Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
PERAN SHODANCHO SUPRIYADI DALAM MEMIMPIN PERLAWANAN TENTARA PEMBELA TANAH AIR (PETA) DI BLITAR TERHADAP PENJAJAH JEPANG
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S – 1 ) Program Studi Sejarah Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universtas Nusantara PGRI Kediri
Disusun Oleh : MOHAMAD A’INUR ROFIQ NPM : 11.1.01.02.0026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIAKEDIRI 2015
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
PERAN SHODANCHO SUPRIYADI DALAM MEMIMPIN PERLAWANAN TENTARA PEMBELA TANAH AIR (PETA) DI BLITAR TERHADAP PENJAJAH JEPANG
MOHAMAD A’INUR ROFIQ 11.1.01.02.0026 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan - Prodi Pendidikan Sejarah
[email protected] Drs. Agus Budianto, M.Pd1 dan Dr. Zainal Afandi, M. Pd2 UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
Abstrak Pada tanggal 8 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Surat penyerahan ditandatangani oleh Letnan Jendral Terpoorten di lapangan udara Kalijati, Jawa Barat. Usaha pertama yang dilakukannya adalah menarik hati penduduk pribumi di Hindia-Belanda. Dalam propogandanya digambarkan, bahwa Jepang datang untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan bangsa barat, danJepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Propoganda ini membuat Jepang diterima dan disambut dengan penuh gembira dan harpan. Namun semua itu omong kosong, Pada tanggal 20 Maret 1942, Letjen Imamura yang memimpin Tentara Ke-16 yang menduduki Pulau Jawa mengeluarkan maklumat yang melarang dikibarkannya bendera Merah Putih dan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya.Kekayaan Indonesia, diantaranya beras yang berlimpah-limpah, disedot habis-habisan untuk kepentinagan perang. Penderitaan dan kemiskinan karena kurang makan, obat-obatan dan pakaian menimpa penduduk Indonesia. Pekerja pakasa, yang disebut “Romusha”, dalam jumlah jutaan dikerahkan untuk dikerjakan secara paksa dalam proyek-proyek pertahanan, baik di Jawa maupun ditempat-tempat yang tereletak didekat garis pertahanan depan, yang jauh dari wilayah Indonesia. Adapun rumusan masalah yang dibahas yaitu: (1) Apakah yang menjadi latar belakang Jepang dalam membentuk tentara militer dari rakyat pribumi? (2) Apakah yang menjadi tugas dan tujuan dari dibentuknya PETA (Pembela Tanah Air) ? (3) Apakah yang menjadikan PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar melakukan perlawanan terhadap Jepang? (4) Bagaimanakah peran Shodancho Supriyadi dalam memimpin perlawanan PETA (Pembela Tanah Air) terhadap Jepang di Blitar? (5) Apakah dampak dari perlawanan PETA (Pembela Tanah Air) Blitar? Pendekatan yang yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Studi Historis (historical studies) yakni, meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu, karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan terjadinya perlawanan tentara PETA
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
terhadap Jepang serta peran Shudancho Supriyadi dalam memimpin perlawanan tersebut.. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) yang melatar belakangi Jepang membentuk barisan militer dari rakyat pribumi yaitu agar Jepang memperoleh tambahan kekuatan dalam menghadapi perang Asia Pasifik (2) salah satu barisan militer bentukan Jepang adalah PETA yang dibentuk selain membantu Jepang dalam perang Asia Pasifik, tentara PETA juga mempunyai kewajiban mempertahakan masing-masing daerahnya agar Jepang dapat leluasa mengendalikan rakyat Indonesia dengan keamanan dari rakyat pribumi itu sendiri. (3) namun melihat kekejaman Jepang terhadap rakyat Indonesia, hati tentara PETA menjadi geram dan timbulah suatu perlawanan yang di awali di Blitar pada 14 februari 1945. (4) perlawanan PETA di Blitar terhadap Jepang tidak terlepas dari peran Shodancho Supriyadi yang memimpin perlwanan tersebut dengan persetujuan dari berbagai pihak dan dengan resiko yang siap di tanggung olehnya setelah terjadinya perlawanan tersebut. (5) perlawanan PETA di Biltar terhadap Jepang tersebut dapat digagalkan, namun hal itu menjadi menginspirasi timbulnya berbagai perlawanan sejenis dari para tentara PETA di daerah lainnya. Berdasarkan hasil dari penelitian ini. Diharapkan penelitan ini dapat dijadikan bahan pembelajaran terkait dengan pendidikan sejarah, khususnya mengenai perlawanan Tentara PETA terhadap Jepang di Blitar. Kata Kunci: Shodancho Supriadi, PETA, Jepang
dinyanyikannya
I. LATAR BELAKANG Pada
tanggal
pemerintah
8
Maret 1942
Hindia Belanda menyerah
tanpa syarat
kepada Jepang. Usaha
lagu
Indonesia
Raya.
