174 Jurnal Elektornik Mahasiswa PLS vol. 5, No. 6 Tahun 2016
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN DESA MANDIRI DAN PRODUKTIF DI DUSUN GAMPLONG DESA SUMBER RAHAYU KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA ROLE OF SOSIAL WORKERS IN ACCOMPANIMENT OF INDEPENDENT AND PRODUCTIVE VILLAGE IN GAMPLONG, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA Oleh:
Keken Kusuma Dewi, 12102241035, Pendidikan Luar Sekolah
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) Pelaksanaan pendampingan desa mandiri dan produktif, 2) Peran pekerja sosial dalam pendampingan desa mandiri dan produktif, 3) Hasil dari pendampingan desa mandiri dan produktif, dan 4) Faktor pendukung dan penghambat dalam pendampingan desa mandiri dan produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Proses pelaksanaan pendampingan desa mandiri dan produktif dibagi menjadi empat yaitu tahapan pengumpulan data, analisis data, pelaksanaan bimbingan teknis, dan tahapan evaluasi, 2) Peran pekerja sosial dalam pendampingan desa mandiri dan produktif di Dusun Gamplong yaitu sebagai motivator, sebagai pendamping, sebagai pembangun kesepakatan, sebagai pelatih, sebagai pencari narasumber, dan sebagai perencana kegiatan kesejahteraan sosial. 3) Hasil dari pendampingan desa mandiri dan produktif ini yaitu warga Dusun Gamplong menjadi masyarakat yang pembelajar, terbentuknya organisasi baru dalam masyarakat, terlaksananya kegiatan ekonomi produktif, dan pemanfaatan potensi sumber daya alam sekitar, 4) Faktor pendukung dari masyakat yaitu kemauan dari masyarakat, nama Dusun Gamplong yang sudah dikenal, perijinan pelatihan yang mudah, fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, dana pengadaan bimbingan teknis, pengetahuan pekerja sosial tentang kondisi masyarakat, dan peralatan outbound yang disediakan. Faktor penghambatnya yaitu kesibukan masyarakat, kurangnya minta terhadap ketela, dan jarak ke Dusun Gamplong yang jauh. Kata Kunci : pekerja sosial, pendampingan, desa mandiri dan produktif, Gamplong Abstract
This research aimed to describe: 1) The implementation of accompaniment independent and productive village, 2) The role of social workers in accompaniment independent and productive village, 3) Results of accompaniment independent and productive village, and 4) The supporting factors and inhibiting factors of accompaniment independent and productive village. The results showed that 1) The process of accompaniment independent and productive village is divides into four stages, they are data collecion stage, data analysis stage, implementation of technical guidance stage, and evaluation, 2) The role of social workers in accompaniment independent and productive village in Gamplong are as a motivator, as a companion, as the builder of the deal, as a coach, as a source seeker, and as a planner of social welfare activities, 3) The results of accompaniment independent and productive village are the community of Gamplong becomes learners, the formation of new organization, implementation of productive dan economic activities, and utilization natural resources around Gamplong, 4) The supporting factor is the willingness of the community, Gamplong Tourism Village name that is already known, the participation of the community, facilities provided by the community, permitting of training is easy, social worker’s knowlegde about Gamplong, and outbound equipment supplied. While the inhibiting factors are the communities’ interest about the variety of cassava is low, busyness of the community, and the distance of location. Keyword : social worker, accompaniment, independent and productive village, Gamplong
Peran Pekerjas Sosial .... (Keken Kusuma Dewi) 175
meningkatkan kemandirian dan pendapatan
PENDAHULUAN Yogyakarta merupakan salah satu
penduduk Yogyakarta.
provinsi di Pulau Jawa yang tidak hanya
Menurut Hendra Wardhana dalam
menarik dari segi kaum intelektual saja namun
Kompasiana (2015), tingginya kemiskinan di
juga dari segi pariwistaa karena memiliki
Yogyakarta diduga kuat akibat dari tingginya
banyak tempat wisata yang sering dikunjungi
pertumbuhan
oleh turis lokal maupun mancanegara. Seperti
cenderung padat modal dan dikuasai investor
wisata edukasi, wisata kuliner, wisata sejarah,
tertentu.
wisata seni, dan desa wisata. Namun dibalik
peranan
variasi
ditawarkan,
Yogyakarta tahun 2013 adalah hotel, restoran,
Yogyakarta
dan perdagangan yang terkait yakni sebesar
menyandang status sebagai provinsi termiskin
20,75 %. Sementara sektor yang diharapkan
di Pulau Jawa. Data Badan Pusat Statistik
mampu menyerap banyak tenaga kerja seperti
(BPS) pada September 2014 menunjukkan
industri pengolahan dan pertanian masing-
persentase penduduk miskin kota dan desa di
masing hanya 14,45 % dan 12,99 %. Kontribusi
Yogyakarta sebesar 14,55 %, angka tersebut
sektor pariwisata yang selama ini menjadi
memang turun 0,45 % dari periode Maret 2014
primadona Yogyakarta pun menjadi bisa
sebesar 15,00 %. Namun tingkat kemiskinan di
dipertanyakan.
tempat
menyimpan
wisata
fakta
yang
bahwa
sektor
Sektor
perekonomian
ekonomi
terbesar
yang
dalam
yang
memiliki
perekonomian
terbesar
Berdasarkan data yang diperoleh dari
diantara seluruh provinsi di Pulau Jawa.
Badan Statistik Pusat pada periode September
Tingkat kemiskinan Yogyakarta yang tertinggi
2014 jumlah penduduk miskin di Desa adalah
se-Jawa mungkin tak banyak disadari, apalagi
17371,09 jiwa lebih banyak dibanding dengan
menurut Kantor Perwakilan Bank Indonesia
jumlah
Yogyakarta pertumbuhan ekonomi wilayah ini
10356,69
pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 4,5 % -
penduduk miskin Yogyakarta di desa sebesar
5,5 % yang meski melambat tapi tetap tinggi.
16,88 % lebih besar dibanding kota yang hanya
Ini membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi
13,36
tidak berdampak signitifikan terhadap angka
pengentasan
kemiskinan di Yogyakarta. Menariknya faktor
menyeluruh.
Yogyakarta
tetap
menjadi
yang
penduduk
miskin
jiwa.
%.
Hal
di
Sedangkan
ini
Kota
presentase
menunjukkan
kemiskinan
di
yaitu
desa
bahwa belum
pendidikan yang selama ini dianggap sebagai
Menurut Suraji (2015), dalam sebuah
salah satu faktor yang mampu mempengaruhi
diskusi dengan Menteri Sosial Khofifah Indar
pola pikir masyarakat untuk dapat memutus
Parawansa menyampaikan bahwa Kementerian
mata rantai kemiskinan masih kurang berlaku
Sosial
di
di
mewujudkan seluruh desa di Indonesia menjadi
rendahnya
desa yang mandiri dan produktif. Hal tersebut
Yogyakarta.
Yogyakarta pendidikan
Masalah
bukan atau
masyarakatnya,
kemiskinan
karena
hambatan melainkan
cara
pandang bagaimana
juga
RI
telah
mengagas
merupakan
kesejahteraan
sosial
upaya dan
dan
akan
meningkatkan mengentasan
176 Jurnal Elektornik Mahasiswa PLS vol. 5, No. 6 Tahun 2016
kemiskinan masyarakat. Salah satu daerah di
kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,
Yogyakarta yang akan dikembangkan menjadi
papan, jaminan kesehatan, seni budaya, dan
Desa mandiri dan produktif adalah Dusun
kebutuhan spiritual. Kedua, akses terhadap
Gamplong yang terletak di Desa Sumber
kebutuhan
Rahayu, Kecamatan
Moyudan, Kabupaten
bagaimana desa dapat memberikan kesempatan
Sleman. Dusun Gamplong dikenal sebagai
bagi warganya untuk menempuh pendidikan.
sentra kerajinan tenun tradisional (ATMB) Alat
Baik pendidikan formal maupun nonformal.
Tenun Bukan Mesin di Yogyakarta sejak tahun
Ketiga, akses terhadap kebutuhan kedaruratan
1950-an.
yaitu bagaimana desa dapat menyiapkan sarana
pengembangan
SDM
yaitu
Pendampingan desa mandiri dan
prasarana terhadap kedaruratan desa, adanta
produktif dilakukan di Dusun Gamplong karena
TRC (Tim Reaksi Cepat) desa, lumbung sosial,
daerah ini memiliki potensi yang mendukung
gardu
untuk dikembangkan menjadi desa mandiri dan
Sedangkan untuk menjadi desa produktif
produktif. Pendampingan sosial di Dusun
didalamnya ada kegiatan perekonomian yang
Gamplong bermula dari harapan masyarakat
ditandai dengan adanya suatu pertumbuhan
yang menginginkan para wisatawan tidak
ekonomi, adanya one village one product (satu
hanya datang langsung lalu pulang setelah
rumah satu produk), dan adanya keadilan
melihat kerajinan tenun ATBM, masyarakat
masyarakat. Dalam menuju menjadi desa
ingin memiliki kegiatan yang lebih menarik
mandiri dan produktif, tentu Dusun Gamplong
para wisatawan, misalnya outbond. Sehingga
tidak
wisatawan juga bisa menikmati kegiatan dan
dibutuhkan adanya suatu pendampingan yang
fasilitas lain di Dusun Gamplong. Selain itu
intensif,
masyarakat
dapat
motivasi masyarakat untuk lebih mengenal
mengelola sumber daya alam seperti pisang dan
potensi desanya dan membuat suatu inovasi
ketela untuk menjadi makanan khas, karena
bagi desanya. Pendampingan sosial dalam
Gamplong
rangka membentuk desa yang mandiri dan
memiliki
juga
mengharapkan
sebagai
Desa
Wisata
makanan
khas.
Bila
belum nantinya
sosial,
dapat
dan
desa
berjalan
pendampingan
siaga
bencana.
sendiri
yang
sehingga
memberikan
produktif dilakukan oleh Pekerja.
masyarakat mampu memproduksi makanan
Berdasarkan permasalahan di atas,
khas, hal itu dapat dijadikan sebagai salah satu
penulis
indikator untuk membentuk desa yang mandiri
mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana
dan produktif.
peran pekerja sosial dalam pendampingan desa
Menurut Suraji (2015) untuk dapat
mengadakan
penelitian
untuk
mandiri dan produktif di Dusun Gamplong,
dikembangkan menjadi desa mandiri, paling
Sumber
tidak ada tiga akses yang harus disiapkan antara
Yogyakarta. Pada penelitiannya ini tujuan yang
lain Pertama, akses terhadap kebutuhan dasar
diharapkan adalah untuk mengetahui dan
adalah bagaimana desa dapat memberikan
mendeskripsikan 1) Pelaksanaan pendampingan
jaminan
desa
sosial
terhadap
warga
meliputi
Rahayu,
mandiri
dan
Moyudan,
produktif
Sleman,
di
Dusun
Peran Pekerjas Sosial .... (Keken Kusuma Dewi) 177
Gamplong, 2) Peran pekerja sosial dalam
berlangsung selama 2 (dua) bulan pada bulan
pendampingan desa mandiri dan produktif di
Februari-April.
Dusun Gamplong, 3) Hasil dari pendampingan desa mandiri dan produktif yang dilakukan. (4)
Subyek Penelitian Teknis pemilihan subyek dnegan
Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pendampingan
desa
mandiri
dan
menggunakan
teknik
purposive.
Subyek
penelitian ini adalah 2 (dua) pekerja sosial yang
produktif.
melakukan pendampingan di Dusun Gamplong dan 3 (tiga) warga Dusun Gamplong 1. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian
Teknik Pengumpulan Data deskriptif
Penelitian ini menggunakan tiga
Pendekatan
teknik pengumpulan data, yaitu observasi,
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu
wawancara dan dokumentasi. Pertama yaitu
keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya.
observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang
Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif
(Usman, 2004 : 54). Observasi digunakan untuk
partisipan, partisipan adalah orang-orang yang
memperoleh data mengenai Dusun Gamplong 1
diajak
diminta
dan dampak dari pendampingan desa mandiri
memberikan data, pendapat, pemikiran, dan
dan produktif oleh pekerja sosial dari BBPPKS
persepsinya. (Sukmadinata, 2006 : 18 dan 94).
Yogyakarta. Kedua adalah wawancara ialah
Penulis
tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
dengan
pendekatan
ini
bersifat
kualitatif.
berwawancara,
diobservasi,
bermaksud
mendeskripsikan,
menguraikan, dan menggambarkan bagaimana
secara
peran pekerja sosial dalam pendampingan desa
interviewer,
mandiri dan produktif di Dusun Gamplong.
diwawancarai disebut interviewee. (Usman, 2004 :
Setting Penelitian
Gamplong, Desa Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan potensi yang dimiliki oleh Dusun Gamplong. Selain dikenal sebagai desa wisata kerajinan, Dusun Gamplong juga memiliki pemandangan pedesaan yang asri, masyarakat yang ramah, dan terdapat pantai buatan yaitu Pantai Cemplong dengan air tawar yang terdapat barat
Dusun
Gamplong.
Penelitian
pewawancara
sedangkan
Wawancara
menggunakan
Penelitian ini dilakukan di Dusun
di
58).
langsung.
orang
dalam
teknik
disebut yang
penelitian
wawancara
ini
secara
mendalam dan terstruktur, artinya peneliti tetap menggunakan pedoman wawancara, namun tidak memungkiri akan mengembangkan pertanyaan secara fleksible sesuai dengan situasi dan kondisi interviewee.
Wawancara
digunakan
untuk
memperoleh informasi mengenai bagaimana peran pekerja sosial dalam pendampingan, pelaksanaan pendampingan, dan dampak yang dirasakan tersebut.
masyarakat Ketiga
pengambilan
data
dari
pendampingan
adalah dokumentasi yang
diperoleh
yaitu
melalui
178 Jurnal Elektornik Mahasiswa PLS vol. 5, No. 6 Tahun 2016
dokumen-dokumen.
ini
Dalam pelaksanaan pendampingan desa
dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh
mandiri dan produktif dilakukan dengan metode
data
bimbingan
mengenai
Yogyakarta,
Dalam
pekerja
warga
penelitian
sosial
BBPPKS
dusun
sosial
masyarakat.
Menurut
gamplong,
Hermawati (2001 :32), metode bimbingan sosial
pelaksanaan pendampingan dan dampak dari
masyarakat adalah suatu metode dan proses untuk
program pendampingan.
membantu masyarakat agar dapat menentukan kebutuhan dan tujuannya, serta dapat menggali
Instrumen Penelitian Instrumen peneliti
sendiri
dan memanfaatkan sumber yang ada sehingga Penelitian
dengan
ini
dibantu
adalah pedoman
kebutuhannya
dan
tujuan
yang
diharapkan dapat tercapai.
observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi.
terpenuhi
Tahapan bimbingan sosial masyarakat menurut W.A Friedlander (1965) yang pertama adalah tahapan pengumpulan data (Fact Finding)
Teknik Analisi Data Dalam penelitian ini analisis data
yaitu tahapan yang melakukan penyelidikan,
yang dilakukan yaitu dengan mereduksi data,
penelitian, survei, sehingga diperoleh data yang
menyajikan data lalui penarikan kesimpulan.
cukup lengkap sebagai bahan pertimbangan untuk
Analisis data dilakukan dengan tujuan supaya
tahap
data yang diperoleh lebih bermakna.
pendampingan desa mandiri dan produktif bila
diagnosis.
Dalam
perencanaan
dikaitkan dengan tahapan pengumpulan data Uji Keabsahan Data Penelitian
maka ini
menggunakan
pertemuan
mendapatkan
dengan
informasi
warga
tentang
untuk
kebutuhan
trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik.
pelatihan warga dan mengkonfirmasi keinginan
Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas
akan
data yang dilakukan dengan cara mengecek data
koordinasi
dengan
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
perijinan
mengadakan
Trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas
mendapatkan informasi lebih dalam tentang
data yang dilakukan dengan cara mengecek data
warga juga masuk dalam tahapan pengumpulan
kepada narasumber yang sama dengan teknik
data. Hal ini berdasarkan data hasil wawancara
yang berbeda. Peneliti menggunakan observasi
dengan pekerja sosial yaitu :
partisipatif,
wawancara
mendalam,
dan
dokumentasi untuk sumber yang sama guna memperoleh dan memastikan informasi yang diperoleh benar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Pendampingan Desa Mandiri dan Produktif di Dusun Gamplong
pelatihan
untuk
warga.
pemerintah
Kemudian desa
pelatihan
untuk dan
“Perencanaanya dimulai setelah pertemuan dengan warga untuk membahas keinginan mereka untuk dilatih outbound, kemudian pertemuan lagi dengan beberapa pengurus di Dusun Gamplong 1 untuk membahas tema dan konsep acara. Sebelumnya kami melakukan koordinasi dengan Kepala Dukuh untuk perijinan mengadakan pelatihan” (Bapak PW, Pekerja Sosial).
Peran Pekerjas Sosial .... (Keken Kusuma Dewi) 179
Hal ini juga terkait dengan bimbingan sosial
kegiatan yang telah dibuat. Dalam pendampingan
menurut
yang
desa mandiri dan produktif yang terkait dengan
mengemukakan tahap pertama bimbingan sosial
tahapan tersebut adalah pelaksanaan bimbingan
masyarakat
tentang
teknis outbound dan pelaksanaan bimbingan
kebutuhan masyarakt, masalah-masalah yang ada,
teknis pengolahan pangan. Hal ini sesuai dengan
dan pemikiran baru, kemudian tahap kedua yaitu
data hasil wawancara dengan Bapak “SR” yaitu :
Frans
Wuryanto
adalah
Jomo
pembahasan
mencari fakta, data, sumber pengetahuan, teknis persetujuan pemerintah, dan putusan. Tahapan bimbingan sosial menurut W.A Friedlander (1965) yang kedua adalah tahapan diagnosis
yaitu
permasalahan
tahap
untuk
(kebutuhan)
menentukan
Hal ini juga terkait dengan tahap keempat
yang
bimbingan sosial masyarakat menurut Wuryanto
dirasakan dan harus dipenuhi serta rencana
Jomo yaitu tahap keempat adalah melaksanakan
kegiatan
menurut rencana yang sudah ditetapkan.
yang
mendesak
“Kegiatan yang sudah dilaksanakan itu baru bimbingan teknis outbounddan bimbingan teknis pengolahan pangan. Tapi nanti akan ada kelanjutannya mbak” (Bapak SR : Pekerja Sosial)
dilaksanakan.
Dalam
pendampingan desa mandiri dan produktif,
Selanjutnya untuk evaluasi pendampingan
kegiatan yang sesuai dengan tahapan diagnosis
desa mandiri dan produktif di Dusun Gamplong 1
tersebut adalah kegiatan TNA (Training Need
sesuai dengan tahap kelima bimbingan sosial
Assesment) atau analisis kebutuhan pelatihan
masyarakat menurut Frans Wuryanto Jomo yaitu
yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
evaluasi dan pengaturan pemeliharaan hasil
pelatihan yang paling dibutuhkan oleh warga dan
kegiatan. Evaluasi pendampingan desa mandiri
memang
dan produktif terdiri atas dua yaitu evaluasi
harus
menyelesaikan pemenuhan
dilaksanakan masalah
kebutuhan
untuk
yang
ada
tersebut.
dapat dengan
kegiatan
bimbingan
teknis
mulai
dari
Kemudian
perencanaan sampai pelaksanaan oleh pekerja
penyusunan desain pelatihan juga termasuk dalam
sosial itu sendiri dan evaluasi hasil kegiatan
tahap diagnosis karena desain pelatihan yang
dengan melakukan kunjungan atau monitoring ke
dilaksanakan harus sesuai dengan hasil analisis
Dusun Gamplong 1.
kebutuhan
pelatihan
dengan
2. Peran Pekerja Sosial dalam Pendampingan
kebutuhan
masyarakat.
kegiatan
Desa Mandiri dan Produktif di Dusun
agar
sesuai
Selain
itu
pembahasan konsep, susunan acara, penentuan
Gamplong
narasumber, dan perlengkapan yang dibutuhkan
Pekerja sosial dalam pendampingan desa
juga masuk dalam tahap diagnosis, karena ini
mandiri dan produktif di Dusun Gamplong 1
termasuk
memiliki peran-peran sebagai berikut : motivator,
dalam
rencana
kegiatan
yang
dilaksanakan. Tahapan bimbingan sosial masyarakat
pendamping, pembangun kesepakatan, pelatih, penghubung dengan narasumber, dan perencana
yang ketiga menurut W.A Friedlander (1965)
kegiatan kesejahteraan sosial.
adalah tahapan pelaksanaan (treatment) yaitu
a. Motivator
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan rencana
180 Jurnal Elektornik Mahasiswa PLS vol. 5, No. 6 Tahun 2016
Pekerja
sosial
memberikan
motivasi
pendamping dalam program pendampingan desa
melalui kegiatan bimbingan teknis outbound. Hal
mandiri dan produktif , pekerja sosial lebih
ini berdasarkan hasil wawancara dengan warga
kepada fasilitator yang menyediakan pelatihan
yaitu :
bagi warga.
“Yaa mereka memotivasinya gimana ya mbak, ya pokoknya Pak “SR” memberikan motivasi dari permainanpermainan outbound itu mbak” (Ibu IS : Warga). Melalui kegiatan ini warga dilatih untuk
c. Pembangun kesepakatan
meningkatkan kerjasama antar warga dengan permainan-permainan
yang
diberikan
oleh
pekerja sosial. Melalui permainan –permainan tersebut, selain memberikan hiburan bagi warga juga memberikan pembelajaran bahwa dalam setiap
permainan
dibutuhkan
kepercayaan,
kerjasama, kekompakan, dan semangat dari setiap
Peran pekerja sosial sebagai pembangun kesepakatan terkait dengan peranan fasilitatif pekerja sosial menurut James Ife dalam Miftahul Huda (2009 : 296), yaitu pekerja sosial sebagai pembangun konsensus yang artinya pekerja sosial harus membangun konsensus yang memuaskan seluruh anggota masyarakat, karena membangun konsensus
dibutuhkan
pengertian
dan
pemahaman terhadap adanya perbedaan antar tiap-tiap anggota. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan warga yaitu :
masing-masing anggota. b. Pendamping Peran pekerja sosial sebagai pendamping yaitu pekerja sosial mendampingi warga ketika diadakan pertemuan dengan dinas pariwisata, mendampingi warga dalam pembuatan konsep
“Yang dilakukan ya itu mbak membantu kami untuk memilah milih ide-ide, yang sini pengennya ini yang situ pengennya begitu, nah mereka membantu kami untuk menentukan mana yang sesuai dengan kami, jadi kami semua bisa sepakat” (Bapak GN : Warga)
kegiatan dan acara bimbingan teknis, dan
Seperti dalam pertemuan saat TNA (Training
mendampingi ketika
Need Assesment) atau Analisis Kebutuhan
pelaksanaan bimbingan
teknis. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
Pelatihan
dengan pekerja sosial yaitu :
banyak yang menginginkan pelatihan ini itu
“Sebagai pendamping yang kami lakukan ya mendampingi mereka bila ada pertemuan, lalu pada pelaksanaan pelatihan itu, kemudian saat bertemu dengan narasumber kami juga mendampingi mereka” (Bapak “SR” : Pekerja Sosial). Menurut Moh Muzaqi (2005) dalam penelitiannya pendampingan
mengatakan lebih
bahwa bermakna
kata pada
kebersamaan, kesejajaran, samping menyamping, sehingga tidak ada dikotomi antara atasan dan bawahan. Dalam implementasinya peran sebagai
yang dilakukan bersama ibu-ibu,
sehingga menjadi banyak suara, kemudian pada saat itu peran sebagai pembangun kesepakatan atau konsensus dijalankan oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu untuk merumuskan ide dan desain pelatihan supaya menjadi pelatihan memasak yang disetujui oleh semua warga. d. Pelatih Peran yang keempat yaitu pekerja sosial sebagai pelatih. Menurut James Ife, peran pekerja sosial dalam pemberdayaan masyarakat salah satunya adalah memberikan informasi, yaitu
Peran Pekerjas Sosial .... (Keken Kusuma Dewi) 181
pekerja soisal mempunyai pengetahuan dan
yang ada di dalam masyarakat. Pada kegiatan
keterampilan
agar
pendampingan desa mandiri dan produktif di
memberikan informasi yang berharga untuk
Dusun Gamplong 1 ini pekerja sosial dalam
pencapaian tujuan pengembangan masyarakat.
berperan
Pada kegiatan ini pekerja sosial menjadi pelatih
kesejahteraan
dalam
disampaikan oleh pekerja sosial sebagai berikut :
yang
bimbingan
cukup
teknis
dituntut
outbound
dengan
warga
tentang
permainan-permainan
dalam outbound. Pekerja sosial menjalankan tugas sebagai orang yang membagikan informasi dan pengetahuan tentang outbound, orang yang mengajarkan keterampilan tentang outbound, dan orang yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan outbound. e.
Pencari narasumber Menurut
Parcons,
sejalan
kegiatan
dengan
yang
dan
warga dalam pembuatan konsep bimbingan
Hernandez (1994) dalam Edi Suharto, peran
teknis. Selain itu pekerja sosial juga mengadakan
pekerja
yaitu
TNA (Training Need Assesment) atau Analisis
menghubungkan orang dengan lembaga-lembaga
Kebutuhan Pelatihan untuk mengetahui masalah
atau pihak-pihak lainnya yang memiliki sumber-
dan
sumber
program
pelatihan yang diadakan sesuai dengan kebutuhan
pendampingan desa mandiri dan produktif ini
warga, selanjutnya pekerja sosial juga yang
pekerja
merancang
sosial
yang
sosial
sebagai
diperlukan.
berperan
Jorgensen,
sosial
perencana
“Sebagai perencana yang kami lakukan addalah mengadakan pertemuan dengan warga untuk mengkonfirmasi keinginan mereka akan kebutuhan pelatihan tersebut, kemudian kami melakukan pertemuan lagi untuk assesment kebutuhan pelatihan, selanjutnya kami bersama tim pekerja sosial yang lain merancang desain kegiatan yang akan dilaksanakan untuk selanjutnya kami sosialisasikan terlebih dahulu dengan warga” (Bapak PW : Pekerja Sosial) bertugas mendampingi dan memandu
memberikan pembelajaran, arahan, dan panduan kepada
sebagai
broker
Dalam
sebagai
pencari
kebutuhan
pelatihan
desain
warga,
bimbingan
sehingga
teknis
untuk
narasumber untuk bimbingan teknis pengolahan
selanjutnya disosialisasikan kepada warga supaya
pangan. Pekerja sosial mendatangkan narasumber
dapat dilaksanakan sesuai harapan warga.
untuk melatih warga memasak dan untuk memberikan pelatihan kepada warga tentang resep-resep masakan. Supaya harapan warga untuk mendapat informasi dan pengetahuan
3.
Hasil dari Pendampingan Desa Mandiri dan Produktif di Dusun Gamplong
tentang resep-resep masakan dapat terpenuhi
Hasil dari kegiatan pendampingan desa
demi pengembangan Dusun Gamplong menjadi
mandiri dan produktif yang terdiri atas bimbingan
desa wisata produktif.
teknis
f. Perencana kegiatan kesejahteraan sosial
pengolahan pangan yaitu :
Menurut Zastrow (1999) pekerja sosial
outbound
dan
bimbingan
teknis
a. Dengan adanya bimbingan teknis outbound
sebagai social planner yaitu pekerja sosial
dan
pengolahan
pangan
warga
dapat
melakukan upaya penyusunan rencana untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah
mereka. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri desa
182 Jurnal Elektornik Mahasiswa PLS vol. 5, No. 6 Tahun 2016
mandiri dan produktif menurut Sukandar
dan produktif yaitu terlaksananya kegiatan
(2013) yaitu memiliki potensi sumber daya
ekonomi dengan usaha kerajinan bersama
manusia yang berkualitas, masyarakat dengan
melalui showroom tersebut sehingga terdapat
motivasi dan budaya tinggi dan memiliki
akses pemasaran yang lebih terbuka.
kemampuan
dan
keterampilan
yang
mendukung pengembangan daerahnya.
Usaha yang telah dilakukan warga terkait dengan hasil yang mereka peroleh selama
b. Terbentuknya tim pengurus outbound, warga
mengikuti kegiatan pendampingan yang terdiri
berencana apabila pengurus outbound yang
atas kegiatan bimbingan teknis outbound dan
telah
dibentuk
memandu
sudah
permainan
terampil
dalam
bimbingan teknis pengolahan pangan sebagai
outbound,
maka
berikut :
kegiatan outbound tersebut akan menjadi
a. Usaha
yang
dilakukan
terkait
kegiatan
kegiatan tambahan bagi pengunjung yang
outbound sebagai promosi yaitu warga sudah
berwisata di Desa Wisata Gamplong. Hal ini
mengadakan kegiatan outbound untuk SD
berkaitan dengan ciri-ciri desa mandiri dan
Gamplong, hal tersebut dilakukan supaya dari
produktif yaitu terbentuknya kelompok atau
pihak sekolah juga ikut mempromosikan desa
organisasi di desanya dan meningkatnya
wisata Gamplong, karena banyak rombongan
kualitas SDM dengan masyarakat menjadi
yang datang ke desa wisata Gamplong adalah
semakin kreatif dan inovatif melakukan
anak-anak sekolah.
pengembangan untuk daerahnya.
b. Usaha yang dilakukan warga terkait dengan
c. Dengan adanya bimbingan teknis pengolahan
bimtek pengolahan pangan yaitu ibu-ibu
pangan ibu-ibu warga Dusun Gamplong
sudah memraktekkan resep masakan ayam
bertambah pengetahuannya tentang resep
krispi dan sudah disuguhkan kepada siswa
masakan, rencananya resep-resep tersebut
SMK yang berkunjung ke Desa Wisata
akan
bagi
Mereka. Selain itu ada warga yang memasak
rombongan yang berkunjung ke Desa Wisata
resep-resep makanan yang diajarkan untuk
Gamplong. Apalagi bila yang masakan yang
dijual kembali sehingga dapat menambah
dibuat dari bahan ketela yang banyak ditemui
penghasilan.
di
digunakan
Dusun
sebagai
Gamplong,
suguhan
sehingga
dapat
4. Faktor
Pendukung
dan
Faktor
memanfaatkan potensi sumber daya alam
Penghambat Pendampingan Desa Mandiri
(SDA) sekitarnya secara optimal hal ini juga
dan Produktif di Dusun Gamplong
merupakan salah satu ciri dari desa mandiri
a. Faktor Pendukung
dan produktif.
Faktor
d. Adanya showroom bersama yang digunakan sebagai
tempat
pertemuan
warga
pendukung
dari
masyarakat
seperti yang dikatakan kedua informan pekerja
atau
sosial yaitu kemauan dari masyarakat, nama
pameran produk kerajinan, sebagai hasil dari
Dusun Gamplong yang sudah dikenal, perijinan
pendampingan oleh pekerja sosial. Hal ini
dari
juga berkaitan dengan ciri-ciri desa mandiri
masyarakat,
pemerintah dan
yang
mudah,
fasilitas
yang
partispasi disediakan.
Peran Pekerjas Sosial .... (Keken Kusuma Dewi) 183
Sedangkan faktor pendukung dari pekerja sosial,
4.
F
seperti yang disampaikan oleh informan pekerja
aktor pendukung dari pendampingan desa
sosial
adanya
mandiri dan produktif yaitu kemauan dari
dukungan dana, pengetahuan tentang kondisi
masyarakat, partisipasi dari masyarakat, nama
masyarakat,
desa wisata Gamplong yang sudah dikenal,
dan
informan
dan
warga
peralatan
yatiu
outbound
yang
memadai.
perijinan
b. Faktor Penghambat
dipermudah, fasilitas yang mendukung dari
Faktor penghambat dari masyarakatnya, seperti yang disampaikan oleh ketiga informan
pengadaan
masyarakat,
pelatihan
pengetahuan
yang
pekerja
sosial
tentang Dusun Gamplong, dana dari BBPPKS untuk pengadaan bimbingan teknis, dan
warga adalah kesibukan warga. Sedangkan faktor penghambat dari pekerja sosial seperti yang dikatakan oleh kedua pekerja sosial yaitu jarak
peralatan untuk outbound yang mendukung. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya minat masyarakat terhadap hasil pelatihan memasak variasi makanan dari
menuju Dusun Gamplong yang jauh.
ketela, kesibukan warga, dan jarak menuju Dusun Gamplong yang jauh.
SIMPULAN DAN SARAN
Saran
Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian,
dan
analisis
hasil
penelitian,
kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa : 1. Pelaksanaan pendampingan desa mandiri dan produktif terdiri atas tahapan pengumpulan data,
tahapan
analisis
data,
tahapan
pelaksanaan, dan tahapan evaluasi. 2. Peran pekerja sosial dalam pendampingan desa
mandiri
Gamplong pendamping,
dan yaitu
produktif
di
sebagai
motivator,
pembangun
Dusun
kesepakatan,
pelatih, pencari narasumber, dan perencana kegiatan kesejahteraan sosial. 3. Hasil dari pendampingan ini adalah warga Dusun Gamplong menjadi masyarakat yang pembelajar, terbentuk tim pengurus outbound, adanya showroom milik bersama untuk usaha bersama, dan pemanfaatan sumber daya alam sekitar.
Mengacu pada hasil penelitian terhadap program
pendampingan
desa
mandiri
dan
produktif di Dusun Gamplong, terdapat beberapa saran yang penulis ajukan , antara lain : 1. Kegiatan bimbingan teknis outbound dan bimbingan
teknis
pengolahan
pangan
sebaiknya dilaksanakan secara berkelanjutan dan terjadwal sehingga masyarakat tidak hanya memperoleh pelatihan outbound atau pengolahan pangan sekali saja. 2. Pekerja sosial sebaiknya ikut dalam setiap pertemuan warga supaya lebih mengenal karakter warga dan keinginan warga tentang kebutuhan
pelatihan
apa
yang
mereka
perlukan. 3. Warga Dusun Gamplong sebaiknya lebih peka terhadap kebutuhan pelatihan mereka sendiri,
sehingga
pelatihan
yang
telah
diadakan benar-benar sesuai harapan mereka.
184 Jurnal Elektornik Mahasiswa PLS vol. 5, No. 6 Tahun 2016
4.
Pekerja
sosial
sebaiknya
memerhatikan
estimasi waktu dan jarak tempuh menuju
Istiana Hermawati. (2001). Metode dan Teknik dalam Praktik Pekerjaan Sosial. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Dusun Gamplong 1 supaya datang tepat waktu dan kegiatan tidak mundur dari waktu yang telah ditentukan. 5. Dalam dunia pendidikan luar sekolah, kajian mengenai
pekerja
sosial
lebih
banyak
dipraktekkan dalam dunia perkuliah dengan begitu
dapat
kompetensi
meningkatkan profesional
kemampuan
bagi
lulusan
pendidikan luar sekolah dalam dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA Adi Fahrudin. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : Refika Aditama. Andi
Prastowo. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Choerut Tazkiyah. (2012). Pendampingan Pekerja Sosial Terhadap Masyarakat pada Pelaksanaan Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Yogyakarta. Skripsi. FIP. UNY. Djam’an Satori dan Aan Komariah. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Edi Suharto, dkk. (2011). Pendidikan dan Praktik Pekerjaan Sosial di Indonesia dan Malaysia. Yogyakarta : Samudra Biru. Edi
Suharto. (2011). Pekerjaan Sosial di Indonesia Sejarah dan Dinamika Perkembangan. Yogyakarta : Samudra Biru.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. (2004). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara. Isbandi Rukminto Adi. (2013). Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial, dan Kajian Pembangunan). Jakarta : Rajawali Press.
Kasni Hariwoerjanto. (1987). Metode Bimbingan Sosial Masyarakat (Community Organization). Bandung : Bale Bandung. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. (2015). Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa. Jakarta. Meria Ulfah Sucihati. (2013). Peran Pekerja Sosial Dalam Intervensi Terhadap Anak Berperilaku Menyimpang di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Antasena Magelang. Skripsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Sunan Kalijaga. Miftahul Huda. (2009). Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Miradj, S., & Sumarno, S. (2014). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN, MELALUI PROSES PENDIDIKAN NONFORMAL, UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT.Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 101 - 112.Retrieved from http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/art icle/view/2360. Mutia
Ningsih. (2014). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Aktivitas Home Industry (Studi di Desa Wisata Gamplong, Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman). Skripsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Sunan Kalijaga.
Nana Sudjana. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algasindo . Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Shobichatul Aminah. (2014). Peran Pekerja Sosial Masyarakat dalam Pemberdayaan
Peran Pekerjas Sosial .... (Keken Kusuma Dewi) 185
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Padukuhan Kali Tengah Kidul, Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. UNY. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sukandar. (2015). Konsep Desa Mandiri. Diakses dari http://sukandar.lecture.ub.ac.id Pada 18 November 2015 pukul 20.26 WIB. Sukardi. (2006). Penelitian KualitatifNaturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta : Usaha Keluarga. Purwanto. (2007). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan
Pemanfaatan. Pelajar.
Yogyakarta
:
Pustaka
Poerwadarminta. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas. _________ . (2015). Gamplong, Sentra Wisata Tenun Tradisional di Yogyakarta. Diakses dari http://gamplong.com Pada 25 Oktober 2015 pukul 20.32 WIB. _________ . (2015) Desa Produktif. Diakses dari http://desaproduktif.wordpress.com Pada 18 November 2015 pukul 20.30 WIB. _________ . (2015) Desa Produktif. Diakses dari http://desaproduktif.wordpress.com Pada 18 November 2015 pukul 20.30 WIB