PERAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM UPAYA MELESTARIKAN BATIK PRING DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN
THE ROLES OF GOVERNMENT AND SOCIETY IN PRESERVING BATIK PRING IN SIDOMUKTI VILLAGE PLAOSAN DISTRICT MAGETAN
Yuni Harmawati1 Suwarno Winarno2 Siti Awaliyah3
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang
ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan cirri khas Batik Pring di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, (2) mendeskripsikan usaha kreatif masyarakat desa Sidomukti untuk melestarikan batik pring (3) mendeskripsikan peran pemerintah dalam upaya untuk melestarikan batik Pring di Desa Sidomukti (4) mendeskripsikan faktor pendukung pelestarian batik Pring di Desa Sidomukti dan (5) mendeskripsikan faktor penghambat serta solusi untuk melestarikan batik Pring di Desa Sidomukti. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, pedoman wawancara, dokumentasi foto, video recorder saat wawancara. Untuk menjaga keabsahan data, dilakukan kegiatan trianggulasi data. Kegiatan analisis data dimulai dari tahap mereduksi data, menyajikan data, dan tahap penarikan kesimpulan. Temuan penelitian yaitu (1) ciri khas batik Pring Sidomukti terlihat dari motifnya. Motif batik Pring Sidomukti adalah Pring Sedapur, yang artinya bambu bergerombol, (2) usaha kreatif masyarakat dalam pelestarian batik pring di desa Sidomukti antara lain: membentuk kelompok batik, menciptakan motif kreasi baru, (3) peran pemerintah Kabupaten Magetan dalam melestarikan batik Pring, 1
Penulis Artikel Pembimbing I Skripsi 3 Pembimbing II Skripsi 2
Pemerintah Kabupaten Magetan sudah melakukan banyak hal untuk melestarikan batik Pring, diantaranya: mewajibkan PNS dan jajaran staf di Kabupaten Magetan untuk memakai batik pada hari Jum’at. Batik yang harus dipakai adalah batik khas Sidomukti yaitu batik Pring Sedapur, pemerintah Kabupaten Magetan melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, Dinas Sosial sering mengadakan pelatihan-pelatihan batik, pemerintah juga berusaha untuk mempromosikan batik Pring melalui jejaring social, (4) faktor pendukung untuk melestarikan batik Pring meliputi: faktor alam yang berupa sungai dan tanah yang subur, faktor tenaga kerja hak cipta, (5) faktor penghambat dalam melestarikan batik pring meliputi: kekurangan tenaga kerja muda; persaingan yang ketat antara Indonesia dan China; kurang luasnya tempat proses pembatikan. Solusi yang tepat untuk mengatasi semua faktor penghambat tersebut adalah menerapkan batik sebagai mata pelajaran muatan lokal di SMK, sering diadakannya pelatihanpelatihan untuk menambah wawasan pengrajin,) mengajukan proposal kepada pemerintah baik untuk memperbaiki maupun untuk memperluas tempat pembatikan. Kata Kunci : Peran, Melestarikan, Batik Pring. A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang dihuni oleh bermacam-macam suku. Masing-masing suku ini mempunyai kebudayaan yang berbeda. Budaya merupakan identitas dari suatu kelompok. Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang dihasilkan oleh berbagai kelompok masyarakat. Setiap daerah memiliki kebudayaan, adat istiadat dan nilai-nilai luhur yang bersifat turun-temurun. Salah satunya adalah Batik. Batik adalah salah satu bentuk karya seni bangsa Indonesia yang dikagumi oleh dunia. Batik memiliki. Batik merupakan salah satu bentuk karya seni asli bangsa Indonesia yang dikagumi dunia sekaligus mempunyai nilai tinggi. Batik dikatakan sebagai hasil budaya yang bernilai tinggi, karena proses pembuatan Batik dilakukan secara tradisional serta turun-temurun sejak zaman sejarah sampai sekarang. Wujud tradisi yang masih dikerjakan secara terus menerus adalah dimulai dari peralatan yang digunakan, kain yang dipakai, bahan pewarna yang digunakan, teknik
pengerjaannya dan ragam hias yang diterapkan. Di Indonesia Batik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada awalnya Batik hanya digunakan untuk pakaian atau kebutuhan sandang saja, tetapi pada perkembangan berikutnya Batik berlaih fungsi yaitu untuk bahan dekorasi ruang, bahan untuk aksesoris, bahan pembalut perabot rumah tangga. Melihat kondisi dan situasi bangsa Indonesia yang penduduknya makin bertambah, diperlukan usaha yang baik untuk melestarikan Batik tradisional agar tetap eksis. Untuk itu perlu peraturan-peraturan untuk menjaga eksistensi Batik, seperti halnya undang-undang tentang hak cipta. Metode Dalam penulisan skripsi yang berjudul Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Upaya Melestarikan Batik Pring di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang terjadi apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Hal ini peneliti mendeskripsikan tentang peran pemerintah dan peran masyarakat dalam upaya melestarikan batik pring di desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.hal ini dimaksudkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung dan wawancara mendalam dengan informan yang sangat memahami permasalahan yang diteliti. Penelitian kualitatif digunakan digunakan karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, mengandalkan manusia sebagai instrument penelitian, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, lebih menekankan pada makna daripada generalisasi (Sugiyono,
2009:15). Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Berdasarkan pengertian tersebut maka sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen terkait tentang batik pring Sidomukti; pengusaha, pengrajin batik pring Sidomukti; pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan informasi tentang peran serta pemerintah dan masyarakat dalam upaya melestarikan batik pring. Metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang peran serta pemerintah dan masyarakat dalam upaya melestarikan batik tersebut adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis data yang mengacu pada pendapat dari Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:334) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis daya yaitu data reduction, data display,dan conclusion drawing. Keabsahan data adalah hal yang penting dalam penelitian. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Dalam penelitian ini teknik keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, dan triangulasi. Hasil dan Pembahasan Karakteristik Batik Pring di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Karakteristik bahan dan alat pembuatan serta proses pembuatan batik tulis Pring Sidomukti tidak jauh berbeda dengan batik yang lainnya. Bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan batik tulis Pring Sidomukti yaitu kain mori, malam dan pewarna. Lalu alat yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis Pring Sidomukti antara lain: gawangan, canting, kompor, wajan, alat kerok, dingklik, taplak, saringan malam, meja gambar, bak pewarna, bak pencucian, dan tempat penjemuran. Sejalan dengan pendapat Kuswadji Kawindrosusanto (dalam Mistaram, 1994:17) yang mengatakan bahwa istilah “ambatik” saat ini hanya mempunyai arti khusus yang melukis pada kain mori dengan menggunakan lilin atau malam, dibantu dengan alat yang namanya canting. Jadi karakteristik itu perlu dimiliki menjadi kebudayaan nasional agar mempunyai identitas bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (1974:104) yang mengatakan bahwa suatu Kebudayaan Nasional, agar dapat didukung oleh sebagian besar dari warga suatu Negara, maka syarat mutlak harus bersifat khas dan harus dapat dibanggakan oleh warganegara yang mendukungnya. Tahap-tahap dalam pembuatan batik tulis Pring Sidomukti ada 4 tahap. Tahap pertama adalah: (1) pemotongan kain mori, (2) mencuci kain mori, (3) menganji kain mori, (4) mengemplong kain mori; tahap kedua adalah: (1) nyoret, (2) nglowong, (3) nembok; tahap ketiga adalah: (1) memberi warna, (2) melepaskan sebagian malam, (3) mbironi, (4) nyolet, (5) menyoga atau babar; tahap keempat adalah: (1) nglorod, (2) pengeringan. Sejalan dengan pendapat Pujiyanto (1999:20) yang mengatakan bahwa proses pembuatan batik ada 4 tahap meliputi pengolahan kain mori, membatik atau membabar dengan lilin di atas permukaan kain, pencelupan warna dan pelorodan lilin.
Karakteristik batik Pring Sidomukti terlihat dari motifnya. Motif khas dari batik ini adalah pring sedapur. Motif ini disebut juga motif bambu bergerombol. Motif pring sedapur terinspirasi dari sebuah dusun di Desa Sidomukti yang banyak ditumbuhi pohon bambu yaitu dusun Papringan. Motif pring sedapur memiliki makna filosofi yang sangat tinggi. Tanaman bambu biasa hidup bergerombol, membentuk satu kekuatan. Bambu jika bersatu akan menjadi sebuah kekuatan, jika diurai menjadi sebuah tali yang sangat erat Motif pring juga dikolaborasikan dengan motif motif yang lainnya. Motif tersebut adalah pring gunung, pring jalak lawu, sebagainya. Semua motif ini terinspirasi dari hewan dan tumbuhan yang berada di sekitar gunung lawu. 1) Motif Pring Gunung Motif pring gunung merupakan motif yang baru diciptakan oleh para pengrajin yang tergabung dalam kelompok batik pring mukti lestari. Pada gambar gunung yang terdapat di dalam motif ini adalah sebagai perwujudan Gunung Lawu yang ada di sebelah barat desa Sidomukti 2) Motif Jalak Lawu Motif ini terinspirasi dari burung khas dari Gunung Lawu, yaitu jalak lawu. Burung jalak lawu ini hampir di sepanjang jalan di jalur pendakian ke puncak Lawu, para pendaki selalu diikuti burung jalak lawu sebagai penunjuk jalan untuk mencapai puncak. Nama lain dari burung jalak lawu adalah burung jalak gading. Burung jalak lawu ini mempunyai ukuran sama dengan burung jalak bali, mempunyai bulu berwarna cokelat. Lalu bagian dada berwarna kuning emas, kemudian paruh dan kakinya kuning.
Usaha Kreatif Masyarakat dalam Pelestarian Batik Pring di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Usaha kreatif masyarakat desa Sidomukti untuk melestarikan batik Pring sebagai berikut: (1) membentuk kelompok batik yang berperan sebagai produsen batik Pring Sidomukti dan bertujuan untuk melestarikan batik Pring Sidomukti, (2) dibentuknya kelompok seni yang dipimpin oleh ibu Bupati Kabupaten Magetan, (3) menciptakan motif kreasi baru. Pertama, masyarakat membentuk kelompok batik. Kelompok batik ini dibentuk saat setelah mereka mendapatkan pelatihan dari Dinas Sosial pada tahun 2002. Kedua, dibentuknya kelompok atau perkumpulan seni yang diketuai oleh ibu Bupati Kabupaten Magetan. Perkumpulan-perkumpulan ini sangat bermanfaat untuk kelestarian batik Pring. Kegiatan perkumpulan seni ini seperti memberikan promosi kerajinan seni batik melalui pameran. Ketiga, usaha dari masyarakat Sidomukti selanjutnya adalah menciptakan motif baru. Motif pring sedapur dikolaborasikan dengan motif lain, misalnya: motif bunga, motif burung bangau, dll. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk melestarikan seni kerajinan batik di desa Sidomukti. Adanya Batik khas Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan merupakan salah satu usaha dari Bupati Magetan beserta masyarakatnya untuk melestarikan dan mengembangkan budaya nasional. Sejalan dengan pendapat Suseno (2000:10) yang mengatakan bahwa Kebudayaan Nasional akan kuat apabila kebudayaan masing-masing daerah selalu dikembangkan dan dilestarikan.
Peran Pemerintah dalam upaya Melestarikan Batik Pring di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Peran pemerintah dalam upaya melestarikan batik pring adalah mewajibkan seluruh PNS menggunakan batik atau kain tradisional. Batik yang wajib dipakai adalah Batik Pring Sidomukti. Peraturan ini berlaku untuk setiap hari Jum’at. Kebijakan pemerintah ini diatur dalam Peraturan Bupati No. 18 Tahun 2010 tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Magetan. Dalam melestarikan batik Pring Sidomukti sangat membutuhkan peran dari pemerintah. Kewenangan pemerintah dalam melestarikan Batik Pring dijadikan dasar bagi pembuatan serta penetapan kebijakan. Jika terjadi masalah dalam melestarikan batik dapat diselesaikan dengan baik melalui kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sejalan dengan pendapat Budiardjo (2008:20) menyatakan bahwa kebijakan merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Jadi kebijakan ini dilakukan dengan cara untuk mengeluarkan keputusan, strategi, perencanaan, dilapangan menggunakan instrument tertentu. Peran pemerintah selanjutnya adalah pemerintah melalui Dinas Sosial, Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan pelatihanpelatihan agar seni kerajinan batik Pring Sidomukti tidak kehilangan pengrajinnya dan sekaligus peminatnya. Selain itu peran pemerintah tidak berhenti pada pelatihan saja. Selain memberikan bantuan yang berupa keterampilan dengan instruktur batik yang
handal, pemerintah juga memberikan bantuan berupa modal uang dan modal peralatan untuk membatik. Modal peralatan ini sangat berguna untuk para pengrajin. Begitu juga dalam pemasaran dan promosi, peran pemerintah sudah terlihat. Pemerintah melakukan promosi batik Pring melalui internet seperti blog, facebook, dll. Faktor Pendukung Pelestarian Batik Pring di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Faktor pendukung ini dimulai dari faktor alam. Faktor alam sangat mempengaruhi berhasilnya proses produksi batik, sehingga dapat terus mengembangkan serta melestarikan seni kerajinan batik. Wilayah desa Sidomukti merupakan wilayah yang berada di kaki gunug Lawu. Oleh karena itu banyak sungai jernih yang ada di desa Sidomukti. Air sungai ini dapat dimanfaatkan pada proses pencucian batik. Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting untuk memudahkan dalam melestarikan batik Pring Sidomukti. Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan, Faktor pendukung dari warganegara khususnya warga Sidomukti dan Magetan sangat diperlukan untuk menjaga ekistensi batik Pring Sidomukti agar menjadi budaya nasional. Hal ini sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (1974:104) berpedapat bahwa suatu kebudayaan nasional harus mendapat dukungan dari sebagian bersar warga Negara agar dapat memberi identitas kepada warga Negara. Selain itu desa sidomukti juga mempunyai tanah yang subur. Selama ini proses pewarnaan batik Pring Sidomukti menggunakan warna buatan. Tetapi setelah diadakan pelatihan, kini batik Pring Sidomukti berusaha untuk
menggunakan warna alam. Warna alam ini terdapat dalam berbagai pohon. Contohnya saja poho mahoni, pohon mangga. Untuk menanam pohon tersebut di desa Sidomukti tidak perlu khawatir, dikarenakan desa Sidomukti mempunyai tanah yang subur. Selain faktor alam yang mendukung, faktor tenaga kerja juga dapat menjadi faktor pendukung dalam melestarikan batik Pring Sidomukti. Desa Sidomukti mempunyai penduduk yang perduli dan cinta terhadap budaya mereka yaitu seni kerajinan batik. Setiap diadakan pelatihan, pesertanya banyak yang berasal dari desa Sidomukti. Selain mudah mendapatkan tenaga kerja faktor pendukung lainnya terdapat pada hak cipta. Batik Pring Sedapur ini sudah mempunyai hak cipta. Hak cipta berperan penting untuk mengetahui bahwa seni kerajinan batik Pring Sedapur ini milik warga desa Sidomukti. Faktor Penghambat dan solusinya dalam Pelestarian Batik Pring di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Faktor utama yang paling menghambat dalam pelestarian batik pring adalah tenaga kerja muda yang lebih memilih bekerja di luar kota daripada membatik di desanya sendiri. Pemuda pemudi desa Sidomukti, rasanya masih sedikit yang tertarik dengan budaya batik. Kebanyakan dari mereka yang tertarik dengan membatik adalah para orang tua. faktor penghambat lainnya adalah persaingan yang ketat. Indonesia kalah saing dengan china dalam proses produksinya. Di Negara China sudah sangat canggih dan cepat cara produksinya. Tetapi jika kita bandingkan kualitas batik Indonesia dan china tidak kalah bagus.
Jika dari pihak pengrajin sendiri, faktor penghambat adalah kurang luasnya tempat proses pembatikan. Oleh karena itu jika musim hujan sudah tiba, ruangan yang dipakai untuk proses pewarnaan akan bocor dan akan merusak proses pembuatan batik. Solusi yang tepat untuk mengatasi semua faktor penghambat adalah pertama, mengenalkan seni kerjajinan batik kepada generasi muda. Hal ini dapat dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan untuk membuat kurikulum baru tentang pembelajaran mengenai keterampilan membatik. Hal ini bisa diterapkan sebagai mata pelajaran muatan lokal di SMK. Oleh karena itu generasi muda lebih mengenal membatik sebagai kebudayaan asli bangsa Indonesia. Kemudian solusi selanjutnya adalah sering diadakannya pelatihanpelatihan dalam rangka merekrut tenaga kerja baru untuk membatik. Selain itu pelatihan-pelatihan itu juga bertujuan untuk menambah keterampilan bagi pengrajin untuk dapat membatik lebih baik, sehingga kualitas batik kita tidak kalah saing dengan kualitas batik Negara lain. Pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan mendatangkan narasumber langsung dari Solo, Yogyakarta ataupun Pekalongan. Selain pelatihan-pelatihan, juga diharapkan mengikuti berbagai pameran maupun studi banding ke kota-kota batik lainnya. Untuk solusi yang selanjutnya, yaitu mengenai kurangnya tempat untuk proses pembatikan adalah mengajukan proposal kepada pemerintah baik untuk memperbaiki maupun memperluas tempat pembatikan. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Karakteristik batik
Pring Sidomukti terlihat dari motifnya. Motif batik Pring Sidomukti adalah pring sedapur. Usaha kreatif masyarakat dalam pelestarian batik pring di desa sidomukti antara lain: (1) membentuk kelompok batik yang berperan sebagai produsen batik pring sidomukti dan bertujuan untuk melestarikan batik pring sidomukti, (2) dibentuknya kelompok seni yang dipimpin oleh ibu bupati, (3) menciptakan motif kreasi baru. Peran Pemerintah Kabupaten Magetan antara lain: mewajibkan PNS dan jajaran Staf di Kabupaten Magetan untuk memakai batik pada hari Jum’at, melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, Dinas Sosial sering mengadakan pelatihan-pelatihan pembatikan agar ada generasi baru yang dapat meneruskan budaya seni kerajinan batik ini, pemerintah juga berusaha mempromosikan batik pring ke luar daerah melalui situs jejaring social, seperti facebook, blog maupun twitter. Faktor pendukung pelestarian batik pring di Desa Sidomukti adalah (1) faktor alam yang terdiri dari tanah subur dan mempunyai banyak sungai, (2) faktor tenaga kerja, setiap diadakan pelatihan peserta yang ikut selalu melebihi kuota, (3) batik pring sidomukti sudah mempunyai hak cipta, sehingga batik pring sidomukti sudah dipatenkan bahwa seni kerajinan batik ini adalah milik warga desa Sidomukti. Faktor penghambat dan solusinya dalam pelestarian batik pring faktor utama yang paling menghambat dalam pelestarian batik pring adalah (1) tenaga kerja muda yang lebih memilih bekerja di luar kota daripada membatik di desanya sendiri. Pemuda pemudi desa Sidomukti, rasanya masih sedikit yang tertarik dengan budaya batik. Kebanyakan dari mereka yang tertarik dengan membatik adalah para orang tua. (2) persaingan yang ketat. Indonesia kalah saing dengan china dalam proses produksinya. Di Negara China sudah sangat canggih dan cepat cara produksinya. Tetapi jika kita bandingkan
kualitas batik Indonesia dan china tidak kalah bagus. (3) Jika dari pihak pengrajin sendiri, faktor penghambat adalah kurang luasnya tempat proses pembatikan. Solusi yang tepat untuk mengatasi semua faktor penghambat adalah (1) Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan untuk membuat kurikulum baru tentang pembelajaran mengenai keterampilan membatik. (2) sering diadakannya pelatihan-pelatihan dalam rangka merekrut tenaga kerja baru untuk membatik.(3) mengenai kurangnya tempat untuk proses pembatikan adalah mengajukan proposal kepada pemerintah baik untuk memperbaiki maupun memperluas tempat pembatikan. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran penulis adalah sebagai berikut: (1) Bagi Peneliti hendaknya penelitian selanjutnya, khususnya tentang batik masih perlu dilakukan mengingat masih banyak keunikan lain yang belum terungkap. (2) Bagi pengusaha batik di desa Sidomukti hendaknya memiliki respon yang baik terhadap program-program yang telah diberikan oleh pemerintah. Kemudian para pengrajin hendaknya menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk mencari jaringan bisnis yang luas serta harus membuat motifmotif dan model-model baru agar lebih diminati oleh masyarakat luas. (3) Bagi masyarakat desa setempat hendaknya masyarakat desa setempat seharusnya lebih respon terhadap budaya seni kerajinan batik, terutama pemuda pemudi. (4) Bagi pemerintah daerah kabupaten Magetan hendaknya lebih memperhatikan pengrajin dalam usahanya untuk melestarikan kerajinan batik pring sidomukti. Perlu adanya pendorong atau motivasi serta arahan dari pemerintah agar terjadi persaingan yang sehat. Selanjutnya pemerintah harus konsisten dengan peraturan yang telah dibuatnya sendiri. Untuk mengatasi krisis tenaga kerja muda baru. Pemerintah
Kabupaten Magetan hendaknya memberikan perhatian yang lebih kepada batik pring agar batik ini lebih berkembang. Misalnya, dengam memberikan modal, alat-alat untuk membatik yang modern. (5) Bagi program studi hendaknya penelitian ini diharapkan untuk dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya agar penelitian selanjutnya lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta: PT Gramedia Pusta Utama. Hamidin, A. 2010. Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta: Narasi. Jannah, Miftahul. 2008. Keterampilan Dasar Membuat Batik. Surakarta: PT Era Intermedia Karmila, Mila. 2010. Ragam Kain Tradisional Nusantara (Makna, Simbol, dan Fungsi ). Jakarta : Bee Media Indonesia. Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Mistaram. 1994. Batik, Perkembangannya dan Seni Lukis Batik. IKIP Malang Paul Samuelson, & Nordhaus William. 1993. Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Pujiyanto. 1999. Seni Batik Tradisional Indonesia. Yogyakarta: PT Bintang Terang. Satori, & Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suseno. 1992. Kebudayaan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta Tim Penulis. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara (Makna Filosofis, Cara Pembuatan, dan Industri Batik.Yogyakarta : Andi Yogyakarta