PERAN PENGAJIAN RUTIN DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN AGAMA DAN KETERAMPILAN PRAKTEK BERIBADAH IBU-IBU (Penelitian di Desa Penyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta) Oleh: Oyim Mulyadin PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH ABSTRAK
Penelitian ini bermula dari fenomena rendahnya partisipasi dan pengetahuan agama serta kemampuan praktek ibadah para ibu di Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Hal ini mengindikasikan belum optimalnya pembelajaran yang dilakukan oleh ustadz, baik dalam materi, pembelajaran, dan kemampuan mengatasi hambatan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan, materi, pelaksanaan pembelajaran, dan faktor pendukung dan hambatan. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualiatif. Sampel sebagai sumber data berjumlah enam orang. Teknik pengumpulan datanya adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan untuk mengolah datanya menempuh langkah telaah data, reduksi data, kategorisasi data, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian diperoleh materi yang diberikan meliputi dua aspek, yaitu aspek pengetahuan agama tentang ilmu-ilmu Islami, seperti akidah dan akhlak, serta zakat dan puasa. Untuk materi keterampilan praktek ibadah, diberikan materi praktek thaharah, ibadah shalat, dan pemeliharaan jenazah. Kedua materi itu dijawab ya oleh bustami. Pada aspek pelaksanaan pembelajaran ustadz tidak melakukan perencanaan materi secara matang terlebih tertulis. Metode untuk menjelaskan akidah dan akhlak lebih didominasi ceramah dan tanya jawab (masing-masing 80% dan 65%), sedangkan materi praktek ibadah didominasi demontrasi dan praktek (75%). Ustadz sering menggunakan sumber pembelajaran dan menyarakankan bustami untuk memilikinya..Alat yang dipergunakan pada materi pengetahuan agama dan akhlak didominasi pengeras suara. sedangkan pada materi praktek ibadah alat yang digunakan sangat sesuai. Selanjutnya, ustadz kadang-kadang melakukan evaluasi yang dilaksanakan pada setiap setelah memberikan materi pelajaran dengan bentuk evaluasi lisan untuk pengetahuan agama dan akhlak dan bentuk evaluasi tindakan untuk praktek beribadah . Keberhasilan diperoleh bahwa bustami paham dan meningkat baik pengetahuan agama, maupun keterampilan praktek beribadah. Faktor pendukung adalah adanya ustadz yang bersedia memberikan pengajaran dalam pengajian rutin ibu-ibu dengan sukarela, adanya bustami (dalam hal ini para ibu) yang mampu memanfaatkan waktu untuk hal positif di sela-sela aktivitas peribadinya, dan adanya madrasah sebagai tempat melaksanakan pengajian rutin. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya sumber belajar serta fasilitas media dan alat pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dan apabila salah seorang ustadz berhalangan hadir, maka bustami hanya memperoleh materi dari satu ustadz saja. Kata Kunci : Peran Pengajian Rutin dan Pengetahuan Agama
PENDAHULUAN
Indonesia melalui pendidikan, aspek keimanan dan ketakwaan serta moralitas yang tinggi merupakan tujuan yang paling utama dan pertama, di samping memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan. Hal itu semua dimaksudkan agar setiap warga Negara Indonesia memiliki rasa tanggung jawab kebangsaan. Apa yang dikemukakan di atas, senada dengan tujuan pendidikan Indonesia yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 bahwa: “ nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
Dengan bergulirnya era modernisasi, maka segala bentuk kehidupan penuh dengan tatangan. Ditambah dengan adanya era globalisasi yang sangat memungkinkan masuk dengan bebas setiap peradaban dan budaya seluruh dunia. Tentu dalam kerangka demikian pengaruh positif dan negatif pasti akan timbul. Tinggal bagaimana kemampuan individu manusia Indonesia mampu untuk menyaringnya dengan baik. Salah satu syarat agar mampu menyaring segala ekses negatif dari kemajuan zaman yang kian kompleks adalah membentengi diri dengan nilai-nilai agama dan moral. Bahkan apabila melihat tujuan pembangunan sumber daya manusia (SDM) 1
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dengan demikian sangat jelas, bahwa Negara Indonesia akan kuat apabila nilai-nilai logika didasari dengan kuat oleh nilai-nilai agama dan moral. Apabila melihat fenomena perilaku masyarakat sekarang, maka tantangan pencapaian tujuan pendidikan di atas semakin berat. Pengaruh media, terutama media elektronik semakin terasa. Masyarakat semakin terbius dengan tontonantontonan di televisi, tanpa melihat isi dari tontonan tersebut. Dengan kata lain, kini masyarakat lebih menyukai tayangan yang bersifat tontonan rekreatif daripada tayangan yang bersifat tuntunan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dampak dari tontonan tersebut sangat besar bagi gaya hidup masyarakat, baik dari cara bicara, bergaul, hingga cara berpakaian. Parahnya lagi waktu mereka tersita untuk menonton dibanding melibatkan diri pada kegiatankegiatan positif dan keagamaan. Salah satunya semakin terkikisnya waktu untuk beraktivitas dalam pengajian rutin. Akibatnya, berbagai kegiatan yang dilakukan di masjid semakin terkikis oleh hingar bingarnya acara-acara di televisi. Berdasarkan studi pendahuluan di Majlis Ta’lim Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta diperoleh fenomena rendahnya partisipasi dan motivasi warga, terutama para ibu dalam megikuti pengajian rutin. Hal tersebut terlihat dari, kurangnya antusias warga mengikuti pengajian, peserta pengajiannya sedikit, serta aktivitas mengikuti pengajian masih rendah, seperti: kurangnya memperhatikan, ada yang mengantuk, dan lain-lain. Apabila hal itu dibiarkan maka pencapaian tujuan diadakannya pengajian rutin ibu-ibu tidak akan tercapai dengan optimal. Pesan-pesan agama serta berbagai keterampilan melaksanakan ibadah menjadi rendah. Padahal antara pengetahuan dan keterampilan memiliki kaitan yang saling mempengaruhi, serta keduanya akan mempengaruhi pada sikap sebagai seorang muslim. Rendahnya partisipasi dan aktivitas para ibu selama mengikuti pengajian rutin merupakan respon atau tanggapan dari adanya stimulus, yaitu pengajian rutin itu sendiri. Penulis mengasumsikan bahwa apabila stimulus yang diberikan sangat kuat, maka respon yang diberikan akan kuat pula. Dengan demikian fenomena di atas, mengindikasikan belum optimalnya penyelenggaraan pengajian rutin ibu-ibu tersebut. Asumsi penulis tersebut disandarkan pada pendapat Soelaiman Joesoef (1986:106-108) yang mengemukakan bahwa suatu pendidikan sosial akan direspon baik oleh masyarakat dengan syarat: (1) tujuannya harus jelas; (2) program-programnya harus
menarik; (3) pendekatan dan strategi dalam pelaksanaannya harus efektif; (4) adanya integrasi antara program dengan potensi dan pembangunan yang ada di lokal tersebut; (5) serta tidak terpaku pada pemberian pengetahuan, tetapi lebih ke praktek. Apabila dikaitkan dengan pengajian rutin, maka faktor yang menjadi penariknya adalah: (1) materimateri yang disampaikan ustadz; (2) pendekatan dan metode yang digunakan selama pengajian rutin; (3) kemampuan memberdayakan faktor pendukung serta kemampuan mengatasi hambatan-hambatannya.
2
Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Terdapat tanda-tanda rendahnya partisipasi dan aktivitas para ibu mengikuti pengajian rutin di Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta; 2. Terdapat tanda-tanda rendahnya pengetahuan agama dan keterampilan beribadah para ibu di Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta; 3. Terdapat tanda-tanda belum optimalnya pembelajaran yang dilaksanakan di pengajian rutin di Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta; Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran pengajian rutin dalam meningkatkan pengetahuan agama dan keterampilan praktek beribadah ibu-ibu di Desa Penyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta? Alasan dan Kegunaan Penelitian 1. Alasan Penelitian Alasan dilakukannya penelitian ini adalah adanya permasalahan rendahnya partisipasi dan motivasi warga, terutama para ibu dalam megikuti pengajian rutin. Hal tersebut terlihat dari, kurangnya antusias warga mengikuti pengajian, peserta pengajiannya sedikit, serta aktivitas mengikuti pengajian masih rendah, seperti: kurangnya memperhatikan, mengantuk, dan lain-lain. Rendahnya partisipasi dan aktivitas para ibu selama mengikuti pengajian rutin merupakan respon atau tanggapan dari adanya stimulus, yaitu pengajian rutin itu sendiri. Penulis mengasumsikan bahwa respon ibu-ibu tersebut merupakan asumsi dari tanggapan belum optimalnya penyelenggaraan pengajian rutin ibuibu tersebut, baik dalam: (1) materi-materi yang disampaikan ustadz; (2) pendekatan dan metode yang digunakan selama pengajian rutin; (3) kemampuan memberdayakan faktor pendukung
serta kemampuan mengatasi hambatanhambatannya. 2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Aspek Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan keilmuan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan keagamaan. b. Bagi Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan berguna bagi aspek praktis, terutama bagi: (1) penyelenggara pengajian rutin agar lebih mengoptimalkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pengajian rutin baik kurikulum materinya jelas, ustadz yang variatif; serta mampu mengoptimalkan media pembelajaran yang sederhana tetapi bernilai guna; (2) bagi ustadz, agar mampu menerapkan pendekatan dan metode dengan variatif, inovatif, serta mampu meningkatkan motivasi dan aktivitas ibu-ibu dalam mengikuti pengajian rutin; (3) bagi para ibu, agar lebih termotivasi mengikuti pengajian rutin karena besar manfaatnya, untuk kehidupan dunia dan akhirat. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan materi-materi yang diberikan pada pengajian rutin ibu-ibu di Desa Panyindangan Kabupaten Purwakarta. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran di pengajian rutin ibu-ibu Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. 3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pengajian rutin ibu-ibu di Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Tujuan menggunakan metode ini karena penulis ingin mendeskripsikan dan menganalisis peran pengajian rutin dalam meningkatkan pengetahuan agama dan keterampilan praktek beribadah ibu-ibu di Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Adapun pendekatan penelitiannya penulis mempergunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini dilakukan oleh penulis untuk mengungkap fenomena masalah yang terjadi mengenai peran pengajian rutin dalam meningkatkan
pengetahuan agama dan keterampilan praktek beribadah ibu-ibu. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Teknik observasi digunakan oleh penulis untuk melakukan pengamatan terhadap permasalahan yang timbul dari lokasi penelitian. Dalam prakteknya, penulis melakukan pengamatan langsung dan tak langsung. Pengamatan langsung dilakukan penulis dengan langsung mengamati fenomena masalah yang terjadi di lokasi penelitian. Sedangkan pengamatan tidak langsung, penulis lakukan dengan mengamati dari luar terhadap fenomena masalah yang terjadi. Hal tersebut dilakukan agar fenomena masalah yang didapat secara objektif. b. Angket Teknik angket dipergunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali data-data dari responden mengenai pokok permasalahan penelitian yakni peran pengajian rutin dalam meningkatkan pengetahuan agama dan keterampilan praktek beribadah ibu-ibu di Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. c. Wawancara Teknik wawancara dalam penelitian ini dipergunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui angket. Dalam prakteknya penulis menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin. Artinya penulis terlebih dahulu membuat pedoman waawancara, namun ketika pelaksanaannya, penulis memberikan kebebasan kepada responden yang ditanya untuk mengungkapkan secara luas tentang pokok permasalahan penelitian, sehingga data yang diperoleh menjadi luas dan mendalam. d. Dokumentasi Teknik dokumentasi dalam peneitian dengan metode deskriptif analitik sangat penting dilakukan. Selain untuk memperkaya konsep-konsep mengenai pokok permasalahan yang akan diteiti, teknik dokumentasi juga penulis gunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lokasi penelitian. 3
Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bustami majelis ta’lim Desa Panyindangan yang berjumlah 23 orang. 2. Sampel Penelitian
Adapun sampel penelitian ini penulis menentukan sebanyak 20 orang atau sebesar 87%. Sebagaimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bustami majelis ta’lim Desa Panyindangan, maka sampel pun demikian.
KAJIAN TEORI
perorangan dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang kesuksesannya hidup di dunia. 4. Komponen-komponen Pendidikan Agama a. Tujuan Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa tujuan pendidikan agama pada intinya adalah mencari kebahagiaan dunia dan akhirat secara seimbang. Begitu pula halnya dengan tujuan pendidikan nonformal seperti pengajian adalah untuk memasyarakatkan ajaran Islam yang pada dasarnya intinya juga sama, yaitu mencari kebahagiaan dunia akhirat. Pendidikan nonformal seperti pengajian merupakan sarana da’wah atau tabligh yang bercorak Islami serta mempunyai peran sentral pada pembinaan dan peningkatan kwalitas hidup umat Islam sesuai tuntutan dan tuntunan ajaran Islam. Dengan adanya pengajian ini, masyarakat dapat lebih menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya dengan lebih berarti atau bermakna. b. Materi Pada lembaga pendidikan formal (sekolah), materi sudah ditentukan oleh pemerintah melalui kurikulum pendidikan/GBPP. Lain halnya pada lembaga pendidikan nonformal seperti pengajian, materi ditentukan oleh pimpinan pengajian itu sendiri, disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Di antaranya pemberantasan buta huruf al-Quran, penanaman aqidah, fiqih serta hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat. c. Metode Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Metode pembelajaran agama adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama Islam, sehingga dapat dipahami santri secara sempurna. Mengenai metode mengajar di lembaga pendidikan Islam seperti pengajian, lazimnya digunakan metode-metode ceramah, dan tanya jawab dan peragaan yang biasanya disampaikan oleh Ustadz/Ustadzah dan para Kiyai. d. Evaluasi
1. Pengertian Pendidikan Agama 2. Pada hakekatnya yang disebut pendidikan adalah proses pembimbingan, pembelajaran dan atau pelatihan terhadap anak, generasi muda, manusia agar nantinya bisa berkehidupan dan melaksanakan peranan serta tugas-tugas hidupnya dengan sebaikbaiknya. Dengan demikian pendidikan agama (Islam) dapat diartikan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran, atau pelatihan agar mausia menjadi muslim atau orang Islam (Muhaimin, 1996:6). 3. Tujuan Pendidikan Agama Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala aktivitas yang dilakukan. Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan manusia yang baik yang beribadah dan tunduk kepada Allah serta mensucikan diri dari dosa (Hery Noer Aly, et.al, 2003:152). Menurut Zakiyah Darajat (1996:29-33) ada beberapa tujuan pendidikan, yaitu: a. Tujuan umum yaitu tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran, atau dengan cara lain; b. Tujuan akhir yaitu insan kamil yang akan menghadap Tuhannya, merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam; c. Tujuan sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal; d. Tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Menurut Mustofa Amin sebagaimana yang dikutip Ramayulis (1998:25) bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat. Abdullah Fayad dikutip Ramayulis (1998:26) menyatakan bahwa .pendidikan Islam mengarah pada dua tujuan: (1) Persiapan untuk hidup akhirat; dan (2) Membentuk 4
Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Penilaian dalam pendidikan berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan (Ramayulis, 1998:97). Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai dengan nilai-nilai yang Islami sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan dapat tercapai. 1. Komponen Pembelajaran a. Komponen Tujuan Pembelajaran b. Materi Pembelajaran c. Proses Belajar dan Pembelajaran A. Konsep Pengajian 1. Pengertian pengajian Pengajian merupakan suatu istilah yang cukup dikenal oleh masyarakat, istilah ini merujuk pada salah satu bentuk kegiatan yang kerap kali dilakukan oleh mubaligh untuk berdakwah, bentuk kegiatan yang berupa pengajian ini sudah dipraktekkan oleh Rosulullah SAW. sejak beliau menerima wahyu pertama, namun kegiatan ini pertama kalinya berlangsung secara sembunyisembunyi di rumah sahabat Arqom bin Abi Arkon r.a di Makkah. Tetapi setelah turunnya perintah untuk menyebarkan agama Islam, maka pengajian tersebut berkembang dan dilaksanakan para Walisongo, dimana dalam menyampaikan dakwah Islamiyah mereka banyak menggunakan pengajian sebagai metode dakwahnya dan hal tersebut ternyata membawa hasil yang sangat besar sehingga hampir seluruh bangsa Indonesia sekarang semua beragama Islam dan di zaman ini istilah pengajian mendapat istilah yang bermacam-macam, tetapi pengertiannya sama, misalnya kuliah subuh, kultum 7 menit dan sebagainya. 2. Komponen-komponen dalam Pengajian a. Pendidik b. Peserta didik c. Alat Pendidikan d. Lingkungan atau Masyarakat 3. Metode Pengajian Untuk mencapai suatu tujuan berdakwah diperlukan suatu metode penyampaian dakwah. Selain itu metode penyampaian pesan dakwah tidak hanya face to face melainkan ada beberapa metode
dakwah yang bisa di tempuh, antara lain: (1) Metode ceramah; (2) Metode Tanya jawab; (3) Metode debat (mujadalah); (4) Metode percakapan antar pribadi (bebas); (5) Metode demonstrasi, dan sebagainya. Adapun metode penyampaian pesan dakwah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah dam metode Tanya jawab, dalam masyarakat lebih dikenal dengan pengajian. Pengajian yang dimaksud di sini adalah cara pengajian/penyampaian materi pengajian untuk mencapai tujuan tertentu dalam kaitannya dengan metode pengajian terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain : (a) Tujuan yang hendak dicapai; (b) Situasi dan kondisi lingkungan maupun jamaahnya; (c) Fasilitas yang dimiliki dalam pelaksanaan pengajian; (d) Pribadi yang potensial yang dimiliki oleh pengasuh pengajian.
PEMBAHASAN
keadaannya tidak subur. Lahan-lahan yang tersedia digunakan sistem sawah tadah hujan, hutan bambu dan untuk lahan perkebunan. Di desa Panyindangan ini air bersih jarang ditemukan karena tanah kering dan sumber air yang
B. Konsep Pengajian Rutin sebagai Bentuk PLS Dalam jalurnya, pendidikan agama yang dilakukan di majelis ta’lim adalah termasuk pada jalur pendidikan nonformal dan diselenggarakan di luar sekolah. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Passal 26 bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didikdengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian nasional. Karena itu pula, pengajian rutin ibu-oibu merupakan bentuk pendidikan nonformal dalam rangkameningkatkan pengetahuan dan keterampilan agama. Mengenai satuan pendidikannya selanjutnya disebutkan bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri dari lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, PKBM, dan majelis ta’lim serta satuan penddikan yang sejenis. Dengan demikian, pengajian rutin yang dilaksanakan di majels ta’lim di Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta termasuk pada pendidikan nonformal yang diselenggarakan di luar sekolah.
Keadaan tanah di desa Panyindangan ini yaitu asam tinggi, liat tinggi dan podsolik merah kuning. Tanah yang melewati 100 m dari gunung, 5
sedikit. Air-air yang diperoleh warga diperoleh dari pegunungan dan sumur yang digali. Untuk itu masalah air menjadi masalah terbesar yang dihadapi petani di desa ini. Transportasi yang sering digunakan adalah ojek dan mobil pick up. Sebagian masyarakat telah mengenal GPRS. Alat komunikasi tradisional yang digunakan adalah lesung yang terdapat di sebagian pos kamling. 1. Keadaan Pendidikan Desa Panyindangan Tingkat pendidikan penduduk Desa Panyindangan masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh penulis dalam tabel di bawah ini: Jumlah sekolah di Desa Panyindangan terdiri dari SD 4 buah, yaitu SD 1 Panyindangan terletak di RW 1, SD 2 terletak di RW 07 Tegalmalaka, SD 3 terletak di RW 6 Citerbang dan SD 4 Panyindangan di Panunggal. Jumlah SLTP ada 1 (satu atap) dan 2 (terbuka). Sedangkan Madrasah ada 6. TABEL 1 TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK DESA PANYINDANGAN No
2. Keadaan Majelis Ta’lim Desa Panyindangan Majelis Ta’lim Desa Panyindangan didirikan tahun 1997 dengan maksud memberdayakan keagamaan kaum ibu. Oleh karena itu peserta pengajian rutin ini adalah ibu-ibu. Adapun cakupan materi yang berusaha diberikan pada majelis ta’lim adalah tentang akidah, fiqh ibadah, dan akhlak. Dengan materi tersebut diharapkan para ibu mampu mengetahui, memahami, serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, kebiasaan perilaku yang baik dan Islami diharapkan dari para ibu tersebut mampu pula menjadi teladan bagi masyarakat sekitar. Pengajian rutin ibu-ibu ini pada hakikatnya merupakan interkasi edukatif antara ustadz dengan bustami. Bustami itu berasal dari warga masyarakat kampung Panyindangan. Berikut bustami majelis ta’lim Desa Panyindangan: TABEL 3 BUSTAMI MAJELIS TA’LIM DESA PANYINDANGAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Alamat Nurjanah Kp. Panyindangan Esih Kp. Panyindangan Umni Kp. Panyindangan Umsiti Kp. Panyindangan Ohenah Kp. Panyindangan Saeti Kp. Panyindangan Nurnah Kp. Panyindangan Iyoh Kp. Panyindangan Yayah Kp. Panyindangan Amah Kp. Panyindangan Cucum Kp. Panyindangan Ito Kp. Panyindangan Koriah Kp. Panyindangan Cenok Kp. Panyindangan Ena Kp. Panyindangan Oman Kp. Panyindangan Umay Kp. Panyindangan Patonah Kp. Panyindangan Boyoh Kp. Panyindangan Siti Aminah Kp. Panyindangan Oni Kp. Panyindangan Emu Kp. Panyindangan Saeti Kp. Panyindangan Sumber: Dokumentasi Majelis Ta’lim Desa Panyindangan Adapun data ustadz di pengajian rutin ibuibu Desa Panyindangan:
Tingkat Pendidikan
Jumlah/ Orang 1 SD 985 2 SMP 180 3 SMA 98 Sumber: Dokumentasi Desa Panyindangan Adapun sarana pendidikan keagamaan (Islam) adalah: TABEL 2 SARANA IBADAH DESA PANYINDANGAN No RW Mesjid Langgar 1 1 1 6 2 2 2 1 3 3 2 4 4 4 2 5 5 5 1 2 6 6 2 3 7 7 1 3 8 8 2 3 Sumber: Dokumentasi Desa Panyindangan Batas geografis Desa Panyindangan yang berdekatan dengan waduk Jatiluhur sangat memperngaruhi kehidupan ekonomi masyarakat Panyindangan. Sebagian masyarakat yang bekerja sebagai pegawai yang bertugas mengontrol keadaan ikan di keramba jaring apung dan menjadi bandar ikan. Kehidupan ekonomi para pegawai yang bekerja di waduk jatiluhur lebih maju dibandingkan dengan masyarakat sekitar yang pekerjaannya sebagai petani dan pedagang. 6
TABEL 4 USTADZ MAJELIS TA’LIM DESA PANYINDANGAN
Jumlah 20 100 Sumber: Angket Nomor 4 b. Metode Pembelajaran Dari tabel, dapat penulis tafsirkan bahwa hampir seluruh bustami menjawab bahwa metode yang dipergunakan ustadz pada materi akidah adalah metode ceramah dan tanya jawab (80%). Sebagian kecil bustami menjawab metode ceramah dan diskusi (20%). Adapun pilihan metode demontrasi dan praktek, tidak diperoleh jawaban (0%). TABEL 9 METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI AKIDAH
No 1
Nama Alamat Ustadz Kp. Maryadin Panyindangan 2 Ustadz H. Kp. Mustofa Panyindangan Sumber: Dokumentasi Majelis Ta’lim Desa Panyindangan A. Hasil Analisis Data 1. Materi-materi yang Diberikan pada Pengajian Rutin Ibu-ibu di Desa Panyindangan Kabupaten Purwakarta
Jawaban
Untuk mengetahui materi-materi apa saja yang diberikan ustadz di pengajian rutin ibu-ibu di Desa Panyindangan dalam upaya meningkatkan pengetahuan agama dan keterampilan praktek beribadah, penulis mengajukan beberapa pertanyaan melalui teknik angket. 2. Pelaksanaan Pembelajaran di Pengajian Rutin Ibu-ibu Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta
a. Ya b. Tidak
Frekuens i 0 20
Persentase (%) 80 20 0
a. Ceramah dan 16 tanya jawab 4 b. Ceramah dan 0 diskusi c. Demontrasi dan praktek Jumlah 20 100 Sumber: Angket Nomor 5 Untuk metode pada materi praktek ibadah, penulis tanyakan pada angket nomor 7: Untuk materi praktek ibadah, dominasi metode apa yang digunakan ustadz? Hasilnya diperoleh sebagai berikut: Dari tabel di, dapat penulis tafsirkan bahwa hampir seluruh bustami menjawab bahwa metode yang dominan dipergunakan ustadz pada materi praktek ibadah adalah metode demontrasi dan praktek (75%). Sebagian kecil metode ceramah dan tanya jawab (15%), dan metode ceramah dan diskusi (10%). TABEL 11 METODE PEMBELAJARAN PADA PRAKTEK IBADAH
Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran di Majelis Ta’lim Desa Panyindangan, penulis mempertanyakan pada langkah pembelajaran, yaitu perencanaan pembelajaran, penggunaan metode, penggunaan media dan alat, serta pengevaluasian dan tindak lanjut. a. Perencanaan Pembelajaran Dari tabel, dapat penulis tafsirkan bahwa seluruh bustami menjawab ustadz tidak memberikan terlebih dahulu perencanaan materi yang akan dibahas secara tertulis yang dapat dipegang oleh setiap peserta pengajian di pengajian rutin ibu-ibu Desa Panyindangan (100%). Adapun pilihan jawaban ya, tidak adak ada jawaban (0%). TABEL 8 PERENCANAAN PEMBELAJARAN Jawaban
Frekuensi
Persentas e (%) 0 100
7
Jawaban
Frekuensi
a. Ceramah dan tanya jawab b. Ceramah dan diskusi c. Demontrasi dan praktek Jumlah Sumber: Angket Nomor 7
3 2 15
Persentase (%) 15 10 75
20
100
praktek ibadah alat yang digunakan sangat sesuai (50%). Selanjutnya, ustadz kadang-kadang melakukan evaluasi (50%) yang dilaksanakan pada setiap setelah memberikan materi pelajaran (55%) dengan bentuk evaluasi lisan untuk pengetahuan agama dan akhlak (100%) dan bentuk evaluasi tindakan untuk praktek beribadah (85%). Keberhasilan diperoleh bahwa bustami paham dan meningkat baik pengetahuan agama (55%) maupun keterampilan praktek beribadah (65%). 3. Faktor pendukung adalah adanya ustadz yang bersedia memberikan pengajaran dalam pengajian rutin ibu-ibu dengan sukarela, adanya bustami (dalam hal ini para ibu) yang mampu memanfaatkan waktu untuk hal positif di sela-sela aktivitas peribadinya, dan adanya madrasah sebagai tempat melaksanakan pengajian rutin. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya sumber belajar serta fasilitas media dan alat pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dan apabila salah seorang ustadz berhalangan hadir, maka bustami hanya memperoleh materi dari satu ustadz saja
KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang peran pengajian dalam meningkatkan pengetahuan agama dan keterampilan praktek ibadah di Majelis Ta’lim Desa Panyindangan dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Materi yang diberikan meliputi dua aspek, yaitu aspek pengetahuan agama tentang ilmu-ilmu Islami, seperti akidah dan akhlak, serta zakat dan puasa. Untuk materi keterampilan praktek ibadah, diberikan materi praktek thaharah, ibadah shalat, dan pemeliharaan jenazah. Kedua materi itu dijawab ya oleh bustami (100%). 2. Pada aspek pelaksanaan pembelajaran ustadz tidak melakukan perencanaan materi secara matang terlebih tertulis (100%). Metode untuk menjelaskan akidah dan akhlak lebih didominasi ceramah dan tanya jawab (masing-masing 80% dan 65%), sedangkan materi praktek ibadah didominasi demontrasi dan praktek (75%). Ustadz sering menggunakan sumber pembelajaran dan menyarakankan bustami untuk memilikinya (45%). Alat yang dipergunakan pada materi pengetahuan agama dan akhlak didominasi pengeras suara (85%); sedangkan pada materi DAFTAR PUSTAKA
Koordinasi Da.wah Islam (KODI), (1990), DKI Jakarta: Pedoman Majelis Ta.lim.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong Lexy. Metode Penelitian Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mukhtar, (2003). Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Misaka Galiza.
Arifin, H. M.. (1993). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Bumi Aksara.
Nazir, Moh. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Asad M. Kalali, (1987), Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang.
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991. (1991). Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Ekojaya.
Bogdan dan Taylor. (1993). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Ramayulis, (1994). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Hery Noer Aly, et.al, (2003). Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.
Rochman Nata Wijaya, dalam http:krisna1.blog.uns.ac.id. [Online]: Tersedia. Diakses 02 September 2010
Jasmadi. (2008). Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Basis Pengembangan Masyarakat Islam. Bandar Lampung: Buletin Dakwah IAIN Raden Intan, Volume 4 Nomor 1. Joesoef,
Kualitatif.
Sudjana, Djuju. (2000). Pendidikan Luar Sekolah (Wawasan, Sejarah, Perkembangan, Falsafah, dan Teori Pendukung Asas). Bandung: Falah Production.
Soelaiman. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutrisno Hadi (2000), Metodologi Research, II Andi Offset, Yogyakarta. 8