Peran Peternak dan Nelayan serta Organisasinya dalam Penyediaan Produk Pangan Hewani [1] Oleh: Ir. H. Winarno Tohir [2] Pendahuluan Produk pangan hewani (dari hasil peternakan maupun perikanan) merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi rakyat selain bahan pangan pokok rakyat (beras). Sebagai pendamping sajian makan sehari-hari, bahan pangan hewani merupakan sumber protein penting (selain protein nabati) yang sangat berperanan dalam pemenuhan gizi masyarakat. Secara tradisional, sejak dahulu, masyarakat kita sudah menyandingkan produk pangan hewani ini dalam menu makanan sehari-harinya. Kelimpahan ketersediaan sumberdaya alam hayati di negeri ini, telah memberikan kesempatan ekonomi untuk dapat dimanfaatkan guna pemenuhan kebutuhan hidup. Lautan yang membentang luas dengan bentangan garis pantainya telah memunculkan profesi nelayan dan petani tambak. Bentangan danau dan aliran sungai telah memunculkan petani-petani ikan yang sanggup memenuhi kebutuhan protein hewani rakyat, serta peternakan rakyat yang tersebar di seluruh nusantara. Keberadaan nelayan, petani tambak, petani ikan, dan peternakan rakyat merupakan fakta adanya suatu kesadaran atau pemahaman akan potensi ekonomi yang terkandung pada lingkungan sumberdaya alam di sekeliling kita yang dapat memberikan kesejahteran bagi para pelakunya. Dan merupakan suatu fakta pula di negeri ini bahwa sebagian besar dari mereka (petani-peternak dan nelayan) hidup jauh dari kesejahteraan. Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia yang berprofesi sebagai petani-peternaknelayan selalu dikedepankan sebagai alasan keterpurukan ekonomi yang dideritanya sebagai akibat keterbatasan akses mereka terhadap fasilitas-fasilitas ekonomi yang tersedia. Keragaan kualitas sdm yang demikian inilah yang memunculkan urgensi dari keberadaan organisasi keprofesian. Dengan berkumpul dan bernaung dalam suatu organisasi yang homogen secara profesi, dan dipimpin oleh pemuka-pemukanya, maka diharapkan kelemahan akses mereka terhadap kesempatan/fasilitas ekonomi dapat tereleminasi.
I. Kelompok KTNA, Fungsi dan Peranannya Kelompok KTNA merupakan organisasi profesi yang beranggotakan kontak-kontak taninelayan andal yang nota bene merupakan pemuka-pemuka dan atau tokoh-tokoh tani / ketua kelompok tani dalam suatu wilayah (kelompok) baik hamparan maupun domisili. Sebagai wadah tempat berkumpulnya petani-nelayan terpilih yang mewakili kelompoknya (petaninelayan) Kelompok KTNA mempunyai misi:
1. Memberdayakan petani-nelayan; Pendekatan paradigma pembangunan pertanian yang telah bergeser dari pendekatan produksi/komoditas untuk kesejahteraan pada pendekatan pemberdayaan petani-nelayan yang dapat mensejahterakan diri dan keluarganya memberi pemahaman bahwa pembangunan pertanian pada dasarnya adalah membangun para pelaku pertanian (petani/peternak dan nelayan). Keterbatasan kualitas sdm petani/peternak dan nelayan menjadi muara mengapa pemberdayaan petani/peternak/ nelayan menjadi penting untuk dilakukan dan keragaan kualitas sdm petani-nelayan ini pula yang harus menjadi pijakan awal manakala program/kebijakan pemberdayaan dirumuskan dan diimplementasikan. Program pemberdayaan petani-nelayan lebih menitik beratkan pada peningkatan kualitas sdm para petani-nelayan dan metode penyuluhan pertanian sebagai suatu proses belajar yang dilakukan secara non formal, fleksibel diyakini merupakan media pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas sdm pertanian . Penyuluhan dan Pemberdayaan petani-nelayan (masyarakat) merupakan strategi dasar yang perlu ditempatkan sebagai salah satu agenda utama pembangunan pertanian. Pada implementasinya, kegiatan penyuluhan pertanian-peternakan-perikanan memerlukan kepemimpinan dan keteladanan dari para pelaku langsung kegiatan usaha tani-ternakikan. Rendahnya kualitas sdm petani-peternak-nelayan menyebabkan mereka lebih percaya pada para pemuka tani-ternak-nelayan daripada para petugas penyuluh resmi (PPL). Mereka akan merasa lebih aman dan nyaman apabila mereka mengikuti/mengadopsi inovasi/teknologi yang juga turut dilakukan oleh para pemuka tani mereka. Dengan kepemimpinan dan keteladanan dari para pemukanya maka proses transfer/adopsi inovasi akan dapat lebih dipercepat. Sebagai suatu organisasi yang anggota-anggotanya adalah para petani-nelayan maju dan terpilih, kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat melalui keteladanan merupakan profesi KTNA yang digeluti sehari-hari. Kita meyakini bahwa keteladanan (dalam berusaha tani) merupakan suatu bentuk penyuluhan yang paling efektif untuk petani-nelayan di sekitar lingkungan pemberi tauladan karena petani-nelayan dapat melihat dan menyaksikan secara langsung kebaikan, keuntungan maupun baik-buruknya suatu teknologi usaha tani baru (inovasi). Dengan keteladanan ini pula diharapkan akan mendorong tumbuhnya kepemimpinan petani-nelayan yang mandiri, dapat diandalkan, rasional, dan dapat menjadi inspirator maupun innovator dalam mengahadapi berbagai masalah yang muncul. 2. Membangun kemandirian kelembagaan tani-nelayan; Membangun kemandirian kelembagaan tani-nelayan dimaksudkan sebagai upaya menumbuhkan organisasi kelompok tani yang makin kuat dan bercirikan pada aspek manajemen dan finansial yang sehat, disertai dengan kepemimpinan yang handal.. Dalam rangka meningkatkan posisi tawar nilai tukar produk pertanian terhadap produk dari sektor ekonomi lainnya. Saat ini sudah terbentuk asosiasi-asosiasi petani-nelayan berdasarkan komoditas produk yang diusahakannya. Dengan demikian petani-nelayan
dapat bersatu untuk menentukan harga, pergiliran tanam berdasarkan pangsa pasar, maupun standardisasi dan grading komoditas yang bersangkutan sehingga harga dapat dipertahankan dalam koridor yang cukup mengangkat tingkat kesejahteraan petaninelayan. 3. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan tani-nelayan; Meningkatkan kemampuan kewirausahaan tani-nelayan dimaksudkan sebagai upaya pemberdayaan petani-nelayan dalam bentuk penguasaan dan peningkatan teknologi usaha taninya. Dengan P4S yang didirikannya, KTNA telah memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan bagi ribuan petani muda di seluruh nusantara dengan lahan/kebun percobaan miliknya sendiri (swadaya dan swakelola). 4. Mengembangkan potensi ekonomi desa melalui pengembangan sumberdaya pertanian; Pengembangan Potensi ekonomi pedesaan erat kaitannya dengan pemanfaatan ketersediaan sumberdaya alam yang tersedia dan bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya di seluruh nusantara. Keberagaman keragaan sumberdaya alam (hayati/non hayati) ini merupakan suatu keunggulan komparatif bila dikaitkan dengan produk-produk unggulan masing-masing daerah, yang apabila dapat dikelola secara optimal, produk/komoditas unggulan ini merupakan produk yang memiliki daya saing yang sangat tinggi dan merupakan sumber devisa negara yang cukup signifikan. Contohnya, adalah sawit, rumput laut, udang, tuna dlsb.. Sebagai praktisi tani-nelayan yang ada di seluruh nusantara, KTNA tidak hanya mendorong terbentuknya kelompok-kelompok tani-nelayan yang bergerak dalam bidang usaha tani-nelayan komoditas tersebut di atas, tetapi juga mengusahakannya sendiri dengan maksud memberikan penyuluhan dan pemberdayaan melalui keteladanan. Diharapkan dengan melihat keuntungan dari usaha-tani-nelayan yang dilakukan oleh KTNA, maka petani-nelayan lain dapat meniru dan mempelajarinya secara langsung di lapangan. II.
Penyediaan/Pemenuhan Bahan Pangan Hewani
Di muka telah disinggung bahwa profesi petani/peternak/nelayan muncul sebagai turunan langsung dari berbagai kesempatan ekonomi yang tersedia di sekelilingnya. Pada mulanya profesi ini muncul hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarganya (sub sisten), dan kemudian berkembang menjadi kegiatan ekonomi komersial demi meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Karena sudah ada perubahan tujuan, maka dalam perjalanannya, ada yang terus bertahan (dengan segala keterbatasan yang ada) dan adapula yang beralih profesi pada bidang lain yang menjanjikan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Saat ini masih banyak petani/peternak dan nelayan yang masih terus menggantungkan hidupnya pada usaha tani ternak maupun nelayan.
Peternakan rakyat masih cukup dominan kita jumpai dibandingkan peternakan dalam skala industri. Dengan teknologi sederhana (akibat keterbatasan pengetahuan dan akses terhadap teknoligi) mereka terus memproduksi bahan pangan hewani sehingga kebutuhan masyarakat akan protein hewani dapat terpenuhi. Begitu pula pada sektor perikanan. Ikan dan produkproduk perikanan lainnya masih dianggap sebagai bahan pangan hewani (protein hewani) dengan harga yang paling mudah terjangkau dibandingkan dengan bahan pangan hewani lainnya. Keberadaan peternakan rakyat, dan nelayan ini sadar maupun tidak menyumbang angka yang cukup signifikan dalam upaya pemenuhan/penyediaan bahan pangan hewani masyarakat kita. Keberadaan dan keberlangsungan usaha mereka akan mempengaruhi tingkat penyediaan sumber bahan pangan hewani masyarakat kita. Fakta bahwa tingkat kesejahteraan mereka relative tertinggal dibandingkan dengan pelaku ekonomi pada sektor lain di negeri ini, menunjukkan bahwa sector ini memerlukan uluran/campur tangan pemegang kebijakan baik dalam bentuk fasilitas ekonomi maupun regulasi sehingga mereka dapat terus melakukan kegiatan usahanya dan dapat memberikan kesejahteraan bagi keluarganya. Penulis mengamati bahwa sector peternakan rakyat sangat terkendala dengan tingginya harga pakan dan bibit, disamping lemahnya kepemilikan modal. Sementara pada sector perikanan, kendala utama adalah pada penguasaan sumberdaya modal (karena kegiatan perikanan memerlukan investasi yang tinggi). Lemahnya kualitas sdm menjadikan mereka lemah pula terhadap akses permodalan formal yang tersedia (perbankan) sehingga mereka sering terbelit pada lembaga keuangan swasta (rentenir). Disini diperlukan regulasi/fasilitas permodalan dalam bentuk kredit program misalnya. Baru-baru ini, para nelayan sangat menderita dengan maraknya issue formalin pada ikan hasil tangkapan mereka. Begitu pula para peternak ayam kita sangat menderita akibat merebaknya penyakit avian influenza. Ketika issue formalin merebak, nelayan merasa paling disalahkan. Padahal, seharusnya pemerintah meninjau ulang tata niaga formalin sehingga memberi pagar yang aman bagi penyalahgunaannya. Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki (lagi-lagi akibat lemahnya kualitas sdm) menyebabkan mereka sebenarnya tidak menyadari/ mengetahui akibat dari penggunaan formalin itu bagi kesehatan manusia. Merebaknya penyakit flu burung yang menyerang unggas dan manusia juga menyebabkan produk-produk peternakan unggas (daging dan telur) tidak laku dipasaran. Atau kalaupun laku, harganya sangat rendah dan tidak sebanding dengan harga factor produksinya. Ribuan peternakan rakyat gulung tikar akibat virus H5NI ini, sementara yang bertahanpun terusmenerus khawatir akan harga jual produknya dipasaran. Mengingat betapa pentingnya keberadaan peternakan rakyat dan perikanan rakyat bagi ketersediaan bahan pangan hewani masyarakat, maka harus pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan usaha mereka. Organisasi profesi seperti Kelompok KTNA telah mendorong para pelaku ekonomi ini untuk mengkonsolidasikan diri dan profesinya dalam perwujudan membentuk asosiasi-asosiasi profesi berdasarkan komoditas sehingga mereka mempunyai posisi tawar yang lebih baik terhadap pasar maupun regulator. Banyak sudah permasalahan/ kendala usaha yang telah disampaikan oleh asosiasi maupun kelompok profesi ini
kepada pihak yang berkompeten. Harapan asosiasi/kelompok aspirasi ini dapat didengar oleh pemerintah sebagai pemegang kebijakan. Sehubungan dengan peran pemerintah sebagai regulator dan fasilitator ini, maka yang harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan kegiatan peternakan dan perikanan rakyat ini adalah: 1. meningkatkan pengetahuan/teknologi peternak/nelayan sehingga dapat melakukan proses produksi secara optimal; 2.. Memberi akses terhadap permodalan, khususnya kredit program yang mengkhususkan diri pada usaha tani ternak dan nelayan (budidaya/tangkap); 3. Membantu akses terhadap pasar yang lebih berpihak pada produsen ternak/ikan; 4. Membantu proses pasca panen (dalam bentuk penyediaan teknologi) sehingga petani mendapat nilai tambah yang optimal dari produknya; 5. Menjamin ketersediaan sarana dan prasarana produksi peternakan dan perikanan rakyat dengan harga yang terjangkau; Bila semua peran peran itu dapat disediakan dan dijalankan oleh pemerintah, maka kelangsungan usaha peternakan dan perikanan rakyat akan dapat terjamin dan tentu saja dapat memberi kesejahteraan bagi para pelakunya. Kelangsungan usaha peternakan dan perikanan rakyat berarti jaminan akan ketersediaan bahan pangan hewani masyarakat yang bernilai gizi tinggi dan jaminan terwujudnya ketahanan pangan nasional.
Penutup Sebenarnya, dari sudut pandang usaha tani, banyak petani/peternak/nelayan yang ingin meningkatkan skala usahanya maupun beralih pada usaha tani ternak/nelayan yang lebih menjanjikan, tetapi karena berbagai keterbatasan yang ada, mereka akhirnya hanya mengusahakan yang mudah-mudah saja walaupun hasilnya rendah. Disinilah diperlukan keteladanan dan kepemimpinan dari kalangan petani/nelayan untuk menjadi pioneer bagi usaha tani/ternak/nelayan yang lebih menjanjikan itu, sehingga mereka dapat meniru sang pioneer untuk ikut meningkatkan skala usaha maupun berusaha pada jenis usaha tani ternak/nelayan lain tanpa bayangan kesulitan-kesulitan. Dan kelompok KTNA sebagai suatu organisasi profesi tempat berkumpulnya para pemuka-pemuka tani andal telah melakukan semua itu pada setiap tingkatan. Kelompok KTNA menyadari bahwa tidak mudah untuk menarik gerbong petani/peternak/nelayan kita menuju kepada gerbang kesejahteraan yang dicita-citakan. Namun harapan akan kesejahteraan ini senantiasa ada dan takkan pernah padam selama hayat masih dikandung badan. Apalagi setelah dicanangkannya revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan oleh pemerintah pada tahun 2006 silam. Semoga konsep itu bukan hanya sebagai suatu konsep yang bagus untuk diwacanakan, namun bagus pula untuk diimplementasikan. Demikian, semoga bermanfaat.
[1] Disampaikan dalam Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia “ Dukungan Teknologi untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat†Badan Litbang Departemen Pertanian RI, Bogor, 21 Nopember 2007. [2] Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional.