PERAN PERKEBUNAN DAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
RISA FANDI FEBRINA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Peran Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2013 Risa Fandi Febrina NIM H14090067
ABSTRAK RISA FANDI FEBRINA. Peran Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO, Ph.D. Pertumbuhan perkebunan dan industri minyak kelapa sawit berdampak positif pada perekonomian provinsi Kalimantan Selatan ditandai dengan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat setempat serta peningkatan pertumbuhan ekonomi di provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran sektor perkebunan dan industri minyak kelapa sawit dalam perekonomian provinsi Kalimantan Selatan. Metode analisis yang digunakan adalah input-output dengan menggunakan Tabel InputOutput provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi 50 sektor dan diagregasi menjadi 19 sektor. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan, analisis penyebaran, analisis pengganda serta analisis sektor prioritas. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa sektor industri minyak kelapa sawit merupakan sektor prioritas di provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai pengganda output maupun nilai pengganda pendapatan di atas rata-rata. Sedangkan, sektor hulu dari industri minyak kelapa sawit yaitu perkebunan kelapa sawit memiliki nilai pengganda output maupun nilai pengganda pendapatan di bawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perkebunan kelapa sawit tidak termasuk dalam sektor prioritas. Kata kunci: Kelapa Sawit, Kalimantan Selatan, Analisis Input-Output
ABSTRACT RISA FANDI FEBRINA. The Role of Plantation and Palm Oil Industry to South Kalimantan Province Economy. Supervised by ARIEF DARYANTO, Ph.D. The growth of plantation and palm oil industry has a positive impact in South Kalimantan economy. It's signed by its contribution to employment, increasing revenue of local labor, and increasing the growth of South Kalimantan economy. This reasearch has a purpose to analyze the role of plantation and palm oil industry sector in South Kalimantan economy. It's using input-output analyze method, and use input-output South Kalimantan table in 2010 which is classified by 50 sector and being aggregated to 19 sector as a reference. This research use linkage analysis, dispersion analysis, multiplier analysis, and priority sector analysis to get suitable result. Based on analysis result, it's found that palm oil industry is a priority sector in South Kalimantan with both multiplier have significant value. Meanwhile, the upstream sector of the oil palm industry is oil palm plantations have not significant value in output multiplier and income multiplier. This shows that palm oil plantation is not included in priority sector. Keywords: Palm Oil, South Kalimantan Province, Input-Output Analysis
PERAN PERKEBUNAN DAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
RISA FANDI FEBRINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Peran Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Nama : Risa Fandi Febrina NIM : H14090067
Disetujui oleh
Arief Daryanto, Ph.D Pembimbing
Diketahui oleh
Dedi Budiman Hakim, Ph.D Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk menganalisis peran perkebunan dan industri minyak kelapa sawit terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan serta mengetahui sektor prioritas di Provinsi tersebut. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Subandi dan Ibu Dyah Farida serta kakak-kakak dan keponakan dari penulis, Faishal Syahbana, Zainal Arifin, Adistia Rahmadhani, Ratna Widyaningsih, Nabila Arindya dan Fathir Athariz atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Arief Daryanto, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dengan sabar dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Manuntun Parulian Hutagaol selaku dosen penguji utama dan Ibu Ranti Wiliasih, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 4. Teman-teman satu bimbingan, Assrianti, Rezka Farah, dan Galuh Raga yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Sahabat penulis Mega, Meiyora, Salsa, Melli, Farah, Sri Wulan, Risya, Conny, Febby, Restya, Yuri, Rizky Hadi, Hickmah, Monik, Novia, Jessica atas dukungan dan doanya dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 46, 47 dan 48 terima kasih atas doa dan dukungannya. Fitria Nugrahaeni, Alika Syahara, Ken Ardhana, dan Chrisgerson Rudor serta kakak Ilmu Ekonomi 45 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2013 Risa Fandi Febrina
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
METODE PENELITIAN
14
GAMBARAN UMUM
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
SIMPULAN DAN SARAN
40
Simpulan
40
Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
55
DAFTAR TABEL 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan 2. Peran Ekspor Kelompok Hasil Industri Pengolahan Kelapa/ Kelapa Sawit Terhadap Total Ekspor Hasil Industri (dalam US$) 3. Tabel Input Output 4. Rumus Perhitungan Multiplier Effect menurut tipe dampak 5. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 6. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir 7. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah 8. Struktur Investasi 9. Struktur Nilai dan Presentase Ekspor Bersih 10. Struktur Presentase Nilai Tambah Bruto 11. Struktur Output Sektoral 12. Keterkaitan Output ke Depan 13. Keterkaitan Output ke Belakang 14. Koefisien Penyebaran 15. Kepekaan Penyebaran
3 4 10 16 21 25 27 28 29 31 32 33 36 37 38
DAFTAR GAMBAR 1. Produksi Minyak Kelapa Sawit di 22 Provinsi (ton),2011 2. Comparative to Competitive Advantage 3. Kontribusi Relatif Pertanian dan Agribisnis seiring dengan Peningkatan Pendapatan 4. Kerangka Pemikiran Operasional 5. Peta Provinsi Kalimantan Selatan
2 7 8 13 19
DAFTAR LAMPIRAN 1. Klasifikasi Sektor-sektor Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan Tabel Input-output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 2. Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 19 sektor (Juta Rupiah) (diolah) 3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 19 sektor (diolah) 4. Pengganda Output 5. Pengganda Pendapatan 6. Total Pengganda Output dan Pengganda Pendapatan tipe I dan tipe II 7. Riwayat Hidup
43 45 48 52 53 54 55
1
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Sektor perekonomian Indonesia terdiri dari beberapa sektor seperti sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor-sektor lainnya. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia didominasi dengan tingginya angka pada sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Hal ini dapat dilihat dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha, terlihat bahwa sektor industri pengolahan menempati urutan pertama tertinggi dalam kontribusinya sebesar Rp 597 134.9 miliar pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 634 246.9 miliar. Sehingga, dapat dikatakan sektor industri pengolahan meningkat sebesar 6.21 persen. Selain itu, untuk sektor pertanian kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari Rp 304 736.7 miliar pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 313 727.6 miliar pada tahun 2011, sehingga dapat dikatakan sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 2.95%. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 sekitar 14.72% yang merupakan urutan kedua setelah sektor Industri Pengolahan. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia, sektor pertanian cukup kuat dalam mempertahankan kondisinya serta dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian Indonesia (Statistik Kelapa Sawit Indonesia, 2010). Salah satu sub sektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah sektor perkebunan. Meskipun, sub sektor perkebunan belum terlalu signifikan kontribusinya terhadap sektor pertanian tetapi sub sektor ini sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja dan penghasil devisa. Menurut Badan Pusat Statistika (2012), sumbangan subsektor perkebunan terhadap sektor pertanian dari tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000, sub sektor perkebunan menyumbang 48 964 miliar rupiah terhadap sektor pertanian yang meningkat dibanding tahun 2010 sebesar Rp 47 110.2 miliar. Sehingga, dapat dikatakan sub sektor perkebunan meningkat sebesar 3,93%. Kelapa sawit merupakan komoditi yang memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional. Komoditi ini sangat berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi jutaan masyarakat Indonesia, menghasilkan devisa dan pendapatan negara, berperan dalam pengembangan wilayah serta menyediakan bahan baku bagi industri baik industri pangan (termasuk minyak goreng) maupun oleokimia. Peran industri minyak sawit dan produk turunannya akan terus berkembang, terutama dengan adanya program energi alternatif biodisel baik nasional maupun internasional. Namun, masih mengalami banyak kendala yang terkait dengan regulasi pemerintah (pungutan ekspor, pajak, dan restribusi lainnya), kurang tersedianya infrastruktur pendukung, dan faktor lingkungan yang menjadi sorotan yang tajam dalam pengembangan minyak sawit. Menurut Kurniawati (2005), selain untuk kebutuhan konsumsi (produk pangan) minyak
2
kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk kosmetik, biodiesel, pakan ternak serta pupuk kompos. Dengan berbagai manfaat diatas, investor asing semakin tertarik dalam upaya melakukan ekstensifikasi (perluasan areal perkebunan) dan membangun industri minyak kelapa sawit. Saat ini, area produksi kelapa sawit telah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia. Produksi (ton)
Provinsi
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011
Gambar 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit di 22 Provinsi (ton), 2011 Terlihat pada Gambar 1 bahwa produksi minyak kelapa sawit terbesar adalah Provinsi Riau sebesar 5.46 juta ton atau sekitar 24.88% dari total produksi Indonesia. Berdasarkan gambar di atas, Pulau Kalimantan termasuk dalam dua pulau yang menghasilkan kelapa sawit terbesar setelah Pulau Sumatera. Salah satu provinsi di Pulau Kalimantan yang menghasilkan produksi kelapa sawit cukup besar adalah Kalimantan Selatan. Produksi kelapa sawit di wilayah ini menduduki urutan pertama dengan 674 037 ton, dimana perkebunan besar swasta mengambil peran dominan (BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2012). Permintaan kelapa sawit pun mengalami peningkatan khusunya untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan. Terlihat pada Tabel 1 bahwa, kontribusi sub sektor perkebunan berkontribusi sebesar Rp 1 904 737.48 pada tahun 2010 dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar Rp 92 737.83 atau sekitar 4.87%. Kontribusi sektor perkebunan memiliki angka cukup besar setelah tanaman bahan makanan. Sedangkan pada sektor industri pengolahan, yang mendominasi dalam berkontribusi adalah industri non migas yang meliputi industri bahan makanan, logam, dan industri-industri lainnya. Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan perekonomian Kalimantan Selatan sehingga perlu adanya pengembangan lebih lanjut agar dapat meningkat setiap tahunnya.
3
Tabel 1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kalimantan Selatan 2010-2011. Lapangan Usaha Pertanian tanaman bahan makanan tanaman perkebunan peternakan dan hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Industri Pengolahan industri migas industri non migas Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,restoran dan hotel Transportasi dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
2010*) 7 259 481.77 3 271 839.39 1 904 737.48 502 738.19 335 795.67 1 224 371.04 6 811 199.69 3 247 973.75 3 247 973.75 155 552.83 1 707 343.74 4 731 901.96 2 684 843.69 1 260 123.08 2 815 703.36
2011**) 7 543 532.15 3 377 087.07 1 997 475.31 526 547.64 338 833.24 1 303 588.89 7 256 241.35 3 351 184.86 3 351 184.86 166 337.95 1 838 543.18 5 120 553.99 2 872 516.05 1 342 551.05 3 061 388.96
Sumber: BPS Kalimantan Selatan, 2012
Menurut Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan, dalam upaya mengembangkan tanaman perkebunan kelapa sawit, pihak pemerintah provinsi Kalimantan Selatan telah melakukan ekstensifikasi areal perkebunan dan pengembangan sawit rakyat di beberapa kabupaten. Namun, peluang untuk melakukan ekspansi lahan perkebunan sawit di Kalimantan Selatan dapat dikatakan terbatas karena adanya pertimbangan lingkungan. Dengan demikian, pendekatan intensifikasi perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi kegiatan ekonomi utama ini. Terdapat potensi peningkatan nilai yang signifikan dari pengembangan kelapa sawit, terutama dari pengembangan industri hulu melalui pengembangan lahan yang selektif, konversi lahan produkstif dan peningkatan produksi CPO. Pengembangan perkebunan kelapa sawit dan industri minyak kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan memiliki dampak positif khususnya pada penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat serta peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan industri minyak kelapa sawit dapat mendorong sektor-sektor lain yang berpengaruh dan yang berkaitan dalam pengembangan industri ini seperti sektor perdagangan, sektor transportasi, sektor keuangan dan sektor jasa.
Rumusan Masalah Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling sering digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia dengan konsumsi dan produksi mencapai angka 45.3 juta ton pada tahun 2009. Produsen terbesar minyak kelapa sawit adalah Indonesia sebesar 47.6% pada tahun 2009 dan diikuti dengan Malaysia dan Thailand masing-masing sebesar 38.8% dan 2.9%. Produksi minyak
4
kelapa sawit dalam dekade terakhir mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan rata-rata setiap tahunnya 9.7% (1998-2008). Kelapa sawit merupakan minyak serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk makanan dan industri kimia serta dapat juga dimanfaatkan untuk biodiesel (Jonas Dallinger, 2010). Dilihat dari peran ekspornya, minyak kelapa sawit (CPO) menempati peringkat pertama dengan nilai ekspor setiap tahunnya bertambah. Pada Tabel 2 terlihat bahwa tahun 2011, minyak kelapa sawit (CPO) memiliki peran ekspor sebesar 11.5 US$ atau sekitar 9.41% dari keseluruhan komoditi hasil industri tahun 2011. Tabel 2 Peran Ekspor Kelompok Hasil Industri Pengolahan Kelapa/ Kelapa Sawit Terhadap Total Ekspor Hasil Industri (dalam US$) Sub Kelompok Hasil Industri Palm Oil (CPO/PKO) Minyak Goreng Sawit Margarine Olein/Fatty Acids Minyak Kelapa Minyak Goreng Stearic Acid (dari Palm Oil) Sabun Cuci (batangan/ bentuk lain) Sabun Mandi Glycerol Desiccated Coconute Kopra Tepung Kelapa Strearin
4 936 815 177
8 338 389 261
7 176 465 277
9 713 070 055
11 499 857 402
Peran Th. 2011 (%) 9.41
3 817 608 505
5 398 822 408
4 256 788 072
5 446 793 005
7 810 829 510
6.39
273 815 338 265 301 366 466 538 406 103 871 443 107 342 552
531 430 537 400 382 304 565 426 362 203 707 239 135 687 221
264 287 724 267 510 521 267 906 506 119 453 272 116 748 499
346 602 901 423 246 599 357 237 557 208 830 441 224 672 445
927 878 940 833 758 159 530 941 612 406 814 632 358 829 651
0.76 0.68 0.43 0.33 0.29
125 859 695
155 433 915
144 473 388
178 974 417
286 201 773
0.23
136 574 737 62 378 850 46 446 384
205 031 162 95 076 477 48 253 032
203 274 318 47 639 976 36 607 791
213 718 659 71 590 189 48 238 283
245 712 773 139 367 855 107 364 061
0.20 0.11 0.09
8 821 350 10 525 673 1 601
5 148 879 21 874 672 380
7 732 683 16 004 207 0
11 450 775 9 326 620 0
21 862 805 9 768 258 1 786
0.02 0.01 0.00
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: Kementrian Perindustrian Indonesia,2012
Pembangunan dalam rangka memajukan sektor perkebunan kelapa sawit ditujukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah serta memperluas lapangan kerja dengan dampak mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan. Keberadaan perkebunan dan industri minyak kelapa sawit diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya sehingga dapat berdampak positif pada perekonomian Kalimantan Selatan. Berdasarkan realisasi ekspor menurut komoditi tahun 2010-2011 di Kalimantan Selatan, kelapa sawit menduduki peringkat pertama pada tahun 2011 dengan volume sebesar 863 724.94 ton dan dengan nilai 875 466.14 ton. Proses produksi hingga pemasaran perkebunan dan industri minyak kelapa sawit memiliki keterkaitan terhadap sektor-sektor perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan. Keterkaitan tersebut dapat berupa hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung serta dapat diuntungkan melalui mekanisme keterkaitan. Sehingga, akan sangat diperlukan dan bermanfaat untuk menganalisis peran perkebunan dan industri minyak kelapa sawit terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka timbul permasalahan yang akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Bagaimana peranan sektor kelapa sawit terhadap pembangunan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan? 2. Bagaimana keterkaitan sektor kelapa sawit dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan? 3. Bagaimana dampak penyebaran sektor kelapa sawit terhadap sektor perekonomian lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan? 4. Bagaimana efek multiplier output dan pendapatan sektor kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan? 5. Bagaimana kedudukan sektor perkebunan dan industri minyak kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan ditinjau dari sektor prioritas?
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis peran sektor kelapa sawit terhadap pembangunan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor kelapa sawit dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. 3. Menganalisis dampak penyebaran sektor kelapa sawit terhadap sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. 4. Menganalisis dampak multiplier output dan pendapatan sektor kelapa sawit terhadap pembangunan ekonomi daerah Provinsi Kalimantan Selatan. 5. Menganalisis kedudukan sektor perkebunan dan industri minyak kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Selatan ditinjau dari sektor prioritasnya.
Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. 2. Pengusaha, mendorong produsen untuk meningkatkan produksi dan mempertimbangkan strategi bisnis. 3. Pemerintah, sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam melakukan perencanaan pengembangan perkebunan kelapa sawit.
6
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai peran produksi perkebunan dan industri minyak kelapa sawit terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Input-Output. Data yang digunakan berupa data Tabel Input Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 berdasarkan transaksi domestik dengan menggunakan harga produsen dan diagregasikan menjadi 19 sektor. Pengolahan data menggunakan Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP) dan Microsoft Excel 2007.
TINJAUAN PUSTAKA KELAPA SAWIT DAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan dengan sektor pertanian (agro‐based industry) yang banyak berkembang di negara‐negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika dan industri sabun. Prospek perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.
PENGERTIAN INDUSTRI Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai tambah yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri merupakan suatu kumpulan dari berbagai perusahaan yang menghasilkan suatu barang yang bersifat homogen atau barang-barang yang memiliki sifat pengganti atau substitusi (Hasibuan, 1993).
7
Menurut Badan Pusat Statistika (2011), pengertian industri terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Industri besar, industri yang menggunakan tenaga mesin dengan memperkerjakan 50 orang atau industri yang tidak menggunakan teknologi dan mesin yang canggih tetapi memiliki lebih dari 100 pegawai. 2. Industri sedang, industri yang menggunakan tenaga mesin dengan jumlah pegawai antara 5 hingga 49 orang atau industri yang tidak menggunakan teknologi dan mesin yang canggih tetapi memiliki pegawai antara 10 hingga 99 orang. 3. Industri kecil, industri yang menggunakan tenaga mesin dengan pegawai antara 1 hingga 4 orang atau industri yang tidak menggunakan tenaga mesin tetapi memiliki pegawai antara 1 hingga 9 orang. 4. Industri rumah tangga, industri yang melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah tetapi tenaga kerjanya tidak dibayar.
TAHAPAN PEMBANGUNAN EKONOMI Porter (1990) mendefinisikan dayasaing sesuai dengan tahapan perkembangan negara tersebut.
Sumber: WEF, 2012
Gambar 2 Comparative to Competitive Advantage Berdasarkan Gambar 2, mereka membagi perkembangan dayasaing negara menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu : 1. Factor Driven Economy/Agriculture Based Economy a. Kondisi faktor standar (upah rendah, sumberdaya alam, lokasi geografi) merupakan sumber keunggulan kompetitif dominan b. Teknologi diasimilasi melalui impor, FDI, dan imitasi c. Perusahaan bersaing dalam harga dan kurang akses langsung kepada konsumen d. Perusahaan mempunyai peran terbatas dalam rantai nilai, fokus pada perakitan, industri padat karya, dan eksploitasi sumberdaya alam
8
e. Perekonomian sangat sensitif terhadap siklus perekonomian dunia, harga komoditi dan nilai tukar. 2. Investment Driven Economy/Industrial Based Economy a. Efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa standar adalah sumber dominan keunggulan kompetitif b. Teknologi diakses melalui lisensi, joint-venture, FDI, dan imitasi c. Negara tidak hanya mengasimilasi teknologi asing, tetapi mempunyai kapasitas untuk meningkatkannya d. Diamond nasional mendukung investasi besar dalam infrastruktur yang efisien dan proses produksi modern e. Perusahaan meningkatkan kapabilitas dalam rantai nilai f. Perekonomian terkonsentrasi pada pabrikasi dan ekspor dengan pelayanan yang dioutsource 3. Innovation Driven Economy/Innovation Based Economy a. Barang-barang dan jasa inovatif pada tingkat teknologi dunia mutakhir merupakan sumber keunggulan kompetitif b. Diamond nasional dicirikan oleh kekuatan pada semua area bersamaan dengan keberadaan cluster yang baik c. Perusahaan bersaing dengan strategi yang unik dan cakupan yang seringkali global d. Perekonomian mempunyai porsi jasa yang tinggi dan tahan terhadap external shocks
Sumber: WDR, 2008
Gambar 3 Kontribusi Relatif Pertanian dan Agribisnis (agro-industry dan agroservices) seiring dengan Peningkatan Pendapatan Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin maju suatu negara (semakin tinggi pendapatan per kapitanya), maka sumbangan relatif sektor agribisnis terhadap GDP juga semakin besar, sementara sumbangan relatif sektor pertanian
9
terhadap GDP semakin kecil. Untuk Indonesia ke depannya perlunya peningkatan nilai tambah komoditas ekspor, dengan lebih banyak mengekspor produk-produk pertanian olahannya, dan ekspor komoditas pertanian tidak lagi didominasi bahan baku. Pada Gambar 3 memperlihatkan juga peluang Indonesia untuk meningkatkan kinerja agribisnisnya.
TABEL INPUT-OUTPUT Menurut Leontief (1986), analisis I-O merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Pengertian dari tabel input-output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Sepanjang baris tabel IO menunjukkan pengaloksian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangan sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masingmasing sektor dalam produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer (Priyarsono, et al. 2008). Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Beberapa kegunaan dari analisis I-O sebagai berikut: 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi. 2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian 4. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. Model I-O didasarkan atas beberapa asumsi. Asumsi itu diantaranya adalah: (1) homogenitas, yang berarti suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada substitusi output diantara berbagai sektor, (2) linieritas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional, dan (3) aditivitas
10
ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi dipelbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbasan, yakni bahwa koefisien input ataupun koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Output yang diproduksi oleh suatu sektor ekonomi dapat didistribusikan kepada dua jenis pengguna, yaitu sektor produksi dan sektor konsumen akhir. Jenis pengguna pada sektor produksi, menggunakan output dari suatu sektor dijadikan input pada sektor lain dalam proses produksinya. Jenis pengguna untuk konsumen akhir menggunakan output dari suatu sektor dijadikan sebagai permintaan akhirnya. Input antara dapat terjadi arus perpindahan barang dan jasa antar sektor. Artinya, bahwa dari sektor i ke sektor j terjadi perpindahan atau sebaliknya. Sama halnya dalam sektor itu sendiri, perpindahan terjadi dari sektor i ke sektor j jika i=j. Tabel 3 Tabel Input-Output Output Production Sector Final 1 2 ... N Demand
Input
Total Output
1
z11
z12
...
z1n
Y1
X1
2
z21
z22
...
z2n
Y2
X2
.
.
.
...
.
.
.
.
.
.
...
.
.
.
n
zn1
zn2
...
znn
Yn
Xn
Primary Input
V
V1
V2
...
Vn
Total Input
X
X1
X2
...
Xn
Production Sector
Sumber: Daryanto dan Hafizrianda, 2010 Jika dibaca menurut baris maka secara umum persamaannya adalah i
∑
xij + Fi = Xi ;
untuk i= 1,2,3 dan seterusnya
j =1
Jika dibaca menurut kolom maka secara umum persamaannya adalah j
∑
xij + Vj = Xj ;
untuk j=1,2,3 dan seterusnya
i =1
Berdasarkan tabel di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel IO diberi nama kuadran yaitu kuadran I, II, III, IV. Pengertian dari masing-masing kuadran sebagai berikut:
11
1. Kuadran I Kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian. 2. Kuadran II Kuadran II menunjukkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Total permintaan akhir merupakan penjumlahan total dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3. Kuadran III Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. 4. Kuadran IV Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.
PENELITIAN TERDAHULU Penelitian Rosa (2012) mengenai analisis peran industri minyak kelapa sawit terhadap perekonomian Provinsi Riau dengan menggunakan tabel inputoutput tahun 2010 menunjukkan bahwa industri minyak kelapa sawit memiliki peran yang signifikan terhadap perekonomian Provinsi Riau. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi nilai total permintaan sebesar 18,79 persen dengan menempati peringkat kedua, peringkat pertama dalam total pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan nilai sebesar 31,91 persen, peringkat kedua dalam total penawaran perdagangan sebesar 30,99 persen, serta peringkat ketiga dalam total gross value added dengan kontribusi sebesar 9,5 persen. Industri minyak kelapa sawit memiliki keterkaitan kebelakang lebih besar dibandingan keterkaitan kedepannya. Hal ini menunjukkan bahwa industri minyak kelapa sawit lebih mampu menarik sektor hulu. Dilihat dari koefisien penyebaran dan kepekaannya, industri minyak kelapa sawit memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dibanding kepekaan penyebarannya. Hal ini menunjukkan bahwa industri minyak kelapa sawit memiliki kemampuan lebih untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Industri minyak kelapa sawit di Provinsi Riau memiliki dampak bahwa dapat memberikan efek maksimum pada peningkatan produksi dan pembentukan output baru jika setiap unit uang untuk permintaan akan dihabiskan untuk membeli output dari industri minyak kelapa sawit. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil efek multiplier yang menunjukkan angka positif. Industri minyak kelapa sawit menempati peringkat pertama dari 22 sektor perekonomian Provinsi Riau. Hal ini mengindikasikan bahwa industri minyak kelapa sawit harus diberikan
12
perhatian lebih sehingga dapat memberikan dampak maksimum bagi perekonomian Provinsi Riau. Penelitian Syahza (2011) menyatakan bahwa kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit telah memberikan dampak terhadap percepatan pembangunan ekonomi masyarakat dalam upaya mengentaskan kemiskinan di daerah pedesaan. Penelitian Bekhet (2011) yang berjudul Output, income and employment multipliers in Malaysian economy dengan menggunakan pendekatan input-output menyatakan bahwa berdasarkan nilai multiplier output, sector yang dapat mendorong pembangunan perekonomian Malaysia adalah produk minyak makan, furniture, industri karet, sektor hotel dan restoran, produk petroleum, produk kayu dan industri bahan kimia. Dilihat dari nilai multiplier pendapatan, sektor yang dapat mendorong perekonomian Malaysia adalah produk minyak makan, pakan ternak, produk petroleum, dan sektor industri karet. Serta, jika dilihat dari multiplier tenaga kerja, sektor yang dapat memberikan kontribusi lapangan kerja adalah sektor produk minyak makan dengan total lapangan kerja sebesar 17 897 di tahun 2000. Penelitian Kweka, et al (2001) menyatakan bahwa sektor pariwisata di Tanzania memiliki dampak yang signifikan pada nilai keterkaitan ke depan maupun ke belakang tetapi tidak memberikan dampak yang positif pada multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja. Sedangkan pada penerimaan pajak tidak langsung menempati peringkat kedua terbesar.
KERANGKA PEMIKIRAN Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari banyak sektor dan beberapa diantaranya memiliki kontribusi yang besar, seperti sektor pertanian, sektor industri dan sektor-sektor lainnya. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar untuk perekonomian Kalimantan Selatan adalah industri minyak kelapa sawit. Pengembangan perkebunan kelapa sawit dan industri minyak kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan memiliki dampak positif khususnya pada penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat serta peningkatan pertumbuhan ekonomi. Metode analisis input-output digunakan untuk menganalisis mengenai keterkaitan dan dampak dari subsektor industri minyak kelapa sawit dalam perekonomian provinsi Kalimantan Selatan. Analisis input-output dapat digunakan juga untuk menganalisis peran subsektor industri minyak kelapa sawit terhadap pembentukan konsumsi pemerintah dan rumah tangga, permintaan dan penawaran, investasi, serta nilai tambah bruto Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis dampak penyebaran, analisis keterkaitan, analisis sektor prioritas dan analisis multiplier.
13
Perekonomian Kalimantan Selatan
Industri Minyak Kelapa Sawit di Kalimantan Selatan
Identifikasi Masalah: 1. 2. 3. 4.
Bagaimana peranan sektor kelapa sawit terhadap pembangunan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan? Bagaimana keterkaitan sektor kelapa sawit dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan? Bagaimana dampak penyebaran sektor kelapa sawit terhadap sektor perekonomian lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan? Bagaimana efek multiplier output dan pendapatan sektor kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan?
Analisis Input-Output
Tabel Input-output Kalimantan Selatan Tahun 2010
Analisis Keterkaitan
Analisis Dampak Penyebaran
Analisis Multiplier
Peran Industri Minyak Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Kalimantan Selatan Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional
14
METODE PENELITIAN JENIS DAN SUMBER DATA Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Pusat serta instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan adalah data Tabel InputOutput Kalimantan Selatan 2010 dengan klasifikasi 50 sektor. Selain itu digunakan pula data PDRB Kalimantan Selatan dan data-data pendukung lainnya. Referensi studi pustaka diperoleh dari buku panduan, jurnal, artikel, internet, skripsi, tesis serta sumber-sumber lainnya. Data tersebut diolah dengan InputOutput Analysis for Practitioners (IOAP) Complementary Version 1.0.1 dan Microsoft Excel 2007.
METODE ANALISIS Alat analisis yang digunakan untuk meneliti peranan industri minyak kelapa sawit terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan adalah model Input-Output. Tabel input-output yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen mencakup barang dan jasa produksi dalam negeri dan dinilai atas dasar harga produsen. Metode Input-Output digunakan untuk melihat peran industri minyak kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Selatan terhadap perekonomian dengan melihat dari analisis keterkaitan, dampak penyebaran, analisis multiplier serta analisis sektor prioritas.
ANALISIS KETERKAITAN Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. 1. Keterkaitan Langsung ke Depan Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Dapat dirumuskan sebagai berikut: FLi
=
n
∑a j =1
ij
Keterangan: FL = forward linkage aij = unsur matriks koefisien teknis
15
2. Keterkaitan Langsung ke Belakang Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Dapat dirumuskan sebagai berikut: BLi
=
n
∑a j =1
ij
Keterangan: BL = backward linkage aij = unsur matriks koefisien teknis 3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. F(d+i)i =
n
∑a j =1
ij
Keterangan: F(d+i)i = forward direct and indirect linkages aij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. B(d+i)i =
n
∑a j =1
ij
Keterangan: B(d+i)i = backward direct and indirect linkages aij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
ANALISIS PENYEBARAN 1. Koefisien Penyebaran Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. n
Pdj
=
n∑ a ij n
i =1 n
∑∑a i =1 j =1
ij
Keterangan: Pdj = koefisien penyebaran sektor j αij = unsur matriks kebalikan Leontief
16
2. Kepekaan Penyebaran Konsep ini dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. n
Sdi
=
n∑ a ij n
i =1 n
∑∑a i =1 j =1
ij
Keterangan: Sdi = kepekaan penyebaran sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontief
ANALISIS PENGGANDA West dan Jensen (1980) membedakan kategori dampak berganda menjadi : (1) dampak awal atau initial impact yang merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter, (2) efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unti satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung sedangkan dari sisi pendapatan ditunjukkan dengan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output, (3) efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adaya stimulus ekonomi sedangkan dari sisi pendapatan ditunjukkan dengan adanya efek peningkatan pendapatan, (4) efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adalnya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat sedangkan dari sisi pendapatan, diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefsisien pendapatan rumah tangga, dan (5) efek lanjutan merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Selengkapnya berbagai ukuran dampak multiplier dapat dilihat rumusnya pada table 4. Tabel 4 Rumus Perhitungan Multiplier Effect Menurut Tipe Dampak Tipe Dampak Output Pendapatan Dampak awal 1 pj Efek putaran pertama ∑ aij ∑ aij pj Efek dukungan industri Efek induksi konsumsi Dampak total Dampak lanjutan
∑ g −1− ∑a ∑ (g * −g ) ∑g* ∑ g * −1 ij
ij
ij ij
ij
ij
∑g p − p − ∑a ∑ (g * p − g p ) ∑ g * pi ∑g* p − p ij
i
i
ij
i
ij
ij
ij
i
i
i
ij
pi
17
Catatan: aij adalah koefisien input langsung, gij adalah koefisien invers Leontief terbuka , g*ij adalah koefisien invers Leontief tertutup, dan pi adalah koefisien pendapatan rumah tangga. Sumber: Daryanto dan Hafizrianda, 2010
ANALISIS SEKTOR PRIORITAS Model I-O dapat menurunkan angka-angka pengganda (multiplier) yang sangat berguna bagi perencana pembangunan daerah untuk mengamati seberapa besar perubahan output sektor produksi jika terjadi perubahan dalam variabelvariabel eksogennya. Melalui pengamatan ini perencana pembangunan nantinya bisa menetapkan target-target pembangunan ekonomi daerah dan kebutuhan dana pembangunan sektoral (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Dalam sektor ekonomi, terdapat sektor-sektor yang menjadi unggulan, yang merupakan sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar pada perkembangan perekonomian suatu wilayah dikarenakan mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu. Selanjutnya, keunggulan ini berkembang melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (Ambardi dan Socia, 2002). Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat. Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil- hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektorsektor lainnya.
DEFINISI OPERASIONAL DATA 1.
Industri Pengolahan Suatu industri dimana memproduksi dan mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi. 2. Output Output merupakan nilai produksi barang dan jasa (penerimaan penjualan) yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi pada suatu negara/wilayah. 3. Input antara Input antara merupakan mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu sektor dalam kegiatan produksi. Dalam model Input-Output, penggunaan
18
input antara diterjemahkan sebagai keterkaitan antarsektor dan dinotasikan dengan Zij yang dapat dibaca untuk menghasilkan produksi sektor j dibutuhkan input antara yang berasal dari sektor i sebanyak Zij. 4. Transaksi antara Transaksi antara merupakan terjadinya suatu transaksi antar sektor yang berperan sebagai produsen dengan sektor yang berperan sebagai konsumen. Dalam tabel I-O, sektor produksi ditunjukan pada tiap barisnya sedangkan sektor konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Transaksi antara hanya mencakup transaksi barang dan jasa yang ada hubungannya dengan proses produksi. 5. Input primer Input primer merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Komponen input primer terdiri dari: a. Upah dan Gaji Semua balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja terlibat dalam proses produksi, baik berupa uang maupun barang dan jasa. b. Surplus Usaha Surplus usaha merupakan selisih dari nilai tambah bruto dengan upah, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Surplus usaha juga didefinisikan sebagai balas jasa atas kepemilikan modal. c. Penyusutan Penyusutan merupakan nilai dari penurunan nilai barang modal tetap yang dipakai dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Neto Selisih dari pajak tak langsung dengan subsidi. Komponen dari pajak tak langsung terdiri dari pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. 6. Permintaan Akhir Permintaan akhir adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi bukan digunakan dalam proses produksi. Komponennya terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga mencakup pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga swasta yang tidak mencari untung, seperti lembaga sosial. b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Komponen dari pengeluaran konsumsi pemerintah adalah semua pengeluaran barang dan jasa untuk kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 7. Pembentukan Modal Tetap Pembentukan modal tetap terdiri dari pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dalam negeri maupun impor, termasuk barang bekas dari luar negeri. Dalam tabel I-O, komponen pembentukan barang modal
19
hanya menggambarkan komposisi barang modal yang dihasilkan oleh sektor produksi. 8. Perubahan Stok Perubahan stok adalah selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok pada awal tahun. Stok biasanya diatur oleh produsen dan merupakan hasil produksi yang belum dijual ke konsumen. 9. Ekspor dan Impor Transaksi barang dan jasa antar penduduk dalam suatu negara maupun antar penduduk negara lain merupakan suatu aktivitas dari ekspor dan impor. Beberapa transaksinya terdiri dari, pembelian langsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain dan pembelian langsung diluar negeri oleh penduduk suatu negara.
GAMBARAN UMUM Letak Astronomis, Keadaan Geografis dan Penggunaan Lahan Letak astronomis Provinsi Kalimantan Selatan adalah di antara 114 19’ 13” – 116 33’ 28” Bujur Timur dan 1 21’ 49” – 4 10’ 14” Lintang Selatan. Secara geografis, terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan dengan batas-batas: Barat: Provinsi Kalimantan Tengah Timur: Selat Makassar Selatan: Laut Jawa Utara: Provinsi Kalimantan Timur
Sumber: BNPB, 2009
Gambar 5 Peta Provinsi Kalimantan Selatan
20
Luas wilayahnya adalah sekitar 37 530.52 km2 atau 6.98% dari luas Pulau Kalimantan dan 1.96 % dari luas wilayah Indonesia. Struktur geologi tanah di Kalimantan Selatan sebagia besar adalah tanah basah (alluvial) yaitu sebesar 22.76%. Pada sepanjang daerah aliran sungai juga merupakan tanah rawa/gambut yang memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi. Sebanyak 74.81% wilayah terletak pada kemiringan di bawah 15% dan 31.09% wilayah berada di ketinggian 25-100 meter di atas permukaan laut. Potensi geografis lainnya yaitu memiliki banyak sungai yang berpangkal di Pegunungan Meratus dan bermuara ke Laut Jawa dan Selat Makassar. Salah satunya adalah Sungai Barito yang terkenal sebagai sungai terlebar di Indonesia. Meski tidak ada gunung berapi, namun cukup banyak gunung yang menyebar di seluruh kabupaten. Gunung tertinggi adalah Gunung Batubesar yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Penggunaan lahan di Kalimantan Selatan sebagian besar berupa hutan (42.99%) kemudian padang semak-semak dan alang-alang rumput (22.13%). Sekitar 11.63% lahan digunakan untuk lahan perkebunan dan 11.35% untuk persawahan. Penggunaan lahan untuk pemukiman hanya sekitar 1.59% dan untuk pertambangan 1.12%. Kalimantan selatan dengan luas wilayah sebesar 37.530,52 km2 yang didiami sekitar 3.626.119 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk setiap kilometer persegi yang hanya berkisar 97 jiwa. Jika dilihat menurut kabupaten/kota, terlihat bahwa penyebaran penduduk masih tergolong belum merata. Kota banjarmasin merupakan daerah yang paling padat penduduknya dengan tingkat kepadatan mencapai 8.606 jiwa/km2. Sedangkan daerah dengan tingkat kepadatan yang paling kecil terdapat di kabupaten Kotabaru yaitu sebesar 31 jiwa/km2.
Kondisi Tenaga Kerja di Kalimantan Selatan Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan ekonomi nasional karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Salah satu sasaran pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap penambahan tenaga kerja dari tahun ke tahun sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja atau penduduk yang sudah terlibat dan yang belum terlibat dalam kegiatan ekonomi namun mempunyai keinginan untuk bisa terlibat dalam kegiatan ekonomi tercermin dari besarnya TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) yang menggambarkan banyaknya jumlah penduduk angkatan kerja terhadap total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di suatu daerah. Sedangkan jumlah pengangguran dapat dilihat dari angka TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka). Berdasarkan data Sakernas, tren TPT atau angka pengangguran memperlihatkan kecenderungan terus menurun setiap tahunnya. TPT pada Februari 2011 tercatat sebesar 5.62%. Namun jika dilihat angka penduduk yang dikategorikan sebagai setengah pengangguran justru mengalami peningkatan dalam setahun terakhir. Produktivitas pada tenaga kerja sektor pertanian cenderung menurun meski Kalimantan Selatan termasuk daerah agraris. Jumlah tenaga kerja yang berada pada sektor pertanian merupakan yang terbesar, namun tidak diimbangi dengan output yang memadai.
21
Tabel 5 Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha,2010 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Bangunan Perdagangan Angkutan Jasa Lainnya Total
PDRB Berlaku (milyar Rp) 12 488 12 828 5 611 3 570 8 956 5 319 6 399 3 370 58 542
Tenaga Kerja (Org) 747 772 55 550 117 040 63 624 410 143 87 280 231 059 25 898 1 738 366
Produktivitas Tenaga Kerja (Juta Rp) 16.70 230.93 47.94 56.11 21.84 60.95 27.69 130.13 33.68
Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)
Kondisi Sektor Pertanian dan Subsektor Perkebunan di Kalimantan Selatan Pembangunan pertanian tanaman pangan merupakan kebutuhan mendasar untuk menjaga stabilitas dan ketahanan pangan. Sementara itu ketahanan pangan merupakan salah satu prasyarat untuk mendukung keberhasilan pembangunan Indonesia. Sampai saat ini Kalimantan Selatan merupakan wilayah penyangga pangan di Kalimantan. Perkembangan produksi padi dan palawija yang secara rutin dilaporkan BPS dan Departemen Pertanian dapat dijadikan sebagai salah satu dasar bagi pemerintah untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan dalam pembangunan pertanian yang sesuai dengan kondisi petani. Perkebunan mulai menunjukkan peranan yang cukup besar dalam pengembangan sektor pertanian. Tanaman perkebunan yang cukup potensial di daerah ini adalah tanaman karet dan kelapa sawit. Pada tahun 2011 luas areal karet mencapai 200 594 ha untuk perkebunan rakyat, 13 282 ha dan 12 830 ha masing-masing untuk luas areal perusahaan perkebunan besar negara dan perusahaan perkebunan besar swasta. Subsektor perkebunan khususnya komoditas kelapa sawit mengambil peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Kalimantan Selatan pada masa sekarang. Pada tahun 2010 produksi kelapa sawit meningkat pesat sebesar 670 037 ton atau sekitar 33.2% dari tahun 2009 sebesar 503 155 ton.
Kondisi Perekonomian Kalimantan Selatan Peningkatan kinerja ekonomi Kalimantan Selatan secara sektoral pada triwulan II-2011 terutama ditopang oleh kembali membaiknya perkembangan sektor pertambangan, perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor pertanian. Sektor pertambangan yang menjadi penopang ekonomi Kalimantan Selatan, mencatat peningkatan laju pertumbuhan sebesar 7.74% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5.3% (yoy). Hal ini ditopang oleh membaiknya kondisi cuaca dibandingkan triwulan I-2011. Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Kalimantan Selatan terutama berasal dari komponen investasi serta pulihnya kinerja ekspor. Sementara itu, komponen konsumsi masyarakat dan pemerintah mengalami laju pertumbuhan yang melambat. Perbaikan kinerja ekspor terutama ditopang oleh
22
komoditas tambang batu bara yang produksinya meingkat seiring dukungan kondisi cuaca dengan curah hujan yang rendah. Di Pulau Kalimantan terdapat empat provinsi, Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan luas terkecil, hanya sekitar 7.12% dari total luas pulau ini. Disisi lain untuk jumlah penduduk, Kalimantan Selatan terbanyak kedua setelah Provinsi Kalimantan Barat. Sehingga dapat dibayangkan kepadatan penduduk di provinsi ini tentu jauh lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. Dari hasil pembangunan ekonomi yang dilakukan masing-masing provinsi jika dilihat dari pencapaian nilai PDRB dan pendapatan perkapita, Kalimantan Selatan berada pada posisi ketiga setelah Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Sektor yang menjadi penopang perekonomian di tiap provinsi sedikit berlainan, Kalimantan Selatan utamanya ditopang oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan, provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah ditopang oleh sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sedangkan Kalimantan Timur ditopang oleh sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan.
Perkebunan dan Industri Kelapa Sawit di Indonesia Sektor pertanian membawahi beberapa sub sektor seperti sub sektor perkebunan, sub sektor perikanan, sub sektor tanaman bahan makanan serta sub sektor kehutanan. Sektor pertanian telah diakui sebagai sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang mempunyai kemampuan untuk memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity). Pertumbuhan tanpa didukung investasi merupakan pertumbuhan yang tidak berkualitas karena mengandalkan sumber pertumbuhan eksternal, yaitu harga beberapa komoditas ekspor seperti harga CPO dan karet alam. Arus globalisasi dan liberalisasi perdagangan telah membawa perekonomian antar negara saling saling bergantung satu sama lain. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan didasarkan pada pemikiran untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh umat manusia dengan memproduksi barang-barang melalui pemanfataan sumberdaya dengan efisien. Globalisasi dan liberalisasi telah memunculkan berbagai tantangan dan peluang yang mengharuskan negara-negara di seluruh dunia mengadakan berbagai penyesuaian dan langkah kebijakan untuk menghadapinya, tidak terkecuali bagi Indonesia. Hadirnya globalisasi dan liberalisasi perdagangan secara simultan mempengaruhi industri kelapa sawit Indonesia sebagai salah satu komoditas unggulan sub sektor perkebunan Indonesia. Adanya globalisasi dan liberalisasi memberikan peluang bagi industri kelapa sawit Indonesia untuk semakin berkembang dan memperkuat share di pasar minyak nabati dunia, namun demikian berbagai persyaratan yang disetujui dalam kesepakatan perdagangan bebas serta memperhatikan kondisi industri kelapa sawit Indonesia saat kini dan besarnya peranan kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia, perlu kiranya pembenahan mengarah pada pemenuhan persyaratan produk yang diharuskan dan peningkatan keunggulan kompetitif industri kelapa sawit Indonesia. Untuk keperluan tersebut diatas, perlu kiranya sebuah rencana strategis kebijakan
23
pengembangan industri kelapa sawit yang komprehensif dan berkelanjutan yang mampu mengoptimalkan segala peluang yang ada dan mampu menjawab segala tantangan yang muncul dengan adanya globalisasi dan liberalisasi perdagangan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional menetapkan bahwa industri berbasis minyak sawit mentah sebagai prioritas untuk dikembangkan ke arah yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi dimana yang pengembangannya dapat dilakukan dengan pendekatan klaster. Pengembangan turunan minyak sawit dimasa yang akan datang mempunyai prospek yang sangat baik. Dalam rangka pengembangannya, perlu didukung oleh seluruh pemangku kepentingan mulai dari budidaya tanaman, proses produksi dan pemasaran. Upaya ini perlu didukung pula oleh lembaga terkait seperti Litbang, SDM, penyedia mesin dan peralatan serta Perbankan/Permodalan. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan upaya peningkatan produksi minyak sawit mentah serta ekspor produk hilir kelapa sawit baik dalam jenis, volume dan nilai ekspor melalui pengembangan industri hilir kelapa sawit dan mengisi kekosongan kapasitas produksi industri hilir yang telah ada (existing industry) maka perlu disusun roadmap pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit. Dari aspek sosial ekonomi perkebunan kelapa sawit memiliki andil yang signifikan dalam menyumbang penerimaan negara, penyediaan lapangan kerja, dan pengembangan wilayah. Namun demikian, pengembangan komoditas tersebut mendapat tantangan yang berkaitan dengan isu lingkungan dan kelayakan usaha baik dari dalam dan luar negeri. Upaya peningkatan produksi dan pengembangan usaha kelapa sawit perlu dilakukan dengan cara pengusahaan yang lebih sustainable melalui perakitan bahan tanaman yang lebih adaptif terhadap cara kultur teknis yang banyak dilakukan oleh perkebunan rakyat (smallholder).
Kondisi Perkebunan dan Industri Kelapa Sawit di Kalimantan Selatan Seperti kita ketahui, bahwa sektor perkebunan kelapa sawit dan produk turunannya di Provinsi Kalimantan Selatan sedikit banyak berpengaruh terhadap pembentukan pendapatan daerah. Sektor perkebunan kelapa sawit dan industri minyak makan merupakan salah satu sektor pendorong pembangunan regional Kalimantan Selatan. Definisi dari pembangunan regional itu sendiri adalah sebagai the geography of welfare and its evolution (Nijkamp dan Abreu,2009). Dalam definisi itu terkandung aspek-aspek tata ruang, kesejahteraan, dan dinamika. Unit tata ruang merupakan sebagai wilayah subnasional atau sekurangkurangnya menyiratkan kemudahan mobilitas antara bagian-bagiannya. Aspek kesejahteraan lazimnya diukur berdasarkan ukuran-ukuran baku dalam ilmu ekonomi seperti produk domestik bruto (atau pertumbuhannya), konsumsi per kapita, kemiskinan, pengangguran, partisipasi angkatan kerja, akses pada layanan publik, atau indeks pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Aspek dinamika merupakan yang berkaitan dengan waktu. Sektor perkebunan dan industri kelapa sawit di Kalimantan Selatan memberikan dampak negatif terhadap petani dan penduduk sekitar karena dengan melimpahnya hasil perkebunan tidak diiringi dengan kemakmuran petani dan
24
penduduk daerah sekitar perkebunan kelapa sawit tersebut. Jika dikaitkan dengan tahapan pembangunan, sektor perkebunan dan industri kelapa sawit menempati tahapan factor driven. Tahapan ini ditandai dengan peningkatan output agribisnis yang diperoleh dengan memperluas areal usahatani dan mendiversifikasi usahatani sesuai dengan potensi wilayah. Output akhir didominasi dengan komoditi pertanian primer (bahan mentah), sehingga kemampuan penetrasi (pendapatan) yang dinikmati sebagian rakyat masih relatif rendah. Dalam pengembangan komoditas kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Selatan perlunya pelatihan untuk petani-petani agar dapat menghasilkan kelapa sawit yang berdaya saing sehingga mampu mengejar ketertinggalan dari provinsiprovinsi lain di Pulau Kalimantan. Isu-isu tentang lingkungan merupakan faktor penghambat bagi pengembangan kelapa sawit di Kalimantan Selatan, sehingga perlunya perhatian pemerintah untuk mengawasi perusahaan-perusahaan kelapa sawit tersebut. Menurut Sawitwatch (2013), kelapa sawit dapat dikategorikan sebagai komoditas yang ramah lingkungan. Berikut merupakan 10 hal yang dapat dilakukan bagi perkebunan kelapa sawit agar terbebas dari isu lingkungan : 1. Pengusaha dan pengembang perkebunan kelapa sawit tidak melakukan pembakaran pada saat membuka lahan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit 2. Pabrik yang dibangun sesuai dengan tata ruang yang berlaku di lokasi dan tidak mencamari lingkungan disekitarnya 3. Pembangunan perkebunan kelapa sawit dibangun diwilayah yang memiliki serapan carbon rendah, seperti savana (padang rumput, alang alang). Tidak di hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi dan gambut 4. Pembangunan Perkebunan kelapa sawit tidak mengkonversi lahan pangan yang sudah ada 5. Perkebunan kelapa sawit dalam melakukan pembukaan lahan tidak memilik konflik dengan masyarakat. Terutama konflik dengan masyarakat adat 6. Pengusaha dan pengembang perkebunan kelapa sawit tidak melakukan pelanggaran HAM dari mulai proses pembukaan lahan hingga proses produksi CPO 7. Pengusaha dan pengembang perkebunan kelapa sawit menggunakan transportasi yang ramah lingkungan untuk mengangkut hasil panen dan hasil produksi CPO nya 8. Pengusaha dan pengembang perkebunan kelapa sawit mempunyai sistem kemitraan yang transparan dan terukur, sehingga masyarakat yang ikut dalam sistem inti-plasma tidak merasa dirugikan 9. Pemerintah tidak membuat aturan atau undang undang yang bertentangan dengan “ramah lingkungan”. Seperti halnya Permentan No 14 tahun 2009, yang membolehkan membuka lahan gambut dengan maksimal kedalaman 3 meter untuk perkebunan kelapa sawit. 10. Pengusaha dan pengembang perkebunan kelapa sawit tidak mempraktekan sistem-sistem perbudakan kepada pekerja dan buruhnya.
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Permintaan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 memberikan gambaran mengenai keseluruhan permintaan antara, permintaan akhir dan permintaan total seluruh sektor dalam perekonomian Kalimantan Selatan. Permintaan antara adalah jumlah permintaan output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input bagi sektor lain. Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir, mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi. Dalam tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah permintaan antara sebesar Rp 49.4 trilliun. Dari angka tersebut sektor yang memiliki nilai permintaan antara tertinggi adalah sektor tanaman padi (1) dengan nilai sebesar Rp 5.4 trilliun atau 10.94%. Sektor bank dan lembaga keuangan lainnya (17) dengan nilai sebesar Rp 6.3 trilliun atau 12.70%. Kemudian diikuti dengan sektor angkutan dan komunikasi (16) dengan nilai sebesar Rp 8.9 trilliun atau 18.17% dari total permintaan antara. Tabel 6 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor
Permintaan Antara Total
Padi
Persen
Permintaan Akhir Total
Persen
5 411 344
10.94
173 570
0.18
558 325
1.13
1 122 814
1.13
Tanaman Perkebunan Lainnya
2 607 280
5.27
72 044
0.07
Perkebunan Kelapa Sawit
Tanaman Bahan Makanan Lainnya
3 226 504
6.52
142 417
0.14
Peternakan dan Hasil-hasilnya
406 786
0.82
1 213 789
1.22
Kehutanan dan Hasil-hasilnya
393 510
0.80
411 206
0.41
Perikanan dan Hasil-hasilnya
325 091
0.66
2 995 446
3.02
Pertambangan dan Penggalian
2 920 233
5.90
31 140 875
31.41
Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Minyak Kelapa Sawit
1 453 214
2.94
8 528 621
8.60
4 143 022
8.38
8 053 297
8.12
Industri Pengolahan Lainnya
2 983 420
6.03
7 068 190
7.13
256 292
0.52
136 916
0.14
1 052 874
2.13
1 041 256
1.05
Industri Kimia Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi
1 863 735
3.77
9 644 755
9.73
Perdagangan, Hotel dan Restoran
5 489 547
11.10
11 546 148
11.64
Angkutan dan Komunikasi
8 986 224
18.17
8 145 181
8.21
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
6 281 355
12.70
56 261
0.06
Jasa-jasa Lainnya
1 095 970
2.22
7 654 750
Kegiatan Lainnya
4 478
0.01
3 794
Total
49 459 204
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah)
99 151 330
7.72 0.00383
26
Dari sisi permintaan akhir dengan total Rp 99.1 trilliun, sektor-sektor perekonomian yang memiliki nilai permintaan akhir tertinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian (8) dengan nilai Rp 31.1 trilliun atau 31.41%. Sektor perdagangan, hotel dan restauran (15) dengan nilai Rp 11.5 trilliun atau 11.64%. Kemudian sektor bangunan dan konstruksi dengan nilai Rp 9.6 trilliun atau 9.73% dari total permintaan akhir. Sektor perkebunan kelapa sawit (4) memberikan kontribusi terhadap permintaan antara sebesar Rp 3.2 trilliun atau 6.52% dari total permintaan antara. Jika dilihat dari nilai permintaan akhirnya, sektor perkebunan dan kelapa sawit (4) memberikan kontribusi sebesar Rp 142.42 miliar atau 0.14%. Perubahan nilai dan presentase permintaan antara sektor perkebunan kelapa sawit lebih besar daripada permintaan akhirnya, dikarenakan komoditi perkebunan kelapa sawit tidak dapat dikonsumsi langsung oleh rumah tangga karena output yang dihasilkan cenderung digunakan sebagai bahan baku dalam proses produksi lanjutan bagi sektor-sektor lainnya. Sektor industri minyak kelapa sawit (10) memberikan kontribusi terhadap permintaan antara sebesar Rp 4.1 triliun atau 8.38% dari total permintaan antara. Jika dilihat dari nilai permintaan akhirnya, sektor industri minyak kelapa sawit (10) memberikan kontribusi Rp 8 triliun atau 8.12% dan menempati peringkat kelima dari seluruh sektor-sektor perekonomian Kalimantan Selatan.
Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah Salah satu komponen permintaan akhir adalah konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Pada tabel Input-Output Kalimantan Selatan tahun 2010 konsumsi rumah tangga tertinggi adalah untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran (16) sebesar Rp 6.1 trilliun atau 26.4% yang diikuti oleh sektor industri makanan dan minuman serta tembakau (9) sebesar Rp 4.5 trilliun atau 19.43%. Dalam tabel 5.2 menggambarkan pula nilai konsumsi pemerintah yang terpusat pada sektor jasa (18), sektor angkutan dan komunikasi (16) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (15) dengan nilai masing-masing Rp 6.7 trilliun atau 75.95%, Rp 1,1 trilliun atau 12.69% dan Rp 449 miliar atau 5.1%. Sektor perkebunan kelapa sawit (4) tidak memberikan kontribusinya terhadap pembentukan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Hal ini dikarenakan komoditi yang dihasilkan tidak dapat dikonsumsi langsung oleh rumah tangga. Sedangkan, sektor turunan dari kelapa sawit yaitu sektor industri minyak kelapa sawit (10) memberikan kontribusi terhadap pembentukan konsumsi rumah tangga sebesar Rp 598 miliar atau 2.61% dan tidak memberikan kontribusi terhadap pembentukan konsumsi pemerintah.
27
Tabel 7 Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah terhadap Perekonomian Kalimantan Selatan Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor Padi Tanaman Bahan Makanan Lainnya Tanaman Perkebunan Lainnya
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Persen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Persen
0
0,00
0
0
854 409
3.72
0
0
66 147
0.29
0
0
0
0.00
0
0
Peternakan dan Hasil-hasilnya
1 137 094
4.95
0
0
Kehutanan dan Hasil-hasilnya
86 876
0.38
0
0
2 432 615
10.59
0
0
Perkebunan Kelapa Sawit
Perikanan dan Hasil-hasilnya Pertambangan dan Penggalian Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Minyak Kelapa Sawit Industri Pengolahan Lainnya Industri Kimia Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya Kegiatan Lainnya Total
21 492
0.09
0
0
4 463 351
19.43
230 518
2.62
598 472
2.61
0
0,00
1 352 937
5.89
119 601
1.36
78 048
0.34
41 532
0.47
871 650
3.79
132 975
1.51
0
0.00
22 116
0.25
6 063 134
26.40
449 376
5.10
3 971 014
17.29
1 118 209
12.69
31 456
0.14
4 423
0.05
936 018
4.08
6 690 975
75.95
3 794
0.02
0
0
22 968 507
8 809 725
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah)
STRUKTUR INVESTASI Investasi merupakan bentuk dari pengeluaran akhir perusahaan. Dalam tabel 8 digambarkan struktur investasi Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan. Struktur investasi Provinsi Kalimantan Selatan menurut Tabel InputOutput tahun 2010 terkonsentrasi pada sektor bangunan dan konstruksi (14) dengan nilai sebesar Rp 9.6 trilliun atau 78.81%. Kemudian, di peringkat kedua adalah industri minyak kelapa sawit (10) sebesar Rp 594 miliar atau 4.87%. Sektor perkebunan kelapa sawit (4) memberikan kontribusi terhadap pembentukan nilai investasi sebesar Rp 142 miliar atau 1.17%. Kelapa sawit menempati peringkat pertama dalam pembentukan nilai investasi dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman perkebunan kelapa sawit termasuk salah satu hasil komoditi perkebunan yang potensial dan mendapatkan investasi baik dalam pengembangan lahan perkebunan kelapa sawit maupun produktivitasnya. Sektor industri minyak kelapa sawit yang merupakan sektor turunan dari kelapa sawit memberikan kontribusi terhadap
28
pembentukan nilai investasi sebesar Rp 594 miliar atau 4.87%. sektor industri minyak kelapa sawit menempati peringkat ketiga setelah sektor bangunan dan sektor industri pengolahan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri minyak kelapa sawit dapat memberikan dampak potensial terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Tabel 8 Struktur Investasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor Padi Tanaman Bahan Makanan Lainnya Tanaman Perkebunan Lainnya Perkebunan Kelapa Sawit Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Hasil-hasilnya Perikanan dan Hasil-hasilnya Pertambangan dan Penggalian Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Minyak Makan Industri Pengolahan Lainnya Industri Kimia Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya Kegiatan Lainnya
Pembentukan Modal + Perubahan Stok (Investasi) 88 630 13 862 -29 039 142 417 28 450 44 445 0 -32 887 391 192
Persen
594 148 562 502 31 2 211 9 622 639 479 803 281 820 20 382 0 0 12 210 606
4.87 4.61 0.00 0.02 78.81 3.93 2.31 0.17 0 0 100
Total
0.73 0.11 -0.24 1.17 0.23 0.36 0.00 -0.27 3.20
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan 2010 (diolah)
STRUKTUR EKSPOR DAN IMPOR Jumlah ekspor bersih Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 adalah sebesar Rp 35.33 triliun. Nilai tersebut menandakan terjadinya surplus perdagangan pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.
29
Tabel 9 Struktur Nilai dan Presentase Ekspor Bersih Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor
Nilai Ekspor Bersih (E-M)
Persen
-350 300
-0.99
Padi Tanaman Bahan Makanan Lainnya
158 050
0.45
Tanaman Perkebunan Lainnya
-234 300
-0.66
Perkebunan Kelapa Sawit
-360 565
-1.02
Peternakan dan Hasil-hasilnya
-159 885
-0.45
Kehutanan dan Hasil-hasilnya
232 846
0.66
Perikanan dan Hasil-hasilnya
350 381
0.99
26 563 317
75.19
Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau
2 653 648
7.51
Industri Minyak Makan
6 548 851
18.54
Industri Pengolahan Lainnya
3 131 905
8.86
-89 886
-0.25
-578 113
-1.64
-2 505 062
-7.09
3 245 827
9.19
-2 588 787
-7.33
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
-320 462
-0.91
Jasa-jasa Lainnya
-367 693
-1.04
Kegiatan Lainnya
-311
0.00
35 329 461
100
Pertambangan dan Penggalian
Industri Kimia Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi
Total
Keterangan: E= Jumlah ekspor barang dan jasa M= Jumlah input antara barang impor Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan 2010 (diolah)
Sektor perkebunan kelapa sawit memberikan kontribusi negatif terhadap neraca perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp 360.6 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor kelapa sawit lebih cenderung melakukan impor dibandingkan dengan ekspor. Sedangkan, industri minyak kelapa sawit mengalami surplus perdagangan dengan nilai sebesar Rp 6.55 triliun atau 18.54%.
STRUKTUR NILAI TAMBAH BRUTO Nilai tambah bruto tersusun oleh beberapa kompenen, diantaranya adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, sektor penyusun upah dan gaji terbesar adalah sektor jasa-jasa (18), sektor pertambangan dan penggalian (8) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (15). Persentasi ketiga sektor di atas berturut-turut adalah 26.76%, 16.65%, dan 12.02% dari total upah dan gaji semua sektor. Sektor jasa menjadi penyumbangan terbesar upah dan gaji karena sebagian besar diisi oleh pegawai negeri dan sisanya oleh sektor-sektor lain dengan jumlah tenaga kerja yang banyak. Untuk surplus usaha, sektor dengan presentase sumbangan terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian (8), sektor perdagangan, hotel dan restoran
30
(15) serta padi (1). Presentase masing-masing sektor adalah 31.72%, 14.15% dan 7.43%. Nilai surplus perdagangan atau usaha dari sektor perkebunan kelapa sawit lebih besar dibandingkan nilai upah dan gajinya. Hal ini menggambarkan bahwa terjadi ketimpangan dalam distribusi pendapaan pada sektor kelapa sawit. Ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan karena banyak pekerja perkebunan yang mendapatkan upah yang rendah di beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit atau perusahaan pengolah kelapa sawit serta adanya perbedaan harga per kg tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antardaerah. Penyusutan merupakan pengurangan dari nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan Tabel 10, penyusutan terbesar dimiliki oleh sektor angkutan dan komunikasi (16) sebesar 29.52%, diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (8) sebesar 22.67%, dan tempat ke tiga ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (15) sebesar 11.55%. Sedangkan sektor perkebunan kelapa sawit (4) memiliki presentase penyusutan sebesar 1.72%. Pajak tak langsung neto merupakan selisih antara pajak tidak langsung yang dibayar pemilik modal dengan subsidi yang diberikan pemerintah pada sektor tersebut. Pada Tabel 10 dijelaskan bahwa sektor-sektor yang memiliki sumbangan yang cukup besar terhadap pajak tidak langsung adalah sektor pertambangan dan penggalian (8) sebesar 45.17%, sektor perdagangan, hotel dan restoran (15) sebesar 15.54%, dan sektor bangunan dan konstruksi (14) sebesar 6.14%. Komoditas perkebunan kelapa sawit (4) memiliki presentase pajak tak langsung sebesar 1.34%. Secara keseluruhan sektor perkebunan kelapa sawit (4) memiliki kontribusi yang kecil terhadap seluruh komponen pembentuk nilai tambah bruto dengan nilai sebesar Rp 2.2 triliun atau 8.77% dari total nilai tambah bruto Kalimantan Selatan. Sektor industri minyak kelapa sawit memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap seluruh komponen pembentuk nilai tambah bruto dengan nilai sebesar Rp 3.3 triliun atau 15.16% dari total nilai tambah bruto Kalimantan Selatan. Sektor industri minyak kelapa sawit menempati peringkat kedua diantara sektor-sektor industri pengolahan lainnya dan peringkat kedelapan dari seluruh sektor-sektor perekonomian Kalimantan Selatan.
31
Tabel 10 Struktur Presentase Nilai Tambah Bruto Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (persen) Sektor
Padi Tanaman Bahan Makanan Lainnya Tanaman Perkebunan Lainnya Perkebunan Kelapa Sawit Peternakan dan Hasilhasilnya Kehutanan dan Hasilhasilnya Perikanan dan Hasilhasilnya Pertambangan dan Penggalian Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Minyak Makan Industri Pengolahan Lainnya Industri Kimia Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya Kegiatan Lainnya
% Upah dan Gaji 3.00
% Surplus Usaha
% Penyusutan
% Pajak Tak Langsung Netto
7.43
1.06
2.46
0.97
2.65
0.10
0.69
3.10
2.29
1.17
1.07
2.50
3.21
1.72
1.34
1.60
1.40
0.51
0.80
0.59
1.09
0.37
0.91
1.90
4.92
0.89
1.61
16.65
31.72
22.67
45.17
1.84
2.67
2.47
3.15
4.38
4.32
2.40
4.06
4.12
5.25
4.88
4.98
0.20
0.17
0.29
0.34
0.69
0.73
2.55
1.41
6.17
4.81
5.84
6.14
12.02
14.15
11.55
15.54
9.65
5.51
29.52
5.88
3.86
6.90
4.14
3.52
26.76
0.77
7.89
0.92
0.01
0.01
0.0015
0.01
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah)
STRUKTUR OUTPUT SEKTORAL Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan pada sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Pada Tabel 15 menunjukkan struktur output di masing-masing sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Jumlah seluruh output sektor perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp 148.61 triliun. Sektor yang memiliki nilai output sektoral yang paling besar adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 34.06 triliun atau sekitar 22.92% dari total output seluruh sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Sektor perkebunan kelapa sawit memiliki nilai output sektoral sebesar Rp 3.4 triliun atau sekitar 2.27% dari total output seluruh sektor perekonomian Kalimantan Selatan. Sedangkan sektor turunannya yaitu sektor industri minyak
32
kelapa sawit memiliki nilai output sektoral sebesar Rp 12.2 triliun atau 8.21% dari total output seluruh sektor. Tabel 11 Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kalimantan Selatan Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor
Nilai Output Sektoral
Persen
Padi
5 584 914
3.76
Tanaman Bahan Makanan Lainnya
1 681 139
1.13
Tanaman Perkebunan Lainnya
2 679 324
1.80
Perkebunan Kelapa Sawit
3 368 921
2.27
Peternakan dan Hasil-hasilnya
1 620 575
1.09
Kehutanan dan Hasil-hasilnya
804 716
0.54
Perikanan dan Hasil-hasilnya
3 320 537
2.23
Pertambangan dan Penggalian
34 061 108
22.92
9 981 835
6.72
Industri Minyak Makan
12 196 319
8.21
Industri Pengolahan Lainnya
10 051 610
6.76
393 208
0.26
2 094 130
1.41
Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau
Industri Kimia Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi
11 508 490
7.74
Perdagangan, Hotel dan Restoran
17 035 695
11.46
Angkutan dan Komunikasi
17 131 405
11.53
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
6 337 616
4.26
Jasa-jasa Lainnya
8 750 720
5.89
Kegiatan Lainnya
8 272
0.01
148 610 534
100
Total
Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah)
KETERKAITAN KE DEPAN Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua kategori, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Besarnya nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief.
33
Tabel 12 Keterkaitan Output Ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 Sektor Padi
KD
KDLT
0.58
1.783
Tanaman Bahan Makanan Lainnya
0.079
1.101
Tanaman Perkebunan Lainnya
0.452
1.652
Perkebunan Kelapa Sawit
0.289
1.435
Peternakan dan Hasil-hasilnya
0.047
1.069
Kehutanan dan Hasil-hasilnya
0.046
1.065
Perikanan dan Hasil-hasilnya
0.038
1.052
Pertambangan dan Penggalian
0.34
1.439
0.229
1.289
Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Minyak Makan
0.35
1.53
Industri Pengolahan Lainnya
0.429
1.5497
Industri Kimia
0.069
1.093
Listrik dan Air Minum
0.212
1.296
Bangunan/Konstruksi
0.204
1.319
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.6522
1.9323
Angkutan dan Komunikasi
0.7331
2.1261
0.65173
2.0762
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya
0.125
1.207
Kegiatan Lainnya
0.0078
1.008
Keterangan:
KD = Keterkaitan ke Depan Langsung KDLT = Keterkaitan ke Depan Tidak Langsung 1,2,3 menunjukkan peringkat (ranking) Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan Tahun 2010 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)
Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meingkat sebesar nilai keterkaitannya. Sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Dibandingkan dengan keterkaitan langsung, nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu. Hal ini disebbakan nilainya telah diperhitungkan perubahan output yang bersangkutan sebesar satu satuan. Tabel 12 menunjukkan hasil analisis keterkaitan output ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung. Dilihat dari keterkaitan output langsung ke depan, sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan tertinggi adalah sektor angkutan dan komunikasi sebesar 0.733, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 0.652, dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar 0.6517. Sedangkan, sektor perkebunan kelapa sawit memiliki nilai keterkaitan output langsung ke depan sebesar 0.289 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor perkebunan kelapa sawit yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya
34
termasuk sektor kelapa sawit itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 0.289 juta rupiah. Untuk sektor industri minyak makan memiliki nilai keterkaitan output langsung ke depan sebesar 0.35. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor industri minyak makan yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor industri minyak makan itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 0.35 juta rupiah. Untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan, sektor yang menempati peringkat tiga besar dalam perekonomian Kalimantan Selatan adalah sektor angkutan dan komunikasi, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai masing-masing sebesar 2.126, 2.076, 1.932. Pada sektor perkebunan kelapa sawit, nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sebesar 1.435 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor perkebunan kelapa sawit yang langsung dijual atau dialokasikan langsung maupun tidak langsung ke sektor lainnya termasuk sektor kelapa sawit itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 1.435 juta rupiah. Sedangkan sektor industri minyak makan memiliki nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sebesar 1.53 yang menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor industri minyak makan yang langsung dijual atau dialokasikan langsung maupun tidak langsung ke sektor lainnya termasuk sektor industri minyak makan itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar 1.53 juta rupiah.
KETERKAITAN KE BELAKANG Keterkaitan ke belakang menunjukkan pengaruh suatu sektor terhadap sektor-sektor lain yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut pada tiap unit kenaikan permintaan total. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan besarnya nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor yang berasal dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan. Keterkaitan ke belakang terdiri dari dua kategori, yaitu keterkaitan secara langsung ke belakang dan keterkaitan secara langsung dan tak langsung ke belakang. Jika dilihat pada tabel 13, terdapat hasil analisis nilai keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke belakang dari setiap sektor perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan. Sektor-sektor yang menempati peringkat tiga besar nilai keterkaitan langsung ke belakang adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau, industri minyak makan dan industri pengolahan lainnya dengan nilai masing-masing 0.7297, 0.704, dan 0.429. Sedangkan, sektor perkebunan kelapa sawit memiliki nilai keterkaitan output langsung sebesar 0.237 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka sektor kelapa sawit akan secara langsung meningkatkan permintaan terhadap inputnya sendiri maupun terhadap sektor lainnya 0.237 juta rupiah. Nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang untuk peringkat tiga besar ditempati oleh sektor industri minyak makan, industri makanan dan minuman serta tembakau, dan sektor bangunan konstruksi dengan
35
nilai masing-masing 2.23, 1.975, dan 1.594. Sektor perkebunan kelapa sawit memiliki nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang sebesar 1.327 yang mengindikasikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka sektor kelapa sawit akan secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan permintaan terhadap inputnya sendiri maupun terhadap sektor lainnya sebesar 1.327 juta rupiah. Semakin besarnya nilai keterkaitan output ke belakang suatu sektor mengindikasikan bahwa sektor tersebut masih bergantung pada output yang dihasilkan oleh sektor-sektor yang berasal dari Provinsi Kalimantan Selatan. Jika nilai keterkaitan output ke belakang semakin kecil, maka ketergantungan terhadap output yang berasal dari luar Provinsi Kalimantan Selatan semakin besar. Nilai keterkaitan langsung ke depan sektor perkebunan kelapa sawit lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan langsung ke belakangnya, baik dalam analisis keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelapa sawit lebih besar kontribusinya sebagai penyedia input bagi sektor-sektor lain dari pada sebagai pengguna input dari sektor-sektor lain. Sehingga, sektor kelapa sawit harus lebih memfokuskan diri sebagai penyedia input, atau meningkatkan produksi outputnya. Sedangkan untuk sektor industri minyak makan memiliki nilai keterkaitan langsung output ke belakang sebesar 0.704 dan menempati peringkat kedua dari seluruh sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung output ke belakang untuk sektor industri minyak makan sebesar 2.23 dan menempati peringkat pertama dari seluruh sektor. Dilihat dari nilai keterkaitan langsung ke depan sektor industri minyak makan, baik dalam analisis keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung memiliki nilai lebih kecil dibandingan dengan keterkaitan ke belakangnya baik keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri minyak makan berperan sebagai sektor yang lebih banyak menggunakan input dari output sektor lainnya untuk dijadikan output oleh sektor industri minyak makan.
36
Tabel 13 Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 Sektor Padi Tanaman Bahan Makanan Lainnya Tanaman Perkebunan Lainnya
KB
KBLT
0.195
1.2575
0.08989
1.118
0.1878
1.252
Perkebunan Kelapa Sawit
0.237
1.327
Peternakan dan Hasil-hasilnya
0.205
1.346
Kehutanan dan Hasil-hasilnya
0.101
1.141
Perikanan dan Hasil-hasilnya
0.1086
1.164
Pertambangan dan Penggalian
0.249
1.346
1
1.9752
Industri Minyak Makan
0.7042
2.231
Industri Pengolahan Lainnya
0.4293
1.583
Industri Kimia
0.333
1.468
Listrik dan Air Minum
0.363
1.519
Bangunan/Konstruksi
0.411
1.5943
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.305
1.442
Angkutan dan Komunikasi
0.266
1.371
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
0.254
1.3499
Jasa-jasa Lainnya
0.066
1.095
Kegiatan Lainnya
0.303
1.441
Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau
0.7297
Keterangan:
KB = Keterkaitan ke Belakang Langsung KBLT = Keterkaitan ke Belakang Tidak Langsung 1,2,3 = menunjukkan peringkat (ranking) Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan Tahun 2010 Klasifikasi 19 Sektor (diolah)
KOEFISIEN PENYEBARAN Koefisien penyebaran menunjukkan efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output di sektor yang bersangkutan terhadap output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Koefisien penyebaran bisa disebut juga sebagai daya penyebaran ke belakang. Tabel 14 menunjukkan nilai koefisien penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Tabel tersebut menggambarkan bahwa sektor perkebunan kelapa sawit memiliki koefisien penyebaran kurang dari 1 yaitu sebesar 0.786. Nilai koefisien penyebaran yang kurang dari satu mengandung arti bahwa sektor perkebunan kelapa sawit kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan untuk sektor industri minyak makan memiliki koefisien penyebaran lebih besar dari 1 yaitu sebesar 2.139. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri minyak makan mampu untuk meningkakan pertumbuhan sektor hulunya.
37
Tabel 14 Koefisien Penyebaran Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Sektor Padi Tanaman Bahan Makanan Lainnya Tanaman Perkebunan Lainnya Perkebunan Kelapa Sawit Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Hasil-hasilnya Perikanan dan Hasil-hasilnya Pertambangan dan Penggalian Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Minyak Makan Industri Pengolahan Lainnya Industri Kimia Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya Kegiatan Lainnya
Koefisien Penyebaran 0.57580 0.28224 0.61789 0.78631 0.69731 0.31663 0.34343 0.85175 2.34536 2.13949 1.56455 1.35572 1.51766 1.55407 0.97925 1.14492 0.79329 0.20359 0.93072
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010, Klasifikasi 19 sektor (diolah)
KEPEKAAN PENYEBARAN Kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektorsektor hilirnya. Kepekaan penyebaran diperoleh dari keterkaitan secara langsung dan tidak langsung ke depan yang dibobot jumlah sektor yang ada kemudian dibagi total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa kepekaan penyebaran terbesar dimiliki oleh sektor perkebunan dan sektor perkebunan kelapa sawit sebesar 2.032 dan 2.017. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sektor perkebunan kelapa sawit mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya serta mampu untuk berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sektor industri minyak makan memiliki nilai kepekaan penyebaran sebesar 0.656. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan koefisien penyebarannya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri minyak makan lebih mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.
38
Tabel 15 Kepekaan Penyebaran Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan Sektor
Kepekaan Penyebaran
Padi Tanaman Bahan Makanan Lainnya Tanaman Perkebunan Lainnya Perkebunan Kelapa Sawit Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Hasil-hasilnya Perikanan dan Hasil-hasilnya Pertambangan dan Penggalian Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Industri Minyak Makan Industri Pengolahan Lainnya Industri Kimia Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya Kegiatan Lainnya
1.96973 0.66278 2.03269 2.01752 0.54175 0.97697 0.19680 0.18639 0.29772 0.65579 0.68850 1.68553 1.33679 0.38940 0.65658 1.43673 1.96371 0.24666 1.05798
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010, Klasifikasi 19 sektor (diolah)
PENGGANDA OUTPUT Berdasarkan pada lampiran 4 dapat dilihat bahwa nilai pengganda output tipe I sektor perkebunan kelapa sawit sebesar 1,394. Hal ini menunjukkan bahwa, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor perkebunan kelapa sawit sebesar Rp 1 juta, maka output di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1.394 juta. Sedangkan pada sektor industri minyak makan, nilai pengganda output tipe I sebesar 2.324. Hal ini menunjukkan bahwa, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor industri minyak makan sebesar Rp 1 juta, maka output di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 2.324 juta. Nilai pengganda tipe II diperoleh pada saat rumah tangga dimasukkan ke dalam model sebagai faktor endogen. Berdasarkan pada lampiran 4, nilai pengganda output tipe II sektor perkebunan kelapa sawit sebesar 2.103. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memasukkan efek rumah tangga, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor perkebunan kelapa sawit sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 2.103 juta. Pada industri minyak makan, nilai pengganda output tipe II sebesar 3.080. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dengan memasukkan efek rumah tangga, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor industri minyak makan sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 3.080 juta.
39
PENGGANDA PENDAPATAN Lampiran 5 merupakan hasil analisis pengganda pendapatan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010. Terlihat bahwa sektor perkebunan kelapa sawit memiliki nilai pengganda tipe I sebesar 1.438. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor perkebunan kelapa sawit sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar Rp 1.438 juta. Sedangkan pada industri minyak makan, nilai pengganda pendapatan tipe I sebesar 3.459. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor industri minyak makan sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar Rp 3.459 juta. Lampiran 5 juga memperlihatkan nilai-nilai pengganda pendapatan rumah tangga tipe II sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Nilai pengganda tipe II sektor perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 2.059. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor perkebunan kelapa sawit sebesar Rp 1 juta, maka pendapatan di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 2.059 juta. Sedangkan pada industri minyak makan, nilai pengganda tipe II sebesar 4.951. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor industri minyak makan sebesar Rp 1 juta, maka pendapatan di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp 4.951 juta.
SEKTOR PRIORITAS Analisis ini digunakan untuk mengetahui sektor mana yang harus dikembangkan dalam pembangunan perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Penentuan urutan sektor prioritas dilakukan dengan menggunakan analisis multiplier output tipe I dan tipe II serta analisis multiplier pendapatan tipe I dan tipe II. Urutan berdasarkan multiplier dilakukan dengan membandingkan masingmasing nilai total multiplier setiap sektor dengan rata-rata multiplier output dan rata-rata multiplier pendapatan. Berdasarkan lampiran 4, dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut: Multiplier Output
II
I
Multiplier Income
4,35 III
3,77
IV
Gambar 6 Diagram Sektor Kunci Berdasarkan gambar 6 dapat dijelaskan sebagai berikut: Kuadran I : adalah sektor-sektor yang memiliki nilai multiplier output lebih besar dibandingkan rata-rata dan nilai multiplier pendapatan lebih besar dari rata-rata atau dapat dikatakan bahwa sektor yang menempati kuadran I merupakan
40
leading sector. Sektor-sektor yang berada pada kuadran I adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau, sektor industri minyak makan, sektor industri pengolahan lainnya, sektor listrik dan air minum serta sektor bangunan/konstruksi. Kuadran II : adalah sektor-sektor yang memiliki nilai multiplier output di atas rata-rata dan nultiplier income dibawa rata-rata. Pada kuadran II tidak ada satupun sektor yang memenuhi kriteria tersebut. Kuadran III : adalah sektor-sektor yang memiliki nilai multiplier output maupun multiplier pendapatan dibawah rata-rata. Sektor-sektor yang menempati kuadran III adalah sektor padi, sektor tanaman bahan makanan lainnya, sektor perkebunan kelapa sawit, sektor peternakan, sektor kehutanan, sektor perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya. Kuadran IV : adalah sektor-sektor yang memiliki nilai multiplier output diatas rata-rata dan multiplier pendapatan dibawah rata-rata. Sektor-sektor yang masuk dalam kriteria kuadran IV adalah sektor industri kimia, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor jasa.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 klasifikasi 19 sektor, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dilihat dari peran perkebunan dan industri minyak kelapa sawit dalam struktur permintaan, sektor perkebunan kelapa sawit memiliki nilai permintaan antara yang lebih besar dibandingkan permintaan akhirnya. Investasi industri minyak kelapa sawit menempati peringkat ke dua serta dalam neraca perdagangan sektor industri minyak kelapa sawit mengalami surplus perdagangan. Sedangkan sektor perkebunan kelapa sawit menempati peringkat ketujuh dalam struktur investasi dan mengalami defisit neraca perdagangan. 2. Sektor perkebunan kelapa sawit memiliki nilai keterkaitan ke depan langsung maupun tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan ke belakang langsung maupun tidak langsungnya. Sedangkan, sektor industri minyak kelapa sawit menempati peringkat ke tujuh dan memiliki nilai keterkaitan ke belakang langsung maupun tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan ke depan langsung maupun tidak langsung. 3. Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor perkebunan kelapa sawit berpotensi untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Sedangkan, sektor industri minyak kelapa sawit memiliki nilai koefisien penyebaran lebih besar dibandingkan dengan kepekaan penyebaran yang menunjukkan bahwa sektor tersebut lebih berpotensi mendorong sektor hulu. 4. Dilihat dari dampak multiplier tipe I dan tipe II, sektor perkebunan kelapa sawit dan sektor industri minyak kelapa sawit memiliki nilai pengganda yang cukup tinggi baik dilihat dari segi output maupun pendapatan. Hal ini
41
menunjukkan bahwa perkebunan dan industri minyak kelapa sawit mampu meningkatkan output dan pendapatan di sektor-sektor lainnya. 5. Dalam analisis sektor prioritas, sektor industri minyak kelapa sawit termasuk dalam salah satu sektor kunci dalam pembangunan perekonomian provinsi Kalimantan Selatan sedangkan sektor hulunya yaitu sektor perkebunan kelapa sawit tidak termasuk dalam sektor kunci.
Saran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan diharapkan mengembangkan teknologi agar menghasilkan output perkebunan kelapa sawit yang berdaya saing, pemberian insentif upah yang sesuai di seluruh perusahaan agar meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia, serta membentuk strategi untuk sektor industri minyak kelapa sawit yang cakupannya global sehingga tahan terhadap external shocks.
DAFTAR PUSTAKA Ambardi, U.M dan Socia, P. 2002. “Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah”. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah (P2KTPWBPPT), Jakarta (ID): [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2010. Tabel Input Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010. BPS, Jakarta (ID): [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. BPS, Jakarta (ID): [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Daerah Provinsi Kalimantan Selatan 2011. BPS, Jakarta (ID): [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Kalimantan Selatan dalam Angka 2012. BPS, Jakarta (ID): [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia 2012. BPS, Jakarta (ID): Bekhet, HA. 2011. Output, Income and Employment Multipliers in Malaysian Economy: Input-Output Approach. International Business Research. [Internet] Malaysia; [diunduh 2013 02 7]. Tersedia pada http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ibr/article/view/8811 Daryanto, A. dan Hafizryanda, Y. 2012. Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix. Bogor (ID): IPB Pr. Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor (ID): IPB Pr. [DEPPERIN]. Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Sekertariat Jenderal Depperin, Jakarta (ID): [DEPPERIN]. Departemen Perindustrian. 2010. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit. Depperin, Jakarta (ID): [DITJENBUN]. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia Kelapa Sawit 2010-2012. Kementrian Pertanian, Jakarta (ID):
42
IMD (International Institute for Management Development). 2009. IMD World Competitiveness Year Book 2009. IMD, Geneve. Kurniawati, A. 2008. Analisis Peran Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Indonesia Tahun 2005 [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor. Kweka, J., Morrissey, O. and Blake, A., 2001. Is Tourism a Key Sector in Tanzania?: Input-Output Analysis of Income, Output, Employment and Tax Revenue. Tourism and Travel Research Institute. [Internet] Tanzania (tZA); [diunduh 2013 Mei 7] Discussion Paper 2001-01. Tersedia pada http://www.nottingham.ac.uk/ttri/pdf/2001_1.pdf. Latif, S dan Purba, H. 2008. 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan (ID): Perkebunan Kelapa Sawit Ramah Lingkungan. 2013. http://sawitwatch.or.id/2013/02 [14 April 2013]. (tanggal diakses) Peta Provinsi Kalimantan Selatan. 2009. http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/provinsi-kalimantan-selatan/ [5 April 2013]. (tanggal diakses) Porter, M.E. (1990, 1998). The Competitive Advantage of Nations. London (GB). Macmillan. Potensi Kelapa Sawit di Kalimantan Selatan. 2012. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php?ia=6 3&ic=2 [7 April 2013].(tanggal diakses) Priyarsono, D.S, Sahara, M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Jakarta (ID):Universitas Terbuka: Rachbini, Didik J, 2001. Pembangunan Ekonomi & Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID). Gramedia Widiasarana Indonesia. Rosa, V. 2012. Peran Industri CPO Terhadap Perekonomian Provinsi Riau[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor. Syahza, A. Dampak Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Multiplier Effect Ekonomi Pedesaan di Daerah Riau. Universitas Tarumanegara .[Internet] Indonesia (ID); Jurnal Ekonomi Th.X/01/Maret/2005. Tersedia pada http://almasdi.unri.ac.id/artikel_pdf/ Tarigan B.Sipayung T. 2011. Perkebunan Kelapa Sawit dalam Perekonomian dan Lingkungan Hidup Sumatera Utara. Bogor (ID). IPBPr. Tim Penulis. 2011. Kewirausahaan dan Dayasaing Agribisnis Orange Book 2.Bogor (ID): IPB Pr. Todaro MP.SC Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Jilid I. H. Munandar[penerjemah]. Jakarta (ID). Erlangga. World Economic Forum. 2009. The Global Competitiveness Report 2009-2010. World Economic Forum. Geneve.
43
LAMPIRAN Lampiran 1. Klasifikasi Sektor-sektor Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 NO
SEKTOR
1
Padi
2
Jagung
3
Palawija Lainnya
4
Sayur-sayuran & Buah-buahan
5
Perkebunan Karet
7
Tanaman Perkebunan Lainnya
6
Perkebunan Kelapa Sawit
8
Pembibitan dan Budidaya Unggas
9
Pembibitan dan Budidaya Ternak Besar
10
Pengusahaan Hutan Tanaman dan Alam
11
Pengusahaan Hasil Hutan Lainnya
12
Perikanan Laut
13
Perikanan Darat
14
Penambangan Minyak Bumi
15
Penambangan Batu Bara
16
Penambangan Non Migas Lainnya
17
Penggalian
18
Ikan Kering dan Asin
20
Beras
21
Industri Pengolahan dan Pengawetan Makanan
22
Industri Minuman dan Pengolahan Tembakau
19
Industri Minyak Makan
23
Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit
24
Industri Kayu Lapis dan Penggergajian Kayu
25
Industri Barang dari Kayu, Bambu dan Rotan
26
Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan
28
Industri Pengilangan Minyak Bumi
29
Industri Karet dan Plastik
30 31
Industri Galian Bukan Logam Industri Logam, Mesin, Alat-alat Angkutan dan Industri Pengolahan Lainnya
27
Industri Kimia
32
Listrik
33
Air Minum
34
Bangunan/ Konstruksi
KODE 1
KLASIFIKASI 15 SEKTOR Padi
2
Tanaman Bahan Makanan Lainnya
3
Tanaman Perkebunan Lainnya
4
Perkebunan Kelapa Sawit
5
Peternakan dan Hasilhasilnya
6
Kehutanan dan Hasilhasilnya
7
Perikanan dan Hasil-hasilnya
8
Pertambangan dan Penggalian
9
Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau
10
Industri Minyak Makan
11
Industri Pengolahan lainnya
12
Industri Kimia
13
Listrik dan Air Minum
14
Bangunan/Konstruksi
44 No
Sektor
35
Perdagangan
36
Jasa Akomodasi
37
Restoran/Rumah Makan
38
Angkutan Jalan
39
Angkutan Sungai
40
Angkutan Laut
41
Angkutan Udara
42
Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan
43 44
Komunikasi Lembaga Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
45
Jasa Pemerintah dan Pertahanan
46
Jasa Hiburan dan Rekreasi
47
Jasa Pendidikan
48
Jasa Kesehatan
49
Jasa Kemasyarakatan dan Perorangan
50
Kegiatan yang tidak jelas batasannya
190
Jumlah Input Antara
200
Jumlah Input Antara Barang Impor
201
Upah dan Gaji
202
Surplus Usaha
203
Penyusutan
204
Pajak Tak Langsung (Netto)
209
Nilai Tambah Bruto (Jumlah Input Primer)
210
Jumlah Input
Kode
Klasifikasi 15 Sektor
15
Perdagangan,Hotel dan Restoran
16
Angkutan dan Komunikasi
17
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
18
Jasa-jasa Lainnya
19
Kegiatan Lainnya
2 0
3 1 605
4 0
5 4 791
6 0
7 0
8
9
10
0
0
2 101
37
0
1 588 024
0
3 539
0
76 357
532 618
1 552
32 795
1 335
169 349
10 300
3 229
963
4 005 086
406
0
105
0
0
5 034 361
369 351
1
3 736
0
72 410
5
3 101
25 767
1 925
0
1
4 085
0
94 844
36 556
17 963
341 188
51 878
74
0
3
38 109
1 882
249 678
294 124
4 775
0
8 008
73 836
506 871
264 778
0
36
0
0
2 767
880 469
338 406
26 115
10 102
0
163 219
9
7 691
775 511
55 695
0
0
3 026
0
3 802
114
1 138
12 859
3 470 290
12 176
8 591 567
7 447
13 821 652
0
744
1 637
81 190
1 454 062
710
0
59
0
30
0
1 085
22 423
48 030
161 894
7 276 713
736
31 547
0
1 400
3 373
2 932
10 570
18 578
0
311 826
43 621
86
0
0
25 884
522
19 474
573
8 482 295
1 119 554
46
5
0
572
2 474
415
82 027
9 947
0
789 912
1 890 490
2
6
0
0
21 083
155 358
50 436
6 519
360 598
4 588 953
471 247
177 762
468 759
7
0
1 177
540
60 543
4 989
0
4 254 249
1 169 925
104 827
3 167 157
8
0
7 598
51 461
63 491
497
81 064
212 450
13 893 990
81 390
182 643
825
9
1 617
0
59 325
312 316
0
486 349
1 675 441
170 826
10
42 101
3 900
57 489
81 219
332 816
47 039
2 153 247
1 166 001
0
11
33 884
43 070
0
150 426
65 486
0
12 0
27 905
13 498
799 310
208 130
475 578
41 652
0
13 45 493
6 393
124
407 702
27 123
1 405
14
83 556
104 341
1 118
503 771
360 565
613 911
23 495
0
15
132 427
0
269 236
639 537
37 384
5 497
16
35 750
1 51 125
791 241
1 407 783
20 674
3 604 459
0
17
2
96 493
1 003 979
34 593
127 132
2 695 117
12 196 026
6 166
18
1 005 488
247 596
86 153
25 578 634
9 971 830
38 921
19
435 240
1 160 583
27 709
2 959 184
34 060 929
52 979
190
767 066
7 420
723 661
3 319 782
0
200
3 253 711
17 925
1 287 801
804 725
247 258
201
78 239
2 569 610
1 620 617
0
202
63 399
2 178 318
3 368 920
11 077
203
1 530 017
2 682 089
0
204
4 144 415
1 681 142
159 171
209
5 149 903
3
210
4
No
Lampiran II. Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, 19 Sektor (Juta Rupiah) (diolah)
45
45
14 136
527 433
606 009
188 231
18 250
1 337
4 309 304
1 901 245
1 052 279
2 300 334
360 908
128 471
5 743 237
10 052 541
14
15
16
17
18
19
190
200
201
202
203
204
209
210
170 191
9
13
4 529
8
67 619
375 430
7
12
774
6
500
252 712
5
607 113
148
4
11
0
3
10
0
1 473 808
2
1 084
11
1
No
511
54
393 222
262 191
8 711
21 628
74 255
50 406
107 191
131 031
166
3 467
9 414
21 327
23 152
836
4 153
10 089
3 293
3 343
1 279
37 135
25
1 783
104
5 543
5 357
12
0
0
0
0
0
0
0
2 094 125
1 334 331
36 468
188 143
319 749
177 438
612 533
759 794
0
2 805
85 679
61 470
94 635
16 585
282 919
4 207
1 718
0
0
209 776
13
0
0
0
0
0
11 508 489
6 780 572
158 480
431 492
2 108 500
1 577 038
2 505 062
4 727 917
452
44 806
652 191
565 295
910 091
12 123
4 942
10 500
1 699 207
0
0
704 988
0
123 322
14
736 931
240 000
271 553
6 207
215 411
51 106
531 693
173
213 498
2 422
174 158
0
17 697
121 154
98
17 035 701
11 831 537
401 173
853 630
6 196 340
3 072 386
1 308 008
5 204 164
1 563
157 883
1 369 563
1 093 054
15
0
1 298
68
846
0
285
2 415
0
17 128 634
12 576 812
151 756
2 181 692
2 414 516
2 465 923
5 362 925
4 551 822
23
348 424
660 738
1 949 553
930 583
202 780
146 941
4 081
229 620
2 565
71 602
16
1
132 270
918 255
198 743
105 367
186 087
36 659
1 990
30 730
0
1 948
0
805
76
4
0
0
0
0
6 337 620
4 724 685
90 966
30 6271
3 020 999
985 987
320 462
1 612 935
17
395 450
574 986
42
48 706
94 967
81 833
105 738
14 896
20 162
6 526
113 209
246
49 104
3 155
3 351
1 509
4 886
0
365
26 291
0
8 753 725
8 178 739
23 637
582 908
336 156
6 840 588
18
Lampiran II. Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, 19 Sektor (Juta Rupiah) (diolah)
19
8 273
5 769
161
113
3 847
1 337
311
2 504
58
0
62
185
167
0
40
2
1 302
0
0
0
0
0
0
0
688
0
0
46
7
6
5
4
3
2
1
No
1 453 214
2 920 233
325 091
393 510
406 786
3 226 504
2 607 280
558 325
5 411 344
180
598 472
4 463 351
21 492
2 432 615
86 876
1 137 094
0
66 147
854 409
0
119 601
0
230 518
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
39 694
0
0
0
0
0
5 199
51 718
16 984
0
0
0
2 211
31
522 808
594 148
391 192
-32 887
0
44 445
23 251
90 699
-46 023
13 862
88 630
0
34 420
17 305
5 03 3150
6 860 677
3 443 560
31 152 270
562 831
279 885
48 245
0
34 936
254 543
84 940
9 644 755
1 041 256
136 916
7 068 190
8 053 297
8 528 621
31 140 875
2 995 446
411 206
1 213 789
142 417
72 044
1 122 814
173 570
17 035 695
11 508 490
2 094 130
393 208
10 051 610
12 196 319
9 981 835
34 061 108
3 320 537
804 716
1 620 575
3 368 921
2 679 324
1 681 139
5 584 914
17 131 405
17 035 695
11 508 490
2 094 130
393 208
10 051 610
12 196 319
9 981 835
34 061 108
3 320 537
804 716
1 620 575
3 368 921
2 679 324
1 681 139
5 584 914
17 131 405
17 035 695
11 508 490
2 094 130
393 208
10 051 610
12 196 319
9 981 835
34 061 108
3 320 537
804 716
1 620 575
3 368 921
2 679 324
1 681 139
5 584 914
700
8
4 143 022 1 352 937 41 532
9 622 639
11 546 148
17 131 405
600
9
2 983 420 78 048
22 116
132 975
4 553 835
8 145 181
6 337 616
310
10
256 292
0
871 650
184 083
2 774 138
8 750 720
309
11
1 052 874
295 720
108 124
6 337 616
305
12
1 863 735
449 376
173 696
8 750 720
304
13
6 063 134
1 118 209
6 337 616
303
14 5 489 547 3 971 014
8 750 720
302
15 8 986 224
56 261
301
16
7 654 750
8 272
0
8 272
148 610 534
27 757
8 272
148 610 534
0
0
3 794
148 610 534
0
0
0
99 151 330
40 068 585
0
0
55 162 492
20 235 554
20 382
0
1 984 574
7 752 284
4 423
0
10 226 032
600 265
6 690 975 3 794
8 809 725
1 607 862
31 456
4 478
22 968 507
1 442 957
936 018
19 49 459 204
8 832 186
1 095 970
190 19 833 031
6 281 355
200 25 558 349
18
201
2 581 488
7 391 568
204
99 162 329
43 797 893
209
148 621 533
202
210
203
17
Lampiran II. Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, 19 Sektor (Juta Rupiah) (diolah)
47
0.0088338
0.0202608
0.0162248
0.0257145
0.0069419
3.88E-07
0.1952441
0.0845142
0.1489477
0.6318004
0.0151923
0.0123107
0.8047559
1
14
15
16
17
18
19
190
200
201
202
203
204
209
210
0
9
13
0
8
0.0081751
0
7
12
0
6
0
1.67E-05
5
0.000314
0.0061257
4
11
0
3
10
8.93E-06
0.0309076
2
0.07172
1
1
Sektor 0
1
0.91010575
0.010662395
0.004413666
0.690353938
0.147278457
0.057397293
0.08989425
0
0.000665024
0.003802772
0.016598836
0.020155347
0.002319852
0
0.004519547
0.000700119
0
0.000340245
0
0
0
0
0
0.006588973
0.025947243
2
1
0.812172154
0.010331126
0.032121604
0.37432725
0.295009226
0.100382948
0.187827846
4.62326E-05
0.005032644
0.016058378
0.021434412
0.022118953
0.01918691
0.000201336
0.007860664
0.000922415
0
0.000521981
0
1.11853E-05
0
0.001128225
0
0.092188589
0.000274413
0.000598414
3
Lampiran III. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 19 sektor (diolah)
0
0
1
0.762739988
0.010268276
0.037736723
0.417873681
0.189834428
0.107026881
0.237260012
0
0.02410832
0.092705081
0.018846099
0.017971041
0.046115075
0.000123185
0.007683174
0.001001211
0
0
0
0
0
0.001417368
0.015725811
0.011552961
4
1
0.79463624
0.01275687
0.023067758
0.378813131
0.251572086
0.128426396
0.20536376
0
0.000306673
0.003078457
0.03112148
0.050614673
0.0003221
0.001809187
0.000669498
0.000459084
0.00234602
0.100714111
0
0
0
0
0
0.003804724
0.004595163
0.002956281
5
0
0
1
0.899264966
0.029196309
0.033704682
0.590982012
0.186928454
0.058453509
0.100735034
0
0.008100904
0.012360744
0.024199571
0.013134922
0.027864177
0.002034235
0.000141663
0.001414148
1.11839E-05
0
0
0
0
0
0
0.006830905
6
0
1
0.891379012
0.012546607
0.019725994
0.648610963
0.146500282
0.063995166
0.108620988
0
0.000172602
0.005596151
0.014467817
0.024456425
0.003873447
0.002316718
0.000833488
0.002412207
9.03674E-07
0.028569346
0
0.021811673
0
0
0
0.000423221
0.003042971
7
48
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0.24903299
0
0.004753071
0.042690028
0.101884772
0.022768346
0.025849823
0.002167762
0.001118848
0.001073253
1.46796E-07
0
0.046623038
0
0
0
0
0
0
0
0.047257825
0.079214347
0.729726941
7.12006E-05
0.00122104
0.005585234
0.033936198
0.050830289
0.000188732
0.001801374
0.000310976
0.002583979
0.007657271
0.053412262
0.000155638
0.003288764
0
0
8.27331E-05
0.017130858
0.029495489
0.504858286
0.091796623
0.025567837
0.704456271
0
0.002141271
0.021710187
0.020472078
0.027975342
0.000157838
0.000844537
0.000264758
7.89601E-05
0.328392708
3.32895E-05
0
8.60936E-06
0
0
0.259687623
0.038435389
0.004253681
0
0.104677912
0.189130788
0.428678082
0.000133001
0.001815461
0.018724718
0.060284161
0.05246763
0.001406212
0.016930147
0.006726558
0.060393984
4.97387E-05
0.000450533
0.037346776
7.69955E-05
0
0
0.146610494
0
0.000107833
11
0
0.188837349
0.128187131
0.27259665
0.33322398
0.000422153
0.008816902
0.023940675
0.054236538
0.058877682
0.002126026
0.010561464
0.025657262
0.008374404
0.008501559
0.003252616
0.094437748
6.35773E-05
0
0.014096363
0.013623348
0.00129952
0.000137327
12
0
0.089843252
0.152688593
0.084731332
0.292500686
0.362821704
0
0.001339462
0.040913986
0.029353549
0.045190712
0.007919776
0.135101295
0.002008954
0.00082039
0
0
0.100173581
0
0
0
0
0
0
0
0.589180039
0.013770704
0.037493367
0.183212583
0.137032585
0.217670799
0.410819961
3.92754E-05
0.0038933
0.056670428
0.049119828
0.079079973
0.001053396
0.000429422
0.00091237
0.14764814
0
0
0.061258085
0
0
0
0
0
0
0
14
19
0.13472777
0.228831099
0.055002009
0.637178296
0.017414433
13
190
0.124901144
0.155008689
0.035902166
0.66677602
0.022152881
10
200
0.117322999
0.014575403
0.571321918
0.012779953
9
201
0.407915768
0.018315896
0.295543729
0.008595177
8
202
0.049189527
0.008161992
Sektor
203
0.270273059
1
0.75096701
1
0.034232801
1
204
1
209
1
1
210
1
Lampiran III. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 19 sektor (diolah)
49
0.313097063
0.143964954
0.140963722
0.127371044
0.008859784
0.734256567
1
200
201
202
203
204
209
210
0.038575055
17
0.265743433
0.113818358
16
190
0.054329084
15
0.02034161
0.011838656
14
1.34278E-06
0.008578676
13
19
0.000238256
12
18
0.000149749
0.013405622
11
0.004180252
9
10
0
8
0
5
0
0
4
7.57795E-05
1.66388E-05
3
7
0.000140992
2
6
0
16
1
Sektor
0
0
0
0
0
0
1
0.74549831
0.014353338
0.04832587
0.476677207
0.155576857
0.050565039
0.25450169
1.57788E-07
0.020870611
0.144889564
0.031359248
0.016625642
0.029362284
0.005784348
0.000313998
0.004848823
0
0.000307371
0
0.000127019
17 0
1
0.934315277
0.002700222
0.066589709
0.038401481
0.781448812
0.045175054
0.065684723
4.79796E-06
0.005564031
0.010848753
0.009348363
0.012079201
0.001701676
0.002303248
0.000745511
0.012932666
2.81023E-05
0.005609498
0.000360418
0.000382808
0
0
0
4.16965E-05
0.003003407
18
Lampiran III. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 19 sektor (diolah)
0
0
1
0.697328659
0.019460897
0.01365889
0.465006648
0.161610057
0.037592167
0.302671341
0.007010758
0
0.007494258
0.0223619
0.020186148
0
0.004835005
0.00024175
0.157379427
0
0
0
0
0
0
0
0.083162094
19
1
0.667213741
0.017369542
0.049734166
0.294694128
0.171969354
0.133446551
0.332786259
3.01302E-05
0.007374234
0.042264098
0.060463809
0.036936418
0.012540141
0.007084263
0.001724461
0.020073942
0.027876324
0.009777951
0.019648788
0.002187375
0
0
0.021709532
0.017543084
0.00375669
0.036410229
180 0
1
0.000165183
0.040752235
0.001369527
0.172889513
0.263975974
0
0.037949789
0.003398044
0.058904003
0.026056199
0.194324821
0.000935716
0.105910889
0
0
0
0.0028799
0.037199153
301
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0.759498736
0.000502059
0.126928934
0.051009084
0.002510408
0.015094115
0.004714336
0.01357602
0
0.026166311
302
50
0 0.006984874
0.044659458 0.004614422
0.001539814
305
0.011324245
0.001750556
309
0.011312381
0.037580876
310
0.018029166
0.011312381
0.037580876
600
0.018029166
0.011312381
0.037580876
700
304
0
0.018029166
303
1
0.000726606
Sektor
2 0.000633329
0,022343887
-0.023190367
0,229197131
0.001660859
0.022343887
0.067167749
3
0.229197131
0.082069007
0.022669463
0.022343887
0.067167749
0.022669463
0.229197131
0.082069007
0.022669463
0.03021085
0.067167749
0.067637265
0.00143636
0.314074204
0.082069007
0.002645896
0
0.010203147
0.086016204
0.067637265
0.077440607
0.014091397
0.045702
0.564736452
0.081222279
0.002645896
0.114633159
0.005057485
0
0.062425751
0.067637265
0.077440607
0.014091397
0.115277192
4
-0.016571315
0.124372137
0.002645896
0.114633159
0.042645806
0
0
0.197116358
0.07128689
0.077440607
0.014091397
0.115277192
0.058883578
0.010904846
0
0.299383142
0.001380879
0.114633159
0.042645806
0.005414932
7
0
0.091242252
0.097273077
0.010501685
0.115277192
0.058883578
0.010904846
8
0 0.263435881
0.00031371
0.116449754
0.042645806
0
9
0.003881662 1.56205E-05
0
0.000623975
0.082148984
0.058883578
0.010904846
10
0
0
0.001114093
0.082553105
0.000567426
0
11
0
0.050290295
0.077202696
0.012241782
12
0.940994415
0.092756934
0
0
0
13
0.054482221
0.000503186
5.56623E-05
1
0.000874598
14 0.028918353
0
0
1
0
15 0.01698567
0
0
1
0.011715864
16
0
0.001993148
0
1
0
17
0
1
0.000508408
18
0
1
5
19
1
210
209
204
203
202
201
200
190
6
Lampiran III. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 19 sektor (diolah)
51
Sector
Initial
First Indust Consumption Total Elasticity Round Sup 1.00000 0.19456 0.07551 0.48059 1.75066 -0.08247 1 1.00000 0.09537 0.03926 0.42641 1.56104 0.16935 2 1.00000 0.20879 0.09185 0.93955 2.24018 -0.24193 3 1.00000 0.26570 0.12852 0.70928 2.10350 -0.15253 4 1.00000 0.23562 0.18986 0.81841 2.24389 -0.20873 5 1.00000 0.10699 0.05948 0.54960 1.71607 0.62805 6 1.00000 0.11605 0.07174 0.43313 1.62092 0.18238 7 1.00000 0.28781 0.15719 0.54195 1.98695 1.78863 8 1.00000 0.79250 0.29857 0.54546 2.63653 0,93762 9 1.00000 0.72294 0.60162 0.75576 3.08032 1.85135 10 1.00000 0.52866 0.25108 0.70581 2.48555 1.16328 11 1.00000 0.45810 0.24248 0.72926 2.42984 -0.41039 12 1.00000 0.51282 0.31432 0.59349 2.42064 -0.72367 13 1.00000 0.52512 0.30611 0.76290 2.59414 2.05714 14 1.00000 0.33089 0.18939 0.68322 2.20350 0.58493 15 1.00000 0.38687 0.21309 0.80172 2.40168 -0.24322 16 1.00000 0.26806 0.12693 0.58143 1.97641 -0.09711 17 1.00000 0.06879 0.03957 1.95121 3.05957 2.31575 18 1.00000 0.31449 0.18942 0.63134 2.13525 -0.08314 19 Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan 2010, klasifikasi 19 sektor (diolah) Type II 1.75066 1.56104 2.24018 2.10350 2.24389 1.71607 1.62092 1.98695 2.63653 3.08032 2.48555 2.42984 2.42064 2.59414 2.20350 2.40168 1.97641 3.05957 2.13525
Type I 1.27007 1.13463 1.30063 1.39421 1.42549 1.16647 1.18779 1.44500 2.09107 2.32456 1.77974 1.70058 1.82715 1.83124 1.52028 1.59996 1.39498 1.10836 1.50391
Lampiran IV. Pengganda Output Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan
52
First Sector Initial Indust Sup Consumption Total Elasticity Round 0.14843 0.04269 0.01609 0.08942 0.29662 -0.09414 1 0.15625 0.01961 0.00798 0.07934 0.26318 0.18274 2 0.32793 0.05694 0.02021 0.17481 0.57989 -0.19097 3 0.21259 0.06663 0.02658 0.13197 0.43777 -0.14933 4 0.28864 0.03000 0.03421 0.15227 0.50512 -0.16279 5 0.19853 0.02633 0.01210 0.10226 0.33922 0.62532 6 0.15652 0.01699 0.01323 0.08059 0.26733 0.19218 7 0.14435 0.05612 0.03319 0.10083 0.33449 2.08596 8 0.05132 0.12350 0.06035 0.10149 0.33666 2.33276 9 0.09421 0.11767 0.11396 0.14061 0.46646 2.97597 10 0.12909 0.11992 0.05530 0.13132 0.43563 1.57933 11 0.17623 0.08880 0.04939 0.13568 0.45010 -0.43137 12 0.11976 0.07812 0.05800 0.11042 0.36630 -0.91439 13 0.17516 0.08775 0.06601 0.14194 0.47086 2.13173 14 0.19535 0.06177 0.03745 0.12712 0.42169 0.57302 15 0.20959 0.09112 0.04495 0.14917 0.49482 -0.23910 16 0.16386 0.06024 0.02657 0.10818 0.35886 -0.10761 17 0.81842 0.01477 0.00806 0.36303 1.20429 1.11375 18 0.16792 0.06156 0.04272 0.11746 0.38966 -0.09035 19 Sumber: Tabel Input-Output Kalimantan Selatan 2010, klasifikasi 19 sektor (diolah)
1.39599 1.17662 1.23528 1.43849 1.22246 1.19354 1.19313 1.61872 4.58215 3.45885 2.35726 1.78416 2.13658 1.87783 1.50791 1.64925 1.52981 1.02790 1.62097
Type I
1.99842 1.68439 1.76835 2.05925 1.75000 1.70860 1.70801 2.31726 6.55953 4.95149 3.37451 2.55410 3.05860 2.68819 2.15863 2.36097 2.18999 1.47148 2.32048
Type II
Lampiran V. Pengganda Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan
53
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Rata-rata
No
TIM 3.394408297 2.861009631 3.003634608 3.497740653 2.972452727 2.902147916 2.901132602 3.935974636 11.14167219 8.410342647 5.731769453 4.338257615 5.195173493 4.56602084 3.666533962 4.010215822 3.719799901 2.499375393 3.941454384 4.352058777
3.02073634 2.695668794 3.540815851 3.497707837 3.669381297 2.882533263 2.808710812 3.431957069 4.72759957 5.404871503 4.265291654 4.130423664 4.247784713 4.425370757 3.723777643 4.001638703 3.371390923 4.167932194 3.639158324 3.771197416
TOM
Lampiran VI. Total Pengganda Output dan Pengganda Pendapatan tipe I dan tipe II
54
55
Lampiran VII RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Februari 1992 dari ayah Subandi dan ibu Dyah Farida. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Aisyah dan melanjutkan pendidikan di SDN Pengadilan 3 Bogor. Pada tahun 2006 penulis duduk di bangku SMP yaitu bersekolah di SMPN 4 Bogor. Kemudian tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalu jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama Perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi Peminat Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) Tahun 2011/2012 menjadi Wakil Sekretaris. Penulis aktif ikut berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan fakultas maupun departemen, yaitu panitia acara Femily Day 2011, ketua divisi humas Masa Perkenalan Departemen Ilmu Ekonomi 2011, staf divisi publikasi, dekorasi dan dokumentasi pada the 7th HIPOTEX-R, staf divisi humas pada the 8th HIPOTEX-R. Penulis juga mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian dengan judul “Studi Pengembangan Hunian Vertikal sebagai Solusi Pemukiman Kumuh di Kota Bogor” pada tahun 2013.