Dwiyantari, Pemberdayaa n Keluarga Ter-PHK
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA Suatu Kajian Me nge nai Pe mbe rdayaan Pada Keluarga Yang Te r-Putus Hubungan Kerjanya (Te r-PHK) MM Sri Dwiyantari Abstrak: Masalah utama k eluarga yang ter-PHK adalah k esulitan k euangan k eluarga. Dalam hal ini Pek erja Sosial dapat berperan secara berarti dalam pemberdayaan keluarga tersebut, terutama sebagai penggerak (enabler) dan pengantara sosial (social brok er). Peran-peran tersebut dilakuk an agar keluarga ter-PHK dengan daya /k ekuatan yang dimiliki dapat memanfaatk an sumber-sumber internal k eluarga dan sumber-sumber eksternalnya untuk mengupayak an agar k ondisi k euangan keluarga baik sehingga keluarga tersebut dapat menjalani k ehidupan dengan baik.
PENDAHULUAN Dalam lingkungan masyarakat industri diperkotaan, masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan masalah yang hampir setiap saat dapat dijumpa i. Jika PHK tersebut terjadi pada anggota keluarga, lebih-lebih jika yang ter-PHK adalah Kepala Keluarga, maka masalah utama bagi keluarga tersebut adalah kesulitan keuangan ke luarga. Kesulitan keuangan keluarga ini membuat ke luarga tersebut membatasi diri da lam aktivitas pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya mula i dari kebutuhan yang dasar, sosial hingga kebutuhan aktualisasi diri. Termasuk dalam hal ini ke luarga tersebut terpaksa membatasi sekolah anak-anak karena tidak tersedianya dana untuk membiayainya. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan berbagai upaya agar keluarga dapat menja lani kehidupan sebagaiman layaknya. Dalam situasi semacam itu pada dasarnya keluarga itu memiliki sejumlah kekuatan yang apabila ia diberdayakan maka kekuatan-kekuatan itu akan menjadi sumber ketahanan keluarga itu sendiri sehingga ke luarga tersebut tidak colaps. Dalam pandangan bahwa keluarga sebagai sistem, maka sumber-sumber keberdayaan keluarga pada dasarnya jauh lebih banyak dan kuat karena sumber-sumber tersebut juga berasal dari suprasistemnya atau masyarakat lingkungannya. Demikian pula di dalam masyarakat industri khususnya di perkotaan terdapat sumber daya yang potensial untuk penanganan masalah ke luarga tersebut. Masalahnya ia lah bagaimana memberdayakan keluarga yang ter-PHK tersebut. Banyak pihak dapat membantu memberdayakan keluarga terPHK. Salah satunya ialah dengan berperannya Pekerja Sosial secara efektif di dalamnya.
Melalui tulisan ini ingin dika ji mengena i peran apa dapat dilakukan oleh pekerja sosia l secara signifikan sehingga dapat memberdayakan keluarga yang ter-PHK. Pada pembahasan ini, diasumsikan bahwa keluarga-keluarga tersebut berada pada kondisi proses hukum PHK telah selesai, sehingga ka jian ini tidak mempersoalkan pemberdayaan keluaga dari aspek penye lesaian perselisihan perburuhannya dalam hubungannya dengan perusahaan. KERANGKA TEORI Pemberdayaan (Empowerment) Pada dasarnya setiap anggota masyarakat secara individu maupun kelompok, termasuk keluarga yang mengalami kelemahan perlu diberdayakan agar mereka mampu menjalankan fungsi-fungsinya. Tanpa pemberdayaan mereka akan berada dalam kondisi yang lemah, tidak berkekuatan dalam menja lani kehidupan. Yang dimaksud pemberdayaan (empowerment)menurut pandangan Payne (1977) yang dikutip Adi (2001:32) ialah: Proses yang ditujukan untuk membantu k lien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuann dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia milik i, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya Adapun cara pemberdayaannya dapat menmpuh 2 (dua). Hal ini sesuai pandangan Oakley & Marsden (1984) yang dikutip oleh Hikmat
INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005
23
Dwiyantari, Pemberdayaa n Keluarga Ter-PHK
(2001:44) untuk pemberdayaan menempuh dua cara yaitu:
dapat
1. Proses pemberdayaan yang menekankan proses memberikan atau mengalihkan kekuasaan, kekuatannn atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya menggali sistem sumber guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. 2. Proses pemberdayaan yang menekankan proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunya i kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya me lalui proses dialog. Secara garis besar tujuan pemberdayaan, adalah untuk meningkatkan peran dan kekuatan dari masyarakat. Hal ini sesuai pandangan pandangan Sanim (1997:3) yang menyebutkan lima tujuan pemberdayaan berikut ini: 1. Meningkatkan kemampuan dan kekuatan masyarakat dari potensi yang dimilikinya 2. Pembinaan dan pemupukan masyrakat madani (civil society) 3. Meningkatkan peran masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan diberbagai sek tor 4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan usaha ekonomi produk tif 5. Memberikan kekuasaan atau wewenang dalam mengambil tindakan/keputusan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan sebagai proses intinya adalah membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginannya. pada dasarnya pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama “Self Determination” Pekerjaan Sosial yang menurut Pincus dan Minahan (1977:17) adalah suatu bidang keahlian yang mempunya i tanggung jawab untuk memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi-interaksi diantara orang dengan 24
lingkungan sosial sehingga orang ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi kesulitankesulitan, serta mewujudkan aspirasi-aspirasi dan nila i-nila i mereka dapat memberikan sumbangnnya. Dalam hal ini orangnya disebut Pekerja Sosia l. Pincus dan Minahan (1979: 65) mengemukakan bahwa Pekerja Sosial adalah orang yang mempunyai keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu-individu. Dalam upaya tersebut Pekerja Sosia l dapat me lakukan berbagai peran. Pandangan Compton & Galaway yang dalam Enny (1994) dapat digunakan sebagai acuan bagi Pekerja Sosia l dalam melakukan peran-perannya. Menurutnya terdapat tiga peran intervensi yaitu pengantara sosial (social broker), penggerak (enabler) dan pembela (advocate). Penjelasan ketiga peran ini adalah: 1. Peran sebagai pengantara sosial (social broker) Melalui peran ini, tujuan utama adalah mengarahkan orang kepada usaha-usaha bantuan sosia l yang sudah ada yang dapat membantu mereka. Fokusnya ialah memungkinkan atau membantu orang menggunakan sistem itu dan memenuhi persyaratannya. Tujuan lain adalah mengkaitkan unsur-unsur da lam sistem usaha bantuan satu dengan yang lain. Dalam hal ini pekerja sosia l harus memiliki pengetahuan yang luas tentang sumber daya dalam masyarakat serta prosedur-prosedur kerja dalam lembaga-lembaga tersebut agar dapat menghubungkan secara efektif. Unsur dalam kegiatan pekerjaan sosia l ini ialah adanya rujukan (referral) agar klien dihubungkan dengan suatu sumber daya lain. 2. Peran sebagai penggerak (enabler) Seorang pekerja sosial melakukan peranperan penggerak jika kegiatan intervensinya dimaksud untuk membantu klien menmukan kemampuan-kemampuan dan sumbersumber daya didalam dirinya sendiri untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang perlu untuk mencapai tujuan kontrak usaha bantuan. Unsur khas dalam peranan
INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005
Dwiyantari, Pemberdayaa n Keluarga Ter-PHK
penggerak ialah bahwa perubahan terjadi karena usaha-usaha klien sendiri. Tanggung jawab pekerja sosia l ia lah memudahkan atau memungkinkan klien mencapai perubahan yang telah dirumuskan. 3. Peran sebagai pembela (advocate) Sebagai pembela seorang pekerja sosial menjadi juru bicara bagi klien karena ia membela hak klien jika perlu untuk mencapai tujuan kontrak. Seorang pembela akan mempertahankan, memperdebatkan, melaksanakan tawar-menawar, merundingkan dan memanipulasikan lingkungan atas nama kliennya. Berbeda dengan peran pengantara dan penggerak. Peran pembelaan dapat dipakai tanpa keterlibatan klien secara langsung. Oleh karena itu ada bahaya bahwa pekerja sosial dapat bertindak sebagai juru bicara klien tanpa mempunya i kontrak yang je las. GAMBARAN MASALAH KELUARGA YANG TER-PHK Sesuai pandangan Asri (1986:197) yang dimaksud Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah berakhirnya suatu hubungan kerja antara buruh dengan pengusaha yang disebabkan karena salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya atau karena berakhirnya suatu perjanjian kerja antara buruh dengan pengusaha. Sedangkan rumusan PHK yang sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1957 ialah pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan ijin Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) atau panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P). Akibat PHK seorang pekerja kehilangan pekerjaannya dan berakibat pada hilangnya penghasilan yang biasanya ia terima sebagai imbalan (reward) atas biaya (cost) tenaga kerja ang ia serahkan pada perusahaan dimana hubungan sosia l pekerja dan perusahaan terjadi. Sesorang yang ter-PHK tersebut menjadi lemah. Jika pekerja tersebut adalah anggota keluarga, lebih-lebih jika ia kepala ke luarga maka keluarga tersebut sebagai sistem akan terpengaruh, artinya anggota keluarga sebagai sub sistem dari keluarga tersebut akan lemah. Kesulitan utama bagi keluarga ter-PHK adalah kesulitan keuangan (finantial hardship). Hal ini
sejalan dengan pandangan Elder (1974) dan Moen (1980) yang dikutip Voydanoff (1984:62) yang mengemukakan kesulitan keluarga yang menganggur berikut: Finantial hardship frequently results from the unemployment of a family eaner. The extend of hardship has been defined in two ways: (1) an income level insufficient to meet family needs and (2) economic deprivation, i.e. the loss of at least 30 percent of the income earned before unemployment Maksudnya ia lah bahwa kesulitan keuangan karena menganggur dapat didefinisikan dalam dua hal ya itu (1) tingkat pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ke luarga dan (2) miskin secara ekonomi, contohnya hilangnya pa ling sedikit 30% pendapatan dibanding sebelum menganggur. Keluarga dengan isteri tidak bekerja, maka kesulitan keuangan berupa hilangnya 100% pengahsilan ke luarga. sedang untuk ke luarga dengan isteri yang tidak memiliki pekerjaan tetap namun memiliki pekerjaan sampuingan maka kesulitan keuangan keluarga berupa hilangnya 75% penghasilan ke luarga dan keluarga dengan isteri yang bekerja sebagai pekerja tetap kesulitan keuangan adalah berupa hilangnya kurang lebih 50% pengahsilan keluarga. Hasil pene litian di w ilayah Tangerang (Dwiyantari 2002: 98 - 108) menunjukkan bahwa ekonomi ke luarga merupakan masalah utama bagi keluarga ter-PHK. Kesungguhan kesulitan ekonomi tersebut tampak dari kenyataan bahwa setelah PHK, keluarga tidak mampu membayar cic ilan KPR BTN, juga terdapat keluarga yang tidak mampu membayar listrik dan air PAM. Selain itu keluarga-keluarga tersebut juga tidak memberi kesempatan anakanak usia sekolah untuk melanjutkan sekolahnya disebabkan tidak dimilikinya biaya untuk sekolah anak-anak. Demikian pula akhirnya akibat PHK tersebut berpengaruh negatip pada hubunganhubungan sosia l ke luarga dengan lingkungannya. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi dimana anggota keluarga yang ter-PHK tersebut mengisolasi diri di dalam rumah tinggalnya untuk beberapa waktu. Alasan mereka adalah merasa malu berhubungan dengan rekan-rekan tetangganya. Kondisi ini semakin lama membuat
INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005
25
Dwiyantari, Pemberdayaa n Keluarga Ter-PHK
interaksi diantara anggota ke luarga semakin tidak sulit karena situasi suntuk di dalam keluarga tersebut. Sela in itu, ke luarga ter-PHK semakin mengurangi kontak sosial yang biasa mereka lakukan me la lui sambungan te lepon, pertemuan-pertemuan keluarga seperti arisan dan acara lain. Ini berarti hubungan-hubungan sosial dikurangi. Dalam situasi semacam ini keluarga-keluarga ter-PHK tersebut memailiki sejumlah kekuatan. Kekuatan tersebut dapat dipandang sebagai sumber-sumber sistem keluarga untuk pemberdayaannya.
1. Sumber-sumber yang berasal dari keluarga sendiri a. Pengalaman bekerja suami pada ector formal b. Pengalaman bekerja isteri pada ector informal/k erja sambilan a. Kemampuan bekerja anak yang telah dewasa b. Relasi suami/isteri dengan teman-temannya di lingkungan kegiatan k eagamaan, daerah seasal dan kerabatnya 2. Sumber-sumber yang berada di lingkungan sek itar keluarga
PEMBERDAYAAN KELUARGA TER-PHK Sejalan dengan pandangan tersebut, maka pemberdayaan keluarga yang ter-PHK diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bersifat menyeluruh: 1. Meningkatkan kemampuan dan kekuatan keluarga ter-PHK dari potensi yang dimilikinya 2. Pembinaan kearah peningkat-an peran sosial dan ekonomi dari seluruh anggota keluarga 3. Meningkatkan peran keluarga dalam setiap kegiatan pembangunan diberbagai sektor 4. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan mengembangkan usaha ekonomi produktif 5. Memberikan kekuasaan atau wewenang dalam mengambil tindakan/keputusan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan dari keluarga ter-PHK . Adapun sumber-sumber tersebut ialah:
a. Pek erjaan di sek tor informal yang terdapat dilingkungan Rt atau RW-nya b. Pek erjaan di sek tor formal di lingkungannya seperti banyaknya perusahaan-perusahaan yang bertempat kedudukan dilingkungan setempat c. Program-program pelayanan pemerintah yang ada dilingkungan setempat antara lain: Progarm P2KP, Program JPS, Program Dana Sehat di Puskesmas setempat d. Program-program pelayanan dari lembaga sosial di lingkungan setempat seperti Lembaga Swdaya Masyarakat Sumber-sumber sistem tersebut yang oleh seorang Pekerja Sosial dapat dimobilisasi sehingga dapat memberdayakan keluarga terPHK. Dalam pemberdayaan tersebut seorang pekerja sosia l dapat me lakukan berbaga i peran secara profesional sebagi berikut:
Sumber -Sumber Pe mber dayaan Keluarga, Arah Pe mber dayaan dan Peran Pekerja Sosial No. 1.
26
Sumber -sumber system Sumber -sumber dari dalam keluarga a. Pengalaman ke rja suami disektor forma l
Arah pe mber dayaan
Peran yang dilakukan Pekerja Sosial
Pencarian lapangan kerja kerja baru dan Pengembangan usaha produktif sesuai pengalaman kerja
Penggerak Pe mberian informasi tentang lapangan kerja baru Pelatihan ketra mpilan Perantara Mengakses pada sumber sistem misalnya pada Program P2KP
INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005
Dwiyantari, Pemberdayaan Keluarga Ter-PHK
b.
Pengalaman ke rja isteri disektor informal
Pengembangan usaha produktif sesuai jenis usaha yang telah dilakukan
Penggerak: Membantu keluarga mengatasi apatisme Mendorong ibu-ibu megembangkan usaha sampingannya untuk menjadi pe kerjaan pokok Perantara: Menghubungkan ibu-ibu pada sumber-sumber sistem terutama p rogra m dana bergulir atau program P2KP di lingkungannya Mengorganisir ibu-ibu untuk pengembangan kelo mpok swadaya dan mengaksesnya pada lembaga pelayanan sosial di lingkungan setempat contoh: Yayasan Dian Mandiri di Tangerang yang bergerak untuk pengembangan keswadayaan masyarakat
2.
Sumber -sumber dari lingkungan sekitar keluarga a. Pekerjaan sektor informa l d i lingkungan RT atau RW setempat
Pengangggur mendapatkan pekerjaan baru dilingkungan
b.
Pekerjaan sektor forma l di lingkungan setempat
Ter-PHK dapat mengakses pada lapangan kerja ba ru dan Keluarga me mpe roleh suport dari perusahaanperusahaan di lingkungan setempat
c.
Teman-te ma di kegiatan keagamaan, teman sedaerah asal, teman partai polit ik dan sanak ke luarga
Ter-PHK me mpe roleh pekerjaan baru ba ik sektor formal atau informa l
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa dengan sumber-sumber keluarga yang dapat dikembangkan untuk pemberdayaan keluarga ter-PHK untuk upaya peningkatan kesejahteraan keluarga ter-PHK, Pekerja
Perantara Mendorong ter-PHK untuk akt if mencari informasi tentang pekerjaan-pekerjaan sektor informa l d i lingkungannya contoh: men jadi petugas keamanan di RW setempat Perantara: Mendorong ter-PHK bersa ma petugas Keluarahan setempat menghimpun informasi tentang lapangan kerja di sektor formal, ke mudian menyebarluaskan pada keluargakeluarga Berangkat dari konsep “tanggung jawab sosial perusahaan”, PS mendorong kegiatan pengorganisasian sumber-sumber dana dari perusahaan untuk mensuport biaya sekolah dari keluarga ter-PHK Beke rjasama dengan petugas kesehatan di lingkungan setempat menghubungkan keluarga pada progra m Dana Sehat di Puskesmas setempat
Penggerak: PS mendorong terciptanya komunikasi dan jaringan kerja d iantara ter-PHK dengan rekanrekannya sehingga setiap informasi baru tentang lapangan kerja dapat diakses.
Sosia l dapat melakukan terutama sebagai:
peran-peran
1. Perantara Sosial (Social Broker)
INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005
27
Dwiyantari, Pemberdayaa n Keluarga Ter-PHK
Bahwa di lingkungan setempat yaitu pada komunitas keluarahan terdapat berbagai program yang dapat diakses oleh setiap warga masyarakat khususnya oleh keluarga ter-PHK. Dalam hal ini Pekerja Sosial dapat menghubungkan keluargakeluarga ter-PHK pada sumber-sumber di lingkungan setempat yaitu pada Program Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Perkotaan (P2KP), Puskesmas dan Sumber la in seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di lingkungannya. Disamping itu juga sumber-sumber yang ada di kalurahan setempat seperti Program Dana Bergulir, Jaring Pengaman Sosial (JPS) Pekerja Sosia l bekerjasama dengan kelurahan setempat dapat berperan sebagai organizer untuk mengoganisasikan sumbersumber yang berasal dari perusahaanperusahaan setempat, ba ik berupa penggalangan dana maupun sumber daya manusia yang berupa tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dibidang pengelolalan usaha untuk dilibatkan bersamadari perusahaan-perusahaan setempat untuk terlibat dalam penanganan keluarga korban PHK. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perusahaan 2. Penggerak (Enabler) Peran ini lebih ditekankan pada upaya menguatkan ke luarga termasuk anggotaanggota yang memiliki kekuatan untuk memperoleh pekerjaan baru atau mengembangkan usaha-usaha sampingannya menjadi usaha pokok. Dengan pandangan mengubah usaha sampingan enjadi usaha pokok ke luarga diharapkan ke luarga semakin efisien dan efektif dalam mengelola usaha yang telah dimilikinya. Peran ini juga lebih diarahkan untuk menghilangkan sikapsikap apatisme keluarga sehingga ke luarga makin memiliki kepercayaan diri bahwa mereka bisa bangkit kemba li dari ke lemahan yang terjadi karena di- PHK.
KESIMPULAN Untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi keluarga ter-PHK pada dasarnya setiap keluarga ter-PHK di daerah perkotaan memiliki sumber-sumber sistem keluarga yang dapat diberdayakan dan dalam pemberdayaan ini seorang Pekerja Sosial dapat berperan di dalamnya. Sumber-sumber keluarga ter-PHK tersebut ia lah sumber yang terdapat di da lam sistem ke luarga itu sendiri antara lain penga lama kerja suami dan isteri dan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan keluarga antara lain pekerjaan formal maupun in forma l di lingkungan setempat, teman dalam kegiatan keagamaan, parti maupun teman sedaerah asal serta sanak keluarga. Untuk pemberdayaan keluarga ini, seorang Pekerja Sosia l dapat berperan terutama sebagai pengantara sosial dan sebagai penggerak. Dengan dukungan Pekerja Sosial tersebut diharapkan keluarga ter-PHK mampu memperoleh penguatan diri untuk bangkit ekonomi SARAN Pada dasarnya keluarga ter-PHK di perkotaan memiliki berbagai macam sumber. Untuk itu, kepada Pekerja Sosial diasarankan agar secara cermat menggali secara mendalam potensi-potensi keluarga baik da lam maupun lingkungannya., kemudian berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait di lingkungan setempat melaksanakan upaya pemberdayaan keluarga ter-PHK. Demikian pula bagi keluarga ter-PHK disarankan untuk secara proaktif mampu memanfaatkan sumbersumber atau kekuatan-keuatannya sehingga diperoleh ja lan bagi keluarga untuk meningkatkan kondisi ekonominya yang melemah karena ter-PHK.
DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto.2001. Pemberda-yaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI
28
INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005
Dwiyantari, Pemberdayaan Keluarga Ter-PHK
Asri, Marwan dan Awig Dwi Sulistyo. 1996 Pengelolaan Karyawan. Yogya-karta: BPFE-UGM Enny Supit. 1994. Proses Pekerjaan Sosial (Social Work Processes). Jakarta: STISIP Widuri Dwiyantari, Sri. 2002 Strategi Adaptasi Keluarga Buruh Ter-Putus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK) Dalam Rangka Mempertahankan Hidup Keluarga. Tesis. S-2 Universitas Indonesia Hikmat, Harry. 2001 Strategi Pember-dayaan Masyarakat. Bandung: HUP Sanim, Bunasor. 1997 Pemberdayaan Aparatur, Makalah dalam Seminar Pemberdayaan Masyarakat Jawa Barat Voydanoff, Patricia (Ed). 1984 Work & Family. California: Mayfield Publishing Company
INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005
29