Dyah Safitri Yuniar. Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
Dyah Safitri Yuniar Akademi Seni Rupa dan Disain Modern School of Design (MSD)
Abstract Visual Communication Design feels incomplete without the Typography science. Not only studied the character, typography also becomes a complementary aspect of layout and graphic design. Through that matter, a typographer (font creator) cannot be underestimated. Studying typography is not always technically and physically, it will important to learn about various things related to the background of the emergence of a very interesting letter, such as; historical perspective, starting from prehistoric times to the postmodern, it left its mark on the design of typography as a marker of his era. The design of typefaces about history books, which are presented through the sheet - by- sheet typical page designed in conformity period narrated. When typography being narrated, it becomes exciting experience for the reader as well as a design that enriches the literature reference book of Indonesian graphic design. Kata Kunci: History, Typography, Graphic Design, Design Style
165
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. III/ No. 1/ Edisi 4/ Mei 2015
Pendahuluan Sebagai suatu elemen penting dalam sebuah perwajahan (layout) karya desain, huruf harus dipilih dan dicermati karakteristiknya agar mampu mendukung sebuah karya dengan baik dan tepat. Disiplin ilmu yang mempelajari tentang huruf, anatomi, sifat, ekspresi, persepsi dan pesan visual masing masing jenis huruf disebut Tipografi. Mempelajari tipografi penting bagi seorang desainer komunikasi visual. Tipografi merupakan aspek visual yang sama pentingnya dengan warna, ilustrasi, motif dan aksen. Seorang desainer dituntut peka secara visual. Berkaitan dengan tipografi, desainer dituntut peka terhadap latar belakang sebuah huruf, pengetahuan tentang bentuk dan anatomi, sifat dan kepribadian, serta bagaimana mengorganisasi dan menerapkan tipografi dengan baik dalam suatu layout. Penggunaan tipografi dalam komunikasi visual seperti perancangan logo, penulisan headline, subheadline, body copy, slogan, bahkan berfungsi sebagai ilustrasi utama yang bersifat dekoratif. Dalam Desain Komunikasi Visual, Huruf mempunyai perana fungsional dan estetik. Huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja memberikan suatu makna yang mengacu pada sebuah objek atau gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan citra atau kesan secara visual. Pemilihan jenis huruf yang tepat 166
akan berpengaruh pada pencapaian karakter yang ingin dibangun pada desain grafis. Kerena pentingnya, tipografi menjadi mata kuliah wajib pada mahasiswa Disain Komunikasi Visual. Tipografi, Tidak Selalu Bersifat Teknis Buku mengenai tipografi yang merupakan rujukan pustaka masih sangat sedikit dan rata-rata terbitan luar negeri dengan Bahasa Inggris. Tidak dipungkiri, kendala bahasa menjadikan seorang desainer apalagi mahasiswa malas untuk membacanya, ditambah pula istilah-istilah dalam tipografi yang terdengar baru dan sulit dipahami. Isinya pun berkutat mengenai teknis, seperti klasifikasi huruf (Roman, Serif, Sans Serif, Egypt, Miscellaneous), anatomi, sifat huruf, aplikasi pada layout. Padahal mempelajari tipografi dari sudut panjang sejarah sangat menarik. Penelitian sejarah senirupa dan disain penting dilakukan karena berkaitan dengan peradaban manusia dan berkembangnya sebuah kebudayaan. Dengan mempelajari tipografi dari sudut pandang sejarah akan mampu mengenali perkembangan komunikasi manusia menggunakan gambar (teks), gaya-gaya disain dan senirupa yang berpengaruh dalam tipografi yang merupakan penanda sebuah jaman. Tinjauan sejarah merupakan genre studi yang cukup ringan dan populer sehingga masyarakat awam juga dapat ikut mempelajari dan menikmatinya
Dyah Safitri Yuniar. Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
Kajian Sejarah Dalam Ilmu Tipografi Kata sejarah yang lebih dekat dengan pengertian, terkandung dalam bahasa Yunani yaitu Historia yang berarti Ilmu atau orang pandai. Sedangkan dalam bahasa Inggris, Historia yaitu masa lampau umat manusia dan dalam bahasa Jerman, Geschichte yaitu sesuatu yang telah terjadi. Aristoteles, menyatakan bahwa sejarah adalah suatu sistem yang meneliti suatu kejadian dalam bentuk kronologi dan semua pristiwa masa lalu mempunyai catatan dan bukti-bukti yang kuat. Sejarah Tipografi berarti semua peristiwa masa lampau yang mempunyai catatan dan bukti-bukti yang kuat berkaitan dengan penemuan huruf dari berbagai jaman. Dalam rentang waktu, sejarah Tipografi akan dimulai pada jaman prasejarah dan diakhiri dengan melihat perkembangan tipografi pada saat ini. Perancangan buku melalui sudut pandang sejarah dan desain grafis bertujuan agar ilmu pengetahuan mengenai tipografi dapat disebarkan kepada masyarakat luas. Dua hal penting dalam perancangan ini adalah, untuk mendapatkan strategi kreatif penulisan materi buku bertema sejarah tipografi baik secara verbal maupun visual. Yang kedua mendapatkan strategi media berupa buku bergamabar (visual book) yang kreatif dan komunikatif, mudah dipahami dan mencerminkan gaya disain yang khas.
Kerangka Teori Dalam perancangan buku tipografi diperlukan teori yang menunjang untuk menyangkut visual (layout, desain grafis, ilustrasi, tipografi, warna) dan teori penulisan naskah sebagai dasar penulisan teks yang runtut dan berdasarkan fakta dari berbagai sumber. 1. Teori layout Layout memiliki berbagai elemen-elemen yang berperan berbeda untuk membangun kesatuan keseluruhan layout. Elemen ini dibagi menjadi tiga, yaitu elemen teks dan elemen visual dan invisible ornament. a. Elemen teks terdiri dari beberapa bagian seperti: 1. Judul, head, heading, headline. Judul akan diberi ukuran besar untuk menarik perhatian pembaca dan membedakannya darielemen layout lainnya. Selain ukuran, pemilihan sifat yang tercermin dari huruf tersebut juga harus menarik perhatian, karena untuk judul segi estetis lebih diprioritaskan. Penggunaan huruf dekoratif dan yang tidak formal menjadi pilihan tepat. 2. Deck Adalah gambaran singkat dari topik yang dibicarakan di bodytext. Letaknya bervariasi, tetapi biasnya berada diantara judul dan bodytext. Ada atau tidaknya deck,
167
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. III/ No. 1/ Edisi 4/ Mei 2015
dan penataan letaknya, dipengaruhi oleh luas halamanatau area yang tersedia dan panjang-pendeknya artikel. Bila areanya terbatas, deck bisa saja ditiadakan.
emen visual dan inzet. Caption biasanya dicetak dalam ukuran lebih kecil dan dibedakan gaya ata jenis hurufnya dengan bodytext dan elemen lainnya.
3. Bodytext/bodycopy/copy/copy text. Isi / naskah/ artikel merupakan elemen layout yang paling banyak memberikan informasi terhadap topik bacaan tersebut. Keberhasilan suatu bodytext ditentukan oleh beberapa hal diantaranya. Dukungan judul dan deck yang menarik sehingga memancing pembaca meneruskan keingintahuannya akan informasi yang lengkap dan gaya penulisan yang menarik dari naskah itu sendiri.
7. Initial caps Huruf awal yang berukuran besar dari akta pertama pada paragraf. Karena lebih bersifat estetis, tidak jarang hanya terdapat satu initial caps dalam satu naskah. Initial caps juga berfungsi sebagai penyeimbang komposisi suatu layout.
4. Subjudul Artikel yang cukup panjang biasanya dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai topiknya. Subjudul berfungsi sebagai judul segmen-segmen tersebut.
9. Nomor halaman Untuk materi publikaksi yang memiliki lebih dari 8 halaman dan memuat topik yang berbeda, sebaiknya kita gunakan nomor halaman untuk memudahkan pembaca mengingat lokasi artikel. Variasi penomoran halaman sangat beragam.
