Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Makalah Utama 4 PENYEDIAAN VARIETAS UNGGUL ANGGREK MELALUI INOVASI PEMULIAAN (PREPARING SUPERIOR ORCHID VARIETY THROUGH BREEDING INNOVATION) Kartikaningrum, S Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jl. Ragunan No. 29A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540 E-mail:
[email protected].
ABSTRAK. Anggrek merupakan kelompok tanaman hias dengan keragaman morfologi yang sangat luas. Anekaragam bentuk disertai dengan variasi bunga yang mengagumkan menjadikan tanaman anggrek populer dalam perdagangan florikultura. Phalaenopsis, Dendrobium,Vanda, Oncidium, Cymbidium dan Paphiopedilum merupakan komoditas penting di pasar global. Nilai ekonomi yang tinggi dan potensi anggrek yang besar membuat pemulia anggrek terus mencoba mengembangkan varietas baru yang dapat diterima pasar. Program pemuliaan didesain untuk memperbaiki ukuran dan warna bunga, ketahanan bunga, panjang tangkai bunga, bentuk daun, mudah dibudidayakan, ketahanan terhadap hama penyakit, dan viabilitas biji yang dihasilkan. Selama ini, varietas-varietas baru anggrek diperoleh melalui metode pemuliaan tradisional, tetapi metode tersebut membutuhkan waktu yang lama dalam menghasilkan varietas unggul baru (3-6 tahun), juga berhadapan dengan masalah inkompatibilitas, tingkat ploidy, dan hambatan sebelum dan sesudah fertilisasi. Selain itu teknik ini tidak dapat memanipulasi karakter spesifik, seperti ketahanan mekar bunga dan umur berbunga untuk memenuhi permintaan konsumen. Metode lain seperti pemuliaan genom, poliploidisasi dan transformasi genetik adalah metode yang mampu mengatasi hambatan yang dihadapi metode tradisional dalam menciptakan vareitas baru. Aplikasi berbagai metode tersebut yang disertai dengan pemanfaatan sumber daya genetik diharapkan dapat diperoleh varietas unggul baru dengan karakter unik. Kata-kata kunci: Anggrek, pemuliaan, genom, poliploidisasi, transformasi
ABSTRACT. Orchid is an ornamental plant group with high morphological diversity. The diversity in form along with their amazing blooms has made many orchid species and hybrids popular in the global floricultural trade. Phalaenopsis, Dendrobium,Vanda, Oncidium, Cymbidium and Paphiopedilum are important commodities in the global market. The high economic value and large potential oforchid genetic resources bring the breeder continually trying to develop new varieties acceptedin the market. Breeding programs are designed to improve the size and color of the flowers, longevity, stalk length, leaf shape, easy of cultivation, disease resistance and viability of seeds. Till this moment, new superior varieties are resulted from traditional breeding method, however, the method need longer time in producing new superior varieties (3-6 years), also faced by incompatibility, ploidy level, and pre and post fertilization barrier. In addition the technique also is not able to manipulate specific characters such as vase life and flower age suitable with consumer preference. Other methods viz, genome breeding, polyploidization and genetictransformation are applied to overcome the traditional method barrier in creating new varieties. Application of all those methods accompanied by utilization of orchid genetic resources expected can result new superior varietieswith unique characters. Keywords: Orchid, breeding, polyploidization, and transformation
40
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
PENDAHULUAN Orchidaceae merupakan salah satu famili tanaman berbunga terbesar yang memiliki 800 genera dan lebih dari 25.000 spesies (Arditti 1992). Keberhasilan program pemuliaan ditentukan oleh pemilihan materi tetua yang akan disilangkan dalam pasangan-pasangan yang terpilih, tergantung pada ketersediaan kisaran materi yang luas dalam program, pemilihan metode persilangan yang tepat dan diikuti dengan evaluasi hasil persilangan. Pemuliaan anggrek dapat dilakukan melalui beberapa metode pemuliaan yaitu pemuliaan konvensional, pemuliaan poliploidi, pemuliaan genom, pemuliaan mutasi dan pemuliaan melalui transformasi genetik (trangenik). Pemuliaan konvensional/tradisional pada