PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI MIN 09 PETUKANGAN SELATAN JAKARTA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: Iis Sulastri NIM: 109018200046
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2014 M.
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi
berjudul
“Peran
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
Dalam
Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta” disusun oleh Iis Sulastri, NIM. 109018200046, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sebagai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 10 Juni 2014
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Dr. Sururin, M.Ag
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS Bismillahirrohmanirrohim Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Iis Sulastri
Nim
: 109018200046
Program Studi : Manajemen Pendidikan Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2014 Penulis
Iis Sulastri
ABSTRAK Iis Sulastri, NIM: 109018200046. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta. Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Kepala sekolah merupakan komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas kepala sekolah akan sangat erat sekali hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan sekolah, salah satunya yang penting adalah mengenai pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anakanak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan peran kepemimpinan kepala sekolah terhadap pengembangan pendidikan karakter dan (2) Mendeskripsikan upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisis dengan teknik analisa kualitatif. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Selatan dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengembangan pendidikan karakter. Pada perencanaan dapat dilihat dari visi, misi dan tujuan sekolah yang menanamkan nilai-nilai karakter kejujuran, disiplin, bertanggung jawab, kerja keras, kreatif dan peduli. Pada Pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter, dapat dilihat dari strategi yang dilakukan dalam mengembangkan pendidikan karakter, yaitu melalui kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan kegiatan pembelajaran dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan, kepala sekolah sudah menerapkan nilai-nilai karakter seperti: percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis dan kreatif. Kepala sekolah melakukan pengendalian/ pengawasan program pendidikan karakter melalui supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil-hasil pemenuhan penerapan pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter melibatkan semua pihak yang terkait (stake holder) sekolah dalam prosesnya. Semua guru dan karyawan merasa terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah.
i
ABSTRACT
Iis Sulastri, NIM: 109018200046. Principal Leadership Role In Developing a Character Education in MIN 09 South Petukangan Jakarta. Thesis Program Strata 1 Faculty of Tarbiyah and Teaching Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014. The school principal is the educational component of the most instrumental in improving the quality of education. The quality of the principal to be very closely related to various aspects of school life, one that is important is the development of character education in schools. Character education is an attempt to help the development of children's lives both physically and emotionally, from the nature kodrati towards human civilization and better. This study aims to: (1) Describe the role of school leadership for the development of character education and (2) Describe the efforts made by the principal in the development of character education. The method used in this study is in the form of a descriptive qualitative method of analysis, the research aims to describe a state or a trait such as presence and then analyzed using qualitative analysis techniques. The techniques used in this study is the observation, interview and documentation. Based on the results of the study showed that the principal's leadership role in the development of character education in MIN 09 South Petukangan can be seen from the planning, implementation and monitoring of development activities character education. In planning can be seen from the vision, mission and objectives of the school that instills character values of honesty, discipline, responsible, hard working, creative and caring. In the implementation of character education activities, it can be seen from the strategy undertaken in developing character education, namely through the learning activities, the development of a school culture and instructional activities and curricular and extracurricular activities. In the implementation of programs and activities, the principal has implemented character values such as: confident, rational, logical, critical, analytical and creative. The headmaster did control / monitoring character education program through supervision, monitoring and evaluation of the planning, execution and results of the fulfillment of the application of character education. Implementation of character education involving all relevant parties (stakeholders) in the process of school. All teachers and employees feel involved from the planning, implementation, and evaluation of school programs.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter
di MIN 09
Petukangan Selatan Jakarta”. Sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Prodi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan
arahan,
motivasi,
dan
memudahkan
penulis
dalam
terselesaikannya skripsi ini. 3.
Dr. Sururin, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang dengan tulus dan ikhlas telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis hingga pada tahap penyelesaian skripsi ini. ii
4.
Bapak Mu’arif SAM, dan Seluruh Dosen serta Staf Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberi ilmu selama perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik.
5.
Masturo, S.Ag selaku Kepala Sekolah MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di MIN 09 Petukangan Jakarta.
6.
Kedua Orang Tua tercinta (Muhammad Suwardi dan Siti Muidah) yang telah mengasuh, membimbing, mendidik, dan memberikan motivasi yang teramat banyak hingga penulis mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan.
7.
Kakak tercinta (Syaifudin, S,Pd dan Siti Umayah Sari), dan Adik (Iqbal Mustova) yang selalu memberikan semangat dan motivasinya dalam penyelesaian studi penulis.
8.
Abih (Masturo, S.Ag) dan Bunda tersayang (Afifah, S.Ag) yang selalu membimbing dan memberikan motivasi dalam hidup penulis.
9.
Tantowi Sadam Ahda, yang telah memberikan warna dalam hidup penulis, selalu sabar dan memberikan motivasi serta pengalaman.
10. Keluarga besar SMP IT Almaka Kalideres Jakarta (Puryani, S.Sos.I, Sri Hartati, S.Si, Elok Stya Putri, S.Pd.I, Akhmad Nawawi, ST, Sinta Sanusi, S.Pd, Syaiful Bahri, S.Pd.I beserta seluruh guru yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 11. Sahabat-sahabat tercinta yang menemani perjuangan penulis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nur Indah Fadilah, Dede Fitri Rahayu, Dine Ulfa Faizah, Dewi Nur Wulan, Witha Sari Anggraini, Siti Zulaeha, Yona Septiani, Khatimatul Husna, Arif Rahman, dan teman-teman HMI Komisariat Tarbiyah (Faqih Mufti, Medya Armai, Sulhan, Rizam Nuruzzaman, M. Rizki Ramadhan) yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 12. Kawan-kawan di jurusan Manajemen Pendidikan yang selalu memberikan bantuan, dukungan, serta kerja samanya.
iii
13. Orang-orang terdekat, Erna Yulianti, Siti Fajariah, Nur Indah Sari, Risda Arisdiani, M. Bajri, Ahmad Suhaimi, Inka Yulianti, Usnia, Lili Apriani, Zaki Mufti, Aris Hidayat, Alif Mukhamim, Ahmad Aqil Azizi yang telah memberikan semangat kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasajasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.
Jakarta, 10 Juni 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
6
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
6
D. Perumusan Masalah ...............................................................
7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .................................................................
7
KAJIAN TEORI A. Pendidikan Karakter ..............................................................
8
1. Pengertian Pendidikan Karakter ....................................... 8 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter .......................... 9 3. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan dalam pendidikan ...................................................................... 11 4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter................................. 13 5. Pengembangan Karakter Siswa ....................................... 14 6. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter ................. 15 7. Implementasi Manajemen Sekolah Berkarakter .............. 18 8. Pendidikan Karakter dalam Proses Perencanaan Manajemen Sekolah .......................................................... 22 9. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pendidikan Karakter 23 10. Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Pengendalian/ Pengawasan Program ............................... 24 B. Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................................ 24 v
1. Pengertian Kepemimpinan ............................................... 26 2. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter ......................................................... 27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 31 B. Metode Penelitian, Jenis dan Sumber Data ........................... 31 C. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 32 1. Observasi ......................................................................... 32 2. Wawancara ...................................................................... 32 3. Studi Dokumentasi ........................................................... 32 D. Teknik Analisa Data ............................................................. 33 E. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data ............................... 34
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta ........ 37 1. Sejarah Berdirinya MIN 09 Petukangan Jakarta .............. 37 2. Status Tanah ..................................................................... 38 3. Data Guru dan Karyawan Sekolah .................................. 38 4. Data Siswa ....................................................................... 38 5. Keadaan Sarana Prasarana ............................................... 39 B. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian ...................................... 39 1. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter ........................................................................... 39 2. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Manajemen Sekolah ............................................................................ 56 a. Integrasi Nilai-nilai Karakter Dalam Perencanaan Sekolah ...................................................................... 56 b. Integrasi Nilai-nilai Karakter Dalam Pelaksanaan Program ...................................................................... 57
vi
c. Integrasi
Nilai-nilai
Karakter
Dalam
Pengendalian/Pengawasan Program .......................... 59 3. Kendala dalam Penerapan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan ................................................... 60 4. Penyelesaian Kendala yang dihadapi .............................. 60
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 61 B. Saran ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64 LAMPIRAN ....................................................................................................... 67
vii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Keterkaitan Antara Komponen Pendidikan, Manajemen Sekolah dengan Nilai-nilai Karakter ............................................................ 20
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrument Wawancara dengan Kepala Sekolah MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta ....................................................... 37
Tabel 3.2
Lembar Observasi Kepala Sekolah ................................................ 38
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa dimasa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.1 Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas untuk mencapai tujuan institusional yang berimplikasi kepada tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Banyak pihak yang berperan dalam kesuksesan sebuah sekolah untuk mencapai tujuannya. Di antara berbagai pihak tersebut adalah kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki peran 1
Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: KPN, 2010), h. 4.
1
2
penting karena kepala sekolah yang meletakkan berbagai kebijakan dan aturan terkait pengembangan lembaga pendidikan, apalagi dengan kultur di Indonesia yang masih menjadikan peran pemimpin sangat dominan dalam proses operasional organisasi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh E. Mulyasa, bahwa: Kepala Sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam mengkordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.2 Pendidikan
karakter
merupakan
upaya
untuk
membantu
perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.3 Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.4 Perkembangan
zaman
dan teknologi
yang semakin maju
memudahkan peserta didik dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Tidak hanya berinteraksi secara nyata, tetapi dunia maya atau jejaring sosial seperti facebook, twitter, yahoo mesengger, dan lain-lain mampu memberikan dampak dan pengaruh besar bagi peserta didik. 2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2003), h. 90. 3 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 1. 4 Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2011), h. 4.
3
Kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru bisa membuat peserta didik
melakukan
kegiatan
yang
menyimpang,
seperti
tawuran,
mengkonsumsi obat-obatan terlarang, seks bebas, dan yang lainnya. Menurut data yang dihimpun dari Litbang TVOne, Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar.5 Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengatakan: Tawuran antar pelajar di Jakarta bukan hanya disebabkan oleh tradisi kekerasan yang diwariskan oleh pelajar angkatan sebelumnya. Tawuran juga dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk dan tata ruang kota. Kekerasan pelajar berlatar belakang kebencian antarsekolah pernah terjadi di Jakarta, September tahun 2012 yang lalu. Saat itu, seorang pelajar SMA 70 berinisial FR alias Doyok menikam seorang pelajar SMA 6 bernama Alawy Yusianto Putra dengan arit dalam sebuah tawuran di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. Alawy tewas dan Doyok saat ini menjalani hukuman penjara selama 7 tahun usai vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Mei 2013 yang lalu.6 Selain tawuran, pergaulan bebas dan seks bebas dikalangan ABG (Anak Baru Gede) juga sangat mengkhawatirkan. Menurut data BKKBN, sejumlah 20,9 persen remaja putri hamil di luar nikah. Ini jelas merupakan angka yang cukup tinggi, yang mana secara hitung-hitungan berarti diantara 5 remaja putri terdapat 1 orang yang hamil diluar nikah, atau 4 berbanding 1. Kesalahan ini bisa saja dialamatkan pada orangtua yang sangat sibuk sehingga tak punya waktu memberi perhatian dan pengawasan terhadap remaja putrinya. Namun sebenarnya terdapat beberapa faktor lain 5
Kabar Siang, Data Tawuran Pelajar Selama 2010-2012, 2013, http://video.tvonenews.tv/arsip/view/62132/2012/09/27/data_tawuran_pelajar_selama_20102012.t vOne 6 Alsadad Rudi, Selain Tradisi Kekerasan, Ini Penyebab Lain Tawuran Pelajar, 2013, http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/11/1840481/Selain.Tradisi.Kekerasan.Ini.Penyebab. Lain.Tawuran.Pelajar
4
yang menjadi pemicu hubungan seks bebas pra nikah, misalnya lingkungan pergaulan baik di rumah, di luar rumah dan sekolah. Kemudian pengaruh dari tontonan yang tidak edukatif yang kemudian dijadikan tuntunan. Tak sedikit tontonan media massa audio visual; televisi, yang menayangkan tontonan berupa sinetron remaja yang tak mendidik yang kemudian ditiru atau minimal melakukan coba-coba yang akhirnya keterusan. Selain itu kita tak memungkiri keberadaan peralatan (gadget) canggih yang fungsinya tidak saja untuk berkomunikasi, tapi juga mengakses situs-situs porno lalu kemudian menyimpannya untuk dijadikan tontonan. Tudingan terhadap situs-situs sosial media seperti Facebook, Twitter, dan sejenisnya, juga menjadi sah saja dilakukan. Karena sudah bukan rahasia bila halaman sosial media itu juga digunakan untuk menayangkan pronografi dan pornoaksi.7 Data di atas menunjukkan hanya sebagian kecil dari berbagai kasus tentang merosotnya pendidikan karakter. Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah bertujuan agar siswa mampu membentengi diri dengan nilai-nilai karakter yang sehingga mampu terhindar dari dampak negatif globalisasi tersebut. Salah satu penyelenggaraan pendidikan karakter dapat dilakukan secara terpadu melalui manajemen sekolah. Manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang lain. manajemen juga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan sumber daya untuk tercapainya tujuan. Sumber daya adalah unsur-unsur dalam manajemen, yaitu: manusia, bahan, mesin/peralatan, metode/cara kerja, modal uang dan informasi. Sumber daya bersifat terbatas, sehingga tugas
7
Imi Suryaputera, 1 Dari 5 Remaja Putri Hamil Di Luar Nikah, 2013, http://muda.kompasiana.com/2013/02/13/1-dari-5-remaja-putri-hamil-diluar-nikah-528154.html
5
manajer adalah mengelola keterbatasan sumber daya secara efisien dan efektif agar tercapai tujuan. Proses manajemen adalah proses yang berlangsung secara terusmenerus, dimulai dari membuat perencanaan dan pembuatan keputusan, mengorganisasikan
sumber
daya
yang
dimiliki,
menerapkan
kepemimpinan untuk menggerakkan sumber daya, dan melaksanakan pengendalian. Dalam konteks dunia pendidikan, yang dimaksudkan dengan manajemen pendidikan/sekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dalam upaya menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini, penulis ingin melihat dan menganalisis penerapan pendidikan karakter sekolah melalui manajemen sekolah di MIN 09 Petukangan Jakarta, dan kepala
sekolah
sebagai
obyek
penelitian
karena
merupakan
pimpinan/manajer di sekolah. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 09 Petukangan Jakarta adalah salah satu sekolah yang memiliki predikat sebagai Rintisan Madrasah Standar Nasional (RMSN). Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan pendidikan karakter seperti perumusan visi, misi, peraturan dan kebijakan-kebijakan sekolah juga menentukan suksesnya keberhasilan penerapan pendidikan karakter di sekolah. Budaya sekolah yang baik seperti tepat waktu, shalat berjamaah, disiplin yang tinggi dan lain-lain terbukti mampu membuat siswanya berprestasi di berbagai ajang perlombaan. Selain itu, kepala sekolah berusaha untuk mengintegrasikan semua pihak yang terlibat dalam usaha pelaksanaan pendidikan karakter, misalnya guru, komite sekolah, tenaga kependidikan dan masyarakat. Namun pada praktek di lapangan, tidak semua guru aktif terlibat dalam pembentukan karakter siswa. Sebagian hanya menggugurkan kewajiban mengajar sebagai seorang guru. Begitu pula dengan para orang tua. Hanya sebagian yang peduli terhadap pembentukan karakter anak. Alasannya antara lain karena sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu yang
6
berkualitas. Padahal tingkah laku dan karakter anak pertama kali dibentuk di lingkungan keluarga. Dengan melihat begitu pentingnya kinerja kepala sekolah dalam suatu proses pendidikan, dimana kepala sekolah harus mampu menciptakan
kegiatan-kegiatan
pendidikan
berjalan
dengan
baik
khususnya dalam penerapan pendidikan karakter, penulis ingin mengkaji lebih
dalam
SEKOLAH
mengenai DALAM
“PERAN
KEPEMIMPINAN
MENGEMBANGKAN
KEPALA
PENDIDIKAN
KARAKTER DI MIN 09 PETUKANGAN SELATAN JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang akan diteliti yakni sebagai berikut: 1. Meningkatnya kasus tawuran remaja yang terjadi di Indonesia 2. Pergaulan bebas dan seks bebas yang semakin mengkhawatirkan 3. Kurangnya peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah 4. Kurangnya perhatian dan kepedulian guru dalam pembentukan karakter siswa 5. Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap karakter dan perilaku anak
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas penelitian ini dibatasi tentang “Kurangnya peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah.”
