Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 144-152
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
PERAN VALUE CLARIFICATION DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA Dian Ari Widyastuti Universitas Ahmad Dahlan E-mail:
[email protected] ABSTRAK Perkembangan kemandirian (autonomy) pada remaja merupakan salah satu aspek penting yang perlu dikaji secara serius dalam seting pendidikan. Kajian tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa kemandirian dapat dijadikan bekal bagi remaja untuk menghadapi kehidupan dewasa kelak. Kemandirian menjadi pondasi bagi individu dalam menentukan sikap dan pengambilan keputusan yang akan terus dilalui oleh setiap individu dalam rentang kehidupan. Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dalam proses pendidikan, memiliki tanggung jawab dalam membantu remaja untuk mengembangkan kemandirian. Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh guru bimbingan dan konseling (konselor) dalam membantu remaja mengembangkan kemandirian yaitu dengan teknik value clarification. Melalui teknik value clarification, remaja diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan nilai kemandirian. Kata Kunci value clarification, klarifikasi nilai, kemandirian, karakter mandiri
kepada orangtua atau orang dewasa lain
PENDAHULUAN Mencapai kemandirian merupakan salah
dalam
hal
apapun.
Steinberg
(2002)
satu tugas perkembangan remaja sebagai
menyatakan bahwa remaja yang mandiri
bekal dalam menghadapi kehidupan di masa
adalah remaja yang memiliki kemampuan
dewasa. Erikson (dalam Steinberg, 2002)
untuk
menyatakan
perkembangan
bertanggung jawab meskipun tidak ada
kemandirian merupakan suatu isu psikososial
pengawasan dari orangtuanya. Pencapaian
penting sepanjang rentang kehidupan dan
kemandirian tersebut sebagai tanda kesiapan
paling menonjol terjadi ketika masa remaja.
remaja untuk memasuki fase berikutnya
Minat terhadap kemandirian berkembang
dengan beragam tuntutan sebagai orang
pada masa awal remaja dan mencapai
dewasa.
bahwa
puncaknya pada akhir masa remaja (Hurlock,
mengatur
dirinya
sendiri
secara
Kegagalan dalam mencapai kemandirian
2011).
dapat berdampak negatif bagi kehidupan
Remaja merupakan masa transisi dari
remaja.
Ketergantungan
remaja
dengan
masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada
orangtua atau orang dewasa lain yang secara
masa transisi tersebut, remaja dituntut dapat
terus-menerus, dapat mengakibatkan remaja
melepaskan diri dari kebiasaan tergantung
tidak
144
percaya
diri,
ragu-ragu
dalam
Widyastuti, Peran Value Clarification... 145
mengambil
keputusan,
serta
mudah
kemandirian yang diharapkan. Hal tersebut
terombang-ambing oleh lingkungan sekitar
didukung oleh pernyataan Bisono (2013)
sehingga remaja akan semakin kesulitan
bahwa gagalnya kemandirian remaja sebagai
dalam mencari identitas diri.
penyebab
Usaha pencapaian kemandirian pada remaja tidak dapat terlepas dari peran serta lingkungan sekitar. Remaja membutuhkan
utama
meningkatnya
penyalahgunaan narkotika, minuman keras, ekstasi, dan obat-obatan terlarang. Kegagalan
remaja
mencapai
dukungan dari lingkungan sekitar agar dapat
kemandirian
melalui setiap tugas perkembangannya, salah
kehidupannya. Sebagai contoh, remaja laki-
satunya adalah kemandirian. Namun jika
laki asal Manado yang berada dalam fase
ditinjau keadaan yang sebenarnya, masih
remaja akhir, ketika tidur masih sering
banyak
ditemani Ibunya dan ketika makan harus
remaja
yang
belum
mencapai
akan
dalam
disuapi
pengamatan terhadap perilaku remaja di
Kehidupan remaja laki-laki tersebut menjadi
beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
tidak berfungsi secara optimal ketika harus
hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan
menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi
Konseling
yang
menggambarkan
bahwa
berbeda
(Musdalifah,
fungsi
kemandirian. Hal tersebut terbukti dari hasil
yang
Ibunya
mengganggu
dengan
kota
2007).
asalnya.
remaja masih harus dituntun oleh orang
Ketergantungan
dewasa
kegiatan
menyebabkan remaja tersebut sering pulang
ekstrakurikuler, keragu-raguan remaja dalam
ke kota asalnya karena ingin bertemu dengan
menentukan jurusan/ peminatan, perilaku
ibunya.
mencontek yang dilakukan oleh remaja yang
menyebabkan remaja laki-laki tersebut kurang
disebabkan oleh rasa ketergantungan terhadap
mampu bergaul dengan lingkungan sekitar.
remaja
mudah
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian
terpengaruh pada perilaku maladaptif yang
Hare, Szwedo, Schad, & Allen (2014) yang
bisa merusak kehidupannya seperti merokok,
menunjukkan bahwa kontrol psikologis ibu
penggunaan narkoba, sampai pada perilaku
di awal masa remaja dapat mempengaruhi
seks
kemampuan remaja dalam mengembangkan
lain
yang
bebas.
menunjukkan
dalam
pandai,
memilih
remaja
Perilaku-perilaku tanda-tanda
tersebut kurangnya
terhadap
Ketegantungan
ibunya,
itu
pula,
kemandirian pada pertengahan masa remaja.
kemandirian pada remaja, meskipun tidak
Ketergantungan remaja pada orangtua
menutup kemungkinan bahwa ada pula
atau orang dewasa dapat pula berdampak bagi
remaja
kehidupan
yang
menampilkan
perilaku
remaja
di
fase
berikutnya.
146 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 144-152
Ketergantungan
tersebut
dapat
berakibat
revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti
buruk ketika individu telah memasuki tahap
dan pembangunan karakter peserta didik
pernikahan dan dituntut untuk dapat hidup
sebagai bagian dari revolusi mental serta
mandiri, namun pada kenyataannya ada pula
dalam rangka mempersiapkan generasi emas
individu yang tetap tergantung pada orangtua
2045 yang bertaqwa, nasionalis, tangguh,
meskipun telah menikah. Ketergantungan
mandiri, dan memiliki keunggulan bersaing
tersebut diwujudkan adanya pasangan yang
secara global.
masih berpangku tangan pada orangtua,
Kemandirian yang berasal dari kata
ketika ada permasalahan dengan pasangannya
mandiri merupakan salah satu bagian dari
selalu melibatkan orangtua untuk mencari
kristalisasi nilai-nilai karakter yang perlu
jalan keluarnya, dan lain sebagainya.
untuk dikembangkan sebagai upaya untuk untuk
mendukung program pemerintah “Penguatan
dikembangkan. Pengembangan kemandirian
Pendidikan Karakter (PPK)”. Salah satu
remaja
proses
upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk
pendidikan di sekolah. Hal tersebut didukung
mengembangkan kemandirian remaja yaitu
oleh UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang
melalui optimalisasi peran bimbingan dan
berbunyi:
konseling di sekolah. Guru bimbingan dan
Kemandirian
dapat
remaja
perlu
terintegrasi
dalam
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
konseling (konselor) memiliki kewajiban dan
Salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu
Salah satu strategi yang dipandang tepat
terciptanya individu yang mandiri. Tujuan
untuk mengembangkan kemandirian pada
pendidikan
remaja yaitu teknik klarifikasi nilai (Value
individu
nasional
yang
untuk
mandiri
menciptakan
selaras
dengan
Agenda Nawacita No 8 yaitu penguatan
diharapkan
turut
berperan
serta
dalam
membantu remaja mencapai kemandirian. Pengembangan kemandirian remaja dapat terinternalisasi dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Terdapat beragam strategi dalam layanan bimbingan digunakan
dan
konseling
oleh
yang
konselor
dapat dalam
mengembangkan kemandirian pada remaja.
Clarifications Technique/ VCT). Melalui VCT,
remaja
diharapkan
dapat
Widyastuti, Peran Value Clarification... 147
mengembangkan kesadaran akan nilai-nilai
dengan teman sebaya tanpa memutuskan
kemandirian, dengan demikian remaja akan
hubungan dengan orangtua. Remaja yang
berpikir
mandiri secara emosi
tentang
suatu
masalah
dalam
tidak membebani
beberapa sudut pandang untuk menyatakan
pikiran orangtua meskipun memiliki suatu
benar atau salah dan baik atau buruk.
masalah. Remaja yang mandiri secara emosi
PEMBAHASAN
tidak melihat orangtua mereka sebagai orang
Pencapaian kemandirian penting bagi
yang tahu atau menguasai segalanya namun
remaja sebagai bekal remaja dalam memasuki
dapat berinteraksi dengan orangtua sebagai
fase berikutnya di masa dewasa. Ali dan
individu yang dapat mereka ajak untuk
Asrori (dalam Fajaria dkk, 2012) menyatakan
bertukar
bahwa individu yang mandiri adalah individu
berperilaku berkaitan dengan kemampuan
yang berani mengambil keputusan dilandasi
remaja untuk bisa mandiri dalam membuat
oleh pemahaman akan segala konsekuensi
keputusan.
dari
dengan kemampuan remaja dalam berpikir
tindakannya.
Steinberg
(2002)
menambahkan bahwa remaja yang mandiri adalah remaja yang memiliki kemampuan untuk
mengatur
dirinya
sendiri
secara
pikiran.
Kemandirian
Kemandirian
nilai
dalam
berkaitan
secara abstrak. Perkembangan aspek-aspek kemandirian pada
umumnya
tidak
terjadi
bertanggung jawab meskipun tidak ada
bersamaan.
pengawasan dari orangtuanya. Dari pendapat
kemandirian, ditandai dengan kemandirian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja
emosional
yang
yang
perkembangan kemandirian perilaku dan
memiliki kemampuan dalam mengarahkan
nilai. Ketika remaja dapat mengembangkan
diri sendiri secara bertanggungjawab dalam
kemandirian
pengambilan
matang, maka secara perlahan remaja dapat
mandiri
merupakan
setiap
remaja
keputusan
dalam
kehidupannya.
Awal
secara
yang
perkembangan
menjadi
dasar
emosionalnya
mengembangkan
secara
kemandirian
bagi
lebih
perilaku.
Steinberg (2002) membagi kemandirian
Kemandirian nilai pada remaja berkembang
menjadi beberapa aspek yaitu kemandirian
lebih akhir dalam rentang usia antara 18
emosi,
sampai
kemandirian
kemandirian
nilai.
perilaku,
dan
Kemandirian
emosi
dengan
kemandirian
21
tahun,
emosional
dan
sedangkan perilaku
berkaitan dengan kemampuan remaja untuk
berlangsung selama masa remaja awal dan
mulai melepaskan diri secara emosi dengan
pertengahan (Steinberg, 2002).
orangtua dan mengalihkannya pada hubungan
148 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 144-152
Kemandirian
nilai
berkaitan
dengan
abstrak (moral) atau ukuran benar/salah
kemampuan remaja dalam berpikir secara
(abstrack
abstrak
terkait
terhadap nilai-nilai yang mengarah pada
dengan isu moral, politik, dan agama. Remaja
prinsip (principal belief), dan memiliki
akan berpikir tentang suatu masalah dalam
keyakinan mantap
beberapa sudut pandang untuk menyatakan
dirinya sendiri (independent belief) (Steinberg
baik atau buruk dan benar atau salah
dalam Yusuf, 2001). Kemandirian nilai
berdasarkan
yang
hendaknya dapat dicapai remaja dengan
dimilikinya. Remaja dapat memberi penilaian
optimal. Dengan demikian, remaja dapat
baik atau buruk dan benar atau salah
mengambil
berdasarkan keyakinan yang dimilikinya serta
pilihan
tidak dipengaruhi aturan yang ada pada
individual yang dimilikinya.
mengenai
masalah
yang
keyakinan-keyakinan
masyarakat.
belief),
memiliki
yang terbentuk pada
keputusan
berdasarkan
Perkembangan
Pada dasarnya nilai merupakan prinsip,
merupakan
keyakinan
dan
menetapkan
prinsip-prinsip
kemandirian
puncak
dari
nilai
nilai
perkembangan
keyakinan fundamental, cita-cita, standar atau
kemandirian individu di masa remaja. Pada
sikap hidup yang bertindak sebagai pemandu
tahap
umum terhadap perilaku atau sebagai titik
kemandirian nilai secara optimal sehingga
acuan dalam pengambilan keputusan atau
remaja dapat mencapai tugas perkembangan
evaluasi keyakinan atau tindakan (Halstead
di masa remaja dan tidak menghambat tugas
dalam Maharajh, 2014). Nilai adalah konsep
perkembangan di fase berikutnya. Salah satu
atau ide yang dirasa sangat kuat sehingga
upaya yang dapat dilakukan untuk membantu
mempengaruhi
remaja mencapai kemandirian nilai yaitu
cara
individu
dalam
ini
pula,
dikembangkan
memahami ide lain dan menafsirkan peristiwa
dengan
(Allen & Friedman, 2010). Berdasarkan
Clarifications Technique/ VCT).
definisi-definisi tentang nilai yang telah
teknik
perlu
Teknik
klarifikasi
klarifikasi
nilai
nilai
(Value
(values
dikemukakan ahli, maka dapat disimpulkan
clarification technique) merupakan suatu
bahwa nilai merupakan suatu hal yang
teknik yang dapat digunakan individu dalam
diyakini dan menjadi acuan individu dalam
menggali nilai yang dianutnya. Pendekatan
pengambilan keputusan dan berperilaku.
tersebut pertama kali digunakan oleh Raths,
Secara operasional remaja yang mandiri
Harmin, dan Simon dalam bukunya Values
secara nilai memiliki beberapa indikator yaitu
and
Teaching
(Hall,
1973).
Values
memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai yang
clarification technique memfokuskan pada
Widyastuti, Peran Value Clarification... 149
usaha membantu individu dalam mengkaji
pendapat yang dikemukakan oleh beberapa
dan memperjelas nilai-nilai yang dianutnya
ahli, dapat disimpulkan bahwa klarifikasi nilai
serta
tindakan
merupakan sebuah pendekatan yang berperan
berdasarkan pemahaman akan nilai yang
untuk membantu remaja bertindak sesuai
dianutnya.
dengan nilai-nilai yang dipilih secara bebas
menetapkan
rencana
Pendekatan klarifikasi nilai bukanlah psikoterapi melainkan memberikan pengalaman belajar yang mengarahkan individu untuk merefleksikan kehidupan dan tindakan mereka terkait perilaku, ide, perasaan, dan nilai-nilai. Nilai pada dasarnya membuat individu unik, di tengah-tengah keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku individu, membentuk ideide, dan mengkondisikan perasaan individu. Nilai adalah suatu hal yang bebas dipilih dari berbagai alternatif dan dapat ditindaklanjuti, di mana hal tersebut merupakan bagian dari kreatifitas individu dalam membentuk pribadinya (Hall, 1973).
dan
rasional,
salah
satu
nilai
yang
dimaksudkan adalah nilai-nilai kemandirian. Klarifikasi nilai bertujuan membantu remaja
agar mampu mengkomunikasikan
secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai kemandirian yang mereka anut kepada orang lain
serta
membantu
remaja
dalam
menggunakan kemampuan berfikir rasional dalam menilai perasaan, nilai, dan tingkah laku mereka sendiri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rai (2014) bahwa tujuan utama klarifikasi nilai untuk membantu individu menggunakan pemikiran rasional
Klarifikasi nilai didefinisikan sebagai
dan
mengembangkan
kesadaran
tentang
proses belajar yang membantu individu untuk
dirinya. Jika diuraikan, tujuan pendidikan
menemukan nilai-nilai melalui perilakunya,
nilai yang diberikan dalam pendekatan ini ada
perasaannya, dan ide-idenya, serta kemudian
tiga: 1). Membantu remaja menyadarkan dan
individu bertindak berdasarkan pilihan yang
mengidentifikasi
telah dia tetapkan (Hall, 1973). Selanjutnya
mereka sendiri serta nilai kemandirian orang
Howe dan Howe (dalam Rahayu., dkk, 2013)
lain; 2). Membantu remaja supaya mampu
menjelaskan bahwa klarifikasi nilai bukan
berkomunikasi secara terbuka dan jujur
merupakan usaha untuk mengajar remaja
kepada orang lain, berhubungan dengan nilai-
tentang nilai "benar" dan "salah", sebaliknya
nilai kemandiriannya sendiri; 3). Membantu
klarifikasi nilai adalah sebuah pendekatan
remaja supaya mereka mampu menggunakan
yang dirancang untuk membantu remaja
secara bersama-sama kemampuan berperilaku
bertindak berdasarkan nilai-nilai yang dipilih
rasional dan pola tingkah laku mereka sendiri.