umumnya dilakukan dengan melakukan persilangan anggrek yang bertujuan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk bunga yang menarik, menciptakan mahkota bunga yang kompak dan berstekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, menghasilkan jumlah kuntum banyak dan mencegah kuntum bunga yang rontok dini akibat kelainan genetik serta meningkatkan produksi bunga. Oleh karena itu pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi berbunga tinggi dan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman lingkungan (Soedjono 1997; Tang & Chen 2008). Untuk mendapatkan hasil persilangan dengan karakter yang diinginkan, maka perlu memahami karakter-karakter yang dimiliki oleh tanaman induknya. Karakterkarakter pada tanaman ada yang bersifat dominan dan ada yang bersifat resesif. Misalnya pada Vanda tricolor sangat kuat mewariskan corak bintik dan aroma wanginya, Phalaenopsis amboinensis mewariskan warna kuning yang dominan. Keberhasilan persilangan juga ditentukan oleh kekerabatan tanaman dan terkait pula dengan perbedaan genom tanaman dan inkompatibilitas tanaman. Selain itu tingkat ploidi tanaman juga menentukan keberhasilan tanaman. PEMULIAAN ANGGREK PHALAENOPSIS Phalaenopsis meliputi 45 spesies yang dikelompokkan dalam 9 seksi berdasarkan karakter morfologi (Sweet 1980). Phalaenopsis sangat menarik karena distribusi genografisnya yang luas (dari pengunungan Himalaya, Asia Tenggara sampai Australia bagian utara) dan tingginya nilai komerisal komoditi ini (Kao et al. 2001). Spesiesspesies Phalaenopsis memiliki jumlah kromosom sama yaitu 2n = 2x = 38, dengan ukuran genom yang bervariasi. Ukuran kromosom terpanjang adalah Phalaenopsis violacea dan terpendek adalah Phalaenopsis amabilis (Shindo & Kamemoto 1963). Tipe anggrek Phalaenopsis menurut Fighetti (2005) dibagi 5 yaitu tipe standard, multiflora, novelty, miniatur hibrid dan spesies. Namun menurut Ginsberg (2005) Phalaenopsis dibagi menjadi standard dan non standard (novelty). Pada awalnya pemulia anggrek Phalaenopsis berkonsentrasi pada upaya mendapatkan anggrek bertipe standar dengan warna putih produktif serta tangkai kokoh. Namun selanjutnya arah pemuliaan difokuskan pada tipe standar dengan warna bunga yang lebih beragam, 41
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
seperti warna kuning, pink dan merah. Tipe standard terdiri atas bunga besar berwarna putih, semi alba, pink, candy stripe, French spot. Namun sebagian orang juga mengkategorikan multiflora pada tipe standard, dengan corak warna sama dengan tipe standard, tetapi berukuran kecil. Sedang tipe novelty biasanya berwarna merah, orange, kuning, dan bercorak bebas. Munculnya tipe novelty anggrek Phalaenopsis didasari oleh budaya orang Taiwan yang beranggapan warna putih merupakan simbol kematian, sehingga di Taiwan kurang populer. Namun akhir-akhir ini ada kecederungan pasar internasional mulai jenuh dengan tipe bunga yang ada. Konsumen menghendaki adanya penemuan tipe baru anggrek Phalaenopsis yang berbeda dengan tipe yang ada saat ini. Hal tersebut menjadi tantangan bagi para pemulia anggrek Phalaenopsis untuk menemukan tipe-tipe baru sesuai dengan preferensi konsumen di dalam dan luar negeri. Warna merah dan kuning menjadi arah pemuliaan anggrek di Taiwan dan menjadi prioritas utama, sedang ukuran dan jumlah kuntum menempati urutan kedua (Marwoto 2010). Tipe standar Phalaenopsis biasanya berasal dari Phal. amabilis, Phal. Rimestadiana dan Phal. aphrodite yang berwarna putih dan Phal. schilleriana yang berwarna pink. Melalui analisis pedigree 12 varietas Phalaenopsis standar putih produk Taisuco merupakan keturunan dari Phal amabilis, Phal. rimestadiana, Phal. aphrodite, Phal. schilleriana, Phal.stuartiana dan Phal. Sanderiana. Sedang varietas novelty atau disebut dengan Harlequin biasanya mempunyai corak spot dan totol dan biasanya tidak stabil. Tipe ini bervariasi dalam bentuk ukuran dan ditemukan bahwa temperatur sangat berpengaruh terhadap munculnya corak totol tersebut (Figheti 2004), makin dingin temperatur ekspresi totol makin meningkat. Tipe Harlequin dimulai di Taiwan pada saat Phal. Golden Peoker ”Brother” mulai di meriklon tahun 1990 an. Golden Peoker ini berasal dari 12 spesies Phalaenopsis, diantaranya Phal. gigantea, Phal. leuddemanniana, Phal. amboinensis dan Phal. Faciata dengan kontribusi genetikberturut-turut 25%, 18.75%, 12.5% dan 6.25%. (Tang & Chen 2008). Dari hasil survey preferensi konsumen diperoleh informasi bahwa tipe yang paling banyak digemari ialah Phalaenopsis bunga kecil yang dikombinasikan dengan karakter warna cerah dan beraroma wangi. Karakter tersebut diperoleh dari tetua P. violacea. Namun beberapa tahun kemudian terjadi perubahan preferensi pada tipe novelty dimana bunga yang disukai mengarah pada bunga yang berukuran kombinasi antar novelty dengan tipe standar. Meskipun demikian pada saat itu tipe bunga lama yang berwarna putih dan pink masih tetap bertahan diproduksi dalam jumlah besar sesuai permintaan pasar (Marwoto 2010). PEMULIAAN POLIPLOIDI PHALAENOPSIS Siklus pertumbuhan Phalaenopsis panjang (2-3 tahun). Menggunakan hibridisasi tradisional untuk mentransfer karakter-karakter yang berguna ke dalam varietas komersial membutuhkan waktu yang lama. Sementara beberapa spesies anggrek adalah cross-incompatibel, sehingga membatasi perbaikan tanaman. Sehingga pendekatan dan
42
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
teknik baru diperlukan untuk memproduksi Phalaenopsis superior untuk kebutuhan pasar. Untuk mendapatkan ukuran bunga yang besar, pemulia anggrek memanfaatkan kejadian endopoliploidi dalam tanaman anggrek (Hsu et al. 2012). Genom anggrek pada umumnya memiliki jumlah kromosom n=19. Satu set penuh materi genetik mengandung pasangan kromosom sehingga jumlah kromosom 2n = 2x= 38 yang disebut dengan tanaman diploid, maka bentuk triploidnya adalah 2n = 3x = 57 dan tetraploid adalah 2n = 4x = 76. Sedangkan tanaman dengan jumlah kromosom yang bukan merupakan kelipatan dari genomnya disebut tanaman aneuploid. Tanaman anggrek juga dapat ditingkatkan level ploidinya secara buatan dengan menggunakan agen antimitotik contohnya yang sering digunakan adalah colchicine. Tanaman-tanaman dengan level ploidi yang berbeda ini dimanfaatkan dalam pemuliaan poliploidi untuk mendapatkan tanaman tetraploid yang pada umumnya berukuran besar. Apabila sudah mulai bergerak dengan pemuliaan poliploidi, maka sebelum melakukan persilangan, semua sumber tetua harus diketahui level ploidinya(Tabel 1). Tabel 1. Level ploidi anggrek-anggrek dari Taiwan Diploid
Triploid
George Vazques Malibu Imp
Perfection Os
Dotty Woodson Princess kaiulani Red Elf
Brother Sandra Jenco Ruby Princess Sogo Rose
Takuy’s Red Fire Balck Eagle Brother Fancy Free Ambonosa Sogo Cock Tobasco Sweet Tex Memory Zuma Sogo Grape Garnet Sogo Red Bird Brother Pico Mary Brother Love Song
Tetraploid
Aneuploid
Paifang’s Queen Liu tuen Sen Brother Aucland Buddha Sogo Champion Brother Yew La Goldiana Flora Brother Pirate King Brother Glamour Super Stupid Brother Utopia Brother Sally Sogo Yew taylaor Black rose Sandra Brother Jungle Cat Brother purple Taipei gold ”Gold Golden Star” Peoker Paifang’s Aucland Brother peacock Fortune Buddha Brother ”Tinny” passion Brother Fancy Salu spot
Yuda Sun Golden Buddha* Red Hot Imp Leucadia lava flow Deventarian ”Treva”* Ambobuddha Ai Gold* Franz List Ember Cordova Summer Wine Red Buddha
43
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Diploid
Triploid Brother ruby Pago Pago
Tetraploid Strawberry Wine Ching Her Goddess
Queen spot Brother Kaisar Salu Peoker
Chingruey’s goddess Store Hot Chngruey’s Blood Golde Red Sun Amboin Orchid word Golden Sun Brother Delight Sogo Pony SaraLee ”Eye Dee” Brother Passion Golden Bells Keterangan: * mendekati tetraploid Penang
Aneuploid Mahalo Red Thrill Rebel Spirit House Cadiz rock*
Untuk memberikan gambaran permasalahan dalam penggunaan tanaman poliploid di atas, contohnya adalah Phal Golden Buddha dan Phal Zuma Garnet yang merupakan Phalaenopsis warna merah pertama yang diproduksi oleh Carlos Figheti. Dua anggrek tersebut disilangkan dan menghasilkan tanaman aneuploid yang diregister dengan nama Phal. Cordova yang steril. Berdasarkan apa yang kita ketahui dengan kromosom dan kaitannya dengan sterilitas tanaman, