GEMA REDAKSI
Mempersiapkan Roadmap Pemberdayaan Keluarga Para pembaca yang budiman,
S
ELAMA satu bulan penuh, para tutor, ahli pendamping kuliah kerja nyata, utusan dari 300 LPM/LPPM Perguruan tinggi dari seluruh Indonesia, mendapat pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga dari Yayasan Damandiri. Tenaga pelatihnya adalah para senior dengan pengalaman selama sepuluh tahun melakukan pendataan dan pembuatan peta keluarga untuk pemberdayaan keluarga di Indonesia. Mereka juga berpengalaman menjadi konsultan di berbagai negara sahabat. Mereka pernah menjadi aktor yang berhasil dalam upaya pengentasan keluarga prasejahtera dari lembah kemiskinan. Bahkan untuk itu Presiden RI mengantongi penghargaan khusus dari PBB. Dengan semangat yang tinggi, tenaga ahli yang dikirim untuk menjadi tutor telah belajar falsafah, teori dan praktek pendataan langsung ke Posdaya di berbagai Desa di Jakarta, Yogyakarta, Bogor, Bandung dan Malang. Mereka menemukan suatu hikmah yang luar biasa bahwa pendataan itu tidak saja berguna, tetapi juga disambut hangat oleh banyak keluarga yang dijadikan contoh sebagai sasaran pendataan. Keluarga yang didata, dijadikan contoh dalam proses pendataan, tidak ada satupun yang bersifat sinis, menolak atau menunjukkan keengganan. Mereka sudah kenal dengan gerakan KKN Tematik Posdaya yang ternyata memberi tuntunan dan manfaat yang besar pada Posdaya dan usahanya bagi keluarga binaannya. Selama pelatihan terlihat banyak keluarga prasejahtera dan sejahtera I dari pedesaan yang telah menjadi anggota atau Pengurus Posdaya berani tampil percaya diri menjawab berbagai pertanyaan para utusan LPM/LPPM. Keluarga-keluarga itu, dengan sikap yang mengharukan berharap bahwa pendataan dan penempatan dirinya dalam peta, akan mempermudah pengurus dan anggota Posdaya menempatkan keluarga prasejahtera sebagai fokus perhatian. Mereka berharap bahwa dengan ditempatkannya keluarga prasejahtera dalam peta, pemerintah dan siapa saja yang peduli, dengan mudah mengulurkan tangannya untuk membantu dengan baik dan tepat sasaran. Peta keluarga itu bisa juga dijadikan bahan untuk lelang kepedulian tanpa menyebut siapa yang ada dalam peta, tetapi warna yang menyolok bagi keluarga prasejahtera bisa mengantar perhatian yang tinggi untuk ditolong, didampingi dan yang lebih penting dari itu, bisa menggugah keluarga mampu untuk peduli kepada sesama keluarga lainnya. Peta itu bisa dibawa ke Masjid,
ke tempat pertemuan resmi pemerintah, sebagai bahan untuk meminta perhatian semua SKPD agar peduli terhadap wilayah Posdaya yang ternyata banyak mempunyai anggota keluarga masih dalam status prasejahtera. Peta Keluarga dari 45.000 Posdaya dari seluruh Indonesia bisa diusahakan menjadi bahan bahasan di pertemuan apa saja yang anggotanya diundang untuk peduli kepada upaya pemberdayaan keluarga. Instansi Pemerintah, Lembaga, Organisasi masyarakat, forum arisan, Masjid, dan apa saja bisa mempergunakan peta itu guna keperluan menyalurkan kecintaan anggotanya kepada upaya pengentasan kemiskinan atau pemberdayaan keluarga di seluruh tanah air. Sejarah pemberdayaan keluarga yang berhasil di tahun 1990-an bisa terulang kembali, dan Indonesia sekali lagi akan berisi keluarga yang peduli kepada sesamanya dan keluarga prasejahtera yang secara sistematis berubah maju. Melalui penggunaan peta yang diperbaharui setiap pertemuan bulanan, proses pemberdayaan keluarga di suatu Posdaya bisa menjadi kegiatan yang sangat menarik, dimana semua sasaran yang diberdayakan ikut berpartisipasi secara aktif, menjadi pejuang andalan untuk keluarganya. Calon pahlawan itu tidak boleh digantikan oleh pendamping atau pengantarnya. Keluarga atau relawan pendamping dan pengisi pemberdayaan akan merasa puas dan bisa melihat perkembangan upaya yang dilakukannya secara kasat mata. Proses dan tahapan pemberdayaan kelihatan nyata dan bisa menjadi sejarah yang menarik bagi suatu Posdaya dan keluarga anggotanya. Tuhan Yang Maha Kuasa pasti mencatat kegairahan usaha yang disertai doa, permohonan petunjuk, dukungan dan rasa syukur atas ridhoNya.
Pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga Indonesia di Bogor, Jabar, beberapa waktu lalu diiukuti 26 perguruan tinggi dari berbagai daerah di tanah air. [FOTO: RAHMA]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pem impin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Bulan Pemberdayaan Berdayakan Desa Pendataan dan Pemetaan Keluarga Menuju Posdaya Sejahtera Dalam partisipasinya ikut mengentaskan keluarga prasejahtera menjadi keluarga yang lebih sejahtera, ribuan mahasiswa dari 286 perguruan tinggi di Indonesia akan terjun ke desa-desa mengadakan kegiatan KKN Tematik Posdaya. Mereka akan membuat peta keluarga Indonesia dan mendampingi pengurus Posdaya mengembangkan roadmap berisi rancangan kegiatan dan usaha mengentaskan keluarga prasejahtera menjadi keluarga yang lebih sejahtera di setiap Posdaya pilihannya.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
44
CERITA SAMPUL
47
Ir Paul Victor Roland Mella, MSi Posdaya Prospek yang Bagus Berdayakan Masyarakat Meski berada jauh dari Pulau Jawa, Bupati Timor Tengah Selatan Paul VR Mella berupaya datang ke Jakarta, hanya untuk belajar Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Melalui pertemuan beberapa kali dengan penggagas Posdaya, Prof Dr Haryono Suyono di Jakarta, Paul meyakini Posdaya memiliki prospek bagus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Posdaya memang bukan barang mewah dan tidak bisa dikaitkan dengan program yang dalam seketika bisa menghasilkan uang. Tetapi, Posdaya memiliki kekuatan untuk menyatukan lingkaran-lingkaran kecil yang ada di tubuh masyarakat. Hal inilah yang dianggap Bupati Timor Tengah Selatan Ir Paul Victor Roland Mella, MSi sebagai prospek bagus menghidupkan kembali kelompokkelompok kegiatan yang cerai-berai di masyarakat, ke dalam satu wadah bernama Posdaya.
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
LAPORAN DAERAH
60
PWRI Suguhkan Tontonan Sarat Tatanan dan Tuntunan
PENDIDIKAN
52
Universitas Trilogi Jadi Pusat Kursus K3 Tak beda dengan tempat lain, kegiatan Senam Keluarga Indonesia yang dilakukan dalam rangka Dies Natalies 2015 Universitas Trilogi beberapa waktu lalu diminati banyak warga sekitar. Meski pada hari itu dilaksanakan setelah hujan reda, tak mematahkan semangat peserta untuk mengikuti senam sederhana ini.
POSDAYA MASYARAKAT
7
Produk Posdaya Mekarsari Bogor Tembus Pasar Carefour Bandung dan Jabotabek Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang memiliki produk unik memang cukup banyak. Namun mungkin baru Posdaya Mekarsari Desa Cihideung Udik, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor yang produknya bisa menembus pasar swalayan modern di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Semua itu karena pola kepemimpinan Posdayanya yang fokus dan terarah, dari awal mula berdiri hingga sekarang.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Kiprah PWRI memang penuh inovasi. Dalam upayanya membantu pemerintah dalam pembangunan bangsa diwujudkannya melalui aneka terobosan. Misi PWRI Peduli kepada Tiga Generasi yaitu peduli generasi anak-anak, keluarga muda dan sesama lansia pun diwujudkan dalam berbagai bidang, baik, ekonomi, sosial, seni budaya dan bidang lainya. Buktinya, pada Minggu sore 15 Februari 2015 lalu PB PWRI menggelar pertunjukan wayang orang dengan lakon “Gatut Kaca Rebut Kikis”. Sebuah lakon sekaligus tontonan yang sarat akan tatanan dan tuntunan.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Stop Press
9
Posdaya Perguruan Tinggi
12
Posdaya Pemerintah
30
Posdaya Lembaga Keuangan
38
Posdaya Organisasi Sosial
40
Konvensi Posdaya
42
Kolom Khusus
50
Forum Kita
56
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Imaji Indonesia
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
DI MAKAM GIRI BANGUN
S
UNGGUH saya ikut terharu saat mengikuti Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono ke makam almarhum Jenderal Besar Purnawirawan TNI Haji Muhammad Soeharto dan Ibu Almarhumah Hajjah Fatimah Siti Hartinah Soeharto, mantan Presiden RI yang juga pendiri Yayasan Damandiri di Astana Giri Solo Jawa Tengah. Ini dalam rangkaian kegiatan HUT Damandiri yang ke-19. Makam yang besar, indah dan rapi, juga sejuk tetapi membuat sedih sebab almarhum yang juga Bapak Pembangunan itu telah tiada. Setelah memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, pada 15 Januari 2015 itu, tepat pada Hari Ulang Tahun Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono mengucapkan syukur Alhamdulillah. Dengan rasa sangat terharu mengajak para Bapak Ibu sekalian untuk berziarah ke makam almarhum Bapak HM Soeharto dan Ibu Tien Soeharto, para sesepuh dan para kerabat yang ada di Giri Bangun. Sekitar 22-23 tahun yang lalu, kata Bapak Prof Haryono, Bapak Soeharto yang masih sangat gagah telah mencoba mengembangkan program yang langsung ditujukan keluarga miskin dengan program
IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan ternyata menurut laporan, keluarga miskin di IDT itu lebih sedikit dibandingkan di 45 ribu desa lainnya. Yang tidak termasuk IDT ternyata jauh lebih banyak keluarga miskinnya, sehingga Pak Harto memerintahkan untuk menangani keluarga miskin di daerah non IDT. “Kira-kira 20 tahun yang lalu Pak Harto menugaskan saya dan kawankawan termasuk Pak Subiakto yang waktu itu Menteri Koperasi, dan sedikit yang sekarang masih ada, terutama Pak Fuad Bawasir yang waktu itu Dirjen Pajak Republik Indonesia yang cukup galak, untuk mengumpulkan para konglomerat di Jakarta. Dan Pak Harto dengan spontan memerintahkan kepada konglomerat untuk menyumbang bagi keluarga miskin,” ungkap Prof Haryono seperti ditulis juga di Majalah Gemari edisi 169 yang terbit pada Januari 2015 lalu. “Alhamdulillah pada hari ini Pak Harto yang kami cintai, kami membawa teman-teman dari seluruh Indonesia untuk mendoakan agar Bapak dan Ibu almarhumah Ibu Tien Soeharto diterima disisiNya sesuai amal sesuai dengan segala jasa Bapak yang telah Bapak kerjakan selama menjadi Presiden
Republik Indonesia,” ucap Ketua Yayasan Damandiri ini. Bahkan Yayasan Damandiri dipimpin beliau (Pak Harto) sampai akhir hayat beliau pada tahun 2008, dua minggu setelah ulang tahun Yayasan Damandiri. “Pak Harto mudah-mudahan dimuliakan oleh Allah SWT, mudah-mudahan Pak Harto dari jarak yang saya tidak tahu masih melihat bahwa Pak Harto tetap...,” dengan suara terbata-bata dan menangis Prof Haryono berucap, “ Pak Harto tetap dicintai…oleh rakyat Indonesia. Amiin.” Saat itu, kesedihan pun mengharu biru pada semua yang hadir. “Pak Harto, kami mendoakan agar Bapak dan Ibu tetap berada disisi-Nya dan menikmati Alam surga yang mudahmudahan dengan doa kita semua tetap mendapatkan kebahagiaan…yang abadi…,” dengan suara tangis Prof Haryono lalu menyudahi sambutannya. “Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.” Saya haturkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Haryono Suyono yang telah mengajak saya dan para pengurus Posdaya lainnya ke Makam Giri Bangun melihat langsung makam Pak Harto dan Ibu Tien beserta keluarga besarnya. Nani Yuningsih Ketua Posdaya Plamboyan Bandung, Jabar.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
POSDAYA MASYARAKAT
Produk Posdaya Mekarsari Bogor
Tembus Pasar Carefour Bandung dan Jabotabek Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang memiliki produk unik memang cukup banyak. Namun mungkin baru Posdaya Mekarsari Desa Cihideung Udik, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor yang produknya bisa menembus pasar swalayan modern di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Semua itu karena pola kepemimpinan Posdayanya yang fokus dan terarah, dari awal mula berdiri hingga sekarang.
Bandrek jahe merah salah satu produk unggulan Posdaya Mekarsari yang sudah menembus Carefour. [FOTO-FOTO: RAHMA]
S
AMA seperti Posdaya-Posdaya lainnya di Kota Bogor yang dibina Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) – LPPM IPB Bogor, Posdaya Mekarsari memulai produk unggulannya berupa budidaya ikan. Pengembangan usaha ini juga diperoleh melalui bantuan Pemda Bogor sebesar Rp 50 juta untuk 13 Posdaya binaan P2SDM IPB. “Ketika kita fokus, punya itikad kuat untuk membentuk ekonomi di tingkat Rt saja sudah bisa digali,” ungkap Ketua Posdaya Mekarsari Yudi Herniawan yang ditemui Rahmawati dari Majalah Gemari usai acara launching Senkudaya di Bogor beberapa waktu lalu. Untuk mengetahui potensi masyarakat juga tidak mudah. Oleh karena itu sebelum memanfaatkan pinjaman usaha mikro tersebut, Yudi bersama anggota Posdaya lainnya sudah terlebih dahulu melakukan pemetaan, apa saja yang akan dilakukan, ada apa di dalamnya, bagaimana ketersediaan sumberdaya manusianya dan sumberdaya alam apa saja yang bisa digali.
“Dari hasil pemetaan ini kita tahu, kita punya situ yang belum dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Pinjaman mikro dari pemda kita alihkan ke situ, untuk ditanami ikan. Kemudian panen, alhamdulilah setiap RW kebagian punya kas. Ketika ada sarana RW yang rusak bisa diambil dari kas Posdaya. Begitu juga dengan orang yang mengelola ikan. Sehingga tidak percuma menggeluti Posdaya, ada hasil yang mereka harapkan, “ jelasnya. Dari hasil pengolahan budidaya ikan ini pula berkembang usaha-usaha di masyarakat kecil, mulai dari emping ubi jalar, emping jahe, bandrek jahe merah sampai kerajinan tas dari daur ulang sampah. “Selang beberapa lama kita pasarkan produk kita di wilayah intern IPB hingga akhirnya kita bentuk kelompok usaha bersama di lingkar kampus IPB waktu itu,” jelasnya. Kelompok usaha bersama ini, lanjut Yudi, mendapat bimbingan selanjutnya dari inkubator bisnis IPB yang menerima dan menyeleksi UKM-UKM yang siap diinkubasi. Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
7
olahan tradisional, jadi mereka minta kita untuk mengisi. Alhamdulilah, sampai sekarang,” cetusnya.
Ketua Posdaya Mekarsari Yudi Herniawan Bersama Warcito, SP MM dari P2SDM LPPM IPB (tengah) dan Ketua Posdaya Mandiri Terpadu Bogor Nur Ali.
“Pada saat itu kita memang belum siap real di lapangan karena memang perlu ada pembenahan, mulai dari produk di kemasannya,” ungkap Yudi. Selain mendapat bimbingan dari inkubator bisnis IPB, Posdaya Mekarsari juga memiliki link jaringan dengan teman-teman yang ada di inkubator bisnis IPB. Salah satunya dengan PT Tria Sejahtera Sukses, hingga akhirnya mendapat fasilitas dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. “Dengan dipertemukan oleh kementerian, UKM-UKM yang ada saat itu difasilitasi untuk masuk pasar-pasar swalayan modern. Kebetulan, di cerefour punya outlet khusus
Senkudaya Kota Bogor Siap Bentuk Agen Baru
H
INGGA saat ini sudah ada tujuh sentra kulakan Posdaya (Senkudaya). Satu Senkudaya akan menangani 100 warungwarung kecil. Dengan adanya tabungan dan pinjaman Pundi Sejahtera (Tabur Puja) juga akan semakin menguatkan para pedagang kecil. Mereka akan mendapat pinjaman modal hingga Rp 2 juta tanpa jaminan. Dengan sistem tanggung renteng, program ini akan dimotori oleh Bank Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sambutan tersebut disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat melaunching Senkudaya di Kota Bogor pada 17 Pebruari 2014 lalu di pelataran Hotel Pajajaran Suite Bogor, disaksikan sejumlah pengurus Posdaya dan Koperasi Posdaya Indonesia. “Intinya, Senkudaya ini menolong yang tidak punya pekerjaan menjadi agen-agen baru,” cetus Prof Haryono Suyono. Usai melaunching Senkudaya, di lokasi tersebut juga sedang berlangsung Training of Trainer (ToT) pendataan dan pemetaan keluarga Indonesia yang diikuti Korwil I dan Korwil II Jawa Barat, yaitu 26 perwakilan perguruan tinggi selama dua hari (16-18 Pebruari 2015). Juga diikuti 8 pemerintah daerah dan satu Kementerian Kelautan dan Perikanan. RW
8
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Mulai dari 8 outlet Sejak bisa memasuki area pasar swalayan modern, Posdaya Mekarsari mulai mengambil terobosan-terobosan menarik dengan merangkul produk-produk usaha mikro yang berkembang di Kota Bogor. Seperti kue lapis Bogor yang setiap bulannya bisa mengorder 1000 pcs ke Posdaya Mekarsari. “Awalnya kita coba delapan outlet di wilayah Jakarta, seperti di MT Haryono sampai Cipinang. Untuk sekarang ditambah lagi di dua areal Bandung, Karawang, BSD dan Cibinong. Semua kita lakukan bertahap karena harus dilihat daya jual produknya terlebih dahulu. alhamdulillah kita punya daya jual walau kita berasal dari Posdaya. Pokoknya bismillah saja,” tandas Yudi yang selalu berkeinginan agar Posdayanya kuat secara ekonomi. Diakuinya, produk khas daerah usaha mikro seringkali tidak bisa menembus pasar modern karena tidak adanya fasilitas kementerian. “Posdaya memang harus dibenahi, terutama produknya. Ketentuannya ada tiga, yaitu kualitas produk, kemasan yang menarik dan legalitas yang kuat. Sehingga kalau kita punya keripik seperti keripik sanjay sudah bisa masuk ke beberapa swalayan, kenapa keripik bogor tidak bisa masuk?” ungkapnya. Booming Sentra Perkulakan Posdaya (Senkudaya) di Kota Bogor yang diresmikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono beberapa waktu juga menambah rasa optimis Yudi untuk mulai membantu masyarakat memasarkan produknya hingga tingkat lebih luas. “Senkudaya itu ke arah masyarakat biasa. Tapi kenapa tidak, produkproduk yang memang bersifat mikro itu bisa dijual. Misal keripik posdaya bisa dipasarkan lewat senkudaya karena basisnya sama yaitu konsumen juga.” Yudi juga berharap jangan sampai produk yang nilai jualnya tinggi tapi hanya bisa dijual di Posdaya saja. “Ini menjadi tidak menarik, karena daya beli mereka rendah. Tapi kalau kemasan sudah bagus, produknya bagus, mari kita bermain di pasar yang lebih luas lagi,” ajaknya. RW
STOP PRESS
Pandu Bangsaku di Radio DFM 103,4 Jakarta
Pramuka Pelopor Peduli Lingkungan Pandu Bangsaku kembali hadir menyemarakkan ruang dengar anda. Kita semua punya peduli, karena kita menggenggam erat Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka. Peduli pada lingkungan? inilah topik yang diangkat acara Pandu Bangsaku di Radio DFM 103,4 Jakarta pada bulan Februari 2015 lalu.
P
RAMUKA cinta alam adalah sebuah keniscayaan, karena bila kita mencintai alam, maka alam akan mencintai kita. Salah satu ajaran dari Baden Powel adalah semangat mengembalikan anak muda pada lingkungan. Saat masyarakat sibuk dengan industri, ayah bunda sibuk dengan pekerjaan, nah mengalihkan kegiatan remaja agar tidak melakukan hal negatif, maka diajaklah dan ditawarkanlah untuk berkegiatan yang merupakan pembentukan karakter melalui alam terbuka. Peduli terhadap diri sendiri, peduli pada sesama, peduli pada alam dan seluruh isinya adalah merupakan pengamalan Dasa Darma Pramuka, itu sebabnya banyak kegiatan di alam terbuka menjadi aktifitas pramuka. Tujuan Pramuka adalah membentuk tunas bangsa peduli pada lingkungan. Sebagaimana Anggaran dasar Pramuka yang memiliki prinsip dasar kepramukaan. Menjaga lingkungan adalah hal utama yang harus dikenali pramuka. Bentuk cinta pramuka pada alam dapat kita temukan pada hal-hal sederhana, seperti pelatihan yang dilakukan Gugus Depan SoehartoTien Soeharto dengan memberikan pengetahuan tentang Bank Sampah, atau juga dalam skala besar dalam penghijauan, yaitu program One Scout One Tree. Gugus Depan Jakarta Selatan 05-205 Soeharto dan Tien Soeharto 05-206 yang berpangkalan di Griya Gemari memberikan pelatihan mengenai pemanfaatan kemasan plastik dan Bank Sampah yang disampaikan oleh Ibu Yani dan Ibu Ekawati, pengurus Bank Sampah RW 05 Jati Padang sehingga tak menjadi limbah yang tak dapat diurai, melainkan menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan ini diikuti Pramuka Penggalang dan Pramuka Penegak dari gugus depan yang ada di wilayah Kwartir Ranting Pasar Minggu.
Sementara itu Andalan Nasional Bidang Lingkungan Hidup Kak Nurdin Hasan menyampaikan rencana strategis Kwarnas terkait dengan lingkungan hidup adalah dibentuknya Waka Kwarnas untuk bidang Lingkungan Hidup. “Bumi kita yang hanya satu dihuni semakin banyak manusia, dapat lebih terpelihara dan terjaga. Program yang dibuat terkait Sosialisasi Juknis Pramuka Lingkungan Hidup. Membentuk Pramuka Patriot Lingkungan,” ujarnya. Di tahun 2015, Kak Nurdin Hasan berharap adanya rekomendasi yang membuat standar kegiatan berwawasan lingkungan. Kemudian dalam kegiatan orang dewasanya berupa pendidikan lingkungan. Demikian pula dengan perkemahan. Perkemahan diharapkan memiliki Arboretum, semacam laboratorium untuk kehutanan. Menurutnya, penanaman pohon merupakan cikal bakalnya. Dan semua ini semakin membanggakan dengan adanya Saka Kalpataru yang memiliki 3 Krida 3 yaitu, Krida 3R (Reuse, Reduce, Recycle), Krida Perubahan Iklim dan Krida Konservasi Keanekaragaman Hayati. Kwarda se Indonesia pun akan membuat Portal khusus bidang lingkungan hidup, yang akan membuat kepedulian pada lingkungan memiliki gaung yang lebih kuat. SUL
Setiap anggota Pramuka siap menjadi pelopor peduli lingkungan. [FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
9
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Benteng Jembatan Hati Limau Manis Selatan Kota Padang
Siap Sambut Tamu Rakernas DNIKS dan KNKS Posdaya Jembatan Hati, di RW 06 Nagari Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat diminta menyiapkan diri menjadi salah satu tempat kunjungan tamutamu peserta Rakernas DNIKS dan KNKS yang akan berlangsung tanggal 18 April 2015 mendatang. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama keluarga-keluarga miskin Indonesia, termasuk di Kota Padang, Sumatera Barat, secara simbolis Ketua Yayasan Damandiri meresmikan Posdaya Benteng Jembatan Hati, bertempat di Masjid Nurul Islam, RW 06 Nagari Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan.
Prof Dr Haryono Suyono memberikan sambutan sekaligus motivasi pada jajaran Unand Padang, kader Posdaya Limau Manis Selatan serta tokoh masyarakat dan mahasiswa Unand. [FOTO-FOTO: HARI]
10
Dengan sendirinya ini akan memberi kesempatan pada para tamu peserta Munas Kesejahteraan Sosial dari seluruh Indonesia yang jumlahnya biasanya antara 500 sampai 600 orang,” tutur Prof Haryono yang juga Ketua Umum DNIKS. Prof Haryono selain meminta pada Rektor Unand Padang juga pada Rektor dan Ketua LP3M Unitas Padang untuk melakukan hal yang sama. Sehingga kunjungan para tamu peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dewan NasioADA kesempatan itu, Prof Dr Haryono nal Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial Suyono dalam sambutannya menyam- (DNIKS) dan Konferensi Nasional Kesejahtepaikan bahwa Posdaya merupakan raan Sosial (KNKS) bisa melihat yang ada di pusat pembinaan masyarakat agar sekitar Kota Padang, dan tidak perlu pergi menjadi lebih berdaya dan wadah untuk pem- peninjauan ke Padang Pariaman atau Solok dan berdayaan keluarga yang dapat membangun sebagainya. Cukup di sekitar Kota Padang saja. “Jadi ini satu kesempatan untuk ikut memjiwa gotong royong, peduli dan kerja keras. Direncanakan pada April 2015 Kota berikan kontribusi tidak saja untuk Provinsi Padang, Sumatera Barat akan dijadikan daerah Sumatera Barat tetapi menyebar di daerahtujuan studi banding Posdaya se Indonesia daerah provinsi lainnya,” imbuhnya. Dalam kunjungan ke Sumatera Barat selain yang akan diikuti sekitar 600 peserta dan diharapkan Posdaya di nagari ini bisa menjadi menandatangani MoU dengan ISI (Institut Seni Indonesia) Padang Pajang serta pembebagian dari studi banding tersebut. “Saya juga akan anjurkan Pak Rektor kalan bagi dosen pendamping lapangan ISI Unand Padang agar supaya di tempat-tempat Padang Panjang, Ketua Yayasan Damandiri dekat asrama mahasiswa itu kampungnya di- Prof Dr Haryono Suyono juga meresmikan buat Posdaya. Sehingga mahasiswa bisa lang- sekaligus meninjau Posdaya Benteng Jembatan sung praktek di Posdayanya. Dengan demi- Hati sebagai buah karya mahasiswa KKN kian harapan saya, Pak Rektor bisa melapor Tematik Posdaya Unand. Disaksikan oleh Rektor Universitas Andalas, pada Ibu Gubernur Hj Nevi Irwan Prayitno bahwa Posdaya binaan Unand Padang pada Prof Dr Werry Darta Taifur, SE, MA, Wakil April 2015 mendatang siap untuk ditinjau. Rektor IV Prof Dr Helmi, MSc dan Ketua LPPM
P
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Andalas Prof Dr Herwandi MHum meresmikan secara simbolis Posdaya rintisan mahasiswa KKN Tematik Temporal Universitas Andalas di Nagari Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh pada hari Selasa 10 Februari 2015 lalu. Selama melakukan KKN tematik di kelurahan ini, telah dibentuk 4 Posdaya, yaitu Posdaya Kuntum Lestari, Posdaya Jembatan Hati, Posdaya Dema Nuansa Indah, dan Posdaya Mekar Saiyo Sakato. Semua Posdaya binaan Unand ini bergerak di bidang kesehatan masyarakat, seperti Posyandu dan Program Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat (PAM Simas), lingkungan hidup seperti pemanfaatan pekarangan untuk tanaman sayuran dan pupuk kompos, pendidikan (PAUD), dan UMKM seperti penggunaan kompor ramah lingkungan. Sebelum peresmian, terlebih dulu dilakukan ekspos seputar KKN tematik temporal dan kegiatan penelitian dan pengabdian yang telah dilakukan LPPM Unand di daerah ini, ekspos potensi nagari oleh Ketua Posdaya Kelurahan Limau Manis Buya Zainul Arifin. Rektor Unand Prof Dr Werry Darta Taifur, SE, MA dalam sambutannya menyampaikan bahwa Nagari Koto Baru terletak di antara dua institusi besar yaitu PT Semen Padang dan Universitas Andalas sehingga apabila dilakukan sinergisitas akan membuat nagari ini menjadi lebih maju dan sejahtera. Turut hadir dalam kegiatan ini Kepala BKKBN Provinsi Sumbar H Nofrijal, MA, Walikota Padang diwakili Kepala BPMKB Kota Padang Muji Susilawati, Camat Pauh Drs Wardas Tanjung, Lurah se Kec Pauh, Kepala Biro di lingkungan Unand, T im BP KKN, staf LPPM, DPL (dosen pendamping lapangan) KKN Tematik serta masyarakat di RW 06 Nagari Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan. Nampak pula Rektor Unitas Prof Dr M Zulman Harja Utama, Ketua Pengawas Koperasi Unitas yang juga Ketua LP3M Ir Zasmeli Suhaemi, MP. Serta Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Drs H Noprijal, MA. Dengan adanya Posdaya, Prof Haryono berharap warga Nagari
Rektor Unand Prof Dr Werry Darta Taifur, SE, MA memberikan sambutanya.
Koto Baru maupun di Kelurahan Limau Manis Selatan lainnya bisa meningkatkan kesejahteraannya yang meliputi kualitas kesehatan, pendidikan, kewirausahaan dan kebun bergizinya. Dalam kegiatan KKN di Kelurahan Limau Manis Selatan diikuti pula mahasiswa kedokteran dari Malaysia yang tengah belajar di Unand Padang. Secara aktif ketujuh mahasiswa kedokteran asal negeri jiran tersebut dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan masyarakat. Mahasiswa Ketua KKN Tematik Posdaya Unand di Limau Manis Selatan, Mining Perdana merasa tersanjung karena Posdaya yang karyanya bersama masyarakat mendapat apresiasi bahkan diminta menyiapkan diri untuk menjadi salah satu tempat kunjungan studi banding kegiatan pemberdayaan keluarga dari seluruh daerah di Indonesia, khususnya pada Rakernas DNIKS dan KNKS. HARI
Prof Dr Haryono Suyono didampingi Rektor Unand Prof Dr Werry Darta Taifur, SE, MA dan Kepala BKKBN Provinsi Sumbar H Nofrijal, MA secara simbolis meresmikan Posdaya Jembatan Hati.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
11
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Dari KKN Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan
5 Pesan Prof Haryono pada Mahasiswa KKN Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan, awal Februari 2015 lalu begitu semarak. Acara pembekalan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Reguler Berbasis ABCD Angkatan 50 ini, dihadiri ribuan mahasiswa. Tampak penggagas Posdaya yang juga Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono hadir dalam acara itu didampingi Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Ahmad Thib Raya, MA.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberi pembekalan kepada peserta KKN Tematik Posdaya di Auditorium UIN Alauddin Makassar, Sulsel. [FOTO-FOTO: DEDE H]
S
AAT tampil di podium, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan ucapan ucapan selamat kepada para mahasiswa smester tujuh yang akan mengikuti KKN. “Kalau pak rektor tadi memberi pedoman ber-KKN tiga pokok, saya akan menambah lima pokok pedomannya,” pesan Menko Kesra dan Taskin di era Presiden BJ Habibie ini yang dihadiri Wagub Sulawesi Selatan Ir H Agus Arifin Nu’mang, MS. Sebelumnya, Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Dr Ahmad Thib Raya, MA mengatakan, keberhasilan KKN adalah peserta KKN harus menunjukkan akhlak yang baik. “Tiga kunci yang utama untuk keberhasilan itu adalah, pertama hargailah semua yang ada di lngkungan anda. Pastilah anda juga akan dihargai. Kedua, tidak boleh ada sakwasangka buruk. Ketiga, menumbuhkan sikap kasih sayang dalam diri dengan cara memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan,” harap Prof Dr Ahmad Thib Raya, MA. 12
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Tentang tambahan lima pokok pedoman ber-KKN, Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, yang pertama, syarat untuk memenuhi tiga petunjuk rektor tadi saudara-saudara harus percaya diri. “Saudara harus membuka semua bahan kuliah selama tujuh smester. Karena apa? Karena tujuan bertemu dengan rakyat di desa itu lain bertemu dengan dosen. Apalagi dengan dosen pembimbing,” katanya. Menurutnya, ujian di bangku kuliah adalah dari materi yang diberikan para dosen. Ujian yang diberikan dari rakyat, tidak ada kurikulumnya. “Pengujinya bukan dosen, pengujinya bukan doktor, pengujinya bukan guru besar, tetapi mereka orang biasa S7,” ujar Prof Haryono yang disambut tepuk tangan meriah. “Karena S7 persoalan yang dihadapi saudara tidak mengikuti garis kurikulum. Saudara akan ditanya tentang jurusan lain. Jurusan lain juga ditanya jurusan lain. Kalau saudara tidak bertanya sendiri saudara akan tergagap-gagap, maka hilanglah titel saudara
sebagai mahasiswa smester 7 UIN Alauddin Makassar,” tambahnya. “Jika saudara salah, mereka akan berkata kepada saudara, ‘kok mahasiswa smester 7 begitu? Tapi kalau saudara bertanya sendiri dengan senyum yang cerah, menjawab pertanyaan mereka dengan baik, mereka akan berkata, ‘saya bangga melihat mahasiswa UIN Alauddin Makassar’,” kata Prof Haryono yang kembali mendapat tepukan tangan meriah para mahasiswa UIN Alauddin Makassar. “Apalagi kalau saudara mahasiswa yang ganteng, dan orang di desa itu punya anak yang gadis maka jangan kaget kalau saudara akan ditahan dengan segala cara. Sebab, saudara akan dijadikan menantu mereka,” ungkap Prof Haryono, tak pelak suara tawa pun menggelegar dari para mahasiswa seraya bertepuk tangan meriah. Ini yang pertama, kata Prof Haryono yang kunjungannya kali ini didampingi Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin dan Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro. “Yang kedua, saudara harus percaya terhadap teman. Saudara seperti dikatakan pak Rektor jangan berburuk sangka dengan sesama teman. Saudara harus akrab dengan teman-teman, sehingga mahasiswa yang datang ke desa akan disambut masyarakat desa dengan senang,” harap mantan Menteri Kependudukan dan Kepala BKKBN ini. “Jadi, satu percaya pada diri sendiri untuk meningkatkan kredibilitas, dan kedua percaya pada teman, sebab teman adalah saudara terdekat pada saat Kuliah Kerja Nyata. Betul?” tanya Prof Haryono yang langsung dijawab para mahasiswa secara serempak, “Betul.” Yang ketiga, Prof Haryono pembimbingnya. Karena Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar tidak ikhlas bila saudara terjerumus salah di desa. Usahakan masyarakat desa menyukai almamater, bahkan mereka kalau bisa ingin anakanaknya melanjutkan pendidikan di Universitas Islam
Negeri Aalauddin Makassar. Setuju?” tanya Prof Haryono. “Setuju…,” jawab para mahasiswa UIN Alauddin Makassar secara bersamaan. Jadi, kata Prof Haryono, satu percaya pada diri sendiri, kedua percaya kepada teman, dan ketiga percaya kepada almamater. “Yang keempat, seperti yang dikatakan rektor, jangan sekali-sekali tidak percaya kepada orang desa. Saudara harus memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat. Orang yang miskin pun tetap hidup, orang yang kaya pun tetap hidup, dan orang yang cacat pun tetap hidup. Oleh karena itu masyarakat kita harus tetap hidup sejahtera di desanya masing-masing,” harap pakar Kependudukan ini. Mereka, para penduduk desa itu, kata Prof Haryono, yang laki-laki punya isteri, yang
Prof Dr Haryono Suyono berfoto bersama Wagub Sulsel Ir H Agus Arifin Nu’mang, MS, Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Dr Ahmad Thib Raya, MA dan Ketua LP2M UIN Alauddin Prof Dr HM Sattu Alang, MA.
Para mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar memadai ruang Auditorium.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
13
Alauddin Makassar,” ujarnya yang disambut tepuk meriah. “Yang keempat tadi percaya kepada masyarakat desa. Yang kelima, saudara sebagai mahasiswa harus mempunyai sikap untuk “laku jual”. Artinya, saudara harus dicintai masyarakat, bahkan pada masa akhir dari KKN ini rakyat berbondong-bondong menahan saudara untuk tinggal di desa. Karena apa yang perempuan punya suami, biar sulit bagaisaudara lakukan sungguh sangat berharga baPara dosen UIN manapun mereka tetap bahagia sebab percaya gi masyarakat desa. Jangan sampai terbalik, Alauddin Makassar pada Allah SWT. “Dan mereka mempunyai misal saudara diusir oleh masayarakat desa,” bergambar bersama anak dan insya Allah anak-anak mereka pun kelakar Prof Haryono yang disambut tertawa Prof Haryono. bisa juga memasuki Universitas Islam Negeri para hadirin. “Saudara harus bersikap sopan. Apapun yang saudara lakukan Ketua LP2M UIN Alauddin Makassar, Sulsel, Prof Dr HM Sattu Alang, MA tetap senyum dan ceria. Seakanakan saudara tenang dan tidak menghadapi masalah,” harapnya ETUA Lembaga Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat seraya menambahkan, memer(LP2M) UIN Alauddin Makassar, Sulsel, Prof Dr HM Sattu Alang, lukan kematangan luar biasa MA mengatakan, acara di auditorium ini merupakan pembekalan sehingga rakyat pun bangga dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Tematik Posdaya Berbasis ABCD. “Rencana mengatakan ini dia mahasiswa tiga hari yang jumlah peserta KKN 2122 mahasiswa dari 8 fakultas. Kebetulan UIN Alauddin Makassar. kita juga mengadakan kerja sama dengan Kanada selain Yayasan Damandiri. Bahkan, kata Prof Haryono masyaIni ada pendekatan Asset Basic Communitty dan Development (ABCD), yang rakat desa bisa mengatakan, “Kalau sakita coba pertama kali di KKN pada angkatan ke-50,” ucapnya. ya punya perusahaan akan saya sewa KKN Tematik Posdaya ini, menurut Prof Dr HM Sattu Alang, MA, banyak dia untuk menjadi pemimpin perusamanfaatnya bagi masyarakat. “Artinya, yang pertama kan kita kembangkan haan. Kalau saya punya anak gadis sakepada ekonomi masyarakat. Juga pengembangan pendidikan, kesehatan ya akan kawinkan dengan mahasiswa termasuk agamanya. Karena ini misi kita kan integrasi antara agama dan UIN Alauddin Makassar.” Mendengar umum,” tambahnya. itu tentu saja para mahasiswa tertawa Ditanya wujud nyata dari KKN Posdaya apa saja, ia menjawab, “Alhamdan bertepuk tangan meriah. dulillah kita sudah terbentuk PAUD mencapai 600 lingkaran kecilnya. Juga “Jadi, yang pertama percaya pada terbentuk kelompok-kelompok penanganan kemisikinan dan kesehtan diri sendiri, kedua percaya kepada masyarakat dan lain-lain.” teman, dan ketiga percaya kepada Tentang usaha ekonmomi produktif masyarakat, ia menambahkan, di almamater. Sedangkan yang keKabupaten Goa sejak IAIN sudah digarap sehingga pemberdayaan masyarakat empat percaya kepada masyarakat semakin meningkat. Misalnya perkebunan kol dan lainnya sehingga dari desa, dan kelima “laku jual”. Are you kecamatan di sini sudah banyak melanjutkan studi anak-anaknya, bahkan ready?” tanya Prof Haryono. para orang tua banyak juga yang melaksanakan ibadah haji. “Ready…,” jawab para mahasis“Kalau di Jeneponto kita memberdayakan dengan peternakan ayam wa serentak. kampung, dan ini bekerja sama denga sejumlah mitra,” ungkapnya seraya Mendengar jawaban para mamanambahkan, pengentasan kemiskinan di Makassar di Desa Tamangapa hasiswa KKN, Prof Haryono pun yang kita bina sudah hampir 10 tahun ini. tersenyum. Usai sambutannya yang KKN kali ini di 11 Kabupaten dimulai di Kabupaten Bulukumba, Bantaeng, cukup panjang lebar, dilanjutkan Takalar, Jeneponto, Goa, Sidrap, Pinrang, Barus, Pangkep, Maros dan Kota dengan pemakaian baju KKN Makassar. Saat ini tercatat 628 Posdaya yang dibina UIN Alauddin Makassar, sejumlah mahasiswa putra dan putri Sulsel. “Kerja sama ke depan akan kami tingkatkan. Apalagi kerja sama terbina secara simbolis dan dilanjutkan pula sejak 3 tahun lalu dan sudah berjalan baik,” pungkasnya. DH foto bersama. DH
KKN Tematik Posdaya Banyak Manfaat
K
14
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Pembekalan DPL KKN ISI Padang Panjang
Prof Haryono Ajak Dosen dan Mahasiswa Membangun Bersama Rakyat Desa Rektor, Ketua LPM serta DPL dan mahasiswa ISI Padang Panjang diajak bersedia turun ke desa-desa melakukan pendataan dan membantu mengentaskan keluarga-keluarga miskin agar bisa meningkat menjadi keluarga yang maju dan sejahtera.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor ISI Padang Panjang saling berjabat tangan usai penandatangan MoU. [FOTO-FOTO: HARI]
“A
RE you ready?” tanya Prof Dr Haryono Suyono, tokoh penggagas Posdaya, saat memberikan pembekalan di hadapan ratusan mahasiswa dan dosen pembimbing lapangan KKN Tematik Posdaya Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatera Barat. Tanpa dikomando, dosen dan mahasiswa pun menjawab serentak dan sama lantangnya: “We are ready. We are ready. We are ready!” Prof Haryono pun dengan tersenyum khasnya, mengucap: “Thank you”. Kunjungan Ketua Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) bersama rombongan disambut hangat Rektor dan Ketua LPM ISI Padang Panjang Prof Dr Novesar Jamarun, MS dan Dr Febri Yulika, MHum beserta jajaran petinggi ISI Padang Panjang lainnya. Serangkaian sambutan adat pun digelar mulai dari Tarian Minang persembahan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Seni Tari dengan lincah,
gemulai dan rancak menari dan menjejak serta iringan musik mahasiswa Fakultas Seni Musik di jalan aspal pelataran depan Kampus ISI Padang Panjang hingga mencicip pinang sirih. Walau terik panas matahari mencecar bumi Minang, tetapi sambutan penuh keakraban menjadikan pertemuan itu pun terasa sangat sejuk. Sesejuk senyum khas yang terus mengembang dari bibir dan ekspresi ceria yang terpancar jelas di air muka mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) dan Kepala Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) era Kabinet Pembangunan di Pemerinntahan Presiden Soeharto. Ketua Yayasan Damandiri diundang resmi ISI Padang Panjang untuk memberi pembekalan sejumlah dosen pembimbing mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) tahun kegiatan 2015. Selain memberi pembekalan, bersama Rektor ISI, Prof Haryono Suyono selaku Ketua Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
15
Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Rektor ISI Padang Panjang Prof Dr Jamarun, MS, Ketua LPM ISI Padang Panjang Dr Febri Julika, MS, Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri, Rektor Universitas Tamansiswa Padang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama dan jajaran ISI lainnya.
16
Yayasan Damandiri juga menandatangani MoU Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui Program KKN Posdaya antara ISI Padang Panjang dengan Yayasan Damandiri. Sebelum momen penting penandatanganan MoU dan pembekalan, terlebih dulu disuguhi gelar pertunjukan sajian orchestra mahasiswa seni musik ISI Padang Panjang yang membawakan Mars Posdaya karya anakanak kampus yang satu ini. “Luar biasa. Saya senang dan bagus. Saya juga sangat menikmati penampilan Orchestra ISI Padang Panjang yang mempertunjukkan penyajian Mars Posdaya karya mahasiswa dan dosen ISI Padang Panjang ini,” komentar Prof Haryono yang disampaikan dalam sela pembekalannya di panggung Gedung Pertunjukkan ISI Padang Panjang, (10/2) yang baru lalu. Dalam pembekalannya, tokoh nasional kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 silam ini, mengajak mahasiswa bersama dosen pembimbing lapangan KKN Tematik Posdaya untuk bersedia mendekati masyarakat desa dan melakukan kegiatan pembangunan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan baik pendidikan, khususnya PAUD, kesehatan, kewirausahaan serta pemberdayaan lingkungan dengan mengajak keluarga-keluarga di desa menghijaukan halaman maupun pekarangan rumah bukan dengan tanaman bunga tetapi dengan tanamantanaman bergizi yang menyehatkan, seperti kangkung, bayam, cabe, tomat, terong dan sebagainya sehingga ketika tumbuh dengan baik halaman rumah akan tampak segar, penuh warna, menyejukkan dan menyehatkan. “Selain itu jika masih ada lahan biar pun sedikit bisa dimanfaatkan untuk membuat kolam ikan lele, atau beternak ayam, dan sebagainya sehingga selain halaman menjadi hijau segar dan sehat karena kebun bergizi juga bisa men-
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
dapatkan pendapatan tambahan jika hasil kebun bergizi maupun kolam atau beternak ayam sudah cukup untuk memenuhi konsumsi keluarga, sisanya bisa dijual,” papar Prof Haryono. Hadir dalam kegiatan ini, antara lain, Rektor ISI Padang Panjang Prof Dr Jamarun, MS, Ketua LPM ISI Padang Panjang Dr Febri Julika, MS, Dr Mazwar Noerdin, Dr Mulyono D Prawiro (Deputi Direktur Bidang Kewirausahaan dan Deputi Direktur Bidang Umum Yayasan Damandiri). Serta nampak pula, Rektor Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, Ketua LPM Unitas Ir Zasmeli Suhaemi, MP. Selain itu Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat Drs H Noprijal, MA beserta stafnya. Pada kesempatan tersebut, penerimaan anugerah Bintang Republik Indonesia dari Negara RI ini, juga mengungkapkan bahwa dari berbagai pertemuan-pertemuan baik dengan para kepala daerah mulai dari gubernur, bupati maupun walikota serta perguruan tinggi diperoleh kesan bahwa peran Posdaya sebagai ujung tombak lembaga sosial yang mendampingi dan mengantar keluarga desa mengikuti proses pemberdayaan secara mandiri sangat dihargai. “Posdaya memperoleh peran sebagai ujung tombak lembaga sosial yang mendampingi dan mengantar keluarga desa mengikuti proses pemberdayaan secara mandiri sangat dihargai,” kata Prof Haryono. Oleh karena itu, Haryono mengajak baik pada rektor dan ketua LPM ISI Padang Panjang untuk mendorong mahasiswa serta kampus ISI Padang Panjang secara umumnya mau turun ke desa-desa untuk ikut membantu melakukan pendataan keluarga serta mengentaskan keluarga-keluarga miskin agar bisa meningkat menjadi keluarga yang sejahtera. Prof Haryono meminta agar perguruan tinggi melalui mahasiswa dan dosen pendamping lapangan mengajak keluargakeluarga kaya di desa membantu keluarga miskin, dan keluarga miskin bersedia memagang kerja pada usaha-usaha milik keluarga kaya. Dengan gotong royong semua keluarga kaya maupun miskin di desa-desa bersedia saling membantu dan peduli. “Sehingga dengan kepedulian keluarga-keluarga kaya membantu keluarga miskin dan
keluarga miskin mau bekerja sama dengan keluarga kaya, maka keluarga miskin bisa meningkat dan berubah menjadi keluarga sejahtera. Kalau keluarga miskin sudah menjadi keluarga sejahtera, mereka pun harus ganti membantu keluarga miskin lainnya sehingga dapat berubah menjadi keluarga sejahtera seperti dirinya. Begitu seterusnya,” ujar Prof Haryono. Dari atas panggung pertunjukkan lengkap dengan berbagai warna cahaya berpancar dari hasil penataan tata lampu warna warni, Prof Haryono juga berpesan agar dilakukan pula kegiatan pendataan. Sehingga bisa diketahui jumlah keluarga yang masih tergolong miskin. Dengan diketahuinya jumlah keluarga miski tersebut, maka akan dapat dilakukan pula tindaklanjut pemberian kegiatan pemberdayaan untuk mengubah keluarga miskin tersebut menjadi keluarga lebih maju dan sejahtera. “Dalam melakukan KKN Tematik Posdaya di desa, mahasiswa bersama dosen pembimbing lapangan juga harus melakukan pendataan keluarga. Dengan pendataan keluarga tersebut akan dapat diketahui berapa jumlah keluarga miskin di desa tersebut,” tuturnya. Prof Haryono juga meminta mahasiswa KKN bersama masyarakat bersama aparat desa dan tokoh-tokoh masyarakat juga ketua RW, pemuka agama maupun ketua adat agar dapat membentuk sebanyak mungkin forum silaturahmi pembangunan kelurga di tingkat jorong maupun desa. Melalui forum tersebut bisa terbentuk sebanyak pula pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). “Melalui Posdaya itu pula hendaknya ditingkatkan partisipasi dari sumber daya manusia dan sumber daya keluarga yang dianggap mampu. Selanjutnya setiap keluarga yang sejahtera dan berdaya diposisikan menjadi kekuatan pengembangan anggota. Keluarga Desa dijadikan agen pemberdayaan, atau agent of development,” paparnya. Haryono menambahkan, bagi keluarga sasaran utama, keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, hendaknya diupayakan dan dijamin agar setiap anggotanya selalu dalam keadaan sehat, gizinya baik karena di halaman rumahnya ada Kebun Bergizi, bersekolah dan akhirnya menjadi sumber daya manusia yang bekerja atau membuka usaha yang mengha-
silkan kemampuan daya beli yang memadai. “Agar upaya yang dilakukan itu dapat dipetik hasilnya atau kekurangannya, yang baik disebarluaskan ke seluruh desa, dan kekuranganya diperbaiki, hendaknya setiap gerak dan keberhasilan yang diraih dilaporkan atau dikomunikasikan kepada kepala desa atau lurah dan perangkatnya,” kata Prof Haryono. Dengan kepedulian dan semangat gotong royong yang dilakukan, ujar Prof Haryono, kita semua dapat membangun keluarga-keluarga tidak saja di Padang Panjang maupun Sumatera Barat ini, tetapi keluarga-kelurga lainnya di seluruh Indonesia menjadi keluarga yang maju dan sejahtera. Oleh karena itu butuh kerja sama dan kesiapan semua termasuk mahasiswa ISI Padang Panjang. Tak lupa, karena April 2015, Sumatera Barat, khususnya Padang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Musyawarah Nasional Kesejahteraan Sosial, Prof Haryono yang juga selaku Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial, mengajak keluarga besar ISI Padang Panjang untuk ikut serta menyukseskan dan berpartisipasi. Salah satunya melalui penyajian orchestra Mars Posdaya dan lainnya untuk menyambut sekaligus menyemangati para peserta Munas utusan berbagai daerah yang jumlahnya mencapai kisaran 600-700 orang. Are you ready? Are you ready? Are you ready? Tanya Prof Dr Haryono Suyono. Ratusan mahasiswa dan dosen pembimbing lapangan KKN Tematik Posdaya bersama Rektor dan LPM ISI Padang Panjang, Sumatera Barat, tanpa dikomando pun serentak menjawab, “We are ready. We are ready. We are ready!”. Tepuk tangan pun bergema panjang di ruangan seni pertunjukkan itu. HARI
Sambutan budaya Minang untuk Prof Haryono dan rombongan di depan Rektorat ISI Padang Panjang.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
17
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Bina Ratusan Posdaya
Unitas Padang Dukung Pengentasan Kemiskinan Unitas Padang menjadi pelopor kedaulatan sosial bagi warga miskin di wilayah ini. Unitas telah membina kurang lebih sekitar 300 Posdaya yang tersebar di 12 kabupaten/kota di Sumatera Barat.
Prof Dr Haryono Suyono didampingi Rektor Unitas Padang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, MP, saat launching Tabur Puja di Unitas Padang. [FOTO-FOTO: HARI]
18
P
ENDIRI Tamansiswa, Ki Hajar Dewantara, memiliki cita-cita yang sangat luhur, yakni Perguruan Tamansiswa didirikan untuk mendorong semangat masyarakat luas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Maka sangat tepat jika selain menjalankan fungsinya sebagai institusi pendidikan, Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang, Sumatera Barat juga menjalankan pengabdian kepada masyarakat melalui Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M). LP3M Unitas yang saat ini dipimpin Ir Zasmeli Suhaemi, MP selain menggiatkan program kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya juga membina serta mendampingi kader-kader Posdaya yang selama ini bersama mahasiswa KKN Posdaya mengembangkan kegiatan pemberdayaan pendidikan, kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan hidup ini, mendapat dukungan dari lembaga Tabur Puja. “Program ini merupakan wujud dan upaya dalam mendukung usaha meningkatkan ekonomi masyarakat kelompok Posdaya, Yayasan
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Damandiri melalui mitra kerja lembaga keuangannya mengeluarkan pinjaman tanpa agunan yang disebut Tabur Puja (Tabungan dan Pinjaman Rakyat Pundi Sejahtera),” kata Zasmeli. Universitas Tamansiswa Padang yang digadang-gadang Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono untuk menjadi pelopor kedaulatan ekonomi masyarakat luas ini, pada 9 Mei 2014 lalu misalnya, Koperasi Keluarga Besar (KKB) Unitas Padang sudah mampu menyalurkan Dana Tabur Puja sebanyak 720 juta, dan kini terus berkembang hingga jumlah itu telah mencapai pada kisaran Rp 3 milyar dari dana bantuan Tabur Puja dari Yayasan Damandiri pimpinan Prof Dr Haryono Suyono. Dari hasil evaluasi tim Pengurus dan pengawas KKB Unitas, antusias masyarakat untuk meningkatkan eknominya melalui bantuan Tabur Puja sangat tinggi, hal ini dibuktikan semakin banyaknya masyrakat Kota Padang yang meminta untuk di sosialisasikan tentang Posdaya ke LP3M Unitas melalui Ketua LP3M sekaligus motivator Posdaya Sumbar, Ir Zasmeli Suhaemi, MP. Emi, demikian panggilan akrab Zasmeli menyebut, skim ini tidak ada dibebani biaya administrasi dan tanpa agunan. Sebagai agunan adalah kelompok Posdaya itu sendiri, karena pinjaman tersebut bersifat tanggung renteng. Sejak Launching SKIM Tabur Puja oleh KKB Universitas Tamansiswa Padang tanggal 2 April 2014 lalu, telah banyak Posdaya di Kota Padang yang menandatangani MoU dengan KKB Unitas untuk pemanfaatan Tabungan dan Pinjaman Pundi Sejahtera (Tabur Puja). KKB Unitas Padang sebagai pelaksana Program Tabur Puja melakukan pengelolaan sekaligus pendampingan kepada Kelompok Posdaya. Pertemuan sub Kelompok dilakukan setiap 1 kali dalam 1 minggu bersama Asisten Kredit KKB Unitas Padang. Setiap Kelompok Posdaya akan didampingi oleh 1 orang Asisten Kredit KKB Unitas Padang.
“Pada awalnya kami telah menyeleksi secara ketat Posdaya mana saja di Kota Padang dan kabupaten lain di Provinsi Sumatera Barat yang dinilai memenuhi persyaratan untuk mendapat bantuan modal kerja Tabur Puja,” ujarnya. Ketua LP3M Unitas ini menambahkan, Tabur Puja sudah mampu memberikan penguatan modal kepada anggota kelompok wirausaha yang tergabung dalam Posdaya. Masingmasing kelompok wirausaha di Posdaya beranggotakan sekitar 40 pelaku usaha kecil. “Kebanyakan kader Posdaya pemanfaat Tabur Puja tersebut mengolah bahan singkong dan dijual di lokasi wisata,” jelasnya. Ada juga, anggota Posdaya lain pemanfaat Tabur Puja yang memiliki kegiatan mengolah limbah organik dan organik, untuk menjadi pupuk dan hiasan rumah tangga. “Alhamdulillah dari hasil evaluasi, semua anggota Posdaya yang memanfaatkan dana Tabur Puja tersebut, ekonomi keluarganya meningkat,” ujarnya. Yang lebih membanggakan, kredit macet nol persen. Artinya, adanya tanggung renteng membuat pinjaman menjadi lancar. Selain itu, adanya orang kaya yang membantu dan mendorong usaha dengan cara membeli kue produk Posdaya, secara rutin. Kini, ujar Emi, Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang, Sumatera Barat, dijadikan pelopor kedaulatan sosial bagi warga miskin di wilayah ini. Unitas telah membina 275 Posdaya yang tersebar di 12 kabupaten/kota di Sumatera Barat. “Kami telah menyeleksi secara ketat Posdaya mana saja di Kota Padang dan kabupaten lain di Provinsi Sumatera Barat yang dinilai memenuhi persyaratan untuk mendapat bantuan modal kerja Tabur Puja,” ujarnya. Awalnya, Tabur Puja hanya memiliki konsumen tiga Posdaya di Kota Padang, kemudian lama kelamaan atas info konsumen, 40 Posdaya, menjadi pelanggan rutin. “Hanya satu minggu diproses kemudian bisa dicairkan. Hasilnya, membanggakan dan hasilnya mampu meningkatkan ekonomi keluarga,” jelasnya. Menurut Emi, skim Tabur Puja terbukti efektif dan sangat mengena untuk rakyat kecil. Sistem pelayanan yang tidak harus di kantor KKB Unitas, namun karyawan KKB yang datang ke kelompok Posdaya mitra, membe-
rikan nilai tambah tersendiri bagi program ini. Masyarakat semakin merasa dimudahkan dan sekaligus lebih mendekatkan antar anggota Kelompok Posdaya, disebabkan adanya pertemuan mingguan dengan Asisten KKB Unitas, yang sekaligus sebagai hari Kas untuk setiap Posdaya mitra. “Sampai saat ini, semakin banyak Posdaya terus menghubungi KKB Unitas untuk bermitra, namun sebagaimana syarat yang diinginkan Yayasan Damandiri, maka dengan sistem peminjaman bergulir dan bergilir, diharapkan seluruh Posdaya yang ada di Kota Padang maupun lainnya di Sumatera Barat dapat bermitra dengan KKB Unitas,” tutur Emi. Pengentasan kemiskinan dari keluarga pra sejahtera hanya dapat diwujudkan dengan menciptakan akses mereka kepada lembaga keuangan mikro, imbuh Emi, asalkan mereka ikut bergabung dalam Posdaya dan membentuk kelompok-kelompok usaha produktif sehingga dapat memperoleh kesempatan mengajukan permohonannya mendapatkan Skim tabur Puja. Beberapa nama Posdaya yang telah menandatangani MoU dengan KKB Unitas di antaranya seperti, Posdaya Purus Saiyo, Posdaya Bahagia, Posdaya Utama, Posdaya Bordir Saiyo. Juga Posdaya Kenanga, Posdaya Anggrek, Posdaya Melati, Posdaya Bunga Tanjung, Posdaya Kuranji Sejahtera, Posdaya Purus Saiyo II, serta masih banyak lainnya. Dari sekitar 3.178 pemanfaat Tabur Puja, 3.000 di antaranya merupakan pemanfaat wanita. “Pemanfaat Tabur Puja kalangan wanita jauh lebih banyak dari yang pria. Mereka mendapat Kredit Tabur Puja tanpa agunan dengan plafon maksimum Rp 2 juta per anggota Posdaya,” jelas Emi. HARI
Ir Zasmeli Suhaemi, MP saat melihat langsung kegiatan sosialisasi Tabur Puja Unitas Padang yang juga dihadiri Asisten Deputi Bidang Program Yayasan Damandiri Faozan Alfikri, SH, MKM.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
19
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Dari Pelatihan Pendataan dan Pemetaan
Penting dan Bermanfaat Perbaiki Derajat kesejahteraan Sekitar 286 perguruan tinggi negeri maupun swasta bakal mengikuti pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga di berbagai daerah. Pelatihan itu sudah dimulai dari Jakarta yang diselenggarakan Yayasan Damandiri bekerja sama dengan Haryono Suyono Center. Penting dan besarnya manfaat pelatihan ini menjadikan banyak perguruan tinggi harus rela mengantri jadwal pelatihan.
Peserta pelatihan pendataan dan pemetaan mempraktekan teori di lapangan, di sebuah Posdaya di Jakarta. [FOTO: SULAEMAN]
20
P
ENINGKATAN kualitas sumber daya manusia sebagai sumber daya pembangunan merupakan prasyarat utama dalam memperbaiki derajat kesejahteraan. Peningkatan derajat kesejahteraan keluarga-keluarga menjadi upaya dari tujuan pengentasan kemiskinan. Pada tahun 2015 ini pemerintah bertekad akan menurunkan angka kemiskinan menjadi 8,2 persen. Upaya ini harus mendapat dukungan berbagai pihak termasuk Yayasan Damandiri yang selama ini sudah dikenal dengan komitmendan kepeduliannya selama 18 tahun dalam pengembangan SDM dan pengentasan kemiskinan melalui pembentukan dan penggiatan pelaksanaan program pemberdayaan lewat pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Posdaya merupakan forum silaturahmi sekaligus pusat penyegaran budaya gotong royong masyarakat secara luas, yang diharapkan juga mampu berkembang menjadi pusat pengembangan swadaya masyarakat di pedukuhan maupun di pedesaan. “Seperti pada setiap program atau suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
baik dimulai dari pembentukan, pengelolaan maupun pengembangan Posdaya yang telah didirikan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya bersama masyarakat pedukuhan maupun desa sangat dibutuhkan data dan informasi,” kata Drs Dalhar Sodik, MSi, LPPM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah. Karena itu, kata Dosen Pendamping Lapangan (DPL) yang telah berkecimpung mendampingi mahasiswa KKN Unsoed sejak 2004 silam, pelatihan pendataan dan pemetaan ini sangat penting mengingat dengan pendataan tersebut akan bisa dilakukan pemetaan. “Dengan mendapatkan data yang kongkret potensi dan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat, sehingga berdasarkan data itu kita akan bisa membuat pemetaan rencana-rencana ke depan untuk ditindaklanjuti melalui pengisianpengisian dan penguatan-penguatan sehingga tidak ada lagi ada keluarga miskin. Semua keluarga-keluarga di pedukuhan maupun pedesaan menjadi keluarga lebih maju dan sejahtera,” ujar Sodik, demikian akrab disapa. Dalam pelatihan pendataan tersebut, kata Sodik, ada sekitar 61 pertanyaan. Namun demikian menurutnya nanti mahasiswa KKN Posdaya maupun relawan serta kader Posdaya bisa melakukan kegiatan pendataan keluarga di pedesaan tersebut, utamanya di wilayahwilayah yang sudah ada Posdaya maju yang ditunjuk. “Pendataan dan pemetaan ini kegiatannya mudah dilakukan karena bersifat lokal dan tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi maupun direkapitulasi secara nasional, selain
sifatnya sederhana sehingga tidak membebani pelaksana di lapangan,” tutur Sodik seraya menambahkan, pendataan dan pemetaan ini mudah dipahami dan dilaksanakan baik oleh para kader, pengurus, relawan maupun pendamping Posdaya termasuk mahasiswa. Unsoed Purwokerto dalam kegiatan KKN Tematik Posdaya mengirim ribuan mahasiswanya ke tujuh kabupaten di Jawa Tengah, di antaranya Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Pemalang, Brebes dan Kebumen. Pengakuan Sekretaris Program KKN LPPM Unsoed Purwokerto ini juga diakui oleh peserta kegiatan Observation and Study Tour (OST) Pelatihan Pendataan dan Pemetaan Angkatan 84 yang diselenggarakan Haryono Suyono Center sejak 17-18 Pebruari 2015 lalu, Drs H Hatami Kastura, MPd, LPM Universitas Matlaul Anwar Pandeglang, Banten. Hattami demikian sapaan akrabnya menyebut, Universitas Matlaul Anwar Pandeglang, Banten merasa beruntung mendapat kepercayaan dan kesempatan untuk mengikuti pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga yang diselenggarakan selama dua hari, satu hari teori dan sehari praktek lapangan. “Kegiatan pelatihan ini bukan saja penting tapi besar sekali manfaatnya. Karena data-data yang diperoleh memberikan gambaran secara tepat dan menyeluruh keadaan keluarga di masing-masing Posdaya. Data itulah yang selanjutnya dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan, pengendalian operasional maupun penilaian baik oleh pengurus, pendamping Posdaya maupun pemerintah daerah kalau memang pemerintah daerah membutuhkan data tersebut sebagai upayanya mengetaskan keluarga miskin di wilayahnya,” kata Hatami. Universitas Matlaul Anwar Pandeglang belum lama ini berhasil mengantar binaanya, Posdaya Menes Lestari dari Kampung Menes, Desa Menes, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang tampil sebagai Posdaya Terbaik pertama di tingkat Lomba Posdaya Terbaik Propinsi Banten, dan berhak tampil di seleksi tingkat Regional IV di Jakarta. Sebagai anggota baru dalam kegiatan program KKN Tematik Posdaya di bawah koordinator Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Adang Effendi, ST, MPd, LPM Universitas Galuh Ciamis, Jawa Barat merasa beruntung bisa mendapat undangan mengikuti
pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga. Menurutnya, ketersediaan data yang tepat dan komprehensif bisa menjadi masukan untuk mendukung keberhasilan pembentukan, pengelolaan dan pengembangan Posdaya itu sendiri. Pendapat lainnya dikemukakan Iip Dyah Kusumaningrati, SE, LPM STIE Tamansiswa Banjarnegara, Jawa Tengah. Menurutnya dengan dilengkapinya perguruan tinggi mitra kerja Yayasan Damandiri dengan pelatihan pendataan dan pemetaan ini akan dapat membantu Posdaya dalam mengoptimalkan keluargakeluarga yang belum maju dalam arti tingkat kesejahteraannya akan dapat ditingkatkan menjadi keluarga sejahtera. “Karena dari pendataan tersebut akan diketahui keluargakeluarga yang dinilai masih pra sejahtera, yang kemudian didorong untuk berupaya menjadi keluarga sejahtera satu, sejahtera dua, sejahtera tiga dan seterusnya,” kata Iip yang juga masih tercatat sebagai asisten dosen administrasi karena strata duanya belum tuntas. Adalah Niken Wahyu Cahyaningtyas, SE, MM, LPM Universitas Pancasakti Tegal, Jawa Tengah juga mengemukakan hasil-hasil pendataan maupun pemetaan yang dilaksanakan nanti sepulangnya dari kegiatan pelatihan di HSC Jakarta ini, bisa menjadi bahan masukan dan rujukan bagi pemerintah daerah untuk menindaklanjuti dengan berbagai kegiatan pemberdayaan sehingga benar-benar tujuan pengentasan kemiskinan tercapai. “Sehingga ke depan tidak ada lagi keluarga miskin,” ujarnya. Niken menambahkan, di Brebes sebagai salah satu daerah yang menjadi tujuan kegiatan KKN Tematik Posdaya, masih merupakan daerah dengan angka kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah. Pun demikian dengan Kabupaten Tegal yang masih terdapat kondisi ibu bayi meninggalnya cukup tinggi. HARI
Kegiatan rekapitulasi secara bersama usai melakukan praktek pendataan di lapangan. [FOTO: HARI]
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
21
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Seminar Internasional Universitas Janabadra
Posdaya sebagai Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Universitas Janabadra melakukan pengembangan-pengembangan kerja sama khususnya dalam bidang Tri Darma (Penelitian, Pengabdian dan Pengajaran) sebagai suatu langkah awal khususnya di wilayah Asia. Lalu, bagaimana mengantisipasi ke depan populasi yang semakin meningkat dan kelangkaan sumber daya yang semakin berkurang dengan pengembangan ilmu dan sebagainya terhadap our future khususnya humanosfer? Melalui seminar internasional dengan topik Inclusive Development for Sustainable Future di Kampus Universitas Janabadra, Jl Tentara Rakyat Mataram No 57, Yogyakarta, pada 29 Januari 2015, semuanya terjawab.
Suasana Seminar Internasional di Universitas Janabadra Yogyakarta. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
S
EBAGAI keynote speak Prof Dr Haryono Suyono dari Yayasan Damandiri, dihadiri Prof Ann R Tickamyer, PhD dan Emily J Wornell, MPP dari The Pennsylvania State University, Prof Siti Kusujiarti, PhD dari Warren Wilson College dan Dr Ferry Jie dari RMIT University Melbourne, Australia. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, pembangunan saat ini relatif lambat karena ternyata tidak fokus dan kurang pemberdayaan pada tingkat akar rumput. Program-program yang dilakukan bagus sekali tetapi kurang fokus. Kurang diikuti secara bertahap sehingga hasilnya meleset. “Mudah-mudahan dalam waktu 5-10 tahun ini kita akan menyebar di Posdaya yang ada dengan fokus. Yaitu fokus untuk mengangkat keluarga prasejahtera dan sejahtera I,” ujarnya. Lebih lanjut pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini menjelaskan, “Dengan fokus itu kita harapkan pada akhir tahun pertama atau tahun kedua 2015, 2016 akan ketahuan kecepatan kelompok-kelompok di desa dalam mengentaskan kemiskinan. Kalau kecepatan itu diketahui dan intervensi itu diketahui mudah22
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
mudahan dalam sepuluh tahun yang akan datang penurunan kemiskinan ini dapat dijamin. Kalau itu tidak terjadi fokus, tidak terjadi gotong royong yang menyebar luas secara massal seluruh tanah air barangkali pengentasan kemiskinan ini akan tetap naik turun-naik turun seperti keadaannya 15 tahun terakhir. Untuk fokus Indonesia Timur harus dilakukan dengan mengambil ancang-ancang pengembangan kultur di Indonesia Timur. Masyarakat di Indonesia Timur harus dibangkitkan dengan pendidikan, harus dibangkitkan dengan kemampuan dan temanteman dari Indonesia Timur harus kembali setelah sekolah ke Indonesia Timur. Dalam kaitannya dengan konsep dan teori yang disampaikan oleh pembicara lainnya Prof Dr Haryono Suyono menguraikan bahwa teoriteori yang disajikan memang perlu implementasi. Dan implementasi melalui Posdaya itu adalah implementasi bagaimana mengikutsertakan wanita, keluarga miskin dan keluargakeluarga di pedesaan belum pernah ikut dalam pembangunan diberi kesempatan. “Di situlah memang kita harus mengembangkan itu. Ada pertanyaan-pertanyaan ke-
napa pemerintah belum ambil kesempatan ini, mudah-mudahan dalam waktu yang akan datang pemerintah akan mengadopsi kalau tidak Posdaya ya teori-teori pemberdayaan yang ada hasilnya,” ujar Prof Dr Haryono Suyono. Menurutnya, para pembicara ini banyak melakukan penelitian dalam bidang-bidang produksi yaitu milk dan dairy atau susu seperti susu dan produksinya yang disampaikan oleh Dr Ferry Jie dari RMIT University Melbourne, Australia. Oleh karena itu beliau menganjurkan barangkali pada konteks yang di atas bisa belajar dari Australia, memproduksi daging, susu dengan kualitas yang tinggi itu baru bisa bersaing dengan dunia, bisa ikut dalam partisipasi pasar dunia. “Tetapi banyak sekali penduduk Indonesia kalau membuat produksi itu mutunya rendah. Tidak bisa berpartisipasi dan bersaing dengan pasar dunia, jadi Indonesia menghadapi persoalan seperti itu. Sebagian besar tidak bisa berproduksi dengan mutu dunia sebagian kecil tidak. Oleh karena itu kedua-duanya harus dilakukan,” ujarnya. Sedangkan Prof Ann R Tickamyer, PhD lebih kepada pembangunan dari bawah (sustainable development). Kalau pembangunan dari bawah itu lebih tinggi. Dua-duanya harus dilakukan di Indonesia. Itulah sebabnya pembangunan melalui Posdaya itu menampung jutaan penduduk yang bergerak di bidang pertanian yang tidak langsung bisa segera masuk usaha. Usaha susu kalau tidak dilakukan mutu yang baik tidak bisa bersaing dengan susu Australia karena susu Australia itu sudah menguasai pasar dunia. Sementara itu Rektor Universitas Janabadra Dr Ir H Suharjanto, MSCE dalam kaitannya dengan seminar itu mengatakan, seminar internasional ini sebagai sarana mencari masukan-masukan untuk bisa memberikan kontribusi baik kepada masyarakat maupun pemerintah. “Selama ini kita sudah kerja sama dengan Yayasan Damandiri untuk memberdayakan masyarakat melalui KKN dan forum digital desa di mana potensi desa ini belum terungkap seperti produksi pangan. Yang mana desa itu diberi biaya Rp 1,4 miliar yang tidak bisa digunakan untuk fisik (untuk pemberdayaan). Kalau itu tidak kita dampingi bagaimana? Ini kan ada dari luar yang bisa memberikan konsep-konsep kepada kita yang dapat diaplikasikan dalam pengembangan pemberdayaan desa dan masyarakat.”
Menurutnya sejak tahun 2010 Universitas Janabadra sudah menjalin kerja sama dengan Yayasan Damandiri. “Kita menerjunkan mahasiswa untuk KKN mendampingi masyarakat desa yang tidak mampu dan sebagainya termasuk stimulan-stimulan untuk memberdayakan potensi mereka baik produksi maupun pelayanannya ke publik sesuai dengan perkembangannya sekarang.” “Ke depan akan ada kolaborasi penelitian dengan Australia untuk pemberdayaan desa. Seperti disampaikan bahwa di Australia ada produk susu yang kandungannya 99 persen tidak mengandung lemak, nah kita akan memberdayakan itu. Ini kan penelitian bersama yang nanti bisa kita kontribusikan ke masyarakat, karena Indonesia itu juga penghasil susu yang cukup besar di banding Australia. Untuk itu akan ada sinergitas antara program-program Yayasan Damandiri,” ucapnya. Pada kesempatan yang sama Wakil Rektor IV Universitas Janabadra Cungki Kusdarjito PhD mengungkapkan, “Dengan seminar ini diharapkan kita mulai aware atau memperhatikan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari. Karena kalau kita tidak mempersiapkan diri khususnya Indonesia nanti kita akan menghadapi situasi yang mungkin tidak dapat kita kendalikan karena misalnya pemanasan global kemudian juga kerusakan lingkungan sudah mulai kita rasakan.” Untuk itu, lanjut Cungki Kusdarjito PhD berharap, “Peran perguruan tinggi melalui seminar ini untuk memperoleh masukan-masukan terutama antar lintas negara. Kemudian perguruan tinggi juga bekerja sama dengan beberapa lembaga baik internasional maupun nasional salah satunya juga dengan Yayasan Damandiri, bagaimana kita mulai memper-
Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan paparan saat Seminar Internasional di Universitas Janabadra.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
23
Prof Dr Haryono Suyono bersama Rektor Universitas Janabadra dan pembicara lainnya saat acara Seminar Internasional.
24
siapkan masyarakat Indonesia secara umum supaya mereka tidak tertinggal. Khususnya kepada beberapa orang yang tadinya berada dalam kondisi marjinal, sehingga kita mengedepankan topiknya adalah inclusive development.” “Sehingga kita berpikir bagaimana menginkludkan mereka yang tadinya tidak masuk dalam proses pemberdayaan sehingga bisa masuk dan ikut. Salah satunya misalnya pemberdayaan keluarga yang dirintis Prof Dr Haryono Suyono. Kemudian bagaimana kita dapat menginklusifkan juga dari proses supply chain,” imbuh Cungki Kusdarjito PhD. Selama ini kita selalu berpikir misalnya untuk pertanian hanya dari sektor produksi tapi kita tidak menginkludkan petani dalam proses marketing dan sebagainya yang itu justru banyak dikuasai oleh middleman sehingga manfaat terbesar dari agri bisnis lebih banyak dimanfaatkan oleh yang bukan petani tetapi justru oleh orang lain. Kemudian pada topik lain yaitu aspek gender. Biasanya wanita ini cenderung terabaikan sehingga kita memandang perlu juga peran gender mainstream terkait juga dengan kelestarian lingkungan karena ini sangat menentukan ketika semua tereksploitasi kemudian biasanya yang tadinya wanita mempunyai peran justru tersingkirkan. Prof Ann R Tickamyer, PhD menggambarkan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan yang inklusif adalah konsep yang cukup rumit karena banyak sekali definisi dan pengertian yang telah disampaikan oleh berbagai pihak maupun berbagai ahli. Pada konteks presentasinya, Prof Ann R Tickamyer, PhD ingin mengatakan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan yang inklusif adalah pembangunan yang mengikutsertakan berba-
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
gai pihak yang bersifat partisifatory dan juga harus mengedepankan konsep keadilan. “Karena konsep pembangunan berkelanjutan itu sangat luas kami ingin memfokuskan kepada aplikasi pembangunan berkelanjutan inklusif dalam kaitannya dengan REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) atau Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan, karena kami telah melakukan penelitian awal tentang hal ini dalam arti bagaimana pengarusutamaan gender diimplementasikan dalam konteks REDD,” paparnya. Menurut Prof Ann R Tickamyer, dalam melakukan pengarusutamaan gender dalam REDD ternyata banyak hambatannya karena berbagai kebijakan yang ada belum cukup mengedepankan isu gender. Dan juga secara umum policy atau kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan berdasarkan sejarahnya juga kurang mengedepankan pada konsep inklusifitas atau partisifatory. Pembicara lainnya, Emily J Wornell, MPP dari The Pennsylvania State University menjelaskan tentang studi dokumen yang telah dilakukan selama ini. Dalam melihat dokumendokumen yang berkaitan dengan REDD baik dokumen pemerintah maupun dokumen report dan menganalisa sejauh mana dokumen tersebut menyebutkan tentang pengarusutamaan gender. Dalam analisanya tampak bahwa pengarusutamaan gender belum menjadi prioritas dalam berbagai policy maupun dokumendokumen yang berisi tentang perencanaan terhadap implementasi REDD. Sebagian besar dokumen dalam bahasa Inggris misalnya hanya menyebutkan gender secara supervisial tidak secara langsung mengintregasikan perempuan berperan aktif di dalam REDD project. Sedangkan dokumen dalam bahasa Indonesia sangat menarik karena ternyata lebih banyak menyebut konsep pengarusutamaan gender maupun peranan perempuan dalam tataran perencanaan atau planning. “Mungkin karena REDD saat ini lebih banyak baru dilaksanakan dalam tataran perencanaan belum dalam implementasinya. Dokumen dalam bahasa Indonesia hanya menyebutkan bagaimana peranan perempuan seharusnya dilakukan ketika REDD nanti akan dilaksanakan,” pungkasnya. SUL/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Damandiri dengan Posdayanya Entaskan Kemiskinan Memberantas kemiskinan tidak mungkin hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi seluruh elemen masyarakat perlu terlibat di dalamnya misalnya perusahaan dengan kegiatan CSR-nya. Damandiri sebagai elemen masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan dengan mengembangkan kegiatan Posdaya baik berbasis masjid maupun keluarga dengan delapan fungsinya salah satunya adalah gotong-royong. Dasar pengembangan Posdaya adalah intruksi presiden yaitu pembangunan yang pro rakyat, keadilan untuk semua.
Kandidat doktor Faozan Alfikri SH MKM di acara Pelatihan Kewirausahaan di IAIN Surakarta, Jawa Tengah. [FOTO: DANU]
D
EMIKIAN disampaikan kandidato doktor Fauzan Al Fikri, SH, MKM, Asisten Deputi Bidang Program Yayasan Damandiri pada Pelatihan Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh IAIN Surakarta beberapa waktu lalu. Menyinggung soal Posdaya, dijabarkan oleh Deputi Bidang Program Damandiri, bahwa Posdaya lahir tahun 2006 yang merupakan gerakan masyarakat, silaturahmi, komunikasi, atau wadah kegiatan dengan dasar gotong-royong. “Lebih jelasnya kegiatan yang ada di masyarakat ibaratnya sebagai mutiara sementara Posdaya adalah yang merangkai mutiara itu sehingga menjadi kalung atau lingkaran besar, dengan Posdaya mutiara itu menjadi lebih baik dan lebih berfungsi,” jelas Fauzan. Diungkapkan Fauzan, penduduk adalah modal dasar dalam pembangunan. Untuk mencapai penduduk yang berkualitas Indonesia telah menyepakati pencapaian pembangunan MDGs (Milenium Development Goals)
yang mencakup delapan goal diantaranya pengentasan kemiskinan, pendidikan dasar dan indek pembangunan manusia. “Khusus indek pembangunan manusia ini sangat berkaitan erat dengan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Kegiatan Posdaya sendiri sangat berkaitan erat dengan indek pembangunan manusia. Pemberdayaan Bidang Agama melalui Pengajian Bersama, Pemberdayaan Bidang Pendidikan dengan kegiatan PAUD dll., Pemberdayaan Bidang kesehatan melalui Posbindu dan Posyandu, pemberdayaan bidang lingkungan berupa kebon bergizi, dan pemberdayaan ekonomi berupa kegiatan kerajinan, koperasi dan lainnya,”paparnya. Mengenai penduduk sendiri, lanjutnya saat ini dunia sudah di huni tidak kurang dari 7,4 milyar. Khusus di Indonesia tahun 2010 tidak kurang dari 238 juta penduduk, yang masih miskin masih 13,28 %, selain itu penduduk yang mengenyam pendidikan baru 7,2%. Danu/H.NUR Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
25
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa DIY
Gelar Pelatihan Pendataan dan Pemetaan Keluarga Indonesia Komitmen dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) melalui Koordinator Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam mendukung program Posdaya bersama Yayasan Damandiri mendapat perhatian yang luar biasa. Melalui Pelatihan Pendataan dan Pemetaan Keluarga Indonesia yang diselenggarakan LP2M Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta di Grand Quality Hotel pada 20-22 Februari 2015, Korwil DIY berkomitmen untuk mencanangkan Posdaya di DIY menjadi Posdaya Istimewa.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan mengenai Pendataan dan Pemetaan. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
H
ADIR pada acara tersebut antara lain Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Drs H Pardimin, MPd, PhD, Koordinator Wilayah IV DIY Prof Suratman, Deputi Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Ir Rosanna Christiningsih, MS. Tampak pula puluhan peserta dan undangan lainnya. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam paparannya yang bertajuk “Roadmap dalam Menyelamatkan Anak Bangsa” menyampaikan falsafah untuk membuat roadmap bagaimana Posdaya ini bisa menyelamatkan anak bangsa. “Roadmap ini adalah roadmap untuk mengembangkan Posdaya menjadi Posdaya Istimewa, karena Posdaya ini akan kita ajak pada tahun 2015 ini tahu persis berapa keluarga Prasejahtera yang bisa dientaskan dan ditarik menjadi keluarga yang 26
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
lebih sejahtera,” urainya. Lebih lanjut mantan Kepala Kependudukan dan BKKBN era Presiden Soeharto ini mengatakan, “Tahun ini kita ingin mengajak saudara-saudara sekalian tidak saja di Yogyakarta tetapi sekitar 300 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Sejak awal bulan Februari ini telah kita latih dan kita ajak untuk melakukan pendataan. Setiap perguruan tinggi dimohon untuk mengikuti sepuluh Posdaya di wilayah binaannya. Dan sepuluh Posdaya ini merupakan nominasi pada akhir tahun untuk mengikuti lomba nasional Posdaya seperti biasanya.” Menurutnya, kabupaten-kabupaten yang melihat pendataan ini istimewa seperti Kabupaten Pacitan telah dilatih seluruh camat dan tidak kurang dari 200 Ketua Posdaya induk. Begitu juga Kota Bekasi yang telah memiliki radio komunitas yang acaranya tiap minggu ada semacam dialog dengan Posdaya sehingga Posdaya di Bekasi itu digilirkan melalui radio komunitas. Begitu juga Kota Bogor setelah Walikotanya mendapat penghargaan dari
Yayasan Damandiri sekarang sedang mempersiapkan diri untuk mendeklarasikan Kota Bogor sebagai Kota Posdaya. Pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini menjelaskan, prinsip utama yang akan dipelajari adalah pengurus dan anggota Posdaya yang melakukan pendataan keluarga. Tidak boleh diwakilkan kepada mahasiswa KKN. Intinya adalah bahwa seluruh penduduk tahu dirinya dalam peta yang di tempel dalam setiap Posdaya. jadi petanya itu adalah peta sederhana lalu kemudian tiap rumah, tiap keluarga dituliskan di situ. Karena ini peta biasa jangan takut memberi kepercayaan kepada pengurus dan anggota Posdaya untuk membuat peta. Peta keluarga ini tiap bulan menjadi bahan diskusi di Posdayanya masing-masing. Jadi peta ini memberi petunjuk kepada Posdaya kalau mau melepaskan kemiskinan tidak usah muluk-muluk tetapi sederhana. Seperti misalnya keluarga prasejahtera tidak makan dua kali sehari, bagaimana caranya menjadi keluarga Sejahtera I kalau hanya itu saja kekurangannya. Maka Posdaya bisa berunding dengan anggotanya. Prof Haryono Suyono menegaskan, “Pendataan itu adalah pendataan keluarga anggota Posdaya yang dilakukan sendiri oleh setiap Posdaya, sehingga setiap Posdaya itu kita harapkan nanti melakukan pendataan anggotanya dan pendataan ini hasilnya dipetakan,” ujarnya seraya menambahkan, “Dalam pemetaan ini kemudian setiap keluarga dan tempat-tempat strategis seperti masjid, sekolah, tempat pelayanan kesehatan itu ada di peta dan nanti tiap keluarga itu dipetakan menurut tahapannya seperti Prasejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III dan Sejahtera III plus.” Selain itu mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie menguraikan, “Arahnya adalah agar setiap Posdaya itu berkonsentrasi kepada keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I. Dan secara gotong royong kemudian keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I itu ditingkatkan menjadi Sejahtera II, Sejahtera III dan Sejahtera III plus. Jadi inti pendataan adalah itu, sehingga Posdaya nanti tidak kurang dari 3.000 sampai 5.000 Posdaya di seluruh Indonesia akan menunjukkan kegesitannya
bagaimana mengentaskan kemiskinan.” Prof Dr Haryono Suyono berharap agar di setiap desa pendataan ini kemudian dapat menstimulir pimpinan-pimpinan desa, lurah, camat kemudian juga bupati karena tahun ini setiap desa akan menerima anggaran tidak kurang dari Rp 1,5 miliar itu bisa dilakukan pendataan yang lebih luas lagi dan akhirnya nanti bisa melakukan pemberdayaan keluarga yang miskin di daerahnya. Dan pendataan ini menjadi satu model yang dapat ditiru dan diterapkan untuk seluruh desa di Indonesia. Sementara itu Koordinator Wilayah IV Daerah Istimewa Yogyakarta Prof Suratman menjelaskan, “Selama beberapa periode telah kami laksanakan yaitu koordinasi rutin sebanyak 10 LPPM dengan sistem musyawarah bergilir sehingga ini masih kita langgengkan agar kolaborasi antar Tri Darma LPPM itu menjadi penguat dari Posdaya Istimewa tersebut.” Menurutnya, saat ini sudah ada 260 Posdaya yang didampingi oleh LPPM Korwil DIY. “Tentu saja pembinaan Posdaya ini ditumbuhkembangkan. Posdaya itu harus istimewa dan hidup. Ini menjadi tugas LPPM dan pemerintah daerah setempat dan pengurus Posdayanya harus kita perkuat,” kata Prof Suratman. Prof Suratman juga memaparkan saat ini wilayah kerjanya masih di empat kabupaten dan satu kota. Nampaknya kota ini menjadi wilayah yang subur untuk Posdaya padahal sempit ruang geraknya, terbukti yang banyak juara lomba Posdaya dari Kota Yogyakarta. Artinya Posdaya ini dapat menyentuh daya tahan dan kreatifitas. Harapannya 260 Posdaya ini tetap langgeng, subur, makmur. “Dengan Posdaya ini titik-titik kesuburan akan kita petakan, apakah produk-produknya itu telah disuburkan oleh pemerintah lokalnya,” ucapnya.
Peserta Training of Trainer Pendataan dan Pemetaan Korwil DIY antusias mengikuti pelatihan di Grand Quality Hotel, Yogyakarta.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
27
Rektor UST Drs H Pardimin, MPd, PhD saat memberikan sambutan dan membuka Pelatihan Pendataan dan Pemetaan Keluarga Indonesia untuk Korwil DIY.
28
Untuk itu, lanjut Prof Suratman, Koordinator Wilayah DIY mencanangkan untuk implementasinya kepada pengentasan kemiskinan sesuai dengan program-program untuk kemandirian dan ekonomi sejahtera bagi para keluarga. Oleh karena itu pendataan kemiskinan ini di DIY mutlak dilaksanakan para penyelenggara Posdaya melalui KKN Posdaya. “Dengan asumsi ini kami ingin mengangkat Posdaya Istimewa, yaitu Posdaya ini menjadi laboratorium ekonomi kerakyatan. Harapannya dengan pendataan dan pemetaan, keluarga Prasejahtera khususnya itu segera dapat terentaskan kemiskinannya. Kita akan mencoba untuk tiga tahun tuntas program ini,” imbuh Prof Suratman. Ada sepuluh perguruan tinggi yang bergabung menyelenggarakan KKN Posdaya. Dari sepuluh perguruan tinggi ini sudah dapat mencapai lebih dari 260 Posdaya yang ada di DIY. Posdaya-Posdaya yang dibina itu telah mampu mengangkat program-program meningkatkan keluarga Prasejahtera atau yang miskin menjadi keluarga yang mandiri ekonominya. Terutama yang di kota, pengangguran sudah mulai berkurang. Juga produk-produk kreatif ekonomi ini sangat menjanjikan untuk memperkuat ekonomi kerakyatan. Kendala dari perkembangan Posdaya di DIY di antaranya adalah yang pertama dari faktor internal yaitu organisasi Posdaya itu sendiri. Yang kedua adalah kreatifitas hasil karya itu kadang-kadang tersaingi oleh pasarpasar yang sudah berkembang. Untuk itu Posdaya di DIY akan memberikan contoh dapat mengolah sumber daya dan dapat menikmati hasil karya anak bangsa.
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Turut hadir pada acara tersebut Asisten Deputi Advokasi dan Informasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, Asisten Deputi Perencanaan dan Monitoring Fadhil Binur, SKom, Konsultan Yayasan Damandiri Hendar Sutisna Madjan, SE, MA dan Asisten Deputi Bidang Pemanfaatan Data Yayasan Damandiri Ir Anna Murnijati, MMA. Pada kesempatan yang sama Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Drs H Pardimin, MPd, PhD menegaskan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tetap berkomitmen membantu semua program-program dari Yayasan Damandiri khususnya adalah program-program Posdaya. Baik yang diterapkan implikasinya oleh mahasiswa yang KKN kemudian para dosen di dalam membimbing, membina dan juga melakukan pengabdian masyarakat bahkan penelitian. UST juga sudah membimbing 400 Posdaya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Drs H Pardimin, MPd, PhD juga menyambut baik dan memberikan apresiasi dengan program yang digulirkan Yayasan Damandiri yang di pimpin Prof Dr Haryono. “Saya kira ini langkah yang sangat penting dan sangat mendasar karena dari data dasar ini akan bisa kita buat planning berikutnya untuk pengembangan. Dan insya Allah ini bisa dikembangkan program-program selanjutnya yang lebih konkrit dan tepat. Rektor UST ini berharap hasil dari pelatihan pendataan dan pemetaan yang diikuti oleh LPPM Universitas Gajah Mada, LPPM Universitas Ahmad Dahlan, LPPM UST, LPPM Universitas Janabadra, LPPM Universitas Negeri Yogyakarta, LPPM STPMD-APMD, LPPM UPN Veteran Yogyakarta, LPPM Universitas Atmajaya, LPPM Universitas Mercu Buana, LPPM Universitas PGRI Yogyakarta, LPPM UIN Sunan Kalijaga, LPPM IAIN Walisongo Semarang, LPPM Unsiq Wonosobo, LPPM UII Yogyakarta dan STAIN Salatiga ini harus ditindaklanjuti untuk membuat program dalam pengembangan Posdaya sehingga keluarga Prasejahtera yang ada dalam Posdaya itu dapat menjadi keluarga Sejahtera I. SUL/DH
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
29
POSDAYA PEMERINTAH
Senam Posdaya Indonesia Raih Rekor MURI Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) membuat decak kagum berbagai kalangan. Kiprahnya bukan saja menggairahkan kembali budaya gotong royong dan peduli sesama, namun mampu memotivasi semangat dalam berbagai aktivitas. Buktinya, dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Pacitan, Jawa Timur ke-270, Pemerintah Kabupaten Pacitan menggelar Senam Posdaya Indonesia pada Jumat pagi 13 Februari 2015 lalu. Luar biasa, sebanyak 4.133 peserta antusias mengikutinya. Tak heran, bila Museum Rekor Indonesia (Muri) pun mencatatkan peristiwa itu ke dalam agendanya.
Ribuan warga Pacitan antusias mengikuti gerakan Senam Posdaya Indonesia. [FOTO-FOTO: ADE S]
30
S
UKSES Kabupaten Pacitan memecahkan Rekor Muri saat melakukan Senam Posdaya Indonesia dengan peserta terbanyak, tak lepas dari peran para pengurus anggota Posdaya berikut seluruh anggota keluarganya. Sebanyak 2.050 Posdaya yang kini sudah terbentuk di seluruh Kabupaten Pacitan turut andil dalam peristiwa itu. Tak pelak, Senam Posdaya Indonesia yang merupakan bagian Festival Posdaya Kabupaten Pacitan yang berlangsung di alun-alun Kabupaten Pacitan itu membuat bangga seluruh masyarakatnya. Acara yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Pacitan, Yayasan Damandiri Senam Tera Indonesia (STI) dan Asosiasi Pengusaha dan Pekerja Jasa Binatu (Appjabi) Jakarta, Pengda PWRI Pacitan dan IKIP PGRI Pacitan ini menarik perhatian berbagai kalangan. Seluruh jajaran Pemkab Pacitan dan ribuan warga Pacitan semangat mengikuti kegiatan ini. Apalagi menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Wakil
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Bupati Pacitan Drs H Soedjono. Tak ayal, acara yang berlangsung di alun-alun Kabupaten Pacitan ini tampak semarak dan berkesan. Turut serta dalam kegiatan ini Ketua Umum Paguyuban Warga Pacitan (PWP) Dr H Sudibyo Alimoeso, MA, Sekda Pacitan, Ir Mulyono, MM, mantan Dirut Perum Bulog Ir Sutarto Alimoeso, MM, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unnes Prof Dr Totok Sumaryanto F, MPd, Direktur Kepatuhan Bank UMKM Jatim Purnomo Hadi W, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Asiten Deputi Advokasi dan Informasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, Asisten Deputi Program Pemberdayaan Yayasan Damandiri Faozan Alfikri, SH, MKM, Jajaran SKPD Pemkab Pacitan, para anggota PWRI Pacitan, para kader Posdaya dan warga Pacitan lainnya. Jumat pagi yang cerah saat itu, mewarnai semangat ribuan warga Pacitan. Sebanyak 4.133 peserta dari 25 desa dan kelurahan di Pacitan antusias mengikuti Senam Posdaya Indonesia.
Mereka adalah komunitas senam Pacitan, anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI), Keluarga anggota Posdaya, Bina Keluarga Remaja, instansi pemerintah, dan pelajar. Acara yang dipusatkan di alunalun Pacitan itu pun riuh dengan sorak gembira peserta Senam Posdaya Indonesia. Tak lama, musik pun bergema mengiringi gerakan tubuh peserta senam yang dipandu oleh instruktur Senam Tera. Liukan setiap gerakan tentunya menyehatkan tubuh. Mereka pun terlihat antusias dan saling sinergi memadukan setiap gerakan. Demi mewujudkan Rekor Muri, pihak panitia Festival Posdaya sebenarnya menargetkan sebanyak 2500 peserta yang mengikuti kegiatan itu. Namun di luar perkiraan, setelah dilakukan perhitungan peserta Senam Posdaya Indonesia mencapai 4.133 orang. Luar biasa, panitia dan seluruh jajaran Pemkab Pacitan dibuatnya decak kagum atas semangat yang ditunjukkan warganya. Banyaknya jumlah peserta yang mengikuti kegiatan itu, membuat Muri mencatatkan kegiatan Senam Posdaya Indonesia itu dalam buku Muri dengan nomor 6832/R MURI/II/ 2015. Manajer Muri Wida Sri Widayati pun menyerahkan Piagam MURI ini kepada penggagas Posdaya yang juga Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Pacitan Indartato yang diterima Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono. Kabupaten Pacitan memang bukan momen itu saja yang mencatatkan wilayahnya meraih Muri. Sebelumnya, Pacitan pun meraih rekor Muri berkat mencatat capaian rekor replika pace dengan kain terbesar, wayang beber terpanjang, menggoreng ikan tuna dengan peserta terbanyak dan relief perjuangan Jenderal Soedirman. Selain itu juga tercatat rekor batik pace terpanjang dan rontek gugah nagari dengan peserta terbanyak. Begitupun dengan Yayasan Damandiri,
Prof Dr Haryono Suyono saat menyerahkan bibit tanaman durian kepada Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono.
yang bukan kali ini saja meraih Muri. Pada 28 Mei 2014 lalu yayasan ini dicatatkan namanya sebagai peraih Muri. Berkat upayanya dengan bekerja sama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universistas Merdeka (Unmer) Malang, Jatim, Yayasan Damandiri menyelenggarakan kegiatan penandatangan (MoU) antara Walikota Malang dengan Perguruan Tinggi terbanyak yaitu sebanyak 32 Perguruan Tinggi baik negeri maupun suasta yang sudah bekerja sama dengan Posdaya. Pada kesempatan itu, atas nama warga Pacitan, Yayasan Damandiri, Posdaya seluruh Pacitan dan Appjabi Jakarta Prof Dr Haryono Suyono mengimbau agar seluruh peserta Senam Posdaya Indonesia tidak langsung pulang tapi ikutilah rangkaian acara lainnya hingga selesai. “Lihatlah di hadapan saudara-
Manajer Muri Wida Sri Widayati saat menyerahkan Piagam MURI kepada penggagas Posdaya yang juga Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono disaksikan Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono, jajaran Pemkab Pacitan, Yayasan Damandiri dan Appjabi Jakarta.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
31
yang akarnya kuat tetapi buahnya enak,” pinta Prof Haryono seraya mengungkapkan rasa bangga atas banyaknya peserta yang ikut dalam kegiatan itu sehingga meraih rekor Muri. Dirinya memberikan apresiasi terhadap semangat masyarakat Pacitan itu. “Muri ini penghargaan bagi masyarakat Pacitan dan melalui Posdaya, saya berharap kesejahteraan masyarakat bisa meningkat. Terlebih program Posdaya bersinerg dengan pemerintah daerah melalui Grindulu Mapan,” ujar Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono (kedua dari kiri) dan mantan Dirut Perum Bulog Ir Sutarto Alimoeso, MM, (kiri) bergambar bersama para instruktur Senam Tera Indonesia.
32
saudara, di sini ada berbagai doorprize menarik. mulai dari sepeda, kulkas, televisi, kipas angin dan hadiah menarik lainnya. Jangan cepat-cepat pulang. Berbelanjalah pada warung-warung Posdaya yang ada di pinggirpinggir jalan. Bantulah rakyat Pacitan yang prasejahtera menjadi lebih sejahtera. “Setuju…!” cetus Prof Haryono “Setujuuu…,” jawab ribuan peserta senam yang datang dari berbagai pelosok Pacitan. Di hadapan ribuan warga Pacitan Prof Haryono mengimbau agar masyarakat Pacitan terus menggelorakan hidup gotong royong memperingati ulang tahun Kabupaten Pacitan ke-270. “Selamat ulang tahun Kabupaten Pacitan,” ungkapnya. “Hari ini saya akan menyerahkan secara simbolis penghijauan untuk Kabupaten Pacitan. Lebih dari 400 bibit pohon durian yang rasanya enak akan ditanam di tanah Pacitan. Mudah-mudahan pada ulang tahun berikutnya kita sudah bisa melihat itu tumbuh dengan baik. Selain itu, kita akan ‘menjerukkan’ Kabupaten Pacitan, kita akan menanam macammacam tanaman. Terutama yang harus menanam adalah keluarga prasejahtera. Supaya ikut serta membangun ekonomi Pacitan,” papar Prof Haryono seraya meminta Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono tampil ke panggung untuk menyerahkan aneka tanaman secara itu. Pemberian bibit ini, kata Prof Haryono, bukan hanya sekedar memberikan bibit tetapi sudah diteliti dari dinas Pertanian baik struktur tanah maupun kadar airnya cocok ditanami bibit tersebut. “Oleh karena itu, masyarakat harus diajari bagaimana cara pengembangbiakan tanaman tersebut melalui stek atau okulasi dikombinasikan dengan pohon
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Haryono. Secara simbolis Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono pun menyerahkan sejumlah bibit tanaman buah, kepada Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono. Untuk tahap pertama menyerahkan tidak kurang dari 350 bibit durian Matahari, 100 bibit Manggis dan 100 bibit Sirsak dan 20 Kg Jagung Hibrida Lokal dan bibit buah lainnya seperti jeruk, melon yang berbeda rasanya. SedangkanWakil Bupati Pacitan Drs H Sudjono mengungkapkan rasa syukur atas banyaknya partisipasi dan dukungan yang luar biasa dalam rangka HUT Pacitan kali ini dari warga Pacitan yang ada di Jakarta khususnya mantan pejabat seperti Prof Dr Haryono Suyono. “Mudah-mudahan bantuan tersebut bisa menyejahterakan masyarakat Pacitan,” tutur H Sudjono seraya bersyukur kegiatan yang digelarnya mendapat anugerah dengan meraih rekor Muri. Dia berharap, dengan rekor tersebut bisa mengangkat Pacitan dalam rangka mempercepat menyejahterakan masyarakat. “Alhamdulillah, apalagi dengan adanya bantua berbagai jenis bibit tanaman yang diserahkan Prof Dr Haryono Suyono,” imbuh Soedjono. Agenda Festival Posdaya Kabupaten Pacitan dalam rangka memeriahkan Ulang Tahun Pacitan ke 270 pada Jumat pagi 13 Februari 2015 lalu itu memang berlangsung meriah. Setelah Senam Posdaya Indonesia, kemudian dilanjutkan jalan sehat, pembagian doorprize dan bazar produk UKM anggota Posdaya Pacitan. Selain itu, aneka kuliner khas Pacitan yaitu serundeng dan abon ikan menjadi pelengkap acara yang dipusatkan di alunalun Pacitan. ADE S
POSDAYA PEMERINTAH
Duta Posdaya Sumatera Siap Gelorakan Posdaya “Presiden” Posdaya menunjuk Duta Posdaya Sumatera. Sebagai Duta Posdaya Nofrijal, MA siap menjalankan amanah dan kepercayaan ini dengan sebaik mungkin. Posdaya akan digelorakan hingga ke seluruh Sumatera. Prof Dr Haryono Suyono mengumumkan pendaulatannya menunjuk H Nofrijal, MA sebagai Duta Posdaya Wilayah Sumatera di sela sambutannya meresmikan secara simbolis 4 Posdaya di Posdaya Benteng Jembatan Hati, di Nagari Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang. [FOTO-FOTO: HARI]
S
EIRING dengan semakin merebaknya pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) di hampir seluruh Indonesia, termasuk di wilayah Sumatera. Posdaya di Sumatera sudah tumbuh dan berkembang di sejumlah wilayah, seperti Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat. Untuk mendorong pertumbuhan sekaligus menyebarkan virus pemberdayaan melalui Posdaya, “Presiden” Posdaya yang juga penggagas Posdaya, Prof Dr Haryono Suyono mendaulat H Nofrijal, MA sebagai Duta Posdaya Wilayah Sumatera. “Untuk lebih menggelorakan kegitan pemberdayaan keluarga di pedesaan melalui Posdaya di wilayah Pulau Sumatera, saya mendaulat H Nofrijal, MA sebagai Duta Posdaya Wilayah Sumatera,” kata Prof Haryono di hadapan Rektor, Wakil Rektor dan Ketua LPPM Universitas Andalas Padang, Universitas Tamansiswa Padang, jajaran pejabat SKPD yang mewakili Walikota Padang, camat, lurah, tetua adat, ketua dan kader Posdaya serta mahasiswa KKN Tematik Posdaya di Majid Nurul Iman, Limau Manis Selatan, Kota Padang. Pendaulatan itu disampaikan mantan Menko Kesra dalam sisipan sambutannya saat
akan meresmikan secara simbolis 4 Posdaya karya mahasiswa KKN Unand, di Posdaya Benteng Jembatan Hati Nagari Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Penggagas Posdaya menuturkan alasanya mendaulat Nofrijal sebagai Duta Posdaya Sumatera, karena konsistensi dan komitmenya yang sudah teruji. Hal itu ditunjukkan Nofrijal saat bertugas di Sulawesi Tengah yang berhasil menggelorakan Posdaya di sana. Demikian juga saat bertugas di daerah lainnya, serta ke Sumatera Barat, Nofrijal pun semakin bersemangat mengembangkan Posdaya. “Konsistensi dan komitmennya Sdr Nofrijal terhadap Posdaya tidak perlu diragukan lagi, sehingga saya mendaulatnya sebagai Duta Posdaya untuk Wilayah Pulau Sumatera,” kata Prof Haryono. Mendapat kepercayaan didaulat sebagai Duta Posdaya Sumatera, H Nofrijal, MA merasa bersyukur sekaligus mendapat tanggung jawab baru dalam kegiatan kemasyarakat. Sebagai mahluk sosial, Nofrijal pun siap memberikan segala pengetahuannya bagi pengembangan Posdaya di wilayah Sumatera. Sebagai warga Minang, Nofrijal pun menyitir petatah petitih leluhurnya yang terus terjaga Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
33
Gubenur Sumbar Prof Irwan Prayitno yang telah berkenan memberikan apresiasinya dengan menyerahkan penghargaan pada para juara Lomba Posdaya Terbaik tingkat Provinsi Sumbar belum lama ini.
dengan baik sebagai kekayaan khasanah budaya. “Ketika kembali berpijak pada petatahpetitih Minang, ‘Mancaliak tuah ka nan manang, maliek contoh ka nan sudah’ (melihat pada sesuatu yang berhasil, melihat pada sesuatu yang telah dilakukan). Maka, Posdaya-Posdaya yang telah dijalankan secara sungguh-sungguh oleh
34
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
masyarakat Indonesia, terbukti dapat memberikan perubahan kearah kehidupan yang lebih baik,” katanya. Dengan demikian, lanjut Nofrijal, apa yang menjadi tantangan dan persoalan pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yaitu bagaimana menciptakan masyarakat yang makmur, sejahtera secara adil dan merata, seperti halnya yang telah dinukilkan dalam amanah konstitusi, yaitu pembukaan UndangUndang Dasar 1945, mewujudkan ‘Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur’ pada dasarnya dapat diwujudkan. Nofrijal menyebut optimisme kesiapannya bisa mengembangkan Posdaya di seluruh Sumatera, karena adanya dukungan dan antusias perguruan tinggi di Sumatera yang tinggi. Misalnya saja, di Sumatra Barat bersama dengan lembaga pengabdian masyarakat dan 107 perguruan tinggi telah mengadakan kesepakatan untuk mengembangkan Posdaya di Kota Padang, Kabupaten Padang Panjang, Tanah Datar, Solok dan lainnya. Masyarakat Minangkabau memiliki filosofi ‘Alam Takambang Jadi Guru’. Secara sederhana dapat dipahami bahwa orang Minang dalam kehidupannya belajar pada alam, karena alam yang begitu luas telah memberikan banyak contoh dan pelajaran yang berguna bagi kehidupan manusia. Maka dari itu, kemampuan bernalar dan berfikir manusia menjadi sebuah ‘keharusan’ untuk menggunakannya semaksimal mungkin, sebagai konsekuensi makhluk yang berakal. “Secara kebudayaan, turunan filosofi orang Minangkabau dapat berupa petatah-petitih. Salah satunya adalah ‘awak samo awak dan barek sapikua ringan sajinjiang’, sebagai cerminan masyarakat komunal. Pola hidup yang telah turun-temurun seperti halnya tersebut, tentu sejalan dengan apa yang telah dilaksanakan oleh Yayasan Damandiri melalui Posdaya,” katanya. Dengan didaulatnya Duta Posdaya diharapkan akan mempercepat pertumbuhan Posdaya di wilayah Sumatera. HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Pendataan dan Pemetaan Keluarga Posdaya
Sejahterakan Masyarakat Pacitan Perkembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, patut mendapat acungan jempol. Dari masa ke masa jumlahnya kian melonjak pesat. Tercatat sebanyak 2.052 Posdaya kini tersebar di berbagai pelosok wilayah Pacitan. Tak pelak, keberadaannya pun turut memberi kontribusi berharga bagi upaya pengentasan kemiskinan kabupaten yang kini tepat berusia 270 tahun. Sebagai langkah nyata mewujudkannya, Pemerintah Kabupaten Pacitan menggelar acara Pelatihan Pemetaan Keluarga dan Intervensi Menolong Keluarga Prasejahtera pada Jumat siang 13 Februari 2015 lalu. Sehingga diketahui berapa jumlah keluarga prasejahtera dan prasejahtera yang sudah sejahtera di setiap Posdaya.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberi pembekalan kepada para peserta Pelatihan Pemetaan Keluarga dan Intervensi Menolong Keluarga Prasejahtera. [FOTO-FOTO: ADE S]
A
CARA yang digelar sebagai rangkaian agenda Festival Posdaya dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Pacitan ke-270 ini mendapat perhatian berbagai kalangan. Sebanyak 400 peserta antusias mengikuti acara ini. Di antaranya tidak kurang dari 200 Posdaya mewakili dari 2052 Posdaya di Pacitan mengikuti pelatihan ini. Mereka akan mendapat bantuan dari Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Pacitan untuk mengembangkan Posdaya. Apalagi sebanyak 12 camat dan sejumlah kepala desa dan lurah dari seluruh Kabupaten Pacitan juga turut serta mengikuti kegiatan ini. Acara yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Pacitan, Yayasan Damandiri Pengurus Daerah Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Pacitan, Relawan Posdaya serta LPPM Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Pacitan ini juga
mendapat perhatian para tokoh nasional asal Pacitan. Di antaranya Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Menko Kesra dan Taskin era Presiden HM Soeharto, mantan Kabulog Ir Sutarto Alimoeso, MM serta Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Dr Sudibyo Alimoeso, MA. Tak pelak, acara yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Pacitan, Jl Jaksa Agung Suprapto No 8 Pacitan, Jatim ini tampak meriah dan berkesan. Pada kesempatan itu Ketua Yayasaan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pentingnya langkah pendataan dan pemetaan keluarga untuk mengetahui secara riil kondisi sesungguhnya keluarga Pacitan. “Para peserta akan terjun kedesa-desa di Pacitan untuk memetakan keluarga prasejahtera di Posdayanya masingmasing yang berada di 12 Kecamatan dan 170 desa di seluruh Pacitan. Dari pemetaan tersebut akan diketahui berapa jumlah keluarga prasejahtera disetiap Posdaya,” tutur Prof Haryono Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
35
Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono saat menyampaikan sambutan di hadapan peserta pelatihan.
Suasana kegiatan Pelatihan Pemetaan Keluarga dan Intervensi Menolong Keluarga Prasejahtera yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Pacitan.
36
saat menyampaikan paparannya. Menurutnya, langkah ini gunanya untuk membuat perencanaan, di mana keluarga prasejahtera di tiap-tiap Posdaya secara bersama-sama diajak melihat apakah keluarganya yang prasejahtera sudah sejahtera. “Apakah nanti keluarga akan miskin lagi atau tidak? Lusa akan miskin lagi atau idak, tahun depan miskin lagi atau tidak? Sehingga keluarga prasejahtera atau keluarga miskin yang belum sejahtera di setiap Posdaya bisa kita keroyok bersama-sama untuk agar tidak miskin,” ujar Prof Haryono seraya menambahkan di seluruh Pacitan kini dari 100 keluar ga masih ada sekitar 15-20 keluarga yang masih miskin. “Kemudian kita lihat apakah yang 80 yang tidak miskin itu bisa membantu yang masih miskin? Kalau yang 80 keluarga ini tidak mau menolong yang miskin maka tahun depan akan saya lombakan yang menang akan mendapat
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
pengharagaan. Prinsip utamanya bahwa pengurus dan anggota Posdaya harus terlibat langsung dalam pendataan pembuatan peta,” kata pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini seraya menegaskan pembuatan peta keluarga ini harus dikonsultasikan dengah kelurahan, kar ena yang dilatih saat ini hanya 200 pengurus Posdaya padahal jumlah Posdaya di Pacitan ada 2050 Posdaya. Diakui Prof Haryono, keterlibatan SKPD dalam pengentasan kemiskinan sangat diperlukan. Karena kalau keluarga miskin pada tahun ini sebanyak 20 keluarga tetapi tahun berikutnya berkurang itu menandakan bahwa ada kepedulian keluargamampu kepada orang miskin. “Kalau hal itu terus dilakukan maka orang miskin di Pacitan akan habis dan berubah menjadi keluarga sejahtera,” tegas Menko Kesra dan Taskin era Pak Harto ini di hadapan ratusan peserta. Dengan demikian, lanjut Prof Haryono, pada akhir tahun ini setiap anggota Posdaya setelah melakukan pendataan dilanjutkan membuat peta. “Dengan peta tersebut dapat diketahui siapa yang ada di garis merah, garis putih, garis biru. Garis merah adalah keluarga prasejahtera, garis kuning keluar ga prasejahtera satu dan seterusnya,” tegasnya. Sehingga setiap bulan ketika mengadakan rapat keluarga warna merah sudah berubah menjadi keluarga warna kuning, artinya naik peingkata menjadi keluarga prasejahtera satu dan seterusnya. Kalau sampai warna-warana itu setiap bulannya tidak berubah berarti Posdayanya mandek dan perlu dicari penyebabnya. Prof Haryono mengingatkan, pada tahun 1997 Indonesia pernah mendapat penghargaan dari PBB karena dapat menurunkan 70% keluar ga miskin menjadi 11%. Tetapi sejak tahun 1997 yang 11% sampai sekarang tetap 11%. “Itu berarti hingga 15 tahun terakhir ini kita seperti menari poco-poco. Diharapkaan dalam waktu tiga tahun ini
keluarga miskin yang 17% di Pacitan bisa diselesaikan,” ujarnya. Ditambahkannya, ada sekitar 700 warga yang berasal dari Pacitan menjadi pengusaha Binatu yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha dan Pekerja Jasa Binatu (Appjabi) di Jakarta ikut memberikan dukungan dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten Pacitan. Mereka membantu berupa alat-alat produksi yang bermanfaat bagi warga Pacitan yang masih hidup prasejahtera untuk menjadi pengusaha apa saja sesuai potensi lokal yang dapat dikembangkan didaerahnya. “Interfensi Pak Camat yang diberikan kepada rakyat, tidak perlu muluk-muluk, kalau ada mesin yang mau dibantukan ke desa listriknya jangan lebih dari 450 WAT, karena jatah listrik warga desa tidak lebih dari 450 WAT. Kalau listriknya lebih dari 450 WAT pasti mesinnya tidak jadi dipakai didesa,” ungkap Prof Haryono seraya menegaskan salah satu untuk memberdayakan keluarga prasejahtera dia harus bekerja. Bekerjanya bisa di umah r tangga orang yang hidupnya sudah sejahtera, bisa jadi tukang kebun, pembantu rumah tangga atau buruh apa saja. Hadir pada acara ini Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono, Sekda Pacitan, Ir Mulyono, MM, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unnes Prof Dr Totok Sumaryanto F, MPd, Direktur Kepatuhan Bank UMKM Jatim Purnomo Hadi W, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Asisten Deputi Advokasi dan Informasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, Asisten Deputi Program Pemberdayaan Yayasan Damandiri Faozan Alfikri, SH, MKM, Jajaran SKPD Pemkab Pacitan, para anggota PWRI Pacitan, para camat se-Kabupaten Pacitan, para kepala desa/lurah se-Kabupaten Pacitan, para
kader Posdaya dan undangan lainnya. Sedangkan Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono yang mewakili Bupati Pacitan Drs Indartato, MM yang berhalangan karena dipanggil rapat Presiden RI Jokowi di Istana Bogor, Jabar, menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan seluruh jajarannya atas kepedulian yang begitu besar dalam upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat Pacitan melalui Posdaya. Dirinya bersyukur perkembangan Posdaya di Kabupaten Pacitan dari waktu ke waktu jumlahnya terus berkembang pesat. “Alhamdulillah, atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Pacitan, Yayasan Damandiri, para akademisi, para relawan Posdaya dan seluruh masyarakat Pacitan, perkembangan Posdaya sangat menggembirakan. Sejak dilaunching 7 Februari 2011 lalu hingga Desember 2014 jumlahnya sudah mencapai 2.052 Posdaya,” tutur H Soedjono seraya menegaskan melalui kegiatan pelatihan pemetaan ini dirinya dan seluruh jajarannya siap untuk mendampingi sekaligus mengawal para kader Posdaya dalam melaksanakan pemetaan keluarga di seluruh Pacitan. Selamat! ADE S
Ratusan peserta Pelatihan Pemetaan Keluarga dan Intervensi Menolong Keluarga Prasejahtera tampak dengan seksama menyimak paparan Prof Dr Haryono Suyono.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
37
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Prof Haryono Beri Arahan Supervisor dan Manajer Tabur Puja Sumbar Selain berkembang pesat dan memberi manfaat bagi masyarakat, kehadiran lembaga Tabur Puja di Sumatera Barat juga mampu membantu meningkatkan ekonomi para keluarga miskin yang tergabung dalam kegiatan Posdaya di bumi Minangkabau.
Sambil santap makan malam, Prof Dr Haryono Suyono didampingi Dr Mazwar Noerdin dan Rektor Unitas Padang memberikan arahan dan pembekalan pada Supervisor dan manajermanajer Tabur Pulau Sumatera Barat.
38
P
ROGRAM ekonomi financial inklulusion skim kredit Tabungan dan Kredit Pundi Kesejahteraan (Tabur Puja) yang digulirkan Yayasan Damandiri di Provinsi Sumatera Barat mampu membantu mendorong dan memotivasi keluarga-keluarga miskin yang tergabung dalam Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) untuk bekerja keras memaksimalkan usaha ekonomi produktifnya. Keikutsertaan keluarga-keluarga miskin yang tergabung dalam kelompok-kelompok usaha ekonomi produktif yang tergabung di Posdaya, dalam menabung dan mengambil kredit Tabur Puja mampu meningkatkan partisipasi keluarga secara inclusif untuk membangun berdasarkan prinsip ekonomi kerakyatan dan blue economy.
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
“Biarpun pinjaman ini rendah, hanya sebesar Rp 2 juta, tetapi diberikan tanpa agunan dan tanggung renteng antar anggota Posdaya. Sifat kredit ini menjemput bola yaitu mendatangi tempat berkumpulnya calon nasabah dalam kegiatan Posdaya. Kelompokkelompok ini saling memperkuat kepercayaan antar anggotanya dan berjanji untuk saling tanggung renteng. Artinya kalau nanti seseorang dari anggota kelompok ini belum sempat membayar cicilan pada waktunya, teman satu kelompok akan membayarnya terlebih dulu. Persatuan antar keluarga dan rekannya itu menjadi inti dari kegiatan gotong royong di dalam kelompok Posdaya,” kata Prof Dr Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri pada saat memberikan arahannya pada supervisor dan para manajer Tabur Puja sembari makan malam di Restauran Lamun Ombak, Kota Padang, Sumatera Barat, belum lama ini. Yayasan Damandiri menggulirkan skim Tabur Puja bukan untuk mencari untung tetapi ingin membantu mengentaskan kemiskinan. “Kalau hanya ingin bisnis, dana yang ada diserahkan bank kemudian Damandiri tinggal memetik hasilnya. Tetapi bukan itu,” ujarnya. Lembaga keuangan non bank Tabur Puja berkembang sangat pesat dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang memiliki usaha kecil serta tidak bankable, di berbagai daerah termasuk di Sumatera Barat. Faktanya, Lembaga Tabur Puja, yang berada di bawah koordinasi Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang, Sumbar, dalam setahun sudah mampu mengucurkan dana Rp 5 miliar lebih. Dana pinjaman ini, diberikan kepada penjual jagung, singkong, atau makanan jadi, di sejumlah lokasi wisata. Jumlah pinjamannya pun hanya dibatasi Rp 2 juta. Namun, kenyataannya, seorang tukang becak yang biasanya hanya setor uang sewa, setelah memiliki usaha jualan jagung sambil narik becak, kini, memiliki sebuah becak sendiri.Sejumlah usaha kecil yang biasanya bergantung kepada pinjaman pribadi (rentenir) kini, merasa nyaman memanfaatkan dana yang disedikan Tabur Puja.
“Percuma saja kita kucurkan dana jika tak mampu mendorong peningkatan usaha dan meningkatkan kegotongroyongan,” kata Prof Haryono Suyono dalam pembekalannya kepada petugas Tabur Puja. Nampak terlihat dalam silahturahmi dan pembekalan yang berlangsung santai sambil santap makan malam bersama petugas Tabur Puja dan Ketua Yayasan Damandiri, antara lain Dr Mazwar Noerdin dan Dr Mulyono D Prawiro masing-masing selaku Deputi Direktur Bidang Kewirausahaan dan Deputi Direktur Bidang Umum Yayasan Damandiri. Dari Unitas Padang ikut hadir Rektor Unitas Prof Dr M Zulman Harja Utama, Ketua Pengawas Koperasi Unitas yang juga Ketua LP3M Ir Zasmeli Suhaemi, MP. Ikut dalam silahturahmi tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Propinsi Drs H Noprijal, MA. Ketua LPPM Unitas Padang, Zasmeli Suhaemi, mengakui lembaga Tabur Puja, sudah mampu memberikan penguatan modal kepada 40 Posdaya (masing-masing Posdaya, beranggotakan 40 usaha kecil).”Kebanyakan kader Posdaya pemanfaat Tabur Puja tersebut mengolah bahan singkong dan dijual di lokasi wisata,” jelasnya. Ada juga, anggota Posdaya lain pemanfaat Tabur Puja yang memiliki kegiatan mengolah limbah organik dan non organik, untuk menjadi pupuk dan hiasan rumah tangga. “Alhamdulillah dari hasil evaluasi, semua anggota Posdaya yang menafaatkan dana Tabur Puja tersebut, ekonomi keluarganya meningkat,” ujarnya. Yang lebih membanggakan, kredit macet nol persen. Artinya, adanya tanggung renteng membuat pinjaman menjadi lancar. Selain itu, adanya orang kaya yang membantu dan mendorong usaha dengan cara membeli kue produk Posdaya, secara rutin. Kini, Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang, Sumatera Barat, dijadikan pelopor kedaulatan sosial bagi warga miskin di wilayah ini. Unitas telah membina 275 Posdaya yang tersebar di 12 Kabupaten/ Kota di Sumatera Barat. “Sebelumnya kami telah menyeleksi secara ketat Posdaya mana saja di Kota
Padang dan kabupaten lain di Provinsi Sumatera Barat yang dinilai memenuhi persyaratan untuk mendapat bantuan modal kerja Tabur Puja,” ujarnya. Sementara itu Edy Suandi, SSos, MM, Superviser Tabu Puja untuk Padang dan Solok mengatakan Tabur Puja telah dimanfaatkan untuk membangun usaha bagi 35 Posdaya. “Untuk Padang dan Solok Tabur Puja sendiri akan melayani 50 Posdaya,” ujarnya. Dana yang terserap untuk Kota Padang sebanyak Rp 5,4 milyar dan Rp 2,6 milyar untuk Kabupaten Solok. Jumlah anggota Posdaya yang terbantu dari dana Tabur Puja sebanyak 2.600 orang untuk Kota Padang dan 1.500 untuk Kabupaten Solok. “Jadi nasabah dan pemanfaat Tabur Puja itu ternyata nasabah wanita jauh lebih banyak dari yang pria, Skim Tabur Puja melayani pelaku usaha kader Posdaya pedagang kecil dan peternakan 400 orang, melayani 220 usahawan,” imbuhnya. Selain memberi dana tambahan modal usaha, juga dilakukan pula pelatihan mengolah ikan bagi Posdaya yang mendapatkan skim Tabur Puja. Kredit Tabur Puja ini tanpa agunan dengan plafon maksimum Rp 2 juta per anggota Posdaya. Ke depan, kata Edy, selain menyalurkan Tabur Puja juga akan dilakukan pendataan dan pemetaan keluarga untuk membantu menuntaskan keluarga-keluarga miskin yang belum optimal mendapat perhatian akan bisa dioptimalkan. “Sehingga nantinya tidak ada keluarga miskin karena sudah ditingkatkan menjadi keluarga-keluarga yang lebih sejahtera,” tandasnya. HARI
Ketua Yayasan Damandiri, Deputi Direktur Bidang Kewirausahaan dan Deputi Direktur Bidang Umum Yayasan Damandiri serta Rektor dan Ketua LP3M Unitas Padang foto bersama dengan Supervisor dan manajer-manajer Tabur Puja Sumatera Barat usai silahturahmi. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
39
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Jelang Rakernas DNIKS dan KNKS di Kota Padang, Sumbar
Posdaya Ambil Peran Munas Kesejahteraan Sosial 2015 di Padang LKKS Provinsi Sumbar terus bersiap menyambut hajatan nasional Rakernas DNIKS dan KNKS pada 18 April 2015 mendatang. LKKS bekerja sama dengan perguruan tinggi Unand maupun Unitas Padang menyiapkan banyak Posdaya untuk kunjungan ratusan peserta yang datang dari seluruh Indonesia.
Sebuah baliho dengan menampilkan Ketua Umum LKKS Provinsi Sumbar Hj Nevy Irwan Prayitno terpampang di salah satu sudut Kota Padang. [FOTO-FOTO: HARI]
40
L
EMBAGA Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Propinsi Sumatera Barat, pada 18 April 2015 mendatang, akan menjadi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dan Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial KNKS), di Kota Padang. Dalam pertemuan sekaligus arahannya, Ketua DNIKS Prof Dr Haryono Suyono pada tim LKKS Sumbar yang dipimpin Parlagutan Nasution yang juga Ketua Pelaksana Harian LKKS Provinsi Sumatera Barat meminta LKKS menggandeng perguruan tinggi seperti Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang maupun Universitas Andalas menjadi mitra dalam kegiatan Munas mendatang. “LKKS perlu menggandeng lembaga pengabdian masyarakat (LPM) perguruanperguruan tinggi di Sumatera Barat untuk ikut
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
dalam kegiatan Munas DNIKS maupun KNKS VIII di Kota Padang, April mendatang. LPM perguruan tinggi mempunyai banyak Posdaya yang bisa menjadi tempat kunjungan sekaligus studi banding kegiatan pemberdayaan keluarga bagi para tamu dari seluruh Indonesia,” ujar Prof Dr Haryono Suyono. DNIKS merupakan organisasi nirlaba tingkat nasional yang berbadan hukum dan berbentuk perkumpulan sebagai wadah koordinasi dan konsultasi, yang mempunyai visi terwujudnya masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. Serta misinya mengoptimalkan jejaring dan kemitraan di bidang kesejahteraan sosial dan pembangunan sosial di tingkat nasional dan internasional. Ada pun fungsi DNIKS adalah mengkoordinasikan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh organisasi anggotanya maupun memperjuangkan mutu pelayanan kesejahteraan sosial dan pembangunan bidang sosial untuk dapat dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat. Ketua Umum DNIKS mengharapkan agar LKKS Sumbar dalam menyambut kegiatan Rakernas agar terus bersatu menggalang kebersamaan. Pengurus LKKS Sumbar menggalang kemitraan dengan lembaga atau organisasi lain termasuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di nagari-nagari. Sehingga peserta dari seluruh Indonesia dapat melakukan studi
banding melihat langsung kegiatan Posdaya sebagai forum silaturahmi untuk meneliti adanya keluarga yang karena alasan tertentu bisa mempunyai anggota yang menjadi disabilitas. Upaya penggerakkan tersebut di berbagai provinsi berhasil dengan baik, di beberapa provinsi lain sedang berkembang. Pada pertemuan siang itu, Prof Haryono juga menyampaikan akan pentingnya pemetaan keluarga Posdaya. Menurut mantan Menko Kesra dan Kepala BKKBN ini dengan adanya pendataan dan pemetaan akan membantu membuat keluarga pra sejahtera tahap demi tahap bisa menjadi keluarga sejahtera (KS), tidak langsung melompat menjadi Keluarga Sejahtera III. Tetapi harus melewati Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II) dan Keluarga Sejahtera III (KS III). Pada daerah yang padat Posdaya, dibuat peta dan pengisian Posdaya secara sistematis. Daerah padat Posdaya diambil sampel yang mudah dulu. Mereka diajak bersahabat dengan pegawai BKKBN yang ahli membuat peta untuk membantu membuat peta keluarga menaruh keluarga-keluarga di dalam peta. Salah satu indikator keluarga pra sejahtera (KS I) di antaranya tidak makan dua kali sehari, tidak punya pakaian layak untuk keperluan berbeda, bila ada anak anggota keluarga itu sakit tidak bisa dibawa ke layanan kesehatan. LKKS Sumbar Siap Semakin mendekatnya penyelenggaraan Rakernas DNIKS dan KNKN terus digiatkan upaya untuk menyemarakan kegiatan pada April mendatang. Misalnya saja, Ketua Umum LKKS Provinsi Sumatra Barat, Hj Nevi Irwan Prayitno, yang juga isteri Gubernur, terus menggiatkan sosialisasi sekaligus mengajak anggota LKKS dari seluruh kabupaten/kota se Sumatra Barat, yang umumnya dipimpin oleh isteri bupati atau walikota. Program utama LKKS Sumbar adalah pembentukan Posdaya di seluruh nagari sebagai forum silaturahmi untuk memerangi kemiskinan dan mencegah disabilitas secara dini. “Bu Nevi selaku Ketua Umum LKKS Sumbar juga selalu menganjurkan agar upaya pembentukan Posdaya bisa tuntas sehingga program-program untuk mengurangi kemis-
kinan sebagai penyebab utama disabilitas yang disebabkan kurang gizi, kurang sehat, kurang pendidikan dan miskin dapat dicegah secara dini,” kata Parlagutan. Program-program pengembangan Kebun Bergizi yang memungkinkan setiap keluarga memperoleh masukan gizi yang baik dari kebun sendiri menjadi jaminan bahwa perbaikan gizi keluarga dimulai dari kebun sendiri. Program pengembangan PAUD yang menampung semua anak balita untuk mengikuti PAUD sekaligus menjadi awal dari deteksi dini bagi semua anak balita tentang kemungkinan adanya tanda-tanda disabilitas. Dengan mengetahui perkembangan anak secara dini diharapkan dapat dicarikan solusinya melalui saluran yang tepat. “Dengan Posdaya banyak sekali kegiatan di masyarakat luas dapat dikembangkan. Salah satu kegiatan yang berkembang kembali melalui Posdaya adalah hidupnya jiwa dan semangat gotong royong,” ujar Parla. LKKS Provinsi Sumbar hingga kini menjalankan tugas membina organisasi/lembaga sosial. Sampai saat ini di Sumatera Barat telah terbentuk sebanyak 678 Posdaya yang tersebar di 19 kabupaten/kota. Posdaya mejadi lembaga kesejahteraan sosial di tingkat jorong, nagari, desa maupun kelurahan di Sumatera Barat. Lembaga Posdaya memiliki peran strategis dalam penanganan masalah sosial keluarga maupun penguatan fungsi-fungsi keluarga. Diharapkan dijadikannya sebagai tempat Rakernas DNIKS dan KNKS bisa mendorong upaya-upaya optimal dan menyegarkan berbagai rumusan kebijakan konkrit yang diyakini bersama akan mampu mendorong percepatan perwujudan kondisi masyarakat ideal yang didambakan bersama. HARI
Menjelang Rakernas DNIKS dan KNKS, Kota Padang sudah menyambut dengan banyak baliho terpampang di berbagai tempat strategis.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
41
KONVENSI POSDAYA
Tabur Puja Angkat Keluarga PrasejahteraΩPacitan Ulang Tahun Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, ke-270 tahun ini boleh jadi yang sangat spesial di antara perayaan yang pernah digelar. Keberadaan 2.052 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh wilayah Pacitan sebagai kado istimewa di antaranya. Bahkan bukan hanya itu, keterlibatan 4.133 kader Posdayanya saat mengikuti Senam Posdaya Indonesia, Kabupaten Pacitan pun kembali tercatat dalam Musieum Rekor Indonesia (Muri) sebagai peserta terbanyak. Tak heran, bila berbagai peristiwa itu menjadi topik perbincangan dalam sajian Talk Show Program Semanggi Show TVRI Jawa Timur yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan pada Jumat pagi 13 Februari 2015 lalu.
Para narasumberTalk Show Program Semanggi Show TVRI Jawa Timur yang dipandu langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan presenter TVRI Jawa Timur Shinta Nusa. [FOTO-FOTO: ADE S]
42
paikan selamat kepada Kabupaten Pacitan yang kini genap berusia 270 tahun. Dirinya pun turut member apresiasi atas suksesnya Kabupaten Pacitan dalam mengembangkan Posdaya. “Keberadaan 2.052 Posdaya di seluruh Pacitan menjadi kado spesial di hari jadinya yang ke270. Karena Posdaya salah satu programnya adalah memantapkan pembangunan keluarga. Membantu memberdayakan keluarga-keluarga Pacitan guna menguasai masalah-masalah keagamaan, kesehatan, pendiCARA yang terselenggara atas kerja dikan, kewirausahaan dan lingkungan,” tutur sama Pemkab Pacitan, Yayasan Da- pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini seraya mandiri, TVRI Jawa Timur dan Radio mempersilakan kepada salah seorang Grindulu FM Pacitan ini mendapat narasumber untuk memberi paparannya. Tampak hadir dalam acara ini Deputi Direspon dari berbagai kalangan. Apalagi talk show ini dipandu langsung Ketua Yayasan Da- rektur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono mandiri Prof Dr Haryono Suyono dan presenter D Prawiro, Asiten Deputi Advokasi dan InforTVRI Jawa Timur Shinta Nusa. Tak pelak, acara masi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, yang berlangsung di halaman belakang MA, Asisten Deputi Program Pemberdayaan Pendopo Kabupaten Pacitan, Jl Jaksa Agung Yayasan Damandiri Faozan Alfikri, SH, MKM, Suprapto No 8 Pacitan, Jatim ini sontak menjadi Jajaran SKPD Pemkab Pacitan, para anggota PWRI Pacitan, para camat dan para kepala pusat perhatian penonton dan pendengar. Tampil sebagai narasumber dalam acara ini desa/lurah se-Kabupaten Pacitan, para kader Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono, mantan Posdaya serta undangan lainnya. Tampil sebagai pembicara pertama yaitu Dirut Perum Bulog Ir Sutarto Alimoeso, MM, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan mantan Dirut Perum Bulog Ir Sutarto Alimoeso, Pemberdayaan Keluarga BKKBN Dr Sudibyo MM, yang juga sebagai Direktur Taburpuja meAlimoeso, MA, Ketua Lembaga Penelitian dan maparkan bagaimana upaya ke depan dalam Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) membangun masyarakat yang ada di pedesaan. Universitas Negeri Semarang (Unnes) Jawa “Dengan adanya Posdaya yang dikembangkan Tengah Prof Dr Totok Sumaryanto F, MPd, anggota sekaligus Pengurus Posdaya didukung Direktur Kepatuhan Bank UMKM Jatim kredit tanpa anggunan dari Tabungan dan Purnomo Hadi W dan Konsultan Posdaya Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja) Yayasan Damandiri khususnya bagi masyakat kurang wilayah Pacitan Dian Budi Anggraini. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Da- mampu diharapkan mereka mampu menggemandiri yang mengawali dialog itu menyam- rakkan ekonominya,” tutur Ir Sutarto.
A
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Dengan Tabur Puja, lanjut Ir Sutarto, mereka bisa mengembangkan ekonominya karena mereka memperoleh jaminan bahan. “Oleh karena itu, kita sengaja bangun sentra kulakan Posdaya di Kabupaten Pacitan ini,” tegasnya seraya menambahkan pusat kulakan ini bisa bekerjasama dengan pusat kulakan di daerah lainnya . Dicontohkannya, seperti Pacitan penghasil produk kripik gadung yang daerah lain tidak ada. Maka hasil itu bisa dikirim ke daerah lain melalui sentra kulakan. “Dengan Tabur Puja diharapkan bisa lebih cepat mengangkat mereka yang masih hidup prasejahtera termasuk yang ada di Pacitan. Di seluruh Kecamatan Pacitan akan ada Tabur Puja dan didirikan pusat kulakan untuk menjadi jaringan, jaringan pasar, jaringan kebutuhan pasar,” papar Ir Sutarto. Sedangkan Ketua LPPM Unnes Prof Dr Totok Sumaryanto F, MPd, mengatakan seluruh civitas akadiemika Unnes ingin terus melakukan pengabdian kepada masyarakat. “Unnes tidak mau hanya menjadi menara gading tetapi ingin menjadi menara air yang dapat mengaliri masyarakat di seluruh Indonesia,” jelasnya seraya menambahkan Unnes kini tengah melakukan kerja sama dengan Pemkab Pacitan dalam pemberdayaan guru-guru Pendidikan Usia Dini (PAUD), begitu juga dengan tata kelola pemerintahan. Unnes, lanjut Prof Totok, untuk program Posdaya diselenggarakan melalui Pogram KKN dengan Tematik Posdaya setiap tahunnya mengirim tidak kurang dari 7000 mahasiswa ke daaerah-daerah sasaran. “Ke depan kalau Kabupaten Pacitan menginginkan adanya KKN Tematik Posdaya, Unnes siap untuk mengirim mahasiswanya. Programnya adalah pembentukan Posdaya baru bagi yang belum ada Posdaya, bagi yang sudah Posdaya ditingkatkan kembali programnya, baik pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan.,” paparnya. Tahun ini Unnes diserahi pemetaan keluarga sejahtera, prasejahtera satu, prasejahtera dua, prasejahtera tiga dan prasejahtera tiga plus. Sehingga program yang dikembangkan melalui Posdaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan untuk mengurangi kemiskinan. Deputi Keluarga Sejahtera BKKBN Dr Sudibyo Alimoeso sebagai narasumber berikutnya mengungkapkan keprihatinannya atas lunturnya kekerabatan keluarga Indonesia. Menurutnya dilihat dari pembangunan keluarga ini menunjukkanesensi keluarga Indonesia yang susungguhnya yaitu kekerabatan antara keluarga lintas generasi yang mulai
luntur di Indonesia. “Namun kondisi itu berbeda di Pacitan, melalui kegiatan senam masal yang ditunjukkan para kader Posdaya membuktikan bangkitnya kembali semangat kekeluargaan, kekrabatan antara keluarga,” tutur Dr Sudibyo. Selain itu, lanjutnya, dengan memberikan bibit tanaman terutama bagi warga Pacitan kurang sejahtera ini terobosan yang sangat bagus. “Apabila ada yang memiliki lahan cukup ditanami dengan tanaman yang bermanfaat seperti buah-buahan pada jangka waktu akan meningkatkan kesejahteraan mereka, karena ada yang dipetik dan dijual menghasilkan uang,” ujar Dr Sudibyo. Diakui Dr Sudibyo, budaya menanam buahbahan seperti ini baik, begitu juga menanam sayuran di pekarangan rumah yang digagas Posdaya perlu dibudidayakan keluarga Indonesia. “Kalau pekarangan rumah banyak airnya, ya sudah ditanamai ikan saja. Selama ini Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sudah ikut berperan dalam Posdaya dengan melakukan pembinaan dan bimbingan penyuluhan kepada keluarga Indonesia,” paparnya. Sementara itu, Dian Budi Anggraini memaparkan seputar para sukarelawan Posdaya di Pacitan yang terus giat melakukan berbagai kegiatannya. Saat ini sukarelawan Posdaya di Pacitan, tengah melakukan gerakan penanaman Pisang Chavendish sebanyak 1500 batang. “Alhamdulillah, saat ini pisang tersebut telah berkembang menjadi tidak kurang dari 4500 pohon karena satu pisang beranak 3 – 4 bibit,” tutunya. Pisang Chavendis, kata dia, dipadu dengan penerima jamban keluarga sebanyak 1.000 keluarga di 12 kecamatan. “Selain itu, juga dilakukan Pelatihan pemetaan keluar ga yang diikuti 200 Posdaya, seluruh camat dan kepala desa di Pacitan,” ujar Dian. Selamat! ADE S
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Wakil Bupati Pacitan Drs H Soedjono, saat diwawancarai presenter TVRI Jawa Timur Shinta Nusa.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
43
LAPORAN UTAMA
Bulan Pemberdayaan Berdayakan Desa
Pendataan dan Pemetaan Keluarga Menuju Posdaya Sejahtera Dalam partisipasinya ikut mengentaskan keluarga prasejahtera menjadi keluarga yang lebih sejahtera, ribuan mahasiswa dari 286 perguruan tinggi di Indonesia akan terjun ke desa-desa mengadakan kegiatan KKN Tematik Posdaya. Mereka akan membuat peta keluarga Indonesia dan mendampingi pengurus Posdaya mengembangkan roadmap berisi rancangan kegiatan dan usaha mengentaskan keluarga prasejahtera menjadi keluarga yang lebih sejahtera di setiap Posdaya pilihannya.
Prof Dr Haryono Suyono tengah memberikan paparan tentang pendataan dan pemetaan keluarga pada dosen peserta pelatihan dari berbagai lembaga LPM maupun LPPM perguruan tinggi, di HSC Jakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
44
B
ERBEDA dengan beberapa waktu lalu, kegiatan mahasiswa dalam menjalankan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya perguruan tinggi mitra Yayasan Damandiri di berbagai daerah akan tinggal di desa selama satu setengah bulan mendampingi dan membantu anggota Posdaya memetakan seluruh anggotanya. Mulai Maret 2015, mahasiswa KKN Tematik Posdaya akan ditugasi membantu keluarga di Posdaya memetakan tahapan keluarga anggotanya. Para mahasiswa KKN akan tinggal di desa selama satu setengah bulan mendampingi dan membantu anggota pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) memetakan seluruh anggotanya. Keluarga prasejahtera dan sejahtera I di desa akan menjadi perhatian utama dalam pemetaan itu agar selanjutnya, dalam
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
pertemuan-pertemuan Posdaya, mendapat dukungan mengikuti proses kemajuan melalui roadmap yang disusun bersama, berkembang menjadi lebih sejahtera. Melalui pemetaan, pimpinan Posdaya diajak melakukan suatu proses bagaimana secara gotong royong mengangkat keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I. “Untuk menunjang kegiatan tersebut, terlebih dahulu sekitar 300 perguruan tinggi negeri dan swasta beserta lembaga LPPM nya dari seluruh Indonesia dipersiapkan melalui pelatihan intensif di berbagai pusat pelatihan untuk memetakan keluarga di wilayah Posdaya binaannya,” kata Prof Dr Haryono Suyono. Ketua Yayasan Damandiri mengungkapkan, peta yang dikembangkan itu didasarkan pada indikator global yang disusun bersama oleh puluhan ahli-ahli berbagai bidang termasuk petunjuk dari para guru besar perguruan tinggi ternama. Indikator nasional berbasis global itu tidak memisah penduduk miskin berdasarkan kemampuan ekonominya saja, karena PBB, sejak tahun 1990-an telah memperkenalkan indikator Human Development Index (HDI), atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Prof Haryono, indikator yang dipergunakan bukan berupa angka Indeks yang disusun berdasar kumulasi nilai berbagai variabel, tetapi berdasarkan variabel yang
mudah dimengerti oleh sasaran dan sekaligus bisa diubah oleh masing-masing sasaran yang ingin maju. “Maka dari itu indikator yang dipergunakan dibuat di masa lalu sebagai indikator sederhana dan mudah diubah oleh pelaku setiap keluarga yang menjadi sasaran pemberdayaan,” tuturnya. Para mahasiswa yang mengikuti KKN di seluruh Indonesia, melalui KKN tematik Posdaya diajak membantu anggota Posdaya binaannya membuat peta tahapan keluarga secara akurat. “Anggota Posdaya harus diyakinkan agar peta itu dijadikan bahan utama untuk membuat roadmap bagi keluarga yang ingin ditolong dientaskan dari lembah kemiskinan. Keluarga yang mampu, biasanya, karena tingkat kemiskinan secara nasional rata-rata adalah 11 persen, maka ada sekitar 89 persen yang semestinya bisa menolong keluarga miskin itu mengentaskan diri dari kemiskinan,” paparnya. Setelah peta terbentuk, setiap Posdaya diharapkan bisa mengajak keluarga yang relatif mampu secara gotong royong menolong keluarga kurang mampu mengentaskan diri dari lembah kemiskinan. Sementara itu keluarga prasejahtera yang keadaan, rumah dan sekitarnya diketahui dan dicatat dalam peta menjadi perhatian bersama. Keluarga prasejahtera diharapkan selalu diikut sertakan dalam berbagai kegiatan pembangunan di desanya, termasuk mengikuti berbagai bentuk pelatihan ketrampiklan, berbagai usaha peningkatan usaha mikro dan lainnya. “Karena upaya pembangunan keluarga dimaksudkan untuk mendorong lembaga paling kecil dalam masyarakat, yaitu keluarga, menjadi agen pembangunan manusia, maka keluarga prasejahtera itu yang dijadikan pemeran dalam setiap proses pemberdayaan,” ujarnya. Seperti dirilis Badan Pusat Statistik Pusat per tangga 2 Januari 2015, jumlah penduduk miskin September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen dan berkurang sebesar 0,55 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2014 yang sebesar 28,28 juta orang (11,25 persen), dan berkurang sebesar 0,87 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Sepetember 2013 yang sebesar 28,60 juta orang (11,46 persen). Deputi Bidang Kemiskinan Ketenagakerjaan dan UKM Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Rahma Iryanti mengakui, tidak mudah mengentaskan kemiskinan lantaran kemiskinan kronis terus berlanjut.
Dari berbagai upaya yang dilakukan ternyata masih banyak masyarakat yang rawan miskin dan berpotensi kembali miskin sehingga pengentasan kemiskinan tak kunjung selesai. Berdasarkan data 60 juta keluarga miskin yang ada selama tahun 2008-2010, sekitar 1,5 juta rumah tangga miskin berhasil keluar dari kategori miskin tetapi masih rentan terhadap kemiskinan. Sebanyak 2,1 juta keluarga miskin berhasil keluar dari kategori sangat miskin tetapi tetap miskin. Sebanyak 0,9 juta keluarga miskin berhasil keluar dari kondisi sangat miskin tetapi jatuh lagi dalam kemiskinan. Sementara, 1,5 juta keluarga miskin masih berada dalam kemiskinan yang kronis. Ia mengatakan, ada program prioritas wajib, yakni sektor pendidikan, kesehatan, dan perumahan yang terus dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan antara penduduk miskin dan kaya. Menuntaskan kemiskinan memang sudah dilakukan sejak lama. Bahkan di era pemerintahan masa lalu, tepatnya tanggal 11 Maret 1996, Presiden RI HM Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 yang melengkapi Inspres nomor 5 tahun 1993. Inpres tahun 1993 mengatur pengentasan kemiskinan di desa tertinggal dengan program Inpres daerah Tertinggal (IDT) . Inpres nomor 3 tanggal 11 Maret 1996 melengkapi penanganan upaya pengentasan kemiskinan itu dengan program Takesra dan Kukesra. Dengan demikian seluruh desa yang jumlahnya sekitar 65.000 mendapat penanganan secara paripurna. Sekitar 20.000 22.000 desa ditangani pemerintah dengan program Inpres Desa Tertinggal (Program IDT). Sisanya sekitar 43.000, untuk sementara, karena anggaran pemerintah yang terbatas, ditangani dengan dukungan dana yang berasal dari
Peserta pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga sedang mempraktekkan ilmunya di sebuah keluarga Posdaya.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
45
Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) atau sumber-sumber lain dari masyarakat yang dapat dipadukan pada upaya itu. Yayasan Damandiri bersama mitra-mitra kerjanya hingga saat ini bahkan ke depan terus merancang berbagai kegiatan pemberdayaan keluarga. Kegiatan ini dimulai dengan pendataan dan pemetaan. Setelah ditata dalam peta, setiap keluarga sasaran diajak dan dibantu merancang indikator yang paling mudah dan bisa diubah oleh keluarga yang Prof Dr Werry Darta Taifur, MA bersangkutan. Pembangunan berbasis keluarga melalui Posdaya hingga sampai awal 2015 jumlahnya sudah mencapai 45.000. Pada tahun 2016 nanti optimis bisa menjadi 75.000 lebih Posdaya. Posdaya ini merupakan salah satu mekanisme untuk mengentaskan kemiskinan yang hingga saat ini masih menjadi persoalan dihadapi banyak daerah. Beberapa kepala daerah yang telah menyanggupi kegiatan Pendataan Keluarga yang dilakukan oleh kader Posdaya bersama perguruan tinggi, antara lain, Bupati Pacitan Drs Indartato MM yang telah mempunyai sekitar 2030 Posdaya. Bupati siap mengambil masing-masing sekitar 100 Posdaya yang tersebar di 800 desa dari 12 kecamatan yang ada untuk dijadikan contoh. Begitu pula kesanggupan Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, AMD, SE yang siap melakukan intensifikasi sebanyak mungkin Posdaya. Kepala daerah yang daerahnya kesohor dengan produktivitas bawang merah serta telur bebeknya ini mengungkapkan, di setiap kecamatan di daerahnya ada 17 kecamatan, masing-masing terdapat 20 Posdaya. Sehingga dapat diperoleh sekitar 400 Posdaya yang siap didorong untuk menjadi percontohan. Selain kedua bupati tersbeut masih banyak kepala daerah yang memyiapkan daerahnya sebagai tempat pendataan dan pemetaan keluarga Posdaya. Kegiatan ini disupport oleh perguruan tinggi. Rektor Universitas Andalas Padang Prof Dr Werry Darta Taifur, MA yang menilai Posdaya H Nofrijal MA bisa mensinergikan ide-ide segar 46
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
mahasiswa dengan kebutuhan pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan keluarga-keluarga di pedesaan ini pun menyambut baik perguruan tingginya, khususnya LPPM dan dosen-dosen pendamping lapangan bersama mahasiswa KKN dan keluargakeluarga di pedesaan melakukan pendataan dan pemetaan. “Kegiatan positif dan bertujuan bagus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu disupport,” ujarnya seraya mengungkapkan Posdaya yang hadir di pedesaan dapat memberi kontribusi semangat pemerintah dalam pembangunan desa yang saat ini tengah disiapkan dan akan segera dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Menurut Prof Werry, kegiatan pemberdayaan seperti Posdaya juga akan meningkatkan motivasi keluarga-keluarga di pedesaan untuk ikut ambil peransertanya dalam kegiatan pemberdayaan baik yang dilakukan bersama mahasiswa-mahasiswa KKN maupun yang dilakukan oleh lembaga-lembaga lain yang mempunyai kepedulian dalam upaya membantu meningkatan derajat kesejahteraan masyarakat agar bisa hidup lebih maju dan sejahtera sehingga ke depan bisa menjadi masyarakat yang mandiri dan dapat membantu masyarakat lainnya yang belum mandiri. Hal senada disampaikan Duta Posdaya untuk Wilayah Sumatera H Nofrijal MA yang akan segera menyiapkan tenag-tenaga pelatih pendataan dan pemetaan. Untuk mendukung tenaga pelatih, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat ini siap membantunya. Di institusi yang dipimpinnya banyak sekali tenaga-tenaga pelatih yang siap memberikan pelatihan pada perguruan tinggi di wilayahnya. “Pendataan ini penting untuk mengetahui kondisi riil di keluarga-keluarga, yang selanjutnya dari hasil pendataan itu dibuatlah pemetaan. Kemudian dibuat rancangan program untuk meningkatkan kesejahteraan atau kualitas sebelumnya agar meningkat dari kondisi sebelumnya,” tuturnya. Nofrijal yang sudah akrab dengan Posdaya ini juga menambahkan, Posdaya-posdaya yang telah dijalankan secara sungguh-sungguh oleh masyarakat Indonesia terbukti dapat memberikan perubahan kearah kehidupan yang lebih baik. “Dengan pendataan dan pemetaan keluarga, semoga semua Posdaya yang ada dapat melakukannya sehingga April nanti telah selesai dipetakan. PLKB akan melakukan training dan kunjungan di nagari yang dikembangkan oleh LPM,” katanya. HARI
CERITA SAMPUL
Bupati Timor Tengah Selatan Ir Paul Victor Roland Mella, MSi
Posdaya Prospek yang Bagus Berdayakan Masyarakat Meski berada jauh dari Pulau Jawa, Bupati Timor Tengah Selatan Paul VR Mella berupaya datang ke Jakarta, hanya untuk belajar Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Melalui pertemuan beberapa kali dengan penggagas Posdaya, Prof Dr Haryono Suyono di Jakarta, Paul meyakini Posdaya memiliki prospek bagus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
P
OSDAYA memang bukan barang meSelain masalah sulitnya mewah dan tidak bisa dikaitkan dengan ngendalikan jumlah penduprogram yang dalam seketika bisa duk, kondisi alam Timor menghasilkan uang. Tetapi, Posdaya Tengah Selatan juga kerap memiliki kekuatan untuk menyatukan ling- dilanda bencana alam. karan-lingkaran kecil yang ada di tubuh ma- Daerah yang dikitari 30 – syarakat. Hal inilah yang dianggap Bupati 40 persen pegunungan, Timor Tengah Selatan Ir Paul Victor Roland 49 persen di bawah keMella, MSi sebagai prospek bagus menghidup- tinggian 500 meter dari kan kembali kelompok-kelompok kegiatan permukaan laut, 51 peryang cerai-berai di masyarakat, ke dalam satu sen di ketinggian 500-2000 wadah bernama Posdaya. meter di atas permukaan “Beberapa kali pertemuan dengan Prof laut ini sering dihantui Haryono Suyono ternyata ada banyak yang bencana alam secara harus kita lakukan. Kita mulai dari mengenal alamiah. Seperti, diri sendiri. Kekuatan yang kita miliki bisa banjir bandang, dikembangkan untuk kesejahteraan sendiri. tanah longsor dan Dan itu hanya ada di Posdaya. Sehingga, Pos- kekeringan. daya ini kami angkat menjadi salah satu pro“Kalau pantai gram unggulan untuk pendekatan percepatan kering bermakesejahteraan masyarakat,” ungkap lelaki salah, kalau kelahiran 18 Juni 1959 ini di redaksi Majalah hujan juga Gemari kepada Rahmawati, H Harun bermasalah. Nurrohadi dan Dede Haeruddin. Ada angin Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) p e g u merupakan salah satu kabupaten yang ada di nungan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki mengaluas wilayah 3935, 38km2, dengan 32 keca- k i b a t matan, 276 desa dengan rata-rata 12 kelurahan k a n di masing-masing desa. Dari penduduk yang berjumlah 472,825 jiwa, 80 persennya adalah keluarga petani, peternak dan nelayan. Sedang sisanya adalah PNS, TNI POLRI dan swasta. Namun ada sekitar 27,13 persen nya adalah Ir Paul Victor Roland Mella, MSi keluarga miskin. “Cela[FOTO-FOTO: IMAJI INDONESIA] kanya, keluarga miskin ini justru yang memiliki anak rata-rata cukup banyak, ada yang sampai 14 anak dari satu orang isteri,” tukasnya. Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
47
Ir Paul Victor Roland Mella, MSi dan istri Ir Rambu A Mella bergambar bersama peserta OST dan Pelatihan Posdaya dari TTS Nusa Tenggara Timur di tangga Istana Bogor, Jabar.
48
gagal tanam, gagal panen. Tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jumlah penduduk yang besar menjadi kekuatan kita untuk terus berupaya. Apalagi 78 persennya adalah petani,” tandasnya. Dengan pendapatan perkapita Rp 5 juta per tahun, bahkan untuk 1 dolar pun tidak masuk dalam hitungan MDGs, bisa dibayangkan bagaimana daya beli masyarakat yang pastinya kurang dengan tingkat pendapatan yang masih rendah. Padahal mereka sebagian besar adalah petani. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan terus berupaya meningkatkan hasil pertanian, peternakan, perikanan dan perikanan. “Walau sudah ada dinas Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, tapi kantornya masing-masing. Begitu pula dengan kader-kader Posyandu, kelompok tani, kelompok ternak dengan jenis usaha macam-macam seperti kambing, sapi, babi, ayam. Semuanya ada, tapi masing-masing berdiri sendiri. Kalau ada Posdaya, program yang cocok dimulai dari kelompok-kelompok kecil ini sehingga usahanya bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar.” Dengan menghasilkan sesuatu yang lebih besar itu, kata Paul, pendapatan mereka meningkat kemudian bisa diajak membentuk koperasi. “Setelah ada koperasi, dia bisa mengakses modal lebih besar lagi,” ujar bapak tiga anak bernama Leonard Evan Mella (Fakultas Kedokteran UKI Jakarta), Fomeni Reninda Mella (International Banking School Jakarta) dan Winnard Nube Mella (SD). Program 1000 hari Saat menyambangi dapur Redaksi Majalah
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Gemari, Paul yang datang bersama isteri tercinta Ir Rambu A Mella ini terlihat sangat konsen di dunia kedokteran. Keduanya begitu jeli mengurai permasalahan angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Padahal keduanya sama-sama alumnus Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang. Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebenarnya berhasil ditekan dari 500/100.000 kelahiran menjadi 323/100.000 kelahiran. Semua itu merupakan salah satu upaya yang dilakukan Tim Penggerak PKK Kabupaten Timor Tengah Selatan yang diketuai Ir Rambu A Mella dengan meningkatkan kapasitas kader Posyandu. Para kader tersebut diberi kemampuan memberikan informasi ke masyarakat. Sebagai bentuk peduli terhadap kaum ibu, isteri Bupati TTS ini mendirikan Sanggar Perempuan guna mempersiapkan kader lokal sekaligus motivator keluarga di bidang pemberdayaan keluarga bekerjasama dengan pemerintah daerah dan International Child Fund. “Selain kader motivator, kita juga persiapkan manajemen terpadu berbasis masyarakat. Filosofinya, bagaimana supaya masyarakat betul-betul didorong partisipasi. Tidak hanya tingkatkan tapi dukungan masyarakatlah yang utama. Kita latih motivator ini untuk mengenali gejala awal penyakit, seperti diare, malaria yang tingkat kematiannya di sini cukup tinggi,” jelasnya. Selain itu, untuk mengurangi angka kematian ibu hamil, juga sudah dilaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan mulai 2014 lalu. Program ini dimulai dari ketika masih usia kandungan 270 hari ditambah 730 hari setelah kelahiran. Artinya, ketika masih dalam kandungan sampai menyusui, ibu jadi tahu harus melakukan apa. Revolusi kesehatan ibu dan anak ini juga berbagi peran bagaimana peran suami, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan semua yang terlibat dari unsur pemerintahan dan kesehatan. Meski ketersediaan dokter kurang, mereka
terbantu dengan adanya dokter PTT (pegawai tidak tetap) yang bisa beroperasi di 30 puskesmas. “Itu pun kalau habis kontrak harus cari lagi. Dokter PTT ini biasanya didatangkan dari pusat hanya untuk dua tahun,” cetus Paul. Mirisnya lagi, tingkat pendidikan lama belajar hanya 7,3 tahun. Artinya, Sekolah Dasar pun ada yang tidak sampai tamat, bagaimana melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Semua itu disebabkan karena adanya aturan bahwa pemerintah daerah tidak boleh mengangkat pegawai kontrak, sehingga terjadi kelangkaan guru. Kelangkaan guru tersebut kata Paul, sebenarnya untuk memenuhi standar kesarjanaan. Oleh karena itu pihak pemda bekerjasama dengan Universitas Terbuka (UT) dan CSR PT Pertamina membangun beberapa pusat internet yang bisa diakses kecamatan, sehingga guru-guru di desa bisa ikut UT. “Ada pula program yang ditunjuk Undana, sekolah tanpa ruang kelas, sehingga kelangkaan guru dapat teratasi dengan tetap mengajar tanpa meninggalkan ruangan kelas. Tetapi masalahnya sekarang bukan ketidakadaan guru, melainkan tidak boleh mengangkat tenaga kontrak di daerah, ada pembatasan PNS.” Dengan tidak ada pengangkatan baru, apa yang terjadi? “Mereka siap dibayar murah dengan kualifikasi SD, SMP, sarjana yang banyak dibayar murah, dibayar komite sekolah Rp 250.000 – Rp 500.000 sebulan. Akhirnya mereka mencari di tempat lain atau lapangan kerja lain yang ditekuni. Kita berharap moratorium pengangkatan PNS ditingkatkan.” Posdaya berbasis gereja Berangkat dari keinginan untuk saling bertukar-pikiran dengan Prof Haryono Suyono, Paul bercerita kalau keinginannya itu sudah cukup lama, namun baru terealisir sekitar Nopember 2014 lalu. “Beliau (Prof Haryono Suyono. red) tahu persis kondisi kami), karena pernah beberapa kali ke Kupang,” Hasil tukar pikiran ini kemudian disampaikan ke lembaga gereja untuk mempersiapkan program tahunan, salah satunya
pemberdayaan jemaat dengan memperkenalkan Posdaya. Uniknya, semua kekuatan Posdaya ada dalam kegiatan di gereja, khususnya jemaat perempuan yang tergabung dalam Gemit (Gereja Masehi injil Timor). Mulai dari PAUD, penimbangan dan lainnya sehingga mulai diprogramkan Posdaya berbasis Gereja. “Dalam hal ini Pemda tidak ikut membiayai, murni swadaya masyarakat,” cetus Paul yang meyakini Posdaya berbasis gereja bisa menjadi pilot project Posdaya di Kabupaten Timor Tengah Selatan. “Hampir 40.000 ibu-ibu yang menjadi jemaat kami tertarik dengan Posdaya. Dari percakapan sebelumnya, kita sudah mulai kegiatan Posdaya dengan membuat pupuk di polybag, bahkan sudah dilombakan. Dan ternyata dibuat sebuah kegiatan sedemikian rupa di sini supaya ada banyak orang berkumpul di sini.” Gereja sebagai basis Posdaya, nantinya akan diprogramkan untuk masing-masing desa minimal ada 4 Posdaya, disesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada di tiap dusun. “Konsep pembangunan ke depan, kita akan bangun 1000 Posdaya dan akan dipusatkan di dekat kota dan kecamatan selatan,” ungkap Paul. Perlu diketahui, di Timor Tengah Selatan sangat sedikit umat Islam, kurang dari 0,2 persen. Selebihnya adalah 80 persen kristiani dan 8 persen katolik. Kondisi ini tetap menyatukan semangat gotong royong dengan prinsip hidup yang dipegang bersama. “Sehati sesuatu kita sama-sama membangun tanah air untuk kesejahteraan manusia,” pungkasnya. RW/ HANUR/DH
Ir Paul Victor Roland Mella, MSi dan istri Ir Rambu A Mella serta peserta OST dan Pelatihan Posdaya dari TTS menyaksikan ativitas Posdaya Mandiri Terpadu Cikarawang, Bogor, Jabar.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
49
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Tahapan Pemberdayan Keluarga di Posdaya Mulai tanggal 11 Maret 2015, sekitar 300 perguruan tinggi di Indonesia siap melakukan pendataaan keluarga pada Posdaya binaannya. Sebagian sudah menyelesaikan persiapan pengiriman mahasiswa untuk melakukan kuliah kerja nyata tematik Posdaya di desa-desa. Sebagai contoh, di Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya (UNESA), yang mulai tahun ini mengirim mahasiswa KKN setiap bulan, sudah melengkapi mahasiswa semester ke 7 yang KKN dengan pembekalan yang sistematis perihal pendaftaran dan pemetaan keluarga. Di Jawa Tengah, Universitas Negeri Semarang (UNNES), juga siap dengan pelatihan pendataan.
D Untuk melakukan pendataan keluarga, setiap Perguruan Tinggi yang tergabung dalam 300 perguruan tinggi yang melakukan KKN tematik Posdaya telah mengirimkan tenaga ahlinya untuk dilatih secara intensif pada pusat-pusat pelatihan di berbagai daerah. [FOTO: ADE S]
50
ALAM waktu singkat akan mempersiapkan ribuan mahasiswa terjun ke desa-desa di Jawa Tengah dan beberapa kabupaten di Jawa Timur. Di Jawa Barat, IPB yang merupakan salah satu pelopor, dan bertindak sebagai koordinator gerakan pemberdayaan keluarga bagi banyak perguruan tinggi, telah selesai mengadakan pelatihan tenaga tutor untuk pendataan dan pemetaan keluarga secara tuntas. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), di kawasan Bandung, dengan puluhan ribu mahasiswa telah siap memberikan dukungan pendidikan luar sekolah dan KKN Tematik Posdaya yang paripurna. Pendataan keluarga dilakukan oleh anggota Posdaya dengan pendampingan para mahasiswa dari perguruan tinggi yang mulai bulan ini mengadakan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya di seluruh desa hampir di seluruh Indonesia. Karena waktu pelaksanaan kuliah kerja nyata bagi setiap perguruan tinggi tidak sama, maka pelaksanaan pendataan tidak dilakukan serentak,
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
tetapi hampir bersamaan. Pendataan yang hampir bersamaan itu akan disusul dengan gerakan masyarakat mengentaskan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I dari lembah kemiskinan. Untuk melakukan pendataan keluarga, setiap Perguruan Tinggi yang tergabung dalam 300 perguruan tinggi yang melakukan KKN Tematik Posdaya telah mengirimkan tenaga ahlinya untuk dilatih secara intensif pada pusat-pusat pelatihan di berbagai daerah. Tenaga ahli yang umumnya merupakan tenaga inti dari setiap LPPM Perguruan Tinggi bertindak sebagai tutor utama untuk melatih ribuan dosen pembimbing dan mahasiswa semester ke 7 atau semester ke 8 yang akan mengikuti kuliah kerja nyata ke pedesaan. Para mahasiswa dibekali buku petunjuk dan peralatan dasar seperti kertas dan beberapa peralatan lain termasuk sticker warna warni yang dipergunakan sebagai tanda bagi setiap keluarga dalam pembuatan peta. Setiap keluarga didata sesuai indikator yang telah disepakati menurut UU nomor 10 tahun 1992, dan diperbaharui dengan UU nomor 52 tahun 2009. Hasil pendataan itu tidak dikumpulkan di tingkat provinsi, kabupaten/kota atau di tingkat pusat. Hasil pendataan yang dilakukan oleh setiap Posdaya dengan pendampingan mahasiswa yang mengikuti kuliah kerja nyata akan menjadi
milik Posdaya. Hasil pendataan yang kemudian dituangkan dalam peta keluarga itu akan menjadi bahan baku untuk dibahas pada setiap Posdaya. Apabila pada Posdaya itu terdapat keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, maka keluarga yang lebih mampu akan dihimbau untuk membantu bagaimana mengentaskan keluarga yang tertinggal tersebut. Pada setiap Posdaya, karena rata-rata nasional tingkat kemiskinan berada pada tingkat sekitar 11 persen, maka dalam setiap 100 keluarga hampir pasti ada sekitar 89 keluarga yang bisa dianggap tidak miskin atau mampu. Setiap Posdaya diharapkan berusaha agar keluarga mampu secara gotong royong memikirkan dan memberikan dukungan kepada keluarga prasejathera dan sejahtera I, utamanya yang miskin. Keluarga yang miskin didorong mengikuti “roadmap” yang ditetapkan bersama oleh seluruh anggota Posdaya agar keluarga sasaran bekerja cerdas dan keras, yang dengan bantuan dan dukungan keluarga mampu berkembang menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Karena sasarannya adalah keluarga prasejahtera yang umumnya buta aksara atau pendidikannya sangat rendah, dan biasanya tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar yang sangat minimal, maka upaya pemecahannya harus disesuaikan dengan kemampuan sasarannya. Pemberian dukungan harus menempatkan keluarga sasaran yang sederhana itu menjadi pemain utamanya. Keluarga lain, anggota Posdaya, atau mahasiswa KKN, tidak boleh menjadi wakilnya, atau bahkan menggantikan peranan keluarga sasaran yang sederhana biarpun proses pelaksanaan untuk berubah itu relatif lamban. Para mahasiswa yang keberadaannya di desa bersifat sementara hanya diharapkan memberi petunjuk, mendampingi dan kalau perlu memberikan percontohan agar lama kelamaan setiap keluarga sasaran makin percaya diri dan akhirnya menjadi “pemain” yang berhasil. Penggunaan peta keluarga yang secara terperinci telah menempatkan seluruh keluarga dalam suatu Posdaya itu akan menolong setiap pengurus dan anggota Posdaya dan keluarga mampu mengetahui secara teliti apakah keluarga sasaran bisa bergerak maju atau memerlukan motivasi dan bantuan lebih lanjut agar bisa maju. Dukungan massal dari seluruh anggota dan semangat tidak pantang mundur dari kebersamaan dalam Posdaya
akan menolong setiap keluarga sasaran maju pesat mengikuti roadmap yang ditetapkan. Berdasarkan pengalaman yang ada, dukungan itu harus diberikan secara sangat sederhana. Di daerah Bogor misalnya, suatu Posdaya dengan lima anggota keluarga prasejahtera yang miskin, diajari untuk memelihara ayam kampung. Setiap keluarga diberi tidak lebih dari 10 anak ayam yang siap untuk diberikan makanan setiap hari. Dalam waktu dua tiga bulan anak ayam itu tumbuh dengan baik dengan berat sekitar 0,8 onz sampai 1,2 onz. Pada tingkat seberat itu ayam sudah siap untuk dijual. Pengalaman dengan beberapa ayam itu memberi kepercayaan kepada Pengurus dan anggota Posdaya lain untuk menambah ayam yang dipelihara keluarga sasaran itu. Kepercayaan yang makin tinggi itu kemudian menghasilkan pemberian anak ayam bukan sepuluh setiap keluarga tetapi bisa ditingkatkan sampai limapuluh ekor. Sehingga lima keluarga itu bisa menghasilkan ayam potong sekali musim sekitar 250 ekor. Pada saat yang sama keluarga sasaran diajari juga untuk menghasilkan olahan makanan ayam disamping pellet bikinan pabrik yang biasa diberikan kepada ayam tersebut. Pengalaman dua kali melihara ayam itu menghasilkan kepercayaan dari Posdaya dan pengurusnya untuk memberi bahan baku ayam lebih 100 bibit ayam kepada setiap keluarga sasaran. Karena itu lima keluarga miskin itu pada waktu ini telah bisa dan Insha Allah akan menghasilkan sekitar 500 ayam potong sekali panen. Dengan jumlah yang mamadai itu setiap keluarga akan meraih cukup nilai tambah sehingga dari keluarga miskin bisa berubah menjadi keluarga yang cukup bisa mandiri dan sejahtera. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Penggunaan peta keluarga yang secara terperinci telah menempatkan seluruh keluarga dalam suatu Posdaya itu akan menolong setiap pengurus dan anggota Posdaya dan keluarga mampu mengetahui secara teliti apakah keluarga sasaran bisa bergerak maju atau memerlukan motivasi dan bantuan lebih lanjut agar bisa maju.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
51
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi Jadi Pusat Kursus K3 Tak beda dengan tempat lain, kegiatan Senam Keluarga Indonesia yang dilakukan dalam rangka Dies Natalies 2015 Universitas Trilogi beberapa waktu lalu diminati banyak warga sekitar. Meski pada hari itu dilaksanakan setelah hujan reda, tak mematahkan semangat peserta untuk mengikuti senam sederhana ini.
Senam Keluarga Indonesia bersama Prof Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: RAHMA]
52
M
ARAKNYA antusias untuk mengikuti senam ini sudah bisa diikuti videonya melalui youtube. Bahkan di Pacitan sudah ada juara MURI yang pengikutnya 4.133 peserta Senam Posdaya Indonesia. Tanpa undangan sekalipun, Universitas Trilogi mampu mengajak sekitar 500 keluarga Indonesia untuk melakukan senam bersama di lapangan kampus Universitas Trilogi pada Sabtu pagi. “Bukan senamnya saja yang ingin kita tonjolkan, tapi penjualan dari produk-produk yang ada di gelanggang dagang. Keluarga-keluarga miskin bisa berjualan disini, mahasiswa bisa mengajarkan paking penyajian. Lapaklapak yang ada juga bisa menjadi bahan penelitian mahasiswa untuk diperbaiki Posdayanya,” ungkap Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono. Selain kegiatan senam dan gelanggang dagang, Dies Natalies Universitas Trilogi juga diramaikan dengan demontrasi para tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Ke-
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
menterian Tenaga Kerja. “Idenya, kantor-kantor boleh mengirim tenaga K3nya ke Universitas Trilogi untuk mengikuti kursus K3, seperti bagaimana menjinakkan listrik dan sebagainya,” cetus Prof Haryono Suyono. Kursus K3 ini nantinya akan diberikan juga kepada para pengurus Posdaya. Sehingga mereka tahu bagaimana membuat lapak yang tidak membahayakan. “Ini semua dalam rangka membawa K3 ke desa. Gagasan ini sangat menarik, tapi ongkos bagi perusahaan,” ungkapnya lagi. Kursus K3 program kerja sama dari Kementerian Tenaga kerja, Universitas Trilogi dan Yayasan Damandiri ini pertamakalinya akan melatih mahasiswa dan dosen agar lulusannya dapat sertifikat sehingga kalau bekerja di perusahaan bisa menjadi inisiator mengundang K3. “Perusahaan yang diundang ke luar negeri atau dalam negeri itu diwajibkan di dalam produksinya menganut K3,” tandasnya. K3 juga merupakan suatu persiapan jangka
panjang yang sudah dipikirkan masak-masak untuk pengembangan produksi Posdaya, sehingga bisa diekspor dan bersertifikat K3. Beruntung, Universitas Trilogi terpilih sebagai kampus yang dijadikan kursus K3 di antara perguruan tinggi lainnya di Jakarta. Menurut Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, K3 tidak saja hal-hal yang berkaitan berat tapi faktor sederhana juga harus difahami. “Kadang kita tidak menyadari ada efek bahaya dari masalahmasalah kecil. Jadi dalam hal ini melihat K3 harus lebih komperehensif,” cetusnya. Sementara itu Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Tenaga Kerja Ir Amri, AK,MM mengatakan ada tiga obsesi yang dia harapkan dari kerjasama dengan Universitas Trilogi dan Yayasan Damandiri. Pertama, dari segi internal bisa mempersiapkan tenaga pengajar dengan basis K3. Diharapkan nantinya Universitas Trilogi bisa mendesain pelaksanaan kurikulum K3 bagi para mahasiswa. Sehingga pada semester akhir, mahasiswa telah mendapat sertifikat sebagai ahli K3, sebagai salah satu persyaratan yang diminta pasal global. Obsesi kedua, Universitas Trilogi bisa merekrut para calon ahli K3 dari perusahaan lain, sehingga nantinya kebutuhan dunia industri terhadap pemenuhan sumber dayamanusia di bidang K3 itu lebih berdayaguna dan berhasilguna. Obsesi ketiga, Yayasan Damandiri memiliki jaringan luar biasa bernama Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang anggotanya berjumlah 45.000 tersebar di hampir seluruh provinsi. “Ini suatu empowering luar biasa. Saya merencanakan melalui Damandiri dan Universitas Trilogi bisa mengajak teman-teman
Posdaya untuk lebih menyosialisasikan K3 di daerah-daerah.” Melalui Posdaya, kata Amri, ia akan mendesain adanya agen-agen perubahan K3 yang bisa menularkan budaya K3 di masingmasing daerah. Ini menjadi salah satu alasan menarik Menteri Tenaga Kerja menggandeng Yayasan Damandiri dan Universitas Trilogi untuk bekerjasama di bidang K3. “Saya tinggal titip Posdaya di masyarakat, rumah tangga, mal sehingga budaya K3 tidak hanya di dunia kerja saja, tapi juga di masyarakat,” jelasnya. RW
Kelompok Posdaya tampak senang, standnya dikunjungi Prof Dr Haryono Suyono.
Demo Pelatihan K3 di Kampus Universitas Trilogi.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
53
PENDIDIKAN
MoU Yayasan Damandiri, Universitas Trilogi dan Coop TV
Sosialisasikan Posdaya dan Ekonomi Kerakyatan Sebagai upaya menyosialisasikan program Posdaya dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang efektif, Yayasan Damandiri bersama Universitas Trilogi dan Coop TV menjalin komunikasi dengan melakukan penandatangan kerja sama (MoU). Acara ini dilaksanakan dalam rangkaian acara Gelanggang Dagang Posdaya, di halaman Kampus Universitas Trilogi belum lama ini.
Salah satu peserta Lomba Posdaya Terbaik Regional IV yang ingin berlangganan Coop TV saat diwawancara Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
K
ETUA Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, “Universitas Trilogi dan Yayasan Damandiri bersama-sama akan mengadakan siaran-siaran bersama dengan Coop TV, sekaligus Coop TV ini berperan memberikan pemberdayaan ekonomi kerakyatan pada tingkattingkat desa sehingga kita harapkan mereka pun nanti akan berlangganan pada Coop TV untuk mendapatkan pencerahan dan mudahmudahan ini berhasil.” Pada kesempatan tersebut, mantan Kepala Kependudukan dan BKKBN juga menyampaikan kegembiraannya dalam acara Gelanggang Dagang Posdaya dan optimismenya terhadap program Posdaya yang sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. “Dan hari ini kita gebyar Posdaya secara besar-besaran dan mudah-mudahan dapat kita adakan secara reguler sehingga bisa disiarkan oleh Coop TV
54
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
sebagai pemberdayaan keluarga-keluarga yang berbisnis pada tingkat desa dan akhirnya nanti menjadi koperasi-koperasi di pedesaan,” katanya. Menurutnya, tidak kurang dari 280 universitas di seluruh Indonesia berbarengan dengan pemerintah bersinergi membangun Posdaya, karena tanpa bersama-sama dengan perguruan tinggi maupun masyarakat yang umum, pemerintah tidak akan mungkin menjangkau seluruh pedesaan. Prof Dr Haryono Suyono berharap Coop TV ini akan menjadi langganan tidak saja masyarakat kota tetapi juga masyarakat desa yang sedang tumbuh menjadi pengusahapengusaha mikro. Akhirnya pengusaha mikro ini akan menjadi pengusaha yang besar dan akan mendapatkan modal dari bank-bank yang memang disengaja oleh pemerintah untuk dimanfaatkan oleh rakyat.
Lebih lanjut mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini menjelaskan, “Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan, misalnya dari menteri pembangunan desa, akan dikembangkan tidak kurang dari 5.000 BUMD. Akan dikembangkan 5000 desa mandiri untuk tahun 2015 dan kita akan memfasilitasi pengembangan desa mandiri dan juga perusahaan milik desa.” Sinergi dengan semua lembaga dan jaringan Posdaya ada di semua desa dengan sendirinya kalau kementerian mau membangun di desa itu bisa pada tingkat awal mengambil PosdayaPosdaya yang telah maju di desa-desa yang bersangkutan. Dengan sendirinya ini memudahkan pemerintah untuk menggarap lebih dari itu kita mengirim puluhan ribu mahasiswa terjun ke desa dalam Kuliah Kerja Nyata. Mahasiswa ini memulai menggarap motivasi, setelah itu membantu teknis, mendampingi orang-orang desa untuk menjadi pengusaha. “Kita akan mendampingi dan mengajak keluarga desa untuk mengakses uang dari bank. Jadi ada dana dari pemerintah dan dana dari bank yang dapat diperoleh tanpa agunan misalnya dengan skim Tabur Puja,” imbuhnya. Sementara itu, Ketua Umum Inkowapi (Induk Koperasi Wanita Indonesia) yang juga CEO dan pendiri Coop TV Ir Sharmila mengatakan, “Jadi ini pemberdayaan wanita khususnya, tapi untuk masyarakat umum melalui Posdaya-Posdaya yang sudah ada basisnya di desa-desa di beberapa daerah. Coop TV ini sendiri merupakan tv nya rakyat yang notabene masyarakat menengah ke bawah, jadi segmennya kita cocok sekali dengan Coop TV ini.” Ir Sharmila juga menjelaskan, “UMKM dan Koperasi itulah yang akan menjadi target utama kita. Jadi siapa yang berlangganan Coop TV, selain berlangganan mereka dipastikan akan mendapatkan modal kerja, memfasilitasi edukasi dan juga di Coop TV mereka bisa memasarkan produk-produk mereka yang selama ini tidak bisa melalui televisi.” “Jadi UKM-UKM selama ini kalau mau memasok pemasaran lewat televisi mahal sekali
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono berjabat tangan dengan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin dan CEO Coop TV Ir Sharmila usai penandatanganan MoU.
dan melalui Coop TV mereka bisa memasarkan. Kita sudah buat Coop Shoping namanya. Di situ mereka bisa belanja produk UKM. Dengan Coop TV bagaimana kita menaikkelaskan yang hari ini usaha mikro itu sudah 98 persen dari total pengusaha itu. Yang tadi incomenya Rp 1 juta menjadi Rp 2 juta, yang tadinya tidak dapat pendidikan bisa jadi dapat pendidikan, yang tadinya tidak punya legalitas jadi punya legalitas,” paparnya. Coop TV sendiri dapat diakses secara berlangganan dan dilengkapi 32 saluran menarik lainnya dan stasiun tv ini sudah mengudara sejak 15 April 2014. Pada kesempatan yang sama, terkait dengan MoU tersebut, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc mengatakan, “Universitas Trilogi bagian yang tidak terpisahkan dari Yayasan Damandiri dan kami punya program studi Desain Komunikasi Visual jadi cocok sekali untuk broadcasting. Jadi keberadaan Coop TV di kampus tentunya bagi mahasiswa bisa menjadi ajang praktikum yang riil tidak saja praktikum di lab.” “Yang kedua universitas itu adalah bagian dari masyarakat. Jadi masyarakat dan universitas harus bersatu. Kalau ada informasi dari universitas nanti akan disebarkan melalui Coop TV itu biar Posdaya-Posdaya yang ada di seluruh Indonesia dan juga masyarakat mengetahui teknologi baru-teknologi baru dan metode-metode baru yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,” ucapnya. SUL/DH Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
55
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Korupsi dan Kemiskinan Akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh berita-berita tentang perseteruan antara pimpinan penegak hukum yaitu Polri dan KPK. Usaha saling serang diantara keduanya terlihat jelas dipertontonkan dihadapan publik dan tidak ada lagi rasa saling hormat-menghormati sesama anak bangsa, bahkan terkesan saling menjatuhkan satu sama lain. Mereka merasa memiliki wewenang dan tanggung jawab masing-masing, merasa benar dan telah sesuai dengan prosedur dalam melaksanakan tugasnya, tidak terlalu peduli bahwa akan berdampak pada timbulnya perseteruan antara lembaga penegak hukum itu sendiri.
Komitmen pimpinan daerah yang tinggi dan keberhasilan pemerintah daerah dalam memadukan programnya dan memfokuskan pada upaya pemberdayaan keluarga dan pengentasan kemiskinan melalui Posdaya, maka kemiskinan di daerahdaerah tersebut semakin lama semakin mengecil dan rakyatnya mulai terlihat lebih sejahtera. [FOTO: ADE S]
56
B
ANYAK pengamat mengatakan, bahwa hal itu didasari pada perseteruan pribadi dan akhirnya menjadi perseteruan antar lembaga, karena bagaimana pun seorang pimpinan lembaga tidak akan terlepas dari orangnya, baik buruknya seseorang tentu akan melekat pada lembaga yang bersangkutan, hal ini berpengaruh pada kredibilitas lembaga yang bersangkutan. Karena terlalu seringnya muncul di media massa, maka terkesan perseteruan semakin meruncing, hal ini mengakibatkan terjadinya perpecahan diantara para pendukung masing-masing lembaga. Opini publik sudah dibuat sedemikan rupa, sehingga publik dibuat bingung dan kepercayaan publik terhadap lembaga penegak hukum semakin merosot. Karena sudah menyangkut opini publik dan sudah membuat masyarakat resah, Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan terpaksa harus turun tangan dan berputar otak serta mencoba menggali berbagai pandangan
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
dari para tokoh nasional yang dianggap kredibel guna menyelesaikan masalah yang dianggap rumit, sangat serius dan sedang dalam sorotan publik ini. Lembaga penegak hukum, dihebohkan dengan pimpinan yang dianggap melanggar hukum dan harus berurusan dengan penegak hukum lainnya. Tidak sedikit diantara kita yang ikut arus opini, sehingga kita pun sebagai warga bangsa ikut-ikutan menyudutkan salah satu diantara mereka. Mana yang benar sampai saat ini belum ada jawaban yang pasti. Dengan munculnya kejadian tersebut, kita lupa bahwa apa yang dituduhkan dan akan dijatuhkan kredibiltasnya itu adalah saudara kita sendiri, sesama anak bangsa, bukan orang lain atau pun warga negara lain. Secara tidak disadari kita telah diadu-domba, dengan berkedok pada penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, yang jelas ini bukan budaya Indonesia. Kurang disadari bahwa pejabat yang nota bene adalah warga negara kita sendiri dijebloskan ke dalam penjara oleh orang kita sendiri. Akan lebih baik bila para penegak hukum terutama para pejabat pemberantas korupsi mencoba melakukan tindakan yang preventif agar korupsi tidak menjadi lebih banyak. Bagi yang terindikasi korupsi, akan lebih santun bila yang bersangkutan diingatkan, diberikan pemahaman dan pengertian, bahwa apa yang mereka lakukan adalah suatu pelanggaran dan perlu diperbaiki, bukan dengan cara terbuka melakukan upaya penangkapan dan dibeberkan melalui media massa seperti seolah-olah orang tersebut pencuri yang sudah jelas dianggap bersalah dan harus dihukum. Memang tidak salah kalau pemberantasan korupsi menjadi agenda dan prioritas bagi pemerintah, tetapi ada masalah krusial yang lebih penting yang seharusnya segera ditangani dengan sungguh-sungguh, yaitu kemiskinan, kebodohan, kesenjangan dan yang tidak kalah
pentingnya adalah pengangguran. Rakyat Indonesia banyak yang tidak bekerja, meskipun masuk dalam angkatan kerja. Kemiskinan sendiri semakin lama mengalami kenaikan jumlahnya, meskipun pemerintah mengatakan bahwa angka kemiskinan saat ini mengalami perbaikan dari segi prosentase, tetapi yang perlu diingat adalah jumlah penduduk terus mengalami kenaikan, apalagi program Kependudukan dan Keluarga Berencana bukan lagi masuk dalam prioritas program pembangunan nasional seperti masa lalu, bahkan saat ini kurang lagi mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan era tahun 1970 hingga menjelang akhir tahun 2000. Kependudukan dan KB menjadi primadona program pembangunan nasional, dan laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dengan baik dan kemiskinan secara bertahap telah mampu diturunkan. Saat ini jumlah penduduk miskin terus bertambah, meskipun prosentasenya berkisar antara 11 – 12 persen, hal ini dikarenakan antara lain jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan, penanganan masalah kemiskinan itu sendiri belum optimal dan upaya yang dilakukan tidak terfokus dengan baik. Meskipun pemerintahan telah menyediakan dana trilyunan rupiah untuk penanganan kemiskinan ini, tetapi karena tidak terfokus, maka kemiskinan tidak turun dan bahkan naik. Sampai saat ini belum terlihat dengan jelas, apakah keberhasilan pemberantasan korupsi berpengaruh secara signifikan terhadap upaya penurunan angka kemiskinan atau tidak. Keberhasilan pemberantasan korupsi yang ditandai dengan banyaknya pejabat negara yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara, tidak mempengaruhi jumlah penduduk miskin, terutama bagi penduduk miskin yang berada di desa-desa. Kondisi mereka tetap saja miskin, meskipun koruptor berhasil ditangkap dan diadili. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apa keuntungan dan manfaatnya bagi rakyat miskin khususnya yang berada di desa-desa dengan keberhasilan pemberantasan korupsi ? Suatu pertanyaan yang kiranya menjadi renungan kita bersama. Pemerintah dalam pemberantasan korupsi memerlukan dana yang tidak sedikit, bahkan setiap tahun memerlukan tambahan anggaran. Pemberantasan korupsi ini memang menyedot perhatian publik dan menarik bagaikan menonton sandiwara. Tetapi yang harus diingat adalah rakyat kita masih banyak yang miskin, dan sebagian orang berpendapat, bahwa mengatasi kemiskinan bukan hanya menye-
diakan dana trilyunan rupiah dan diberikan dalam bentuk charity kepada rakyat miskin, tetapi diperlukan adanya komitmen yang tinggi dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari presiden, menteri, gubernur, bupati/ walikota, bahkan semua pejabat baik di tingkat pusat maupun daerah. Bukan hanya itu, semua komponen bangsa harus dilibatkan, termasuk di antaranya dari perguruan tinggi, lembaga perbankan dan juga lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap peningkatan sumber daya manusia dan pengentasan Dr Mulyono D Prawiro kemiskinan. Bila pemerintah dalam hal ini presiden dan seluruh aparatnya memberikan prioritas yang tinggi dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia, maka upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan sentuhan-sentuhan pemberdayaan dan kepedulian kepada yang miskin, serta mengajak semua orang dan semua lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta, termasuk para penegak hukumnya. Bila ini dilakukan, maka rakyat miskin di desa-desa akan tersenyum dan merasa diperhatikan dan dihargai selayaknya manusia oleh pemerintah dan oleh sesama anak bangsa. Mereka tidak hanya sebagai penonton dalam pembangunan, tetapi rakyat miskin diberi peran agar bisa ikut serta dalam membangun bangsa. Saat ini sudah mulai terlihat ada hasilnya di beberapa daerah, bahwa dengan komitmen pimpinan daerah yang tinggi dan keberhasilan pemerintah daerah dalam memadukan programnya dan memfokuskan pada upaya pemberdayaan keluarga dan pengentasan kemiskinan melalui Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya, maka kemiskinan di daerah-daerah tersebut semakin lama semakin mengecil dan rakyatnya mulai terlihat lebih sejahtera. Pengentasan kemiskinan tidak harus mahal, tetapi dibutuhkan ketelatenan, kesabaran dan keberanian yang tinggi dari para pimpinan daerah untuk memperjuangkan rakyat miskin di desa-desa dengan proses pemberdayaan yang paripurna, bukan setengah-setengah atau hanya di atas kertas belaka. Pemberantasan korupsi itu penting agar tidak terjadi penyalahgunaan keuangan negara, tetapi yang lebih penting lagi adalah menolong keluarga miskin agar mereka bisa hidup layak dan bisa mandiri serta mampu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. *)Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
57
FORUM KITA
H Nofrijal, MA*)
Posdaya di Pusaran Kerajaan Minangkabau Masyarakat Minangkabau memiliki filosofi ‘Alam Takambang Jadi Guru’. Secara sederhana dapat dipahami bahwa orang Minang dalam kehidupannya belajar pada alam, karena alam yang begitu luas telah memberikan banyak contoh dan pelajaran yang berguna bagi kehidupan manusia. Maka dari itu, kemampuan bernalar dan berfikir manusia menjadi sebuah ‘keharusan’ untuk menggunakannya semaksimal mungkin, sebagai konsekuensi makhluk yang berakal.
Pengukuhan Pengurus Posdaya Kenagarian Lubuk Jantan Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar oleh H Nofrijal, MA Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumbar dan merupakan Duta Posdaya untuk Pulau Sumtera. [FOTO-FOTO: DOK]
S
ECARA kebudayaan, turunan filosofi orang Minangkabau dapat berupa petatah-petitih. Salah satunya adalah ‘awak samo awak dan barek sapikua ringan sajinjiang’ (menjunjung tinggi semangat kebersamaan), sebagai cerminan masyarakat komunal. Pola hidup yang telah turuntemurun seperti halnya tersebut, tentu sejalan dengan apa yang telah dilaksanakan oleh Yayasan Damandiri melalui Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) yang dimotori oleh sesepuh bangsa, yaitu Prof Haryono Suyono semenjak 2007 lalu. Keberadaan Posdaya telah tumbuh dan berkembang hampir di seluruh Indonesia memberikan cerminan bahwa konsep Posdaya telah diterima masyarakat dalam rangka
58
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
keluarnya keluarga-keluarga pra sejahtera atau sejahtera I yang nota bene-nya adalah keluarga miskin keluar dari kemiskinannya. Beberapa faktanya, seperti pernyataan Bupati Purbalingga, Drs H Heru Sudjatmoko, MSi, yang mengungkapkan bahwa Posdaya dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Purbalingga dari 63,0 pada tahun 2000 menjadi 69,9 pada tahun 2006,” (http:// www.gemari.or.id/artikel/5025.shtml). Pernyataan senada juga dialami Kabupaten Bantul. Dimana ‘Bantul menempati 76 (IPM), angka harapan hidup rata-rata 73 tahun, angka kematian ibu hamil 15 per mil, angka kematian bayi 114 per mil, angka gizi buruk turun dari 371 per mil menjadi 178 per mil, pertumbuhan ekonomi 6,1%, dan Income perkapita 1088
dollar per orang per tahun’ (https:/ /knibonline.wordpress.com/ posdaya/). Ketika kembali berpijak pada petatah-petitih Minang, ‘Mancaliak tuah ka nan manang, maliek contoh ka nan sudah’ (melihat pada sesuatu yang berhasil, melihat pada sesuatu yang telah dilakukan). Maka, Posdaya-Posdaya yang telah dijalankan secara sungguh-sungguh oleh masyarakat Indonesia, terbukti dapat memberikan perubahan kearah kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian, apa yang menjadi tantangan dan persoalan pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yaitu bagaimana menciptakan masyarakat yang makmur, sejahtera secara adil dan merata, seperti halnya yang telah dinukilkan dalam amanah konstitusi, yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, mewujudkan ‘Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur’ pada dasarnya dapat diwujudkan. Di Sumatera Barat, Posdaya telah tersebar di beberapa kabupaten/ kota, yaitu Kabupaten Solok, Kota Padang, Padang Pariaman, Padang Panjang, Sawahlunto. Tahun 2014 telah terbentuk dua belas Posdaya di Kabupaten Tanah Datar, berpusat di Nagari Lubuak Jantan. Keberadaan Posdaya di Kabupaten Tanah Datar yang merupakan daerah ‘asa’ (pertama) serta pusat kerajaan Minangkabau ini, membawa harapan untuk dapat kembalinya nilai-nilai lokal, seperti semangat gotongroyong, kerjasama, dan saling bantu-membantu untuk perbaikan ekonomi mikro berbasis keluarga. Bersyukur, peresmian Posdaya di pusaran kerajaan Minangkabau, Kabupaten Tanah Datar mendapat perhatian sungguh-sungguh dari tokoh masyarakat baik yang tinggal di kampung maupun yang berada di perantauan. Wali Nagari Lubuak Jantan, bapak Imran merupakan penggagas pembentukan Posdaya di nagarinya. Diawali dengan kunjungan tokoh masyarakat dan kader pembangunan Kesehatan-KB ke Haryono Suyono Centre untuk mendapatkan pembekalan Posdaya dari Prof Dr Haryono Suyono, dilanjutkan dengan pembicaraan lanjut dengan Duta Posdaya Sumatera Barat, H Nofrijal, MA dan dalam tempo yang tidak lebih dari 6 bulan, diresmikan 12 Posdaya
Penyerahan Bibit Pisang Kepada Wali Nagari Lubuk Jantan Kecamatan Lintau Buo Utara oleh H Nofrijal, MA Kepala BKKBN Provinsi Sumatera Barat.
Nagari Lubuk Jantan oleh Bupati Tanah Datar, Bapak M Shadiq Pasadigoe dan dihadiri tokoh-tokoh masyarakat dan mendapat apresiasi melalui pesan dukungan dari perantau Lubuk Jantan yang berada di perantauan. Pada saat pencanangan Posdaya dihadiri oleh utusan 3 perguruan tinggi terkenal Sumatera Barat, masing-masing IAIN Imam Bonjol Padang, Universitas Taman Siswa dan Universitas Perjuangan Bung Hatta Padang. Di samping juga dihadiri oleh team Posdaya dan Tabur Puja Kabupaten Solok dan Padang, sebagai ‘kakak tertua’ Posdaya di Sumatera Barat. Jika di pusaran kerajaan sudah berdiri Posdaya, ada keyakinan bahwa di seluruh kabupaten/kota di Sumatera Barat akan lahir, tumbuh dan berkembang wahana pemberdayaan keluarga yang komprehensif dan konsisten. Posdaya Lubuk Jantan Lintau akan memberi jawaban dan solusi atas semakin melemahnya kekuatan gotong-royong masyarakat dalam membangun “kampuang”. Diharapkan melalui Posdaya, akan semakin memperkuat silaturrahmi sosial, keagamaan dan kebudayaan Nagari Lubuk Jantan, demikian harapan Wali Nagari Lubuk Jantan kepada penulis. Sementara itu Shadiq Pasadigoe berharap akan berkembang pos-pos pemberdayaan serupa di nagari, kecamatan lainnya di seantero Tanah Datar terutama dalam meningkatkan taraf kesehatan dan ekonomi masyarakat. *) Penulis adalah Duta Posdaya untuk Pulau Sumatera/Hari/HNur Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
59
LAPORAN DAERAH
Dari Pentas Wayang Orang Lakon Gatut Kaca Rebut Kikis
PWRI Suguhkan Tontonan Sarat Tatanan dan Tuntunan Kiprah Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) memang penuh inovasi. Dalam upayanya membantu pemerintah dalam pembangunan bangsa diwujudkannya melalui aneka terobosan. Misi PWRI Peduli kepada Tiga Generasi yaitu peduli generasi anak-anak, keluarga muda dan sesama lansia pun diwujudkan dalam berbagai bidang, baik, ekonomi, sosial, seni budaya dan bidang lainya. Buktinya, pada Minggu sore 15 Februari 2015 lalu PB PWRI menggelar pertunjukan wayang orang dengan lakon “Gatut Kaca Rebut Kikis”. Sebuah lakon sekaligus tontonan yang sarat akan tatanan dan tuntunan ini diharapkan mampu memberi inspirasi seluruh lapisan masyarakat dalam menyikapi kondisi bangsa saat ini.
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat memerankan Begawan Ronggojati dalam lakon Gatut Kaca Rebut Kikis. [FOTO-FOTO: ADE S]
60
A
CARA yang digelar dalam rangka memeriahkan Hari Kesetiakawanan Sosial Tahun 2014 ini mendapat perhatian berbagai kalangan. Ratusan penonton dari berbagai lintas generasi antusias menyaksikan pagelaran ini. Mulai dari tokoh nasional, para pejabat pemerintah, mantan para pejabat, para akademisi, para mahasiswa, para siswa dan penonton lainnya. Apalagi para pemeran Wayang Orang dalam lakon ini sebagian besar adalah pengurus PB PWRI dan Pengda PWRI DKI Jakarta. Acara yang terselenggara atas kerja sama Teater Wayang Indonesia (TWI) dengan Sanggar Sangyang Budaya, PB PWRI, Pengda PWR DKI Jakarta, Yayasan Damandiri dan Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) ini menyedot perhatian para pencinta wayang. Apalagi Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono terjun langsung sebagai pemain yang memerankan Begawan Ronggojati. Begitu Sekjen PB PWRI Progo Nurjaman yang memerankan Bolodewo, mantan Dirjen Kemasyakatan Dr Adi Soejatno SH, MH, yang memerankan
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Prabu Kresno serta pengurus PB PWRI lainnya yang mendapat peran tokoh wayang lainnya. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung Pewayangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta ini menjadi lebih menarik. Pada kesempatan itu Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono menjelaskan seputar lakon wayang yang digelar. Menurutnya, pertunjukkan ini merupakan gambaran bahwa pertempuran itu harus ada yang mengawasi bukan pertempuran yang merusak negara. Sebagai pengawasnya adalah Semar Bodronoyo karena peperangan ini melibatkan dua keluarga antara Prabu Kresna dan Werkudara sebagai orang tua dari kedua belah pihak. Maknanya, jelas Prof Haryono, adalah bukan karena negara warisan atau pesan-pesan tetapi pemimpin itu dipilih orang yang sanggup menyejahterakan rakyatnya. “Dan Gatut Kaca dianggap mampu dibandingkan Bomonorokasuro. Karena ini pertempuran yang jujur maka yang bertempur bukan bantuannya kar ena pilihan itu bukan pilihan pendukungnya atau botohnya tetapi pilihannya jagonya.
Jagonya itu, bisa tidak memberi kesejahateraan kepada rakyatnya,” ujar Prof Haryono Suyono di sela-sela menjelang pentas. Keterlibatan PWRI dalam pertunjukan ini, ujar Prof Haryono, orang tua itu tetap harus berjuang dalam pembangunan melalui kesenian, budaya, pitutur, pengungkapan sejarah yang mengandung filosofi. “filosofi para sesepuh itu banyak gunanya. Tontonan ini juga mengandung tatanan dan tuntunan. Karena para pemerannya pun mulai para tokoh lansia hingga anak-anak. Sesuai misi dari PWRI Peduli kepada Tiga Generasi,” ucap Prof Haryono seraya menambahkan pada lakon itu mantan Sekjen Kemendagri, Progo Nurjaman memerankan Prabu Baladewa dan mantan Dirjen Kemasyakatan Dr Hadi Suyatno SH, MH memerankan Prabu Kresno. Tampil sebagai tokoh lain dalam kisah wayang ini Makna Bakti, selaku Ketua Panitia penyelenggara yang berperan sebagai Semar Bodronoyo, Nurjaman, SPd, sebagai Gatut Kaca, Nanang Ruswandi sebagai Bomonorokasumo, Dr Ir Retno Sri Endah Lestari, MSc, PhD, sebagai Drupadi dan tokoh lainnya. Tampak hadir menyaksikan pagelaran ini Drs Andi Hanindito, MSi, Direktur Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial Kementerian Sosial RI, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja yang juga Ketua Bidang IV PB PWRI, Mayjen TNI (Purn) Drs H Hendardji Soepandji, SH, dari Panji Wiratama, Ketua Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI), Dr Ir Retno Sri Endah Lestari, MSc, PhD, Ny Siti Milangoni Subiakto, Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono, Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs TP Suparta, MBA, Dra Ria Indrastuti, para pengurus dan anggota PB PWRI, para pengurus dan anggota Pengda PWRI DKI Jakarta dan undangan lainnya. Gatut Kaca Rebut Kikis Gatut Kaca Rebut Kikis merupakan sebuah cerita pewayangan perebutan perbatasan negara antara Trajutrisno dengan Pringgondani. Diceritakan, Kerajaan Pringgondani pagi itu menerima seorang tamu dari kerajaan Tunggorono yang menjadi rajanya adalah Prabu Kahana. Kerajaan Tunggorono semula jajahan Pringgondani namun setelah Prabu Arimba tewas maka Tungorono memisahkan diri dari Pringgondani. Namun sekarang Tunggorono yang sudah merdeka saat ini diduduki Pasukan Trajutrisno. Mendengar cerita tamunya itu Prabu Gatut Kaca menjadi marah. Gatut Kaca tahu sebenar-
nya bahwa Prabu Bomonorokasuro hanya bikin onar supaya Pringgondani dan Trajutrisno bertempur. Andaikata Pringgondani kalah perang maka Pringgondani akan menjadi jajahan Trajutrisno. Namun Gatut Kaca berjanji kepada tamunya, Prabu Kahono. Pringgondani akan membantu Kerajaan Tunggorono untuk mengusir perusuh itu dari wilayah Tunggorono dan Pringgondani tidak akan menjajah lagi seperti jaman Prabu Arimbo dulu. Prabu Kahono dari Kerajaan Tunggorono yang sudah lama selalu pasok bulubekti atau upeti ke Negara Trajutrisno, begitu tahu yang sebenarnya setelah membuka buku pusaka Rajapurwo, yang sebenarnya harus masuk ke Pringgondani. Keingintahuannya itu dipicu karena Prabu Bomonorokasuro dan Prabu Gatut Kaca saling ingin mempunyai hak atas Tunggorono. Namun begitu, Prabu Bomonorokasuro yang tetap pada pendiriannya akhirnya diberi Kancing Gelung dari mertuanya karena tidak selayaknya kawin dengan Haknyonowati yang diberi Kikis Tunggorono. Namun Gatut Kaca juga tetap pada pendiriannya, bahwa Kikis Tunggorono adalah peninggalan Eyangnya Kolo Tremboko. Jadi, keduanya sama-sama ingin saling memiliki. Bimasena Jeksonegoro yang memiliki kedudukan kuat mempunyai rencana untuk mempertemukan Gatut Kaca dan Prabu Bomonorokasuro dalam sebuah pertempuran. Namun dengan syarat pertempuran yang adil yang tidak dibantu oleh siapapun. Terjadilah perang antara kedua tokoh ini. Namun tiba-tiba Prabu Bomonorokasuro mendapat bantuan dari Setiyaki. Maka sesuai dengan kesepakatan, maka Bomo dianggap yang harus menerima peraturan yang disepakati itu. Sehingga Prabu Bomonorokasuro dengan rela menyerahkan Bumi Tunggorono kepada Prabu Gatut Kaca. ADE S
Dari kiri ke kanan: Sekjen PB PWRI Progo Nurjaman yang memerankan Bolodewo, Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono yang memerankan Begawan Ronggojati, mantan Dirjen Kemasyakatan Dr Adi Soejatno SH, MH, yang memerankan Prabu Kresno dan Dr Ir Retno Sri Endah Lestari, MSc, PhD, sebagai Drupadi.
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
61
LAPORAN DAERAH
Lansia Pergeri Depok
Bersemangat Berdayakan Lansia Lansia Pergeri Depok bersemangat dalam pemberdayaan keluarga warga Kelurahan Depok Jaya. Berbagai kegiatan dilaksanakan secara rutin antara lain Senam Lansia dilaksanakan di Lapangan Kantor RW II, Kel.Depok Jaya, di halaman Kantor Kelurahan Depok Jaya dan di Taman Kota Lembah Gurame. Pemberdayaan Bidang Agama dengan Pengajian seminggu sekali. Pemberdayaan Bidang Kesehatan untuk lansia dilaksanakan setiap hari Senin sesudah acara Senam Pagi. Untuk balita dan anak (Posyandu) dilaksanakan hari Rabu minggu ketiga di Kantor RW 02. Pemberdayaan Bidang Lingkungan dengan membudayakan Bank Sampah. Berbagai kegiatan tersebut adalah embrio digelarnya Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di Depok Jaya, Kota Depok, Jawa Barat.
Dari kanan ke kiri: Ketua Lansia Pergeri Depok Jaya H Anshor Fahim, Camat Pancoran Mas, Kota Depok N Lienda Ratna Nurdianny, SH, MHum, Lurah Depok Jaya Ahmad Fadillah S, STP, Pembina Lansia Pergeri Depok dr H Fakhrurrozi, H Ali Nurdin dan warga Depok Jaya. [FOTO-FOTO: DOK]
U
NTUK melestarikan kebersamaan dan cinta Tanah Air Indonesia, Perumnas Depok I yang banyak dihuni wartawan dan mantan wartawan, serta pensiunan selalu memperingati hari-hari bersejarah. Salah satu bukti, Peringatan Hari Ibu ke 86 yang diselenggarakan Kelompok Lansia Produktif “Lansia Pergeri Depok” di Lapangan Manggis, Depok Jaya berlangsung khidmat dan semarak. Ketua Lansia Pergeri Depok H Ansor Fahiem, menjawab pertanyaan Gemari menjelaskan bahwa penyelenggaraan peringatan Hari Ibu dan hari-hari besar nasional lainnya telah ditradisikan sejak 7 - 8 tahun lalu, dengan satu tujuan untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa besar para pejuang bangsa. “Jujur kami sampaikan, penggunaan istilah
62
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
Kelompok Lansia Produktif di belakang nama Lansia Pergeri Depok Jaya, kami pinjam dari Bapak Ahmad Fadillah S,STP Lurah Depok Jaya saat Lomba Kinerja Kelurahan se Kota Depok,” tambah Ansor Fahiem. Kota Ramah Lansia Dipercepat Pembina Lansia Pergeri Depok dr H Fakhrurrozi menegaskan, “Insya Allah tahun 2015, Depok sebagai Kota Ramah Lansia dapat dicanangkan.” Untuk itu, pihak Pergeri bersama Komda Lansia Kota Depok telah melakukan studi banding ke kota lain yang telah siap menjadi Kota Ramah Lansia, di antaranya Wonosobo. Dijelaskan tekad tersebut merupakan jawaban kesimpulan Seminar tentang Kota Ramah Lansia yang diselenggarakan oleh
BKKBN, yang diikutinya beberapa waktu lalu yaitu pelaksanaan “Kota Ramah Lansia” dipercepat. Mengenai penggunaan istilah Kelompok Lansia Produktif, menurut Pembina Lansia Pergeri Depok yang juga Ketua Pergeri Kota Depok itu, Pak Lurah Depok Jaya Ahmad Fadillah S.STP telah “menghibahkan” istilah tersebut untuk digunakan secara permanen, karena faktanya Lansia Pergeri Depok memang produktif. Apresiasi Pemerintah Camat Pancoran Mas, Kota Depok N Lienda Ratna Nurdianny, SH, MHum, memberikan apresiasi tinggi kepada organisasi Lansia Pergeri Depok, yang melakukan program-program pemberdayaan lanjut usia yang menjadi anggotanya. “Lansia Pergeri Depok, tidak saja menyelenggarakan senam secara rutin, tetapi juga pemeriksaan kesehatan, peringatan harihari besar nasional, pendidikan, kegiatan keagamaan (mental-spiritual), bahkan kegiatan-kegiatan pengembangan bakat dan hobi anggota. Karena itulah Lurah Depok Jaya, menempatkan organisasi Lansia Pergeri Depok menjadi salah satu unggulan pemberdayaaan Kelompok Lansia Produktif (KLP) Kelurahan Depok Jaya,” kata Ibu Lienda sembari berharap program-program Lansia Pergeri Depok yang positif tersebut dapat diikuti organisasi-organisasi lansia lainnya.
Para penarai Jaranan yang diperankan para Lansia Pergeri Depok.
Nurochadi sebagai Penthul, R Gembong Soedjadi (Ketua RW II) dan H Suwardi Sekretaris RW II (Penari Jaranan), H Dewantoro dan Suparno (Penari Barongan). Acara diakhiri dengan ulang tahun bersama anggota Lansia Pergeri Depok yang lahir bulan Desember, dan sarapan “Nasi Uduk Pasar Kemiri Muka.” H.NUR
Indonesia Raya Acara Hari Ibu Depok diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan lagu “Masa Tua Bahagia”; Pidato Hari Ibu berjudul “Memaknai Kembali Peringatan Hari Ibu” oleh Hj Hertati Mulatsih Subagio; penampilan Klub Nyanyi “Seruni” Lansia Pergeri Depok menampilkan lagu “Inang” (Abi dan M Marbun), dan lagu “Sio Mama” (Asnur Darmansyah); Grup Qasidah “Wihdatul Ummahat” Lansia Pergeri Depok menampilkan lagu “Ibu” dan Sholawat “Lir Ilir”); Paduan Suara “Gema Lansia” Lansia Pergeri Depok menampilkan lagu ”Hari Ibu” dan lagu ”Ibu”) dan Tari Jaranan Versi Lansia Pergeri Depok dengan pemain: H Harun Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
63
LAPORAN DAERAH
Dari Peringatan Hari Baden Powell Tahun 2015
Hipprada Wujudkan Semangat Kreativitas dan Kemandirian Keberadaan gerakan Pramuka dan Pandu tak bisa dipisahkan dari berdirinya bangsa ini. Semangat kreativitas, kemandirian, kepercayaan kepada sesama serta selalu membina persatuan dan kesatuan adalah di antara perjuangannya yang selalu mewarnai sendi-sendi kehidupan di tanah air. Tak heran, bila sosok Lord Baden Powell sang pencetus gerakan Pramuka dan Pandu dunia yang lahir pada 22 Februari 1857 silam kerap dikenang para anggota Pandu dan Pramuka di setiap belahan dunia termasuk di Indonesia. Itulah sebabnya, pada 22 Februari 2015 lalu Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) menggelar peringatan Hari Baden Powell Tahun 2015.
Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan seputar sosok Baden Powel di hari peringatan kelahirannya. [FOTO: DOK HAESA]
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Hipprada, Kwartir Daerah (Kwarda) DKI Jakarta, Haryono Suyono Center dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Tokoh-tokoh nasional dari berbagai lintas generasi yang pernah mengikuti Pandu dan Pramuka antusias mengiktui acara ini. Apalagi Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua Kwarda DKI Jakarta Prof Dr Hj Sylviana Murni, SH, memimpin langsung kegiatan ini. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung Siti Padmirah Silver College Jl Pengadegan Barat No 4 Jakarta ini tampak berkesan dan sarat makna. Pada kesempatan itu, Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono mengajak agar lebih banyak memberi kesempatan kepada anak-anak muda yang pernah sekolah, putus sekolah atau anak muda yang tidak bisa
64
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
lagi bergabung dengan Pramuka berbasis sekolah masuk Pramuka berbasis wilayah. “Dengan adanya Pramuka berbasis wilayah, mereka yang sudah tidak sekolah, putus sekolah atau sudah berada diatas usia 26 tahun tetapi mencitai Pramuka bisa mendapat tempat lebih luas dan mendapat dukungan dari gerakan Pramuka,” ucap Prof Haryono. Setidaknya, ujar Prof Haryono, yang bergabung dalam Hipprada tidak dianaktirikan mentang-mentang sudah usia di atas 26 tahun, padahal masih memiliki jiwa kepanduan yang tinggi itu ditampung dalam Undang-Undang (UU) diberi kesempatan mengermbangkan jiwa kepanduan bersama masyarakat luas. “Sekarang sudah ada Hipprada yang dibentuk oleh Gerakan Pramuka pada tahun 1970-an, mestinya itu dihidupkan atau Gerakan Pramuka mengadakan pramuka ia pada usia 26 tahun. Jadi jangan sampai gerakan Hipprada itu
dipisahkan dengan Pramuka, karena keluarnyaUU ini,” ujar Prof Haryono. Jadi, tambah Prof Haryono, ini harus diakui dan diakomodir didalam UU yang ada. Wacana ini disodorkan Hipprada kepada Gerakan Pramuka maupun Menteri atau lembaga yang terkait. Hipprada ingin karena Pramuka itu berawal dari persaudaraan dan kepercayaan kepada setiap mereka yang mempunyai cita-cita. “Hipprada ingin semangat kepanduan itu jangan dipisahpisahkan. Mentang-mentang ini Gerakan Pramuka, Hipprada ini dianggap bukan keturunaan dari gerakan kepanduan yang dicanangkan oleh Baden Powel. Ini satu bagian yang sejarah mulanya ke sana, tiak ada jeleknya mengakui pioner dari orang lain, biarpun dia bukan bangsa Indonesia,” ujar Prof Haryono seraya menambahkan dengan demikian maka mendaratnya Pramuka dengan kegiatan masyarakat akan menjadi lebih mulus dan tidak merupakan perasingan. Tetapi merupakan persaudaraan yang menampung berbagai komponen masyarakat. Dirinya berharap agar gerakan Pramuka tidak hanya menempatkan diri pada rebutan kwalitas seperti misalnya seluruh murid SD dan SMP jadi Pramuka. Bukan itu saja, tetapi perlu dilakukan suatu pendidikan yang lebih sistematis sehingga tidak seluruhnya otomatis menjadi pramuka. T etapi perlu dididik begitu rupa sehingga masuknya dalam gerakan itu lebih menjiwai apa sebenarnya cita-cita gerakan pramuka atau gerakan kepanduan. Dalam peringatan Baden Powell ini Prof Haryono mengingatkan, Baden Powill dilahirkan dalam keluarga sederhana sering ditinggalkan ayahnya dan hanya dibesarkan oleh ibunya. Ibunya kerja keras menyekolahkan Baden Powell. “Beliu bukan anak yang cemerlang di sekolahnya dan bahkan sering tidur di kelasnya. T etapi beliau setelah dewasa menjadi manusia yang luar biasa. T idurnya Badel Pawel itu barangkali suatu protes karena gurunya tidak memberikan pelajaran yang berkreativitas. Padahal Baden Powell adalah manusia mempunyai kr eativitas dan menunjukkan seorang genius yang luar biasa,” papar Prof Haryono. Ditambahkannya, masa kecil Baden Powell sering berkejar-kejaran dengan tupai untuk
mengetahui bahwa apakah kecepatan beliau bisa mengalahkan lompatan Tupai. Sebagai anak kecil beliau mencoba mengenal segala macam lingkungan yang ada di sekitarnya. Baden Powell adalah seoarang opoturir yang luar biasa. Beliau suatu saat mengikuti aliran sebuah sungai dan disepanjang perjalanan disungai Baden Powell mulai muncul kreatifitasnya yang tinggi. Untuk itu, lanjut Prof Haryono, melalui Peringatan Baden Powell dirinya mengajak agar memperhatikan dan memberi perhatian kepada anak-anak balita dan anak-anak sekolah bukan dari segi kepanduan biasa tetapi bagaimana membangkitkan kreatifitas anakanak muda yang menjadi bekal saat mereka dewasa. “Pengalaman Baden Powell dalam oponturirnya yang luar biasa dan bersatunya dengan alam. Melalui pengalaman waktu kecilnya membawa keberanian untuk hidup mandiri di dalam alam terbuka. Setelah bergabung dengan pemerintah Inggris beliau terus menanjak kariernya. Sejak itulah beliau mencintai anak-anak muda. “Kita di sini tidak sekedar menjadi Pandu tetapi membuat menjadi Pandu yang menghayati perjuangan, menghayati bahwa anakanak di bawah lima tahun sampai umur 12 tahun perlu diberi kemampuan dan pesan khusus bahwa saat umur-umur itu kreativitas dan keberanian untuk bersatu dengan alam dan menghargai alam. Bukan sekedar menerima pelajaran dikelas, tetapi secara pribadi menjadikan sikapnya yang ingin tahu dan mencari sendiri bahwa bangsa ini adalah bangsa yang penuh kretivitas dan kemandirian, kepercayaan sesama teman untuk bangsanya,” tegasnya.
Ketua Kwarda DKI Jakarta Prof Dr Hj Sylviana Murni, SH, di hadapan para sesepuh Hipprada menyampaikan aktivitas, visi dan misi Gerakan Pramuka DKI Jakarta. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 170Tahun XVI/Maret 2015
65
Seluruh peserta berfoto bersama usai memperingati kelahiran Badon Powell.
Hadir dalam acara ini Ketua Siti Padmirah Silver College Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono, Ketua Kwarda DKI Prof Dr Hj Sylviana Murni, SH, MSi, Wakil Kwarda DKI Jakarta Drs TP Suparta, MBA, yang juga Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari, Sekjen Hipprada Kak Paulus Tjakrawan, Kak Ria Indrastuty, Kak Nurman Atmasulistya, Kak Benyamin Mangkudilaga, Kak Berthold D Sinaulan, Kak Arifin Sasongko, dan undangan lainnya. Sedangkan Wakil Kwarda DKI Jakarta Drs TP Suparta, MBA, mengajak seluruh peserta
MoU Bupati Purworejo dengan Rektor UII Yogyakarta Dalam rangka pengentasan kemiskinan di Kabupaten Purworejo, sekaligus memberdayakan masyarakatnya, Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain, MAg mengadakan kerja sama kesefahaman (MoU) dengan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Dr Ir Harsoyo, MSc. Acara yang berlangsung di Auditorium UII pada Rabu pagi, 25 Februari 2015 itu disaksikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, yang pada kesempatan itu Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg mengundang langsung Prof Haryono agar ke Kabupaten Purworejo untuk memasyaratkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di Kabupaten Purworejo. DH 66
Gemari Edisi 170/Tahun XVI/Maret 2015
memperhatikan pesan terakhir dari Baden Powell. “Dia berpesan, jalan nyata menuju kebahagiaan ialah membahagiakan orang lain. Berusahalah agar supaya kamu dapat meninggalkan dunia ini dalam keadaan yang lebih baik daripada tatkala kamu tiba di dalamnya,” tutur Kak Triadi demikian panggilan akrab dari Wakil Kwarda ini menyampaikan di antara pesan terakhir dari Baden Powell seraya mengajak seluruh peserta untuk melakukan pesan itu. Oleh karena itu, lanjut Kak Triadi, sebagaimana pesannya lakukan yang terbaik untuk memberi kebahagiaan bagi manusia lain. “Sehingga diharapkan melalui pesan itu, pramuka mampu sebagai agen pembangunan. Pramuka mampu sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa ini,” tegas Kak Triadi. Hal senada juga disampaikan Ketua Kwarda DKI Prof Dr Hj Sylviana Murni, SH, MSi, yang juga Deputi Gubernur DKI Bidang Budaya dan Pariwisata. Bahkan dirinya semangat mengikuti acara itu pun semata-semata ingin menyampaikan pesan terakhir dari Baden Powell. “Saya mau datang ke sini di antaranya yang mendorongnya ingin menyampaikan pesan terakhir dari Baden Powell ini. Mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi kita semua,” tutur Kak Sylvi seraya menegaskan pentingnya pesan itu dalam membangun kembali semangat para anggota Pandu dan Pramuka di tanah air. “Pramuka itu membentuk karakter bangsa, memotivasi agar lebih mencintai tanah air semakin tinggi, memiliki berkepribadian Indonesia dalam rangka membangun masyarakat, membangun bangsa yang peduli,” tutur Kak Sylvi. Lebih lanjut dirinya memaparkan seputar visi misi Gerakan Pramuka khusunya di lingkungan DKI Jakarta. “Visi Pramuka adalah bagaimana kita berkarakter, cinta tanah air, cinta bangsa dan tetap membuat diri kita bermanfaat bagi orang lain. Sedangkan misi Pramuka di antaranya bagaiamana mewujudkan Pramuka sebagai media profesional yang transparan, konsisten, berkarakter bangsa dan dicintai masyarakat dan berada di mana-mana membantu masyarakat,” jelas Kak Silvy. ADE S