secara bebas oleh remaja. Mengacu pada
nilai-nilai
kemandirian
150 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 144-152
Prose klarifikasi nilai merupakan proses
pertimbangan
yang
bijaksana
terhadap
menilai. Klarifikasi nilai memberi penekanan
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan.
pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh
Pada kategori prizing, nilai yang dipilih harus
seseorang. Bagi penganut pendekatan ini,
senantiasa dihargai, dalam artian individu
nilai
oleh
yang telah memilih nilai tersebut hendaknya
seseorang berdasarkan kepada berbagai latar
senantiasa merasa senang terhadap apa yang
belakang pengalamannya sendiri. Hal yang
telah dipilihnya dan memegang hal tersebut
sangat penting di dalam program pendidikan
sebagai sesuatu yang disayanginya. Setelah
di Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk
individu memilih nilai dari berbagai alternatif
membantu
mengembangkan
pilihan, hendaknya individu tersebut bersedia
diawali
dengan
mengakui akan pilihannya. Pada kategori
mengembangkan keterampilan remaja dalam
acting, harus ada komitmen dalam tindakan
melakukan proses menilai. Proses menilai
yang akan mengubah perilaku seseorang dan
yang dimaksudkan dimana remaja dapat
yang akan membuat orang lain mengetahui
menggali
dalam
bahwa nilai tersebut telah ada saat ini.
dapat
Akhirnya,
bersifat
subjektif,
remaja
kemandirian nilai
yaitu
nilai-nilai
hidupnya
kemandirian
sehingga
meningkatkan
ditentukan
kesadaran
remaja akan
nilai-nilai
kemandirian.
nilai
harus
berulang
kali
ditindaklanjuti dan hal tersebut akan muncul dalam beberapa situasi. Berdasarkan uraian
Terdapat tujuh aspek penting yang
tersebut, maka dapat disimpulkan:
dideskripsikan oleh Raths, Harmin, dan
1. Choosing: a) memilih dengan bebas, b)
Simon dalam bukunya Values and Teaching
dari beberapa alternatif, dan c) melalui
(Hall,
pertimbangan
1973).
Ketujuh
aspek
tersebut
dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu choosing (memilih), prizing (menghargai), dan
acting
(bertindak/berperilaku).
Pada
kategori choosing, nilai harus dipilih dengan
tentang
berbagai
konsekuensi/akibatnya. 2. Prizing: a) merasa bahagia atau gembira dengan
pilihannya,
dan
b)
bersedia
mengakui pilihannya di depan umum.
bebas. Remaja membuat keputusan akan
3. Acting: a) berbuat sesuatu sesuai dengan
pilihannya harus disertai dengan tanggung
pilihannya, dan b) diulang-ulang sebagai
jawab yang penuh tanpa adanya paksaan.
suatu pola tingkah laku dalam hidup.
Pilihan tersebut dipilih berdasarkan berbagai
Sejumlah penelitian empiris yang telah
alternatif pilihan yang telah disediakan.
dilakukan dengan pendekatan klarifikasi nilai
Pilihan tersebut juga diputuskan atas dasar
dan banyak pengalaman praktis dari ribuan
Widyastuti, Peran Value Clarification... 151
praktisi
pendidikan
dalam
menggunakan
seharusnya dicapai remaja seusianya. Dengan
pendekatan ini, menunjukkan bahwa remaja
demikian,
yang telah diperkenalkan dengan pendekatan
mengembangkan
ini memiliki sikap yang tidak masa bodoh
kemandirian dan dapat menerapkan dalam
lagi. Remaja menjadi lebih tenang, lebih kritis
bentuk perilaku mandiri.
dalam berpikir, dan lebih mudah mengikuti
PENUTUP
arahan yang diberikan. Hasil penelitian Dhull
Kesimpulan
&
Kumar
klarifikasi
(2012) nilai
kebingungan
menyatakan
berhasil
pada
diri
bahwa
menghilangkan individu
dalam
diharapkan
remaja
kesadaran
dapat
akan
nilai
Kemandirian menjadi pondasi dalam menentukan
sikap
dan
pengambilan
keputusan yang akan terus dilalui oleh setiap
menentukan pilihan tertentu. Pilihan tersebut
individu
berkaitan dengan pilihan moral. Selain itu,
Bimbingan dan konseling sebagai bagian
hasil penelitian lain menyatakan bahwa
integral dalam proses pendidikan, memiliki
klarifikasi nilai berhasil dalam membentuk
tanggung jawab dalam membantu remaja
karakter pada diri individu (Rahayu, dkk.,
untuk mengembangkan kemandirian. Salah
2013) dan dapat pula digunakan dalam
satu strategi yang dapat digunakan oleh guru
menanamkan nilai-nilai pada individu (Rai,
bimbingan dan konseling (konselor) dalam
2014). Dengan demikian, klarifikasi nilai
membantu
merupakan strategi yang multifungsi yakni
kemandirian
dapat membantu individu dalam menentukan
clarification.
pilihan
clarification,
tertentu
yang
berkaitan
dengan
dalam
remaja yaitu
membentuk karakter serta menanamkan nilai-
kemandirian.
nilai, salah satunya nilai-nilai kemandirian
Saran
Melalui
dengan
remaja
meningkatkan
kehidupannya.
mengembangkan
Melalui
moralitas dan dapat pula digunakan dalam
bagi remaja.
rentang
teknik teknik
diharapkan
kesadaran
akan
value value dapat nilai
Konselor diharapkan dapat menerapkan klarifikasi
diharapkan
dapat
kemandirian
yang
nilai,
menggali telah
remaja
Value Clarifications Technique (VCT) untuk
nilai-nilai
membantu remaja mencapai kemandirian
dianut
semasa
dengan
optimal.
Value
Clarifications
hidupnya. Selanjutnya remaja akan dituntun
Technique (VCT) dapat diterapkan dalam
untuk berpikir secara rasional tentang nilai-
kelompok
nilai
bertindak sebagai fasilitator.
dengan
kemandiriannya nilai-nilai
dan
dibandingkan
kemandirian
yang
psikoedukasi
dan
konselor
152 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 144-152
DAFTAR RUJUKAN Allen & Friedman. (2010). Affective learning: A Taxonomy for Teaching Social Work Values. Journal of Social Work Values and Ethics. 7(2). Bisono, Tika. (2013). Gagalnya Kemandirian Remaja Sebagai Penyebab Utama Meningkatnya Penyalagunaan Narkotika, Minuman Keras, Ekstasi Dan Obat-Obatan Terlarang. (Online), (http://dedihumas.bnn.go.id/read/secti on/artikel/2013/05/16/602/gagalnyakemandirian-remaja-sebagaipenyebab-utama-meningkatnyapenyalagunaan-narkotika-minumankeras-ekstasi-dan-obat-obatanterlarang, diakses 25 Maret 2017). Dhull & Kumar. (2012). Development of Moral Reasoning in the Context of Intelligence and Socio-Economic Status Following Value Clarification. Journal of Education and Practice. 3(14): 33-38. Fajaria, dkk. (2012). Kemandirian Perilaku Peserta Didik dalam Pemilihan Jurusan dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Konselor Jurnal Ilmiah Konseling, 2(2): 1-5. Hall, Brian. 1973. Value Clarification as Learning Prosess. New York: Paulist Press. Hare, Szwedo, Schad, & Allen. (2014). Undermining Adolescent Autonomy With Parents and Peers: The Enduring Implications of Psychologically Controlling Parenting. Journal of Research On Adolescence. Hurlock, E.B., (2011). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Ke Lima (Alih Bahasa Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. Maharajh, Lokesh Ramnath. (2014). Values! A Hot Topic. Journal Anthropologist. 17(2): 491-500.
Musdalifah. (2007). Perkembangan Sosial Remaja Dalam Kemandirian (Studi Kasus Hambatan Psikologis Dependensi Terhadap Orangtua). Jurnal IQRA’, (4). Rahayu, Ayu Yuli., dkk. (2013). Implementasi Teknik Klarifikasi Nilai Berbantuan Foklor Dalam Pembentukan Karakter KeIndonesiaan Siswa Kelas V pada Pembelajaran Pkn. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 3: 1-11. Rai, Roli. (2014). Comparative Effectiveness of Value Clarification and Role Playing Value Development Models for Selected Values for Primary School Students. Journal of Humanities And Social Science. 19(1): 28-34. Steinberg, Lawrence. (2002). Adolescence. Sixth edition. New York: McGraw Hill Inc. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2004). Malang: Angkasa. Yusuf. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosda.