PERAN DAN TANGGUNG JAWAB HAKIM DALAM MEWUJUDKAN KEADILAN ANSYAHRUL,S.H.
Ada suatu kisah seorang Hakim Agung di Amerika Serikat namanya pernah mengingatkan temannya hakim bawahannya bernama Holms agar memperhatikan masalah keadilan dalam melaksankan tugas, lalu temannya menjawab “itu bukan urusan saya,saya sebagai hakim hanya memainkan permainan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bukan hanya jenis peradilan yang beragam tapi juga sikap bangsa-bangsa didunia berbeda-beda, ada 3 kelompok Negara 1. Sekularistik Memisahkan dengan tegas antara agama dan Negara biasanya rasa keadilan mereka sesuaqi kebutuhan dan sesuai kepentingan 2. Bentuk Negara-negara agama biasanya keadilan teologis bersumber pada tuhan 3. Kita (Indonesia) agama berperan dalam penyelenggarakan negara dan diharapkan agama menjadi dasar negara untuk Negaranegara seperti kita keadilan banyak bersifat filosofis keadilan menurut adat dan keadilan menurut agama. Hak Hakim terbawa suasana ini, kita bukan negara agama tapi salah satu persyaratan penerimaan hakim adalah bertaqwa keapda Than Yang Maha Esa. Sesudah SK keluar belum bisa sidang sebelum disumpah menurut agama, dan sebelum memutus harus bersumpah lagi demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Setiap hakim memutus bersumpah dulu sebetulnya. Keadilan beragam dan juga sikap Negara di dunia berbeda. Bagai Negara merupakan Negara beragama biasa keadilan dinomor satu kan. Dari teks pancasila ada 2 kata adil kemanusiaan yang adil dan beradan dan keadilan sosial, itu berarti kita pecinta keadilan. Peran hakim dalam suatu Negara kalau kita mengacu pada antropologi hukum peran hakim itu menyelesaikan sengketa, apakah perdata atau pidana sehingga diharapkan putusan hakim harus menyelesaikan sengketa setuntas-tuntasnya jangan sebaliknya putusan hakim justru menimbulkan sengeketa baru. Sering terjadi putusan
hakim menimbulkan sekenta baru atau disengketakan itu bisa dibilang peran sebagai hakim gagal. Kita masuk kedalam masalah keadilan. Jenis keadilan , keadilan politik, teologi, social justice dll. Begitu juga social legal justice tidak boleh berbenturan keadilan yang diputuskan oleh keadilan tidak menyentuh keadilan substantif sebetulnya keadilan prosedural dan substantif tidak boleh bertentangan karena dari tatanan masyarakat yang sama. Social, moral dan legal justice juga tidak boleh berbenturan karena saat pemerintah dan DPR msudah difikirkan di undang-undang walaupun tetap saja terjadi pertentangan. Bagaimana solusinya sementara kita diminta betul-betul memberikan keadilan, ada kiat sederhana kalau kita dipercaya memegang suatu perkara kita harus pola kan dulu, dalam kasus ini siapa yg terdzolimi dan siapa mendzolimi, kemudian baru letakkan sesuatu pada tempatnya. Itu pun belum cukup perhatikan lagi yang hak dan yang batilnya 3 itu saja. Itu sebagai panduan buat kita walaupun dalam pelaksanaannya itu tidak hitam putih tapi kita harus berlatih maka hakim butuh bisikan kalbu (intuisi). Jadi jaga kemurnian hati nurani sehingga ada intuisi.begitu membaca berkas kita tahu ada bisikan disitu siapa yang benar, itu penting sekali karena hakim bukan robot. Tahun 1906 seorang psiko analisis yang terkenal Sigmund Froid pernah diundang oleh IKAHI nya Austria. Dia mengatakan hati-hati kalian para hakim karena banyak hakim yang memutus dalam proses bawah sadar, jadi banyak hakim yang menjadi robot. Tinggal menerapkan pasal, tinggal menentukan hukuman titik, hati nurani tidak bicara, itu hakim robot. Dari hakim yang demikian tipis harapan kita untuk memperoleh keadilan. Karena hati nuraninya tidak bicara, intuisi nya tidak ada. Terkadang tidak sekedar logika yang kita gunakan, sehingga ada intuisi yang berperan. Dalam perkara perdata hakim tidak bisa pasif, harus lebih pro aktif lebih pre emtive, tidak bisa lagi kita berpedoman pada sistem lama hakim pasif. Hakim pasif itu hanya mencari kebenaran formil, tetapi untuk keadilan apakah itu substansial, procedural kita harus tetap mengejar kebenaran materiel, itu adalah tugas yang akan kita hadapi. Jadi itulah
yang
diharapkan
bahwa
hakim bukan
sekedar
pekerjaan,
jabatan,tempat mencari nafkah, tetapi hakim adalah karakter, kepribadian, watak, perilaku, pola pikir. Seorang hakim tidak akan berhenti karekter hakimnya hanya karena
SK pensiun. Bagi seorang hakim yang katolik, dan baik namanya, tidak murtad maka terbekatilah dia. Bagi seorang hakim hati nurani penting dan reputasi. Kekuatan hakim ada di reputasi, dan dari intuisi bagus reputasinya dikenal orang. Prof. Majid Khadduri guru besar di Amerika, dalam sejarah Islam masyarakat lebih percaya dengan figur seorang hakim yang punya reputasi baik, ketimbang percaya dengan sistem peradilan. Jadi begitu orang berperkara, kemudia dia tahu kalau hakim yang menangani hakim yang reputasinya baik Alhamdulillah kalau yang tidak baik Astaghfirullah. Jadi kalau Tailor Bapak manajemen modern mengatakan suatu saat nanti manusia bukan yang nomor 1 melainkan sistem yang nomor 1, dibantah oleh Prof. Majid membantah hal itu tidak berlaku di dunia peradilan, sistem tetap nomor 2 sedangkan figur hakim tetap nomor 1. Selanjutnya kemandirian hakim menurut Prof. Vanderbit mantan Ketua Hakim Agung Amerika apabila masyarakat kehilangan hormatnya dalam kinerja keadilan maka hilang juga hormatnya dalam hukum dan ketertiban. Jika Negara itu dalam tubuh manusia eksekutif dan legilatif adalah jasad suatu negara sedangkan yudikatif rohnya, kalau rohnya rusak Negara ambruk . ada hadist apa bila dalam 1 negeri ada berniat dzolim akan diberi azab 1 negeri itu bukan hakimnya sebaliknya kalu hakim niat berbuat adil berkah akan turun keseluruh negeri itu. Peranan kita ada peranan penting rohnya suatu Negara. Ada yang perlu kita jadikan bahasan sekarang banyak dikutip pendapatnya fungsi hukum Gustav Radbruch 1. Mewujudkan keadilan, 2. Menciptakan kepastian hukum 3. Kemanfaatan. Selama ini kita banyak menafsirkan alterbatif padahal bisa ditafsirkan kumulatif setiap putusan 3 itu satu paket. Ada 3 stage holder, pertama individu pencari keadilan, kedua publik yang diwakili oleh negara, negara membutuhkan kepastian hukum karena kepastian hukum akan menentukan eksisnya suatu negara, ketiga sosial (masyarakat) masyarakat membutuhkan putusan hakim tercipta kemanfaatan buat mereka setidaknya dengan putusan hakim membuat efek jera keputusan hakim menimbulkan kepercayaan pada masyarakat bahwa yang baik akan benar yang salah akan kalah. Jabatan hakim bukan hanya jabatan duniawi karena sangat berkaitan dengan agama.. Dalam agama nasrani kitab perjanjian lama kitab ulangan pasal 1 ayat 17 dalam mehakimi janganlah pandang bulu dan jangan gentar terhadap siapa pun karena keadilan kepunyaan Allah ayat ini turun pada jaman nabi
musa dan dalam komunitas khatolik ayat ini berbunyi lain dalam mengadili janganlah pandang bulu dan jangan gentar terhadap siapa pun karena kau (hakim) adalah wakil Allah kominutas khatolik. Kesimpulan bahwa peradilan domennya tuhan karena yang berhak dan berwenang mewakili hanya tuhan tapi
didelegasikan kepada segelintir
manusia yang dipercaya yaitu hakim. Jadi 7000 hakim yang ada di indonesia pilihan. Tidak mungkin jadi hakim tanpa izin Allah. Jabatan bisa jadi beban didunia bisa jadi penyesalan di akhirat jika tidak dijalankan dengan semestinya. Allah akan selalu mendampingi
seorang
hakim,
jika
hakim
berbuat
curang
ALLAH
akan
meninggalkannya dan setan yang akan selalu mendampingi itu bukan ancaman tapi kutukan. Konsep dosa dalam islam bukan manusia menjauh dari tuhan tapi tuhan yang menjauh dari manusia.dialog Allah dengan nabi adam hai adam jangan kau dekati pohon itu, tapi didekati, saat didekati Allah sudah menjauh. Tugas hakim bukan mainmain. Kemudian para pius kembali mengeluarkan dekrit kepada para hakim katholik diseluruh dunia, vatikan menyadari bahwa kalian harus melaksanakan undang-undang masing-masing, tetapi jika ada undang-undang yang bertentangan dengan katholik jangan kalian ikuti. Komentator vatikan menafsirkan bahwa seorang hakim katholik juga tidak boleh menjadi pimpinan pengadilan dimana perceraian disitu diperkenankan. Itu dekrit Paus Pius tahun 1950. Sekarang dari Islam, Islam jelas menegakkan keadilan adalah Sunatullah, dan kita hakim tugasnya menegakkan keadilan, berarti bagi hakim setiap saat dia berada dalam posisi jihad sisabilillah, beruntung sekali itu, makanya hakim diberi keringan 2/3 hakim masuk neraka, 1/3 masuk surga. Kalau kita bukan hakim ada hadist hai adam cari kan umat mu 999 orang untuk menghuni neraka dan 1 untuk surga. Jadi hakim hanya perlu menyingkirkan 2 orang sedangkan bukan hakim 999 orang. Kalau kita lihat Agama Budha dalam kitab Dharmapala nya seseorang bukanlah dianggap adil hanya karena memberikan hukuman keras, hukuman tinggi. tapi mampu membedakan yang hak dan batil. Dalam agama Hindu hakim diharapkan berada dalam Catur Brata jadi jika sedang nyepi mereka Hindu melakukan Catur Brata untuk meredam emosi, bekerja dgn benar, konsentrasi penuh, introspeksi, mawas diri, evaluasi. Jadi hakim harus selalu berada dalam kondisi demikian.
Bagaimana beratnya jadi hakim di Indonesia ini, Daniel…guru besar dari Washington University yang banyak sekali melakukan penelitian termasuk di Indonesia, akhirnya beliau mengakui bahwa sistem hukum di Indonesia adalah sistem hukum yang paling complex diseluruh dunia. Sistem hukum Hindu, Budha, Islam, Eropa Continental, Anglo Saxon pernah kita adopsi. Pernah mengenal jury, circuit court, jadi sejarah peradilan Indonesia itu sudah lebih dari 2 milenium. Jaman Mataram Hindu itu sudah ada perkara pajak, perkara orang asing, gugat menggugat, kapan gugatan harus gugur. Jadi kita ini sebagai hakim terhormat, melanjutkan sejarah peradilan dari dahulu, kalau eksekutif, legislative pernah bubar, tetapi peradilan tidak pernah bubar. Sistem hukum apa yang tidak kita miliki? Sistem hukum adat itu ada 19 yang dikelompokan oleh Van Vollenhoven yang ternyata itu ada 400 lebih masyarakat adat dengan hukum adatnya masing-masing dan 536 bahasa daerah, dengan paparan 17000 pulau. Yang masalah buat kita, kondisi geografis, antropologis, budaya kita mengakibatkan hakim-hakim Indonesia yang paling ketat sistem mutasinya. Tidak ada yang seperti Indonesia, karena hakim harus mengenal begitu banyaknya sistem hukum adat yang ada. Karena hukum adat ini nanti akan menjadi kearifan lokal yang jelas harus dipertimbangkan oleh hakim dalam memutus perkara. Hakim Indonesia harus paham itu semua. Selanjutnya alasan praktis, hakim kalau terlalu lama disuatu tempat pertemanannya sudah terlalu banyak. relasinya sudah berkembang. Untuk kehatihatian hakim tidak perlu menghadiri walimah karena Netralitas hakim bukan hanya kata-kata. Hukum acara kita ketat sekali ada hukum perdata, hukum pidana dan hukum mengikat (hukum acara). Putusan hakim di Indonesia harus mencerminkan seluruh proses jadi orang mebaca putusan hakim cukup tanpa membuka berita acara,berkas acara disitu dilihat semua.
Kita
pertimbangan
menggunakan beda
dengan
sistem
putusan
Jerman
Prancis
karena
setiap
putusannya
bait seperti
merupakan makalah
(pendahuluan,bab,isi kesimpulan). Hakim Tinggi Amerika Richard A. Posner Chicago University
tahun 2008 menulis buku
“How Judges Think” bagaimana hakim itu
berfikir?. Salah satu babnya berjudul hakim itu bukan Guru Besar hukum, dia bikin perbedaan itu. Pertama hakim harus paham semua masalah hukum dan harus menulis
putusan dalam keadaan tekanan waktu. Kasus apapun yang dihadapkan kepada hakim, tidak boleh menghindar harus generalis sedangkan kalau Professor hanya satu bidang saja. Bagi Professor tekanan waktu tidak ada masalah buat hakim masalah. Kemudian Hakim tidak bisa milih-milih perkara sesuai yang dikuasai saja, tetapi Professor bisa sesuai ahlinya. Kemudian menurut dia Guru Besar menulis artikel menulis sesuai minatnya kemudian berusaha membuat kontribusi yang original, jika mengutip pendapat lain harus menggunakan footnote buat hakim tidak perlu. Jika hakim membuat putusan ada footnote harus ada daftar bacaan. Masalah originalitas bagi hakim tidak perlu hakim harus bangga pendapatnya diambil oleh hakim lain. . Kenudia Professor menulis tidak lebih 25 artikel setahun sedangkan hakim tiap tahun ratusan putusan itu artikel.