7
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan “Bagaimana Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta?”
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, yaitu untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Jakarta.
F. Manfaat Penelitian a. Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi kepala sekolah untuk dapat mengembangkan pendidikan karakter lebih baik lagi di sekolah b. Bagi pembaca, sebagai sumbangan data ilmiah dalam mengadakan penelitian selanjutnya. c. Bagi Jurusan Kependidikan Islam prodi Manajemen Pendidikan, dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang bisa menambah ilmu pengetahuan.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Adapun berkarakter adalah mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; berwatak.1 Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan keterejawantahkan dalam perilaku.2 Scerenko seperti yang dikutip oleh Muchlas Samani, mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.3
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2 Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: KPN, 2010), h. 3. 3 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011), cet Ke-1, h. 42.
8
9 Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan.”4 Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan, dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang banyak dibicarakan di kalangan pendidik. Pendidikan karakter diyakini sebagai aspek penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter masyarakat yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa “emas” namun “kritis” bagi pembentukan karakter seseorang. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah Indonesia, kini sangat gencar mensosialisasikan pendidikan karakter. Kementrian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan (implementasi) pendidikan karakter anak untuk semua tingkat pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, termasuk di dalam kurikulum 2013. Inti dari kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematikintegratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
4
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), cet Ke-1, h. 15.
10 penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.5 Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.6 Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan lembaga pendidikan (Indonesia) termasuk sarjana yang pandai dan mahir dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi tidak memiliki mental yang kuat, bahkan mereka cenderung amoral.7 Pendidikan karakter pada intinya berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila.8
5
guruorid, Inti Kurikulum 2013 : Penyederhanaan, Tematik – Integratif, 2013, http://guru.or.id/intikurikulum-2013-penyederhanaan-tematik-integratif.html 6 Pendidikan Karakter “Karakter Merupakan Jati Diri”, http://pndkarakter.wordpress.com/category/tujuandan-fungsi-pendidikan-karakter/ 7 Gunawan, op. cit., hal. 28-29. 8 Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah (Surabaya : Jaring Pena, 2011), h. 5.
11 3. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan Dalam Pendidikan Nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai. Selanjutnya, Sumantri menyebutkan bahwa: Nilai adalah hal yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia yang lebih memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati. Dari beberapa pengertian tentang nilai, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah merupakan rujukan untuk bertindak. Nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik atau tidak baik dilakukan. Maka yang dimaksud nilai-nilai karakter berarti sesuatu nilai yang dapat dilaksanakan karena pertimbangan di atas. Ari Ginanjar Agustian yang terkenal dengan konsepnya “Emotional Spiritual Question (ESQ)” mengajukan pemikiran, bahwa: Setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah yang terdapat dalam asma al-husna (nama-nama Allah yang baik) yang berjumlah 99. Asma al-husna ini harus menjadi sumber inspirasi perumusan karakter oleh siapapun, karena dalam asma al-husna terkandung tentang sifat-sifat Allah yang baik. Menurut Ari Ginanjar dari sekian banyak karakter yang dapat diteladani dari nama-nama Allah tersebut, ia merangkumnya menjadi tujuh karakter dasar, yakni: (1) jujur; (2) tanggungjawab; (3) disiplin; (4) visioner; (5) adil; (6) peduli; (7) kerjasama.9 Setiap satuan pendidikan mengambil nilai inti yang akan dikembangkan di sekolah masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat visi dan misi sekolah, tradisi budaya di sekeliling, keinginan warga sekolah, kehendak para pemegang kepentingan di sekolah, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Agar mudah dipahami, berbagai nilai tersebut dikelompokkan dengan dua cara. Pertama, melihat hubungan nilai-nilai tersebut dengan prinsip empat olah (olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa). Kedua, melihat hubungan nilai-nilai tersebut dengan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kewajiban terhadap diri sendiri, kewajiban terhadap sesama, dan kewajiban terhadap lingkungan alam. Adapun nilainilai karakter inti yang perlu dikembangkan, seperti yang dikutip oleh Muarif (Jurnal
9
Gunawan, op. cit., hal. 31.
12 Pengarusutamaan Pendidikan Karakter Di Sekolah 2012. h. 3-8) adalah sebagai berikut: a. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. c. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e. Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. f. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri: Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis: Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. i. Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. j. Semangat kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta tanah air: Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/ komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. n. Cinta damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. q. Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
13 r. Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.10 Dalam kurikulum 2013, sikap religius yang berkaitan dengan nilai, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan/dan atau ajaran agamanya di masukkan ke dalam sikap. Misalnya, dalam agama islam, pribadi seorang anak yang memiliki karakter yang baik biasanya menjalankan perintah agama dengan baik, seperti shalat lima waktu. Begitu pula dengan nilai kejujuran. Yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri dan pihak lain. Perilaku ini termasuk dalam sikap di kurikulum 2013. 4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku; c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter; d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian; e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik; f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses; g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter; 10
Mu’arif, “Jurnal Pengarusutamaan Pendidikan Karakter Di Sekolah”, 2012. h. 3-8.
14 k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.11 5. Pengembangan Karakter Siswa Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholder-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik, yaitu pengetahuan tentng moral (moral knowing), perasaan/ penguatan emosi (moral feeling), dan perbuatan bermoral (moral action). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, mengahayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral). Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong
11
Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: KPN, 2010).
15 seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional. Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Menurut Mochtar Buchori, mengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang sangat penting dan harus terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif. Pendidikan karakter seharusnya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro menerjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa.12 Begitu pentingnya pendidikan karakter bagi perkembangan diri siswa. Karena kesuksesan seseorang hanya ditentukan sedikit kemampuan teknis individual, sisanya adalah kemampuan mengelola diri dan orang lain. Tahapan perkembangan karakter dapat dimulai dari diri sendiri, melakukan perbuatan & kebiasaan yang baik, dari hal yang terkecil dan dimulai dari sekarang.
6. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh 12
11.
Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2011), h.
16 setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan. Strategi pengembangan pendidikan karakter ini antara lain: a. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta psikomotorik (olah raga). Pembelajaran kontekstual mencakup beberapa strategi, yaitu: (a) pembelajaran berbasis masalah, (b) pembelajaran kooperatif, (c) pembelajaran berbasis proyek, (d) pembelajaran pelayanan, dan (e) pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab dan rasa ingin tahu. b. Pengembangan Budaya Sekolah dan Kegiatan Belajar Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu: 1) Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik dan teman. 2) Kegiatan spontan, yakni kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman
17 yang terkena musibah, atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana. 3) Keteladanan, merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan kerja keras. 4) Pengondisian yaitu penciptaan kondisi yang
mendukung keterlaksanaan
pendidikan karakter. Misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas. c. Kegiatan Kokurikuler dan atau Kegiatan Ekstrakurikuler Demi terlaksananya kegiatan kokurikuer dan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan perangkat pedoman, pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan esktrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter. d. Kegiatan Keseharian di Rumah dan di Masyarakat Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat banyak tergantung pada kegiatan keseharian siswa di rumah. Rumah (keluarga) menjadi lembaga pendidikan pertama dan utama karena sangat menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan trilogi pendidikan yang tidak bisa dipisahkan. Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter. Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri.
18 Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan. Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good”, tetapi juga “desiring the good” dan “acting the good”. Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh suatu paham. Dengan demikian, jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling dan moral action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh.13 Dalam buku Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa, strategi pembangunan karakter bangsa dilakukan dengan melalui lima cara, yaitu (1) melalui sosialisasi, (2) melalui pendidikan, (3) melalui pemberdayaan, (4) melalui pembudayaan (5) melalui kerjasama.14
7. Implementasi Manajemen Sekolah Berkarakter Dalam rangka implementasi manajemen sekolah yang berkarakter, sekolah diharapkan mampu melakukan perencanaan, melaksanakan kegiatan, dan evaluasi terhadap tiap-tiap komponen pendidikan yang di dalamnya memuat nilai-nilai karakter secara terintegrasi (terpadu). Pengertian terpadu lebih menunjuk kepada pembinaan nilai-nilai karakter pada tiap komponen sesuai dengan ciri khas masingmasing sekolah. Sekolah dapat melaksanakan pendidikan karakter yang terpadu dengan sistem pengelolaan sekolah itu sendiri. Artinya, sekolah mampu merencanakan pendidikan (program dan kegiatan) yang menanamkan nilai-nilai karakter, melaksanakan program dan kegiatan yang berkarakter, dan melakukan pengendalian mutu sekolah secara berkarakter. Keterkaitan antara berbagai komponen, proses manajemen berbasis sekolah dan nilai-nilai karakter yang melandasinya dapat dilihat pada diagram berikut.
13
Gunawan, op. cit., hal. 195-197. Kementrian Pendidikan Nasional, Desain Induk Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional, (Jakarta: Direktorat Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2010). 14
19 TUHAN YME Nilainilai
Nilainilai
SESAMA
Komponen:
DIRI SENDIRI Manajemen: Perencanaan Pelaksanaan Nilai -nilai
Pengawasan
Kurikulum dan Pembelajaran Sarana dan Prasarana Tenaga Kependidikan
MBS: Kemandirian Partisipasi Kemitraan
Nilainilai
Siswa
LINGKUNGAN
KEBANGSAAN Nilainilai
Gambar 2.1: Keterkaitan antara komponen pendidikan, manajemen sekolah dengan nilai-nilai karakter
Sebagaimana diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan pendidikan, bahwa semua sekolah harus memenuhi standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi delapan standar, yaitu: 1. Standar isi; 2. Standar proses; 3. Standar kompetensi lulusan; 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5. Standar sarana dan prasarana; 6. Standar pengelolaan; 7. Standar pembiayaan; dan 8. Standar penilaian pendidikan.15
15
Kementrian Pendidikan Nasional, Buku Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama (Jakarta: KPN, 2010).
20 Sebagaimana dinyatakan dalam standar nasional pendidikan (SNP) pasal 1 ayat 5, standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan pendidikan tertentu. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi sebagaimana dimaksud di atas memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kelender pendidikan/akademik. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada tahun 2013, pemerintah menetapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 dari yang sebelumnya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.16 Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 1 ayat 6). Menurut Standar Nasional Pendidikan (SNP), proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan keteladanan dari pendidik.
16
guruorid, Inti Kurikulum 2013 : Penyederhanaan, Tematik – Integratif, 2013, http://guru.or.id/intikurikulum-2013-penyederhanaan-tematik-integratif.html
21 Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis. Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Teknik penilaian dapat berupa test tertulis, observasi, test praktek dan penugasan perseorangan atau kelompok. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan bahwa standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan harus menjadi pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan harus menjadi pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. (SNP Pasal 1 ayat 7). Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) kompetensi pedagogik; (b) kompetensi kepribadian; (c) kompetensi profesional; dan (d) kompetensi sosial.
22 Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, tempat berkreasi, serta sumber belajar yang lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (SNP pasal 1 ayat 8). Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan (SNP pasal 1 ayat 9). Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun (SNP pasal 1 ayat 10). Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (SNP pasal 1 ayat 11). Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas, (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik; (b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan (c) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Upaya-upaya yang ditempuh untuk pemenuhan standar nasional pendidikan di atas dilakukan melalui manajemen sekolah dilaksanakan dengan merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan semua program dan kegiatan agar komponenkomponen standar nasional pendidikan dapat terpenuhi. Implementasi manajemen sekolah inilah diharapkan dapat diintegrasikan dengan perilaku yang berkarakter, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian program sekolah.17 Semenjak manajemen berbasis sekolah diterapkan, sekolah bebas menentukan kebijakannya sendiri dalam mengelola pendidikan, tetapi tetap dalam pengawasan dinas pendidikan dan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kepala sekolah harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai karakter di dalam cara kepemimpinannya mengelola sekolah. 8. Pendidikan Karakter dalam Proses Perencanaan Manajemen Sekolah Penyusunan rencana program sekolah harus dapat mengakomodir berbagai program yang berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai, seperti disiplin, hormat, cinta tanah air, cinta ilmu, dan lain sebagainya. Selain itu, penyusunan rencana program sekolah harus melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (stake holder), misalnya guru, siswa, tata usaha/karyawan, orangtua siswa, tokoh masyarakat yang memiliki perhatian kepada sekolah. 17
Gunawan, op. cit., hal. 245-248
23 Perencanaan program dan kegiatan sekolah dilakukan melalui pengembangan dan penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) untuk jangka menengah/panjang dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk jangka pendek atau tahunan. Dalam upaya pendidikan karakter, sekolah harus bersama-sama dengan pemangku kepentingan menyusun RKS dan RKAS ini melalui berbagai proses yang dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter.18 Melalui proses perencanaan yang baik diharapkan akan memunculkan berbagai nilai karakter yang baik pula. 9. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pendidikan Karakter Minimal ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program dan kegiatan penanaman nilai-nilai karakter ini, yaitu prinsip efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Pelaksanaan program dan kegiatan dikatakan efektif apabila hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan. Efisiensi lebih menekankan apabila program dan kegiatan yang dijalankan dapat menghasilkan sesuai tujuan dengan biaya minimal, atau dengan biaya tetap hasilnya semakin maksimal. Adapun prinsip produktivitas adalah apabila pelaksanaan program dan kegiatan tersebut hasilnya secara kuantitatif dan kualitatif minimal sesuai dengan tujuan. Pada setiap pelaksanaan program dan kegiatan penanaman nilai-nilai karakter ini hendaknya dapat ditunjukkan tentang hasil-hasil yang dicapai. Untuk mengimplementasikan manajemen sekolah yang terpadu dengan nilai-nilai karakter, diperlukan pengelolaan sumber daya manusia secara baik, antara lain melalui: (a) perencanaan penerimaan (recruitment) guru dan staf sesuai dengan kebutuhan sekolah, (b) mengorganisasikan kegiatan guru dan staf sesuai dengan bidang kerja masing-masing, (c) memberikan pengarahan kepada para guru dan staf agar bekerja sama untuk tercapainya tujuan, (d) melakukan pengawasan (control) terhadap pekerjaan para guru dan staf agar mereka bekerja sesuai dengan aturanaturan yang sudah ditetapkan bersama, (e) meningkatkan profesionalisme para guru dan staf, baik teknis maupun non teknis, melaksanakan pembinaan karir dan kesejahteraan, serta menerapkan sistem penghargaan dan hukuman (reward and punishment system).
18
33-34.
Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2011), h.
24 Keberhasilan implementasi program ini tidak terlepas dari peran orang tua dan komite sekolah dalam mendukung program yang dijalankan. Sekolah perlu menjamin hubungan kerjasama guna mendapatkan dukungan. Sekolah tidak mungkin dapat melaksanakan sendiri kegiatan yang sudah diprogramkan, sehingga perlu dicarikan solusi dan pemecahannya bersama komite sekolah.
10. Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Pengendalian/Pengawasan Program Pengendalian dalam pengelolaan sekolah meliputi supervisi, monitoring, dan evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil-hasil pemenuhan SNP. Pengendalian lebih menekankan kepada upaya-upaya sekolah untuk menghasilkan atau menjamin keterlaksanaan program dan keberhasilan tujuan. Supervisi merupakan bantuan untuk memberikan solusi terhadap suatu permasalahan yang timbul selama pelaksanaan program. Sedangkan monitoring merupakan upaya untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan terhadap hambatan atau penyimpangan. Evaluasi adalah menilai kinerja sekolah secara keseluruhan atas berbagai keberhasilan program pemenuhan SNP.19 Proses pengendalian dalam manajemen sekolah ini hendaknya juga diiringi dengan nilai-nilai karakter pelaku (pengendali) itu sendiri, antara lain: jujur, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, dapat dipercaya, adil, ulet, teliti, visioner, dedikatif, terbuka, tertib, sportif dan taat peraturan. Sedangkan apabila dilihat dari sisi manajerial atau kelembagaan, maka nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan/muncul dalam pengendalian ini antara lain adalah nilai-nilai terbuka, obyektif, adil, terukur (standar) dan bertanggungjawab.
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepemimpinan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemimpin ialah orang yang memimpin, ia ditunjuk menjadi – organisasi itu; sedangkan kepemimpinan ialah perihal pemimpin; cara memimpin.20
19
Gunawan, op. cit., hal. 250-252 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1075. 20
25 Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan telah didefinisikan oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, dalam bukunya Hani Handoko mengemukakan bahwa “kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang selain berhubungan dengan tugasnya”.21 Menurut Joseph C. Rost seperti yang dikutip oleh Triantoro Safaria dalam buku Kepemimpinan, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah: “sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.”22 Kepemimpinan merupakan terjemahan dari leadership. Mengenai definisi kepemimpinan banyak para ahli yang mendefinisikannya, diantaranya adalah Koontz, O’Donnel dan Weihrich. Di dalam bukunya yang berjudul “Management”, yang dikutip oleh Wahyusumidjo, antara lain dikemukakan, bahwa: “yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum, merupakan pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah tercapainya tujuan organisasi”.23 Sedangkan menurut Irham Fahmi, Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan. Ilmu kepemimpinan telah semakin berkembang seiring dengan dinamika perkembangan hidup manusia.24 Dorongan dan semangat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin mampu menggerakkan suatu organisasi ke arah yang diinginkan, namun begitu pula sebaliknya jika kualitas dan kompetensi seorang pemimpin adalah belum mencukupi untuk membantu mendorong ke arah kemajuan maka artinya pemimpin tersebut hanya memimpin dengan tujuan untuk pribadinya dan bukan untuk tujuan keinginan
21
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1997), cet. Ke-11, hal.2 Triantoro Safaria, Kepemimpinan, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004), cet. Ke-1, h.3 23 Wahyusumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999). Cet, Ke-1, hal. 83 24 Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, (Bandung : Alfabeta, 2012), cet. Ke-1, hal.15 22
26 organisasi. Karena tujuan organisasi artinya pemimpin memimpin dengan menerapkan serta mewujudkan visi dan misi yang dimiliki oleh organisasi tersebut, dan menempatkan kepentingan pribadi bukan sebagai kepentingan utama.25 Sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen sekolah (who is behind the school). Kemampuan kepala sekolah tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap manajemen dan kepemimpinan, serta tugas yang dibebankan kepadanya; karena tidak jarang kegagalan pendidikan dan pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak pada bagaimana manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, khususnya dalam menggerakkan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. Dalam prosesnya, interaksi berkualitas yang dinamis antara kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik memainkan peran sangat penting, terutama dalam penyesuaian berbagai aktivitas sekolah dengan tuntutan globalisasi, perubahan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan situasi, kondisi, dan lingkungannya. Ke semuanya itu sangat menuntut kompetensi dan profesionalitas kepala sekolah, untuk memungkinkan terciptanya interaksi berkualitas yang dinamis. Sebagai komponen penting organisasi sekolah, kepala sekolah harus mampu memberikan layanan bermutu secara optimal. Dengan kemandiriannya, kepala sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan berbagai program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Demikian pula dengan pengambilan keputusan partisipatif, yang melibatkan warga sekolah secara langsung akan meningkatkan kepedulian dan rasa memiliki mereka terhadap sekolah beserta program-programnya. Peningkatan rasa memiliki itu akan meningkatkan kesadaran, tanggung jawab, kepedulian, dan komitmen warga sekolah terhadap sekolahnya; sehingga akan melahirkan dedikasi dan kreativitas yang tinggi dalam pengembangan programprogram sekolah.26
25
Ibid., hal. 18.
26
E. Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 5-6.
27 Pemimpin ialah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah harus memiliki hubungan yang baik dengan para guru dan staf lainnya. Jika kepala sekolah melakukan kesalahan, guru harus berani menegurnya dan sebagai pemimpin yang baik harus menerimanya dengan bijaksana. Kepala sekolah harus bisa memaksimalkan potensi yang ada pada stake holder maupun share holder sekolah dan saling mendukung guna mencapai tujuan yang disepakati bersama.
2. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Di samping guru dan tenaga kependidikan lainnya, kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menyukseskan pengembangan pendidikan karakter di sekolah, terutama dalam mengkoordinasi, menggerakkan, dan mengharmoniskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi yang sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong perwujudan visi, misi dan tujuan sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara bertahap dan terencana. Dalam menyukseskan pengembangan pendidikan karakter di sekolah, kepala sekolah paling tidak harus melakukan berbagai program kegiatan, baik yang terkait dengan program sekolah secara keseluruhan maupun yang terkait dengan tugas sehari-hari kepala sekolah. Pertama, untuk yang terkait dengan program sekolah secara keseluruhan, tahapan yang harus dilakukan adalah mencermati kelender pendidikan, sehingga ditemukan hari-hari efektif, setengah efektif (karena ada kegiatan tertentu) dan hari-hari tidak efektif, seperti hari libur; jumlah hari efektif dan setengah efektif merupakan dasar penyusunan program tahunan, program semester, dan rencana pembelajaran; penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler diupayakan ditempatkan di luar jam belajar, sehingga tidak mengurangi jam belajar efektif; secara periodik melakukan evaluasi terhadap implementasi pendidikan karakter dengan melibatkan semua tenaga guru dan staf sekolah, sehingga ditemukan halangan dan rintangan yang dihadapi, serta berbagai kemajuan yang telah dilalui. Kedua, yang terkait dengan tugas sehari-hari kepala sekolah, yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut, mengalokasikan lebih banyak waktu untuk peningkatan kualitas pendidikan karakter, kesiswaan, pembinaan guru dan karyawan, dan
28 pengembangan sekolah; dibanding kegiatan yang bersifat administratif; menyediakan waktu khusus untuk mengevaluasi jalannya pendidikan karakter; membuat jadwal kerja dengan rincian waktu yang diketahui oleh semua warga sekolah; secara periodik menyediakan waktu untuk bertemu/menerima guru dan staf serta peserta didik, dengan jadwal yang diketahui oleh semua warga sekolah.27 Selain itu, kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam
kaitannya
dengan
perencanaan
dan
evaluasi
pendidikan
karakter,
pengembangan pendidikan karakter, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan peserta didik, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan penciptaan iklim sekolah. a. Perencanaan dan Evaluasi Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school-based plan), seperti kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu untuk mengembangkan rencana peningkatan mutu pendidikan karakter. b. Pengembangan Kurikulum Implementasi pendidikan karakter di sekolah memberi kewenangan kepada daerah dan sekolah untuk mengembangkan kurikulum pendidikan karakter, terutama dalam mengidentifikasi karakter, dan mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan daerah, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan akan memberi makna (meaningfull learning) bagi setiap peserta didik dalam mengembangkan potensinya masingmasing. c. Pengembangan Pembelajaran Pembelajaran merupakan unsur utama dalam implementasi pendidikan karakter, sebagai interaksi edukatif antara peserta didik dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini, sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode dan teknikteknik pendidikan karakter yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah dan lingkungan. Pengembangan pembelajaran berbasis karakter ini, hendaknya tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas, seperti di laboratorium, bengkel dan perpustakaan, bahkan harus mewarnai seluruh kehidupan sekolah. d. Pengelolaan Ketenagaan Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sanksi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut penggajian atau upah, dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya. Dalam pelaksanaannya, pengembangan ketenagaan ini dapat dilakukan melalui kerja sama berbagai pihak dan antar lembaga secara berkesinambungan. 27
Gunawan, op. cit., hal. 178.
29 e.
f.
g.
h.
i.
Pengelolaan Sarana dan Sumber Belajar Sarana dan sumber belajar yang memadai akan sangat membantu kelancaran implementasi pendidikan karakter di sekolah. Selain itu juga membantu mempercepat sosialisasi pendidikan karakter kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat lingkungannya. Pengelolaan Keuangan Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian atau penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengalokasian dan penggunaan uang dilimpahkan ke sekolah. Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah. Pelayanan Peserta Didik Pelayanan peserta didik, mulai dari penerimaan, pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, sampai pada pengurusan alumni, sepenuhnya merupakan kewenangan sekolah, yang menuntut kemampuan kepala sekolah untuk mengembangkannya. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, pelayanan peserta didik ini bisa dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling, atau oleh wali kelas, atas nama kepala sekolah. Pelayanan peserta didik yang optimal dari berbagai pihak akan sangat membantu implementasi pendidikan karakter di sekolah. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Hakikat hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral, dan finansial. Hubungan sekolah dengan masyarakat ini menjadi penting dan esensial dalam implementasi pendidikan karakter, terutama dalam menanamkan sistem nilai kepada peserta didk sehingga tidak terjadi pertentangan nilai antara yang ditanamkan di sekolah dengan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Lebih dari itu, hubungan sekolah dengan masyarakat ini diharapkan masyarakat dapat membantu sekolah dalam membentuk karakter peserta didik, terutama dalam penciptaan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan peserta didik. Ini penting, sebab percuma saja anak di sekolah dididik tentang nilai-nilai kebaikan, apabila di masyarakat mereka menyaksikan berbagai penyimpangan nilai. Dalam hal ini perlu adanya kebersamaan antara sekolah dengan masyarakat dalam menjunjung tinggi karakter yang baik dan positif, sehingga tujuan sekolah maupun tujuan masyarakat dapat diwujudkan dengan sebaik-baiknya. Penciptaan Iklim Sekolah Iklim sekolah (fisik dan nonfisik) yang kondusif-akademik merupakan persyarat bagi terselenggaranya pendidikan karakter yang efektif. Kondisi lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan lain-lain merupakan tugas sekolah untuk menunjang kelancaran implementasi pendidikan karakter di bawah kepemimpinan kepala sekolah. Dengan demikian, keberhasilan implementasi pendidikan karakter sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap implementasi pendidikan karakter di sekolah secara keseluruhan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah dituntut untuk memiliki karakter yang terpuji dan mampu
30 mengimplementasikannya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya di sekolah dan lingkungannya; baik secara educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, maupun motivator; serta menjadi contoh teladan bagi seluruh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan lingkungannya.28 Di
samping
memiliki
dan
mampu
menerapkan
prinsip-prinsip
kepemimpinan yang baik dalam mengelola sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk berinisiatif dan berkomunikasi yang baik dengan guru dan tata usaha. Kepala sekolah juga harus mampu mengembangkan kegiatan untuk meningkatkan proses belajar mengajar ataupun kegiatan lainnya dalam pengembangan intelektual maupun emosional. Kepala sekolah perlu mengetahui dengan pasti isi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dengan maksud peserta didik yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku, kepala sekolah dapat mengingatkan guru tentang adanya tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai karakter yang dikembangkan sekolah.
28
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet Ke-2, h. 71-74.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MIN 09 Petukangan Jakarta yang beralamat di Jl. Madrasah No.1 Komplek Bumi Pesanggrahan Mas, Petukangan Selatan Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian berlangsung pada tanggal 11 Desember 2013 – 28 Februari 2014.
B. Metode Penelitian, Jenis dan Sumber Data Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisis dengan teknik analisa kualitatif. Jadi penelitian ini dimaksudkan untuk memastikan atau menjelaskan karakteristik dari objek yang diteliti. Adapun jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter. Sumber data pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan perwakilan dari komite sekolah/orang tua. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
31
32
1. Data Primer Data ini bersumber dari responden yang langsung ditemui di lapangan (lokasi penelitian). Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara. 2. Data Sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu observasi dan dokumentasi berupa data-data tertulis seperti data kepala sekolah, data guru, struktur organisasi, dan lain-lain.
C. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap kepala sekolah dan siswa. Instrumen yang digunakan dalam teknik ini adalah pedoman observasi berupa daftar catatan. Tujuan observasi ini dilakukan untuk menambah data yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi. 2. Wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap Kepala Sekolah, Waka Kurikulum dan Kesiswaan, Guru, Tenaga Kependidikan (Staff TU). Data wawancara ini digunakan untuk mencari informasi tentang penerapan pendidikan karakter yang dilakukan kepala sekolah. 3. Studi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen yang tertulis maupun non tertulis (melalui pengamatan). Hasil dokumentasi yang di dapat di MIN 09 Petukangan Selatan adalah: a. struktur organisasi sekolah b. susunan organisasi dan personil sekolah c. sejarah sekolah d. sarana dan prasarana e. tenaga pendidik dan kependidikan
33
f. Prestasi madrasah g. Jurnal kegiatan pembiasaan peserta didik h. Foto atau gambar i. RPP dan silabus Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan dan dipadukan membentuk hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.
D. Teknik Analisa Data Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar semua data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti (peneliti), akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasi, diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah kesimpulan. Data-data yang ditemukan dilapangan akan disajikan dan dijelaskan secara terperinci sehingga dapat diciptakan suatu konsep atau penarikan kesimpulan. Analisis data dimulai dengan menelaah data yang diperoleh dari kajian dokumen. Kemudian membandingkannya dengan data yang diperoleh dari observasi dan hasil wawancara. Analisa data dilakukan selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Setelah pengumpulan data dan setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis dengan mendeskripsikan data terlebih dahulu. Deskripsi data dilakukan dengan dua tahap, yaitu: 1. Seleksi Data Seleksi data disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul memenuhi syarat untuk diolah atau tidak. Persyaratan yang dimaksud adalah setiap data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi berasal dari sumber yang dipertanggung jawabkan. Dokumentasi yang diambil harus relevan
34
dengan sumber data yang dilengkapi serta dianalisis dengan sumber data lainnya. 2. Klasifikasi Data Data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing untuk memperoleh kesimpulan yang utuh. Hasil dari seleksi dan klasifikasi data kemudian dianalisis dan dideskripsikan untuk menjelaskan permasalahan penelitian. Berdasarkan unit analisis data dan metode yang digunakan pada penelitian ini, maka data akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif kualitatif.1
E. Kisi-Kisi Instrumen Pengumpulan Data 1. Wawancara Kisi-kisi instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam memperoleh data dan informasi-informasi di MIN 09 Petukangan Jakarta pada penelitian ini yang dijadikan pedoman sebagai berikut: Fokus
Profil Sekolah
1
Dimensi
Indikator
Visi Visi, Misi dan Tujuan Misi Tujuan Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana Perencanaan dan Evaluasi Pengembangan Kurikulum Peran Kepala Sekolah Pengembangan dalam Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Karakter Pengelolaan Ketenagaan Pengelolaan Sarana dan Sumber Belajar
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 206.
