PERAN MASJID DALAM PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI MASJID NURUS SA’ADAH DLIKO INDAH KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ENDAH KURNIAWATI 111 06 048
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
i
ii
PERAN MASJID DALAM PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI MASJID NURUS SA’ADAH DLIKO INDAH KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ENDAH KURNIAWATI 111 06 048
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
iii
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA Jl. Stadion No.PEMBIMBING 2 Salatiga (0298) 323706 PERSETUJUAN
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama
: Endah Kurniawati
NIM
: 111 06 048
Jurusan
: Tarbiyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: PERAN
MASJID
DALAM
PEMBERDAYAAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI MASJID NURUS SA’ADAH DLIKO INDAH KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN 2010 Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, Agustus 2010 Pembimbing
Suwardi, M. Pd NIP. 19670121 199903 1 002
iv
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA Jl.PENGESAHAN Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706 SKRIPSI Saudari : Endah Kurniawati dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 06 048 yang berjudul PERAN MASJID DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus Peran Masjid Nurus Sa’adah di Dliko Indah Kota Salatiga 2010)
telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan
Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 31 Agustus 2010. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga,
31 Agustus 2010 21 Ramadhan 1431 H
Panitia Ujian
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Dra. Zumrotun, M. Ag NIP : 19670115 199803 2 002
Drs. Djoko Sutpo NIP : 19560603 200312 1 001
Pembimbing
M. Ghufron, M. Ag NIP. 19720814 200312
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Endah Kurniawati
NIM
: 11106048
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Agustus 2010 Yang Menyatakan,
Endah Kurniawati
vi
MOTTO
Mulailah dengan tulus, hasilnya akan mengakar. Mulailah dengan fokus, hasilnya akan menyebar.
Hidup adalah perjuangan, perjuangan untuk memulai kehidupan, perjuangan untuk mempertahankan hidup, dan perjuangan untuk mengakhiri hidup.
Hidup dengan mulia atau mati dengan syahid di jalan-Nya
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Untuk Bapakku Busri Suparto dan Ibuku Surami tercinta yang tidak pernah lelah mendidik dan memberikan motivasia. Semoga Allah selalu memberikan kesabaran dalam mendidik putra-putrinya. 2. Untuk kakakku Kurnia Romadani yang saling memberikan motivasi. Semoga Allah memberikan kemudahan-Nya pada kita semua. 3. Untuk adikku Endra Jamaludin yang telah banyak membantu dan maaf karena sering merepotkan. 4. Keluarga besar LDK Darul Amal STAIN yang telah banyak mewarnai dan memberikan motivasi dalam hidup penulis 5. Sahabat-sahabati PAI B yang saling memberikan semangat. 6. Sahabat-sahabati angkatan 2006 yang menjadi motivator dalam skripsi.
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم Ucapan Syukur Alhamdulillahirobbil ‘alamin, sebab Allah-lah yang menguasai semua benda yang ada di langit maupun di bumi, baik yang terlihat maupun yang ghaib, sehingga Allah SWT., telah melapangkan jalan kepada kita semua untuk menyelesaikan tugas dalam perjalanan hidup ini dan kepada penulis khususnya untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., sebagai teladan ummat, tak lupa kepada keluarganya, sahabat dan orang-orang yang mnegikuti petunjuk dan arahnya. Tak cukup kata untuk mengutarakan rasa syukur Tak cukup kanvas untuk mneggambarkan kebahagiaan Tak cukup tinta untuk menulis semua nikmat-Nya Tak sukup yang dapat diperbuat untuk kebajikan Berkat karunia yang Allah berikan kepada penulis mampu menyelesaikan skripsi
sehingga penulis
ini yang bertujuan untuk mendapatkan gelar
sarjana di STAIN Salatiga. Ungkapan terima kasih, jazakallah khoiron kastiro dan penghargaan yang setingggi-tingginya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Fatchurrohman, M.Ag selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan pengarahannya 3. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progdi STAIN 4. Suwardi, M.Pd selaku pembimbing yang dengan tulus dan sabar telah
ix
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengarahkan penulis dalam skripsi ini 5. Seluruh Bapak Ibu dosen STAIN Salatiga. 6. Seluruh civitas akademika STAIN Salatiga. 7. Bapak Busri Suparto dan Ibu Surami sebagai pendidik sejati hingga akhir hayat. 8. Kepada saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material. 9. Bp. Indriyatno selaku Ketua Pengurus Masjid yang telah memberikan izin untuk penelitian. 10. Seluruh anggota masjid yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah
membalas amal kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis dengan limpahan keberkahan di dunia dan di akherat . Semoga srkipsi yang sederhana ini mampu memberikan manfaat untuk menuju kebaikan dalam hidup ini. Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan maka saran kritik sangat diharapkan agar penulisan skripsi ini lebih baik.
Salatiga, Agustus 2010 Penulis
Endah Kurniawati
x
ABSTRAK
Kurniawati, Endah. 2010. Peran Masjid Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat Tahun 2010. Srkipsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Suwardi, M.Pd.
Kata Kunci : peran masjid dan pemberdayaan kesejahteraan masyarakat Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui peran masjid Nurus Sa’adah Dliko Indah dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat. Pertanyaan utama yang ingin diketahui melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana peran Masjid Nurus Sa’adah? (2) bagaimana pemberdayaan kesejahteraan masyarakatnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa peran Masjid Nurus Sa’adah dalam memberdayakan taraf kesejahteraan masyarakat, a) Masjid yang memiliki fungsi yang multifungsi. Masjid bukan hanya tempat untuk menjalankan ibadah saja, namun digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan. b) Pemberdayaan masyarakat melalui program-program yang ada pada masjid ini baik dari segi keislamannya, sosial, pendidikan, dan pelayanan kesehatannya yang bertujuan untuk kemakmuran masyarakat. c) Pemberdayaan kesejahteraan masyarakat dalam sosial berupa beasiswa, bidang kesehatan berupa pengobatan gratis dan bidang pendidikan berupa perpustakaan. d) Menanggulangi masalah yang ada dengan tetap menyesuaikan kebutuhan masyarakat.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO ....................................................................................
ii
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................
vi
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
ABSTRAK ......................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ...................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
5
C. Fokus Penelitian .............................................................................
6
D. Tujuan Penelitian.............................................................................
6
D. Kegunaan Peneltitan ........................................................................
7
E. Penegasan Istilah .............................................................................
7
F. Metode Penelitian ............................................................................
9
xii
G.Sistematika Penulisan.......................................................................
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Masjid ..........................................................................
18
B. Urgensi Peran dan Fungsi Masjid ................................................
24
C. Aplikasi Peran dan Fungsi Masjid ................................................
30
D. Peran Dan Fungsi Masjid Dalam Pemberdayaan Masyarakat .....
39
BAB III PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga ....
43
B. Peran Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat ...................................
48
C. Program Pemberdayaan Masyarakat .............................................
51
D. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Masjid Nurussa’adah Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat ....................................
55
E. Cara Pemecahan Masalah Yang Diambil Masjid Nurussa’adah Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat ....................................
57
BAB IV PENUTUP A.
Kesimpulan ..............................................................................
59
B.
Penutup .....................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Bagan I
Struktur Organisasi ...................................................................
46
Tabel I
Susunan Pengurus ....................................................................
46
Tabel II
Sarana Dan Prasarana ...............................................................
47
Tabel III
Penyaluran Zakat Fitrah ..........................................................
49
Table IV
Penyaluran Zakat Maal, Infaq Dan Shadaqah .........................
50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Transkip Wawancara
Lampiran II
Hasil Observasi
Lampiran III
Surat Ijin Penelitian
Lampiran IV
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran V
SKK.
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Terbinanya iman seorang muslim merupakan modal dasar bagi terbentuknya masyarakat muslim. Karena itu, pembinaaan pribadi muslim harus ditindaklanjuti kearah pembinaan suatu masyarakat Islam. Masjid dapat digunakan sebagai sarana pembinaan masyarakat Islam. (Yani, 2009: 25) Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam. Fungsi masjid yang disebut multifungai berarti bahwa masjid bukan hanya digunakan sebagai tempat beribadah saja. Namun, dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lain. Tempat ibadah yang tidak ada bandingannya di agama-agama lain, dalam hal
kesederhanaanya,
keberhasilannya,
ketenagaannya
dan
dalam
menggembala syi’ar tauhid. Dengan demikian, masjid menjadi pusat kehidupan bagi umat Islam. Masjid terlihat hanya digunakan untuk melakukan ibadah shalat semata. Padahal bila masjid difungsikan dengan baik dan benar seperti yang di contohkan oleh Nabi pada masa itu, sungguh bangunan masjid bukan hanya menghiasi suatu pemukiman masyarakat ataupun di pinggiran jalan raya/kota, melainkan akan membawa keberkahan bagi siapapun, sendiri/individu atau masyarakat. Banyak hal yang dapat dipelajari dari sebuah masjid, dari segi bangunan yang megah dan berarsitektur khas corak Islamnya hingga kegiatan-
1
2
kegiatan yang berada disekitar masjid. Masjid Nurus Sa’adah ini salah satu Masjid Jami’ yang berlokasi di Perumahan Dliko Indah Blotongan Salatiga, memiliki bangunan yang cukup megah dan banyak memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar masjid. Siapapun orangnya bila berada di dalam masjid tidak terlihat mana yang kaya, mana yang miskin, pendidikan rendah maupun tinggi ataupun orang pengusaha maupun buruh. Semua yang berada di dalam masjid tampak sama sehingga tidak ada rasa minder antar satu dengan yang lainnya. Disini mereka
saling
menghargai,
menghormati
dan
saling
mendahulukan
kepentingan saudara daripada kepentingan pribadinya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah : 18 yang berbunyi :
الّصَالَةَ وَآتَى الّزَكَب َة
ي بِبللّ ِه وَالْيَىْ ِم اآلخِ ِر وَأَقَب َم َ َي آه ْ َإًَِوَب يَعْوُ ُر هَسَبجِ َد اللّ ِه ه َي الْوُهْتَدِيي َ ِك أَى يَكُىًُى ْا ه َ ِّال اللّهَ فَعَسَى أُوْلَـئ َ ش ِإ َ خ ْ َوَلَ ْن ي
Artinya : ”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. AtTaubah : 18).
Telah jelas Allah memberikan petunjuknya kepada manusia di muka bumi ini, bahwa hanya orang-orang yang bertaqwa yang bisa memakmurkan masjid. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, bukan sembarangan orang yang dapat memakmurkan masjid, hanya orang-orang yang beriman yang dapat memakmurkan masjid, orang-orang yang bertaqwa dan beriman senantiasa
3
mematuhi peraturan Allah dan dapat menjaga keinginannya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Orang-orang yang bertaqwa dan beriman adalah orang yang berilmu dan senantiasa mengamalkan ilmunya dalam kesehariaannya, sehingga perilaku/tindakan, dan ucapannya dapat dicontoh oleh masyarakat dan akan membawa pengaruh yang positif terhadap masyarakat. Sedangkan orangorang yang tidak bertaqwa dan beriman mereka hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri, nilai kepedulian yang kurang dan senantiasa cenderung pada hal negatif.. Manakala kita akan mewujudkan masyarakat yang mengagumkan sebagaimana yang dicapai Rosulullah saw., maka masjid merupakan sarana terpenting untuk dimanfaatkan, sehingga, nantinya masyarakat Islam adalah masyarakat yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Hati yang selalu terpaut dengan masjid itulah yang menyebabkan kaum muslimin tidak berani dan tidak mau menyimpang dari jalan Allah. Sehingga, wajar saja orang yang seperti itu akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT., pada hari akhirat yang pada waktu itu tidak ada perlindungan selain perlindungan dari Allah SWT. Orang yang hatinya terkait dengan masjid dalam bukunya Amirudin dan Supardi (2001: 16), artinya walaupun mereka melakukan berbagai kegiatan dalam rangka usaha mencari rizki Allah di luar masjid, namun hatinya tetap di masjid. Artinya kalau kegiatan sudah selesai mereka segera
4
kembali ke masjid untuk beribadah dengan beriktikaf, belajar ataupun melakukan berbagai aktivitas lain di masjid. Masjid Nurus Sa’adah ini selain tampak dari segi pengajaran dan pendidikannya, juga sebagai basis perbaikan dan bimbingan masyarakat. Aktivitas masjid telah menyentuh dan melibatkan kelompok jama’ah mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa, sampai orang tua, sehingga manakala jama’ah memiliki masalah dalam hidupnya, aktivitas masjid dapat membantu mengatasinya. Salah satu aktivitas masjid ini adalah sudah terdapat program di bidang sosial, pendidikan dan kesehatan yang dapat membantu mensejahterakan masyarakat sekitar yang notabene masih membutuhkan banyak bantuan dan perhatian. Misalnya, pengobatan gratis bagi masyarakat yang sakit, pemberian beasiswa untuk anak-anak yang kurang mampu untuk sekolah dan keperpustakaan masjid yang dapat digunakan untuk memperluas wawasan jama’ah, sehingga kesehajteraan mereka terpenuhi. Walaupun hanya dalam bidang tertentu. Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat yang sejahtera bila dalam masyarakat tersebut tidak terdapat keributan atau kekacauan di dalamnya. Pentingnya nilai kesejahteraan bagi masyarakat di segala bidang akan memunculkan sikap positif. Dimana masyarakat akan merasa aman, nyaman, dan tentram berada dalam lingkungan tersebut. Walaupun dalam lingkungan tersebut terdapat berbagai macam perbedaan suku, bangsa maupun
5
agama. Namun, akan terlihat damai dan sentosa bila dipenuhi dengan sikap saling toleransi antar sesama. Kesejahteraan dalam suatu masyarakat dapat dibentuk melalui masjid diungkapkan oleh Deputi Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Neddy Refinaldi (Tabloid Republika, 21 Mei 2010: 4), menurut dia, “Masjid merupakan tempat disemaikannya segala sesuatu yang bernilai kebajikan dan kemaslahatan ummat, baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid. Masyarakat yang sejahtera termasuk masyarakat yang ideal yakni masyarakat yang di dalamnya mendapat naungan dari Allah serta mendapat ridho-Nya. Berdasarkan uraian di tersebut atas peneliti ingin mencoba melakukan
penelitian
dengan
judul
PERAN
MASJID
DALAM
PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI MASJID NURUS SA’ADAH DLIKO INDAH KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN 2010.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul penelitian di atas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana
peran
Masjid
Nurussa’adah
dalam
pemberdayaan
kesejahteraan masyarakat Dliko Indah Salatiga? 2. Apa hambatan-hambatan yang dialami Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat?
6
3. Bagaimana alternative pemecahan masalah yang dilakukan Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat?
C. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, permasalahan yang penulis tekankan adalah mengenai Peran Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat.
D. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat penulis rumuskan tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui peran Masjid Nurussa’adah di lingkungan Dliko Indah Salatiga. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan
yang terjadi pada Masjid
Nurussa’adah dalam memberdayakan kesejahteraan masyarakat. 3. Untuk mengetahui cara pemecahan masalah yang dilakukan masjid Nurussa’adah dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat.
7
E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat atau pengaruh terhadap peneliti dan yang hendak diteliti: 1. Bagi pihak peneliti a. Peneliti
dapat
pemberdayaan
mempelajari masyarakat
sistemati
masjid
dalam
melakukan
khususnya
dalam
bidang
kesehatan,
pendidikan dan sosial. b. Peneliti dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pengelolaan masjid terhadap masyarakat. 2. Bagi pihak yang diteliti Memberikan gambaran tentang pengelolaan masjid yang dapat di fungsikan oleh masyarakat dan dapat diterapkan oleh masyarakat yang lain melalui peran dan fungsi masjid, dan bagaimana mengatasi masalah yang ada. 3. Bagi masyarakat umum a. Memudahkan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang strategis. b. Mendidik masyarakat secara internal.
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalam memahami judul skripsi di atas maka penulis akan memberikan batasan pengertian
8
tentang istilah-istilah sebagai variabel yang berkaitan dengan judul di atas, yaitu : 1. Peran Masjid Dalam Kamus Bahasa Indoneisa (2007: 641) peran diartikan sebagai pemain, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Masjid adalah kata benda yang menunjukkan tempat (dlaraf makan) yang berasal dari kata ”sajada” yang memiliki arti tempat sujud (Roqib, 2005: 71). Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2007: 719) bahwa kata masjid bermakna rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang Islam. Oleh karena itu, peran masjid dapat diartikan bahwa masjid bukan hanya sebagai tempat yang digunakan oleh umat Islam untuk melakukan shalat, melainkan sekaligus digunakan untuk memerankannya dalam berbagai aktivitas kemayarakatan. 2. Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat a. Pemberdayaan Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2007: 242) disebutkan bahwa pemberdayaan adalah proses, cara, perbuatan memberdayakan. Pemberdayaan masyarakat secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan
kemampuan
masyarakat,
perubahan
perilaku
9
masyarakat,
dan
pengorganisasian
masyarakat
(http://www.ziddu.com). Disimpulkan dalam bukunya Rofiq (2005: 34) pemberdayaan adalah serangkaian proses dalam upaya meningkatkan kemampuan dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. b. Kesejahtearaan Disebutkan dalam kamus Bahasa Indonesia (2007: 1011) bahwa kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, dan ketentraman. c. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang hidup dalam jama’ah pada suatu daerah tertentu (Amirudin dan Supardi, 2001: 10). Disebutkan dalam Kamus Bahasa Indonesia (2007: 721) bahwa masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebuadayaan yang mereka anggap sama. Jadi, pemberdayaan kesejahteraan masyarakat adalah proses menuju keadaan masyarakat yang sejahtera, aman, selamat, dan tentram dalam suatu daerah tertentu / masyarakat.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan
yang
digunakan
adalah
pendekatan
kualitatif.
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif
10
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang berperilaku yang dapat diamati (Moleong, 2008: 4). Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau kelompok orang (Moleong, 2008: 5). Tujuan penelitian kualitatif tidak selalu mencari sebab akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu (Moleong, 2008: iii). Disebutkan pula oleh Moleong (2008: 10) bahwa pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai metode untuk menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Landasan pendekatan kualitatif ini adalah berdasarkan pada fenomenologi yang menurut Hasserl dalam bukunya Moleong (2008: 14) diartikan sebagai suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Peneliti dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. (Moleong, 2008: 17) 2. Kehadiran Peneliti Peneliti telah melakukan penelitian dengan metode observasi langsung ke lokasi pada tanggal 2 Juni 2010. Penelitian dengan metode wawancara dan dokumentasi dilakukan pada tanggal 8 Juni, 19, 28, dan 31 Juli 2010.
11
Peran peneliti di sini sebagai pengamat penuh. Dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap kondisi masjid secara fisik dan lingkungan sekitarnya dan melakukan wawancara kepada beberapa informan. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Perumahan Dliko Indah yang terletak di Kelurahan Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 31 Mei - 31 Juli 2010. 4. Sumber Data Dalam peneliti memperoleh data dilakukan dengan melalui wawancara, observasi langsung dan pengumpulan data-data tertulis sebagai dokumentasi. Adapun pihak-pihak yang menjadi informennya peneliti melakukan wawancara kepada Ketua Pengurus Masjid, Pengelola Bidang Sosial dan Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah, serta penjaga masjidnya. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Interview/Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara bertatap muka langsung antara interviewer dan interviewee. Sutrisno lebih lanjut mengatakan bahwa metode ini adalah salah satu cara atau metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan cara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. (Sutrisno Hadi dalam Skripsi Pangestuti, 2003).
12
Wawancara ini penulis ajukan kepada pihak-pihak yang dianggap tahu tentang situasi dan kondisi pelaksanaan usaha yang dilakukan Masjid Nurussa’adah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini penulis mengambil informan sebagai pihak yang bisa diwawancarai antara lain: 1) Bapak Indriyatno selaku ketua umum pengelola Masjid Nurus Sa’adah ini. Disini beliau sekaligus menjabat sebagai ketua Paguyuban RW XI di perumahan ini. Rumah beliau ini agak jauh untuk menuju masjid sekitar 10 meter. Tapi beliau tetap semangat untuk ke masjid. Beliau juga termasuk salah satu anggota komite di SMAK N 2 Salatiga. 2) Bapak Didik Boediono, beliau selaku pengelola Bidang Sosial karena Bapak Totok yang seharusnya menangani dalam bidang ini sedang ke Jakarta untuk urusan kerja, maka beliaulah yang menggantikannya. Beliau bekerja di salah satu Bank di Salatiga, yakni BRI. 3) Bapak Muhdi, beliau adalah sekretaris pengurus masjid ini. Sebagaimana sekretaris pada umumnya, beliau memegang semua berkas-berkas masjid. Namun juga yang mengelola Zakat Fitrah, Maal,
Infaq
dan
Shadaqah,
baik
penerimaan
maupun
pendistribusiannya. Beliau juga berprofesi sebagai guru di SMK N 2 Salatiga.
13
4) Sdr. Hariyanto, beliau adalah penjaga masjid ini. Beliau masih duduk di bangku sekolah kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat di Salatiga. b. Metode Observasi Metode observasi adalah metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi dalam Skripsi Pangestuti, 2003). Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang peran Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Kota Salatiga dalam meningkatkan taraf
ekonomi masyarakat. Hal yang bisa peneliti amati adalah
mengenai perpustakaan masjid serta lingkungan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah pengumpulan data penelitian dengan bersumber pada tulisan (Arikunto, 2002: 94). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang telah ada guna memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Winarno
Surakhmad
dalam
Skripsi
Pangestuti
(2003)
menjelaskan bahwa metode ini merupakan laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan tertulis dengan sengaja untuk menyimpan atau meneruskan keterangan-keterangan mengenai peristiwa tersebut.
14
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, foto, notulen rapat dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis mengenai stuktur organisasi, susunan pengurus masjid, kepanitiaankepanitiaan dalam kegiatan (panitia idul fitri dan panitia idul adha), penyaluran zakat maal, zakat fitrah, infaq, dan shadaqah, serta panyaluran hewan kurban baik yang dikelola melalui masjid maupun yang disalurkan sendiri, dan daftar buku perpustakaan. 6. Analisis Data Analisis data merupakan suatu analisis untuk mencari atau mengumpulkan data deskriptif serta data aktual. Maka dalam pengolahan data penulis menganalisa isinya (Suryabrata, 1995: 6-65). Dalam penelitian kualitatif ini analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, dengan langkah-langkah : a. Pengumpulan Data Usaha yang dilakukan untuk memperoleh data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukur. Kalau alat pengambilan datanya cukup variabel dan valid, maka datanya juga
15
cukup variabel dan valid. (Sumardi dalam Skripsi Nur Asmaiyah, 2009: 14) b. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, tranformasi kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data di sini bukanlah suatu hal yang terlepas dari analisis data tetapi merupakan bagian dari analisis data. (A.Michael dalam Skripsi Nur Asmaiyah, 2009: 14) c. Penyajian Data Penyajian data di sini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. (A.Michael dalam Skripsi Nur Asmaiyah, 2009: 15) d. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dalam pandangan ini hanyalah sebagian dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverivikasi pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisa seslama menulis dan merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan dan mungkin begitu sekdama dan akan memakan tenaga dengan peninjauan kembali itu. (A.Michael dalam Skripsi Nur Asmaiyah, 2009: 15)
16
Dan keempat komponen analisa diatas, prosesnya saling berhubungan dan berlangsung terus menerus salama penelitian dilakukan. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan temuannya. Tehnik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu tehnik triangulasi. Tehnik triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008: 8). 8. Tahap-Tahap Penelitian a. Kegiatan administratif yang meliputi, pengajuan izin operasional untuk penelitian dari ketua STAIN
Salatiga kepada pihak masjid yaitu
Masjid Nurussa’adah, menyusun pedoman wawancara dan melakukan administrasi lainnya b. Kegiatan Lapangan yaitu meliputi: 1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian yaitu Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga. Menemui pengurus masjid yang akan dijadikan subyek penelitian. 2) Melakukan observasi langsung kelapangan dengan melakukan wawancara kepada para responden atau informen sebagai langkah pengumpulan data. 3) Menyaji data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.
17
4) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai deskriptif temuan penelitian. 5) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
H. Sistematika Laporan Penelitian Bab I
Pendahuluan, meliputi: latar belakang maslaah, rumusan masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.
Bab II
Kajian Pustaka, meliputi: pengertian masjid, ayat-ayat tentang memakmurkan masjid, urgensi peran dan fungsi masjid, aplikasi peran dan fungsi masjid, hambatan-hambatan yang pernah dilalui serta
cara
mengatasi
masalah
yang
dihadapi
dan
peran
masyarakatnya. Bab III
Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: sejarah berdirinya
masjid,
peran
Masjid
Nurussa’adah,
program
pengambangan kesehatan, pendidikan, dan sosial, struktur organisasi masjid, serta sarana dan prasarana masjid, hambatan dan cara pemecahan masalah. Bab VI
Penutup meliputi : kesimpulan, kata penutup.
Daftar pustaka Daftar riwayat hidup Lampiran-lampiran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Masjid Masjid adalah kata benda yang menunjukkan tempat (dlaraf makan) yang berasal dari kata ”sajada” yang memiliki arti tempat sujud (Roqib, 2005:71). Masjid adalah rumah Allah yang sering digunakan untuk berbagai tujuan yang kadangkala menyebabkan fungsinya menjadi kabur sebagai tempat pengabdian kepada Allah SWT. (Amirudin dan Supardi, 2001:viii) Masjid bagi orang-orang beriman bagaikan air dengan ikan, karena itu masjid dapat didefinisikan sebagai ” bangunan yang didirikan oleh orang-orang yang beriman, tempat mereka melaksanakan ibadahnya semata-mata untuk mencari ridho Allah (Amirudin dan Supardi, 2001:8). Itu berarti, jiwa atau ruh keislaman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak suka ke masjid atau tidak memperoleh pembinaan dari masjid. (Yani, 2009:22) Drs. Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthi dalam bukunya Ahmad Yani menyatakan, sebagai berikut: Tidak heran jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan Islam. Hal ini tidak dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid. Menurut Drs. Sidi Gazalba perkataan masjid berasal dari Bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, fi‟il madhinya sajada (ia sudah sujud). Fi‟il sajada
18
19
diberi awalan ‟ma‟, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan yang menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu. Masjid. Masjid secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk sujud. Selanjutnya, makna di sini dipakai untuk pengertian sebuah bangunan yang didirikan untuk tempat berkumpul kaum muslim guna mengerjakan shalat. (AlQahthani, 2003:1) Menurut Az-Zarkashi rahimahullah dalam bukunya Al-Qahthani (2003:1) berkata: Karena sujud merupakan rangkaian shalat yang paling mulia, mengingat betapa betapa dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya ketika sujud, maka tempat tersebut dinamakan masjid dan tidak dinamakan marka’ (tempat ruku‟). Arti masjid dikhususkan sebagai tempat yang disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu, sehingga tanah lapang yang biasa digunakan untuk mengerjakan shalat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan lainnya tidak dinamakan masjid. Masjid dalam pengertian syar‟i adalah tempat sujud yang disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu untuk selamanya. (Al-Qahthani, 2003:1) Asal arti masjid adalah setiap tempat di bumi yang digunakan untuk sujud kepada Allah. Ini berdasarkan hadits Abu Dzar, ra, dari Nabi saw., beliau bersabda:
قهث يارسىل اهلل اَّيُ يَسجِذٍ وَضِعَ فِى:عٍ ابى راررضى اهلل عُه قال ُ اَ ْنًَسْجِذ:َ ثُىَ اَّيُ؟ قَال:ُ قُهْث،ُحرَاو َ ْ اَ ْنًَسْجِذُ ان: َ قَال: ُالرْضِ اَوَل َ ْا ُصالَ ة َ َارْ َبعُىٌَْ سَ َُةً وَاَيْ ًََُااَ ْد َركَ ْحكَ ان:َ قُهْثُ كُىْ بَيْ َُ ُهًَا؟ قَال،ألقْصَى َ ْا )63/2 ، (و.ٌفَصَمِ َفهُىَ يَسْجِذ Artinya : “Diriwayatkan dari Abi Dzarr r.a. berkata :“Saya bertanya wahai Rasulullah, Masjid apakah yang pertama kali dibangun di muka bumi ini?” Beliau menjawab, “Masjidil Haram.” Saya bertanya lagi, “Kemudian masjid apa sesudanya?” Beliau menjawab, Masjidil Aqsha,” Saya bertanya lagi, “Berapa lamakah jangka
20
waktu pembuatan antara kedua masjid itu?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun, dan dimana saja kamu mendapatkan waktu shalat, hendaklah kamu kerjakan shalat itu karena ia adalah masjid.” (HR.Muslim) Masjid merupakan rumah Allah yang sangat spesial bagi umat Islam. Oleh karena itu Rosulullah mengajarkan dan mencontohkan adab atau etika setiap kali datang ke masjid. Begitu masuk masjid, Rosulullah langsung mendirikan sholat tahiyyatul masjid sebanyak dua rakaat. (Assidiq, Republika, 14 Mei 2010:11) Secara bahasa masjid berarti tempat sujud. Masjid merupakan suatu bangunan, gedung atau suatu lingkungan yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan shalat. (Republika, 21 Mei 2010:2) Istilah masjid berasal dari kata sajada, yasjudu yang bararti sujud atau menyembah. Masjid merupakan Baitullah atau rumah Allah, sehingga orang yang memasuki masjid disunnahkan mengerjakan shalat tahiyyatul masjid (menghormati masjid) sebanyak dua rakaat. (Republika, 21 Mei 2010:2) Menurut Bapak Sunardi dalam Buletin Lokal STAIN, Ed.8, (2010:2) mengatakan : Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga dapat berperan dalam membangun kesejahteraan ummat. Banyak cara dan juga banyak hal yang dapat dikembangkan disitu. Kita sebagai seorang muslim hendaknya sadar untuk memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid berarti membangun, mamperkuat bangunannya dan memperbaiki bagian-bagian yang rusak (secara meterial) dan memakmurkannya dalam aspek immaterial (moril), mendirikan shalat, berdzikir, mencari ilmu dan aktivitas lainnya seperti TPQ, pendirian sekolah terpadu, koperasi, poliklinik, bank syari‟ah, unit penggalian dana dan pendistribusiannya, dll.
21
Direktur Jendral Bimas Islam Kementrian Agama, Prof Nasaruddin Umar, dalam Republika (21 Mei 2010), mengingatkan, keagungan masjid tidak terletak pada bangunan fisiknya, melainkan bagaimana masjid dapat difungsikan sebagai pusat pemberdayaan ummat dan pemngembangan peradaban. Hal ini tampak dalam kehidupan di masa sekarang banyak masjid yang mewah namun angker karena sepi, tidak ada aktivitas apapun. Sebaliknya adapula
masjid
yang
sedang-sedang saja,
bahkan
sangat
sederhana
bangunannya tetapi aktivitasnya padat, terutama digerakkan oleh generasi mudanya. Masjid merupakan salah satu karya budaya ummat Islam dibidang tehnologi konstruksi dan arsitektur. Tak heran jika masjid merupakan ciri atau simbol dari sebuah kota Islam, semakin maju sebuah kota Islam, maka bangunan masjidnya pun semakin magah dan besar. Masjid juga merupakan salah satu corak dan perwujudan perkembangan kesenian Islam dan dipandang sebagai salah satu kebudayaan Islam yang terpenting. Perwujudan bangunan masjid pun melambangkan cermin kecintaan ummat Islam kepada Tuhannya dan menjadi bukti tingkat perkembangan kebudayaan Islam. Sebagaimana yang sudah dipahami bahwa masjid mempunyai kaitan erat dengan masalah keimanan dan pembinaan ummat bagi kaum muslimin agar dapat memberikan peranan yang dominan dalam pembangunan negara.
22
Terbinanya iman seorang Muslim merupakan modal dasar dagi terbentuknya masyarakat Muslim. Karena itu, pembinaan pribadi Muslim harus ditindaklanjuti ke arah pembinaan sauatu masyarakat yang Islami. Masjid dapat dimanfaatkan sebagai darana pembinaan masyarakat Islam. Karena itulah dalam pengelolaan masjid dituntut adanya usaha yang lebih serius atau disebut dengan ”manajemen yang profesional” dan sesuai dengan kaidah-kaidah syari‟at Islamiyah. Dalam pelaksanaan manajemen masjid yang profesional tentu dengan menggunakan tehnik-tehnik dan peralatan manajemen yang berupa: manusia (man), uang (money), bahan (material), mesin (mechine), tata cara (method) dan penyampaian hasil usaha dari masjid dinikmati oleh umat (marketing). (Amirudin dan Supardi, 2001:24) Untuk memudahkan dalam mengelola masjid tentu tidak lepas dari sebuah struktur organisai dari masjid itu sendiri. Pentingnya peran pemimpin dalam sebuah masjid akan berpengaruh pada proses manajemen masjid dalam mencapai tujuan organisasi masjid. Dalam bukunya Amirudin dan Supardi (2001:28-29) pemilihan pemimpin dalam masyarakat Islam tidak boleh dilakukan dengan kriteria disenangi atau tidak disenangi dari pribadi seseorang. Allah SWT., telah memberikan pengarahan mengenai pemimpin ini sebagai berikut: 1. Tidak Boleh Memilih Pemimpin Orang Kafir Seorang yang menuntut ilmu agama kepada orang kafir (bukan Islam), kemudian dia mengambil pedoman untuk mempraktekkan syariat
23
Islamiyah sesuai dengan ajaran orang kafir tersebut. Orang yang seperti ini tidak boleh diangkat sebagi pemimpin sesuai dengan petunjuk Allah SWT dari ayat berikut ini:
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpinpemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.“ (Q.S AlMaidah : 51) 2. Jangan Mengambil Perlindungan Dan Penolong Selain Allah Yang Maha Kuasa
Artinya: “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ” (Q.S Al-Baqarah: 257)
24
Sedangkan kriteria untuk memilih imam pada sebuah masjid yang akan mengimami shalat telah ada petunjuk tersendiri Dari Abi Mas‟ud r.a berkata, bahwa Rosulullah saw., bersabda :
قال رسىل اهلل صهى:عٍ ابى يسعىد االَصارّي رضي اهلل عُه قال ِ يَإُوُ انْقَىْوَ َا ْقرَ ؤُ هُىْ ِنكِحَابِ اهللِ َفاٌِْ كَاَُىْافِى انْ ِقرَ أ َة:اهلل عهيه وسهى ٌِْ َفا،ًجرَ ة ْ ِ َفَأقْ َذ ُيهُىْ ه،ً َفاٌِْ كَاَُىْا فِى انسُ َُةِ سَىَاء،ِسَىَاءً َفأَعَْه ًُهُىْ بِانسُ َُة وَ الَ يَ ُإيٍََ انرَجُمُ انرَجُمَ فِى، َفَاقَ َذ َيهُىْ سِ ْهًًا،ًجرَ ةِ سَىاء ْ ِكَاَُىْافِى ا ْنه .ِسُ ْهطَا َِهِ وَ الَ يَ ْقعَ ْذفِى بَيْ ِحهِ عَهَى َج ِكرُ يَ ِحهِ اِالَ ِباِرْ َِه Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Anshori r.a. : Rasulullah saw., bersabda: “Orangyang paling berhak menjadi iman shalat dalam suatu kaum adalah orang paling hafal Al-Qur’an. Jika mereka sama dalam hal itu, yang paling mengetahui tentang sunnah, kalau mereka sama salam hal itu, yang paling dahulu hijrah, kalau mereka sama dalam hal itu, yang lebih dahulu masuk Islam. Dan janganlah seseorang menjadi Imam dalam kekuasaan orang lain, dan jangan pula duduk diatas tempat duduk tuan rumah, kecuali dengan izinnya.” (Shahih Muslim, 189)
B. Urgensi Peran Dan Fungsi Masjid Kalau kita menyebut atau mendengar kata masjid, tentu yang terpikirkan adalah bangunannya, takmir atau pengurus masjid yang bertugas sebagai manager dalam pengelolaan masjid tersebut. Masjid tidak hanya berperan sebagai tempat mengerjakan ibadah shalat saja, namun masjid juga dapat berperan sebagai “Islamic Center” tempat membina hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) dan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya (hablumminannas). Seperti pengertian secara global dari kata masjid itu sendiri masjid mempunyai peran yang sangat penting bagi ummat Islam yakni sebagai
25
tempat ibadah, tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Namun peran masjid itu multifungsi. Disamping sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat berkumpulnya orang Muslim. Masjid yang memiliki peran yang multi fungsi yakni bukan hanya digunakan untuk ibadah shalat saja namun untuk kegiatan social. Beberapa fungsi dan peran masjid dijelaskan dalam bukunya Ahmad Yani (2009) dan Gazalba (1976) yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah: 1. Dilihat dari artinya masjid adalah tempat sujud atau tempat shalat. Setiap hari jum‟at, masjid digunakan sebagai tempat melaksanakan shalat jum‟at. Pada hari-haru besar ummat Islam, masjid juga digunakan sebagai shalat hari raya. Di malam bulan Ramadhan masjid-masjid penuh dengan orang yang menjalankan ibadah shalat tarawih berjama‟ah. Terlebih pada bulan ini pula banyak jama‟ah Muslim yang melakukan I‟tikaf bersama dalam sebuah masjid. 2. Masjid adalah tempat orang-orang Muslim berkumpul. Salah satu tempat untuk berkumpulnya orang-orang Muslim adalah di masjid. Mereka berkumpul tidak hanya secara fisik, namun juga mempertemukan hati dan pikiran mereka. Hubungan di dalam masjid itulah yang senantiasa mendekatkan hati mereka. Hal ini mempunyai pengaruh positif dalam mengemban amanah di muka bumi sebagai khalifah Allah.
26
3. Masjid sebagai tempat memberi dan menerima addin. Nabi Muhammad banyak menerima wahyu dalam kurun Madinah di masjid dan menerangkan hukum-hukum Islam di dalamnya. Selain daripada bidang agama, bidang yang lain seperti social, politik, dan ekonomi pun diajarkan di masjid. Di masjid pula biasanya diumumkan hal-hal penting yang menyangkut hidup masyarakat muslim, misalnya, peristiwa-peristiwa duka cita yang terjadi disekitar masyarakat, pemberian zakat, aktivitas kerjabakti atau gotong royong masyarakat, dan lain-lain. 4. Di masjid ditempatkan baitul maal. Yakni kas negara, atau kas masyarakat yang mengongkosi segala sesuatu yang menyangkut kesejahteraan kesatuan sosil manusia. (Gazalba, 1976:120) 5. Masjid berfungsi pula dalam memberikan pertimbangan antara hak kewajiban laki-laki dan wanita. Seorang wanita boleh melakukan kegiatan di masjid sebagaimana laki-laki seperti shalat jama‟ah.
حذثُايىسى ابٍ ئسًاعيم حذثُاحًادعٍ يحًذابٍ عًر وعٍ ابى َ ال:َسهًة عٍ ابى هر يرة اٌََ رَسُىْلَ اهللِ صَهَى اهللُ عَهَ ْيهِ وَسَهَىَ قَال .ٌخرُجٍَُ وَهٍَُ جَ ِفالَت ْ ََجًْ َحعُىْا ِئيَاءَ اهللِ يَسَاجِذَاهللِ وَنــٰكٍِْ نَي Artinya: Haditsana Musa ibnu Ismail haditsana hamad dari Muhammad ibnu Umar dan dari Abi Salamah dari Abi Hurairah seseungguhnya Rasulullah Saw Bersabda: ”janganlah kalian melarang hamba-hamba Allah yang wanita mendatangi masjid Allah. Namun, hendaklah mereka keluar dalam keadaan tidak menggunakan wewangian.” (HR. Abu Dawud)
27
6. Masjid sebagai tempat perlindungan. Masjid juga sebagai tempat berlindung dari terik matahari dan hujan bagi orang musafir sehingga mereka dapat istirahat sementara. Di masjid juga disediakan suffah atau tempat khusus untuk para penjaga masjid. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 191,
Artinya : Dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka Telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka Bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah : 191) 7. Masjid sebagai tempat kegiatan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Sebagai makhluk sosial terlihat ketika kita berada di masjid. Kita saling menghormati, menghargai, dengan orang yang sudah dikenal ataupun belum. Kegiatan sosial yang dapat dilakukan di masjid sangat banyak sekali, misalnya: Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ), berkumpul untuk berdiskusi (halaqoh), pengumpulan infaq, shadaqoh dan zakat. Menurut Sidi Gazalba dalam bukunya Ahmad Yani (2009:43) menerangkan bahwa :
28
Di dalam masjid, pada waktu shalat, ajaran persamaan dan persaudaraan ummat manusia di praktekkan. Disinilah tiap muslim disadarkan bahwa sesungguhnya mereka semua sama. Di dalam masjid hilanglah perbedaan warna kulit, suku, bangsa, kedudukan, kekayaan, dan madzhab. Semuanya berbaris dihadapan Tuhannya tanpa perbedaan. Bagai sekumpulan saudara seia sekata serempak mematuhi imam yang ada di depannya. 8. Masjid sebagai tempat berdiskusi menuju perjuangan. Perjuangan membangun Bangsa dan Negara. Manurutnya, masjid juga berfungsi sebagai tempat untuk membangun moral kepribadian manusia, membangun perekonomian untuk kemaslahatan ummat. Disebutkan pula peran dan fungsi Masjid dari sumber lain adalah: a. Sebagai tempat beribadah. Sesuai dengan namanya masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam. b. Sebagai tempat menuntut ilmu. Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu „ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
29
c. Sebagai tempat pembinaan jama’ah. Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam
mengkoordinir
mereka
guna
menyatukan
potensi
dan
kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta‟mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da‟wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh. d. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam. Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da‟wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da‟wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da‟wah dan kebudayaan. e. Sebagai pusat kaderisasi umat. Sebagai tempat pembinaan jama‟ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta‟mir Masjid beserta kegiatannya.
30
f. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam. Umat
Islam
berusaha
untuk
bangkit.
Kebangkitan
ini
memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid. http://www.immasjid.com Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an (PTIQ) menegaskan bahwa semestinya masjid menjadi kekuatan ummat, terutama sebagai sentral pengembangan peradaban, ”Langkah mendesak yang harus segera dilakukan adalah menghidupkan masjid.” papar tokoh NU itu. Manurutnya kekuatan masjid sebagai pusat pemberdayaan umat dan pengembangan peradaban harus benar-benar diberdayakan dan disaksikan. (Republika, 21 Mei 2010)
C. Aplikasi Peran Dan Fungsi Masjid Untuk dapat mengaplikasikan peran dan fungsi masjid dibutuhkan program-program atau aktivitas yang dapat mendukung dan dipenuhi. Program-program yang sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam mengaplikasikannya. Menyiapkan fasilitas-fasilitas fisik ataupun sarana dan prasarana untuk mendukung, manajemen kepengurusan yang solid, dan administrasi yang baik.
31
Dalam bukunya Yani (2009) dijelaskan secara komplek mengenai aplikasi peran dan fungsi masjid dalasm memberdayakan ummat, antara lain sebgai berikut: 1. Aplikasi Bidang Program a. Bidang Ubudiyah Bidang ubudiyah adalah pelaksanaan program kegiatan masjid dalam bidang peribadatan yang bersifat khusus seperti: 1) Pelaksanaan salah lima waktu dengan menentukan atau menetapkan muadzin dan imam yang baik akhlaknya, mampu membaca AlQur‟an dengan baik, dan berusaha memahami kandungannya, mengerti pengetahuan dasar ajaran Islam dan disenangi masyarakat. 2) Shalat jum‟at dengan menentukan khotib dan imam yang disamping harus menyiapkan imam dan khotib cadangan. 3) Shalat tarawih dan witir yang juga harus ditetapkan imam serta menyiapkan kegiatan ceramah Ramadhan dengan beda-beda topic dan penceramahnya. 4) Shalat 2 Hari Raya. 5) Pemotongan hewan kurban yang diatur dengan baik mulai dari petugas pelaksana hingga penyalurannya secara adil dan merata. 6) Menyelenggarakan shalat-shalat sunnah yang biasa dilakukan secara incidental pada waktu-waktu tertentu, missal shalat khusuf dan kusuf dan shalat sunnah yang lain.
32
b. Bidang Pendidikan Program pendidikan yang perlu dilakukan di masjid antara lain: 1) Kegiatan Pengajian, baik untuk anak-anak, remaja, dewasa, maupun para orang tua. Baik laki-laki maupun perempuan. Disamping itu juga perlu dilakukan pengajian yang bersifat umum agar para jama‟ah umum dari berbagai kalangan dapat ikut serta dalam kegiatan masjid. 2) Perpustakaan Masjid, dengan berbagai bahan bacaan yang berguna bagi jama‟ahnya baik berupa majalah, buku, kliping, media masa lainnya, sehingga masjid mamiliki buku-buku referensi untuk memahami ajaran Islam secara lebih luas, seperti kitab-kitab tafsir, dan buku-buku rujukan lainnya. c. Bidang Pelayanan Sebuah masjid yang baik dalah tidaknya menuntut jama‟ahnya untuk mengikuti kegiatan masjid saja namn juga dapat memberikan pelayanan yang baik, diantaranya : 1) Bimbingan kursus keperpustakaan, yang didukung oleh PEMDA (Pemerinatah Daerah) kota Salatiga. Didelegasikan Bapak Ahmad dan Bapak Nuryanto. 2) Layanan kesehatan, baik berupa bimbingan dan konsultasi akan pentingnya hidup sehat maupun pemeriksaan kesehatan dan pengobatan penyakit yang diderita jama‟ah.
33
3) Mengurus
jenazah,
baik
dengan
menyediakan
tempat
pemandian,keranda (kurung batang), ambulans maupun kain kafan dan segala perlnegkapannya secara gratis serta petugas yang menurus, memandikan, dan mengkafani, melaksanakan shalat jenazah dan menguburkannya. 4) Santunan social dalam upaya mengurangi atau mengatasi beban hidup yang besar dari jama‟ahnya. Program ini sangat penting karena terkait dengan masalah meningkatkan sumber daya manusia. d. Bidang Fisik Dan Sarana Pengelolaan fisik masjid dengan kelengkapan saranya tentu saja memerlukan perhatian yang serius mulai dari penataan ruangan masjid yang sesuai dengan tingkat kebutuhan pengurus dan jama‟ahnya dalam beraktivitas, kebersihan masjid yang harus selalu terpelihara. Sound system (pengeras suara) yang baik, penggantian atau perbaikan barangbarang atau fasilitas masjid yang sudah rusak, melengkapi sarana dan inventaris yang belum dimiliki sementara hal itu amat dibutuhkan dan sebagainya. 2. Aplikasi Bidang Kepengurusan Manakala masjid hendak kita aplikasikan peran dan fungsinya dengan baik, diperlukan kepengurusan masjid yang handal.
34
a. Profil Pengurus Masjid Ada beberapa ciri khas yang merupakan profil aktivis masjid dan harus melekat dalam kepribadian seorang pengurus masjid. Ciriciri tersebut tercermin dalam firman Allah dan hadits Rasul, dinatanya: 1) Memiliki akidah yang kokoh. Manakala pengurus masjid sudah memiliki akidah yang kokoh maka dia akan selalu berhati-hati dalam bersikap dan perilakunya. 2) Mandirikan shalat. Salah satu fungsi utama masjid adalah sebagai tempat untuk melaksanakan shalat. Karena itu, sangat aneh apabila pengurus masjid tidak melaksanakan shalat atau melaksanakan shalat tapi tidak membekas prinsip shalatnya dalam kehidupan sehari-hari. 3) Menunaikan zakat. Pengurus masjid haruslah orang suka menunaikan zakat, infaq dan shadaqah. 4) Takut kepada Allah SWT. Sifat ini merupakan sifat yang sangat penting agar pengurus masjid tidak bisa didekte, diatur dan dikendalikan oleh pihak-pihak lain untuk kepentingan yang bertentangan dengan misi masjid itu sendiri.
35
5) Memakai pakaian yang baik. Pengurus
masjid
sering
kali
menjadi
teladan
bagi
jama‟ahnya, termasuk dalam mengenakan pakaian ketika hendak ke masjid. Yakni dengan pakaian yang baik, pakaian yang menutup aurat, sopan, mengandung akhlak mulia dan tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi. 6) Menyenangi kebaikan dan persatuan. Ciri penting yang harus dimiliki oleh seorang pengurus masjid adalah senang kepada segala bentuk kebaikan dan persatuan. Senantiasa melakukan amar makruf dan mencegah kemunkaran. 7) Tidak menghalangi kebaikan. Sebagai konsekuensi logis dari sikap menyayangi kabaikan, maka seorang pengurus masjid tidak akan menghalang-halangi segala bentuk kegiatan yang baik untuk diselenggarakan di masjid. 8) Cinta kepada masjid. Dengan kecintaan terhadap masjid, seorang pengurus masjid mau melakukan usaha yang maksimal dengan pengorbanan yang besardemi kemakmuran dan keagungan masjid. Cinta pada masjid membuat seseorang punya rasa memilki terhadap masjid. 9) Memilki semangat keilmuan. Karena masjid merupakan sarana untuk meningkatkan kualits ummat dan salah satu upaya peningkatannya dengan melalui
36
ilmu pengetahuan, maka sudah seharusnya sebagai pengurus masjid memiliki semangat keilmuan. b. Struktur dan uraian kerja pengurus Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa dalam manajemen, disamping perlu melakukan perencanaan yang matang dalam berbagai aktivitas yang hendak dilaksanakan. Melakukan pengorganisasian yang bisa dilakukan melalui pembentukan struktur dan job description (uraian kerja) dari struktur kepengurusan merupakan sesuatu yang penting. Barulah setelah itu ditetapkan orangorang yang akan menduduki amanah yang harus disesuaikan dengan kemampuan individunya. Uranian kerja dapat berfungsi sebagai pedoman dalam menjalankan amanahnya agar kegiatan tidak melenceng dari yang digariskan. 3. Aplikasi Bidang Fisik Dan Sarana a. Kebebasan Arsitektur. Dalam membangun dan mengembangkan fisik masjid, perlu diperhatikan kaitannya dalam arsitektur adalah kesesuaian bangunan dengan fungsi dan tujuan masjid itu sendiri. Miftah faridh dalam bukunya Yani (2009: 94) menjelaskan bahwa Bangunan masjid yang ideal adalah masjid yang bentuk dan arsitekturnya dapat menyentuh rasa yang dalam dari setiap jama‟ahnya untuk memperoleh kedamaian, ketentraman rohaniah, dan kepuasan batin dalam menghadapi Zat Yang Maha Kuasa. Dengan demikian setiap orang yang berada di dalam masjid dapat merasakan keheningan dan keredupan
37
suasana. Sehingga, hal itu menumbuhkan rasa cinta kepada AlKhaliq. Bahkan, bentuk bangunan sebuah masjid yang ideal hendaknya dapat memberikan daya tarik kaum muslimin untuk senantiasa mengunjunginya dan berada di dalamnya untuk beribadah. Masjid itu hemdaknya tetap terasa agung, tetapi tidak menampakkan sesuatu kemewahan yang berlebihan. Ia dapat memberi kesan yang agung dan indah, ia dapat mengagumkan, mengahrukan dan mengesankan. b. Ruang-ruang masjid Diantaranya : 1) Ruang peribadatan. Yakni ruangan untuk melaksakan peribadatan seperti shalat, dengan tikar atau karpet yang bersih, diberi tanga shaf (barisan) shalat dengan garis, mimbar yang enak untuk khotib, mihrab imam yang nyaman, ruang pengaturan sound system, ruang istirahat dan lain-lain. 2) Ruang wudhu dan MCK. Kedua ruangan ini haruslah bersih, nyaman dan aman serta kondisi air yang bersih dan sehat. Ruangan ini harus dipisah pula antara orang laki-laki dan perempuan. 3) Ruang sekreatriat. Ruangan ini digunakan untuk menyimpan arsiparsip penting atau inventarisasi barang-barang milki masjid. 4) Ruang serbaguna atau gudang. 5) Tempat penitipan sandal dan sepatu. Hal ini untuk menghindari perbuatan tercela yang mungkin terjadi bila masjid sedang mengadakan momen-momen besar, seperti Nuzul Qur‟an, Isr‟ Mi‟raj, mauled nabi dan lain-lain.
38
c. Bentuk Masjid. Dengan melihat apa yang telah diuraikan di atas maka sangatlah luas lahan yang digunakan untuk membangun sebuah masjid. Namun hal itu dapat di siasati dengan membangun masjid dengan dua atau tiga lantai. 4. Aplikasi Bidang Pembinaan Remaja Remaja dan pemuda marupakan kelompok usia yang sangat potensial. Itu sebabnya generasi muda seringkali disebut sebagai generasi harapan: harapan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan Negara. Dalam konteks kemasjidan, generasi muda juga manjadi tulang punggung dan harapan besar bagi pemakmuran masjid pada masa sekarang maupun akan datang. Dalam kaitan masjid, generasi muda perlu dibentuk, dibina, dan dikembangkan antaralain dalam hal: a. Kepengurusan b. Program kegiatan 1) Penerimaan anggota 2) Majlis taklim 3) Bimbingan belajar 4) Pengajian anak-anak/TPQ 5) Kepanitiaan 6) Olahraga dan seni
39
7) Perpustakaan masjid 8) Bakti social 5. Aplikasi Bidang Kewanitaan a. Kepengurusan b. Program kegiatan 1) Majlis taklim yang berlangsung setiap pecan, 2) Pendidikan keterampilan 3) Partisipasi aktif dalam kegiatan masjid
D. Peran Dan Fungsi Masjid Dalam Pemberdayaan
Kesejahteraan
Masyarakat Upaya pemberdayaan kesejahteraan melalui peran dan fungsi masjid haruslah dioptimalkan, sehingga masyarakat mempunyai banyak kegiatan dalam mengembangkan potensi dirinya, dan masyarakat juga tidak selalu bergantung pada pemerintah. Diharapkan dari optimalnya peran dan fungsi masjid ini, masyarakat dapat menjadi mandiri di bidang social kemasyarakatan maupun pendidikan non formalnya. Rohadi dalam Republika (16 Mei 2010:13) bahwa “Beliau mengharapkan seluruh
kaum
muslimin
dan pengurus
masjid
untuk
memakmurkan masjid. Yang tak kalah pentingnya, kata beliau, adalah manajemen bagi pengurus masjid. Tujuannya agar tercipta system pengelolaan masjid yang lebih baik. “
40
Bermula dari pengelolaan manajemen masjid yang baik akan menimbulkan kemudahan dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Manajemen dari sisi kepengurusan, sarana dan prasarana, bangunan, kegiatan atau program-program masjid dan lain sebagainya. Kiai Agus Darmawan dalam Republika (21 Mei 2010) mangajak seluruh pengurus masjid untuk memiliki kepedulian tinggi dalam membangun dan memakmurkan masjid dengan melalui kegiatan yang pofitif. “Mari secara bersama-sama kita membangun sinergi yang baik untuk mengangkat dan meningkatkan peran masjid sebagaimana dicontohkan Rosulullah saw., dan para sahabat. Masjid tak sesmata tempat ibadah, tapi juga menjadi pusat peradaban demi kesejahteraan ummat”. (Darmawan, Republika 2010) Program masyarakat
pemberdayaan
masyarakat
akan
memunculkan
suatu
yang ideal. Kaelany (2000:165-166) menyatakan bahwa,
masyarakat yang ideal menurut Islam telah digambarkan dalam Al-qur‟an dengan sebutan masyarakat mardhatillah (masyarakat yang diridhai Allah atau Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghofur) yang diterangkan dalam Al-Qur‟an Surat As-Saba‟ : 15
Artinya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-
41
Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (Q.S As-Saba’ : 15)
Untuk mencapai mayarakat yang mardhatillah ini harus disusun rangkaian pola yang bertendensi dan berdimensi antara lain sebagai berikut : 1. Ummat Yang Satu Manusia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, bangsa, warna kulit, agama dan lain sebaginya pada dasarnya berkembang biak dari nenek moyang yang sama. Sebagai manusia perbedaan tersebut hendak bukan menjadi penghalang bagi terbentuknya masyarakat yang satu kesatuan dengan penuh perdamaian. Dalam Q.S Al-Hujurat : 13.
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S.Al-Hujurat : 13) 2. Ummat Yang Bertaqwa Ketaqwaan sebagai ciri pokok dari masyarakat Islam mempunyai tiga kaidah fundamental, yaitu : Beriman Kepada Allah, Cinta kepada Allah, dan Takut kepada Allah. Masyarakat yang ideal yang diciptakan oleh Islam adalah masyarakat yang digambarkan dalam AlQur‟an sebagai Masyarakat Mardhatillah karena mayarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan
42
dalam struktur yang berpolakan hokum-hukum Allah dengan sumbernya AlQur‟an dan Sunnah Rasul. Masyarakat Mardhatillah dikenal juga dengan sebutan Baldatun Thaiyyibatun Wa Rabbun Ghafur yang bercirikan antara lain: a. Ummat yang satu; satu ummat b. Terdiri dari berbagai suku dan bangsa c. Yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa d. Tegaknya musyawarah dalam berbagai urusan e. Tegaknya keadilan f. Tumbuhnya persatuan dan kejama‟ahan g. Adanya kepemimpinan yang berwibawa dan bertaqwa kepada Allah h. Tidak saling menghina antar sesama anggota. Disamping itu dalam masyarakat terpenuhi kewajiban dan hak anggotanya seperti : a. Belajar dan mengajar serta mendapatkan pendidikan b. Mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian c. Mendapatkan perlindungan keamanan, baik jiwa, fisik, maupun hartanya, Amar Ma’ruf Nahi Munkar d. Beriman dan bertaqwa.
BAB III PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga Masjid dengan atap mirip joglo (bangunan khas Jawa Tengah) dan genteng warna hijau ini beralamatkan di Jalan Raya Dliko Indah 186 a Salatiga dengan luas tanah 414m2. Disebelah barat masjid ini terdapat TK Aisyah yang cukup bagus, sehingga lumayan ramai pada jam-jam sekolah dan pulang sekolah. Di sebelah selatan masjid juga terdapat Yayasan Imaduddin yang menangani khusus anak-anak yatim. Disini terdapat gedung sekolah dan berbagai permainan anak-anak. Sejarah berdirinya masjid ini diungkapkan oleh Bapak In, bahwa pada awalnya Perumahan Dliko Indah Salatiga ini berdiri tidak menyediakan jatah tempat untuk mendirikan tempat ibadah atau masjid. Perumahan tersebut hanya menyediakan jatah tempat untuk olahraga. Namun, kerena mengingat pentingnya sebuah masjid dalam suatu perkampungan maka seiring berjalannya waktu, pada tahun 1985 warga sekitar sepakat untuk mendirikan masjid yang diboyong oleh paguyuban perumahan Dliko Indah ini. Melalui paguyuban tersebut warga Dliko Indah memohon kepada Bupati Ungaran Bp. Sarjono, (karena pada waktu itu masih masuk kabupaten Semarang), belum menjadi wilayah Salatiga untuk mendirikan masjid di
43
44
perum ini. Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 1985 dibentuk panitia pembangunan masjid. Dana awal pembangunan berasal dari Muhammadiyah sebesar 10.000.000,00 dan lainnya dari swadaya masyarakat yang terkumpul 3.500.000,00. Pembangunan dilakukan secara bertahap hingga mencapai sempurrna dan kemudian diresmikan pada tanggal 9 Januari 1987 oleh Bupati Ungaran. Dengan penuh perjuangan akhirnya pada tanggal 18 Maret 2010 masjid ini telah mendapatkan sertifikat resmi. Rencananya nama masjid tersebut adalah “Mawadah”, “ kata Bp. In. Namun tidak disepakati dan akhirnya nama masjid yang menjadi kesepakatan mufakat adalah “Nurus Sa’adah” yang artinya “Cahaya Kesenangan”. Yang diharapkan dapat memberikan kesenangan bagi siapapun yang masuk dalam masjid dan memberikan kebahagaiaan kepada masyarakat. Hampir 1,5 tahun setelah berdiri masjid ini tidak terurus karena belum ada pengurus masjidnya. Keresahan Bapak In ini disampaikan secara musyawarah dengan orang-orang terkemuka di wilayah perumahan ini. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1988 dibentuk takmir masjid. Masjid ini dipimpin secara kolektif oleh 3 orang sebagai ketua yakni Bp. Indriyatno sebagai Ketua Umum, Bp. Zulfa sebagai Ketua I yakni Ketua Bidang Keagamaan dan Bp. Nuryanto sebagai II yakni Ketua Bidang Pembangunan.
Kemudian, seiring berjalannya waktu masjid ini padap
berkembang hingga sekarang ini.
45
Masjid ini mempunyai fasilitas yang cukup memadai. Ada tempat wudhu yang sudah terpisah antara laki-laki dan perempuan, kamar kecil, tempat menginap pengurus masjid yang sekarang ini, karpet yang selalu bersih, mimbar untuk khotib dan kursinya. Terdapat pula almari untuk mukena bagi anak perempuan yang tidak persiapan ketika perjalanan, almari untuk meletakkan kitab-kitab, buku-buku yang sekarang dikelola untuk perpustakaan masjid. Serambi masjid yang cukup luas, teduh dan bersih. Dilengkapi dengan tempat sampah dan tempat untuk menaruh sandal atau sepatu. Sehingga tidak merasa takut kehilangan atau tertukar dengan yang lainnya. Dari hasil wawancara di atas didukung oleh semua responden yang menyakatan sama. Dan didukung pula apa yang diterangkan dalam majalah Bulletin Lokal STAIN Salatiga (2009: 2) yang dilihatkan oleh Bapak In. 1. Struktur organisasi masjid Berdasarkan dokumentasi Struktur Organisasi, masjid ini telah mempunyai struktur organisasi yang dibuat dan
dijalankan dari awal
kepengurusan hingga saat ini. Secara bagan adalah sebagai berikut:
46
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Takmir Masjid Nurus Sa’adah Perum Dliko Indah Salatiga
Pelindung
Ketua Umum
Ketua II
Ketua I
Sekretaris Wk. Sekretaris
Bendahara
Wk. Bendahara
Seksi Dakwah /Pendidikan
Seksi Ibadah
Penasehat
Seksi Wanita
Seksi Remaja
Seksi
Sosial
Seksi Keamanan Seksi Pemeliharaan
Tabel 3.1 Susunan Pengurus Takmir Masjid Nurus Sa’adah Perum Dliko Indah Salatiga
Pelindung
:
Penasehat Ketua Umum Ketua I Ketua II Sekretaris Bendahara Seksi Ibadah Seksi dakwah & Pendidikan Seksi Sosial Seksi Wanita
: : : : : : : :
Seksi Remaja Seksi Pemeliharaan Seksi Keamanan
: :
: :
:
Bapak Kepala Kelurahan Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Bapak Ketua RW XI Dliko Indah Bapak H. Muchawi Bapak Indriyatno Drs. H.M. Zulfa Mahasin, M.Ag Bapak H. Nurjono Bapak Ahmad Muhdi, S.Pd Bapak Mardiyanto Bapak H. Sholihin Kastawi, SE Bapak Suodardji Bapak M. Muhtasom Bapak H. Muchib, BSc Bapak H. Moedjijono Taswadi Bapak H. Djajadi, S.Pd Bapak Drs. Widiyarso, M.Si Bapak Ir.H.Sudiharto, MSc Bapak Didik Boediono, SE Ibu Hj. Soekardi Ibu Rohimah Indriyatno Ibu Nuhdin Sdr. Ahmad Mustahal, Shi Sdr.Erdi Mardiyatmoko, SE Bapak Djafar Susanto Bapak H. Wibowo Bapak Sumardi Bapak Amad Ridwan Bapak Sulatijo Bapak Surjadi
47
Memperhatikan susunan pengurus/takmir masjid ini didomisili oleh bapak-bapak dan ibu-ibu yang berada di perumahan. Hanya segelintir remaja yang ikut dalam kepengurusan masjid. 2. Sarana dan prasarana masjid Sarana dan prasarana yang dimiliki masjid Nurus Sa’adah ini dapat dimanfaatkan oleh jama’ah dengan sebaik-baiknya. Menurut Kartono dalam Skripsi Harun (2006) sarana dan prasarana adalah : a. Semua pribadi dan perbuatannya termasuk perbuatan hasil kewibawaan dan hasil kegiatan mendidik, antara lain; pendidik, guru pembimbing, orang tua, orang dewasa yang dengan sengaja difungsikan pada kegiatan mendidik. b. Segala macam lembaga, sistem, peralatan, dan alat-alat bantu yang secarasengaja diadakan untuk memperlancar pencapaian pendidikan. Melalui metode observasi oleh peneliti dapat di tuliskan beberapa sarana dan prasarana yang dimiliki masjid Nurus Sa’adah antara lain: Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana Masjid Nurus Sa’adah Perum Dliko Indah Salatiga
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Sarana prasarana Pengurus masjid Ruang utama Ruang kamar penjaga masjid Ruang untuk tempat penyimpanan barang Mimbar khotib Tempat buku-buku perpustakaan Tempat kitab-kitab dan Al-qur’an Tempat mukena Mukena Tempat wudhu (putra) Tempat wudhu (putri) Kamar kecil
Jumlah 25 orang 1 1 2
Keterangan Aktif Baik Baik Baik
1 1 1 1 8 1 1 1
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
48
No. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Sarana prasarana WC Tempat sandal dan sepatu Serambi masjid Sapu Tempat sampah Buku-buku perpustakaan Kitab-kitab tafsir dan Al-Qur’an Karpet
Jumlah 1 1 2 2 -
Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
B. Peran Masjid Nurussa’adah Dliko Indah Salatiga Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat Masjid tidak hanya berperan sebagai tempat mengerjakan ibadah shalat saja, namun masjid juga dapat berperan sebagai “Islamic Center” tempat membina hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) dan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya (hablumminannas). Masjid memiliki peran yang multi fungsi yakni bukan hanya digunakan untuk ibadah shalat saja namun untuk kegiatan social. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden peran masjid Nurus Sa’adah ini adalah sebagai berikut: “...masjid itu memiliki fungsi yang banyak ya mbak,, bila benar-benar diperankan. Bisa untuk kegiatan ruhaniah, sosial, ekonomi, dan ragam budayanya. Namun tidak melupakan syari’at islam.” (W/In/0I/9-62010) “...masjid ini sesungguhnya difungsikan untuk kesejahtaraan masyarakat. Karena untuk keluarga di peumahan sudah cukup mampu. Jadi, dana-dana dari masjid digunakan untuk membantu meringankan beban masyarakat, karena wilayah tetangga penduduknya masih tergolong miskin (W/Dk/03/19-7-2010) “...masjid perannya untuk membantu masyarakat yang kurang mampu melalui program-programnya...”. (W/Mh/03/Pr/9-6-2010)
49
Ungkapan dari responden di atas didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Yani (2009) bahwa masjid memiliki banyak peran, diantaranya adalah: “..bidang ubudiyah atau ibadah, meliputi: bidang pendidikan, bidang pelayanan, bidang penerangan, bidang dana usaha, bidang sarana dan prasarana. Bidang kepengurusan, meliputi: profil pengurus masjid, dan struktur uaraian kerja. Dalam bidang fisik dan sarana, meliputi: bentuk masjid dan ruangan masjid. Bidang administrasi dan kesekretariatan, meliputi: dokumentasi surat masuk dan keluar, data inventaris masjid, format administrasi. Bidang remaja, meliputi: pengurus, dan program kegiatan remaja. Bidang kewanitaan, meliputi: program dan kepengurusan.” Selain itu diungkapkan oleh Bapak In dan Mh masjid selalu berperan tiap hari jum’at bagi kaum muslimin untuk melakukan shalat jum’at. Hingga infaq setiap jum’at di masjid ini bila dihitung dalam satu bulan dapat mencapai 1.600.000,00. Dana ini digunakan untuk perawatan masjid, renovasi, kebersihan, transportasi imam dan khotib (walaupun tidak semua imam dan khotib mau menerimanya). Berdasarkan dokumen yang ada, data pendistribusian Zakat Fitrah, Zakat Maal, Infaq dan Shadaqah. Tabel 3.6 Pendistribusian Zakat Fitrah, zakat Maal, Infaq dan Shadaqah Takmir Masjid Nurus Sa’adah Dliko Indah Salatiga Tabel 3.6.1 Penyaluran Zakat Firtah
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tujuan penyaluran Jama’ah Mushola Al-Huda / Al-Furqon Dliko Sari Jama’ah Mushola AlBarokah Ampel Jama’ah Mushola Metea Jama’ah Mushola Kenteng Jama’ah Mushola Jaten Jama’ah Masjid Padaan Pemulung
Jumlah 73 KK
Uang Rp. 1.460.000,00
21 KK
Rp.
550.000,00
20 KK 12 KK 10 KK 43 KK 1 orang
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
850.000,00 500.000,00 325.000,00 860.000,00 50.000,00
Beras
20 kg 10 kg
10 kg
50
No. 8. 9.
Tujuan penyaluran Lainnya Petugas sampah dan jaga malam 10. Penjual sayur 11. Jama’ah al-amin Suko 12. Panti Asuhan Semowo Kab. Semarang Jumlah pengeluaran Zakat Fitrah
Jumlah 3 KK 5 orang
Rp. Rp.
Uang 150.000,00 250.000,00
1 orang 30 KK -
Rp. Rp. Rp.
50.000,00 450.000,00 391.500,00
Rp. 5.886.500,00
Beras 22,5 kg
62,5 kg
Penyaluran zakat fitrah berupa uang dan beras ke daerah-daerah hingga diluar Kelurahan Blotongan, misalnya di Jama’ah Mushola Al-Barokah Ampel, Panti Asuhan Semowo, kab. Semarang dan lain sebagainya. Pembagian zakat fitrah ini sesuai dengan jumlah KK yang ada di daerah yang ingin di santuni, dapat berupa uang saja dan ada yang berupa uang dan beras. Tabel 3.6.2 Penyaluran Zakat Maal, Infaq dan Shadaqah No. 1) 2)
3)
Tujuan Untuk fakir miskin (dalam bentuk modal usaha dan beasiswa) Sabilillah a) Yayasan Immadududin Salatiga b) TK Aisiyah Dliko Indah c) Panti Asuhan Aisiyah Sinoman Salatia d) Panti Asuhan Muhammadiyah Soko e) Panti Asuhan Muhammadiyah Kauman f) Panti Asuhan Ar-Riayah Kauman Lor g) Panti Asuhan Semowo Kab. Semarang h) Masyarakat Jeblosan Lopait Kec Tuntang i) Pondok Pesantren Pancasila Blotongan j) MI Ma’arif Dukuh k) Pon Pes Tahibul Ghofilin Klumpit l) Masjid Baitul Rahim Pulesari Ngawen m) PHBI Al-Hidayah Getasan Kab. Semarang n) Sekolah Al-Madinah Cabean Mangunsari o) SLB pendem Ledok Salatiga p) SMP Negeri 3 Getasan q) Petugas khotib dan imam shalat jum’at r) Petugas kebersihan Masjid dan muadzin s) Transport petugas dan Amil Total penyaluran Zakat Maal, Infaq dan Shadaqoh Infaq dan shadaqah dikeluarkan seluruhnya untuk pengembangan Masjid Total pengeluaran Zakat, Infaqdan Sahaqah semuanya
Uang Rp. 3.141.000,00
Rp. 150.000,00 Rp. 400.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 1.650.000,00 Rp. 500.000,00 Rp. 470.000,00 Rp. 8.261.000,00 Rp. 3.549.000,00 Rp. 17.696.500,00
51
Penyaluran zakat baik zakat maal, infaq dan shadaqoh menurut nara sumber berupa beasiswa, bantuan untuk fakir miskin dalam bentuk usaha, diberikan kepada panti asuhan-panti asuhan maupun sekolah, baik yang berada di wilayah Kelurahan Blotongan maupun di luar itu, misalnya di Masyarakat Jeblosan, Tuntang berupa uang sebesar 200.000,00, tranportasi petugas dan amil sebesar 470.000,00, dan lain-lain. Peran para remaja di perumahan ini tidak bergerak secara aktif. Menurut Pak In dan Dk, sebagian besar dari mereka bila sudah menginjak masa kuliah, mereka pindah ke luar kota Salatiga. Remaja yang sedang duduk di bangku sekolah SD sampai SMA banyak menghabiskan waktu untuk kepentingan akademis atau pendidikan, kurangnya pemahaman tentang masjid pada anak-anak usia SMA, sehingga terlihat sangat sedikit sekali para remaja.
C. Program Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat Bedasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden, program masjid untuk memberdayakan masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Bidang Kesehatan Layanan kesehatan, baik berupa bimbingan dan konsultasi akan pentingnya hidup sehat maupun pemeriksaan kesehatan dan pengobatan penyakit yang diderita jama’ah. (Yani, 2009: 60) Pemberdayaan dalam bidang kesehatan di Masjid Nurus Sa’adah ini berupa pengobatan gratis bagi masyarakat. Sebagaimana yang diungkapakan oleh nara sumber bahwa :
52
“...bila masyarakat di kelurahan Blotongan ada yang sakit bisa meminta surat keterangan sakit ke Pengurus Masjid Nurus Sa’adah ini dan dapat pengobatan gratis. Namun, hanya sebatas pengobatan saja (secara ringan) bukan laboratorium. (W/In/01/Pr/9-6-2010) “...berasal dari infaq dan shadaqah ini pula, mampu untuk membiayai masyarakat dalam berobat bila sakit. Pengobatan secara gratis ini berlangsung di perumahan sendiri karena sudah terdapat tiga dokter yang sudah mendapatkan izin untuk membuka pengobatan di rumah.” (W/In/01/Pr/9-6-2010) “...program pengobatan gratis ini keuangannya berasal dari infaq dan shadaqah itu mbak,,, namun, baru ada 3 orang pasien yang berobat. Pengobatan gratis ini untuk masyarakat kelurahan Blotongan. Di perumahan ini terdapat tiga orang dokter. Dari ketiga dokter yang berdomisili di Perumahan ini baru Dr. Maya yang melaporkan data pasien yang berobat. 2 dokter yang lain belum. (W/Dk/02/Pg/19-7-2010) Semakin tingginya biaya kesehatan saat ini, dengan adanya program pengobatan gratis di Masjid Nurus Sa’adah ini masyarakat sekitar kelurahan Blotongan dapat tertolong dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berobat. 2. Bidang Pendidikan Bidang pendidikan yang menonjol dari Masjid ini adalah perpustakaan masjid, sesuai dengan yang diungkapkan oleh nara sumber adalah sebagai berikut: “...perpustakaan masjid yang dikelola oleh pengurus sendiri. Namun peminjaman hanya kepada jama’ah masjid bukan untuk di luar itu. Baru berdiri 6 bulan yang lalu. Masjid ini mendapat bantuan dari PEMDA untuk mengikutkan 2 orang dalam kursus keperpustakaan. Waktu itu ditunjuk Bp. Ahmad dan Bp. Mahdi yang sekarang dipercaya untuk mengelola perpustakaannya. Bukubuku yang ada di perpustakaan ini boleh dipinjam untuk anggota. Jumlah buku sudah di daftar oleh Sdr. Hariyanto. Peminjaman maksimal 1 minggu. (W/In/0I/Pg/9-6-2010)
53
“...program perpustakaan ini di kelola oleh Pak Ahmad. Tapi yang membawa kuncinya Hariyanto, penjaga masjidnya. (W/Dk/02/Pg/19-7-2010) “...program perpustakaan ada mbak,, yang mengelola Pak Ahmad. Tapi kuncinya dibawa juga sama Hariyanto, penjaga masjidnya. Kalau mau pinjam bisa melalui dia kok.” (W/Mh/03/Pg/9-6-2010)
Program perpustakaan di masjid ini du dukung teori menurut (Yani, 2009: 57) bahwa perpustakaan masjid dengan berbagai bahan bacaan yang berguna bagi jama’ahnya baik berupa majalah, buku, kliping, media masa lainnya, sehingga masjid mamiliki buku-buku referensi untuk memahami ajaran Islam secara lebih luas, seperti kitab-kitab tafsir, dan buku-buku rujukan lainnya. Dalam pengelolaannya pun haris diperhatikan secara sungguh-sungguh agar perpustakaan masjid bukan hanya sebagai pajangan atau pelengkap saja tetapi dapat difungsikan dengan maksimal oleh jama’ahnya dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas perpustakaan dan jama’ahnya. Program pendidikan yang perlu dilakukan di masjid menurut Yani (2009: 56) adalah kegiatan pengajian, baik untuk anak-anak, remaja, dewasa, maupun para orang tua. Baik laki-laki maupun perempuan. Disamping itu juga perlu dilakukan pengajian yang bersifat umum agar para jama’ah umum dari berbagai kalangan dapat ikut serta dalam kegiatan masjid. Teori di atas sesuai dengan program yang ada masjid ini pula berupa lembaga pengajian yang diungkapakan oleh Pak In adalah sebagai berikut:
54
a. Majlis Dzikir Nurussa’adah yang dijalankan oleh ibu-ibu 2 pekan sekali. b. As-Sakinah (perkumpulan orang-orang purnakarya) disebut dengan KPPS (Kerukunan Pengajian Purnakarya Salatiga) AsSakinah disekitar kelurahan Blotongan, dilaksanakan 1 bulan sekali pada tanggal 17 dan pada tanggal 25 bertempat di Pandowo sebagai pusatnya. (W/In/0I/Pg/9-6-2010) Pentingnya pendidikan dikalangan masyarakat saat ini menjadikan Masjid ini membentuk program kependidikan dalam pengajian dan perpustakaan. Pengajian yang dilakukan rutin oleh ibu-ibu dan sesekali melakukan pengajian akbar di masjid tiap tanggal 17 di setiap bulannya yang dihadiri oleh ibu-ibu anggota As-Sakinah se-Salatiga. 3. Bidang Sosial Santunan sosial dalam upaya mengurangi atau mengatasi beban hidup yang besar dari jama’ahnya. Program ini sangat penting karena terkait dengan masalah meningkatkan sumber daya manusia. (Yani, 2009: 61) Santunan sosial yang ada di masjid Nurus Sa’adah ini berupa beasiswa untuk anak-anak kurang mampu yang di kelola oleh Bapak Didik. Dulunya dikelola oleh Pak Totok, karena beliau kerjanya di Jakarta maka sementara di serahkan ke Pak Didik. Diungkapkan oleh beberapa nara sumber bahwa : “...pemberian beasiswa untuk anak kurang mampu mbak.. di sekitar kalurahan ini untuk anak TK hingga SMA. Ini juga sudah ada yang menangani, yakni Pak Didik.” (W/In/01/Pr/9-6-2010) “...dari amalan zakat maal, infaq, dan shadaqah ini melalui masjid mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat dalam bentuk beasiswa bagi yang tidak mampu. Beasiswa ini diberikan untuk meningkatkan taraf pendidikan anak, yakni sejak TK hingga SMA.
55
Besar biaya beasiswapun berbeda-beda tergantung pada jenjang sekolah yang sedang ditempuhnya.” (W/Dk/02/Pr/19-7-2010) “...ada program beasiswa juga yang mengelola adalah Pak Didik...” (W/Mh/03/Pr/9-6-2010) Jadi, program pemberian beasiswa ini diberikan kepada masyarakat kelurahan Blotongan yang kurang mampu dari tingkat TK hingga SMA. Dananya berasal dari zakat maal, infaq dan shadaqah yang dilakukan oleh warga perumahan. Dari hasil wawancara dengan responden dapat disimpulkan bahwa program pemberdayaan masjid dapat berupa : a. Pengobatan
gratis,
dengan demikian masyarakat
tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk berobat. Biaya dapat dialokasikan pada keperluan lain yang lebih berguna. b. Pemberian beasiswa kepada anak-anak yang kurang mampu dari jenjang pendidikan tingkat TK hingga SMA. c. Pengajian rutin dari pihak ibu. d. Pemberdayaan zakat maal dan zakat fitrah untuk anak yang kurang mampu dan pengobatan gratis. e. Perpustakaan masjid yang sudah mulai berkembang.
D. Hambatan-Hambatan yang Di Alami Masjid Nurussa’adah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Hambatan merupakan apa yang menghalangi suatu kegiatan atau agenda menjadi tidak terlaksana. Hambatan yang dialami Masjid Nurus
56
Sa’adah baik itu berasal dari dalam/internal masjid maupun dari luar sebagai dampak dari pemberdayaan ekonomi masyarakat itu sendiri. Namun, hambatan
bukanlah
menjadi
pengahalang
dalam
menjalankan
roda
kepengurusan masjid. Tapi, justru dimanfaatkan untuk bahan evaluasi sebagai gambaran ke depan agar lebih baik dalam mengelola suatu organisasi. Berdasarkan wawancara dengan semua responden menyatakan alasan yang hampir sama mengenai hambatan yang dialami oleh Masjid. Diantaanya adalah : “...hambatannya itu mbak,, untuk tahun ini baru ada 1 yang mengambil beasiswa dan untuk pembukuan pengambilan beasiswa dan pengobatan gratis tahun ini belum bisa saya laksanakan karena datanya masih dibawa Pak Totok. Sedangkan beliau kerja di Jakarta, dan belum tahu pasti kapan kembalinya.” (W/Dk/02/Hm/19-7-2010) “...kurangnya semangat dari Bapak-Bapak di perumahan ini untuk mengikuti kegiatan pengajian, sehingga tidak rutin. Mungkin karena sudah lelah kerja seharian di luar.” (W/Dk/02/Hm/19-7-2010) “..kurang semangatnya bapak-bapak dalam kegiatan pengajian rutin, yang berbeda dengan pengajian ibu-ibu yang bisa berjalan secara rutin.” (W/In/01/Hm/9-6-2010) “...belum melaporkan data orang yang berobat untuk dua dokter lainnya, sehingga belum diketahui apakah sudah ada yang berobat atau belum.” (W/Dk/02/Hm/19-7-2010) “...dokter-dokter yang ada di perumahan ini yang juga bekerja di rumah sakit di luar sehingga tidak dapat sewaktu-waktu melakukan proses pengobatan.”
Berdasarkan data yang ada bahwa satu orang yang baru mangambil beasiswa ini adalah Sdr. Haryanto yang menjadi muadzin Masjid sebesar Tujuh Ratus Ribu Rupiah. Sedangkan, sebagai pasien yang telah melakukan
57
transaksi pengobatan adalah Bapak Witarso usia 65 tahun dari Perum SEHATI melakukan pemeriksaan sebanyak dua kali dan Ibu Murni usia 67 tahun dari Dusun Metes
melakukan pemeriksaan satu
kali. metode
observasi
menunjukkan bahwa minimnya remaja yang tinggal di perumahan sehingga pengkaderan remaja masjid tidak maksimal. Remaja sebagai generasi penerus sangat sedikit. Semua program masjid dilaksanakan oleh para bapak dan ibu.
E. Cara Pemecahan Masalah yang Diambil Masjid Nurussa’adah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Cara pemecahan masalah juga seharusnya disesuaikan dengan masalah yang ada. Sehingga terjadi kesinergisan antara masalah dan cara pemecahannya, sehingga permasalahan menjadi sempit dan akan mudah untuk mencarikan solusinya. Pemecahan solusi di Masjid Nurus Sa’adah ini dengan mengalihkan kegiatan yang lain ketika kegiatan utama tidak berjalan. Cara pemecahan masalah yang diungkapkan dengan para responden hampir sama pula satu dengan yang lain, bahwa Hal ini didukung oleh responden sebagai berikut: “...solusi untuk masalah pemberian modal usaha yang tidak dapat berjalan ini dialihkan ke pengobatan gratis untuk masyarakat wilayah Keluarahan Blotongan mbak....” (W/In/01/So/9-6-2010). “...program yang mendukung untuk pemecahan masalah pada program pemberian modal untuk usaha kecil yang hanya berjalan sekitar 2 bulan saja ini, akhirnya diganti dengan program pengobatan gratis untuk masyarakat sekitar Kelurahan Blotongan yang mengalami sakit dan membutuhkan pengobatan dokter. (W/Dk/02/So/19-7-2010)
58
“...program pemberian modal untuk usaha kecil akhirnya diganti dengan program pengobatan gratis untuk masyarakat.” (W/Mh/03/So/9-6-2010) Solusi yang tepat untuk masalah di masjid Nurus Sa’adah ini dengan mengalihkan program pemberian modal usaha kecil dengan pengobatan gratis di sekitar perumahan yang sudah memiliki tiga orang dokter.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Masjid adalah tempat untuk memberdayakan masyarakat. Masjid sebagai Islamic Center bukan hanya untuk kegiatan ibadah saja, namun untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, ekonomi dan bahkan budaya. Oleh karena itu, mengapa masjid disebut memiliki fungsi yang multi fungsi. Kegiatan yang dapat dilakukan di masjid sudah dicontohkan oleh Rasulullah kita Muhammad saw., kini saatnya kita mengembangkan dan memfungsikan kembali masjid. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, mengenai peran masjid dalam pemberdayaan kesejahteraan masyarakat secara umum, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Masjid Nurus Sa’adah ini terletak di sekitar perumahan, dimana warga perumahan ini notabene adalah keluarga mampu, sehingga dana masjid digunakan untuk mensejahterakan masyarakat di luar perumahan yakni khususnya di Kelurahan Blotongan sebagai tetangga terdekatnya. 2. Peran masjid Nurus Sa’adah dalam melakukan pemberdayaan kesejahteraan bagi masyarakat melalui program-program masjid melalui program sosial berupa pemberian beasiswa, program pendidikan berupa perpustakaan maupun program kesehatan berupa pengobatan gratis.
59
60
3. Hambatan yang dialami masjid Nurus Sa’adah ini misalnya, tidak semua orang yang sudah terdaftar mengambil beasiswanya. Hanya satu orang yang baru mengambil biaya beasiswa ini. 4. Solusi dari hambatan itu adalah dibukanya program pengobatan gratis itu, karena di perumahan ini sudah ada 3 orang dokter yang siap melayani sebagai ganti dari program pemberian modal usaha yang tidak berjalan.
B. Penutup Berkat Rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa dan dengan penuh perjuangan
dalam
menyusun
skripsi
ini,
penulis
mengucapkan
”Alhamdulillahirabbil ‘alamin”, atas terselesaikanya skripsi yang sangat sederhana ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yayasan, mahasiswa, maupun diri sendiri, serta orang yang membutuhkannya. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim dan Terjemahan Amiruddin.T,
Supardi.
2001.
Menejemen
Masjid
Dalam
Pembangunan
Masyarakat Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid. Yogyakarta: UII Press. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. 2007. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka Moleong, S Lexy. 2009. Metodologi Pendidikan Kualitatif. Bandung: Remaja Pusda Karya. Rofik A,dkk. 2005. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren Suryabrata,
Sumadi. 1995. Modologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Yani, Ahmad H.Drs. 2009. Panduan Memakmurkan Masjid.
Jakarta: Gema
Insani. Sidi Gazalba, 1976. Masjid: Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Jakatra: putra Aksara http://www.ziddu.com http://www.immasjid.com
Skripsi Pangestuti, 2002/2003. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Keberagamaan Bagi Anak (Studi Korelasi di Dusun Dedor Desa Jambu Kec. Jambu Kab. Semarang) STAIN Salatiga Al-Qahthani, Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf. 2003. Adab Dan Keutamaan Menuju Dan Di Masjid. Terj. Muhlisin Ibnu Abdurrahim. Bandung: Irsyad Baitus Salam, Skripsi Asmaiyah, Nur, 2009. Peran Lembaga Pendidikan Ma’arif dalam Penguatan Kemandirian Pendidikan Islam (Pendidikan Pada Lembaga Pendidikan Ma’arif Kota Salatiga) STAIN Salatiga
Republika. 14 Mei 2010. Bangkit dan Kokohkan Ekonomi Ummat. hlm.11 Republika. 21 Mei 2010. Masjid Pusat Peradaban dan Pemberdayaan Umat. Republika. 16 Mei 2010. Maksimalkan Pengelolaan Masjid. B2 Buletin Lokal STAIN, Ed.8, 2010. hlm. 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: ENDAH KURNIAWATI
Tempat Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 3 Januari 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Dsn. Tegalrejo RT 01/V Kelurahan Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kab. Semarang
No.Hp
: 085641047124
Pendidikan
: 1. TK Harapan Masa
Lulus tahun 1995
2. SDN Lerep 02 Ungaran
Lulus tahun 2001
3. MTs N Salatiga
Lulus tahun 2004
4. MAN Salatiga
Lulus tahun 2006
5. S I PAI STAIN SALATIGA
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga,
Agustus 2010
Endah Kurniawati
Transkip wawancara Responden
: Bp. Indriyatno (In)
Kode responden
:I
Kode data
: (W/In/0I/9-6-2010)
Hari/Tanggal
: Selasa 9 Juni 2010
Tempat
: Gg.II No.12 Perum Dliko Indah Salatiga
Jam
: 12.00-13.30 WIB
Reduksi data Kategori : Profil (Pf), Peran (Pr), Program (Pg) Profil (W/In/0I/Pf/9-6-2010): Pada awalnya perum Dliko Indah Salatiga ini berpenduduk rata-rata kelas menengah. Dan disekitar sini tidak ada jatah untuk mendirikan tempat ibadah atau masjid. Perumahan tersebut hanya menyediakan jatah untuk tempat olahraga. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1985 warga sekitar sepakat untuk mendirikan masjid disekitar perumahan yang diboyong oleh paguyuban Dliko Indah Salatiga yang diketuai oleh saya “kata Bp. Indriyatno. Melalui paguyuban tersebut warga Dliko Indah memohon kepada Bupati Ungaran (karena pada waktu itu masih masuk kabupaten Semarang), belum menjadi wilayah Salatiga. Dan permohonan tersebut disetujui oleh Bupati Ungaran, Bp. Sarjono, dan didirikan di perum Dliko Indah Salatiga, dengan alamat Jalan raya Dliko Indah 186 a Salatiga dengan luas tanah 414m2 pada tanggal 28 Oktober 1985 dibentuk panitia pembangunan masjid. Dana awal pembengunan berasal dari Muhammadiyah sebesar 10 juta dan lainnya dari swadaya masyarakat yang terkumpul 3,5 juta. Pembangunan dilakukan secara bertahap dan telah sempurna pada tahun 1987 kemudian diresmikan pada tanggal 9 Januari 1987 oleh Bupati Ungaran, Bp. Sarjono. Rencananya nama msjid tersebut adalah “Mawadah”, “kata Bp. Indriyatno. Namun tidak disepakati dan akhirnya disepakati dengan nama “Nurussa’adah” yang artinya “ Cahaya Kesenangan”. Hampir 1,5 tahun masjid ini tidak mempunyai takmir atau yang mengelola masjid. Akhirnya pda tanggal 20 Mei 1988 dibentuk takmir masjid. Waktu itu dicalonkan Bapak Zulfa Makhasin, Bapak Masykur Minan dan Bapak Banany. Namun mereka menolak dan
mempercayakan kepada Bapak Indriyatno sebagai ketua takmirnya dan sekaligus sebagai ketua paguyuban dan berjalan sampai sekarang. Pada tanggal 18 Maret 2010 masjid ini telah mendapat sertifikat resmi. Peran (W/In/0I/Pr/9-6-2010): Masjid ini dikelola secara kolektif oleh 3 orang ketua yakni Bp. Indriyatno sebagai ketua I, Bp. Zulfa sebagai Ketua II yakni Ketua Bidang Keagamaan dan Bp. Nuryanto sebagai III yakni Ketua Bidang Pembangunan. Dalam pengelolaannya masjid ini semakin luas jumlah jama’ahnya sehingga menjadikan harus menambah bangunan. Tambahan ruangan yakni serambi masjid ini didirikan di tempat yang dulunya bekas panggung untuk kesenian/hiburan Rebana/Kosidah. Banyak para jama’ah shalat jum’at yang datang ke masjid ini walaupun sudah ada masjid yang lebih bagus dari masjid. Infaq dalam setiap hari jum’at dapat mencapai 400.000,00. Sehingga dalam sebulan dapat mencapai 1,6 juta. Dana ini digunakan untuk perawatan masjid, renovasi, kebersihan, transportasi imam dan khotib (walaupun tidak semua imam dan khotib mau menerimanya). Begitu pula terjadi pada saat hari raya besar tiba Islam tiba. “ Idul Fitri dan Idul Adha”. Di masjid ini pada saat hari raya kurban mampu mengumpulkan 20 ekor kambing dan 6 ekor sapi tiap tahunnya. Pembagian hewan kurban bukanlah disekitar masjid namun di wilayah kelurahan Blotongan (diantaranya dusun Bonorejo, Dlikosari, dll)dan panti asuhan-panti asuhan terutama panti asuhan Muhammadiyah. Diperkenankan pula bagi masyarakat yang menginginkan kambing. Namun untuk daging sapi sebagian dibagikan di wilayah perum Dliko Indah. Hal ini terus berjalan hingga sekarang. Mereka sangat tertolong karena mendapat bantuan pengobatan gratis dengan melapor ke pengurus masjid Nurussa’adah ini. Pembagian hewan kurban yang sampai kepada masyarakat secara merata, sehingga semua kalangan dapa menikmati bersama. Program (W/In/0I/Pg/9-6-2010): Diantara program-progam yang sudah berjalan : 1.
Memberian pengobatan gratis bagi masyarakat. Jadi masyarakat di keluran Blotongan yang sakit bisa meminta surat keterangan sakit ke masjid nurussa’adah ini dan dapat pengobatan gratis dalam hal pengobatan bukan laboratorium. Karena disekitar perumahan ini terdapat 3 orang dokter.
2.
Pengajian ibu-ibu tiap hari jum’at sore, 1 pekan sekali.
3.
Pengajian bapak-bapak, setiap jum’at 2 pekan sekali.
4.
Perpustakaan masjid yang dikelola oleh pengurus sendiri. Namun peminjaman hanya kepada jama’ah masjid bukan untuk di luar itu. Baru berdiri 6 bulan yang lalu. Masjid ini mendapat bantuan dari pemda untuk mengikutkan 2 orang dalam kursus keperpustakaan. Waktu itu ditunjuk Bp. Ahmad dan Bp. Mahdi yang sekarang dipercaya untuk mengelola perpustakaannya.
Adapun program yang belum berjalan, antara lain: 1.
Pemberian modal kepada masyarakat. Hal ini tidak berlangsung lama, karena lamalama modal tidak kembali.
2.
Menyantuni anak yatim. Program ini juga tidak lama karena kemudian didirikan Immaduddin yang menengani khusus anak yatim.
3.
Koperasi
Terdapat pula lembaga pengajian : 1.
Majlis Dzikir Nurussa’adah yang dijalankan oleh ibu-ibu 2 pekan sekali.
2.
As-Sakinah (perkumpulan orang-orang purnakarya) disebut dengan KPPS (Kerukunan Pengajian Purnakarya Salatiga) As-Sakinah disekitar kelurahan Blotongan, dilaksanakan 1 bulan sekali pada tanggal 17 dan pada tanggal 25 bertempat di Pandowo sebagai pusatnya.
Dari pihak internal : 1.
Semangat para jama’ah ibu-ibu perum Dliko Indah sendiri dan bapak-bapaknya sehingga sekaligus sebagai monitoring.
2.
Terdapat 3 orang dokter di sekitar Perum Dliko Indah.
3.
Semangat dan kesadaran yang tinggi dari masyarakat Dliko Indah dalam bersedakah dan membantu sesama.
Dari pihak luar : 1.
Adanya dropping buku-buku perpustakaan dari profinsi dan pembiayaan kursus keperpustakaan dari Pemda Salatiga.
2.
Sumbangan biaya pembanguanan dari Muhammadiyah.
3.
Masjid sudah mempunyai sertifikat resmi.
Transkip wawancara Responden
: Bp. Didik Boediono (Dk)
Kode responden
:2
Kode data
: (W/Dk/03/19-7-2010)
Hari/Tanggal
: Senin, 19 Juli 2010
Tempat
: Gg.XVII Perum Dliko Indah Salatiga
Jam
: 15.00-16.00 WIB
Tanya
: bagaimana sejarah berdirinya masjid nurussa’adah ini pak?
Jawab
: untuk sejarahnya tanya ke Pak Indriyatno saja mbak,. Lebih jelas. Beliau sebagai Ketua Pengurusnya. Dan pemaparan Bapak Indriyatno adalah sebagai berikut: Pada awalnya perum Dliko Indah Salatiga ini berpenduduk rata-rata kelas menengah. Dan disekitar sini tidak ada jatah untuk mendirikan tempat ibadah atau masjid. Perumahan tersebut hanya menyediakan jatah untuk tempat olahraga. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1985 warga sekitar sepakat untuk mendirikan masjid disekitar perumahan yang diboyong oleh paguyuban Dliko Indah Salatiga yang diketuai oleh saya “kata Bp. Indriyatno. Melalui paguyuban tersebut warga Dliko Indah memohon kepada Bupati Ungaran (karena pada waktu itu masih masuk kabupaten Semarang), belum menjadi wilayah Salatiga. Dan permohonan tersebut disetujui oleh Bupati Ungaran, Bp. Sarjono, dan didirikan di Perum Dliko Indah Salatiga ini, dengan alamat Jalan raya Dliko Indah 186 a Salatiga dengan luas tanah 414m2 . Pada tanggal 28 Oktober 1985 dibentuk panitia pembangunan masjid. Dana awal pembengunan berasal dari Muhammadiyah sebesar 10 juta dan lainnya dari swadaya masyarakat yang terkumpul 3,5 juta. Pembangunan dilakukan secara bertahap dan telah sempurna pada tahun 1987 kemudian diresmikan pada tanggal 9 Januari 1987 oleh Bupati Ungaran, Bp. Sarjono. Rencananya nama msjid tersebut adalah “Mawadah”, “kata Bp. Indriyatno. Namun tidak disepakati dan akhirnya disepakati dengan nama “Nurussa’adah” yang artinya “ Cahaya Kesenangan”.
Hampir 1,5 tahun masjid ini tidak mempunyai takmir atau yang mengelola masjid. Akhirnya pda tanggal 20 Mei 1988 dibentuk takmir masjid. Waktu itu dicalonkan Bapak Zulfa Makhasin, Bapak Masykur Minan dan Bapak Banany. Namun mereka menolak dan mempercayakan kepada Bapak Indriyatno sebagai ketua takmirnya dan sekaligus sebagai ketua paguyuban dan berjalan sampai sekarang. Pada tanggal 18 Maret 2010 masjid ini telah mendapat sertifikat resmi. (W/Dk/02/Pf/19-7-2010) Tanya
: bagaimana dengan program-program yang ada di Masjid ini pak?
Jawab
: prgram-programnya sangat banyak mbak. Diantaranya : 1. Zakat infaq dan shadaqah. Njenegan tanya ke Pak Muhdi saja mbak,, sebagai penanggung jawabnya. 2. Ada beasiswa untuk anak-anak kurang mampu yang di kelola oleh Bapak Didik. Dulunya Pak Totok karena beliau kerjanya di Jakarta maka sementara di serahkan ke Pak Didik. Nanti bisa menghubingi beliau. 3. Program perpustakaan. Program ini di kelola oleh pak ahmad. Tapi yang membawa kincinya hariyanto, penjaga masjidnya. 4. Program kesehatan gratis. Keuangannya dari saya, ya baru ada 3 orang itu. 5. Pengajian rutin ibu-ibu setiap malam jum’at. 6. Kalau bapak-bapak tidak rutin, kadang kalau ada hajatan dari perorangan. 7. Majlis Dzikir Nurussa’adah yang dijalankan oleh ibu-ibu 2 pekan sekali. 8. As-Sakinah (W/Dk/02/Pg/19-7-2010)
Tanya
Jawab
: dari mana uang untuk pembiayaan kesehatan gratis dan beasiswa itu Pak? : dananya dari infaq, zakat maal dan shadaqah itu mbak,, kan ada pembagiannya, sebagian di untuk biaya sosial ini, dan sebagian di bawa oleh bendaharanya. Untuk keperluan masjid danaya di pegang oleh bendaharanya Bapak Sholihin Kastawi. (W/Dk/02/Pg/19-7-2010)
Tanya
: bagaimana dengan penyaluran hewan Qurbannya , Pak?
Jawab
: coba njenengan tanya ke pak Muhdi saja. Beliau yang megang juga.
Tanya
: apaka ada hambatannya, pak?
Jawab
: untuk program beasiswa ini baru ada satu orang ayng mengambil, mbak. Tidak tahu kenapa, mungkin memang sudah mampu. Dulu ada yang satu
keluarga mendapatkan beasiswa semua hingga tingkat SMA. Tapi saat ini sudah berhenti,. Program kesehatan gratis baru ada 3 kali periksa dengan 1 0rang 2x dan 1 ornag 1 x. Yaitu ke dokter Maya. Tanya
: adakah target-target tertentu dalam pencapaiannya, Pak?
Jawab
: kita tidak ada target mbak,,.
Transkip wawancara Responden
: Bp. Muhdi (Mh)
Kode responden
:3
Kode data
: (W/Mh/03/9-6-2010)
Hari/Tanggal
: Senin, 19 Juli 2010
Tempat
: Gg.XVI Perum Dliko Indah Salatiga
Jam
: 16.30-17.30 WIB
Tanya
: bagaimana sejarah berdirinya masjid nurussa’adah ini pak?
Jawab
: kalau sejarah berdirinya ke Pak Indriyatno saja mbak,. Lebih jelas. Dan pemaparan Bapak Indriyatno adalah sebagai berikut: Pada awalnya perum Dliko Indah Salatiga ini berpenduduk rata-rata kelas menengah. Dan disekitar sini tidak ada jatah untuk mendirikan tempat ibadah atau masjid. Perumahan tersebut hanya menyediakan jatah untuk tempat olahraga. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1985 warga sekitar sepakat untuk mendirikan masjid disekitar perumahan yang diboyong oleh paguyuban Dliko Indah Salatiga yang diketuai oleh saya “kata Bp. Indriyatno. Melalui paguyuban tersebut warga Dliko Indah memohon kepada Bupati Ungaran (karena pada waktu itu masih masuk kabupaten Semarang), belum menjadi wilayah Salatiga. Dan permohonan tersebut disetujui oleh Bupati Ungaran, Bp. Sarjono, dan didirikan di Perum Dliko Indah Salatiga ini, dengan alamat Jalan raya Dliko Indah 186 a Salatiga dengan luas tanah 414m2 . Pada tanggal 28 Oktober 1985 dibentuk panitia pembangunan masjid. Dana awal pembengunan berasal dari Muhammadiyah sebesar 10 juta dan lainnya dari swadaya masyarakat yang terkumpul 3,5 juta. Pembangunan dilakukan secara bertahap dan telah sempurna pada tahun 1987 kemudian diresmikan pada tanggal 9 Januari 1987 oleh Bupati Ungaran, Bp. Sarjono. Rencananya nama msjid tersebut adalah “Mawadah”, “kata Bp. Indriyatno. Namun tidak disepakati dan akhirnya disepakati dengan nama “Nurussa’adah” yang artinya “ Cahaya Kesenangan”. Hampir 1,5 tahun masjid ini tidak mempunyai takmir atau yang mengelola masjid. Akhirnya pda tanggal 20 Mei 1988 dibentuk takmir masjid. Waktu
itu dicalonkan Bapak Zulfa Makhasin, Bapak Masykur Minan dan Bapak Banany. Namun mereka menolak dan mempercayakan kepada Bapak Indriyatno sebagai ketua takmirnya dan sekaligus sebagai ketua paguyuban dan berjalan sampai sekarang. Pada tanggal 18 Maret 2010 masjid ini telah mendapat sertifikat resmi. (W/Mh/03/Pg/19-7-2010) Tanya
: bagaimana dengan program-program yang ada di Masjid ini pak?
Jawab
: prgram-programnya sangat banyak mbak. Diantaranya : 1. Zakat infaq dan shadaqah. Kebetulan yang menjadi penanggungjawabnya dalah saya. 2. Ada beasiswa untuk anak-anak kurang mampu yang di kelola oleh Bapak Didik. Dulunya Pak Totok karena beliau kerjanya di Jakarta maka sementara di serahkan ke Pak Didik. Nanti bisa menghubingi beliau. 3. Program perpustakaan. Program ini di kelola oleh pak ahmad. Tapi yang membawa kincinya hariyanto, penjaga masjidnya. 4. Program kesehatan gratis. Untuk ini pengelolaannya juga di pegang oleh Pak Didik. 5. Pengajian rutin ibu-ibu setiap malam jum’at. 6. Kalau bapak-bapak tidak rutin, kadang kalau ada hajatan dari perorangan. 7. Majlis Dzikir Nurussa’adah yang dijalankan oleh ibu-ibu 2 pekan sekali. 8. As-Sakinah (W/Mh/02/Pg/19-7-2010)
Tanya Jawab
: bagaimana dengan penyaluran hewan Qurbannya , Pak? : oo.. kalau hewan qurban kita malah banyak mbak, kita dapat mendistribusikan sampai di luar Kelurahan Blotongan. Bisa sampai ke Suruh, Pulutan, yang mana wilayah itu masuk wilayah Kabupaten Semarang, ke masjid-masjid yang membutuhkan juga. Data-datanya terbaru ada mbak,, (terlampir) Untuk zakat fitrah, maal, infaq dan shadaqah ada sendiri, mbak,, seperti ini datanya atau pembagiannya (terlampir). Penyalurannya disalurkan ke panti asuhan-panti asuhan, masjid-masjid dan untuk khotib dan imam yang masuk kategori
sabilillah,
sekolah,
(W/Mh/02/Pg/19-7-2010)
pondok
pesantren
dan
lain-lain.
Tanya
: apaka ada hambatannya, pak?
Jawab
: hampir tidak menemukan hambatan. Semua berjalan lancar.
Tanya
: adakah target-target tertentu dalam pencapaiannya, Pak?
Jawab
: kita tidak ada target mbak,, kita laksanakan dulu program yang ada.
DAFTAR NILAI SKK
Nama
: Endah Kurniawati
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/PAI
NIM
: 111 06 048
Dosen PA
: Fatchurrahman, M. Pd
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10.
11.
12. 13. 14. 15. 16.
Agenda Kegiatan
Tanggal
SK Kepengurusan LDK
16 Juli 2007
SK Kepengurusan LDK
10 Juli 2008
SK Kepengurusan LDK Workshop ESIQ OPSPEK 2006 Seminar Regional “Pendidikan Gratis Upaya Mewujudkan Pendidikan Berbasis Kerakyatan” HMJ Tarbiyah Seminar nasional Keputrian “Good Women Great Action” UKKI UNNES GARDIKA LDK TO II LDK “Kuatkan Hati Untuk Membangun Eksistensi Pemimpin Sejati” PDM VI “Menciptakan Kader BerIslam Secara Kaffah” Pesantren Kilat dan I’tikaf Pondok An-Nida “ Pendidikan Rohani Mencetak generasi Islami” FSLDK “Training Manajerial LDK” Seminar Regional dan Workshop Penanganan Autis “Melejitkan Potensi Anak Autis” Pesantren Kilat LDK Pesantren Kilat LDK Dauroh Qur’an “Lahirkan Generasi Qur’an Gapai Ridho
Keterangan
Nilai 5
29 Juni 2009 6 November 2008 13 Oktober 2006 11 Januari 2008
Pengurus Harian Pengurus Harian Staff Nisa’ Panitia Peserta Peserta
6 Juni 2009
Peserta
6
13 Oktober 2006 19-20 Mei 2007
Peserta Peserta
3 3
17 September Peserta 2006 7 November 2006 Peserta
3
3-4 Mei 2008
Peserta
3
1 Agustus 2010
Peserta
4
September 2008 Pemateri November 2009 Pemateri 20 September Panitia 2008
5 5 3 3 4
3
4 4 3
No.
17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
33.
34. 35. 36.
Agenda Kegiatan Ilahi” GARDIKA “Perjumpaan Indah Dengan Ramadhan Penuh Berkah” Training Kader (TEKAD I) Training Kader (TEKAD II) Bedah Buku “Zero to Hero” “ Training Organisasi Work Shop ESIQ
Tanggal 15 2008
Keterangan
September Panitia
19 Januari 2008 26 Mei 2009 28 April 2007 19-20 Mei 2007 20 November 2009 Training Kader (TEKAD I) 14 Desember 2009 Training Kader (TEKAD I) 16-17 Januari 2009 DMS 2 LDK 27 Maret 2010 Seminar Super Parenting 11 Juli 2010 “Keajaiban Do’a dan Sedekah” TFT “Mendahsyatkan Pribadi 25 Desember Biasa Menjadi Luar Biasa” 2008 Pesantren Kilat Ramadhan 5 Oktober 2007 Pelatihan Dakwah Mahasiswa 8 September 2007 (PDM) GARDIKA bedah film 1 Oktober 2007 “Keajaiban Al-Qur’an” Bedah Buku “Buktikan 22 Maret 2008 Cintamu” Linkar Nisa’ “The Power of 20 Mei 2008 Tripel B (Braib, Behaviour and Beauty)” Pra DM “Indahnya 4 September 2008 Kebersamaan Di Bulan Ramadhan” DMS “Let’s be a True 22 Novem 2009 Moslemah” MILAD VII “Makin Bermanfaat 14 April 2009 dan Bersahabat Sarasehan Milad LDK 6 Mei 2008 ”Mengharap Barokah Dalam
Nilai 4
Panitia Panitia Peserta Peserta Panitia
4 4 2 3 4
Panitia
4
Panitia
4
Panitia Peserta
4 3
Peserta
3
Pemateri Panitia
2 3
Panitia
3
Panitia
3
Peserta
2
Peserta
2
Panitia
3
Panitia
3
Panitia
3
No. 37.
Agenda Kegiatan Melangkah” Islamic Public Training (IPST)
Tanggal
Speaking 14 Maret 2009
Keterangan
Nilai
Panitia
Jumlah
3 127
Salatiga, 21 Agustus 2010 Mengetahui, Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M. Ag NIP. 19750211 200003 1 001