5. Pull quotes/ lift quotes Pada awalnya adalah cuplikan perkataan atau tulisan seseorang, namun kini telah memiliki perluasan arti. Pada suatu karya publikasi dapat berarti satu atau lebih kalimat singkat yang mengandung informasi penting yang akan ditekankan. Pullquotes kadang diambil dari sebagian bodytext yang dianggap sebagai pokok pikiran naskah tersebut. 6. Caption Keterangan singkat yang menyertai el-
168
8. Spasi antar paragraf Untuk membedakan paragraf yang satu dengan yang lainnya, antar paragraf diberi spasi.
b. Elemen Visual 1. Foto Kekuatan terbesar dari fotografi pada media periklanan khususnya adalah kredibilitasnya atau kemampuannya untuk memberi kesan sebagai dapat dipercaya. Menurut penelitian Poynter Institute, sebuah sekolah jurnalisme di Amerika: orang lebih tertarik pada foto berwarna dibandingkan hitam putih. Foto berwarna
Dyah Safitri Yuniar. Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
mendapat perhatian 20 persen lebih besar dibanding foto lainnya. 2. Artworks Untuk menyajikan informasi yang lebih akurat, kadang pada situasi tertentu ilustrasi menjadi pilihan yang lebih dapat diandalkan dibandingkanbila memakai teknik fotografi. Artworks adalah segala jenis karya seni bukan fotografi baik itu berupa ilustrasi, kartun, sketsa dan lainnya. Pada majalah atau buku cerita anak-anak, artworks lebih banyak digunakan, karena lebih dapat memancing imajinasi dibandingkan fotografi yang terlalu real. Kesan nostalgia lebih dapat ditampilkan pula dalam ilustrasi bergaya realis. 3. Garis Merupakan elemen disain yang dapat menciptakan kesan estetis pada suatu karya disain. Disalam suatu layout, garis mempunyai sifat yang fungsional antara lainmembeagi suatu area, penyeimbang berat dan sebagai elemen pengikat system disain supaya terjaga kesatuannya. 4. Kotak/box/bingkai/border Berisi artikel yang bersifat tambahan/ suplemen dari artikel utama. Bila letaknya di pinggir halaman disebut dengan sidebar. Elemen-elemen visual juga sering diberi kotak supaya terlihat lebih rapi. Dengan adanya kotak, tiap informasi tambahan baik itu teks maupun visual dapat dibedakan dengan jelas oleh pembaca.
5. Points/Bullets Suatu daftar/list yang mempunyai beberapa baris beurutan ke bawah, bisanya di depan tiap barisnya diberi penanda angka atau points. 6. Dingbats Juga sering digunakan sebagai poin. Dingbats adalah symbol, tanda baca, dan ornamen-ornamen. 7. Invisible Ornament. Elemen-elemen yang tergolong invisible elment ini merupakan fondasi atau kerangka yang berfungsi sebagai acuan penempatan seua elemen layout lainnya. Selayaknya fondasi atau kerangka sebuah bangunan, elemen inilah yang dirancang terlebih dahulu oleh seorang desainer, baru kemudian menyusul elemen-elemen teks dan visual. Dan sesuai dengan namanya, invisble elements ini nantinya tidak akan terlihat pada hasil produksi (tidak ikut dicetak). Walaupun demikian, elemen-elemen ini mempunyai fungsi yang sangat penting, apalagi bila layout akan menggunakan elmen-elemen teks yang banyak atau abnyak halamnnya. Dalam kondisi seperti itu, invisible element akan bermanfaat sebagai salah satu pembentuk unity dari keseluruhan layout. 8. Margin Margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Margin mencegah agar elemen-elemen layout ti169
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. III/ No. 1/ Edisi 4/ Mei 2015
dak terlalu jauh ke pinggir halaman. Karena hal tersebut secara estetika kurang menguntungkan atau yang lebih parah lagi, elemen layout akan terpotong saat proses pencetakan. Namun ada juga yang sengaja meletakkan elemen layout jauh ke pinggir halaman bila memang konsep desain tersebut mengharuskan demikian dan sudah melalui pertimbangan estetis sebelumnya. Margin terdiri dari dua, yaitu simetris dan simetris. Yang perlu dingat adalah apabila halaman yang dijilid banyak, maka bagan pertemuan di tengah-tengah itu akan menebal dan tertekuk, tetapi bila disediakan cukup jarak (margin bagian dalam), maka elemen layout tetap berada dalam posisi aman dan bebas dari ketidak terbacaan. 9. Grid. Adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-layout. Grid mempermudah kita menetukan dimana harus meletakkan elmen-elemen layout dan mempertahankann konsistennsi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman. Dalam grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garisgaris vertikal, dan ada juga yang horisontal. Sedangkan untuk merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep dan style disainnya, berapa ukuran
170
huruf yang akan dipakai, berapa banyak isinya/informasi yang ingin dicantumkan, dan lain-lain.
