PERANAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DI SMP ISLAM AL-FALAAH SAWAH BARU Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Manajemen Pendidikan (S.Pd)
Oleh Hamdan Syamsudin 1112018200025
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ii
iii
ABSTRAK Hamdan Syamsudin (NIM: 111201820025). Peranan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Bagi Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru. Skripsi: Jurusan Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Kata Kunci : Sistem Informasi Manajemen, Pengambilan Keputusan, Kepala Sekolah. Pengambilan Keputusan merupakan kegiatan yang senantiasa dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya dalam menyelenggarakan pendidikan. Dalam pengambilan keputusan terdapat faktor yang menentukan efektivitas keputusan yang diambil yaitu peranan sistem informasi manajemen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem informasi manajemen pendidikan berperan terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini ialah kualitatif deskriptif analisis dimana penulis mendeskripsikan dan menganalisis data-data yang diperoleh di lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Dari penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan hasil bahwa sistem informasi manajemen pendidikan bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan telah berperan. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah menggunakan peranan SIM lebih besar dibanding pengambilan keputusan tanpa peranan SIM. Data menunjukkan bahwa 89% keputusan kepala sekolah menggunakan peranan SIM sedangkan 11% tidak menggunakan SIM. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa saran yang dapat diterapkan dalam menggunakan SIM di sekolah yaitu : 1) hendaknya kepala sekolah selalu mengacu kepada data dalam mengambil keputusan. 2) sekolah hendaknya memaksimalkan penggunaan teknologi informasi 3) sekolah hendaknya menggunakan aplikasi sistem pengambilan keputusan / decision support system agar pengambilan keputusan lebih cepat, akurat, dan tepat.
iv
ABSTRACT Hamdan Syamsudin (NIM: 1112018200025). The Role of Education Management Information System For Principal Decision Making in SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru. Thesis: Departement of Education Management. Tarbiyah and Teachers Training Faculty of State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, in 2016. Keywords : Management Information System (MIS), Decision Making, Principal Decision-making is an activity that is always done by the Principal in carrying out his duties in conducting education. In decision-making, there is the factor that determine the effectiveness of the decision made i.e. the role of management information systems. This study was conducted to determine how the education management information systems contribute to decisions made by the principal. The research method used in conducting this research is qualitative descriprive analysis which the author describe and analyze the data obtained in the field. Data was collected through interviews, observation and documents study. From this research, the author obtains the result that the education management information system for the principal in the decision-making has the essential role. It can be proven by the percentage of decision-making done by principal using the MIS is greater than the role of decision-making without it. Data shows that 100% of the principal’s decision to use the MIS role. Based on these results, there are some suggestions that can be applied in using the MIS in school they are: 1) the principal should always refer to the data in making decisions. 2) Schools should maximize the use of information technology. 3) Schools should use decision support system application in order to make the decision-making faster, more accurate, and appropriate.
v
Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan keberkahan dan karunia serta kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat mengerjakan tugas akhir skripsi dengan penuh ikhtiar yang sungguh-sungguh lagi baik dan berada dalam rida-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan judul “Peranan Sistem Informasi Manajemen
Pendidikan
Bagi
Kepala
Sekolah
Dalam
Pengambilan
Keputusan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru” Shalawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi kehidupan dengan ajaran dan suri tauladannya untuk seluruh alam. Nabi yang menjadi panutan umat muslim di dunia dan yang akan memberi syafaat kelak di akhirat. Selama proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak secara langsung dan tak langsung serta dalam berbagai bentuk mulai dari materi sampai moril. Sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Drs. Mu’arif Sam, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
5. Drs. Dindin Sobiruddin, M.Kom., Dosen Pembimbing Skripsi I dan Dr. Didik Suprijadi, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Para Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya dan Jurusan Manajemen Pendidikan khususnya yang telah memberikan pengajaran dan pendidikan untuk bisa menempuh jenjang sarjana. 7. Rais Helmi, S. Th. I., Kepala Sekolah SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. 8. Bapak H. Syamsudin dan Ibu Khodijah, Orang Tua tercinta yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya tiada tara dan selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis. 9. Seluruh keluarga penulis mulai dari tiga orang kakak yang penulis cintai dan tiga orang adik yang penulis sayangi serta keluarga dekat yang selalu memberikan keharmonisan dalam keluarga. 10. Keluarga Besar SDN DK 07 Pagi, SMPN RSBI 45 Jakarta, SMAN 33 Jakarta yang telah mengajar dan mendidik penulis hingga dapat bermasyarakat dan melanjutkan ke jenjang sarjana. 11. Teman-teman Jurusan Manajemen Pendidikan angkatan 2012 yang telah memberikan rasa kebersamaan, kesenangan,
serta perjuangan untuk
menyelesaikan skripsi. Begitu juga dengan keluarga besar Manajemen Pendidikan yang telah mengajarkan penulis berbagai hal hingga dapat menjadi seorang akademisi yang mumpuni akan keilmuan manajemen pendidikan. 12. Pengelola Program Beasiswa BIDIKMISI yang telah memberikan penulis bantuan dana pendidikan secara penuh sehingga penulis dapat menjalankan pendidikan S1 tanpa terbebani biaya operasional pendidikan. 13. Teman-teman di berbagai organisasi mulai dari Forum Mahasiswa Bidikmisi (Formabi) UIN Jakarta, Organisasi Mahasantri Ma’had (OMM), Himpunan Mahasiswa Banten (HMB), Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi (FKMB),
vii
Forum Lingkar Pena Ciputat, rekan-rekan jurnalis di berbagai forum dan media pemberitaan, serta organisasi dan komunitas lainnya yang pernah penulis ikuti sehingga penulis menjadi seorang mahasiswa yang kritis, kreatif, dan cekatan serta menjadi lebih peka terhadap dinamika yang terjadi di masyarakat dan lingkungan yang lebih luas. 14. Keluarga besar Asrama Ma’had UIN Jakarta terutama kepada Pengasuh Asrama, Ust. Utob Tabrani, Lc., MCL., yang telah mengasuh dan membina penulis selama dua tahun berada di asrama. 15. Keluarga besar Yayasan Bina Ikhwan Sawah Baru terutama kepada Bapak pemilik Yayasan, Drs. H. Subarja, M.Pd., yang telah memberikan penulis tempat singgah dan bernaung selama kuliah dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengelola sebuah yayasan. 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menjadi bagian dari kesuksesan penulis. Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada baik dari penulis maupun dalam skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua yang telah diberikan dengan pahala dan kebaikankebaikan yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Alhamdulillahi Rabbil’aalamin Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
viii
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. ii ABSTRACT ............................................................................................................ v Kata Pengantar ....................................................................................................... vi DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 9 C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 9 D. Rumusan Masalah ............................................................................................ 9 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10 F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 10 BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 11 A. Ruang Lingkup Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ........................... 11 1.
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan .............................................. 11
2.
Pengertian Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ............................ 28
B. Ruang Lingkup Pengambilan Keputusan ....................................................... 31 1.
Pengertian Pengambilan Keputusan ....................................................... 31
2.
Tipe-Tipe Keputusan .............................................................................. 33
3.
Jenis-jenis Pengambilan Keputusan ....................................................... 35
4.
Faktor-faktor Pengambilan Keputusan ................................................... 36
5.
Model Pengambilan Keputusan.............................................................. 39
6.
Tahap Pengambilan Keputusan .............................................................. 41
7.
Teknik Pengambilan Keputusan ............................................................. 43
C. Peranan SIM Pendidikan Bagi Kepala Sekolah dalam Pengambilan Keputusan .............................................................................................................. 45 D. Penelitian Relevan ......................................................................................... 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 58 A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 58 1.
Tempat Penelitian .......................................................................................... 58
2.
Waktu Penelitian ............................................................................................ 58
ix
B. Latar Penelitian .............................................................................................. 59 C. Metode Penelitian .......................................................................................... 59 D. Sumber Data ................................................................................................... 60 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 60 F. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................ 61 G. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 63 A. Deskripsi Data ................................................................................................ 63 B. Pembahasan .................................................................................................... 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 85 A. KESIMPULAN .............................................................................................. 85 B. SARAN .......................................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai berbagai macam aktivitas berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan. Ada berbagai macam kegiatan yang mencerminkan pelaksanaan pendidikan mulai dari yang bersifat
pengelolaan
dan administratif sampai
yang bersifat
teknis
pembelajaran. Sebagaimana lembaga pada umumnya, sekolah membagi kegiatan ini ke dalam bagian-bagian atau unit-unit tertentu yang mana terdapat peran-peran dari para pemangku jabatan di sekolah sebagai pihak yang menjalankan kegiatan tersebut sesuai posisinya masing-masing. Mulai dari guru, petugas TU, kepala sekolah dan jajaran yang ada memiliki andil dalam setiap
kegiatan
di
sekolah.
Kegiatan-kegiatan
tersebut
secara
berkesinambungan membangun sekolah menjadi organisasi yang dapat mewujudkan visi dan misi yang dimilikinya dengan baik. Dari semua kegiatan yang ada di sekolah terdapat kegiatan yang menjadi kunci dari pencapaian keberhasilan sekolah. Kegiatan tersebut ialah pengambilan keputusan yang sangat penting di antara kegiatan lain karena terdapat peran manajer sebagai pemimpin dalam hal ini kepala sekolah. Ada istilah yang patut kita soroti dari pernyataan tersebut. Istilah tersebut ialah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan bukan hanya sekedar kegiatan biasa tetapi lebih dari itu. Pengambilan keputusan memungkinkan setiap kepala sekolah dapat mengetahui langkah apa yang semestinya dilakukan di masa yang akan datang terkait pencapaian tujuan sekolah. Kepala sekolah akan berperan sesuai dengan keputusan apa yang ia ambil sehingga akan terjadi efektivitas manajemen yang baik atas implikasi dari teori pengambilan keputusan. Kepala sekolah merupakan jabatan yang mempunyai wewenang dalam membuat keputusan dan berada pada posisi teratas dalam suatu organisasi. Peraturan pemerintah yang menjelaskan bahwa kepala sekolah merupakan seorang pemimpin ialah Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang
1
2
Standar
Pengelolaan
sekolah/madrasah
Pendidikan
dipimpin
oleh
yang seorang
menjelaskan kepala
bahwa
“Setiap
sekolah/madrasah”.1
Sehingga kita dapat mengetahui bahwa di sekolah yang menempati posisi jabatan yang tertinggi ialah kepala sekolah. Selain itu kepala sekolah juga berwenang untuk kegiatan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang bersifat final. Artinya, keputusan itu merupakan kegiatan akhir sebelum diimplementasikan menjadi kebijakan atau program-program sekolah. Oleh karena itu yang berperan dalam pengambilan keputusan ialah kepala sekolah sebagai manajer di sekolah. Pengambilan keputusan dapat menjadikan sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan yang terus berdinamika ditengah hambatan
dan
ancaman yang muncul baik itu dari internal maupun eksternal sekolah. Sekolah menjadi lebih fleksibel meskipun harus melewati proses yang begitu rumit dalam mencapai tujuannya. Adakalanya sekolah dihadapkan pada situasi yang menghantarkan pada kegagalan namun di saat seperti inilah kegiatan pengambilan keputusan menjadi solusi untuk tetap mempertahankan eksistensinya sebagai sebuah organisasi. Sebelum kegiatan pengambilan keputusan itu berlangsung, sekolah mengalami berbagai macam problematika yang berkaitan dengan pencapaian tujuan. Kesenjangan yang terjadi antara kenyatan yang dialami sekolah dan harapan yang ingin direlisasikan menjadi sasaran utama kepala sekolah dalam memainkan peranannya sebagai decision maker. Masalah ini akan mempengaruhi respon apa yang harus diberikan untuk melahirkan sebuah solusi melalui pemecahan masalah. Dalam kegiatan pengambilan keputusan seorang kepala sekolah membutuhkan informasi. Karena dengan informasi maka akan ditempuh sebuah pemecahan masalah yang efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan yang ada. Sistem informasi yang dikelola dengan baik dapat menjadi aset bagi sekolah yang menerapkannya. Kepala sekolah dapat
1
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
3
memanfaatkan sistem informasi dalam memanaj sekolah mencapai tujuan serta visi misi yang ditetapkan. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 19 tahun 2007 mengatur tentang standar pengelolaan pendidikan. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa di dalam pengelolaan pendidikan terdapat pengelolaan informasi dalam bentuk siste informasi manajemen. “1. Sekolah / Madrasah : a. mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel; b. menyediakan fasilitas informasi yang efisien, efektif dan mudah diakses; c. menugaskan seorang guru atau tenaga kependidikan untuk melayani permintaan informasi maupun pemberian informasi atau pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan pengelolaan sekolah/madrasah baik secara lisan maupun tertulis dan semuanya direkam dan didokumentasikan; d. melaporkan data informasi sekolah/madrasah yang telah terdokumentasikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. 2. Komunikasi antar warga sekolah/madrash di lingkungan sekolah/madrasah dilaksanakan secara efisien dan efektif”.2 Sejatinya dunia sedang mengalami kebangkitan dari segi informasi. Kemajuan teknologi mutakhir diorientasikan kepada informasi. Sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berbasis informasi. Hal ini tidak terlepas dari manfaat yang dapat diperoleh dari informasi itu sendiri. Informasi merupakan sumber daya yang patut dipertimbangkan oleh kemajuan dunia. Tidak hanya perusahaan, sekolah juga sebagai sebuah instansi yang berdiri di tengah-tengah persaingan tersebut berusaha mempertahankan eksistensinya di kala persaingan bisnis juga merambah dunia pendidikan. Pertanyaan yang muncul kemudian ialah bagaimana sekolah memanfaatkan sistem informasi bagi keunggulan dalam bersaing. 2
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 Poin E Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
4
Informasi juga menjadi salah satu yang dipertimbangkan dalam dunia pendidikan. Informasi yang diolah dalam dunai pendidikan berupa sebuah sistem informasi. Semenjak sebuah sekolah didirikan sistem informasi manajemen pendidikan telah berjalan pula di dalamnya. Tetapi peranannya belum begitu dirasakan dalam meningkatkan kualitas sekolah. Ada sebuah kecenderungan yang telah lama berjalan di mana parameter yang digunakan untuk keunggulan bersaing ialah dengan pengelolaan sumber daya yang bersifat fisik. Namun sekarang paradigmanya telah berubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan bahwa informasi dapat menjadi keunggulan dalam bersaing. Tidak bisa dipungkiri betapa informasi memiliki nilai yang tinggi terhadap keberlangsungan sebuah organisasi termasuk sekolah. Hal ini tidak terlepas dari dimensi yang dimiliki dari sebuah informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi manajemen. Informasi yang dihasilkan oleh sistem yang dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang begitu besar. Pengambilan keputusan oleh kepala sekolah yang didukung dengan sistem informasi manajemen membantu sekolah mencapai tujuan pendidikan. Informasi ini berasal dari berbagai unit atau bagian yang ada di sekolah seperti kurikulum, sarana dan prasarana, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan sebagainya. Setiap bagian tersebut menerapkan sistem informasi manajemen dalam menjalankan tugasnya. Data-data yang dihasilkan dari setiap bagian tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah menjadi sebuah informasi yang dapat menggambarkan kondisi dan keadaan yang terjadi. Dengan demikian kepala sekolah dapat mengetahui posisi sekolah berapa pada keadaan yang berpeluang untuk maju atau sedang mengalami kemunduran. Kepala sekolah dapat menentukan apa langkah yang harus diambil untuk memberikan arah sekolah untuk berkembang. Kepala sekolah tidak sendirian dalam menjalankan fungsinya sebagai decision maker. Ada sejumlah wakil bidang yang mengurusi bidang-bidang yang ada di sekolah. Para wakil bidang ini menjadi perantara antara kepala
5
sekolah dengan level-level yang berada di bawahnya yang berhadapan langsung dengan program-program yang dijalankan sekolah. Sekolah yang berkualitas dapat kita lihat dari prestasi-prestasi yang diraihnya. Selain itu program-program yang dijalankan juga mendukung peyelenggaraan kegiatan pendidikan. Hal ini merupakan implikasi yang dapat diperoleh sekolah dari penerapan sistem informasi manajemen pendidikan yang baik khususnya bagi kepala sekolah dalam mengambil keputusan yang tepat dan dapat diimplementasikan sebagai sebuah kebijakan untuk mencapai tujuan pendidikan. SMP Islam Al-Falaah merupakan lembaga pendidikan yang berbasis ke-Islaman. Sekolah ini mengedepankan keunggulan dalam iman dan taqwa (IMTAQ), ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan fasilitas. Hal ini dapat dilihat dari program unggulan yang dimiliki SMP Islam Al-Falaah bagi para peserta didiknya. Program tersebut yaitu Native, Pesantren, Field Trip, Persari/Perjumsa, Sholat Dhuha, Sholat Berjama’ah, Tahfidzul Qur’an, LDKS, dan Manasik Haji. Selain program unggulan, di sekolah juga terdapat kegiatan ekstrakurikuler yaitu Iqro, Pramuka, Karate, Basket, Sepak Bola, Menari, Melukis, Paduan Suara, Bahasa Arab, Bimbingan Al-Qur’an, English Course (AEC), Drumband, dan MIPA Class. Selain dari program pendidikan dan ekstrakurikuler, untuk mewujudkan misinya yang unggul dalam IMTAQ, sekolah menambah muatan Agama dan penguatan Baca Tulis Al-Qur’an dan keterpaduan kurikulum Departemen Agama (DEPAG) untuk kurikulum sekolah disamping penggunaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk menunjang hal tersebut sekolah menyediakan fasilitas berupa Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer Multimedia, Lapangan, Ruang Ekstrakurikuler, UKS, Masjid, Ruang Serba Guna, Masjid, Kantin, Lapangan Parkir, dan Sport Hall. Satu lagi aspek yang tidak kalah pentingnya ialah tenaga pendidik. SDM-nya terdiri dari lulusan yang memiliki dedikasi tinggi di bidangnya,
6
menguasai disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang ajarnya, berpengalaman, inovatif, kreatif, dan berakhlakul karimah. Dengan demikian SMP Islam Al-Falaah dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dan berakhlakul karimah sesuai dengan misinya. Hal ini dapat dibuktikan dari berbegai prestasi yang pernah diraihnya dalam berbagai macam ajang perlombaan. Semua ini dapat dicapai tergantung dari kepemimpinan kepala sekolah dalam menghasilkan sebuah kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas sekolah. Kebijakan ini merupakan implikasi dari keputusan-keputusan yang diambil kepala sekolah. Sehingga keputusan yang diambil kepala sekolah sangat menentukan arah tujuan pendidikan yang ingin dicapai sekolah. Untuk menghasilkan keputusan yang strategis, Kepala Sekolah SMP Islam Al-Falaah dibantu oleh unit Tata Usaha dan Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kurikulum. Kedua bagian ini memiliki sistem pengelolaan informasi yang dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan. Penulis mengamati bagaimana sistem informasi manajemen di SMP Islam Al-Falaah berperan bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan. Hasil dari pengamatan tersebut penulis menemukan bahwa unit TU SMP Islam Al-Falaah tidak menggunakan SOP dan pedoman dalam melaksanakan proses administrasi sekolah. Dalam pelaksanaanya, TU SMP Islam Al-Falaah menjalankan segala aktivitas keadministrasiannya berdasarkan arahan langsung dari atasannya. Kemudian, dalam menjalin hubungan dengan pihak eskternal, misalnya orang tua murid, sekolah menggunakan sarana surat. Sedangkan pihak eksternal yang lebih luas lagi dalam hal ini masyarakat, sekolah menggunakan website untuk memberikan informasi yang ada di sekolah misalnya info penerimaan peserda didik baru (PPDB). Selain
itu,
dalam
mengumpulkan
informasi
pihak
sekolah
memanfaatkan data-data yang berasal dari agenda kegiatan program, laporan penilaian, serta laporan tertulis dan tidak tertulis. Agenda kegiatan dan
7
penialain program ini dapat diperoleh dari laporan yang diberikan dari penanggung jawab program kegiatan. Sedangkan laporan tertulis dan tidak tertulis bisa diperoleh dari masukan yang diberikan oleh murid, wali murid, dan penanggung jawab program. Dari penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa sistem informasi manajemen yang berjalan di sekolah menggunakan berbagai macam alat untuk membantu
mengumpulkan,
mencatat,
mengolah,
menganalisis,
dan
menyediakan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memutuskan kebijakan apa yang akan terapkan di tahun ajaran berikutnya. Dengan demikian terdapat berbagai sumber informasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam proses pengambilan keputusan. Namun dalam pelaksanaanya sumber informasi ini dipusatkan ke dalam dua bagian. Pertama,
untuk
mengetahui
informasi
mengenai
kurikulum
yang
diimplementasikan di sekolah dapat diperoleh dari wakil kepala sekolah (wakasek) bidang kurikulum. Sedangkan untuk informasi selain yang berkenaan dengan kurikulum, misalnya informasi tentang sarana dan prasarana, keuangan, tenaga pendidik dan kependidikan dan sebagainya dipusatkan pada unit Tata Usaha. Penemuan selanjutnya dari hasil pengamatan di SMP Islam Al-Falaah ialah terkait dengan proses pengambilan keputusan kepala sekolah. Kepala sekolah memegang posisi puncak dalam hal pengambilan keputusan. Segala hal yang menyangkut kepentingan sekolah harus berdasarkan keputusan dari kepala sekolah terlebih dahulu. Dalam hal pengambilan keputusan, posisi Wakasek Bidang kurikulum dan Tata Usaha ialah sebagai penyedia informasi di bidangnya. Sehingga sangat berperan penting bagi kepala sekolah karena dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan. Namun, kepala sekolah juga mempunyai tanggung jawab terhadap pihak yayasan selaku pemilik SMP Islam Al-Falaah. Salah satu tanggung jawabnya ialah berupa laporan program kerja yang telah dilaksanakan dalam periode
satu
tahun
ajaran.
Untuk
menentukan
bagaimana
model
pengembangan dari sebuah program pendidikan yang telah dilaksanakan,
8
pihak yayasan akan melakukan pendampingan dan studi banding dalam kurun waktu tertentu. Setelah proses itu selesai barulah diputuskan apa saja yang harus dikembangkan dan diperbaharui dari setiap program pendidikan yang ada begitu juga dengan hal lainnya yang menyangkut fasilitas, tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum dan sebagainya. Berdasarkan deskripsi
permasalahan
yang ada, penulis ingin
melakukan penelitian tentang “Peranan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan bagi Kepala Sekolah dalam Pengambilan Keputusan”.
Persaingan kian kompetitif di zaman teknologi ini berbagai lembaga pendidikan tengah berlomba membangun sistem yang dapat mempercepat proses kemajuan lembaga yang dipimpinnya. Masyarakat juga sudah beralih kepada teknologi. Dilihat dari tingkat pertumbuhan penduduk pun antara generasi yang berumur muda sekarang sedikit demi sedikit tengah mengakrabkan diri dengan penggunaan teknologi. Disini yang lebih disoroti ialah penggunaan informasi yang semakin cepat baik dalam menghasilkan mengakses maupun menyebarkan. Sehingga hal ini akan mengubah era informasi di mana informasi yang berkembang sudah mencapai pada tingkat nilai informasi yang dihasilkan bukan sekedar bahwa informasi itu ada. Informasi yang berkembang sudah pada taraf keakuratan yang tinggi, daya analisis yang tinggi dan sebagainya.
Informasi menjadi barang berharga yang menentukan maju atau tidaknya sekolah. Karena untuk menciptakan sekolah yang maju dilakukan dengan perencanaan dan penggunaan startegi bersaing yang baik. Kedua hal ini akan percuma apabila dalam proses merencanakan dan menggunakan informasi merupakan informasi yang memiliki nilai rendah dalam arti tidak memiliki nilai jual, daya prediksi yang baik, daya akurasi yang rendah. Maka pada akhirnya akan menghasilkan kebijakan yang buruk. Oleh karena itu sangat urgen bagi sebuah sekolah dalam memberdayakan informasi
9
menggunakan SIM. Apabila hal ini terpenuhi maka sekolah dapat melakukan startegi peningkatan mutu sekolah.
Buktikan jika informasi mengejahwantah dalam setiap aktivitas penyelenggaraan pendidikan.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis menemukan beberapa masalah yaitu: 1. Sekolah belum memaksimalkan fungsi teknologi komputer untuk mengelola informasi. 2. Tata Usaha tidak menggunakan SOP dan pedoman petunjuk pelaksana kegiatan dalam mengelola data sekolah. 3. Pengambilan keputusan Kepala Sekolah dipengaruhi oleh pihak Yayasan. 4. Pengambilan keputusan kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh pola pikir pribadi. C.
Pembatasan Masalah Secara garis besar terdapat banyak permasalahan yang berkaitan dengan sistem informasi manajemen di sekolah dan sikap kepala sekolah dalam mengambil keputusan, maka penulis membatasi masalah pada 1. Peranan sistem informasi manajemen pendidikan di sekolah. 2. Pengambilan keputusan Kepala Sekolah.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu: “Bagaimanakah peranan sistem informasi manajemen bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan?”
