PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PADA KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN CHILLER WATER REFRIGERASI ABSORPSI MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH3-H2O) Nama Mahasiswa
: Radityo Dwi Atmojo
NRP
: 2108 100 613
Jurusan
: Teknik Mesin FTI-ITS
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Djatmiko Ichsani, M.Eng
PENDAHULUAN Penggunaan balok es pada palka kapal nelayan ikan untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam setiap pelayaran yang dilakukan nelayan kurang efisien dan kurang praktis. Sehingga penulis merancang cold storage untuk mengganti penggunaan balok es. Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah mengenai perancangan beserta analisa performansi cold storage untuk ikan. Disamping itu akan direncanakan (design) pula evaporator untuk chiller water sebagai media pendingin pada cold storage.
DASAR TEORI 1. Beban Pendinginan Beban pendinginan merupakan jumlah energi panas yang harus dikeluarkan dari dalam ruangan oleh mesin pendingin untuk mendapatkan kondisi ruangan yang diinginkan. Berdasarkan jenisnya, beban pendinginan dibedakan menjadi dua yaitu beban eksternal dan beban internal. Beban eksternal adalah beban kalor yang masuk dari luar ruangan ke dalam ruangan yang terdiri dari beban transmisi melalui dinding luar, atap, dan kaca, beban radiasi matahari melalui kaca, beban infiltrasi, dan beban ventilasi. Sedangkan beban internal ialah beban kalor yang bersumber dari dalam ruangan itu sendiri. Beban ini terdiri dari beban partisi, beban penerangan, beban penghuni, dan beban peralatan. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada Gambar 2.6 yang merupakan contoh beban pendinginan diruang palka ikan.
Beban Infiltrasi
Beban Produk Beban Transmisi
Gambar 2.6 Ilustrasi Beban-beban Pendinginan
1.1
Beban Infiltrasi Beban ventilasi terjadi karena udara segar dimasukkan ke dalam ruangan yang
dikondisikan untuk keperluan tambahan oksigen. Sedangkan beban infiltrasi terjadi karena adanya udara luar yang masuk ke dalam ruangan melalui celah-celah pintu, jendela, dinding, plafon, dan lain sebagainya atau pada saat pintu dan jendela terbuka. Udara luar yang masuk melalui ventilasi maupun infiltrasi akan menjadi beban pendinginan tambahan bagi ruangan yang dikondisikan. Namun untuk kasus udara ventilasi biasanya adalah udara luar yang sengaja dimasukkan melalui unit pengkondisian udara (Air Handling Unit/Fan Coil Unit) sehingga menjadi beban koil/penukar kalor pada unit pengkondisian udara tersebut. Beban yang berasal dari udara luar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu beban sensible yang berhubungan dengan proses penurunan temperatur dan beban laten yan g l eb ih berkait an dengan p e n g e m b u n a n s e b a g i a n u a p a i r ya n g t e r k a n d u n g ( p e n gu r a n g a n kelembaban). Beban-beban ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : ππππππππππππππππππππππ = πππ π + ππππ ............................................................................. (2.3) β’ β’
Beban sensibel dari udara luar (πππ π )
πππ π = ππ Γ ππ Γ πΆπΆππ Γ βππ ................................................................... (2.4) Beban laten dari udara luar (ππππ )
ππππ = ππ Γ ππ Γ βππππ Γ βππ ................................................................ (2.5)
Dimana :
ππ
= Laju aliran volumetric udara (m3/s)
ππ
= massa jenis (kg/m3)
βππππ
= panas laten (J/kg)
πΆπΆππ
= panas spesifik (J/(kg.K))
βππ
= perubahan temperatur (oC)
βππ
= rasio kelembaban (kgv/kgda)
1.2
Beban Transmisi Beban transmisi adalah panas/kalor yang masuk kedalam ruang yang didinginkan
melalui permukaan. Pada ruang cold storage ini, beban konduksi kedalam ruangan banyak yang melewati dinding, atap, lantai, dan pintu. Beban transmisi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6. πππ‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ = ππ β π΄π΄ β πΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆπΆ .................................................................... (2.6) Dimana : πππ‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘
= beban transmisi, (Watt)
ππ
= koefisien konduktifitas overall, (Watt/ m2.K)
A
= luas permukaan perpindahan panas, (m2)
CLTD
= Cooling Load Temperatur Difference, (K)
Gambar 2.7 Sirkuit Thermal melalui Material Cold Storage
ππ = π
π
1
π‘π‘π‘π‘π‘π‘ βπ΄π΄
Dimana :
=
1
1 πΏπΏ 1 πΏπΏ 2 πΏπΏ 3 1 + + + + β 1 ππ 1 ππ 2 ππ 3 β 0
.................................................. (2.7)
π
π
π‘π‘π‘π‘π‘π‘
= hambatan thermal (m2.K/W)
β
= koefisien konveksi (W/m2.K)
ππ πΏπΏ
= konduktivitas thermal (W/m.K)
= panjang laluan perpindahan panas (W/m.K)
Dalam perancangan Tugas Akhir ini, posisi dinding bagian atas dari cold storage dipengaruhi oleh panas radiasi. 1.3
Beban Produk Beban pendinginan produk adalah kalor yang dihasilkan oleh produk pada saat
didinginkan. Karena pada saat produk dimasukkan ke ruang pendinginan (cold storage), suhu yang lebih tinggi dari suhu ruang pendinginnya tadi akan menjadi beban pendinginan didalam ruangan tersebut. Besarnya daya pendinginan produk dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.9.
ππ = ππ Γ πΆπΆππ Γ βππ ............................................................................... (2.8) Dimana : Q
= beban pendinginan produk sebelum suhu pembekuan (J)
m
= massa produk (kg)
πΆπΆππ
= panas spesifik (J/(kg.K))
βππ
= perubahan temperatur (oC)
ππππππππππππππ = π‘π‘ Dimana : ππππππππππππππ
ππππππππππππππππππππππ
........................................................................ (2.9)
= daya pendinginan yang berasal dari produk (W)
π‘π‘ππππππππππππππππππππππ 1.4
ππ
= waktu pendinginan (s)
Total beban pendinginan Beban pendinginan total adalah jumlah kalor dari keseluruhan beban pendingin
yang terdapat di ruangan pendingin, yaitu beban transmisi, beban produk, dan beban infiltrasi. Beban total pendingin dapat dihitung dengan persamaan 2.10. πππΆπΆπΆπΆ = ππππππππππππππ + πππ‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ + ππππππππππππππππππππππ ............................................ (2.10) 2. Analisa Luasan Penukar Kalor Perancangan Heat Exchanger pada tugas akhir ini merupakan jenis shell and tube, dimana fluida panas berada pada sisi shell. Perhitungan perpindahan kalor dalam perancangan termal secara umum menggunakan metode Log Mean Temperature Difference (LMTD). Metode ini berbasis pada laju (rate) perpindahan kalor dalam penukar kalor (Kakac, 1998). Dasar dari perancangan termal ini adalah menentukan keseimbangan antara laju perpindahan massa dan perubahan temperatur fluida kerja sisi shell dan sisi tube dengan laju perpindahan kalor berdasarkan metode LMTD, sehingga diperoleh luasan penukar kalor yang diperlukan. Laju kalor yang dilepas oleh fluida sisi shell dan yang diterima oleh fluida pada sisi tube masing-masing dihitung dengan Persamaan 2.11 dan Persamaan 2.12:
ππππ = ππΜππ πΆπΆππππ οΏ½ππβ ππππ β ππβ ππππππ οΏ½ ........................................................................... (2.11)
πππ
π
= ππΜπ
π
β (βππππ β βππππππ )................................................................................... (2.12) Dengan, ππππ
= Laju kalor yang dilepas oleh fluida sisi shell (kW)
ππΜππ
= Laju massa aliran fluida sisi shell (kg/s)
ππβ ππππ
= Temperatur fluida masuk sisi shell (K)
ππΜπ
π
= Laju massa aliran fluida sisi tube (kg/s)
πππ
π
= Laju kalor yang diterima oleh fluida sisi tube (kW)
πΆπΆππππ
= Panas spesifik fluida sisi shell (kJ/kgK)
ππβ ππππππ
= Temperatur fluida keluar sisi shell (K)
βππππ
= Enthalpy fluida masuk sisi tube (kJ/kg)
βππππππ
= Enthalpy fluida keluar sisi tube (kJ/kg)
Dalam penukar kalor pada umumnya, laju perpindahan kalor yang dilepas fluida kerja yang bertemperatur lebih tinggi sama dengan laju perpindahan kalor yang diterima oleh fluida yang memiliki termperatur lebih rendah. Dan dimana besarnya laju perpindahan kalor didapatkan melalui perhitungan nilai pembebanan refrigerasi pada ruangan, yang didapatkan sebesar ππππ , sehingga:
ππππ β ππππ β πππ
π
................................................................................................. (2.13) Sedangkan, laju perpindahan kalor berdasarkan metode LMTD dapat ditentukan dengan Persamaan 2.14 : ππ = ππ π΄π΄ βππππππ ................................................................................................. (2.14) Dengan, U
= Koefisien perpindahan kalor total
A
= Luasan penukar kalor
βππππππ
= LMTD
Besarnya dari koefisien perpindahan kalor total dihitung melalui persamaan 2.15.
ππ =
1
ππ ππ π
π
ππππ ππ ππ ln οΏ½ππ ππ βππ οΏ½ ππ ππ ππ +π
π
+ 1 + + ππππ β 2ππ ππ ππ ππ ππ β ππ ππ
............................................................ (2.15)
Dimana : ππππ
= diameter luar tube (m)
βππ
= perpindahan kalor pada sisi tube (W/m2K)
ππππ
= diameter dalam tube (m)
βππ
= perpindahan kalor pada sisi shell (W/m2K)
π
π
ππππ
= fouling resistence pada sisi shell (m2K/W)
π
π
ππππ
= fouling resistence pada sisi tube (m2K/W)
Dengan besarnya perpindahan panas pada masing-masing sisi dipengaruhi oleh bilangan nusselt (ππππ) dan diameter (d). Menurut persamaan 2.16.
β=
ππππ β ππ ππ
...................................................................................................... (2.16)
Dimana : k
= konduktifitas panas fluida (W/mK) Dalam kasus ini, ditentukan perancangan metode LMTD dengan penukar kalor counter
flow, yang dihitung berdasarkan grafik pada gambar 2.8.
Temperatur
Th1
βT1
Th2 βT2 Tc2
Tc1
Luasan Penukar Kalor yang diperlukan
Gambar 2.8 Grafik temperatur fluida kerja pada penukar kalor counter flow Dimana, πππΆπΆ1 = πππΆπΆ2 = πππ π π π π π , hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh sistem evaporasi. Dengan persamaan sebagai berikut :
βππππππ =
βππ1 ββππ2 ln
βππ 1 βππ 2
....................................................................................... (2.17)
βππππππ di atas merupakan nilai LMTD untuk penukar kalor counter flow yang memerlukan faktor
koreksi LMTD, sehingga persamaan menjadi :
ππ = ππ π΄π΄ βππππππ πΉπΉ .............................................................................................. (2.18) Dimana, F
= faktor koreksi LMTD untuk penukar kalor shell and tube satu laluan sisi shell dan laluan sisi tube genap, ditentukan dengan grafik faktor koreksi LMTD
Gambar 2.9 Faktor koreksi shell and tube heat exchanger dengan jumlah laluan shell, satu dan jumlah laluan tube, kelipatan dua.
Diperolehnya nilai koefisien perpindahan kalor, LMTD, dan faktor koreksi LMTD, maka dapat diperoleh luasan penukar kalor yang diperlukan.
3. Daya Pompa Dalam Tugas Akhir ini digunakan rumus umum dalam pencarian daya pompa, yaitu : π΅π΅π΅π΅π΅π΅ = πΎπΎ β ππ β π»π»ππππππ ............................................................................................ 2.19 Dimana, πΎπΎ
= berat jenis fluida (N/m3)
π»π»ππππππ
= Head effektif pompa (m), yang dipengaruhi oleh head kedalaman (π»π»π§π§ ) dan head loss
ππ
= debit aliran fluida (m3/s)
(π»π»ππ )
Untuk pencarian head loss pompa (π»π»ππ ) dilakukan melalui pressure drop total yaitu : π»π»ππ =
βπππ‘π‘π‘π‘π‘π‘ πΎπΎ
............................................................................................................ 2.20
Presure drop total yang ada pada instalasi cold storage, dipengaruhi oleh : 1. Pressure Drop Komponen
βππππππππππ = 4ππ
ππππ 2 2
πΏπΏ
β οΏ½ ππ οΏ½........................................................................ 2.21 π·π· ππ
Dengan, ππ
= faktor gesek Fanning
ππ = 0.046 β π
π
π
π
β0.2 , untuk 3 Γ 104 < π
π
π
π
< 106 .................................. 2.22 ππ = 0.079 β π
π
π
π
β0.25 , untuk 4 Γ 103 < π
π
π
π
< 105 ............................... 2.23 ππ
ππ
= massa jenis fluida (kg/m3) = kecepatan aliran (m/s)
πΏπΏππ
π·π·ππ
= panjang equivalent terhadap diameter pipa, yang didapatkan melalui tabel Equivalent in pipe diameter of various valve and fittings (lampiran)
2. Pressure Drop Pipa Untuk Pressure drop dari pipa, perumusan secara umum sama dengan Pressure drop dari komponen, namun tidak dipengaruhi oleh panjang equivalent melainkan panjang dari tube yang terpasang, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : πΏπΏ
βππππππππππ = 4ππ οΏ½ππ οΏ½ ππ
ππππ 2 2
............................................................................. 2.24
3. Pressure Drop Chiller Water Pressure drop ini merupakan pressure drop yang dalam Tugas Akhir ini berada dalam sisi Shell, sehingga :
βπππ π =
ππβπΊπΊπ π 2 β(ππππ +1)βπ·π·π π βπ£π£ 2D e ππ π π
............................................................................ 2.25
Dengan, ππ = exp(0.576 β 0.19 ln π
π
π
π
) ............................................................... 2.26 ππ
0.14
πππ π = οΏ½ππ ππ οΏ½ π€π€
......................................................................................... 2.27
πΊπΊπ π
= mass flux sisi Shell (kg/m2s)
π·π·π π
= Diameter internal shell (m)
π£π£
= volume spesifik (m3/kg)
ππππ
= Jumlah tube
De
= Diameter Equivalent (m)
3. Performansi melalui Lumped Capacitance Method Dalam Tugas Akhir ini, analisa performansinya sebatas dari pengaruh pembebanan ikan berdasarkan perancangan cold storage terhadap waktu dan temperatur pendinginan. Sehingga
dipilih penggunaan lumped capacitance method untuk mengetahui gejala dari perancangan cold storage ini. KESIMPULAN 1. Estimasi nilai beban panas dari pendinginan ikan pada cold storage, ditunjukkan pada Tabel 5.1 di bawah ini :
Tabel 5.1 Hasil Analisa Pembebanan Cold Storage ITEM
SATUAN
NILAI
JENIS PEMBEBANAN Transmisi
Watt
2652.79
Infiltrasi
Watt
105.6
Produk
kJ
1358191.2
WAKTU PENDINGINAN PRODUK Time (beban ikan = 10 ton)
jam
6.73
2. Hasil perancangan thermal chiller water dan daya pompa ditampilkan pada Tabel 5.2 di bawah ini :
Tabel 5.2 Hasil Perancangan Chiller Water dan Perhitungan Daya Pompa ITEM
SATUAN
NILAI
Chiller Water Diameter Eksternal tube (do) Tebal Tube Tube Gauge Jumlah Tube (Nt) Jumlah Laluan (Np) Diameter Shell (Ds) Pitch size (Pt) Jarak antar Baffle (B) Pressure drop shell Pressure drop tube Panjang Tube (L) ITEM
m
0.03175
in m in BWG tube pass m in m in m Pa Pa m SATUAN
1.25 0.004572 0.18 7 162 8 0.635 25 0.0396875 1.5625 0.1 1479.9848 763.44385 1.54 NILAI
Pompa Pressure drop komponen Pressure drop pipa Pressure drop heat exchanger Pressure drop total Head kedalaman Head loss Head effektif (Heff)
Pa Pa Pa Pa m m m
41.9 162.4 1479.9848 1684.3 2.5 0.17 2.67
Debit aliran (Q)
m3/s
0.0019111
Break Horse Power (BHP)
Watt
51.2
3. Hasil dari analisa performansi adalah sebagai berikut : a. Pada saat nelayan istirahat, penggunaan sistem palka (Balok Es) untuk kondisi cold storage penuh menghasilkan temperatur akhir yang lebih rendah dari penggunaan sistem cold storage. Terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.3 Perbandingan temperatur akhir penggunaan sistem cold storage dengan sistem palka sewaktu nelayan istirahat Temperatur akhir setelah selesai istirahat (oC) hari pertama hari ke-14
cold storage 4.07 2.88
palka 17.63 -0.70
b. Penambahan ikan di setiap tangkapan mengakibatkan peningkatan temperatur cold storage tetapi temperatur tersebut cenderung menurun dari tangkapan sebelumnya. Terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.4 Penurunan temperatur pada saat setiap kali tangkapan Tangkapan I II III IV
Temperatur (oC) hari pertama hari ke-14 1.036 0.297 0.261 0.177 0.240 0.170 0.237 0.169
c. Penambahan ikan dalam cold storage akan memperlambat laju pendinginan ikan. Terlihat pada tabel 5.5 dibawah ini :
Tabel 5.5 Waktu pendinginan pada setiap tangkapan Temperatur Akhir (oC) I II III IV
Untuk Pendinginan tiap 3 Jam hari pertama 0.02 0.0 0.0 0.0
hari ke-14 0.01 0.01 0.01 0.01