Peran Pemerintah dalam Pemberian Program Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini Fitria Rachmanty 125120307111065 PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini sangat memegang peranan penting dalam pendidikan anak. Karena, melalui Pendidikan Anak Usia Dini anak dapat dididik oleh gurunya dengan menggunakan metode dan kurikulum yang jelas. Mereka dapat bermain dan menyalurkan energinya melalui berbagai kegiatan fisik, musik, atau keterampilan tangan. Kegiatan fisik antara lain koordinasi motorik halus dan kasar. Kecerdasan seperti daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual. Bahasa, dan komunikasi sesuai dengan keunikan tiap individu. Dapat belajar berinteraksi secara interpersonal dan intrapersonal. Secara bertahap, mereka dapat dikenalkan pada huruf atau membaca, lingkungan hidup serta pertanian. Pengenalan itu tidaklah berlebihan, karena dalam penyampaiannya disesuaikan dengan dunia anak, yakni dunia bermain sehingga proses belajarnya menyenangkan dan tidak membebankan dalam pemrosesan kognitif mereka. Dalam mendirikan atau memberikan Pendidikan Anak Usia Dini ini tentunya harus ada persetujuan dan dukungan dari berbagai pihak agar pelaksanaan pendidikan ini dapat berjalan dan tetap dipertahankan. Antara lain adalah pihak orang tua itu sendiri, para guru yang siap membantu mendidik anak usia dini, masyarakat, dan pemerintah. Dan Pendidikan Anak Usia Dini ini telah disahkan oleh pemerintah pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas yang menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
KAJIAN TEORITIS Dengan didirikannya Pendidikan Anak Usia Dini ini, tentunya harus memiliki program pembelajaran yang jelas dan sesuai dengan keadaan kognitif anak usia dini ini. Peran pemerintah disini adalah memberikan kurikulum yang sesuai dan menyetujui program pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru untuk anak usia dini. Adanya pemberian program pembelajaran disini adalah berfungsi sebagai pengembangan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, mengenalkan anak dengan dunia sekitar, Mengembangkan kemampuan sosialisasi anak, mengenalakan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, dan memberi kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya. Pada dasarnya pengembangan program pembelajaran adalah pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri sendiri, tanggapan pada pertanyaan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari berbagai alternatif. Selain itu, pembelajaran juga dapat membantu anak-anak dalam mengembangkan kebiasaan dari setiap karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat serta mempersiapkan anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa yang penuh dengan tanggung jawab (Bennett, finn, dan Cribb, 1999). Pembelajaran haruslah terkait dengan pengembangan kurikulum yang merupakan rencana pendidikan yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi pembelajaran dalam rangka menghasilkan perubahan prilaku yang potensial. Kurikulum yang komprehensif seharusnya memilki elemen utama dari setiap bidang pengembangan yang disesuaikan dengan tingkatan atau jenjang pendidikannya yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan (Kitano dan Kirby, 1986). Unsur utama dalam pengembangan pembelajaran anak usia dini adalah bermain. Pendidikan awal dimasa kanak-kanak diyakini memilki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selajutnya. Pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini harusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan beraktivitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Albrecht dan Miller, 2000). Unsur utama dalam pengembangan pembelajaran anak usia dini adalah bermain. Pendidikan awal dimasa kanak-kanak diyakini memilki peran yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selajutnya. Pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini harusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan beraktivitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Albrecht dan Miller, 2000). Vygotsky dalam Naugton (2003) percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak bermain pura-pura, maka anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka representasikan secara independen. Berhubungan dengan pembelajaran, Vygotsky dalam Naugton (2003) berpendapat bermain dapat menciptakan suatu zona perkembangan proximal pada anak. Dalam bermain, anak selalu berperilaku di atas usia rata-ratanya, di atas perilakunya sehari-hari, dalam bermain anak dianggap “lebih” dari dirinya sendiri. Terdapat dua ciri utama bermain yaitu : A. Semua aktivitas bermain representasional menciptakan situasi imajiner yang memungkinkan anak untuk menghadapi keinginan-keinginan yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata. B. Bermain representasional memuat aturan-aturan berperilaku yang harus diikuti oleh anak untuk dapat menjalankan adegan bermain. PEMBAHASAN Dengan adanya program pembelajaran yang baik, anak usia dini mendapatkan pendidikan yang sesuai dan tidak membebankan mereka karena sebagian besar program pembelajarannya adalah dengan bermain tetapi sesuai dengan metode pembelajarannya. Kembali lagi dengan program pembelajaran tersebut harus ada orang yang berperan penting dalam membangun pendidikan anak usia dini ini. Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini tahun-tahun ini mendapatkan perhatian yang cukup baik dari berbagai kalangan masyarakat, pemerintah, pihak swasta, orang tua, namun belum mencapai apa yang diharapkan. Hasil dari kepedulian tersebut adalah banyaknya berbagai dari akademis membuat program jurusan Pendidikan Anak Usia Dini diberbagai Universitas ataupun swasta. Namun, tidak selamanya pembangunan
Pendidikan Anak Usia Dini dapat berjalan dengan lancar atau dapat dikatakan belumlah optimal dari kalangan pihak pemerintah, swasta, ataupun masyarakat Indonesia. Pendidikan Anak Usia Dini yang bersifat formal dapat dilakukan melalui Taman Kanak-Kanak dengan biaya pendidikan yang lebih besar dibandingkan dengan pendidikan non formal seperti, Kelompok Bermain, Tempat bermain anak. Kesadaran yang belum mencapai sesuai harapan dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan TK dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK baru mencapai 26,68% dan sebagian besar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah-masalah yang harus dikaji lebih jauh di antaranya masih lemahnya peran pemerintah dalam mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini serta masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan di usia dini. Pembangunan pada sektor Pendidikan Anak Usia Dini ini tidak lepas dari kendala yang di temui dilapangan sehingga perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di indonesia belum dapat dikatakan telah optimal, kendala-kendala tersebut berkaitan dengan kemampuan pemerintah dan masyarakat, pengelola dan mutu pendidikan anak usia dini. Masalah-masalah yang di hadapi adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan pemerintah tentang pendidikan anak usia dini yang belum memadai 2. pemerintah kurang memerhatikan mutu dalam pembangunan pendidikan anak usia dini 3. beberapa lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia belum mengajarkan mengenai kecerdasan intelektual 4. Belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pendidikan anak usia dini 5. Kurang kualitas dan kuantitas guru/pamong pendidikan anak usia dini 6. Kurangnya animo masyarakat/kesadaran orang tua tentang urgensi pendidikan anak usia dini. Upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui Depdiknas sejauh ini adalah mendirikan pusat-pusat Pendidikan Anak Usia Dini di daerah-daerah, termasuk di daerah tertinggal namun keberadaan pusat-pusat Pendidikan Anak Usia Dini ini masih sangat minim dibandingkan dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini sendiri sudah tidak diragukan lagi manfaatnya bagi peningkatan kualitas anak. Dan anak yang mendapatkan layanan Pendidikan Anak Usia Dini akan lebih baik dari berbagai aspek perkembangannya, oleh
karena itu hubungan pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dengan peningkatan kualitas anak sangat erat. Peningkatan kualitas anak usia dini juga dipengaruhi oleh faktor kuantitas guru, rasio perbandingan anak dan guru yang tak seimbang akan meninbulkan masalah baru, satu guru yang mengajar 30 anak tentu tidak bisa memperhatikan proses belajar anak tersebut satu persatu secara intensif. Kurang berminatnya lulusan atau masyarakat untuk jadi guru anak usia dini juga menjadi kendala perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini diindonesia. Hal ini disebabkan kebanyakan orang indonesia kurang mengenal pendidikan anak usia dini sehingga apa yang tercermin dari moralitas manusia dewasa indonesia saat ini pada umumnya adalah kurang memiliki rasa tanggung jawab, toleransi, disiplin, kejujuran dan kepekaan terhadap sesamanya. Perlu kerjasama yang saling mendukung antara pemerintah dan organisasi profesi Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) baik tingkat pusat maupun daerah untuk bersama-sama meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajar Pendidikan Anak Usia Dini secara merata di seluruh wilayah indonesia. Selain itu ada juga beberapa upaya yang harus dilakukan, antara lain : 1. Pemerintah maupun swasta mengadakan institusi pendidikan bagi orang tua tentang anak usia dini yang dapat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. 2. Pembinaan pendidikan anak usia dini sampai kepelosok-pelosok daerah, tidak hanya posyandu tetapi juga terjun langsung kemasyarakat. 3. Mengadakan lembaga pendidikan anak usia dini yang terjangkau bahkan Cuma-Cuma untuk masyarakat kurang mampu dengan subsidi dari pemerintah dan masyarakat setempat. 4. Pemerintah hendaknya mengubah kebijakan agar pendidikan pra sekolah/PAUD menjadi kondisi yang lebih diutamakan untuk masuk SD, mengingat pentingnya pendidikan pra sekolah bagi perkembangan anak selanjutnya. 5. Penganggaran porsi dana yang lebib besar untuk pembangunan pendidikan anak usia dini (PAUD) diindonesia. 6. Meningkatkan pendapatan guru anak usia dini baik ditingkat pusat ataupun daerah. 7. Membangun infrastruktur (gedung-gedung) pusat pendidikan anak usia dini secara merata di indonesia.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut maka Pendidikan Anak Usia Dini terlihat keeksistensian dimata pemerintah dan juga masyarakat. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah belum cukup memadai dalam pertisipasi Pendidikan Anak Usia Dini ini. Sehingga belum melihat keeksistensian program pembelajaran pendidikan anak usia dini ini, padahal jelas-jelas sangat penting peran pendidikan ini dalam meningkatkan kognitif anak sehingga melahirkan calon masa depan yang baik bagi bangsa indonesia jika diasah mulai dari dini. Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dan mendasar sebab merupakan awal dalam pengembangan sumber daya manusia. Kurangnya anak usia dini yang mendapatkan layanan pendidikan disebabkan beberapa faktor diantaranya kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pada anak usia dini, masih terbatas dan tidak meratanya lembaga layanan PAUD yang ada di masyarakat terutama di pedesaan. Sebagai contoh pertumbuhan TK, KB/RA, dan TPA di perkotaan lebih pesat dibandingkan di pedesaan. Rendahnya dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. Solusi dari permasalahan pembangunan Pendidikan Anak Usia Dini yang diharapkan sejauh ini adalah agar pemerintah mau membangun berbagai pusat Pendidikan Anak Usia Dini baik di kota maupun daerah terpencil yang sangat minim akan pengajar yang berkualitas. Pemerintah harus
berusaha menyelaraskan kemampuan akademik maupun non akademik
pengajar kota dengan didesa dengan cara membuat program pembelajaran pelatihan kemampuan pengajar dengan menggunakan metode yang ada. Seharusnya pemerintah juga mendahulukan pembangunan pendidikan Indonesia dibanding dengan kepentingan pembangunan lainnya. Negara yang maju pasti didalamnya akan terdapat pendidikan dengan mutu kualitas dan kuantitas yang sangat tinggi. Pemerintah dan swasta wajib mengadakan lembaga pendidikan anak usia dini yang sangat terjangkau ataupun hanya sekedarnya untuk masyarakat kalangan tidak mampu dengan subsidi dari pemerintah ataupun swasta. Pemerintah dapat meningkatkan akses kepada masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indoesia, peningkatan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas guru,.
Dengan berkembangnya di zaman era globalisasi ini menuntut banyak perubahan sistem pendidikan di Indonesia yang harus lebih baik serta mampu bersaing secara sehat. Dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia berarti sumber daya manusia yang akan terbentuk akan sebaik mutunya dan dapat membawa Negara Indonesia ini bersaing dengan sehat dalam segala bidang dunia Internasional. DAFTAR PUSTAKA Hasan, Maimunah, PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta: Diva Press, 2009. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Sujiono, Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT Indeks, 2009. http://12042ma.blogspot.com/2014/01/teori-belajar-dan-pembelajaran-pada.html Supriadi, Dedi. (2002). “Memetakan Kembali Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Anak Dini Usia”. Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 36 – 42. Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta. CHA, Wahyudi dan Damayanti, Dwi Retna. 2005. Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini di Prasekolah Islam. Jakarta: Grasindo Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks, 2009, hlm.206.