10
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari diadakannya penelitian ini ialah: “untuk mengetahui peranan sistem informasi manajemen bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan.” F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kepala Sekolah Memberikan pemahaman akan pentingnya sistem informasi manajemen dalam pengambilan keputusan untuk kebijakan sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan. 2. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif pada sekolah itu sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas manajemen sekolah. 3. Bagi Peneliti lain Menambah wawasan dan pengalaman serta penguatan pengetahuan mengenai peranan sistem informasi manajemen dalam pengambilan keputusan
11
BAB II KAJIAN TEORI A. Ruang Lingkup Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Pengertian secara keseluruhan mengenai sistem informasi manajemen pendidikan akan dapat diketahui dengan menjabarkan terlebih dahulu pengertian sistem, informasi, manajemen, dan pendidikan. Oleh karena itu berikut ini merupakan pemaparan pengertian dari beberapa ahli.
1. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan a. Pengertian Sistem Sistem secara etimologis berasal dari kata systema yang berarti adanya hubungan antara bagian atau komponen satu dengan lainnya secara teratur dan menyeluruh. Sedangkan terminologinya menyatakan bahwa sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya.3 Lebih jelasnya kita lihat beberapa pengertian lain yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai sistem. Helmawati berpendapat bahwa segala sesuatu yang saling berkaitan termasuk di dalamnya data dan bagian-bagian tertentu yang dikelola maka dapat disebut sebagai sebuah sistem. Dengan adanya pengertian ini maka pendidikan dapat dimasukkan ke dalam sebuah sistem. Ketika di dalam sebuah pendidikan terdapat pengelolaan suatu sistem informasi maka dapat dikatakan sebagai subsistem. Hal ini merupakan kegunaan yang dimiliki oleh sistem informasi manajemen untuk pihak-pihak yang mengelola pendidikan. Selain itu untuk dapat mengidentifikasi apakah hal tertentu dapat dikatakan sebagai sebuah subsistem maka dapat diketahui dengan menentukan seberapa penting hal tersebut dapat perperan dalam pencapaian tujuan sistem dan apakah hal tersebut dapat dikendalikan dalam analisis yang dilakukan terhadap sebuah 3
Helmawati, Sistem Informasi Manajemen: Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2015), h. 13
sistem. Jika tujuan sistem dapat dicapai dan ada sesuatu yang dapat dikendalikan maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai subsistem. Tujuan yang dimiliki oleh sebuah sistem yang ada pada ruang lingkup pendidikan ialah mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Sistem dalam pendidikan ialah berupa pengolahan data yang berasal dari dalam maupun dari luar lingkungan
pendidikan
yang
menghasilkan
informasi
penting
bagi
keberlangsungan sistem yang ada. Dengan kata lain terdapat sistem terbuka di mana terdapat masukan yang dikelola menjadi keluaran. 4 Secara sederhana Faisal berpendapat mengenai sistem yaitu sistem merupakan sesuatu yang menjadi kesatuan di mana antara bagian-bagian yang ada di dalamnya memiliki perangkat. Perangkat ini yang menghubungkan satu per satu bagian-bagian tersebut.5 Sistem dapat dilihat dari dua bentuk yaitu abstrak dan fisik. Sebuah susunan yang teratur berupa gagasan atau konsep yang keduanya saling ketergantungan maka disebut sistem abstrak. Sedangkan sistem fisik merupakan mekanisme, pola, atau tata aturan yang melibatkan benda-benda fisik yang membentuk sebuah aktivitas tertentu contohnya catatan, aturan, prosedur, peralatan, dan petugas yang beroperasi mencatat data, mengukur, dan menyiapkan laporan.6 James A O’Brien mendefinisikan sistem sebagai sebuah perangkat yang terdiri dari komponen yang bersangkut paut, dengan sebuah sebuah batasan, bekerja bersama untuk mencapai sebuah kesatuan umum secara objektif dengan menerima input dan menghasilkan output dalam sebuah proses transformasi organisasi.7 Judith C. Simon mengatakan bahwa sistem berhubungan dengan elemen yang bekerja bersama untuk meraih sebuah tujuan. Sebuah sistem dapat terdiri 4
Helmawati, Ibid. h. 13 M. Faisal, Sistem Informasi Manajemen Jaringan, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 171 6 Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 1999), h. 67 7 James A O’Brien and George M Marakas, Introduction to Information Systems, (New York: McGraw-Hill, 2007), thirteenth edition, h.24 5
dari sejumlah subsistem dan sub-subsistem. Subsistem ini adalah sistem yang komplit namun juga bersangkut paut dan bekerja bersama dengan subsistem lainnya untuk menyediakan sebuah sistem yang komplit.8 Agus E. Pratama menguraikan sistem sebagai kumpulan prosedur yang bekerja secara bersama-sama dalam melakukan kegiatan dan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain. Prosedur ini membuat komponen-komponen yang ada di dalamnya dapat berjalan.9 Stair menjelaskan sistem sebagai seperangkat elemen-elemen atau komponen-komponen yang berinteraksi untuk menyelesaikan tujuan-tujuan. Elemen-elemen itu sendiri dan hubungan di antaranya menjelaskan bagaimana mereka bekerja. Sistem mempunyai input, proses mekanis, output dan umpan balik.10 Amirin merumuskan pengertian sistem yaitu sehimpunan unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai kepada tujuan maka data energi barang (benda) diolah dengan jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi, energi dan/atau barang benda.11 Dari beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa sistem adalah sebuah kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian yang saling berkaitan, berinteraksi, menyusun skema dan tata cara untuk mencapai tujuan.
8
Judith C. Simon, Introduction to Information System, (New York: The Wall Street Jounal, 2001), h. 6 9 I Putu Agus Eka Pratama, Sistem Informasi dan Implementasinya: Teori & Konsep Sistem Informasi Disertai Berbagai Contoh Praktiknya Menggunakan Perangkat Lunak Open Source, (Bandung, Informatika Bandung, 2014), h. 7 10 Ralph M. Stair, George W. Reynolds, Information System, (USA: Course Technology, 2012), Ed. 9, h. 8 11 Tatang M. Amirin, Pokok-pokok Teori Sistem, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 11
b. Pengertian Informasi
Pengertian mengenai informasi perlu kita kaji untuk mengetahui hakikat dari sistem informasi manajemen pendidikan karena yang menjadi basis dari konsep ini adalah informasi. Secara umum kita dapat mengartikan bahwa informasi merupakan data yang memiliki makna dan arti hingga pada akhirnya menjadi pengetahuan baru. Namun sebelum kita menyimpulkan definisi dari kata informasi maka kita lihat penjabarannya dari para ahli. Menurut Helmawati informasi adalah data yang dianalisis dengan cara yang bermakna akan memberikan manfaat bagi pengguna data tersebut. Data dapat menjadi sebuah pengetahuan untuk dapat melakukan perencanaan pengambilan keputusan dan pengendalian lingkungan pendidikan. Hal ini dilakukan setelah melalui tahap penyeleksian terhadap kualitas informasi sehingga dapat diperoleh sebuah informasi yang benar-benar dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan. Artinya, ada sebuah usaha untuk mengolah terlebih dahulu data sebelum akhirnya menjadi informasi dan hal yang perlu diperhatikan ialah tingkat keberartian informasi tersebut bagi pengguna.12 Agus E. Pratama memberikan penjelasan bahwa informasi dikelola dengan memerlukan teknologi. Teknologi yang dimaksud adalah bukan hanya sebatas komputer melainkan alat-alat yang berguna untuk mengolah data seperti alat tulis, mesin ketik, jaringan komputer dan sebagainya. Teknologi ini yang menghasilkan informasi dari pengolahan data yang berasal dari satu atau berbagai sumber hingga memiliki nilai, arti, dan manfaat.13 Sebagaimana dengan pendapat dari tokoh lain, Gordon B. Davis juga mengungkapkan bahwa informasi memiliki manfaat dan arti bagi pihak yang menerimanya. Namun, ia menambahkan bahwa terdapat dimensi waktu terkait manfaat yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat durasi atau jangka
12 13
Helmawati, op. cit., h.17 Pratama, op. cit., h. 9
waktu dari manfaat yang dihasilkan, yakni waktu sekarang atau saat ini dan waktu mendatang. Manfaat tersebut dikaitkan dengan pengambilan keputusan.14 Faisal berpendapat bahwa informasi merupakan sebuah representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, mahasiswa, pembeli, pelanggan), barang (hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dan lain-lain) yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya.15 Stair mengungkapkan bahwa informasi adalah sebuah koleksi yang terdiri dari fakta yang terorganisir dan terproses sehingga menambah nilai di luar dari nilai fakta individual. Proses transformasi data menjadi informasi dibutuhkan penerapan
pengetahuan
dengan
cara
memilih
mengorganisasikan
dan
memanipulasi. Data terdiri dari alphanumeric (numbers, letters, and other characters), image (graphic images and pictures), audio (sound, noise, or tones), dan video (moving images or pictures).16 Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah dengan cara pencatatan, pengklasifikasian, pengorganisasian, dan dianalisis hingga menghasilkan arti, makna dan pengetahuan. c. Pengertian Manajemen
Secara singkat manajemen diartikan sebagai sebuah seni dalam mengatur. Anggapan ini berangkat dari fenomena dalam kehidupan kita sehari-hari yang tidak terlepas dari prinsip-prinsip manajemen. Semua kegiatan yang kita lakukan baik secara pribadi maupun secara terorganisir membutuhkan manajemen. Adapun pengertian menurut beberapa ahli sebagai berikut. Usman menjelaskan bahwa manajemen dalam pengertian yang luas merupakan kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 14
Davis, Op. cit., h. 3 Faisal, Ibid., h. 171 16 Stair, Ibid, h. 5 15
Sedangkan pengertian dalam arti sempit yaitu manajemen sekolah/madrasah di mana terdapat kegiatan yang lebih banyak yaitu perencanaan, pelaksanaan, kepemimpinan, pengawasan, evaluasi, dan sistem informasi yang seluruhnya dijalankan di sekolah/madrasah.17 Robbins menjabarkan manajemen sebagai proses memperoleh sesuatu pekerjaan secara efektif dan efisien melalui kerja sama dengan pihak lain. Efisien berarti melakukan pekerjaan secara benar yang mana menunjukkan kepada hubungan antara masukan dan keluaran dengan penggunaan sumber biaya sekecilkecilnya. Sedangkan efektif berarti melakukan suatu pekerjaan dengan benar yang mengarah kepada pencapaian tujuan.18 Terry menjelaskan manajemen mencakup kegiatan pencapaian tujuan yang dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Segala sesuatu diupayakan agar tidak berjalan seorang diri saja melainkan usaha-usaha kelompok yang berjalan secara efektif.19 Rue mendefinisikan manajemen adalah proses memutuskan bagaimana sebaiknya menggunakan sumber daya bisnis yang terdiri dari pekerja, peralatan, dan uang untuk memproduksi pelayanan yang baik. Manajemen merupakan sebuah kerangka kerja yang meliputi pengoordinasian sebuah sumber daya organisasi.20 Dengan demikian, penulis menyimpulkan pengertian manajemen yaitu serangkaian proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan pengevaluasian terhadap sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan dengan cara yang efektif dan efisien.
17
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 6 18 Stephen P. Robbins and David A. DeCenzo, Fundamentals of Mnagement: Essential Concepts and Applications, (New York: Pearson Prentice Hall, 2008), Ed. 6 h. 6 19 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 9 20 Leslie W Rue, et all., Management: Skills and Application, (New York: McGraw-Hill Companies, 2003), h. 3
d. Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen merupakan perpaduan antara sistem informasi dan manajemen. Keduanya saling bersinergi dalam proses yang dijalankannya. Helmawati mengungkapkan bahwa manajemen membutuhkan sistem informasi untuk mendukung proses manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Manajemen yang terdiri dari serangkaian proses membutuhkan informasi. Proses perencanaan (planning) membutuhkan informasi agar rencana yang telah ditetapkan relevan dengan sumber daya yang ada. Pada proses pengorganisasian (organizing) terdapat arus informasi ketika terjadi pengalokasian pekerjaan, wewenang, dan sumber daya antar anggota organisasi. Selanjutnya dalam kegiatan memimpin (actuating) terdapat proses mengarahkan dan memengaruhi seluruh anggota yang ada pada sebuah organisasi. Tentunya pemimpin harus mengetahui data dan informasi terkait kemampuan para anggotanya agar dapat diarahkan dengan baik. Begitu juga dengan pengendalian (controlling) seorang pemimpin atau manajer yang ingin mengetahui apakah aktivitas yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan sebelumnya atau tidak maka digunakan informasi yang dapat menggambarkan hal tersebut. Peran informasi menjadi sangat urgen ketika manajemen sedang menghadapi persoalan yang besar dan rumit. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu adanya rancangan sistem informasi. Apalagi ketika manajemen harus mengolah data dalam jumlah yang besar dan terdapat perhitungan yang rumit maka penggunaan komputer menjadi pilihan yang tepat. Komputer sendiri merupakan sebuah sistem karena ia terdiri dari beberapa komponen. Komputer terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, prosedur, data, dan orang. Namun, bukan berarti penggunaan komputer ini merupakan awal dari lahirnya sistem informasi manajemen. Jauh sebelum adanya komputer, sistem informasi manajemen sebenarnya sudah diterapkan oleh setiap organisasi. Sejak awal organisasi berdiri sejak itulah sistem informasi manajemen diterapkan.
Meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Pencatatan dan penyimpanan transkrip pada bagan yang ditulis dengan tangan oleh staf kantor merupakan salah satunya. Namun,
seiring
kemajuan
teknologi
pesat
dan
tuntutan
akan
perkembangan manajemen yang semakin dinamis maka digunakanlah komputer. Ha ini disebabkan karena manajemen membutuhkan pengolahan data dalam jumlah yang besar secara rutin disertai dengan sistem penyimpanannya. Selain itu terdapat tugas dan aktivitas yang berulang dan ada kebutuhan untuk melakukan perhitungan yang rumit. Sehingga dengan penggunaan komputer sebagai sebagai sebuah sistem maka seluruh anggota organisasi dapat terbantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam menggunakan informasi.21 Judith C. Simon mengartikan sistem informasi sebagai komponenkomponen yang terdiri dari teknologi informasi, manusia, dan prosedur yang bekerja bersama untuk menyediakan informasi yang layak dalam format yang sesuai kapan pun dibutuhkan.22 Menurut Agus E. Pratama sistem informasi merupakan gabungan dari perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), infrastruktur, dan sumber daya manusia (SDM) yang saling berkaitan dalam mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat melalui penciptaan sebuah sistem. Selain penggunaan komputer, manusia juga turut menjadi bagian dari sistem ini. Manusia menggunakan seluruh ide, pemikiran, dan perhitungan dalam menggunakan komputer yang di dalamnya terdapat software dan hardware. Selain itu terdapat pula proses perencanaan, kontrol, koordinasi, dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu sistem informasi dinamakan juga sistem kompleks.23 Menurut Gordon B. Davis sistem informasi memadukan antara manusia dengan perangkat lainnya. Perpaduan ini menghasilkan informasi yang
21
Helmawati op. cit., h.22 Simon, op. cit., h. 17 23 Pratama, op. cit., h.10 22
mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.24 Anwar menekankan konsep sistem informasi manajemen kepada integrasi antara sistem beserta komponen-komponennya atau disebut subsistem. Sistem dan subsistem yang terintegrasi menghasilkan informasi yang konsisten, akurat, dan ekonomis.25 Sistem informasi manajemen berdasarkan pendapat Faisal merupakan jaringan prosedur data yang dikembangkan dalam suatu sistem secara terpadu dengan maksud memberikan informasi baik intern dan ekstern kepada manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.26 Haag menyatakan sistem informasi manajemen berhubungan dengan perencanaan, pembangunan, manajemen, dan penggunaan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu manusia mengerjakan semua tugas yang berkaitan dengan pemrosesan informasi dan manajemen.27 Sistem informasi menurut Stair adalah seperangkat hubungan dari komponen-komponen
yang
mengoleksi,
memanipulasi,
menyimpan,
dan
mendiseminasikan data dan informasi dan menyediakan sebuah timbal balik secara mekanik sehingga bersifat objektif.28 Amirin
mendefinisikan
sistem
informasi
manajemen
merupakan
sekumpulan orang, seperangkat pedoman, dan alat perlengkapan pengolah data (sekumpulan unsur) memilih, menyimpan, mengolah, dan memanggil kembali. sistem informasi manajemen dapat mengurangi ketidakpastian di dalam pembuatan
keputusan.
SIM
menghasilkan
atau
memberikan
informasi
bagi/kepada pimpinan pada saat pimpinan tersebut tidak mempergunakan 24
Davis, op. cit., h. 3 M. Idochi Anwar, Pengembangan Sistem Informasi di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali pers, 2009), h. 5 26 Faisal, Ibid,, h. 172 27 Stephen Haag, Maeve Cummings., Management Information Systems: For The Information Age, (New York: McGraw-Hill, 2008), Ed. 7, h. 6 28 Stair, Ibid, h. 4 25
seefisien-seefisiennya
(menghasilkan/memberikan
informasi
pada
saat
diperlukan).29 McLeod mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa di mana informasi tersebut menjelaskan perusahaan dilihat dari apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi, dan apa yang kemungkinan akan terjadi di masa depan.30 Indrayani khususkan pengertian sistem informasi manajemen ke dalam aspek bisnis dengan sistem online. Menurutnya sistem informasi manajemen melayani fungsi level manajemen di organisasi, memberikan laporan kepada manajemen, menyediakan fasilitas akses secara online dan menyajikan informasi kinerja organisasi dan catatan-catatan historisnya. SIM tergantung pada data-data yang berasal dari sistem pemrosesan transaksi sebagai inputnya. Hasilnya digunakan untuk merencanakan, mengendalikan dan membuat keputusan pada level manajemen.31 Pengertian sistem informasi manajemen telah diuraikan di atas berdasarkan teori dari beberapa ahli. Dari uraian tersebut penulis menyimpulkan sistem informasi manajemen ialah serangkaian komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi, seperangkat cara atau skema yang bekerja sama mengolah data menjadi informasi.
29
Amirin, Ibid, h. 11 Raymond McLeod, dan George P. Schell, Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Ed. 10, h. 12 31 Evi Indrayani dan Humdiana, Sistem Informasi Manajemen: Mempersiapkan Pekerja Berbasis Pengetahuan Dalam Mengelola Sistem Informasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), h. 57 30
e. Komponen Sistem Informasi Manajemen
Komponen-komponen sistem informasi manajemen dapat bekerja sama untuk melakukan kegiatan penyediaan informasi dengan format yang layak pada waktu yang tepat sesuai yang diungkapkan oleh Judith C. Simon. Adapun komponen sistem informasi tersebut terdiri dari : 1. Manusia Manusia dapat menggerakkan komponen-komponen lain yang ada di sistem seperti perangkat keras, perangkat
lunak /
software, prosedur
pengoperasian dan sebagainya. 2. Prosedur Prosedur digunakan untuk memberikan petunjuk bagaimana seharusnya manusia menjalankan sistem informasi. Prosedur ini juga digunakan manusia untuk mengoperasikan perangkat keras melalui software yang dimiliki. 3. Hardware Hardware merupakan peralatan fisik berupa komputer. Komputer dijalankan menggunakan sistem angka binari. Di era digital ini bentuk komputer sudah semakin bervariasi sesuai kebutuhan menjalankan manajemen. 4. Software Software merupakan istilah yang digunakan untuk instruksi yang dimiliki sebuah hardware. Instruksi ini disebut juga program. Software terdiri dari sistem operasi dan program aplikasi. Software memberikan perintah untuk menjalankan hardware. 5. Data Data merupakan istilah yang mengarahkan kepada fakta dari sebuah topik tertentu. Data dapat diubah menjadi informasi yang berharga. Data dapat berupa rekaman, dokumen, lembar catatan.32
32
Simon, op. cit., h. 9
Sedangkan dalam paper Sarma Fuad sebagaimana yang dikutip oleh Agus E. Pratama, sistem informasi terdapat komponen-komponen yang memiliki fungsi dan tugas masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain. Komponenkomponen tersebut terdiri dari tujuh poin yaitu : 1. Input (masukan) Komponen ini menerima data yang berasal dari sebuah sumber dan telah diolah menjadi sesuatu yang memiliki nilai dan manfaat. Data yang diterima berupa data internal dan eksternal. Data ini bersumber baik dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi. 2. Output (Keluaran) Data yang telah dimasukkan ke dalam komponen input selanjutnya akan disajikan oleh komponen output kepada pengguna sistem informasi. Hasil ini merupakan akhir dari proses pengolahan komponen sistem informasi. Data yang dihasilkan sesuai dengan data yang telah di-input dan fungsionalitas dari sistem informasi tertentu. 3. Software (Perangkat Lunak) Komponen ini membantu dalam mengolah data, menyajikan informasi, menghitung data, dan lain-lain dalam sebuah sistem informasi. Komponen perangkat lunak terdiri dari sistem operasi, aplikasi, dan driver baik yang digunakan dalam komputer server dan client maupun sistem operasional yang diterapkan dalam manajemen sistem informasi. 4. Hardware (Perangkat Keras) Perangkat dalam komponen ini terdiri dari komputer dengan berbagai jenisnya termasuk perangkat pelengkapnya seperti hub, switch, dan router. Termasuk juga komputer yang digunakan oleh server maupun client. Perangkat ini berperan sebagai media dalam sistem informasi. 5. Database (Basis Data) Basis data berguna dalam penyimpanan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi. Semua data dan informasi disimpan ke dalam satu atau beberapa tabel. Basis data ini dioperasikan secara komputerisasi.
6. Kontrol dan Prosedur Kontrol
dan
prosedur
dapat
menjadi
satu
komponen
dalam
implementasinya. Komponen ini terdiri dari segala prosedur dan aturan yang berlaku serta proses pembuatan keputusan pada sebuah sistem. Dengan adanya komponen kontrol dan prosedur membuat sistem informasi dapat terhindar dari ancaman dan gangguan yang berpotensi timbul selama menjalankan sistem informasi. 7. Teknologi dan Jaringan Komputer Komponen ini berfungsi dalam mengatur komponen lainnya yaitu software,
hardware,
database,
kontrol
dan
prosedur.
Komponen
ini
memungkinkan banyak pengguna dapat terhubung dengan sistem informasi melalui jaringan yang ada seperti kabel jaringan dan wireless. Jaringan komputer dapat dibentuk menjadi jaringan lokal (private) atau pun jaringan internet (public) sesuai kebutuhan, biaya, kebijakan, situasi, dan kondisi yang ada. Dengan begitu, sistem dapat berjalan dengan baik.33 Stair juga menjabarkan komponen yang menyusun sistem informasi manajemen yaitu : 1. Input Input adalah aktivitas pengumpulan dan menangkap data mentah. 2. Proses Proses berarti mengubah atau mentransformasikan data ke dalam hasil yang berguna. Pemrosesan dapat melibatkan pemakaian hitung-hitungan, membandingkan data dan mengambil alternatif, aksi, dan penyimpanan data untuk digunakan pada masa depan. Pemrosesan dapat diselesaikan secara manual atau dengan menggunakan bantuan komputer. 3. Output Output melibatkan aktivitas memproduksi informasi berharga, biasanya dalam bentuk format dokumen dan laporan.
33
Pratama, op. cit., h. 11
4. Feedback Feedback atau umpan balik adalah informasi dari sistem yang digunakan untuk membuat perubahan pada input atau aktivitas pemrosesan.34 Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tentang komponen-komponen sistem informasi manajemen pendidikan, maka penulis menyimpulkan terdapat lima komponen penyusun sistem informasi manajemen yaitu manusia, prosedur, hardware, software dan data. f. Jenis-jenis Sistem Informasi Manajemen
Davis memandang terdapat dua jenis sistem berdasarkan klasifikasinya yaitu sistem tertutup dan terbuka. 1. Sistem Tertutup Sebuah sistem yang tidak terdapat kemungkinan bertukar materi, informasi, atau energi dengan lingkungannya disebut sistem tertutup. Sistem seperti ini akan melemah atau bercerai - berai. Namun apabila terdapat kemungkinan untuk saling bertukar materi, informasi, atau energi dengan lingkungannya maka dikatakan sistem terbuka. Hal ini dapat dikatakan sebagai kondisi yang relatif terisolasi karena tidak sama sekali tertutup dalam arti fisik. 2. Sistem Terbuka Informasi, materi, atau energi di dalam sistem terbuka saling bertukar yang meliputi masukan yang acak dan tak tentu. Dalam meneruskan eksistensinya, sistem terbuka pada suatu organisasi terdapat kecenderungan untuk bersifat adaptif terhadap lingkungan yang memiliki perubahan. Bentuk adaptasinya berupa usaha untuk mengubah dan mengorganisasikan diri sebagai tanggapan atas perubahan keadaan. Di antara sistem tertutup dan terbuka ada sistem relatif tertutup menerima masukan yang telah ditentukan sebelumnya, mengolahnya, dan memberikan keluaran yang juga telah ditentukan sebelumnya.35
34
Ralph M. Stair, George W. Reynolds, Information System, (USA: Course Technology, 2012), Ed. 9, h. 11 35 Davis, Ibid., h. 73
Jenis SIM menurut Eti terdiri dari tiga jenis yaitu intranet, internet, dan ekstranet. Sistem ini merupakan teknologi berbasis elektronik yang dapat memberikan berbagai jenis pelayanan. Sistem ini bisa digunakan untuk lembaga pendidikan yang ingin menerapkan sistem antarorganisasi (Inter Organizational System/IOS). Hal ini terkait dengan fenomena persaingan di antara lembaga pendidikan yang mana membutuhkan sistem informasi yang lebih efektif dan efisien serta praktis. Adapun ketiga jenis sistem tersebut ialah sebagai berikut : 1. Intranet. Sistem jenis ini dapat menghubungkan dua jaringan kantor yang terpisah secara geografis. Dengan sistem ini lembaga pendidikan dapat mendirikan cabang atau unit manajemen di wilayah tertentu dan tetap dapat menjalin hubungan komunikasi. 2. Internet. Sistem jaringan ini bersifat publik. Semua khalayak dapat mengakses informasi yang disajikan oleh penyedia informasi. Sehingga membantu calon peserta didik dalam menjalin hubungan komunikasi dengan sekolah. Begitu juga dengan masyarakat yang ingin mengetahui informasi seputar kualitas sekolah. 3. Ekstranet. Ekstranet bersifat hubungan keluar. Sistem jaringan ini berfungsi dalam menjalin hubungan antar lembaga pendidikan dan lembaga penunjangnya. Ekstranet membuat lingkup sistem informasi menjadi semakin luas.36 g. Manfaat Sistem Informasi Manajemen
Manajemen memiliki fungsi untuk mengendalikan. Untuk menjalankan fungsi ini dengan baik sehingga proses koordinasi dan pengarahan menjadi efektif maka diperlukan sistem informasi. Adapun manfaat sistem informasi terkait dengan pengendalian manajemen menurut Syopiansyah ialah : 1. Penghematan waktu (time saving). 2. Penghematan biaya (cost saving).
36
h. 22
Eti Rochaety, dkk., Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
3. Peningkatan efektivitas (effecitiveness). 4. Pengembangan teknologi (technology development). 5. Pengembangan personel (staff development).37 Eti Rochaety berpendapat bahwa SIM Pendidikan tidak hanya bermanfaat bagi para pengambil keputusan bidang pendidikan, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat.38 Menurutnya, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada di lingkup masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam menjaga kualitas dari proses operasional lembaga pendidikan. Karena masyarakat sebagai subsistem menjadi control society atas penyelenggaraan kegiatan yang sekolah lakukan. Ini merupakan manfaat SIM Pendidikan dalam perspektif masyarakat. Oleh karena itu sekolah juga harus mempertimbangkan tuntutan yang diinginkan masyarakat dan tuntutan itu dapat dibantu dengan memanfaatkan SIM Pendidikan. h. Sistem Informasi Manajemen Fungsional
Menurut Judith C. Simon dalam sebuah organisasi terdapat bagian mempunyai fungsi yang berbeda. Bagian-bagian ini membantu manajer dalam menggunakan sistem informasi manajemen untuk membuat keputusan. Adapun sistem informasi fungsional dalam manajemen sebagai berikut: 1. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Sistem informasi sumber daya manusia adalah fungsi organisasi yang mengatur perekrutan dan penempatan tenaga kerja dalam sebuah organisasi. Fungsi
organisasi
ini
juga
mengatur
tentang
pemberian
kompensasi,
pengembangan, dan evaluasi kerja pegawai. 2. Sistem Informasi Keuangan / Finansial Sistem informasi keuangan berfungsi dalam menyediakan data terkait pendapatan dan pengeluaran. Selain itu juga mengatur perencanaan keuangan, investasi, dan pembiayaan sebuah kegiatan. Sistem ini mencatat transaksi yang
37 Syopiansyah Jaya Putra dan A’ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.77 38 Rochaety, op.cit., h. 13
terjadi dan menganalisis data tersebut hingga menjadi informasi berharga bagi organisasi. 3. Sistem Informasi Pemasaran / Penjualan Sistem informasi pemasaran digunakan dalam menjual produk dan jasa. Sistem ini melakukan kegiatan berupa studi kelayakan pemasaran, menganalisis kemampuan produk, mengatur pemesanan, dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan. 4. Sistem Informasi Produksi / Operasi Sistem informasi produksi berfungsi membantu organisasi dalam memutuskan aktivitas produksi. Sistem ini berusaha untuk memberikan metode dalam mengubah sebuah produk menjadi bernilai. Produk yang dihasilkan dapat berupa barang dan jasa.39 Lain halnya dengan sistem informasi manajemen fungsional menurut Eti. Ia mengungkapkannya dalam praktek lembaga pendidikan. Adapun sistem tersebut ialah : 1. Sistem informasi manajemen keuangan Sistem informasi manajemen keuangan memiliki sistem pencatatan yang disebut akuntansi. Sistem ini menyajikan neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahan modal sebagai informasi yang dibutuhkan manajer. Akuntansi sendiri memiliki arti sebagai proses mencatat, menggolongkan, meringkas peristiwa dan kejadian yang menyangkut transaksi keuangan. Dengan adanya sistem ini maka lembaga pendidikan dapat mengetahui posisi keuangan dan besarnya biaya yang keluar dalam rangka menjalankan kegiatan-kegiatan sekolah. 2. Sistem informasi manajemen operasi Sekolah sebagai lembaga pendidikan membutuhkan sebuah proses pengolahan yang dapat menciptakan output berupa lulusan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah manajemen pengoperasian yang bekerja secara sistematis dalam memproses input berupa kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, peserta didik, dan sebagainya. Sistem informasi manajemen 39
Simon, op. cit., h. 29
operasi dapat membantu memecahkan permasalahan yang ada pada proses pengubahan input menjadi output yang diharapkan. Dengan begitu sekolah dapat menyajikan jasa pendidikan yang berkualitas. 3. Sistem informasi manajemen pemasaran Perkembangan lembaga pendidikan saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat. Terdapat banyak sekali lembaga pendidikan yang tumbuh dan menawarkan beragam jasa pendidikan yang berkualitas. Agar dapat bersaing, sebuah lembaga pendidikan membutuhkan sistem yang dapat menganalisis pola persaingan yang sedang terjadi. Untuk itu dibutuhkan sistem informasi manajemen pendidikan yang dapat menyajikan dan mengatur arus informasi dalam memasarkan jasa pendidikan sehingga dapat menyediakan jasa yang sesuai dengan keinginan para pengguna jasa pendidikan. 4. Sistem informasi manajemen sumber daya manusia Lembaga pendidikan berusaha untuk menciptakan program-program unggulan dalam mencapai tujuan pendidikan. Program-program tersebut harus dibarengi dengan sumber daya manusia yang kompeten dan mumpuni. Selain itu juga diperlukan usaha mengembangkan sumber daya manusia yang ada. Hal ini dapat diupayakan dengan merancang sistem informasi manajemen sumber daya manusia. Sistem ini mampu menyediakan data yang menggambarkan keadaan tentang tenaga pendidik dan kependidikan mulai dari jumlah, kondisi, status masa kerja, kompensasi, keahlian yang dimiliki dan sebagainya.40
2. Pengertian Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Sistem informasi manajemen pendidikan merupakan perpaduan antara dua bidang kajian yaitu sistem informasi manajemen (SIM) dan pendidikan. Sistem informasi manajemen merupakan bagian dari ilmu manajemen. Sedangkan konsep pendidikan sendiri sebenarnya masih luas. Namun, penulis membatasi pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan formal atau sekolah. Pemahaman Rochaety terkait konsep sistem informasi manajemen pendidikan tidak terlepas dari era baru yang sedang berkembang. Era ini 40
Rochaety, op. cit., h. 169
mempengaruhi dunia pendidikan dalam membentuk pola pergerakan lembaga pendidikan. Penggunaan komputer merupakan ciri utama dari sistem informasi manajemen yang diterapkan. Informasi menjadi kebutuhan pokok bagi kepala sekolah dalam menjalankan organisasi. Hal ini tidak terlepas dari fenomena ledakan informasi pada era ini. Era di mana informasi berkembang begitu pesat dengan dukungan teknologi. Fenomena ini berdampak baik pada kinerja lembaga pendidikan. Menurutnya penggunaan sistem informasi manajemen pendidikan merupakan tuntutan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang dipimpin. Hal ini terkait dengan pemahaman bahwa sekolah merupakan organisasi yang memiliki orientasi sosial dan bisnis. Akibatnya lembaga pendidikan dituntut untuk memiliki keunggulan dalam bersaing agar menjadi pilihan bagi para pengguna jasa pendidikan di samping juga harus meningkatkan kualitas pendidikan yang ditawarkan. Hal ini bisa dipahami sebagai sesuatu yang saling menguntungkan. Di saat sekolah berusaha untuk memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat maka orientasi yang mengarah kepada bisnis dapat menunjang dari segi pembiayaan. Dengan orientasi bisnis, sekolah dapat membangun sarana dan prasarana yang memadai. Ketika sekolah sudah memiliki fasilitas yang baik maka dengan sendirinya akan meningkatkan kualitas. Begitu juga dengan aspek lainnya yang ada di sekolah seperti kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, dan sebagainya. Pada akhirnya kedua orientasi itu akan berujung pada satu hal. Baik yang berkaitan dengan usaha meningkatkan kualitas pendidikan maupun yang berkaitan dengan orientasi bisnis sama-sama membutuhkan sistem informasi manajemen. Dengan adanya sistem informasi manajemen maka lembaga pendidikan dapat
melakukan peningkatan kelancaran informasi, kontrol kualitas, dan menjalin komunikasi dengan berbagai pihak.41 Helmawati menuturkan konsep sistem informasi manajemen pendidikan. Menurutnya pendidikan merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat subsistem atau komponen. Setidaknya di dalam pendidikan terdapat komponen tujuan, program, proses dan evaluasi. Selain itu masih banyak lagi komponenkomponen yang ada dalam pendidikan di mana satu dan yang lainnya saling terkait. Sistem informasi manajemen membantu setiap komponen yang ada di lembaga pendidikan menghasilkan informasi. Sekolah tentunya memiliki tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Mengetahui tujuan tersebut merupakan sebuah kebutuhan bagi pihak pengguna jasa pendidikan. Sedangkan bagi kepala sekolah, informasi terkait peraturan pemerintah dan informasi lainnya dibutuhkan untuk membuat perencanaan pendidikan untuk mencapai tujuan. Sekolah juga memiliki kurikulum sebagai program pendidikan. Agar kurikulum yang diterapkan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat dan dunia kerja maka, penting untuk mengetahui paradigma dan isu kontemporer yang sedang berkembang di masyarakat. Paradigma dan isu kontemporer tersebut merupakan informasi yang penting untuk menyesuaikan materi-materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kemudian dengan sistem informasi manajemen yang ada, sekolah dapat memberikan informasi terkait keunggulan program pendidikan yang dijalankan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan. Sistem informasi manajemen pendidikan berperan bagi kepala sekolah untuk mengetahui apakah seluruh komponen yang ada di sekolah telah berjalan dalam
upaya
mewujudkan
tujuan
pendidikan.
Kepala
sekolah
dapat
mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang belum mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Proses pengidentifikasian ini pun dapat dilakukan dengan sangat cepat dan tepat serta akurat dengan mengandalkan sistem informasi manajemen. 41
Rochaety, op. cit., h. 1
Adapun sistem informasi manajemen pendidikan itu sendiri ialah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen.42 Dari uraian di atas, secara terpisah kita telah mengetahui pengertian dari masing-masing kata. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa sistem informasi manajemen ialah serangkaian komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi, seperangkat cara atau skema yang bekerja sama mengolah data menjadi informasi yang berhubungan dengan aktivitas penyelenggaraan pendidikan.
B. Ruang Lingkup Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan Kita dapat mengetahui pengertian pengambilan keputusan dengan menelaah pengertian pengambilan keputusan dari beberapa ahli terlebih dahulu. Sehingga didapat pengertian yang lebih tepat tentang apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan. Menurut Rochaety, pengambilan keputusan merupakan sebuah hasil, jawaban, dan proses pemilihan, serta usaha mengakhiri proses berpikir. Hasil dari pengambilan keputusan ialah keputusan (decision). Pengambilan keputusan menekankan kepada ketepatan dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan yang ada. Hal ini dikarenakan pengambilan keputusan memiliki pengaruh dan dampak terhadap kelangsungan organisasi sekolah.43 Robbins
menjelaskan
bahwa
pengambilan
keputusan
merupakan
serangkaian proses pemilihan alternatif melalui tahap identifikasi masalah, pemilihan solusi, dan evaluasi keefektifan solusi terpilih. Pengambilan keputusan secara sederhana digambarkan sebagai sebuah pemilihan di antara alternatif-
42 43
Helmawati, op. cit., h. 38 Rochaety ,op.cit., h.152
alternatif. Proses pengambilan keputusan dimulai dengan pengidentifikasian sebuah masalah. 44 Kamaluddin memandang keputusan sebagai suatu tindakan koreksi terhadap pelaksanaan kegiatan yang menyimpang dari rencana awal. Ia memasukkan proses pembuatan pemilihan (choice making) dan pemecahan masalah (problem solving) ke dalam pengertian pengambilan keputusan. Pembuatan keputusan diawali dari kegiatan menginventarisasi seluruh perangkat untuk membuat beberapa pilihan keputusan. Setelah itu dilakukan perumusan masalah sebagai tindakan dari pengambil keputusan. Agar dapat memutuskan pilihan yang terbaik maka ditentukan kelebihan dan kekurangan yang terkandung pada pemecahan masalah.45 Setelah proses pemilihan dilakukan dan ditetapkan keputusan mana yang paling baik maka langkah selanjutnya ialah tindak lanjut dari keputusan tersebut. Dengan begitu maka proses ini akan mengarah kepada pemecahan masalah. Tidak hanya sebatas itu saja, pengambilan keputusan juga harus disertai dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi yang dihadapi. Metode ini merupakan cara yang harus dilakukan pengambil keputusan dalam mengelola informasi yang ada untuk kemudian ditemukan alternatif yang tepat. Dengan metode ini keputusan akan efektif untuk mencapai tujuan. 46 McLeod menyebut alternatif sebagai sebuah solusi. Pengambilan keputusan menurutnya merupakan aktivitas pemecahan masalah yang diselesaikan dengan cara melakukan memutuskan sebuah solusi. Keputusan merupakan sebuah tindakan pilihan yang akan dijalankan.47
44
Robbins, op. cit., Ed. 6 h. 82 Kamaluddin, Pengambilan Keputusan Manajemen, (Malang: Dioma, 2007), h. 1 46 Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi non Profit, (Jakarta, Grasindo, 2015), h. 47 47 Raymond McLeod, dan George P. Schell, Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), Ed. 10, h. 20 45
Rue mengistilahkan pengambilan atau pembuatan keputusan dalam arti sempit ialah proses pemilihan dan menentukan kelayakan respon dari sejumlah variasi alternatif untuk memecahkan masalah.48 Dengan demikian, penulis menyimpulkan pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif yang tepat, efektif, dan efisien untuk dijadikan tindakan selanjutnya dalam proses pemecahan masalah.
2. Tipe-Tipe Keputusan Scott dan Mitchell dalam Kamaluddin membedakan keputusan menjadi dua tipe yaitu keputusan perorangan dan keputusan organisasi. Keputusan perorangan bersifat pada kegiatan partisipatif sedangkan kegiatan yang bersifat produktif termasuk ke dalam keputusan organisasi. a. Keputusan berpartisipasi (perorangan) Keputusan berpartisipasi memperhitungkan timbal balik antara kontribusi yang dilakukan seseorang terhadap organisasi atau orang lain. Karakter dan kepribadian seseorang mempengaruhi pola hubungan yang dijalin antara orang tersebut dengan organisasi. Selain itu tujuan seseorang juga mempengaruhi keputusan yang akan diambil. b. Keputusan berproduksi (organisasi) Keputusan ini merupakan penyesuaian yang dilakukan organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi. Berdasarkan sifatnya, penyesuaian yang dilakukan dapat digolongkan menjadi dua yaitu penyesuaian rutin dan penyesuaian inovatif atau kreatif. Penyesuaian bersifat rutin diwujudkan dalam bentuk program-program. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi perubahan yang bersifat sistemik. Sedangkan penyesuaian inovatif dilakukan untuk menyikapi situasi yang tidak menentu yang disebabkan oleh banyak hal. Dalam keputusan inovatif diperlukan sistem komunikasi dan sistem informasi yang baik agar dapat menyediakan informasi yang relevan bagi pengambil keputusan.49 48
Leslie W Rue, et all., Management: Skills and Application, (New York: McGraw-Hill Companies, 2003), h. 68 49 Kamaluddin, op. cit., h. 10
Berbeda dengan Irwin D. Bross dalam Kamaluddin yang membagi keputusan menjadi tiga tipe. Hal ini didasarkan pada tingkatan keputusan. a. Keputusan otomatis Keputusan ini berada pada tingkat terendah. Keputusan otomatis dilakukan atas sifat biologis atau fisis, dan gerak refleks atau insting. Keputusan ini tidak dilakukan proses pemikiran terlebih dahulu. b. Keputusan memoris Keputusan di tingkat selanjutnya yaitu keputusan memoris. Kebalikan dari keputusan otomatis, keputusan memoris mengutamakan kemampuan mengingat akan wewenang dan tugas yang diberikan kepada yang pengambil keputusan. Keputusan ini cenderung pada penggunaan insting yang diarahkan pada tujuantujuan yang ingin dicapai. c. Keputusan kognitif Keputusan yang paling tinggi tingkatannya yaitu keputusan kognitif. Dalam keputusan ini, ilmu pengetahuan dan faktor-faktor tertentu menjadi dasar pembuatan keputusan. Terdapat proses yang lebih kompleks dalam keputusan kognitif yaitu adanya proses identifikasi, perumusan masalah, pembuatan berbagai alternatif, pemilihan alternatif dan implementasi serta pemantauan.50 Faisal membagi tipe keputusan menjadi keputusan terprogram dan keputusan tak terprogram. a. Keputusan terprogram -
Dibuat menurut kebiasaan, aturan, dan prosedur baik tertulis maupun tidak tertulis
-
Bersifat rutin dan berulang-ulang
b. Keputusan tak terprogram (tidak terstruktur) -
Mengenai masalah khusus, khas, dan tidak biasa
-
Kebijakan yang ada belum menjawab
-
Tanpa pengalokasian sumber daya51
50 51
Kamaluddin, op. cit., h. 14 Faisal, Ibid, h. 75
3. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan Eti Rochety membagi jenis keputusan berdasarkan sudut pandangnya yaitu: a. Keputusan Berdasarkan Tingkat Kepentingan Jenis keputusan ini mengacu kepada hierarki manajemen yang terdiri dari tiga tingkatan manajemen. Pertama, keputusan untuk menjawab tantangan dan perubahan lingkungan jangka panjang berada pada tingkat manajemen puncak yang bersifat strategis. Kedua, keputusan yang bersifat administrasi berada pada tingkat manajemen menengah yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya. Ketiga, keputusan keputusan yang menyangkut kegiatan operasional organisasi sehari-hari berada pada manajemen tingkat bawah. b. Keputusan Berdasarkan Regularitas Keputusan ini mendasarkan pada kegiatan manajemen yang dilakukan secara terstruktur di mana kegiatan terjadi secara berulang-ulang dan tidak terstruktur di mana bukan termasuk kegiatan yang rutin terjadi. Sehingga untuk kegiatan manajemen secara terstruktur dilakukan pengambilan keputusan terprogram yaitu dengan melalui serangkaian tahap penyelesaian. Sedangkan untuk kegiatan manajemen secara tidak terstruktur dilakukan pengambilan keputusan tidak terprogram tanpa melalui serangkaian tahap penyelesaian. c. Keputusan Berdasarkan Lingkungan Lingkungan memiliki cakupan yang lebih luas sehingga keputusan jenis ini dibedakan berdasarkan kondisi yang dialami, yaitu: 1. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti 2. Pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko 3. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti 4. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik52 Menurut Rue, pengambilan keputusan dibedakan menjadi dua yaitu pengambilan keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram. Pengambilan
52
Rochaety, op. cit., h.160
keputusan terprogram dicapai dengan membangun atau membuat prosedur secara sistematis. Secara normal, pengambil keputusan mengetahui situasi dalam sebuah keputusan terprogram. Selain itu keputusan ini juga dapat dikategorikan ke dalam keputusan rutin dan berulang. Pengambilan keputusan manajer dikemas oleh kebijakan organisasi, prosedur, dan peraturan yang diprogram dan dibangun sebagai garis-garis halauan yang harus diikuti oleh manajer. Sedangkan keputusan tidak terprogram memiliki atau bahkan tidak memiliki ketetapan. Hal tersebut bersifat relatif tak terstruktur dan umumnya membutuhkan banyak pendekatan secara kreatif dari si pembuat keputusan. Pengambil keputusan harus mengembangkan prosedur untuk digunakan. Umumnya, keputusan jenis ini lebih sulit dibuat ketimbang keputusan terprogram.53
4. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan Menurut Eti Rochaety, terdapat beberapa faktor pengambilan keputusan sebagai berikut: a. Posisi atau Kedudukan Posisi atau kedudukan merupakan tugas dan fungsi yang diemban seseorang dalam sebuah organisasi. Oleh karena itu, posisi atau kedudukan dapat menentukan peranannya terhadap sebuah keputusan untuk bertindak sebagai pembuat, penentu, atau sekedar staf. Sedangkan berdasarkan tingkatan posisinya dapat bertindak dalam pengaturan strategi, peraturan, pengorganisasian, pengoperasian atau hal yang berkaitan dengan teknis. b. Masalah Masalah mempunyai karakteristik yang berbeda. Selain itu, faktor penyebab yang menimbulkan masalah pun bermacam-macam. Sehingga pengambilan keputusan yang dilakukan pun akan disesuaikan dengan karakter masalahnya. Dengan demikian masalah mempengaruhi bagaimana keputusan itu diambil.
53
Rue, op.cit., h. 68
c. Situasi Situasi memiliki keragaman peristiwa yang terjadi dan mempengaruhi tindakan seseorang. Dengan kata lain situasi terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Seorang pengambil keputusan harus jeli membaca situasi yang sedang terjadi karena masalah timbul dari situasi yang sedang berjalan. d. Kondisi Daya gerak, daya berbuat atau kemampuan seseorang ditentukan oleh kondisi yang terjadi. Kondisi memberikan daya memengaruhi yang besar terhadap kemampuan seseorang dalam proses pengambilan keputusan. e. Tujuan Tujuan dapat mengarahkan seseorang dalam mengambil keputusan. Tujuan ini bisa tujuan perorangan, tujuan organisasi, atau tujuan yang memang sudah ditentukan. Sehingga pengambil keputusan berusaha semaksimal mungkin agar tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud. 54 Menurut Dermawan, faktor pengambilan keputusan ditentukan oleh hal-hal yang dapat dibagi ke dalam tiga pembagian waktu. a. Masa Lalu -
pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang telah dialami
-
keinginan-keinginan yang belum terwujud pada masa lalu
-
masalah dan tantangan yang belum selesai pada masa lalu
-
ketersediaan informasi di masa yang telah lewat
b. Masa Kini -
faktor lingkungan yang berubah saat ini
-
visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai
-
hasil dari faktor lingkungan yang telah berubah
-
terjadinya kelangkaan dan keterbatasan
54
Rochaety, op. cit., h.155
-
adanya proses bertindak dalam pemilihan alternatif solusi
-
berbagai keputusan dari organisasi lain yang diambil oleh manajer
-
kualitas dan relevansi dari informasi yang tersedia
-
pengetahuan yang timbul dari pengolahan informasi
c. Masa Depan -
visi, misi dan tujuan yang akan dicapai
-
lingkungan yang berpotensi untuk berubah
-
peluang timbulnya risiko dan kelangkaan
-
tersedianya informasi yang diharapkan55 Menurut Kamaluddin faktor pengambilan keputusan yaitu :
a. Keadaan intern organisasi Keadaan-keadaan yang ada dalam organisasi yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu sumber dana yang tersedia, kemampuan karyawan, kelengkapan peralatan, dan struktur organisasi. b. Tersedianya informasi yang diperlukan Informasi yang tersedia pada suatu organisasi bersumber dari intern organisasi dan ekstern organisasi. Dalam pemecahan masalah harus diketahui informasi terkait penyebab terjadinya masalah dan akibat yang akan terjadi apabila masalah tersebut dipecahkan. Untuk itu informasi yang tersedia haruslah informasi yang baik dan tepat. c. Keadaan ekstern organisasi Keadaan ekstern organisasi menjadi faktor tersendiri yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan karena keadaan eksternal organisasi memiliki unsur-unsur dan kekuatan-kekuatan yang berdampak besar bagi intern organisasi. Untuk itu manajer harus mampu mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mendiagnosis dan bereaksi terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan eksternal. d. Kepribadian dan kecakapan pengambilan keputusan
55
Rizky Dermawan, Pengambilan Keputusan: Landasan Filosofis, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 29
Tidak bisa dipungkiri bahwa kepribadian dan kecakapan seseorang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Hal ini terkandung pada penilaian, kebutuhan, tingkat inteligensi, kapasitas, kapabilitas, dan keterampilan yang ada pada diri seseorang. Nilai-nilai tersebut dapat tercermin pada hasil pengambilan keputusan yang dilakukan.56
5. Model Pengambilan Keputusan Dalam buku Rizky Dermawan terdapat empat model keputusan yaitu : a. Model pengambilan keputusan menurut dua pandangan yang terbagi ke dalam keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram. b. Model pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas c. Model-model pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas yang dibatasi d. Model pengambilan keputusan yang tidak terstruktur57 Lebih lengkap lagi sebagaimana dikutip dalam buku Kamaluddin, terdapat penjelasan model-model pengambilan keputusan dari beberapa ahli yaitu B.A. Fisher, E.S. Quade, Herbert G. Hicks dan C. Ray Gullet, dan Robert D. Spech. Masing-masing memiliki model tersendiri dalam pengambilan keputusan. a. B.A. Fisher Model Preskriptif Model preskripsif dinamakan juga model preskriptif. Pengambilan keputusan dalam model ini menggunakan pedoman dasar, agenda, jadwal beserta urutannya. Dalam penerapannya terdapat lima langkah yaitu orientasi, evaluasi, pengawasan, pengambilan keputusan, pengendalian. Model Deskriptif Pengambilan keputusan dengan model ini terdapat kegiatan pemberian saran apa yang akan terjadi atas variabel-variabel masalah yang diubah. Model
56 57
Kamaluddin, op. cit., h. 20 Dermawan, op. cit., h. 97
deskriptif tidak memberikan penyelesaian masalah. Hanya menerangkan atau menggambarkan kondisi yang terjadi apa adanya.
b. E.S. Quade Model Kuantitatif Model ini cenderung kepada perhitungan matematis. Selain itu terdapat peran komputer yang berupa program-program yang dapat mempengaruhi asumsi pengambil keputusan. Sehingga terdapat konsekuensi logis terhadap asumsiasumsi tersebut tanpa menggunakan pertimbangan intuisi pada prakteknya. Model Kualitatif Model ini cocok digunakan dalam pemecahan masalah sosial. Dasar pertimbangan dari model kualitatif ialah tergantung dari subjektivitas pengambil keputusan. Selain itu, perbedaan kemampuan dan daya nalar menambah subjektivitas model kualitatif. Hal ini membuat tingkat ketepatan model kualitatif masih kurang dibanding model kuantitatif. c.
Herbert G. Hicks dan C. Ray Gullet
Model Probabilitas Pengambilan keputusan didasarkan pada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Sebuah peristiwa dapat dinilai berdasarkan nilai kemungkinan yang terjadi dengan mengaitkan nilai kondisional. Model Matriks Model ini mengombinasikan penggunaan strategi atau beberapa alternatif. Terdapat dua hal pokok yaitu garis yang menggambarkan berbagai strategi atau alternatif dan lajur yang menggambarkan kondisi dan situasi yang berlainan. d. Robert D. Spech Model Matematis Masalah yang ada disederhanakan menjadi rumusan atau formula yang bersifat matematis. Rumusan ini merupakan hal yang terpenting dalam model ini. Karena terdapat perhitungan matematis maka dalam prakteknya terdapat penggunaan kalkulator atau komputer sebagai alat bantu. model simulasi komputer
Model ini mengeksplorasi penggunaan komputer dalam merancang dan menirukan kegiatan-kegiatan yang ada pada suatu organisasi. Keunggulan dari model ini ialah mempersingkat waktu dan memperkecil pengeluaran biaya. Hal ini dikarenakan terdapat variabel dalam jumlah yang banyak dan mempengaruhi suatu keputusan. model permainan operasional Model ini menggunakan prosedur permainan. Terdapat pula penggunaan alat-alat peraga seperti komputer dan sebagainya. Dalam permainan ini terdapat peran seseorang yang harus dapat mengambil suatu keputusan. Model Verbal Model keputusan verbal dibuat berdasarkan analogi-analogi tertentu, yang bersifat non-kuantitatif. Setelah itu dibuatkan hukum-hukumnya untuk kemudian diterapkan dan dibuat kesimpulan dan pengambilan keputusan yang bersifat nonkuantitatif. Dalam penerapan model verbal terdapat penggunaan model-model lain seperti model matematis, model simulasi dan model permainan operasional. Model Fisik Model
fisik
merupakan
serangkaian
keputusan
dalam
program
pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Untuk itu harus dibedakan kegiatan mana yang harus dilakukan secara berurutan dan bagian mana yang tidak perlu dilakukan secara berurutan. Dalam model ini terdapat pengklasifikasian lagi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu menjadi beberapa model yaitu tujuan yang hendak dicapai, bidang penerapan, tingkatan, karakter waktu, dan kompleksitas.
6. Tahap Pengambilan Keputusan Menurut Herbert A. Simon sebagaimana dikutip oleh Syopiansyah tahap pengambilan keputusan dimulai dari proses penyelidikan, perancangan dan pemilihan.
Pada
tahap
penyelidikan
diperlukan
petunjuk
agar
dapat
mengidentifikasi persoalan yang sedang dihadapi dengan cara mempelajari kondisi lingkungan, data mentah, diperoleh, diolah dan diuji. Selanjutnya dilakukan analisa atas persoalan yang ada untuk menghasilkan pemecahan untuk
kemudian dilakukan uji kelayakan atas pemecahan persoalan tersebut. Terakhir, memilih arah tindakan apa yang akan dilaksanakan.58 Sedangkan Robbins menjabarkan proses pembuatan keputusan melalui delapan tahap sebagai berikut : a. Identifikasi masalah b. Identifikasi kriteria keputusan c. Pengalokasian bobot kriteria d. Pengembangan alternatif e. Analisis alternatif f. Pemilihan sebuah alternatif g. Implementasi alternatif h. Evaluasi efektivitas keputusan59 Davis merangkum tahap pengambilan keputusan lebih singkat ketimbang Robbins yang terdiri dari tiga tahap yaitu : a. Penyelidikan Pada tahap ini terjadi proses mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji untuk dijadikan petunjuk yang dapat mengidentifikasi persoalan. b. Perancangan Pada tahap ini pengambil keputusan melakukan pendaftaran, pengembangan, dan penganalisaan arah tindakan yang mungkin. Hal ini meliputi proses-proses untuk memahami persoalan, menghasilkan pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan tersebut. c. Pemilihan Pada tahap ini pengambil keputusan menentukan dan melaksanakan pilihan atas apa yang telah dipilih dari semua pilihan yang ada.60
58
Pratama, op. cit., h. 158 Robbin, op. cit., h. 83 60 Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 1999), h.126 59
7. Teknik Pengambilan Keputusan Menurut Dermawan teknik-teknik pengambilan keputusan yaitu : a. Analisis diagram pareto (pareto Analysis) b. Analisis perbandingan sepasang c. Analisis jaringan (grid analysis) d. Teknik implikasi plus-minus (plus-minus implications, PMI) e. Analisis kekuatan lapangan (force field analysis) f. Analisis biaya dan manfaat (cost/ benefit analysis) Teknik pengambilan keputusan menurut Kamaluddin yaitu : a. Teknik pengambilan keputusan kreatif Teknik keputusan kreatif dibagi menjadi dua yaitu teknik brain-storming dan teknik synectics. Teknik Brain-Storming Pada teknik ini setiap anggota diberi kesempatan untuk melontarkan ide-ide mereka, tanpa rasa takut dan penuh tanggung jawab. Terdapat prosedur dalam penerapannya yaitu : -
Dilarang memberikan kritik terhadap ide-ide yang disampaikan oleh anggota kelompok
-
Setiap anggota diberi kebebasan untuk mengemukakan ide (pendapat)
-
Makin besar jumlah ide-ide yang diperoleh, makin besar kemungkinan memperoleh penyelesaian yang baik
-
Diharapkan adanya kombinasi dan perbaikan ide
Teknik Synectics Teknik ini menekankan hasil (output) berdasarkan kreativitas dari individu dan kelompok dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua mekanisme yang harus dilewati. Pertama, membuat yang aneh menjadi sesuatu yang lazim. Mekanisme ini dilakukan dengan cara membiarkan setiap individu membuat ideide yang dapat dikemukakan ke forum, atau disampaikan secara tertulis agar ide dapat berkembang. Kedua, membuat yang lazim menjadi aneh. Pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara melihat masalah dari sudut pandang yang sepenuhnya berbeda dengan yang selama ini pernah ada. b. Teknik pengambilan keputusan partisipatif Pengambilan keputusan dilakukan dengan melibatkan individu-individu dan kelompok-kelompok pada organisasi baik bersifat formal maupun informal serta menyangkut keterlibatan intelektual dan emosional serta fisik. c. Teknik pengambilan keputusan modern Terdapat dua teknik yang berbeda dalam pengambilan keputusan ini. Pertama teknik pengambilan Keputusan Delphi. Teknik ini digunakan ketika situasi dan kondisi yang tidak mampu lagi diprediksi dengan data empiris. Teknik ini akan cocok digunakan dalam beberapa kondisi bilamana suatu masalah sangat luas dan terdapat ketidaksepahaman yang sangat tajam. Selain itu tidak adanya pengalaman yang cukup terkait masalah yang akan dipecahkan. Agar mencapai hasil yang baik maka diharapkan ada tambahan proses komunikasi kelompok yang kondusif di setiap pertemuan tatap muka. teknik pengambilan keputusan kelompok nominal Teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh dan menilai informasi yang sensitif dalam kelompok. Hal ini disebabkan karena penggunaan teknik ini dikembangkan sebagai suatu prosedur manajemen kelompok untuk menjawab berbagai pertanyaan akan keberhasilan suatu gagasan atau keputusan yang telah dibuat. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan teknik ini yaitu : -
Usahakan agar para anggota dalam kelompok menemukan ide dan informasi dalam situasi kelompok nominal
-
Usahakan agar para anggota mengutarakan ide-ide mereka melalui mekanisme giliran
-
Usahakan para anggota mendiskusikan ide-ide tersebut dalam urutan yang telah ditentukan sebelumnya
-
Usahakan agar para anggota menggunakan rank voting (memilih ide atau alternatif yang baik dan memberikan urutan dari yang terbaik sampai dengan
yang tidak baik) untuk menyatakan pendapat mereka tentang pentingnya ide tersebut -
Diskusikan hasil penilaian (voting) tersebut dan tentukan apakah proses (langkah ke 4) tersebut perlu diulangi atau tidak.61
C. Peranan SIM Pendidikan Bagi Kepala Sekolah dalam Pengambilan Keputusan Kepala sekolah merupakan figur di dalam lingkungan sekolah yang memiliki fungsi tertentu. Dalam pencapaian tujuan pendidikan, kepala sekolah merupakan seorang pemimpin yang dituntut dapat mengarahkan seluruh komponen sekolah agar dapat meraih tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah juga memiliki fungsi sebagai seorang manajer ketika ia mampu menjalankan roda organisasi agar dapat berjalan sesuai prinsip manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, hingga mengevaluasi usaha-usaha yang telah berjalan. Selain dari dua fungsi tersebut, masih ada lagi yang menjadi tuntutan kepala sekolah ketika berhadapan dengan masalah yang ada di sekolah. Beda fungsi maka beda pula pemberian solusi yang diberikan kepala sekolah dalam setiap persoalan yang dihadapi. Dalam setiap solusi tersebut sangat bergantung pada informasi yang diperoleh. Untuk itu akan dijelaskan peranan sistem informasi manajemen dalam fungsi-fungsi yang dimiliki kepala sekolah.
Bagan 2.1 Sumber : Modifikasi dari Raymond (2001:14)
61
Kamaluddin, op. cit., h. 30
1. Kepala Sekolah Sebagai Manajer Sekolah memiliki tujuan yang mana tujuan ini menjadi tugas kepala sekolah untuk mewujudkannya. Sumber daya yang dimiliki sekolah dapat didayagunakan untuk mendukung pencapaian tujuan. Selain itu yang paling penting
ialah
proses
yang
harus
dilakukan
mulai
dari
perencanaan,
pengorganisasian, implementasi sampai pengendalian sebagaimana hakikat manajemen.62 Hal tersebut merupakan tugas kepala sekolah dalam fungsinya sebagai manajer. Beberapa strategi kepala sekolah dalam fungsi tersebut sebagai berikut. a. Memberdayakan Tenaga Kependidikan Kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Hal ini merupakan peran dan fungsi kepala sekolah sebagai manajer dalam memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif guna meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah. Selain itu kepala sekolah juga harus mau dan mampu memberdayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah juga harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua.63 Kepala sekolah dapat memberdayakan tenaga kependidikan dengan program yang relevan dengan kebutuhan. Selain itu program pemberdayaan tersebut juga harus disesuaikan dengan kurikulum yang diterapkan. Hal ini 62 63
Enco Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2011), h. 103. Mulyasa, Ibid. 103
bertujuan agar pengembangan tenaga kependidikan tepat pada sasaran pencapaian tujuan pendidikan. Untuk menciptakan kesesuaian program pemberdayaan maka kepala sekolah dapat menganalisis informasi tentang gambaran kebutuhan tenaga kependidikan dan tuntutan menerapkan kurikulum. Informasi tersebut didapat dari laporan-laporan tentang penerapan kegiatan pembelajaran dan laporan-laporan yang menggambarkan kondisi tenaga kependidikan. b. Meningkatkan Profesi Tenaga Kependidikan Sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, kepala sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pada saat ini profesi guru mendapatkan tuntutan berupa penguasaan IPTEK. Hal ini dikarenakan dunia pendidikan telah memasuki era komputerisasi. Untuk mengimbangi paradigma tersebut maka kepala sekolah dapat memberikan perhatian besar bagi pemenuhan tuntutan profesi tersebut. Kepala sekolah dapat mendata siapa saja tenaga kependidikan yang belum menguasai penggunaan komputer dan media teknologi pembelajaran lainnya. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan melakukan observasi ketika tenaga kependidikan menjalankan tugasnya menggunakan perangkat teknologi. Dari hasil pendataan tersebut maka kepala sekolah dapat menjadikan data tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah penanggulangan bagi tenaga kependidikan yang belum menguasai perangkat teknologi.
c. Mendorong Keterlibatan Tenaga Kependidikan Kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban, dan asas integritas. Kepala sekolah dapat melibatkan guru dalam program pendidikan di sekolah salah satunya yaitu kegiatan ekstrakurikuler. Setiap guru dapat ditugaskan untuk menjadi pembina kegiatan ekstrakurikuler. Kepala sekolah dapat memanfaatkan sistem informasi manajemen untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru. Contohnya untuk ekstrakurikuler OSIS dibutuhkan seorang pembina yang mempunyai pengalaman berorganisasi yang matang. Kepala sekolah dapat mencari informasi tersebut dengan memanfaatkan basis data berupa Curriculum Vitae (CV), sertifikat, piagam, dan daftar prestasi. Basis data ini merupakan perbendaharaan informasi yang harus dimiliki sekolah untuk menjadi bahan acuan kepala sekolah dalam menempatkan guru ke posisi pembina ekstrakurikuler yang relevan dengan kondisinya. Dengan demikian, kepala sekolah dapat memutuskan siapa saja yang cocok untuk ditempatkan pada posisi pembina ekstrakurikuler. 2. Kepala Sekolah Sebagai Administrator Sekolah memiliki banyak bidang antara lain bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, kearsipan dan keuangan. Semua bidang tersebut perlu dikelola dengan baik agar dapat berjalan secara efektif melalui kegiatan administrasi. Untuk mewujudkannya dibutuhkan sistem informasi manajemen yang dapat memberikan kemudahan mengelola semua kegiatan administrasi memalui cara dan metode yang lebih cepat dan efisien. Sehingga informasi yang disajikan akurat dan aktual. Informasi tersebut dapat menjadi bahan analisis yang dibutuhkan kepada sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja dan efektivitas sekolah.
a. Administrasi Kurikulum. Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap penyusunan kelengkapan data pembelajaran, kelengkapan data bimbingan konseling, kelengkapan data kegiatan praktikum, dan penyusunan kelengkapan data kegiatan belajar peserta didik baik di kelas maupun di perpustakaan. Sistem informasi manajemen dapat membantu melancarkan aktivitas administrasi kurikulum. Data-data mengenai kurikulum pembelajaran biasanya membutuhkan banyak dokumen. Baik itu berupa hard copy maupun soft copy. Dokumen-dokumen tersebut dapat dihimpun dan diarsipkan ke dalam tempat atau lemari penyimpanan. Bagi sekolah yang sudah menerapkan sistem komputerisasi akan lebih memudahkan dalam menyimpan dan mengaksesnya kembali. Meskipun demikian, kedua cara penyimpanan tersebut sama-sama menerapkan sistem dan metode dalam pengelolaan dokumen kurikulum. Dengan adanya sistem penyimpanan basis data kurikulum maka kepala sekolah dapat mengecek dan memantau sejauh mana kurikulum yang diterapkan dapat berjalan efektif atau tidak. Apabila terdapat data yang belum lengkap, maka kepala sekolah dapat mengetahuinya melalui sistem yang diterapkan. Selain itu, kepala sekolah juga dapat melakukan penilaian terkait progres kurikulum yang berjalan. Sehingga nantinya dapat diputuskan hal-hal apa saja yang harus diperbaiki demi keberhasilan kurikulum. b. Administrasi Peserta Didik Tugas kepala sekolah dalam pengelolaan administrasi peserta didik di antaranya berupa tugas menyusun kelengkapan data administrasi peserta didik, menyusun kelengkapan data administrasi kegiatan ekstrakurikuler, menyusun kelengkapan data administrasi hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik. Selain itu, kepala sekolah juga dapat memantau peserta didik berdasarkan informasi mengenai latar belakang, hobi dan minat, keadaan ekonomi, bahkan
masalah yang sedang dialami peserta didik. Informasi ini dapat diperoleh melalui jurnal kelas, absen siswa, data kemajuan belajar siswa, dan penilaian siswa baik kegiatan yang dilakukan dalam kelas maupun di luar kelas seperti kegiatan ekstrakuriler, studi banding, upacara, dan program pendidikan lainnya. Melalui informasi yang dihasilkan dari administrasi peserta didik maka kepala sekolah dapat memutuskan sesuatu yang membuat peserta didik mengalami peningkatan baik prestasi akademik maupun non-akademik. Kepala sekolah juga dapat memutuskan sesuatu yang bisa memfasilitasi peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran di kelas. Bahkan untuk urusan yang privasi sekalipun, misalnya seperti penurunan motivasi belajar salah seorang murid dikarenakan keluarganya terdapat konflik, kepala sekolah dapat memberikan solusi yang tepat, tentunya dengan mengandalkan informasi yang dikelola oleh sistem informasi manajemen pada proses administrasi peserta didik. c. Administrasi Personalia Tugas
kepala
sekolah
yaitu
mengembangkan
kelengkapan
data
administrasi tenaga guru, serta pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga kependidikan non-guru, seperti pustakawan, laporan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah, dan teknisi. 64 Tenaga pendidik dan kependidikan memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Setiap tugas yang dijalankan harus dikerjakan dengan baik sesuai prosedur dan aturan tertentu. Sehingga, harus ada kesesuaian antara pekerjaan yang diemban dengan kemampuan pegawai dalam menjalankan tugas. Oleh karena itu kepala sekolah harus memutuskan siapa saja yang tepat untuk ditugaskan pada posisi kerja tertentu. Misalnya, untuk mengisi posisi sebagai petugas Tata Usaha (TU) diperlukan pegawai yang memiliki keahlian dalam mengoperasikan komputer, mengerti prosedur kerja kantor, mahir dalam urusan surat-menyurat, dan sebagainya.
64
Mulyasa, Ibid,. h. 107
Untuk mencari individu yang memenuhi kriteria tersebut, maka kepala sekolah dapat melakukan pencarian informasi pegawai melalui dokumendokumen yang berisi data terkait kemampuan tenaga kependidikan yang dimiliki sekolah. Selain itu, cara lain yang bisa dilakukan kepala sekolah ialah dengan melakukan proses perekrutan pegawai. Sehingga, kepala sekolah dapat menentukan pegawai yang cocok untuk mengisi posisi yang diperlukan. d. Administrasi Sarana dan Prasarana Tugas kepala sekolah dalam kegiatan pengelolaan administrasi sarana dan prasarana di antaranya berupa mengembangkan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang, pengembangan data administrasi mesin kantor, pengembangan kelengkapan data administrasi buku atau bahan pustaka, pengembangan kelengkapan
data
administrasi
alat
laboratorium,
serta
pengembangan
kelengkapan data administrasi alat bengkel dan workshop. Sistem informasi manajemen pendidikan dapat membantu kepala sekolah dalam menyajikan kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah dalam bentuk inventarisasi barang. Dari sistem tersebut kepala sekolah dapat memutuskan apa yang arus dilakukan terhadap fasilitas yang ada entah itu pembelian, pemeliharaan, ataupun pemusnahan. e. Administrasi Kearsipan Pengelolaan administrasi kearsipan oleh kepala dapat dilakukan dengan mengembangkan kelengkapan data administrasi surat masuk, pengembangan kelengkapan data administrasi surat keluar, pengembangan kelengkapan data administrasi surat keputusan, dan pengembangan kelengkapan data administrasi surat edaran. Sistem informasi administrasi kearsipan salah satunya berupa buku arsip surat. Di dalam buku tersebut terdapat kode-kode dan penomoran surat. Dari sistem persuratan tersebut kepala sekolah dapat mengetahui persentase kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan sekolah. Sehingga kepala sekolah dapat menilai kinerja yang sudah dicapai sekolah sejauh ini. Misalnya seperti kegiatan dinas keluar, atau terdapat kunjungan dari pihak luar ke dalam sekolah. Apabila ditemukan bahwa kegiatan dinas keluar ternyata lebih sering dilakukan ketimbang kegiatan lainnya, maka kepala sekolah dapat memutuskan untuk menyediakan fasilitas yang bisa digunakan untuk dinas keluar sekolah. f. Administrasi Keuangan Kepala sekolah dapat mengembangkan administrasi keuangan rutin, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari pemerintah seperti uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), dan dana bantuan operasional (DBO), pengembangan proposal untuk mendapatkan bantuan keuangan seperti hibah atau block grant, dan pengembangan proposal untuk mencari berbagai kemungkinan dalam mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat.65 Dana yang dimiliki sekolah perlu digunakan untuk pengeluaran yang tepat guna dan berdaya guna. Oleh karena itu, kepala sekolah dapat memanfaatkan daftar kebutuhan sekolah yang telah tersusun menurut skala prioritas kebutuhan. Daftar kebutuhan ini dihasilkan dari pengumpulan informasi yang berasal dari aspek lainnya seperti aspek sarana dan prasaran, peserta didik, kurikulum, tenaga kependidikan dan lain-lain. Informasi dari setiap aspek tersebut dikelola sedemikian rupa menggunakan sistem informasi sehingga dapat mengemas informasi dengan tampilan yang menarik untuk dijadikan bahan pertimbangan pembuatan keputusan. 3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan kontrol atas kegiatankegiatan yang berjalan dapat diwujudkan dengan melakukan pengawasan oleh 65
Mulyasa, Ibid,. h. 108
kepala sekolah. Salah satu bentuk pengawasan / supervisi yang dilakukan kepala sekolah ialah pengawasan terhadap tenaga kependidikan. Dalam supervisi ini informasi didapat melalui usulan yang diberikan guru, instrumen dan metode observasi, dan tatap muka.66 Kemudian informasi dapat pula diperoleh melalui diskusi kelompok. Cara ini dapat memberikan gambaran terhadap masalah yang sedang menjadi polemik bagi tenaga kependidikan. Adapun waktu yang memungkinkan dilakukan diskusi kelompok yaitu pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) telah selesai, bisa juga setelah melakukan rapat, ataupun bersamaan dengan jam efektif.67 Pengawasan juga dapat ditujukan kepada kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah dapat menggali informasi tentang berbagai hal terkait profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai pengajar mulai dari pemilihan penggunaan metode pembelajaran, media yang digunakan guru dalam pembelajaran, keterlibatan peserta didik selama proses pembelajaran, dan kemampuan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan. Semua ini dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan kelas. Sehingga kepala sekolah menyaksikan langsung aktivitas yang sedang terjadi. Informasi yang diperoleh berdasarkan kunjungan tersebut dapat dibicarakan terkait pencarian pemecahan masalah atas masalah yang ditemukan. Dengan begitu kepala sekolah dapat menyusun program-program tertentu sebagai tindak lanjut dari pemecahan masalah. Kepala sekolah juga bisa menggali informasi untuk hal yang bersifat privasi. Langkah ini dapat ditempuh jika permasalahan yang ada tidak dapat ditemukan melalui diskusi kelompok maupun kunjungan kelas. Pembicaraan individual bersifat bimbingan dan konseling. Langkah ini juga dapat menangani hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran maupun profesionalisme guru.68
66
Mulyasa, Ibid,. h. 112 Mulyasa, Ibid,. h. 113 68 Mulyasa, Ibid,. h. 114 67
Kegiatan pengawasan oleh kepala sekolah dapat dilaksanakan sendiri maupun dengan bantuan wakil kepala sekolah, guru senior, maupun sistem informasi manajemen lainnya. Jika aspek yang diawasi tidak terlalu banyak dan mendalam, maka kepala sekolah dapat bertindak langsung. Namun, apabila terdapat banyak aspek dan permasalahan yang perlu dilakukan pengawasan maka kepala sekolah dapat mengerahkan komponen pendukung tersebut.69 4. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Wahjomumijo dalam Mulyasa mengemukakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki karakter tertentu yaitu kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.70 Dari beberapa karakter tersebut peranan sistem informasi yang dapat mendukung kepala sekolah dalam fungsi sebagai pemimpin sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan ialah sebagai berikut. 1. Menambah Pengetahuan Kepala Sekolah Sistem
informasi
manajemen
membantu
kepala
sekolah
dalam
menyediakan informasi terkait kondisi tenaga kependidikan, kondisi dan karakteristik peserta didik. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui masukan, saran, dan kritik dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya dan menyusun program tenaga kependidikan dan program lainnya. Kepala sekolah akan bertambah pengetahuannya melalui informasi yang disampaikan kepadanya. Pengetahuan ini akan menjadi bahan pertimbangan untuk setiap langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya.71 2. Membantu Pemahaman Terhadap Visi dan Misi Sekolah Sistem
informasi
manajemen
membantu
kepala
sekolah
dalam
mengembangkan visi dan misi sekolah melalui program-program tertentu. Untuk membuat program tersebut dibutuhkan informasi yang memadai guna dijadikan
69
Mulyasa, Ibid,. h. 115 Mulyasa, Ibid,. h. 115 71 Mulyasa, Ibid,. h. 115 70
bahan pertimbangan dalam menyusun program yang diinginkan. Selain itu kepala sekolah juga dapat menilai apakah jalannya program tersebut sudah mengarah kepada pencapaian visi dan misi sekolah atau malah melenceng. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman kepala sekolah terhadap visi dan misi sekolah dapat didukung oleh informasi yang disajikan oleh sistem informasi manajemen yang ada di sekolah72 3. Mendukung Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang menyangkut urusan sekolah. Setidaknya ada tiga keputusan yang diambil dalam rangka menjalankan fungsi kepemimpinan kepala sekolah yaitu mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah, mengambil keputusan untuk internal sekolah dan mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah. Setiap keputusan yang diambil tentunya membutuhkan informasi yang relevan dan informasi yang relevan ini didapat dari pemanfaatan sistem informasi manajemen.73 4. Mendukung Komunikasi yang Efektif dengan Berbagai Pihak Seorang pemimpin juga dituntut untuk dapat menjalin komunikasi yang efektif dan menuangkan gagasan kepada berbagai pihak. Hal ini perlu diperhatikan kepala sekolah mengingat fungsinya sebagai pemimpin akan menjadi tuntunan dan sosok yang selalu diberi kepercayaan dari berbagai pihak. Adapun pihak yang dimaksud yaitu tenaga kependidikan, peserta didik, dan orang tua serta masyarakat sekitar lingkungan sekolah. Kepala sekolah dapat melakukan pendekatan pemecahan masalah yang terjadi kepada pihak-pihak yang ada sesuai dengan informasi yang dikantongi kepala sekolah. Karena setiap pihak tentunya memiliki kondisi yang berbeda. Begitu juga dengan pencarian jalan keluarnya, harus disesuaikan dengan kondisi yang melatarbelakanginya. 74
72
Mulyasa, Ibid,. h. 116 Mulyasa, Ibid,. h. 116 74 Mulyasa, Ibid,. h. 116 73
D. Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Reza Mauldy Raharja berjudul pemanfaatan sistem informasi manajemen dan strategi pengambilan keputusan terhadap efektivitas pengambilan keputusan kepala SMP Se-Kota Bandung. Tujuan dari penelitian tersebut ialah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan sistem informasi manajemen terhadap efektivitas pengambilan keputusan, gambaran strategi pengambilan keputusan terhadap efektivitas pengambilan keputusan dan pengaruh pemanfaatan sistem informasi manajemen dan strategi pengambilan keputusan terhadap efektivitas pengambilan keputusan kepala SMP Se-Kota Bandung. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif yang menggunakan data primer dengan jumlah responden sebanyak 104 guru dan 26 kepala sekolah. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemanfaatan sistem informasi manajemen dan strategi pengambilan keputusan terhadap efektivitas pengambilan keputusan cukup signifikan hal ini dibuktikan dengan nilai perhitungan skor dari setiap variabel penelitian yang sangat tinggi. 75
Penelitian
berikutnya
yang meneliti
penerapan
sistem
informasi
manajemen pendidikan dilakukan oleh Ali Sahid Wahyono di SMK Darul Ulum Kertasemaya Indramayu. Penelitian tersebut dilakukan untuk memperoleh data sejauh mana sistem informasi manajemen pendidikan di sekolah tersebut diterapkan. Selain itu untuk memperoleh data mengenai proses pengumpulan, pengolahan penyebaran data sistem informasi manajemen pendidikan terhadap lingkungan sekolah dan untuk memperoleh data mengenai dampak penerapan sistem informasi manajemen pendidikan terhadap lingkungan sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data berbentuk uraian deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa SMK Darul Ulum 75 Reza Mauldy Raharja, Pemanfaatan sistem informasi manajemen dan strategi pengambilan keputusan terhadap efektivitas pengambilan keputusan kepala SMP Se-Kota Bandung, Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2014, h. ii
Kertasemaya Indramayu memanfaatkan segala potensi fasilitas / sarana dan prasarana sebagai batu pijakan dalam penerapan sistem informasi manajemen pendidikan.76 Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Wijiyanto yaitu karakteristik informasi manajemen dalam pengambilan keputusan kepala sekolah di SD Muhammadiyah
2
Surakarta.
