PERAN KEPRIBADIAN DALAM NIAT MEMULAI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL THE ROLE OF PERSONALITY ON START UP INTENTIONS OF SOCIAL ENTREPRENEURSHIP DWIYADI SURYA WARDANA Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala Jalan Sriwijaya No. 32 & 36 Semarang 50242 Email :
[email protected] Abstract : Pengusaha sosial sering memiliki sifat kepribadian tertentu yang menentukan perilaku atau tindakan mereka. Kepribadian juga terbentuk dari nilai atau kepercayaan yang dianut dan memiliki peran yang penting dalam pengambilan keputusan seorang pengusaha sosial. Pada penelitian ini kepribadian menjadi variabel bebas yang terbagi menjadi lima yaitu Openness (open), Extroversion (extrov), Agreeableness (agree), Conscientiousness (consc), Neuroticism (neuro). Sedangkan variabel terikat yaitu social entrepreneurship yang terbagi menjadi lima dimensi yaitu Social Vision (SV), Sustainability (STB), Social Networks (SN), Innovation (INV), Financial Returns (FR). Tujuan penelitian ini untuk melihat peran kepribadian dalam niat memulai kewirausahaan sosial. Uji Validitas dan Reabilitas data diukur dengan faktor analisis dan Cronbach Alpha kemudian analisis data dan uji hipotesis dilakukan menggunakan regresi linier berganda. Penelitian ini dilakukan pada 5 perguruan tinggi berbeda. Untuk menguji beda penilaian para responden untuk setiap perguruan tinggi terhadap dimensi social entrepreneurship penelitian ini menggunakan Analisis of Varians (ANOVA). Dari hasil pengujian data, penelitian ini mendapat temuan bahwa secara keseluruhan kelima kepribadian atau variabel bebas memiliki pengaruh atau berperan dalam niat memulai kewirausahaan sosial. Dari kelima variabel bebas tersebut variabel Conscientiousness memiliki pengaruh yang paling dominan. Penelitian ini menyarankan, untuk menumbuhkan dan memperkuat kepribadian Conscientiousness. Seluruh pihak yang memiliki peran dalam pembentukan kepribadian hendaknya dapat meningkatkan disiplin dan menciptakan sebuah suasana disiplin, taat terhadap prosedur dan teliti. Keywords : personality, social entrepreneurship, social responsibility PENDAHULUAN Untuk menjadi negara maju Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan. Sebuah Negara membutuhkan banyak wirausahawan (Martowardojo, 2010:7) saat ini, perbandingan jumlah wirausahawan terhadap jumlah penduduk sangatlah kurang karena masih dibawah 2%. Untuk meningkatkan persentase tersebut perlu partisipasi dan sinergi dari pemerintahpendidikan-bisnis-masyarakat. Sinergi ini diharapkan dapat menjadikan entrepreneurship sebagai gerakan nasional dengan tujuan program ini dapat cepat menyebar keseluruh Indonesia. Dikatakatan lebih lanjut hal pertama yang perlu dilakukan agar tercapainya program besar
tersebut adalah mengubah pola pikir masyarakat. Melakukan perubahan terhadap mindset tidak dapat dilakukan secara instant tetapi memang betul-betul membutuhkan dukungan dari seluruh pihak. Rheinald menulis ada 50,7 juta usaha mikro di Indonesia. Tak pernah terjadi sebelumnya dalam perekonomian Indonesia dimana tingkat partisipasi masyarakat dalam sektor informal sebesar 50,7 juta. Jumlah ini mampu menampung tenaga kerja sebanyak lebih dari 90 juta orang. Dia juga menuliskan bahwa potensi ekonomi Indonesia berada dikaki lima, di tepi-tepi jalan, di terminal, warung-warung, pedagang keliling dan sebagainya (Kasali, 2011:34). Kita akan lihat dari sisi yang sedikit berbeda, ketika sebuah entitas bisnis hadir melulu dengan alasan dan tujuan economic profit apakah merupakan praktik bisnis yang dapat diterima jikalau sebuah usaha menangguk untung berjuta-juta dolar sementara hutan dibabat rata tak berjejak, tambang emas, batu bara dan sumber daya alam lainnya dikeruk tak bersisa, menggunakan segala cara yang berakibat buruk pada konsumen dikemudian hari. Apakah akan baik untuk kita semua tatkala generasi penerus tak mendapatkan warisan alam, bahkan harus siap menerima bencana. Apa yang salah dengan semua ini? Muhammad Yunus menuliskan dalam bukunya yang sangat inspiratif bagi kehidupan berbisnis bahwa kelemahan mendasar terletak pada bangunan teori kapitalisme. Kelemahan paling besar pada teori tersebut terletak dalam penjabarannya yang menyesatkan soal ciri dasar manusia. Dalam teori tersebut manusia yang terjun kedunia usaha digambarkan sebagai makhluk satu dimensi dengan tujuan tunggal memaksimalkan keuntungan. Manusia dianggap mengejar sasaran ekonomi ini dengan sebuah pola pikir yang sama (Yunus & Weber, 2011). Penafsiran tentang manusia tersebut mengingkari setiap peran dalam aspek kehidupan yang lain. Tidak diragukan bahwa manusia adalah makhuk yang hanya mementingkan diri sendiri, tetapi mereka juga makhluk yang bisa tidak egois dan bisa peduli terhadap sesama. Kebahagian manusia tidak hanya terletak pada kekayaan yang mereka miliki, melainkan manusia juga akan merasakan kebahagian lahir batin ketika mereka dapat berguna bagi lingkungan dan sesamanya. Mungkin sebuah jawaban akan kegelisan ini terdapat pada sebuah model bisnis baru yang semakin ramai dilirik oleh masyarakat dunia. Bisnis sosial didesain untuk mengatasi gap antara mengeruk keuntungan dengan memenuhi kebutuhan manusia, bisnis sosial menerapkan pemikiran entrepreneurial untuk mengatasi masalah seperti kemiskinan, kelaparan, polusi, dan
penyakit, mendirikan perusahaan mandiri untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, serta membantu menciptakan dunia menjadi tempat tinggal yang lebih manusiawi1. Bahkan betapa pentingnya model bisnis ini dimata dunia seorang praktisi bisnis visioner dan juga seorang akademisi dari Bangladesh yang memelopori model bisnis sosial ini memenangi nobel perdamaian 2006. Pengertian kewirausahaan sosial yang dituliskan oleh Yunus dan Weber (2011:1) adalah terkait dengan pribadi atau kepribadian. Kewirausahaan sosial dan bisnis sosial dalam beberapa artikel internasional dikatakan sama namun beberapa artikel lain menyatakan berbeda. Namun penelitian ini akan melihat kedua istilah diatas memiliki tujuan yang sama. Pernyataan ini didukung oleh Kin (2011) ‘Social entrepreneurship can be found throughout history but in modern times, the notion was popularized by Mr Muhammad Yunus, who won the 2006 Nobel Peace Prize for raising the standard of living in Bangladesh by offering small business loans to millions of poor entrepreneurs, especially women’. Pendapat lain yang menyatakan bahwa bisnis sosial dan kewirausahaan sosial serupa adalah ‘Ashoka’ sebuah organisasi yang mempromosikan konsep kewirausahaan sosial, dalam keterangannya pada website yang mereka bangun menyatakan ‘Muhammad Yunus is founder of Grameen Bank and The Grameen Family of Companies and is a founding member of Ashoka’s Global Academy for Social Entrepreneurship’2. Sekali lagi penelitian ini tidak akan memperdebatkan perbedaan definisi yang terus berkembang, namun penelitian ini mengambil sikap bahwa kewirausahaan sosial lebih dekat dengan pribadi individu namun memiliki karakteristik yang sama dengan bisnis sosial. Seperti yang dinyatakan oleh Drucker (1994:28) bahwa kewirausahaan lebih merujuk pada sifat, watak, ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Kewirausahaan dimasa lalu seringkali diyakini sebagai bakat lahirtalenta yang kemudian terasah dan terbentuk melalui pengalaman hidup dilapangan pekerjaan. Kini, paradigm klasik tersebut telah berubah, bergeser kearah yang lebih rasional dan ilmiah. Kewirausahaan telah menjadi salah satu disiplin ilmu yang mempelajari nilai, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang bisnis dengan berbagai resiko 1
Wawan Dhewanto, 2011, Membangun Bisnis Sosial Ala Muhammad Yunus, SWA Sembada, No 09/XXVII/28 APRIL-11 MEI 2011 2 Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada http://www.ashoka.org/ga/microcredit
yang mungkin akan dihadapinya. Karena itu kewirausahaan dapat dipelajari secara sistematis berdasarkan unsur-unsur penting dalam manajemen bisnis oleh siapapun untuk membentuk etos kerja dunia usaha (Suryana & Bayu, 2010). Dari latar belakang masalah yang dipaparkan diatas penelitian ini tertarik untuk melihat peran ciri-ciri kepribadian dalam niat untuk memulai sebuah kewirausahaan sosial, mengingat kewirausahaan sosial merupakan sisi lain dari sebuah kewirausahaan yang dapat juga menciptakan kebahagian dan kemakmuran bagi umat manusia. METODE Kewirausahaan Berbicara tentang kewirausahaan, banyak definisi yang dikembangkan oleh para pakar. Beberapa membagi kewirausahaan menjadi dua fokus utama yaitu kewirausahaan sebagai sebuah entitas bisnis dan kewirausahaan sebagai sebuah ‘jiwa’ lebih dekat kepada kepribadian. Sampai saat ini memang masih terus berkembang pemahan tentang kewirausahaan tersebut. Beberapa pakar yang mendefinisikan kewirausahan sebagai sebuah ‘jiwa’ diantaranya yaitu (Drucker, 1994:28) yang menyatakan bahwa kewirausahaan lebih merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Serupa dengan apa yang didefinisikan oleh Drucker, dalam bukunya Suryana dan Bayu (2010:17) menuliskan bahwa kewirausahaan merupakan semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian pengambilan risiko, kreativitas, dan inovasi, serta kemampuan manajemen. Untuk lebih memperkuat pemahaman awal tentang kewirausahaan, sebuah tulisan dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Samisoni (2010) kewirausahaan mencangkup gagasan dari orang-orang tertentu yang memiliki jiwa kepemimpinan, perencana dan paling penting adalah inovator yang mana mereka mungkin berpendidikan atau tidak yang pasti adalah seorang analis pasar yang baik. Dalam Samisoni (2010) kewirausahaan cenderung dibahas lebih jauh dalam kaitannya dengan kepribadian orang yang yang didorong oleh gagasan, rencana bisnis, inovasi, mimpi, dan dukungan keuangan untuk mengimplementasikannya.
Kewirausahaan Sosial Sebelum masuk lebih jauh pada penelitian, tentu akan menjadi sangat baik jika terlebih dahulu peneliti memberikan definisi-definisi tentang kewirausahaan sosial yang tentunya salah satu definisi tersebut dan atau definisi-definisi tersebut dapat ditarik sebuah benang merah apa sebenarnya kewirausahaan sosial tersebut, yang akan menjadi pijakan dalam penelitian ini. Sebuah definisi kewirausahaan sosial dalam artikel Noruzi, Westover & Rahimi (2010:4) definisi kewirausahaan sosial dilihat secara spesifik, kewirausahaan sosial lebih cenderung kepada aktifitas inovasi dengan tujuan sosial yang baik pada sektor nirlaba. Sebuah definisi yang dituliskan oleh Yunus & Weber (2010:4) yang mencoba membedakan definisi dan praktik dari bisnis sosial, social enterprise, kewirausahaan sosial, social responsible business menuliskan bahwa kewirausahaan sosial terkait dengan pribadi. Ungkapan ini menggambarkan prakarsa dengan konsekuensi sosial yang diciptakan oleh seorang wirausaha yang memiliki visi sosial. Penjelasan yang ingin diperlihatkan oleh peraih nobel perdamaian dunia 2006 tersebut jelas bahwa kewirausahaan sosial merupakan sebuah pribadi yang memiliki inovasi terhadap konsekuensi sosial namun dapat mendapatkan keuntungan dalam inovasi yang dikerjakannya, dan itulah perbedaan yang sangat nyata antara bisnis sosial dan kewirausahaan sosial. Guna memperkaya khasanah definisi kewirausahaan sosial pada penelitian ini definisi sedikit berbeda atau dilihat dari entitas bisnis tentang kewirausahaan sosial yang dipaparkan oleh Anugerah & Sadjad3 dalam presentasinya bahwa kewirausahaan sosial adalah bisnis/usaha yang tujuan utamanya adalah untuk tujuan sosial. Pada prinsipnya, mereka menginvestasikan kembali pendapatan mereka kepada usahanya atau komunitasnya untuk mencapai tujuan sosial tersebut. Tidak seperti usaha komersil, mereka tidak didorong untuk menghasilkan laba untuk pemegang saham ataupun pemiliknya. Gilmore, Gallagher, O’Dwyer (2010:12) terdapat dua cara kewirausahaan sosial berada, salah satunya dilihat dari pendekatan niat dan hasil dan didasarkan pada usaha inovasi untuk memecahkan masalah sosial. Ini adalah pendekatan praktis, inovasi dan berkelanjutan untuk masyarakat pada umumnya. Kekuatan kunci dari kewirausahaan sosial adalah bahwa hal itu dapat mengungkap atau menciptakan peluang baru melalui proses alokasi eksplorasi, inovasi, eksperimentasi, dan sumber daya. Pengusaha Sosial menggunakan pengalaman pengetahuan mereka untuk membina, mendorong dan menciptakan solusi inovatif untuk masalah-masalah sosial yang terkait. 3
Keterangan lebih lanjut silakan mengunduh di www.britishcouncil.or.id
Kewirausahaan sosial mencoba mengisi celah yang saat ini tidak diisi oleh perusahaan swasta atau badan pemerintah. Biasanya berpusat pada kebutuhan masyarakat. Aktivitas kewirausahaan sosial perlu fokus pada memberikan layanan yang cocok atau produk dan melakukannya dengan cara yang baik dan tentu saja harus dapat diakses oleh mereka yang membutuhkan dan dengan komunikasi yang tepat. Fokus kegiatan perusahaan sosial akan berkonsentrasi pada kegiatan inti yang diperlukan untuk mengisi kesenjangan atau kebutuhan dalam komunitas dan efisien dalam memberikan kegiatan-kegiatan inti (Gilmore, Gallagher, O’Dwyer, 2010:12). Sejalan dengan pernyataan diatas Nga & Shamuganathan (2010:263) menuliskan bahwa pengusaha sosial mengisi kesenjangan dalam penyediaan barang publik yang mana belum dapat dipenuhi oleh pemerintah dan dimana pihak swasta memandang resikonya tidak sepadan dengan keuntungannya, disitulah peranan pengusaha sosial. Secara umum keterkaitan utama antara kewirausahaan sosial dan kewirausahaan adalah kewirausahaan sosial cenderung untuk mendorong kegiatan kewirausahaan seseorang terhadap pemecahan masalah atau menciptakan peluang yang akan memiliki daya tarik yang luas dalam hal ekonomi, masyarakat, komunitas dan lain-lain dalam sebuah negara. Kewirausahaan sosial menggunakan dasar kewirausahaan yaitu inovasi (kreativitas dan tindakan), berani mengambil resiko dan memiliki perilaku proaktif dalam membantu keberhasilan dan nilai sosial (Al-Alak & Eletter, 2010:83). Sebuah tulisan yang cukup lengkap membahas mengenai kewirausahaan sosial dituliskan oleh Winarto (2008:4) menyebutkan bahwa karakteristik kegiatan wirausaha sosial sebagai berikut, tugas wirausaha sosial ialah mengenali adanya kemacetan atau kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan maslah dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan. Selain itu wirausaha sosial tidak puas hanya memberi ‘ikan’ atau mengajarkan cara ‘memancing ikan’. Ia tidak akan diam hingga ‘industry perikanan’ pun berubah. Dari apa yang telah peneliti tuliskan diatas yang diambil dari beberapa sumber yang memiliki kredibilitas baik mengenai kewirausahaan sosial dapat diketahui bahwa kewirausahaan sosial terkait dengan kepribadian, yang memiliki ‘jiwa’ inovatif, berani mengambil resiko, dan sebagian besar kepribadian wirausaha ditambah dengan jiwa sosial yang tinggi. Namun masih dapat memperoleh laba atas usahanya.
Dimensi Kewirausahaan Sosial Kewirausahaan sosial merupakan istilah baru yang semakin popular (Jones, Warner & Kiser, 2010:45). Perusahaan atau usaha sosial telah mengambil langkah pertama yang sangat membantu perbaikan kehidupan sosial, harapan untuk perusahaan swasta dan pemerintah untuk melalukan hal yang serupa masih terus dinantikan (Sibilin, 2010:35). Dalam penelitian ini kewirausahaan sosial terbagi menjadi lima dimensi (Nga & Shamuganathan, 2010:263) yaitu: Social Vision (SV), para pengusaha sosial didorong oleh visi sosial yang kuat yang pada akhirnya menggerakan rasa tanggung jawab dan merasa memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Sustainability (STB), keberlanjutan atau sustainability ini sering berkaitan dengan bahwa bisnis bukan hanya untuk untuk satu generasi, melainkan lebih dari itu. Bisnis merupakan bagian antar generasi yang terus saling berhubungan. Hal ini membutuhkan kesadaran sosial dan moral yang tinggi, yang akan mempengaruhi ekosistem global. Sosial networks (SN), jaringan sosial yang formal maupun yang tidak formal merupakan suatu sumberdaya yang bernilai tinggi. Dalam kewirausahaan sosial, jaringan sosial juga merupakan sebuah sumber yang tidak ternilai. Dalam kaitannya dengan penelitian ini jaringan memungkinkan berbagi informasi dan pengetahuan untuk dapat lebih inovatif dan relevan untuk kepentingan masyarakat luas. Innovation (INV), kewirausahaan sosial jelas sangat berkaitan dan membutuhkan sebuah inovasi. Menghadapi semua tantangan yang ada dan harus sejalan dengan hal-hal sosial yang tidak merugikan semua sektor, pengusaha sosial harus tangkas dan kreatif dalam membentuk solusi sosial. Financial returns (FR), pandangan keuangan berasal dari sisi permintaan yang berkeyakinan bahwa pengusaha harus merebut peluang dan bersaing untuk mendapatkan sumberdaya yang langka dan menghasilkan kemakmuran dari sisi ekonomi. Dari perspektif keuangan jangan lupa pada kekuatan ‘invisibel hand’ hal ini juga yang terjadi pada kewirausahaan sosial. Dalam konsep kewirausahaan sosial pengembalian uang tidaklah merupakan faktor yang paling utama yang dicari oleh pengusaha sosial. Ciri-Ciri Kepribadian Sebuah tulisan dalam artikel Nga & Shamuganathan (2010:266) menuliskan bahwa kepribadian dapat memprediksi karakteristik perilaku individu yang menjelaskan perbedaan tindakan individu pada situasi yang sama. Hal ini sangat berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan keputusan, pengambilan risiko dan sebagainya.
Masih dalam
artikel Nga & Shamuganathan (2010:266) ciri-ciri kepribadian dari individu dapat berfungsi
sebagai katalis dalam mempengaruhi persepsi risiko oleh pengusaha dan akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Cirri-ciri kepribadian dalam penelitian ini diambil dari ‘The Big Five’ yang dikembangkan oleh Costa and McCrae (1992) yang peneliti ambil dari artikel Nga & Shamuganathan (2010). ‘The Big Five’ tersebut adalah Openness, Extroversion, Agreeableness, Conscientiousness, dan Neuroticism yang dalam penelitian ini menjadi variabel bebas. Openness (O) atau dapat diartikan kepribadian yang terbuka merupakan kepribadian yang terbuka terhadap segala sesuatu, terbuka terhadap semua pengetahuan, dan terbuka dan menyukai sebuah pengalaman baru (Nga & Shamuganathan, 2010:267). Dalam artikel yang ditulis Nga & Shamuganathan (2010:267) bahwa individu yang memiliki kepribadian terbuka cenderung tidak takut pada sebuah tantangan baru, lebih imajinatif karena memiliki keterbukaan terhadap semua hal dan sering menampilkan kreatifitas yang tinggi. Dituliskan juga bahwa individu dengan kepribadian ini mudah bosan dan terlalu ingin tahu, sehingga kadang-kadang kepribadian sedikit mengganggu orang lain disekitarnya. Ditemukan juga bahwa pengusaha akan lebih banyak memiliki kepribadian terbuka ketimbang bagian administrasi pada perusahaan atau pada badan pemerintahan, karena pengusaha cenderung lebih membutuhkan kreatifitas lebih tinggi dari pada karyawan bagian administrasi. Dan memang kreatifitas dan inovasi merupakan akar dari para pengusaha dan memang harus dimiliki oleh pengusaha. Extroversion (E) merupakan kepribadian yang mudah bersosialisasi, bersikap positif dan berkarakter tegas. Pengusaha yang dalam artikel Nga & shamuganathan (2010:267), dituliskan memiliki kepribadian extrovet daripada karyawan administrasi. Wirausaha sosial juga diharapkan memiliki kepribadian ektrovet karena harus bersedia dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap seluruh stakeholder-nya. Agreeableness (A) atau keramahan merupakan kepribadian yang menekankan saling pengertian dan kepercayaan. Keramahan dalam hubungan interpersonal memiliki ciri-ciri memiliki kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, sabar, berempati dan menyebarkan harmoni dalam kehidupan sosial. Kepribadian yang terlalu ramah dan cenderung memiliki ciri yang ‘pekiwuh’ (dalam bahasa jawa) memudahkan terjadinya kompromi dan dapat berakibat tidak baik dalam pembuatan keputusan juga memiliki ciri tidak terlalu bersahabat dengan risiko (Nga & Shamuganathan, 2010:267). Conscientiousness (C) merupakan kepribadian yang teliti, sesuai dengan peraturan atau prosedur dan memiliki keinginan tinggi untuk mempertahankan standar kinerja. Hal tersebut didorang oleh rasa tanggung jawab yang kuat dan keinginan untuk berprestasi. Dalam penelitian yang di publikasikan oleh Nga &
Shamuganathan (2010) dikatakan bahwa terdapat korelasi antara keinginan untuk berprestasi terhadap keunggulan kompetitif perusahaan juga berkorelasi positif terhadap kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. Neuroticism (N) adalah tingkat stabilitas emosional individu (Nga & Shanuganathan, 2010:268). Individu yang sangat neurotik sering memperlihatkan keadaan rendah diri, depresi. Padahal dalam dunia usaha atau bisnis wirausaha ditantang berbagai macam keadaan yang mungkin jauh dari bayangannya, dari perubahan yang dapat diprediksi hingga perilaku tidak menyenangkan dari rekan bisnis atau orang lain. semua hal itu memerlukan sebuah kepribadian yang optimis dan kuat. Kerangka Pemikiran Penelitian ini berangkat dari beberapa penelitian sebelumnya mengenai kepribadian individu dan kewirausahaan sosial. Berikut ringkasan dari beberapa penelitian tersebut yang menjadi referensi pada penelitian ini. Penelitian pertama yang menjadi acuan utama untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nga dan Shanuganathan (2010) yang berjudul ‘The Influence of Personality Traits and Demographic Factors on Social Entrepreneurship Start Up Intentions’. Dalam penelitian tersebut variabel yang digunakan sama seperti penelitian ini, penelitian dilakukan di Malaysia dan sampel diambil di sebuah universitas di Malaysia dengan menjadikan mahasiswa aktif sebagai responden. Survey dilakukan pada 200 orang responden. Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa kepribadian tertentu seperti Agreeableness, Openness, dan kesadaran atau sifat Conscientiousness berpengaruh terhadap dimensi kewirausahaan sosial. Dalam penelitian tersebut dituliskan juga bahwa Agreeableness berpengaruh signifikan disemua dimensi kewirausahaan sosial.
Personality Traits
Social Entrepreneurship Dimensions
Openness (O)
Social Vision (SV)
Extroversion (E)
Sustainability (STB)
Agreeableness (A)
Social Networks (SN)
Conscientiousness (C)
Innovation (INV)
Neuroticism (N)
Financial Returns (FR)
Gambar 1. Kerangka Konseptual Sumber: Nga & Shamuganathan (2010:261) Penelitian kedua yang peneliti jadikan referensi yaitu penelitian Angela Lewellyn Jones, Beth Warner, dan Pamela M. Kiser (2010) yang berjudul Social Entrepreneurship The ‘New Kid’ on The University Block. Artikel ini mencoba mengekplorasi kewirausahaan sosial, beberapa pertanyaan awal diajukan sebagai bentuk kritisisasi terhadap kewirausahaan sosial. Artikel ini merupakan artikel deskriptif yang mana hanya memaparkan kewirausahaan sosial dari banyak literatur terkini. Pada akhir artikel dibuat kesimpulan bahwa kewirausahaan sosial merupakan disiplin berbagai macam ilmu, terdapat hubungan yang dekat antara pendidikan liberal dengan kewirausahaan sosial. Kurikulum tentang kewirausahaan sosial mencangkup seni, studi bisnis, administrasi publik, kerja sosial, sosiologi, dan etika. Beberapa tujuan yang dapat dicapai oleh universitas dalam penerapan sebuah pembelajaran kewirausahaan sosial juga dituliskan dalam artikel ini. Penelitian ketiga yang dijadikan referensi utama dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mere Taisalalo Samisoni (2010) yang berjudul What Factors Influence Entrepreneurial Success in Fiji? What Are The Implications?. Penelitian dilakukan pada wirausaha yang berada di pulau Fiji Amerika. Penelitian ini berfokus pada proses organisasi berdasarkan pada dorongan dari pengusaha yang menekankan pada konteks bisnis, hubungan dan keseluruhan sistem umpan balik yang positif dan negatif dengan melayani konsumen dengan baik.
Dan penelitian terakhir yang menjadi referensi untuk penelitian ini adalah penelitian Karin Sirec dan Dijana Moonik (2010) yang berjudul How Entrepreneurs Personal Characteristics Affect SMES Growth. Pengambangan Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Pengembangan hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada hasil – hasil penelitian terdahulu dan literatur – literatur yang relevan. Terdapat duapuluh lima (25) hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis pertama (H1) kepribadian Openness berpengaruh terhadap Social Vision. H2 yaitu kepribadian Openness berpengaruh terhadap Sustainability. H3 yaitu kepribadian openness berpengaruh terhadap Social networks. H4 yaitu kepribadian Openness berpengaruh terhadap Innovation. H5 yaitu kepribadian Openness berpengaruh terhadap Financial Returns. H6 yaitu kepribadian Extroversion berpengaruh terhadap Social Vision. H7 yaitu kepribadian Extroversion berpengaruh terhadap Sustainability. H8 yaitu kepribadian Extroversion berpengaruh terhadap Social Networks. H9 yaitu kepribadian Extroversion berpengaruh terhadap Innovation. H10 yaitu kepribadian Extroversion berpengaruh terhadap Final Returns. H11 yaitu kepribadian Agreeableness berpengaruh terhadap Social Vision. H12 yaitu kepribadian Agreeableness berpengaruh terhadap Sustainability. H13 yaitu kepribadian Agreeableness berpengaruh terhadap Social Networks. H14 yaitu kepribadian Agreeableness berpengaruh terhadap Innovation. H15 yaitu kepribadian Agreeableness berpengaruh terhadap Financial Returns. H16 yaitu kepribadian Conscientiousness berpengaruh terhadap Social Vision. H17 yaitu kepribadian Conscientiousness berpengaruh terhadap Sustainability. H18 yaitu kepribadian Conscientiousness berpengaruh terhadap Social Networks. H19 yaitu Conscientiousness berpengaruh terhadap Innovation. H20 Conscientiousness berpengaruh terhadap Financial Returns. H21 yaitu Neuroticism bepengaruh terhadap Social Vision. H22 yaitu Neuroticism berpengaruh terhadap Sustainability. H23 yaitu Neuroticism berpengaruh terhadap Social Networks. H24 yaitu Neuroticism berpengaruh terhadap Innovation. H25 yaitu Neuroticism berpengaruh terhadap Financial Returns. Definisi Operasional Openness (O), kepribadian yang terbuka terhadap segala sesuatu, terbuka terhadap semua pengetahuan, dan terbuka dan menyukai sebuah pengalaman baru. Diukur dengan 5 item pertanyaan/ pernyataan. Extroversion (E) kepribadian yang mudah bersosialisasi, bersikap positif
dan berkarakter tegas. Dalam penelitian ini diukur dengan 6 item pertanyaan/ pernyataan. Agreeableness (A) kepribadian yang menekankan saling pengertian dan kepercayaan. Dalam penelitian ini memiliki 4 item pertanyaan/ pernyataan. Conscientiousness (C) kepribadian yang teliti, sesuai dengan peraturan atau prosedur dan memiliki keinginan tinggi untuk mempertahankan standar kinerja. Diukur dengan 5 item pertanyaan/ pernyataan. Neuroticism (N) adalah tingkat stabilitas emosional individu, dalam penelitian ini diukur menggunakan 3 item pertanyaan/ pernyataan. Social Vision (SV) dorongan visi sosial yang kuat yang akhirnya menggerakan rasa tanggung jawab. Dalam penelitian ini terdapat 8 item pertanyaan/ pernyataan yang akan mengukur variabel ini. Sustainability (STB) Bisnis merupakan bagian antar generasi yang terus saling berhubungan, yang diukur dengan 6 item pertanyaan/ pernyataan. Social Networks (SN) jaringan sosial juga merupakan sebuah sumber yang tidak ternilai, yang diukur dengan 5 item pertanyaan/ pernyataan. Innovation (INV) kewirausahaan sosial jelas sangat berkaitan dan membutuhkan sebuah inovasi, yang diukur dengan 8 item pertanyaan/ pernyataan. Financial Returns (FR) pengembalian uang tidaklah merupakan faktor yang paling utama yang dicari, dalam penelitian ini diukur dengan 6 item pertanyaan/ pernyataan Lokasi, Subjek dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota semarang Jawa Tengah, tepatnya pada lima perguruan tinggi berbeda yang berada di semarang. Peneliti memutuskan untuk memilih kelima lokasi ini karena kelima perguruan tinggi tersebut merupakan perguruan tinggi besar dinilai dari jumlah mahasiswanya. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang masih terdaftar menjadi mahasiswa perguruan tinggi yang menjadi objek pada penelitian ini. Mahasiswa yang akan menjadi responden tidak hanya mahasiswa awal semester atau akhir semester melainkan keseluruhan mahasiswa, dan dari jurusan atau fakultas apapun. Perguruan tinggi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Universitas Diponegoro (1), Universitas Negeri Semarang (2), Universitas Soegijapranata Semarang (UNIKA) (3), Universitas Sultan Agung Semarang (4), Universitas Dian Nuswantoro (5). Data Penelitian Data primer adalah data yang dicari karena kedekatannya dengan kebenaran dan control atas kesalahan (Cooper dan Schindler, 2008:92). Data primer penelitian ini didapat dari hasil pengumpulan kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Sedangkan data sekunder adalah
data pendukung pada penelitian ini, seperti jumlah mahasiswa untuk setiap perguruan tinggi, daftar perguruan tinggi besar semarang dan lain-lain. Metode Sampling Penentuan siapa yang dapat menjadi responden dalam penelitian ini atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan sampling purposive. Dengan karakter merupakan mahasiswa aktif dari salah satu perguruan tinggi yang menjadi objek penelitian ini. Bukti bahwa responden tersebut mahasiswa aktif adalah responden memiliki KTM (kartu tanda mahasiswa) yang masih berlaku. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Tabel 1 Tabel reliabilitas seluruh variabel Nama Variabel Jumlah Item Sebelum Jumlah Item Sesudah Faktor Analisis Faktor Analisis Openness 5 2 Extroversion 6 5 Agreeableness 4 3 Conscientiousness 5 2 Neuroticism 3 0 Social Vision 8 4 Sustainability 6 4 Social Networks 5 3 Innovation 8 4 Financial Returns 6 6 Sumber: data primer diolah, 2011
Cronbach’s Alpha 0,695 0,816 0,628 0,812 0,641 0,658 0,792 0,759 0,653 0,833
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur benar-benar mencerminkan sesuatu yang ingin diukur (Cooper dan Schindler, 2008: 289). Uji validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS menggunakan faktor analisis. Berdasarkan hasil faktor analisis didapat nilai KMO (KaiserMayet-Olkin) sebesar 0,665 yang dapat diartikan bahwa pemakaian faktor analisis dapat diterima untuk kecukupan jumlah sampel. Lebih lanjut pengujian validitas alat ukur dengan menggunakan metode faktor analisis dapat dilihat pada tabel rotated component matrix yang dalam penelitian ini menjadi tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat beberapa item yang tidak berada pada kelompoknya atau tidak adanya kesesuai antara item-item tersebut dengan variabel apa yang akan diukur. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa item tersebut bukan merupakan alat ukur yang baik. Item-item tersebut adalah SN1, SN2, SV1, SV2, SV3, SV7, INV1, INV4, INV7, INV8, N1, N2, N3, C3, C4, C5, STB5, STB6, O1, O5, 04, E1, A1. Yang kemudian item-item
tersebut diatas tidak akan diikut sertakan dalam analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan kata lain item-item tersebut akan dibuang. Satu temuan yang menarik bahwasannya semua item variabel Neuroticism (N) bukan merupakan alat ukur yang baik. Oleh karena itu untuk uji analisis data berikutnya variabel Neuroticism (N) tidak akan diikut sertakan. Tabel 2 Hasil Analisis Faktor Component 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
FR3
.934
.051
-.042
.066
.022
-.071
.059
.039
.042
-.051
.015
-.044
-.019
.049
.012
FR2
.897
-.022
-.165
-.034
-.116
-.024
.016
.055
-.027
-.032
.027
.014
-.050
-.044
-.126
FR5
.794
-.128
-.097
.297
.004
.028
.055
.051
-.030
-.037
.012
-.037
-.085
.040
.120
.070
.266
-.139
.063
.234
.310
FR6
.653
.056
.031
.073
-.033
-.087
-.102
-.143
-7.355E5
FR1
.586
.094
-.049
-.247
-.063
.200
-.073
.004
.059
.162
.154
-.109
-.065
-.472
-.253
FR4
.476
.127
.080
.333
-.030
.123
.376
.119
.087
.051
-.305
.165
-.150
.166
-.095
SN2
.417
.367
.191
.070
-.010
.203
.245
-.236
.041
.027
.181
-.126
-.058
.320
.229
E2
-.108
.881
-.008
.049
.136
.034
.129
-.022
-.083
-.069
.203
.144
-.096
.052
-.101
E4
-.069
.832
.219
.033
.013
.032
.093
-.063
.121
.131
.076
.097
-.049
-.020
.008
E3
.063
.782
.155
-.091
.059
.041
-.065
.065
.239
-.132
-.045
-.131
-.174
-.057
-.063
E5
.136
.571
.278
.183
.010
.244
.004
.072
.205
-.076
-.337
.063
.186
.189
.178
E6
.364
.532
.019
-.118
.004
.148
.013
.059
.180
.080
.021
.042
.203
.365
.203
SV7
.047
.415
-.018
.295
.185
.415
-.024
-.084
.413
.007
.260
-.014
.202
.157
-.182
O4
-.115
.087
.863
-.025
.084
.019
-.058
.000
-.142
.014
.003
-.049
-.043
.037
.085
C1
-.125
.067
.857
.058
.055
-.059
.031
-.043
-.044
.020
.040
.090
.005
-.038
.052
O5
-.048
.186
.660
-.264
.022
.148
.053
-.043
.187
.148
.088
.054
.072
.187
-.026
C2
.033
.240
.644
-.156
.098
.085
.164
-.129
.325
.197
.034
.129
-.142
.079
.026
SV3
.118
-.031
.002
.836
.108
.104
-.006
.020
-.016
-.081
.016
.003
-.188
-.015
-.060
SV1
.156
.027
-.074
.811
-.052
.013
-.050
.308
.094
-.098
-.104
-.076
-.059
.186
-.011
INV8
.015
.115
-.189
.655
-.114
-.210
.188
-.253
-.083
-.035
-.057
-.330
.101
.051
.185
N2
-.060
-.016
-.169
.417
.231
.256
.338
-.378
.322
-.024
-.073
.118
-.071
.146
.100
STB3
-.169
.263
.069
-.041
.836
.068
-.016
-.005
.134
.187
.121
.052
-.005
.056
-.031
STB4
.064
-.174
.000
-.029
.828
.069
.016
.064
-.080
.027
.008
.111
-.002
-.237
.020
STB2
-.127
.119
.124
-.008
.698
.324
.127
-.022
.208
.216
-.199
.162
.031
.134
.096
STB1
.049
.184
.301
.231
.677
.072
.073
.022
.212
-.059
-.139
.077
.177
.254
.115
SN4
.141
.118
.063
.032
.113
.788
.306
.069
.023
.018
.036
.050
-.002
.101
.176
SN5
-.297
.010
-.031
-.039
.175
.733
.273
.052
.088
.183
-.091
.054
.071
-.153
.125
SN3
.306
.302
.130
.127
-.009
.463
.313
-.104
.047
-.061
.146
-.123
-.028
.306
.322
SV8
-.044
.290
.077
.025
.255
.445
.070
.190
.340
.158
.248
.099
.310
.239
-.157
INV2
.056
.076
-.114
.121
.155
.220
.720
.022
.168
-.071
.029
-.091
.240
.078
.115
INV6
.086
.066
.098
.061
.126
.299
.680
.015
.270
-.088
.032
.002
.190
.062
-.011
INV3
-.024
.088
.112
-.046
-.348
.004
.666
-.030
-.141
.263
.031
-.137
.093
-.116
.064
INV5
.011
-.007
.186
-.149
.205
.372
.533
.120
.065
.047
.212
-.157
.085
-.269
-.075
SV5
-.017
-.030
-.044
.027
.045
.040
.050
.913
-.023
.110
-.057
-.035
-.023
.063
.051
SV4
.086
.042
-.144
.169
.060
.111
.001
.777
.124
-.197
-.036
.073
-.068
.056
.098
C5
.091
.165
.144
.236
.030
.123
.137
-.431
.364
.052
.388
.216
.015
.115
.264
SV6
-.012
.082
.150
-.194
-.058
-.354
.166
.428
.016
.368
.144
-.223
-.219
.094
-.321
N1
-.027
.219
-.065
.031
.172
.087
.189
.103
.771
-.010
-.126
-.062
-.049
.011
.113
C4
.220
.108
.418
-.122
.180
.052
.077
-.125
.475
-.150
.183
.233
.001
.221
.310
A1
.173
.349
.287
-.208
-.148
-.146
.036
.275
.417
.329
.046
-.028
.040
-.027
-.137
C3
-.110
.172
.400
.135
.189
.334
.138
-.176
.415
.063
-.088
.328
.046
-.056
-.111
STB5
-.048
-.156
.139
-.179
.205
.018
-.008
-.026
-.027
.833
.088
-.050
-.069
-.070
-.028
STB6
.013
.193
.030
-.007
.131
.239
.044
-.016
-.043
.690
.160
.265
-.023
-.061
.291
O1
.229
-.034
.018
.009
-.322
.231
.106
-.216
.249
.439
.364
.057
.017
.205
.110
O2
.070
.292
.046
-.294
-.074
.189
.041
.011
.182
.169
.726
.061
.078
-.083
.006
O3
.174
-.170
.446
.011
-.057
-.141
-.031
-.030
-.239
.079
.675
.010
-.051
-.105
.132
E1
.160
.382
-.168
.089
.039
-.059
.219
-.137
-.246
.193
.580
.274
.000
.125
-.006
A4
-.070
.074
.044
-.033
.165
.000
-.087
-.055
-.039
.005
.063
.801
-.097
.005
.003
A3
-.164
.149
.231
-.323
.030
.097
-.271
.066
-.009
.110
.125
.590
.081
-.073
.154
A2
-.051
.037
.284
.103
.156
-.135
-.193
.134
.238
.370
.062
.508
.177
-.256
.294
INV7
-.065
.334
.174
.184
-.047
-.215
-.236
.118
-.199
.106
.095
-.497
.167
-.421
.018
INV1
-.158
-.136
.015
-.145
.180
.037
.152
.008
.016
-.144
.075
.020
.803
-.058
-.005
INV4
-.054
-.061
-.060
-.168
-.105
.056
.382
-.179
-.022
.103
-.083
-.175
.741
.102
.019
N3
-.231
-.066
.283
-.314
.239
-.178
.011
.068
.146
.339
-.038
-.070
-.378
-.029
.145
SV2
.176
.162
.215
.263
.001
.025
-.097
.236
.056
-.067
-.031
-.098
.035
.660
.020
SN1
.039
-.079
.141
-.029
.059
.202
.092
.105
.083
.161
.061
.085
-.029
.062
.786
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 23 iterations.
Setelah dilakukan pengujian terhadap valitidas item-item pernyataan kuesioner, berikutnya dilakukan pengujian reliabilitas setiap variabel. Reliability dilakukan untuk mengukur akurasi dan ketepatan prosedur pengukuran (Cooper dan Schindler, 2008: 289). Dengan menggunakan program SPSS didapat hasil uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach seperti pada tabel 1. Hasil dari uji reliabilitas menunjukan bahwa semua variabel dinyatakan reliabel, yang dapat diartikan item-item pernyataan yang ada pada kuesioner cukup tepat atau akurat untuk mengukur apa yang akan diukur. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, menguji model atau kerangka penelitian yang diajukan. Setelah data primer diolah menggunakan analisis regresi berganda didapat hasil yang peneliti sajikan dalam tabel 3, 4, 5, 6 dan tabel 7 dibawah. Dari hasil uji terhadap data yang diperoleh dibantu dengan program SPSS didapat jawaban terhadap pengujian hipotesis yang diajukan. H1 dari hasil pengujian tidak terbukti, artinya kepribadian Opennesstidak berperan dalam terbentuknya sebuah visi sosial dalam sebuah bisnis. Artinya belum tentu sebuah bisnis jika dijalankan oleh seorang yang berkepribadian terbuka akan memiliki visi sosial. Hal ini dapat dilihat dari nilai (Sig=0,435) lebih besar dari 0,05
pada tabel 3. Dapat diartikan bahwa orang yang berkepribadian terbuka tidak berarti memiliki dorongan visi sosial yang kuat. Kemudian H2 yang diajukan terbukti benar, ini dapat dilihat dari nilai (sig=0,007 ≤ 0,05). Artinya kepribadian Openness memiliki peran terhadap keberlanjutan bisnis (Sustainability). Orang yang memiliki kepribadian terbuka cenderung dapat menerima segala informasi dan beradaptasi, sehingga dapat menjaga keberlanjutan bisnis. H3 tidak terbukti, dapat dilihat dari nilai (sig=0,822 ≥ 0,05). Artinya kepribadian Openness tidak memiliki peran terhadap Social Networks. Seperti yang telah dituliskan oleh Nga & Shamuganathan (2010:267) bahwa orang yang memiliki kepribadian terbuka cenderung selalu ingin tahu dan dapat mengganggu orang lain. H4 juga tidak terbukti dan dapat dilihat dari nilai (sig=0,078 ≥ 0,05), artinya kepribadian terbuka (Openness) tidak berperan terhadap Innovation. H5 yang diajukan terbukti benar ini dapat dilihat dari nilai (sig=0,013 ≤ 0,05), artinya kepribadian Openness memiliki peran terhadap Financial Returns. Dengan kata lain orang-orang yang memiliki kepribadian terbuka memiliki pemikiran terhadap keuntungan bisnis dan mempercayai adanya ‘invisible hand’. Tabel 3 Hasil Regresi Peran Ciri-Ciri Kepribadian Terhadap Social Vision Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
3.038
.256
Openness
.036
.046
Extroversion
.204
.053
Agreeableness
-.019
Conscientiousness
-.033
t
Beta
Sig.
11.882
.000
.045
.782
.435
.245
3.832
.000
.054
-.022
-.345
.730
.047
-.049
-.707
.480
Sumber: data primer diolah, 2011 Tabel 4 Hasil Regresi Peran Ciri-Ciri Kepribadian Terhadap Sustainability Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) Openness
B
Std. Error
t
Beta
2.047
.300
Sig. 6.826
.000
-.146
.053
-.137
-2.739
.007
Extroversion
.053
.062
.047
.849
.397
Agreeableness
.132
.063
.116
2.088
.038
Conscientiousness
.438
.055
.473
7.999
.000
Sumber: data primer diolah, 2011
Tabel 5 Hasil Regresi Peran Ciri-Ciri Kepribadian Terhadap Social Networks Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
t
Beta
(Constant)
1.701
.315
Openness
.013
.056
Extroversion
.153
.065
Agreeableness
.108
Conscientiousness
.272
Sig.
5.401
.000
.012
.225
.822
.138
2.333
.020
.067
.097
1.625
.105
.057
.301
4.737
.000
Sumber: data primer diolah, 2011 Tabel 6 Hasil Regresi Peran Ciri-Ciri Kepribadian Terhadap Innovation Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
t
Beta
Sig.
(Constant)
2.494
.313
7.959
.000
Openness
.099
.056
.100
1.769
.078
Extroversion
.038
.065
.036
.590
.556
-.086
.066
-.081
-1.292
.197
.272
.057
.317
4.759
.000
Agreeableness Conscientiousness
Sumber: data primer diolah, 2011 Tabel 7 Hasil Regresi Peran Ciri-Ciri Kepribadian Terhadap Financial Returns Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model
B
1
Std. Error
t
Beta
(Constant)
2.849
.331
Openness
.148
.059
Extroversion
.151
.069
Agreeableness
-.104
Conscientiousness
-.016
Sig.
8.619
.000
.147
2.506
.013
.141
2.202
.028
.070
-.097
-1.492
.137
.060
-.018
-.257
.797
Sumber: data primer diolah, 2011 Tabel 8 Hasil Regresi Peran Ciri-Ciri Kepribadian Terhadap Dimensi Kewirausahaan Sosial Secara Simultan Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
6.476
4
1.619
Residual
21.816
295
.074
Total
28.292
299
Adjusted R Square
.218
a. Predictors: (Constant), Conscientiousness, Openness, Extroversion, Agreeableness b. Dependent Variable: Y Sumber: data primer diolah, 2011
F 21.893
Sig. .000a
Tabel 9 Hasil Regresi Peran Ciri-Ciri Kepribadian Terhadap Dimensi Kewirausahaan Sosial Secara Parsial Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B 2.503
.165
Openness
.040
.029
Extroversion
.122
.034
-.009
.035
.164
.030
Conscientiousness
t
Beta
(Constant)
Agreeableness a.
Std. Error
Sig.
15.177
.000
.071
1.352
.177
.206
3.574
.000
-.016
-.269
.788
.337
5.437
.000
Dependent Variable: Y Sumber: data primer diolah, 2011
H6 dari hasil pengujian terbukti benar hal ini dapat dilihat dari nilai (sig=0,000 ≤ 0,05). Extroversion adalah kepribadian yang mudah bersosialisasi, bersikap positif dan berkarakter tegas orang yang memiliki kepribadian ini ketika memiliki bisnis memiliki peran terhadap terbentuknya sebuah visi sosial dalam bisnis tersebut. H7 yang diajukan tidak terbukti, hal ini dapat dilihat dari nilai (sig=0,397 ≥ 0,05). Artinya orang yang memiliki kepribadian extroversion tidak berperan dalam sebuah keberlanjutan bisnis. Karena keberlanjutan bisnis bukan merupakan pengaruh dari sebuah faktor, melainkan banyak faktor. H8 yang diajukan dalam penelitian ini terbukti benar. Ini dapat dilihat dari nilai (sig=0,020 ≤ 0,05). Artinya kepribadian extroversion dalam diri seseorang memiliki peran terhadap terbentuknya social networks pada sebuah bisnis sosial. H9 yang diajukan tidak terbukti, ini dapat dilihat dari nilai (sig=0,556 ≥ 0,05) yang dapat diartikan bahwa kepribadian extroversion tidak memiliki peran dalam inovasi sebuah bisnis sosial. H10 yang diajukan dalam penelitian ini terbukti, hal ini dapat dilihat dari nilai (sig=0,028 ≤ 0,05). Artinya kepribadian Extroversion memiliki peran terhadap financial return atau pengembalian keuangan. H11 yang diajukan dalam penelitian ini tidak terbukti, atau ditolak. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian data yang menyatakan nilai (sig=0,730) yang tentu lebih besar dari 0,05. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa orang yang memiliki kepribadian agreeableness tidak memiliki peran terhadap sebuah visi sosial dalam sebuah kewirausahaan sosial. H12 yang diajukan terbukti, ini dapat dilihat dari nilai (sig=0,038) ≤ 0,05. Artinya orang yang memiliki kepribadian yang menekankan saling pengertian dan kepercayaan atau Agreeableness memiliki peran terhadap keberlanjutan sebuah kewirausahaan sosial (sustainability). H13 kembali tidak terbukti, ini dilihat dari nilai (Sig=0,105) ≥ 0,05. Artinya kepribadian Agreeableness tidak memiliki peran terhadap jaringan sosial dalam kewirausahaan sosial. H14 yang diajukan tidak
terbukti. Ini dapat dilihat dari hasil pengujian data yang menunjukan nilai (sig=0,197) ≥ 0,05. Dapat diartikan bahwa kepribadian Agreeableness atau kepribadian yang menekankan saling mengerti dan percaya tidak memiliki peran atau tidak berpengaruh terhadap inovasi sebuah kewirausahaan sosial. H15 yang diajukan dalam enelitian ini juga tidak terbukti. Artinya tidak terdapat pengaruh kepribadian Agreeableness (A) terhadap Financial Return (FR). Ini dapat dilihat dari hasil pengujian data bahwa nilai (Sig=0,137) ≥ 0,05. H16 juga diujikan kebenarannya dalam penelitian ini dan didapat hasil bahwa H16 tidak terbukti. Ini dapat dilihat dari nilai (Sig=0,480) ≥ 0,05. Dapat diartikan bahwa kepribadian (C) tidak memiliki peran terhadap sebuah visi sosial (SV) dari kewirausahaan sosial. H17 yang diajukan dari hasil pengujian data terbukti benar, dapat dilihat dari hasil nilai (Sig=0,000) ≤ 0,05. Artinya kepribadian yang teliti, sesuai dengan peraturan atau prosedur dan memiliki keinginan tinggi untuk mempertahankan standar kinerja atau kepribadian Conscientiousness (C) memiliki peran terhadap keberlanjutan (STB) kewirausahaan sosial. H18 yang diajukan dari hasil uji data ternyata terbukti atau hipotesis tersebut dapat diterima. Ini dapat dilihat dari nilai (Sig=0,000) ≤ 0,05. Artinya kepribadian Conscientiousness (C) berpengaruh terhadap Social Networks (SN) atau jaringan sosial. Lebih jelasnya bahwa orang yang memiliki standar kinerja atau Conscientiousness (C) memiliki peran terhadap terbentuknya jaringan sosial dalam kewirausahaan sosial. H19 yang diajukan dalam penelitian ini juga terbukti dan dapat diterima. Ini dapat dilihat dari nilai (Sig=0,000) ≤ 0,05. Diartikan dalam penelitian ini adalah kepribadian Conscientiousness (C) memiliki peran dalam sebuah inovasi kewirausahaan sosial. H20 yang diajukan dalam penelitian ini harus ditolak karena tidak terbukti. Ini dapat dilihat dari nilai (Sig=0,797) ≥ 0,05. Yang artinya bahwa kepribadian Conscientiousness (C) tidak berpengaruh terhadap Financial Returns (FR). Sedangkan untuk hipotesis 21 sampai hipotesis 25 kesemuanya tidak dapat dibuktikan atau harus ditolak karena variabel bebas (Neuroticism) (N) dari hasil uji validitas menggunakan analisis faktor terbukti tidak valid dan harus dibuang atau tidak digunakan kembali dalam penelitian ini. Temuan lain pada penelitian ini dilihat pada tabel 8, bahwa secara bersama-sama cirri-ciri kepribadian yang terdiri dari Openness, Extroversion, Agreeableness, dan Conscientiousness memiliki pengaruh terhadap kewirausahaan sosial. Artinya dari keempat variabel bebas tersebut memiliki peran dalam niat memulai kewirausahaan sosial. Ini dapat dilihat dari nilai (Sig=0.000)
ternyata ≤ 0,05. Lebih lanjut jika dilihat seberapa besar pengaruh dari keempat variabel tersebut dalam niat memulai kewirausahaan sosial dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square yang mana dalam penelitian ini sebesar 0.218 atau 21,8%. Sangat kecil memang pengaruh atau peran dari keempat variabel bebas tersebut terhadap niat memulai kewirausahaan sosial, namun tidak dapat dipungkiri kepribadian juga memiliki sebuah pengaruh terhadap terciptanya sebuah niat untuk memulai kewirausahaan sosial. Kemudian dari tabel 9 didapat sebuah temuan jika dilihat secara parsial pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (kewirausahaan sosial) maka dapat dikatakan bahwa dua variabel (Extroversion dan Conscientiousness) memiliki pengaruh terhadap niat memulai kewirausahaan sosial. Ini dapat dilihat dari nilai Extroversion (Sig=0,000) ≤ 0,05. Begitu juga dengan nilai Conscientiousness (Sig=0,000) ≤ 0,05. Sedangkan untuk kedua variabel bebas yang lain (Openness dan Agreeableness) tidak berpengaruh terhadap niat memulai kewirausahaan sosial. Ini terbukti dari nilai (Sig Openness = 0,177 ≥ 0,05) dan nilai (Sig Agreeableness = 0,788 ≥ 0,05). Analisis of Varians (ANOVA) Dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan para responden (mahasiswa) dari kelima kampus/ perguruan tinggi dalam menilai dimensi dari kewirausahaan sosial. Dari hasil analisis data menggunakan ANOVA didapat jawaban bahwa keseluruhan responden (mahasiswa) dari seluruh (5 kampus) menilai sama untuk setiap dimensi kewirausahaan sosial. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas value yang keseluruhannya lebih besar dari 0,05. Dari hasil analisis menggunakan ANOVA ini juga dapat ditarik sebuah benang merah bahwa keseluruhan mahasiswa (responden) menilai sama kesemua dimensi kewirausahaan sosial. Mereka memiliki pandangan yang sama terhadap kewirausahaan sosial. Sebagai contoh, tidak ada yang memandang kewirausahaan sosial merupakan usaha yang sangat bervisi sosial, ataupun kewirausahaan sosial merupakan usaha yang penuh inovasi. Keseluruhan responden (mahasiswa) dari kelima universitas/ kampus tersebut beranggapan kelima variabel atau dimensi yang ada merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari kewirausahaan sosial. Simpulan Dari hasil analisis data dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwasannya kepribadian atau dalam penelitian ini memiliki lima cirri-ciri memiliki pengaruh atau peran dalam niat memulai kewirausahaan sosial. Dan dari hasil analisis data juga didapat hasil bahwa kepribadian Conscientiousness memiliki peran yang paling besar terhadap niat memulai kewirausahaan
sosial. Temuan ini dengan kata lain menyatakan bahwa kepribadian yang teliti, sesuai dengan peraturan atau prosedur dan memiliki keinginan tinggi untuk mempertahankan standar kinerja memiliki peran paling besar dalam niat memulai suatu kewirausahaan sosial. Dari kesimpulan tersebut dapatlah kiranya penelitian ini memberikan sedikit saran bahwasannya lembaga pendidikan dapat menanamkan atau membangun kepribadian
individu yang taat terhadap
prosedur, disiplin, dan teliti. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penerapan disiplin yang baik demi terbentuknya dan
terciptanya suasana,
lingkungan yang sangat menghormati
prosedur yang nantinya dapat menciptakan kebiasaan individu tersebut terhadap suatu kedisiplinan, dan ketaatan dalam mentaati prosedur. Selain itu lembaga pendidikan juga dapat memberikan sebuah pelatihan pengembangan kararakter yang tentunya dapat dilakukan oleh lembaga profesianal. Kegiatan tersebut dapat dimasukan dalam kurikulum belajar mengajara yang wajib diikuti oleh seluruh civitas akademik. Tabel 8 Hasil Uji ANOVA Berdasarkan Asal Kampus Variabel Y
Social Vision
Sustainability
Social networks
Innovation
Asal Kampus
N
Mean
UNDIP
43
3.67
UNES
75
3.78
UNISULA
57
3.62
UNIKA
65
3.74
UDINUS
60
3.71
Total
300
3.71
UNDIP
43
3.82
UNES
75
3.91
UNISULA
57
3.74
UNIKA
65
3.78
UDINUS
60
3.86
Total
300
3.83
UNDIP
43
3.82
UNES
75
3.79
UNISULA
57
3.71
UNIKA
65
3.66
UDINUS
60
3.72
Total
300
3.74
UNDIP
43
3.69
UNES
75
3.68
UNISULA
57
3.78
Probabitas Value
F Hitung
Keterangan
1,317
Tidak Signifikan atau Tidak ada perbedaan penilaian
0,777
Tidak Signifikan atau Tidak ada perbedaan penilaian
0,595
0,696
Tidak Signifikan atau Tidak ada perbedaan penilaian
0,875
0,305
0,264
0,541
Tidak Signifikan atau Tidak ada perbedaan penilaian
Financial returns
UNIKA
65
3.72
UDINUS
60
3.69
Total
300
3.71
UNDIP
43
3.29
UNES
75
3.54
UNISULA
57
3.60
UNIKA
65
3.55
UDINUS
60
3.46
Total
300
3.50
0,057
2,317
Tidak Signifikan atau Tidak ada perbedaan penilaian
DAFTAR PUSTAKA Al-Alak. M. B & Eletter. S, 2010, Islamic Entrepreneurship: An Ongoing Driver for Social Change, Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business, Vol. 1. No. 12 Kasali. Rhenald, 2010, Wirausaha Muda Mandiri ‘Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat Dengan Ketidak Pastian Menjadi Wirausaha Tangguh, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Kasali. Rhenald, 2011, Cracking Zone ‘Bagaimana Memetakan Perubahan Di Abad 21 & Keluar Dari Perangkap Comfort Zone, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Nga. J. K. Hwee & Shamuganathan. G, 2010, The Influence of Personality Traits and Demographic Factors on Social Entrepreneurship Start Up Intentions, Journal of Business Ethics, 95:259-282 Noruzi. M. R, Westover. J. H & Rahimi. R. G, 2010, An Exploration of Social Entrepreneurship in The Entrepreneurship Era, Asian Social Science, Vol. 6. No. 6 Samisoni. M. Tuisalalo, 2010, What Factors Influence Entrepreneurial Success in Fiji? What Are The Implications?, Fiji Islands, Thesis Publications Sibillin. A, 2010, Social Entrepreneurship, Not Social-Ism, IPA Review, www.ipa.org.au Suryana. Y & Bayu. K, 2010, Kewirausahaan ‘Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses’, Kencana, Jakarta
Winoto. V, 2008, Membangun Kewirausahaan Sosial: Meruntuhkan dan Menciptakan Sistem Secara Kreatif, Makalah Seminar Academy professorship Indonesia Bidang Ilmu SosialHumaniora dan Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Yunus. M & Weber. K, 2011, Bisnis Sosial ‘Sistem Kapitalisme Baru Yang Memihak Kaum Miskin’, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Jones. A. L, Warner. B, Kiser. M. P, 2010, Social Entrepreneurship The ‘New Kid’ on The University Block, Society for College and University Planning (SCUP), July-September 2010