PERANAN SAREKAT ISLAM DAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN POLITIK DAN PENDIDIKAN PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL TAHUN 1911-1942
PENELITIAN
Oleh
IYUS JAYUSMAN, DRS,. M.PD NIDN. 0429066201
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2015
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR……………………………..……………..…
i
DAFTAR ISI……………………………………………..…………
ii
BAB I
PENDAHULUAN ……………..……………………..
1
A. Latar Belakang Masalah……………..……………
1
B. Rumusan Masalah………………….……………..
4
C. Definisi Operasional………………………………
4
D. Tujuan Penelitian……….………..………………..
6
E. Kegunaan Penelitian..…………..…………………
6
LANDASAN TEORETIS..………..………………….
8
A. Kajian Teoretis….……………..…………………..
8
B. Penelitian Yang Relevan..…………………………
14
C. Anggapan Dasar……………..…………………….
14
PROSEDUR PENELITIAN…..…………………..…..
16
A. Metode Penelitian………..………………………..
16
B. Variabel Penelitian……..………………………….
17
C. Teknik Pengumpulan Data…………………….….
17
D. Langkah-langkah Penelitian………………………
18
BAB II
BAB III
E. Teknik Pengolahan Data…………………………… 19 i
F. Waktu dan Tempat Penelitian………………....…….. 19 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………… 20 A. Situasi Sosial-Politik Menjelang Lahirnya Pergerakan Nasional ………………………………... 20 1. Masyarakat Kolonial 4dan Kebangkitan Nasional ….......................................................... 20 2. Pendidikan Kolonial …………………………...
25
B. Lahirnya Organisasi Modernisme Islam ………….. 31 1. Modernisme Islam……………………………….. 31 2. Sarekat Islam sebagai Gerakan Politik…………... 33 3. Muhammadiyah
sebagai
Organisasi
Sosial
Pendidikan ………………………………..…….... 40 4. Suatu
Tinjauan
Perbandingan
terhadap
Gerakan Sarekat Islam dan Muhammadiyah…… 52 BAB
V
SIMPULAN DAN SARAN…………………………....
54
A. Simpulan…………………………………………...... 54 B. Saran………………………………………………… 56 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 58 ii
PENELITIAN
PERANAN SAREKAT ISLAM DAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN POLITIK DAN PENDIDIKAN PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL TAHUN 1911-1942
Sarekat Islam (SI) dan Organisasi Muhammadiyah keduanya lahir dalam keadaan situasi sosial-politik Indonesia sedang dikuasai oleh kolonialisme Belanda. Kolonialisme Belanda telah mendorong rakyat Indonesia untuk melakukan tindakan, yang dalam sejarah disebut sebagai pergerakan nasional. Kedua organisasi tersebut dalam menghadapi kolonial Belanda mempunyai strategi yang agak berbeda, tapi dengan tujuan yang sama yaitu memperjuangkan kemerdekaan hidup rakyat Indonesia. Di samping itu keduanya menjadikan agama (Islam) sebagai landasan dan pedoman perjuangannya. SI sejak awal kelahirannya (1911), sudah berani bermanuver politik dalam mensikapi kolonialisme Belanda. SI dengan segala kemampuannya merekrut keanggotaan tidak saja di level arus perkotaan, namun sampai ke pelosok pedesaan. Dalam waktu relative singkat, SI mempunyai anggota yang demikian banyak, sehingga dapat dijadikan alat penekan terhadap kolonialisme Belanda. Di samping berjuang di bidang sosial-politik, SI pun berusaha memperjuangkan kehidupan ekonomi rakyat yang mengalami kemiskinan sebagai dampak dari kebijakan ekonomi kolonial yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Bidang pendidikan ummat pun menjadi perhatian serius SI. Organisasi ini memandang penting pendidikan sebagai alat untuk membuka cakrawala berpikir umat dalam menghadapi kolonialisme Belanda yang kapitalis. Dan mereka memandang, bahwa kesengsaraan ummat diberbagai sektor, sebagai akibat Belanda menerapkan sistem kapitalisme. Kapitalisme menurutnya harus dihancurkan, dan diganti oleh sistem kehidupan ekonomi yang berlandaskan Islam. Sejak awal kelahirannya, SI dalam menghadapi kolonial Belanda dengan menggunakan strategi perjuangan non-koperasi, artinya dalam memperjuangkan hak hidup ummatnya tidak mau bekerja sama dengan pihak kolonial. Sebagai dampak dari strategi perjuangannya yang non-koperasi, SI dalam kegiatan-kegiatan
politiknya sering mendapat perhatian khusus dari pihak kolonial dan berujung kepada penangkapan terhadap aktivis-aktivis pejuangnya. Muhammadiyah lahir di Yogyakarta tahun 1912 dengan tokoh sentralnya K.H. Ahmad Dahlan. Sejak awal kelahirannya Muhammadiyah berkomitmen untuk membersihkan praktek hidup beragama dari hal-hal yang bersifat bid’ah. Muhammadiyah secara tegas menyatakan, bahwa landasan untuk mempraktekkan Islam hanya harus berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunah Rosul (hadis Nabi). Berlandaskan di luar dua pedoman tersebut dianggapnya terlampau mengada-ada atau bid’ah. Dalam
menghadapi
kolonialisme
Belanda,
organisasi
Muhammadiyah
perjuangannya lebih menitik beratkan kebidang sosial-pendidikan. Mereka menganggap bahwa perbaikan kehidupan sosial dan pendidikan ummat akan sangat lebih utama dalam usahanya untuk melawan kolonialisme Belanda. Untuk merealisasikan cita-citanya itu,
Muhammadiyah merintis mendirikan sekolah-
sekolah untuk menampung putra-putri dari anggotanya. Di samping itu, organisasi ini secara periodik melakukan sumbangan-sumbangan sosial untuk anggotanya yang miskin terutama mereka yang ada di arus perkotataan. Kedua organisasi tersebut di atas bisa dikategorikan sebagai organisasi perjuangan modern yang sejak awal kelahirannya sangat mendapat perhatian massa yang sangat banyak. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua organisasi tersebut mendapat perhatian khusus pemerintah kolonial Belanda dan sangat mencurigainya. Kekhawatiran pemerintah kolonial terhadap kedua organisasi tersebut memang sangat beralasan. Di satu sisi, SI sangat dekat dengan arus bawah yang ada di wilayah pedesaan
diseluruh Nusantara, sedangkan Muhammadiyah lebit dekat
dengan masyarakat arus perkotaan yang berpikir lebih rasional dan progresif. Menurut Belanda keduanya sangat berpotensi untuk menggoyahkan kekuasaan kolonial. Untuk mengatasi keadaan itu, pemerintah kolonial semakin mempersempit ruang gerak dari kedua organisasi tersebut. Terutama pergerakan Sarekat Islam yang keanggotaannya sangat banyak. Tidak perlu diragukan lagi, kedua organisasi pergerakan tersebut memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap pendidikan. Para elit di kedua organisasi tersebut beranggapan, bahwa pendidikan menempati posisi sentral dalam upayanya melawan kolonialisme Belanda. Pendidikan dipandang akan mampu mensejajarkan cara berpikir penduduk dengan cara berpikir orang Eropa. Dengan demikian mereka
menganggap pendidikan sebagai senjata ampuh dalam upaya melumpuhkan kolonialisme Belanda dengan segala keangkuhannya. Memasuki tahun 1942, di mana kolonialisme Belanda menjelang mengakhiri kekuasaannya di Indonesia, kedua organisasi pergerakan tersebut di atas, tetap konsisten dalam perjuangannya, kendati SI sudah berubah nama menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia). Perubahan nama SI menjadi PSII sesuai dengan perkembangan dari gerakannya yang semakin menajam dalam menghadapi kaum kapitalisme. Demikian pula Muhammadiyah semakin memperkokoh laju perjuangannya yang lebih menitikberatkan di bidang pendidikan. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah semakin banyak menarik perhatian masyarakat. Ketertarikan masyarakat (umat) terhadap Muhammadiyah karena sipat dari pergerakannya yang sangat menyentuh kepentingan masyarakat menengah ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Mansur Sryanegara. (2009). Api Sejarah. Salamadani: Bandung. Ahmad Syafii Ma’arif. (1985). Studi Tentang Percaturan dalam Konstituante: Islam dan Masalah Kenegaraan. LP3ES: Jakarta. Ahmadani G. Martha. (1985). Pemuda Indonesia dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa. Dikbud RI: Jakarta. Brugman. (1939). Mengenal Ajaran Kaum Sufi. Pustaka Jaya: Jakarta. Burger, D.H. (1960). Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jilid Pertama. Pradnya Paramita: Jakarta. Cokroaminoto. (1963). Islam dan Sosialisme. LP2SRI: Jakarta Deliar Noer. (1992). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. LP3ES: Jakarta. --------------.(1996). Partai Islam di Pentas Nasional. Mizan: Bandung. Eugene Smith, Donald. (1971). Religions, Politics, and Social Change in the Thrid World. The Free Press: New York. H.S. Prodjokusumo. (1987). Muhammadiyah,
Pendidikan
Pesantren
dan
Pembangunan. A.B.M.: Jakarta. Hamka. (1952). Tasawuf Modern. Jayabakti: Jakarta. Kahin, Mc Turnan. (1952). Nationalism
and
Revolution Indonesia. Cornell
University: Ithaca. Korver. (1982). Perjuangan Ummat Islam Indonesia dalam Revolusi Indonesia. Bhatara: Jakarta. Koch, F.D.K. (1951). Islam di Pentas
Perjuangan
Rakyat
Indonesia dalam
Memperjuangkan Kemerdekaan. Bulan Bintang: Jakarta. Mitsuo, Nakamura. (1983). Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin: Studi tentang Pergerakan Muhammadiyah di Kota Gede Yogyakarta. UGM: Yogyakarta. 58
Muhammad Hatta. (1972). Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Tintamas: Jakarta. Pringgodigdo. (1964). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Pustaka Rakyat: Jakarta. Ricklefs, M.C. (1991). Sejarah Indonesia Modern. Gajah Mada University: Yogyakarta. Suhartono. (1994). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Gajah Mada University: Yogyakarta. --------------.(2001). Revolusi Indonesia Terpasung. Gantara Aksara: Yogyakarta. Soemarsono Mesteko. (1986). Mohammad Roem 70 Tahun: Pejuang Perunding. Bulan Bintang: Jakarta. Sartono Kartodirjo. (1973). Sejarah Nasional Indonesia. Jilid V. Depdikbud: Jakarta. Vlekke, Bernard H.M. (1960). Nusantara A History of Indonesia. Manteau: Bruxelles. Yunus Salam. (1968). Riwayat Hidup K.H.A. Dahlan: Amal dan Perjuangannya. Depot Pengajaran Muhammadiyah: Jakarta.
59