Gambar 1. Grid Sumber : Layout Essentials , 1001 Design Principles for Using Grids
Grid digunakan untuk mengatur space (bidang) dan informasi untuk pembaca, dan memetakan keseluruhan objek tema. Meskipun telah digunakn selama seabad ini, namun Grid digunakan dan dikembangkan pada tahun 1940 an oleh banyak desainer grafis di Swiss untuk mendapatkan systematic way dan memvisualkan informasi. Beberapa dekade setelahnya, grid menjadi sangat kaku dan monoton. Namun kini, grid dipandang sebagai sesuatu yang essentials. c. Elemen fisik (teks, gambar, posisi, ukuran, style) dan pesan yang ingin disampaikan selaras dalam konsepnya
Dyah Safitri Yuniar. Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
2. Membaca sequence seperti huruf Z, C, L, T, I Sequence dapat dicapai dengan adanya penekanan atau emphasis. Berfungsi sebagai penekanan, sehingga menjadi pusat perhatian/vocal point/point of interest Emphasis dapat diciptakan dengan :
Gambar 2. Penerapan Elemen dan prinsip Dasar Layout pada Buku History of Typography. Sumber : Dok. Penulis
2. Prinsip Layout Prinsip layout dapat dianalogikan sebagai suatu formula untuk membuat suatu layout yang baik. Formula ini akan bekerja dan memberikan hasil yang maksimal bila diterapkan dengan seksama ditambah latihan dan eksplorasi. a. SEQUENCE (Hierarki/flow/aliran) Membuat prioritas dan mengurutkan dari yang pertama harus dibaca sampai ke yang boleh dibaca belakangan. Mengapa diperlukan? Karena jika informasi ditampilka sama kuatnya, pembaca akan kesulitan menangkap pesannya. Penggunaan sequence sangat dibutuhkan dalam pembuatan desain iklan, poster, brosur, dll dimana informasi yang disampaikan cukup banyak. Kecenderungan membaca sequence 1. Kebiasaan membaca huruf latin, kiri-kanan, atas-bawah
1. Memberi ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan elemen-elemen layout lainnya pada halam tersebut 2. Warna yang kontras/berbeda sendiri dengan latar belakang/elemen lainnya 3. Letakkan di posisi yang strategis atau menarik perhatian. Bila pada umunya, kebiasaan orang membaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan, maka posisi yang paling pertama dilihat orang adalah kiri atas. 4. Menggunakan bentuk atau style yang berbeda dari sekitarnya b. BALANCE/Keseimbangan 1. Pembagian berat yang merata pada sebuah layout 2. Ada 2 macam keseimbanagn suatu layout: a. Simetris (Symetrical balance/formal balance) b. Keseimbangan simetris dapat dibuktikan dengan matematis c. Asimetris (Assymetrical balance/informal balance) keseimbangan asimetris bersifat optis atau ‘kelihatannya seimbang’
171
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. III/ No. 1/ Edisi 4/ Mei 2015
Supaya layout memberi efek kuat bagi pembacanya, ia harus mempunyai kesan UNITY/kesatuan. 3. Teori tipografi Pemilihan huruf, selain pada aspek sifat dan karakter yang tercermin, pertimbangan readability dan legibility sangat penting. Apalagi dalam perancangan buku, memang diperlukan kejelasan dari pilihan huruf agar informasi ayng disampaikan mudah dibaca. a. Legibility Adalah kemudahan mengenali dan membedakan setiap huruf/karakter, menyangkut disain dan bentuk huruf. Suatu jenis huruf legible jika karakternya mudah dikenali dan dibedakan dengan jelas. b. Readability Adalah tingkat keterbacaan seluruh teks. Jika legibility fokus pada kejelasan karakter satu-persatu, readability pada keseluruhan teks yang telah disusun dalam suatu komposisi. Legibility dapat menciptakan readability, namun tidak jarang teks yang legible tidak readible. Misalnya jika disusun vertikal, terbalik, pemenggalan tidak tepat, berdesakan, dll. c. Huruf besar dan huruf kecil Teks yang seluruhnya huruf besar lebih rendah legibility dan readabilitynya, karena tidak ada perbedaan tinggi pada tiap hurufnya. Ini membuat kurang cepat da-
172
lam mengenali karakternya. Keseluruhan huruf besar hanya cocok diaplikasikan pada judul atau headline, karena relatif pendek, sehingga tidak terlalu mengganggu kesan optis. Karena adanya Ascender dan Descender pada huruf gabungan kapital dan undercast, maka terlihat ada kontur dan tidak rata. Ini memudahkan mengenali karakter dan mempercepat dalam membaca huruf kecil, atau sentence case cocok untuk paragraph panjang atau teks (body text). d. Display type dan text type Display type, teks yang didisain khusus dan proporsional dengan typeface yang berfungsi sebagai penarik perhatian. Muncul sekitar abad 19 dengan adanya tehnologi pembuatan huruf yang makin murah. Biasanya berukuran besar (12 pt ke atas) dengan ornamen yang indah, cenderung mudah dilihat dan untuk teks singkat. Prioritas bukan legibility, namun keindahan. Display type bisa masuk dalam semua jenis huruf. Penerapan : judul, deck, sub judul, pull quote. Text type, teks ini berfungsi untuk dibaca seksama dan lebih memerlukan konsentrasi untuk membacanya. Ukurannya lebih kecil dan untuk teks uraian panjang. Umumnya masuk dalam jenis huruf Roman dan Sans Serif, typeface dengan legibility tinggi. Penerapan : bodytext, caption.
Dyah Safitri Yuniar. Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
suaikan atmosfer terbitan cetak cukil dan publiaksi pada jamannya yang rata rata masih menggunakan tinta hitam. 3. Warna pastel Seperti jingga, biru muda, merah muda. Untuk bab Victoria Era dan Art Nouveau. Sesuai pada masanya yang menyukai hal yang berbau alam dan natural.
Gambar 3. Jenis Huruf yang digunakan menyesuaikan gaya disain tiap periode Sumber: Dokumentasi Pemulis
4. Teori warna Warna yang digunakan dalam perancangan buku ini akan berbeda dalam tiap bab nya. Warna sekaligus berfungsi sebagai navigasi, sehingga pembaca merasakan dan mampu emmbedakan gaya dan atmosfer suasana yang dibangun pada tiap babnya. Secaara garis besar warna yagn digunakan adalah :
4. Merah, hitam, outih, orange. Digunakan pada bab Futurisme dan Konstruktivisme, Kepentingan tipografi dalam grafis pada masa ini sebagai media propaganda menyebabkan warna-warna tersebut banyak muncul. 5. Warna gradasi. Digunakan pada era Art Deco.
1. Hijau, coklat Digunakan pada bab (chapter) pra sejarah, sebagai gambaran dominasi alam liar dan bumi yang masih berada dalam jaman purba. 2. Hitam, abu-abu, Putih. Digunakan dalam bab penemuan tulisan, dan abad pertengahan. Menye-
Gambar 4. Warna Gradasi Sumber: Dokumentasi Pemulis
173
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. III/ No. 1/ Edisi 4/ Mei 2015
6. Warna kuning dan merah muda. Digunakan pada gaya Psychedelic. Penggunaan warna yang terang dan mencolok sangat disukai pada era ini. Warna cenderung mempunyai kesan optis yang kuat, vibrasi dan bertabrakan, Hal ini dianggap sesuai dengan efek halusinasi yang ditimbulkan akibat pemakain LSD (semacam drugs). B. Pembahasan Tahap Penulisan Buku Untuk dapat menulis, maka urutan persiapan yang perlu diketahui adalah. 1. Menelaah tema Tema dalam hal ini adalah pokok pikiran atau pokok bahasan yang mendasari penyusunan suatu karya tulis. Tema memberikan gambaran, apa yang akan ditulis. 2. Menguji kelayakan topik atau judul pokok bahasan yang akan ditulis.
174
kontroversi (tema yang ditulis bertentangan dengan pendapat umum, namun disampaikan dengan berani dan bertanggungjawab). b. Apakah hasil tulisan akan menambah manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan? 3. Menyusun Bahan Tulisan Pekerjaan mencari bahan acuan disebut studi literature, yaitu membaca dan menelusuri berbagai macam pustaka, makalah atau artikel yang dimuat dalam karya ilmiah yang berkaitan dengan tema penulisan. 4. Menysusun Kerangka tulisan. Kerangka tulisan atau outline perlu ditulis lebih dahulu, atas dasar kerangka tulisan tersebut penulisan akan berjalan lancar dan tidak akan keluar dari kerangka tulisan. 5. Judul yang menarik Judul mengekspresikan substansi /isi tulisan anda.
Uji kelayakan tema adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan berikut.
C. Teori Media
a. Apakah bahan yang akan ditulis berdasarkan informasi yang didapat akan menarik untuk dibaca? Daya tarik sebuah tulisan disebabkan karena bersifat baru (belum ada yang menulis), aneh (tidak lazim), luar bisa (gagasan yang dibuat lebih bagus dibandingkan dengan yang pernah ditulis orang lain),
Buku berisi lembaran halaman yang cukup banyak, sehingga lebih tebal daripada booklet. Berbeda dengan booklet yang bisa dijilid dengan steples atau bisa juga tidak dijilid karena cuma terdiri daari beberapa lembar, pada buku penjilidan yang baik merupakan keharusan agar lem-
1. Buku
Dyah Safitri Yuniar. Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
bar-lembar kertasnya tidak tercerai-berai. Ada begitu banyak jenis-jenis buku. Buku cerita, komik, novel, majalah, buku tebal seperti kamus, ensiklopedi, buku terbitan berkala, annual report, company profile dan lain-lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam antara lain: desain kaver, desain navigasi, kejelasan informasi, kenyamanan membaca, pembeda yang jelas antara bagian/ bab dan lain-lain. Sistem navigasi dalam sebuah buku amatlah penting untuk memberi informasi kepada pembaca dimana dia berada maupun mencari topictertentu di dalam buku, daftar isi, nomor halaman, running text merupakan beberapa system navigasi yang terdapat di dalam buku. Pada umumnya, buku dibagi mejadi tiga bagian yang masing-masing terbagi lagi berdasarkan fungsinya masing-masing. a. Bagian depan: 1. Cover depan, berisi judul buku, nama pengarang, nama atau logo penerbit, elemen visual atau teks lainnya. 2. Judul bagian dalam 3. Informasi penerbitan dan perijinan 4. Dedication, pesan atau ucapan yang ditujukan oleh pengarang untuk pihak lain. 5. Kata pengantar dari pengarang 6. Kata sambutan dari pihak lain misalnya editor atau pihak ahli. 7. Daftar isi.
b. Bagian isi Isi buku terdiri dari bab-bab dan subbab, dan tiap bab membicarkan topik yang berbeda. c. Bagian belakang Daftar pustaka, daftar istilah, daftar gambar, cover belakang biasanya berisi gambaran singkat mengenai sisi buku, testimonial, harga, nama atau logo penerbit, elemen visual atau teks lainnya.
Gambar 5. Isi Buku Sumber: Dokumentasi Pemulis
D. Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode perancangan disain komunikasi visual, yaitu 1. Tahap deskristif Tahap ini meliputi tahap riset, menetukan inti masalah, memfokuskan tujuan / objektif/ goal komunikasi, mengumpul175
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. III/ No. 1/ Edisi 4/ Mei 2015
kan fakta-fakta dan membaca semua yang relevan. 2. Tahap analisis Membuat analisis materi (tema/objek) yang akan ditulis, variabel sasaran (geografi, demografi, psikografi, perilaku), dan menambahkan Values. 3. Tahap sintesis Tahap ini untuk merumuskan analisis. Dalam perancangan buku, tahap ini merumuskan keywords, tema, karakteristik buku, disain layout sesuai dengan sasaran. Sintesis juga memerlukan pemilihan media, sebagai kendaraan untuk mengantarkan gagasan/pesan. Selanjutnya tahap ini merancang visualisasi dengan pendekatan yang dibutuhkan (metafor, simbolis, allegory, simile), gaya visual, pemilihan warna, tipografi. Tahap visual ini melalui proses berupa sketsa/ide awal, dummy/comprehensive/presentation visual/mock-up dan aplikasinya. Terakhir proses produksi, pencetakan dan finishing. 4. Tahap evaluasi. Tahap ini bisa menjadi uji coba keberhasilan layout dan disain setelah melalui tahap cetak. Karena banyak hal yang mungkin berbeda ketika hasil cetak telah didapatkan. E. Penyajian Data Dan Analisis 1. Spesifikasi Media Buku :
176
Buku dirancang dalam format portrait,ukuran : 17 cm x 24 cm. Dicetak offset dalam separasi warna, emnggunakan kertas Matte Paper 150 gr. 2. Segmentasi Target Audience: a. Geografi : Segmen pembaca menurut letak wilayah atau daerah mereka tinggal, adalah pembaca di wilayah Inodonesia khususnya Kota besar. b. Demografi : Usia : 18 – 40 tahun Jenis Kelamin : Pria dan Wanita Status : Menengah c. Psikografis : Orang dengan minat terhadap kajian sejarah, disain grafis, seni rupa dan budaya. d. Behavioristis : berpikiran terbuka, mempunyai rasa ingin tahu, senang mengikuti trend. F.
Tujuan komunikasi :
Buku ini diberi judul: History of Typography, prehistoric-postmodern. Mejelaskan genre buku dalam kategori buku ilmiah, dari sudut panjang sejarah yang menyoroti tema tipografi dalam gaya disain dimuali dari masa prasejarah hingga postmodern. Konten dalam buku, merupakan alur cerita yang dimulai dari jaman pra sejarah dan diakhiri pada hingar bingar psychedelic.
Dyah Safitri Yuniar. Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
1. Tema Buku : Secara garis besar, pembagian peristwia pada buku ini sebagai berikut: a. Jaman pra sejarah, penemuan kebudayaan, penemuan tulisan, abad pertengahan. Pada 35.000 – 4.000 SM, Bangsa Afrika dan Eropa berkomunikasi menggunakangambar /lukisan di dinding goa. manusia purba melukis goa dengan simbol-simbol yang mengacu pada alam (mimesis) sebagai cara mereka berkomunikasi secara visual. Simbol berwujud gambar tersebut adalah piktogram. Seiring perkembangan kebudayaan piktogram juga berkembang menjadi tulisan, dan semakin disempurnakan oleh berbagai bangsa yang kemudian kita pakai dan kita kenal dengan huruf Romawi yang terdiri dari 26 abjad tersebut. Pictograf berevolusi dengan dua cara: pertama menggambarkan obyek dan peristiwa yang ketepatan bentuknya berkembang selama berabad- abad. Kedua pictograf berevolusi menjadi tulisan b. Berkembangnya teknologi cetak dan banyaknya tokoh yang menyempurnakan type (huruf), maraknya penerbitan buku hingga masa revolusi industri, Art Nouveau, Futurisme dan Konstruktivisme. Dicontohkan, Huruf pada Jaman Ratu Victoria yang berkuasa di Britania Raya pada Abad ke 18 menggunakan huruf bold