35
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Perencanaan
Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam Manajemen Sekolah Pengawasan
Pengelolaan Keuangan Pelayanan Peserta Didik Hubungan dengan masyarakat Penciptaan Iklim Sekolah Integrasi Nilai-nilai karakter dalam perencanaan program Integrasi Nilai-nilai karakter dalam pelaksanaan program Integrasi Nilai-nilai karakter dalam pengawasan program
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrument Wawancara dengan Kepala Sekolah MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta
2. Lembar Observasi Kepala Sekolah No
Dimensi
Jenis Kegiatan SB
1
2
3
4 5
Perencanan Membuat visi, misi dan Implementasi tujuan sekolah Pendidikan Karakter Pengembangan Menggunakan Kurukulum kurikulum sesuai aturan yang ditetapkan Pengembangan Memberikan kebebasan Pembelajaran kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran Pengelolaan Analisis kebutuhan, Ketenagaan rekrutmen dan pengembangan guru Pelayanan Kegiatan kokurikuler Peserta didik dan ekstrakurikuler Pengelolaan Memasang slogan nilaiSarana dan nilai karakter
Pelaksanaan B C K
36
6
7
Sumber Belajar Pengelolaan Keuangan
Hubungan dengan Masyarakat
Pengalokasian biaya untuk program dan kegiatan pendidikan karakter Menjalin hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Observasi dengan Kepala Sekolah MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta
Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup D = Kurang
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta 1. Sejarah Berdirinya MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta MIN 09 Petukangan Selatan adalah salah satu bagian dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Jakarta. MIN 09 Petukangan Selatan terletak di Jl. Madrasah No.1 RT. 001/02 Komp. Pesanggrahan Mas Jakarta Selatan.
Gedung Madrasah Ibtidaiyah Negeri 09 Petukangan
Selatan Jakarta dibangun secara permanen pada tahun 1986. Diserah terimakan pada tanggal 26 september 1986 untuk MTsN 3 Kj Pondok Pinang. Kepala MTsN 3 pada saat itu Drs. H. Fakih Syukri. Pada tahun 1989 mulai dioperasikan dengan menerima siswa baru untuk kelas jauh MTsN 3 Pondok Pinang, kemudian pada tahun 1992 gedung Kj MTsN 3 dirubah peruntukkannya menjadi MIN 09 Petukangan Selatan dan diserahterimakan oleh Kepala MTsN 3 pada saat itu Bapak Asep Saefuddin kepada Bapak H. Mahally Harahap, BA sebagai Pjs di MIN 09. MIN 09 Petukangan di definitifkan pada tahun 1995 dengan kepala madrasah Drs. H. Abdul Rasyid. Beliau memimpin selama 5 tahun (19952000) dan dengan kebijakan Kanwil Depag DKI Jakarta dimutasikan ke
37
38
MIN Pondok Pinang. Sebagai pengganti beliau adalah Bapak H. Moh. Noor Hasan, S.Pd.I. memimpin selama 7 tahun ( 2000 – 2007). Pada bulan maret 2007 terjadi pergantian pimpinan MIN 09 Petukangan Selatan dari Bapak H. Moh. Noor Hasan, S.Pd.I kepada Ibu Dra. Hj. Chairina Chas, MM, sejak tahun 2007 sampai dengan 2011. Dan tahun 2012 terjadi pergantian kepemimpinan dar Dra. Hj. Chairina Chas, MM kepada Bapak Masturo, S.Ag hingga sekarang.1
2. Status Tanah MIN 09 Petukangan Selatan didirikan diatas tanah milik pemerintah dengan sertifikat No. 17/1987 tanggal 22-12-1987, luas tanah 4905 m2. luas bangunan gedung A 1.253 m2 dan luas bangunan gedung B 238 m2.
3. Data Guru dan Karyawan MIN 09 Petukangan Selatan MIN 09 Petukangan Selatan dikepalai oleh Bapak Masturo, S.Ag dan memiliki 33 guru dibidangnya masing-masing dan 10 karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
4. Data Siswa MIN 09 Petukangan Selatan MIN 09 Petukangan Selatan merupakan sekolah yang banyak diminati oleh masyarakat, selain Petukangan juga dari daerah Cikokol, Bintaro, Ciledug, Reyog, Kebayoran, Rempoa dan sekitarnya. Peserta didik MIN 09 Petukangan Selatan pada tahun pelajaran 2013/2014 berjumlah 544 siswa yang terdiri dari 228 siswa laki-laki dan 316 siswa perempuan, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan bahwa jumlah siswa untuk tingkat MI/SD adalah 28 siswa/ 1 rombongan belajar, MIN 09 Petukangan selatan sebagai salah satu rintisan MSN di Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2008 hingga tahun 2013 telah memenuhi standar 1
Sumber data dari dokumentasi profil sekolah tahun ajaran 2012/2013
39
tersebut mulai tingkat/kelas 1, 2 dan 3 sedangkan pada kelas 4 s.d. 6 masih program lama. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas hampir merata. Peserta didik sebanyak 17 rombongan belajar.
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana prasarana pendidikan merupakan penunjang proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Fasilitas yang disediakan dirancang dan disusun dengan sangat rapi agar siswa/i merasa nyaman dan aman ketika proses belajar berlangsung. Sarana dan prasarana yang dimiliki MIN 09 Petukangan Selatan berpedoman pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada lampiran.
B. Deskripsi Data Dari wawancara dengan responden yang dilengkapi dengan hasil observasi dan studi dokumentasi maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. 1. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Menyadari tugas dan fungsi madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas agama Islam pengemban amanat umat Islam dibidang pendidikan, MIN 09 petukangan selatan berupaya memenuhi harapan para orang tua/wali murid, siswa, stake holder dan masyarakat pada umumnya, yaitu untuk melahirkan pribadi muslim yang soleh, berprestasi, sehat dan kreatif. Peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter ini nampak dalam hal : a.
Perencanaan Sekolah diberikan kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school-based planed). Oleh karena itu, kepala sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu untuk mengembangkan rencana peningkatan mutu pendidikan karakter. Untuk meningkatkan mutu kerja madrasah diperlukan perencanaan
40
yang baik berdasarkan data dan informasi yang benar dan handal. hasil laporan analisis konteks 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan dapat digunakan sebagai alat yang mengukur kinerja Madrasah dari SPM dan SNP sehingga rencana pengembangan madrasah didasarkan pada data yang solid dan bukan berdasarkan atas perkiraan, asumsi atau bahkan kebiasaan saja. Kepemimpinan kepala sekolah dalam perencanaan dapat dilihat pada visi, misi, dan tujuan sekolah. Dari hasil studi dokumen, didapatkan bahwa visi MIN 09 Petukangan Selatan adalah Terwujudnya pribadi muslim yang soleh, berprestasi, sehat dan kreatif. Sedangkan misi MIN 09 Petukangan Selatan adalah: 1) Soleh a) Menanamkan dan membiasakan prilaku Islami, misalnya pembiasaan mengucap salam dan bersalaman jika bertemu guru, tamu dan sesama teman; pembiasaan tadarus Al-qur’an sebelum belajar; pembiasaan sholat berjamaah untuk kelas tiga, empat dan lima; melaksanakan pesantren Ramadhan dan kegiatan buka bersama (guru, peserta didik dan orang tua); hafalan juz 30 dan doa-doa harian. b) Menciptakan suasana yang agamis misalnya, pemutaran lagulagu islami; pemutaran ayat-ayat suci Al-qur’an pada jam-jam istirahat; memasang slogan-slogan islami dan asmaul husna. 2) Berprestasi a) Dalam
bidang
Akademik
misalnya,
membina
dan
meningkatkan minat baca, mandiri, kreatif dan berprestasi; aktif mengikuti kegiatan lomba bidang studi; olimpiade dan ekstra kurikuler; memiliki nilai output rata-rata minimal tujuh; tenaga
pendidik
yang
aktif
dalam
kegiatan
MGMP;
menjadikan MIN 09 sebagai Madrasah Standar Nasional (MSN).
41
b) Non Akademik Menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik dengan kegiatan
ekstrakurikuler.
Kegiatan
ekstrakurikuler
yang
dikembangkan adalah Paskibra, Pramuka, Marawis, Paduan Suara, Qasidah, Futsal, Qira’at, Calung, Bahasa Arab, dan Sains Club. 3) Sehat Membudayakan lingkungan yang bersih dan sehat a. Lomba kebersihan madrasah setiap 4 bulan b. Operasi semut setiap hari sabtu c. Pemilahan sampah organic, non organic dan B3 d. Penghijauan lingkungan madrasah e. Penanaman apotik hidup f. Pembuatan Biopori g. Pengolahan sampah menjadi pupuk h. Berkoordinasi dengan PUSKESMAS desa dan kecamatan dalam masalah kesehatan i. Jum’at bersih j. Kantin sehat 4) Kreatif Menggali dan mengembangkan life skil peserta didik a) Memfasilitasi peserta didik dengan kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minatnya. b) Mengikutsertakan peserta didik dalam berbagai even lomba baik interen maupun kegiatan di luar madrasah c) Membekali peserta didik dengan keterampilan yang dapat diaplikasikan
dalam
kehidupan
sehari-hari;
diantaranya
keterampilan computer dan kebahasaan (Bahasa Arab dan Inggris) mengaplikasikan IPTEK dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
42
d) Melaksanakan Pendidikan dan Latihan IT untuk tenaga Kependidikan e) Melengkapi sarana pendidikan dengan internet f) Melakukan kegiatan pembelajaran dengan teknologi yang sesuai dengan perkembangan. Visi dan Misi MIN 09 Petukangan Selatan pada kepemimpinan Bapak Masturo, S.Ag direvisi kembali dari visi dan misi kepemimpinan kepala sekolah sebelumnya pada tahun 2012. Pada pembuatan visi dan misi sekolah, kepala sekolah melibatkan seluruh komponen/ stake and share holder sekolah (Wakil kepala sekolah, guru, TU, dan komite sekolah).2 Visi tersebut mencerminkan cita-cita MIN 09 Petukangan Selatan sebagai lembaga pendidikan dasar yang berciri khas agama Islam. Sedangkan misi tersebut menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai sebuah visi. Misi MIN 09 Petukangan Selatan adalah soleh, berprestasi, sehat dan kreatif. Pada setiap misi tersebut tersirat nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan di sekolah. Pada misi pembentukan karakter anak sholeh, sekolah menanamkan nilai religius dan kejujuran. Yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Hal ini nampak dalam kebiasaan perilaku islami yang dilakukan. Antara lain pembiasaan mengucap salam dan bersalaman jika bertemu guru, tamu dan sesama teman, pembiasaan tadarus AlQur’an sebelum belajar, pembiasaan shalat berjamaah untuk kelas tiga, empat dan lima, dan lain-lain. Pada misi berprestasi, sekolah menanamkan nilai-nilai disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri dan menghargai prestasi. Untuk menciptakan sebuah prestasi sekolah, semua komponen sekolah harus saling bekerjasama. Misalnya dengan memiliki tenaga 2
Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan Waka Kurikulum
43
pendidik yang aktif dalam kegiatan MGMP, aktif mengikuti kegiatan lomba bidang study, olimpiade dan menanamkan nilainilai karakter yang baik melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler. MIN
09
Petukangan
Selatan
juga
memiliki
misi
membudayakan lingkungan yang bersih dan sehat. Anak-anak dilatih untuk peduli sosial dan peduli lingkungan serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Misalnya dengan lomba kebersihan madrasah setiap 4 bulan sekali, pemilahan sampah organic, non organic dan B3, pengolahan sampah menjadi pupuk, dan lain-lain. Sedangkan misi yang terakhir adalah kreatif. Dengan berbagai kegiatan yang menunjang aktivitas siswa diharapkan memiliki nilai-nilai karakter inti dari religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu dan lain-lain.3 Perencanaan program sekolah yang lain yang dilakukan agar tercapainya tujuan sekolah, antara lain: a. Mastery learning programme, yaitu perencanaan program sekolah yang mengarah pada praktik pembelajaran yang tuntas. Inti dari program ini adalah setiap anak yang belajar harus mencapai tingkat ketuntasan (mastery learning) sebagaimana yang disyaratkan dalam KKM (kriteria ketuntasan minimal). Anak yang belum tuntas harus diberikan program perbaikan melalui remedial teaching dan anak yang tuntas diberikan pengayaan. b. Quality Improvement Programme, yaitu perencanaan sekolah yang mengarah pada peningkatan dan penciptaan budaya mutu dan kualitas di sekolah. Program ini merupakan program unggulan sekolah di bidang akademik maupun non akademik baik seni-budaya maupun olahraga. 3
Diolah dari Profil Sekolah dan hasil wawancara dengan Masturo, S.Ag (Kepala MIN 09 Petukangan Selatan)
44
c. E-Learning Programme yaitu perencanaan sekolah yang mengarah pada kegiatan pendidikan berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi. Segala aktivitas yang dilakukan guru, karyawan sekolah maupun siswa senantiasa berbasis pada high-tech, seperti komputer, internet. d. Human Resources Departmen Programme, yaitu perencanaan program sekolah yang dirancang untuk memberdayakan seluruh personil sekolah seperti seminar, diklat dan beragam kegiatan-kegiatan pemberdayaan lain yang inovatif dan produktif. e. Reward and Punishment Programme, yaitu perencanaan program sekolah yang bertujuan untuk memberikan perlakuan kepada seluruh warga sekolah secara adil dan profesional sesuai dengan prinsip manajemen modern. Program ini dirancang agar semua warga sekolah selalu termotivasi untuk berprestasi terbaik.4
b. Pengembangan Kurikulum Kurikulum dibutuhkan oleh guru sebagai pedoman, baik sebelum melakukan kegiatan pembelajaran di kelas maupun pada saat melakukan pembelajaran, dan bahkan sesudah proses pembelajaran itu berlangsung. Kepala madrasah bertanggung jawab agar setiap guru yang berada di bawah pimpinannya tahu dan memahami setiap kurikulum yang sedang berlaku, dan selanjutnya kepala sekolah bertindak untuk melakukan supervisi. Pada
saat
penelitian
dilakukan,
sekolah
masih
menggunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP sudah disusun dengan memperhatikan acuan operasional yang terdiri atas agama, peningkatan iman dan taqwa 4
Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala sekolah
45
serta ahlak mulia, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dinamika perkembangan global, kondisi sosial budaya masyarakat setempat, kesetaraan gender dan karakteristik satuan pendidikan. Berdasarkan wawancara dengan Bapak M. Jalaludin S selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan tugasnya sebagainya konseptor dan evaluatif kurikulum bersama dengan kepala sekolah, guru, komite madrasah, ahli pendidikan, dan kantor kementrian agama kota. Kurikulum di MIN 09 Petukangan Selatan memuat 5 kelompok mata pelajaran. Madrasah sudah mengembangkan dan melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 prinsip pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Kurikulum MIN 09 Petukangan Selatan memuat 12 mata pelajaran dan 3 muatan lokal. Yaitu tahfidz, bahasa inggris, dan TIK. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran, akan tetapi masih ada muatan lokal yang belum ada silabusnya. Jumlah minggu efektif dalam 1 tahun adalah 37 minggu. Alokasi waktu tiap jam pembelajaran adalah 35 menit. Pembelajaran pada kelas rendah menggunakan pendekatan guru kelas untuk jenis mata pelajaran umum dan guru mata pelajaran untuk mata pelajaran agama,muatan lokal dan kelas tinggi (kelas 4,5,6). Jumlah jam pembelajaran perminggu kelas 1 dan 2 adalah 34 jam, kelas 3 adalah 36 jam, kelas 4 sampai 6 sebanyak 43 jam pembelajaran. Bentuk pengembangan kurikulum dalam implementasi pendidikan karakter, antara lain:
46
a) Silabus Pembelajaran Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (PermenDiknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD. Dalam proses penyusunan/pengembangan silabus, disusun/ dikembangkan secara mandiri dengan melibatkan seluruh guru dari sekolah yang bersangkutan, Memanfaatkan berbagai panduan dan contoh silabus yang dikembangkan oleh pusat sebagai referensi dalam penyusunan/pengembangan silabus di sekolah. Di
MIN
09
Petukangan
Selatan,
guru
dapat
mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya penambahan/ modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan Kemudian
pembelajaran
yang
penambahan/
mengembangkan
modifikasi
indikator
karakter. pencapaian
sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter. Dan penambahan/ modifikasi teknik penilaian
sehingga
mengembangkan
dan
ada
teknik
mengukur
penilaian
yang
perkembangan
dapat
karakter.
Misalnya pada silabus pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas 1, pada standar kompetensi menghafal surah pendek pilihan dalam Alqur’an nilai-nilai karakter yang diharapkan pada pencapaian standar kompetensi ini adalah dapat dipercaya (Trustworthines), rasa hormat dan perhatian (respect), tekun (diligence), dan tanggung jawab (responsibility), berani
47
(courage), ketulusan (Honesty), peduli (caring) dan jujur (fairnes). b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
disusun
berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP secara umum tersusun atas SK, KD, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode
pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Seperti yang terumuskan
pada
silabus,
pembelajaran,
metode
pembelajaran,
sumber
tujuan
pembelajaran,
pembelajaran, belajar,
dan
materi
langkah-langkah penilaian
yang
dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD. Strategi dan program yang dilakukan di MIN 09 Petukangan Selatan adalah membuat RPP per-KD, dan mengembangkan pertemuan untuk setiap KD-nya. Indikator sesuai dengan silabus, dam kegiatan Pembelajaran di RPP berdasarkan kegiatan pembelajaran di silabus. Penilaian di RPP mengembangkan dari kegiatan pembelajaran di silabus. Dilihat dari hasil dokumentasi, para guru sudah mengintegrasikan nilainilai karakter pada RPP mata pelajaran yang diampunya. Pelaksanaan penerapan nilai karakter dilakukan pada saat pembelajaran dengan strategi dan metode yang bervariasi. Kemudian dipraktikkan sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Seperti membiasakan mengangkat tangan sebelum bertanya atau memberikan pendapat. Madrasah ini juga melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum tuntas dan pengayaan bagi siswa yang sudah tuntas, dengan terjadwal pada setiap kelas.
48
c) Bahan/ buku ajar Bahan/ buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Untuk membantu sekolah mengadakan
buku-buku
pelajaran,
pemerintah
telah
memberikan dana buku teks kepada sekolah melalui dana BOS. Di MIN 09 Petukangan Selatan menggunakan buku penerbit tiga serangkai sebagai bahan/ buku ajar. Kepala sekolah mengalokasikan dana bahan/ buku ajar dari dana BOS yang didapat dari pemerintah. Guru tidak hanya sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran
dengan
berpatokan
pada
kegiatan-kegiatan
pembelajaran pada buku-buku tersebut, karena pendidikan karakter secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, para guru mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai. Atau dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter.5
c. Pengembangan Pembelajaran Semua guru yang sudah membuat RPP melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disiapkan/ disusun. Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik peserta didik, karakteristik guru itu sendiri dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah dan lingkungan. Guru diberikan kebebasan untuk memilih strategi, 5
Hasil wawancara dengan M. Jalaludin S (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum MIN 09 Petukangan Selatan)
49
metode dan teknik-teknik pendidikan karakter yang paling efektif untuk bisa diterapkan pada peserta didik sehingga terjadi proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik. Adapun
prinsip-prinsip
yang
digunakan
dalam
pengembangan pendidikan dan karakter bangsa di MIN 09 Petukangan Selatan, antara lain: 1) Strategi pembelajaran Sebagai contoh adalah model pembelajaran bercerita/ story telling dalam pembelajaran aqidah akhlak kelas V. Guru menggunakan
strategi
bercerita
agar
kompetensi
dasar
membiasakan diri untuk menghindari sifat kikir dan serakah melalui kisah Qorun tercapai. Di dalam model pembelajaran tersebut terintegrasi nilai karakter yaitu mengembangkan nilai toleransi, peduli, percaya diri, penalaran dalam mensintesiskan beberapa pendapat secara bersama, dan menghargai pendapat orang lain.6 Selain itu, masih banyak metode, strategi, pendekatan dan model pembelajaran lain yang bisa digunakan oleh
guru
di
MIN
09
Petukangan
Selatan
dalam
mengimplementasikan penddikan karakter. 2) Keterkaitan materi dengan domain nilai karakter Pembelajaran yang dilakukan oleh guru senantiasa berusaha mengaitkan materi pelajaran dengan suatu domain pendidikan karakter. Misalnya pembelajaran matematika yang dikenal sebagai ilmu yang memiliki penalaran deduktif yang logis, konsistensi yang ketat, dsb. Dalam pembelajaran matematika di kelas dapat dikaitkan dengan aspek dari domain pendidikan karakter, mialnya sifat teliti, konsisten, keberadaan Tuhan, dsb. Begitu juga dengan materi pelajaran yang lain. 6
Selatan)
Hasil wawancara dengan Syaukah, S.Ag (Guru Aqidah Akhlak MIN 09 Petukangan
50
3) Inkulkasi Inkulkasi
merupakan
lawan
dari
indoktrinasi.
Guru
membiasakan diri mengarahkan dan mengingatkan peserta didik untuk melakukan kebiasaan yang baik. Beberapa contoh inkulkasi adalah (a) mengemukakan pendapat disertai alasan yang rasional, (b) memperlakukan pihak lain secara adil, (c) menghargai pendapat yang berbeda, (d) mematuhi tata tertib/peraturan, (e) pemberian penghargaan atau hukuman yang masuk akal dan mendidik, (f) tidak memutuskan hubungan dengan orang yang tidak setuju dengan pendapatnya, dan sebagainya. 4) Pemberian teladan Pendidik
secara
bersemangat,
kerja
konsisten keras,
berprilaku keterbukaan,
rajin,
disiplin,
adil,
toleran,
bertanggung jawab dan keluhuran budi pekerti lainnya. Sehingga banyak peserta didik yang mengidolakan dan meniru perilaku gurunya, karena kelebihan yang dimiliki guru tersebut. 5) Melembaga Pendidikan karakter tidak hanya diimplementasi di kelas oleh guru, tetapi juga dilakukan secara bersamaan dari semua individu yang terdapat di sekolah sehingga terbangun suatu suasana yang kondusif yang memberi dorongan kepada peserta didik untuk memiliki karakter yang terpuji.7 Diharapkan dengan pembiasaan kegiatan di dalam maupun di luar kelas, peserta didik memiliki karakter yang baik pada dirinya. Tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.
7
Hasil wawancara dengan M. Jalaludin S (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum MIN 09 Petukangan Selatan)
51
d. Pengelolaan Ketenagaan Pendidik dan tenaga kependidikan pada dasarnya adalah manusia biasa yang atas ciptaanNya diberikan rahmat yang sempurna secara bio-psiko-spiritual atau sempurna secara lahiriah dan batiniah (jasmani dan rohani). Sebagai profesi, pendidik atau guru dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, karyawan, dan lainlain) telah diatur oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan sehingga disebut sebagai pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi standar, yaitu standar untuk melaksanakan profesinya (jabatan/tugasnya). Kepala sekolah memiliki peran yang cukup penting dalam pengelolaan ketenagaan guna penerapan pendidikan karakter di sekolah.
Kepala
sekolah
melakukan
analisis
kebutuhan,
perencanaan, rekrutmen, pengembangan hingga pemberian hadiah dan sanksi pada tenaga pendidik dan kependidikan. Bapak Masturo S.Ag selaku kepala sekolah menjelaskan sistem rekrutmen guru di MIN 09 Petukangan Selatan dilakukan dengan menyeleksi guru sesuai dengan kompetensi yang diampunya. Pada tahun ajaran 2013/2014 MIN 09 Petukangan Selatan memiliki 33 guru yang sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan atau sudah bersertifikasi sesuai bidang pelajaran yang diampunya. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi guru baik secara pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, sekolah mengadakan pelatihan rutin setiap tiga bulan sekali. Materi pelatihannya disesuaikan dengan kebutuhan guru, seperti cara membuat RPP yang baik dan benar, motivasi guru, penggunaan media pembelajaran, dan lain-lain.8 Kepala sekolah juga memberikan hadiah dan sanksi (reward dan punishment) kepada guru dan karyawan. Jika guru melanggar tata tertib, biasanya diberikan sanksi moral. Seperti 8
Hasil wawancara dengan Syaukah, S.Pd.I (Guru MIN 09 Petukangan Selatan)
52
teguran, kemudian baru peringatan. Misalnya jika ada guru yang terlambat hukumannya sama seperti siswa. Tidak di bukakan pintu gerbang sampai pukul 07.00. Sedangkan jika guru melakukan prestasi juga diberikan hadiah/reward berupa piagam dan cinderamata. Kemudian diikutsertakan pada lomba guru berprestasi tingkat kota. Syaratnya yaitu absen kehadiran harus penuh setiap bulan, melengkapi perangkat pembelajaran dan administrasi serta kehadiran upacara bendera.9
e. Pelayanan Peserta Didik Dalam penerimaan siswa baru di MIN 09 Petukangan Selatan, sekolah memiliki syarat-syarat yang berlaku sesuai dengan sekolah negeri pada umumnya. Persayaratan masuk ke MIN 09 Petukangan Selatan antara lain, 1) Peserta didik berusia 6 tahun pada saat masuk smester 1 pada tiap tahun ajaran 2) Pada saat pengambilan dan pengembalian formulir, mengisi, melampirkan dan membawa: a) Formulir pendaftaran yang disediakan panitia b) Foto copy KTP orang tua (ayah dan ibu) yang masih berlaku 2 lembar (dalam satu wilayah kecamatan) dengan menunjukkan aslinya c) Foto copy Akte Kelahiran 2 lembar dengan menunjukkan aslinya d) Foto copy Kartu Keluarga 2 lembar (dalam satu wilayah kecamatan) dengan menunjukkan aslinya e) Foto copy ijazah RA/TK bagi yang memiliki 2 lembar f) Pas Photo terbaru berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar (background merah) 9
Hasil wawancara dengan Masturo, S.Ag (Kepala MIN 09 Petukangan Selatan)
53
g) Surat Keterangan Domisili asli dari kelurahan (sesuai dengan KK, KTP ayah dan ibu) h) Membawa map snelhektar merk diamond i) Domisili di DKI Jakarta berwarna merah j) Domisili diluar DKI berwarna kuning10 3) Sehat jasmani dan rohani Jika ketiga syarat diatas bisa dipenuhi, maka selanjutnya sekolah melakukan test berupa psikotest (sekolah bekerjasama dengan pihak luar yaitu Rajawali) dan test membaca Alqur’an. Di dalam pembinaan dan bimbingan MIN 09 Petukangan Selatan menyediakan bimbingan dan konseling untuk memenuhi kebutuhan pengembangan pribadi peserta didik. Misalnya masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan karir peserta didik yang dilaksanakan oleh staf ahli dan guru kelas secara bersama. karena belum tersedia guru BK. Pengembangan dan pembinaan bakat dan minat siswa disalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Madrasah menentukan jenis kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan kegiatan siswa dan memberikan
bimbingan
siswa
untuk
memilih
kegiatan
ekstrakurikuler berdasarkan bakat dan minat siswa. Diantaranya yaitu, paskibra, pramuka, marawis, paduan suara, qasidah, futsal, qira’at, calung, bahasa arab dan sains club. Setiap anak boleh mengikuti maksimal 2 (dua) kegiatan ekstrakurikuler yang dilihat dari hasil test minat dan bakat siswa. Pada kegiatan ekstrakurikuler ini diharapkan siswa dapat memiliki nilai-nilai karakter yang baik dan berbudi luhur.11
10
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 09 Petukangan Selatan, Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2014/2014, diakses pada tanggal 05 Mei 2014 dari http://min9.wordpress.com/about/ 11 Hasil wawancara dengan Martawih, S.Pd.I (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MIN 09 Petukangan Selatan)
54
f. Pengelolaan Sarana dan Sumber Belajar Sarana dan prasarana sekolah dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
sekolah
dan
membantu
mempercepat
sosialisasi
pendidikan karakter kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat lingkungan. Sarana dan sumber belajar di MIN 09 Petukangan Selatan sudah sesuai dengan standar sarana dan prasarana sekolah dan berpedoman pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007. Ruang kelas rata-rata berukuran 8 x 7 = 56 m2. Banyaknya ruang kelas 18 ruang banyak rombongan belajar 18. Sistem ventilasi sudah sesuai dengan standar. Sarana ruang kelas yang tersedia yaitu meja dan kursi sejumlah peserta didik. 1 meja guru, 1 lemari, 1 rak hasil karya peserta didik, 1 papan panjang minimum 60 x 120 x 1 cm², alat peraga, 1 papan tulis minimum 90 x 200 x 1 cm², 1 tempat sampah, 1 jam dinding, 1 soket listrik. Jumlah peserta didik 546 dan jumlah rombongan belajar 18. Ratarata jumlah peserta didik kelas 1 – 4 berstandar nasional dengan jumlah perkelas 28 peserta didik. Alat dan sumber belajar di MIN 09 Petukangan Selatan menggunakan media pembelajaran konvensional dan multimedia IT. Madrasah ini memiliki multimedia: 20 unit komputer siswa, 5 unit komputer guru/TU, 3 LCD proyektor, dan 1 set CD/ DVD Bahasa
Inggris,
MIPA
dan
Bahasa
Indonesia.
Peralatan
konvensional penunjang pembelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Matematika. Buku referensi pembelajaran semua mata pelajaran dan buku penunjang lain yang cukup memadai.12 Sekolah ini juga mengajarkan nilai-nilai ketuhanan dengan menyediakan mushala agar siswa tidak terkendala dan rajin dalam melaksanakan ibadah. Sekolah juga memasang slogan “kebersihan sebagian dari iman” dan menyediakan banyak tempat sampah agar siswa membuang sampah pada tempatnya. 12
Sumber data dari dokumentasi profil sekolah tahun ajaran 2012/2013
55
Tenaga kependidikan bagian sarana dan prasarana bertugas untuk mengecek semua sarana dan prasarana sekolah. Jika ada kerusakan,
dilakukan
perbaikan
sebagaimana
mestinya.
Pemeliharaan gedung dan bangunan dilaksanakan minimal 2 x dalam 1 tahun, hal ini bisa dilihat dari kondisi lingkungan yang indah, bersih, dan terpelihara.13
g. Pengelolaan Keuangan Pengelolaan biaya pendidikan di sekolah dapat memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam pendidikan karakter. Kepala sekolah MIN 09 Petukangan Selatan memperhatikan bahwa biaya pendidikan juga digunakan untuk mengondisikan pendidikan karakter. Pengalokasian biaya untuk program dan kegiatan pendidikan karakter ini dituangkan di dalam Rencana Kerja Madrasah (RKM) dan Rencana Kegiatan Anggaran Madrasah (RKAM). Kepala sekolah MIN 09 Petukangan Selatan melibatkan para guru dan karyawan dalam menyusun RKM. Hal ini dilakukan guna menciptakan nilai keterbukaan dan transparansi, terutama dalam penyusunan anggaran sekolah. Anggaran dilaksanakan sesuai RKAM, dan pelaporan dilaksanakan rutin sesuai bulan berupa BKU dan LPJ, triwulan dan smester. Setiap bulan Madrasah melakukan rekonsiliasi dan pelaporan SAI ke KPPN dan ke Kanwil Kemenag serta pelaporan aset-aset BMN ke KPKNL setiap semester. Upaya sekolah untuk mendapatkan tambahan dukungan pembiayaan lainnya yaitu dari beberapa pedagang kantin yang setiap tahunnya diharapkan memberikan kontribusi untuk dana pemeliharaan. Selain itu madrasah juga telah menjalin kerjasama dengan dunia perbankan, dunia usaha dan terdapat koperasi
13
Hasil wawancara dengan Martawih, S.Pd.I (Waka bidang Sarana dan Prasarana)
56
madrasah sebagai wujud pengembangan ekonomi di lingkungan madrasah.14
h. Hubungan dengan Masyarakat Selain menjalin hubungan baik dengan wali murid (komite sekolah), MIN 09 Petukangan Selatan juga menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dengan mengundang para pemuka masyarakat sekitar jika ada kegiatan sekolah seperti Milad, Maulid Nabi Muhammad SAW dan pelepasan siswa kelas VI. Jika ada acara besar tertentu, sekolah dan komite bekerjasama dengan pihak luar (sponsor) dalam menyelenggarakan acara tersebut sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dampak yang dihasilkan oleh hubungan yang akrab antara sekolah dengan masyarakat, adalah15: 1) Meningkatkan partisipasi aktif dan warga sekolah dalam kegiatan pendidikan 2) Meningkatkan komunikasi antara satu sekolah dengan satu masyarakat 3) Sekolah dapat memperbaiki program-program pendidikan sekolah yang hasilnya betul-betul diperlukan masyarakat 4) Kemungkinan meningkatnya dukungan dari masyarakat yang berupa dana, informasi, dan dukungan politik.
2. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Manajemen Sekolah a.
Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Perencanaan Program Perencanaan program dan kegiatan sekolah dilakukan melalui pengembangan dan penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) untuk jangka menengah/panjang. Dalam upaya pendidikan karakter, MIN 09 Petukangan Selatan bersama-sama dengan pemangku kepentingan
14 15
Hasil wawancara dengan Agustiawan, SE (Staff TU MIN 09 Petukangan Selatan) Hasil wawancara dengan Masturo, S.Ag (Kepala MIN 09 Petukangan Selatan)
57
(stake & share holder) dalam menyusun RKS melalui berbagai proses yang dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter. Dengan cara itu diharapkan rencana pengembangan sekolah menjadi milik warga sekolah dan pihak lain yang terkait. Keterlibatan berbagai unsur sesuai dengan kemampuan masing-masing akan mewujudkan rasa teerwakili dan rasa memiliki terhadap hasil sehingga pada akhirnya merasa wajib untuk melaksanakannya. Nilai-nilai karakter yang dapat diimplementasikan secara terpadu dalam proses perencanaan sekolah MIN 09 Petukangan Selatan, seperti: tingkat ketergantungan, adaptif, dan antisipatif/proaktif untuk mngurangi terjadinya penyimpangan; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih) sehingga mampu dan berani mengambil resiko; bertanggung jawab terhadap keberhasilan perencanaan program dan kegiatan; memiliki control kualitas, kualifikasi, dan spesifikasi yang kuat; memiliki control yang kuat terhadap waktu, target, tempat, sasaran, dan pendanaan; serta komitmen yang tinggi pada dirinya.
b. Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Pelaksanaan Program MIN 09 Petukangan Selatan memiliki nilai karakter yang dapat diintegrasikan ke dalam pelaksanaan program dan kegiatan di sekolah, yaitu efektif, efisien, dan produktif. Nilai karakter efektif ini muncul dilihat dari hasil-hasil yang dicapai dalam pemenuhan standar nasional pendidikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Nilai karakter efisien dicapai karena program dan kegiatan yang dijalankan menghasilkan atau memenuhi standar nasional pendidikan sesuai tujuan dengan biaya yang tersedia atau dengan biaya yang rasional hasil standar nasional pendidikan makin maksimal. Sedangkan nilai karakter produktif didapatkan karena pelaksanaan program dan kegiatan dalam pemenuhan standar nasional pendidikan hasilnya secara kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan tujuan.
58
Dari sisi masing-masing individu, para pelaksana program dan kegiatan di MIN 09 Petukangan Selatan sudah menerapkan nilai-nilai karakter seperti: percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, mandiri, bertanggung jawab, sabar, hati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, malu berbuat salah, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, sportif, terbuka, dan tertib. Untuk mengimplementasikan manajemen sekolah yang terpadu dengan nilai-nilai karakter, kepala sekolah MIN 09 Petukangan Selatan melakukan pengelolaan sumber daya manusia secara baik antara lain melalui: a) Perencanaan penerimaan (recruitment) guru dan staf sesuai dengan kebutuhan sekolah b) Mengorganisasikan kegiatan guru dan staf sesuai dengan bidang kerja masing-masing c) Memberikan pengarahan kepada para guru dan staf agar bekerja sama untuk tercapainya tujuan d) Melakukan pengawasan (control) terhadap pekerjaan para guru dan staf agar mereka bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang sudah di tetapkan bersama e) Meningkatkan profesionalisme para guru dan staf, baik teknis maupun
non-teknis,
kesejahteraan,
serta
melaksanakan menerapkan
pembinaan
system
karir
dan
penghargaan
dan
hukuman. Keberhasilan implementasi program ini tidak terlepas dari peran orang tua dan komite sekolah dalam mendukung program yang dijalankan. Oleh karena itu, sekolah perlu menjalin hubungan kerjasama guna mendapatkan dukungan.
59
c. Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Pengendalian/Pengawasan Program Pengendalian dalam pengelolaan sekolah di MIN 09 Petukangan Selatan meliputi supervisi, monitoring, dan evaluasi terhadap perencanaan,
pelaksanaan
dan
Pengendalian dilakukan sebagai menghasilkan
atau
menjamin
hasil-hasil
pemenuhan
SNP.
upaya-upaya sekolah untuk keterlaksanaan
program
dan
keberhasilan tujuan. Sedangkan supervisi dilakukan oleh Kepala MIN 09 Petukangan Selatan untuk memberikan solusi terhadap suatu permasalahan yang timbul selama pelaksanaan program. Kepala sekolah MIN 09 Petukangan Selatan melakukan monitoring sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan terhadap hambatan atau penyimpangan. Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan, kepala sekolah bersama stake holder mengevaluasi dan menilai kinerja sekolah secara keseluruhan atas berbagai keberhasilan program pemenuhan SNP. Proses pengendalian dalam manajemen sekolah ini menerapkan nilai-nilai karakter bagi pelaku (pengendali) itu sendiri, antara lain jujur, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, dapat dipercaya, adil, ulet, teliti, visioner, dedikatif, terbuka, tertib, sportif dan taat peraturan. Sedangkan apabila dilihat dari sisi manajerial atau kelembagaan, maka nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan/muncul dalam pengendalian ini antara lain adalah nilai-nilai terbuka, obyektif, adil, terukur (standar) dan bertanggungjawab.
60
3. Kendala dalam Penerapan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Kendala yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Selatan adalah: a. Kurangnya pembiasaan diri sejak dini b. Belum tersosialisasinya program pendidikan karakter di awal c. Kurangnya perhatian dan kepedulian guru dalam pembentukan karakter siswa d. Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap karakter dan perilaku anak
4. Penyelesaian Kendala yang dihadapi Solusi atas kendala: a. Sekolah membuat program penanaman nilai karakter sejak awal. Dari kelas 1 siswa diajarkan langsung/ mempraktekkan pembiasaan diri yang baik di dalam dan di luar kelas. Dari mulai hal yang terkecil seperti adab masuk dan keluar kelas, adab bertanya dan memberikan pendapat, dan lain-lain. b. Setiap masing-masing guru diberikan job deskription dalam program kegiatan penerapan pendidikan karakter di sekolah c. Menjalin komunikasi dan hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua. Terutama tentang perilaku dan kegiatan anak-anak.16
16
Hasil wawancara dengan Masturo, S.Ag (Kepala MIN 09 Petukangan Selatan)
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Dalam mengembangkan pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Selatan peran kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat
dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program kegiatan pendidikan karakter. 2. Pada perencanaan dapat dilihat dari visi, misi dan tujuan sekolah yang menanamkan nilai-nilai karakter kejujuran, disiplin, bertanggung jawab, kerja keras, kreatif dan peduli. Dalam membuat visi, misi dan tujuan sekolah, kepala sekolah melibatkan semua stake holder sekolah. 3. Pada pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter, peran kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari strategi yang di lakukan dalam mengembangkan
pendidikan
karakter,
yaitu
melalui
kegiatan
pembelajaran. Kepala sekolah bertanggung jawab dan memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran dan memilih strategi, metode dan teknik-teknik pendidikan karakter yang paling efektif untuk bisa diterapkan pada peserta didik sehingga memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik,
61
62
seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab dan rasa ingin tahu. Strategi yang kedua, yaitu melalui pengembangan budaya sekolah dan kegiatan pembelajaran. Budaya sekolah ini nampak dalam kebiasaan perilaku islami yang dilakukan. Antara lain pembiasaan mengucap salam dan bersalaman jika bertemu guru, tamu dan sesama teman, pembiasaan tadarus Al-Qur’an sebelum belajar, pembiasaan shalat berjamaah untuk kelas tiga, empat dan lima, dan lain-lain. Strategi yang ketiga yaitu kepala sekolah berhasil menanamkan nilai-nilai karakter disiplin, kerja keras, kreatif dan menghargai prestasi melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Ini terbukti dengan banyaknya prestasi yang diraih oleh peserta didik baik dari tingkat kecamatan, kabupaten hingga tingkat nasional. 4. Kepala
sekolah
melakukan
pengendalian/
pengawasan
program
pendidikan karakter melalui supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap perencanaan,
pelaksanaan
dan
hasil-hasil
pemenuhan
penerapan
pendidikan karakter. Proses pengendalian dalam manajemen sekolah ini menerapkan nilai-nilai karakter bagi pelaku (pengendali) itu sendiri, antara lain jujur, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, dapat dipercaya, adil, ulet, teliti, visioner, dedikatif, terbuka, tertib, sportif dan taat peraturan. 5. Penerapan pendidikan karakter melibatkan semua pihak yang terkait (stake & share holder) sekolah dalam prosesnya. Semua guru dan karyawan merasa terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah. Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Selatan sudah berjalan dengan baik.
63
B. Saran-saran Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dikemukakan antara lain: 1. Kepala sekolah, diharapkan tidak hanya bertanggung jawab dan otoritasnya dalam program-program sekolah, kurikulum, dan keputusan personel, tetapi juga bertanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan program. Kepala sekolah harus pandai dalam memimpin kelompok dan pendelegasian tugas dan wewenang sehingga masingmasing kelompok sadar akan tugas dan fungsinya masing-masing dalam penerapan pendidikan karakter. 2. Guru, diharapkan membiasakan diri bahwa dalam setiap kegiatan pengembangan kompetensi lulusan terutama dalam karakter seorang anak adalah tanggungjawab mereka yang tidak didasari semata-mata oleh materi. 3. Orang tua, diharapkan memberikan perhatian dan kasih sayang bagi anakanaknya, serta menjalin kerjasama dengan pihak sekolah dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak sehingga bisa dikendalikan dan diawasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter . Bandung: Yrama Widya. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfa Beta. Guruorid, Inti Kurikulum 2013 : Penyederhanaan, Tematik – Integratif, 2013, http://guru.or.id/inti-kurikulum-2013-penyederhanaan-tematikintegratif.html Handoko, T. Hani. 1997. Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Kabar Siang. Data Tawuran Pelajar Selama 2010-2012, 2013, http://video.tvonenews.tv/arsip/view/62132/2012/09/27/data_tawuran_pe lajar_selama_20102012.tvOne Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: KPN. ___________. 2010. Buku Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama (Jakarta: Direktorat Jendral Mandikdasmen, 2010). Madrasah Ibtidaiyah Negeri 09 Petukangan Selatan, Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2014/2014, diakses pada tanggal 05 Mei 2014 dari http://min9.wordpress.com/about/ Mulyasa, E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karyat. __________2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya. __________. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter . Jakarta: Bumi Aksara. __________. 2012. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. 64
65
Rudi, Alsadad. Selain Tradisi Kekerasan, Ini Penyebab Lain Tawuran Pelajar, 2013,http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/11/1840481/Selain. Tradisi.Kekerasan.Ini.Penyebab.Lain.Tawuran.Pelajar Rusman. 2009. Manajemen Pengembangan Kurikulum . Jakarta: Rajawali Pres.
Safaria, Triantoro. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Sulhan, Najib. 2011. Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah. Surabaya : Jaring Pena. Sumidjo, Wahyu. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Surya Putra, Imi. 1 Dari 5 Remaja Putri Hamil Di Luar Nikah, 2013, http://muda.kompasiana.com/2013/02/13/1-dari-5-remaja-putri-hamildiluar-nikah-528154.html Wikipedia. Madrasah Ibtidaiyah, 2013, http://id.wikipedia.org/wiki/Madrasah_ibtidaiyah Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
67
Lampiran 1
STRUKTUR ORGANISASI MIN 09 PETUKANGAN SELATAN i) KONSULTAN ii)
KOMITE
KA. MADRASAH
WAKA MADRASAH Kurikulum & Ketenagaan
WAKAiii) MADRASAH iv)& Sarana Pend Kesiswaan v)
MSN UKS IBADAH BP PERPUS TAKAAN
WALI KELAS
IA IIA
IB IIB
IC IIC
IIIA IIIB IIIC IVA IVB IVC VA VB V C VIA VIB VIC GURU
SISWA / I
Koord. TU & SAI BENDAHARA & BMN
ADM. MANJ. & KETENAGAAN KESISWAAN & IT
68
Lampiran 2 SUSUNAN ORGANISASI MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
Kepala Madrasah
: Masturo,S.Ag
Wakil Kepala Madrasah I
: M.Jalaluddin S,S.Ag
Wakil Kepala Madrasah II
: Martawih, S.Pd.I
Bendahara
: Agus Setiawan, SE
Koord. Tata Usaha(TU)
: Budi Fikri Hamdinanda, SH
Koord. MSN
: Dahliah, S.Pd
Koord. Ibadah
: Syaukah, S.Pd.I
Koord. Perpustakaan
: Dewi Honi, S.Pd
Koord.Ekskul
: Achmad Fuady, S.Pd.I
Koord. UKS
: Siti Aisyah, S.Pd
Koord. BP
: Latifah, A.Ma
69
Lampiran 3
PERSONIL MADRASAH MIN 09 PETUKANGAN SELATAN 1) Kepala Madrasah yang pernah bertugas di MIN 09 Petukangan Selatan sejak awal berdirinya adalah : NAMA
PERIODE TUGAS
Mahally Harahap, BA
Tahun 1992 s/d 1995 (Pjs)
Drs. H. Abd. Rasyid. M.Pd
Tahun 1995 s/d 2000
H. Moh. Noor Hasan S.Pd.I
Tahun 2000 s/d 2007
Dra. Hj. Chairina Chas, MM
Tahun 2007 s/d 2011
Masturo, S.Ag
Tahun 2011 s/d Sekarang
2) Jumlah Staff Pengajar
No.
Guru Negeri
Guru Kontrak
Guru Honorer
Jumlah
1
25
-
8
33
70
Lampiran 4 SARANA DAN PRASARANA MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
Sesuai No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Luas
Ruangan
Ruangan
dgn SNP Ya Tdk
1. 2.
Ruang belajar Ruang Laboratorium Komputer
18
7 x 8 meter
1
7 x 8 meter
3.
Ruang Laboratorium Bahasa
1
7 x 8 meter
4.
Ruang Laboratorium IPA
1
7 x 8 meter
5.
Ruang Perpustakaan
1
7 x 8 meter
6.
Ruang guru
1
6 x 7 meter
7.
Ruang UKS
1
2,5 x 7 meter
8.
Ruang TU
1
6 x 7 meter
9.
Ruang Kepala
1
2,5 x 7 meter
10. Ruang Koperasi
1
3 x 7 meter
11. Ruang BP
1
2,5 x 7 meter
12. Mushola
1
11 x 8 meter
13. Tempat wudhu
1
3 x 6 meter
14. Kantin siswa
4
3 x 3 meter
15. Toilet guru
2
2 x 2 meter
16. Toilet siswa
10
2 x 2 meter
17. Gudang
2
4 x 2 meter
18. Wastafel
9
-
19. Lapangan olahraga
4
-
20. Parkir
1
-
71
Lampiran 5 TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
Jumlah Staff Pengajar No. 1
Guru Negeri 25
Guru Kontrak -
Guru Honorer 8
Jumlah 33
Pembina dan pelatih ekstrakurikuler No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Ekstrakurikuler
Jumlah
Calung Paskibra Futsal Qiraat Marawis Qasidah Pramuka Club MIPA
2 1 1 1 1 1 2 2
Tata Usaha / Karyawan / Pesuruh No. 1. 2. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jabatan Koor. Urs. Tata Usaha Bendahara Staff Tata Usaha Cleaning Service Tukang Taman Satpam Siang Satpam Malam Karyawan Perpus Jumlah
PT / PNS 1 2 3
PTT/ Honorer 1 2 1 1 1 1 7
Jumlah 1 1 2 2 1 1 1 1 10
72
Lampiran 6 PRESTASI MADRASAH MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
No
Tahun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
8.
2009
9.
2009
10 11
2009 2009
12
2009
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010
Jenis Prestasi Green Scholl Futsal Trans anak Da’i Cilik RCTI Kaligrafi (RCTI) Senam Santri (Porsema) TUB/PBB (Porsema) Bulutangkis ganda(Porsema) Bulutangkis Single Putri(Porsema) Bulutangkis Single Putra(Porsema) Qasidah (Porsema) Pidato Bhs. Arab (Porsema) Pidato Bhs. Indonesaia (Porsema) Kaligrafi Putri (Porsema) Cerdas Cermat (Porsema) MHQ (Porsema) Pidato Bhs.Inggris (Porsema) Lari 100 m putri (Porsema) Marawis (Porsema) Futsal (Porsema) Juara Umum Porsema Kaligrafi (Porsema) Pidato Bhs. Arab (Porsema) Senam Santri (Porsema) Qasidah (Porsema) Cerdas cermat (Porsema) TUB (Porsema) Bulutangkis Putra(Porsema) MTQ putra (Porsema) Melukis Futsal Pidato Bhs. Inggris Futsal
Tingkat
Juara
DKI Jakarta Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Kecamatan Kecamatan Kecamatan
I II I, har I II I I I
Kecamatan
I
Kecamatan
I
Kecamatan Kecamatan
I I
Kecamatan
I
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kota Jaksel Kota Jaksel Kota Jaksel Kota Jaksel Kota Jaksel Kota Jaksel Kota Jaksel Kota Jaksel Kota Tangerang Jabodetabek Mi Se DKI Jakarta Mi Se DKI Jakarta
I I I II II III III Umum I I I I II II III III II III III II
73
33 34
2010 2010
Try Out Bersama Mewarnai Green School “The Best Fasilitator”
Kecamatan Kota Jakarta Sel
35
2010
36
2010
Mewarnai Tk. SD Kls.1
Jakarta Selatan
37 38 39 40 41 42 43 44 45
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
Jakarta Selatan Jakarta Selatan DKI Jakarta Jabodetabek DKI Jakarta Kota Tangerang Jabodetabek Mi Se DKI Jakarta Mi Se DKI Jakarta
46
2012
Se- DKI
50 51
2012 2012
HANJABA (Mewarnai Gbr) Bercerita Binaulshollah Cerdas Cermat MTK Da’i Cilik Melukis Futsal Pidato Bhs. Inggris Futsal Lomba PBB Formasi ke2 purna Paskibra MA Jak-Sel English Competion Festival Sians 2012 MTsN 32 Jak-Sel Kompetisi Mental Aritmatika Kompetisi Matematika Terbuka Lomba Matematika (Bandung) Bercerita
52
2012
Olimpiade Sains Siswa MI
47 48 49
53 54
2012 2012 2012
DKI Jakarta
I & II I I II & Har.II I & ii III III III I & III II III III II
Se-Jabodetabek
II
Jakarta-Tangerang
III
Se-Jabodetabek
I
Se-Jabodetabek
II
Nasional Jakarta Selatan
I III Juara Umum
74
Lampiran 7 PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
1. Bagaimana proses perumusan visi dan misi sekolah? 2. Apakah guru dilibatkan dalam pembuatan visi dan misi sekolah? Bagaimana kontribusi yang diberikan oleh guru dalam pembuatan visi dan misi? 3. Apakah anda membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan) dan bagaimana prosesnya? 4. Berapa kali anda mengadakan rapat rutin (dalam sebulan)? 5. Bagaimana sistem rekrutmen guru di MIN 09 Petukangan Jakarta? 6. Bagaimana cara anda meningkatkan kinerja tenaga pendidik & kependidikan? 7. Bagaimana cara anda mengelola sarana & sumber belajar? 8. Bagaimana cara anda menjalin & menjaga hubungan/relasi dengan masyarakat? 9. Bagaimana cara anda menciptakan iklim sekolah yang baik dan menyenangkan? 10. Apa saja program sekolah yang dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah? 11. Bagaimana cara anda mengembangkan pendidikan karakter di sekolah? 12. Bagaimana cara anda dalam mengawasi kegiatan sekolah? 13. Berapa kali anda melakukan evaluasi dalam kegiatan sekolah?
75
Lampiran 8
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Responden
: Masturo, S.Ag
Jabatan
: Kepala Sekolah MIN 09 Petukangan Selatan
Hari/Tanggal : Senin, 16 Desember 2013
1. Bagaimana proses perumusan visi dan misi sekolah? Jawaban : Dengan melibatkan seluruh komponen/ stake and share holder sekolah (Wakasek, Guru, TU, Komite sekolah) 2. Apakah guru dilibatkan dalam pembuatan visi dan misi sekolah? Bagaimana kontribusi yang diberikan oleh guru dalam pembuatan visi dan misi? Jawaban : Ya. Guru dan warga sekolah lainnya dilibatkan dalam pembuatan visi dan misi sekolah. Stake holder sekolah boleh memberikan pendapat dan masukan tentang pembuatan visi dan misi sekolah. Hal ini dilakukan agar terciptanya demokrasi di lingkungan sekolah. 3. Apakah anda membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan) dan bagaimana prosesnya? Jawaban : Ya. Saya membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan) karena itu adalah kewajiban kepala sekolah. Dalam membuat perencanaan sekolah, saya dibantu oleh Waka kurikulum, Waka kesiswaan dan guru. 4. Berapa kali anda mengadakan rapat rutin (dalam sebulan)? Jawaban : Rapat rutin dilakukan selama 4 (empat) kali dalam sebulan 5. Bagaimana sistem rekrutmen guru di MIN 09 Petukangan Jakarta? Jawaban : Sistem rekrutmen guru di sekolah ini adalah dengan cara menyeleksi guru yang sesuai dengan kompetensi yang diampunya.
76
6. Bagaimana cara anda meningkatkan kinerja tenaga pendidik & kependidikan? Jawaban : Memberikan reward bagi guru yang berprestasi sesuai dengan criteria yang sudah ditetapkan dan memberikan sanksi bagi yang melanggar sesuai dengan aturan yang berlaku 7. Bagaimana cara sekolah mengelola sarana & sumber belajar? Jawaban : Dengan menggunakan dan menjaga sarana dan sumber belajar sebaik mungkin. Tenaga kependidikan bagian sarana dan prasarana bertugas untuk mengecek semua sarana dan prasarana sekolah. Jika ada kerusakan, dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Pemeliharaan gedung dan bangunan dilaksanakan minimal 2 x dalam 1 tahun. 8. Bagaimana cara anda menjalin & menjaga hubungan/relasi dengan masyarakat? Jawaban : 1) Dengan cara ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat. 2) Memberikan bantuan/ santunan/ zakat kepada masyarakat sekitar 3) Mengundang tokoh masyarakat pada acara-acara tertentu 9. Bagaimana cara anda menciptakan iklim sekolah yang baik dan menyenangkan? Jawaban : Dengan cara menjalin dan menjaga hubungan yang baik dan harmonis dengan seluruh warga masyarakat 10. Apa saja program sekolah yang dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah? Jawaban : a. Mastery learning programme, yaitu perencanaan program sekolah yang mengarah pada praktik pembelajaran yang tuntas. b. Quality Improvement Programme, yaitu perencanaan sekolah yang mengarah pada peningkatan dan penciptaan budaya mutu dan kualitas di sekolah. Program ini merupakan program unggulan sekolah di bidang akademik maupun non akademik baik seni-budaya maupun olahraga.
77
c. E-Learning Programme yaitu perencanaan sekolah yang mengarah pada kegiatan pendidikan berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi. d. Human Resources Departmen Programme, yaitu perencanaan program sekolah yang dirancang untuk memberdayakan seluruh personil sekolah seperti seminar, diklat dan beragam kegiatan-kegiatan pemberdayaan lain yang inovatif dan produktif. e. Reward and Punishment Programme, yaitu perencanaan program sekolah yang bertujuan untuk memberikan perlakuan kepada seluruh warga sekolah secara adil dan profesional sesuai dengan prinsip manajemen modern. 11. Bagaimana cara anda mengembangkan pendidikan karakter di sekolah? Jawaban : 1) Mencantumkan pendidikan karakter pada setiap RPP mata pelajaran 2) Menanamkan pendidikan karakter dengan cara pembiasaan-pembiasaan yang baik. Dimulai dari hal-hal yang kecil misalnya membuang sampah pada tempatnya, mengangkat tangan sebelum bertanya, dan lain-lain 3) Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler wajib yaitu pramuka karena banyak nilai-nilai karakter yang dikembangkan di kegiatan esktrakurikuler. Selain itu juga ada paskibra, calung, english club, dan lain-lain 12. Bagaimana cara anda dalam mengawasi kegiatan sekolah? Jawaban : Mengoptimalkan peran serta wakil kepala sekolah dan guru piket serta melaksanakan supervise rutin 13. Berapa kali anda melakukan evaluasi dalam kegiatan sekolah? Biasanya 4 (empat) kali dalam sebulan pada setiap rapat rutin Jakarta. 16 Desember 2013
Interviewee
Interviewer
Iis Sulastri
Masturo, S.Ag
78
Lampiran 9
PEDOMAN WAWANCARA WAKA KURIKULUM MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
1. Apa sajakah jobdesk bapak selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum? 2. Bagaimana alur kejadian yang terjadi dalam aktivitas menyusun jadwal akademik? 3. Apakah kepala sekolah membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan)? 4. Apakah tenaga pendidik dilibatkan dalam pembuatan perencanaan tersebut? 5. Berapa kali kepala sekolah mengadakan rapat rutin (dalam sebulan)? 6. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam silabus/rpp? 7. Strategi atau metode apa yang dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter di dalam kelas (pada saat pelajaran)?\ 8. Strategi atau metode apa yang dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter di luar kelas? 9. Kendala apa saja yang dihadapi di dalam penerapan pendidikan karakter siswa? 10. Apakah kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik & tenaga kependidikan? 11. Jika iya, bentuk evaluasi seperti apa yang diberikan?
79
Lampiran 10 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA WAKA KURIKULUM
Responden
: M. Jalaluddin S, S. Pd
Jabatan
: Waka Kurikulum MIN 09 Petukangan Selatan
Hari/Tanggal : Senin, 16 Desember 2013
1. Apa sajakah jobdesk bapak selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum? Jawaban: jobdesk saya selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum, yang
pertama
adalah
sebagai
konseptor
kurikulum.
Termasuk
pengumpulan perangkat pembelajaran. Misalnya, penyusunan kalender pendidikan, pembagian jam mengajar guru, penyusunan silabus, RPP, program tahunan, program semester dan lain-lain. Jobdesk yang kedua adalah sebagai evaluator kurikulum. Yaitu mengevaluasi semua kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum. 2.
Bagaimana alur kejadian yang terjadi dalam aktivitas menyusun jadwal akademik? Jawaban: Komisi kurikulum
Raker
Diputuskan di Raker
3. Apakah kepala sekolah membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan)? Jawaban: Ya. Kepala sekolah membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan) 4. Apakah tenaga pendidik dilibatkan dalam pembuatan perencanaan tersebut? Jawaban: Ya. Kepala sekolah melibatkan tenaga pendidik dalam pembuatan perencanaan sekolah 5. Berapa kali kepala sekolah mengadakan rapat rutin (dalam sebulan)? Jawaban: 4 (empat) kali dalam sebulan
80
6. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam silabus/rpp? Jawaban: Melalui pemikiran afektif 7. Strategi atau metode apa yang dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter di dalam kelas (pada saat pelajaran)? Jawaban: 1) Presentasi, sehingga anak-anak memiliki sikap dan mental berani serta bertanggung jawab 2) Unjuk kerja. Menanamkan nilai-nilai karakter percaya diri, bertanggung jawab, berani 3) Diskusi kelompok. Menanamkan nilai-nilai toleransi, saling tolong menolong, percaya diri, bertanggung jawab, dll. 8. Strategi atau metode apa yang dilakukan dalam penerapan pendidikan karakter di luar kelas? Jawaban: Melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik dan mulai dari diri sendiri dan dari hal-hal kecil. 9. Kendala apa saja yang dihadapi di dalam penerapan pendidikan karakter siswa? Jawaban: 1) Kurangnya pembiasaan diri sejak dini 2) Belum tersosialisasinya kegiatan/pembiasaan karakter di awal 10. Apakah kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik & tenaga kependidikan? Jawaban: Ya. Kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik & tenaga kependidikan. 11. Jika iya, bentuk evaluasi seperti apa yang diberikan? Jawaban: 1) Supervisi rutin tapi tidak tentu waktunya 2) Rapat
81
Jakarta, 16 Desember 2013
Interviewee
Iis Sulastri
Interviewer
M. Jalaluddin S, S. Pd
82
Lampiran 11
PEDOMAN WAWANCARA WAKA KESISWAAN MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
1. Apa sajakah jobdesk bapak selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan? 2. Program pembinaan kesiswaan apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka implementasi pendidikan karakter? 3. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam program kegiatan siswa tersebut? 4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter? 5. Apakah kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik & tenaga kependidikan? 6. Jika iya, bentuk evaluasi seperti apa yang diberikan?
83
Lampiran 12
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA WAKA KESISWAAN Responden
: Martawi, S.Pd
Jabatan
: Waka Kesiswaan MIN 09 Petukangan Selatan
Hari/Tanggal : Selasa, 17 Desember 2013
1. Apa sajakah jobdesk bapak selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan? Jawaban: Menjalankan program sekolah
yang sudah ditentukan.
Diantaranya pembinaan siswa, mengikuti minat bakat siswa dalam ajang lomba serta ekstrakurikuler. 2. Program pembinaan kesiswaan apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka implementasi pendidikan karakter? Jawaban: 1) Program ibadah 2) Membina budi pekerti siswa 3) Membangun karakter siswa berjiwa sosial, berakhlakul karimah dan percaya pada diri sendiri 3. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam program kegiatan siswa tersebut? Jawaban: Dilakukan dengan cara praktek ibadah, berbicara dan bersikap sopan, dan saling menjaga antar sesame 4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter? Jawaban: Waktu yang digunakan untuk kegiatan pembinaan karakter kadang kurang lama dan penyampaian kepada siswa kurang jelas sehingga sulit dipahami oleh siswa 5. Apakah kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik & tenaga kependidikan?
84
Jawaban: Ya. Kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik & tenaga kependidikan 6. Jika iya, bentuk evaluasi seperti apa yang diberikan? Jawaban: Pembinaan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan yang dilakukan setiap satu minggu sekali Jakarta, 17 Desember 2013
Interviewee
Interviewer
Iis Sulastri
Martawi, S.Pd
85
Lampiran 13
PEDOMAN WAWANCARA GURU MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
1. Apakah kepala sekolah membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan)? 2. Apakah guru dilibatkan dalam pembuatan perencanaan tersebut? 3. Berapa kali kepala sekolah mengadakan rapat rutin (dalam sebulan)? 4. Apakah anda rutin dalam pembuatan perangkat pembelajaran (seperti silabus, rpp, prota, prosem, dll)? 5. Nilai-nilai karakter apa saja yang dikembangkan di dalam rpp tersebut? 6. Bagaimana cara anda mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam kurikulum/silabus/rpp? 7. Apakah integrasi pendidikan karakter dan pelajaran tersebut berhasil dan sesuai dengan perencanaan yang dibuat? 8. Strategi atau metode apa yang anda lakukan dalam penerapan pendidikan karakter di dalam kelas (pada saat pelajaran)? 9. Strategi atau metode apa yang anda lakukan dalam penerapan pendidikan karakter di luar kelas? 10. Jika ada siswa yang bermasalah di dalam proses pembelajaran, biasanya apa yang anda lakukan? 11. Apakah kepala sekolah memberikan reward/punishment kepada guru yang berhasil/melanggar peraturan? 12. Jika iya, bentuk reward/punishment seperti apa yang diberikan oleh kepala sekolah? 13. Apa yang sekolah lakukan dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik? 14. Apakah kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran? 15. Jika iya, bentuk evaluasi seperti apa yang dilakukan?
86
Lampiran 14
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA GURU Responden
: Endi Tarmidi, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Pendidikan Agama Islam MIN 09 Petukangan Selatan
Hari/Tanggal : Selasa, 17 Desember 2013
1. Apakah kepala sekolah membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan)? Jawaban: Ya 2. Apakah guru dilibatkan dalam pembuatan perencanaan tersebut? Jawaban: Ya. Kepala sekolah melibatkan guru dalam membuat perencanaan sekolah 3. Berapa kali kepala sekolah mengadakan rapat rutin (dalam sebulan)? Jawaban: 4x dalam sebulan 4. Apakah anda rutin dalam pembuatan perangkat pembelajaran (seperti silabus, rpp, prota, prosem, dll)? Jawaban: Ya. Saya rutin dalam membuat perangkat pembelajaran yang dikumpulkan di awal smester 5. Nilai-nilai karakter apa saja yang dikembangkan di dalam rpp tersebut? Jawaban: Semua nilai-nilai karakter inti, seperti bertanggung jawab, disiplin, percaya diri, toleransi, jujur, dan lain-lain. 6. Bagaimana cara anda mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam kurikulum/silabus/rpp? Jawaban: Setiap nilai-nilai karakter yang dikembangkan tergantung dari materi dan strategi belajar yang digunakan. 7. Apakah integrasi pendidikan karakter dan pelajaran tersebut berhasil dan sesuai dengan perencanaan yang dibuat? Jawaban: Ya. Berhasil
87
8. Strategi atau metode apa yang anda lakukan dalam penerapan pendidikan karakter di dalam kelas (pada saat pelajaran)? Jawaban: - melihat real/ keadaan langsung
- mempraktekkan langsung
9. Strategi atau metode apa yang anda lakukan dalam penerapan pendidikan karakter di luar kelas? Jawaban: -
Shalat dzuhur berjamaah
-
berbaris sebelum masuk ke ruang kelas
-
Membaca buku di perpustakaan
10. Jika ada siswa yang bermasalah di dalam proses pembelajaran, biasanya apa yang anda lakukan? Jawaban: -
Merubah strategi belajar
-
Menegur siswa dan diberi pengarahan yang baik
-
Berdiskusi dengan rekan-rekan guru
11. Apakah kepala sekolah memberikan reward/punishment kepada guru yang berhasil/melanggar peraturan? Jawaban: Ya 12. Jika iya, bentuk reward/punishment seperti apa yang diberikan oleh kepala sekolah? Jawaban: bentuk reward biasanya diberikan penghargaan/ piagam. Sedangkan punishmentnya biasanya berupa sanksi. Misalnya, jika terlambat guru tidak dibukakan pintu gerbang sampai pukul 07.30 13. Apa yang sekolah lakukan dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik? Jawaban: Mengadakan pembinaan/ pelatihan dengan materi yang berbeda. Biasanya 3 bulan sekali. 14. Apakah kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran? Jawaban: Ya 15. Jika iya, bentuk evaluasi seperti apa yang dilakukan? Jawaban: Supervisi kelas menjelang UAS
88
Jakarta, 17 Desember 2013
Interviewee
Iis Sulastri
Interviewer
Endi Tarmidi, S.Pd.I
89
Lampiran 15
CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA GURU Responden
: Syarif Hidayatullah, S.Pd
Jabatan
: Guru IPA
Hari/Tanggal : Selasa, 17 Desember 2013
1. Apakah kepala sekolah membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan)? Jawaban: Ya 2. Apakah guru dilibatkan dalam pembuatan perencanaan tersebut? Jawaban: Ya. Kepala sekolah melibatkan guru dalam membuat perencanaan sekolah 3. Berapa kali kepala sekolah mengadakan rapat rutin (dalam sebulan)? Jawaban: 4x dalam sebulan 4. Apakah anda rutin dalam pembuatan perangkat pembelajaran (seperti silabus, rpp, prota, prosem, dll)? Jawaban: Ya. Saya rutin dalam membuat perangkat pembelajaran yang dikumpulkan di awal smester 5. Nilai-nilai karakter apa saja yang dikembangkan di dalam rpp tersebut? Jawaban: Semua nilai-nilai karakter inti, seperti bertanggung jawab, disiplin, percaya diri, toleransi, jujur, rasa ingin tahu, cinta damai, peduli lingkugan, megahargai prestasi, dan lain-lain. 6. Bagaimana cara anda mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam kurikulum/silabus/rpp? Jawaban: Diterapkan melalui kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (elaborasi) dan kegiatan penutup 7. Apakah integrasi pendidikan karakter dan pelajaran tersebut berhasil dan sesuai dengan perencanaan yang dibuat? Jawaban: Ya. Berhasil
90
8. Strategi atau metode apa yang anda lakukan dalam penerapan pendidikan karakter di dalam kelas (pada saat pelajaran)? Jawaban: cooperative learning dan discovery learning 9. Strategi atau metode apa yang anda lakukan dalam penerapan pendidikan karakter di luar kelas? Jawaban: -
Shalat dzuhur berjamaan
-
berbaris sebelum masuk ke ruang kelas
-
Membaca buku di perpustakaan
10. Jika ada siswa yang bermasalah di dalam proses pembelajaran, biasanya apa yang anda lakukan? Jawaban: -
Merubah strategi belajar
-
Menegur siswa dan diberi pengarahan yang baik
-
Berdiskusi dengan rekan-rekan guru
11. Apakah kepala sekolah memberikan reward/punishment kepada guru yang berhasil/melanggar peraturan? Jawaban: Ya 12. Jika iya, bentuk reward/punishment seperti apa yang diberikan oleh kepala sekolah? Jawaban: bentuk reward biasanya diberikan penghargaan/ piagam. Sedangkan punishmentnya biasanya berupa sanksi. Misalnya, jika terlambat guru tidak dibukakan pintu gerbang sampai pukul 07.30 13. Apa yang sekolah lakukan dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik? Jawaban: Mengadakan pembinaan/ pelatihan dengan materi yang berbeda. Biasanya 3 bulan sekali. 14. Apakah kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran? Jawaban: Ya 15. Jika iya, bentuk evaluasi seperti apa yang dilakukan? Jawaban: Supervisi kelas menjelang UAS
91
Jakarta, 17 Desember 2013
Interviewee
Iis Sulastri
Interviewer
Syarif Hidayatullah, S.Pd
92
Lampiran 16 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA GURU Responden
: Syaukah, S.Ag
Jabatan
: Guru Aqidah Akhlak
Tanggal
: Selasa, 17 Desember 2013
1. Apakah kepala sekolah membuat perencanaan sekolah (menurut 8 standar pendidikan)? Jawaban: Ya 2. Apakah guru dilibatkan dalam pembuatan perencanaan tersebut? Jawaban: Ya. Kepala sekolah melibatkan guru dalam membuat perencanaan sekolah 3. Berapa kali kepala sekolah mengadakan rapat rutin (dalam sebulan)? Jawaban: 4x dalam sebulan 4. Apakah anda rutin dalam pembuatan perangkat pembelajaran (seperti silabus, rpp, prota, prosem, dll)? Jawaban: Ya. Saya rutin dalam membuat perangkat pembelajaran yang dikumpulkan di awal smester 5. Nilai-nilai karakter apa saja yang dikembangkan di dalam rpp tersebut? Jawaban: Semua nilai-nilai karakter inti, seperti bertanggung jawab, disiplin, percaya diri, toleransi, jujur, rasa ingin tahu, cinta damai, peduli lingkugan, megahargai prestasi, dan lain-lain. 6. Bagaimana cara anda mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam kurikulum/silabus/rpp? Jawaban: Biasanya saya mengintegrasikan nilai karakter pada model dan strategi pembelajaran. Misalnya model pembelajaran bercerita/ story telling dalam pembelajaran aqidah akhlak kelas V. Saya menggunakan strategi bercerita agar kompetensi dasar membiasakan diri untuk menghindari sifat kikir dan serakah melalui kisah Qorun tercapai. Didalam model
pembelajaran
tersebut
terintegrasi
nilai
karakter
yaitu
93
mengembangkan nilai toleransi, peduli, percaya diri, penalaran dalam mensintesiskan beberapa pendapat secara bersama, dan menghargai pendapat orang lain. 7. Apakah integrasi pendidikan karakter dan pelajaran tersebut berhasil dan sesuai dengan perencanaan yang dibuat? Jawaban: Ya. Berhasil 8. Strategi atau metode apa yang anda lakukan dalam penerapan pendidikan karakter di dalam kelas (pada saat pelajaran)? Jawaban: Tergantung materi yang diajarkan. Terkadang bercerita, praktik langsung, dan lain-lain. 9. Strategi atau metode apa yang anda lakukan dalam penerapan pendidikan karakter di luar kelas? Jawaban: Membiasakan diri berprilaku baik. Misalnya membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain. 10. Jika ada siswa yang bermasalah di dalam proses pembelajaran, biasanya apa yang anda lakukan? Jawaban: -
Merubah strategi belajar
-
Menegur siswa dan diberi pengarahan yang baik
-
Berdiskusi dengan rekan-rekan guru
11. Apakah kepala sekolah memberikan reward/punishment kepada guru yang berhasil/melanggar peraturan? Jawaban: Ya 12. Jika iya, bentuk reward/punishment seperti apa yang diberikan oleh kepala sekolah? Jawaban: bentuk reward biasanya diberikan penghargaan/ piagam. Sedangkan punishmentnya biasanya berupa sanksi. Misalnya, jika terlambat guru tidak dibukakan pintu gerbang sampai pukul 07.30 13. Apa yang sekolah lakukan dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik?
94
Jawaban: Mengadakan pembinaan/ pelatihan dengan materi yang berbeda. Biasanya 3 bulan sekali. 14. Apakah kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran? Jawaban: Ya 15. Jika iya, bentuk evaluasi seperti apa yang dilakukan? Jawaban: Supervisi kelas menjelang UAS
Jakarta, 17 Desember 2013
Interviewee
Interviewer
Iis Sulastri
Syaukah, S.Ag
95
Lampiran 17 PEDOMAN WAWANCARA STAF TATA USAHA MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
1. Menurut anda, gaya kepemimpinan seperti apa yang digunakan oleh Kepala sekolah MIN 09 Petukangan? a) otoriter (pemimpin menunjukkan dan memberi perintah & bawahan tidak boleh mengajukan saran & membantah perintah) b) Pseudo demokratis (seperti memakai topeng/ berpura-pura memperlihatkan sifat demokratis di dalam kepemimpinannya) c) Kepemimpinan bebas (pemimpin tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan para bawahan atau anggotanya) d) Demokratis (pemimpin yang kooperatif dan tidak diktator) 2. Mengapa anda memilih jawaban tersebut? 3. Darimana biaya operasional sekolah berasal? 4. Bagaimana pengalokasian biaya untuk program dan kegiatan pendidikan karakter? 5. Bagaimana proses penyusunan RKM dan RKAM? 6. Selain dari BOP dan BOS, apakah ada bantuan biaya lagi dalam operasional sekolah?
96
Lampiran 18 CATATAN LAPANGAN HASIL STAFF TATA USAHA Responden
: Agustiawan, SE
Jabatan
: Staff Tata Usaha
Tanggal
: Rabu, 18 Desember 2013
1. Menurut anda, gaya kepemimpinan seperti apa yang digunakan oleh Kepala sekolah MIN 09 Petukangan? a) otoriter (pemimpin menunjukkan dan memberi perintah & bawahan tidak boleh mengajukan saran & membantah perintah) b) Pseudo demokratis (seperti memakai topeng/ berpura-pura memperlihatkan sifat demokratis di dalam kepemimpinannya) c) Kepemimpinan bebas (pemimpin tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan para bawahan atau anggotanya) d) Demokratis (pemimpin yang kooperatif dan tidak diktator) Jawaban: D 2. Mengapa anda memilih jawaban tersebut? Jawaban:
Karena
kepala
sekolah
tidak
semena-mena
terhadap
bawahannya. 3. Darimana biaya operasional sekolah berasal? Jawaban: Dari pemerintah berupa BOS dan BOP 4. Bagaimana pengalokasian biaya untuk program dan kegiatan pendidikan karakter? Jawaban: Pengalokasian biaya untuk program dan kegiatan pendidikan karakter ini dituangkan di dalam Rencana Kerja Madrasah (RKM) dan Rencana Kegiatan Anggaran Madrasah (RKAM).
97
5. Bagaimana proses penyusunan RKM dan RKAM? Jawaban: Kepala sekolah MIN 09 Petukangan Selatan melibatkan para guru dan karyawan dalam menyusun RKM. Hal ini dilakukan guna menciptakan nilai keterbukaan dan transparansi, 6. Selain dari BOP dan BOS, apakah ada bantuan biaya lagi dalam operasional sekolah? Jawaban: Ada. Biasanya dari beberapa pedagang kantin yang setiap tahunnya diharapkan memberikan kontribusi untuk dana pemeliharaan. Selain itu madrasah juga telah menjalin kerjasama dengan dunia perbankan, dunia usaha dan terdapat Koperasi Madrasah sebagai wujud pengembangan ekonomi di lingkungan Madrasah.
Jakarta, 18 Desember 2013
Interviewee
Interviewer
Iis Sulastri
Syaukah, S.Ag
98
Lampiran 19 Lembar Observasi Kepala Sekolah No 1
2
3
4 5
6
7
Dimensi
Jenis Kegiatan
Perencanan Membuat visi, misi dan Implementasi tujuan sekolah Pendidikan Karakter Pengembangan Menggunakan Kurukulum kurikulum sesuai aturan yang ditetapkan Pengembangan Memberikan kebebasan Pembelajaran kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran Pengelolaan Analisis kebutuhan, Ketenagaan rekrutmen dan pengembangan guru Pelayanan Kegiatan kokurikuler Peserta didik dan ekstrakurikuler Pengelolaan Memasang slogan nilaiSarana dan nilai karakter Sumber Belajar Pengelolaan Pengalokasian biaya Keuangan untuk program dan kegiatan pendidikan karakter Hubungan dengan Masyarakat
Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup D = Kurang
Menjalin hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat
SB √
Pelaksanaan B C K
√ √
√ √ √
√
√
99
Lampiran 20 Foto-foto MIN 09 Petukangan Selatan
Gedung MIN 09 Petukangan Selatan
Struktur Organisasi MIN 09 Petukangan Selatan
100
Penampilan Eskul Calung MIN 09 Petukangan Selatan Pada Saat Rapat Kerja Nasional Kementrian Agama RI Tahun 2012
English Club MIN 09 Petukangan Selatan
101
Eskul Paskibra MIN 09 Petukangan Selatan
Kegiatan Halal Bihalal Saat Idul Fitri
102
Eskul Pramuka MIN 09 Petukangan Selatan Saat Lomba Tingkat Kota Madya
Bakti Sosial MIN 09 Petukangan Selatan
103
Eskul Tari Saman Saat Acara Kids Festival And Edufair 2012
Kegiatan MIN 09 Petukangan Selatan Di Hari Anak Nasional
104
Parenting Day MIN 09 Petukangan Selatan
Undangan Di Acara Fokus Pagi Indosiar Saat Hari Pendidikan Nasional
105
Juara Olimpiade Sains Tingkat Kota Madya