Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN
Agus Purwoko
Volume 16 ( 6) 2004
IDENTIFIKASI TUMBUHAN SUMBER PANGAN, OBAT‐OBATAN DAN BIOPESTISIDA SERTA TINGKAT PEMANFAATANNYA DI SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT (The Identification of Food, Medicinal and Biopesticide Plants and The Utilization Level in Karang Gading and Langkat Timur Laut Wildlife Reserve) Agus Purwoko Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Abstract This research was conducted mainly to identify potential vegetation species as source of food, medicine and biopesticide, to examine actual utilization forms performed by people and to develop data base for further study and utilization. Based on a flora inventory, the wildlife reserve consist of 18 species of flora, 16 of mangrove species were identified to be potential as source of food, medicine and biopesticide, but only 9 species was recognize by people; Avicennia marina, Avicennia alba,Avicennia officinalis, Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Xylocarpus moluccensis dan Nypa fruticans, and only 7 species has been utilized occasionally (3 species) and frequently (4 species).From recognized and utilized species, only 3 of them become infrequently utilized. Untill now, only 3 species is still utilized, although not frequently. In generale, biopesticide potency has not been utilized yet, such as in Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula and Rhizopora mucronata. Keywords: Food, Medicinal plant, Bio-pesticide, Mangrove, Karang Gading, Langkat timur laut, Wildlife reserve
A. Pendahuluan Ekosistem mangrove mengandung banyak komponen yang memiliki nilai ekonomis tinggi, baik dari unsur vegetasi, satwa maupun manfaat pada tingkat ekosistem seperti perairan, bentang kawasan, konstruksi perakaran dan sejenisnya. Akan tetapi, pemanfaatan hutan mangrove selama ini lebih terfokus pada pemanfaatan kayu sebagai bahan bangunan dan energi. Diantara manfaat-manfaat tersebut, adalah manfaat sumber daya hutan sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida. Diyakini bahwa ekosistem mangrove, termasuk di kawasan SM KGLTL memiliki banyak potensi vegetasi sumber pangan dan obat-obatan. Akan tetapi sejauh ini belum pernah dilakukan kajian mengenai potensi sumber pangan dan obat-obatan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kajian untuk mengidentifikasi
97
jenis-jenis vegetasi di kawasan SM KGLTL yang memiliki potensi sebagai sumber pangan dan obat-obatan sekaligus bentukbentuk pemanfaatannya yang memungkinkan untuk dikembangkan. Penelitian ini dilakukan terutama untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida, mempelajari bentuk-bentuk pemanfaatan yang secara aktual sudah dilakukan oleh masyarakat dan upaya untuk membangun basis data untuk kajian dan pemanfaatan lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan pemanfaatan hutan mangrove selama ini lebih terfokus pada pemanfaatan kayu sebagai bahan bangunan dan energi. Dalam pemanfaatan hasil hutan mangrove berupa kayu bahkan seringkali melewati daya dukung hutan, seperti yang dilaporkan Purwoko & Onrizal (2002) bahwa penebangan yang dilakukan di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan
Agus Purwoko
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 16 ( 6) 2004
Langkat Timur Laut menyebabkan hutan mangrove di kawasan tersebut tidak lagi bisa melakukan regenerasi secara alami. Hal ini ditandai dengan kerapatan jenis yang justru menurun pada tingkat pohon yang lebih kecil. Bahkan sebagaimana yang USU (1999) laporkan bahwa masalahmasalah yang mengancam kelestarian kawasan ini diantaranya adalah penebangan liar/pencurian kayu, perambahan, pengambilan biota air yang tidak terkendali, perburuan liar, pencemaran sungai dan pemukiman.
m. Data mengenai tingkat pengenalan, penggunaan dan bentuk-bentuk pemanfaatan vegetasi sebagai tanaman pangan, obat-obatan dan biopestisida diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat di sekitar kawasan SM KGLTL. Data dianalisis dengan cara memadukan antara data sekunder dengan data-data primer baik yang dibangkitkan melalui survei di lapangan maupun yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat. Analisis data dibantu dengan metode tabulasi dan pendekatan skoring.
Selain itu, salah satu fungsi hutan mangrove menurut Davies, Claridge dan Nararita (1995) adalah sebagai Sumber Alam dalam Kawasan (In-Situ) dan Luar Kawasan (Ex-Situ). Hasil alam in-situ mencakul semua fauna, flora dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Oleh karena itu, tanaman obat sebagai salah satu sumber daya alam insitu harus dikaji dengan baik agar bisa bermanfaat secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
C. Hasil dan Pembahasan
B. Metode Penelitian Survei lapangan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Juni s.d. Oktober 2003 di wilayah hutan mangrove Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut, sedangkan wawancara responden dilakukan di Kecamatan Secanggang. Data primer yang dikumpulkan berupa semula elemen dari vegetasi mangrove yang memiliki potensi pangan, obat-obatan dan biopestisida serta bentuk dan tingkat pemanfaatannya oleh masyarakat selama ini. Pengumpulan data flora dilakukan dengan inventarisasi flora dan analisis vegetasi. Inventarisasi flora dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum keadaan vegetasi di daerah penelitian, sedang teknik analisis vegetasi ditujukan untuk melihat struktur dan komposisi jenis. Teknik analisis vegetasi yang digunakan adalah metode petak dengan unit contoh berupa jalur (transek) berukuran 10 m x 100
Berdasarkan hasil inventarisasi flora, kawasan SM KGLTL disusun oleh 18 jenis flora, yaitu Acanthus ilicifolius, Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, A. marina, A. officinalis, Borasus flabellifer, Bruguiera gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Excoecaria agallocha, Hibiscus tiliaceus, Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, R. mucronata, Sonneratia alba, S. ceseolaris dan Xylocarpus granatum. Hasil ini mengalami penurunan dari yang diperoleh Giesen and Sukotjo (1991) yang melaporkan terdapat 21 spesies pada tahu 1991 dan 34 spesies pada tahun 1951. Jenis R. apiculata merupakan jenis yang paling dominan menyusun kawasan SM KGLTL. Khusus untuk tingkat semai, jenis R. apiculata merupakan jenis yang dominan bersama jenis B. parviflora. Jenis R. apiculata dan B. parviflora sebagai jenis dominan di tingkat semai memiliki keraparan masing-masing sebesar 1.000 ind/ha dengan INP sebesar 79,22%. Kerapatan total seluruh jenis pada tingkat semai ini adalah 2750 ind/ha. Pada tingkat pancang, jenis R. apiculata sebagai jenis domianan memiliki kerapatan sebesar 2.750 ind/ha dengan INP sebesar 154,08% dengan kerapatan total seluruh jenis sebesar 3.063 ind/ha. Pada tingkat pancang, jenis R. apiculata sebagai jenis dominan memiliki kerapatan sebesar 2.750 ind/ha dengan INP sebesar 154,08% dengan kerapatan total seluruh
98
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN
Agus Purwoko
Volume 16 ( 6) 2004
jenis sebesar 3.063 ind/ha. Data hasil analisis vegetasi tingkat pancang di kawasan SM KGLTL secara lengkap disajikan pada Tabel 2. Tabel 1. Indeks nilai penting (INP) vegetasi tingkat semai di SM KGLTL K (ind/ha)
KR (%)
F
FR (%)
INP (%)
750
27,27
0,1
14,29
41,56
B. parviflora
1.000
36,36
0,3
42,86
79,22
R. apiculata
1.000
36,36
0,3
42,86
79,22
Jenis B. gymnorrhiza
Jumlah 2.750 0,7 Ket: K = kerapatan (individu/hektar), KR = kerapatan relatif, F = frekwensi, FR = frekwensi relatif, INP = indeks nilai penting. Tabel 2. Indeks nilai penting (INP) vegetasi tingkat pancang di SM KGLTL K KR FR Jenis F (ind/ha) (%) (%)
INP (%)
63 2,04 0,1 7,14 9,18 B. parviflora 125 4,08 0,2 14,29 18,37 B. sexangula 2.750 89,80 0,9 64,29 154,08 R. apiculata 125 4,08 0,2 14,29 18,37 X. granatum Jumlah 3.063 1,4 Ket: K = kerapatan (individu/hektar), KR = kerapatan relatif, F = frekwensi, FR = frekwensi relatif, INP = indeks nilai penting.
Diperoleh berbagai manfaat-manfaat potensial vegetasi mangrove untuk pangan, obat-obatan dan biopestisida dari kawasan SM KGLTL. Literatur terutama dari hasil koleksi penelitian Suparpnaibool dan Kongsang Chai (1982). Data disempurnakan melalui eksplorasi data dengan menggunakan metode wawancara dengan penduduk yang berpotensi mengetahui penggunaan vegetasi mangrove sebagai sumber pangan, obatobatan dan biopestisida. Teridentifikasi 16 jenis tanaman mangrove yang memiliki potensi manfaat pangan, obat-obatan dan biopestisida. Dua di antaranya yaitu Sonneratia alba dan Rhizopora mucronata merupakan jenis teridentifikasi berpotensi pangan, obat-obatan dan biopestisida dan belum teridentifikasi oleh Suparpnaibool dan Kongsang Chai (1982). Dari 16 jenis yang teridentifikasi berpotensi, hanya 9 jenis yang diketahui oleh masyarakat yaitu Avicennia marina, Avicennia alba, Avicennia officinalis,
99
Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Xylocarpus moluccensis dan Nypa fruticans, dan hanya 7 jenis yang sudah dimanfaatkan dengan frekuensi jarang (3 jenis) dan (sering 4 jenis). Akan tetapi jenis yang dikenali sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida masih sangat terbatas, baru 1/3 dari seluruh jenis yang berpotensi (6 dari 16 jenis). Selain itu, bentuk pemanfaatan yang dilakukan masih terbatas, belum mencakup seluruh alternatif pemanfaatan yang mungkin/bisa. Potensi manfaat yang relatif paling belum dikenali adalah manfaat vegetasi sebagai biopestisida. Selain dalam aspek tingkat pengenalan, terjadi fenomena penurunan tingkat pemanfaatan, dari jenis-jenis yang dahulu sering dimanfaatkan menjadi jarang dimanfaatkan, dari yang jarang dimanfaatkan menjadi semakin jarang atau tidak pernah lagi dimanfaatkan sama sekali. Fenomena ini justru kontraproduktif dengan upaya yang seharusnya dilakukan terhadap sumber daya alam. Sebagaimana pendapat
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN
Agus Purwoko
Volume 16 ( 6) 2004
aliran optimistik, di mana untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan baik harus dilakukan upaya-upaya meningkatkan efisiensi dan nilai manfaat atas sumber daya serta mencari alternatifaltenatif sumber daya baru yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
manusia atau pengganti sumber daya lain non renewable yang sudah semakin terbatas. Sementara yang terjadi di lokasi studi justru penurunan tingkat efisiensi dan nilai pemanfaatan sumber daya vegetasi hutan mangrove.
Tabel 3. Jenis tumbuhan mangrove di kawasan SM KGLTL yang bisa dimanfaatkan dan bentuk-bentuk pemanfaatannya. No.
Jenis
1.
Acanthus ilicifolius
2.
Avicennia marina
3.
Avicennia alba
4.
Avicennia officinalis Bruguiera gymnorrhiza
5.
6.
Bruguiera sexangula
7.
Ceriops tagal
8.
Excoecaria agallocha Oncosperma tigillaria Lumnitzera racemosa Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata
9. 10. 11. 12.
13.
Sonneratia caseolaris
14.
Sonneratia alba
15.
Xylocarpus
Potensial Pangan, Obat-obatan dan Pestisida Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular. Daun yang muda dapat dimakan/disayur, polen dari bunganya dapat untuk menarik koloni-koloni kumbang penghasil madu yang diternakan, abu dari kayunya sangat baik untuk bahan baku dalam pembuatan sabun cuci. Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, bijinya dapat dimakan jika direbus, kulitnya untuk obat tradisional (astringent), zat semacam resin yang dikeluarkan bermanfaat dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit cacar, bijinya sangat beracun sehingga hati-hati dalam memanfaatkannya. Biji dapat dimakan sesudah dicuci dan direbus. Kayunya sangat berguna dalam industri arang dan tannin, kulit batang yang masih muda dapat untuk menambah rasa sedap ikan yang masih segar, pneumathoporanya dapat dipakai sebagai bibit dalam usaha reboisasi hutan bakau. Daun muda, embrio buah, buluh akar dapat dimakan sebagai sayuran, daunnya mengandung alkoloid yang dapat dipakai untuk mengobati tumor kulit, akarnya dapat untuk kayu menyan, buahnya dapat untuk campuran obat cuci mata tradisional. Kulit batang baik sekali untuk mewarnai dan sebagai bahan pengawet/penguat jala-jala ikan dan juga untuk industri batik, kulit batang untuk obat tradisional. Getahnya beracun dan dapat dipakai untuk meracun ikan. Umbut dapat digunakan untuk sayuran, bunganya dapat untuk menambah rasa sedap nasi. Rebusan daunnya dapat untuk obat sariawan. Kayunya untuk arang. Air buah dan kulit akar yang muda dapat dipakai untuk mengusir nyamuk dari tubuh/badan. Daunnya sebagai pakan ternak dan obat sakit perut. Pucuk daun sebagai obat luka. Buah sebagai obat untuk wanita yang baru melahirkan. Buahnya dapat dimakan, cairan buah dapat untuk menghaluskan kulit, daunnya dapat untuk makanan kambing, dapat menghasilkan pectine. Buahnya dapat dimakan, biasanya untuk wanita yang mengidam. Daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Kayunya baik sekali untuk papan, akar-akarnya dapat dipakai
100
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN
Agus Purwoko
Volume 16 ( 6) 2004
moluccensis 16.
Nypa fruticans
sebagai bahan dasar kerajinan tangan (hiasan dinding dll), kulitnya u ntuk obat tradisional (diarhea), buahnya mengelu-arkan minyak dapat dipakai untuk minyak rambut tradisional. Daun untuk atap rumah, dinding, topi, bahan baku kertas, keranjang dan pembungkus sigaret; nira untuk minuman dan alkohol; biji untuk “jelly” dan sebagai kolang-kaling; dan pelepah yang dibakar untuk menghasilkan garam.
Dari jenis-jenis yang sudah diketahui dan dimanfaatkan, tidak semuanya terus dimanfaatakan dan/atau dikembangkan. Sebanyak 3 jenis di antaranya justru menjadi semakin jarang digunakan. Hanya 3 jenis yang sampai sekarang masih digunakan seperti biasa, meskipun dalam frekuensi yang tidak sering. Secara umum, potensi yang masih relatif belum dimanfaatkan adalah potensi biopestisida, seperti pada Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula dan Rhizopora mucronata. D. Kesimpulan dan Saran Telah diketahui jenis-jenis vegetasi yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida di kawasan SM KGLTL, yakni sebanyak 16 jenis dengan aneka manfaatnya masingmasing, baik dalam konteks sebagai sumber pangan (termasuk pakan ternak), obat-obatan maupun biopestisida. Masyarakat sekitar kawasan SM KGLTL telah mengetahui sebagian bentuk-bentuk pemanfaatan yang secara aktual sudah dilakukan oleh masyarakat dan yang secara potensial memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Sampai saat ini masih banyak jenis dan alternatif bentuk pemanfaatan vegetasi mangrove di SM KGLTL yang bisa dikembangkan pemanfaatannya sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida. Dengan demikian, upaya penelitian lebih jauh maupun pengembangan pemanfaatannya menjadi lebih mudah.
101
Disarankan untuk dilakukan upaya yang kontinu guna pemanfaatan sumber daya pangan, obat-obatan dan biopestisida dari hutan mangrove dengan teknologi yang lebih efisien dan menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga potensi tersebut bisa memberikan tambahan kesejahteraan bagi masyarakat secara luas. E. Daftar Pustaka Davies, J., G Claridge, Endah Natarita. 1995. Manfaat Lahan Basah, Potensi Lahan Basah dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Ditjend. Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan – Asian Wetland Bereau Indonesia (AWB). Giesen, W and Sukotjo. 1991. Karang Gading - Langkat Timur Laut Wildlife Reserve, North Sumatra. DirectorGeneral of Forest Protection and Nature Conservation - Asian Wetland Bereau Indonesia. Jakarta Greig-Smith, P. 1964. Quantitative plant ecology. Second Ed. Butterworths, London. Purwoko, Agus dan Onrizal. 2002. Identifikasi Potensi Manfaat Sosial Ekonomi Hutan Mangrove di SM KGLTL. Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Dosen Muda dan Kajian Wanita. Jakarta. USU. 1999. Pelestarian dan Pengembangan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut. Makalah Seminar Pelestarian dan Pengembangan SM KGLTL. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Avicennia marina
Avicennia alba
Avicennia officinalis*
Bruguiera gymnorrhiza
Bruguiera sexangula
Ceriopstagal
Excoecaria agallocha Oncosperma tigillaria
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Acanthus ilicifolius
Jenis
1.
No.
Kayunya sangat berguna dalam industri arang dan tannin, kulit batang yang masih muda dapat untuk menambah rasa sedap ikan yang masih segar, pneumathoporanya dapat dipakai sebagai bibit dalam usaha reboisasi hutan bakau. Daun muda, embrio buah, buluh akar dapat dimakan sebagai sayuran, daunnya mengandung alkoloid yang dapat dipakai untuk mengobati tumor kulit, akarnya dapat untuk kayu menyan, buahnya dapat untuk campuran obat cuci mata tradisional. Kulit batang baik sekali untuk mewarnai dan sebagai bahan pengawet/penguat jala-jala ikan dan juga untuk industri batik, kulit batang untuk obat tradisional. Getahnya beracun dan dapat dipakai untuk meracun ikan. Umbut dapat digunakan untuk sayuran, bunganya dapat untuk menambah rasa sedap nasi.
Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular. Daun yang muda dapat dimakan/disayur, polen dari bunganya dapat untuk menarik koloni-koloni kumbang penghasil madu yang diternakan, abu dari kayunya sangat baik untuk bahan baku dalam pembuatan sabun cuci. Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, bijinya dapat dimakan jika direbus, kulitnya untuk obat tradisional (astringent), zat semacam resin yang dikeluarkan bermanfaat dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit cacar, bijinya sangat beracun sehingga hati-hati dalam memanfaatkannya. Biji dapat dimakan sesudah dicuci dan direbus.
Potensial Manfaat (Suparpnaibool dan Kongsang Chai, 1982)
◙
◙
◙
◙
TT ◙
◙
◙
TTD
◙
◙
TJD
Pemanfaatan Dahulu TSD
◘
◘
◘
◘
◘
TD ◘
◘
◘
◘
MJ
BD
MS
Pemanfaatan Saat Ini
Tabel Tingkat Pemanfaatan Vegetasi Mangrove untuk Pangan, Obat-obatan dan Biopestisida di Lokasi Studi
Lampiran
Getahnya dipakai meracun ikan. -
-
-
-
untuk
Bijinya dapat dimakan sebagai obat sakit perut.
Daunnya digunakan untuk pakan ternak.
-
-
Bentuk Pemanfaatan Di Lokasi Studi
Agus Purwoko Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 16 ( 6) 2004
102
103
Lumnitzera racemosa Rhizophora mucronata
Rhizophora apiculata*
Sonneratia caseolaris*
Sonneratia alba
Xylocarpus moluccensis*
Nypa fruticans*
10.
12.
13.
14.
15.
16
11.
Jenis
No.
Daun untuk atap rumah, dinding, topi, bahan baku kertas, keranjang dan pembungkus sigaret; nira untuk minuman dan alkohol; biji untuk “jelly” dan sebagai kolang-kaling; dan pelepah yang dibakar untuk menghasilkan garam.
Kayunya baik sekali untuk papan, akar-akarnya dapat dipakai sebagai bahan dasar kerajinan tangan (hiasan dinding dll), kulitnya untuk obat tradisional (diarhea), buahnya mengelu-arkan minyak dapat dipakai untuk minyak rambut tradisional.
-
Buahnya dapat dimakan, cairan buah dapat untuk menghaluskan kulit, daunnya dapat untuk makanan kambing, dapat menghasilkan pectine.
Kayunya untuk arang. Air buah dan kulit akar yang muda dapat dipakai untuk mengusir nyamuk dari tubuh/badan. -
Rebusan daunnya dapat untuk obat sariawan.
Potensial Manfaat (Suparpnaibool dan Kongsang Chai, 1982)
◙
TT ◙
TTD
◙
TJD
Pemanfaatan Dahulu
◙
◙
◙
◙
TSD ◘
TD ◘
◘
◘
MJ
◘
◘
◘
BD
MS
Pemanfaatan Saat Ini
Lanjutan Tabel Tingkat Pemanfaatan Vegetasi Mangrove untuk Pangan, Obat-obatan dan Biopestisida di Lokasi Studi
Pucuk daun sebagai obat demam dan obat luka. Buahnya digunakan sebagai manisan kolang-kaling.
Buahnya dapat dimakan, biasanya untuk wanita yang mengidam. Daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Buahnya sebagai obat sakit perut atau mencret, pucuknya sebagai obat luka sayatan saat di hutan, daunnya sebagai pakan ternak.
Daunya dapat dijadikan lalap, buahnya untuk obat sakit perut.
Daunnya sebagai pakan ternak dan obat sakit perut. Pucuk daun sebagai obat luka. Buah sebagai obat untuk wanita yang baru melahirkan.
-
-
Bentuk Pemanfaatan Di Lokasi Studi
Agus Purwoko Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 16 ( 6) 2004
Agus Purwoko
Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN Volume 16 ( 6) 2004
*) Ditemukan khasiat lain dari yang sudah diidentifikasi Suparpnaibool dan Kongsang Chai (1982). Keterangan: TT : Tidak tahu TTD : Tahu tapi tidak dimanfaatkan TJD : Tahu dan jarang dimanfaatkan TSD : Tahu dan sering dimanfaatkan TD : Tidak dimanfaatkan lagi MJ : Masih dimanfaatkan namun makin jarang BD : Masih dimanfaatkan seperti biasa MS : Makin sering dimanfaatkan
104