[fat face], stroke (batang huruf) yang kuat bahkan dibuat tiga dimensi. Huruf di ekplorasi dengan menambahkan out line, white line dan shadow. Pada masa ini, masyarakat menyukai objek gemuk, termasuk tubuh wanita karena melambangkan kemakmuran. Rupanya kecenderungan ini sejalan dengan kebutuhan disain huruf pada masa itu yang bayak digunakan untuk periklanan. c. Modernisme awal, ditandai dengan gaya Art Deco pada masa jeda Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Disain huruf-pun dibuat dengan nilai objektif dari mesin, sederhana, geometris tanpa ornament dan mengutamkan fungsi. Kerapian (bersih), Asimetri dan berdasarkan struktur grid. Penggunaan jenis huruf yang lazim adalah sans serif (tanpa kait) d. Postmodern, ditandai dengan gaya Psychedelic yang merupakan ekspresi dari jaman deperesi pada masa perang Vietnam dan pengaruh alcohol, drugs, serta music. Tahun 1960-an, di Amerika Barat khususnya di kota San Francisco di negara bagian California, terjadi protes besar-besaran anak-anak muda melawan dipengaruhi oleh semua bentuk yang terorganisir dan mengharapkan terjadinya perubahan sosial dan politik. Gerakan protes ini antara lain membuahkan generasi Hippies. Era ini ditandai dengan gaya yang khas seperti 177
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. III/ No. 1/ Edisi 4/ Mei 2015
menggunakan tipografi Art Neuveou dan tipografi Victorian. Warna mencolok dan membuat pusing, vibrasi warnaoptis yang kuat. Hal ini untuk memperkuat efek halusinasi karena pegggunaan drugs. Memakai garis-garis lengkung, hiasan yangberbunga-bunga dan tulisan yang meliuk-liuk sukar dibaca dan sering ditemui adanya ilusi-ilusi optikal. G. Kesimpulan Perancangan buku ini tidak semata-mata membuat visualisasi akan sebuah teks yang siap disain, namun melalui proses menyusun sebuah timeline dari berbagai sumber yang saling melengkapi. Selain itu, pertimbangan aspek visual sangat penting agar buku ini menjadi sebuah karya disain grafis yang baik. Mempelajari sejarah tipografi membuat kita memahami sejarah peradaban manusia, ideologi, komunikasi, teknologi,budaya, seni sampai politik. Mempelajari sejarah tipografi melalui ratusan bahkan ribuan dokumentasi manuskrip kuno, poster, buku dan masih banuak lagi, akan memperkaya pemahaman seseorang dan akan menambah kedalaman karya-karyanya. Bukan tidak mungkin, di era postmodern gaya-gaya lama akan bermunculan kembali, menjadi isnpirasi, memperkaya disain tipografi tentunya dengan sentuhan teknologi sesuai jamannya.
178
Gambar 6. Buku, packaging, poster dan merchandise Sumber: Dokumentasi Pemulis
Gambar 7. Tampilan Halaman Buku Sumber: Dokumentasi Pemulis
Gambar 8. Tampilan Halaman Buku Sumber: Dokumentasi Pemulis
Dyah Safitri Yuniar. Perancangan Buku “History Of Typography, From Prehistoric In Graphic Style”
Daftar Pustaka Adityawan S, Arief, S.Sn., Tinjauan Desain Grafis: Dari Revolusi Industri Hingga Indonesia Kini. Jakarta, Indonesia: PT Concept Media, 2010. Dabner, David, Design and Layout: Understanding and Using Graphic, Page One Publishing, Singapore, 2003. Dewi Pudiastuti, Ratna, Cara dan Tip produktif Menulis Buku, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta 2014. Meggs, Philip B, Purvis, Aston W, Meggs’ History of Graphic Design, John Wiley & Son, Inc, 2006. Meggs, Philip B, A History of Graphic Design, (Van Nostrand Reinhold Company, New York)ter. M. Dwi Marianto (Yogyakarta,1990) Rustan, Surianto, S.Sn, Layout Dasar dan Penerapannya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009. Rustan, Surianto, S.Sn, Huruf Font dan Tipografi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011. Safanayong, Yongky, Desain Komunikasi Visual Terpadu, Arte Intermedia, Buana Printing, Jakarta, 2006. Tondreau, Beth, Layout Essentials , 1001 Design Principles for Using Grids, Rockport Publisher, Massachusetts USA, 2008.
179