesin memberikan kontribusi yang sangat penting bagi peningkatan mutu kendaraan. Optimalisasi unjuk kerja mesin dapat membantu penghematan penggunaan bahan bakar serta
usaha mengurangi emisi gas buang pada kendaraan bermotor. Salah satu usaha untuk mengoptimalisasi mesin adalah menggunakan ECU. ECU (Engine Control Unit) adalah sebuah perangkat elektronik yang berfungsi untuk mengatur operasi dari internal combustion engine. manfaat menggunakan ECU ini akan menyebabkan waktu pengapian dan penyemprotan bahan bakar lebih presisi. Ada beberapa cara untuk memperoleh pembakaran yang sempurna diantaranya adalah mengontrol jumlah bahan bakar ke dalam mesin sehingga massa bahan bakar dapat diatur sesuai dengan kebutuhan mesin dan mongontrol proses pembakaran dengan timing advance pengapian yang tepat sehingga seluruh campuran bahan bakar dengan udara terbakar sempurna. ECU bekerja secara digital logic dengan sebuah mikrokontroller yang berfungsi mengolah data dengan proses membandingkan dan mengkalkulasi data untuk disesuaikan oleh kebutuhan mesin. Pengolahan data dari bebagai sensorsensor yaitu throttle position sensor (TPS), Intake Air Temperature sensor (IATS), Manifold Air Pressure (MAP), Crank Position Sensor, dan coolant temperature sensor. Informasi dari sensor-sensor tersebut akan diproses oleh mikrokontroller untuk memerintah actuator yaitu injector, coil, fuel pump, dan fan. Bruce Bowling dan Al Grippo (2001), Merancang ECU Megasquirt dengan microcontroller 8 bit 68HC908, dengan spesifikasi speed prosessornya 8 Mhz, 32 kB Flash dan 512 user Welly Yulli (2011) membuat ECU dengan microcontroller ATmega 128 8-bit dengan speed 16 MHz yang digunakan untuk mongontrol engine PEX dan honda revo yang digunakan untuk mengikuti lomba Shell Eco Marathon ASIA. Lukman Hasyim(2011), dalam penelitiannya unjuk kerja mesin PEX dengan menggunakan ECU iquteche dan karburator menyatakan mesin PEX dengan menggunakan ECU iquteche dapat menghemat bahan bakar hingga 7.23 % dari pada menggunakan system karburator pada mesin PEX. Mikrokontroller STM 32 F103 merupakan mikrokontroller keluarga ARM Cortex™-M3 32-bit RISC yang mempunyai kapasitas 512 Kbytes of Flash memory dan SRAM 6 Kbytes dan mampu beroperasi hingga mencapai frekuensi 72 MHZ.. Mikrokontroler ARM STM 32 F104 memiliki spesifikasi sebagai berikut:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1. Saluran I/O sebanyak 64 buah. 2. ADC 12 bit sebanyak 16 saluran. 3. 6 buah timer 2 buah 16 bit timer Dua buah PWM 16 bit. Dua buah Watchdog Timer dengan osilator internal. 4. Internal SRAM sebesar 6 kbyte. 5. Memory flash sebesar 512 kBytes. 6. 16 Interupsi Eksternal. 7. 6 komunikasi interface Tuning ECU iquteche terdiri dari tuning durasi injeksi dan advance pengapian. Pada tuning injeksi parameter input yang harus diketahui adalah Injector flowrate yaitu kemampuan dari injektor untuk menyemprotkan bahan bakar tiap jam, Volume silinder dari engine, Rpm limit yang berfungsi untuk membatasi putaran mesin, kalibrasi dari ADC throttle position sensor dan pick_up dari pengapian merupakan input dasar dari kebutuhan mesin. Dari semua input mesin tersebut maka akan mendapat nilai Req_fuel yang berfungsi untuk menjadi referensi Pulse Width injektor.
Setelah mendapatkan nilai Req_fuel maka untuk mendapatkan durasi dari injektor tiap rpm dan posisi throttle maka kita harus me-tuning dari volumetric efisiensi. Volumetrik efisiensi adalah kemampuan suatu mesin untuk memasukkan udara ke dalam silinder mesin pada langkah hisap. Adapun rumus volumetrik efisiensi adalah: Ketika nilai volumetrik efisiensi sudah didapatkan maka Pulse width dari injector akan diketahui: Pertimbangan pengujian suatu mesin ditentukan oleh unjuk kerja mesin. Unjuk kerja menjadi penting karena berkaitan dengan tujuan penggunaan mesin dan faktor ekonomisnya. Parameter unjuk kerja suatu motor pembakaran dalam spark ignition engine adalah sebagai berikut: 1. Torsi 2. Daya 3. Tekanan efektif rata-rata 4. Konsumsi spesifik bahan bakar 5. Efisiensi thermal II. METODOLOGI Penelitian ECU iquteche pada mesin Yamaha Vixion ini dilakukan dengan membuat rancangan eksperimen terlebih dahulu, ECU iquteche yang dirancang pada motor Yamaha vixion ini akan menggunakan microcontroller STM32 termasuk dalam keluarga ARM Cortex. STM32 adalah microcontroller RISC 32-bit daya rendah berbasis arsitektur RISC yang ditingkatkan. Microcontroller ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu 128 KB flash memory, CPU clock up to 72 Mhz, 16 channel internal ADC dengan resolusi 12 bit yang cukup baik
2 untuk digunakan sebagai ECU. Pemilihan didasarkan pada microcontroller yang mudah didapatkan dan pengkodean programnya relatif lebih mudah . Adapun skema dari ECU iquteche:
Gambar 2.1 Skema ECU iquteche
Perancangan ECU iquteche terdiri dari dua perancangan: A. Perancangan Firmware Firmware ECU ditulis dalam bahasa C yang terdiri dari beberapa program dan setiap program memiliki fungsi masing-masing: 1. .Main.c program utama dari program aplikasi. Program ini berfungsi untuk menjalankan fungsi-fungsi dari program lain secara bergantian karena jika program tidak dijalan kan secara bergantian dan berurutan maka akan menyebabkan program error sehingga mikrokontroller tidak dapat bekerja. 2. Ecu.c File program ini merupakan file terpenting dalam perhitungan pulse width yang diberikan ke injektor dan coil dan durasi nyala nya injektor dan busi tersebut ditentukan oleh perhitungan pulse width. 3. Init.c Code program ini merupakan code program yang penting dalam program aplikasi karena didalamnya terdapat aturan pemrograman microcontroller. Fungsi dari program init.c ini adalah untuk meregister signal output sensor-sensor yang sebagai input dari mikrokontroller sehingga mikrokontroller dengan jelas memproses signal dari sensorsensor input. 4. adc.c Pada sensor-sensor input dari ECU ini didominasi oleh analaog sensor maka file adc.c ini berfungsi untuk mengatur dari signal-signal input analog seperti MAP, IATS, Coolent temperature sensor, dan TPS. B. Perancangan Hardware Hardware ECU yang dirancang dalam penelitian ini sama seperti hardware kebanyakan ECU yang ada dipasaran yaitu mempunyai driver input, microcontroller, dan driver output injeksi, pengapian, pompa bensin, dan kipas radiator. Untuk memudahkan perancangan, hardware ECU dibagi dalam bagian-bagian. Blok diagram sistem hardware ECU seperti pada gambar berikut:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
3
Gambar 2.3 dynamometer
Gambar 2.2 Blok diagram skematik ECU
