PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI Nurpaiza1 ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan anak dalam berbahasa lisan, bagaimanakah penggunaan metode bercerita, dan apakah ada peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun subyek penelitian ini adalah seluruh anak Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi yang berjumlah 15 anak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Metode Bercerita adalah suatu metode penyampaian pesan atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak TK. Bahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia khususnya pada anak yang menggunakan katakata yang diturunkan dari kosa kata bersama-sama dengan berbagai macam nama yang diucapkan. Berdasarkan analisis data, maka dapat diketahui ada peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi. Dapat dilihat dari rekapitulasi pengamatan minggu pertama terdapat 2 anak (13,33%) yang menunjukan kategori BSB, 3 anak (20%) kategori BSH, 4 anak (26,67%) kategori MB, dan 6 anak (40%) kategori BB. Selanjutnyan pada rekapitulasi minggu keenam terjadi peningkatan yang signifikan terdapat 13 anak (86,66%) yang menunjukan kategori BSB, 1 anak (6,67%) kategori BSH, 1 anak (6,67%) kategori MB, dan 0 anak (0%) kategori BB. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa lisan anak meningkat setelah penggunaan metode bercerita. Kata Kunci : Metode Bercerita, Berbahasa Lisan PENDAHULUAN Perkembangan adalah suatu proses perubahan, di mana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa. untuk mencapai perkembangan bahasa 1
Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. No. Stambuk A 411 09 014.
750
diperlukan metode yang tepat. Metode bercerita merupakan metode yang banyak digunakan di TK. Menurut Winda Gunarti (2008:53) bahwa :Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dngeng belaka, yang biasa dilakukan secara lisan atau tertulis”. Menurut Zainal Fanani (2007:34) “Bercerita atau mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia”. Metode bercerita digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih cerita atau dongeng yang menarik yang akan mendukung pada saat pembelajaran. Dengan cara memadukan cerita tersebut dengan pembelajaran, sebab keefektifan pemakaian metode bercerita dalam proses pembelajaran harus memerlukan keterpaduan. Pemakaian metode bercerita bertujuan untuk dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa lisan, serta dapat mengevauasi kemajuan kelas. Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik, menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak, mereka mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya merekam beberaapa kabar berita pada usia 4-6 tahun. Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada usia TK. Badudu (1989) menyatakan bahwa “Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginanya. Sedangkan Bromley (1992) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang telah dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda-benda, serta menunjuk pada maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalimat, dan bahasa selalu menampilkan arti-arti tertentu. Sehubungaan dengan arti simbolik tadi, bahasa dipakai juga sebagai alat untuk
751
menghayati pengertian-pengertian dan peristiwa-peristiwa dimasa lampau, masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu. Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini. Silvana Moa’e “Peningkatan Kemampuan Menyimak Anak Melalui Metode Bercerita di Kelompok B TK PGRI Singura Kabupaten Parimo” bahwa pembelajaran bahasa khususnya pembelajaran menyimak pada anak TK PGRI masih merupakan masalah yang perlu dicarikan solusinya, dan Sundari “Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Melalui Media Gambar Pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Al-Khairaat Palu Selatan” bahwa kemampuan berbahasa lisan anak tergolong sangat rendah pada pengamatan siklus pertama dan terjadi peningkatan pada siklus kedua melalui pembelajaran media gambar. Kerangka pemikiran pada penelitian ini yaitu hasil observasi terdapat masalah kemampuan anak berbahasa lisan belum berkembang dengan baik seperti penguasaan kosa kata, kurangnya kemampuan anak dalam nenjawab pertanyaan sederhana, serta kurangnya kemampuan anak dalam mengajukan pertanyaan. Penyebab masalah diakibatkan kurangnya media pelengkap seperti buku cerita, gambar, boneka tangan, alat permainan dan metode yang tidak bervariasi dan kurang tepat sehingga anak merasa bosan dan kurang memperhatikan apa yang diajarkan. Untuk memecahkan masalah metode yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan yaitu metode bercerita karena dianggap akan efektif bila diterapkan secara tepat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Bangsa, Desa Sidera, Kabupaten Sigi, dengan subyek penelitian seluruh anak di kelompok B1 TK Tunas Bangsa yang berjumlah 15 anak. Variabel penelitian terdiri dari metode bercerita dan berbahasa lisan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Setelah data terkumpul, maka data akan diolah dengan menggunakan teknik persentase, hasil olahan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Rumus yang digunakan dari Subagio (1998:9), untuk menganalisis data yang dikumpulkan secara persentase, sebagai berikut: 𝑓
𝑝 = N x 100% Keterangan : P = Persentase f = Jumlah jawaban dari masing-masing alternatif N = Jumlah responden
752
HASIL PENELITIAN A. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Minggu Pertama Sampai Minggu Keenam 1. Rekapitulasi Minggu Pertama Dari Tiga Aspek Yang Diamati Tabel 1 Rekapitulasi Minggu Pertama Aspek Yang Diamati NO
Kategori
1 2 3 4
BSB BSH MB BB
Penguasaan Kosa Kata
F 2 2 4 7 15
% 13,33 13,33 26,67 46,67 100
Jumlah Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik BSH: Berkembang Sesuai Harapan
Menjawab Pertanyaan Sederahan
Mengajukan Pertanyaan
F
%
F
%
2 3 4 6 15
13,33 20 26,67 40 100
2 4 4 5 15
13,33 26,67 26,67 33,33 100
Ratarata (%) 13,33 20 26,67 40 100
MB : Mulai Berkembang BB : Belum Berkembang
Sesuai tabel 1 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga aspek yang diamati pada minggu pertama dengan rata-rata, terdapat 13,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 20% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), 26,67% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan 40% dalam kategori Belum Berkembang (BB). 2. Rekapitulasi Minggu Kedua Tabel 2 Rekapitulasi Minggu Kedua Aspek Yang Diamati NO
Kategori
1 2 3 4
BSB BSH MB BB
Jumlah
Penguasaan Kosa Kata
Menjawab Pertanyaan Sederahan
Mengajukan Pertanyaan
F
%
F
%
F
%
3 3 4 5 15
20 20 26,67 33,33 100
3 3 4 5 15
20 20 26,67 33,33 100
3 3 4 5 15
20 20 26,67 33,33 100
Ratarata (%) 20 20 26,67 33,33 100
Sesuai tabel 2 tersebut, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga aspek yang diamati pada minggu kedua, terdapat 20% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 20% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 26,67% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan ada 33,33% Berkembang (BB).
753
kategori Belum
3. Rekapitulasi Minggu Ketiga Tabel 3 Rekapitulasi Minggu Ketiga Aspek Yang Diamati NO
Kategori
1 2 3 4
BSB BSH MB BB
Jumlah
Penguasaan Kosa Kata
Menjawab Pertanyaan Sederahan
Mengajukan Pertanyaan
F
%
F
%
F
%
5 4 3 3 15
33,33 26,67 20 20 100
6 5 3 1 15
40 33,33 20 6,67 100
7 3 3 2 15
46,67 20 20 13,33 100
Ratarata (%) 40 26,67 20 13,33 100
Sesuai tabel 3 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga aspek yang diamati pada minggu ketiga, terdapat 40% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), 26,67% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), 20% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan 13,33% dalam kategori Belum Berkembang (BB). 4. Rekapitulasi Minggu Keempat Tabel 4 Rekapitulasi Minggu Keempat Aspek Yang Diamati NO
Kategori
1 2 3 4
BSB BSH MB BB
Jumlah
Penguasaan Kosa Kata
Menjawab Pertanyaan Sederahan
Mengajukan Pertanyaan
F
%
F
%
F
%
7 3 3 2 15
46,67 20 20 13,33 100
8 5 1 1 15
53,33 33,33 6,67 6,67 100
9 4 2 0 15
60 26,67 13,33 0 100
Ratarata (%) 53,33 26,67 13,33 6,67 100
Sesuai table 4 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga aspek yang diamati pada minggu ketiga, terdapat 53,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), 26,67% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 13,33% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), 0% dalam kategori Belum Berkembang (BB). 5. Rekapitulasi Minggu Kelima Tabel 5 Rekapitulasi Minggu Kelima Aspek Yang Diamati NO
1 2 3 4
Kategori
BSB BSH MB BB
Jumlah
Penguasaan Kosa Kata
Menjawab Pertanyaan Sederahan
Mengajukan Pertanyaan
F
%
F
%
F
%
11 2 1 1 15
73,33 13,33 6,67 6,67 100
11 2 1 1 15
73,33 13,33 6,67 6,67 100
11 2 1 1 15
73,33 13,33 6,67 6,67 100
754
Ratarata (%) 73,33 13,33 6,67 6,67 100
Sesuai tabel 5 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga aspek yang diamati pada minggu ketiga, terdapat 73,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), 13,33% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), 6,67% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), 6,67% dalam kategori Belum Berkembang (BB). 6. Rekapitulasi Minggu Keenam Tabel 6 Rekapitulasi Minggu Keenam Aspek Yang Diamati NO
1 2 3 4
Kategori
BSB BSH MB BB
Jumlah
Penguasaan Kosa Kata
Menjawab Pertanyaan Sederahan
Mengajukan Pertanyaan
F
%
F
%
F
%
13 1 1 0 15
86,66 6,67 6,67 0 100
13 1 1 0 15
86,66 6,67 6,67 0 100
13 1 1 0 15
86,66 6,67 6,67 0 100
Ratarata (%) 86,66 6,67 6,67 0 100
Sesuai tabel 6 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga aspek yang diamati pada minggu ketiga, terdapat 86,66% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 6,67% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), 6,67% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan 0% dalam kategori Belum Berkembang (BB). B. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara guru kelas B1 ibu Zubaeda, pada tanggal 3 Oktober 2013 menyatakan bahwa: 1. Kemampuan anak berbahasa lisan di kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi, biasanya dilakukan melalui pembiasaan, dan metode bermain yang pada dasarnya sudah cukup baik, namun masih sangat rendah setelah dilaksanakan metode bercerita terjadi peningkatan terhadap kemampuan anak berbahasa lisan. 2. Penggunaan metode bercerita pada anak di kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi, berdasarkan kemampuan yang diharapkan mencapai beberapa pengembangan seperti bahasa, moral, sosial emosional dan dapat memberikan pengetahuan atau informasi baru bagi anak setelah anak mendengarkan cerita. Dalam membawakan cerita harus sesuai dengan tahap perkembangan anak, baik dari bahasa, media dan langkah-langkah pelaksanaannya, agar lebih efektif, komunikatif, dan menyenangkan bagi anak. Metode bercerita di TK Tunas Bangsa biasanya dilakukan didalam maupun diluar ruangan sesuai dengan kebutuhan anak.
755
3. Kendala- kendala yang dihadapi dalam kemampuan anak dalam berbahasa lisan melalui metode bercerita pada anak di kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi, yaitu: a. Seharusnya ada beberapa orang guru, minimal dua orang guru Kurangnya tenaga guru. Dalam melaksanakan metode bercerita apalagi dilihat banyaknya anak yang ada, yaitu sebanyak 15 orang. Apabila guru yang satu sedang bercerita teman guru yang lain mendampingi dan mengawasi atau mengatur anak. Agar metode bercerita dapat terlaksana dengan baik. selain itu dibutuhkan keterampilan guru dalam menceritakan isi cerita baik dari segi teknik vokal, suara yang jelas, mimik atau ekspresi muka, dan keterampilan gerak tubuh yang menyenangkan maupun media yang digunakan agar anak tertarik mendengarkan cerita. b. Anak usia TK masih dalam tahap berpikir abstrak yang penuh dengan imajinasi sehingga dalam membawakan cerita harus dilengkapi dengan buku cerita bergambar dan media yang nyata atau benda tiruannya. seperti tanaman, gambar, boneka tangan yang menyerupai dari tokoh yang ada dalam cerita. c. Isi cerita harus menarik dan sesuai untuk perkembangan anak TK, karena cerita yang monoton dapat membuat anak menjadi bosan untuk mendengarkan cerita. d. Kurangnya alat peraga sehingga guru harus menguasai teknik dan lebih ekstra, serta detail dalam menjelaskan cerita tersebut dan cerita bisa dimengerti oleh anak. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa, berikut ini gambaran dari masing-masing variabel dan aspek-aspek yang diamati. 1. Metode Bercerita Menurut Winda Gunarti (2008:53) bahwa :Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dngeng belaka, yang bias dilakukan secara lisan atau tertulis”. Menurut Zainal Fanani (2007:34) “Bercerita atau mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia”. Metode bercerita digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih cerita atau dongeng yang menarik yang akan mendukung pada saat pembelajaran. Dengan cara memadukan cerita tersebut dengan pembelajaran, sebab keefektifan pemakaian metode bercerita dalam proses pembelajaran harus memerlukan keterpaduan. Pada dasarnya pemakaian metode
756
bercerita di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa bertujuan untuk dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa lisan, serta dapat mengevauasi kemajuan kelas. 2. Kemampuan Berbahasa Lisan Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada usia TK. Badudu (1989) menyatakan bahwa “Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran,
perasaan, dan
keinginanya. Sedangkan Bromley (1992)
mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang telah dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. 3. Peranan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Kemampuan Anak Berbahasa Lisan Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, serta mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Menurut Sarumpaet (1976:11) bahwa “Dalam hal ini, metode bercerita adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan guru atau orang tua untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng kepada anak, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cerita anak-anak mempunyai sifat dan ciri-ciri khas yang berbeda dengan bacaan orang dewasa”. Metode bercerita digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih cerita atau dongeng yang menarik yang akan mendukung pada saat pembelajaran. Dengan cara memadukan cerita tersebut dengan pembelajaran, sebab keefektivan pemakaian metode bercerita dalam proses pembelajaran harus memerlukan keterpaduan. Pemakaian metode bercerita diatas bertujuan untuk dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa lisan, serta dapat mengevaluasi kemajuan kelas.
757
Untuk mengetahui adanya peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi, maka telah diperoleh hasil pengamatan. Ada tiga aspek yang diamati dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan melalui metode bercerita, sebagai berikut: 1. Penguasaan Kosa Kata Penguasaan kosa kata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin banyak kosa kata yang dimiliki seseorang maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo dalam Aris Yunisa (2007:11), mengemukakan bahwa penguasaan kosa kata merupakan ukuran pemahaman seseorang terhadap kosa kata suatu bahasa dan kemampuannya menggunakan kosa kata tersebut baik secara lisan maupun tertulis. Penguasaan kosa kata merupakan bagian dari penguasaan bahasa sebab jika seseorang menguasai bahasa berarti orang tersebut menguasai kosa kata. Penguasaan kosa kata yang ada pada diri seseorang dimulai sejak masih bayi dan ketika mampu merespon kata yang diucapkan orang lain. Tadkiroatun Musfiroh (2008:48), berpendapat bahwa pada saat anak berusia 5 tahun telah mampu menghimpun kurang lebih 3000 kata. Seperti pencapaian pada suatu indikator anak sudah mampu menguasai 10 kosa kata misalnya kosa kata mengenai anggota tubuh seperti : kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pipi, bibir, kaki, dan tangan. 2. Menjawab Pertanyaan Sederhana Dalam aspek menjawab pertanyaan sederhana yaitu di mana guru memberi pertanyaan sederhana kepada anak mengenai cerita/dongeng yang dibawakan oleh guru. Misalnya cerita tentang “semut dan kepompong”, guru menjelaskan didalam cerita tersebut bahwa sesama makhluk hidup harus saling tolong menolong, janganlah saling mengejek, dan menghina. Kemudian guru bertanya kepada anak “didalam cerita semut dan kepompong, hewan mana yang suka mengejek”???? kemudian guru memberikan kesempatan kepada anak agar menjawab pertanyaan tersebut. 3. Mengajukan Pertanyaan Anak TK adalah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang mempunyai karakteristik yang unik. Salah satu karakteristik yang unik tersebut yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang besar serta antusias terhadap
758
sesuatu yang ada di sekelilingnya. Pada usia ini anak akan selalu banyak bertanya, memperhatikan, dan membicarakan semua hal yang didengar maupun yang dilihatnya. Ketika akan melihat suatu yang menarik perhatiannya, maka secara spontan anak akan langsung bertanya. Rasa ingin tahu dan antusias terhadap sesuatu tersebut akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut berbicara. Dalam aspek mengajukan pertanyaan yaitu guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya/mengajukan pertanyaan mengenai cerita yang dibawakan oleh guru. Misalnya cerita tentang “semut dan kepompong”. Dalam hal ini guru mengajarkan anak agar terbiasa selalu bertanya. Tingkat kemampuan anak dalam berbahasa lisan yang ditujukan dari tiga aspek diatas dengan menggunakan metode bercerita di Kelompok B1 TK TunasBangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi pada minggu pertama sampai minggu keenam. Hasil rekapitulasi minggu pertama pada tiga aspek yang diamati yaitu terdapat, 2 anak (13,33%) kategori Berkembang Sangat Baik, 3 anak (20%) kategori Berkembang Sesai Harapan, 4 anak (26,67%) kategori Mulai Berkembang, 6 anak (40%) kategori Belum Berkembang. Hasil rekapitulasi Minggu kedua terdapat, 3 anak (20%) kategori Berkembang Sangat Baik, 3 anak (20%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 anak (26,67%) kategori Mulai Berkembang, dan 5 anak (33,33%) kategori Belum Berkembang. Hasil rekapitulasi Minggu ketiga terdapat, 6 anak (40%) kategori Berkembang Sangat Baik, 4 anak (26,67%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 3 anak (20%) kategori Mulai Berkembang, dan 2 anak (13,33%) kategori Belum Berkembang. Hasil rekapitulasi Minggu keempat terdapat, 8 anak (53,33%) kategori Berkembang Sangat Baik, 4 anak (26,67%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 2 anak (13,33%) kategori Mulai Berkembang, dan 1 ank (6,67%) kateori Belum Berkembang. Hasil rekapitulasi Minggu kelima terdapat 11 anak (73,33%) kategori Berkembang Sangat Baik, 2 anak (13,33%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 1 anak (6,67%) kategori Mulai Berkembang, dan 1 anak (6,67%) kategori Belum Berkembang. Hasil rekapitulasi Minggu keenam terdapat 13 anak (86,66%) kategori Berkembang Sangat Baik, 1 anak (6,67%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 1 anak (6,67%) kategori Mulai Berkembang, dan 0 anak (0%) kategori Belum Berkembang. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari minggu pertama sampai minggu keenam kemampuan anak dalam berbahasa lisan dari tiga aspek yang diamati dapat lihat dari minggu pertama kemampuan anak berbahasa lisan masih banyak ditemukan anak 759
dalam kategori belum berkembang, di mana kemampuan anak dalam menerima cerita yang dibawakan oleh guru masih sangat kurang. Akan tetapi peningkatan terjadi pada minggu-minggu berikut. Seperti peningkatan dilihat pada minggu keenam, di mana anak sudah dapat mengungkapkan bahasanya melalui cerita yang dibawakan oleh guru. Adapun kendala yang dihadapi kurangnya tenaga guru, kurangnya alat peraga sehingga guru harus menguasai teknik dan lebih ekstra, serta detail dalam menjelaskan cerita tersebut cerita bisa dimengerti oleh anak, Isi cerita harus menarik dan sesuai untuk perkembangan anak TK, karena cerita yang monoton dapat membuat anak menjadi bosan untuk mendengarkan cerita. dan Anak usia TK yang masih dalam tahap berpikir simbolik sehingga dalam membawakan cerita harus dilengkapi dengan buku cerita bergambar dan media yang nyata atau benda tiruannya. seperti tanaman, gambar, boneka tangan yang menyerupai dari tokoh yang ada dalam cerita. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut : 1. Kemampuan anak dalam berbahasa lisan di kelompok B1 TK Tunas Bangsa sebelum diterapkan
metode bercerita sudah cukup baik, tetapi pada saat sesudah dilakukan
metode bercerita terjadi peningkatan terhadap kemampuan berbahasa lisan anak di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi. 2. Penggunaan metode bercerita pada anak di Kelompok B1 TK Tunas bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi, berdasarkan kemampuan yang diharapkan mencapai beberapa pengembangan, seperti pengembangan bahasa, moral, sosial emosional dan dapat memberikan pengetahuan atau informasi baru bagi anak setelah anak mendengarkan cerita. Saat membawakan cerita harus sesuai dengan tahap perkembangan anak, baik dari bahasa, media dan langkah-langkah pelaksanaannya, agar lebih efektif, komunikatif, dan menyenangkan bagi anak. 3. Dilihat dari hasil penelitian tentang kemampuan anak dalam berbahasa lisan yang dilakukan melalui metode bercerita secara periodik dari mnggu ke minggu mengalami peningkatan dengan kenaikan hasil persentase, seperti terlihat peningkatan pada minggu keenam terdapat 86,66% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) 6,67% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 6,67% dalam kategori Mulai Berkembang 760
(MB) dan 0% dalam kategori Belum Berkembang (BB). Sangatlah jelas bahwa ada peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa lisan di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi. Adapun beberapa saran dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagi anak, meningkatkan motivasi anak untuk belajar berbahasa lisan dengan baik dan jelas melalui metode yang digunakan oleh guru yaitu metode bercerita serta dapat meningkatkan hasil belajar anak. 2. Bagi guru, hendaknya selalu menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa lisan seperti memakai metode bercerita. Mengingat metode bercerita dapat mendorong anak untuk lebih aktif dalam pembelajaran, menumbuhkan minat untuk belajar sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. 3. Bagi kepala TK, hendaknya pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita agar dapat menyediakan saran dan prasarana yang mendukung dalam peningkatan hasil belajar anak dalam berbagai bidang pengembangan kemampuan anak. 4. Bagi peneliti lain, seharusnya dapat mengambil hasil peneitian ini sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya dengan rumusan masalah yang sama. DAFTAR PUSTAKA Badudu. (2005). Metode Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Depdiknas.
Bromley. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Depdikbud. Daulai. (2005). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Gunarti, Winda, dkk. (2008). Metode Pengembangan Perilaku Dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Fanani, Zainal. (2007). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Ramadhan, Achmad, dkk. (2013). Panduan Tugas Akhir (SKRIPSI) & Artikel Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.
761