Jepang mulai menunjukan maksud dan keinginan
yang
sebenarnya
dengan
ekspansinya ke seluruh pelosok Asia.
pertama yang dilakukan Jepang adalah
Lama-kelamaan cengkraman nafsu
menarik hati penduduk pribumi di Hindia-
penjajah Jepang makin terasa. Kekayaan
Belanda,
Indonesia, disedot habis-habisan untuk
Jepang
dengan datang
mengatakan untuk
bahwa
membebaskan
kepentingan
perang.
Penderitaan
dan
Indonesia dari penjajahan bangsa barat,
kemiskinan menimpa penduduk Indonesia.
dan
memberikan
Pekerja pakasa, yang disebut “Romusha”,
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
dalam jumlah jutaan dikerahkan untuk
Propoganda ini membuat Jepang diterima
dikerjakan secara paksa dalam proyek-
dan disambut dengan penuh gembira dan
proyek pertahanan, baik di Jawa maupun
harapan. Namun pada tanggal 20 Maret
ditempat-tempat yang tereletak didekat
1942, Letjen Imamura pemimpin Tentara
garis pertahanan depan, yang jauh dari
Ke-16
wilayah
Jepang
yang
akan
menduduki
Pulau
Jawa
Indonesia.
Awalnya
mereka
mengeluarkan maklumat yang melarang
dijanjikan akan diberikan penghasilan
dikibarkannya bendera Merah Putih dan
tinggi dan makan baik. Tapi setelah tahun
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
1943, ternyata bnayak Romusha yang
Berdasarkan latar belakang diatas,
hidup sengsara dan mati karena kurang
maka penulis dalam penelitian menulis
makan dan kurang terurus kesehatannya,
skripsi dengan judul :
sehingga orang sudah tidak percaya lagi
Peran
Shodancho
Supriyadi
pada janji-janji Jepang, dan menolak untuk
Dalam Memimpin Perlawanan Tentara
menjadi Romusha.
Pembela Tanah Air(PETA) Di Blitar
Disisi lain, Jepang cukup cerdik
Terhadap Penjajah Jepang Pada Tahun
untuk membangkitkan jiwa patriotisme,
1945
agresivitas
II. METODE
dan
militansi
terutama
dikalangan pemuda Indonesia
melalui
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
militerisme.
tentara
a.
Pendekatan penelitian
Formasi-formasi
seperti, HEIHO dan PETA, didirikan
Penelitian merupakan serangkaian
sebagai wadah bagi para pemuda untuk
upaya
belajar ilmu kemiliteran. Pelajar sekolah
sistematis.
Dalam
dalam organisasi Gakutotai, kemudian
pendekatan
yang
seinindan (barisan pemuda), keibodan
adalah melalui pendekatan kualitatif yaitu
(barisan keamanan), sushintai (barisan
dengan cara mengumpulkan data melalui
pelopor), serta Jibakutai (barisan berani
naskah wawancara, catatan lapangan,
mati).
dokumen pribadi, catatan memo, dan
Pembentukan pasukan pembela tanah air (PETA) tanggal 3 oktober 1943
pencarian
sesuatu
secara
penelitian dilakukan
ini
peneliti
dokumen resmi lainnya. b.
Jenis penelitian
dilakukan oleh Letjen Kumakici Harada
Penelitian ini akan menggunakan
melalui Osamu Seiri nomor 44 yang
jenis penelitian Studi Historis (historical
mengatur tentang pembentukan PETA.
studies)
Pembentukan PETA ini, Jepang bercermin
peristiwa yang telah berlalu.
dari Perancis saat menguasai Maroko
c.
dengan memanfaatkan pemuda Maroko
yakni,
meneliti
peristiwa-
Kehadiran Peneliti Peneliti bertindak sebagai observer
sebagai tentara Perancis. Peranan anggota
sekaligus
PETA ini sangat besar dalam upaya
peneliti
memperjuangkan
dan
wawancara pada narasumber. Dalam hal
mempertahankannya. Disinilah inti dari
ini peneliti berterus terang kepada para
kekuatan RI nantinya (sering diistilahkan
narasumber
dengan embrio dari TNI).
wawancara maupun pengamatan yang
kemerdekaan
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
pengumpul terjun
jika
data,
langsung
hasil
sehingga melakukan
data
dari
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
dilakukan adalah dipergunakan untuk
sertaorang-orang atau veteran perang yang
melakukan penelitian.
terlibat dalam kejadian tanggal 14 februari
2.
1945 tersebut.
Tahapan Penelitian Menurut Wood Gray, et al., (dalam
b) Waktu penelitian
Sjamsuddin. 2007: 89) paling tidak ada
Waktu penelitian telah ditetapkan
enam tahap yang harus ditempuh dalam
oleh lembaga selama 6 bulan.
penelitian sejarah, yaitu:
4.
Sumber Data
1.
Memilih suatu topik yang sesuai;
2.
Mengusut semua evidensi (bukti) yang
penelitian
relevan dengan topik;
dimana
Membuat catatan tentang apa saja
penelitian ini penulis menggunakan data-
yang dianggap penting dan relevan
data yang diperoleh dari sumber data
dengan topik yang ditemukan ketika
tertulis dan sumber lisan(wawancara).
penelitian sedang berlangsung:
Sumber data tertulis didapat dari buku-
Mengevaluasi secara kritis semua
bukuyang relevan, sedangkan data lisan
evidensi
didapat dari wawancara kepada saksi
3.
4.
yang
telah
Yang dimaksud sumber data dalam
dikumpulkan
(kritik sumber); 5.
Menyusun
data
itu
persoalan
tentang
diperoleh.
Dalam
mata atau pelaku suatu kejadian sejarah.
hasil-hasil
penelitian
5.
Prosedur Pengumpulan Data
(catatan fakta-fakta) kedalam suatu
6.
adalah
Prosedur pengumpulan data yang
pola yang benar dan berarti, yaitu
akan
sistematika
wawancara kepada para pihak yang
tertentu
yang
telah
digunakan
adalah
melalui
disiapkan sebelumnya;
terkait dalam peristiwa perlawanan PETA
Menyajikannya dalam suatu cara yang
di Blitar yang dipimpin oleh Shodancho
dapat
Supriyadi.
menarik
perhatian
dan
Observasi
tempat-tempat
mengkomunikasikannya kepada para
yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
pembaca sehingga dapat dimengerti
Teknik
sejelas mungkin.
dokumen / catatan-catatan penting dari
3.
Tempat dan Waktu Penelitian
berbagai pihak yang ada hubungannnya
a)
Tempat penelitian
dengan
Tempat
yang
akan
pengumpulan
data
dengan
perlawanan PETA di Blitar.
digunakan
Dokumen tidak hanya catatan tetapi film-
penelitian adalah di Blitar, baik itu Kota
film, gambar-gambar serta buku yang
maupun Kabupaten yang berhubungan
pernah ditulis orang lain.
dengan tragedi perlawanan PETA di Blitar
6.
Teknik Analisis Data
yang dipimpin oleh Shodancho Supriyadi , Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Untuk mendapat suatu penelitian
e.
bahan referensi
yang dapat dipertanggungjawabkan maka
f.
mengadakan member cek
membutuhkan data yang obyektif, agar
2) Pengujian Transferability
mendapatkan data yang obyektif maka
Pengujian ini merupakan pengujian
pengumpulan data dari peristiwa sejarah
eksternal
menggunakan
Hasil yang didapat dapat dipakai dan
Tahapan
metodologi
pertama
sejarah.
dalam
metodologi
diterapkan
dalam penelitian kualitatif.
dalam
sejarah adalah Heuristik. Langkah yang
dalam
ke dua dalam metodologi sejarah adalah
memberikan
Verivikasi atau kritik sumber. Verivikasi
sistematis
dilakukan untuk memperoleh keabsahan
3) Pengujian Dependability
sumber. Ada 2 tahapan pada proses verifikasi
yaitu(1)Kritik
ekstern
:
pembuatan
situasi lain. Maka
yang
Pengujian
laporannya rinci,
harus
harus
jelas
sesuai
dan
fakta
dilapangan. Antara laporan dan penelitian
menekankan pada keaslian sumber atau
dilapangan
otentik. Sumber yang asli biasanya waktu
keabsahan
dan tempatnya diketahui. Makin luas dan
dipertanggungjawabkan,
makin dapat dipercayapengetahuan kita
dilakukan oleh orang lain yang ingin
mengenai suatu sumber, akan makin asli
melakukan penelitian yang seperti itu.
sumber itu. (2)Kritik intern:menekankan
4) Pengujian Konfirmability
makna yang dikandung dari sumber sejarah.
harus
sesuai
sehingga
temuannya
bisa
dan
dapat
Penelitian yang sesuai objektifitas dilapangan. Dikatakan objektif jika sudah
Metodologi sejarah yang ke 3
disepakati oleh banyak orang.
adalah interpretasi atau analisis sejarah.
III. HASIL DAN KESIMPULAN
Interpretasi adalah penafsiran terhadap
A. Riwayat Singkat Supriyadi
suatu
peristiwa
pandangan
teoritis
atau
memberikan
terhadap
suatu
Latar belakang kehidupan seseorang dalam
kajian tokoh
adalah
pekerjaan
peristiwa.
yang tidak boleh terabaikan. Dari latar
7.
belakang kehidupan ini
Pengecakan Keabsahan Temuan
nantinya dapat
1) Uji Kredibilitas
diketahui
Dibagi manjadi beberapa tahapan yaitu:
kepribadian
a.
perpanjangan pengamatan
mempengaruhi
b.
peningkatan ketekunan
bertingkah
c.
triangulasi
belakang seseorang tokoh menyebabkan
d.
analisis kasus negatif
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
faktor-faktor
pembentuk
seseorang
laku.
cara
berfikir
Telaah
atas
yang dan latar
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
adanya
kecenderungan
perkembangan
literatur sejarah.
masa kolonial Belanda, yaitu di ELS (Europesche Lagere School) atau Sekolah
Supriyadi nama aslinya Priyambodo
Dasar, dan meneruskannya ke MULO
lahir pada tanggal 13 April 1923 di
(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau
Trenggalek, bernama
Jawa
Darmadi,
PamongPraja,
dan
Timur.
Ayahnya
SMP di
Madiun,
kemudian
seorang
pegawai
Pamong Praja dengan mulus karena dia
istrinya
bernama
termasuk
anak
yang
sekolah
cerdas.Setelah
Rahayu. Sejak kecil ia ditinggal mati oleh
mengikuti latihan semi militer kepemudaan
ibunya dan ayahnya kawin lagi dengan
di Tangerang pada ZamanJepang, ia
kerabatnya, yakni Soesilih. Sejak kecil ia
menjadi anggota-anggota Bo-ei Gyugu,
dekat dan pernah
pasukan
diasuh
oleh
eyang
pembela
kakung atau kakek tiri (ayah Soesilih)
ditempatkan
yang bernama Sosrodihardjo
pasukan
seorang
di
tanah
PETA di
itu Sosrodihardjo sudah memprediksikan
B. Pemberontakan PETA
kemudian
atas
kwartal
pertama
1944,
namanya
Situasi ekonomi makin lama makin buruk.
diganti menjadi Supriyadi mempunyai
Sebagai pemuda-pemuda yang berkala dari
kelebihan-kelebihan,
daerah setempat, prajurit PETA bergaul
anak-anak
heroik
jika dibandingkan
lain
dengannya. Supriyadi
kemauannya
III
Blitar sebagai
komandan.
Selama
dan
Peleton I kompi
mantri guru di Kertosono. Pada waktu
atau meramalkan bahwa Priyambodo yang
air,
yang
seumuran
Dari Sosrodihardjo dinasihati dengan
atau
dengan orang-orang desa dan melihat
inilah
dengan mata kepala, beban berat yang
nilai-nilai
harus dipukil oleh rakyat. Mereka melihat
yang
bahwa banyak orang di desa-desa hanya
pahlawan-pahlawan
makan sekali sehari, dan itupun tidak
sehingga nantinya ikut
mencukupi untuk menghilangkan laparnya,
membentuk kepribadian Supriyadi yang
apalagi untuk memberikan cukup gizi.
lebih
mengutamakan kepentingan orang
Sering kali makannya terdiri atas ubi atau
banyak dari pada kepentingan pribadi.
ketela yang dibakar atau direbus, karena
Supriyadi juga dibekali dengan ilmu-ilmu
beras yang dihasilkan di sawah-sawah
kejawen seperti: tirakat (mengasingkan
mereka dengan kerja keras diambil oleh
diri),
kumiai.
bersumber pewayangan
berjiwa pahlawan pada
nglakoni,
semedi
(meditasi/perenungan) dan sebagainya.
Kerja keras dilaksanakna oleh para
Selain itu, Supriyadi memdapatkan
romusha. Romusha itu disanjung-sanjung
pendidikan formal yang memadai pada
oleh propaganda Jepang sebagai pahlawan
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
bekerja,
dalam
kenyataan
mereka
Akibatnya
terjadilah
pertemuan-
dilakukan sebagai budak. Kerja bersama
pertemuan rahasia yang digelar sejak bulan
Romusha itu merupakan pengalaman yang
September 1944. Shodancho Supriyadi
traumatis bagi kebanyakan prajurit PETA,
merencanakan
Mulai dini hari para romusha yang
sebagai pemberontakan, tetapi juga sebuah
menyerupai
kerangkan
revolusi
dikumpulkan
untuk
berjalan
menggali
itu
bunker,
sering kali didalam batu karang. Demikian suasana di daidan-daidan
aksi
itu
bukan
hanya
menuju
kemerdekaan
bangsa
Indonesia.
Para
pemberontak
PETA
tersebut
menghubungi
komandan-
komandan batalyon di berbagai wilayah
pada bagian kedua tahun 1944, suatu
lain
suasana
rasa
senjata dan menggalang kekuatan rakyat.
sololidaritas dengan usaha perang Jepang.
Kemudian tanggal 14 Februari 1945 dipilih
Dalam pandangannya orang jepang bukan
sebagai
lagi “saudara tua”
yang datang untuk
melaksanakan pemberontakan, karena saat
membantu mereka dalam mempersiapkan
itu akan ada pertemuan besar seluruh
diri untuk merdeka. Akhirnya prajurit
anggota dan komandan PETA di Blitar,
PETA
sehingga
kekecewaan.
Lenyapnya
berencana
melakukan
untuk
bersama-sama
waktu
yang
diharapkan
mengangkat
tepat
untuk
anggota-anggota
pemberontakan yang mempunyai latar
PETA yang lain akan ikut bergabung
belakang utama yaitu kondisi Romusha.
dalam aksi perlawanan. Tujuannya adalah
C. Peran Supriyadi
untuk
Shodancho Supriyadi dan Muradi serta rekan-rekannya
yang merupakan
lulusan pertama pendidikan komandan peleton
PETA
Blitar
dan
mengobarkan semangat pemberontakan di daerah-daerah lain. Walaupun rencana pemberontakan telah dipersiapkan secara baik, akan tetapi
dikembalikan ke daerah asalnya untuk
terjadi hal yang tidak diduga. Tiba-tiba
bertugas di bawah Daidan (Batalyon) yaitu
pimpinan
di
memutuskan
penderitaan
Bogor.
Kota
Mereka
Blitar.
di
menguasai
Namun
yang
melihat
Kekaisaran
membatalkan
Jepang
pertemuan
diakibatkan
besar seluruh anggota dan komandan
perlakuan tentara Jepang. Selain itu, ada
PETA di Blitar. Selain itu, Kempeitai
aturan walau sekelas Komandan Batalyon
(polisi rahasia Jepang) ternyata sudah
atau Daidan, tentara PETA wajib memberi
mencium
hormat
Supriyadi dan kawan-kawan.
pada
rakyat
setelah
tentara
serdadu
Jepang
walau
rencana
aksi
Shodancho
pangkatnya lebih rendah. Harga diri para perwira PETA pun terusik. Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Seperti yang dijelaskan oleh Baskara T. Wardaya, Sj
Tanggal 13 Februari 1945 malam hari, Shodancho Supriyadi memutuskan bahwa
Supriyadi dinilai pantas oleh Jepang untuk menjadi perwira instruktur yang diangkat Jepang dengan tugas membentuk tentara-tentara pribumi sebagai kader PETA. Ia ditempatkan di pleton I kompi III PETA di Blitar dengan pangkat Shodancho. Mendapati kesengsaraan dan penderitaan orang-orang akibat penindasan Jepang, Supriyadi bentrok. Ia menggalang kekuatan dan strategi untuk melancarkan pemberontakan dan mendapat persetujuan bersama, Rabu 14 Februari 1945 dini hari. Baskara T. Wardaya, Sj (2008:24). Shodancho Supriyadi beserta para
pemberontakan
tetap
harus
dilaksanakan. Siap atau tidak siap, inilah saatnya tentara PETA membalas perlakuan tentara Jepang. Shodancho Supriyadi juga berharap bahwa pengorbanan darah dan nyawa para pemberontak PETA akan mengobarkan segenap
semangat
bangsa
kemerdekaan,
perjuangan
Indonesia
meskipun
menuju
semua
orang
sudah tahu mereka akan kalah menghadapi tentara Kekaisaran Jepang. Tidak semua anggota Daidan Blitar ikut memberontak. Shodancho Supriyadi
komandan dan anggota PETA di Blitar
meminta
juga dihadapkan pada posisi sulit. Apabila
menyakiti
terus melanjutkan perlawanan, mereka
walaupun tak mau memberontak. Akan
akan kalah karena jumlah mereka tidak ada
tetapi, semua orang Jepang wajib dibunuh.
apa-apanya dibandingkan jumlah tentara Kekaisaran
Jepang.
perlawanan
dibatalkan
Kekaisaran rencana
Jepang aksi
Namun, pun
jika tentara
para
pemberontak
sesama
tidak
anggota
PETA
Tepat tanggal 14 Februari 1945 dini hari pukul 03.00 WIB, pasukan PETA pimpinan
Shodancho
Supriyadi
sudah
mengetahui
menembakkan mortir ke Hotel Sakura
mereka,
sehingga
yang menjadi kediaman para perwira
kemungkinan besar para pemberontak akan
militer
ditangkap, lalu dijatuhi hukuman yang
Kempeitai juga ditembaki senapan mesin.
sangat berat, yakni hukuman mati.
Akan tetapi ternyata kedua bangunan
Sebenarnya, banyak yang menilai
Kekaisaran
Jepang.
Markas
tersebut sudah dikosongkan, karena pihak
rencana aksi pemberontakan PETA belum
Jepang
siap, salah satunya Sukarno. Bung Karno
pemberontakan PETA. Dalam aksi yang
sempat meminta Shodancho Supriyadi dan
lain, salah seorang bhudancho (bintara)
para perwira PETA yang lain siap memikul
PETA
tanggung jawab maupun akibat apabila
"Indonesia
telah
mencium
merobek Akan
poster
rencana
aksi
bertuliskan
Merdeka"
dan
aksi pemberontakan PETA ternyata gagal. Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 11||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
menggantinya dengan tulisan "Indonesia
dalam kawah Gunung Kelud dekat Kota
Sudah Merdeka!".
Blitar. Ada pula sebagian orang yang
Pemberontakan
PETA
sendiri
akhirnya tidak berjalan sesuai rencana. Shodancho Supriyadi gagal menggerakkan satuan
lain
untuk
memberontak
dan
rencana pemberontakan ini pun terbukti telah diketahui oleh pihak Jepang. Dalam waktu
singkat,
pasukan
Jepang
mengirimkan
untuk
memadamkan
militer
pemberontakan PETA. Sebanyak 78 orang perwira dan prajurit
PETA
ditangkap
dari
Blitar
akhirnya
dan dijebloskan ke
dalam
penjara untuk kemudian diadili di Jakarta. Sebanyak enam orang divonis hukuman mati di Ancol pada tanggal 16 Mei 1945, enam orang dipenjara seumur hidup, dan sisanya dihukum sesuai dengan tingkat
Supriyadi
tetapi, tidak
nasib
Shodancho
diketahui.
Shodancho
Supriyadi menghilang secara misterius tanpa ada seorang pun yang mengetahui kabarnya.
Sebagian
orang
meyakini
Shodancho Supriyadi tewas di tangan tentara
Jepang
dalam
pertempuran.
Sebagian orang juga ada yang meyakini Shodancho
sesungguhnya masih hidup hingga saat ini, hanya saja keberadaannya tidak diketahui atau sering hidup di alam ghaib. Namun satu hal yang pasti, hilangnya Shodancho Supriyadi adalah suatu misteri sejarah nasional Indonesia yang belum jelas hingga saat ini. Setelah Shodancho Presiden
Indonesia Supriyadi
Soekarno
Pertahanan
dan
merdeka,
diangkat sebagai
oleh
Menteri
Keamanan
Republik
Indonesia yang pertama. Namun, Supriyadi ternyata tidak pernah muncul lagi untuk selama-lamanya, hingga saat pelantikan para menteri. Kemudian, saat para menteri dilantik oleh Presiden Soekarno, tertulis "Menteri Pertahanan belum diangkat".
kesalahan. Akan
meyakini bahwa Shodancho Supriyadi
Supriyadi
tewas
diterkam
binatang buas di hutan-hutan sekitar Kota Blitar. Sebagian orang pun ada yang meyakini Shodancho Supriyadi melakukan ritual dengan cara menceburkan dirinya ke
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
Akhirnya, karena Supriyadi benar-benar tidak muncul lagi, Presiden Soekarno pun mengangkat Muhammad Menteri
dan
melantik
Imam
Suliyoadikusumo
sebagai
Pertahanan
dan
Keamanan
Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia pun mengakui jasa-jasa Supriyadi dan akhirnya mengangkatnya sebagai salah satu pelopor kemerdekaan serta sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. D. Pembubaran PETA Pada tanggal 18 Agustus telah dikeluarkan pemerintah kepada komandansimki.unpkediri.ac.id || 12||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
komandan
bawahan
Jepang
yang
memproklamasikan
membubarkan daidan-daidanPETA, dan
Indonesia.
pada tanggal 19 Agustus Letnan Jenderal
Kesimpulan
NaganoYuichiro,
panglima
kemerdekaan
terakhir
PETA atau Pembela Tanah Air
Tentara Keenam belas di Jawa, telah
merupakan salah satu tentara bentukan
mengucapkan pidato perpisahan kepada
Jepang. PETA didirikan pada tanggal 3
para anggota PETA yang dibubarkan.
oktober 1943 oleh Letjen Kumakici Harada
Tanpa kecuali semua daidan terkena
melalui Osamu Seiri No. 44 yang mengatur
pendadakan dan telah dilucuti
tentang
tanpa
mereka ketahui sebelum terlambat.
pembentukan
PETA.Pelatihan
PETA yang pertama kali dilakukan pada
Prosedurnya boleh dikatakan sama. Mereka diperintahkan untuk menyerahkan senjatanya kepada heiki shodancho yang
tanggal 15 Oktober 1943 dengan nama Dai Ichiji sampai akhir Desember 1943. Melihat penderitaan rakyat yang
menyimpannya ke dalam gudang. Alasan
diakibatkan
yang diberikan adalah bahwa mereka akan
Kondisi
diberi senjata Jepang sebagai penggati
dikerahkan untuk kerja paksa membangun
senjata Belanda yang hingga saat itu
perbentengan
mereka gunakan. Hal itu dihubungkan
menyedihkan. Banyak yang mati akibat
situsi perang yang gawat.
Kemudian
kelaparan dan disentri tanpa diobati. Para
mereka kumpulkan pada lapangan parade
prajurit PETA geram melihat tentara
dan diberi pidato panjang-lebar. Sementara
Jepang
itu prajurit-prajutit daitai Jepang setempat
Indonesia. Para wanita ini dijanjikan
sudah siap, sebagai mereka mengepung
mendapat pendidikan di Jakarta, namun
komplek daidan selesai dengan apel para
ternyata malah menjadi pemuas nafsu
Prajurit
dengan
tentara Jepang. Selain itu, ada aturan walau
PETA.
sekelas Komandan Batalyon atau Daidan,
Keesokan harinya, sennin sidokan untuk
tentara PETA wajib memberi hormat pada
Pertama kali mengumpulkan para perwira
serdadu Jepang walau pangkatnya lebih
dan
rendah. Harga diri para perwira PETA pun
Jepang
membawa
sudah
pergi
senjata-senjata
pemberitahuan
kepada
mereka
mengenai kapitulasi Jepang dan keputusan pimpinan Tentara Keenam belas untuk
perlakuan
Romusha,
tentara
atau
di
orang
pantai
melecehkan
Jepang. yang
sangat
wanita-wanita
terusik. Hal
itu menyebabkan terjadinya
pembubaran PETA. Tetapi mereka tidak
pemberontakan PETA di Blitar pada
diberitahu bahwa
tanggal 14 Februari 1945 yang dipimpin
Sukarno-Hatta
telah
oleh Shodancho Supriyadi. Shodancho Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 13||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Supriyadi adalah perwira instruktur yang diangkat
Jepang
untuk
pembentukan
tentara-tentara pribumi sebagai kader inti PETA
(Pembela
Tanah
Air).
Ia
ditempatkan di Peleton I Kompi III PETA di Blitar. Pada tanggal 14 Februari 1945, kebenciannya kepada penjajah Jepang akhirnya menjadi sebuah pemberontakan di Blitar. Pemberontakan tersebut bisa dipadamkan dalam waktu singkat, karena kekuatan yang tidak berimbang, anggota PETA yang melakukan perlawanan itu akhirnya dapat ditumpas. Sejumlah anak buah
Shodancho
Supriyadi
menyerah
bahkan ada yang dihukum mati dan dipenjara. Sedangkan keberadaan Shodancho Supriyadi
saat
ini
masih
diliputi
misteri.Keberanian para tentara PETA Blitar,
yang
Supriyadi
dipimpim
melawan
menginspirasi
Shodancho
Jepang,
timbulnya
telah berbagai
perlawanan sejenis dari para tentara PETA di daerah lainnya. Perlawanan PETA tersebut merupakan kekuatan moral bagi para
pemimpin
bangsa
memproklamasikan
untuk
segera
Kemerdekaan
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Isnaeni, Hendri S. Dan Apid. 2008. Romusha (Sejarah Yang Terlupakan). Yogyakarta: Ombak. Lucas, Anton. 2012. Radikalisme Lokal(Oposisi dan Perlawanan Terhadap Pendudukan Jepang di Jawa). Yogyakarta: Syarikat Indonesia. Notosusanto, Nugroho. 1979. Tentara PETA Pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Prajitno, Koesdi. 1996. PETA. Kediri: Yayasan Pembela Tanah Air. Rahardjo, Pamoe. 1993. Bumi Keprajuritan Bogor (Bumi Latihan Perwira Tentara Pembela Tanah Air – Bogor Kyo Ikutai). Jakarta: YAPETA. Saleh, R.H.A. 2000. Mari Bung Rebut Kembali !. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Wardaya, Baskara T. 2008. Mencari Supriyadi (Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno). Yogyakarta: Galangpress. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembela_Tana h_Air#Pembubaran_PETA http://www.Biografipahlawan.com/2014/1 1/biografi-supriyadi.html
Mohamad A’inur Rofiq | NPM:11.1.01.02.0026 FKIP - Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 14||