Budi Yanti: Peran Xantin pada Gawat Napas
Peran Xantin pada Penyakit Obstruksi Paru Budi Yanti,1 Menaldi Rasmin2 1
SMF Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh 2
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUP Persahabatan, Jakarta
Abstrak
Selama lebih dari 60 tahun teofilin telah digunakan sebagai terapi asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dan sampai saat ini masih tetap diberikan untuk pasien dengan penyakit obstruksi saluran napas. Mekanisme molekuler terjadinya bronkodilatasi dijelaskan melalui inhibisi PDE, menimbulkan peningkatan cAMP karena adanya inhibisi PDE3 dan PDE4 dan cyclic guanosine 3,5 monophosphate . Teofilin secara langsung meralaksasi otot polos jalan napas manusia dan seperti β2-agonists, memiliki efek antagonis fungsional, memcegah dan menahan semua aksi dari bronkokonstriktor agonis. Teofilin meningkatkan kontraktilitas diafragma dan mencegah kelemahan diafragma. Teofilin juga memiliki efek tambahan yaitu kemampuan bersihan mukosiliar melalui efek stimulasi pada frekuensi denyut siliar dan transpor air di epitelium jalan napas. Teofilin secara langsung juga merelaksasi otot polos arteri pulmonalis, yang dapat bermanfaat untuk mengobati hipertensi pulmonalis yang sering ditemukan pada pasien PPOK dan asma akut. Beragam clearence, indeks teurapeutik yang sempit dan beratnya reaksi toksik yang terjadi pada teofilin, sehingga sangat diperlukan perhatian yang cukup teliti dengan dosis yang diberikan dan monitoring yang dilakukan selanjutnya. (J Respir Indo. 2016; 36: 267-73) Keywords: Asma, PPOK, Xantin
The Role of Xanthine in Pulmonary Obstructive Disease Abstract
Theophylline has been used in the treatment of asthma and chronic obstructive pulmonary disease (COPD) for over 60 years and remains one of the most widely prescribed drugs for the treatment of airway diseases worldwide as it is inexpensive. The molecular mechanism of bronchodilatation is likely explained by PDE inhibition, resulting in an increase in cAMP by inhibition of PDE3 and PDE4 and in cyclic guanosine 3,5 monophosphate by inhibition of PDE5. Theophylline directly relaxes human airways smooth muscle in vitro and like β2-agonists, acts as a functional antagonist, preventing and reversing the effects of all bronchoconstrictor agonists. Aminophylline increases diaphragmatic contractility and reverses diaphragm fatigue. Theophylline may also have an additional effect on mucociliary clearance through a stimulatory effect on ciliary beat frequency and water transport across the airway epithelium. Theophylline gives direct relaxation of pulmonary arterial smooth muscle, which may be of clinical use in treating the pulmonary hypertension often associated with COPD and acute asthma. The variable clearance, narrow therapeutic index, and severity of toxic reactions of theophylline necessitate close attention to dosing routines and subsequent monitoring. (J Respir Indo. 2016; 36: 267-73) Keywords: Asthma, COPD, Xantin
Korespondensi: Budi Yanti Email:
[email protected]; Hp: 08126913805
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
267
Budi Yanti: Peran Xantin pada Gawat Napas
PENDAHULUAN Selama lebih dari 60 tahun teofilin telah digu
bila diberikan dengan ethylenediamine kombinasi antara keduanya disebut aminophylline.2,4,5
