“Pengaruh Brand Community Terhadap Loyalitas Merek Sepeda Motor Yamaha Vixion” (Deskripsi penelitian di Kec. Ambulu Kab. Jember)
Rifki Agung Pambudi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 165 Malang Email :
[email protected]
ABSTRACT Tougher competition for market indirectly force motorcycle manufacturers to maintain customer loyalty. With the rise of emerging community that no other marks is the community taking a brand and model of vehicle, car manufacturers believe that community is a potential market of the future. The problem we face is the consumer brand loyalty will be very necessary for a company to maintain its market share. Brand Community how can automakers maintain fidelity to the members of the brand community. This research analyzes the influence of brand communities to brand loyalty. This study uses multiple regression analysis with SPSS version 11.5. This data collection method uses a questionnaire to members of the community of Yamaha Vixion in Ambulu. Questionnaire method used to determine further what factors were behind the brand loyalty of Yamaha Vixion so community members decided to remain faithful to use the Yamaha Vixion. Questionnaires were distributed 40 questionnaires. The results showed six variables: the legitimacy of the brand community, oppositional brand loyalty, celebrating the history of the brand, sharing brand stories, integrating and retain members, and assisting in the use of the brand, which is significant oppositional brand loyalty, sharing brand stories, integrating and retain members, and assisting in the use of the brand. Keywords: brand loyalty, brand community Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk dari perusahaan Indonesia, disisi lain, keadaan tersebut memunculkan persaingan yang semakin ketat baik anatar perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing Durianto,Sugiarto & Sitinjak (2001). Hal seperti ini dapat dilihat pada persaingan pada sepeda motor. Indonesian Commercial Inteligence (2009) menyatakan bahwa industri sepeda motor nasional
merupakan insdustri yang masih terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ini di dorong oleh kebutuhan masyarakat akan laat transportasi yang murah dan fleksibel. Tren persaingan yang ketat menduduki posisi nomor satu di industri sepeda motor nasional sebetulnya sudah sudah terlihat dari dahulu. Honda, yang biasanya menduduki tempat teratas, selalu bersaing ketat dengan Yamaha. Salip-menualip antara Yamaha dan Honda tidak hanya pada arena balap, tapi juga di angka penjualan sepeda motor. Setelah menjadi runner up di belakang Honda di tiga bulan pertama 2009, Yamaha
berhasil menyalip penjualan Honda di April 2009. Ini mengulang sukses pada Desember 2008. Saat itu, Yamaha juga menyusul penjualan Honda (Indonesian Commercial Inteligence 2009). Menurut data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia, selama April 2009, Yamaha berhasil menjual 189.082 unit sepeda motor, atau menguasai 49 % pasar motor nasional. Honda ada di posisi kedua dengan penjualan 155.789 uni (40,3%) disusul Suzuki 36,901 unit (9,6%), dan Kawasaki 3,384 unit (1%). Data kumulatif ini menunjukan, selisih total penjualan Honda dan Yamaha semakin menipis. Hingga Maret 2009, jarak penjualan keduanya masih sekitar 44.970 unit. Sementara hingga April lalu, total penjualan Yamaha hanya lebih rendah 11.677 unit disbanding penjualan Honda (Indonesian Commercial Inteligence 2009). Durianto dkk (2001) berpendapat bahwa salah satu asset untuk merebut pangsa pasar tersebut adalah merek yang dewasa ini berkembang menjadi sumber asset terbesar bagi perusahaan. Kotler ( dalam Simamora, 2002) menyebutkan bahwa merek merupakan nama, symbol, desain atau kombinasi hal – hal tersebut, yang ditunjukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi atau membedakan barang atau layanan suatu penjalan lain. Sciffman dan Kanuk (2004) definisi loyalitas merek yang umum dipakai oleh para pemasar adalah suatu sikap dan perilaku konsumen terhadap suatu merek. Konsumen akan memeiliki prefensi terhadap satu merek alternative. Pengukuran sukap konsumen terhadap suatu merek meski banyak tersedia merk alternative. Pengukuran sikap konsumen terhadap suatu merek menyangkut seluruh perasaan konsumen mengenai produk dan merek serta kecendurungan meraka untuk membeli produk dan merek tersebut. Pengukuran perilaku bergantung pada respon perilaku
konsumen yang telah diberi sebuah stimulus yang bertujuan untuk mempromosikan produk dan merek alternatif. Anker (2006) menyatakan bahwa loyalitas merek mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan satu merek produk. Sekali mereka loyal terhadap produk atau jasa tertentu, bias jadi sepanjang hidup mereka menggunakan produk dan jasa tersebut. Sehingga para konsumen yang loyal merupakan sumber pendapatan perusahaan yang bisa diandalkan sekaligus kunci kesuksesan suatu perusahaan (Djatmoko,2005). Bagi pemasar, kesetiaan atau loyalitas pelanggan bisa menjadi barometer kelangsungan perusahaan. Karena dengan pelanggan setia, perusahaan mendapat jaminan produknya akan terus dibeli dan bsinis kedepan akan lancer. Pelanggan yang setia tidak akan berpindah ke merek lain walaupun diberi iming-iming yang menggiurkan Durianto dkk (2001). Menurut Muniz dan O’Guin (2001), komunitas merek adalah sesuatu yang spesial, hubungan yang tak terbatas wilayahnya, berdasarkan kepada seperangkat struktur hubungan sosial diantara pecinta merek. Konsep ini digagaskan dalam sebuah jurnal penelitian konsumen, yaitu gagasan dalam dunia pemasaran yang memberikan sense of belonging bagi para pelanggannya. Loyalitas merek dipengaruhi oleh faktor social driver, yaitu lingkungan sosial di sekitar konsumen mempengaruhi siikap konsumen terhadap suatu merek, diantaranya adalah social group dan peer recommendation. Kelompok sosial berpengaruh secara langsung terhadap sikap dan perilaku seeorang. Suatu kelompok akan menjadi refrensi utama seseorang dalm membeli suatu produk. Pengaruh kelompok refrensi yang kuat dengan mudah dapat mengubah perilaku angotanya atau calon anggotanya Gounaris & Stathakophulus, (2004).
Dalam membentuk loyalitas merek adalah kepuasaan, Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan (perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir, 2005). Kotler (2000) mengatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara kinerja produk yang ia rasakan dengan harapannya. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian (Tse dan Wilson dalam Nasution, 2004). Dalam hal ini yang menjadi alasan mengapa loyalitas merek menjadi salah tolok ukur bagaimana kondisi suatu merek tertentu dalam siklus pemasaran dan produktifitas, dikarenakan loyalitas merek merupakan satu impact yang muncul dari konsumen terhadap merek, sehingga hal ini dapat membuktikan kondisi merek atau posisi merek tertentu dengan mengukur menggunakan loyalitas merek. Salah satu contoh dari social group adalah virtual group dan brand community. Para produsen sangat tertarik dalam mempelajari tentang, mengorganisasi, dan mengfasilitasi suatu brand community McAlexander, Schouten, and Keaning (2002). Banyak alasan yang mendasari keterkaitan tersebut, diantaranya kemampuan brand community dalam mempengaruhi presepsi dan tindakan anggotanya, serta untuk mempelajari evaluasi konsumen terhadap kebijakan perusahaan terutama tentang produk Brown, Koznets and Shery (2003) Peneliti mengambil objek penelitian pada komunitas motor Yamaha Vixion Community Ambulu (YVCA). Dan komunitas ini saling berhubungan dengan komunitas Yamaha vixion seluruh Indonesia.Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa komunitas tersebut anggotanya terus bertambah dari waktu ke waktu. Hal ini menyatakan komunitas mempunyai andil dalam pemasaran akan sebuah produk. Di sini peneliti ingin meneliti pada komunitas sepeda motor di Kota Ambulu Kabupaten Jember. Dimana di Kota Ambulu terdapat berbagai macam komunitas otomotif mulai dari mobil hingga sepeda motor dari berbagai merek dan tipe. Dalam hal ini mengapa penilti memilih sepeda motor Yamaha Vixion sebagai objek penelitian dikarenakan peranan merek sepeda motor Yamaha Vixion sangat besar dalam dunia otomotif, kalau kita menyadari yang menjadi top of mid merek sepeda motor ada dua yaitu Yamaha dan Honda, maka dari itu untuk mendapat data yang akurat dan maksimal maka peneliti memilih merek sepeda motor Yamaha Vixion sebagai Objek Peneltian. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk memahami dan membahas tentang brand community dan pengaruhnya terhadap loyalitas merek melalui penelitian yang berjudul : “Pengaruh Brand Community Terhadap Loyalitas Merek Sepeda Motor Yamaha Vixion (Deskripsi Di Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember)” Landasan Teori 2.1.5. Loyalitas Merek Loyalitas secara harfiah diartikan kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang terhadap suatu objek. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. Ada banyak definisi loyalitas merek ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Definisi yang umum dipakai adalah penjelasan bahwa loyalitas merek merupakan suatu preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan
pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifikasi atau pelayanan tertentu. Loyalitas menurut Mowen dan Minor (2008) adalah kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap yang positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen terhadap merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang. Pernyataan yang sama berasal dari Dharmmesta (1999) dalam Fandi Tjiptono (2006) yang menyatakan bahwa loyalitas menunjukkan kecenderungan pelanggan untuk menggunakan suatu merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi. Hal ini berarti loyalitas selalu berkaitan dengan preferensi pelanggan dan pembelian aktual. Pernyataan yang terkait dengan tingkat konsistensi ini juga berasal dari Oliver (1999) dalam Fandi Tjiptono (2006) yang menyatakan, bahwa loyalitas merek merupakan komitmen yang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang disukai secara konsisten dimasa datang, sehingga menimbulkan pembelian merek atau rangkaian merek yang sama secara berulang, meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi untuk menyebabkan perilaku beralih merek. 2.1.7. Merek Keahlian dari pemasar yang sangat profesional adalah kemampuannya untuk menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek. Para pemasar mengatakan bahwa pemberian merk adalah seni dan bagian paling penting dalam pemasaran. Menurut American Marketing Association (Kotler, 2000), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau kelompok
penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Pengertian Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan (perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir, 2005). Kotler (2000) mengatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara kinerja produk yang ia rasakan dengan harapannya. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian (Tse dan Wilson dalam Nasution, 2004) 2.1.11. Brand Community Brand community adalah suatu komunitas yang disusun atas dasar kedekatan dengan suatu produk atau merek. Perkembangan terakhir dalam pemasaran dan penelitian perilaku konsumen sebagai hasil dari hubungan antara merek, identitas individu dan budaya. Diantara konsep yang menjelaskan perilaku konsumen dengan suatu merek tertentu. Komponen-komponen Brand Community Muniz dan O’Guin (2001), dalam jurnal yang berjudul Brand Community, menemukan bahwa terdapat tiga tanda penting dalam komunitas, yaitu : Consciousness of kind ( kesadaran bersama ) Elemen terpenting dari komunitas adalah kesadaran masyarakat atas suatu jenis produk, dan ini jelas terlihat dalam komunitas. Setiap anggota saling berbagi (share) seperti yang dikemukakan oleh Bender (1978) yang menggambarkan seperti “we-ness”. Setiap anggota merasa bahwa hubungannya dengan merek itu penting, namun lebih penting lagi, mereka merasa hubungannya lebih kuat satu sama lain sesama anggota. Anggota merasa bahwa
mereka yang saling mengenal, walaupun mereka tidak pernah bertemu. Segitiga ini adalah konstelasi sosial yaitu pusat dari komunitas merek Cova’s (1997) dalam Muniz dan O’Guin (2001penegasan bahwa link lebih penting dari suatu hal. Didalam indikator Conciousness of Kind ini terdapat dua elemen, yaitu: Legitimacy (Legitimasi) Legitimasi adalah proses dimana anggota komunitas membedakan antara anggota komunitas dengan yang bukan anggota komunitas, atau memiliki hak yang berbeda. Dalam konteks ini merek dibuktikan atau ditunjukkan oleh “yang benar-benar mengetahui merek” dibandingkan dengan “alasan yang salah” memakai merek. Alasan yang salah biasanya dinyatakan oleh kegagalan dalam menghargai budaya, sejarah, ritual, tradisi, dan simbol-simbol komunitas. Opposotional Brand Loyalty (Loyalitas Merek Oposisi) Komunitas merek oposisi adalah proses sosial yang terlibat selain kesadaran masyarakat atas suatu jenis produk (Conciousness of kind). Melalui oposisi dalam kompetisi merek, anggota komunitas merek mendapat aspek pengalaman yang penting dalam komunitasnya, serta komponen penting pada arti merek tersebut. Ini berfungsi untuk menggambarkan apa yang bukan merek dan siapakah yang bukan anggota komunitas merek. Rituals and tradition ( ritual dan tradisi ) Ritual dan tradisi juga nyata adanya dalam komunitas merek. Ritual dan tradisi mewakili proses sosial yang penting dimana arti dari komunitas itu adalah mengembangkan dan menyalurkan dalam komunitas. Beberapa diantaranya berkembang dan dimengerti oleh seluruh anggota komunitas, sementara yang lain lebih diterjemahkan dalam asal usulnya dan diaplikasikan.
Celebrating The History Of The Brand (Merayakan Sejarah Merek) Menanamkan sejarah dalam komunitas dan melestarikan budaya adalah penting. Pentingnya sejarah merek yang juga tampak jelas tertera di halaman web yang dikhususkan. Adanya konsistensi yang jelas ini adalah suatu hal yang luar biasa. Sharing Brand Stories (Berbagi Cerita Merek) Berbagi cerita pengalaman menggunakan produk merek adalah hal yang penting untuk menciptakan dan menjaga komunitas. Cerita berdasarkan pengalaman memberi arti khusus antar anggota komunitas, hal ini akan menimbulkan hubungan kedekatan dan rasa solidaritas antar anggota. Moral responsibiliy ( rasa tanggung jawab moral ) Komunitas juga ditandai dengan tanggungjawab moral bersama. Tanggungjawab moral adalah memiliki rasa tanggungjawab dan berkewajiban secara keseluruhan, serta kepada setiap anggota komunitas. Rasa tanggungjawab moral ini adalah hasil kolektif yang dilakukan dan memberikan kontribusi pada rasa kebersamaan dalam kelompok. Tanggungjawab moral tidak perlu terbatas untuk menghukum kekerasan, peduli pada hidup. Sisitem moral bisa halus dan kontekstual. Demikianlah halnya dengan komunitas merek. Sejauh ini tanggungjawab moral hanya terjadi dalam komunitas merek. Hal ini nyata paling tidak ada dua hal penting dan misi umum tradisional, yaitu : 1) Integrating and retaining members (Integrasi dan Mempertahankan Anggota) Dalam komunitas tradisional memperhatikan pada kehidupan umum. Perilaku yang konsisten dianggap sebagai dasar tanggungjawab keanggotaan komunitas. Untuk memastikan kelangsungan hidup jangka panjang yang diperlukan untuk
mempertahankan anggota lama dan mengintegrasikan baru. Tradisional masyarakat di sana adalah adanya kesadaran moral sosial. 2) Assisting in the use of the brand (Membantu Dalam Penggunaan Merek) Tanggungjawab moral meliputi pencarian dan membantu anggota lain dalam penggunaan merek. Meskipun terbatas dalam cakupan, bantuan ini merupakan komponen penting dari komunitas. Sebagian besar informan melaporkan telah membantu orang lain baik yang dikenal maupun tidak. Ini adalah sesuatu yang mereka lakukan “tanpa berpikir,” hanya bertindak dari rasa tanggungjawab yang mereka rasakan terhadap anggota komunitas. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini yang akan dilakukan termasuk penelitian Explanatory, Explanatory Research adalah peneltian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel – variabel penelitian melalui uji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel – variabel bebas terhadap variabel terikatnya serta besar arah hubungan yang terjadi Sugiyono (2008). Lokasi Penelitian di Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Pengambilan sampel atau sampling berarti mengambil suatu bagian dari populasi sebagai wakil (represesntasi) dari populasi itu. Sampling Menurut Sugiyono (2003) adalah teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Non Probability Sampling dimana teknik pengambilan sampel ini tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel Sugiyono (2011. Untuk melengkapi penelitian ini, maka perlu didukung oleh data yang lengkap dan akurat. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer Menurut Sugiarto (2002) data primer merupakan data yang di dapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan. Jadi data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya melalui wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data primer ini diperoleh dari komunitas yang menjadi objek dalam penelitian ini. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, bukan dari pihak peneliti sendiri untuk tujuan yang lain (Istijanto, 2005). Data sekunder diperoleh dari berbagai bahan pustaka, baik berupa buku, jurnal-jurnal dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan materi kajian tentang Brand Community dan loyalitas merek. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3Wawancara Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan individual menggunakan pertanyaan lisan kepada subjek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999) dalam Sugiyono (2009). Data yang dkumpulkan umumnya berupa masalah yang bersifat kompleks, sensitif atau kontroversial. Dari wawancara ini, periset akan memperoleh informasi spontan dan mendalam dari setiap responden. Kuesioner Menurut Rangkuti (1997) dalam Sugiyono (2009) tujuan kuesioner adalah memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei, memperoleh informasi dengan tingkat keandalan dan tingkat keabsahan setinggi mungkin. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan
sendiri oleh responden tanpa bantuan dari pihak peneliti. Pertanyaan yang diajukan pada responden harus jelas dan tidak meragukan responden. Dengan melakukan penyebaran kuesioner responden untuk mengukur persepsi responden digunakan Skala Likert (Freddy Rangkuti, 1997) dalam Sugiyono (2009). 3. Studi Pustaka Mempelajari literatur atau buku-buku yang relevan, surat kabar, jurnal, artikel, maupun penelitian atau tulisan ilmiah yang berkaitan. 4. Observasi Observasi menurut Sugiyono (2009) suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diteliti. Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk mewakili pendapat dari responden. Nilai untuk skala tersebut adalah: a. Sangat Setuju : 5 b. Setuju : 4 c. Netral : 3 d. Tidak Setuju : 2 e. Sangat Tidak Setuju : 1 Alat uji yang digunakan untuk menguji instrumen penelitian ini beupa uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji F dan uji t dan uji dominan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Gujarati dalam Ghozali (2001) menjelaskan bahwa analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/ bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi ratarata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Karena satuan
dari Legitimasi (X1) Loylitas Merek Oposisi (X2) Merayakan Sejarah Merek (X3) Berbagi Cerita Merek (X4) Integrasi dan Mempertahankan Anggota (X5) Membantu Dalam Penggunaan Merek (X6).belum sama, maka perlu disamakan dahulu dengan menggunakan standardized beta, sehingga tidak ada konstantanya Ghozali, (2001). Oleh karena itu, persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Dimana : Y = Loyalitas merek b1 = Koefisien regresi Legitimasi b2 = Koefisien regresi Loyalitas Merek Oposisi b3 = Koefisien regresi Merayakan Sejarah Merek b4 = Koefisien regresi Berbagi Cerita Merek b5 = Koefisien regresi Integrasi dan Mempertahankan Anggota b6 = Koefisien regresi Membantu Dalam Penggunaan Merek X1 = Legitimasi X2 = Loylitas Merek Oposisi X3 = Merayakan Sejarah Merek X4 = Berbagi Cerita Merek X5 = Integrasi dan Mempertahankan Anggota X6 = Membantu Dalam Penggunaan Merek e = Varians pengganggu HASIL DAN ANALISIS Analisis Regresi Linear Berganda Proses analisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dilakukan beberapa tahapan untuk mencari pengaruh antara variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adakah variabel legimitasi (X1), lolaylitas merek oposisi (X2), membantu dalam penggunaan merek (X3), merayakan sejarah merek (X4), berbagi cerita merek (X5), dan integrasi dan
mempertahankan anggota (X6). Sedangkan varibel dependen dalam peneltian ini adalah variabel loyalitas merek (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 11.5 dapat ringkasan seperti pada Tabel 4.16. 1. β1 = -0,327 Merupakan nilai koefisen beta variabel legimitasi (X1). Koefsien beta bernilai negatif menunjukan pengaruh berlawanan arah, artinya jika legimitasi mempengaruhi anggota komunitas, maka loyalitas merek berkurang. 2. β2 = -0,117 Merupakan nilai koefisen beta variabel loyalitas merek oposisi (X2). Koefsien beta bernilai negatif menunjukan pengaruh berlawanan arah, artinya jika loyalitas merek oposisi mempengaruhi anggota komunitas, maka loyalitas merek berkurang. 3. β3 = 1,154 Merupakan nilai koefisen beta variabel merayakan sejarah merek (X3). Koefsien beta bernilai negatif menunjukan pengaruh berlawanan arah, artinya jika merayakan sejarah mempengaruhi anggota komunitas, maka loyalitas merek berkurang. 4. β4 = -0,154 Merupakan nilai koefisen beta variabel berbagi cerita merek (X4). Koefsien beta bernilai positif menunjukan pengaruh searah, artinya jika berbagi cerita merek mempengaruhi anggota komunitas, maka loyalitas merek bertambah. 5. β5 = 0,706 Merupakan nilai koefisen beta variabel integrasi dan mempertahankan anggota (X5). Koefsien beta bernilai positif menunjukan pengaruh searah, artinya jika besar integrasi dan mempertahankan anggota mempengaruhi anggota komunitas, maka loyalitas bertambah 6. β6 = 0,506 Merupakan nilai koefisen beta variabel membantu dalam penggunaan merek (X6). Koefsien beta bernilai positif menunjukan
pengaruh searah, artinya jika membantu dalam penggunaan merek mempengaruhi anggota komunitas, maka loyalitas merek bertambah. Model regresi tersebut memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 0,417. Hal ini berarti bahwa model regresi yang menjelaskan pengaruh antara variabel legimitasi (X1), lolaylitas merek oposisi (X2), membantu dalam penggunaan merek (X3), merayakan sejarah merek (X4), berbagi cerita merek (X5), dan integrasi dan mempertahankan anggota (X6) terhadap loyalitas merek (Y) sebesar 41,7% dan sisanya sebesar 58,3% dijelaskan oleh variabel lain yang terdeteksi tetapi tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Berdasarkan Tabel 4.18, dapat dilihat bahwa nilai sig.0,000 ata lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,000 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi analisis regresi berganda dan uji F ini dapat diketahui bahwa logimitasi, loyalitas merek oposisi, membantu dalam penggunaan merek, merayakan sejarah merek, berbagi cerita merek, dan integrasi dan mempertahankan anggota berpengaruh simulan terhadap dan sigifikan terhadap loyalitas merek. 1. Variabel legimitasi (X1) mempunyai signifikansi sebesar 0,181 atau lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Dengan kata lain nilai 0,181 > 0,05 sehingga diputuskan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belum cukup bukti bahwa legimitasi memiliki pengaruh yang nyata terhadap loyalitas merek dengan kesalahan sebesar 5%. 2. Variabel loyalitas merek oposisi (X2) mempunyai signifikansi sebesar 0,472 atau lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Dengan kata lain nilai 0,472 > 0,05 sehingga diputuskan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belum cukup bukti bahwa leoyalitas merek oposisi memiliki
pengaruh yang nyata terhadap loyalitas merek dengan kesalahan sebesar 5%. 3. Variabel merayakan sejarah merek (X3) mempunyai signifikansi sebesar 0,360 atau lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Dengan kata lain nilai 0,360 > 0,05 sehingga diputuskan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belum cukup bukti bahwa merayakan sejarah merek memiliki pengaruh yang nyata terhadap loyalitas merek dengan kesalahan sebesar 5%. 4. Variabel berbagi cerita merek (X4) mempunyai signifikansi sebesar 0,028 atau lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Dengan kata lain nilai 0,028 > 0,05 sehingga diputuskan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belum cukup bukti bahwa berbagi cerita merek memiliki pengaruh yang nyata terhadap loyalitas merek dengan kesalahan sebesar 5%. 5. Variabel integarsi dan mempertahankan anggota (X5) mempunyai signifikansi sebesar 0,245 atau lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Dengan kata lain 0,245 > 0,05 sehingga diputuskan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belum cukup bukti bahwa mengatakan integrasi dan mempertahankan anggota memiliki pengaruh yang nyata terhadap loyalitas merek dengan kesalahan sebesar 5%. 6. Variabel membantu dalam penggunaan merek (X6) mempunyai signifikansi sebesar 0,003 atau lebih besar dari nilai probabilitas 0,05. Dengan kata lain nilai 0,003 < 0,05 sehingga diputuskan H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belum bahwa membantu dalam penggunaan merek memiliki pengaruh yang nyata terhadap loyalitas merek dengan kesalahan sebesar 5%. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdsarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji hipotesis yang ditolak hanya variabel membantu dalam penggunaan merek dengan demikian variabel membantu dalam penggunaan merek berpangaruh terhadap loyalitas merek Yamaha Vixion 2. Hasil uji hipotesis yang diterima diantaranya Variabel legimitasi, lolaylitas merek oposisi, merayakan sejarah merek, berbagi cerita merek, dan integrasi dan mempertahankan anggota diketahui tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap loyalitas merek sepeda motor Yamaha Vixion,dikarenakan ada beberapa hal yang mendasari diantaranya, komunitas YVCA terbilang masih muda dari awal pembentukan yaitu 26 Oktober 2011, sehingga bebrapa variabel yang lain belum memenuhi kriteria yang berpengaruh terhadap loyalitas merek sepeda motor Yamaha Vixion, sehingga hanya membantu dalam pemggunaan merek yang berpengaruh terhadap loyalitas merek sepeda motor Yamaha Vixion. 5.2 Saran Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Meskipun diketahui bahwa legimitasi , lolaylitas merek oposisi , merayakan sejarah merek , berbagi cerita merek , dan integrasi dan mempertahankan anggota tidak berpangaruh terhadap loyalitas merek tetapi semua variabel yang disebutkan menjadi hal penting dalam membentuk komunitas yang solid, teroganisir dengan baik demi kebaikan komunitas YVCA dan juga meningkatkan loyalitas merek Yamaha Vixion. 2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan cakupan yang lebih luas lagi dari penelitian terdahulu yang belum sempat diteliti dalam penelitian ini, sehingga dapat
yang
O’Guinn,Muniz.2001.Manajemen Pemasaran.Edisi Kedua.Salemba Empat.Jakarta.
Durianto, D., Sitinjak, T. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Purbaningtyas, Retno.2009. Pengaruh Brand Community Terhadap Loyalitas Merek (Studi Pada Komunitas Motor Jakarta Mio Club.Skripsi.Progam Studi Manajemen Bisnis.Bogor. Sekaran.2006. Manajemen Pemasaran. Tim Indeks (Penterjemah). 2006. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta
diketahui faktor-faktor lain mempengaruhi loyalitas merek. DAFTAR PUSTAKA
Hadi.2000. Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat Hasan, Ali. 2008. Marketing. Yogyakarta: Media Pressindo. Imam,Ghozali. 2001. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Undip. Imam,Ghozali.2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Undip. Kotler, Philip, 2006. According to Kotler, Edisi Pertama. Terjemahan, Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kotler, Pihlip, 2002, Manajemen Pemasaran, Jilid 1,2, Salemba Empat, Jakarta. Kotler Keller, 2006., Management, Manajemen Penerjemah Benyamin
Marketing Pemasaran,
Mowen, C. & Minor, M. 2008. Perilaku konsumen. Bandung : Erlangga. Riduwan. 2004. Statistika untuk Lembaga & Instansi Pemerintah/Swasta. CV. Alfabeta, Bandung.
Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. 2004. Consumer Behaviour (8th ed). New Jersey: Printice Hall. Sugiyono.2009. Metode Kuantitatif Kualitatif R&D.Alfabeta.Bandung
Peneltian dan
Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiarto.2002. Manajemen Pemasaran. Tim Indeks (Penterjemah). 2006. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Sujianto, Agus.2002. Aplikasi dengan SPSS 11.5. PT. Pustaka.Jakarta.
Statistik Prestasi
Tjiptono, Fandy. 2006. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Edisi keempat. Yogyakarta. Penerbit Andi Yudianto,Yefri.2010.Pengaruh Brand Community Terhadap Loyalitas Merek Sepeda Motor Yamaha.Skripsi.Progam Studi Manajemen Universitas Diponegoro.