Tujuannya
ialah
untuk
mendeskripsikan
karakteristik sistem informasi manajemen, mendeskripsikan dokumen pendukung sistem informasi manajemen, dan mendeskripsikan karakteristik manual sistem informasi manajemen. Pendekatan yang digunakan ialah kualitatif dengan teknik analisis data menggunakan empat tahapan yaitu meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Sedangkan keabsahan data dilakukan dengan teknik trianggulasi. Hasil penelitiannya ialah karakteristik sistem informasi manajemen di SD Muhammadiyah 2 Surakarta terdiri atas komponen-komponen yang berupa sub sistem perangkat keras, perangkat lunak dan sumber daya manusia. Karakteristik pendukung sistem informasi manajemen di sekolah antara lain sistem data base, decission support system, information resources management, user machine system, dan synergic organizaton. Sedangkan karakteristik manual sistem informasi manajemen di sekolah terdiri dari sistem informasi sumber daya manusia, sistem informasi akademik, dan sistem informasi kesiswaan dan sistem E-learning.77
76 Ali Sahid Wahyono, Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan pada SMK Darul Ulum Kertasemaya Indramayu. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2013. h. ii 77 Wijiyanto, “Pengelolaan Sistem Informasi Terhadap Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah”,Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2011. h. viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru yang beralamat di Jl. Intan No. 18 Villa Mutiara Sawah Baru – Ciputat Tangerang Selatan. Sekolah ini berada di dalam komplek Villa Mutiara bilangan daerah Sawah Baru teritorial Tangerang Selatan di Kecamatan Ciputat. Sekolah ini dapat diakses secara online pada website www.sekolahal-falaah.sch.id. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dengan menyerahkan revisi proposal penelitian kepada jurusan pada bulan Oktober. Setelah diumumkan dosen pembimbing, maka proses bimbingan dimulai kemudian dilanjutkan dengan studi ke lapangan. Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian lapangan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru ialah pada bulan Juli 2016. Adapun jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.1 Rencana Jadwal Penyusunan Skripsi
NO 1
BULAN MINGGU Observasi Pendahuluan KEGIATAN
Februari 1 2 1 2
September 3 4 3 4
2
Penyerahan Izin Penelitian
3
Wawancara dengan Kepala Sekolah
4
Observasi Sistem Informasi Manajemen di Sekolah
5
Pengumpulan data dokumentasi
6
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Oktober 1 2 3 4
B. Latar Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru Ciputat Tangerang Selatan. Dalam prosesnya dilakukan pengamatan langsung ke lapangan atau lokasi yang dijadikan objek penelitian. Kegiatan tersebut berusaha untuk menemukan gejala atau aktivitas yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Adapun tujuan penelitian yang dimaksud yaitu untuk mengetahui bagaimana sistem informasi manajemen berperan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SMP Islam Al-Falah Sawah Baru.
C. Metode Penelitian Terdapat jenis pendekatan penelitian jika dilihat dari teknik samplingnya yaitu pendekatan populasi, sampel, dan kasus.78 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kasus berupa situasi sosial terkait peranan SIM Pendidikan dan pengambilan keputusan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya.79 Dengan demikian peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis, dimana penulis mendeskripsikan dan menganalisis data-data yang diperoleh di lapangan. Dalam pendekatan ini peneliti menggunakan dua macam metode penelitian untuk memperoleh data yang ada yaitu : 1. Penelitian lapangan digunakan agar penulis dapat memperoleh fakta data, dan informasi yang lebih objektif dan akurat mengenai penerapan Sistem Informasi Manajemen bagi Kepala Sekolah dalam Proses pengambilan Keputusan. 2. Penelitian Kepustakaan agar dapat membandingkan antara kejadian di lapangan dengan teori yang ada di sumber-sumber kepustakaan. Permasalahan penelitian akan dikaji dengan data-data yang diperoleh dari kepustakaan berupa buku-buku dan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan 78 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 121. 79 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2011), Cet. 13, h. 215
masalah penelitian. Sehingga peneliti memperoleh suatu perspektif baru dan dapat mengaitkan ide dan teori dengan penerapan.80
D. Sumber Data Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.81 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut: a. Kepala Sekolah sebagai responden yang memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara b. Aktivitas terkait pengambilan keputusan oleh Kepala Sekolah sebagai objek dalam observasi c. Dokumen sebagai sumber data tertulis di sekolah
E. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian diproleh dengan menggunakan teknik : a. Wawancara Wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan data terkait Peran Sistem Informasi Manajemen Pendidikan bagi Kepala Sekolah dalam Proses Pengambilan Keputusan dengan instrumen penelitian berupa pertanyaanpertanyaan tertulis yang sudah disertai alternatif jawabannya.82 b. Observasi
Peneliti menggunakan observasi secara terus terang untuk memperoleh data yang dibutuhkan dari sumber data. Selain itu juga observasi tersamar untuk mendapatkan data yang dibutuhkan namun tidak diizinkan oleh sumber data.83 Dengan begitu peneliti dapat memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, memperoleh pengalaman langsung, melihat hal-hal 80 Punaji Setyosari, Metodologi Penelitian & Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. III, h. 101 81 Arikunto, op. cit., h. 172 82 Sugiyono, op.cit., h. 224 83 Sugiyono, Ibid., h. 228
yang kurang diamati oleh orang lain, menemukan hal-hal yang tidak terungkap dalam wawancara, menemukan hal-hal yang ada di luar persepsi responden, dan merasakan suasana situasional sosial yang diteliti.84 c. Studi Dokumen Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data pendukung dari metode observasi dan wawancara. Dokumen yang di dapat digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran yang memiliki kredibilitas tinggi tentang objek penelitian.
F. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen merupakan alat yang digunakan pada suatu metode dalam melakukan penelitian.85 Instrumen membantu peneliti dalam memperoleh data yang dibutukan. Terkait dengan penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa : a. Pedoman wawancara dalam metode wawancara. b. Form Observasi dalam metode observasi. c. Form Kelengkapan Dokumen dalam metode dokumentasi.
G. Teknik Analisis Data Proses analisis data dilakukan dengan mencari dan menyusun data secara sistematis dari berbagai sumber yang diproses dari kegiatan wawancara, pengamatan lokasi dan dokumentasi. Setelah itu data dikategorikan ke dalam unitunit, proses sintesa, penyusunan ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami. Berdasarkan
data
yang
diperoleh
maka
selanjutnya
data
dapat
dikembangkan menjadi hipotesis untuk dicarikan kesimpulannya hingga menjadi sebuah teori.86 Adapun proses analisis data dapat dibedakan menjadi dua tahap yaitu:
84
Sugiyono, Ibid. 228 Arikunto, op. cit., h.192. 86 Sugiyono, op. cit., h. 245 85
a. Analisis data sebelum di lapangan Pada tahap ini dilakukan studi pendahuluan untuk menemukan teori sementara yang masih bersifat sederhana terkait dengan peranan
sistem
informasi manajemen pendidikan dan pengambilan keputusan. b. Analisis data di lapangan Menguji teori dari hasil temuan sementara terkait dengan peranan sistem informasi manajemen pendidikan dan pengambilan keputusan.87
87
Sugiyono, Ibid,. h. 245
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Sejarah Singkat SMP Islam Al-Falaah didirikan pada 18 Juli 1996 di atas tanah seluas 1,7 Ha yang terletak di Kampung Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Al-Falaah ini mendapatkan izin operasional dari Kantor Departemen Pendidikan Jawa Barat dengan nomor 55/102.1/Kep/OT/97 dan mulai menyelenggarakan kegiatan pendidikannya pada 21 Juli 1997 berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Visi-Misi dan Tujuan a. Visi “Menjadikan SMP Islam Al-Falaah sebagai sekolah yang menghasilkan siswasiswi berkualitas dalam IMTAQ dan IPTEK serta berakhlakul karimah” b. Misi -
Melaksanakan pendidikan sesuai dengan aturan agama, bangsa dan negara
-
Mengaplikasikan nilai-nilai ajaran umum berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam dalam setiap pembelajaran dan kehidupan sehari-hari
-
Melaksanakan pembelajaran kepada siswa yang efektif bagi semua guru dan siswa berdasarkan landasan akhlakul karimah
-
Menumbuhkan semangat untuk berprestasi, dedikasi dan disiplin
-
Melahirkan siswa yang berkualitas iman, ilmu dan akhlaq c. Tujuan Melanjutkan pendidikan dasar sampai ditingkatkan SMP bertujuan
menjadikan peserta didik memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan dasar sebagai calon cendekiawan muslim yang bertauhid, berakhlak mulia, cakap, dan percaya diri yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
3. Struktur Organisasi Dalam rangka menciptakan iklim kerja yang terstruktur, kondusif, dan sesuai kaidah manajemen maka SMP Islam Al-Falaah membuat struktur organisasi. Di dalamnya terdapat gambaran yang terdiri dari individu dalam suatu jabatan tertentu, wewenang, garis perintah dan koordinasi. Adapun bentuk dari struktur organisasi dapat dilihat dalam lampiran.
4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tenaga pendidik dan kependidikan merupakan subjek yang menjalankan keputusan kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Di SMP Islam AlFalaah tenaga pendidik dan kependidikan terdiri dari guru, staf, dan tenaga pramubakti. Selain itu kepala sekolah juga termasuk tenaga kependidikan karena ikut serta dalam praktek pendidikan. Kepala SMP Islam Al-Falaah dijabat oleh Rais Helmi, S. Th. I semenjak tahun 2009. Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah yaitu Sayogi, S. Pd. Adapun guru-guru yang dimiliki SMP Islam Al-Falaah sebanyak 14 guru. Jumlah tersebut terdiri dari guru yang menjabat sebagai wali kelas atau disebut wali kelas dan guru yang hanya mengajar bidang studi tertentu atau disebut guru bidang studi. Terdapat 9 wali kelas yang diposisikan untuk sembilan rombongan belajar (rombel) di mana rombel ini terbagi ke dalam 3 tingkat kelas yaitu Kelas 7, Kelas 8 dan Kelas 9. Sehingga setiap tingkat memiliki 3 rombel yaitu Kelas 7 terdiri dari VII.1, VII.2, dan VII.3, Kelas 8 terdiri dari VIII.1, VIII.2, VIII.3, dan Kelas 9 terdiri dari IX.1, IX.2, IX.3.
5. Peserta Didik Pada tahun ajaran 2016/2017 SMP Islam Al-Falaah memiliki peserta didik sebanyak 225 murid yang terdiri dari 114 murid laki-laki dan 111 murid perempuan. Jumlah tersebut tersebar ke dalam 9 rombongan belajar (rombel) yang
terdiri tiga tingkat kelas di mana masing-masing tingkat memiliki 3 rombel. Setiap rombel diisi oleh peserta didik dengan jumlah yang berbeda-beda yaitu berkisar antara 23 sampai 27 murid. Secara akademik peserta didik SMP Islam Al-Falaah memiliki kualitas yang cukup baik. Hal tersebut salah satunya dilihat dari perolehan nilai Ujian Nasional (UN). Tercatat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir murid-murid SMP Islam Al-Falaah selalu lulus 100 persen. Sedangkan dari sisi non akademik SMP Islam Al-Falaah memiliki beberapa kegiatan yang menjadi wadah pengembangan bakat dan minat bagi peserta didiknya di antaranya ekstrakurikuler, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Field Trip, Perjumsa). Kegiatan-kegiatan tersebut sekaligus menjadi ajang bagi murid dalam mengembangkan dan menyalurkan kemampuan dan keterampilan yang dapat menunjang prestasi akademik murid. B. Pembahasan 1. Komponen Sistem Informasi Manajemen Pendidikan SMP Islam AlFalaah Sawah Baru SMP Islam Al-Falah Sawah Baru memiliki komponen yang menunjang berjalannya sistem informasi manajemen pendidikan di sekolah. Komponen ini terdiri dari manusia, prosedur, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (hardware), dan data. a. Manusia Komponen ini adalah sumber daya manusia (SDM) yang merupakan tenaga pendidik dan kependidikan di SMP Islam Al-Falah Sawah Baru. Komponen ini bertugas mengolah data pada posisi yang telah ditetapkan kepala sekolah. Sekolah memiliki empat bidang yang terdiri dari kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, dan peserta didik. Masingmasing bidang telah ditugaskan SDM sebagai penanggung jawab pengolah data yaitu Pak Sayogi di bidang kurikulum, Pak Mufit, S.Pd. di bidang tenaga pendidik
dan kependidikan sekaligus ditugaskan sebagai operator dapodik, Pak Tohari, S.Pd. di bidang peserta didik, sedangkan bidang sarana dan prasarana langsung ditangani oleh TU yaitu Bu Nia, A,Md, dan Bu Desi, A,Md, Operator Dapodik yaitu Mufit, S.Pd. b. Prosedur Meskipun sekolah tidak memiliki SOP dalam kegiatan administrasi sekolah tetapi pengolah informasi dalam hal ini petugas TU dan Operator Dapodik memiliki pola yang cenderung tersistem dan termekanisasi serta berulang sehingga tanpa disadari mereka melakukan tugasnya secara prosedural. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bu Nia : “Untuk tugas secara terperinci ada. Ada bermacam-macam aspek seperti guru, murid dan sebagainya. Ada juga pembagian tugas secara tertulis.”88 Kemudian ia juga mengungkapkan bahwa terdapat jadwal rutin untuk melakukan koordinasi yang dipimpin oleh kepala sekolah dalam menyampaikan informasi seputar hasil keputusan yang telah ia buat untuk diterapkan setiap Minggunya. Bu Nia menambahkan : “Ada rapat kecil dalam bentuk briefing setiap setelah upacara sekitar 10 sampai 15 menit. Biasanya di ruangan atau kadang juga di lobi.”89 Begitu juga dengan Pak Mufit menyampaikan bahwa dalam mengolah dapodik dirinya berpaku pada petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksana (juplak). Pak Mufit berkata : “Ada dulu pertama kali ada pelatihan juknis dan juplak yang dilatih langsung oleh kementerian”90
88
Wawancara dengan Petugas TU, Ibu Nia, A.Md, Tangerang Selatan, Rabu, 31 Agustus 2016 Wawancara dengan Petugas TU, Ibu Nia, A.Md, Tangerang Selatan, Rabu, 31 Agustus 2016 90 Wawancara dengan Operator Dapodik, Bapak Mufit, S.Pd, Tangerang Selatan, Sabtu 22 Oktober 2016 89
c. Hardware Perangkat keras atau hardware yang digunakan pada sistem informasi manajemen pendidikan di SMP Islam Al-Falaah terdiri dari komputer, lemari arsip, bindex, folder, papan informasi, ATK, mesin fotocopy. d. Software Perangkat lunak atau software yang digunakan pada sistem informasi manajemen pendidikan di SMP Islam Al-Falaah terdiri dari aplikasi dapodik, website, blog, aplikasi pengolahan data dan angka. e. Data Data internal yaitu data yang berkaitan dengan aspek kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, dan peserta didik. Data eksternal yaitu kebijakan dan peraturan pemerintah, kebijakan yayasan, saran dan masukan dari orang tua murid, data kondisi sosial kemasyarakatan. 2. Jenis-Jenis Sistem Informasi Manajemen SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru a. SIM Berbasis Komputer Sistem informasi manajemen pendidikan berbasis komputer yang ada di SMP Al-Falaah yaitu Sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dappodikdasmen). Aplikasi Dapodik adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah sesuai dengan instruksi Menteri no. 2 Tahun 2011 tentang Kegiatan Pengelolaan Data Pendidikan. Adapun fungsinya ialah untuk mendata 4 entitas data pokok pendidikan yaitu data satuan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, dan subtansi pendidikan. Sistem pengumpulan data sekolah ke dalam aplikasi Dapodik melalui tiga tahap yaitu:
1. Operator sekolah mendistribusikan formulir pendataan kepada sekolah, PTK, dan Peserta Didik dalam rangka mendapatkan data untuk diisikan ke dalam aplikasi. 2. Data yang terisi pada formulir selanjutnya dimasukkan ke dalam aplikasi Dapodik. 3. Data yang telah terisi pada aplikasi Dapodik kemudian dikirim ke server pusat melalui jaringan yang telah tersedia. Pendataan tersebut melalui prosedur transaksional yang diisi secara periodik. Data yang telah masuk ke dalam aplikasi Dapodik selanjutnya dilakukan proses validasi dan sinkronisasi data. SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru sudah menggunakan aplikasi dapodik sejak 5 tahun lalu. Pada tahun ajaran 2016/2017 SMP Islam Al-Falaah menggunakan aplikasi Dapodik Versi 2016. Aplikasi dapodik digunakan oleh sekolah untuk memberikan informasi yang dimiliki sekolah ke server pusat di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Mufit : “Data-data dari sekolah dimasukkan ke dapodik kemudian dikirim langsung ke luar yaitu kementerian. Oleh karena itu kalau kementerian mau melihat data sekolah bisa melalui dapodik”91 Aplikasi
dapodik
memberikan
kemudahan
bagi
sekolah
dalam
memberikan data riil kepada pihak luar yaitu kementrian. Manfaat yang diperoleh yaitu lebih cepat, lebih efisien, dan lebih tertata rapi. Sebelum adanya aplikasi dapodik pihak sekolah harus melalui tahap yang berlapis-lapis yaitu ke dinas kota, dinas kabupaten, dan ke pusat di Kemendikbud. Dengan kondisi seperti ini Pak Mufit berkata : “Itu banyak sekali jalur birokrasi. Kemudian dari sinilah dianggap perlu dari kementrian harus ada update data. Maka dari situlah dengan kemajuan
91
Wawancara dengan Operator Dapodik, Bapak Mufit, S.Pd, Tangerang Selatan, Sabtu 22 Oktober 2016
teknologi dan banyak aplikasi dibuatlah namanya aplikasi data pokok pendidikan” Berdasarkan cara kerja yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan alur informasi yang mengarah ke luar atau dengan kata lain dapodik digunakan bukan untuk intern melainkan ekstern sesuai dengan keterangan dari Pak Mufit : “Kalau pihak luar ingin melihat data sekolah, mengacu ke dapodik. Adapun untuk urusan internal lihat ke TU”92 Dengan begitu dapat diketahui bahwa peranan aplikasi dapodik di dalam internal sekolah khususnya bagi pengambilan keputusan kepala sekolah sangat kecil. Hal ini disebabkan karena tujuan penggunaan aplikasi dapodik itu sendiri ialah untuk memberikan laporan-laporan kepada Kemendikbud. Adapun pengambilan keputusan kepala sekolah lebih banyak menggunakan informasi dari TU sekolah. Karena pada dasarnya data yang dimasukkan ke aplikasi dapodik merupakan data yang berasal dari TU. Hal ini dibuktikan oleh perkataan dari Pak Mufit : “Jadi di TU mengelola data di intern tetapi kalau ada laporan ke luar maka dari TU memberikan data ke dapodik”93 Kepala sekolah, Pak Helmi juga membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan jika melakukan kegiatan pengambilan keputusan maka data yang digunakan ialah data yang berasal dari TU seperti penjelasan berikut : “Semua data-data mulai dari foto kegiatan, video, instrumen, berkas dan dokumen-dokumen tersebut ada semua di TU”94 Petugas TU, Bu Nia pun berkata hal yang sama. Ia mengungkapkan : “Dapodik aplikasi pengolahan data sekolah. Namun dari dapodik juga minta data ke TU”95
92 Wawancara dengan Operator Dapodik, Bapak Mufit, S.Pd, Tangerang Selatan, Sabtu 22 Oktober 2016 93 Wawancara dengan Operator Dapodik, Bapak Mufit, S.Pd, Tangerang Selatan, Sabtu 22 Oktober 2016 94 Wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Rais Helmi, S.Th.I, Tangerang Selatan, Senin, 17 Oktober 2016 95 Wawancara dengan Petugas TU, Ibu Nia, A.Md, Tangerang Selatan, Rabu, 31 Agustus 2016
Dengan demikian sistem informasi manajemen pendidikan berbasis komputer yang diterapkan sekolah yang berupa aplikasi dapodik tidak berperan dalam pengambilan keputusan kepala sekolah melainkan berperan dalam memberikan informasi yang dijadikan acuan pihak luar yaitu dinas pendidikan dan Kemendikbud. Atau dengan kata lain aplikasi Dapodik menjadi bagian keluaran (output) pada sistem informasi manajemen non-komputer yang berfungsi untuk menyalurkan informasi ke luar. b. SIM Manual Sistem informasi manajemen pendidikan non-komputer atau bisa juga disebut manual yang ada di SMP Islam Al-Falah dilakukan pada unit Tata Usaha (TU). Peranan yang dijalankan oleh TU Al-Falaah yaitu menyediakan laporanlaporan atau informasi bagi pucuk pimpinan sekolah untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat dalam ranah pemecahan masalah. Untuk menjalankan peranan tersebut, sekolah mempunyai dua orang petugas TU yaitu Bu Nia, A.Md. dan Bu Desi, A.Md. Sistem informasi manajemen pendidikan ini melakukan pengelolaan data secara keseluruhan yang terdiri dari data kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, dan peserta didik. Semua data-data tersebut diorganisasikan sedemikian rupa hingga membentuk kategori-kategori data dan susunan yang tertata. Penataan data-data tersebut dilakukan di lemari, folder, bindex, papan informasi. Selain itu meskipun dilakukan secara manual namun tetap menggunakan perangkat komputer untuk menyimpan data. Sehingga data dapat disajikan dalam bentuk hardcopy maupun softcopy. Sesuai yang disampaikan oleh Bu Nia : “Tetap ada usaha untuk memasukkan file ke dalam komputer. Jadi hard copy nya ada dan soft copynya ada juga. Dan dalam melakukan hal itu ada petugas TU lainnya yang membantu . jadi ketika data semakin banyak maka dimasukkan ke komputer.”96
96
Wawancara dengan Petugas TU, Ibu Nia, A.Md, Tangerang Selatan, Rabu, 31 Agustus 2016
Peranan dalam pengambilan keputusan kepala sekolah ialah menyediakan data
yang
diperlukan
kepala
sekolah
sebagai
informasi
yang
dapat
dipertimbangkan untuk membuat alternatif-alternatif penyelesaian masalah. SIM menyediakan data sesuai dengan keputusan apa yang akan dibuat oleh kepala sekolah, hal ini berdasarkan ungkapan Bu Nia : “Tergantung temanya. Kalau misalkan membahas soal PPDB data yang diminta yaitu jumlah yang daftar kami persiapkan. Dan setiap rapat dengan tema yang beda ya datanya sesuai dengan tema itu.”97 Proses penyebaran informasi, baik informasi yang digunakan untuk bahan pertimbangan pembuat alternatif maupun informasi hasil keputusan yang telah dibuat oleh kepala sekolah yaitu melalui cara manual seperti pemberian informasi menggunakan dokumen tertulis sebagaimana yang dituturkan oleh Bu Nia : “Membantu untuk komunikasi dan koordinasi saja. kalau hal-hal yang bersifat besar dan perlu banyak yang dibicarakan maka harus tatap muka. Cukup dikasih tahu contohnya ada pembukuan hasil rapat untuk menjadi arsip. Hasil diskusi dan hasil rapat dibukukan dan disampaikan ke pihak yang berkaitan.”98 Selain itu juga ada laporan secara lisan apabila dianggap perlu oleh kepala sekolah. Bu Nia berkata : “Ada laporan langsung dari guru-guru waktu ikut rapat.”99 Semua proses tersebut mulai dari pengumpulan data, pengorganisasian data, penyediaan data hingga penyimpanan data merupakan kegiatan sistem informasi manajemen non-komputer yang berperan menyediakan informasi yang dibutuhkan kepala sekolah dalam rangka pemecahan masalah. c. SIMP Terbuka Sistem terbuka memiliki pertukaran informasi antara organisasi dengan lingkungan. Sekolah yang merupakan sistem terbuka memiliki daya adaptif terhadap perubahan dalam lingkungan sehingga dapat meneruskan eksistensinya. 97
Wawancara dengan Petugas TU, Ibu Nia, A.Md, Tangerang Selatan, Rabu, 31 Agustus 2016 Wawancara dengan Petugas TU, Ibu Nia, A.Md, Tangerang Selatan, Rabu, 31 Agustus 2016 99 Wawancara dengan Petugas TU, Ibu Nia, A.Md, Tangerang Selatan, Rabu, 31 Agustus 2016 98
Sekolah mengorganisasikan diri untuk menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam kehidupan nyata sekolah melakukan hal ini untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing di dunia pendidikan. Sistem informasi manajemen di SMP Islam Al-Falaah termasuk ke dalam sistem terbuka. Hal ini dapat diketahui dari batasan-batasan sistem yang ada di sekolah yaitu masukan (input), sistem informasi manajemen, dan keluaran (output). Pada setiap bagian tersebut khususnya ruang lingkup sistem informasi manajemen dapat terlihat bagaimana pertukaran informasi antara lingkungan dengan sekolah dikelola sedemikian rupa hingga menjadi bahan baku pembuat keputusan. Masukan (input) berasal dari lingkungan yang berada di luar SIM sekolah. Masukan ini berupa peraturan pemerintah, kebijakan yayasan, saran dan masukan dari komite, serta kondisi dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Input tersebut kemudian diolah oleh sistem pengolahan data menggunakan komponen-komponen SIM yang dimiliki oleh sekolah. Pada proses pengolahan ini data diubah ke dalam bentuk yang lebih berguna bagi kepala sekolah dalam mengambil keputusan. Data-data tersebut dikategorikan ke dalam bidang yang ada di sekolah yaitu data kurikulum, data tenaga pendidik dan kependidikan, data sarana dan prasarana, dan data peserta didik. Data tersebut selanjutnya berkontribusi bagi pengambilan keputusan kepala sekolah untuk merancang sejumlah program kegiatan seperti pembuatan kalender akademik, program peningkatan tenaga pendidik dan kependidikan seperti seminar, pelatihan dan workshop guru, program peserta didik seperti field trip, dan program lainnya seperti bakti sosial Bencana Garut. Keluaran atau output yang dihasilkan adalah data yang ada dalam dapodik, data kehumasan, data hasil UN, data Prestasi siswa, informasi yang terpampang di website dan blog guru, informasi disampaikan oleh penjaga sekolah ke tamu dan sebagainya.
Bagan 4.1 SIMP Terbuka SMP Islam Al-Falaah
Semua proses kegiatan tersebut selanjutnya dikemas kembali ke dalam bentuk informasi melalui proses pencatatan, perekaman, dan sebagainya. Informasi ini selanjutnya menambah perbendaharaan informasi yang dimiliki sekolah. Semua proses dan tahap tersebut adalah sistem informasi manajemen di sekolah. Sistem informasi manajemen pendidikan Alfalah berperan dalam meningkatkan keunggulan bersaing. Keputusan-keputusan yang dilakukan kepala sekolah dalam semua bidang yang ada, sejatinya merupakan upaya dalam memenangkan persaingan global sekaligus menjawab tantangan zaman. Keputusan tersebut ada dalam perencanaan dan rancangan yang disebut sebagai grand design sekolah. Grand Design ini merupakan wujud konkret dari adaptasi yang dilakukan sekolah Alfalah yang menganut sistem informasi manajemen terbuka. Selain itu SIM terbuka juga dapat diketahui dari kemampuan kepala
sekolah dalam mengatasi kekurangan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi sekolah sebagaimana Pak Helmi mengatakan : “Dokumen ini mencakup semua bidang. Kebanyakan sekolah-sekolah lain tidak memiliki grand design. Namun sekolah kami membuat grand design sebagai dasar pengembangan sekolah. Meskipun ada beberapa kekurangan yang harus ditangani. Namun setidaknya sekolah memiliki perencanaan.”100 Dari pemaparan di atas maka SIM terbuka menunjang kepala sekolah melakukan kegiatan pemecahan masalah dalam rangka merespon informasi yang di dapat dari luar dengan cara mengambil keputusan-keputusan untuk merancang sekolah menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam melakukan persaingan. 3. Pengolahan Data Menjadi Informasi Salah satu informasi yang sering digunakan kepala sekolah ialah informasi yang berkaitan dengan peserta didik. berikut ini penulis memaparkan bagaimana sistem informasi manajemen pendidikan di SMP Islam Al-Falaah mengolah data menjadi informasi. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa proses yaitu pengumpulan, pengklasifikasian, pemrosesan, penganalisaan, penginterpretasian, penyimpanan, dan pengambilan kembali. a. Pengumpulan Data yang berkaitan dengan peserta didik dikumpulkan diantaranya data murid yang diterima tahun 2016, data murid yang lulus tahun 2016, data murid naik kelas, data murid mengulang kelas, data murid putus sekolah, dan data murid mutasi b. Pengklasifikasian dan Pemrosesan Semua data yang telah terkumpul selanjutnya diproses dan diklasifikasikan ke dalam klasifikasi tertentu yaitu berdasarkan jenis kelamin, kelas, dan rombel. 100
Wawancara dengan Pak Helmi sebagai Kepala Sekolah, Tangerang Selatan, Senin, 17 Oktober 2016
c. Penganalisaan dan Penginterpretasian Selanjutnya data tersebut dicarikan makna dan arti sehingga memberikan informasi diantaranya berupa jumlah keseluruhan dan persentasi data dalam bentuk tabel dan grafik. d. Penyimpanan Data selanjutnya disimpan ke tempat penyimpanan yang ada di sekolah yaitu lemari untuk data fisik dan komputer untuk data nonfisik e. Pemanggilan Data Pengambilan kembali dilakukan ketika kepala sekolah membutuhkan informasi yang terkandung dalam data tersebut. Data dapat diambil secara keseluruhan maupun hanya data murid per kelas saja. Bagan 4.2 Proses Pengolahan Data Menjadi Informasi
4. Pengambilan Keputusan Terprogram Kepala Sekolah Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif yang tepat, efektif, dan efisien untuk dijadikan tindakan selanjutnya dalam proses pemecahan masalah. Pengambilan keputusan dilakukan oleh pucuk pimpinan secara prosedur operasional yang baku melalui perumusan sub-sub tujuan dengan menggunakan saluran informasi yang terumus dengan jelas. Berdasarkan struktur organisasi sekolah, pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh Bapak Rais Helmi, S.TH.I sebagai Kepala SMP Islam Al-Falaah. Dalam menjalankan tugasnya tersebut Pak Helmi melakukan pemecahan masalah secara bersama-sama yaitu dengan melibatkan partisipasi dari sumber daya manusia yang ada di sekolah seperti guru, tenaga kependidikan, dan kepala bidang. Partisipasi tersebut dimaksudkan agar proses pemecahan masalah dapat menghasilkan berbagai pandangan dan alternatif-alternatif. Sehingga dari pandangan dan alternatif yang beragam tersebut, kepala sekolah dapat menentukan pilihan yang tepat untuk ditetapkan sebagai keputusan. Pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah termasuk ke dalam pengambilan keputusan terprogram. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan Pak Helmi yaitu : “Keputusan dilakukan dengan terencana pada waktu tertentu, yaitu ketika akan menyambut tahun ajaran baru. Kami melakukan rapat, diskusi, dan sebagainya untuk merumuskan program-program kegiatan apa saja yang nanti akan dilakukan. Contohnya seperti Kegiatan Belajar Mengajar, acara untuk siswa, pelatihan untuk guru, dan metode pengajaran untuk siswa.”101 Pengambilan keputusan terprogram dilakukan dalam sebuah pertemuan yang disebut rapat kerja (raker). Rapat ini menghasilkan sebuah dokumen yang berisi keputusan-keputusan kepala sekolah berupa program-program pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas penyelenggaraan pendidikan. Salah satu keputusan yang diambil yaitu kegiatan LDKS yang
101
Wawancara dengan Kepala Sekolah, Bapak Rais Helmi, S.Th.I, Tangerang Selatan, Senin, 17 Oktober 2016
dilakukan dengan tahapan mendefinisikan masalah, mengumpulkan data, analisis data, penentuan alternatif, pemilihan alternatif terbaik, mengimplementasikan dan memonitor keputusan, dan mengevaluasi. Berikut akan digambarkan dalam sebuah bagan. Bagan 4.3
Proses Pengambilan Keputusan Terprogram Kepala Sekolah
SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru mengolah data ke dalam bentuk kumpulan data, dokumentasi, file, dan catatan-catatan lainnya. Pengolahan data ke dalam bentuk administrasi seperti ini memudahkan sekolah dalam menyimpan dan mengakses informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan kepala sekolah. Sistem informasi manajemen pendidikan yang ada di SMP Islam Al-Falaah dapat digolongkan ke dalam bidang kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, peserta didik dan sarana dan prasarana. Dalam pengambilan keputusan tidak hanya dibutuhkan informasi dari SIM yang tergolong dalam bidang pengambilan keputusan tetapi juga informasi yang terdapat pada SIM yang termasuk bidang lain atau dengan kata lain kebutuhan informasi tidak melulu dari satu sumber bidang melainkan dibutuhkan juga informasi yang relevan dan berkaitan dari bidang yang lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk
memperkaya wawasan kepala sekolah untuk membuat
sebuah pertimbangan yang nantinya akan menghasilkan alternatif terbaik dan pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang tepat. Berikut ini penulis jabarkan beberapa peranan sistem informasi manajemen pendidikan bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMP Islam Al-Falaah. 5. Peranan SIMP bagi Kepala Sekolah dalam Pengambilan Keputusan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru memiliki beberapa bidang yang berpengaruh besar terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Masingmasing bidang dikoordinatori oleh guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Selain karena aturan baku dalam administrasi dan manajerial sekolah, pemberian wewenang ini juga bertujuan agar tercipta mekanisme kerja yang tertata baik. Adapun bidang-bidang yang ada di sekolah yaitu bidang kurikulum yang dikoordinatori oleh Pak Sayogi, bidang Tata Usaha dikoordinatori oleh Bu Nia, bidang tenaga pendidik dan kependidikan dikoordinatori oleh Pak Mufit, bidang peserta didik dikoordinatori oleh Pak Tohari. Semua kordinator bidang tersebut
menjalankan
tugasnya
masing-masing
dalam
rangka
membantu
tugas
pengambilan keputusan kepala sekolah. Pada prakteknya di lapangan, setiap tugas yang diemban oleh masingmasing koordinator tidak terlepas dari peranan sistem informasi manajemen pendidikan. Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, sistem informasi manajemen pendidikan yang ada di sekolah secara mudah dapat dilihat berupa aplikasi dapodik, website sekolah, blog guru, komputer, aplikasi pengolahan data dan angka, aplikasi penyimpanan data, dan sebagainya. Sistem
informasi
manajemen
pendidikan
yang
digunakan
dalam
menyelesaikan tugas pada bidang-bidang di sekolah memberikan dampak yang besar atas pencapaian tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Pada akhirnya, peranan tersebut juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Hal ini disebabkan karena segala keputusan yang lahir dalam ruang lingkup sekolah akan mengarah kepada pengambil keputusan tertinggi dalam hal ini ialah kepala sekolah. Kepala sekolah juga menggunakan peranan sistem informasi manajemen pendidikan dalam menentukan apa langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan guna mencari solusi dari setiap masalah di sekolah yang harus dicarikan jalan keluarnya. Kerap kali kepala sekolah memantau informasi melalui sarana yang tersedia di sekolah. Sistem informasi yang ada memberikan kemudahan bagi kepala sekolah untuk mempercepat pengaksesan informasi sehingga berbagai tahap yang harus ditempuh dalam pengambilan keputusan dapat dilalui dengan cara yang cepat. Sebelum menyimpulkan bagaimana peranan sistem informasi manajemen pendidikan bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan, penulis menjabarkan terlebih dahulu temuan peranan sistem informasi manajemen pendidikan yang ada pada bidang-bidang yang ada di sekolah. Adapun deskripsinya yaitu sebagai berikut :
a) Peranan SIMP dalam Aspek Kurikulum Penulis mengajukan instrumen pengumpulan data kepada Pak Sayogi selaku koordinator bidang kurikulum. Instrumen tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan di bidang kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengukur seberapa berperan sistem informasi manajemen pendidikan dalam menyelesaikan tugas bidang kurikulum. Terdapat 15 indikator yang memiliki jawaban “Ya” yang berarti terdapat peranan SIMP dan “Tidak” yang berarti tidak terdapat peranan SIMP. Lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran. Dari 15 indikator tersebut, ada 11 indikator yang terdapat peranan SIMP dan 4 indikator tidak terdapat peranan SIMP. Jika dikalkulasikan ke dalam persentase maka perhitungannya sebagai berikut: Keputusan yang menggunakan SIMP :
Keputusan tanpa menggunakan SIMP :
Hal ini menunjukkan bahwa 73% SIMP berperan dan 27% SIM tidak berperan.
b) Peranan SIMP Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Penulis mengajukan instrumen pengumpulan data kepada Pak Mutif selaku koordinator bidang tenaga pendidik dan kepedidikan. Instrumen tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan di bidang tenaga pendidik dan kependidikan. Tujuannya ialah untuk mengukur seberapa berperan sistem informasi manajemen pendidikan dalam menyelesaikan tugas bidang tenaga pendidik dan kependidikan. Terdapat 15 indikator yang memiliki jawaban “Ya” yang berarti terdapat peranan SIMP dan “Tidak” yang berarti tidak terdapat peranan SIMP. Lebih lengkap dapat dilihat di lampiran. Dari 15 indikator, semuanya terdapat peranan SIMP. Jika dikalkulasikan ke dalam persentase maka perhitungannya sebagai berikut: Keputusan yang menggunakan SIMP :
Keputusan tanpa menggunakan SIMP :
Hal ini menunjukkan bahwa 100% SIMP berperan dan 0% SIM tidak berperan.
c) Peranan SIMP Bidang Peserta Didik Penulis mengajukan instrumen pengumpulan data kepada Pak Tohari selaku koordinator bidang peserta didik. Instrumen tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan di bidang peserta didik. Tujuannya ialah untuk mengukur
seberapa berperan sistem informasi manajemen pendidikan dalam menyelesaikan tugas bidang peserta didik. Terdapat 15 indikator yang memiliki jawaban “Ya” yang berarti terdapat peranan SIMP dan “Tidak” yang berarti tidak terdapat peranan SIMP. Lebih lengkap dapat dilihat di lampiran. Dari 15 indikator, ada 14 indikator yang terdapat peranan SIMP dan 1 indikator tidak terdapat peranan SIMP. Jika dikalkulasikan ke dalam persentase maka perhitungannya sebagai berikut: Keputusan yang menggunakan SIMP :
Keputusan tanpa menggunakan SIMP :
Hal ini menunjukkan bahwa 93% SIMP berperan dan 7% SIM tidak berperan.
d) Peranan SIMP Bidang Sarana dan Prasarana Penulis mengajukan instrumen pengumpulan data kepada Pak Tohari selaku koordinator bidang peserta didik. Instrumen tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan di bidang peserta didik. Tujuannya ialah untuk mengukur seberapa berperan sistem informasi manajemen pendidikan dalam menyelesaikan
tugas bidang peserta didik. Terdapat 15 indikator yang memiliki jawaban “Ya” yang berarti terdapat peranan SIMP dan “Tidak” yang berarti tidak terdapat peranan SIMP. Lebih lengkap dapat dilihat di lampiran. Dari 15 indikator, ada 10 indikator yang terdapat peranan SIMP dan 5 indikator tidak terdapat peranan SIMP. Jika dikalkulasikan ke dalam persentase maka perhitungannya sebagai berikut: Keputusan yang menggunakan SIMP :
Keputusan tanpa menggunakan SIMP :
Hal ini menunjukkan bahwa 67% SIMP berperan dan 33% SIM tidak berperan.
e) Peranan SIMP Dalam Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah Penulis mengajukan instrumen pengumpulan data kepada Pak Helmi selaku kepala sekolah. Instrumen tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan di bidang kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, peserta didik dan sarana dan prasarana. Tujuannya ialah untuk mengukur seberapa berperan sistem informasi manajemen pendidikan dalam menyelesaikan tugas sebagai kepala sekolah. Terdapat 20 indikator yang memiliki jawaban “Ya” yang berarti
terdapat peranan SIMP dan “Tidak” yang berarti tidak terdapat peranan SIMP. Lebih lengkap dapat dilihat di lampiran. Dari 20 indikator, semua terdapat peranan SIMP. Jika dikalkulasikan ke dalam persentase maka perhitungannya sebagai berikut:
Keputusan yang menggunakan SIMP :
Keputusan tanpa menggunakan SIMP :
Hal ini menunjukkan bahwa 100% SIMP berperan dan 0% SIM tidak berperan.
Peranan sistem informasi manajemen pendidikan yang terdapat di setiap bidang menunjukkan peranan yang besar dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah. Begitu juga dengan pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah di mana selalu melibatkan sistem informasi manajemen pendidikan. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa sistem informasi manajemen pendidikan sangat berperan bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Peranan sistem informasi manajemen pendidikan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru menunjukkan peranan yang sangat besar pada bidang-bidang yang ada di sekolah yaitu sebagai berikut: 1. Peranan SIMP di bidang kurikulum menunjukkan bahwa 73% SIMP berperan sedangkan 27% tidak berperan. 2. Peranan SIMP di bidang tenaga pendidik dan kependidikan berperan 100%. 3. Peranan SIMP di bidang peserta didik menunjukkan bahwa 93% berperan dan 7% tidak berperan. 4. Peranan SIMP di bidang sarana dan prasarana menunjukkan bahwa 67% berperan dan 33% tidak berperan. 5. Peranan SIMP dalam pengambilan keputusan kepala sekolah berperan 100% Dari uraian hasil penelitian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan sangat berperan bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru sudah berperan. Hal ini dapat dibuktikan dari persentase peranan SIMP dalam setiap pengambilan keputusan Kepala Sekolah di empat bidang lebih besar dari persentase pengambilan keputusan tanpa menggunakan SIMP.
B. SARAN 1. Kepala Sekolah a. Kepala sekolah hendaknya selalu mengacu kepada data dalam pengambilan keputusan untuk mencapai hasil yang tepat, efektif, dan efisien. b. Pengambilan keputusan kerap kali dilakukan oleh kepala sekolah baik dalam memecahkan masalah yang memiliki beragam karakter masalah baik itu masalah yang besar, kecil, darurat, tidak darurat dan sebagainya. Oleh karena itu untuk alangkah baiknya apabila kepala sekolah menerapkan strategi untuk menentukan masalah mana yang harus dipecahkan terlebih dahulu berdasarkan nilai urgensi, kepentingan, dan benefit yang ada pada masalah tersebut. c. Efektivitas pengambilan keputusan penting untuk diketahui. Untuk itu upaya mengetahui nilai efektivitas tersebut secara cermat dapat dilakukan kepala sekolah dengan menganalisis implementasi dari sebuah keputusan. d. Kegiatan pengambilan keputusan yang direkam dan dicatat akan menjadi informasi tersendiri bagi kepala sekolah apabila diolah ke dalam bentuk statistik atau riwayat pengambilan keputusan. Portofolio ini dapat menambah bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dalam mengambil keputusan.
2. Sekolah a. Sekolah hendaknya memaksimalkan penggunaan teknologi informasi seperti komputer beserta aplikasi penyimpanan data online agar dapat menyimpan data lebih efisien dan aman, mengakses data lebih cepat, dan menyajikan data lebih akurat. b. Sekolah hendaknya menggunakan aplikasi sistem pengambilan keputusan atau decision support system agar pengambilan keputusan lebih cepat, akurat, dan tepat. c. Saat ini masyarakat cenderung mengalihkan aktivitasnya sehari-hari ke dunia maya salah satunya yaitu kegiatan pencarian informasi melalui website. Oleh karena itu akan sangat menguntungkan apabila sekolah menangkap peluang ini dengan cara mengoptimalkan website sekolah sebagai sarana publikasi kegiatan yang ada di sekolah khususnya yang bersifat prestasi.
3. Peneliti Lain a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian di bidang sistem informasi manajemen pendidikan dan pengambilan keputusan kepala sekolah. b. Peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk mengetahui peranan sistem informasi manajemen pendidikan bagi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru.
DAFTAR PUSTAKA Amirin. Tatang M., Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Anwar, M. Idochi, Pengembangan Sistem Informasi di Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali pers, 2009. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Davis, Gordon B., Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 1999. Dermawan, Rizky, Pengambilan Keputusan: Landasan Filosofis, Konsep, dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2004. Faisal, Mohammad., Sistem Informasi Manajemen Jaringan, Malang: UINMalang Press, 2008. Haag, Stephen, Maeve Cummings., Management Information Systems: For The Information Age, New York: McGraw-Hill, 2008. Helmawati, Sistem Informasi Manajemen: Pendidikan Agama Islam, Bandung: Rosdakarya, 2015. Helmi, Rais, Wawancara, Tangerang Selatan, Senin, 17 Oktober 2016 Indrayani, Evi dan Humdiana, Sistem Informasi Manajemen: Mempersiapkan Pekerja Berbasis Pengetahuan Dalam Mengelola Sistem Informasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009. Kamaluddin, Pengambilan Keputusan Manajemen, Malang: Dioma, 2007. McLeod, Raymond, dan George P. Schell, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, 2012, Ed. 10. Mufit, Wawancara, Tangerang Selatan, Sabtu 22 Oktober 2016 Mulyasa, Enco, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2011. Nia, Wawancara, Tangerang Selatan, Rabu, 31 Agustus 2016 O’Brien, James A and George M Marakas, Introduction to Information Systems, New York: McGraw-Hill, 2008, thirteenth edition. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
91
Pratama, I Putu Agus Eka, Sistem Informasi dan Implementasinya: Teori & Konsep Sistem Informasi Disertai Berbagai Contoh Praktiknya Menggunakan Perangkat Lunak Open Source, Bandung, Informatika Bandung, 2014. Putra, Syopiansyah Jaya dan A’ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Raharja, Reza Mauldy, Pemanfaatan sistem informasi manajemen dan strategi pengambilan keputusan terhadap efektivitas pengambilan keputusan kepala SMP Se-Kota Bandung, Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2014. Robbins, Stephen P. and David A. DeCenzo, Fundamentals of Management: Essential Concepts and Applications, (New York: Pearson Prentice Hall, 2008. Rochaety, Eti, dkk., Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Rue, Leslie W, et all., Management: Skills and Application, New York: McGrawHill Companies, 2003. Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi non Profit, Jakarta, Grasindo, 2005. Setyosari, Punaji, Metodologi Penelitian & Pengembangan, Jakarta: Kencana, 2013, Cet. III. Simon, Judith C., Introduction to Information System, New York: The Wall Street Jounal, 2001. Stair, Ralph M., George W. Reynolds, Information System, USA: Course Technology, 2012, Ed. 9. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfa Beta, 2011, Cet. 13. Terry, George R., Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Wahyono, Ali Sahid, Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan pada SMK Darul Ulum Kertasemaya Indramayu. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2013. Wijiyanto, Pengelolaan Sistem Informasi Terhadap Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah,Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2011.
92
LAMPIRAN – LAMPIRAN
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
Dokumen Sekolah
104
Kegiatan Penelitian di Sekolah
105
HASIL WAWANCARA I Nama
: Rais Helmi, S.Th.I
Jabatan
: Kepala SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru
Hari/tanggal : Senin, 17 Oktober 2016 Waktu
: 12:13 – 13:07 WIB
1. Bagaimana
anda
melakukan
pengambilan
keputusan
secara
keseluruhan? Keputusan dilakukan dengan terencana pada waktu tertentu, yaitu ketika akan menyambut tahun ajaran baru. Kami melakukan rapat, diskusi, dan sebagainya untuk merumuskan program-program kegiatan apa saja yang nanti akan dilakukan. Contohnya seperti Kegiatan Belajar Mengajar, acara untuk siswa, pelatihan untuk guru, dan metode pengajaran untuk siswa. 2. Bagaimana pengambilan keputusan sarana dan prasarana ? Sarana prasarana berjalan sebelum kegiatan KBM, misalnya mengecat semua gedung. Kami buat laporan ke GA. Ketika KBM tengah berjalan pun sekolah dapat melakukan pengelolaan sarana dan prasarana. Misalnya ada papan tulis yang rusak, ubin yang mengangkat dan pecah, dilaporkan oleh wali kelas maka kami foto lalu kami laporan ke GA (General Affair). Mereka langsung eksekusi. Dikerjakan perbaikan setelah murid pulang sekolah. Jadi ada petugas yang datang ke tempat yang rusak dengan membawa peralatan dan sebagainya kemudian dirapikan. Sehingga secepat itu pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. Kami memegang nomor kontak petugasnya agar mempercepat koordinasinya saya hubungi mereka. Petugasnya ada beberapa sehingga eksekusi menjadi lebih cepat. Baru-baru ini ada langit-langit yang bocor. Kemudian kami menghubungi petugas GA. Kami kirim foto buktinya. Lalu ketika istirahat mereka mengerjakan perbaikan. Kemudian fogging. Fogging diputuskan ketika ada kegiatan kunjungan dokter dalam program kesehatan sekolah. 3. Bagaimana target perencanaan sekolah?
106
Grand Desain dibuat untuk beberapa tahun ke depan. Dokumen ini mencakup semua bidang. Kebanyakan sekolah-sekolah lain tidak memiliki grand design. Namun sekolah kami membuat grand design sebagai dasar pengembangan sekolah. Meskipun ada beberapa kekurangan yang harus ditangani. Namun setidaknya sekolah memiliki perencanaan. 4. Bagaimana keputusan di bidang tenaga pendidik dan kependidikan? Dahulu sebelum saya memahami SDM saya merasa kesulitan. Namun setelah saya mengerti kemampuan SDM, tugas saya terasa mudah. Contohnya yaitu ketika kegiatan lomba fotografi kami menggerakkan 2000 orang untuk memberi like karya murid kami di medsos. Ternyata ada 2200 lebih like dan itu membuat murid kami menang lomba. Dari situ saya mulai memahami pentingnya SDM. Yang berjalan saat ini untuk guru adalah in house trainning. Jadi guru disekolahkan pada hari Sabtu untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan dan sebagainya. Dananya telah dipersiapkan untuk melatih K13. Nah semua itu datanya diambil dari data tentang tenaga pendidik dan kependidikan. Selain itu juga ada keputusan Adiwiyata yang ada di TU datanya. Daring atau guru pembelajar yaitu program guru among untuk pendampingan guru-guru biasanya disebut tutor sebaya.
5. Bagaimana peranan data tenaga pendidik dan kependidikan? Dokumen-dokumen tenaga pendidik dan kependidikan sangat berguna dalam mengetahui kondisi guru. Salah satunya untuk melakukan pendampingan di mana guru dipantau perkembangannya apakah ia mengalami kesulitan dalam mengajar atau kekurangan lainnya kami menggunakan data dari dokumen ini. Setiap tahun guru mendapat peningkatan manajerial nah data ini menjadi salah satu alat ukur pimpinan untuk kegiatan penilaian guru. Instrumen ini untuk pedoman dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kinerja guru, misalnya ada guru kemudian datanya kita lihat dia dari lulusan mana. Apakah kampus tempat ia lulus
107
memiliki akreditasi yang baik atau tidak. Hal itu menjadi pertimbangan untuk kebijakan. 6. Bagaimana pengelolaan data dari kegiatan yang dilakukan sekolah? Semua kegiatan kami upload ke blog. Salah satunya ke blog yang sama punya. Setiap kegiatan begitu sudah selesai langsung ada tim yang mengupload ke blog kemudian muncul di internet dan saya bisa mengaksesnya melalui smartphone saya. 7. Keputusan apa saja yang tidak berdasarkan data? Jawab : Menerima mahasiswa PKL dari UIN dan UMJ mereka diterima dengan alasan agar skripsi mereka tidak terhambat. Sekolah merasa ada tempat, ada murid yang dapat diajar dan data-data lain maka mereka yang PKL diterima. Kalau sekolahnya bodong atau tidak baik maka mereka tidak diterima PKL. Banyak sekali anak mahasiswa yang PKL di sini bahkan di antaranya ada yang direkrut sebagai guru setelah mereka lulus kuliah. Kegiatan kami di Garut. Kegiatan di Garut kami putuskan secara insidental. Kegiatan ini tidak direncanakan ketika rapat kerja. Namun pada saat terjadi peristiwa bencana alam di Garut maka saya memutuskan untuk mengirim perwakilan guru dan murid untuk melakukan bakti sosial ke lokasi. Untuk murid hanya
sample
(representasinya)
saja.
murid
ini
kami
minta
untuk
mempresentasikan kegiatan di Garut kepada teman-temannya di sekolah. Jadi kami sediakan waktu untuk mempresentasikan hasil kegiatan di Garut. Kegiatan Muharam merupakan kegiatan tahunan. Kami mengundang anak yatim dari panti dan yayasan. Adapun kegiatan di Garut bersifat insidental karena jaraknya tidak terlalu jauh. Untuk Santunan di Garut 30 juta dan yatim di sekitar Al-Falah yaitu uang dan seragam. Waktu itu pernah ada perintah dari dinas untuk ikut lomba upacara. Nah keputusan ini tidak mempertimbangkan data-data yang ada. Kami langsung menunjuk siapa yang akan mengikuti lomba tersebut.
108
Untuk lomba-lomba yang bersifat mendadak seperti itu kami memang memutuskan tanpa menggunakan data. Tetapi ketika kami ditunjuk untuk itu loba tersebut dalam pikiran kami telah terkonsep seperti apa jadinya dan sekolah juga telah memiliki kondisi yang siap. Salah satunya yaitu lomba tersebut kami tinggal menunjuk murid saja yang bisa ikut. Adapun murid itu sudah dalam kondisi terlatih karena memang di sekolah ada programnya untuk melatih. Contoh lain ketika kami mengadakan peringatan hari kemerdekaan dan pihak yayasan mengarahkan agar panitianya dari SMP maka di situ kami telah mempersiapkan ahwa akan ada logistik atau perlengkapan tambahan. Di kalender sudah jelas kalau pelaksanaan tanggal sekian tapi ketika kita ditunjuk sebagai penghandel semuanya otomatis ada aksesories yang dibutuhkan agar pertunjukkan itu menjadi bagus. Sehingga di sini yang masuk ke dalam keputusan insidental yaitu polesan pada kegiatan-kegiatan yang kami laksanakan. Polesan-polesan itu tentunya didasarkan pada data-data yang sekolah miliki. Sekolah ini memiliki karakter unik yaitu ketika berada pada situasi insidental kami cenderung siap untuk mengambil langkah apa yang harus dilakukan. Salah satunya lomba fotografi di sekolah pembangunan jaya, nah di sekolah kami sudah ada kegiatan pelatihan fotografi sehingga ketika ada lomba yang mendadak kami siap. Kemudian di sekolah juga ada razia kantin di mana jajanan yang ada di kantin dicek tanggal kadaluarsanya dan kelayakannya apakah masih bagus atau tidak. Ini merupakan bagian dari pelayanan kami untuk memelihara kesehatan lingkungan sekolah khususnya murid kami.
8. Kegiatan yang diputuskan berdasarkan pertimbangan data? Open House ini merupakan sosialisasi untuk orang tua murid. Untuk tahun ini ada perubahan konsep. Untuk tahun ini ada perubahan konsep yaitu di mix untuk
109
orang tua dan calon orang tua murid. Bisa ada inovasi seperti itu karena kami belajar sekolah-sekolah yang ada di sekitar kita. kalau kami sebelumnya setelah KBM dimulai. Kami memperkenalkan kegaitan-kegiatan apa saja yang ada di sekolah seperti LDKS field trip. Itu untuk orang tua yang anaknya sudah masuk alfalah. Lalu untuk tahun ini ada perubahan yaitu pengenalan kepada orang tua murid yang sudah menjadi bagian dari lingkungan sekolah dan juga pihak yang belum ada hubungan sama sekali. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mengenal sekolah alfalah melalui Open House tersebut. Di sini ada sisi promosi juga bagi para calon pendaftar. Rapat Kerja (Raker) itu bukan hanya sekedar kegiatan rutinitas. Fungsinya membaca kegiatan tahun kemarin apa yang harus dievaluasi dari tahun sebelumnya untuk dipersiapkan untuk tahun berikutnya. Sebenarnya semuanya dapat diprediksi. Karena tidak jauh-jauh konsepnya. Adapun hal-hal yang kami antisipasi yaitu ketika ada kejuaraan bahasa Inggris, IPA, IPS di sekolah bonafit, nah untuk itu kami mantapkan raker agar dapat mempersiapkan untuk mengikuti kejuaraan tersebut. Insya Allah keputusan kami tidak keluar dari apa yang semestinya. Karena sampai di bulan Oktober ini saya sendiri tidak merasa ada yang keluar dari jalur. Apa saja yang harus diambil untuk pertimbangkan lebih dalam untung ruginya, istilahnya on the track.
9. Bagaimana data atau dokumen yang dijadikan pedoman untuk mengambil keputusan bidang sarana dan prasarana? kami menggunakan inventaris untuk menentukan keputusan yang akan diambil. Data data tersebut ada di TU. Untuk sarana dan prasarana di sekolah ada bagian General Affair. Kami bisa berkoordinasi dengan bagian tersebut untuk melakukan perbaikan dan perawatan. Caranya yaitu ketika ada bagian yang rusa atau bocor atau perlu ada perawatan kami foto lalu kami sampaikan ke pihak GA.
110
10. Bagaimana keputusan di bidang peserta didik? ALESCO merupakan keputusan terprogram di dalamnya ada penampilan muridmurid kami seperti band dan kesenian lainnya. Acara ini kami dokumentasikan dalam bentuk video dan foto. Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata hasil dari pembinaan dan pelatihan di sekolah. Outputnya dapat dilihat. Kegiatan-kegiatan yang sekolah lakukan didokumentasikan dan di publikasi ke media sosial seperti blog dan youtube. Proses publikasinya juga berjalan cepat. Sehingga dapat dilihat oleh pihak dari luar sebagai penilaian sekolah kami. Pada kegiatan OSIS juga ada pemilu raya di mana calon ketua OSIS dibuatkan program pemilihan. Jadi ada dua kandidat nah masing-masing kandidat melakukan kampanye. Calon-calon tersebut didukung oleh guru. 11. Dalam mengambil keputusan diperlukan data-data pendukung, dari mana data tersebut tersedia? Semua data-data mulai dari foto kegiatan, video, instrumen, berkas dan dokumendokumen tersebut ada semua di TU.
111
HASIL WAWANCARA II Nama
: Sayogi. S.Pd
Jabatan
: Wakil Bidang Kurikulum
Hari/tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016 Waktu
: 14:58 – 15:48 WIB
1. Bagaimana pengolahan informasi di sekolah? Semua tugas di share melalui BBM, WA “Bapak Ibu, untuk pengumpulan file yang dibutuhkan silakan mengirim ke email. Untuk informasi yang sifatnya menyeluruh semua kegiatan yang berhubungan dengan operasional kelas dari awal persiapan penerimaan siswa baru sampai saat ini, kita membuat TIM PPDB. Ini merupakan sebuah pengolahan informasi. Untuk informasi keluar, maka TIM PPDB ini membuat markeet berupa kemasan-kemasan informasi dari sekolah untuk menarik informasi bagi orang lain. Marketnya yaitu ekstrakurikuler, contohnya ada sepak bola, futsal, paskibra dan lain-lain. Apabila dalam berapa waktu tidak menghasilkan target sesuai target karena ada pakta integritas. Kalau tidak juara biasanya pengajar tersebut mundur karena target tersebut. 2. Apakah ada tanda tangan kontrak untuk guru ekstrakurikuler? Tidak ada, mereka dengan sendirinya mengajar dan mengundurkan diri. Karena yang kita tanya adalah outputnya atau hasil. Nah hasil itulah yang menjadi ikan berjalan ke SD. Pramukanya berjalan dan juara. Selanjutnya marawis ketika juara di tingkat Tangsel maka akan menjadi informasi ke luar. Semua informasi tersebut akan dimuat ke dalam website. Semua informasi termasuk prestasi ditampilkan di website. Itu yang merupakan contoh manajemen IT. Kalau yang manual ditampilkan di mading. 3. Bagaimana mengambil keputusan di bidang peserta didik?
112
Jadi untuk kegiatan PPDB ini kami melakukan dari semua lini juga termasuk prestasi. Contoh kegiatan tingkat gugus, kota, semua kita ikutkan. Jadi intinya adalah manajemen informasi kita tersusun terprogram. Tapi tidak berdiri sendiri, lalu siapa timnya yaitu saya (Pak Sayogi) dan Pak Helmi. Selain itu informasi juga disebarkan dari murid kami. Mereka akan menginformasikan ke adiknya untuk masuk ke sekolah kami seperti kakaknya. 4. Bagaimana menjalin koordinasi dalam pengambilan keputusan kepala sekolah? Untuk berkoordinasi dengan bidang-bidang yang ada di sekolah, saya berkoordinasi dengan orang-orang tertentu. Tetapi pengendali semuanya ada di pimpinan. Barulah setelah dari pimpinan ada sub-sub tersebut. Dan dari sub tersebut ada bagian lagi di bawahnya seperti OSIS dalam bidang kesiswaan. Dan OSIS ini juga merupakan iklan berjalan atau bisa dibilang sebagai media bagi sekolah. Dan dari sub-sub tersebut terdapat kegiatan-kegiatan di dalamnya. 5. Apakah setiap sub tersebut ada yang menjadi penanggung jawab? Ada. Pak Suyogi penanggung jawab kurikulum. Pak Tohari tentang pembina OSIS di bagian kesiswaan. Tenaga kependidikan ada Pak Mufit. Kalau sarana dan prasarana langsung ditangani oleh yayasan. Jadi ada susunannya. Yaitu kepala sekolah di bagian atas dan di bawahnya ada kesiswaan, sarana dan prasarana, kurikulum, dan tenaga pendidik dan kependidikan. Jadi intinya seperti itu. Semua sudah berjalan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. 6. Terkait dengan kalender pendidikan saya melihat ada beberapa program pendidikan untuk satu tahun ajaran depan. Salah satunya ada field trip, bagaimana memutuskan untuk mengadakan program ini? Field Trip itu diadakan sesuai dengan kebutuhan yaitu pembelajaran non-kelas atau di luar. Pembelajaran di luar itu merupakan strategi agar anak tidak merasa
113
jenuh dan bosan. Program tersebut diarahkan kepada kegiatan yang mendidik dan relevan dengan kebutuhan pembelajaran mereka. Contohnya pelajaran IPS ke museum nasional / museum gajah, IPA ke Botani dan Bogor, itulah yang dilakukan pembelajaran sesuai dengan area dan kebutuhan. 7. Apakah ada alternatif dalam menentukan kegiatan tersebut untuk dilaksanakan? Saya dari pelajaran bahasa Indonesia. Dalam kegiatan itu ada laporan. Ada keterangan waktu, kegiatan, jumlah orang yang ikut kegiatan. Contohnya : kami dapat informasi bahwa ternyata Monas itu dibuatnya pada tahun 1946 oleh Ir. Soekarno. Ada nilai sejarahnya juga untuk pelajaran IPS. Dari informasi tersebut maka dipilihlah tempat untuk kegiatan field trip. Contoh lainnya yaitu kegiatan ke kebun Raya Bogor. Di pilihan tempat itu karena di situ tempatnya bisa untuk pelajaran IPA dan juga IPS. Karena di situ ada kebun dan juga ada pasarnya. Jadi murid bisa belajar juga ke pasar tentang manajemen usaha kecil menengah 8. Apakah ada evaluasi dari keputusan yang telah dilaksanakan? Banyak, efektifkan pembelajaran pada kegiatan itu. Nanti anak-anak akan sampaikan kepada kami. 9. Ada angket evaluasi kegiatan? Tidak karena di dalam bukunya sendiri dan kurikulum ada. Dari kegiatan field trip ada laporan kegiatan dari murid. 10. Bagaimana pengolahan data hasil kegiatan? Hasil kegiatan dapat dilihat dari kumpulan karya-karya atau portofolio murid dan ini dijadikan penilaian untuk tahun depan. Dan mereka juga melakukan wawancara dari situ kami akan mendapatkan banyak data apa saja yang murid kerjakan dari kegiatan tersebut. Dan semua itu ada dokumentasinya mulai dari foto, teks, sampai video.
114
11. Kebutuhan
tenaga
kependidikan
seperti
kebutuhan
dalam
mengoperasikan komputer? Semua sudah menggunakan proyektor dan komputer. Guru-guru belajar otodidak karena ketika guru-guru sudah mendapatkannya ketika di bangku kuliah. 12. Apakah sekolah mencatat kebutuhan yang dibutuhkan guru-guru? Kita reformis jadi sesuai kebutuhan jaman. Contohnya sekarang penggunaan infokus dibutuhkan untuk belajar maka sekolah menggunakan proyektor. Begitu juga dengan AC. Semua itu bisa disampaikan salah satunya melalui email. Hal itu didukung juga dengan wifi. Jadi setiap saya mau pulang, maka saya mengirim laporan dulu ke email yang berisi hal-hal yang terjadi pada hari itu. Guru-guru yang lain pun juga menggunakan email untuk melaporkan sesuatu. Selain itu juga guru-guru punya blog. Yang berisi karya tulis guru-guru. Contohnya sayogi.blogspot.com 13. Apakah data base tenaga kependidikan ada? Semua itu ada, di TU kami ada dan juga di Yayasan pun ada 14. Apa informasi apa saja di data base itu? Sekolah mempunyai data base secara umum dan rinci. Yayasan juga memiliki rincian data.
15. Bagaimana peranan data tenaga pendidik dan kependidikan? Dari data base itu apabila diketahui ada prestasi maka sekolah akan memberikan reward / penghargaan. Contohnya guru-guru diberikan reward berupa nonton gratis film perjuangan di bioskop Bintaro XChange. Hal ini diberikan karena kinerja guru bagus. 16. Apa pertimbangan guru yang belum SI?
115
Itu tinggal menunggu SK dan ijazah saja atau tinggal diwisuda saja. secara akademik mereka sudah selesa. Dari pihak universitas guru tersebut sudah diberi hak untuk memperoleh titel dan ijazah, namun belum dipublikasi. Guru-guru tersebut sudah yudisium, semua nilai sudah keluar secara resmi tetapi belum diwisuda. 17. Bagaimana melakukan Perekrutan guru? Perekrutan dilakukan oleh yayasan. Ada bagian hrd untuk melakukan perekrutan pegawai yang berada di yayasan. Hal ini dilakukan ketika kami membutuhkan. 18. Terkait usaha peningkatan kompetensi pegawai? Kan ada UKG yang diselenggarakan dinas dan yayasan juga melakukan penilaian. 19. Bagaimana peningkatan kemampuan guru? Ada dari yayasan saja seminar, pelatihan, dilakukan oleh sekolah. Ada dokumentasinya. 20. Bagaimana mengetahui kondisi kebutuhan pegawai? Kita di sini adalah asas kekeluargaan. Musyawarah menuju mufakat. Dari situ timbul suatu kesepakatan. Jadi bekerja sama-sama. Jadi lembaga ini tidak individual melainkan bersama-sama. 21. Apakah di catat oleh sekolah setiap keluhan atau masukan tersebut? Untuk hal yang bersifat pribadi atau keluarga sendiri maka kami tidak ikut campur. Selain itu kami lakukan secara kekeluargaan. Saling tenggang rasa. Tepo seliro. Yang tua mengasihi yang muda. Yang muda mengasuh yang tua. 22. Setiap kebutuhan dari sekolah apakah ada pencatatannya? Ada. Ada laporan lisan dan tertulis. Setiap laporan tersebut ada buktinya berupa foto.
116
23. Untuk daftar kebutuhan sarana dan prasarana ? Data kebutuhan tersebut ada standarisasinya atau sudah ada ketentuannya. Setiap tahun juga ada perawatan sarana dan prasarana. Jadi kami menilai kondisi sarpras. Jika kondisinya sudah tidak bagus. Maka akan dilakukan perawatan. 24. Apakah ada data inventarisasi barang? Ada. Meja, kursi, alat-alat lainnya didata. Sekolah punya HT untuk memantau kondisi dan lingkungan sekolah. Dipakai oleh kepala sekolah. Ada juga CCTV juga untuk memantau sekolah. 25. Bagaimana memutuskan pembagian jadwal mengajar guru? Dibagi bagaimana agar tidak bentrok. Contohnya untuk pelajaran bahasa Indonesia jumlahnya ada 6 jam per Minggu. Itu juga berdasarkan sisdiknas. Jadi kelas 7 per harinya ada 5 jam. Nah tinggal dipadu saja. jadi kalau satu Minggu hanya tiga hari. 26. Siapa yang memanajemen jadwal mengajar? Saya dan Pak Helmi. Sudah ada kurikulumnya jadi menyesuaikan. Jadi disesuikan dengan kurikulum 2013. 27. Bagaimana pengaturan wali kelas? rekomendasi dari saya. Tidak semua guru dapat cocok ditempatkan pada kelas tertentu. Guru dilihat dulu dari attitude, kepemimpinan, kewibawaan, sebelum guru dipimpin harus bisa memimpin dulu. Guru juga harus mampu menerapkan tut wuri handayani, kalau di tengah guru memberi semangat, dari belakang memberi dorongan. 28. Apakah target untuk tahun ajaran ini? Non-akademik dari prestasi. Berupa lomba-lomba. Seperti saman, atletik, futsal, basket melalui ekstrakurikuler. Targetnya harus memenangkan perlombaan. Akademik berupa output kelas 9 memiliki nilai UN yang tinggi
117
29. Bagaimana pertimbangan mengelompokkan murid ke dalam jumlah tertentu? Saya melihat dari hasil tes siswa. Setiap tahun saat PPDB diadakan tes. Dari hasil itu saya menyebar siswa ke kelas-kelas yang ada. Di dalam kelas itu terdiri dari anak-anak yang mendapatkan nilai tes yang beragam. Sehingga kemampuan kelas merata. Itu agar ada kompetitif. Sehingga anak yang kurang tidak minder tetapi terbantu dengan anak yang nilainya bagus. Karena tidak semua anak unggul. Tetapi ada juga anak yang unggul. Nah sehingga anak tidak malu jika nilainya tidak unggul. 30. Apakah peran Komite terhadap pengambilan keputusan kepala sekolah? Komite mensuport semua kegiatan. Biasanya jika ingin mengadakan suatu kegiatan, maka komite mengajukan proposal. Kami melihat proposalnya itu. Dan dari setiap kegiatan itu dibuat laporan kegiatan. Dalam setiap kegiatan komite berkoordinasi dengan kami untuk menanyakan teknis kegiatan. contoh, komite menanyakan konsumsi apa yang akan diberikan untuk pada tamu pada kegiatan manasik haji? Lalu komite membantu kami menyediakan konsumsi untuk acara itu. Beberapa kegiatan program komite yaitu halal bilalal, manasik haji, dengan kegiatan itu semua pihak bisa melakukan silaturahmi dengan sesama orang tua, guru, dan pihak lainnya. 31. Bagaimana cara berkomunikasi komite dengan sekolah? Komite langsung datang ke kepala sekolah, mengajukan keinginannya untuk mengadakan kegiatan. Ada juga melalui Email, Whatsap, BBM, Line, semua itu digunakan untuk saling memberi informasi.
118
HASIL WAWANCARA III Nama
: Mufit, S.Pd
Jabatan
: Operator Dapodik SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru
Hari/tanggal : Sabtu, 22 Oktober 2016 Waktu
: 11:22 – 11:40 WIB
1. Apa sajakah tupoksinya Dapodik? Dapodik adalah sistem aplikasi yang baru sekitar 5 tahu lalu. Kalau dulu kita manual. Setiap laporan data ke dinas kita masih manual. Laporannya adalah data print. Kemudian dijilid dan dibawa ke dinas kabupaten. Dari kabupaten yang berasal dari semua sekolah yang ada di kabupaten berkasnya dibawa ke Senayan. Kemudian dari sinilah dianggap perlu dari kementrian harus ada update data. Soalnya kalau data manual pakai kertas di print dan portofolio memakan waktu, tidak bisa cepat update datanya kalau ada perubahan. Itu banyak sekali jalur birokrasi. Maka dari situlah dengan kemajuan teknologi dan banyak aplikasi dibuatlah namanya aplikasi data pokok pendidikan. Gunanya adalah mempercepat laporan dari sekolah langsung ke kementrian. Kedua adalah up to date setiap perubahan data langsung sampai ke sana. Kemudian data itu real. Jadi dari kementerian bisa langsung ke sekolah mengeceknya. Jadi tidak lewat kota dulu. Jadi sekolah yang input ada petugasnya namanya operator dapodik. Nanti kementerian langsung mengecek. Jadi tidak sulit birokrasinya. Kalau kita ke dinas dulu kan siapa tahu hilang datanya atau berubah lagi. Itu gunakan. Dibuatlah data pokok pendidikan. yang isinya tentang sekolah data guru, data siswa, data sarana prasarana data keuangan dan lain-lain. Jadi data-data dari sekolah dimasukkan ke dapodik kemudian dikirim langsung ke luar yaitu kementerian. Oleh karena itu kalau kementerian mau melihat data sekolah bisa melalui dapodik. 2. Apakah ada juknis dan juplak untuk mengoperasikan Dapodik? Ada dulu pertama kali ada pelatihan juknis dan juplak yang dilatih langsung oleh kementerian. Karena dulu masih asing dapodiknya jadi masih banyak yang belum paham. Tapi setelah bertahun-tahun sudah tahu dan kenal sudah terbiasa seperti
119
itu jadi tidak perlu pelatihan lagi. Langsung panduannya misalkan ada. Misalkan ada Aplikasi yang perlu diperbaharui ya tinggal langsung dimunculkan di web di kementerian dan sekaligus dimunculkan di web kementerian jadi tidak perlu pelatihan lagi dan operator sudah terbiasa. 3. Apa saja peranan dapodik bagi sekolah? Banyak. Di antaranya laporan BOS. Dulu kan laporan bos pakai portofolio di print. Nah laporannya biar up to date kalau ada perubahan lama dan sulit. Dengan adanya aplikasi dapodik ini sebagai ukuran dan acuan pencairan dana bos. Jadi pencairan dana bos kan pencairan nominalnya per siswa. Contoh katakanlah nominalnya per siswa 700 ribu dikali jumlah siswa yang ada, kan riil. Tentang tenaga kependidikan. Jadi guru bisa diketahui masa tahun ia masuk mengajar menjadi guru semenjak ia lulus S1 sudah berapa tahun. Jadi datadatanya ada di dapodik itu. Berapa tahun guru itu, lulusannya dari mana. Ia mengajarnya apa saja dan berapa jam mengajarnya. Jadi jelas. Dari situlah nanti untuk kesejahteraan guru. Di antaranya ada tunjangan operasional. Jadi guru yang lama dapat tunjangan. Kemudian guru itu akan diterbitkan NOPTK yaitu nomor pokok pendidik dan tenaga kependidikan yang gunanya untuk berbagai hal di antaranya ujian seleksi sertifikasi. Sertifikasi itu adalah guru profesional. Guru yang sudah lama dan memenuhi persyaratan maka diangkat dan diajukan untuk pelatihan. Nah di situ di uji lagi. Di dalamnya ada banyak seleksi lagi yaitu ujian tertulis, ujian praktek mengajar, kemudian portofolio juga dan macam-macam mekanismenya
bermacam-macam
yang
intinya
nanti
setelah
guru
itu
mendapatkan sertifikat pendidik atau yang disebut guru profesional, akhirnya nanti dari kementerian berhak memberikan tunjangan kepada guru tersebut. Ada siswa miskin, kan di data itu ada data siswa, pekerjaan orang tua, kemudian orang tuanya masih hidup atau sudah meninggal, kemudian ia tinggal di mana. Semuanya jelas. Jadi sebagai acuan diberikannya bantuan siswa miskin atau yang disebut sekarang adalah KIP kartu Indonesia pintar atau KKS kartu kesejahteraan sosial. Semua panduannya dari dapodik.
120
RKB atau ruang kelas baru. Jadi kalau di dalam data dapodik kan itu data mencakup tentang sekolah. Misalkan SMP punya berapa kelas. Kalau kami punya 9 rombel. Kelas 7 ada tiga rombel, kelas 8 ada tiga rombel, dan kelas 9 juga ada tiga rombel jadinya ada 9 rombel. Nah dalam rombel itu dibatasi. Setiap rombel siswa minimal 20 dan maksimal 39 sampai 40. Jadi kalau siswa itu membeludak atau kebanyakan, akhirnya dari kementerian akan diberikan ruang kelas baru lagi untuk siswa yang tidak tertampung lagi karena banyaknya tersebut. Untuk bantuan sarana dan prasarana. Misalkan di sekolah punya ruang kelas yang rusak kemudian ada kamar mandi yang rusak atau pintunya jebol atau ruang olah raga dan kesenian, atau ruang apapun yang rusak tinggal input saja di dapodik agar diperbaiki. Sebagai acuan perbaikan fasilitas. Untuk prestasi siswa. Jadi diinput juga siswa yang berprestasi sudah mempunyai di bidang apa baik akademik maupun non-akademik. Tingkat kecamatan kabupaten atau kota semuanya diinput. Jadi ketahuan siswa itu ahli di bidang apa. Jadi detil sekali. Sehingga kalau ingin memberikan penghargaan untuk siswa berprestasi bisa melalui data dapodik. Jadi kalau pihak luar ingin melihat data sekolah, mengacu ke dapodik. Adapun untuk urusan internal lihat ke TU. 4. Peran kepala sekolah dalam manajemen dapodik ini apa? Kepala sekolah yang bertanggung jawab secara keseluruhan. Kepala sekolah mengutus atau menugaskan kepada operator dapodik ini melalui SK untuk pengangkatan kemudian kepala sekolah yang bertanggung jawab atas keseluruhan data. Baik data itu betul atau tidak riil atau tidak dimanipulasi atau tidak. Karena ketika semua data itu diinput kemudian disinkronkan dengan cara dikirim ke server pusat di kementrian itu, kan ada keterangan sudah disetujui oleh kepala sekolah atau belum, kalau sudah check list dan kirim. Jadi otomatis kepala sekolah ada namanya dan bertanggung jawab. Ketika suatu saat ada kesalahan dalam penginputan dapodik yang pertama dipanggil adalah kepala sekolah lalu yang kedua adalah operator dapodik.
121
5. Apakah kepala sekolah memanfaatkan data di dapodik untuk membuat kalender akademik? Dari hasil rapat raker hasilnya baru diinput di dapodik. Selain itu ada pemanfaatan dapodik untuk mengambil keputusan kepala sekolah. Data di dapodik berperan juga untuk acuan data. Ya semuanya setelah diinput ke dapodik suatu saat dibutuhkan oleh kepala sekolah atau pemangku kepentingan di intern itu ya bisa lihat lagi di dapodik. Bisa berperan juga. 6. Kalau data di TU bagaimana? Jadi di TU mengelola data di intern tetapi kalau ada laporan ke luar maka dari TU memberikan data ke dapodik. 7. Sebagai seorang guru dilibatkan dalam keputusan apa saja? Pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah tentang guru pasti melibatkan guru juga. Kala kepala sekolah perlu sharing ke guru untuk meminta pendapat ya semua guru memberikan pendapat. 8. Keputusan kepala sekolah untuk tenaga pendidik dan kependidikan? Bidang kurikulum membuat jadwal pelajaran. Pasti guru itu ada yang memberikan masukan atau minta dijadwalkan hari apa saja untuk mengajar. Kemudian ketika ujian baik itu ujian UTS ataupun UAS sebelum kepala sekolah memutuskan ya pasti kan guru juga memberikan masukan di saat rapat. Pelatihan membuat RPP dan silabus, pelatihan untuk menjadi guru profesional, pelatihan mengajar yang menyenangkan kepada murid. 9. Pelatihannya sudah diagendakan atau bersifat mendadak? Kalau di kalender akademik sudah ada. Sekolah punya dua kalender. Yang satu acuan dari dinas pendidikan kota dan yang kedua kalender akademik yang dibuat sendiri oleh sekolah karena kami swasta. Contoh kalender akademik kota tentang hari efektif belajar kemudian hari-hari libur nah kita akan mengikuti ke sana tapi ketika intern sekolah alfalah yang berbasis Islam ya ada kalender akademik yang
122
khusus alfalah contoh peringatan hari-hari besar Islam. kemudian ada santunan anak , salat berjamaah, yatim dan yang berhubungan ciri khas alfalah tentang keislaman.
123
HASIL WAWANCARA IV Nama
: Nia, A.Md
Jabatan
: Petugas TU SMP Islam Al-Falaah Sawah Baru
Hari/tanggal : Rabu, 31 Agustus 2016 Waktu
: 11:37 – 12:45 WIB
1. Siapa saja petugas TU? Untuk tahun ini petugas TU ada dua yaitu saya dibantu oleh Bu Desi satu lagi ada tapi itu hanya sekedar membantu saja dari UKS 2. Apakah ada prosedur kerja atau pembagian tugas? Ada. Kebetulan posisi saya di bagian keuangan. Kalau sekarang sih di bagian keuangan tapi masih di bantu sama Bu Desi di bagian administrasi kalau saya keuangan. Untuk tugas secara terperinci ada. Ada bermacam-macam aspek seperti guru, murid dan sebagainya. Ada juga pembagian tugas secara tertulis. 3. Apa saja data yang diperlukan ketika rapat pengambilan keputusan? Tergantung temanya. Kalau misalkan membahas soal PPDB data yang diminta yaitu jumlah yang daftar kami persiapkan. Dan setiap rapat dengan tema yang beda ya datanya sesuai dengan tema itu. 4. Bagaimana pencatatan data dari hasil rapat? Setiap rapat kami punya buku rapat masing-masing. Jadi tidak satu buku. Jadi per bidang studi yang dipanggil untuk rapat ya dia mencatat hasil rapat. Semuanya punya catatan hasil rapat. Tidak hanya satu buku khusus untuk mencatat hasil rapat. 5. Bagaimana penyampaian atau penyebaran informasi hasil rapat? Cukup dikasih tahu contohnya ada pembukuan hasil rapat untuk menjadi arsip. Hasil diskusi dan hasil rapat dibukukan dan disampaikan ke pihak yang berkaitan. Sekarang karena ada handphone jadi terkadang informasi disebarkan melalui
124
handphone. Jadi tidak terlalu banyak informasi tertulis seperti dulu sering menggunakan surat. Kalau ada hal-hal yang bersifat kebijakan menyeluruh kami buatkan file kerja dan kepanitiaan. Contohnya seperti proposal. Setiap program ada evaluasi dari kepanitiaan yaitu sekretarisnya. Kalau saya pribadi membuat catatan realisasi keuangan. Nanti kalau sudah rapih baru dikumpulkan. 6. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam peningkatan pegawai? Kami sudah sering mengikuti seminar pendidikan, langsung dari psikolog, memanggil orang dari luar. Lalu yang baru dilakukan yaitu IHT (In House Trainning). Pelatihan dari yayasan ada dan dari pihak luar ada. Kami juga bekerja sama dengan gugus yaitu gugus 02 bergabung dengan sekolah pembangunan Jaya. Untuk tahun ini kami bergabung dengan SD Al-Azhar. Contoh kerja sama dengan pihak luar yaitu ketika ada surat undangan untuk melakukan pelatihan kemudian kepala sekolah menyampaikan dan diskusi dengan guru-guru lalu setelah dianggap butuh maka mendaftar ke acara itu. 7. Selain data tertulis apakah ada laporan lisan? Ada laporan langsung dari guru-guru waktu ikut rapat. Kami juga kalau sudah menyangkut urusan intern sekolah maka lapor juga ke pihak yayasan. Kalau sekarang karena strukturnya ada sedikit perubahan yaitu ada pengawas pendidikan. sebelumnya tahapan laporan ke yayasan secara langsung tapi sekarang harus melewati pihak pengawas. 8. Apakah ada jadwal rapat dan koordinasi yang rutin diadakan? Ada dalam bentuk briefing setiap setelah upacara sekitar 10 sampai 15 menit. Biasanya di ruangan atau kadang juga di lobi. Contohnya dalam briefing disampaikan bahwa ada beberapa kegiatan dalam Minggu ini. Kalau yang bersifat
125
urgen misalnya ketika ada undangan dari luar atau surat dari luar maka kepala sekolah memanggil beberapa pihak terkait untuk diskusi. 9. Dalam berkoordinasi menggunakan media sosial. Seberapa berperan dalam pengambilan keputusan? Membantu untuk komunikasi dan koordinasi saja. kalau hal-hal yang bersifat besar dan perlu banyak yang dibicarakan maka harus tatap muka. 10. Bagaimana peranan website? Untuk tahun ini sekolah sedang digerakkan lagi karena informasinya masih lama belum diperbaharui. Isinya Cuma pengenalan sekolah saja.
11. Kewenangan petugas TU dalam pengambilan keputusan? Kalau kewenangan pengambilan keputusan saya mengikuti arahan saja dari kepala sekolah dan juga mengikuti peraturan yang ada. Kewenangan kami di sini hanya membantu urusan keuangan dan administrasi saja seperti melayani orang tua murid. Karena ada struktur baru jadi banyak orang tua murid yang menanyakan tata caranya 12. Apa anda ditugaskan juga untuk mengajar? Saya tidak mengajar tapi fokus saja di TU. Tidak ada tugas mengajar atau sebagainya. 13. Data apa saja yang ada di TU? Data siswa, guru. Data yang ada dari guru-guru dan lainnya diarsipkan di TU. Contohnya data nilai siswa yang dipegang oleh guru juga diarsipkan di TU 14. Apakah kepala sekolah sering menggunakan data yang ada di TU untuk pengambilan keputusan?
126
Iya. Contohnya kalau mau tahu kondisi murid dan wali muridnya kepala sekolah minta data dari TU 15. Data yang ada di TU semakin hari semakin banyak. Bagaimana pengolahan dan penyimpanan data tersebut? Sudah dirapikan seperti yang ada di lemari (sambil menunjuk lemari berisi berkasberkas TU), dimasukkan ke dalam file-file, dan dikategorikan ke dalam kategori tertentu. 16. Adakah upaya untuk menyimpan ke dalam komputer? Tetap ada usaha untuk memasukkan file ke dalam komputer. Jadi hard copy nya ada dan soft copynya ada juga. Dan dalam melakukan hal itu ada petugas TU lainnya yang membantu . jadi ketika data semakin banyak maka dimasukkan ke komputer. Mungkin nanti kami perlu tempat untuk penyimpanan data. Karena kebutuhan untuk menyimpan data dalam bentuk hard copy perlu sekali. Tetapi untuk sekarang masih cukup menyimpan di sini. 17. Apakah ada aplikasi pengolahan data? Sebenarnya sekarang kan sudah dibantu oleh dapodik. Di dapodik ada data yang lebih lengkap. Ada data guru data murid dan sebagainya. Kalau di saya juga ada.
18. Dapodik itu seperti apa? Dapodik aplikasi pengolahan data sekolah. Namun dari dapodik juga minta data ke TU. Mulai dari tinggi anak, berat badan anak dan orang tua diinput. Jadi dapodik minta data ke kita dan untuk macam-macam data diperlukan seperti UKS dan sebaginya. Diminta setiap 6 bulan sekali. 19. Bagaimana kaitan antara kalender pendidikan dengan kebijakan sekolah?
127
Dari awal sudah diprogramkan dulu lalu dibuat kalender akademik. Dan menyesuaikan juga kalender dari dinas. 20. Alat atau media yang digunakan untuk mengolah dan menata data apa saja ? Folder, bindeks, file map, pengeras suara, wifi, HT, 21. Hambatan apa saja yang ditemui dalam mengolah data dan menjalankan keputusan kepala sekolah? Di sini kan ada yayasan. Jadi ketika kepala sekolah mengambil keputusan kita harus melaporkan ke yayasan. Dan dari yayasan tersebut ada sedikit masukan dan kritik. Contohnya kami sudah membuat rencana field trip di tanggal 22 Oktober ternyata sudah kita rencanakan dan dilaporkan yayasan ternyata harus diundur bulan Februari. Hambatannya seperti itu jadi disesuaikan lagi jadwal pelaksaannya. Biasanya karena ada beberapa hal yang diganti dengan kegiatan lain seperti persiapan PPDB. Dari sekolah sebenarnya sudah mempertimbangkan segala macam. Mulai dari tanggal, cuaca, dan aspek-aspek lainnya. Kami juga sering memberi masukan seperti pertimbangan untuk menentukan tempat acara. Kami beri kekurangannya apa dan kelebihannya apa. 22. Bagaimana cara kepala sekolah mengambil keputusan menurut pengamatan anda? Melalui musyawarah. Jadi setiap program seperti field trip. Program itu dibentuk panitia, kemudian dibuat musyawarah baiknya seperti apa dan kami koordinasi ke kepala sekolah lalu kepala sekolah menyetujui. 23. Bagaimana proses pengambilan keputusan ? Kami melakukan perhitungan, dan coretan-coretan untuk acara. Itu akan dijadikan pertimbangan untuk keputusan acara seperti apa. Kemudian kami membuat plan A, plan B dan sebagainya
128
24. Apakah ada notulensi setiap rapat ? Kami mencatat pada buku catatan sendiri. Catatan ini nantinya akan dijadikan untuk pegangan terkait hasil rapat. 25. Apakah pengambilan keputusan mendasarkan pada data-data yang ada di sekolah? Iya pengambilan keputusan disesuaikan dengan data-data sekolah. Contohnya kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam LDKS kami membutuhkan data siswa. Kami juga membuat proposal acara. Di dalamnya ada maksud dan tujuan kegiatan, akomodasi, dan realisasi anggaran. Kemudian untuk melihat tempat acara kami juga survei dari informasi-informasi di internet dan juga ke lokasi. Kadang juga kalau ada nomor kontak yang dapat dihubungi kami telepon. 26. Data yang dari hasil pengambilan keputusan itu apa akan digunakan lagi? Iya kami gunakan lagi. Karena untuk melihat perubahan seperti harganya naik dan sebagainya. 27. Apa kepala sekolah melakukan pengecekan untuk membuat suatu keputusan? Iya contohnya untuk kurikulum. Kepala sekolah melihat kelas 7 menggunakan kurikulum. Lalu kepala sekolah merasa guru-guru harus bisa mengajar dengan kurikulum K13. Jadi diadakan kegiatan in house training di Al-Azhar. Kalau guru kelas 9 tidak ikut karena memang tidak membutuhkan. Kepala sekolah tahu karena sebelumnya menggunakan KTSP terus sekarang K13 jadi perlu ada pelatihan K13. Selain itu guru-guru di sini juga diikutkan acara seminar karena kepala sekolah merasa perlu adanya pembaharuan informasi terkini seputar pendidikan entah itu menggunakan teknologi, dan menangani anak seperti apa, karena setiap tahun berbeda beda karakter anak murid. Salah satunya pelatihan guru yaitu dampak teknologi terhadap generasi Z dilakukan di Aula Al-Falaah.
129
Selain itu kami juga diberi wadah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas. Untuk hal ini dilakukan oleh psikolog. Kemudian guru-guru juga diikutkan MGMP untuk guru bidang studi. Ada guru PAI, bahasa Indonesia, Matematika. Baru tiga mata pelajaran yang terlaksana. Di sini guru bisa sharing tentang pembuatan soal dan lain-lain tentang pelajaran itu. Kepala sekolah juga sering memantau sudah sejauh mana pengajaran dari guru-guru. Guru-guru juga sering memberi tahu metode belajarnya seperti apa. Kemudian kegiatan pembelajaran seperti bisnis day guru koordinasi ke kepala sekolah teknisnya seperti apa. 28. Di sekolah ada sport hall center, lalu ketika akan digunakan maka seperti apa kordinasinya? Sport Center dimanfaatkan untuk kegiatan sekolah. Kalau mau memakai, kepala sekolah koordinasi dulu ke pemegang kunci karena agar tidak bentrok dengan jadwal kegiatan lain. Lebih dominan dilakukan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu digunakan untuk acara seperti O2Sn. Kepala sekolah juga sering koordinasi dengan pihak SD untuk menjaga agar jadwal acara tidak bentrok dengan pemakaian kegiatan lain. 29. Perlengkapan sekolah apakah ada data peminjaman? Ada. Jadi kalau ada yang pinjam, bisa dicatat di buku peminjaman. Sering dipinjam oleh guru dan juga murid. Alat yang dipinjam seperti kabel roll, projector, 30. Pengelolaan informasi yang sering digunakan seperti apa? Saya memajang data yang sering digunakan di dinding dekat meja kerja saya. Jadi gampang dilihat dan tidak perlu mencari-cari lagi. Seperti data guru, data siswa, data keuangan, kalender akademik, jadwal kegiatan. 31. Bagaimana proses pembaharuan data?
130
Data diperbaharui biasanya per semester. Contohnya ketika ada murid yang keluar dan murid masuk pada saat PPDB, nah itu data murid diperbaharui. 32. Bagaimana penggunaan wifi? Manfaatnya cukup banyak di sekolah. Salah satunya untuk pembelajaran guru di kelas. Untuk komunikasi juga via email. Wifi-nya dipasang pada ruang TIK, TU, ruang kepala sekolah dan ruang guru. Kalau wifi-nya agak lambat jaringannya kami laporkan agar diperbaiki. 33. Keputusan kepala sekolah tanpa berdasarkan data? Ada seperti belum lama ada salah satu murid yang ibunya meninggal, kemudian kepala sekolah menugaskan kepada saya untuk menghimpun bantuan dana melalui takziah. Selain itu kegiatan bakti sosial, itu tanpa koordinasi lebih lanjut. Kami mengeluarkan sembako untuk anak yatim. Kemudian kegiatan Adiwiyata yaitu program dari dinas tentang penilaian lingkungan sekolah. Kemudian penyelesaian kasus murid yang ditangani sekolah. Biasanya kepala sekolah sendiri yang mengambil keputusan. tapi tetap minta bantuan beberapa guru. Kegiatan yang dipindahkan lokasinya karena cuaca hujan. Sidak kerapian muridmurid yang seragamnya tidak rapi atau ada yang sobek atau sebagainya itu diminta untuk cek. Kalau kedapatan murid yang menggunakan pakaian tidak rapi maka akan ditindak. Entah itu disuruh beli atau sebagainya. Ada juga lomba Tosca Cup dilakukan mendadak. Kemudian penghimpunan uang untuk parkir dan keperluan lainnya kepala sekolah menugaskan kami. 34. Pendelegasian murid yang ikut lomba seperti apa? Kami memilih murid dengan koordinasi dulu ke guru bidang studi atau guru ekstrakurikuler, awalnya ada undangan kemudian kami kabari kepala sekolah, nanti kepala sekolah koordinasi ke guru tersebut kalau ada murid yang bisa maka diputuskan untuk ikut lomba.