PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)
TESIS
Oleh ARZALVERY AGUS 067003004 / PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ARZALVERY AGUS 067003004 / PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Judul Penelitian
: PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)
Nama
: ARZALVERY AGUS
NIM
: 067003004
Program Studi
: PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN (PWD – PWK)
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Bachtiar Hassan Miraza Ketua
Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D Anggota
Kasyful Mahalli, S.E, M.Si Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur,
Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tanggal Lulus : 14 Februari 2008 Telah diuji pada Tanggal : 14 Februari 2008
Panitia Penguji Tesis Ketua
: Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Anggota
: Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D Kasyful Mahalli, S.E, M.Si Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, S.E Ir. Agus Purwoko, M.Si
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (magister), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain. 2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Medan, Februari 2008 Yang Membuat Pernyataan,
Arzalvery Agus NIM. 067003004
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
ABSTRACT This research is entitled “The Role of Food Small Industry to Regional Development (A Case Study in Bangko Sub-district, Merangin Regency, Jambi Province) under the assistance of Prof. Bachtiar Hassan Miraza as Chairman of Consultant Committee, Prof. Aldwin Surya, M.Pd, Ph.D and Kasyful Mahalli, SE, M.Si as the member of Consultant Committee. The background of this research is taken from small and medium industry business in Merangin regency from 2004 up to 2006 with the increased number for 164 units or it is increased for 24,5%. The needs for the labors is also increased for 512 persons or 17,12%. From the available small industries in Bangko sub-district, it is dominated by food small industry, namely food and beverage processing with the number for 102 units. The objective of this research is to know the description of the availability of food small industry, to analyze the influence of production factors to the output of food small business and to know the role of small business industry tothe regional development in Merangin regency, particularly in Bangko subdistrict. The method of research is descriptive analytical using frequency distribution table and equation regression model of Coubb-Douglas. It is used to answer of how is the influence between production factors (labor and working capital) to the output production with data processing analysis using Software SPSS 13,00 program. The result of research shows that the activities of food small business in Bangko sub-district, Merangin regency gives positive influence to the regional development such as therecruitment of labors, the availability of work for the labors in the small food business and to reduce the unemployment rate in Merangin regency, the increased of community income obtained by the entrepreneurs and the wage accepted by the labors, the usage of local raw material, the existence of science transformation which is performing by the entrepreneurs to the labors. The marketing of production is not only in the local region, but also beyond of the region. It is suggested for the government of Merangin regency in order to attempt the creation of conducive climate for business, as the facilitator between Micro Financial Institution either for the bank or non-bank with small industry in the case of capital aids by enlarging the special credit skim and the facilitating in business license procedure for the labors, taxes reduction and others. Small industry and it is particularly food small industry may form the association and promotion development among business doers for adding the role in the development of information network which is required for food small business development. Key words : The Role of Food Small Industry, Production, Labor, Working capital and Regional development.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)” di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Aldwin Surya, M.Pd, Ph.D dan Kasyful Mahalli, SE, M.Si sebagai anggota Komisi Pembimbing. Latar belakang dari penelitian ini adalah usaha industri kecil dan menengah di Kabupaten Merangin dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah unit usaha sebanyak 164 atau naik sebesar 24,5 % dan juga untuk penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan sebanyak 512 orang atau naik sebesar 17,12 %. Kemudian dari industri kecil yang ada di wilayah Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha industri kecil tersebut lebih banyak didominasi oleh usaha industri kecil pangan yakni usaha pengolahan makanan dan minuman dengan jumlah industri kecil yang ada sebanyak 102 unit usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keberadaan usaha industri kecil pangan, menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan dan mengetahui peran apa saja dari kegiatan industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan model persamaan regresi Coubb-Douglas digunakan untuk menjawab bagaimana pengaruh antara faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap hasil produksidengan analisis pengolahan data menggunakan bantuan program Software SPSS 13,00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin memberikan pengaruh yang positif terhadap pengembangan wilayah di antaranya perekrutan tenaga kerja yang dapat menyerap tenaga kerja dan terserapnya tenaga kerja ikutan akibat adanya kegiatan usaha industri kecil pangan ini, sehingga dapat mengurangi jumlah angka pengangguran di Kabupaten Merangin, peningkatan pendapatan masyarakat dari keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha dan upah yang diterima oleh pekerja, penggunaan bahan baku lokal, adanya transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil pangan kepada para pekerjanya dan pemasaran hasil produksi tidak hanya pada wilayah lokal tetapi juga pada wilayah luar daerah. Beberapa yang perlu disarankan adalah perlunya pemerintah daerah Kabupaten Merangin mengupayakan terciptanya iklim usaha yang kondusif, menjadi fasilitator antara Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik bank atau non bank dengan industri kecil dalam hal bantuan permodalan dengan memperluas skim kredit khusus, dan penyederhanaan prosedur perizinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. Industri kecil khususnya industri kecil pangan dapat membentuk asosiasi dan pengembangan promosi bersama. Kata kunci : Usaha industri kecil pangan, Produksi, Modal kerja, Tenaga kerja dan Pengembangan wilayah.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi). Tesis ini dibuat untuk melengkapi kewajiban studi pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara. Secara general masalah pokok yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko. Dengan demikian apabila permasalahan ini dapat dijawab maka hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi perencanaan pembangunan dan pengambil kebijaksanaan dalam merumuskan rencana pengembangan usaha industri kecil khususnya industri kecil pangan di wilayah Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko. Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D dan Kasyful Mahalli, S.E, M.Si., selaku komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk, pengarahan dan membimbing penulis sejak awal penyusunan proposal sampai selesainya tesis ini. 2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara. 4. Kasyful Mahalli, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
5. Drs. Rujiman, MA, DR. lic.rer.reg. Sirojuzilam, S.E dan Ir. Agus Purwoko, M.Si., selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini. 6. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara. 7. Bapak Bupati Merangin H. Rotani Yutaka, SH atas bantuan dan dukungannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara. 8. Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin, Camat dan Sekcam Bangko serta seluruh staf yang telah membantu dalam proses penelitian studi ini. 9. Ayahanda H. Agusram, S.IP dan Drs. Syamsir, ibunda tercinta Hj. Ratna Dewi dan Adiwarti, B.Sc., adikku Arnifitry Agus dan Satria Ronaldy, S.Kom yang telah memberikan semangat dan dukungan serta do’anya. 10. Istriku yang tersayang dr. Nur Ekasari yang telah menemani penulis dalam suka maupun duka selalu memberikan dorongan semangat dan pengertiannya selama ini dalam usaha penyelesaian penulisan tesis. 11. Teman-teman kuliah di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara khusunya kepada Nasir, Dharmawan, Welly, Jimmy dan Achmad terima kasih atas dukungannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna maka diharapkan kepada para akademisi, mahasiswa dan para pembaca kiranya dapat memberikan sumbang saran, sumbang pendapat dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan yang akan datang. Medan,
Januari 2008 Penulis
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi pada tanggal 24 Agustus 1980 sebagai anak sulung dari tiga bersaudara dari ayah yang bernama H. Agusram, S.IP dan ibu Hj. Ratna Dewi. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1992 di SDN 188/VI Bangko, menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Pertama tahun 1995 di SMPN 3 Bangko dan Sekolah Menengah Umum Titian Teras Jambi tahun 1998. Memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Pemerintahan pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) di Bandung pada tahun 2002. Setelah menyelesaikan kuliah, penulis langsung ditempatkan sebagai Pegawai Negeri Sipil Daerah pada Pemerintah Kabupaten Merangin Provinsi Jambi hingga saat ini. Pada awal tahun 2006 penulis mendapatkan kesempatan tugas belajar dari Pemerintah Kabupaten Merangin untuk meneruskan jenjang pendidikan Strata-2 pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) dengan bidang keahlian Perencanaan Pembangunan Wilayah Kota (PWK) Universitas Sumatera Utara Medan.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ...........................................................................................
i
ABSTRAK .............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR...........................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
v
DAFTAR ISI..........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................
1
1.1. Latar Belakang .........................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .................................................
7
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................
7
1.4. Kegunaan Penelitian ................................................
8
1.5. Batasan Penelitian ....................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA................................................
10
2.1. Pengembangan Wilayah...........................................
10
2.2. Pengertian dan Jenis-jenis Industri Kecil.................
14
2.3. Faktor-faktor Produksi .............................................
19
2.4. Pengertian Pendapatan .............................................
21
BAB II
2.5. Peranan Industri Kecil Dalam Pembangunan Wilayah ............................................
22
2.6. Industri Pangan ........................................................
25
2.7. Penelitian Terdahulu ................................................
29
2.8. Kerangka Pemikiran.................................................
32
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
BAB III
BAB IV
2.9. Hipotesis...................................................................
33
METODE PENELITIAN .............................................
34
3.1. Lokasi dan Waktu ....................................................
34
3.2. Jenis dan Sumber Data .............................................
36
3.3. Populasi dan Sampel ................................................
36
3.4. Teknik Analisis Data................................................
39
3.5. Definisi Operasional.................................................
44
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............
45
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Merangin dan Kecamatan Bangko............................................
45
4.1.1 Kondisi Umum Kabupaten Merangin dan Kecamatan Bangko .........................................
45
4.1.2 Penduduk..........................................................
48
4.1.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Merangin .
52
4.1.4. Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Bangko
54
4.2. Karakteristik Responden ..........................................
61
4.3. Gambaran Keberadaan Usaha Industri Kecil Pangan
BAB V
Di Kecamatan bangko Kabupaten Merangin...........
67
4.4. Pendapatan ...............................................................
75
4.5. Hasil Produksi ..........................................................
77
4.6. Pengujian Hipotesis..................................................
78
4.7. Pengembangan Wilayah...........................................
87
4.8. Temuan Kajian .........................................................
92
4.9. Implikasi Kajian .......................................................
94
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................ 5.1. Kesimpulan ..............................................................
97 97
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
5.2. Saran.........................................................................
99
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................
101
LAMPIRAN...........................................................................................
104
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
DAFTAR TABEL Tabel
Judul
Halaman
Tabel 1.1. Perkembangan Usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kabupaten Merangin Tahun 2004 s/d 2006...................................
6
Tabel 3.1. Jenis Komoditi Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin......................................................................
38
Tabel 3.2. Penentuan Sampel Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin ........................................................
39
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Bangko per Kelurahan dan Desa .........
47
Tabel 4.2. Luas Penduduk Kabupaten Merangin menurut Kecamatan Pada Tahun 2000 – 2006 ...............................................................
49
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Bangko per Kelurahan dan desa Tahun 2006 ................................
51
Tabel 4.4. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Merangin menurut Lapangan Usaha Tahun 2003- 2006, berdasarkan harga konstan tahun 2000 ........................................................................
52
Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merangin Tahun 2003 – 2006 ........................................................................
54
Tabel 4.6. Banyaknya Lapangan Usaha Keluarga menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Bangko Tahun 2006 ...........................
55
Tabel 4.7. Banyaknya Fasilitas Pendidikan, Murid/Mahasiswa dan Guru/Dosen di Kecamatan Bangko Tahun 2006 ...........................
57
Tabel 4.8. Banyaknya Sarana Kesehatan di Kecamatan Bangko Tahun 2006 ....................................................................................
59
Tabel 4.9. Banyaknya Tenaga Kesehatan di RSUD dan RS DKT menurut Jenis Keahlian Tahun 2006............................................................
60
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Responden .........................................................................
67
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tabel
Judul
Halaman
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Kepemilikan Modal...........................................................
68
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ...................................................................
69
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Struktur Permodalan Modal Kerja ...............................................
71
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Bahan Baku ....................................................................
72
Tabel 4.15. Perkembangan Produksi Palawija di Kabupaten Merangin Tahun 2006 ..................................................................................
73
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pemasaran Hasil Produksi............................................................
74
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendapatan Responden ................................................................
75
Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Besarnya Hasil Produksi .............................................................
77
Tabel 4.19. Hasil Analisis Statistik antara Hasil Produksi dengan Modal Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja ......................................
84
Tabel 4.20. Perkembangan Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Tahun 2004 s/d 2006 ......................................................
87
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran..........................................................................
32
3.1
Peta Kabupaten Merangin.................................................................
35
4.1
Grafik Umur Pengusaha Industri Kecil Pangan................................ 62
4.2
Grafik Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Kecil Pangan…...... 63
4.3
Grafik Pengalaman Kerja Pengusaha Industri Kecil Pangan............ 65
4.4
Grafik Tanggungan Keluarga Pengusaha Industri Kecil Pangan......
65
4.5
Hasil Pengujian Normalitas...............................................................
80
4.6
Hasil Pengujian Hetroskedastisitas...................................................
82
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
Halaman
1
Kuesioner Penelitian........................................................ 104
2
Data Primer Hasil Penelitian............................................ 109
3
Data Primer Hasil Penelitian............................................ 110
4
Hasil Analisis Uji Statistik............................................... 111
5
Foto Dokumentasi............................................................ 114
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu visi pembangunan Indonesia untuk jangka menengah (2004 – 2009) adalah terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini berarti pembangunan ekonomi diarahkan pada pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan out put berupa produk yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wujud dari kesejahteraan masyarakat itu adalah terlaksananya pembangunan yang merupakan suatu proses berkelanjutan guna mencapai suatu keadaan yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya. Berbagai usaha selalu dijalankan dengan memperhatikan situasi, kondisi, potensi dan sumber daya serta keterbatasan yang ada. Besar kecilnya kegiatan usaha yang berhubungan dengan pendayagunaan kemampuan lokal dalam membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat tergantung dari jenis usaha yang digeluti oleh masyarakat dalam pembangunan. Hasil pembangunan tidak hanya ditujukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan dibidang ekonomi saja tetapi juga untuk tujuan-tujuan lainnya yang berdampak luas seperti berlangsungnya proses industrialisasi.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tidak dapat dipungkiri bahwa industrialisasi di Indonesia sejak Pelita pertama hingga saat ini telah mencapai hasil yang diharapkan. Setidaknya industrialisasi telah mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara, di mana terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian (sering disebut sektor primer), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat. Kecenderungan ini terlihat pada tahun 1965, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (56 %); sementara sektor industri baru menyumbang 13 % dari Produk Domestik Bruto. Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 11,9 % selama 1965-1980 dan 6,1 % selama 1980-1992, ternyata sektor industri telah menggeser peranan sektor pertanian dalam pembangunan. Pada tahun 1992, sektor industri secara keseluruhan menyumbang 40 % terhadap Produk Domestik Bruto, di mana peranan industri manufaktur cukup menonjol karena menyumbang 21 % terhadap Produk Domestik Bruto. Pada tahun yang sama, sumbangan sektor pertanian merosot drastis hingga tinggal 19 % dari Produk Domestik Bruto. Ini sejalan dengan menurunnya laju pertumbuhan sektor pertanian, dari rata-rata 4,3 % per tahun selama 1965-1980 menjadi 3,1 % selama 1980-1992. Singkatnya sektor industri manufaktur muncul menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat melampaui laju pertumbuhan sektor pertanian (Kuncoro, 2007). Proses industrialisasi harus mampu mendorong berkembangnya industri sebagai penggerak utama terhadap peningkatan pendapatan laju pertumbuhan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Dengan demikian industrialisasi merupakan instrumen yang harus mampu mentransformasikan sektor pertanian, pariwisata, pertambangan dan energi, perhubungan dan jasa yang semakin produktif. Pelaksanaan pembangunan perlu diusahakan keterkaitan yang semakin erat antar sektor industri dan sektor-sektor pembangunan lainnya. Pembangunan antar sektor yang berkaitan tersebut harus dikembangkan dengan dasar saling menguntungkan dan menunjang antara industri besar, menengah dan industri kecil, dengan adanya proses industrialisasi ini maka akan menghasilkan permintaan yang meningkat akan bahanbahan baku dan barang-barang setengah jadi serta komponen-komponen bagi industri pada berbagai tahapannya untuk meningkatkan hasil produksi dalam negeri karena industri kecil dapat membantu kebutuhan industri berskala menengah dan besar sehingga diperoleh struktur ekonomi yang seimbang. Menurut Mahalli (2006) peranan industri kecil dan menengah kembali menarik perhatian banyak pengamat pasca krisis ekonomi ekonomi. Hal ini terlihat dari banyaknya usaha kecil dan menengah yang bertahan ditengah krisis ekonomi menerpa bangsa Indonesia. Kemudian menurut Tambunan dalam Mahalli (2006), masa krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 sesungguhnya telah memberikan suatu pelajaran bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi pemerintah utamanya dalam perencanaan ekonomi. Penghargaan itu adalah kegagalan pilihan strategis berbasis usaha besar dimana pemerintah telah memberi bantuan yang besar, baik itu bantuan fisik (fasilitas) ataupun alokasi kredit (permodalan) tetapi berakhir pada piramida struktur dan kinerja industri yang lemah. Sebaliknya sangat beralasan untuk
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
menyimpulkan bahwa kalau bukan karena peranan usaha kecil menengah keterpurukan ekonomi akan lebih buruk dari apa yang dialami pada periode krisis hingga pemulihan ekonomi (1997-2004). Sektor usaha kecil memiliki peranan yang penting dalam menjawab tantangan-tantangan pembangunan yaitu perluasan tenaga kerja bagi angkatan kerja yang terus bertambah jumlahnya dan peningkatan ekspor. Oleh karena itu, kita harus memelihara komitmen yang besar terhadap upaya meningkatkan sektor usaha kecil (Jusuf, 1996). Pembangunan sektor industri yang berskala kecil perlu ditingkatkan dan diperluas karena mempunyai potensi besar dalam proses pembangunan khususnya dalam menyerap tenaga kerja dan memperluas lapangan kerja apabila dibandingkan dengan kelompok industri lainnya. Hal ini disebabkan karena industri kecil sering dikaitkan dengan modal kecil, teknologi rendah, karakter tradisional dan tingkat efisiensi yang rendah. Berdasarkan uraian di atas maka suatu perencanaan pembangunan wilayah penting dilakukan agar dapat merangsang terciptanya kesempatan kerja dan mampu mengurangi pengangguran pada suatu daerah khususnya pada Kabupaten Merangin dengan salah satu alternatifnya adalah pengembangan industri kecil. Menurut Hasibuan dalam Saragih (1997) industri kecil dan kerajinan rumah tangga dapat berfungsi sebagai memperluas kesempatan kerja; membuka kesempatan berusaha; meningkatan pendapatan; menumbuhkan kemampuan dan kemandirian dan penghasil devisa. Di samping itu, terdapat beberapa alasan yang kuat tentang eksistensi industri kecil dalam perekonomian indonesia yaitu sebagian besar populasinya berada di
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
daerah pedesaan sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga
kerja yang
semakin meningkat serta luas tanah garapan yang relatif berkurang maka industri kecil merupakan jalan keluar, beberapa jenis industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber dilingkungan terdekat sehingga menyebabkan biaya produksi dapat ditekan rendah dan harga jual relatif murah dan tingkat pendapatan kelompok bawah yang rendah sesungguhnya merupakan kondisi tersendiri yang memberi peluang bagi industri kecil untuk tetap bertahan (Saleh, 1986). Kabupaten Merangin merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi dengan luas wilayah 7.679 Km² yang terdiri dari 9 (sembilan) Kecamatan dan salah satu diantaranya adalah Kecamatan Bangko yang merupakan ibu kota dari Kabupaten Merangin. Daerah ini memiliki jumlah penduduk 289.296 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai 2,01% selama kurun waktu 2000 – 2006. Pendapatan regional perkapita di Kabupaten Merangin pada tahun 2006 atas dasar harga konstan 2002 adalah Rp. 2.717.825,00 berarti terjadi peningkatan sebanyak Rp. 26.548 atau 0,99% jika dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 2.691.277,00 (Bappeda Kabupaten Merangin, 2006). Di Kabupaten Merangin terdapat 834 unit usaha industri kecil dan menengah dengan jumlah tenaga kerja yang terpakai sebanyak 3.502 orang pada tahun 2006 dan di antaranya terdapat di Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha industri kecil dari berbagai jenis komoditi yang dihasilkan berdasarkan data potensi prioritas industri kecil tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tabel 1.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kabupaten Merangin Tahun 2004 s/d 2006 NO
Tahun
Unit Usaha
Tenaga Kerja
1
2004
670
2.990
2
2005
717
3.128
3
2006
834
3.502
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin, Tahun 2006. Dari tabel di atas diketahui bahwa industri kecil dan menengah di Kabupaten Merangin dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah unit usaha sebanyak 164 atau naik sebesar 24,5 % dan juga untuk penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan sebanyak 512 orang atau naik sebesar 17,12 %. Kemudian dari industri kecil yang ada di wilayah Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha industri kecil tersebut lebih banyak didominasi oleh usaha industri kecil pangan yakni usaha pengolahan makanan dan minuman dengan jumlah industri kecil yang ada sebanyak 102 unit usaha. Untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap keberadaan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin, maka
penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah, dengan penelitian yang berjudul ”Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)”.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin ? 2. Bagaimanakah peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko ?
1.2. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah penelitian maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko. 2. Untuk mengetahui peran apa saja dari kegiatan industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
1.4. Kegunaan Penelitian Kajian ini diharapkan berguna untuk: 1. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi a. Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan bagi pemerintah terutama Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi khususnya pemerintah Kabupaten Merangin dalam merumuskan strategi pembangunan wilayah dan menetapkan kebijaksanaan serta pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah usaha industri kecil pangan. b. Sebagai bahan informasi bagi para perencana pembangunan dan pengambil kebijakan untuk pengembangan usaha industri kecil pangan di wilayah Kabupaten Merangin. 2. Pelaku usaha industri kecil pangan, yaitu untuk menambah informasi kepada para pengusaha industri kecil khususnya pengusaha industri kecil pangan dalam meningkatkan hasil produksinya. 3. Kalangan Akademisi Diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi bahan masukan dan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai usaha industri kecil pangan. 4. Lembaga keuangan bank dan bukan bank, yaitu sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi lembaga bank dan bukan bank untuk dapat menyalurkan kredit sebagai sumber modal bagi usaha industri kecil pangan sehingga dapat mengembangkan usaha mereka.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
1.5. Batasan Penelitian Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis gambaran keberadaan usaha industri kecil pangan di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko dilihat dari status kepemilikan usaha, status kepemilikan modal, jumlah tenaga kerja, struktur permodalan usaha, sumber bahan baku dan pemasaran hasil produksi.
2.
Menganalisis faktor-faktor produksi yaitu modal kerja dan tenaga kerja terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di wilayah Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin.
3.
Menganalisis peran usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin terhadap pengembangan wilayah dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan pemasaran hasil produk.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Wilayah Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah dimaksudkan sebagai suatu rencana dan aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam suatu wilayah menampung kebutuhan yang semakin tinggi. Perlu ada kerja sama antar daerah didalam melaksanakan aktivitas pembangunan di daerah, pada dasarnya memiliki karakteristik potensi ekonomi dan sosial yang hampir sama bahkan saling menguatkan. Kerjasama ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada. Untuk saat ini pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia didaerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu dikerjasamakan sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri. (Miraza, 2005). Oleh karena itu, diharapkan pemerintah terutama pemerintah daerah kabupaten/kota mampu bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan perencanaan dan pengembangan wilayah yang dapat dilihat dari pembangunan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut sehingga memerlukan suatu keteraturan dan rambu-rambu yang nantinya tidak melanggar koridor yang telah ditetapkan.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Pentingnya perencanaan dan pengembangan wilayah terpadu yang akan mengkombinasikan semua potensi yang dimiliki oleh kabupaten/kota, semakin terasa sejalan dengan banyaknya pemekaran Kabupaten/kota di Indonesia. Meskipun masing-masing kabupaten/kota memiliki keunggulan dan potensi kewilayahan yang akan membedakannya dengan wilayah lain yang bersampiran, namun keunggulan itu idealnya dipadukan dengan keunggulan dari kawasan lain, sehingga synergy effect yang ditimbulkan akan semakin memperkuat kedua kawasan tersebut (Surya, 2006). Pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang tercakup dalam sektor pemerintah maupun dalam masyarakat, dilaksanakan dan diatur dalam rangka usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Usaha-usaha tersebut pada dasarnya dalah bersifat meningkatkan pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan, baik melalui produk-produk maupun melalui berbagai jenis kegiatan yang membawa pengaruh peningkatan kawasan (Samosir, 2000). Peningkatan kawasan dapat pula diartikan sebagai peristiwa pengembangan wilayah pada wilayah yang bersangkutan, sehingga keseluruhan usaha yang menjurus pada perbaikan dalam tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, dapat dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses perkembangan wilayah (Purnomosidi, 1981). Sukirno (1985) memberikan pengertian wilayah atau daerah dalam tiga hal yaitu: daerah homogen, daerah modal dan daerah administratif. Pengertian pertama menganggap bahwa suatu daerah sebagai suatu space atau ruang dimana kegiatan ekonomi berlaku diberbagai pelosok ruang tersebut yang mempunyai sifat-sifat sama
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
seperti pendapatan penduduk, agama, suku bangsa atau struktur ekonominya. Pengertian kedua bahwa daerah sebagai ruang ekonomi yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Pengertian yang ketiga adalah memberikan batasan suatu daerah berdasarkan pembagian administrasi dari suatu negara seperti provinsi, kabupaten, desa dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah administrasi merupakan wilayah perencanaan yang merupakan suatu ruang ekonomi yang berada di bawah satu tingkat tertentu seperti provinsi, kabupaten, desa dan sebagainya. Untuk tujuan analisis dan pembahasan aspek pembangunan wilayah dalam penelitian ini digunakan pengertian wilayah administrasi
sebagai unit analisis wilayah
perencanaan. Menurut Miraza (2005) perencanaan wilayah adalah suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematik dengan suatu tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas itu adalah yang menyangkut pada keseluruhan kepentingan steakholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatn potensi wilayah, baik potensi alam maupun potensi buatan, harus dilaksanakn secara fully dan efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Disamping itu kita juga perlu memikoirkan bagaimana dunia usaha dapat berkiprah secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua keadaan ini bagi melangsungkan pemerintahan yang baik.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Meskipun terdapat banyak konsep tentang perencanaan pembangunan wilayah tetapi pakar ekonomi wilayah sependapat bahwa tujuan pembangunan wilayah merupakan bagian dari
tujuan pembangunan nasional yang antara lain adalah
mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang lebih tepat dan menyediakan kesempatan kerja yang cukup serta wilayah menjadi lebih baik disegala sektor yang meliputi sektor jasa, industri, pertanian dan sektor lainnya dengan memperhatikan dan menyelaraskan penggunaan potensi yang ada secara baik dan benar. Tujuan utama dari pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya yang ada di dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan (Riyadi, 2002). Kemudian Menurut Hadjisaroso (1994) sasaran pengembangan wilayah harus diterjemahkan kedalam kerangka pembangunan nasional dan Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu dengan tujuan : 1. Mencapai pertumbuhan pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat 2. Menyediakan kesempatan kerja yang cukup, 3. Pemerataan pendapatan, 4. Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah, 5. pembangunan struktur perekonomian agar tidak berat sebelah.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2.2 Pengertian dan jenis-jenis industri kecil Pemberdayaan usaha kecil sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas sosial, ekonomi, politik yang imbasannya berdampak pada kegiatan usaha besar yang semakin terpuruk, sementara usaha kecil masih dapat mempertahankan kegiatan usahanya (Prawirikusumo, 2001). Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktivitasnya, sektor industri kecil terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Pengembangan industri kecil perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah kedepan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya industri kecil. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan industri kecil Pengembangan industri kecil sebagai salah satu strategi kebijakan nasional, berperan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Industri kecil mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh sebab selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, memperluas lapangan kerja dan kontribusinya terhadap pendapatan juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Selain itu mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 yang dimaksud dengan usaha kecil adalah “usaha yang memiliki total asset maksimum Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati”. Pengertian usaha kecil
ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi,
sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta. Sedangkan berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah “kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”. Definisi industri kecil berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 adalah dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimiliki oleh industri kecil tersebut. Adapun kriteria usaha kecil menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tersebut adalah sebagai berikut : 1
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah;
3
Milik Warga Negara Indonesia;
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
4
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
5
Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Mahalli (2006) telah
memberikan batasan tentang industri kecil dan menengah (IKM) berdasarkan kriteria besarnya jumlah tenaga kerja yaitu : 1. Kerajinan rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar. 2. Usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 – 19 orang. 3. Usaha menengah sebanyak 20 – 99 orang. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 133 Tahun 1979 dalam Samosir (2000), pada prinsipnya didasarkan pada kriteria investasi di luar gedung dan tanah tidak lebih dari Rp. 70 juta atau nilai invetasi per tenaga kerja tidak lebih dari Rp. 625.000,- dan telah disesuaikan kembali melalui Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 13 Tahun 1990 dikatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan yang nilai kekayaannya tidak lebih dari Rp. 600 juta, tidak termasuk nilai rumah dan tanah yang ditempati. Melihat perkembangan bisnis diera global, peluang bisnis bagi industri kecil semakin besar. Salah satu penyebanya adalah terjadinya peningkatan pemilikan pendidikan dari putra-putri pengusaha kecil, sehingga wawasan yang dimiliki
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
semakin luas. Menurut Surya (2002), sejumlah peluang bisnis bisa diraih usaha kecil antara lain di bidang manufaktur, jasa, waralaba (franchising), grosir dan pengecer. Di bidang grosir dan pengecer, peluang bisnis usaha kecil semakin marak sejalan dengan banyaknya pemukiman di daerah pinggiran yang dibangun oleh para pengembang (developer), terutama pasca pemekaran wilayah. Peluang itu misalnya dalam penyediaan bahan baku makanan seperti sayuran dan buah-buahan serta beragam jenis komoditi industri kecil pangan. Di beberapa kabupaten/kota, jenis komoditi hasil industri kecil pangan memberi kontribusi pendapatan yang berarti bagi warga sehingga dapat membantu pendapatan keluarga. Secara umum sektor usaha industri kecil memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak direvisi terus menerus sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya. 2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang tinggi. 3. Modal terbatas. 4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas. 5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang. 6. Kemampuan pemasaran hasil produksi dan negoisasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan ( Anoraga dan Sudantoko, 2002). Sedangkan menurut Tulus Tambunan (2002) dalam Siregar (2003), karakteristik dari industri kecil adalah: 1. Kategori industri kecil lebih modern dibandingkan industri rumah tangga. Proses produksi lebih mechanized, dan kegiatannya dilakukan ditempat khusus (pabrik) yang biasanya berlokasi disamping rumah si pengusaha atau pemilik usaha. 2. Membuat produk non-inferior untuk kelas masyarakat berpendapatan menengah ke atas. 3. Penghasilan relatif tinggi. 4. Kegiatan ditentukan oleh pasar output. 5. Nilai investasi awal besar. 6. Pertumbuhan besar dan memakai lebih banyak tenaga kerja dibayar serta tujuan usaha adalah maksimalisasi profit. 7. Pendidikan pengusaha lebih tinggi yaitu di atas SD. Hasil sensus industri menyatakan bahwa karakteristik industri kecil di Indonesia dalam Siregar (2003) adalah : 1. Industri kerajinan merupakan mayoritas dilihat dari segi jumlah unit usaha/perusahaan.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2. Hampir seluruhnya belum menggunakan tenaga mesin, dengan kata lain masih menggunakan tenaga manusia. 3. Tenaga kerja sebagian besar adalah pekerja keluarga. 4. Bentuk hukum usahanya dalah perseorangan. Menurut pembagian BPS industri pengelolaan menjadi terbagi menjadi 9 subsektor yang terdiri dari industri makanan dan minuman; industri tekstil; industri barang dari kulit dan alas kaki, barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; industri kertas dan barang cetakan; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan barang galian bukan logam; industri logam dasar besi dan baja; industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya dan barang industri lainnya.
2.3 Faktor-faktor Produksi Menurut Sukirno (2005) yang dimaksud dengan faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor produksi adakalanya dinyatakan dengan istilah lain, yaitu sumber-sumber daya. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai dimana suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan kepada empat jenis, yaitu seperti yang diterangkan di bawah ini. 1. Tanah dan Sumber Alam
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Faktor produksi ini disediakan alam. Faktor produksi ini meliputi tanah, berbagai jenis barang tambang, hasil hutan dan sumber alam yang dapat dijadikan modal seperti air yang dibendung untuk irigasi atau pembangkit tenaga listrik. 2. Tenaga Kerja Faktor produksi ini bukan saja berarti jumlah buruh yang terdapat dalam perekonomian. Pengertian tenaga kerja meliputi juga keahlian dan ketrampilan yang mereka miliki. Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan kepada tiga golongan berikut: a. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan. b. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu dan keahlian mereparasi TV dan radio. c. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan, ahli ekonomi dan insinyur. 3. Modal Faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia dan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang mereka butuhkan. Beberapa contoh adalah sistem pengairan, jaringan jalan raya, bangunan pabrik dan pertokoan, mesin-mesin dan peralatan pabrik dan ala-alat pengangkutan.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
4. Keahlian Keusahawan Faktor produksi ini berbentuk keahlian dan kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Dalam menjalankan suatu kegiatan ekonomi, para pengusaha akan memerlukan ketiga faktor produksi yang lain yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Keahlian keusahawan meliputi kemahirannya mengorganisasi berbagai sumber atau faktor produksi tersebut secara efektif dan efisien sehingga usahanya berhasil dan berkembang serta dapat menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat.
2.4 Pengertian Pendapatan Untuk memenuhi kebutuhan hidup diperlukan pendapatan. Sejumlah pendapatan ini akan dipergunakan sebagai alat pemuas kebutuhan. Pendapatan ini diperoleh dari berbagai unsur seperti: pertanian, perdagangan, hasil industri berupa gaji/upah, jasa dan lain-lain. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh suatu keluarga atau seseorang selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun (Samuelson dan William, 1998). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat merupakan jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat pada satu periode tertentu, biasanya satu tahun, baik itu berasal dari hasil pertanian, perdagangan, hasil industri atau sektor lainnya. Sedangkan pendapatan pengusaha adalah nilai omzet atau hasil penjualan yang diperoleh pengusaha dari hasil produksi pada satu periode tertentu.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2.5 Peranan Industri Kecil Dalam Pembangunan Wilayah Sejak awal dasawarsa tujuh puluhan secara tajam mulai disadari, bahwa meskipun mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun kebanyakan negara berkembang belumlah berhasil menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi angkatan kerja pada umumnya, baik ditinjau dari segi pendapatan ataupun kesesuaian pekerjaan terhadap keahlian. Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor industri modern akan dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran secara tuntas ternyata masih berada pada rentang perjalanan yang panjang. Bertitik tolak dari kenyataan inilah maka eksistensi industri kecil telah mengambil bagian dalam masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di negara berkembang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sektor industri kecil merupakan salah satu sektor yang mempunyai andil yang cukup kuat dalam mengatasi pengangguran dan kesempatan kerja serta mewujudkan pengembangan wilayah dan pembangunan nasional. Perihal pentingnya industri kecil itu secara asasi tidaklah terlepas dari data empiris atau berbagai aspek nalariah yang melatarbelakanginya. Presentase jumlah usaha industri kecil terhadap unit usaha di sektor industri pengolahan menunjukkan porsi penyerapan tenaga kerja yeng lebih besar dibandingkan pada industri besar maupun sedang. Industri kecil selain memberikan manfaat dalam ketenagakerjaan, juga memberikan manfaat sosial yang berarti bagi perekonomian, yaitu: 1. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. 3. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana, yang biasanya dihasilkan oleh industri besar dan sedang (Jakti, 1986). Hasil penelitian Tambunan (1989), membuktikan bahwa industri berskala kecil berperan penting dalam menanggulangi problem sosial ekonomi negara-negara berkembang. Dimana subsektor industri kecil memberikan kesempatan kerja bukan saja bagi masyarakat pedalaman yang tidak memiliki penghasilan tambahan tetapi juga kepada petani yang kehilangan sumber penghasilan utamanya di sektor tersebut di luar musim panen. Hasil penelitian Haryadi (1995), menyatakan industri kecil merupakan penyedia kesempatan kerja baik di desa maupun perkotaan. Sebagai salah satu kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian, sub sektor industri kecil meperlihatkan kemampuan menampung semakin banyak tenaga kerja yang tidak dapat diserap pada sektor pertanian. Dari uraian dan beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan industri kecil merupakan kebijaksanaan yang strategis dalam pengembangan atau pembangunan wilayah. Hal ini dapat dilihat dengan penyerapan tenaga kerja dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan nasional.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Menurut Sulaeman (2004) Pengembangan usaha kecil dan menengah dalam menghadapi pasar regional dan global harus didasari pada upaya yang keras dan terus menerus dalam menjadikan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sebagai usaha yang tangguh. Oleh karena itu, produk yang diusahakan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sekurang-kurangnya mempunyai keunggulan komparatif, bahkan sangat diharapkan mempunyai keunggulan kompetitif. Pendekatan klaster bisnis merupakan upaya pengembangan usaha UKM (Usaha Kecil dan Menengah) secara sistemik, sehingga UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang ada di dalamnya mempunyai peluang untuk menjadi usaha yang handal dan kompetitif. Strategi pengembangan usaha UKM (Usaha Kecil dan Menengah) harus atas dasar kekuatan dan tantangannya, olehkarena itu harus ditopang secara kuat terutama oleh adanya akses ke sumber dana, pasar, sumber bahan baku, teknologi dan Informasi serta manajemen. Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan wilayah peran industri kecil tidak hanya berperan dalam penyerapan tenaga kerja tetapi juga dalam pemasaran hasil produk yang diharapkan mampu memiliki keunggulan kompetitif terutama dalam menghadapi persaingan pasar regional dan pasar global.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2.6 Industri Pangan Secara sederhana industri pangan mencangkup kegiatan produksi pangan mentah, kegiatan pengolahan dan kegiatan distribusi. Kegiatan di bidang produksi bahan mentah adalah kegiatan yang berhubungan dengan teknologi pertanian yaitu pembibitan dan penanaman, pemeliharaan selama pertumbuhan, pemanenan atau pemotongan, penyimpanan, penanganan atau pengepakan dan distribusi bahan mentah untuk proses selanjutnya. Kegiatan pengolahan adalah proses pembuatan suatu bahan dari bahan mentah atau bahan asal serta kegiatan-kegiatan penanganan dan pengawetan bahan tersebut. Kegiatan distribusi meliputi penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan. Industri pengolahan pangan di Indonesia antara lain meliputi misalnya pabrik susu bubuk, susu kental manis, susu kedelai, tepung gandum, roti, kue kering, sosis, supermi, bir, limun, brem dan lain-lainnya. Selain itu terdapat pula industri-industri menengah dan industri rumah yang terutama mengolah makanan secara trasidisional misalnya terasi, petis, kerupuk, ikan asin, ikan pindang, dendeng, kopra, telur asin, telur pindang, tempe, kecap, tauco, oncom, tape, arak, gaplek, sosis, ham dan lain-lainya. Industri minyak makan juga banyak didirikan yaitu meliputi minyak goreng dari kelapa, minyak goreng dari kacang tanah dan margarin (FG. Winarno, Srikandi Fardiaz, Dedi Fardiaz : 1980) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri pangan merupakan industri pengolahan yang mengolah bahan mentah baik itu yang bentuknya padat ataupun cair menjadi bahan makanan dan minuman yang siap untuk dikonsumsi.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2005, industri pengolahan terdiri dari industri makanan dan minuman, industri pengolahan tembakau, industri tekstil, industri pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri kayu, barang-barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya, industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya, industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman, industri batu bara, pengilangan minyak bumi dan pengolahan gas bumi, barang-barang dari hasil pengilangan minyak bumi dan bahan bakar nuklir, industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik, industri barang galian bukan logam, industri logam dasar, industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya, industri mesin dan perlengkapannya, industri mesin dan peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan data, industri mesin listrik lainnya dan perlengkapannya,
industri
radio,
televisi
dan
peralatan
komunikasi
serta
perlengkapannya, industri peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi, peralatan optik, jam dan lonceng, industri kendaraan bermotor, industri alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih, industri furnitur dan industri pengolahan lainnya dan industri daur ulang. Industri pangan menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) termasuk ke dalam industri pengolahan yakni industri makanan dan minuman yang terdiri dari :
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
a. Pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak Golongan ini mencakup usaha pemotongan hewan, pengolahan/pengawetan daging, ikan atau biota air dan buah-buahanatau sayuran serta pengolahan minyak makan dan lemak dari nabati atau hewani. Pengolahan dan pengawetan daging, ikan atau biota air dan buah-buahan atau sayuran dilakukan dengan cara pengalengan, pengasapan, pengeringan, pembekuan, pengasinan/pemanisan, pelumatan, dan sebagainya. Pengolahan bahan-bahan dari lemak nabati maupun hewani menjadi minyak kasar (minyak makan), margarine, minyak goreng (dari minyak kelapa dan kelapa sawit), minyak goreng lainnya, minyak makan dan lemak lainnya. Termasuk juga pengolahan lemak dari nabati maupun hewani yang dapat digunakan sebagai bahan makanan, seperti: minyak bunga matahari, minyak ikan, minyak/lemak babi, lemak sapi dan lemak unggas. Termasuk dalam golongan ini kegiatan pengurusan hasil sampingannya, seperti: pementangan kulit, penjemuran tulang, penyortiran bulu dan pembersihan lemak. b. Industri susu dan makanan dari susu Golongan ini mencakup usaha pembuatan susu bubuk, susu kental, susu cair, susu asam dan susu kepala termasuk usaha pengawetannya. Juga industri makanan dari susu seperti: mentega, keju, dan makanan bayi. Termasuk pembuatan bubuk es krim dan es krim yang bahan utamanya dari susu.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
c. Industri penggilingan padi-padian, tepung dan makanan ternak Golongan ini mencakup usaha penggilingan/pembersihan/pengupasan padipadian, biji-bijian, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan sejenisnya serta industri pati ubi kayu, industri berbagai macam pati palma, dan industri pati lainnya. Termasuk industri makanan ternak, seperti: ransum dan konsentrat pakan ternak. d. Industri makanan lainnya Golongan ini mencakup usaha pembuatan dan pengolahan makanan lainnya, seperti: pembuatan segala macam roti, kue kering dan sejenisnya, pembuatan gula pasir, gula merah, gula lainnya, sirop, dan industri pengolahan gula lainnya selain sirop; pengolahan biji coklat, dan pembuatan bubuk coklat, serta makanan dari coklat dan kembang gula; industri macaroni, mie, spagheti, bihun, so’un dan sejenisnya, serta industri makanan lainnya yang belum tercakup sebelumnya, seperti: pengolahan the dan kopi, industri es, kecap, tempe, makanan dari kedele dan kacang-kacangan lainnya selain kecap dan tempe, kerupuk dan sejenisnya, bumbu masak dan penyedap masakan, kue-kue basah, dan industri makanan lainnya yang belum termasuk golongan manapun. e. Industri minuman Golongan ini mencakup usaha pembuatan dan pengolahan minuman yang menggunakan bahan baku alcohol (ethyl alcohol) dengan proses destiling, rectifying dan blending, seperti minuman keras jenis: whisky, brandy, rum dan pencampuran minuman keras. Juga pengolahan minuman secara fermentasi dengan bahan anggur, apel, buah-buahan lain, atau nabati lainnya, seperti: beras,
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
sayuran, daun, batang, dan akar; dan industri pembuatan malt (kecambah barley atau sereal lainnya yang dikeringkan) serta minuman keras dari malt, seperti: bir, ale, porter, stout, temulawak dan legen. Termasuk usaha pembuatan minuman ringan (tidak mengandung alcohol), seperti: limun, air soda, krim soda, markisa, beras kencur, air tebu, dan air mineral dalam kemasan/air minum dalam kemasan.
2.7 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkenaan dengan penelitian tesis ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Samosir (2000), menulis tesis yang berjudul ”Pengaruh pengrajin industri kecil terhadap tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di dalam mendorong pengembangan wilayah di Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan” mengemukakan bahwa pengrajin industri kecil termasuk di dalamnya industri kecil pangan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan dan penyerapan tenaga kerja di dalam mendorong pengembangan wilayah di Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan. Hal ini tercermin melalui koefisien pengganda (multiplier effect) dari subsektor pengrajin industri kecil yaitu: rata-rata 9,86 % untuk peningkatan pendapatan dan 40,28 % untuk penyerapan tenaga kerja. Untuk meningkatkan pengembangan pengrajin industri kecil di wilayah Kecamatan Medan denai Kotamadya Medan, disarankan perlu perhatian pihak pengambil keputusan dan instansi terkait dalam hal penyediaan dana dan bantuan permodalan atau kredit dengan syarat tingkat bunga yang relatif rendah.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Saragih (1997) menulis tesis yang berjudul ”Pengembangan industri kecil dan pengaruhnya terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang” mengemukan bahwa sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga masih mendominasi struktur industri di daerah Kecamatan Perbaungan dimana selama periode tahun 1991 – 1995 sub sektor terus menunjukkan perkembangannya untuk unit usaha 2,0 % per tahun dan penyerapan tenaga kerja 1,89 % per tahun serta peningkatan investasi rata-rata sebesar 5,31 % per tahun. Dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan industri kecil di Kecamatan Perbaungan adalah modal tenaga kerja (X1), peubah jumlah tenaga (X2), tingkat pendidikan tenaga kerja (X3), harga bahan baku (X4), dan fasilitas kredit (X6), sementara peubah sistem pemasaran (X5) tidak mempunyai pengaruh yang diperhitungkan dalam keberhasilan industri kecil di Kecamatan Perbaungan. Hasil penelitian terhadap profil beberapa industri kecil yang menonjol di Kecamatan Perbaungan memperlihatkan masih banyaknya kendala yanng harus diperhatikan dalam upaya pengembangan industri tersebut, terutama pada aspek permodalan, peningkatan mutu atau kualitas produk yang dihasilkan dan juga kemampuan untuk menerobos pasar masih lemah. Hal ini disebabkan pengetahuan dan tingka pendidikan para pengusaha yang pada umumnya hanya lulusan sekolah dasar dan sekolah lanjutan menengah pertama. Cabang industri kecil pangan adalah merupakan atau dapat dijadikan sebagai sektor ekonomi basis wilayah Kecamatan Perbaungan dari sub sektor industri. Kemudian disarankan mengingat begitu pentingnya peranan dan pengaruh sektor basis terhadap
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
penembangan wilayah maka perlu ditingkatkan pengembangan industri kecil. Agar supaya peranan dan pengaruhnya terus dapat meningkat dalam perekonomian wilayah, maka seyogyanya diperlukan untuk lebih meningkatkan produksi subsektor ini, terutama dalam bentuk tujuan ekspor. Sehubungan dengan hal tersebut maka terlebih dahulu perlu daicarikan jaln keluar dari hambatan-hambatan yang menyangkut pengembangannya seperti permasalahan permodalan produktivitas dan pemasaran produk. Untuk pengembangan industri kecil didalam udaha memperluas pemasaran maka para pengusaha perlu dibina melalui pendidikan dan pelatihan khusus yang menyangkut pada bidang penentuan harga dan kualitas bahan baku, baik yang dilakukan oleh dinas yang terkait maupun koperasi dan perusahaan bapak angkat sehingga ada keterkaitan antara industri kecil dengan industri besar dan menengah, dan industri tersebut mampu menjangkau pasar yang lebih luas.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2.8 Kerangka Pemikiran Untuk mempermudah pemahaman kita tentang konsep penelitian ini, maka dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut: Kabupaten Merangin
Kecamatan Bangko
Industri Kecil
Usaha Industri Kecil Pangan Modal Kerja Faktor-faktor Produksi Tenaga Kerja Produksi
Penyerapan Tenaga Kerja Pengembangan Wilayah Pemasaran Hasil Produk 2.9 Hipotesis Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2.9 Hipotesis Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis terhadap penelitian ini adalah adalah sebagai berikut: 1. Usaha industri kecil pangan memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko. 2. Adanya pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. 3. Usaha industri kecil pangan memberikan peran yang positif terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Sesuai dengan tujuan penelitian maka penelitian dilakukan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. Alasan pemilihan dilakukannya penelitian dilokasi ini adalah sebagian besar usaha industri kecil yang ada di Kabupaten Merangin berada di Kecamatan Bangko termasuk didalamnya usaha industri kecil pangan yang perlu dikembangkan dan juga peneliti berasal dari daerah ini. Kecamatan Bangko merupakan ibukota Kabupaten Merangin sekitar 252 Km dari Kota Jambi Provinsi Jambi. Penelitian yang akan dilakukan diperkirakan berlangsung selama 3 bulan yaitu mulai September 2007 sampai dengan November 2007. Lokasi penelitian disajikan pada peta berikut dan keterangan untuk lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Bangko diberi tanda arsir warna merah.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
PETA KABUPATEN MERANGIN
KETERANGAN
Sumber : Bappeda Kabupaten Merangin, 2007 Gambar 3.1. Peta Kabupaten Merangin Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dengan pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk penelitian ini dan observasi langsung kelapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden yang diambil dari para pengusaha industri kecil pangan yang ada di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin dan Kantor Camat Bangko serta hasil penelitian terdahulu dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.
3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah usaha
industri kecil pangan di
Kecamatan Bangko yang terdaftar pada data potensi prioritas industri kecil yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin tahun 2006 sebanyak 102 unit usaha dari 18 komoditi usaha industri kecil pangan, seperti yang terlihat pada Tabel 3.1. jenis komoditi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Untuk penelitian ini diambil sampel sebanyak 30% dari jumlah populasi, hal ini merujuk pada pendapat Gulo (2002) yang mengatakan bahwa penarikan sampel sebesar 25% dari total populasi dalam penelitian sosial dianggap cukup reprensetatif. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penarikan sampel dilakukan secara purposive random sampling dengan menetapkan sampel sebesar 30% dari jumlah populasi sebanyak 102 unit usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko, sehingga sampel ditarik sebanyak 31 unit usaha industri kecil pangan. Sampel dianggap reprensentatif dan penentuan sampel terpilih dilakukan secara sistematik, seperti yang terlihat pada Tabel 3.2. penentuan sampel usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. Pengambilan sampel ini telah memenuhi dengan yang disarankan oleh Roscoe dalam Sugiono (2003), dalam penelitian sosial, ukuran sampel yang layak digunakan antara 30 hingga 500 responden. Berikut ini disajikan tabel jenis komoditi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tabel 3.1. Jenis Komoditi Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. No. Jenis Komoditi Unit Usaha 1. Pengolahan Daging 3 2. Kopi Bubuk 12 3. Es Batu 2 4. Tahu 11 5. Keripik Tempe 6 6. Kacang Atom 3 7. Keripik Pisang 10 8. Keripik Ubi 6 9. Kerupuk 9 10. Mie Basah 4 11. Dodol 4 12. Sale Pisang 4 13. Rengginang Ubi 3 14. Minuman Limun 2 15. Kue 6 16. Tempe 10 17. Susu Kedelai 3 18. Roti 4 Jumlah 102 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin, Tahun 2006.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tabel 3.2. Penentuan Sampel Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. No.
Jenis Komoditi
1. Pengolahan Daging 2. Kopi Bubuk 3. Es Batu 4. Tahu 5. Keripik Tempe 6. Kacang Atom 7. Keripik Pisang 8. Keripik Ubi 9. Kerupuk 10. Mie Basah 11. Dodol 12. Sale Pisang 13. Rengginang Ubi 14. Minuman Limun 15. Kue 16. Tempe 17. Susu Kedelai 18. Roti Jumlah Sumber : Diolah dari Tabel 3.1.
Populasi (Unit Usaha) 3 12 2 11 6 3 10 6 9 4 4 4 3 2 6 10 3 4 102
30 % 0,9 3,6 0,6 3,3 1,8 0,9 3,0 1,8 2,7 1,2 1,2 1,2 0,9 0,6 1,8 3,0 0,9 1,2
Sampel (Unit Usaha) 1 4 1 3 2 1 3 2 3 1 1 1 1 1 2 3 1 1 31
3.4 Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Dalam menjabarkan keadaan objek penelitian dilakukan secara statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis variabel yang dinyatakan dengan sebaran, baik secara angka-angka maupun persentase. Analisis ini dilakukan untuk melihat gambaran keberadaan usaha industri kecil
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
pangan (untuk menguji hipotesis pertama) dan peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah dengan melihat indikator penyerapan tenaga kerja dan pemasaran hasil produksi (untuk menguji hipotesis ketiga) di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu menganalisa pengaruh antar variabel, dengan menggunakan statistik Coubb-Douglas. Untuk menguji hipotesis ketiga, model persamaan statistik Coubb-Douglas dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin adalah modal kerja dan tenaga kerja. Analisis fungsi CoubbDouglas adalah suatu fungsi persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lainnya disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Untuk mengetahui dimana variabel Xi berpengaruh terhadap Yi dapat dilihat dengan melakukan model persamaan Coubb-Douglas sebagai berikut:
Q = A Kα Lβ Dengan Q adalah hasil produksi K adalah input (modal) L adalah tenaga kerja A, α dan β adalah konstanta
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Selanjutnya persaman tersebut diasosiasikan kedalam persamaan multiple regresi linier dengan persamaan :
Y = bo X1b1X2 b2eμ Selanjutnya persamaan tersebut ditransformasikan menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi :
Log Y = Log b0 + b1 Log X1 + b2 Log X2 + ε Log Y
= Produksi (Kg)
Log b0
= Konstanta
b1,b2
= Koefisien regresi masing-masing variabel
X1
= Modal kerja (Rupiah)
X2
= Jumlah Tenaga kerja (Orang)
Є
= Error
Pengujian model Analisis data diikuti dengan melakukan uji statistik. Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara individu dan secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Pengujian secara individu (Uji t) Uji t dilakukan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel bebas (independen variabel) secara individu terhadap variabel tidak bebas (dependent variabel), dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut (Algifari, 2000) : Hо : βı = 0 (tidak ada pengaruh Xi terhadap Y) Ha : βı ≠ 0 (ada pengaruh terhadap Y) Artinya hipotesis nol (Hо) menyatakan tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis alternatif (Ha) menyatakan ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Jika nilai t hitung > t tabel, pada tingkat kepercayaan 5% hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berarti ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Pengujian berganda (F test) Uji F dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas (independen variabel) secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (dependent variabel). Uji F dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut (Algifari, 2000) : Hо : βı = β2.....βκ = 0 (tidak ada pengaruh Xı,X2,.....,Xκ terhadap Y). Ha : βı ≠ β2....βκ ≠ 0 (ada pengaruh Xı,X2,.....,Xκ terhadap Y, paling sedikit ada satu X yang mempengaruhi Y).
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Artinya hipotesis nol (Hо) menyatakan tidak ada pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis alternatif (Ha) menyatakan ada pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Jika nilai F hitung > F tabel, pada tingkat kepercayaan 5% hipotesis nol ditolak.
Uji R2 Nilai R2 (koefisien determinasi) menunjukkan seberapa besar variasi-variasi variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Nilai ini berkisar antara nol dan satu( 0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin besar nilai R2 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi-variasi variabel independen. Analisis pengolahan data tersebut di atas menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Studies (SPSS/PC) for Windows 13,00.
Pendapatan pengusaha industri kecil pangan Untuk mengetahui pendapatan pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin adalah dengan melihat keuntungan yang diperoleh oleh para pengusaha industri kecil pangan dapat dilihat dengan menggunakan formula sebagai berikut (Sukirno, 2005):
TR = P x Q
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
TR
=
Total Revenue (seluruh jumlah pendapatan yang diterima oleh perusahaan)
P
=
Price (harga)
Q
=
Quantity (kuantitas)
3.5 Definisi Operasional 1.
Industri kecil adalah kelompok industri kecil pangan yakni usaha pengolahan makanan dan minuman (unit).
2.
Pendapatan adalah nilai omzet (hasil penjualan) yang diperoleh pengusaha industri kecil pangan (rupiah)/bulan.
3.
Produksi adalah jumlah barang yang dihasilkan oleh industri kecil pangan (Kilogram, Potong, Bungkus, Buah) dikonversikan kedalam bentuk Kilogram.
4.
Modal kerja adalah jumlah modal yang diinvestasikan pada industri kecil pangan dalam kegiatan proses produksi berupa penyediaan bahan baku, biaya tenaga kerja dan sebagainya baik tunai maupun tidak tunai (rupiah).
5.
Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang berada di industri kecil pangan (orang).
6.
Pengembangan Wilayah adalah terjadinya peningkatan produksi usaha industri kecil pangan yang selanjutnya berdampak bagi peningkatan pendapatan masyarakat (usaha industri kecil pangan), penyerapan tenaga kerja dan pemasaran hasil produk sehingga melalui indikator ini dapat diketahui peningkatan kesejahteraan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Merangin dan Kecamatan Bangko 4.1.1 Kondisi Umum Kabupaten Merangin dan Kecamatan Bangko Secara geografis Kabupaten Merangin merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jambi yang terletak di antara 101°32’11”−102°50’00” Bujur Timur dan 1°28’23”−1°52’00” Lintang Selatan. Kabupaten Merangin memiliki luas wilayah sebesar 7.679 Km². Secara administratif Kabupaten Merangin terbagi atas 9 wilayah kecamatan, di mana kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Jangkat yaitu 1.616 Km² dan wilayah kecamatan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Tabir Selatan yaitu 1.232 Km². Kabupaten Merangin merupakan kabupaten yang dilewati oleh jalur jalan lintas sumatera bagian barat sehingga dapat dengan mudah untuk mengakses ke wilayah ini. Sebelah utara Kabupaten Merangin berbatasan dengan Kabupaten Bungo, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kerinci dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Untuk wilayah Kecamatan Bangko, secara geografis terletak antara 102°10’21” Bujur timur dan 2°15’26” Lintang selatan dan secara administratif sebelah utara Kecamatan Bangko mempunyai batas wilayah dengan Kecamatan Tabir, sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Muara Siau, sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Pamenang dan sebelah barat berbatas dengan Kecamatan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Sungai Manau. Wilayah Kecamatan Bangko merupakan salah satu kecamatan di antara 9 (sembilan) kecamatan yang ada di Kabupaten Merangin dan merupakan Ibukota dari Kabupaten Merangin sehingga dapat dikatakan bahwa Kecamatan Bangko merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan di wilayah Kabupaten Merangin. Kecamatan Bangko terdiri atas 4 (empat) kelurahan dan 23 (dua puluh tiga) desa dengan luas wilayah 697 Km² atau 9,08% dari luas wilayah Kabupaten Merangin secara keseluruhan. Adapun luas wilayah per kelurahan dan desa terhadap luas wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.1. di bawah ini:
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Bangko per Kelurahan dan Desa
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KELURAHAN/DESA
Luas (Ha)
Pasar Atas Bangko 1.000 Pasar Bangko 100 Dusun Bangko 4.100 Pematang Kandis 1.000 Aur berduri 2.800 Baru Nalo 4.200 Bedeng Rejo 2.400 Biuku Tanjung 2.700 Danau 2.700 Mudo 2.700 Kungkai 4.600 Langling 2.600 Lubuk Gaung 3.100 Mentawak 2.300 Nalo Gedang 3.600 Pulau Baru 3.000 Pulau Rengas 4.200 Rantau alai 1.900 Salam Buku 2.300 Sungai Ulak 2.800 Tambang Nibung 2.600 Telun 2.500 Titian Teras 3.000 Sungai Putih 1.900 Bukit Beringin 1.900 Sungai Kapas 2.600 Kdr. Panjang 1.100 Jumlah 69.700 Sumber : Kantor Camat Bangko, Tahun 2007
Persentase Terhadap Luas Kecamataan (%) 1,43 0,14 5,88 1,43 4,02 6,03 3,44 3,87 3,87 3,87 6,60 3,73 4,45 3,30 5,16 4,30 6,03 2,73 3,30 4,02 3,73 3,59 4,30 2,73 2,73 3,73 1,58 99,99
Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa Desa Kungkai merupakan desa terluas di Kecamatan Bangko dengan luas wilayah 4.600 Ha atau 6,03 % terhadap luas Kecamatan Bangko secara keseluruhan dan desa yang memiliki luas wilayah paling
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
kecil adalah Kelurahan Pasar Bangko dengan luas wilayah 100 Ha atau 0,14 % dari luas Kecamatan Bangko secara keseluruhan. Wilayah Kecamatan Bangko memiliki ketinggian sebagai tempat pusat pemerintahan wilayah kecamatan dari permukaan laut yaitu 87 m dengan suhu maximum 37°C dan suhu minimum 22°C. Bentuk wilayah Kecamatan Bangko memiliki klasifikasi kemiringan lereng dan bentuk wilayah yang bervariasi. Daerah yang tergolong datar sampai berombak di Kecamatan Bangko yaitu sebesar 33 % atau 231 Km², daerah yang tergolong berombak sampai berbukit yaitu 45 % atau 315 Km² dan daerah yang tergolong Berbukit sampai bergunung yaitu 22 % atau 149 Km². Secara keseluruhan bentuk wilayah Kecamatan Bangko tergolong berombak sampai berbukit dengan jumlah hari dengan curah hujan terbanyak sebanyak 73 hari dan banyaknya curah hujan 75 mm/th sehingga dengan keadaan wilayah seperti ini Kecamatan Bangko lebih sejuk jika dibandingkan dengan Ibukota Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Jambi.
4.1.2. Penduduk Jumlah penduduk merupakan salah satu potensi bagi pengusaha industri kecil untuk memasarkan produknya guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin meningkat jumlah penduduk di wilayah ini, maka akan meningkatkan kebutuhan akan barang dan jasa dan salah satu pihak yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah industri kecil khususnya industri kecil pangan. Pada tabel
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
4.2 di bawah ini dapat dilihat perkembangan penduduk Kabupaten Merangin selama tujuh tahun terakhir. Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Merangin Menurut Kecamatan Pada Tahun 2000 – 2006 No
Kecamatan 2000
2001
2002
Tahun 2003
2004
2005
2006
1
Jangkat
17.261
17.648
17.769
18.514
18.143
16.102
16.216
2
Muara Siau
21.521
21.772
22.657
23.607
24.929
14.615
15.875
3
Lembah Masurai
-
-
-
-
-
12.441
14.492
4
Pamenang
52.170
52.764
54.230
56.506
56.561
57.898
58.718
5
Bangko
54.161
50.470
55.191
57.507
59.768
58.923
61.374
6
Sungai Manau
23.356
22.361
23.395
24.377
25.142
24.976
27.069
7
Tabir
85.734
71.371
73.260
76.334
75.945
56.403
57.081
8
Tabir Ulu
-
13.840
14.290
14.890
15.046
15.256
15.740
9
Tabir Selatan
-
-
-
-
-
21.811
22.731
Merangin
254.203
250.226
260.792
271.735
275.534
278.425
289.296
Sumber : Merangin dalam Angka, Tahun 2002 – 2006 Catatan : Tanda (-) adalah Kecamatan belum pemekaran Dari Tabel 4.2 di atas, terlihat selama periode 2000 – 2006, jumlah penduduk Kabupaten Merangin berjumlah sebanyak 289.296 orang pada tahun 2006, sedangkan jumlah penduduk tahun 2000 untuk Kabupaten Merangin sebanyak 254.203 orang. Selama kurun waktu 2000 – 2006 terjadi pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,01%. Pada tahun 2000 Kecamatan Tabir tercatat sebagai daerah yang memiliki penduduk terbanyak mencapai 85.734 jiwa, kedua terbanyak adalah Kecamatan Bangko 54.161 jiwa. Daerah yang memiliki paling sedikit adalah Kecamatan Muara
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Siau sebanyak 21.521 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2006, terjadi pergeseran di mana Keccamatan Bangko tercatat sebagai daerah yang memilki penduduk terbanyak yakni 61.374 jiwa dan kedua terbanyak adalah Kecamatan Pamenang sebanyak 58.718 jiwa sedangkan daerah yang memilki penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Lembah Masurai sebanyak 14.492 jiwa. Dari sembilan wilayah kecamatan terdapat tiga wilayah pemekaran yaitu Kecamatan Tabir Ulu, Kecamatan Lembah Masurai dan Kecamatan Tabir Selatan. Pemekaran wilayah Kecamatan Tabir Ulu merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Tabir tahun 2001, sehingga data penduduk pada tahun 2001 belum tersedia. Begitu juga dengan wilayah Kecamatan Lembah Masurai adalah pemekaran dari Kecamatan Muara Siau dan Kecamatan Tabir selatan adalah wilayah pemekaran dari Kecamatan Tabir dan Kecamatan Tabir Ulu yang terbentuk pada tahun 2005, sehingga data sebelum tahun 2005 belum tersedia. Kemudian dilihat dari segi kepadatan penduduk tahun 2005, maka kepadatan rata-rata per Km2 menurut kecamatan untuk wilayah Kabupaten Merangin adalah Kecamatan Jangkat 9,96/Km2, Kecamatan Muara Siau 14,81/Km2, Kecamatan Lembah Masurai 18,30/Km2, Kecamatan Pamenang 87,12/Km2, Kecamatan Bangko 84,54/Km2, Kecamatan Sungai Manau 20,27/Km2, Kecamatan Tabir 70,25/Km2, Kecamatan Tabir Ulu 18,86/Km2 dan Kecamatan Tabir Selatan 114,79/Km2. Untuk jumlah penduduk Kecamatan Bangko hingga akhir tahun 2006 adalah sebanyak 62.374 jiwa di mana jumlah penduduk ini tersebar kedalam 4 (empat) kelurahan dan 23 (dua puluh tiga) desa dengan perincian sebagi berikut :
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Bangko per Kelurahan dan Desa Tahun 2006 NO
KELURAHAN/DESA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Pasar Atas Bangko Pasar Bangko Dusun Bangko Pematang Kandis Aur berduri Baru Nalo Bedeng Rejo Biuku Tanjung Danau Mudo Kungkai Langling Lubuk Gaung Mentawak Nalo Gedang Pulau Baru Pulau Rengas Rantau alai Salam Buku Sungai Ulak Tambang Nibung Telun Titian Teras Sungai Putih Bukit Beringin Sungai Kapas Kdr. Panjang Jumlah
Jumlah Kepala Keluarga
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1.242 562 1.653 3.242 238 289 262 330 243 183 832 647 443 282 296 452 820 362 204 631 268 204 263 476 614 1.067 127 16.232
4.888 2.419 7.115 11.369 962 1.026 969 1.288 894 740 3.167 2.052 1.551 1.135 910 1.469 3.178 1.548 772 2.539 862 856 811 1.902 2.260 4.134 558 61.374
Sumber : Kantor Camat Bangko, Tahun 2006 Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa Kelurahan Pasar Atas Bangko memiliki jumlah penduduk terbanyak yakni 4.888 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.242 KK sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Kederasan Panjang dengan jumlah penduduk 558 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 127 KK.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
4.1.3. Kondisi Perekonomian Kabupaten Merangin Perekonomian Kabupaten Merangin secara umum didominasi oleh sektor pertanian, perdagangan dan sektor jasa. Sedangkan sektor lainnya merupakan sektor penunjang. Sektor industri merupakan sektor penunjang namun kalau dilihat kontribusinya terhadap perekonomian tidak berbeda jauh dengan sektor penunjang lainnya dan mengalami pertumbuhan yang positif secara sektoral dari tahun ke tahun. Berikut dapat dilihat perkembangan PDRB Kabupaten Merangin berdasarkan kontribusi sektoral. Kontribusi sektoral per sektor selama tahun 2003 – 2006 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Merangin menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 – 2006, berdasarkan harga konstan tahun 2000 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air minuman Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan, Pos dan Telekomunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
2003
2004
2005
2006
55.45
53.75
53.08
52.00
1.68 4.27 0.29 5.28 14.64 4.33
2.05 4.41 0.32 6.51 14.60 4.40
2.12 4.14 0.31 7.47 14.69 4.59
2.42 4.12 0.41 6.99 15.71 4.52
3.64
3.69
3.50
3.82
7.33 100
7.27 100
7.15 100
7.10 100
Sumber : PDRB Kabupaten Merangin 2003 – 2006, Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa struktur perekonomian Kabupaten Merangin masih didominasi oleh sektor pertanian sekaligus menggambarkan bahwa Kabupaten Merangin merupakan daerah agraris. Selama kurun waktu 2003 – 2006
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa. Dan sektor yang paling kecil kontribusinya terhadap PDRB adalah sektor listrik, gas dan air minum. Pada tahun 2003 sekotr pertanian memberikan kontribusi sebesar 55,45 % dan diikuti oleh sektor perdaganangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Merangin sebesar 14,64 % dan sektor jasa-jasa sebesar 7,33 %. Sektor yang memberikan kontribusi paling kecil terhadap PDRB Kabupaten Merangin adalah sektor listrik, gas dan air minum sebesar 0,29 %. Pada tahun 2006 sektor pertanian mulai mengalami perubahan kontribusi terhadap perekonomian yaitu semakin menurunnya kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB Kabupaten Merangin sebesar 52 %. Sektor yang mengalami pertumbuhan yang cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 15,71 % diikuti oleh sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 3.82 % dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,42 %. Sementara pada tahun 2006 sektor listrik, gas dan air minum tetap merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil terhadap PDRB Kabupaten Merangin. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Merangin yang ditunjukkan oleh PDRB atas harga konstan 2000 dalam tahun 2003 – 2006 mengalami pertumbuhan yang positif yaitu 3,39 % pada tahun 2003 menjadi 5,19 % pada tahun 2006. Hal ini disebabkan karena membaiknya perekonomian Indonesia di antaranya pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi berupa promosi investasi sektor swasta dengan memberikan kemudahan-kemudahan terutama dalam perizinan di bidang penanaman
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
modal baik itu yang dilakukan oleh swasta didalam negeri ataupun dari luar negeri sehingga berdampak positif terhadap kegiatan ekonomi di daerah, seperti yang disajikan pada Tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merangin Tahun 2003 – 2006, berdasarkan harga konstan tahun 2000 No
Tahun
PDRB (Rp)
Pertumbuhan (%)
1
2003
771.010,06
3.93
2
2004
809.363,10
4.97
3
2005
850.819,76
5.12
4
2006
894.983,63
5.19
Sumber : Merangin dalam Angka, Tahun 2006
4.1.4. Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan bangko Kondisi sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Bangko dapat dilihat dari jenis pekerjaan, kondisi sarana pendidikan dan kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang kemudian diuraikan pada pembahasan berikut ini.
1. Jenis Pekerjaan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tabel 4.6. Banyaknya Lapangan Usaha Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Bangko Tahun 2006
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KELURAHAN/ DESA
Pasar Atas Bangko Pasar Bangko Dusun Bangko Pematang Kandis Aur berduri Baru Nalo Bedeng Rejo Biuku Tanjung Danau Mudo Kungkai Langling Lubuk Gaung Mentawak Nalo Gedang Pulau Baru Pulau Rengas Rantau alai Salam Buku Sungai Ulak Tambang Nibung Telun Titian Teras Sungai Putih Bukit Beringin Sungai Kapas Kdr. Panjang Jumlah Persentase
Lapangan Usaha Kepala Keluarga Pertanian Perdagangan Pegawai Pegawai dan Negeri Swasta Perkebunan
Jumlah KK
102
366
642
132
1.242
64 306 113 134 152 139 166 132 82 384 144 165 113 126 177 407 156 138 246 124 106 145 260 356 688 79 5.314 32,74
108 397 736 22 37 46 57 23 23 157 82 74 52 34 99 115 84 22 97 52 28 51 67 79 116 9 3.033 18,69
173 371 1.343 33 22 38 58 21 32 114 84 107 27 18 80 119 38 8 105 28 12 18 38 71 118 6 3.721 22,92
217 579 940 49 78 39 49 67 46 177 337 97 90 118 96 182 84 36 183 64 58 49 111 108 145 33 4.164 25,65
562 1.653 3.242 238 289 262 330 243 183 832 647 443 282 296 452 820 362 204 631 268 204 263 476 614 1.067 127 16.232 100
Sumber : Kantor Camat Bangko, Tahun 2006
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa jenis pekerjaan menurut lapangan usaha kepala keluarga di Kecamatan Bangko didominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan sebanyak 32,74 % dengan jumlah kepala keluarga 5.314 KK, hal ini dikarenakan masih banyaknya penggunaan lahan di Kecamatan Bangko terutama pada daerah pedesaan yang diperuntukkan bagi persawahan, perkebunan terutama bagi perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet. Untuk pekerjaan disektor perdagangan di Kecamatan Bangko terdapat sebanyak 3.033 KK atau 18,69 %, pegawai negeri sebanyak 3.721 KK atau 22,92 % dan pegawai swasta sebanyak 4.164 KK atau 25,65 %, hal ini disebabkan karena Kecamatan Bangko sebagai ibu kota Kabupaten Merangin yang merupakan daerah berkembang sekaligus sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan sehingga membutuhkan sejumlah tenaga kerja di bidangnya. Tenaga kerja tersebut bekerja pada bidang pemerintahan sebagai pegawai negeri dan sektor ekonomi sebagai pedagang dan pegawai swasta, sehingga dengan alasan jarak tempuh tidak terlalu jauh dengan tempat kerjanya maka banyak penduduk berdomisili di Kecamatan Bangko.
2. Kondisi Sarana Pendidikan Untuk meningkatkan pembinaan pembangunan masyarakat di bidang pendidikan, di Kecamatan Bangko memiliki fasilitas pendidikan baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini tidak terlepas dari salah satu program pokok pembangunan Kabupaten Merangin yaitu meningkatkan pembangunan sektor pendidikan formal mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
dan pendidikan non formal berupa pendidikan dan latihan berbagai bidang pengetahuan keterampilan yang diperlukan untuk pembangunan serta pembinaan generasi muda dan generasi yang sehat jasmani dan rohani. Fasilitas pendidikan, jumlah murid, jumlah mahasiswa dan jumlah guru atau dosen dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7. Banyaknya Fasilitas Pendidikan, Murid/Mahasiswa dan Guru/Dosen Di Kecamatan Bangko Tahun 2006
No 1 2
Nama Fasilitas Pendidikan
Murid/ Jumlah Mahasiswa Fasilitas Pendidikan (Orang) (Unit) 5 717 92 11.616 58 8.291 1 79 33 3.246 15 2.832
Taman Kanak-kanak (TK) Sekolah Dasar (SD) a. SD Negeri b. MIN c. MIS 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) a. SLTP Negeri 8 b. SLTP Swasta 3 c. MTs Negeri 1 d. MTs Swasta 3 4 Sekolah Lanjutan Tingkat 10 Atas (SLTA) a. SLTA Negeri 3 b. SLTA Swasta c. SMK Negeri 2 d. SMK Swasta 2 e. MAN 1 f. MAS 2 5 Perguruan Tinggi (PT) 3 Jumlah 121 Sumber : Merangin dalam Angka, Tahun 2006
Guru/Dosen (Orang) 100 646 469 47 130 318
1.612 180 549 491 3.654
214 44 30 30 243
1.412
103
1.261 307 496 178 2.350 21.169
78 19 27 16 123 1.430
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diketahui informasi bahwa pada tahun 2006 jumlah taman kanak-kanak hanya sebanyak 5 unit dengan jumlah muridnya sebanyak 717 orang dan dengan tenaga pengajar sebanyak 100 orang. Di Kecamatan Bangko banyaknya penduduk usia wajib belajar 7 – 12 tahun sebanyak 11.616 orang dengan jumlah fasilitas pendidikan sekolah dasar negeri maupun swasta sebanyak 15 unit dan jumlah guru sebanyak 646 orang. Untuk sekolah lanjutan tingkat pertama negeri dan swasta sebanyak 15 unit dengan jumlah murid sebanyak 2.832 orang dan jumlah guru sebanyak 318 orang. Pada saat ini pada sekolah lanjutan tingkat atas baik itu negeri ataupun swasta, di Kecamatan Bangko terdapat 10 unit dengan jumlah murid sebanyak 3.654 orang dan jumlah tenaga pengajar 243 orang. Di Kecamatan Bangko sekarang terdapat 3 unit perguruan tinggi swasta yang berada di bawah yayasan yakni Sekolah Tinggi Kejuruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bangko, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bangko dan Akademi Kebidanan (AKBID) Bangko dengan jumlah mahasiswa sebanyak 2.350 orang dan jumlah dosen sebanyak 123 orang.
3. Kondisi Sarana Kesehatan Kecamatan Bangko telah memiliki berbagai sarana kesehatan disetiap kelurahan dan desa di antaranya terdapat 2 unit Rumah Sakit yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kolonel Abundjani yang terletak di Kelurahan Pematang Kandis dan Rumah Sakit Detasemen Keresidenan Tentara (RS DKT) yang terletak di Kelurahan Pasar Atas, terdapat 2 unit puskesmas dan 14 unit puskesmas pembantu. RSUD dan RS DKT yang terletak di Kecamatn Bangko memiliki dokter umum,
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
dokter spesialis dan dokter gigi sebanyak 17 orang, apoteker, asisten apoteker, administrator kesehatan, teknis elektro medis dan analisis kesehatan sebanyak 40 orang serta tenaga kesehatan perawat, bidan, sanitarian, penata gizi dan sarjana kesehatan sebanyak 137 orang seperti yang terlihat pada tabel 4.8 dan 4.9 berikut ini. Tabel 4.8. Banyaknya Sarana Kesehatan di Kecamatan Bangko Tahun 2006 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KELURAHAN/ DESA Pasar Atas Bangko Pasar Bangko Dusun Bangko Pematang Kandis Aur berduri Baru Nalo Bedeng Rejo Biuku Tanjung Danau Mudo Kungkai Langling Lubuk Gaung Mentawak Nalo Gedang Pulau Baru Pulau Rengas Rantau alai Salam Buku Sungai Ulak Tambang Nibung Telun Titian Teras Sungai Putih Bukit Beringin Sungai Kapas Kdr. Panjang Jumlah
Jenis Sarana Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu (Unit) (Unit) (Unit) 1 1 2
1 1 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
Sumber : Kantor Camat Bangko, Tahun 2006 Tabel 4.9. Banyaknya Tenaga Kesehatan di RSUD dan RS DKT Menurut Jenis Keahlian Tahun 2006
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
RSUD (Orang) 1 Dokter Umum 10 2 Dokter Spesialis 5 3 Dokter Gigi 2 4 Apoteker 1 5 Administrator Kesehatan 3 6 Perawat 88 7 Bidan 16 8 Sanitarian 8 9 Penata Gizi 3 10 Sarjana Kesehatan 3 11 Teknis Elektromedis 1 12 Asisten Apoteker 7 13 Analisis Kesehatan 5 14 Lainnya 101 Jumlah 253 Sumber : Merangin dalam Angka, Tahun 2006 NO
Jenis Keahlian
RS DKT (Orang) 1 19 1 21 5 47
Jumlah (Orang) 10 5 2 1 4 107 16 8 3 3 1 8 26 106 300
Dari Tabel 4.8 dan 4.9 di atas menunjukkan bahwa sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan sudah cukup memadai, hal ini tidak terlepas dari Kecamatan Bangko sebagai ibu kota Kabupaten Merangin yang merupakan harapan masyarakat Kabupaten Merangin umumnya dan masyarakat Kecamatan Bangko khususnya untuk dapat meningkatkan program-program pemerintah menuju kepada masyarakat Indonesia yang sehat.
4.2. Karakteristik Responden
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Dari hasil pengamatan di lapangan terhadap responden dalam penelitian ini yang terdiri dari 31 pengusaha usaha industri kecil pangan yang ada di Kecamatan Bangko maka diperoleh beberapa karakteristik responden yang berhubungan dengan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko. Analisis yang dilakukan pada bagian ini adalah menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan distribusi tabel frekuensi yang mentabulasikan aspek-aspek karakteristik tersebut. Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.2.1. Umur Analisa responden berdasarkan kelompok umur adalah bertujuan untuk membedakan apakah responden berada pada kelompok umur produktif atau kelompok umur non produktif. Hal ini berkaitan dengan tingkat produktivitas responden untuk mengembangkan usaha industri kecil pangannya. Komposisi responden berdasarkan umur, secara umum berkisar antara kurang dari 30 tahun hingga berumur lebih dari 60 tahun seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Grafik: Umur Pengusaha Industri Kecil Pangan Di Kecamatan Bangko 40
38.71
35 Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008 30 25.81
25
22.58
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Gambar 4.1. Grafik Umur Pengusaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Dari Gambar grafik 4.1 di atas terlihat bahwa pengelompokkan umur berdasarkan umur paling tinggi dan paling rendah menunjukkan bahwa umur responden sangat bervariasi namun secara umum responden yang berada pada kelompok umur 30 – 39 tahun adalah sebanyak 38,71 % dan 3,23 % responden berada pada kelompok umur di atas 60 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa umur para pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko rata-rata berada pada tingkat umur yang produktif yaitu kelompok umur yang berumur antara 30 – 60 tahun yang mencapai 87,1 %.
4.2.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan bertujuan untuk melihat kualitas dan produktivitas dari responden itu sendiri, semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas dan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
produktivitas responden juga akan semakin membaik. Tingkat pendidikan juga berhubungan positif dengan status sosial dan tingkat pendapatan. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan, secara umum adalah berada pada tingkat tidak sekolah hingga Strata-1, seperti tertera pada gambar berikut.
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Gambar 4.2. Grafik Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko
Dari Gambar grafik di atas diketahui bahwa responden yang berpendidikan SLTA mempunyai persentase paling besar yaitu 38,71 % dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Kemudian diikuti oleh responden yang berpendidikan SLTP sebesar 25,81 %, SD sebesar 16,13 %, Strata-1 9,68 %, D3 sebesar 6,45 % dan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
tidak sekolah sebesar 3,23 %. Banyaknya responden yang berpendidikan SLTA dikarenakan oleh usaha industri kecil pangan merupakan usaha yang hanya membutuhkan keahlian sederhana saja dan turun temurun yang hanya cukup didapat pada pendidikan informal saja sehingga tidaklah perlu membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi. Tetapi menurut Tambunan (2002) pendidikan pengusaha merupakan salah satu unsur yang dapat merubah pola fikir, wawasan serta memudahkan pengusaha menyerap informasi yang sifatnya membawa pembaharuan dan kemajuan bagi usahanya. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan manajemen pengusaha usaha industri kecil pangan karena pendidikan berkaitan dengan kemampuan berfikir dan memahami kondisi usahanya. Tingkat kemampuan manajemen pengusaha usaha industri kecil pangan dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah daerah baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya yang diharapkan nantinya para pengusaha mempunyai kemampuan yang cukup dalam pengembangan usahanya.
4.2.3. Pengalaman Kerja Komposisi responden berdasarkan pengalaman kerja secara umum berkisar di atas satu tahun hingga di atas lima tahun seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Grafik: Pengalaman Kerja Pengusaha Industri Kecil Pangan Di Kecamatan Bangko 50 45.16
Arzalvery Agus 45 : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008 40 35
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Gambar 4.3. Grafik Pengalaman Kerja Pengusaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Dari Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko telah memiliki pengalaman kerja selama 5 tahun sebanyak 45,16 %, di atas 5 tahun sebanyak 25,81 %, 1 s/d < 3 tahun sebanyak 22,58 % dan 0 s/d 1 tahun sebanyak 6,54 %, hal ini menunjukkan bahwa responden tersebut telah cukup untuk memahami kondisi usaha industri kecil pangannya. 4.2.4. Tanggungan Keluarga Komposisi responden berdasarkan tanggungan keluarga secara umum adalah 1 hingga di atas 5 orang seperti tertera pada gambar di bawah ini.
Grafik: Tanggungan Keluarga Pengusaha Industri Kecil Pangan Di Kecamatan Bangko 50
48.39
45 40 35 Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 29.03 USU e-Repsoitory © 2008 30 25
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Gambar 4.4. Grafik Tanggungan Keluarga Pengusaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Dari Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa secara umum jumlah tanggungan keluarga tidak begitu memberatkan, 48,39 % responden berada pada tingkat tanggungan 2 – 3 orang dan 29,03 % dengan tingkat tanggungan 4 – 5 orang. Pada umumnya responden yang memiliki tanggungan 4 – 5 orang dan di atas 5 orang adalah selain memiliki keluarga sendiri, responden juga memiliki tenaga kerja berasal dari kalangan keluarga sendiri yang bertempat tinggal dirumah responden. 4.3. Gambaran Keberadaan Usaha Industri Kecil Pangan Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Gambaran perkembangan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dilihat dari status responden, status kepemilikian modal, jumlah tenaga kerja, struktur permodalan, sumber bahan baku dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengusaha industri kecil pangan dalam memilih lokasi tempat berusaha. Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
4.3.1. Status Kepemilikan Usaha Status responden usaha industri kecil pangan umumnya adalah sebagai pemilik dan manajer seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Responden NO
Status Responden
1 2
Pemilik dan manajer Manajer Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007
Jumlah Responden (Org) 27 4 31
Persentase (%) 87,1 12,9 100
Dari Tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa responden merupakan pemilik sekaligus sebagai manajer usaha industri kecil pangan sebanyak 27 responden atau 87,1 % dibandingkan sebagai manajer yaitu sebanyak 4 responden atau 12,9 %. Hal ini disebabkan karena dalam pengelolaannya usaha industri kecil pangan merupakan usaha yang masih dalam skala kecil sehingga pemilik terjun langsung dalam mengatur dan mengurus usahanya sendiri. Untuk status responden sebagai manajer umumnya telah memiliki kemampuan manajemen terutama dalam sistem pembukuan walaupun belum memenuhi kaidah administrasi pembukuan standar sehingga antara pemilik dan manajer merupakan hubungan kerja di mana manajer bertanggungjawab secara langsung kepada pemilik terhadap usaha yang dikelolanya melalui laporan kerja bulanan.
4.3.2. Status Kepemilikan Modal
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Komposisi responden dalam status kepemilikan modal yaitu modal sendiri, meminjam atau kredit dan kombinasi antara modal sendiri dengan meminjam terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Kepemilikan Modal NO Status Kepemilikan Modal Jumlah Responden Persentase (Org) (%) 1 Modal Sendiri 18 58,06 2 Meminjam/Kredit 9 29,03 3 Modal Sendiri dan Meminjam 4 12,9 Jumlah 31 100 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa status kepemilikan modal usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko didominasi oleh modal sendiri yaitu sebesar 58,06 %, kemudian diikuti meminjam sebesar 29,03 % dan kombinasi antara modal sendiri dengan meminjam sebesar 12,9 %. Hal ini dikarenakan bahwa usaha tersebut masih dalam skala kecil dan juga responden hanya memiliki jumlah modal yang masih relatif kecil sehingga dalam menjalankan proses produksinya tidak memerlukan modal yang besar. Untuk responden dengan status kepemilikan modal meminjam umumnya responden meminjam pada kerabat dekat keluarga yang tidak dikenakan bunga pinjaman. Pada penelitian ini dijumpai juga responden yang meminjam pada lembaga keuangan mikro formal seperti Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jambi yang menyalurkan kredit pembiayaan mikro dan koperasi kepada pengusaha usaha industri kecil pangan. Pada umumnya responden yang meminjam pada lembaga keuangan mikro tersebut adalah usaha industri kecil pangan yang telah
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
memiliki Surat Izin Usaha Industri (SIUI) yang merupakan salah satu syarat dari pihak bank untuk dapat memberikan kreditnya disamping agunan. Beberapa alasan yang menyebabkan responden belum memanfaatkan fasilitas kredit dari lembaga keuangan mikro adalah tingkat bunga yang masih relatif tinggi, tidak memiliki angunan dan memerlukan prosedur administrasi yang cukup panjang. Oleh karena itu para pengusaha industri kecil pangan harus memahami bahwa aspek permodalan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terhadap perkembangan usaha dalam meningkatkan produktivitasnya.
4.3.3. Jumlah Tenaga Kerja Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja NO Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Persentase (Orang) Responden (Org) (%) 1 1–3 4 12,90 2 4–6 17 54,84 3 7–9 10 32,26 Jumlah 31 100 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 4.16 di atas terlihat bahwa usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko yang memiliki jumlah tenaga kerja 4 – 6 orang sebanyak 17 responden atau 54,84 % diikuti oleh jumlah tenaga kerja 7 – 9 orang sebanyak 10 responden atau 32,26 % dan jumlah tenaga kerja 1 – 3 orang sebanyak 4 responden atau 12,90 %. Untuk usaha industri kecil pangan dengan jumlah tenaga kerja di atas 10 orang di Kecamatan Bangko berdasarkan hasil kuisioner belum dijumpai hal ini dikarenakan masih relatif kecil usaha yang dijalankan responden dalam menjalankan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
proses produksinya. Dalam proses penyerapan tenaga kerja, industri kecil pangan ini yang memiliki tahapan proses produksi yang cukup panjang seperti pada industri kecil pangan tahu, tempe, keripik pisang, keripik ubi dan kerupuk memerlukan tenaga kerja yang cukup di mana umumnya tenaga kerja yang terserap berasal dari anggota keluarga sendiri dengan alasan untuk memperbaiki taraf kehidupan keluarga yang belum memiliki pekerjaan tetap dan upah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh. Proses produksi tersebut dimulai dari pengambilan bahan baku, pemilahan dan pemotongan bahan baku, pembuatan dasar bahan komoditi, penjemuran, penggorengan, pengepakan atau pengemasan hingga pemasaran yang memerlukan keahlian tersendiri.
4.3.4. Struktur Permodalan Usaha Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha industri kecil pangan dalam menjalankan proses produksinya. Usaha industri pangan yang merupakan industri pengolahan yang mengolah bahan mentah baik itu yang bentuknya padat ataupun cair menjadi bahan makanan dan minuman yang siap untuk dikonsumsi modal usaha merupakan prioritas yang harus dipersiapkan. Modal usaha merupakan modal kerja yang digunakan oleh para pengusaha industri kecil pangan berupa biaya yang dikeluarkan dalam proses
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
produksi misalnya untuk pembelian bahan baku dan upah tenaga kerja. Berikut di bawah ini disajikan tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan struktur permodalan modal kerja. Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Struktur Permodalan Modal Kerja NO
Struktur Permodalan Jumlah Modal Kerja Responden (Org) (Rp.000) 1 < 3.000 1 2 3.001 – 6.000 11 3 6.001 – 9.000 10 4 9.001 – 12.000 6 6 > 12.001 3 Jumlah 31 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007
Persentase (%) 3,23 35,48 32,26 19,35 9,68 100
Dari Tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa modal kerja yang digunakan oleh para pengusaha industri kecil pangan lebih banyak berkisar antara Rp. 3.001.000,- juta sampai dengan Rp. 6.000.000,- sebanyak 11 responden atau sebesar 35,48 %, modal kerja yang digunakan oleh responden antara Rp. 6.001.000,- sampai dengan Rp. 9.000.000,- sebanyak 10 responden atau 32,26 % dan untuk penggunaan modal kerja yang paling sedikit adalah di bawah Rp. 3.000.000,- sebanyak 1 responden atau sebesar 3,23 %. Kurangnya modal kerja usaha kecil pada umumnya dikarenakan oleh industri kecil merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan pada modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas sementara dengan pendapatan yang didapat akan dijadikan kembali sebagai modal usaha. Sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
4.3.5. Sumber Bahan Baku Sumber bahan baku sangat mementukan bagi kelangsungan proses produksi untuk menghasilkan sejumlah hasil produksi. Pada umumnya usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko mengolah bahan baku menjadi bahan jadi yang berupa panganan dan siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. Sumber bahan baku untuk usaha industri kecil pangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Bahan Baku NO 1 2 4
Sumber Bahan Baku Jumlah Responden (Org) Lokal 16 Luar Daerah 4 Lokal dan Luar Daerah 11 Jumlah 31 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007
Persentase (%) 51,61 12,90 35,48 100
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas menunjukkan bahwa umumnya usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko telah menggunakan sumber bahan baku lokal sebanyak 16 responden atau sebesar 51,61 %, diikuti oleh sumber bahan baku yang berasal dari lokal dan luar daerah sebanyak 11 responden atau sebesar 35,48 % dan usaha industri kecil pangan yang menggunakan sumber bahan baku luar daerah sebanyak 4 responden atau sebesar 12,90 %. Keadaan seperti ini disebabkan Kabupaten Merangin telah mampu memproduksi sebagian besar bahan baku untuk
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
usaha industri kecil pangan khususnya untuk produksi palawija, seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.15. Data Produksi Palawija di Kabupaten Merangin Tahun 2006 No
Jenis Palawija
Produksi Tahun 2006
1
Ubi
6.070 Ton
2
Ketela Rambat
5.470 Ton
3
Kacang Kedelai
228 Ton
4
Kacang Tanah
587 Ton
5
Pisang
6
Kopi
557.544 Ton
7
Aren
25.257 Ton
1.073 Ton
Sumber : Merangin dalam Angka Tahun 2006
4.3.7. Pemasaran Hasil Produksi Salah strategi untuk dapat meningkatkan pendapatan para pengusaha industri kecil pangan adalah dengan memasaran hasil produksi tidak hanya pada wilayah lokal tetapi juga pada wilayah luar daerah. Para pengusaha industri kecil pangan di Kecamatana Bangko umumnya memasarkan hasil produksi pada wilayah lokal dikarenakan produksi yang dihasilkan tidak dapat bertahan lama dan memerlukan biaya yang cukup banyak untuk memasarkannya pada luar daerah. Untuk pemasaran
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
pada luar daerah umumnya usaha industri kecil pangan telah memiliki kemasan sehingga konsumen dari luar daerah tertarik untuk membeli hasil produksi tersebut. Komposisi responden berdasarkan wilayah pemasaran hasil produksi, secara umum adalah berada pada lokal dan luar daerah, seperti tertera pada tabel berikut. Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Wilayah Pemasaran Hasil Produksi NO
Wilayah Pemasaran Hasil Produksi 1 Lokal 2 Luar Daerah 3 Lokal dan Luar Daerah Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007
Jumlah Responden (Org) 19 0 12 31
Persentase (%) 61,29 0 38,71 100
Berdasarkan Tabel 4.19 di atas diketahui bahwa wilayah pemasaran hasil produksi usaha industri kecil pangan masih didominas pada wilayah lokal yaitu sebanyak 19 responden atau sebesar 61,29 % sedangkan untuk wilayah pemasaran lokal dan luar daerah sebanyak 12 responden atau sebesar 38,71 %.
4.4. Pendapatan Pendapatan yang diperoleh oleh para responden pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dalam mengelola usaha industri kecilnya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan besarnya pendapatan tersebut sangat terkait dengan banyaknya jumlah produksi yang dihasilkan dan pemasaran yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil pangan terhadap hasil produksi tersebut. Pendapatan para pengusaha industri kecil pangan pada berdasarkan hasil
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
kuesioner merupakan perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual tiap-tiap komoditi. Pendapatan para pengusaha industri kecil pangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden Besarnya Pendapatan Responden NO 1
Total Pendapatan (Rp.000) < 4.000
Jumlah Responden (Org) 1
Persentase (%) 3,23
2
4.001 – 8.000
11
35,48
3
8.001 – 12.000
12
38,71
4
12.001 – 16.000
2
6,45
5
16.001 – 20.000
4
12,9
6
> 20.001
1
3,23
Jumlah
31
100
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 4.21 di atas terlihat bahwa pendapatan yang diperoleh para pengusaha industri kecil pangan yang paling besar adalah berkisar antara Rp. 8.001.000,- sampai dengan Rp. 12.000.000,- sebanyak 12 responden atau 38,71 % diikuti oleh pendapatan yang berkisar antara Rp. 12.001.000,- sampai dengan Rp. 16.000.000,- sebanyak 11 responden atau sebesar 35,48 %. Sedangkan total pendapatan kurang dari Rp. 4.000.000,- sebanyak 1 responden atau sebesar 3,23 % diikuti total pendapatan sebesar Rp. 20.001.000,- sebanyak 1 responden atau sebesar 3,23 %. Total pendapatan responden pengusaha industri kecil pangan dalam kurun
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
waktu satu bulan berdasarkan kuesioner adalah Rp.314.510.000,- dana rata-rata total pendapatan yang diperoleh responden pengusaha industri kecil pangan dalam kurun waktu satu bulan berdasarkan kuesioner adalah Rp. 10.145.484,-. Dengan demikian dalam kurun waktu satu tahun pengusaha usaha industri kecil pangan memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp. 21.745.808,- sehingga secara keseluruhan pendapatan 102 para pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko sebesar Rp. 12.418.072.420,-. Dengan jumlah dana tersebut diharapkan akan mampu mendorong atau menggerakkan perekonomian daerah khususnya di Kecamatan Bangko, di antaranya diharapkan mampu menggerakkan sektor ritel lainnya, baik berupa produk maupun bentuk jasa lainnya.
4.5. Hasil Produksi Hasil produksi merupakan output bagi usaha industri kecil pangan setelah menjalankan proses produksinya. Hasil produksi yang diperoleh oleh para responden pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dalam mengelola usaha industri kecilnya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan berbagai macam komoditi yang dibuat, sehingga output yang dihasilkan berbagai macam pula. Pada penelitian ini output yang dihasilkan memiliki satuan yang berbeda di antaranya dalam bentuk kilogram, potong, bungkus dan buah sehingga untuk
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
memudahkan dalam perhitungan maka satuan yang berbeda tersebut disamakan atau dikonversikan kedalam bentuk kilogram seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Besarnya Hasil Produksi NO
Hasil Produksi Jumlah Responden (Kg) (Org) 1 < 400 4 2 401 – 800 8 3 801 – 1200 12 4 1201 – 1600 5 6 > 1601 2 Jumlah 31 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007
Persentase (%) 12,9 25,81 38,71 16,13 6,45 100
Berdasarkan Tabel 4.22 di atas, terlihat bahwa hasil produksi industri kecil pangan yang paling besar berkisar antara 801 kg sampai dengan 1200 kg sebanyak 12 responden atau sebesar 38,71 % dan diikuti dengan hasil produksi sebanyak 401 kg sampai dengan 800 kg atau sebesar 25,81 %. Sementara untuk produksi kurang dari 400 kg masih dijumpai sebanyak 4 responden atau sebesar 12,9 %. 4.6. Pengujian Hipotesis 4.6.1. Deskripsi Statistik Pada Bab III telah diuraikan bahwa pendekatan analisis kuantitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu menganalisa pengaruh antar variabel, dengan menggunakan analisis regresi berganda. Untuk menguji hipotesis kedua, analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dan pengaruh antara faktor- faktor produksi terhadap hasil produksi. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin adalah modal kerja (X1) dan tenaga kerja (X2). Untuk mengetahui di mana variabel Xi berpengaruh terhadap Yi dapat dilihat dengan melakukan model sebagai berikut: Y = β0+ β1X1 + β2X2 + є Y
= Produksi (Kg)
βо
= Konstanta
β1, β2 = Koefisien regresi masing-masing variabel X1
= Modal kerja (Rupiah)
X2
= Jumlah Tenaga kerja (Orang)
є
= Error Kemudian, persamaan regresi berganda tersebut ditransformasikan ke dalam
bentuk logaritma, sehingga menghasilkan persaman sebagai berikut:
Log Y = Log βo + β1 Log X1 + β2 Log X2 + ε Ln Y = Produksi (Kg) Ln βо = Konstanta β1, β2 = Koefisien regresi masing-masing variabel Ln X1 = Modal kerja (Rupiah) Ln X2 = Tenaga kerja (Orang) є
= Error
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Dalam penelitian ini akan diuji hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa produksi dipengaruhi oleh variabel-variabel independen sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Untuk pengujian model ini akan dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Studies (SPSS/PC) for Windows 13,00.
4.6.2. Analisis Data Terhadap Pengujian Asumsi Klasik Sebelum melanjutkan analisis data, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap model regresi yang digunakan. Uji asumsi klasik meliputi pengujian normalitas, pengujian heterokseditas dan pengujian multikolineritas. Model regresi yang baik di antaranya adalah bila ia memenuhi pengujian normalitas, bebas dari heterosesdastisitas dan tidak terjadi multikolinearitas.
4.6.2.1. Pengujian Normalitas Pengujian
normalitas
dilakukan
dengan
menggunakan
grafik
yang
menggambarkan distribusi nilai residual variabel dependen dan independen dalam regresi yang akan digunakan. Dari hasil pengujian ini akan diperoleh distribusi residual variabel-variabel yang diteliti. Nilai residual berdistribusi normal apabila titik-titik penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (Santoso,1999). Asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi harus memenuhi asumsi normalitas. Hasil pengujian dengan menggunakan program Statistical Package for Social Studies
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
(SPSS/PC) for Windows 13,00 diperoleh plot distribusi variabel-variabel penelitian sebagai berikut:
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Produksi
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Hasil Olahan Analisis Statistik Gambar 4.5. Hasil Pengujian Normalitas Dari hasil pengujian normalitas pada Gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik penyebaran nilai residual mengikuti arah garis diagonal dan berarti model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
4.6.2.2. Pengujian Heteroskedastisitas Dalam analisis regresi untuk mendapatkan hasil yang baik salah satu asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah adanya homogenitas varian. Dalam pengujian heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
ketidaksamaan
varian
residual
dari
satu
pengamatan
kepengamatan
lain
(Santoso,1999). Jika varian dari residual dari satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut dengan Homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan melihat titik-titik penyebaran varian dari residual data penelitian. Dasar pengambilan keputusan: a) jika titik-titik menyebar dengan pola tertentu yang teratur (bergelombang atau melebar) maka telah terjadi heteroskedastisitas. b) jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian Heteroskedastisitas terhadap data penelitian diperoleh gambar sebarannya sebagaimana terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini:
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Scatterplot
Dependent Variable: Produksi
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
-2
0
2
Regression Standardized Residual
Sumber : Hasil Olahan Analisis Statistik Gambar 4.6. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Dari grafik hasil pengujian heteroskedastisitas di atas terlihat bahwa titik-titik varians residual menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur serta menyebar di atas maupun di bawah titik 0 pada sumbu Y. Dengan demikian tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi ini.
4.6.2.3. Pengujian Multikolinearitas
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah ada kolerasi antar variabel bebas. Apabila antar variabel bebas terdapat korelasi maka pada model tersebut terjadi problem multikolinearitas. Model regresi seharusnya bebas dari problem multikolinearitas, dimana multikolinearitas dapat dilihat berdasarkan nilai VIF (Varian Inflation Factor). Nilai VIF (Varian Inflation Factor) pada hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 4 adalah sebesar 1.274 dan tolerance sebesar 0.785 sehingga dapat diketahui bahwa model regresi yang digunakan bebas dari multikolinearitas antar variabel independen karena suatu regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan mempunyai tolerance mendekati angka 1. Dengan demikian model regresi ini telah bebas dari uji asumsi klasik dan layak digunakan untuk analisis selanjutnya.
4.6.3. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Produksi (modal kerja dan tenaga kerja) Terhadap Hasil Produksi Usaha Industri Kecil Pangan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap model regresi dalam penelitian ini, maka selanjutnya akan dianalisis pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko. Dengan memakai bantuan program Statistical Package for Social Studies (SPSS/PC) for Windows 13,00 dengan hasil print outnya secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 4 dan diperoleh hasil analisis statistik antara variabel hasil produksi dengan modal kerja dan jumlah tenaga kerja, seperti tertera pada tabel berikut: Tabel 4.19. Hasil Analisis Statistik antara Hasil Produksi dengan Modal Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja Unstandarddized Standarddized T Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -1.164 .846 -1.376 Log_Mk .536 .137 .481 3.921 Log_Tk .773 .199 .475 3.873 Sumber : Hasil Olahan Analisis Statistik, Tahun 2007 Model
Sig.
R²
F
0.180 0.669 28.308 0.001 0.001
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut di atas maka diperoleh suatu persamaan dengan cara mentransformasikannya kedalam bentuk logaritma, sebagai berikut: Log Y = - Log 1.164 + 0.536 Log X1 + 0.773 Log X2 + ε (t = -1.376)
(t = 3.921)
(t = 3.873)
Dengan ttabel = 1,697, Ftabel = 3,34, alpha = 0,05 Berdasarkan persamaan multiple regression linier di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
1. Konstanta sebesar -1.164 yang bertanda negatif menyatakan bahwa jika tidak ada modal kerja dan tenaga kerja, maka hasil produksi usaha industri kecil pangan adalah sebesar -1.164 Kg, artinya terjadinya penurunan atau tidak adanya produksi. 2. Koefisien elastisitas variabel modal kerja sebesar 0,536 menyatakan bahwa setiap penambahan modal kerja 1 % akan meningkatkan hasil produksi usaha industri kecil pangan sebesar 0,536 %. 3. Koefisien elastisitas variabel tenaga kerja sebesar 0,773 menyatakan bahwa setiap penambahan tenaga kerja 1 % akan meningkatkan produksi usaha industri kecil pangan sebesar 0,773 %. 4. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0.669 berarti 66,9 % variasi dari produksi dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel input usaha industri kecil pangan, sedangkan sisanya sebesar 33,1 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain di antaranya penggunaan teknologi, keahlian keusahawan, regulasi pemerintah, semangat kewirausahawan dan kerjasama dengan pelaku bisnis lainnya. Berdasarkan kekuatan hubungan (R) sebesar 0,818 menunjukkan bahwa hubungan antara produksi dengan kedua variabel dimaksud adalah kuat (0,818 > 0,50). 5. Uji t untuk menguji signifikan konstanta dan setiap variabel independent, bahwa pada tingkat signifikan 0,05 apabila nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak, dari hasil print out yang secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 4 terlihat bahwa: a. Variabel modal kerja, signifikan 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
b. Variabel tenaga kerja, signifikan 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko, variabel input modal kerja dan jumlah tenaga kerja perlu ditambah. 6. Dari uji F test didapat F hitung sebesar 28,308 dengan tingkat significan 0,000, karena probabilitas sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksikan produksi dengan kata lain kedua variabel input dimaksud secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. 7. Berdasarkan nilai Durbin-Watson hitung sebesar 1,590 tidak berada di antara angka di bawah -2 atau di atas +2, pada tingkat kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model ini baik positif maupun negatif dengan kata lain tidak ada kesalahan pengganggu pada suatu pengamatan.
4.7. Pengembangan Wilayah Usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko memberikan dampak yang positif bagi kesempatan terbukanya lapangan kerja untuk masyarakat sekitar dan masyarakat yang berdomisili di daerh lain, dengan kata lain usaha industri kecil pangan ini mampu menyerap tenaga kerja. Berbagai jenis hasil produksi yang
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
dihasilkan oleh usaha industri kecil pangan ini akan membawa pengaruh positif terhadap pengembangan hasil produksi melalui pemasaran hasil produksi. Jumlah tenaga kerja yang telah terserap untuk kegiatan usaha industri kecil pangan ini adalah sebesar 612 orang. Perekrutan tenaga kerja ini didapat dari perhitungan jika rata-rata pengusaha industri kecil pangan berdasarkan jumlah responden menggunakan 6 orang tenaga kerja dan dikalikan dengan jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 102 unit usaha. Di Kecamatan Bangko terdapat 102 unit usaha dari berbagai jenis komoditi dengan jumlah tenaga kerja yang terpakai sebanyak 568 orang pada tahun 2006 seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 4.20. Perkembangan Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Tahun 2004 s/d 2006 NO
Tahun
Unit Usaha (Unit)
Tenaga Kerja (Orang)
1
2004
72
352
2
2005
88
446
3
2006
102
568
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin, Tahun 2006. Dari Tabel di atas diketahui bahwa usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah unit usaha sebanyak 30 atau naik sebesar 29,41 % dan juga untuk penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan sebanyak 216 orang atau naik sebesar 38,03 %. Dalam proses penyerapan tenaga kerja, industri kecil pangan ini yang memiliki tahapan proses produksi yang cukup panjang seperti pada industri kecil pangan tahu, tempe, keripik pisang, keripik ubi dan kerupuk memerlukan tenaga kerja yang cukup di mana
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
umumnya tenaga kerja yang terserap berasal dari anggota keluarga sendiri yang masih memiliki hubungan kekeluargaan. Keadaan seperti ini akan membawa dampak yang positif bagi semakin membaiknya hubungan sosial keluarga artinya para pengusaha indusri kecil pangan telah dapat membantu keluarganya yang belum memiliki pekerjaan upah tenaga kerja yang diberikan dapat disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga merupakan satu solusi dalam mengurangi angka pengangguran. Tenaga kerja ini secara umum tidak memerlukan tingkat pendidikan formal yang tinggi sehingga dapat menyerap seluruh tenaga kerja dari berbagai macam latar pendidikan yang dimiliki. Umumnya keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja merupakan keahlian yang turun temurun artinya keahlian yang dimiliki oleh para pengusaha industri kecil pangan merupakan keahlian yang dimiliki oleh para pendahulunya yang tentunya telah disesuaikan dengan perkembangan usaha industri kecil pangan. Keahlian yang dimiliki oleh para pengusaha tersebut kemuadian dilatih kepada pekerjanya sehingga dengan kemampuan yang dimiliki mampu menghasilkan sejumlah produksi. Kondisi seperti ini membawa dampak yang positif terhadap pengembangan pendidkan yakni adanya transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil pangan kepada para pekerjanya. Perekrutan tenaga kerja dalam dalam kegiatan proses produksi usaha industri kecil pangan ini memerlukan tahapan yang dimulai dari pengambilan bahan baku, pemilahan dan pemotongan bahan baku, pembuatan dasar bahan komoditi, penjemuran, penggorengan, pengepakan atau pengemasan hingga pada tahap
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
pemasaran membawa implikasi terhadap pengembangan jumlah tenaga kerja ikutan akibat adanya kegiatan ini. Kondisi seperti ini secara keseluruhan akan membawa dampak positif terhadap perekrutan sejumlah tenaga kerja lainnya seperti tenaga kerja untuk penjualan bahan baku, pembuatan kemasan, kegiatan transportasi dan pemasaran atau penjualan hasil produksi yang dilakukan selain oleh para pengusaha industri kecil pangan seperti pedagang informal. Jika jumlah tenaga kerja yang terserap untuk kegiatan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja industri kecil dan menengah di Kabupaten Merangin tahun 2006 yaitu sebanyak 3.502 orang berdasarkan data potensi prioritas industri kecil tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin maka jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 17,48 % dari total tenaga kerja yang ada. Kemudian jika jumlah tenaga kerja yang terserap untuk kegiatan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga yang ada di Keacamatan Bangko yaitu sebanyak 16.232 KK, maka jumlah tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 3,77 % dari total jumlah kepala keluarga. Besarnya penyerapan tenaga kerja ini secara langsung akan mengurangi jumlah angka pengangguran di Kecamatan Bangko khususnya dan Kabupaten Merangin umumnya serta berimplikasi terhadap meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan akan berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar. Besarnya jumlah uang yang beredar ini akan dapat menimbulkan usaha-usaha baru yang akan menyerap tenaga kerja serta memberi peluang usaha pada masyarakat lainnya
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
sehingga secara bertahap akan mempengaruhi sektor riil perekonomian wilayah sehingga membawa dampak yang positif terhadap pengembangan wilayah. Besarnya pendapatan pengusaha usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko, rata-rata total pendapatan yang diperoleh responden pengusaha industri kecil pangan dalam kurun waktu satu bulan adalah sebesar Rp. 10.145.484,- artinya dalam kurun waktu satu tahun pengusaha usaha industri kecil pangan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 121.745.808,- sehingga secara keseluruhan pendapatan 102 para pengusaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko sebesar Rp. 12.418.072.420,-. Dengan jumlah dana tersebut akan mampu mendorong atau menggerakkan perekonomian daerah di antaranya diharapkan mampu menggerakkan sektor ritel lainnya, baik berupa produk maupun bentuk jasa lainnya. Salah satu strategi untuk dapat meningkatkan pendapatan para pengusaha industri kecil pangan adalah dengan memasaran hasil produksi tidak hanya pada wilayah lokal tetapi juga pada wilayah luar daerah. Para pengusaha industri kecil pangan di Kecamatana Bangko umumnya telah memasarkan hasil produksinya pada wilayah lokal dikarenakan produksi yang dihasilkan tidak dapat bertahan lama dan memerlukan biaya yang cukup banyak untuk memasarkannya pada luar daerah. Untuk pemasaran pada luar daerah umumnya usaha industri kecil pangan telah memiliki pendapatan yang cukup tinggi untuk pengeluaran biaya distribusi hasil produksi keluar daerah dan telah memiliki kemasan sehingga konsumen dari luar daerah tertarik untuk membeli hasil produksi tersebut. Selain itu hasil produksi tersebut mampu bersaing dengan hasil produksi lainnya yang sejenis dengan adanya
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
kemasan yang telah terdaftar pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin. Dengan adanya wilayah pemasaran hasil produksi pada luar daerah maka sektor lain di antaranya sektor tenaga kerja akan dapat terserap dan kegiatan disektor transportasi akan dapat meningkat. Dengan melihat begitu besarnya pengaruh usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di antaranya dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, membuka lapangan kerja baru baik itu tenaga kerja industri kecil pangan itu sendiri ataupun tenaga kerja ikutan akibat adanya kegiatan usaha industri kecil pangan, meningkatkan pendapatan melalui strategi pemasaran hasil produksi dan juga transformasi ilmu pengetahuan serta meningkatkan ikatan kekeluargaan di antara pengusaha dan pekerja sehingga dengan adanya kegiatan ini memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian daerah dan bagi kehidupan sosial masyarakat. 4.8. Temuan Kajian Pada penelitian ini ditemukan beberapa hal yang menjadi faktor-faktor pendorong dan faktor-faktor penghambat dalam pengembangan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. A. Faktor-faktor pendorong 1. Populasi penduduk yang semakin berkembang di Kabupaten Merangin selama kurun waktu 2000 – 2006, jumlah penduduk Kabupaten Merangin berjumlah sebanyak 289.296 orang pada tahun 2006, sedangkan jumlah penduduk tahun 2000 untuk Kabupaten Merangin sebanyak 254.203 orang. Selama kurun waktu 2000 – 2006 terjadi pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,01 %.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Dengan kondisi seperti ini maka dapat diperkirakan jumlah calon konsumen setiap tahunnya akan meningkat. 2. Tersedianya bahan baku dalam jumlah yang cukup, keadaan seperti ini disebabkan karena Kabupaten Merangin telah mampu memproduksi sebagian besar bahan baku untuk usaha industri kecil pangan untuk produksi palawija di antaranya ubi, ketela rambat, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, kopi dan aren sedangkan tepung terigu masih dipasok dari luar kabupaten. 3. Semangat kewirausahawan dari pengusaha usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko yang ingin menjadikan usaha mereka dari skala kecil menjadi skala menengah hal ini terlihat antara lain dengan wilayah pemasaran ke luar daerah Kabupaten Merangin. 4. Adanya permintaan pasar terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan baik di tingkat lokal (dalam kecamatan), luar kecamatan dan juga terlihat dari wilayah pemasaran ke luar daerah Kabupaten Merangin. 5. Adanya dukungan dalam bentuk bimbingan, penyuluhan dan kemudahan pemberian izin usaha dari pemerintah kabupaten. B. Faktor-faktor penghambat 1. Pengetahuan dan pemilikan pendidikan pelaku usaha industri kecil pangan masih relatif rendah, sehingga kemampuan untuk mengembangkan usaha tersebut masih terbatas misalnya dalam hal manajerial dan memperluas pasar serta penggunaan teknologi informasi dalam melihat peluang pasar.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2. Peralatan usaha industri kecil pangan yang digunakan saat ini relatif tradisional. Hal ini disebabkan masih terbatasnya modal untuk pembelian peralatan-peralatan yang lebih modern untuk meningkatkan hasil produksi. 3. Keterbatasan sarana media produksi usaha industri kecil pangan misalnya belum konsistens mengikuti pameran dan pekan promosi dalam berbagai kegiatan di dalam dan di luar Kecamatan Bangko. 4. Ketersediaan infrastruktur yang masih terbatas seperti sarana transportasi dan jalan yang merupakan akses bagi pemasaran dan penjualan hasil produksi. 5. Belum terbentuk dan tersedianya wadah bagi pelaku usaha industri kecil pangan misalnya asosiasi, koperasi ataupun himpunan yang dapat diandalkan untuk memperjuangkan kepentingan anggotanya. 4.9. Implikasi Kajian Beberapa dari implikasi kajian ini dapat dijelaskan dari sisi: 1. Ekonomi Hasil kajian ini menunjukkan bahwa usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama pendapatan keluarga sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar. Besarnya jumlah uang yang beredar ini akan dapat menimbulkan usahausaha baru yang akan menyerap tenaga kerja serta memberi peluang usaha pada masyarakat lainnya sehingga secara bertahap akan mempengaruhi sektor riil perekonomian wilayah. 2. Pengembangan Wilayah
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Dengan adanya usaha industri kecil pangan ini selain terjadinya penyerapan tenaga kerja yang dapat mengurangi angka pengangguran dan pemasaran hasil produksi di dalam dan di luar daerah wilayah Kecamatan Bangko dan di dalam dan di luar daerah wilayah Kabupaten Merangin juga merupakan akses bagi masyarakat semakin terbuka dan dikenal melalui usaha tersebut. Selain itu usaha industri kecil pangan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Kabupaten Merangin terutama untuk mendorong perolehan pendapatan yang lebih baik, optimalisasi penggunaan bahan baku yang cukup banyak tersedia serta kemungkinan untuk menjadikan industri ini meningkat menjadi industri menengah pangan. 3. Tenaga Kerja Kajian ini memberikan implikasi bagi peningkatan penggunaan tenaga kerja terutama
tenaga
kerja
ikutan
yang
secara
langsung
membantu
lebih
berkembangnya usaha industri kecil pangan misalnya terlihat pada meningkatnya pedagang sektor informal dan pedagang pada pasar-pasar tradisional yang merupakan agen atau perantara (agent of product) dalam pemasaran hasil produksi usaha industri kecil pangan. 4. Pemasaran Kajian ini menunjukkan implikasi bahwa usaha industri kecil pangan akan semakin besar bila didukung oleh pemasaran yang direncanakan dengan lebih baik misalnya melalui kerjasama dari kalangan perantara baik di tingkat lokal (kabupaten), regional (di luar provinsi) dan internasional (di luar negeri). Dengan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
demikian, sasaran yang diinginkan menjadikan hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko menembus pasar regional dan luar negeri dapat diwujudkan. 5. Regulasi Kajian ini menunjukkan juga bahwa kebijakan pemerintah kabupaten saling berhubungan karena kebijakan yang mendukung justru semakin membuat usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko akan semakin berkembang. Sebagai contoh regulasi dalam izin usaha, pemberian kredit usaha, pemberian pelatihanpelatihan dan regulasi pembebanan biaya yang terjangkau. 6. Sosial Budaya Kajian ini menunjukkan implikasi bahwa usaha industri kecil pangan mempengaruhi ketenaran atau popularitas Kecamatan Bangko sebagai sentra industri kecil pangan di Kabupaten Merangin dan salah satu unggulan industri kecil pangan di Propinsi Jambi. Kondisi ini lebih disebabkan industri kecil yang ada di wilayah Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha industri kecil tersebut lebih banyak didominasi oleh usaha industri kecil pangan sebanyak 102 unit usaha. Hal ini akan memungkinkan motivasi masyarakat Kecamatan Bangko untuk lebih kreatif tidak hanya pada usaha industri kecil pangan tetapi juga usaha industri
kecil
laninnya
seperti
anyaman,
batik
yang
berkarakteristik
(mencerminkan) budaya khas Provinsi Jambi.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dari hasil penelitian dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain berupa : 1. Berdasarkan hasil survei di lapangan terhadap keberadaan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin memperlihatkan bahwa untuk status kepemilikan usaha umumnya adalah sebagai pemilik dan manajer sebesar 87,1 %, dari segi kepemilikan modal usaha industri kecil pangan umumnya masih merupakan modal sendiri yaitu sebesar 58,06 %, umumnya jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk usaha ini adalah 4 sampai dengan 6 orang atau sebesar 54,84 %, struktur permodalan kerja usaha industri kecil pangan berkisar antara Rp. 3.001.000,0 sampai dengan Rp.6.000.000,- atau sebesar 35,48 %, sumber bahan baku pada umumnya berasal dari lokal Kabupaten Merangin sebesar 51,61 % karena beberapa hasil komoditi perkebunan seperti ubi, ketela rambat, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, kopi dan aren telah dimanfaatkan menjadi bahan baku usaha industri kecil pangan, untuk lokasi pemasaran pada umumnya masih merupakan pasaran lokal yaitu sebesar 61,29 % walaupun ada juga yang telah dipasarkan keluar daerah. Untuk pemasaran pada luar daerah umumnya usaha industri kecil pangan telah memiliki kemasan sehingga mampu berkompetitif dengan produk lainnya yang sejenis.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi di Kecamatan Bangko, variabel bebas yang digunakan adalah modal kerja dan tenaga kerja. Berdasarkan persamaan regresi analisis fungsi produksi Cobb-douglas, variabel yang mempengaruhi hasil produksi usaha industri kecil pangan adalah tenaga kerja dengan koefisien sebesar 0,773 diikuti variabel modal kerja dengan koefisien sebesar 0,536. 3. Kegiatan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin memberikan pengaruh yang positif terhadap pengembangan wilayah di antaranya perekrutan tenaga kerja yang dapat menyerap tenaga kerja dan terserapnya tenaga kerja ikutan akibat adanya kegiatan usaha industri kecil pangan ini sehingga dapat mengurangi jumlah angka pengangguran di Kabupaten Merangin, peningkatan pendapatan masyarakat dari keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha dan upah yang diterima oleh pekerja, adanya transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil pangan kepada para pekerjanya dan pemasaran hasil produksi tidak hanya pada wilayah lokal tetapi juga pada wilayah luar daerah.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
5.2. Saran Berdasarkan uraian sebelumnya beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Perlunya pemerintah daerah Kabupaten Merangin mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perizinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. Dan juga untuk mengembangkan usaha industri kecil di wilayah ini dalam hal penyediaan dana dan bantuan permodalan dengan memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi industri kecil dengan menjadi fasilitator antara Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik bank atau non bank dengan industri kecil. Disamping itu perlu dikembangkannya pola kemitraan yang saling membantu antara usaha kecil, atau antara usaha kecil dengan pengusaha menengah atau besar sehingga dapat memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. 2. Industri kecil khususnya industri kecil pangan dapat membentuk asosiasi seperti membangun
koperasi
atau
lembaga
swadaya
masyarakat
guna
untuk
meningkatkan perannya antara lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggotanya. 3. Perlunya pemerintah Kabupaten Merangin dalam membantu memasarkan dan mempromosikan hasil produksi usaha industri kecil pangan diantaranya melalui pemberian buah tangan atau oleh-oleh kepada tamu-tamu pemerintah Kabupaten Merangin.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
4. Perlu dilakukan pengembangan promosi bersama di antara sesama pelaku usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dalam upaya mempromosikan produk-produk yang telah dihasilkan agar dapat dikenal masyarakat, baik masyarakat lokal maupun luar daerah sehingga hasil produksi tersebut mampu menjangkau pasar yang lebih luas. 5. Perlu dilakukan pelatihan yang berkesinambunagn bagi pelaku usaha industri kecil pangan dan tenaga kerja yang terlibat di dalamnya seperti pelatihan aspek manajemen, teknologi dan informasi. 6. Mengingat potensi berkembangnya usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko dirasa perlu untuk menyediakan infrastruktur yang relevan baik oleh pelaku usaha industri kecil pangan maupun oleh pemerintah kabupaten setempat misalnya penyediaan transportasi darat yang memadai agar distribusi hasil produksi usaha industri kecil pangan semakin luas.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
DAFTAR PUSTAKA Algifari, 2000, Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi Edisi 2, BPFE. Anoraga, Pandji dan Sudantoko, Djoko, 2002, Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil, Rineka Cipta, Jakarta. Bappeda Merangin, Merangin Dalam Angka, 2005, Bappeda Merangin. Badan Pusat Statistik (BPS), 2005, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005, Jakarta. Gulo, W. Metodologi Penelitian, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Hadjisaroso, 1994, Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia, dalam Prisma Nomor 8 Agustus 1994, Jakarta. Haryadi Dedy, T., Indasari, 1995, Buruh Anak dan Dinamika Industri Kecil, AKTIGA, Bandung. Jusuf, Irianto, 1996, Industri Kecil Dalam Perspektif Pembinaan dan Pengembangan, Airlangga University Press, Surabaya. Kuncoro, Mudrajat, 2007, Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi Pemberdayaan,. http://www.mudrajat.com/upload/journal usaha-kecilindonesia. Pdf. Dikunjungi 23 September 2007. Kuntjoro Jakti, Dorojatun, 1986, Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan, LP3ES, Jakarta. Mahalli, Kasyful, 2006, Jurnal Usaha Kecil dan Menengah dan Penyerapan Tenaga Kerja, Wahana Hijau USU Press Volume 2, Medan. Miraza, Bachtiar Hassan, 2005, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, ISEI, Bandung. Prawirikusumo, Soeharto, 2001, Ekonomi Rakyat (Konsep, Kebijakan dan Strategi) Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Purnomisidi, Radjisarosa, 1981, Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia, Jakarta.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Riyadi, 2002, Pengembangan Wilayah Teori dan Konsep Dasar, dalam Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah Kajian Konsep dan Pengembangan. Penerbit Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah. Badan Kajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Saleh, Irsan Azhary, 1986, Industri Kecil, LP3ES, Jakarta. Samosir, Arpudin, 2000, Pengaruh Pengrajin Industri Kecil Terhadap Tingkat Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Dalam Mendorong Pengembangan Wilayah di Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan, Tesis Pascasarjana USU, Medan. Santoso Singgih, 1999, SPSS Statistik Parametrik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Saragih, Aliman, 1997, Pengembangan Industri Kecil dan Pengaruhnya terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang, Tesis Pascasarjana USU, Medan. Siregar, Lisna Sari, 2003, Analisis Industri Kecil terhadap Pendapatan Masyarakat dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Langkat, Tesis Pascasarjana USU, Medan. Soekartawi, 1994, Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sugiono, 2003, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung. _______, 1985, Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah, LPFE-UI, Jakarta. Sukirno, Sadono, 2005, Mikro Ekonomi, Teori Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sulaeman, Suhendar, 2004, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Dalam Menghadapi Pasar Regional dan Global, http://www.smecda.com /deputi7/file_Infokop/EDISI%2025/pasar regional global. pdf, dikunjungi 22 September 2007. Surya, Aldwin, 2006, Perubahan Sosial Mayarakat Kota Metropolitan, Kopertis Wilayah I NAD-Sumut, Medan.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Surya, Aldwin, 2002, Bisnis : Konsep dan Fungsi, Cetakan Kedua, USU Press, Medan. Tambunan, 1989, Analisis Pengembangan Industri Kecil dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah di Kotamadya Medan, Pascasarjana USU, Medan. Tambunan, Tulus, T.H, 2002, Usaha Kecil dan Menengah; Beberapa Isu Penting, Salemba Empat, Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. http://www.depkop.go.id dikunjungi 9 September 2007. William and Samuelson, 1988, Ekonomi Makro, (Terjemahan Agus Maulana), PT Gunung Agung, Jakarta. Winarno, Srikandi, Dedi, 1980, Pengantar Teknologi Pangan, PT. Gramedia, Jakarta.
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Kepada Yth. Bapak/Ibu Pengusaha Industri Kecil Pangan DiBangko Para responden yang terhormat, Kuisioner ini merupakan upaya untuk pengumpulan data bagi tesis yang akan saya susun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan strata dua (S-2) pada sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tesis yang dimaksud adalah “Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)”. Untuk keperluan pengumpulan data ini, saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu agar bersedia mengisi kuisioner sebagaimana terlampir. Pengisian kuisioner ini sepenuhnya untuk kepentingan ilmiah sehingga tidak ada kaitannya dengan kondite Bapak/Ibu dan dijaga kerahasiannya. Atas bantuan Bapak/Ibu dalam mengisi kuisioner ini, saya mengucapkan terima kasih. Peneliti
Arzalvery Agus
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
KUISIONER PENELITIAN PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN TEHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROPINSI JAMBI) IDENTIFIKASI USAHA 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Perusahaan Alamat Kecamatan Jenis Usaha Berapa lama usaha ini berdiri
Tahun
IDENTITAS RESPONDEN 1. 2. 3.
Nama Alamat Jenis Kelamin
4. 5.
Umur Pendidikan
6.
Pengalaman
7.
Tanggungan Keluarga
8. 9.
Pendapatan bersih rata-rata perbulan Status
10.
Status Kepemilikan Modal
1 2
Laki –laki Perempuan Tahun
1 Tidak pernah sekolah 2 Tidak tamat SD 3 Tamat SD 4 Tamat SLTP 5 Tamat SMU 6 D3 7 S1 1 0 s/d 1 tahun 2 1 s/d < 3 tahun 3 s/d < 5 tahun 4 Diatas 5 tahun 1 satu orang 2 2 s/d 3 orang 3 4 s/d 5 orang 4 Diatas 5 orang Rp. 1 2 1 2 3
Sebagai pemilik dan manajer Sebagai manajer Modal Sendiri Meminjam/ Kredit Modal Sendiri dan Meminjam
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Faktor – faktor Produksi No
Keterangan
1.
Jumlah
Modal Usaha Kerja Rata-rata perbulan a.
Nilai Bahan Baku
Rp
b.
Upah Tenaga Kerja
Rp.
Total
Rp.
2.
Jumlah Tenaga Kerja
3.
Jumlah Rata-rata Produksi perbulan
(orang) satuan
1. Bagaimana proses pemasaran dari produksi yang dihasilkan ?
2. Apakah dalam menjalankan industri tersebut Bapak/Ibu telah mendapatkan bantuan (pinjaman) modal atau fasilitas kredit dari pihak lain, jika ya dalam bentuk apa? Dan jika tidak mengapa?
3. Selama menjalankan usaha kesulitan apa yang dirasakan oleh Bapak/Ibu?
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
KARAKTERISTIK GAMBARAN KEBERADAAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN MERANGIN (Mohon untuk dilingkari dan dijawab)
1. Sumber bahan baku 1
Lokal
2
Luar daerah
3
Lokal dan luar daerah
2. Sumber modal 1
Lembaga keuangan
2
Bermitra
3
Modal sendiri
3. Pemasaran 1
Lokal
2
Luar daerah
3
Lokal dan luar daerah
4. Dengan adanya usaha industri kecil pangan, apakah telah terbentuk suatu wadah atau lembaga yang mengakomodir seluruh kepentingan usaha industri kecil pangan? Jika ya dalam bentuk apa?
5. Dengan adanya usaha industri kecil pangan, apakah telah terbentuk suatu wadah atau lembaga yang membantu usaha industri kecil pangan dalam hal permodalan atau fasilitas kredit? Jika ya apa nama lembaga tersebut?
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
6. Dengan adanya usaha industri kecil pangan, apakah pemerintah kabupaten telah membuat fasilitas umum untuk menunjang kegiatan usaha industri kecil pangan? Jika ya dalam bentuk apa?
7. Apakah pemasaran hasil produksi usaha industri kecil pangan dilakukan secara langsung/sendiri oleh pengusaha atau pemasaran dilakukan dengan perantara atau pihak lain?
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Lampiran 2. Data Primer Pengaruh Faktor-faktor Produksi (Modal Kerja dan Tenaga Kerja) Terhadap Hasil Produksi Usaha Industri Kecil Pangan Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. No
Produksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1,200 800 1,350 950 1,000 450 750 1,100 900 1,000 750 500 1,700 1,350 1,000 1,000 1,125 300 350 350 1,200 765 600 550 1,440 300 1,200 840 1,260 1,425 3,600
Modal Kerja (Rp.000) 6,500 3,750 7,400 4,700 4,400 2,400 4,500 8,500 6,750 5,500 3,000 2,600 8,000 7,200 6,000 5,400 6,000 1,700 2,500 2,750 4,400 3,000 4,000 3,000 2,900 1,600 5,500 1,600 2,500 3,000 8,000
tk
log_Produksi 3 5 7 5 6 3 5 8 7 6 5 3 8 7 5 5 6 4 5 4 4 4 5 4 6 3 9 7 8 9 9
3.08 2.90 3.13 2.98 3.00 2.65 2.88 3.04 2.95 3.00 2.88 2.70 3.23 3.13 3.00 3.00 3.05 2.48 2.54 2.54 3.08 2.88 2.78 2.74 3.16 2.48 3.08 2.92 3.10 3.15 3.56
log_Modal 6.81 6.57 6.87 6.67 6.64 6.38 6.65 6.93 6.83 6.74 6.48 6.41 6.90 6.86 6.78 6.73 6.78 6.2 6.40 6.44 6.64 6.48 6.60 6.48 6.46 6.20 6.74 6.20 6.40 6.48 6.90
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Log_Tk 0.48 0.70 0.85 0.70 0.78 0.48 0.70 0.90 0.85 0.78 0.70 0.48 0.90 0.85 0.70 0.70 0.78 0.60 0.70 0.60 0.60 0.60 0.70 0.60 0.78 0.48 0.95 0.85 0.90 0.95 0.95
Lampiran 3. Data Primer Hasil Penelitian Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin).
No
tk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
3 5 7 5 3 5 8 7 6 5 3 8 7 5 6 4 5 4 4 5 4 5 6 4 6 3 9 7 8 9 9
UTKO (Rp.000) 400 500 650 600 300 650 800 750 600 500 550 700 600 600 600 500 600 400 600 600 600 600 600 500 500 400 500 450 500 500 700
UTK (Rp.000) 1200 2500 4550 3000 900 3250 6400 5250 3600 2500 1650 5600 4200 3000 3600 2000 3000 1600 2400 3000 2400 3000 3600 2000 3000 1200 4500 3150 4000 4500 6300
PBB (Rp.000) 6500 3750 7400 4700 2400 4500 8500 6750 5500 3000 2600 8000 7200 5400 6000 1700 2500 4400 3000 4000 3000 6000 4400 2750 2900 1600 5500 1600 2500 3000 8000
MK (Rp.000) 7700 6250 11950 7700 3300 7750 14900 12000 9100 5500 4250 13600 11400 8400 9600 3700 5500 6000 5400 7000 5400 9000 8000 4750 5900 2800 10000 4750 6500 7500 14300
P
Q
8,000 10,000 11,000 10,000 3,000 160 180 180 3,000 2,500 2,300 3,000 3,000 2,500 2,500 800 1,000 6,000 5,000 3,500 3,000 3,000 10,000 900 1,200 600 1,100 1,000 1,000 1,000 1,200
1,200 800 1,350 950 1,500 75,000 110,000 90,000 4,000 3,000 2,500 6,800 5,400 4,000 4,500 6,000 7,000 1,200 1,700 2,400 2,200 4,000 1,000 7,000 6,550 6,000 12,000 5,600 8,400 9,500 15,000
produksi
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
1,200 800 1,350 950 450 750 1,100 900 1,000 750 500 1,700 1,350 1,000 1,125 300 350 1,200 765 600 550 1,000 1,000 350 1,440 300 1,200 840 1,260 1,425 3,600
Pendapatan (Rp.000) 9600 8000 14850 9500 4500 12000 19800 16200 12000 7500 5750 20400 16200 10000 11250 4800 7000 7200 8500 8400 6600 12000 10000 6300 7860 3600 13200 5600 8400 9500 18000
Lampiran 4. Hasil Analisis Uji Statistik Produksi Industri Kecil Pangan
Regression Descriptive Statistics Mean 2.9386 6.6033 .7282
Produksi Modal Tk
Std. Deviation .23903 .21454 .14700
N 31 31 31
Correlations Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Produksi 1.000 .701 .698 . .000 .000 31 31 31
Produksi Modal Tk Produksi Modal Tk Produksi Modal Tk
Modal .701 1.000 .463 .000 . .004 31 31 31
Tk .698 .463 1.000 .000 .004 . 31 31 31
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Tk, Modala
Variables Removed .
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Produksi
b Model Summary
Model 1
Change Statistics Adjusted Std. Error of R Square R R Square R Square the Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change .818a .669 .645 .14233 .669 28.308 2 28 .000
a. Predictors: (Constant), Tk, Modal b. Dependent Variable: Produksi
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
DurbinWatson 1.590
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1.147 .567 1.714
df
Mean Square .573 .020
2 28 30
F 28.308
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Tk, Modal b. Dependent Variable: Produksi
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Modal Tk
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.164 .846 .536 .137 .773 .199
Standardized Coefficients Beta
t -1.376 3.921 3.873
.481 .475
Sig. .180 .001 .001
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound -2.896 .568 .256 .816 .364 1.181
a. Dependent Variable: Produksi
Coefficient Correlationsa Model 1
Correlations Covariances
Tk 1.000 -.463 .040 -.013
Tk Modal Tk Modal
Modal -.463 1.000 -.013 .019
a. Dependent Variable: Produksi
Collinearity Diagnosticsa
Model 1
Dimension 1 2 3
Eigenvalue 2.976 .024 .000
Condition Index 1.000 11.174 83.327
Variance Proportions (Constant) Modal Tk .00 .00 .00 .01 .00 .83 .99 1.00 .16
a. Dependent Variable: Produksi
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Collinearity Statistics Tolerance VIF .785 .785
1.274 1.274
Residuals Statisticsa Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual
Minimum 2.5306 -.26183 -2.087 -1.840
Maximum 3.2739 .28240 1.715 1.984
Mean 2.9386 .00000 .000 .000
Std. Deviation .19553 .13750 1.000 .966
N 31 31 31 31
a. Dependent Variable: Produksi
Charts
Histogram
Dependent Variable: Produksi 10
Frequency
8
6
4
2
0 -2
0
2
Regression Standardized Residual
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Mean =-7.38E-15 Std. Dev. =0.966 N =31
Lampiran 5. Foto Dokumentasi Usaha Industri Kecil Pangan Di Kecamatan Bangko
Foto visual 1. Pekerja pada industri kecil pangan pengolahan tahu sedang melakukan proses produksi
Foto visual 2. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan tahu
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Foto visual 3. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan Keripik Ubi
Foto visual 4. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan Keripik Ubi yang telah dikemas dan siap untuk dipasarkan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Foto visual 5. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan Roti
Foto visual 6. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan Roti yang akan dijual kepada konsumen
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Foto visual 7. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan keripik pisang yang telah dikemas dan siap untuk dipasarkan
Foto visual 8. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan keripik pisang yang telah dikemas dan siap untuk dipasarkan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Foto visual 9. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan dodol yang telah memiliki kemasan anyaman dan siap untuk dipasarkan
Foto visual 10. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan dodol yang telah memiliki kemasan anyaman dan siap untuk
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Foto visual 11. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan kopi bubuk
Foto visual 12. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan kopi bubuk dan telah memiliki merek dagang
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Foto visual 13. Bahan baku untuk industri kecil pangan pengolahan kopi bubuk
Foto visual 14. Mesin produksi yang digunakan oleh industri kecil pangan pengolahan kopi bubuk untuk melakukan proses produksi
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008
Foto visual 15. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan keripik pisang yang telah dikemas dan siap untuk dipasarkan
Foto visual 16. Hasil produksi industri kecil pangan pengolahan kerupuk yang telah dikemas dan siap untuk dipasarkan
Arzalvery Agus : Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah..., 2008 USU e-Repsoitory © 2008