PERAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh: SITI AROFAH NIM: 3103229
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG Alamat : Jl. Prof.DR.Hamka Km.I (Kampus II) Telp/Fax : (024) 7601295 Semarang
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Saudari : Siti Arofah Nomor Induk
: 3103229
Judul
: PERAN
MGMP
DALAM
MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL. telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus, pada tanggal : 17 Januari 2008 Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Tahun Akademik 2007 / 2008. Semarang, 17 Januari 2008 Sekretaris Sidang
Ketua Sidang
Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag. NIP. 150 267 028
Dra. Siti Mariam, M.Pd. NIP. 150 257 372
Penguji
Penguji
Drs. H. Raharjo, M.Ed. St. NIP. 150 246 873
Drs. Mursid, M.Ag. NIP. 150 318 583 Pembimbing
Drs. Ridwan, M.Ag. NIP. 150 282 132
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi a.n sdr. Siti Arofah
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudara/i : Nama
: Siti Arofah
NIM
: 3103229
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: Peran MGMP dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI SMA di Kabupaten Tegal
Dengan ini mohon agar skripsi saudara/i tersebut dapat dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 9 Januari 2008 Pembimbing I
Drs. Ridwan, M.Ag. NIP. 150282132
iii
ABSTRAK Siti Arofah (3103229). PERAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL. Skripsi. Semarang Fakultas Tarbiyah, Jurusan PAI IAIN Walisongo, 2008. Penelitian ini bertujuan 1.)untuk mengetahui bagaimana profesionalisme guru di MGMP PAI SMA kabupaten tegal, 2.)untuk mengetahui bagaimana peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA di kabupaten tegal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, merupakan penelitian yang menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari organisasi dan perilaku yang diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistic (menyeluruh). data penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan deskriptif analysis, yaitu analisis data yang ditunjukkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif, dengan menggunakan cara berfikir induktif. Berfikir induktif adalah cara menarik kesimpulan dari fakta-fakta yang bersifat empiris kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru PAI SMA di kabupaten Tegal dapat dikatakan sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal seperti: pertama, adanya komitmen dari para guru pada pekerjaannya dengan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Kedua, menguasai secara mendalam bahan atau materi yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa. Ketiga, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas. Keempat, belajar dari pengalaman dirinya maupun orang lain. Kemudian dari penelitian ini juga diketahui peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA di Kabupaten Tegal antara lain: a. Dalam peningkatan efektifitas pembelajaran yaitu membahas dan memilih metode PAI yang efektif dan efisien, pembahasan tentang pendalaman dan pengembangan materi pai, menentukan dan menetapkan cara-cara evaluasi PAI, mewajibkan setiap anggota MGMP untuk membuat dan menyerahkan perangkat pembelajaran (Protan, Promes, RPP dan KKM). B. Dalam peningkatan kreatifitas dan skill(keahlian) guru PAI yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan penggunaan metode dan perangkat pembelajaran, menyusun bahan ajar untuk siswa dalam bentuk LKS, menyusun kisi-kisi soal ujian dan semester, membahas dan mengkaji buku PAI. C. Dalam peningkatan pengetahuan dan wawasan Pendidikan Agama Islam yaitu mengadakan in house training (IHT), mengadakan study banding di sekolah atau lembaga pendidikan yang lebih maju, mengadakan bedah buku dan seminar, mengidentifikasi masalah dan cara memecahkan masalah, menentukan cara pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan PAI di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan organisasi MGMP PAI tingkat SMA di Kabupaten Tegal mendapat dukungan dan bantuan dari semua elemen masyarakat sehingga peran MGMP PAI ini dapat berjalan baik dan lancar.
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 9 Januari 2008 Deklarator
Siti Arofah NIM: 3103229
v
MOTTO
ﺍﺫﺍ ﻭﺳﺪ ﺍﻷﻣﺮ ﺍﱃ ﻏﲑ ﺍﻫﻠﻪ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻌﻢ:ﻋﻦ ﺃﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺤﺎﺭﻯ.ﻓﺎﻧﺘﻈﺮ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah SAW bersabda: Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. (HR. Bukhari)1
1.
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah, Bardizbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar-Al kutb Al Ilmiyah,1992), Juz I, hlm 26
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini teruntuk: ¾ Ayahanda Daklan (Alm) dan Ibunda Umroh ¾ Teruntuk tunanganku tercinta “ Mas Aris” ¾ Buat keluarga besar “asy-syifa” dan sahabat-sahabatku seperti: Mba Izza, Mbak Umdah, Eni, Elok, Muji dan Hani.
vii
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, bahwa atas segala taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “PERAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu(S1) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar M.Ed. Dekan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 2. Bapak Ridwan M.Ag selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk mengoreksi dan mengarahkan penulis disela-sela kesibukan mengajar 3. Bapak Hadi Subchan, S.Ag segenap pengurus serta anggota MGMP PAI SMA kabupaten Tegal yang telah membantu penulis dalam penelitian ini 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta karyawan dan karyawati di lingkungan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan dan pemahaman sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini 5. Ayahanda Daklan (Alm) dan Ibunda Umroh yang selalu ananda cintai, iringan do’a dan restumu membuat semangat dalam melangkah untuk menggapai citacita 6. Keluarga besar “kos ASY-SYIFA” yang telah menemani dan memberikan motivasi kepada penulis
viii
Dan kepada semua pihak yang tak mampu penulis sebutkan satu persatu karena terbatasnya ruang. Penulis berharap dan berdo’a semoga budi baik mereka menjadi amal saleh dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Semarang, 9 Januari 2008
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. iv HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. v HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. x BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Penegasan Istilah ..................................................................... 3 C. Perumusan Masalah ................................................................ 5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5 E. Telaah Pustaka ........................................................................ 6 F. Metodologi Penelitian ............................................................. 7 BAB II : PROFESIONALISE GURU DAN MGMP PAI SMA A. Profesionalisme guru .............................................................. 11 1. Pengertian profesionalisme guru ..................................... 11 2. Persyaratan profesionalisme ............................................. 15 3. Peningkatan profesionalisme guru ................................... 16 4. Tujuan pengembangan profesionalisme guru .................. 17 5. Tingkat kemampuan profesionalisme guru ...................... 18 B. Tugas guru PAI ...................................................................... 19 1. Pengertian guru PAI ......................................................... 19 2. Peran guru PAI ................................................................. 19 3. Tugas dan tanggung jawab guru PAI ............................... 21
x
C. Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) SMA ............................................................... 23 1. Pengertian MGMP PAI ..................................................... 23 2. Latar belakang MGMP PAI .............................................. 23 3. Dasar kebijakan ................................................................ 24 4. Tujuan MGMP PAI........................................................... 24 5. Ruang lingkup .................................................................. 25 6. Prinsip kerja ...................................................................... 25 7. Kolaborasi MGMP PAI..................................................... 25 8. Kegiatan MGMP PAI........................................................ 26 9. Pengaturan waktu dan tempat kegiatan ............................ 27 10. Pembiayaan ...................................................................... 28 BAB
III:
PERAN
MGMP
DALAM
MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL A. Gambaran umum MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal ...... 29 1. Latar belakang ................................................................. 29 2. Tujuan .............................................................................. 30 3. Program kerja .................................................................... 31 4. Pelaksanaan ....................................................................... 33 5. Struktur organisasi ........................................................... 34 B. Peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA di kabupaten Tegal. ............................................... 35 BAB IV: ANALISIS PERAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL A. Urgensi profesionalisme guru pendidikan agama Islam ........ 41 B. Analisis
peran
MGMP
dalam
meningkatkan
profesionalisme guru PAI SMA di kabupaten Tegal ............. 43
xi
C. Kendala dalam peningkatan profesionalisme guru PAI di MGMP PAI SMA kabupaten Tegal serta solusinya .............. 45 D. Kondisi (kualitas dan profesionalisme) guru PAI sebelum mengikuti
MGMP
dan
indikator
peningkatan
profesionalisme guru PAI ....................................................... 47 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 50 B. Saran-saran............................................................................... 52 C. Penutup..................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan.1 Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang professional dan berkualitas. Problem rendahnya mutu dan profesionalitas guru di Indonesia sudah dirasakan sejak lama. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum memenuhi kualifikasi sebagai guru professional. Fenomena yang seperti inilah yang mengakibatkan mutu pendidikan di Indonesia tergolong rendah bila dibandingkan kualitas pendidikan di negara maju, atau bahkan masih lebih rendah dari pada pendidikan di negara-negara di wilayah Asia lainnya.2 Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dalam menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas.
1
Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007),
hlm.5. 2
Sulistiyo, Seminar Sertifikasi Guru Antara Profesionalisme dan Komersialisme, (Semarang: Seminar Regional Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo, 2007).
1
2
Tuntutan tentang pentingnya profesionalisme juga diterangkan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang berbunyi:
ﺍﺫﺍ ﻭﺳﺪ ﺍﻷﻣﺮ ﺍﱃ ﻏﲑ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻌﻢ:ﻋﻦ ﺃﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺤﺎﺭﻯ.ﺍﻫﻠﻪ ﻓﺎﻧﺘﻈﺮ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah SAW bersabda: Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. (HR. Bukhari)3. Profesional harus dipandang sebagai sumber proses yang terus menerus. Dalam proses ini, Pendidikan pra jabatan (Pre-Service Education) pendidikan dalam jabatan termasuk penataran (In Service Training), pembinaan dari organisasi Profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, Penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, besar kecilnya gaji / imbalan, dan lain-lain secara bersama-sama menentukan profesionalisme guru.4 Sistem pembinaan profesional dilakukan melalui gugus-gugus, PKG (Pemantapan Kerja Guru), KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dan sejenisnya sistem ini telah dikembangkan mulai tingkat SD hingga SMA. Ini merupakan langkah inovatif dalam
membina
profesionalisme
guru
dan
sebagai
upaya
untuk
mengkompensasi kekurangan pada dua cara diatas (pendidikan dalam jabatan dan pelatihan dalam jabatan). Studi yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa pelatihan dalam pra jabatan mampu meningkatkan kemampuan para guru. Tetapi itu saja tidak cukup. Karena perlu ada sarana yang memungkinkan terjadinya kolaborasi antara para guru untuk berbagai pengalaman.5
3
Dalam
hal
ini
Arief
Rahman
mengatakan
bahwa
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah, Bardizbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar-Al kutb Al Ilmiyah,1992), Juz I, hlm. 26. 4 Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra Dan Martabat Guru, (Yogyakarta : Adi Cipta Karya Nusa, 1999), Cet.II, hlm. 180. 5 Ibid, hlm.191.
3
memperdayakan MGMP adalah sebuah keniscayaan sebagai suatu wadah profesionalisme guru akan menjadi satu barometer keberhasilan pendidikan menengah dan dunia pendidikan umumnya.6 Pada pokoknya profesionalisme guru berdampak pada kualitas pendidikan, dan banyak cara atau alternatifnya untuk meningkatkan profesionalisme guru, yaitu salah satunya melalui sistem pembinaan profesionalisme seperti KKG (kelompok kerja guru), atau yang sekarang dikenal dengan istilah MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis
ingin
meneliti
tentang
peran
MGMP
dalam
meningkatkan
profesionalisme guru PAI dengan obyek penelitian di MGMP PAI tingkat SMA di kabupaten Tegal dalam rangka mengetahui peranan MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal apakah sudah cukup efektif dan efisien bagi upaya peningkatan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.
B. Penegasan Istilah Untuk lebih memudahkan dalam memahami dan menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu mengemukakan makna dan maksud kata-kata dalam judul tersebut agar dapat dipahami secara kongkrit dan lebih operasional. Penjelasan istilah tersebut sebagai berikut : 1. Peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme. Peran dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah : tindakan yang dimainkan seseorang.7 Tapi yang dimaksud peran disini adalah : suatu tindakan yang dilakukan oleh orang atau lembaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
6
Arief Achmad MSP, “Memperdayakan MGMP Sebuah Keniscayaan” http = www. Pikiran rakyat / cetak /2002. htm1. hlm. 1-2 . 7 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi 3, hlm..854 .
4
MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) adalah suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten / kota / kecamatan / sanggar / gugus sekolah.8 Meningkatkan
berarti
proses,
cara,
(usaha,
kegiatan,
dan
sebagainya).9 Profesionalisme adalah : mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.10 2. Guru pendidikan agama Islam. Guru pendidikan agama Islam adalah tenaga pendidik yang dengan sadar dan terencana menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dari /atau latihan.11 Dalam penelitian ini, penulis memberi batasan bahwa guru agama Islam yang dimaksud adalah guru mata pelajaran / bidang studi Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah menengah atas yang tergabung dalam musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam kabupaten Tegal. 3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Menurut Undang-undang No.20 tentang Sisdiknas Tahun 2003 pasal 18 ayat 1 dan 2 berbunyi: 1) Pendidikan menengah atas merupakan lanjutan pendidikan dasar 2) Pendidikan menengah atas terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan12 Jadi sekolah menengah atas adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan menengah atas yang menjadi alternatif setelah peserta didik menyelesaikan pendidikan dasarnya. 8
Arief Achmad, loc.cit. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, op,cit., hlm. 99. 10 Ibid, hlm. 807. 11 Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Umum, (Jakarta: Depag, 2004), hlm. 2. 12 Benny Susetyo, Politik Pendidikan Penguasa, (Yogyakarta : LKiS, 2005), hlm. 180. 9
5
Jadi maksud penulis dengan penelitian ini adalah suatu kegiatan untuk melakukan kajian ilmiah atau penelitian untuk mendapatkan informasi tentang peranan dan upaya MGMP dalam peningkatan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah atas kabupaten Tegal.
C. Perumusan Masalah Berangkat dari kerangka berfikir dan latar belakang diatas, maka di rumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana profesionalisme guru PAI di MGMP PAI SMA kabupaten Tegal? 2. Bagaimana peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam SMA di kabupaten Tegal?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui profesionalisme guru PAI di MGMP PAI SMA kabupaten Tegal 2. Untuk mengetahui peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam SMA di kabupaten Tegal. Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1. Untuk
mengetahui
lebih
jauh
tentang
peranan
MGMP
dalam
meningkatkan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam SMA di kabupaten Tegal. 2. Memberikan informasi dan dijadikan rujukan yang berguna bagi para praktisi pendidikan terutama guru-guru Pendidikan Agama Islam yang tergabung dalam MGMP Pendidikan Agama Islam SMA sehingga di harapkan guru-guru Pendidikan Agama Islam tersebut lebih profesional dalam pekerjaannya.
6
3. Untuk menambah khasanah intelektual bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan mahasiswa IAIN Walisongo pada umumnya.
E. Kajian Pustaka Kajian dan penelitian tentang upaya peningkatan profesionalisme guru telah banyak di lakukan baik oleh pakar pendidikan hingga para praktisi pendidikan sendiri, akan tetapi banyak sekali cara atau alternatif dalam peningkatan profesionalisme guru, dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang peranan MGMP dalam peningkatan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Untuk lebih memperjelas gambaran tentang alur penelitian ini, berikut ini merupakan ilustrasi dari beberapa penelitian yang ada korelasinya dengan tema penelitian skripsi ini yaitu : Pertama, skripsi saudara Ma’aruf yang berjudul “Pengaruh Kelompok Kerja Guru Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam SD” (Studi Kasus Di Kabupaten Wonosobo). Skripsi ini membahas tentang aktifitas Kelompok Kerja Guru (KKG) yang mempunyai pengaruh positif terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam SD di kabupaten Wonosobo. Kedua, skripsi Nelly Hidayanti (3101243)2005 yang berjudul “Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di MAN Kendal”. Dalam skripsi ini diteliti mengenai kompetensi profesional oleh guru Pendidikan Agama Islam dan upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah terutama pihak guru itu sendiri dalam meningkatkan guru profesional guru Pendidikan Agama Islam di MAN Kendal. Skripsi ini sebagai pembanding dalam penelitian penulis karena tema yang hampir sama akan tetapi obyek penelitian ini lebih spesifik di sekolah. Ketiga, karya Dedi Supriadi yang berjudul mengangkat citra dan martabat guru. Yang diterbitkan oleh Adi Citra Karya Nusa Yogyakarta 1999.
7
yang didalamnya membahas tentang fenomena yang di alami guru dan upaya meningkatkan kinerja pendidikan nasional. Keempat, skripsi Jauhar Insiyya (3101348) 2006, yang berjudul Studi tentang Peningkatan Mutu Profesi Guru PAI MGMP PAI SMP kabupaten Kendal Tahun 2004-2005. Penelitian ini tentang problem yang dihadapi MGMP dalam peningkatan mutu profesi guru PAI SMP di kabupaten Kendal serta solusinya. Penelitian yang peneliti lakukan kali ini berbeda dengan penelitian lain sebelumnya karena dalam hal ini peneliti lebih menekankan tentang bagaimana peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA di kabupaten Tegal.
F. Metodologi Penelitian Adapun metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari organisasi dan perilaku yang di amati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistic (menyeluruh).13 2. Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian Penentuan fokus penelitian (initial focus for inquiry) yaitu dengan memilih fokus atau pokok permasalahan yang dipilih untuk diteliti dan bagaimana
memfokuskannya;
kemudian spesifik.
13
14
masalah
mula-mula
sangat
umum,
Sedangkan membuat lingkup berarti penelitian telah
Lexy. J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), cet XIV, hlm. 3. 14 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan, (Malang: Kalimasada Press, 1994), hlm. 37.
8
membuat batasan, sehingga masalah yang diamati tidak terlalu luas.15 Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada ruang lingkup masalah penelitian lingkup tentang peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di kabupaten Tegal.
3. Sumber Data Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, diambil dari berbagai sumber, diantaranya : a. Data Kepustakaan Data ini diperoleh dari kajian kepustakaan, dari buku-buku dan karya ilmiah yang berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru sebagai acuan dasar teoritis. b. Data lapangan Data ini di peroleh dari informan, dalam hal ini berkaitan dengan kinerja dan upaya MGMP untuk meningkatkan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.
4. Metode pengumpulan data Untuk
mengumpulkan
data,
dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan beberapa metode antara lain : a. Metode Observasi (pengamatan) Observasi sebagai metode ilmiah dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap fenomena-fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidiki.16 Obyek yang akan di observasi dalam kajian penelitian ini adalah seluruh rangkaian aktivitas manusia yang berhubungan dengan :
15
Kholid Narbuka dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 139. 16 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, tth), hlm. 157.
9
peningkatan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di MGMP SMA kabupaten Tegal. Metode observasi ini, penulis lakukan untuk memperoleh data secara
langsung
tentang
peran
MGMP
dalam
meningkatkan
profesionalisme guru PAI di SMA kabupaten Tegal. b. Metode Interview (wawancara) Metode interview adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan pedoman beberapa pertanyaan yang di ajukan langsung kepada obyek untuk mendapat respon secara langsung.17 Dimana interaksi yang terjadi antara pewawancara dan obyek penelitian ini menggunakan interview bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data yang lebih luas dan mendalam.18 Metode interview ini, dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan peningkatan profesionalisme guru PAI pada berbagai pihak MGMP seperti pengurus MGMP dan anggota MGMP yang terdiri dari seluruh guru PAI tingkat SMA di kabupaten Tegal. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti setiap bahan tertulis ataupun film.19 Jadi metode dokumentasi adalah metode yang pelaksanaannya yaitu dengan cara menyelidiki bahan tertulis ataupun film. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh dokumendokumen yang terkait dalam penelitian yang peneliti lakukan.
5. Metode Analisis Data Berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka dimulai dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai
17
Noeng Muhadjid, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rike Sarasin, 1998),
hlm. 104 . 18 19
Lexy J. Moleong, op.cit, hlm. 137. Ibid, hlm. 161.
10
sumber, yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi dengan mengadakan reduksi data, yaitu data-data yang diperoleh di lapangan dirangkum dengan memilih hal-hal yang pokok serta disusun lebih sistematis, sehingga mudah dikendalikan. Dalam hal ini, penulis menggunakan analisa data kualitatif, dimana data diperoleh dianalisa dengan metode deskriptif non statistik dengan cara berfikir induktif, yaitu penulis dalam meneliti dimulai dengan faktafakta yang bersifat empiris.20
20
158.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
BAB II PROFESIONALISME GURU DAN MGMP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Profesionalisme Guru 1. Pengertian Profesionalisme Guru Dalam kamus besar bahasa Indonesia profesionalisme adalah mutu dan tindak tanduk suatu profesi atau orang yang profesional.1 Profesionalisme dari kata profesi yang berarti suatu pekerjaan atau jabatan dalam suatu hirarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat.2 Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.3 Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Istilah profesionalisme sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan sebagai berikut: Profesionalisme menurut Geist: Professionalism are specialist and expert inside their fields; their expertise is not intended to be necessarily transferable to other areas, consequently them claim no special wisdom or sagacity outside their specialties.4
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi 3, hlm. 207. 2 H.A.R Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 86. 3 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 45. 4 Geist J.R., Predictor of Faculty Trust Elementary Schools; Enabling Bureaucracy, Teacher Profesional, and Academic Press, Dissertation of The Ohio State University, http:www.054edu.com.
11
12
Profesionalisme adalah seorang spesialis dan pakar atau ahli dalam bidangnya, konsekuensinya mereka mengklaim bukan orang yang spesial, bijak atau cerdik dibidang selain keahlian mereka Sedangkan Profesional menurut Robert F. Mc Nergney dan Carol Carrier adalah : The education profession is vested by the public with a trust and responsibility requiring the highest ideals of professional service.5 Profesi pendidikan ditetapkan oleh masyarakat melalui kepercayaan dan tanggung jawab yang memerlukan idealisme tertinggi dari pelayanan profesional. Profesionalisme itu merujuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan bangsa suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik dan profesinya.6 Profesionalisme merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.7 Adapun profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.8 Dinamika istilah profesional selalu berubah menyesuaikan dengan perubahan dan pengembangan kurikulum dan pengembangan kurikulum yang ada, dalam kurikulum 1994 kompetensi guru meliputi kompetensi pribadi dan kompetensi professional, yang mana kemampuan profesional ini meliputi menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan 5
Robert F. Mc Nergney dan Carol Carrier, Teacher Development, (New York: Macmillan Publishing Co.Inc, 1981), hlm. 31. 6 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa, 1999), Cet.II, hlm. 95. 7 Kunandar, op.cit., hlm. 46. 8 Ibid
13
pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.9 Sedangkan dalam kurikulum sekarang ini yaitu KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan, kompetensi profesional termasuk dalam salah satu dari empat kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3. Kompetensi profesional yang dimaksud disini hanya meliputi penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam oleh guru. Maksud penulis tentang profesionalisme dalam penelitian ini adalah profesionalisme yang komprehensif yaitu profesionalisme guru yang dipandang secara keseluruhan baik dari segi kemampuan mengenal tujuan pendidikan, menguasai prinsip-prinsip psikologi pendidikan dan yang kaitannya dengan proses pembelajaran.10 Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yaitu meliputi minat dan bakat, dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana dan prasarana seta berbagai latihan yang dilakukan guru.11 Pengertian
guru
profesional
menurut
Agus
F.
Tamyong
sebagaimana yang dikutip oleh Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.12 Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 juga di jelaskan bahwa seorang guru di katakan profesional apabila: 9
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), Cet.X, hlm. 16. 10 Ibid, hlm. 16-17. 11 Ani M Hasan, “Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pertengahan”, Http://Www.Pendidikan.Net/Artikel/2003.Html.hlm. 1. 12 Lihat Uzer Usman, op.cit., hlm. 15.
14
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.13 Profil yang dikehendaki guru adalah guru yang professional yang memiliki kemampuan professional, personal, dan sosial serta bekerja sesuai dengan bakatnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra’ : 84 yaitu :
(84 : )ﺍﻻﺳﺮﺍﺀ.ﻼ ﺳﺒِﻴ ﹰ ﻯﻫﺪ ﻮ ﹶﺃ ﻦ ﻫ ﻤ ِﺑﻋﹶﻠﻢ ﻢ ﹶﺃ ﺑﻜﹸﺮ ﺎ ِﻛﹶﻠِﺘ ِﻪ ﹶﻓﻋﻠﹶﻰ ﺷ ﻤﻞﹸ ﻌ ﻳ ﹸﻗ ﹾﻞ ﹸﻛ ﱞﻞ Katakanlah: “tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing (yakni menurut tradisi dan caranya) maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (QS. Al-Isra’ : 84)14 Menurut Abi Hasan Ibn Muhammad Ibn Habib Mawardi Al Basyri dalam kitabnya tafsir Al-Mawardi menjelaskan bahwa kata syaakilah dapat diartikan juga sebagai ketajaman, watak, kebiasaan, tempat tinggal, kebiasaan dan juga akhlaq.15 Ayat ini menunjukkan bahwa 13
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 228. 14 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Depag RI, 1990), hlm. 437. 15 Abi Hasan Ibn Muhammad Ibn Habib Mawardi Al Basyri, Tafsir Al-Mawardi, (Beirut Libanon: Darul Kitab ‘Alamiah, t.t), hlm. 269.
15
setiap manusia memiliki kecenderungan, potensi dan pembawaan yang berbeda-beda yang menjadi pendorong aktifitasnya. Kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab seorang guru, ia juga harus dapat menjalankan tugas sebagai seorang pembimbing dan pengajar profesional maksudnya yaitu harus sesuai dengan bakat dan kompetensi yang dimilikinya 2. Persyaratan Profesi Banyak pekerjaan yang selama ini menyebut diri sebagai suatu profesi. Sesungguhnya belum secara penuh dapat disebut demikian, mungkin tingkatannya merupakan “pekerjaan” (vocation). Menyebutnya sebagai profesi bisa jadi karena kita sudah terbiasa atau karena ketidakjelasan kriteria yang digunakan. Dengan berpedoman dengan syarat-syarat suatu profesi maka pekerjaan keguruan, kewartawanan dan yang lainnya masih merupakan pekerjaan yang berada pada taraf profesi yang sedang tumbuh (growing profession) dan belum mencapai suatu profesi dalam arti yang sesungguhnya. Adapun syarat-syarat suatu pekerjaan dikatakan profesi yaitu: a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikasi sosial karena diperlukan mengabdi kepada masyarakat. Di pihak lain, pengakuan masyarakat merupakan syarat mutlak bagi suatu profesi, jauh lebih penting dari pengakuan pemerintah. b. Profesi menurut ketrampilan tertentu yang di peroleh lewat pendidikan dan latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu
yang
secara
sosial
dapat
dipertanggungjawabkan
(accountable) c. Profesi didukung oleh suatu disiplin umum, bukan hanya sekedar serpihan atau hanya common sense d. Ada kode etik yang menjadi pedoman prilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik.
16
e. Anggota profesi baik perorangan atau kelompok berhak memperoleh imbalan finansial atau materiil sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat.16 Pemerintah melalui presiden sudah mencanangkan guru sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004 dengan pengembangan guru sebagai profesi diharapkan mampu : a. Membentuk, membangun, dan mengelola guru yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi di tengah masyarakat. b. Meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera. c. Meningkatkan
mutu
pembelajaran
yang
mampu
mendukung
terwujudnya lulusan yang kompeten, terstandar dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan nasional pada masa mendatang.17 3. Peningkatan Profesionalisme Guru Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru, antara lain: a. Meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar. Dengan adanya UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005, maka kualifikasi akademik guru minimal diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1). b. Sertifikasi guru Setiap guru yang hendak mengajar nantinya wajib mempunyai sertifikat sebagai pengajar yang diperolehnya melalui tes uji kompetensi guru. Sehingga diharapkan guru akan lebih meningkat tingkat profesionalismenya. c. Adanya KKG (Kelompok Kerja Guru) untuk pendidikan tingkat dasar atau MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk pendidikan tingkat menengah yang memungkinkan para guru untuk berbagi 16 17
Dedi Supriyadi, op.cit., hlm. 97. Kunandar, op.cit., hlm. 49.
17
pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya.18 Hal lain untuk meningkatkan profesionalisme guru menurut Syarudin Nurdin dan Basyirudin Usman yaitu dengan penanganan yang tepat terhadap semua aspek dan tahap sistem pengadaan guru, seperti perekrutan, pendidikan pra-jabatan, pengangkatan-pengangkatan dan pembinaan dalam jabatan (in service training).19 Kualitas profesionalisme ditunjukkan oleh lima sikap, yakni : a)
Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal
b) Meningkatkan dan memelihara citra profesi c)
Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan ketrampilannya
d) Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi e)
Memiliki kebanggaan terhadap profesinya20
4. Tujuan Pengembangan Profesionalisme Guru Tujuan
profesionalisme
guru
bertujuan
untuk
memenuhi
kebutuhan yaitu pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosial. Kebutuhan ini terkait langsung dengan kepedulian kemasyarakatan guru di tempat mereka berdomisili. Kedua, kebutuhan untuk menemukan caracara untuk membantu staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Kebutuhan ini terkait dengan spirit dan moral guru di
sekolah
tempat
mereka
bekerja.
Ketiga,
kebutuhan
untuk
mengembangkan dan mendorong keinginan guru untuk menikmati dan 18
Ani M. Hasan, op.cit., hlm. 5. Syarudin Nurdin dan Basyirudin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 25-27. 20 Kunandar, op.cit., hlm. 48. 19
18
mendorong kehidupan pribadinya. Kebutuhan ketiga ini terkait dengan proses seleksi untuk menentukan mutu guru-guru yang akan disertakan dalam berbagai kegiatan pelatihan dan penjenjangan jabatan.21
5. Tingkat Kemampuan Profesionalisme Guru Kemampuan profesional seorang guru dapat di lihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan atau latar belakang pendidikan seseorang sebelum menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. Menurut Semiawan sebagaimana yang dikutip oleh Sudarwan Danim bahwa hierarki profesi tenaga pendidikan atau guru ada tiga macam, yaitu:22 1. Tenaga
profesional
merupakan
tenaga
kependidikan
yang
berkualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya S1 atau yang setara dan memiliki
wewenang
penuh
dalam
perencanaan,
pelaksanaan,
penilaian, dan pengendalian pendidikan atau pengajaran. 2. Tenaga semi professional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi D3 atau yang setara yang telah berwenang mengajar secara mandiri, tetapi masih harus melakukan konsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang profesionalnya, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penilaian maupun pengendalian pendidikan atau pengajaran. 3. Tenaga para profesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan D2 ke bawah, yang memerlukan pembinaan dalam
perencanaan,
pelaksanaan,
penilaian,
dan
pengendalian
pendidikan atau pengajaran.
21
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 51. 22 Sudarwan Danim, op.cit., hlm. 31.
19
B. Tugas Guru PAI 1. Pengertian Guru PAI Menurut Muhibbinsyah guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik.23 Sedangkan yang dimaksud dengan guru Pendidikan Agama Islam adalah tenaga pendidik yang dengan sadar dan terencana menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan.24 Menjadi seorang guru adalah tugas yang mulia apabila seseorang yang menjadi guru itu ikhlas dan mempunyai niat dan tujuan yang baik untuk menghilangkan kebodohan, serta menanamkan moral dan akhlak yang baik kepada muridnya. Sehubungan dengan uraian di atas, al-Ghazali menjelaskan bahwa : “Makhluk yang paling mulia di muka bumi ialah manusia. Sedangkan yang paling mulia penampilannya ialah kalbunya. Guru atau pengajar selalu menyempurnakan, mengagungkan dan mensucikan kalbu itu serta menuntutnya untuk dekat kepada Allah.”25 Dari penjelasan di atas kita tahu bahwa guru, kedudukan guru itu sangat tinggi karena dia adalah makhluk yang paling mulia di antara manusia lainnya. 2. Peran Guru PAI Adams dan Decey dalam bukunya Basic Principle of Student Teaching, sebagaimana yang dikutip oleh Uzer Usman, menyatakan bahwa peranan guru dalam proses belajar-mengajar antara lain guru
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 256. 24 Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Umum, (Jakarta: Departemen Agama, 2004), hlm. 2. 25 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Cet.I, hlm. 63.
20
sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor.26 a. Peran guru dalam proses belajar-mengajar -
Guru sebagai demonstrator Guru sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya dalam arti meningkatkan kemampuan dalam hal ilmu yang di milikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar siswa
-
Guru sebagai pengelola kelas Melalui perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah pada tujuan–tujuan pendidikan
-
Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat-kabar.
-
Guru sebagai evaluator Kegiatan evaluasi atau penilaian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketetapan mengajar.
26
Uzer Usman, op.cit., hlm. 9.
atau keefektifan metode
21
Sebagai
evaluator,
guru
hendaknya
terus
menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. b. Peran guru dalam pengadministrasian -
Pengambilan inisiatif, pengarah dan penilaian kegiatan, kegiatan pendidikan
-
Wakil masyarakat
-
Orang yang ahli dalam mata pelajaran
-
Penegak disiplin
-
Pelaksana administrasi pendidikan
c. Peran guru secara pribadi -
Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat
-
Pelajar dan ilmuwan
-
Orang tua
-
Pencari teladan
-
Pencari keamanan
d. Peran guru secara psikologi -
Ahli psikologi pendidikan
-
Seniman dalam hubungan antar manusia
-
Cataltic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan.27
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI Tugas dan tanggung jawab guru menurut Peters sebagaimana yang dikutip oleh Nana Sudjana, dibagi menjadi 3, yaitu: a. Guru sebagai pengajar b. Guru sebagai pembimbing c. Guru sebagai administrator kelas28
27
Ibid, hlm. 9-13. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), Cet.V, hlm. 14. 28
22
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar disamping menguasai bahan materi yang akan diajarkan. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Sedangkan Amstrong membagi tanggung jawab guru menjadi 5 kategori, antara lain: a. Tanggung jawab dalam pengajaran b. Tanggung jawab dalam bimbingan c. Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum d. Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum e. Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat29 Bahkan ada yang berpendapat bahwa tugas guru adalah seperti tugas para utusan Allah. Hal ini sebagaimana yang telah di kemukakan oleh Abidin Ibn Rusd bahwa Rasulullah sebagai muallimul awwal fil islam, guru pertama dalam Islam, bertugas membacakan, menyampaikan dan mengajarkan ayat-ayat Allah (al-Qur'an) kepada manusia, mensucikan diri dan jiwa dari dosa, menjelaskan mana yang halal dan mana yang haram, serta menceritakan tentang manusia di masa silam, mengaitkannya dengan kehidupan pada zamannya dan memprediksikan pada kehidupan di zaman yang akan datang. Dengan demikian, tampaklah bahwa secara umum guru bertugas dan bertanggung jawab seperti rasul, tidak terikat dengan ilmu bidang studi yang diajarkannya,30 yaitu mengantarkan murid dan menjadikannya 29 30
Ibid Abidin Ibnu Rusn, op.cit., hlm. 64.
23
manusia terdidik yang mampu menjalankan tugas-tugas kemanusiaan dan tugas-tugas ketuhanan. Ia tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi sebagai tenaga professional guru juga bertanggung jawab pula memberikan wawasan kepada murid agar menjadi manusia yang mampu mengkaji keterbelakangan, menggali ilmu pengetahuan dan menciptakan lingkungan yang menarik dan menyenangkan.31
C. Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP) PAI 1. Pengertian MGMP PAI Musyawarah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam disingkat MGMP PAI adalah wadah kegiatan profesional untuk membina hubungan kerja sama secara koordinatif dan fungsional antara sesama guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada SLTP dan SLTA.32 2. Latar Belakang MGMP PAI a. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman modern dan industrialisasi yang pesat membawa tantangantantangan tersendiri terhadap kehidupan beragama dan menurut guru pendidikan agama Islam untuk mampu berperan menampilkan nilainilai agama yang dinamis dan mendorong serta mengarahkan kemajuan-kemajuan itu. b. Pengaturan bagi kredit bagi jabatan fungsional guru Pendidikan Agama Islam menuntut kemampuan guru Pendidikan Agama Islam untuk lebih meningkatkan profesionalisme berkarya dan berprestasi di dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolahnya c. Keadaan geografis Indonesia menuntut suatu sistem komunikasi dan pembinaan profesional guru Pendidikan Agama Islam yang lebih meningkat. 31
Ibid Surat Edaran Ditjen Dikdasmen Depdikbud dan Ditjen Binbaga Islam Depag No.5781A/C/U/1993, No.1/01/ED/1444/1993 tentang Pedoman Pelaksanaan MGMP PAI Pada SLTP dan SLTA. 32
24
d. Peningkatan kemampuan profesional guru Pendidikan Agama Islam menuntut adanya wadah, antara lain untuk komunikasi, informasi, diskusi dan koordinasi sesama guru Pendidikan Agama Islam.33
3. Dasar Kebijakan a. Undang-undang Dasar 1945 b. Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang sekarang telah di revisi menjadi undang-undang nomor 32 tahun 2005 c. Undang-undang No.25 Tahun 2005 tentang Propenas d. Undang-undang nomor 2003 tentang Sisdiknas e. Kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pemantapan kerja guru (PKG), Musyawarah Guru Bidang Studi atau Mata Pelajaran (MGBS/MGMP).34
4. Tujuan MGMP PAI a. Tujuan umum Mengembangkan
kreativitas
dan
inovasi
dalam
meningkatkan
profesionalisme guru. b. Tujuan khusus -
Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
-
Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran
yang
menyenangkan,
mengasyikkan
dan
mencerdaskan siswa. -
Membangun kerja sama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.35
33
Ibid Ibid 35 Ditjen Dikdasmen Depdikbud, Pedoman MGMP 2004, (tt.p: tp, t.t), hlm. 2. 34
25
5. Ruang lingkup a. Kedudukan Secara umum MGMP berkedudukan di kabupaten atau kota, namun dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. b. Keanggotaan Keanggotaan MGMP meliputi semua guru mata pelajaran. c. Kepengurusan Pengurus MGMP sekurang-kurangnya terdiri dari: ketua, sekretaris, bendahara.36 6. Prinsip kerja a. Merupakan organisasi yang mandiri b. Dinamika organisasi yang mandiri berlangsung secara alamiah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan c. Mempunyai visi dan misi dalam upaya mengembangkan pelayanan pendidikan khususnya proses pembelajaran efektif dan efisien d. Memiliki anggaran dasar dan rumah tangga (AD/ART) sekurangkurangnya memuat: -
Nama dan tempat
-
Dasar, tujuan, dan kegiatan
-
Keanggotaan dan kepengurusan
-
Hak dan kewajiban anggota dan pengurus
-
Pendanaan
-
Mekanisme kerja
-
Perubahan AD/ART serta perubahan organisasi.37
7. Kolaborasi MGMP PAI MGMP dapat bekerja sama (kolaborasi) dengan instansi terkait, antara lain: a. Perguruan Tinggi b. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) 36 37
Ibid Ibid
26
c. Dinas pendidikan d. Organisasi profesi e. Dunia Usaha, Dunia Industri (DUDI) f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)38 8. Kegiatan MGMP PAI Kegiatan berikut ini bersifat tentatif dengan bentuk kegiatan terdiri atas hal-hal yang pokok dan yang penting lainnya.39 a. Kegiatan-kegiatan pokok 1) Kegiatan dalam bidang pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam -
Pemahaman standar isi
-
Klasifikasi materi Pendidikan Agama Islam
-
Penjabaran dalam topik-topik program semester
2) Kegiatan dalam bidang persiapan mengajar -
Penyusunan silabus
-
Penyusunan rencana pelaksanaan pengajaran
3) Pembahasan tentang metodologi Pendidikan Agama Islam yang efektif dan efisien untuk masing-masing unsur pokok: -
Keimanan
-
Ibadah
-
Akhlak
-
Al-Qur'an
-
Muamalah
-
Syariah
-
Tarikh
4) Pembahasan tentang alat dan media pembelajaran -
Jenis-jenis alat dan media yang perlu dipakai dalam Pendidikan Agama Islam
38 39
hlm.561.
Penyediaan alat dan media
Ibid Surat Edaran Ditjen Dikdasmen Depdikbud dan Ditjen Binbaga Islam Depag, op.cit.,
27
-
Cara penggunaan alat dan media Pendidikan Agama Islam
5) Pembahasan tentang evaluasi Pendidikan Agama Islam -
Sistem evaluasi
-
Teknik evaluasi
-
Cara menyusun soal
-
Sistem scoring
-
Tindak lanjut hasil evaluasi
b. Kegiatan-kegiatan yang penting lainnya -
Pembahasan tentang pembuatan atau penyusunan Lembaran Kegiatan Siswa (LKS)
-
Pembahasan tentang permasalahan yang ditemui dalam proses belajar mengajar dan jalan keluarnya
-
Pembahasan tentang pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama di sekolah
-
Pembahasan tentang buku yang akan dipakai dalam proses pembelajaran
-
Pembahasan tentang problem peserta didik
-
Pembahasan tentang kursus-kursus khusus
-
Pembahasan tentang kerja sama lintas sektoral
-
Pembahasan tentang kerja sama lintas kelompok masyarakat
-
Pembahasan tentang peraturan perundangan
-
Pembahasan tentang buletin pendidikan
-
Kegiatan studi perbandingan dalam bidang pendidikan
-
Pembahasan tentang angka kredit
-
Pembahasan tentang peranan agama dalam kehidupan modern.40
9. Pengaturan waktu dan tempat kegiatan Pengaturan tentang waktu dan tempat kegiatan MGMP Pendidikan Agama Islam diatur secara bersama oleh pengurus MGMP dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah dan pengawas yang bersangkutan
40
Ibid
28
serta instansi Departemen Agama dan Depdikbud di tempat kedudukan MGMP yang bersangkutan.41 10. Pembiayaan Meskipun MGMP Pendidikan Agama Islam merupakan organisasi mandiri, dalam pembiayaan kegiatannya perlu dukungan dari berbagai pihak, karena Pendidikan Agama Islam merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu pembiayaan atau dananya diusahakan melalui: -
Musyawarah guru mata pelajaran
-
Iuran pengembangan profesi guru yang diprogramkan melalui RAPBS
-
APBN/APBD
-
Donatur atau sumbangan yang tidak mengikat.42
41 42
Ibid Ibid
BAB III PERAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL
A. Gambaran Umum MGMP PAI SMA di Kabupaten Tegal 1. Latar Belakang Perubahan
paradigma
pendidikan
di
era
globalisasi
ini
mengharuskan adanya perubahan pola pikir bagi guru. Guru harus dapat mengimplementasikan
dan
mengembangkan
kurikulum,
reorientasi 1
pembelajaran dari teaching menjadi learning, dan kultur kelas. Perubahan
pola
pikir
guru
dalam
mengelola
kelas
dan
melaksanakan proses pembelajaran dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif
dalam
melakukan
perubahan-perubahan
dalam
rangka
meningkatkan mutu layanan pendidikan khususnya layanan proses pembelajaran. Musyawarah Guru Mata Pelajaran atau yang sering dikenal dengan istilah MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di wilayah kabupaten atau kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi atau pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas.2 Secara umum MGMP pendidikan agama Islam SMA di kabupaten Tegal sama dengan MGMP studi lainnya. Masing-masing anggota MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal diwajibkan mengetahui dan mengamalkan sesuatu aturan yang berlaku. Menurut wawancara dengan Pak Hadi Subhan selaku ketua MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal periode 2006-2008, bahwa adanya MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal, melalui instruksi dari dinas pendidikan dan kebudayaan (P dan K) kepada kepala sekolah (MKKS), maka para guru 1 2
Pedoman MGMP 2004, hlm. 1. Ibid
29
30
PAI SMA di kabupaten Tegal MGMP PAI.
diwajibkan untuk mengikuti kegiatan
3
Dari latar belakang diatas, maka MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal terbentuk dengan tujuan sebagai wadah komunikasi, konsultasi dan tukar pengalaman antar guru PAI SMA di kabupaten Tegal. Sehingga nantinya di harapkan adanya peningkatan profesionalisme guru PAI SMA. Di kabupaten Tegal 2. Tujuan Tujuan musyawarah guru mata pelajaran PAI SMA kabupaten Tegal adalah :4 a. Membina dan mengembangkan pengetahuan guru-guru PAI SMA di kabupaten Tegal. Dengan mengikuti kegiatan MGMP PAI para guru akan selalu diberi pembinaan, maka dari sinilah pengetahuan guru akan selalu berkembang sehingga dalam pengajarannya sesuai dengan perkembangan zaman. b. Membina dan meningkatkan kemampuan profesi guru-guru PAI SMA di kabupaten Tegal. Hal tersebut adalah tujuan awal dibentuknya MGMP. Diharapkan melalui wadah MGMP ini, guru-guru PAI senantiasa
berusaha
untuk
selalu
meningkatkan
kemampuan
profesionalismenya. c. Membina dan mengembangkan pengetahuan dan pemanfaatan bagi siswa SMA dan masyarakat pada umumnya. Dengan pengetahuan yang
diperoleh
dari
MGMP
diharapkan
guru
mampu
mengimplementasikan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.
3
Wawancara dengan Hadi Subhan, S.Ag. sebagai Ketua MGMP PAI SMA kabupaten Tegal pada hari Minggu tanggal 25 Februari 2007. 4 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga MGMP SMA Kabupaten Tegal Bab II, pasal 5 tentang Dasar, Tujuan, Peran dan Fungsi (Tegal, MGMP PAI SMA Kabupaten Tegal, 2006), hlm. 2.
31
d. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari cara penyelesaian yang sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan sekolah. e. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan. f. Saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil loka karya, simposium, seminar, diktat, action research classroom, referensi, dan lain-lain yang dibahas bersama di sanggar MGMP. g. Menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan 3. Program kerja Dalam rangka meningkatkan kegiatan MGMP PAI Kabupaten Tegal, perlu adanya rencana kegiatan yang tersusun dengan baik sehingga arah kegiatan akan berjalan sesuai dengan program yang telah ditentukan menyadari hal tersebut pengurus MGMP PAI periode 2006-2008 berusaha menyusun program kerja dengan harapan dapat terlaksana secara baik dan mencapai tujuan yang optimal dengan kinerja yang efisien. Perlu disadari bahwa keberadaan MGMP PAI perlu dukungan semua guru pendidikan agama Islam dan perlu adanya kerja sama dengan seluruh komponen kependidikan yang meliputi unsur manajemen personal maupun keuangan dimana hal ini sangat bergantung pada instansi tempat tugas guru tersebut. Selain itu untuk meningkatkan peran MGMP agar mampu berkiprah secara mandiri perlu diupayakan agar MGMP dapat mencari terobosan guna memperoleh dana pembiayaan setiap kegiatannya dengan pihak lain dengan cara yang benar sehingga MGMP mampu berperan untuk meningkatkan kemampuan anggotanya melalui berbagai kegiatan yang direncanakan tanpa banyak membebani anggotanya.
32
Selama ini MGMP PAI telah berperan aktif memberikan sumbangsihnya kepada anggota lewat berbagai kegiatan yang diadakan. Namun kiranya perlu ada peningkatan seiring dengan tuntutan peningkatan kualitas hasil pendidikan yang dibarengi pula dengan upaya peningkatan kualitas administrasi sebagai tenaga guru yang selalu dituntut pro aktif dalam setiap kegiatan. Hal yang demikian menuntut setiap kegiatan perlu direncanakan sebaik-baiknya sehingga pada akhirnya mampu meraih hasil yang terbaik yang ditandai dengan peningkatan mutu dalam setiap kegiatan. Program kerja yang telah di susun oleh MGMP PAI SMA kabupaten Tegal, antara lain : a. Program umum 1) Rapat pengurus MGMP, yang dilaksanakan setelah pengurus baru terbentuk. Rapat ini membahas tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD dan ART) yang harus dijalankan oleh semua pengurus dan anggota MGMP. 2) Sosialisasi tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) b. Program pokok 1) Monitoring sosialisasi KTSP, hal ini bertujuan agar semua guru PAI memiliki persepsi dan pengetahuan yang sama tentang KTSP 2) Workshop pengembangan KTSP, diharapkan dengan adanya workshop ini guru PAI mampu menyusun silabus, rencana persiapan pengajaran, serta perangkat pembelajaran lainnya. 3) Menyusun material teaching yaitu berupa lembar kegiatan siswa (LKS) dan juga penggunaan media pembelajaran. Mengenai LKS ini, keberadaannya sudah dimulai sejak tahun 2002, dalam setiap penerbitnya MGMP kabupaten Tegal bekerja sama dengan MGMP daerah setempat seperti : Brebes, Kodya Tegal dan Pemalang. Hasil penjualan LKS ini biasanya nanti disimpan oleh MGMP masing-masing sehingga dapat dialokasikan untuk kegiatan MGMP sewaktu-waktu.
33
4) Pelatihan model-model pembelajaran. Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan para guru PAI mampu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi. 5) Pengembangan sistem penilaian. Program ini bertujuan agar para guru PAI mampu memilih dan menggunakan alat penilaian yang sesuai dengan materi. c. Program penunjang Mengadakan seminar, bedah buku, dan studi banding yang bertujuan untuk menambah wawasan para guru PAI. 4. Pelaksanaan a. Jadwal pertemuan Pertemuan MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal diadakan sebulan sekali yaitu tepatnya pada minggu pertama setiap bulan. b. Tempat pelaksanaan Pelaksanaan MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal bertempat di sekretariat MGMP yaitu di SMAN I Dukuhwaru Slawi, yang beralamatkan di Jl. Pramuka Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal telp (0283)499243 Letaknya yang strategis di pusat kota yaitu Slawi menjadikan kantor sekretariat MGMP PAI SMA mudah untuk diakses atau dikunjungi sewaktu-waktu. Sarana yang tersedia dengan lengkap disekitar bangunan sekretariat MGMP PAI, seperti pasar, rumah sakit, kantor pos, percetakan dan foto copy, toko buku, warung telekomunikasi,
kantor
kecamatan
dan
lain-lain,
membantu
memperlancar dan memudahkan pengurus maupun anggota MGMP PAI dalam menjadikan program kegiatan. Sekretariat MGMP PAI SMA belum dapat mandiri dalam arti mempunyai gedung sendiri, karena sampai saat ini masih bertempat di sebuah sekolah yang letaknya dipandang strategis di jantung kota, hal ini dikarenakan anggaran keuangan dari MGMP ini juga terbatas dan
34
sebagian besar dialokasikan untuk menyelenggarakan kegiatan MGMP. 5. Struktur organisasi Susunan Pengurus MGMP Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Tegal Periode 2006 s.d 2008.5 Ketua
: Hadi Subchan, S.Ag (SMAN 1 Dukuhwaru)
Sekretaris
: Drs. Khaerudin (SMAN 3 Slawi)
Bendahara
: 1. Dra. Nunung S (SMAN 1 Kramat) 2. Imam Subchi, S.Ag (SMAN 1 Pangkah)
Seksi-seksi
: 1. Seksi Bina Program: Drs. Somari (SMAN 1 Slawi) 2. Seksi Substansi
: Drs. Moh Yahya (SMAN 1 Pangkah)
3. Seksi Pelaporan
: Ibnu Khottob, S.Ag (SMAN 1 Balapulang)
Anggota 1. Djumadi, S.Ag
SMA Negeri 1 Slawi
2. Drs. A. Zaeni
SMA Negeri 2 Slawi
3. Wahyudi, S.Ag
SMA Negeri 2 Slawi
4. Komariyah, S.Ag
SMA Negeri 3 Slawi
5. Dra. Khotimatun
SMA Negeri 1 Slawi
6. Ali Ghozi, S.Ag
SMA Negeri 1 Balapulang
7. Drs. Mujiharso
SMA Negeri 1 Bojong
8. Drs. Muhsinin
SMA Negeri 1 Bojong
9. Dra. Siti Rohimah
SMA PGRI Slawi
10. M. Rusdi Amd
SMA PGRI Slawi
11. Sumar Fauzi, S.Ag
SMA Ma’arif Lebaksiu
12. Drs. Ahmad Jaelani
SMA Wahid Hasyim Talang
13. Misbahul Mundir
SMA Hasim As’ari
5
Dokumen MGMP PAI SMA Kabupaten Tegal tahun 2007.
35
14. Drs. Sugiharto
SMA Penawaja Adiwena
15. Moh. Rosyidi, BA
SMA Bakti Praja Adiwerna
16. Siti Rokhanah
SMA Darma Bakti Slawi
17. Siti Khodijah
SMA Darul Ulil Albab Warurejo
18. Moh. Nawawi Tahyat, BA
SMA Darul Ulil Albab Warurejo
19. Dra. Rosyidah
SMA Muhammadiyah Suradadi
20. Siti Wasitoh, S.Ag
SMA Muhammadiyah Tarub
21. Warsito
SMA Maarif Jatinegara
22. Amar Ma’ruf
SMA Muhammadiyah Margasari
23. Drs. Baeghowi
SMA Diponegoro Lebaksiu
24. Drs. Muhsin
SMA Maarif Jatinegara
25. Dra. Syafirin
SMA Negeri 1 Kramat
26. Agus Kholik, S.Ag
SMA Negeri 1 Margasari
27. Anisah Fauziyah, S.Ag
SMA Negeri 1 Pagerbarang
28. A. Nurfadholi, S.Pd.I
SMA Negeri 1 Warurejo
B. Peran MGMP dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI SMA di Kabupaten Tegal Eksistensi suatu organisasi akan diakui apabila organisasi tersebut telah menjalankan perannya dengan baik. Hal itu kemudian membawa implikasi positif bagi para anggotanya dan juga instansi atau masyarakat lain pada umumnya. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA maka MGMP telah menjalankan perannya, antara lain : 1. Dalam Peningkatan Efektifitas Pembelajaran a. Membahas dan memilih metode PAI yang efektif dan efisien. Dalam kegiatan ini para guru PAI biasanya mengawali dengan sharing pengalaman mengenai kegiatan belajar-mengajar yang mereka lakukan sehari-hari. Dari sini kemudian ditemukan metode yang dirasakan kurang efektif dan efisien dalam pembelajaran pendidikan agama islam. Sebagai contoh penggunaan metode ceramah oleh
36
sebagian para guru PAI dirasa kurang menyentuh aspek afektif dan psikomotorik para siswa sehingga perlu dikombinasikan dengan metode lain seperti tanya jawab, demonstrasi, atau dengan penggunaan multimedia sebagai pendukung proses pembelajaran. Kegiatan ini akan memberi manfaat kepada guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. (Hasil wawancara dengan Bapak Hadi Subhan S.Ag pada tanggal 25 Februari 2007) b. Pembahasan tentang pendalaman dan pengembangan materi PAI. Menurut guru-guru PAI yang tergabung dalam MGMP, materi pendidikan agama islam tingkat SMA yang telah direkomendasikan oleh dinas pendidikan nasional kurang luas dan mendalam. Sehingga melalui MGMP ini para guru PAI bersama-sama membahas tentang pendalaman dan pengembangan materi. Sebelumnya pengurus membagi anggotanya menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkatan kelas yang mereka ajar, kemudian setiap kelompok tersebut membahas tentang materi dan pengembangannya, akan tetapi masih mengacu pada silabus yang ada. sehingga nantinya tidak akan keluar dari koridor standar kurikulum. c. Menentukan dan menetapkan cara-cara evaluasi PAI. Evaluasi merupakan cara untuk mengukur hasil belajar siswa. Dalam kegiatan MGMP PAI ini selain membahas tentang materi dan metode biasanya juga dibahas tentang cara evaluasi, hal ini diawali dengan mengukur sejauh mana efektifitas penggunaan alat penilaian yang digunakan oleh masing-masing guru PAI dalam proses belajarmengajar di sekolah. Kemudian apabila ada sebagian guru yang merasa kesulitan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa
maka
kemudian para guru PAI tersebut memilih cara yang paling tepat untuk mengevaluasi siswa dalam pembelajaran PAI. (Hasil wawancara dengan Bapak Wahyudi, S.Ag. pada tanggal 4 Juli 2007 ) d. Mewajibkan setiap anggota MGMP (guru PAI SMA) untuk membuat dan menyerahkan perangkat pembelajaran yang telah di buatnya
37
seperti: silabus, program tahunan (protan), program semester (promes), rencana pelaksanaan pengajaran (RPP), dan KKM (kriteria ketuntasan minimal) 2. Dalam Peningkatan Kreatifitas Dan Skill (Keahlian) Guru PAI a. Mengadakan pelatihan-pelatihan penggunaan metode atau perangkat pembelajaran. Pelatihan dilakukan karena biasanya guru pendidikan agama Islam cenderung menerapkan metode pembelajaran yang monoton atau kurang variatif. Sehingga pada akhirnya akan berdampak pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan agama oleh siswa terbatas. b. Menyusun bahan ajar untuk siswa dalam bentuk LKS, adapun LKS yang dibuat MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal di beri nama “kiblat” yang berisi rangkuman materi, tugas-tugas, evaluasi, dan kegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa. Dalam pembuatan lembar kerja siswa (LKS) ini biasanya dibagi berdasarkan tingkat kelas yang mereka ajar, Kemudian masing-masing kelompok guru dari mulai kelas X sampai XII diberi tugas untuk menyusun LKS yang disesuaikan dengan materi atau buku pedoman pengajaran. Setelah selesai kemudian dicetak oleh penerbit dalam hal ini percetakan tiga utama selanjutnya bahan ajar LKS ini disebarkan kepada siswa di sekolah. (Hasil wawancara dengan Bapak Drs. A. Zaeni pada tanggal 4 Juli 2007) c. Menyusun kisi-kisi soal ujian dan semester. Dalam penyusunan kisi-kisi soal, mula-mula semua guru diberi tugas untuk membuat butir-butir soal kemudian setelah semua soal tersebut terkumpul pengurus MGMP menyeleksi soal-soal yang dirasa tepat dan akurat selanjutnya dijadikan soal untuk ujian semester Setiap guru PAI anggota MGMP dibebani tugas untuk membuat kisi-kisi soal ujian menjelang pelaksanaan ujian semester. (Hasil wawancara dengan Ibu Dra. Rochimah pada tanggal 4 Juli 2007)
38
d. Membahas dan mengkaji buku PAI (pokok, pelengkap, pedoman, buku bacaan). Adanya perkembangan zaman dan kurikulum pendidikan menuntut perkembangan dan penyesuaian materi ajar untuk siswa. Hal ini dilakukan agar materi yang disampaikan oleh guru PAI selalu up to date. Oleh karena itu MGMP dalam satu kesempatan selalu menyempatkan untuk membahas dan mengkaji buku-buku PAI. (Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Baeghowi pada tanggal 6 Juli 2007) 3. Dalam Peningkatan Pengetahuan Dan Wawasan Pendidikan Agama Islam a. Mengadakan In House Training (IHT) untuk sosialisasi kurikulum baru, pengembangan kurikulum, metode dan lain-lain. Menurut Bapak Hadi Subhan selaku ketua MGMP PAI SMA kabupaten Tegal IHT yang pernah dilaksanakan selama kepengurusannya yaitu mengenai sosialisasi KBK dan KTSP serta perangkat pembelajarannya. b. Mengadakan studi banding di sekolah atau lembaga pendidikan yang lebih maju baik di dalam maupun luar kota. Adapun studi banding yang pernah dilaksanakan yaitu dengan pondok pesantren Az-Zaitun, dan SMA Al-Azhar Jakarta. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah lain yang notabenenya sudah terkenal dan favorit. Dari situlah guru PAI anggota MGMP dapat meniru model pembelajarannya. (Hasil wawancara dengan Bapak Ibnu Khottob, S.Ag pada tanggal 6 Juli 2007) c. Mengadakan bedah buku dan seminar. Kegiatan semacam ini dilakukan bekerjasama dengan dinas P dan K, Depag ataupun LSM bidang pendidikan. Yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan guru PAI. Adapun seminar yang pernah diselenggarakan oleh MGMP PAI kabupaten tegal antara lain pada bulan april 2006 mengenai kebijakan DITPAIS dalam pengembangan pendidikan agama islam pada sekolah, pada tanggal 5 agustus 2007 tentang sertifikasi guru. (Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Khaerudin pada tanggal 23 Februari 2007).
39
Kegiatan ini biasanya dilakukan secara insidental, misalnya dalam rangka memperingati hari-hari besar nasional dan lain sebagainya. d. Mengidentifikasi masalah dan cara memecahkan masalah yang ditemui dalam proses belajar mengajar. e. Menentukan cara pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan PAI di sekolah. Setelah membahas tentang problematika dalam kegiatan belajar-mengajar, pengurus MGMP PAI juga mengadakan diskusi untuk menentukan cara bimbingan dan penyuluhan. Sebelumnya salah satu pengurus dipilih untuk memimpin jalannya diskusi tersebut. Kemudian para anggota saling mengajukan pendapat dan argumennya mengenai cara seorang guru dalam melakukan bimbingan konseling yang baik. Dari diskusi tersebut akhirnya diperoleh alternatif cara seorang guru untuk menjadi konselor yang mempunyai tugas membimbing dan memberi penyuluhan tentang ajaran agama islam kepada siswanya. (Hasil wawancara dengan Bapak Ali Ghozi, S.Ag pada tanggal 22 Februari 2007) Dari berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan oleh MGPM tersebut diharapkan semua guru pendidikan agama Islam yang tergabung dalam wadah MGMP akan semakin meningkat tingkat profesionalismenya. Karena
profesionalisme
sebagai
penunjang
kelancaran
guru
dalam
melaksanakan tugasnya sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal seperti minat dan bakat, dan juga faktor eksternal seperti lingkungan sekitar, sarana dan prasarana, serta sebagai latihan yang dilakukan guru.6 Semua guru pendidikan agama Islam yang menjadi anggota MGMP telah menyelesaikan pendidikan pra jabatan sampai dengan perguruan tinggi atau sering kita kenal dengan Sarjana pendidikan agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa profesi guru PAI tersebut sudah dapat dikatakan sebagai 6
Ani M Hasan, “Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pertengahan”, Http://www.Pendidikan.Net/Artikel/2003.Html, hlm. 1.
40
tenaga profesional. Karena menurut Semiawan sebagaimana yang telah dikutip oleh Sudarwan Danim bahwa hierarki profesi tenaga pendidikan atau guru ada 3 macam yaitu tenaga profesional, tenaga semi profesional dan tenaga para profesional.7 Sedangkan yang dimaksud dengan tenaga profesional adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sekurang-kurangnya S1 atau yang setara dan memiliki wewenang penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian pendidikan atau pengajaran. Tuntutan akan kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya telah tercantum dalam undang-undang guru dan dosen no.14 tahun 2005 tentang guru profesional. Dengan demikian tuntutan akan profesionalisme guru adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, oleh karena itu MGMP sebagai salah satu organisasi profesi guru PAI sangat berperan dalam proses pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru. Akan tetapi organisasi ini tentunya akan menjalankan perannya dengan baik apabila semua anggota MGMP yang berstatus guru PAI bersama-sama membangun konsolidasi dan semangat untuk selalu berusaha memperbaiki kinerja sebagai guru pendidikan agama Islam.
7
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 31.
BAB IV ANALISIS PERAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL
A. Urgensi Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, guru memegang peranan yang sangat strategis dalam inovasi pelaksanaan dan pendidikan agama Islam. Di kelas guru adalah key person (pribadi kunci) yang memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar-mengajar para siswanya. Di mata siswa guru adalah seorang yang mempunyai otoritas bukan saja dalam bidang akademis, melainkan juga dalam bidang non akademis. Bahkan dalam masyarakat guru dipandang sebagai orang yang harus di gugu dan ditiru. Pengaruh guru terhadap siswanya sangat besar. Faktor-faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati misalnya, Memegang peranan penting dalam interaksi sosial1. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap menghadapi tuntutan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Apalagi di era globalisasi yang di tandai dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya degradasi moral menuntut adanya peningkatan kualitas guru khususnya guru pendidikan agama Islam.
1
Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm.
51.
41
42
Kinerja seorang pendidik atau guru pendidikan agama Islam merupakan suatu perilaku atau respon yang memberikan hasil yang mengacu pada apa yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu tugas. Menyangkut semua aktifitas atau tingkah laku yang dikerjakan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mencapai suatu tujuan atau hasil pembelajaran agama Islam.2 Berkaitan dengan kinerja pendidik atau guru pendidikan agama Islam, sebenarnya hal itu dapat dilihat dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan juga dari perilaku peserta didiknya yang lebih Islami, sebagai implementasi adanya pendidikan agama Islam. Seorang pendidik atau guru agama yang profesional adalah pendidik yang memiliki suatu kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang kependidikan keagamaan sehingga ia mampu untuk melakukan tugas, peran dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan yang maksimal.3 Guru agama harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman. Guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik yang profesional hendaknya mampu mengatasi hal-hal tersebut sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik selalu berkenan dan bersifat up to date, tidak out of date. Terkait dengan masalah kompetensi dan profesionalitas guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan masih menghadapi permasalahan dan kritik dari berbagai pihak. Di antara kritik yang paling dicermati adalah bahwa Pendidikan Agama Islam lebih terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata, kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan ke dalam jiwa siswa. Metode pengajaran berjalan secara monoton, pendekatan yang cenderung normatif, guru agama lebih bernuansa guru moral atau spiritual, kurang diimbangi dengan nuansa 2
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Fifamas, 2003),
3
Ibid, hlm. 86.
hlm. 85.
43
intelektual dan profesional serta hubungan antara guru Pendidikan Agama Islam dan siswa lebih bersifat doktriner. Dan yang terjadi hanya “transfer of knowledge” daripada “transfer of value”.4 Profesionalitas pendidik dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan untuk pengembangan pendidikan Islam ketika ingin menjawab globalisasi. Sebab bagaimanapun juga pendidikan Islam harus sanggup bersaing dalam era globalisasi dengan mempertimbangkan visi, efisiensi, daya kreatifitas dan pandangan kritikal. Maka semu itu memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang harus dididik dan dilatih sehingga mampu melahirkan manusia-manusia yang bermutu dan tangguh.5 Dengan demikian, secara tegas dapat dikatakan bahwa tugas, peran, dan kompetensi profesional pendidik agama Islam haruslah dapat diupayakan secara maksimal, sehingga proses pembelajaran agama yang efektif akan terlaksana dengan baik.
B. Analisis Peran MGMP Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI SMA di Kabupaten Tegal Adanya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern seperti sekarang ini membawa tantangan-tantangan tersendiri terhadap kehidupan beragama dan juga menuntut guru Pendidikan Agama Islam untuk mampu berperan menampilkan nilai-nilai agama yang dinamis serta dapat mengarahkan kemajuan-kemajuan itu. Tugas seorang guru pendidikan agama Islam tidak semudah tugas guru mata pelajaran yang lain, karena dalam hal ini tugas guru tersebut tidak selesai hanya pada penyampaian materi saja, akan tetapi lebih dari itu semua seorang guru PAI harus dapat menanamkan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan agama kepada peserta didiknya. Disamping menjadi teladan yang baik bagi mereka dalam bertindak dan bergaul dimasyarakat.
4 5
Syamsul Ma’arif, op.cit, hlm. 53. Ibid, hlm. 54.
44
Berangkat dari kesadaran akan tuntutan dan tantangan-tantangan tersebut maka eksistensi musyawarah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) di kabupaten tegal sangat dibutuhkan oleh segenap guru pendidikan Islam. Karena sebagai organisasi profesi guru, MGMP Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru PAI serta memperluas wawasan dan pengetahuan guru PAI dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.6 Peranan MGMP Pendidikan Agama Islam di kabupaten Tegal dalam meningkatkan profesionalisme guru dapat dilihat dari komitmen organisasi tersebut sebagai wadah kegiatan profesional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama guru Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya direalisasikan dalam bentuk kegiatan riil seperti pembahasan mengenai pengembangan kurikulum, proses pembelajaran (yang meliputi: persiapan mengajar, media pembelajaran, evaluasi) dan yang lebih penting lagi yaitu mengusahakan terjadinya sharing experience (berbagi pengalaman) di antara para guru PAI. Jika seorang guru menghadapi masalah atau persoalan yang berkenaan dengan tugasnya dan tidak dapat diselesaikan sendiri, ia dapat bertanya dan berdiskusi dengan guru lain. Begitu juga sebaliknya, jika seorang guru berhasil (success) dalam mendidik siswanya, ia dapat berbagi pengalaman dengan guru lainnya. Kegiatan lain yang diselenggarakan oleh MGMP adalah mengadakan seminar, bedah buku dan studi banding, hal ini terkait dengan peran MGMP PAI SMA di Kabupaten Tegal sebagai organisasi yang selalu berupaya untuk menambah wawasan dan kompetensi anggotanya yaitu guru Pendidikan Agama Islam. Dari berbagai usaha dan kegiatan yang telah diselenggarakan oleh musyawarah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) untuk meningkatkan profesionalisme guru PAI maka peran yang dijalankan oleh MGMP PAI tingkat SMA di kabupaten Tegal tergolong cukup baik karena dengan bergabung dalam wadah MGMP, para guru PAI telah 6
Pedoman MGMP 2004, hlm. 2.
45
menunjukkan ciri-ciri sebagai guru profesional yaitu adanya komitmen pada pekerjaannya dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri, guru menguasai secara mendalam bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan dapat belajar dari pengalaman dirinya maupun orang lain7. Kemudian yang lebih penting lagi yaitu guru memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.8 Tentunya akan sangat disayangkan apabila MGMP PAI masih dipandang sebelah mata mengingat perannya yang signifikan dalam meningkatkan profesionalisme guru. Dalam perjalanannya organisasi MGMP PAI memerlukan dukungan dan bantuan dari berbagai instansi dan lembaga terkait seperti: Dinas Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Agama Islam, lembaga penjamin mutu pendidikan (LPMP), institusi sekolah, dan stakeholder lainnya. Karena tanpa dukungan dan bantuan dari semua elemen masyarakat peran MGMP PAI ini tidak akan berjalan baik dan lancar.
C. Kendala dalam Peningkatan Profesionalisme Guru PAI di MGMP PAI SMA Kabupaten Tegal Serta Solusinya 1. Kendala dalam peningkatan profesionalisme guru PAI di MGMP PAI SMA kabupaten Tegal antara lain : a. Kurangnya antusias para guru anggota PAI di MGMP PAI dalam mengikuti kegiatan MGMP dikarenakan kesibukan dan kerja masingmasing guru. Kendala inilah yang dirasa paling berat karena apabila dari awal tidak ada antusias dan semangat dari guru PAI untuk sama-sama memajukan
7
MGMP
maka
musyawarah
guru
mata
pelajaran
Ani M Hasan, “Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pertengahan”, Http://www.Pendidikan.Net/Artikel/2003.Html.hlm. 3-4. 8 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 228.
46
pendidikan agama islam (MGMP PAI) tidak mungkin akan dapat berjalan. b. Keuangan yang minim dikarenakan terbatasnya sumber dana mengakibatkan pada terhambatnya kelancaran suatu program kegiatan. Seperti diketahui bersama bahwa suatu kegiatan tentunya akan berjalan dengan lancar apabila didukung dari berbagai pihak baik itu berupa dukungan moril maupun materiil. akan tetapi yang sering terjadi suatu kegiatan terhambat bahkan seringkali mengalami kegagalan dikarenakan minimnya pendanaan. Hal yang sama juga dialami MGMP PAI di kabupaten Tegal. Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan MGMP sangat terbatas, donatur tetap hanya datang dari pihak sekolah dan iuran pribadi masing-masing anggota. Sedangkan dari pihak luar organisasi masih jarang. c. Stagnasi kepengurusan berakibat pada tidak adanya regenerasi pengurus dan pembaharuan program kerja. Di MGMP PAI tingkat SMA kabupaten Tegal, kepengurusan organisasi dalam tiap periode masih dijabat oleh orang-orang yang sama, hal ini karena masih banyak orang yang beranggapan bahwa leadership (sikap dan jiwa kepemimpinan) itu tidak semua orang memiliki, sehingga menurut mereka hanya orang-orang tertentu yang pantas untuk menduduki posisi sebagai pengurus, selain itu sebagian guru mempunyai aktifitas diluar sekolah sehingga mereka keberatan jika dibebani menjadi pengurus MGMP PAI. d. Kurang pekanya para guru PAI terhadap pembaharuan kurikulum dan perkembangan media pembelajaran berbasis informasi teknologi (IT). Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bagi sebagian guru menjadi “momok” tersendiri. Karena di satu sisi dengan adanya perkembangan tersebut maka akan memudahkan transfer knowledge antara guru dengan siswanya akan tetapi disisi lain membawa tantangan-tantangan baru bagi guru PAI karena dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat sudah seharusnya seorang
47
guru
PAI juga dapat mengimbanginya yaitu dengan cara
mengefektifkan pembelajaran multimedia atau yang berbasis informasi teknologi ( IT). 2. Solusi dalam mengatasi kendala peningkatan profesionalisme guru PAI di MGMP PAI SMA kabupaten Tegal a.
Memberikan bimbingan dan pengarahan akan pentingnya mengikuti musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) kepada guru-guru PAI SMA kabupaten Tegal.
b.
Memperbanyak link atau jaringan luar seperti organisasi guru yang lain, perguruan tinggi, perusahaan, atau Dinas terkait untuk mendukung setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP.
c.
Pergantian
pengurus
hendaknya
dengan
mempertimbangkan
pengalaman dan kompetensi seseorang, sehingga nantinya akan terjadi perkembangan yang kontinyu dalam organisasi dalam hal ini MGMP PAI SMA kabupaten Tegal. d.
Meningkatkan kesadaran para guru PAI akan pentingnya “melek” teknologi sehingga pembelajaran yang dilakukan di sekolah tidak monoton dan sesuai dengan perkembangan zaman.9
D. Kondisi (Kualitas dan Profesionalisme) Guru PAI Sebelum Mengikuti MGMP dan Indikator Peningkatan Profesionalisme Guru PAI 1. Kondisi (Kualitas dan Profesionalisme) Guru PAI Sebelum Mengikuti MGMP Kualitas dan Profesionalisme Guru PAI SMA di kabupaten Tegal Sebelum mereka Mengikuti MGMP dapat dilihat dari kondisi sebagai berikut: Pertama Tidak sedikit para guru yang lebih senang melaksanakan tugas sebagaimana yang biasa dilakukannya dari waktu ke waktu (inovasi dalam pembelajaran kurang). Keadaan ini menunjukkan kecenderungan tingkah laku guru PAI yang lebih mengarah pada cara-cara yang biasa 9
Wawancara dengan Khaerudin sebagai Sekretaris MGMP PAI SMA kabupaten Tegal pada hari Sabtu tanggal 24 Februari 2007.
48
dilakukannya dalam melaksanakan tugas (bersifat konservatif), mengingat cara yang dipandang baru menuntut perubahan dalam pola-pola kerja. Kedua Kurang adanya motivasi untuk selalu meningkatkan kinerja diri atau profesionalisme. Ketiga Minimnya pengetahuan dan wawasan guru PAI tentang info atau berita terbaru dunia pendidikan (isu-isu edukatif). Keempat Kurangnya kreatifitas dan skill (keahlian) guru PAI dalam mengembangkan materi pelajaran. Kelima Masih banyaknya guru PAI di lapangan yang belum melengkapi administrasi pembelajaran dan sebagian para guru PAI terkadang masih menggantungkan silabus yang dibuat oleh tim MGMP. Keenam Sebagian para guru PAI belum bisa menerima perubahan dalam pembelajaran, misalnya dalam hal penguasaan teknologi dan informasi.10 2. Indikator peningkatan profesionalisme guru PAI setelah mengikuti kegiatan MGMP Adanya peningkatan profesionalisme guru PAI SMA di kabupaten Tegal setelah mereka bergabung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan MGMP dapat dilihat dari kondisi sebagai berikut: Pertama, Tumbuhnya kemauan para guru PAI untuk selalu membenahi kinerjanya sebagai seorang guru dengan mengikuti perubahan-perubahan positif yang ada. Kedua, Guru PAI termotivasi untuk menjadi lebih baik karena banyak bersinggungan dengan orang lain sehingga wawasan menjadi bertambah. Ketiga, Para guru PAI mengetahui berita atau isu-isu terbaru di dunia pendidikan karena MGMP adalah sebagai mediator dari dinas pendidikan nasional
dan
departemen
agama
dalam
penyampaian
kebijakan
pendidikan, perubahan kurikulum, dan lain-lain. Keempat, Dengan adanya training dan penataran maka kreatifitas dan skill guru PAI akan semakin tumbuh dan terasah. Dengan demikian, memungkinkan terwujudnya ideide terbaru dan upaya peningkatan profesionalisme secara terus-menerus. Kelima, Guru PAI setelah mengikuti MGMP menjadi mahir dalam 10
Wawancara dengan Ali Ghozi, S.Ag salah satu pengurus MGMP PAI SMA kabupaten Tegal pada hari Kamis, 22 Februari 2007.
49
membuat
perangkat
pembelajaran
seperti:
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP), portofolio, program semester (promes), program tahunan (protan) dan lain-lain. Keenam, Adanya kesadaran dan keinginan untuk dapat menggunakan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi sehingga selain menguasai mata pelajaran, guru PAI juga tidak gaptek (gagap teknologi).11
11
Ibid
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mendeskripsikan pembahasan secara keseluruhan sebagaimana terlihat dalam bab-bab sebelumnya, dari pembahasan mengenai “PERAN MGMP DALAM MENIGKATKAN PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL” maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Profesionalisme guru PAI SMA di MGMP kabupaten Tegal dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut: a. Adanya komitmen dari para guru PAI pada pekerjaannya dengan selalu berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas diri sebagai guru Pendidikan Agama Islam. b. Menguasai secara mendalam bahan atau materi yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas. d. Dapat belajar dari pengalaman dirinya maupun orang lain. e. Menguasai berbagai macam metode dan media dalam pembelajaran. seperti contoh adanya penggunaan multimedia sebagai variasi dalam proses belajar-mengajar. 2. Peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA di kabupaten Tegal antara lain: a. Dalam Peningkatan Efektifitas Pembelajaran 1) Membahas dan memilih metode PAI yang efektif dan efisien. Kegiatan ini akan memberi manfaat kepada guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. 2) Pembahasan tentang pendalaman dan pengembangan materi PAI. 3) Menentukan dan menetapkan cara-cara evaluasi PAI.
50
51
4) Mewajibkan setiap anggota MGMP (guru PAI SMA) untuk membuat dan menyerahkan perangkat pembelajaran yang telah di buatnya seperti: silabus, program tahunan (protan), program semester (promes), rencana pelaksanaan pengajaran (RPP), dan KKM (kriteria ketuntasan minimal) b. Dalam Peningkatan Kreatifitas Dan Skill (Keahlian) Guru PAI 1) Mengadakan
pelatihan-pelatihan
penggunaan
metode
atau
perangkat pembelajaran. Pelatihan dilakukan karena biasanya guru PAI cenderung menerapkan metode pembelajaran yang monoton atau kurang variatif. Sehingga pada akhirnya akan berdampak pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan agama oleh siswa terbatas. 2) Menyusun bahan ajar untuk siswa dalam bentuk LKS, adapun LKS yang dibuat MGMP PAI SMA di kabupaten Tegal di beri nama “kiblat” 3) Menyusun kisi-kisi soal ujian dan semester. Setiap guru PAI anggota MGMP dibebani tugas untuk membuat kisi-kisi soal ujian menjelang pelaksanaan ujian semester. 4) Membahas dan mengkaji buku PAI (pokok, pelengkap, pedoman, buku bacaan). c. Dalam Peningkatan Pengetahuan dan Wawasan Pendidikan Agama Islam 1) Mengadakan In House Training (IHT) untuk sosialisasi kurikulum baru, pengembangan kurikulum, metode dan lain-lain. 2) Mengadakan studi banding di sekolah atau lembaga pendidikan yang lebih maju baik di dalam maupun luar kota. Adapun studi banding yang pernah dilaksanakan yaitu dengan pondok pesantren Az-Zaitun Bandung, dan SMA Al-Azhar Jakarta. 3) Mengadakan bedah buku dan seminar. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara insidental, misalnya dalam rangka memperingati hari-hari besar nasional dan lain sebagainya.
52
4) Mengidentifikasi masalah dan cara memecahkan masalah dengan telah ditemui dalam proses belajar mengajar. 5) Menentukan cara pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan PAI di sekolah. B. Saran-saran 1. Kepada peneliti lain untuk bisa meneliti ulang masalah ini, sebab hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi penulis, namun demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. 2. Progresifitas suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh kualitas atau profesionalisme guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam karena ia mencetak siswa yang berintelektual tinggi sekaligus bermoral baik yang senantiasa menjalankan syariat agama Islam. Oleh karena itu peningkatan kualitas atau profesionalisme guru PAI harus terus menerus dilakukan salah satunya yaitu melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI. 3. Eksistensi MGMP semakin terasa dan dibutuhkan oleh para guru PAI apabila
organisasi
ini
senantiasa
meningkatkan
perannya
dalam
membentuk guru profesional. 4. Demi kemajuan MGMP dan peningkatan profesionalisme guru PAI, maka bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak atau instansi-instansi terkait sangat diperlukan. C. Penutup Tiada yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis atas terselesaikannya penulisan skripsi ini. Tidak ketinggalan pula shalawat serta salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. semoga kita selalu mendapatkan ridho dan ampunan dari Allah rabbil alamin.
53
Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan dan kekhilafan baik kata-kata, kalimat maupun susunannya. Dan penulis menyadari pula bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan bahkan masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Namun mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi positif bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya disertai dengan ucapan terima kasih kepada Bapak pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dan juga kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya baik tenaga, pikiran dan doa, juga kepada sahabat-sahabat yang telah membantu dan mendorong penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak ada gading yang tak retak merupakan kenyataan yang melekat pada penulisan skripsi ini. Penulis sangat mengharapkan kritik konstruktif dari semua pihak, guna perbaikan dan penyempurnaan terhadap kekurangan dan kelemahannya. Pada akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah khazanah pemikiran pendidikan islam. Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga segala bantuan tersebut mendapatkan balasan dari-Nya. Penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat, dan semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, Arief, “Memperdayakan MGMP Sebuah Keniscayaan” http = www. Pikiran rakyat / cetak /2002. Al Ja’fi, Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah, Bardizbah Al Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut: Dar-Al kutb Al Ilmiyah,1992, Juz I. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga MGMP SMA Kabupaten Tegal Bab II, pasal 5 tentang Dasar, Tujuan, Peran dan Fungsi Tegal, MGMP PAI SMA Kabupaten Tegal, 2006. Arifin, Imron, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan, Malang: Kalimasada Press, 1994. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Pendidikan Praktek, Jakarta : Rineke Cipta, 1998. Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2001. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1990. Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Umum, Jakarta: Depag, 2004. Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Umum, Jakarta: Departemen Agama, 2004.. Ditjen Dikdasmen Depdikbud, Pedoman MGMP 2004, tt.p: tp, t.t. Dokumen MGMP PAI SMA Kabupaten Tegal tahun 2007. Geist J.R., Predictor of Faculty Trust Elementary Schools; Enabling Bureaucracy, Teacher Profesional, and Academic Press, Dissertation of The Ohio State University, http:www.054edu.com Hasan, Ani M, “Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pertengahan”, Http://Www.Pendidikan.Net/Artikel/2003.Html.1 Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung : Mandar Maju, tth. Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2007. Ma’arif, Syamsul, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Mc Nergney, Robert F. dan Carol Carrier, Teacher Development, New York, Macmillan Publishing Co.Inc, 1981. Moleong, Lexy. J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, cet XIV. Muhadjid, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rike Sarasin, 1998. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV. Fifamas, 2003. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007. Narbuka, Kholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Nurdin, Syarudin dan Basyirudin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Pedoman MGMP 2004. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta, Balai Pustaka, 2003 Edisi 3. Rusn, Abidin Ibn, Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, Cet.I. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000, Cet.V. Sulistiyo, Sertifikasi Guru Antara Profesionalisme dan Komersialisme, Semarang: Seminar Regional Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo., Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa, 1999, Cet.II. Surat Edaran Ditjen Dikdasmen Depdikbud dan Ditjen Binbaga Islam Depag No.5781A/C/U/1993, No.1/01/ED/1444/1993 tentang Pedoman Pelaksanaan MGMP PAI Pada SLTP dan SLTA. Susetyo, Benny, Politik Pendidikan Penguasa, Yogyakarta : LKiS, 2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002. Tilaar, H.A.R, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 86. Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999, Cet.X.
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA KABUPATEN TEGAL Sekretariat: SMAN 1 Dukuhwaru Jl. Pramuka Kec. Dukuhwaru Kab. Tegal Telp. 499243
SURAT KETERANGAN RISET Nama
: Siti Arofah
NIM
: 3103229
Fakultas
: Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam ( PAI )
Alamat
: Jl. Margoyoso 1 No 7 RT 04 RW IV Tambakaji Ngaliyan Semarang
Adalah benar-benar telah melaksanakan riset guna menyusun skripsi dengan judul “PERAN MGMP DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PAI SMA DI KABUPATEN TEGAL” selama dua bulan. Demikian surat keterangan ini dibuat, dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 2 Januari 2008 Kepala MGMP
Hadi Subchan, S.Ag
DAFTAR NAMA GURU ANGGOTA MGMP PAI SMA KABUPATEN TEGAL
No
Nama
Alamat Instansi
1
Hadi Subchan, S.Ag
SMAN 1 Dukuhwaru
2
Drs. Khaerudin
SMAN 3 Slawi
3
Dra. Nunung S
SMAN 1 Kramat
4
Imam Subchi, S.Ag
SMAN 1 Pangkah
5
Drs. Somari
SMAN 1 Slawi
6
Drs. Moh Yahya
SMAN 1 Pangkah
7
Ibnu Khottob, S.Ag
SMAN 1 Balapulang
8
Djumadi, S.Ag
SMA Negeri 1 Slawi
9
Drs. A. Zaeni
SMA Negeri 2 Slawi
10
Wahyudi, S.Ag
SMA Negeri 2 Slawi
11
Komariyah, S.Ag
SMA Negeri 3 Slawi
12
Dra. Khotimatun
SMA Negeri 1 Slawi
13
Ali Ghozi, S.Ag
SMA Negeri 1 Balapulang
14
Drs. Mujiharso
SMA Negeri 1 Bojong
15
Drs. Muhsinin
SMA Negeri 1 Bojong
16
Dra. Siti Rohimah
SMA PGRI Slawi
17
M. Rusdi, Amd
SMA PGRI Slawi
18
Umar Fauzi, S.Ag
SMA Ma’arif Lebaksiu
19
Drs. Ahmad Jaelani
SMA Wahid Hasyim Talang
20
Misbahul Mundir
SMA Hasim As’ari
21
Drs. Sugiharto
SMA Penawaja Adiwena
22
Moh. Rosyidi, BA
SMA Bakti Praja Adiwerna
23
Siti Rokhanah
SMA Darma Bakti Slawi
24
Siti Khodijah
SMA Darul Ulil Albab Warurejo
25
Moh. Nawawi Tahyat, BA
SMA Darul Ulil Albab Warurejo
26
Dra. Rosyidah
SMA Muhammadiyah Suradadi
27
Siti Wasitoh, S.Ag
SMA Muhammadiyah Tarub
28
Warsito
SMA Maarif Jatinegara
29
Amar Ma’ruf
SMA Muhammadiyah Margasari
30
Drs. Baeghowi
SMA Diponegoro Lebaksiu
31
Drs. Muhsin
SMA Maarif Jatinegara
32
Dra. Syafirin
SMA Negeri 1 Kramat
33
Agus Kholik, S.Ag
SMA Negeri 1 Margasari
34
Anisah Fauziyah, S.Ag
SMA Negeri 1 Pagerbarang
35
A. Nurfadholi, S.Pd.I
SMA Negeri 1 Warurejo
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Siti Arofah
Tempat/Tanggal lahir
: Tegal, 3 Maret 1986
Alamat asal
: Jl.Maad Gg.Musi Rt 5 Rw V no.1049 Balapulang Wetan Balapulang-Tegal 52464
Alamat sekarang
: Jl.Margoyoso I Rt 4 Rw IV no.7 Tambakaji Ngaliyan
Jenjang pendidikan
:
1. MI Tasywiriyah Balapulang Tegal
lulus tahun
: 1997
2. MTs Tasywiriyah Balapulang Tegal
lulus tahun
: 2000
3. MAN Babakan Lebaksiu Tegal
lulus tahun
: 2003
4. IAIN Walisongo Semarang
Angkatan tahun : 2003
Semarang, 9 januari 2008 Penulis
Siti Arofah NIM: 3103229