Lucia H. Winingsih, Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
PERAN PEMERINTAH DAERAH, LPMP DAN P4TK DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU THE ROLE LOCAL GOVERNMENT, LPMP AND P4TK IN THE IMPROVEMENT OF TEACHER PROFESIONALISM Lucia H. Winingsih Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemendikbud Gedung E Lantai 19, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat email:
[email protected] Diterima tanggal: 02/09/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 16/09/2013; Disetujui tanggal: 02/12/2013 Abstrak: Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi: 1) peran Pemda, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam pengembangan profesionalisme guru; 2) bentuk dan mekanisme koordinasi yang dilakukan ke tiga institusi tersebut dalam pengembangan profesionalisme guru; dan 3) sinergis peran yang dilakukan ke tiga institusi tersebut dalam pengembangan profesionalisme guru. Metode penelitian dalam kajian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan focus group discussion (FGD) dalam pengumpulan data, dan data dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa ke tiga institusi, yaitu Pemda, P4TK, dan LPMP mempunyai peran yang berbeda namun secara simultan melakukan upayaupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru yang menjadi persyaratan yaitu peningkatan kualifikasi pendidikan guru ke jenjang S1; pengelolaan dan pembimbingan pembelajaran untuk guru, seperti upaya pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu; dan pengembangan profesi untuk peningkatan profesionalisme dan karir guru. Namun, masalah koordinasi antar ke tiga lembaga dan keterbatasan dana dalam memenuhi tuntutan peningkatan profesionalisme guru tersebut belum dilakukan secara simultan, sehingga sinergis antar mereka belum secara sistematis dilakukan bersama. Kata kunci: desentralisasi pendidikan; profesionalisme guru, kompetensi guru, peran pemerintah daerah. Abstract: The purposes of the research are to identify: 1) the role of the Local Government, the LPMP, and the P4TK in the developing of the teacher profesionalism; 2) to understand the forms and mechanism coordination among those institutions in the improvement of the teacher professionalism; and 3) to understand whether those institutions have synergic cooperation in relation to improvement of teacher profesionalism. The research method used in this research is qualitative, therefore the focus group discussion is heavyly used in the data collection. The data analysis is descriptive base on the variables of improvement of academic background of teachers, of the effort in fulfilling the hours number of teaching, and of the professionalism development of teachers. The result of the study show that these stakeholders work less simultanly in the improvement of the educational qualification of teachers; in supporting teachers to fulfil 24 hours teaching per week; and in continuing professional development of the teachers. However, the problems in coordination and other shortage, like finance, have still existed. Keywords: decentralization; teacher profesionalism, teacher competency, local government role.
579
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Pendahuluan
pendidikan guru seperti tingkat kesejahteraan
Sel ama deka de t erak hir, tuntuta n te rhad ap
guru, pend idik an d an p elat ihan gur u, d an
profesionalisme guru semakin tinggi, karena tidak
pembinaan yang diberikan kepada guru.
bisa dipungkiri bahwa guru merupakan aktor yang
Dalam master plan pembinaan sumber daya
sangat menentukan dalam proses pendidikan.
manusia (SDM) bidang pendidikan bahwa guru
Rendahnya mutu guru diklaim sebagai penyebab
juga dituntut untuk menjadi lebih profesional,
rendahnya mutu pendidikan. Walaupun rendah-
bermartabat, dan sejahtera; sehingga guru tidak
nya mut u pe ndid ikan buk an semat a-ma ta
hanya mampu secara akademik, namun juga
disebabkan oleh guru, namun tetap saja bahwa
sejahtera secara ekonomi, seperti yang diama-
kualitas guru dianggap mempunyai kontribusi
natkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
besar terhadap kondisi tersebut. Hal ini dika-
2005 tentang Guru dan Dosen. Oleh karena itu,
renakan guru merupakan komponen atau aktor
tuntut an untuk meningk atka n kualit as d an
yang memilik i peran strategi s dalam mem-
profesionalisme guru sudah seharusnya dilakukan
pengaruhi proses pembelajaran dan mutu peserta
oleh Pemerintah dan instansi lain yang memiliki
didik, yang pada akhirnya akan mem-pengaruhi
tugas untuk melakukan pembinaan profesi guru.
mutu pendidikan secara umum (Unesco, 2001;
Di samping itu, dengan menetapkan guru sebagai
Winingsih, 2010). Jadi mutu guru akan sangat
tenaga profesional; maka sebagai seorang guru
mempengaruhi prestasi siswa, siswa yang diajar
paling tidak harus memiliki empat (4) kompetensi,
guru yang berkualitas akan mempunyai prestasi
yai tu
yang lebih baik dibanding dengan siswa yang
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
diajar oleh guru yang kurang berkualitas (Darling-
profesional (UU No. 14/2005). Oleh karena tingkat
Hammond, 1999). Oleh karena itu, mutu guru
kompetensi guru yang masih bervariasi, sehingga
me rupa kan kunci ba gi k eber hasi lan sist em
unt uk
pendidikan.
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang
k ompe tensi
m enca pai
pe dagogik,
ting kat
kom pete nsi
komp etensi g uru
Dewasa ini, mutu dan kompetensi guru di
Nomor 14 Tahun 2005 tersebut, pembinaan dan
Indonesia masih dianggap rendah. Beragam
peningkatan profesionalisme guru merupakan
alasan yang dianggap sebagai penyebab hal
keniscayaan yang harus dilaksanakan oleh pihak-
tersebut, antara lain, terkait dengan rendahnya
pihak yang mempunyai kewenangan, baik oleh
kompetensi guru ini dan rendahnya kualitas
Pemerintah secara langsung maupun melalui
pendidi kan guru. Terk ait dengan re ndahnya
instansi yang mempunyai kewenangan untuk
kompetensi guru, berdasarkan data Nomor Urut
melakukan hal tersebut.
Pegawai Tenaga Kependidikan (NUPTK) pada
Untuk mencapai standard mutu dan profe-
bulan November 2012, sebesar 2,971, 204 orang
sionalisme guru seperti yang diharapkan, upaya-
guru d i Indonesi a masih pe rlu diting katkan
upaya pembinaan terhadap guru harus dilakukan
kom pete nsinya ( BPSD M, 2 011) . Re ndahnya
secara terus-menerus. Dalam pelaksanaannya,
kompetensi ini terbukti dari rendahnya hasil Uji
ada beberapa pihak yang terlibat dan mempunyai
Kompetensi Awal (UKA) yang diadakan sebagai
tugas dalam pembinaan dan peningkatan profe-
langkah awal peningkatan kompenesi guru; yaitu
sionalisme guru di Indonesia. Setelah bidang
dari sekitar 281.016 guru yang mengikuti UKA,
pendidikan didesentralisasikan ke pemerintah
dengan nilai maksimal 100, hasil nilai rata-rata UKA
daerah, maka bersamaan dengan itu pengelolaan
guru yaitu sebesar 42,25 dengan nilai terendah
guru juga menjad i kewenangan pemeri ntah
1,0 dan nilai tertinggi 97,0 (Suyanto, 2012).
daerah, sehingga pemerintah daerah merupakan
Sementara itu, terkait dengan kualitas pendidikan
pihak yang bertanggung jawab dalam pembinaan
guru, dari jumlah guru tersebut masih terdapat
dan
sekitar 51 persen yang baru memiliki kualitas
Me skip un p enge lola an guru sud ah m enja di
pendidikan setingkat S1 atau lebih, dan sisanya
kewenangan pemerintah daerah (kabupaten/
masih memiliki kualifikasi pendidikan dibawah S1
kota), Pemerintah Pusat maupun Provinsi juga
(BPSDM, 2011). Di samping itu, ada hal lain yang
masih mempunyai fungsi dan tugas untuk ikut
juga secara tidak langsung mempengaruhi mutu
serta melakukan pembinaan guru guna mening-
580
pengemba ngan
profesi onal isme
gur u.
Lucia H. Winingsih, Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
katkan profesionalitas guru. Pemerintah Pusat
mentasikan Undang-Undang tersebut pada tahun
mel alui Instansi Pusat Penge mbangan dan
1999, maka sektor pendidikan, bersama dengan
Pem berdayaan Pendidi k dan Tena ga Kep en-
10 sektor publik yang lain, menjadi kewenangan
didikan (P4TK) dan Pemerintah Provinsi melalui
daerah. Bersamaan dengan didesentralisasi-
Instansi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
kannya sektor pendidikan tersebut ke pemerintah
(LPMP) juga berperan dalam pembinaan dan
kabupaten/kota, maka pengelolaan guru juga
peningkatan profesionalime guru. Oleh karena
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
ada beberapa pihak yang terlibat dalam pem-
kabupaten/k ota. Pe raliha n dari pengelolaan
binaan guru dan peningkatan profesionalisme
sentralistik ke desentralistik merupakan salah
guru; ditemukan gejala adanya tumpang tindih
satu upaya Pemerintah untuk meningkatkan
peran dari ke tiga institusi tersebut; serta belum
pembangunan di bidang pendi-dikan, termasuk di
adanya koordinasi yang mendukung kerjasama
dal amny a up aya untuk me ning katk an m utu
dalam ke arah upaya peningkatan profesionalisme
pe ndid ikan.
guru yang lebih sistematis. Kajian ini ingin meng-
pendidikan ini mempunyai tujuan utama untuk
kaji bagaimana masing-masing institusi tersebut
mengurangi seminimal mungkin peran Pemerintah
berperan dalam pembinaan profesionalisme guru.
Pusat, dan sebaliknya lebih memperluas peran
Secara khusus tujuan dari kajian ini adalah
pemerintah daerah kabu-paten/kota dan sekolah.
untuk: 1) mengetahui dan mengidentifikasi peran
Asumsinya, Pemda dan sekolah merupakan pihak
Pemda, LPMP, dan P4TK dalam pengembangan
yang paling mengetahui kondisi, kebutuhan, dan
profesionalisme guru; 2) untuk mengetahui bentuk
upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
kerjasama dan koordinasi yang dilakukan ke tiga
seg enap asp ek untuk pem bang unan secara
institusi tersebut; dan 3) mengetahui sinergis
umum, dan pembangunan di bidang pendidikan,
peran yang dilakukan oleh ke tiga institusi ter-
khususnya di daerah yang bersangkutan.
sebut, serta hambatan yang dihadapai dalam melakukan kerjasama atau sinergis tersebut.
Re form asi
dal am
p enge lola an
Desentralisasi pendidikan diharapkan akan lebih mendekatkan ke arah peningkatan mutu hasil pendidikan apabila dapat dikelola secara baik
Kajian Literatur
dan terarah. Atas dasar itu, daerah memiliki peran
Desentralisasi Pendidikan
teramat penting dalam upaya meningkatkan
Pa da saat ini, desentr ali sasi tel ah m enja di
kualitas guru di wilayahnya dan dapat menjadi
kar akte rist ik p enge lola an sektor publik di
titik awal (entry point) bagi usaha peningkatan
Indonesia. Desentralisasi merupakan sebuah
kualitas hasil pendidikan di daerah. Melalui pelim-
konsep yang mengacu pada proses berpindahnya
pahan wewenang ini, sewajarnya apabila daerah
tanggung jawab dan kewenangan dalam mem-
turut berpartisipasi dalam segala aspek untuk
buat keputusan atas fungsi tertentu dari level
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di
pemerintahan yang lebih tinggi ke level peme-
daerahnya, antara lain seperti upaya mencapai
rintahan yang lebih rendah. Hal ini lebih pada
standar minimal kualifikasi akademik guru-guru di
perpindahnya kedudukan dari yang memerintah
daerah agar memenuhi persyaratan minimal
atau pelimpahan sebagian wewenang dari level
berkualifikasi pendidikan S1/D4. Dari jumlah guru
tertentu ke level yang lain. Sebagai contoh,
yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan S1/
berpindahnya wewenang dari Pusat ke tingkat
D4 yang ada saat ini, jumlah terbesar berada
Provinsi atau ke tingkat kabupaten/kota, atau
pada jenjang pendidikan dasar, yaitu hanya
bahkan ke tingkat sekolah (Fiske 1996; Mc.Ginn
sekitar 27-39 persen guru SD di kabupaten/kota
and Welsh, 1999; Winingsih, 2010).
yang berpendidikan D4/S1 (Ministry of National
Berd asarka n Undang -Undang Nomor 22 Tahun
1 999
tent ang
Peme rint ah
Education, 2010: 146; Winingsih 2010: 143)
D aera h,
padahal guru-guru ter sebut berpera n besar
sebagaimana telah direvisi menjadi Undang-
dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang
Undang Nomor 32 tahun 2004, dinyatakan bahwa
kuat bagi anak-anak didik di tingkat dasar agar
pendidikan merupakan salah satu sektor publik
kelak mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih
yang didesentralisasikan. Sejak mulai diimple-
tinggi dapat belajar dengan lebih optimal.
581
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Secara yuridis pemerintah kabupaten/kota
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
pendidikan terbaik bagi masyarakatnya. Undang-
penghasilan
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme-
ke ahli an, kema hira n a tau keca kapa n ya ng
rintah Daerah secara tegas menyatakan bahwa
memenuhi standar mutu atau norma tertentu,
pendidikan adalah urusan wajib, pemerintah
yang bisa diperoleh melalui pendidikan profesi.
kabupaten/kota. Sebagai sebuah urusan wajib,
Dalam konteks guru sebagai profesional, guru
maka aspek yang mel ingkupi pemb angunan
harus memiliki kemampuan khusus, sehingga
pe ndid ikan har us m enj adi tang gung jaw ab
pr ofesiona lisa si g uru memp unya i be bera pa
pemerintah kabupaten/kota. Oleh karena itu,
karakteristik, yaitu kode etik, pengetahuan yang
sejalan dengan semangat otonomi daerah, Pasal
ter orga nisir, ke ahlia n dan kom petensi yang
14 (f) Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004
bersifat khusus, tingkat pendidikan minimal yang
menekankan bahwa pengelolaan guru menjadi
dipersyaratkan, sertifikat keahlian, proses untuk
tanggung jawab Pemerintah Daerah, termasuk
memperoleh profesi tersebut, tindakan disiplin dan
upaya-upaya untuk meningkatkan profesiona-
batasan dalam menjalankan profesi (Karsidi,
lisme guru. Oleh karena itu pemerintah kabupaten/
2005).
kehidup an
y ang
meme rluk an
kota berkewajiban untuk mendorong, bahkan
Pemerintah juga telah mengakui bahwa guru
membiayai, guru-guru yang ada di wilayahnya
di Indonesia merupakan tenaga profesional. Hal
untuk mengikuti pendidikan lanjut agar kualifikasi
ini termaktub dalam Undang-Undang Nomor 14
pendidikan akademik yang dipersyaratkan dapat
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal
terpenuhi.
1, di nyat akan bahwa g uru adal ah p endi dik profesional pekerjaan yang memerlukan keahlian,
Profesionalisme Guru
kemahiran, kecakapan yang memenuhi standar
Secara umum, profesi diukur berdasarkan pada
mutu dan memerlukan pendidikan profesi. Pasal
kepentingan dan tingkat kesulitan yang dimiliki
2 menyebutkan bahwa guru professional ini
(Karsidi, 2005); yang kemudian istilah profesional
me liputi g uru yang mengaja r pa da j enja ng
ditujukan kepada orang yang mendapat upah
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
atau gaji dari apa yang dikerjakan, baik hasil
pendidikan anak usia dini (PAUDNI); dan guru
pekerjaan tersebut dikerjakan secara sempurna
sebagai tenaga profesional ini dibuktikan dengan
atau tidak (Yamin, 2007). Sementara itu istilah
sertifikat pendidik. Selanjutnya, dalam Pasal 4
profesionalisme kemudian merujuk pada “an ideal
di sebutkan bahwa k eduduka n guru sebag ai
to which individuals and occupational groups aspire,
tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan
in order distinguish themselves from other worker”
martabat dan peran guru sebagai agen pem-
(Prate and Rury, 1991 dalam Shon, 2006). Shon
belajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan
menyatakan bahwa profesionalisme mempunyai
nasional.
beberapa karakteristik, yaitu: 1) mempunyai
Sel anjutnya ,
me nurut
Undang -Und ang
pengetahuan tertentu (expert knowledge) yang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
membedakannya dengan kelompok lain, sehingga
Guru dan Dosen, diamanatkan juga, guru pro-
pekerjaan profesional harus ditunjang oleh suatu
fesional harus memenuhi empat kompetensi guru,
ilmu tertentu secara mendalam yang hanya
yaitu: 1) kompetensi pedagogis, yaitu kemam-
mungkin diperoleh dari lembaga pendidikan yang
puan mengelola pembelajaran yang meliputi
sesuai sehingga kinerjanya didasarkan pada
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertang-
dan
gungjawabkan secara ilmiah; 2) memiliki otonomi
konseling, evaluasi, dan pengembangan peserta
dalam menjalankan profesinya sebagai profe-
didik untuk mengaktualisasikan berbagai poten-
sional; dan 3) memiliki komitmen terhadap
sinya; 2) kompetensi kepribadian, berkenaan
kesejahteraan atau ketercapaian tujuan dari
dengan kemantapan, kestabilan, kedewasaan,
clientnya dalam menggunakan jasa profesional
kearifan, dan kewibawaan guru/konselor. Guru
tersebut. Lebih lanjut, menurut Sanjaya (2009)
yang mempunyai kompetensi kepribadian yaitu
582
pel aksa naan
pem bela jara n/bi mbingan
Lucia H. Winingsih, Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
guru yang mempunyai kepribadian yang mantap,
dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa,
tentang guru dan Dosen.
berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta
pengembangan kompetensi guru yang dilak-
didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja
sanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap,
sendiri ,
da n
da n
me ngem bang kan
diri
secara
be rkel anjutan
Pengertian PKB ialah
untuk
me ning katk an
berkelanjutan; 3) kompetensi profesional, yaitu
profesionalitasnya (BPSDM, 2011:1). Berdasarkan
ber kait an d enga n ke mamp uan peng uasa an
Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang
materi pembelajaran secara luas dan mendalam
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
yang memungkinkannya membimbing peserta
Guru dan Angka Kreditnya, Penilaian Kinerja Guru
didik memenuhi standar kompetensi; dan 4)
(PK Guru) merupakan bagian terpenting dalam
kompetensi sosial terkait erat dengan kemam-
penetapan jabatan fungsional guru. PK Guru
puan berkomunikasi secara efektif dengan peserta
merupakan sebuah proses penilaian pencapaian
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
tentang petunjuk kerja guru pada masa lalu atau
orangtua siswa, dan masyarakat. yaitu meru-
saat ini dan tentang potensi masa depan guru
pakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
yang bermanfaat dan mempunyai kontribusi
masyarakat.
ter hada p
ke majuan
d an
k uali tas
sekolah
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik
(Permendiknas Nomor 35/2010). Jadi kinerja guru
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
adalah proses atau hasil yang diraih seorang guru
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki ke-
atas tugas yang diberikan kepala sekolah sesuai
mampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
dengan tanggungjawabnya. Oleh karena itu, PK
nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan
Guru akan merupakan cara untuk menjaga pro-
di atas, yaitu tingkat pendidikan minimal yang
fesionalitas guru dalam melaksanakan tugasnya,
har us d ipenuhi oleh seora ng p endid ik y ang
dan di samping itu PK Guru juga akan memberi
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
dampak pada pembinaan karir, peningkatan
kea hlia n
kompetensi dan pemberian tunjangan profesi
ya ng
r elev an
sesua i
ke tent uan
perundang-undangan yang berlaku.
guru. Secara lebih tegas, Peraturan Menteri PAN
Pembinaan Karir Guru
dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
Dalam kaitannya dengan karir, karir guru merujuk
tersebut menyebutkan bahwa seorang guru harus
pada pencapaian secara bertahap dari posisi
memenuhi beberapa syarat, yaitu: 1) mempunyai
jabatan dalam struktur jabatan guru atau jabatan
kualifikasi pendidikan S1/D4 dan Pendidikan
guru secara fungsional, yang berawal dari tingkat
Profesi Guru (Sertifikat Profesi/seritifikasi); 2)
atau golongan terendah sampai pada tingkat atau
me ngik uti Prog ram Induksi dan Pend idik an
golongan teratas. Oleh karena itu, seperti di-
Pelatihan Pra-Jabatan (CPNS guru); 3) melalui
se butk an d alam Per aturan Ment eri Pend a-
empat jabatan fungsional guru (Pertama, Muda,
yag unaa n Ap arat ur N egar a da n Re form asi
Madya, Utama); 4) mempunyai beban mengajar
Birokrasi (RB) Nomor 16 Tahun 2009, karir guru
24 jam–40 jam tatap muka per minggu atau
berkaitan erat dengan penjenjangan jabatan
membimbing 150-250 konseling per tahun; 5)
seorang guru, yang mempunyai unsur-unsur, yaitu
be rada di bawa h instansi p embi na J abat an
sertifikasi guru, pelatihan per jenjang bagi guru,
Fungsional Guru, yaitu Kementerian Pendidikan
penilaian per jenjang dan pengembangan profesi
dan Kebudayaan; 6) melalui peningkatan karir guru
guru yang meliputi pengembangan diri, publikasi
yang ditetapkan melalui penilaian angka kredit
ilmiah dan karya inovatif yang dihasilkan oleh guru
oleh Tim Penilai; 7) mempunyai jumlah angka
yang bersangkutan.
kredit, yang terdiri dari unsur utama, yaitu
Kebijakan pemerintah terkait pembinaan dan pengemb anga n
ka rir
guru
ter sebut
Pendidikan, PK GURU, dan PKB sebesar kurang
le bih
lebih 90% dan unsur penunjang sebesar kurang
diarahkan untuk pengembangan keprofesian
lebih 10%; 8) melalui penilaian kinerja guru yang
berkelanjutan (PKB), seperti yang diamanatkan
dilakukan setiap tahun (formatif dan sumatif); dan
583
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
9) nilai kinerja guru tersebut bila dikonversikan
Tugas Pokok dan Fungsi Pemda, LPMP, dan
ke dalam angka kredit harus dicapai (125%,
P4TK terkait Guru
100%, 75%, 50%, 25%).
Peran Pemda, LPMP, dan P4TK terkait guru antara
Upa ya-up aya p engem bang an ka rir y ang
lain di atur dalam Undang-Undang Nomor 14
dilakukan harus dapat meningkatkan kompetensi
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada Pasal
guru, agar karir seorang guru berkembang secara
33 disebut kan bahw a p enentuan keb ijak an
maksimal. Upaya-upaya tersebut antara lain
strategis dalam pembinaan dan pengembangan
dilakukan dengan cara: 1) menghadiri/berpar-
profesi guru dilakukan oleh Pemerintah dan
tisipasi da lam forum at au k egia tan ilmi ah
pemerintah daerah. Lebih lanjut, dalam Pasal 34,
profesional (seminar, simposium, pelatihan, dan
dinyata kan bahw a Pe meri ntah dan Pem da
lain-lain); 2) membuat karya tulis ilmiah/populer,
mem puny ai k ewaj iban unt uk m embi na d an
karya seni, karya teknologi; dan 3) melaksanakan
mengemb angk an k uali fika si a kade mik dan
penelitian/pengkajian kerja profesional baik
kompetensi guru; dan oleh karena itu Pemerintah
individual maupun kolaboratif, misalnya dengan
da n
melakukan Lesson Study, Penelitian Tindakan
menyediakan anggaran peningkatan profesi-
Kelas (PTK) atau penelitian jenis lainnya. Pengem-
onalit as d an p enga bdia n guru p ada satuan
bangan karir guru akan mengarah pada penjen-
pendidikan/sekolah. Pemerintah Pusat adalah
jangan jabatan dan pangkat guru, yaitu: 1)
Kem endi kbud dan Pem erintah daer ah y ang
Pertama gol III/a dan III/b; 2) Muda. gol III/c dan
di maksud a dala h pe mer inta h pr ovinsi d an
III/d; 3) Madya gol IV/a, IV/b dan IV/c; dan Utama,
kabupaten/kota
Pe mda
memp unya i
k ewaj iban
unt uk
gol IV/d dan IV/e. Di samping itu, dalam pe-
Berdasarkan Permendiknas Nomor 8 Tahun
ngembangan karir guru ini, harus pula diperhi-
2007, P4TK mempunyai tugas untuk melak-
tungkan bahwa: 1) Guru harus berlatar belakang
sanakan tugas penge mbangan dan pember-
pendidikan S1/D4 dan mempunyai Sertifikat
dayaan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai
Pendidik; 2) Guru mempunyai empat jabatan
dengan bidangnya. Di samping itu, P4TK juga
fungsional (Guru Pertama, Guru Muda, Guru
bertugas untuk menyusun program pengem-
Madya, Guru Utama); 3) Beban mengajar guru
bangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga
adalah 24 jam–40 jam tatap muka/minggu atau
kependidikan; meningkatkan kompetensi pendidik
membimbing 150 konseli/tahun; 4) Guru dinilai
dan tenaga kependidikan; mengevaluasi program
kinerjanya secara teratur (setiap tahun) melalui
dan fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik
Penilaian Kinerja Guru (PK Guru); 5) Guru wajib
dan tenaga kependidikan. Di bidang program,
mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelan-
P4TK juga mempunyai tugas untuk melaksanakan
jutan (PKB) setiap tahun; 6) PKB harus dilak-
penyusunan dan pengembangan program, serta
sanakan sejak III/a, dan sejak III/b guru wajib
pengelolaan informasi kompetensi pendidik dan
mel akuk an p ubli kasi ilm iah dan/ atau kar ya
tenaga
inovatif; 7) Untuk naik dari IV/c ke IV/d guru wajib
peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
melakukan presentasi ilmiah; 8) Peningkatan karir
kep endi dika n; p enge mbangan mode l-model
guru ditentukan oleh perolehan angka kredit; 9)
peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
Perlu konversi hasil PKG dan PKB ke angka kredit;
kependidikan. Pada saat ini 5 P4TK di seluruh
10) Perolehan angka kredit dari PKG dan PKB
Indonesia, yaitu P4TK IPS/PKN di Malang, P4TK
merupakan satu paket; 11) Perolehan angka
Matematika di Yogyakarta, P4TK Tehnik dan Mesin
kredit setiap tahun ditetapkan oleh Tim Penilai;
Industri di Medan, P4TK IPA/Biologi di Bandung,
12) Penghargaan angka kredit adalah 125% (amat
dan P4TK Bahasa di Sawangan, Jakarta.
kepe ndid ikan;
me nyusun
p rogr am
baik), 100% (baik), 75% (cukup), 50% (sedang),
Adapun LPMP, berdasarkan pada Permen-
dan 25% (kurang); 13) Jumlah angka kredit
diknas Nomor 7 Tahun 2007 mempunyai tugas dan
diperoleh dari: Unsur utama (Pendidikan, PK Guru,
fungsi, antara lain: i) melaksanakan penjaminan
PKB)
mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah
>
9 0%,
Unsur
(Permenagpan, 2009).
p enunjang
<10 %
termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat di provinsi
584
Lucia H. Winingsih, Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
be rdasarka n ke bija kan Ment eri Pend idik an
mendukung data FGD tersebut dilakukan juga
Nasional; ii) melakukan pemetaan mutu pen-
kajian dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan
didikan dasar dan menengah termasuk TK, RA,
antara periode Juli-Sepetember 2012. Populasi
atau bentuk lain yang sederajat; pengembangan
dalam penelitian ini yaitu seluruh pemda, LPMP
dan pengelolaan sistem informasi mutu pen-
dan P4TK di Indonesia. Sampel daerah atau lokasi
didikan dasar dan menengah termasuk TK, RA,
st udi
atau bentuk lain yang sederajat; iii) melakukan
mempertimbangkan keberadaan P4TK dan LPMP.
supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah
Sampel provinsi dipilih berdasarkan keberadaan
termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat
P4TK, yang kemudian terpilih 4 (empat) provinsi;
dalam pencapaian standar mutu pendidikan
dan provinsi ya ng l ain dipi lih berd asar kan
nasional; iv) fasilitasi sumberdaya pendidikan
keberadaan LPMP, dengan mempertimbangkan
terhadap satuan pendidikan dasar dan menengah
keterwakilan geografis, dan sampel Pemda dipilih
termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat
dalam lingkup provinsi yang terpilih, berdasarkan
dalam penjaminan mutu pendidikan. LPMP berada
pada kedekatan jarak dengan keberadaan P4TK.
di setiap provinsi di Indonesia, dengan lingkup
Daerah sampel yang terpilih yaitu Kota Malang
kerjanya meliputi seluruh provinsi di mana LPMP
(P4TK IPS/PKN), Yogyakarta (P4TK Matematika),
tersebut berada.
Kota Medan (P4TK Tehnik dan Mesin Industri), Kota
dite ntuk an secara
purposif,
deng an
Atas dasar uraian tugas pokok dan fungsi
Semarang (kedekatan dengan P4TK Matematika
ketiga institusi tersebut di atas dapat disimpulkan
Yogyakarta); dan daerah sampel yang hanya
bahwa baik pemerintah, provinsi, dan pemerintah
mempunyai LPMP yaitu: Kota Makasar, Kota
daerah mempunyai tugas dan fungsi terkait
Kupang , da n Kota Ponti anak , se pert i ya ng
dengan pembinaan guru di daerahnya masing-
digambarkan pada Tabel 1.
masing.
Responden dalam studi ini dipilih secara purposif, yaitu berdasarkan keterwakilan dari
Metode Penelitian
lembaga yang menjadi fokus kajian yaitu Pemda,
Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
LPMP, dan P4TK di sampel lokasi. Responden dari
Pengumpulan data dilakukan dengan menggu-
masing-masing lokasi penelitian terdiri dari 2 orang
naka n Focus Group Discussin (FGD). Unt uk
dari LPMP, 2 orang dari P4TK, Pengawas SMP dan
Tabel 1. Lokasi dan Responden Peserta FGD Lokasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kota Malang, Jawa Timur Kab. Sleman, D.I.Yogyakarta Kota Medan, Sumatra Utara Kota Makasar, Sulawesi Selatan Kota Kupang, NTT Pontianak, Kalimantan Barat Kota Semarang, Jawa Tengah
Institusi Pemda V V V V V V V
LPMP V V V V V V V
P4TK IPS/PKN Matematika IPA -
Responden di masing-masing Lokasi 1.
Pemda (Dinas Pendidikan )= 2 orang (Total 14 orang)
2.
LPMP = 2 orang (Total 14 orang)
3.
P4TK = masing-masing 2 orang (Total 8 orang)
4.
Kepala sekolah SMP (Ketua KKS) = 1 orang
5.
Kepala sekolah SMA (Ketua KKS) = 1 orang
6.
Pengawas SMP 2 orang dan Pengawas SMA 2orang
7.
Guru= KKG dan MGMP (terdiri dari guru IPA SMP, IPS SMP, Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris SMP, Biologi/Fisika/Kimia SMA, Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris SMA, Ekonomi/Geografi SMA = 6 orang (Total 61 orang guru).
585
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Pengawas SMA, Kepala sekolah SMP dan kepala
Berdasarkan pada Gambar 1 terlihat bahwa
sekolah SMA, dan 6 orang guru yang mengajar
dengan diimplementasikannya kebijakan desen-
mata pelajaran yang di ujikan dalam Ujian Nasi-
tralisasi pendidikan tampak bahwa Pemerintah
onal (UN) dan yang sekaligus menjadi pembina
Pusat, Provinsi, dan Daerah masing-masing mem-
Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru
punyai pera n untuk peng emba ngan profe-
Mata Pelajaran (MGMP). Berdasarkan pada asumsi
sionalisme dan karier guru. Pemerintah Pusat
bahwa guru senior dan berpengalaman akan
melalui P4TK melakukan pemberdayaan dan
mempunyai pengetahuan lebih tentang pening-
pengembangan PTK sesuai bidangnya; Peme-
katan profesionalitas dan karir guru, maka res-
rintah provinsi melalui LPMP melakukan penja-
ponden guru dipilih berdasarkan pada indikator
minan mutu dan fasilitasi peningkatan kompetensi
tersebut, sedangkan Kepala sekolah SMP dan
guru; sedangkan Pemerintah Daerah melakukan
Kepala Sekolah SMA dipilih dari sekolah asal guru
pembinaan dan pengembangan karir guru. Dari
yang te rpil ih m enja di r esponden mengaja r.
ketiga lembaga tersebut kemudian dicari peran
Dem ikia n juga d enga n Pe ngaw as SMP d an
masing-masing dalam peningkatan dan pengem-
Pengawas SMA berasal dari sekolah yang sama
bangan profesional guru, yang difokuskan pada
dengan kepala sekolah terpilih tersebut.
peranan mereka dalam peningkatan kualifikasi
Di setiap lokasi, FGD dibagi dalam 2 kelompok.
pendidikan guru, pemenuhan kewajiban jumlah
Kelompok pertama terdiri atas nara sumber yang
mengajar guru, dan upaya-upaya pengembangan
berasal dari Pemda/Dinas Pendidikan, LPMP, P4TK
profesi guru.
dan Pengawas tingkat SMP dan SMA; sedangkan
Data yang terkumpul dari FGD merupakan
FGD kelompok kedua terdiri atas guru dan kepala
data kualitatif yang berisi narasi dari setiap
sekolah. FGD dilakukan dengan menggunakan
diskusi. Data tersebut dianalisis dengan meng-
pedoman FGD yang disusun berdasarkan pada
gunakan metode analisis data kualitatif, yaitu
variabel-variabel yang digunakan untuk men-
dengan melakukan kategorisasi, reduksi, dan
jawab tujuan kajian, seperti yang digambarkan
deskripsi berdasarkan pada variabel penelitian.
ada Diagram 1.
Kemudian, data disajikan dalam bentuk uraian/ deskripsi masing-masing komponen atau variabel di setiap tujuan dari kajian ini. Analisis temuan
Kebijakan Desentralisasi Pendidikan
dilakukan berdasarkan pada 3 (tiga) variabel yang dicari dalam kajian ini, yaitu peran pemda, P4TK
Pusat P4TK Pemberdayaan dan pengembangan PTK sesuai
Provinsi
Kompetensi Guru
Disdik Karir Guru
Pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
Diagram 1. Kerangka Berfikir
586
Guru Profesional
LPMP
Penjaminan mutu dan fasilitasi peningkatan kompetensi PTK
Pemda
Pengembangan Profesional Guru
1. Kualifikasi pendidikan 2. Pembelajaran (24Jam mengajar 3. Pengembangan profesi 4. Sertifikasi
Lucia H. Winingsih, Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
dan LPMP dalam pengembangan profesionalimse
guru SD ya ng b elum me menuhi k uali fika si
guru, terutama yang terkait langsung dengan
pendidikan jenjang strata 1 (S1). Sebagai contoh,
pengembangan kualifik asi p endidi kan guru;
masih ada sekitar 500 orang guru SD di masing-
pem enuhan j umla h ke waji ban juml ah j am
masing Kota Makasar dan Kota Medan yang belum
mengajar guru, dan pengembangan profesi guru.
memenuhi kualifikasi pendidikan setingkat S1.
Sertifikasi guru tidak termasuk dalam kajian ini.
Oleh karena itu, Pemda masih terus berusaha se taha p de mi setahap untuk me ning katk an
Hasil Kajian dan Pembahasan
kualifikasi pendidikan guru yang yang masih
Peran Pemda, P4TK, dan LPMP dalam
belum memenuhi persyaratan.
Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru
Selanjutnya, P4TK sebagai Unit Pelayanan
Berdasarkan hasil FGD, diperoleh informasi dan
Teknis Kemdikbud di daerah, lebih mendukung
data bahwa sebagai respon atas persyaratan
program peningkatan kualifikasi pendidikan guru
kualifikasi pendidikan guru S1/D4 seperti yang
dengan melakukan sosialisasi atau pendidikan dan
ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan
pelatihan (Diklat) bagi guru mata pelajaran sesuai
Dosen Nomor 14 Tahun 2005, maka Pemda/dinas
dengan fokus program-program yang diadakan
pendidikan meresponnya dengan melakukan
oleh P4TK. P4TK tidak terlibat dalam pemberian
upaya-upaya peningkatan kualifikasi pendidikan
beasiswa, namun lebih pada pemberian bantuan
bag i guru y ang belum me ncap ai S1/D4 di
pembelajaran. P4TK Malang, misalnya, melakukan
daerahnya. Berbagai upaya tersebut bertujuan
sosialisasi pada kabupaten dan kota yang terlibat
untuk memenuhi standar kualifikasi pendidikan
dalam program Better Education through Reformed
para pendidik (guru) sesuai dengan Undang-
Management and Universal Teacher Upgrading
Undang Guru dan Dose n, sekaligus sebagai
(Progra m BERMUTU), y ang bertujua n untuk
pem enuhan
mengikuti
meningkatkan mutu pendidikan. Selain melalui
pendidikan profesi guru, serta meningkatkan
dinas p endi dika n, d i ti ngka t se kola h, p ara
kompetensi guru. Para responden berpendapat
pengawas juga melakukan sosialisasi melalui
bahwa semakin banyak guru yang bersertifikasi
forum
menandakan guru di daerahnya telah mempunyai
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) agar
kompetensi yang dipersyaratkan. Sebagai contoh,
guru yang belum memenuhi standar kualifikasi
Kota Malang mentargetkan pada tahun 2012
pendidikan segera menempuh pendidikan untuk
seluruh guru, baik guru swasta maupun negeri,
mencapai S1/D4 sehingga bisa mengajukan
har us m empunyai tingkat
pendidi kan S1;
serifikasi. P4TK juga mendorong agar guru yang
sedangkan di Kota Medan dan Kota Makasar, baik
berprestasi yang telah mencapai pendidikan S1
guru SMP maupun SMA hampir seluruhnya telah
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
S1. Sementara itu, daerah sampel yang lain
lebih tinggi, yakni S2 atau S3 bagi yang telah
berusaha untuk “menuntaskan” seluruh guru agar
mencapai tingkat pendidikan S2. Adapun LPMP,
mencapa i kualif ikasi pe ndid ikan gur u ya ng
ti dak bany ak b erpe ran dal am p eningkat an
dipersyaratkan. Usaha Pemda untuk mening-
kualifikasi pendidikan guru. Hal ini terkait dengan
katkan kualifikasi pendidikan ini dilakukan, antara
tidak tersedianya dana beasiswa dari LPMP untuk
lain dengan pemberian beasiswa untuk biaya
peningkatan kualifikasi pendidikan guru. Walaupun
pendidi kan S1/D4 , se kali gus d ukungan dan
tidak semua, dinas pendidikan tingkat provinsi
bantuan teknis, misalnya memberi kemudahan
berperan juga dalam pemberian beasiswa untuk
untuk meninggalkan sekolah agar guru bisa
peningkatan kualifikasi pendidikan guru, misalnya
melanjutkan pendidikan sesuai dengan yang
di Sumatra Utara.
p ersy arat an
untuk
Kelompok
Ker ja
Guru
(KK G)
d an
dipersyaratkan. Pemda melalui Dinas Pendidikan
Dari hasil kajian menunjukkan bahwa ketiga
jug a me lakukan kerj a sa ma d enga n LPTK
institusi tersebut turut berperan dalam pening-
(Perguruan Tinggi), agar guru bisa melanjutkan
katan kualifikasi pendidikan guru, namun bentuk
pe ndid ikan dengan persyara tan yang tel ah
peran dan keterlibatan mereka berbeda satu
ditetapkan. Permasalahan yang masih dihadapi
sama lain. Hal ini sesuai dengan kewenangan
oleh Pemda, yaitu masih cukup besarnya jumlah
masing-masing institusi tersebut. Di samping itu,
587
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
masing-masing institusi melakukan koordinasi,
seb agai respon dari dib erla kuka nnya Sur at
namun tidak secara intensif, koordinasi dilakukan
Keputusan Bersama (SKB) Lima (5), yaitu Menteri
hanya bila diperlukan, misalnya ketika P4TK akan
Pendidikan Nasional, Menteri Pendayagunaan PAN
menentukan peserta pendidikan dan pelatihan,
dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri,
P4TK akan berkoordinasi dengan Pemda, demikian
Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/
juga halnya dengan LPMP.
X/PB/2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri, yang mengamanatkan
Peran dalam Bimbingan Pembelajaran
untuk diadakannya penataan kembali guru saat
Peran dalam bimbingan pembelajaran di sini
ini agar guru yang ada ditempatkan sesuai dengan
mengacu pada peran dalam memberikan bim-
bidangnya, dan agar dilakukan distribusi guru
bingan kepada guru untuk mencapai pemenuhan
sesuai dengan kebutuhan sekolah.
tugas pembelajaran yang harus dilakukan dan
Ketiga, dalam hal pembinaan terhadap tugas
dipenuhi oleh guru, yaitu terpenuhinya tugas
pem bela jara n
Di nas
Pend idik an
mengajar 24 jam/miggu untuk mengajar di kelas.
mel aksa naka nnya
Peran tiga institusi tersebut dalam pembelajaran
ke giat an, anta ra l ain dengan meng adak an
berbeda satu sama lain. Bila pembelajaran di-
pendidi kan
artikan sebagai proses belajar, maka peran P4TK
pendampingan terkait dengan materi dan proses/
dan LPMP relatif lebih besar dibanding peran
me tode pem bela jara n, kine rja guru ser ta
Pemda. Namun, bila pembelajaran merujuk pada
peningkatan profesi guru yang berkelanjutan,
pengelolaan pembelajaran, maka Pemda mem-
termasuk pengembangan diri dan publikasi ilmiah.
punyai peran yang cukup besar, antara lain
Kegiatan tersebut dilakukan melalui KKG/MGMP
sebagai berikut.
dan Program Diklat khusus. Kegiatan monitoring
dal am
umumnya
b erba gai
dan p elat ihan,
bent uk
wor kshop,
da n
Pertama, pemenuhan 24 jam mengajar/
dan evaluasi oleh pengawas sekolah bagi guru
mi nggu. Up aya yang di lakukan oleh Dinas
ke las maup un g uru mat a pe laja ran seca ra
Pendidikan agar guru memenuhi jam mengajar (24
indivi dual dan kel omp ok
jam/minggu) dengan cara: 1) melakukan peme-
meningkatkan mutu pembelajaran guru terkait
taan terhadap guru menurut pendidikan, status
dengan peng emba ngan pem bela jara n ya ng
sertifikasi dan penugasan guru (per individu guru),
kr eati f
antara lain untuk memastikan penugasan guru
memanfaatkan Teknologi dan Informasi (TI). Dinas
pada setiap sekolah; 2) Pengawas Sekolah mela-
Pendidikan, Kota Malang atau Kota Makasar,
kukan Monitoring dan Evaluasi (ME) mencakup
misalnya juga mengupayakan mengikutsertakan
pelaksanaan tugas Guru; dan 3) memberikan
guru yang potensial dalam berbagai Diklat kinerja
solusi terhadap hambatan pelaksanaan tugas
dan keprofesian guru, baik yang dilaksanakan oleh
guru yang menemui kesulitan untuk bertugas 24
berbagai instansi maupun lembaga di pusat dan
jam p er minggu dan melak ukan pemb inaan
di daer ah. Guru-gur u te rseb ut selanjutnya
terhadap guru yang melalaikan tugasnya.
dijadikan instruktur dalam pembinaan dan Diklat
Kedua, terkait dengan upaya untuk mena ngani guru y ang mengaja r ti dak sesuai
da n
inovat if,
d iara hkan unt uk
kont ekst ual
deng an
Dinas Pendidikan maupun sebagai pendamping dalam kegiatan di KKG dan MGMP.
( mismatch), Dinas Pendidikan menetapkan model
Peran P4TK dalam pembimbingan pembe-
guru mata pelajaran serumpun. Namun, untuk
lajaran lebih pada meningkatkan kemampuan
mata pelajaran yang termasuk mata pelajaran
individu guru yang dilaksanakan melalui program
ujian nasional (UN) tetap harus diajarkan oleh
unt uk m eningkat kan komp etensi m enga jar
guru yang sesuai latar belakang pendidikannya.
(kompetensi pedagogis) para guru. Misalnya, P4TK
Selain itu, Dinas Pendidikan di daerah penelitian
IPS/PKN Mal ang mela kuka n pe mbim bing an
juga sedang redistribusi terbatas dengan tujuan
pembelajaran melalui pendidikan dan pelatihan
aga r pe nyeb aran gur u me rata pad a se mua
(Diklat) jenjang dasar, lanjut, tinggi, untuk 3
sekolah, baik yang berada di pusat maupun
program umum, yakni tentang: 1) Kebijakan terkini
pi nggi ran, sek alig us untuk me ngha pusk an
dan Nasional, 2) Program Pokok: Materi dan
terjadinya mismatch tersebut. Redistribusi ini juga
Pembelajaran (Pakem Silabus, RPP, alat evaluasi);
588
Lucia H. Winingsih, Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
dan 3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun
hal pengembangan karier, dilaksanakan diklat
program penunjang, dilaksanakan diklat tentang
tentang strategi pengumpulan angka dan kredit,
pengelolaan MGMP, media pembelajaran (IT), atau
cara pencapaian dan perhitungannya; diklat
program lain yang disesuaikan dengan kebutuhan
tentang penulisan karya ilmiah dan publikasi ilmiah
para guru. Selain itu, dilaksanakan pula Diklat
forum MGMP/KKG oleh sekolah. Biasanya dalam
Manajemen (pengawas bidang studi dan kelas
pelaksanaan kegiatan diklat tersebut bekerja
serta Kepala Sekolah) dan penguatan kepala
sama dengan perguruan tinggi setempat (LPTK)
sekolah.
serta memberdayakan fasilitator guru yang telah
Secara nasional telah 90 persen daerah (kota/
ditatar materi tersebut. Untuk meningkatkan
kabupaten) mengikutsertakan guru untuk pen-
kompetensi guru dalam pembelajaran, diklat juga
didikan dan pelatihan di beberapa P4TK, dan guru
mencakup pembelajaran berbasis IT, penyusunan
yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan
KTSP, program induksi, inovasi pendayagunaan
ter sebut di hara pkan dap at m engi mbaskan
media dalam pembelajaran dan pembelajaran
pengalaman dan hasil pendidikan dan pela-
untuk semua. Dalam penyelenggaraannya, selain
tihannya kepada guru lainnya melalui KKG/MGMP
dengan LPTK, Dinas Pendidikan seringkali bekerja
dan forum lainnya. Hal ini perlu dilakukan meng-
sama dengan P4TK dan LPMP. Peserta diklat
ingat pada realisasinya tidak semua guru bisa
umumnya para guru yang telah S1 dan dinilai
me ngik uti Dikl at y ang diad akan ole h P4 TK
memiliki prestasi, komitmen, dan kedisiplinan. Ini
tersebut. Di Jawa Timur misalnya, masih ada dua
di perl ukan
kota yang belum terjangkau oleh diklat yang
umumnya diwajibkan untuk mengimbaskan hasil
diadakan oleh P4TK, yakni Banyuwangi dan
diklatnya kepada para guru di sekolahnya melalui
Bondowoso. Agar standar mutu proses pem-
KKG/MGMP dan forum lainnya.
menging at
guru-gur u
te rseb ut
belajaran tercapai sesuai dengan pembekalan
Kedua, berupa pembinaan yang bersifat
dalam diklat, maka P4TK melakukan monitoring dan
kolektif, hampir seluruh Dinas Pendidikan berperan
ev alua si k e da erah untuk meng etahui d an
dalam mengembangkan gugus KKG dan MGMP
mem asti kan apak ah p rogr am p engi mbasan
untuk melakukan pembinaan karier dan profe-
dilaksanakan sesuai dengan rencana. P4TK juga
sionalisme guru melalui berbagai macam kegiatan.
mela kukan monitor ing da n evaluasi de ngan
Misalnya, Pemda Kota Malang dan Kota Medan
mencari data dan informasi, baik kepala sekolah,
set iap
guru maupun siswa.
pengembangan KKG MGMP secara bergilir. Pemda
tahun te lah
meng angg arka n
hi bah
memberikan hibah block grant untuk pelaksanaan Peran dalam Pengembangan Keprofesian
MGMP sebesar 28 juta rupiah per tahun, untuk
Berkelanjutan (PKB)
16 kali pertemuan per mata pelajaran tertentu
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
melibatkan pengawas SMP dan SMA serta nara
guru, antara lain mencakup kegiatan pengem-
sumber dari LPTK. Lebih lanjut, pada tingkat SD
bangan diri, pembinaan kolektif, publikasi ilmiah,
di Kota Malang, melalui KKG para guru juga diberi
dan pengembangan karya inovatif. Secara umum,
bekal untuk mengadakan pengembangan model
Pemda melakukan upaya-upaya pengembangan
pe mbel ajar an y ang inovati f da lam rang ka
keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi guru untuk
mendukung sekol ah m odel di ting kat SD.
meningkatk an kompetensinya. U paya-upaya
Pembinaan kolektif lainnya yaitu pengembangan
tersebut, antara lain sebagai berikut.
keprofesian berkelanjutan terkait dengan peren-
Pertama, pada aspek pengembangan diri,
canaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
upaya pengembangan diri dalam rangka pembi-
dengan memperhatikan iptek, bentuk-bentuk
naan karier dan profesionalisme guru diketahui
inovasi da n pe nday agunaan inf orma si d an
telah diupayakan oleh Dinas Pendidikan di seluruh
tehnologi (IT).
lokasi penelitian. Upaya ini berbentuk pengadaan
Ketiga, publikasi ilmiah. Kewajiban memenuhi
pendidikan dan pelatihan (diklat), workshop, dan
publikasi ilmiah bagi guru merupakan hambatan
seminar, baik terprogram secara regular maupun
terbesar yang dihadapi guru, terlebih bagi guru
dilaksanakan secara insidental. Misalnya, dalam
yang telah mencapai kepangkatan dan golongan
589
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
IV/a untuk naik ke pangkat IV/b. Banyak guru yang
Koordinasi Antarinstitusi dalam
terhenti kenaikan pangkatnya ke IV/b yang
Pengembangan Profesionalisme Guru
disebabkan karena tidak bisa memenuhi kewa-
Dalam upaya melaksanakan pembinaan terhadap
jiban publikasi ilmiah. Kondisi ini hampir terjadi di
tugas pembelajaran guru, Dinas Pendidikan
semua daerah. Secara umum yang dilakukan oleh
melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan
Dinas Pendidikan adalah memfasilitasi guru agar
instansi yang relevan dan terkait, LPMP di tingkat
memiliki kemampuan dalam Penyusunan Karya
pr ovinsi d an L PTK; ba hkan dengan Dirj en
Tulis Ilmiah (PKTI) dan program diklat lainnya,
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan
seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
Pe ning kata n Mutu Pendi dika n (PMP); ser ta
publikasi. Pada tahun 2011 misalnya, Dinas
Direktorat lain di Unit utama Kemdikbud. Namun,
Pendidikan Kota Malang melaksanakan Program
biasanya kerjasama hanya dilakukan bila ada
Bimtek Karya Ilmiah dan PTK terutama bagi guru
“p roye k” b ersa ma, sepe rti Pend idik an d an
yang telah mencapai golongan IV/a agar memiliki
Pelatihan atau pelatihan lain. Hal ini mungkin
kem ampuan untuk menulis, se hing ga b isa
disebabkan bahwa masing-masing lembaga ini
memenuhi kewajiban publikasi ilmiah. Selain itu,
mempunyai karakteristik dan tugas pokok dan
para guru diikutsertakan dalam Program Pem-
fungsi yang berbeda satu sama lain, sehingga
bimbingan Penulisan PTK online dengan internet
koordinasi yang terkait dengan pekerjaan yang
melalui bimbingan dosen dari LPTK setempat dan
sama sulit dilakukan. Walaupun begitu, jika
Widyaswara dari biaya bersumber APBN. Dalam
koordinasi dilakukan lebih intensif, mungkin
tingkat yang berbeda, Pemda yang lain juga
kebutuhan daerah akan lebih bisa terakomodasi
mel akuk an
dan apa yang ditawarkan oleh LPMP maupun oleh
p embi mbingan
penulisa n
PT K,
misalnya Kota Kupang, bahkan memberikan
P4TK akan sesuai dengan kebutuhan daerah.
bantuan kepada guru untuk melakukan penelitian PTK. Pembimbingan guru ini juga menjangkau
Sinergis dan Hambatan dalam Meningkatkan
bagi Guru TK dan PLB. Dalam upaya pelaksanaan
Profesionalisme Guru di Daerah
program peningkatan kemampuan menulis dan
Be bera pa
mempublikasikan, Dinas Pendidikan bekerja sama
melakukan kerjasama secara sinergis dalam
dan berkoordinasi dengan Kemendikbud (APBN),
upaya pembinaan dan pengembangan profesi
LPTK, Widyaiswara, dan sekolah antara lain dalam
guru sangat bervariasi , antara lain sebagai
pengadaan dan pengelolaan dana, seleksi dan
berikut. Pertama, hambatan dalam peningkatan
pengadm inistrasian,
kualifikasi guru antara lain adalah masalah dana,
ser ta
p enge mbangan
lanjutan. Di samping itu,
hamba tan
yang
dit emui
unt uk
motivasi guru, lokasi sekolah, dan ketersediaan P4TK ikut berperan melalui
universitas yang berkualitas di daerah. Kedua,
Diklat PKG melalui KKG dan MGMP program
distribusi guru yang kurang merata antara sekolah
Bermutu antara lain tentang: strategi pembe-
di kota dan di desa, dan antara sekolah yang
lajaran dan materi pembelajaran baru, pen-
ba gus dan kura ng b agus. Sekol ah d i kota
dalaman materi, serta pengembangan kurikulum.
cenderung mempunyai guru berlebih sedangkan
Dik lat
khusus
sekolah di desa cenderung kekurangan guru;
diselenggarakan satu tahun satu kali dan setiap
peng emba ngan
dir i
se cara
demikian pula sekolah yang bagus dan berada di
kota/k abup atensatu gur u te rsel eksi unt uk
kota cenderung kelebihan guru dan sekolah yang
nantinya menjadi instruktur di daerah. Selain itu,
kurang bagus dan berada di desa atau pinggiran
P4TK ikut serta dalam memfasilitasi guru agar
kota cenderung kekurangan guru. Hambatan ini
menguasai tatacara Penulisan Karya Ilmiah dan
diharapkan akan teratasi dengan dilakukannya
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), serta publikasi
redistribusi guru, yang dalam pelaksanaannya
melalui diklat baik di P4TK maupun Dinas Kota/
menghadapi banyak tantangan. Ketiga, belum
Kabupaten dengan memberikan bantuan tenaga
semua guru bisa memenuhi jumlah jam mengajar
widyaiswara dari instansinya.
sesuai yang ditentukan, yakni 24 jam mengajar. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, baik oleh guru yang bersangkutan,
590
Lucia H. Winingsih, Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
sekolah, maupun bantuan dinas pendidikan. Guru
Kedua, peran aktif Pemda dalam pembe-
yang dapat memenuhi jam mengajar dengan
laj aran yang te rlihat d ari upay a me menuhi
menambah jam pelajaran di sekolah lain merasa
tuntutan jumlah jam pembelajaran/mengajar guru
kelelahan karena masalah jarak sekolah dan
24 jam per minggu. Namun, tuntutan mengajar
fre kuensi m enga jar di b eber apa kela s. H al
24
tersebut dinilai menurunkan mutu pembelajaran.
tantangan karena untuk beberapa mata pelajaran
Bahkan ditemukan kasus, ada guru yang meminta
tidak bisa memenuhi jumlah tersebut. Selain itu,
surat kete rang an saja dari sek olah tanpa
banyak sekolah, terutama di kota, yang kelebihan
me laksanak an t ugas mengaja r ag ar d inil ai
guru sehingga tidak bisa terpenuhinya tuntutan
memenuhi tugas 24 jam mengajar. Keempat,
tersebut. Tuntutan ini juga mempunyai efek
ham bata n ya ng d ihad api P4TK leb ih p ada
samping yaitu guru atau sekolah berusaha apa
terbatasnya dana untuk pelatihan, sehingga tidak
saja agar jumlah jam mengajar guru terpenuhi,
mampu menjangkau seluruh kota/kabupaten dan
bahkan berbohong pun dilakukan. Ketiga, guru
kota. Selain itu, program/kegiatan P4TK seringkali
yang profesional seharusnya mempunyai karir
berbenturan dengan kegiatan dan waktu dari
yang baik dan guru yang berkarir baik seharusnya
instansi terkait lainnya, seperti program dinas
pr ofesiona l. Terka it d enga n pe ngem bang an
provinsi, dinas kota/kabupaten dan lembaga
profesional berkelanjutan, pada level guru IV/a
lainnya; dan kelima, hambatan dalam pengem-
banyak terjadi karir guru menjadi mandeg, karena
bangan diri dan pemenuhan kewajiban publikasi
ketidakmampuan guru untuk memenuhi kewajiban
ilmiah bagi guru, lebih disebabkan pada kemauan
ilmiahnya. Motivasi guru menulis masih sangat
atau keinginan guru untuk bisa lebih aktif dalam
rendah, dan stimulasi untuk menulis pun dianggap
pengembangan kemampuan ilmiah, yaitu ren-
tidak cukup memadai, sehingga sebagian besar
dahnya motivasi guru untuk meneliti dan menulis
guru tidak mampu meningkatkan karirnya setelah
meskipun telah mengikuti diklat penelitian maupun
mencapai golongan IV/a.
jam /minggu
ini
bany ak
m enga hada pi
penulisan ilmiah. Insentif yang kecil antara guru
Terakhir, bahwa Pemda tidak sendirian, tetapi
golong an I Va d an g uru gol onga n IVb juga
ada LPMP dan P4TK dalam memainkan perannya
menurunkan motivasi guru untuk menghasilkan
untuk peningkatan profesionalisme guru; namun
tulisan ilmiah.
oleh karena koordinasi yang belum efektif saat ini menyebabkan mereka sering berjalan sendiri-
Simpulan dan Saran
sendiri dan masing-masing tidak tahu apa yang
Simpulan
dilakukan oleh pihak lain.
Berdasarkan pada hasil analisis disimpulkan beb erap a
ha l
se baga i
be rikut.
Perta ma,
Saran
peningkatan kualifikasi pendidikan guru menjadi
Berdasarkan pada simpulan tersebut, beberapa
perhatian yang cukup besar bagi Pemda dan
saran kebijakan dapat dipertimbangkan untuk
stakeholder yang lain, dan terlebih-lebih bagi guru
meningkatkan peran Pemda dan stakeholder
yang bersangkutan. Pemerintah Daerah berusaha
terkait profesionalisme guru, yaitu sebagai berikut.
meningkatkan kualifikasi pendidikan guru di
Pertama, kerja sama antara Kemendikbud (P4TK
daerahnya, terutama guru di sekolah negeri;
dan LPMP), Pemda, dan PT dalam perencanaan,
nam un k enda la m asih dihadap i da lam hal
pe laksanaa n, d an e val uasi pem bina an d an
peningkatan kualifikasi guru di sekolah swasta.
pengembangan profesi serta karir guru agar lebih
Perhatian yang cukup besar pada peningkatan
efisien dan efektif dalam suatu koordinasi yang
kualifikasi guru ini merupakan respon positif atas
sinergis. Kedua, dalam upaya peningkatan kua-
upaya peningkatan profesionalisme guru, yang
li fika si
salah satu indikatornya adalah jenjang pendidikan
persyaratan minimal, maka perlu dipertimbangkan
paling tidak S1. Upaya ini bisa mengarah pada
PT yang dipilih oleh para guru dalam melanjutkan
credentialism, di mana orang atau daerah lebih
pendidikannya, sehingga tidak terkesan guru
berorientasi pada ijazah dan bukan pada kualitas.
hanya asal lulus untuk mendapatkan ijasah tanpa
p endi dika n
g uru
untuk
me menuhi
mempertimbangkan kualitas dari PT yang dipilih.
591
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Peningkatan kualifikasi pendidikan dalam rangka
re dist ribusi g uru sud ah sanga t me ndesak
peningkatan kualitas guru, tidak semata-mata
dijalankan, karena banyak guru menumpuk di
untuk alasan kesejahteraan, tetapi harus juga
pe rkot aan
didasarkan pada peningkatan kualitas guru, yang
sementara itu sekolah-sekolah di pinggiran dan
pa da a khir nya akan meningk atka n kualit as
pelosok yang masih perlu peningkatan justru
pendidikan secara menyeluruh.
mengalami kekurangan guru. Skema remunerasi
dan
di
sekolah- sekolah
bagus,
Kedua, keikutsertaan masyarakat dalam
bagi guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah
peningkatan kualifikasi guru dalam pembiayaan
dengan kondisi khusus, seperti jauh di pelosok
sendiri untuk meningkatkan kualifikasi pendi-
ata u se kola h de ngan mut u re ndah, pe rlu
dikannya perlu digali, baik oleh sekolah maupun
dipertimbangkan.
oleh Pemda, karena upaya peningkatan ini pada
Ketiga, pengembangan profesi guru yang
akhirnya akan bermuara pada mutu pendidikan
terkendala karena rendahnya motivasi menulis
secara menyeluruh. Selain beasiswa penuh,
gur u pe rlu dica ri solusinya , se hing ga b isa
pemda, provinsi atau Pusat bisa memperkenalkan
mengurangi menumpuknya guru-guru senior pada
skema lain dalam pembiayaan ini, seperti misalnya
golongan IV/a yang tidak mampu lagi untuk
loan y ang harus d ibay ar oleh gur u ya ng
meningkatkan karirnya. Banyak usulan yang
bersangkutan setelah lulus dari pendidikan.
muncul bahwa kondisi ini di kompensasi dengan
ha rus
masa kerja guru, misalnya guru yang tidak mampu
di lakukan deng an k eta t, d an b enar -benar
Ked ua,
memenuhi publikasi ilmiah tetapi sudah dalam
mempertimbangkan kebutuhan yang senyatanya,
jangka masa kerja tertentu maka bisa mendapat
sehingga bisa mengurangi kelebihan guru dan
kom pensasi
mismatch antara latar belakang pendidikan guru
kompensasi ini hanya diterapkan pada guru
dan mata pelajaran yang diajarkannya. Tanpa itu,
de ngan gol onga n IV/a m isal nya, dan tid ak
pemenuhan jumlah jam mengajar 24 jam guru
diterapkan pada golongan yang lebih rendah.
aka n
proses
te rkendala .
r ekrutmen
Be rsam aan
gur u
deng an
untuk
na ik
g olongan.
Sistem
i tu
Pustaka Acuan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2011. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru. http://www.ml.scrib.com Darling-Hammond, Linda. 1999. Teacher Quality and Student Achievement: A Review of State Policy Evidence. University of Washington: Center for the Study of Teaching and Policy. Fiske, Edward B. 1996. Decentralization of Education: Politics and Consensus. Washington DC: The World Bank. Karsidi, Ravik. 2005. Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Makalah diseminarkan dalam Seminar Nasional Pendidikan Dewan Pendidikan. Wonogiri, 23 Juli 2005. McGinn, N. and T. Welsh. 1999. Decentralization of Education: Why, When, What and How? Fundamentals of Educational Planning No. 64. France: International Institute for Educational Planning, UNESCO. Ministry of National Education. 2010. Indonesia Educational Statistics in Brief 2009/2010. Jakarta: Ministry of National Education. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomer 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungional Guru dan Angka Kreditnya.
592
Lucia H. Winingsih, Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 7 Tahun 2007, tentang tugas dan fungsi LPMP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 8 Tahun 2007, tentang tugas dan fungsi P4TK. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Shon, Chritopher K. 2006. Teacher Profesionalism. Liberty University: School of Education. Diambil dari http://digitalcommons.liberty.edu/educ_fac_pubs/46, diunduh pada
tanggal 03 Mei 2012
Suyanto. 2012. UKA dan Mutu Guru Kita. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. http:// www.dikdas.kemdikbud.go.id/, di unduh pada Tgl. 30 Juli 2012 Undang-Undang Nomer 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomer 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Unesco. 2001. Teachers For Tomorrow Schools: An Analysis of The World Education Indicators. 2001 Edition. Executive Summary. Unesco Institute For Statistics: World Education Indicators Programme. Winingsih, Lucia H. 2010. The Distribution and Financing of Teachers After the Decentralization Period (A Case Study of Local Government in Indonesia). Japan: Kobe University. (Tidak diterbitkan). Yamin, Martinis. 2007. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jambi: Gaung Persada Press.
593