Penyesuaian Diri Siswa .... (Antonius Setiaji Hardono) 196
PENYESUAIAN DIRI SISWA DROP OUT DARI SEKOLAH MENENGAH SEMINARI SELF-ADJUSTMENT OF DROP OUT STUDENT FROM SEMINARY HIGH SCHOOL Oleh : Antonius Setiaji Hardono, Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Oleh: Yogyakarta,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian diri siswa drop out dari Sekolah Menengah Seminari. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan metodologi studi kasus. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (a). Ketiga subjek mengalami perubahan yang sama dengan remaja pada umumnya. (b). Perubahan psikologis yang dialami ketiga subjek adalah mereka memiliki kemampuan mengolah emosi dengan baik. (c). Ketiga subjek merasa nyaman berada di lingkungan yang baru dan menerima realitas bahwa mereka sudah bukan siswa Seminari lagi. Ketiga subjek memiliki kemampuan mengatasi stress dan kecemasan yang baik sehingga masalah yang ada tidak menjadi beban yang berkelanjutan. Ketiga subjek menyadari bahwa mereka memiliki kelebihan dan ada hal yang menarik dari diri mereka. Ketiga subjek memiliki cara yang sama dalam mengekspresikan emosinya. Ketiga subjek memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman mereka. Kata kunci: penyesuaian diri, siswa drop out, Sekolah Menengah Seminari. Abstract The aim of this research is to understand the self-adjustment of drop out student from Seminary high school.This research used the qualitative study, with methodology case study. Data collection method used interviews and observation.The validity of data was undertaken by using the method triangulation sources and methods.The result of this research shows that: (a) Three subject experienced the same changes with teens in general. (b) Psychological changes experienced by the three subjects are that they have the ability to process emotions well. (c) Three subjects felt comfortable with new environtment and accept the reality that they are not Seminary students anymore. Three subject had three good abilities to cope stress and anxiety well, so their problems not become sustainable burden . Three subjects realized that they have excess and interesting things from themselves. Three subjects had a good relationship with their family and friends. Keywords: self adjustment, drop out student, Seminary High School
satu tempat ataupun ruang bagi individu untuk
PENDAHULUAN dan
belajar hidup bersosial atau hidup bermasyarakat,
membuktikan
agar kelak ketika sudah menjadi manusia dewasa
bahwa pendidikan terbuka untuk siapa saja.
individu tersebut dapat berinteraksi secara baik
Seorang laki-laki dituntut untuk dapat menerima
dengan masyarakat di lingkungannya.
Kesetaraan perempuan
dalam
antara pendidikan
laki-laki
kehadiran perempuan dan begitu pula sebaliknya.
Sistem pendidikan sekolah saat ini yang
Manusia yang merupakan makhluk sosial harus
berhubungan dengan pembedaan jenis kelamin
dapat hidup dengan manusia lain yang berbeda
yang ada di dalamnya disebut dengan istilah ko-
jenis kelamin dan memiliki sifat yang berbeda-
edukasi dan non ko-edukasi. Pendidikan ko-
beda. Dalam hal ini, sekolah merupakan salah
edukasi
adalah
sistem
pendidikan
yang
memberikan pelajaran kepada anak laki-laki dan
197 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun Ke-5 2016
perempuuan secara bersama-sama di dalam satu
kelas tiga. Selama menjadi siswa di Sekolah
ruang,
campuran.
Menengah Seminari, semua siswa wajib masuk
Sedangkan pendidikan non ko-edukasi adalah
asrama yang sudah disediakan oleh pihak
sistem pendidikan yang memberikan pelajaran
sekolah.
atau
disebut
pendidikan
kepada anak laki-laki saja atau anak perempuan
Meskipun tujuan utama dari Sekolah
saja (Epul, 2011). Kedua sistem pendidikan
Menengah
tersebut
siswanya untuk menjadi pelayan keagamaan
sosial
akan siswa
mempengaruhi yang
pada
perkembangan
adalah
mempersiapkan
akan
(Pastor), namun tidak semua siswa yang sudah
menentukan peran profesional mereka dalam
berhasil masuk Sekolah Menengah Seminari akan
bermasyarakat.
sekolah
menjadi seorang Pastor. Hal tersebut dikarenakan
calon
siswa yang dinilai tidak mampu mengikuti proses
pastor) merupakan beberapa contoh tempat
pembelajaran di Sekolah Menengah Seminari
berlangsungnya proses pembelajaran bagi para
akan dikeluarkan (drop out) dari sekolah ataupun
remaja yang memakai sistem pendidikan non ko-
tidak naik kelas, dalam Sekolah Menengah
edukasi.
Seminari tidak naik kelas berarti juga harus
Pondok
biarawan-biarawati,
gilirannya
Seminari
pesantren,
seminari
(sekolah
Sekolah Menengah Seminari merupakan
keluar dari sekolah. Selain dikeluarkan dari
satu
sistem
sekolah dan tidak naik kelas, terdapat juga siswa
pendidikan non ko-edukasi, di mana seluruh
yang mengundurkan diri karena merasa tidak
siswa Sekolah Menengah Seminari tersebut
mampu
merupakan remaja laki-laki. Seminari adalah
Sekolah Menengah Seminari, sehingga siswa
tempat pendidikan bagi calon rohaniwan Katholik
tersebut mengundurkan diri dari sekolah.
salah
contoh
sekolah
dengan
mengikuti
proses
pembelajaran
di
yang mendidik para siswanya untuk menjadi
Siswa yang drop out dari Sekolah
seorang Pastor. Di Gereja Katholik terdapat dua
Menengah Seminari dan ingin melanjutkan
jenjang seminari, yaitu Seminari menengah
pendidikannya
(setara dengan SMA) dan Seminari tinggi (setara
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
dengan perguruan tinggi). Gelar akademik dari
Hal tersebut dikarenakan lingkungan Sekolah
sekolah-sekolah
Roma
Menengah Seminari berbeda dengan lingkungan
biasanya diberikan oleh sebuah Universitas
sekolah umum. Seluruh siswa Sekolah Menengah
Kepausan, sementara di kalangan Seminari
Seminari memiliki jenis kelamin yang sama yaitu
Katholik
gelar
laki-laki, memeluk agama yang sama yaitu agama
akademiknya diatur oleh Departemen Pendidikan
Katholik, dan seluruh siswa diarahkan untuk
Nasional
umum
menjadi seorang Pastor. Meskipun demikian tidak
lainnya. Sekolah Menengah Seminari memiliki
semua siswa masuk ke Sekolah Menengah
empat jenjang kelas sehingga ditempuh dalam
Seminari atas kemauannya sendiri, sehingga pada
empat tahun masa pendidikan, yaitu kelas nol
dasarnya tidak semua siswa berminat untuk
(jenjang kelas dasar), kelas satu, kelas dua, dan
menjadi seorang Pastor. Selain itu Sekolah
di
Seminari
Indonesia
seperti
di
Katholik
pemberian
sekolah-sekolah
ke
sekolah
umum
harus
Penyesuaian Diri Siswa .... (Antonius Setiaji Hardono) 198
Menengah Seminari juga mewajibkan siswanya
dan mempunyai keinginan untuk menjadi seorang
untuk masuk asrama, sehingga membuat para
Pastor
siswa
memantaskan diri agar bisa menjadi seorang
jarang
bersosialisasi
berkomunikasi
dengan
lingkungan
ataupun di
luar
Oleh
untuk
karena
itu
peneliti
memilih
fenomena tentang penyesuaian diri siswa drop
Menengah Seminari, terdapat kasus drop out
out dari Seminari dikarenakan ingin mengetahui
siswa dari Sekolah Menengah Seminari, dan
lebih luas tentang bagaimana para siswa yang
siswa
yang
drop out dari Sekolah Menengah Seminari,
mempunyai impian besar untuk menjadi seorang
khususnya bagi siswa yang memiliki cita-cita
Pastor. Siswa tersebut otomatis harus mencari
untuk menjadi Pastor (masuk Sekolah Menengah
sekolah baru untuk melanjutkan pendidikannya
Seminari tanpa paksaan dari pihak lain), dalam
dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya
yang baru. Seseorang yang hari-harinya selalu
yang
bersama teman-teman seperjuangan, se-agama,
Seminari, di mana di lingkungan Seminari setiap
dan yang sebagian besar mempunyai mimpi yang
hari hanya berinteraksi dengan seminaris (para
sama harus merubah hidupnya untuk memulai
siswa Seminari), pengurus, dan pelayan seminari,
lembaran hidup yang baru. Pada dasarnya siswa
dan sangat jarang berinteraksi dengan lingkungan
Sekolah Menengah Seminari adalah individu laki-
di luar Seminari.
merupakan
dengan
dirinya
Sekolah
tersebut
kaitannya
menyiapkan
Pastor.
Seminari. . Dalam
akan
individu
sangat
berbeda
dengan
lingkungan
laki yang berada dalam masa remaja. Siswa yang drop out dari sekolah menengah Seminari memiliki beban yang berbeda dengan siswa yang drop out dari sekolah menengah biasa. Terlebih siswa drop out dari sekolah menengah Seminari yang pada dasarnya masuk Seminari atas dasar keinginan sendiri dan mempunyai cita-cita untuk menjadi pelayan Gereja yaitu menjadi Pastor. Menjadi seorang Pastor berarti mengabdikan seluruh hidupnya untuk Gereja, yaitu tidak boleh menikah, hidup bersama pelayan Gereja lainnya hingga akhir
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian Kualitatif dan menggunakan metodologi Studi Kasus. Burhan Bungin (2006:20), mendefinisikan studi kasus adalah suatu studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci, dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalahmasalah
atau
fenomena
yang
bersifat
kontemporer, kekinian.
masa hidupnya, tidak memiliki pekerjaan seperti orang-orang pada umumnya, dan sehari-hari menjadi seorang pelayan keagamaan. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa seorang siswa yang masuk sekolah menengah Seminari
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak ditemukan siswa drop out Menengah Seminari yang
di provinsi dikarenakan dari Sekolah melanjutkan
199 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun Ke-5 2016
sekolahnya di Yogyakarta ataupun siswa tersebut berasal dari Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-April 2016.
dari Sekolah Menengah Seminari. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui
Subjek Penelitian Subyek penelitian yang dimaksud adalah siswa drop out dari Sekolah Menengah Seminari. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Siswa yang drop out dari Sekolah Menengah
penelusuran
literatur
buku
dan
referensi pendukung penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusuran rancanngan penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Tahap pra lapangan berlangsung
Seminari. 2. Setelah drop out siswa tersebut melanjutkan sekolahnya
di
sekolah
umum
dan
menggunakan sistem pendidikan campuran (terdapat semua jenis kelamin didalamnya). 3. Siswa tersebut sedang berada pada masa
pada bulan November 2015. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Dalam tahap ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam rangka pengumpulan data. Tahap pekerjaan lapangan berlangsung pada bulan Februari 2015.
remaja. 4. Siswa yang drop out tersebut sebelumnya memiliki keinginan yang besar untuk menjadi seorang Pastor namun akhirnya harus di drop
5. Siswa tersebut memiliki keinginan untuk menjadi Pastor sejak sebelum masuk Sekolah Menengah Seminari, sehingga masuk di Menengah
Seminari
atas
3. Tahap Analisis Data Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis
out dari Sekolah Menengah Seminari.
Sekolah
informasi tentang kehidupan siswa drop out
dasar
keinginan sendiri tanpa paksaan dari pihak
data kualitatif sampai pada interpretasi datadata yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan dengan teori kepustakaan. Tahap analisis data berlangsung pada bulan Maret 2016.
lain.
4. Tahap Evaluasi dan Pelaporan Prosedur Menurut Moleong (2007: 127), ada empat
Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan
tahapan dalam pelaksanaan penelitian, yaitu
pembimbing yang telah ditentukan.
konsultasi dan pembimbingan dengan dosen
sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapangan
Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengadakan survey pendahuluan yakni
dengan
mencari
subyek
sebagai
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang akan peneliti
narasumber. Selama proses survey ini peneliti
gunakan adalah sebagai berikut:
melakukan penjajagan lapangan (field study)
1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
terhadap latar penelitian, mencari data dan
Penyesuaian Diri Siswa .... (Antonius Setiaji Hardono) 200
Wawancara
adalah
percakapan
dengan
digunakan pada data kualitatif terdahulu
maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
yang
dan
Dalam penelitian ini akan diungkap
yang
mengenai makna dari data yang dikumpulkan.
memberikan jawaban atas pertanyaan itu
Dari data tersebut akan diperoleh kesimpulan
(Moleong, 2007:186).
tentative,
Observasi
sehingga
Burhan H.M Bungin (2007:115) berpendapat
diverifikasi. Verifikasi dilakukan dengan
bahwa
kemampuan
melihat kembali reduksi data maupun display
menggunakan
data sehingga kesimpulan yang diambil tidak
hasil
kerja
menyimpang.
dibantu
dengan
mengajukan
pewawancara
2.
adalah dalam bentuk teks naratif.
pertanyaan
(interviewee)
observasi
seseorang
adalah
untuk
pengamatannya pancaindra
melalui
mata
serta
pancaindra lainnya. Sebelum melaksanakan
dengan
subjek
kaku
dan
kesimpulan
meragukan,
tersebut
perlu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pengamatan ini peneliti akan mengadakan pendekatan
kabur,
Gambaran
penyesuaian
diri
terhadap
penelitian
perubahan fisik dan psikologis pada masa remaja
sehingga terjadi keakraban antara peneliti
dan kriteria penyesuaian diri yang baik pada
dengan subjek penelitian.
siswa drop out dari Sekolah Menengah Seminari dapat dijelaskan sebagai berikut:
Teknik Analisis Data
1.
Teknik analisis data yang digunakan
Penyesuaian Diri terhadap Perubahan Fisik
dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep
Struktur jasmani merupakan kondisi
Milles & Huberman (1992:20) yaitu interactive
yang primer dari tingkah laku yang penting
model yang mengklarifikasikan analisis data
bagi proses penyesuaian diri (Enung dalam
dalam tiga langkah yaitu:
Muchlisin Riadi, 2013). Subjek TH merasa
1. Reduksi data (Data Reduction) Reduksi
data
mengalami perubahan dalam tubuh setelah proses
keluar dari Seminari yaitu tubuh TH menjadi
pada
berisi. Hal tersebut menurut TH dikarenakan
dan
di rumah TH bisa mengatur pola makannya
transformasi data kasar yang muncul dari
sendiri tanpa berpatokan pada aturan seperti
catatan-catatan tertulis di lapangan.
yang sudah ia jalani di Seminari. Pernyataan
pemilahan,
yaitu
pemusatan
penyederhanaan,
suatu perhatian
pengabstrakan
2. Penyajian data (Display Data) Data
ini
tersusun
dari
sedemikian
TH
tersebut
berlawanan
dengan
rupa
pernyataan dari subjek AN yang merasa lebih
sehingga memberikan kemungkinan adanya
kurus dibanding ketika masih berada di
penarikan
kesimpulan
pengambilan
Seminari. Hal tersebut dikarenakan pola
tindakan.
Adapun
yang
makan AN tidak teratur ketika hidup di luar
dan
bentuk
lazim
201 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun Ke-5 2016
Seminari. Subjek RG mengalami perubahan
unek-uneknya dalam sebuah buku diary.
pada tinggi badan setelah drop out dari
Subjek TH dan RG berpendapat bahwa
Seminari. Subjek RG dan AN memiliki
mereka memiliki bekal yang cukup dari
kesamaan dalam perubahan pada bagian
Seminari untuk mengelola emosinya dengan
wajah, yaitu mulai tumbuhnya kumis dan
baik.
jenggot. 2.
3.
Penyesuaian Diri terhadap Perubahan
Aspek-aspek Penyesuaian Diri a. Persepsi terhadap realitas Aspek penyesuaian diri pada masa
Psikologis Banyak
faktor
yang
remaja yang pertama adalah persepsi
mempengaruhi penyesuaian diri antar lain
terhadap realitas. Orang yang memiliki
pengalaman, aktualisasi diri, frustasi, depresi,
penyesuaian diri yang baik memiliki
dan sebagainya (Enung dalam Muchlisin
persepsi yang relatif objektif dalam
Riadi, 2013). Subjek TH, RG, dan AN
memahami realita. Persepsi yang objektif
masing-masing
ini adalah bagaimana orang mengenali
tidak
psikologis
mermiliki
beban
psikologis yang disebabkan kasus drop out
konsekuensi-konsekuensi
dari Sekolah Menengah Seminari yang
lakunya dan mampu bertindak sesuai
mereka alami. Pengalaman drop out dari
dengan konsekuensi tersebut (Siswanto
Sekolah Menengah Semianri tidak membuat
2007: 37). Ketiga subjek merasa nyaman
ketiga subjek mengalami frustasi dan depresi
berada di lingkungan yang baru dan dapat
yang berlebihan.
menerima realitas bahwa mereka sudah
Ketiga subjek penelitian ini dapat
tingkah
bukan siswa Seminari. Subjek RG pada
mengolah emosinya dengan baik sehingga
awalnhya
kesulitan
untuk
mampu menyesuaikan diri di lingkungan
realitas bahwa ia sudah tidak lagi hidup
yang baru. Masing-masing subjek memiliki
di Seminari. Namun seiring berjalan
cara tersendiri dalam mengelola emosinya.
waktu RG mampu menerima realitas
Subjek TH mengelola emosinya dengan cara
hidup di lingkungan yang baru. Subjek
merefleksikan dan mengolah emosi agar
TH sebelum drop out dari Seminari
tidak merugikan atau menyakiti semua pihak.
sudah
Subjek RG berpendapat sama seperti TH
masuk dalam lingkugan baru, sehingga ia
yaitu mengolah emosinya dengan cara
tidak kesulitan lagi untuk menyesuaikan
merefleksikannya. RG merasa mempunyai
diri. Subjek AN menyadari kenyataan
tanggung jawab untuk menjaga nama baik
bahwa ia sudah berada dalam lingkungan
eks-Seminari sehingga ia harus mampu
yang berbeda dan berbekal pengalaman
mengolah emosi dengan baik. Subjek AN
serta ilmu dari Seminari, AN mampu
memiliki cara yang berbeda dalam mengolah
menjadi pribadi yang percaya diri untuk
emosinya yaitu dengan cara menuliskan
beradaptasi.
mempersiapkan
diri
menerima
sebelum
Penyesuaian Diri Siswa .... (Antonius Setiaji Hardono) 202
b. Kemampuan
mengatasi
stress
dan
kecemasan
kecemasan. Kadang mereka justru belajar untuk
Aspek
yang
kedua
kemampuan
mengatasi
kecemasan.
Mempunyai
adalah
stress
mentoleransi
kecemasan
yang
tekanan
dialami
dan
dan
mau
dan
menunda pemenuhan kepuasan selama
kemampuan
itu diperlukan demi mencapai tujuan
mengatasi stress dan kecemasan berarti
yang lebih penting sifatnya (Siswanto,
individu mampu mengatasi masalah-
2007: 37).
masalah yang timbul dalam hidup dan mampu
menerima
kegagalan
c. Gambaran diri yang positif
yang
Aspek
yang
ketiga
adalah
dialami (Runyon dan Haber, dalam
gambaran diri yang positif. Gambaran
Novikarisma, 2007:20). Ketiga subjek
diri
mengalami kecemasan ketika masuk
penilaian individu tentang dirinya sendiri.
dalam lingkungan yang baru. Namun
Individu mempunyai gambaran diri yang
masing-masing
positif melalui penilaian pribadi maupun
kemampuan
subjek
memiliki
berkaitan
dengan
melalui penilaian orang lain, sehingga
kecemasan yang baik sehingga tidak
individu dapat merasakan kenyamanan
menjadi
psikologis (Runyon dan Haber dalam
beban TH
stress
positif
dan
Subjek
mengatasi
yang
yang
berkelanjutan.
mengatasi
kecemasan
dengan
menajlani
semuanya
cara
stress
dan
Novikarisma, 2007:20). Ketiga subjek
rileks
dan
menyadari
mereka
memiliki
tenang.
kelebihan dan ada hal yang menarik dari
Selain itu subjek TH tidak terlihat cemas
diri mereka. Dengan demikian mereka
ketika sedang berada di lingkungan
memiliki gambaran diri yang positif.
sekolah yang baru dan terlihat memiliki
Ketiga subjek memiliki kelebihan yang
kepercayaan diri yang tinggi. Subjek RG
sama yaitu dalam hal kepercayaan diri
lebih menekankan untuk selalu berpikir
yang membuat ketiga subjek dapat
positif dalam mengatasi kecemasannya.
membaur dengan lingkungan yang baru.
Sedangkan subjek AN berusaha untuk
Selain keprcayaan diri, subjek RG dan
mengatasi
kecemasan
dengan
cara
AN memiliki kelebihan dalam bermain
memahami
karakter
orang-orang
di
musik. Semua kelebihan dari para subjek
sekitarnya dan menyesuaikan diri dengan
merupakan bekal mereka dari Sekolah
orang-orang yang memiliki karakter yang
Menengah
berbeda-beda. Pada dasarnya setiap orang
mempunyai harapan yang sama yaitu
tidak senang bila mengalami tekanan dan
mendapatkan hal yang positif dan dapat
kecemasan. Namun orang yang mampu
berkembang di lingkungan mereka yang
menyesuaikan
baru.
diri
dengan
bahwa
tidak
selalu
menghindari munculnya tekanan dan
Seminari.
Ketiga
subjek
d. Kemampuan mengekspresikan emosi
203 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun Ke-5 2016
Aspek
yang
keempat
kemampuan
mengekspresikian
dengan
baik.
adalah
menyenangkan tersebut dengan baik dan
emosi
tidak dengan emosi.
Kemampuan
masing-masing
Ketiga subjek
diterima
dalam
mengekspresikan emosi dengan baik
kelompoknya dan masing-masing mampu
berarti individu memiliki ekspresi emosi
menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan kontrol emosi yang baik (Runyon
yang baru. Masing-masing subjek juga
dan Haber dalam Novikarisma, 2007:20).
memiliki cara tersendiri agar dapat
Orang yang dapat menyesuaikan diri
diterima dalam kelompoknya. Dengan
dengan
demikian
baik
dicirikian
memiliki
ketiga
subjek
memiliki
kehidupan emosi yang sehat. Orang
kemampuan mengekspresikan emosinya
tersebut
dengan baik.
mampu
menyadari
dan
merasakan emosi atau perasaan yang saat itu
dialami
serta
mampu
e. Hubungan interpersonal
untuk
Aspek
yang
kelima
mengekspresikan perasaan dan emosi
hubungan
tersebut dalam spectrum
yang luas
Memiliki hubungan interpersonal yang
(Siswanto, 2007: 37). Ketiga subjek
baik berkaitan dengan hakekat individu
memiliki
dalam
sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir
masing-
bergantung pada orang lain. Individu
masing yaitu dengan santai dan tidak
yang memiliki penyesuaian diri yang baik
menjadikannya
TH
mampu membentuk hubungan dengan
menyikapi semua masalahnya dengan
cara yang berkualitas dan bermanfaat
santai, dewasa, dan tidak emosional. Hal
(Runyon dan Haber dalam Novikarisma,
tersebut juga di lakukan oleh subjek RG,
2007:20). Subjek TH, RG dan AN
yaitu ketika RG mendapat perlakuan
memiliki hubungan yang baik dengan
kurang
ia
keluarga dan teman di sekitarnya. Subjek
menanggapinya dengan santai dan tidak
TH jarang mempunyai masalah yang
emosi. Subjek AN menanggapi perlakuan
berat
dan perkataan yang tidak menyenangkan
sekalipun ada masalah itu hanya masalah
dari
yang ringan dan mampu ia selesaikan
cara
mengekspresikan
yang
sama
emosinya
beban.
Subjek
menyenangkan,
teman-temannya
dengan
tidak
menjadikannya beban.
interpersonal
dengan
keluarga
yang
adalah
dan
baik.
teman,
dengan baik. Dari subjek RG, meskipun
Ketiga subjek pernah mendapatkan
keluarga kaget karena RG drop out dari
perlakuan dan perkataan yang kurang
Seminari, namun keluarga akhirnya bisa
menyenangkan terkait kasus drop out dari
menerimanya dan tidak mempengaruhi
sekolah Seminari yang mereka alami.
hubungan RG dengan kelaurga. RG pun
Namun ketiga subjek mampu menyikapi
tidak pernah memiliki masalah yang
perkataan
serius dengan teman-temannya. Senada
dan
perlakuan
kurang
Penyesuaian Diri Siswa .... (Antonius Setiaji Hardono) 204
dengan RG, keluarga dari subjek AN
terbentuknya remaja laki-laki sebagai bentuk
merasa kecewa dengan kasus drop out
khas laki-laki. Ketiga subjek juga mengalami
yang AN alami, namun hal tersebut tidak
perubahan bentuk tubuh yang berbeda-beda
mempengaruhi hubungan AN dengan
setelah drop out dari Sekolah Menengah
keluarga. AN adalah pribadi yang tidak
Seminari. Postur tubuh subjek TH menjadi
terbuka, sehingga ia jarang bercerita
lebih berisi setelah drop out dari Seminari
tentang masalahnya dengan keluarga
dikarenakan ia bisa mengatur pola maknnya
maupun teman. Mesikipun demikian, AN
sendiri tanpa harus mengikuti aturan seperti
memiliki hubungan yang baik dengan
yang ia jalani ketika masih di Seminari.
teman-temannya.
Subjek RG mengalami peningkatan tinggi
Berdasarkan uraian di atas, ketiga
badan setelah drop out dari Seminari dan hal
subjek dapat menyesuaikan diri dengan
tersebut adalah hal yang wajar bagi seorang
baik.
dibuktikan
remaja. Sedangkan subjek AN mengalami
dengan hubungan masing-masing subjek
penururnan berat badan setelah drop out dari
dengan keluarga dan teman mereka yang
Seminari dikarenakan ia tidak bisa mengatur
harmonis
pola makannya selama berada di lingkungan
Hal
tersebut
dan
dapat
tidak
pernah
muncul
masalah yang serius. Siswanto (2007: 37),
yang
berpendapat
yang
perubahan tersebut secara biasa dan santai,
memiliki penyesuaian diri yang baik
mereka menikmati perubahan tersebut karena
mampu mencapai tingkat keintiman yang
menurut mereka hal tersebut wajar dan
tepat dalam suatu hubungan sosial. Dia
manusiawi.
bahwa
individu
mampu bertingkah laku secara berbeda terhadap orang yang berbeda karena kedekatan
relasi
interpersonal
2.
baru.
subjek
menanggapi
Penyesuaian Diri terhadap Perubahan Psikologis pada Masa Remaja
antar
mereka yang berbeda pula.
Ketiga
Perubahan psikologis yang dialami ketiga
subjek
adalah
mereka
memiliki
kemampuan mengolah emosi dengan baik SIMPULAN DAN SARAN
sehingga
Simpulan Berdasarkan
menyesuaikan diri di lingkungan mereka hasil
penelitian
yang
membuat
para
subjek
dapat
yang baru. Subjek TH dan subjek RG
dilakukan kepada tiga siswa drop out dari
mengolah
Sekolah Menengah Seminari, dapat diketahui
merenung dan merefleksikannya agar dapat
gambaran penyesuaian diri ketiga subjek sebagai
mengatasi masalahnya dengan baik dan tidak
berikut:
merugikan semua pihak. Sedangkan subjek
1.
Penyesuaian Diri terhadap Perubahan
AN
Fisik pada Masa Remaja
masalahnya dalam sebuah catatan seperti
Ketiga subjek mengalami perubahan sama dengan remaja pada umumnya yaitu
emosi
memilih
mereka
untuk
dengan
menulis
cara
masalah-
buku diary. Subjek TH dan subjek RG
205 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun Ke-5 2016
berpendapat bahwa mereka memiliki bekal
3.
Aspek
yang
ketiga
memiliki
yang cukup dari Seminari untuk dapat
gambaran diri yang positif. Ketiga subjek
mengolah emosi mereka di lingkungan luar
menyadari bahwa mereka memiliki kelebihan
Seminari.
dan ada hal yang menarik dari diri mereka.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Dengan
Aspek
penyesuaian
mereka
memiliki
yang
gambaran diri yang positif. Ketiga subjek
pertama adalah persepsi terhadap realitas.
memiliki kelebihan yang sama yaitu dalam
Ketiga subjek merasa nyaman berada di
hal kepercayaan diri. Selain keprcayaan diri,
lingkungan yang baru dan menerima realitas
subjek RG dan AN memiliki kelebihan
bahwa mereka sudah bukan siswa Seminari
dalam bermain musik. Semua kelebihan dari
lagi. Pada awalnya subjek RG merasa kaget
para subjek merupakan bekal mereka dari
berada di lingkungan yang baru, namun
Sekolah Menengah Seminari. Ketiga subjek
seiring
mempunyai
berjalannya
waktu
diri
demikian
ia
mampu
harapan
yang
sama
yaitu
menyesuaikan diri. Berbekal persiapan yang
mendapatkan hal yang positif dan dapat
matang, pengalaman dan ilmu dari Seminari,
berkembang di lingkungan mereka yang
subjek
baru.
TH
dan
subjek
AN
mampu
beradaptasi di lingkungan yang baru. Aspek
kedua
Keempat
dapat
dapat
mengekspresikan emosi dengan baik. Ketiga
mengatasi stress dan kecemasan. Ketiga
subjek memiliki cara yang sama dalam
subjek mengalami kecemasan ketika masuk
mengekspresikan emosinya masing-masing
dalam
yaitu dengan santai dan tidak menjadikannya
lingkungan
adalah
yaitu
yang
baru.
Namun
masing-masing subjek memiliki kemampuan
beban.
mengatasi stress dan kecemasan yang baik
masalahnya dengan santai, dewasa, dan tidak
sehingga
emosional.
tidak
menjadi
beban
yang
Subjek
TH
menyikapi
Subjek
RG
semua
menanggapi
berkelanjutan. Subjek TH mengatasi stress
masalahnya dengan santai dan tidak emosi.
dan kecemasan dengan cara rileks dan
Subjek AN menanggapi perlakuan dan
menajalani semuanya dengan tenang. Subjek
perkataan yang tidak menyenangkan dari
RG lebih menekankan untuk selalu berpikir
teman-temannya
positif
menjadikannya beban.
dalam
Sedangkan
mengatasi
subjek
kecemasannya.
AN
berusaha
untuk
mengatasi
kecemasan
dengan
cara
memahami
karakter
orang-orang
Aspek hubungan
dengan
yang
interpersonal
tidak
kelima
yaitu
yang
baik.
di
Berdasarkan hasil penelitian ketiga subjek
sekitarnya dan menyesuaikan diri dengan
dapat menyesuaikan diri dengan baik. Hal
orang-orang yang memiliki karakter yang
tersebut dapat dibuktikan dengan hubungan
berbeda-beda.
masing-masing subjek dengan keluarga dan teman mereka yang harmonis dan tidak
Penyesuaian Diri Siswa .... (Antonius Setiaji Hardono) 206
pernah muncul masalah yang serius. Subjek
dorongan agar siswa mampu menjadi pribadi
TH jarang mempunyai masalah yang berat
yang baik di lingkungan yang baru dan yang
dengan keluarga dan teman, sekalipun ada
lebih multikultural.
masalah itu hanya masalah yang ringan dan mampu ia selesaikan dengan baik.
3.
Bagi Masyarakat
Dari
Bagi masyarakat hendaknya dapat
subjek RG, meskipun keluarga kaget karena
membantu memberikan dukungan pada siswa
RG Drop Out dari Seminari, namun keluarga
Drop Out dari Sekolah Menengah Seminari
akhirnya
tidak
untuk dapat menyesuaikan diri dan tidak
dengan
menjadikan siswa tersebut sebagai bahan
bisa
menerimanya
mempengaruhi
hubungan
dan
RG
kelaurga. RG pun tidak pernah memiliki masalah
yang
serius
dengan
ejekan atau bulyan.
teman-
temannya. Keluarga dari subjek AN merasa kecewa dengan kasus Drop Out yang AN alami,
namun
mempengaruhi
hal hubungan
tersebut
tidak
AN
DAFTAR PUSTAKA Agoes Dariyo. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia
dengan
keluarga. AN adalah pribadi yang tidak terbuka, sehingga ia jarang bercerita tentang masalahnya dengan keluarga maupun teman.
Ang Epul. (2011). Ko-Edukasi Dalam Pendidikan .http://www.scribd.com/doc/59168788/Ko -Edukasi-Dalam-Pendidikan#scribd. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2015 pukul 21:00 WIB.
Mesikipun demikian, AN memiliki hubungan Burhan H.M Bungin. (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
yang baik dengan teman-temannya. Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Bagi
siswa
drop
out
dari
.(2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonom KebijakanPublik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: kencana Prenada Media Group.
Sekolah Dedy Mulyana. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Menengah Semianri. Bagi siswa Drop Out dari Sekolah Menengah Seminari hendaknya menjadi
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Bandung: Refika Aditama
Sosial.
individu yang baik dan mampu menjadi teladan yang positif sehingga dapat menjaga nama baik Seminari. 2.
Bagi Orang Tua Sebagai orang tua dari siswa Drop Out
dari
Sekolah
Menengah
Seminari
Miles B Matthew B., & Huberman, Michael. (1992). Analisa Data Kualitatif. (Alih bahasa:Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Rev.ed. Bandung: Rosdakarya.
hendaknya memberikan pengertian tentang penyesuaian diri yang baik dan memberikan
Penelitian PT.Remaja
.(2010). Kualitatif. Rosdakarya.
Metodologi Bandung:
207 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun Ke-5 2016
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Rita Eka Izzaty dkk. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Samiaji Sarosa. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: Indeks. Siti Sundari. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta. . (1998). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Andi Mahasatya. Sulisworo Kusdiyati & Lilim Halimah. (2011). Penyesuaian Diri di Lingkunagn Sekolah Pada Siswa Kelas XI SMA 2 Pasundan Bandung. Jurnal Vol: VIII No. 2. Sunarto & Agung Hartono. (1999). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno Hadi. (1994). Metodologi Research II. Yogyakarta: PP UGM.