PERAN ORGANISASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
MOHAMMAD BASYUNI, Shut, Msi Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa kota besar dunia, penanganan limbah padat dikelola secara terpadu. Limbah yang dikelola berupa limbah rumah tangga, kantor, pertokoan, industri dan kawasan industri. Penanganan tersebut menghasilkan produk yang bernilai ekonomis serta sisa limbah yang memiliki tingkat pencemaran yang lebih kecil dan dapat diterima oleh lingkungan (World Resources, 1996). Dari limbah yang dihasilkan di beberapa daerah dapat dilakukan penanganan dengan beberapa kemungkinan, yakni: (1) didaur ulang menjadi bahan baku pada suatu proses produksi seperti kertas, karton, plastik, logam, botol dan sebagainya; (2) diolah menjadi kompos, umumnya dari jenis sampah organik; (3) ditumpuk di tempat pembuangan sampah akhir. Perkembangan kota Bogor mendorong pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri serta pembangunan fasilitas pendukung kota. Dampak perkembangan tersebut adalah semakin besarnya jumlah limbah yang dihasilkan dan daya dukung lingkungan yang semakin berkurang akibat limbah tersebut. Kodya Bogor menghasilkan sampah sekitar 1.965 m3/hari dengan komposisi sampah organik 78 % dari total sampah, dan berarti terdapat sekitar 1.533 m3 sampah yang potensial sebagai bahan baku kompos (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kodya Bogor, 1998). Tujuan pengolahan sampah di Kodya Bogor (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kodya Bogor, 1998), yaitu (1) menjadikan sampah bernilai ekonomis melalui proses daur ulang, pembuatan biogas dan kompos, serta pembuatan pakan ternak; (2) dapat memberikan nilai efisiensi terhadap biaya operasional; (3) mempunyai nilai tambah; (4) dapat membuka peluang kesempatan kerja, dan (5) dapat memperpanjang tempat penampungan akhir (TPA). Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan peran organisasi pengelolaan lingkungan hidup dalam pemanfaatan sampah kota menjadi kompos di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kodya Bogor. Adanya Dinas Daerah yang defenitif sebagai penanggunag jawab pengelolaan kebersihan kota sangat penting. Karena dengan uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas akan menjadi landasan yang kuat untuk menyelesaikan dan mengatasi permasalahan yang menyangkut persampahan. Penanganan persampahan memer-
2002 digitized by USU digital library
2
lukan beberapa pendekatan, baik teknis maupun non teknis yang meliputi : aspek institusi, aspek teknis/operasional, aspek pembiayaan, aspek hukum, aspek peran serta masyarakat dan aspek lingkungan (Budiarto, 1993). Hanya saja, untuk pemanfaatan sampah kota menjadi kompos perlu terus ditingkatkan, sehingga program pemerintah tentang pengembangan agribisnis yang memanfaatkan bahan baku sampah kota sebagai pupuk dan humus menjadi penting. Keberhasilan program ini juga ditunjang oleh adanya kompos yang bisa mempercepat pertumbuhan dan hasil tanaman.
B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis peran organisasi pengelolaan lingkungan hidup di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kotamadya Bogor dalam memanfaatkan sampah kota (organik) menjadi kompos untuk menunjang program agribisnis yang saat ini cukup digalakkan oleh pemerintah untuk alternatif penyelesaian krisis ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
2002 digitized by USU digital library
3
II. KERANGKA PEMIKIRAN A. Organisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tersebut (Sutarto, 1994). Pengelolaan lingkungan hidup ialah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai bagian dari tujuan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup dan terlaksananya pembangunan yang berwawasan lingkungan bagi generasi sekarang dan mendatang Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan kelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia (Soerjani, Ahmad dan Munir, 1987). Tujuan pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah menyediakan bahan baku dan penyangga kehidupan lainnya yang mampu menjamin kesinambungan dan kelangsungan pembangunan untuk menghasilkan barang dan jasa secara berkelanjutan (Haeruman, 1993). Sebenarnya, pengelolaan lingkungan hidup di daerah tidak hanya dilakukan oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal) wilayah dan Bapedalda, tetapi secara tidak langsung sebagian tugasnya juga terkait dengan unit-unit daerah lainnya, seperti dinas-dinas daerah yang sesuai dengan sektor masing-masing, diantaranya Dinas PU, Dinas Perindustrian, Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Oleh karena unit-unit ini masih dalam cakupan pengelolaan lingkungan hidup, maka perlu diciptakan mekanisme kerja dan koordinasi dalam satu jaringan dengan Bapedal wilayah dan Bapedalda (Tamin, 1997). B. Sampah Kota Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bahan sisa, baik bahanbahan yang sudah tidak digunakan lagi (bahan bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya dan ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian. Jumlah dan komposisi sampah yang dihasilkan dalam suatu kota ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: (1) jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya; (2) tingkat pendapatan dan pola konsumsi masyarakat; (3) pola penyediaan kebutuhan hidup penduduknya; (4) iklim dan musim (Handojo, 1993). C. Pengkomposan Pengkomposan adalah proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap limbah padat organik diubah menyerupai tanah seperti halnya humus atau mulsa. Kompos telah dipergunakan secara meluas selama ratusan tahun dalam menangani limbah pertanian sekaligus sebagai pupuk alami tanaman (Jorgensen dan Johsen, 1989). Pengkomposan merupakan metode usaha daur ulang dan produksi kompos yang terdiri dari pemilahan sampah, penyusun tumpukan, pemantauan, pembalikan, penyiraman, pelepasan dan pemasangan kembali terowongan, pencatatan, pematangan, penyaringan, pengemasan dan penyimpanan (CPIS, 1992).
2002 digitized by USU digital library
4
III. ORGANISASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH A. Peran Organisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah dalam Pemanfaatan Sampah Kota Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kotamadya Bogor (DKP Kodya Bogor) adalah instansi Pemda Kodya Bogor yang memiliki tugas pokok menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, sebagaimana tertuang dalam Perda No. 11 tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata kerja DKP Kodya Bogor. DKP Kodya Bogor dipimpin oleh seorang kepala dinas. Dalam penyelenggaraan tugas administrasi kepala dinas dibantu oleh kepala sub bagian tata usaha yang menangani tiga unsur yaitu: (1) urusan kepegawaian; (2) urusan keuangan; (3) urusan perlengkapan. Dalam menangani tugas operasional dibantu oleh tiga kepala seksi yang masing-masing menyelenggarakan: (1) perencanaan lokasi taman; (2) penanggulangan kebersihan; (3) pemakaman. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1. Kepala DKP
Bidang Operasional Bidang Tata Usaha i Seksi Penanggulangan Kebersihan
Seksi Pemakaman
Seksi Perencanaan Lokasi Taman
Urusan Kepegawaian
Urusan Keuangan
Urusan Perlengkapan dan Umum
Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kodya Bogor Sasaran operasional yang di DKP Kodya Bogor meliputi truk pengangkut, transfer, container, transfer depo, kendaraan berat, mobil pick up dan gerobak sampah. Berdasarkan produksi sampah di Kodya Bogor perharinya mencapai 1.965 m3, sebagian besar nmerupakan sampah organik (78%). Sehingga peran yang cukup besar dilakukan DKP adalah mengolahnya menjadi kompos dengan dukungan bahan baku yang cukup tersedia tersebut. Lokasi industri kompos terletak di areal TPA Rancamaya. Aspek-aspek yang sangat menunjang pemanfaatan sampah organik menjadi kompos antara lain:
2002 digitized by USU digital library
5
! Pemasaran kompos: Kompos praktis dapat dipakai bagi segala jenis tanaman, baik tanaman hias dan bunga di dalam pot maupun di kebun, rerumputan dan sayur mayur. Umumnya baik sekali digunakan pada saat pembibitan, persemaian, pemeliharaan tanaman untuk menjaga pertumbuhannya. Selain bagi tanaman, kompos dapat pula digunakan untuk mempersiapkan tambak udang dan ikan, sebagai zat makanan bagi plankton sehingga populasinya cukup banyak untuk waktu yang lebih lama. Tersedianya plankton yang cukup mempercepat pertumbuhan ikan dan udang, terutama pada usia muda sebelum mampu mencerna pakan aktif (CPIS, 1992). Pemasaran kompos cukup baik terutama bila dikaitkan dengan upaya penghijauan taman kota, pelestarian lingkungan dan pertanian hortikultura. Penghijauan taman kota berfungsi menciptakan paru-paru kota. Pelestarian lingkungan berkaitan dengan penanganan lahan kritis akibat pemakaian pupuk buatan, penambahan unsur hara dan penyuburan tanah. Pertanian hortikultura membutuhkan kompos secara rutin untuk sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasar potensial untuk penjualan dalam jumlah besar adalah pertanian di Kodya dan Kabupaten Bogor. Luasan lahan pertanian yang didata oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kodya dan Kabupaten Bogor masing-masing 861,5 ha dan 18.539 ha sehingga kebutuhan kompos setiap tahun sebesar 388.010 ton. Sedangkan sisanya ditujukan bagi petani buah-buahan, pehobi berkebun, pengusaha lapangan golf dan pengguna lainnya. Harga jual kompos yang ditetapkan sebesar Rp. 500,00/kg. Harga tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan harga jual kompos di penjual tanaman hias wilayah Kodya Bogor lebih tinggi yaitu berkisar antara Rp. 750,00 – Rp. 1.000,00/kg sehingga diharapkan nilai jual kompos dari bahan baku sampah kota memiliki nilai produk lebih, yaitu harga lebih murah. ! Aspek Manajemen Operasi Bentuk organisasi usaha industri kompos adalah perusahaan kompos daurah yang berada di bawah pemda Kodya Bogor yakni DKP Kodya Bogor. Organisasi tersebut dipilih karena industri kompos melakukan kegiatan bisnis, yakni mengolah sampah menjadi produk komersial. Pada pelaksanaan perusahaan kompos daerah, organisasi dipimpin oleh seorang manajer yang dibantu oleh dua orang kepala bagian yaitu kepala bagian produksi dan kepala bagian tata usaha. Bagian produksi bertanggung jawab terhadap kegiatan bahan baku dan pembuatan serta pemasaran kompos. Sedangkan bagian tata usaha bertanggung jawab terhadap kegiatan administrasi dan keuangan serta kegiatan fasilitas. Gambar 2 menyajikan struktur organisasi perusahaan kompos daerah. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja tidak langsung dan langsung. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja manajemen, satpam dan tenaga perbengkelan. Tenaga kerja langsung meliputi tenaga kerja harian pada areal pemilahan sampah, areal pengecilan ukuran sampah, areal pengkomposan aktif, areal penyaringan dan pengemasan, gudang, supir kendaraan operasional dan alat berat.
2002 digitized by USU digital library
6
Dengan bentuk usaha dan struktur tersebut akan memudahkan pengelolaan sampah kota (organik) dan memiliki nilai tambah yakni menyerap tenaga kerja, menyediakan pupuk kompos, mengurangi jumlah sampah dan mengurangi tingginya penyakit yang diakibatkan oleh sampah. Manajer
Kepala Bagian Produksi
Bagian Bahan Baku Pembuatan Kompos
Bagian Pemasaran Kompos
Kepala Bagian Tata Usaha
Bagian Administrasi dan Keuangan
Bagian Pemeliharaan Fasilitas
Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan Kompos Daerah ! Aspek pemilihan Teknologi Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos (UDPK) (CPIS, 1992) Teknologi pembuatan kompos adalah pengkomposan metode UDPK dikaitkan langsung dengan usaha pemanfaatan sampah kota melalui kegiatan daur ulang. Pengkomposan ini penting karena: # Padat karya # Memanfaatkan para pemulung # Proses pengkomposan berdaya guna tinggi, mampu mengolah sampah dalam jumlah besar di lahan terbatas dalam waktu yang singkat # Mudah ditiru, proses bersuhu tinggi sehingga menjamin musnahnya berbagai binit penyakit di dalam sampah serta bermutu tinggi dan rendah kandungan racunnya B. Pembenahan Organisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah dan Masyarakat Berhubung di Jawa Barat belum terbentuk Bapedal wilayah dan Bapedalda maka pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan oleh unit terkait, misalnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Seperti dimaklumi, pengelolaan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu sejalan dengan pembenahan organisasi pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup perlu dibarengi dengan pembenahan organisasi kemasyarakatan yang terkait dengan lingkungan hidup seperti LKMD, PKK, LSM, PSL dan dunia usaha/swasta dengan pembenahan organisasi Pemerintah Derah dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan hasil guna dan daya guna pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di tingkat daerah. LKMD sebagai penggerak prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam ikut serta mewujudkan pelestarian lingkungan hidup yang ada di wilayahnya. LKMD yang salah satu seksinya adalah Seksi Lingkungan Hidup yang dibantu oleh Subseksi Kebersihan. 2002 digitized by USU digital library
7
Melalui organisasi ini mampu memunculkan kader-kader pembangunan desa di bidang lingkungan hidup sehingga terbentuk kelompok-kelompok masyarakat peduli lingkungan sebagai kekuatan nyata yang ada di masyarakat dalam ikut serta menjaga dan melestarikan lingkungannya (Tamin, 1997). Jadi dalam berbagai semua instansi sudah berjalan, akan sangat mendukung kepada terciptanya kondisi kota yang bersih, indah, dan nyaman. Selain itu, kompos dapat menunjang program agribisnis sebagai pupuk dan humus yang dapat meningkatkan kapasitas pertukaran ion dalam tanah. Kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia tanah dan dapat menimbulkan suasana yang baik bagi pertumbuhan akar, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik. Penelitian Anas (1998) menyebutkan penggunaan kompos pada tanaman jagung dapat meningkatkan penyerapan hara dan pertumbuhan tanaman selama 2 musim tanam. Penelitian Buntan (1992) memperlihatkan bahwa pemberian kompos berpengaruh positif dalam meningkatkan produksi jagung pipilan kering dan terhadap penyerapan unsur N,P, dan K. Tanpa pemberian kompos, penyerapan N lebih rendah. Penelitian Aziz (1993) menunjukkan penggunaan kompos sangat cocok untuk tanaman hias.. Kompos dapat digunakan untuk mempersiapkan lahan ikan dan udang. Bahkan menurut BPS (1993) jumlah lahan tanaman palawija dan hortikultura untuk pengembangan agribisnis yang membutuhkan kompos cukup besar sekitar 1 juta ha.
2002 digitized by USU digital library
8
IV. KESIMPULAN Organisasi pengelolaan lingkungan hidup di daerah dapat memainkan perannya, salah satunya dengan memanfaatkan sampah kota (organik) menjadi kompos. Pengelolaan sampah organik sangat menguntungkan karena didukung oleh aspek pemasaran, aspek manajemen organisasi dan aspek pemilihan teknologi. Selain itu, kompos dapat menunjang pengembangan agribisnis yang saat ini amat digalakkan oleh pemerintah. Dukungan organisasi masyarakat seperti LKMD, PKK, LSM, PSL dan lain-lain sangat diharapkan sehimgga akan tercipta lingkungan daerah yang aman, bersih, indah dan nyaman.
2002 digitized by USU digital library
9
DAFTAR PUSTAKA Anas, I. 1988. Pengaruh Kompos Humotex Terhadap Pertumbuhan Jagung Vareietas Arjuan. Penelitian. Jurusan Tanah Faperta IPB. Bogor Azis, S.A. 1993. Evaluasi Pemakaian Campuran Media yang Berasal dari Limbah Peretanian sebagai Media Tumbuh Tanaman dalam Wadah. Makalah Penunjang pada Seminar Nasional Penanganan Limbah Industri Tekstil dan Limbah Organik, 17 November 1993, Cibinong, Bogor. BPS. 1993. Statistik Industri Indonesia 1992. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Budiarto, D. 1993. Sampah dan Permasalahannya di Wilayah Kotamadya Dati II Bogor. Makalah Utama pada Seminar Nasional Penanganan Limbah Industri Tekstil dan Limbah Organik, 17 November 1993, Cibinong, Bogor. Buntan, A. 1992. Pengaruh Bakteri Pelarut Fosfat dan Kompos Terhadap Produksi Tanaman Jagung. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. CPIS. 1992. Panduan Teknik Pembuatan Kompos dan Sampah: Teori dan Aplikasi. Center for Policy and Implementation Study (CPIS). Jakarta. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kodya Bogor. 1998. Mekanisme Pelayanan Kebersihan di Kodya Dati II Bogor. DKP Kodya Bogor. Hadiwiyoto, S. Jakarta.
1983.
Penanganan dan Pemanfaatan Sampah.
Yayasan Idayu.
Haeruman, H. 1993. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup dalam Usaha Peningkatan Kualitas Hidup Jangka Panjang, dalam Soerjani, M. dan B. Samad. Manusia dalam Keserasian Lingkungan. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta. Handojo, O. 1993. Daur Ulang Sampah dalam Makalah Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi Limbah. Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan. Bandung. Jorgensen, S.E. dan I. Johnson. 1989. Principle of Environmental Science and Technology. Elvisier Applied Publisher. Amsterdam. Soerjani, M., R. Ahmad & R. Munir (Editor). 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. UI Press. Jakarta. Sutarto. 1984. Yogyakarta.
Dasar-dasar Organisasi.
Gadjah Mada University Press.
Tamin, F. 1997. Upaya-upaya Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah dalam Menghadapi Tantangan Abad 21 dalam Lokakarya Pengembangan SDM di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Menghadapi Tantangan Abad 21, Jakarta 4 – 6 Maret 1997. Bapedal. World Resource. 1996. Earth and Environmental (Annual Report 1996). UNESCO The United Nations. Washington. 2002 digitized by USU digital library
10