nakan sebagai terapi asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dan sampai saat ini masih tetap diberikan untuk pasien dengan penyakit obstruksi saluran napas. Selain karena harganya yang tidak mahal teofilin merupakan golongan methylxantine yang paling sering digunakan. Tidak semua pasien asma diberikan teofilin karena menghindari efek samping tidak direkomendasikan jika dengan efektifitas yang rendah sehingga rinhalasi β2 agonis yang lebih efektif sebagai bronkodilator tersedia. Meskipun sepanjang sejarah teofilin digunakan dalam pengobatan asma, ada beberapa hal yang tidak diinginkan dari efek obatnya pada penyakit jalan napas. 1 Farmakologi Derivat Xantin Tiga methylxantine yang penting adalah teofilin, theobromine dan caffein. Sumber utamanya berasal dari teh, coklat, dan kopi. Manfaat teofilin dalam pengobatan asma berkurang karena efektivitas obatobat inhalasi adrenoreseptor untuk asma akut dan obat-obat anti inflamasi per inhalasi untuk asma kronis telah ditemukan. Namun harga murah teofilin memiliki keuntungan untuk pasien ekonomi lemah dengan dana kesehatan yang terbatas.2,3 Teofilin adalah derivat methylxantine merupakan preparat yang biasanya paling banyak digunakan karena diabsorbsi dengan baik yaitu sekitar 90-95% walaupun diberikan secara oral. Absorbsi teofilin dari traktus gastro intestinal sebenarnya lengkap, laju absobrsinya sangat berbeda-beda, tergantung pada formulasinya. Mula kerja yang cepat dapat dicapai Teofilin dalam bentuk elixir (efek puncak pada kira-kira 60 menit), sedangkan masa kerja yang panjang diperoleh pada pemakaian preparat lepas lambat (efek puncak pada 6-8 jam), sehingga pemberian obat cukup satu atau dua kali
Aminofilin
adalah
garam
etilendiarmin
termasuk golongan xantin yang mempunyai gugus metil dengan rumus kimia 2,6 dioksipurin.6 Xantin dan derivatnya termasuk dalam golongan fosforilase inhibitor. Kelarutan dari metilxantin adalah rendah jika dikombinasi dengan garam etilendiamin akan membentuk aminofilin dimana kelarutannya 20 kali teofilin. Aminofilin biasanya diberikan secara intravena dan tersedia dalam berbagai sediaan.6,7 Metabolisme terjadi di hepar dan diekskresi melalui urin.8 Teofilin
dieliminasi
pertama
kali
melalui
metabolisme hati mendekati 90%, sebagian besar diekskresi bersama urin dalam bentuk asam metil urat atau methylxantine dan kurang dari 20% teofilin akan ditemukan di urin dalam bentuk utuh.9,10
sehari. Preparat lainnya berbentuk suppositoria
MEKANISME KERJA XANTIN
dan injeksi. Absorbsi dari rektum tidak menentu,
Ada 3 hipotesa utama yang menerangkan cara kerja
dan pemberian teofilin suppositoria rektal sebagian
dari xantin, yaitu:
besar sudah ditinggalkan. Sedangkan pemberian
1. Pada siklik adenosin 5 monofosfat
dalam bentuk injeksi intra vena sering terjadi insiden
2. Katekolamin
alergi yang meningkat. Kelarutan teofilin meningkat
3. Kalsium
268
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
Budi Yanti: Peran Xantin pada Gawat Napas
cAMP diduga mempengaruhi fungsi sentral
Teofilin secara langsung merelaksasi otot polos
maupun fungsi seluler. Sebagian besar sistem enzim
jalan napas in vitro, dan seperti β2 agonis yang memiliki
menggunakan cAMP sebagai perantara atau lebih
efek fungsional antagonis, mencegah dan menghambat
dikenal sebagai second messenger yang mem
efek bronkokonstriksi agonis. Mekanisme molekuler
pengaruhi fungsi seluler sebagai akibat dari pengaruh
bronkodilatasi dijelaskan melalui inhibisi PDE, menye
hormonal, obat-obatan atau zat lain. Di dalam sistem
babkan peningkatan cAMP lewat inhibisi PDE3 dan
cAMP hormon atau obat-obatan akan berperan
