PENYUSUNAN MENU SEHAT SEIMBANG BAGI GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEVI NAWANGSASI Abstrak Pemerintah sangat menyadari perlunya sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun bangsa. Kualitas sumber daya ini dapat diperoleh dengan memasukkan anak pada berbagai lembaga PAUD professional agar potensi anak yang tersimpan dapat muncul dan berkembang maksimal. Oleh karena itu, keberadaan PAUD yang berkualitas pun menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Untuk menghasilkan manusia yang berkualitas tidak hanya baik secara intelektual tetapi harus pula sehat fisik dan jasmaninya. Lembaga PAUD sebagai suatu tempat mendidik selain harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak yang tak kalah pentingnya juga mampu menjembatani kebutuhan kesehatan fisik jasmani yang merupakan kebutuhan dasar anak usia dini. Kata Kunci: Sehat fisik, Jasmani
A. Pendahuluan Lembaga PAUD sebagai tempat mendidik anak juga dituntut agar selalu dapat memenuhi kebutuhan anak akan kesehatan, terutamanya kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan. Yang dimaksud kesehatan pribadi menurut Muri’fah dan Herdianto (1992: 8) adalah “kesehatan atau kebersihan diri sendiri seutuhnya yaitu meliputi seluruh aspek pribadi, fisik, mental, sosial agar tumbuh dan berkem-bang secara harmonis.” Sedangkan kesehatan lingkungan menurut Muri’fah dan Herdianto (1992: 8) adalah “ Kesehatan yang berada di luar diri meliputi lingkungan biologis dan lingkungan fisik.” Sehat adalah tidak adanya gangguan terhadap jasmani, rohani, dan sosial. Kesehatan mencakup pribadi seseorang seutuhnya meliputi sehat pisik, sehat mental, dan sosial. Pemahaman sehat tersebut sesuai dengan pengertian sehat yang dikemukakan WHO yang dikutip oleh Mari’fah (1992: 1) adalah “ keadaan yang meliputi kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.” Berdasarkan pernyataan di atas jelaslah bahwa tidak cukup suatu masyarakat bebas dari penyakit, tetapi juga harus mencakup keseluruhan, sehat secara total seperti dikemukakan 1
WHO. Untuk mencapainya, masyarakat perlu diberi pendidikan kesehatan yang secara sistematis akan membekali mereka dalam kehidupannya dan merupakan sikap hidup seharihari. Salah satunya dengan penanaman pengetahuan kepada guru PAUD tentang menu sehat seimbang untuk menjembatani kebutuhan anak usia dini akan kecukupan gizi sehari-hari. Dengan demikian diharapkan akan terbentuk anak-anak yang sehat. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan guru-guru di lembaga PAUD mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Guru biasanya hanya menghimbau anak untuk membawa makanan tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan variasi menu sehat seimbang yang juga mengandung gizi seimbang. Padahal pemberian menu sehat seimbang ini diperlukan untuk mengatasi berbagai dampak pola makan yang kurang sehat pada anak sehingga banyak timbul masalah kesehatan dan gizi yakni kurang gizi dan obesitas. Masalah kurang gizi dan obesitas ini dapat ditanggulangi dengan mengatur pemberian makan yang mengikuti anjuran pemerintah yang dikenal dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Namun demikian pedoman ini tidak dikenal oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, sosialisasi tentang PUGS yang lebih aplikatif perlu dilakukan ke berbagai tingkat masyarakat, termasuk di antaranya adalah guru-guru PAUD di daerah. Melalui institusi pendidikan, yakni lembaga PAUD, pemahaman tentang gizi seimbang diharapkan lebih efektif dan lestari sehingga akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) tentang gizi seimbang masyarakat sekolah yang pada gilirannya akan meningkatkan status gizi anak sekolah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi (Atmarita, 2004). Kejadian kekurangan gizi sering terluputkan dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Akhir-akhir ini, di masyarakat kita mulai timbul banyak masalah kesehatan dan gizi yang perlu mendapat perhatian. Kasus busung lapar misalnya, merupakan contoh
2
betapa pemahaman kesehatan di masyarakat masih minimal. Sehingga kita tercengang ketika data menunjukkan bahwa di Indonesia anak-anak Balita (di bawah lima tahun) delapan persen menderita busung lapar alias gizi buruk. Urusan kesehatan merupakan urusan lingkungan, sikap, dan perilaku masyarakat. Hal ini diperkuat hasil penelitian Hendrik L. Blum yang dikutip Saeful Millah (Pikiran Rakyat, 3 Juni 2005), bahwa dari empat faktor kunci yang mempengaruhi derajat kesehatan, maka aspek pelayanan hanya memiliki kontribusi 20%. Sementara sebagian besar 80%, dipengaruhi oleh tiga faktor lainnya. Yaitu, 45% ditentukan oleh lingkungan, 30% perilaku masyarakat, dan 5% ditentukan faktor keturunan. Itu artinya urusan kesehatan bukan hanya urusan dokter, bidan, atau tenaga medis lainnya, melainkan urusan berbagai pihak. Termasuk dalam hal ini menjadi urusan guru-guru PAUD di daerah untuk menekan masalah kesehatan dan gizi yakni kurang gizi dan obesitas dengan pelatihan penyusunan menu sehat seimbang untuk anak usia dini. B. Menu Sehat Seimbang Sejak tahun 1950an, masyarakat kita telah mengenal slogan "4 sehat 5 sempurna", namun dalam perjalanannya slogan ini sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang. Tahun 1990an, pemerintah telah meluncurkan "dietary guideline" yang dikenal dengan "Pedoman Umum Gizi Seimbang" (PUGS), namun demikian pedoman ini tidak dikenal oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, sosialisasi tentang PUGS yang lebih aplikatif perlu dilakukan ke berbagai tingkat masyarakat, termasuk dalam hal ini para guru PAUD. Anak usia dini merupakan sasaran yang sangat strategis karena anak usia dini sebagai generasi penerus bangsa merupakan aset pembangunan. Melalui institusi pendidikan, pemahaman tentang gizi seimbang diharapkan lebih efektif dan lestari sehingga akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) tentang gizi seimbang masyarakat sekolah yang pada gilirannya akan meningkatkan status gizi anak sekolah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. 1. Pengertian Menu Seimbang
Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan atau untuk sehari-hari. Kata ”menu” bias diartikan ”hidangan”. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, 3
sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2005).
Menu seimbang adalah konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Kekurangan gizi pada salah satu makanan dengan pemberian menu seimbang dapat dicukupi oleh makanan lain. Untuk itu pemberian menu seimbang dengan makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi kecukupan gizi (Almatsier, 2005).
Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). (Depkes RI, 2006)
Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Menu berasal dari kata ”menu” yang berarti suatu daftar yang tertulis secara rinci. Sedangkan definisi menu adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa hidangan pagi, siang, dan malam. Pola menu seimbang mulai dikembangkan pada tahun 1950 dengan istilah ”Empat Sehat Lima Sempurna” (Sulistyoningsih, 2011). Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2005).
2. Manfaat Perencanaan Menu
Kegiatan menyusun menu dengan perencanaan yang baik dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat disusun hidangan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. 2. Variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur sehingga dapat menghindari kebosanan yang disebabkan pengulangan jenis bahan makanan dan cara pengolahan. 3. Susunan hidangan dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan atau biaya yang tersedia. 4. Menghemat waktu dan tenaga. Perencanaan menu dapat disesuaikan dengan kondisi, sehingga sudah dapat diperkirakan waktu dan tenaga yang dibutuhkan. 5. Menu yang terencana dengan baik dapat menjadi alat pendidikan gizi yang baik, karena menu yang baik mengajarkan pola makan yang baik. 3. Syarat Menu yang Baik a. Pola menu seimbang
4
Pola menu seimbang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi. Susunanmakanan yang dihidangkan dapat memenuhi kebutuhan gizi sesuai denganumur, jenis kelamin, dan juga aktivitas yang dilakukan.
b. Aspek warna menu seimbang
Warna menu seimbang makanan harus menarik sehingga dapatmembangkitkan selera makan, namun penggunaan pewarna ban bahantambahan makanan juga harus memperhatikan keamanannya dan diutamakanmenggunakan pewarna alami.
c. Tekstur dan konsistensi
Tekstur dan konsistensi makanan yang dihidangkan disesuaikan dengankemampuan fisiologis dan juga umur. Bentuk makanan bayi, lansia dan orangyang mengalami gangguan kesehatan khususnya pencernaan akan berbedadengan orang dewasa pada umumnya.
d. Rasa dan Aroma
Aroma masakan yang kuat dikombinasikan dengan makanan yang tidak tajambaunya.
e. Ukuran dan bentuk potongan
Adanya kreasi dalam bentuk potongan dapat membangkitkan selera makan.
f. Suhu
Pertimbangkan makanan yang harus dihidangkan panas atau dingin denganmenyesuaikan suhu lingkungan, udara atau iklim.
g. Popularitas
Hidangan untuk anggota keluarga akan lebih membangkitkan selera makanketika sesekali disajikan pula hidangan tertentu yang sedang popular dimasyarakat, yang memang disukai anggota keluarga.
h. Penyajian menarik
Bila perlu makanan disajikan dengan hiasan, selain itu disajikan dalamkeadaan yang bersih, terhindar dari pencemaran yang dapat membahayakankesehatan.
i. Tenaga dan waktu
Jenis hidangan yang akan disajikan disesuaikan dengan peralatan,kemampuan, tenaga dan waktu yang dimiliki oleh ibu/keluarga. 5
Makanan beraneka ragam dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dapat dilengkapi oleh gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Demikian juga bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi (Almatsier, 2005).
1. Bahan makanan sumber zat tenaga adalah beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mi yang mengandung karbohidrat, serta minyak, margarine, dan santan yang mengandung lemak. 2. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti keju. 3. Zat pembangun berperanan sangat penting untuk perkembangan kualitas tingkat kecerdasan seseorang. 4. Bahan makanan summber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsifungsi organ tubuh. 5. Hidangan Mengandung Zat Tenaga dan Energi Setiap orang dianjurkan makan cukup hidangan mengandung zat tenaga atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, lemak. Kecukupan energi seseorang ditandai dengan berat badannya yang normal. Untuk mengetahui berat badan normal, seseorang dapat menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan kelompok usia lanjut. Bagi orang dewasa digunakan indeks massa tubuh (IMT) (Almatsier, 2005). Kekurangan energi yang berlangsung lama akan mengakibatkan menurunnya berat badan. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada balita.
2. Sumber Karbohidrat
Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energy, terdapat dua kelompok karbohidrat (Almatsier, 2005) yaitu: 6
a). Karbohidrat kompleks
Bahan makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang) dan bahan makanan lain yang mengandung banyak karbohidrat (sagu, pisang).
b). Karbohidrat sederhana
Golongan karbohidrat sederhana yang tidak mengandung zat gizi lain, yang sifatnya hanya mengenyangkan dan cenderung dikonsumsi berlebihan. Konsumsi gula dapat menyebabk`n kegemukan, karies gigi atau keropos. Oleh karena itu konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi. Seyogyanya sekitar 50-60% kebutuhan energi diperlukan oleh karbohidrat kompleks, atau setara dengan 3-4 piring nasi.
3. Konsumsi Lemak dan Minyak
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitaminvitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari kebutuhan energi. Seyogyanya menggunakan lemak dan minyak nabati, misalnya minyak kelapa, minyak jagung, minyak kacang atau nabati yang lain (Almatsier, 2005).
4. Gunakan Garam Beryodium
Garam beryodiyum yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah timbulnya gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Gaki dapat menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada balita, penyakit gondok, endemic dan kretin (Almatsier, 2005).
5. Makan Sumber Zat Besi
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi.
6. Berikan ASI
Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan ASI saja tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu setelah 6 bulan bayi mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) diberikan kepada bayi
7
secara bertahap sesuai dengan pertambahan umur, pertumbuhan berat badan dan perkembangan kecerdasannya. 7. Biasakan Makan Pagi
Makanan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi membantu seseorang untuk mencukupi kebutuhan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan, dan akan l;ebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga sumber zat pembangun dan zat pengatur.
8. Minum Air Bersih, Aman dan Cukup Jumlahnya
Sasaran utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang berguna sesuai dengan yang diharapkan. Air minum harus bersih dan bebas kuman. Oleh karena itu, air minum harus terlebih dahulu dididihkan. Sedangkan air minum dalam kemasan yang banyak beredar di pasaran, juga harus terlebih dulu diproses oleh pabrik sesuai dengan ketentuan pemerintah dan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Cairan yang dikonsumsi seseorang terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap harinya, agar proses faali dalam tubuh berlangsung dengan lancar dan seimbang. Dengan mengkonsumsi cukup cairan, seseorang dapat terhindar dari menderita dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, serta dapat menurunkan risiko menderita penyakit batu ginjal.
9. Makanlah Makanan yang Aman Bagi Kesehatan
Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Makan makanan tidak aman dapat menyebabkan gangguan kesehatan, antara lain menderita keracunan makanan yang dapat menyebabkan kematian.
10. Baca Label Pada Makanan yang Dikemas 8
Peraturan perundangan-undangan, bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadaluwarsa, dan keterangan penting lainnya. Semua keterangan yang rinci pada label makanan kemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunkannya. Keterangan mengenai susunan zat gizi pada label diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan kesehatan konsumen. Keterangan mengenai kadaluwarsa pada label menunjukkan kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak. Sedangkan keterangan mengenai bahanbahan, yang terkandung dalam makanan kemas tersebut memberikan informasi kepada konsumen untuk menilai halal atau tidaknya bahan makanan tersebut.
C. Penutup Untuk menciptakan anak yang sehat secara fisik jasmani diperlukan konsumsi makanan yang bergizi. Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal salah satunya menyangkut pemahaman orang dewasa disekeliling anak dalam hal ini guru, untuk dapat memfasilitasi gizi anak usia dini di sekolah. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak. Anak usia dini yang bersekolah di PAUD pada umumnya sudah dapat memakan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu guru yang berperan sebagai orang tua di sekolah juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak tetapi dengan variasi penampilan dan kandungan gizi tertentu. Sebab gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Karena pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
9
Atmarita, T. S F. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Makalah. Direktorat Gizi Masyarakat. Departemen Kesehat an. Depkes RI. 2006. Pengukuran Antropometri. Jakarta
Pikiran Rakyat. 3 Juni 2005. Muri’fah dan Herdianto. 1992. Sugeng,Santosa. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rineka Cipta. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/konsep-dasar-menu-seimbang.html http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php?view=penelitian/hasilcari&status=buka&id_haslit=IbW /001.11/DWI/p
10