Pembuatan ECU Bahan yang Digunakan: ARM STM32 F103, Transistor, Resistor, Crystal, Capasitor, Optocoupler, Mosfet, Dioda, PCB, dan timah Alat yang digunakan: Solder, Tang Potong , Penyedot Timah Langkah-langkah pembuatan ECU iquteche: 1. Mendesain firmware ECU dengan menggunakan bahasa C pada compiler keil. Pada compiler ini terdapat library-library yang mendukung mikrokontroller ARM STM32 F103. 2. Meyimulasikan Firmware ECU pada software Proteus agar mengetahui firmware tersebut sudah berjalan dengan baik atau masih terdapat error . 3. Medesain rangkaian ECU pada software eagle. Pada software ini terdapat library-library yang mendukung komponen elektronik sehingga memudahkan kita dalam mendesain rangkaian hardware. 4. Membuat rangkaian hardware ECU. Mengetsa desain rangkaian di PCB yang sudah digambar pada software eagle setelah itu memasang komponen elektronik di PCB. 5. Men-download firmware ECU yang telah didesain dari software Keil ke rangkaian hardware ECU. Unjuk ECU iquteche pada Yamaha vixion ini akan digunakan dua metode: 1. Water Break Dynamometer Pada pengujian ini akan pengujian dilakukan pada kondisi full open throttle pada putaran mesin tertentu dengan waktu tertentu untuk mendapatkan nilai torsi dari suatu mesin. 2. Inersia Dynamomter Pengujian pada inersia dynamometer lebih ditekankan pada simulasi mengendarai kendaraan seperti pada saat mengendarai kendaraan di jalan dan pada inersia dynamometer ini yang diukur adalah percepatan dari roller. Dengan metode pengujian tersebut diharapkan akan menemupakan tuning/mapping timing advance pengapian dan durasi injector pada tiap putaran mesin. Pengujian ECU iquteche pada mesin Yamaha vixion: Alat dan bahan yang Digunakan: Mesin vixion, ECU iquteche, ECU standard (Moric), water break dynamometer, inersia dynamometer, AFR meter, oscilloscope, dan bahan bakar.
Langkah-langkah pengujian ECU iquteche: 1. Persiapan Pengujian Dilakukan pemeriksaan awal dulu terhadap minyak pelumas, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan selama percobaan. Mengisi bahan bakar pada tangki. Menaikkan sepeda motor di atas mesin Dynamometer . Memposisikan roda depan pada besi pengaman dan juga memposisikan roda belakang supaya tepat berada di atas roller. Mengikat sepeda motor tersebut dengan tali pengaman agar sepeda motor dapat berdiri tegak Menyalakan komputer yang tersambung dengan dynotest. Menyalakan laptop untuk mengatur mapping pada ECU. Memasang indikator RPM pada kabel koil. Memasang AFR meter sebagai display dari lambda sensor. Pengujian Mesin dihidupkan pada putaran idle selama 5 menit agar mesin bekerja pada suhu optimal. Mengatur mapping yang sesuai untuk kondisi idle. Mulai memakai roller dan Mengatur bukaan throttle sampai kondisi bukaan throttle yang diinginkan, kemudian melakukan mapping pada rpm dan bukaan throttle yang diinginkan. Menaikkan rpm hingga 4000 rpm pada gigi empat, setelah mendapatkan sinyal dari rekan uji coba, langsung putar gas hingga (wide open throttle), setelah rpm mencapai puncak kemudian lepas throttle gas. Pada setiap perubahan putaran mesin dilakukan pencatatan data sebagai berikut : 1. Torsi. 2. Daya. 3. Sfc(specific fuel consumption) 4. Efisiensi thermal III. HASIL DAN PEMBAHASAN Unit ECU iquteche A. Unit Input Rangkaian ini digunakan untuk mengkondisikan sinyal dari sensor. Rangkaian input rangkaian penguat dan filter yang digunakan untuk menguatkan hasil pembacaan pada sensor-sensor serta mengurangi adanya noise yang timbul.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1. Crank Position Sensor (RPM sensor) RPM sensor merupakan sensor terpenting pada ECU karena sensor ini digunakan sebagai acuan kapan injektor dan pengapian bekerja. Jika ada kesalahan dalam sensor ini akan sangat berpengaruh pada engine. RPM sensor menggunakan reluctor yang apabila ada pulsa dari tonjolan pick_up akan mengeluarkan pulsa tegangan. Pulsa tegangan yang dihasilkan berupa sine wave yang memiliki peak tegangan plus dan minus. Pulsa yang keluar dari reluktor memiliki tegangan yang berubah sebanding dengan kecepatan putaran mesin Karena pulsa yang keluar dari reluctor berupa sine wave yang belum bisa digunakan pada sistem digital maka pulsa tersebut harus diolah sehingga bisa digunakan sebagai logic signal. Untuk mengubah sine wave menjadi square wave diperlukan schmith trigger, pada ECU ini digunakan optocoupler H11L1M sebagai pengubah sinyal dari reluctor menjadi logic signal. Optocoupler H11L1M memiliki input opto yang sangat aman digunakan pada sistem input reluctor karena menjaga mikrokontroller dari tegangan tinggi dan noise yang masuk lewat reluctor. H11L1M menggunakan gallium-arsenide infrared emitting diode sebagai sebagai input yang sensitif dan stabil. Schmith trigger merupakan signal conditioning yang mengeluarkan sinyal square wave dengan filter noise yang sangat baik sehingga sinyal keluaran dari H11L1M adalah logic signal yang bersih. Pada pengujian dengan menggunakan reluctor sepeda motor mengeluarkan tegangan sine wave seperti gambar berikut:
4 untuk mengoperasikan injector signal tersebut harus diubah ke tegangan 12 volt. Penguatan tersebut menggunakan rangkaian driver yang komponen utamanya terdiri dari Optocoupler TLP 238 dan MOSFET IRF 530. Optocoupler TLP 238 berfungsi menghilangkaan menghindarkan signal dari noise dan menghasilkan square wave yang bersih dari noise, signal ini digunakan untuk memberi input pada power MOSFET. Power MOSFET yang digunakan adalah IRF530, dalam datasheet IRF530 memiliki Vdss 100 V, Rds < 0. 1 6 Ω dan Id 16 A. Karena resistansinya kecil maka disipasi panas pada MOSFET tidak terlalu besar. MOSFET ini juga memiliki kecepatan turn on dan turn off delay yang singkat, yaitu dengan turn on time sebesar 12 nanosekon dan turn off time sebesar 11 nanosekon. MOSFET ini sangat cepat sehingga sangat presisi bila digunakan untuk switching injector. MOSFET merupakan komponen sejenis transistor yang memiliki kapasitor pada gate. Keunggulan MOSFET adalah pada kecepatan swithching dan kemudahan pengaktifannya. IRF530 merupakan Nchannel MOSFET yaitu jika gate MOSFET diberi tegangan high MOSFET aktif dan sebaliknya untuk mematikan harus memberi tegangan 0 pada gate. IRF530 mempunyai karakteristik switching yang baik pada tegangan gate yang tinggi oleh karena itu pulsa injeksi dari microcontroller yang berupa logic level harus diolah dulu sehingga tegangan cukup untuk mengaktivkan MOSFET. Dengan kecepatan turn on dan turn off MOSFET pulse witdh yang diberikan ke injektor cukup akurat sesuai dengan input yang diatur tuning manager. Gambar berikut merupakan sampel hasil pengambilan signal injektor dan signal crank position sensor dengan oscilloscope.
Gambar 3.1 sinyal sine wave
Sinyal keluaran reluctor tersebut dianalisa menggunakan Oscilloscope dengan frekuensi 50 Hz, grafik vertikal 1 volt/div dan horizontal 10 ms/div. Reluctor menghasilkan tegangan plus dan minus 2 volt. Tegangan plus keluar pada awal pick up bertemu reluctor dan minus ketika pick up meninggalkan reluctor. Sinyal sine wave akan diubah menjadi square wave pada singnal conditioning. Bagian positif dari sinyal dipakai dan tegangan negatif diabaikan. Sehingga pembacaan sensor adalah pada saat awal pick up bertemu reluctor sensor. Gambar berikut adalah grafik sinyal 50 Hz pada oscilloscope dengan pulsa reluctor 2 volt/div dan sinyal output signal conditioning 5 volt/div.
Gambar 3.3 osciloscope Injeksi dan pengapian
C. Unit Unjuk Kerja Mesin 1. Analisa Menggunakan Water Break dynamometer Torsi
Gambar 3.2 perubahan sinyal sine wave menjadi square wave
B. Unit Output Pulse witdh yang keluar dari microcontroller merupakan logic signal 3,6 volt, sebelum digunakan
Gambar 3.4 Grafik Torsi vs rpm
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 Pada gambar menunjukkan bahwa torsi maksimum yang dihasilkan oleh ECU iquteche sebesar 12,01 N.m terjadi pada putaran engine 7000 rpm . Sedangkan Torsi maksimum yang dihasilkan oleh ECU standard sebesar 11,79 N.m terjadi pada putaran 7000 rpm. Hal ini menyebabkan kenaikan torsi sebanyak 1,87 % ketika menggunakan ECU iquteche dengan 12,01 N.m dari pada ECU standard dengan 11,79 N.m. Peningkatan tersebut dikarenakan AFR dari ECU iquteche sebesar 14 dan sudut pengapian 45 di majukan dari TMA pada putaran 7000 rpm sedangkan AFR dari ECU standard sebesar 11,3. Dengan AFR 14 dan sudut pengapian 45 di majukan dari TMA akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dibandingkan AFR 11,3 sehingga torsi yang dihasilkan lebih besar. Daya
Gambar 3.5 Grafik Daya vs rpm
Pada gambar menunjukkan bahwa daya maksimum yang dihasilkan oleh ECU iquteche sebesar 11,8 hp terjadi pada putaran engine 7000 rpm . Sedangkan Daya maksimum yang dihasilkan oleh ECU standard sebesar 11,6 hp terjadi pada putaran 7000 rpm. Hal ini menyebabkan kenaikan daya sebanyak 0,01 % ketika menggunakan ECU iquteche dengan 11,8 hp dari pada ECU standard dengan 11,6 hp. Peningkatan tersebut dikarenakan AFR pada 7000 rpm dari ECU iquteche sebesar 14 dan sudut pengapian 45 dimajukan sebelum TMA sedangkan AFR dari ECU standard sebesar 11,3. Dengan AFR 14 akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dibandingkan AFR 11,3 sehingga daya yang dihasilkan lebih besar. 2. Analisa menggunakan inersia dynamometer
Gambar 3.6 grafik torsi dan daya vs rpm
Analisa Torsi Torsi merupakan ukuran kemampuan engine untuk menghasilkan kerja. Dalam kehidupan sehari-hari torsi dari
5 engine berguna untuk mengatasi hambatan di jalan atau untuk mempercepat laju kendaraan. Dari grafik torsi fungsi putaran, terlihat adanya tren kenaikan torsi mulai dari putaran rendah hingga mencapai torsi maksimum pada putaran tertentu lalu torsi mengalami penurunan pada putaran engine yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi putaran engine, maka turbulensi aliran yang masuk ke ruang bakar akan semakin tinggi yang menyebabkan pencampuran udara dengan bahan bakar semakin baik serta perambatan api juga semakin cepat sehingga torsi akan meningkat. Setelah putaran semakin tinggi, maka akan semakin besar kerugian-kerugian yang terjadi. Beberapa kerugian yang mungkin terjadi pada putaran tinggi di antaranya gesekan dan adanya pembakaran yang kurang sempurna. Pada gambar 4.21 menunjukkan bahwa torsi maksimum yang dihasilkan oleh ECU iquteche sebesar 12,93 N.m terjadi pada putaran engine 7447 rpm . Sedangkan Torsi maksimum yang dihasilkan oleh ECU standard sebesar 12,15 N.m terjadi pada putaran 7865 rpm. Hal ini menyebabkan kenaikan torsi sebanyak 6,4 % ketika menggunakan ECU iquteche dengan 12,93 N.m dari pada ECU standard dengan 12,15 N.m. Peningkatan tersebut dikarenakan AFR dari ECU Iquteche sebesar 13,9 dan sudut pengapian 45,4 dari TMA sedangkan AFR dari ECU standard sebesar 10,9. Dengan AFR 13,9 akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dibandingkan AFR 10,9 sehingga torsi yang dihasilkan lebih besar. 4.6.2.b. Analisa Daya Besarnya daya motor sebanding dengan torsi yang terjadi. Secara teoritis, ketika putaran mesin meningkat, maka daya motor juga akan meningkat karena daya merupakan perkalian antara torsi dengan putaran poros. Dari grafik terlihat adanya tren kenaikan daya mulai dari putaran rendah hingga mencapai daya maksimum pada putaran tertentu lalu daya (bhp) mengalami penurunan pada putaran engine yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi putaran engine, maka turbulensi aliran yang masuk ke ruang bakar akan semakin tinggi yang menyebabkan pencampuran udara dengan bahan bakar semakin baik serta perambatan api juga semakin cepat sehingga daya akan meningkat. Pada gambar4.21 menunjukkan bahwa daya maksimum yang dihasilkan oleh ECU Iquteche sebesar 14,5 hp terjadi pada putaran engine 8703 rpm . Sedangkan Daya maksimum yang dihasilkan oleh ECU standard sebesar 14,1 hp terjadi pada putaran 8827 rpm. Hal ini menyebabkan kenaikan daya sebanyak 0,03 % ketika menggunakan ECU Iquteche dengan 14,5 hp dari pada ECU standard dengan 14,1 hp. Peningkatan tersebut dikarenakan AFR pada 8703 rpm dari ECU Iquteche sebesar 13,9 dan sudut pengapian 46,7 dimajukan sebelum TMA sedangkan AFR dari ECU standard sebesar 10,9. Dengan AFR 13,9 akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dibandingkan AFR 10,9 sehingga daya yang dihasilkan lebih besar.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 IV. KESIMPULAN Setelah peneliti melakukan rancang bangun dan analisa terhadap engine Control Unit (ECU) terhadap mesin Yamaha Vixion, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. ECU yang telah dibuat bekerja dengan baik, dapat diaplikasikan sebagai kontroller injeksi bahan bakar dan pengapian pada mesin Yamaha Vixion. Engine bekerja dengan baik dari putaran rendah sampai putaran tinggi 2. Mapping/tuning injeksi dan sudut pengapian menggunakan ECU iquteche didapatkan sebagai berikut: 3. Injeksi
4. Pengapian
3. Dengan mapping/tuning injeksi bahan bakar dan sudut pengapian yang diperoleh dari ECU iquteche terjadi peningkatan efisiensi sebesar 11,9 % dari penggunaan ECU standard (MORIC). [1] [2]
[3] [4] [5]
V. DAFTAR PUSTAKA
Indraguna, Vanebula Eka.2006.”Electronic Fuel Injection Controller For Natural Gas Vehicle Motorcycle”. Faculty of Electrical Engineering, Universiti Teknologi Malaysia. Lee,Wootaik, Hong Jong-pyo. 2003.”Towards a seamless development process for automotive engine-control system”. Automotive Control & Electronics Laboratory, Department of Automotive Engineering, Hanyang University, South Korea. Heywood, John B. 1988. “ Internal Combustion Engine Fondamentals”. Mc Graw Hill Book Co. Inc, New York. Yuli, Welly. 2011. “ Perancangan Engine Management System Sapu Angin I”. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Hasyim, Lukman. 2012. “Studi Pengaruh Penambahan Sistem Kontrol Injeksi, Rasio Kompresi dan Isolasi terhadap Kenaikan Efisiensi Mesin Paijo Experiment”. Institut Tekonologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
6