PDE4 dan pada siklik guanosine 3,3-monofosfat
sebagai first messenger yang akan membawa
dengan inhibisi PDE5. Efek bronkodilatasi teofilin pada
pesan pertama ke ekstraseluler. Kemudian hormon
jalan napas manusia diturunkan melalui charybdotoxin,
hormon atau obat-obatan tadi akan masuk ke dalam
yang selektif menghambat konduktan Ca2+ aktivasi
reseptor serta akan mengaktifkan adenilsiklase
channel K+, diperkirakan teofilin membuka channel K
yang terdapat di membran sel. Dengan adanya ion
melalui peningkatan pada cAMP. Teofilin secara relatif
magnesium, adenilsiklase akan menghambat perubahan
merupakan bronkodilator lemah dengan konsentrasi
dari cAMP menjadi AMP. Pemecahan cAMP diatur enzim
efektif pemberian 50% in vitro, yang sama dalam
fosfodiesterase. Inhibisi terhadap enzim fosfodiesterase
plasma konsentrasi 67 mg/L, diasumsikan 60% ikatan
oleh aminofilin akan mengakibatkan terjadinya respon
protein. Teofilin memiliki efek tambahan pada bersihan
fisiologis yaitu bronkodilatasi.7,8,11 Peningkatan katekolamin
mukosiliar melalui efek stimulasi pada frekuensi denyut
tidak merangsang fungsi seluler secara langsung, tetapi
siliar dan transpor air melalui epitelium jalan napas.12
melalui aktivitas adenilsiklase yang akan mengakibatkan
Apabila otot rangka diberi teofilin akan meng
terjadinya penumpukan cAMP. Apabila peningkatan
hasilkan asam laktat dalam jumlah besar, sehingga
katekolamin bersamaan dengan pemberian teofilin akan
penggunaan O2 meningkat, dan disertai pelepasan
menyebabkan peningkatan aktifitas efektor yang sinergis
panas spontan. Enzim fosfodiesterase menyebabkan
dengan cAMP. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pemberian
perubahan cAMP menjadi AMP, aminofilin meng
aminofilin secara intravena akan menyebabkan pening
hambat enzim fosfodiesterase, sehingga terjadi
katan ekskresi epinefrin dan norepinefrin melalui urine.
penumpukan cAMP. cAMP adalah senyawa yang
Peningkatan tersebut berhubungan dengan rangsangan
menyebabkan relaksasi otot bronkus katekolamin
terhadap medula oblongata.7,8
juga menambah kadar siklik cAMP jaringan dengan
7
Pada sebuah penelitian ditemukan teofilin dapat
mekanisme berlainan. Proses ini merupakan dasar kerja teofilin pada daya bronkodilatasi.11 Preparat yang paling banyak diteliti adalah
meningkatkan respons pernapasan terhadap hipoksia
metilxantin, teofilin dan aminofilin. Secara in vitro
pada orang normal. Diketahui bahwa pernapasan
terbukti teofilin memiliki efek inotropik pada semua
cheyne stokes disebabkan oleh sensitivitas pusat
otot skelet yang diuji, termasuk diafragma. Efek teofilin
pernapasan di medula oblongata terhadap peningkatan
pada otot rangka adalah berkaitan dengan dosis dan
CO , dengan pemberian teofilin akan menurunkan
pada hewan coba menunjukkan efek yang sama
ambang rangsang pusat pernapasan terhadap CO . Pertama kali teofilin digunakan diklinis pada tahun 1902 untuk pengobatan gagal jantung. Perkembangan
seperti pada manusia, dimana dengan dosis yang
selanjutnya diketahui bahwa indikasi utama pemakaian
menimbulkan relaksasi otot polos bronkus dengan
teofilin untuk terapi gangguan pernapasan. Teofilin
cara meningkatkan kadar 3’5’ siklik AMP (adenosin
mempunyai efek bronkodilator serta relaksasi otot
monophosphat)
polos, terutama otot bronkus, sehingga merupakan
enzim fosfo diesterase suatu enzim yang berfungsi
obat yang terpilih untuk terapi pada penderita gangguan
melakukan degradasi 3’5’ siklik AMP (adenosin
jalan napas akibat bronkokonstriksi.
monophosphat) menjadi 5’ AMP, juga sebagai antagonis
PERAN XANTIN PADA PERNAPASAN
2
2
7
7,8
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
dibatasi menimbulkan toksisitas seminimal mungkin.12 Teofilin mempunyai efek bronkodilator yaitu
melalui
penghambatan
terhadap
269
Budi Yanti: Peran Xantin pada Gawat Napas
reseptor adenosin, mempengaruhi distribusi kadar
sama dengan hidrolisis cAMP pada zardaverine.
kalsium intra seluler, menghambat pelepasan mediator
Teofilin
yang dikeluarkan sel mast. Efek lainnya meningkatkan
menyebabkan relaksasi otot polos arteri pulmonalis
kontraktilitas otot diafragma, menurunkan resistensi
yang secara klinis juga digunakan sebagai terapi
vaskular paru, meningkatkan drive pernafasan sentral, dan menghambat pelepasan mediator. Peningkatan
pada hipertensi pulmonalis yang sering terkait dengan PPOK dan asma akut.13
bersihan mukosiliar dan vasodilatasi arteri pulmonal
Xantin mempunyai efek pada sistem saraf pusat,
dapat menyebabkan ketidak seimbangan ventilasi/
ginjal, otot rangka, dan otot jantung seperti juga pada
perfusi sehingga tekanan oksigen arteri dapat turun
otot polos, Methylxantine memiliki efek kronotropik dan
setelah pemberian intra vena. Teofilin terdapat juga
inotropik positif langsung pada jantung. Dari semua
meningkatkan pelepasan katekolamin, merangsang
jenis Methylxantine tersebut teofilin paling selektif
susunan saraf pusat, meningkatkan kontraktilitas otot
terhadap otot polos, dan caffeine memiliki efek pada
miokard dan sebagai diuretika.2,5,14
saraf pusat yang menonjol 4,14.
13
dan selektif inhibitor isoenzim PDE dapat
Mekanisme kerja teofilin yaitu meningkatkan kadar adenosin monofosfat siklis (c-AMP) dengan cara menghambat aktifitas PDE yaitu enzim yang membantu konversi cAMP menjadi 5’ AMP yang tidak siklis, dan akan terjadi akumulasi cAMP pada jantung. Pada sistem kardiovaskular teofilin secara langsung mempengaruhi akselerasi jantung (direct cardioaccelerating effects) yaitu sebagai inotropik positif. Mekanisme lainnya pada sistem kardiovaskular yaitu melalui peningkatan mobilisasi Ca2+ dalam sel dengan cara mempertinggi arus pemasukan Ca2+ sehingga terjadi peningkatan daya Gambar 1. Mekanisme kerja teofilin
kontraksinya. Teofilin juga mempunyai sifat antagonis Dikutip dari (4)
adenosin endogen, sedangkan edenosin bersifat antagonistik fisiologis terhadap katekolamin oleh karena itu diduga bahwa adenosin dapat memproteksi jantung
PERAN XANTIN PADA JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH Teofilin merelaksasi prostaglandin F2 (PGF2) dengan merangsang tonus cincin arteri pulmonalis in vitro pada konsentrasi yang sama dalam menghambat cAMP hidrolisis melalui PDE pada arteri yang sama. Meskipun teofilin tampak kurang poten pada arteri pulmonalis daripada di bronkus, akan tetapi terdapat kesamaan pada besarnya tonus bronkus yang ditimbulkan dan PGF2 menginduksi kontraksi otot arteri sehingga menunjukkan perbedaan alamiah fungsi otototot, termasuk fakta bahwa total aktivitas PDE pada arteri pulmonalis kira-kira dua kali lipat di bronkus. Kurva PDE inhibisi di bronkus untuk aminofilin secara esensial monophasik, dan dengan pola inhibisi yang
270
untuk menentang stimulasi berlebihan yang diinduksi oleh katekolamin endogen.14,4,3,10 Pengaruh aminofilin (Theophylline ethylenediamine) terhadap hemodinamik walaupun masih belum terungkap secara keseluruhan melalui penelitian, namun menunjukkan pengaruhnya dalam menurunkan tekanan arteri pulmonalis pada penderita dengan Kor pulmonal. Begitu juga pada studi sebelumnya aminofilin terbukti dapat menurunkan filling pressures pada ventrikel kiri dan kanan serta dapat menurunkan tekanan arteri pulmonalis sehingga dapat meningkatkan cardiac output.15,16 Teofilin dapat menurunkan tahanan perifer, merangsang jantung, meningkatkan perfusi berbagai organ dan menimbulkan diuresis, tetapi karena absorbsi dan disposisi teofilin sulit diduga pada pasien dengan gangguan fungsi sirkulasi sehingga sering terjadi J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
Budi Yanti: Peran Xantin pada Gawat Napas
toksisitas yang serius terhadap susunan saraf pusat dan jantung10,17 Pada penelitian yang dilakukan dengan
pengaruh yang baik terhadap ejection fraction ventrikel
anjing sebagai hewan percobaan, dengan tujuan
arteri pulmoner dan tahanan vaskuler pulmoner.15,16
untuk mengetahui pengaruh aminofilin terhadap fungsi jantung dan distribusi aliran darah regional
kiri maupun kanan dan terjadi penurunan sesak napas pada pasien PPOK. Hal ini terbukti penurunan tekanan Pengaruh pemberian teofilin pada kardio vaskuler dapat dilihat pada tabel di bawah.
dari organ tubuh didapatkan hasil bahwa aminofilin mempengaruhi left ventrikular diameter (LVD), Left ventrikular pressure (LVP), kontraktilitas otot miokard, arteri koronaria dan hemodinamik. Aminofilin dapat meningkatkan mean arterial pressure (MAP) sebesar 12 ± 2%, LV systolic pressure (LVSP) sebesar 8 ± 1%, LV diastolic pressure (LVDP) sebesar 20 ±
Tabel 1. Pengaruh pemberian teofilin Meningkat Denyut jantung Cardiac index Right ventric. Ejection fraction Left ventric. Ejection fraction
2%, kecepatan pemendekan kontraksi otot miokard
Menurun Mean pulmonary artery pressure Pulmonary vascular resistance Right ventric. diastol. Pressure Left ventric. diastol. Pressure Right ventric. Stroke work Left ventric. Stroke work
sebesar 13 ± 2%, kecepatan detak jantung sebesar
Dikutip dari (4)
5 ± 2%, penurunan diameter LV end diastolic sebesar
Hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa
2 ± 0,5%, peningkatan resistensi vasculer systemic bed 13 ± 5%, coronary bed 26 ± 3%, mesenteric bed 26 ± 5%, dan ilial bed 36 ± 4%, tetapi tidak berpengaruh pada renal bed.10,16 Penelitian lain yang dilakukan, pengaruh teofilin secara oral pada penderita PPOK yang diberikan berupa slow release (lepas lambat) dosis 14 mg/ kgBB (range dose 10-22 mg/kgBB) tiap 8 jam/hari, menunjukkan perbaikan terhadap kardiovaskular, RVEF meningkat secara signifikan dari 42% menjadi 48%, yang dicapai setelah pemberian 72 jam. Pemakaian jangka panjang dengan waktu pemakaian rata-rata 16 minggu RVEF meningkat dari 43% menjadi 48%. Sedangkan untuk LVEF setelah pemberian 72 jam meningkat secara signifikan dari 64% menjadi 68%. Pemakaian jangka panjang selama 16 minggu LVEF meningkat dari 61% menjadi 65%.5,15 Pengaruh teofilin terhadap denyut jantung setelah pemberian 72 jam meningkat dari 81 ± 5 x/menit menjadi 95 ± 5 x/menit. Pemakaian jangka panjang selama 16 minggu meningkat 81 ± 6 x/menit menjadi 95 ± 7 x/menit. Kemudian pengaruhnya terhadap faal paru (VEP1, KVP) juga secara bermakna meningkat. Volume ekspirasi paksa detik 1 (VEP1) dari 44 ± 4% menjadi 52 ± 4% (setelah 72 jam), VEP1 dari 43 ± 4% menjadi 53 ± 6% (setelah 16 minggu). Penelitian yang dilakukan oleh Matthay dkk tersebut menunjukkan pemakain teofilin oral (long acting) yang diberikan mempunyai J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
pemberian teofilin parenteral maupun secara oral lepas lambat (sustained release) jangka panjang dapat memperbaiki fungsi kardiovaskular pada pasien PPOK. Hal ini ditandai dengan membaiknya fungsi kedua ventrikel jantung pada pasien PPOK yang mendapatkan teofilin oral.10,14-16 CARA PEMBERIAN DAN DOSIS Teofilin diperkenalkan sebagai terapi pada asma dan digunakan sebagai bronkodilator, suatu penelitian early-dose respons menunjukkan peningkatan respon akut bronkodilator diatas konsentrasi plasma sebesar 10mg/l (55 µM). Batas atas konsentrasi plasma adalah >20 mg/l karena tidak diterimanya teofilin dalam plasma pada konsentrasi ini. Dosis terapeutik teofilin berkisar antara 10-20 mg/L, dan dosis diatur perseorangan untuk dosis terapeutik ini.12 Xantin segera diabsorbsi setelah pemberian peroral, parenteral, dan perrektal. Kecepatan absorbsi tergantung pada preparat yng digunakan dan cara pemberian. Aminofilin didalam tubuh akan mengalami dimetilasi dan dioksidasi, aminofilin diberikan dalam bentuk garam. Preparat aminofilin suposituria mengan dung 200,250,500 mg. Dosis terapi yang diberikan 5-6mg/kgbb. Kadar terapi dalam plasma sekitar 10 mg/ liter, dosis toksik akan tercapai bila kadar dalam plasma 20mg/liter.18
271
Budi Yanti: Peran Xantin pada Gawat Napas
Pengobatan dengan teofilin sehari-hari dengan pemberian dosis standar secara teratur seringkali tidak akan timbul efek toksik terutama bila digunakan pada kasus kronik di rumah sakit. Timbulnya perbedaan hasil
DAFTAR PUSTAKA 1. Giembycz MA. Phosphodiesterase 4 inhibitors and the treatment of asthma: where are we now and where do we go from here?. 2000;59:193–212.
pengobatan teofilin antara satu pasien dengan lainnya
2. Boushey HA. Asthma Drugs. In : Katzung BG
ternyata disebabkan karena kadar teofilin di dalam
(Ed). Basic & Clinical Pharmacology. 8th Boston:
serum sangat bervariasi pada setiap individu walaupun
Mc. Graw Hill. Companies Inc; 2001:p.583-613.
diberikan dengan dosis yang sama. Teofilin mempunyai
3. Shenfild GM, Brogden RN, Ward A, Pharmacology
keterbatasan “therapeutic window” yang sempit yaitu
of Bronchodilators. In: Clark TJH (Guest Ed). The
10-20 mg/ml akan memberikan efek toksik sehingga
Basis of Asthma and Chronic Obstructive Airways
10,14
kadar teofilin dalam plasma perlu dimonitor.
Disease Management Bronchodilator Therapy.
EFEK SAMPING PENGGUNAAN XANTINE
4. Dent Gordon, Rabe KF. Theophylline. In: Martin RJ,
Auckland: Adis Press Limited; 1984:p.17-46. Kematian dapat terjadi apabila pemberian teofilin melewati nilai ambang plasma. Gejala intoksikasi ada lah anoreksia, mual, muntah, insomnia, gaduh gelisah. Apabila bertambah berat akan timbul delerium, taki kardi, dehidrasi, demam, kejang, hematemesis, stupor dan koma.18 Untuk menghindari terjadinya efek samping seperti, denyut jantung yang terlalu cepat atau taki kardi, maka dipertimbangkan untuk melakukan perhitungan nadi maksimal (heart rate maximal). Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hirofumi Tanaka dkk, jumlah nadi maksimal yang diprediksikan
Kraft Monica (Ed). Combination Theraphy for Asthma and Chronic Obstructive Pulmonary Disease. New York: Marcel Dekker, Inc; 2000:p.77-108. 5. Serio KJ, Bigby TD. Pharmacotherapy. In: Bordow RA, Ries AL, Morris TA (ed) Manual of Clinical Problems in Pulmonary Medicine. 5th Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001:p.239-45. 6. Sunaryo. Obat perangsang susunan saraf pusat dalam farmakologi dan terapi. Jakarta, 1990:p.175-86. 7. Strt JA, Sullivan SF. Aminophylline Anesthesia Anelgesia. 1981;60:578-602. 8. Gurel A, Hanulu A. Aminophiline. Anesthesia Analgesia. 1987;66:333-6.
berdasarkan usia dengan menggunakan rumus:
9. Hendeles Leslie, Weinberger Miles. Methyl
denyut jantung maksimal prediksi = 208-0,7 x usia
xanthines. In: Weiss Earle B, Segal Maurices,
(orang dewasa).19
Stein Myron (Ed). Bronhial Asthma Mecahanism
Toksisitas serius di Amerika Serikat yang dite mukan pada penggunaan teofilin adalah teofilin intravena
s and Therapeutics. 2nd . Boston: Little, Brown and Company;1995:p.646-74.
jangka panjang tanpa adanya monitoring kadar teofilin,
10. Weinberger Miles. Methylxanthines. In: Claark
terutama pada pasien yang tidak stabil, polifarmasi
TJH, Godfrey S, Lee TH (Ed). Asthma. 3th.
dibawah beberapa instruksi dokter dengan bahaya
London: Chapman & Hall; 1992:p.390-415.
dimana terjadi peresepan yang berulang dan
11. Meyer BH. Aminophylline in Healthy volunteer
campur aduk efek dari banyak obat. Peresepan teofilin pada berbagai institusi pendidikan oleh orang yang tidak berpengalaman, serta informasi kepada pasien yang tidak adekuat dalam penggunaan obatobat pernapasan juga dapat meningkatkan bahaya toksisitas.20 Pertimbangan
untuk
menghentikan
pemakaian xantin adalah dengan pengukuran kadar xantin dalam darah.
272
adult. Anesth Analg. 1984:63:900-1. 12. Peter J. Barnes. Theophylline New Perspectives for an Old Drug. Am J Respir Crit Care Med. 2003;167:813–8. 13. K.F. Rabe, H. Magnussen, G. Dent. Theophylline and selective PDE inhibitors as bronchodilators and smooth muscle relaxants. Eur Respir J. 1995;8:637–42.
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
Budi Yanti: Peran Xantin pada Gawat Napas
14. Barnes PJ. Airway Pharmacology. In: Murray JF,
17. Boushey HA. Asthma Drugs. In : Katzung BG
Nadel JA (Ed) Textbook of Respiratory Medicine. 3 .
(Ed). Basic & Clinical Pharmacology. 8th Boston:
Philadelphia: WB Saunders Company; 2000:267-96.
Mc. Graw Hill. Companies Inc; 2001:p.583-613.
15. Ferguson GT. Update on Pharmacologic Theraphy
18. Strt JA. Aminophylline is Diazepam. Anatagonis
th
for Chronic Obstructive Pulmonary Disease. In:
Anesth Analg. 1987;66:324-7.
Rochester Carolyn L (Guest Ed). Clinics in Chest
19. Tanaka Hirofumi,et al. Age predicted maximal
Medicine: Chronic Obstructive Pulmonary Disea
heart rate revisited. Downloaded from: http://
se. Philadelphia. WB Saunders Company; 2000
content.onlinejacc.org/on 02/01/2013.
p.723-38.
20. John w j,What role for theophylline?. Editorial.
16. Pauwels Romain, Person Carl GA. Xanthines.
Thorax. Division of Pulmonary and Critical Care,
In: Kaliner MA, Barnes PJ, Persson CGA (Ed).
Hines VA Hospital and Loyola University. Medical
Asthma Its Pathology and Tretment. New York:
Center. 1994;49:97-100.
Marcel Dekker, Inc; 1991:p.503-17.
J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 2016
273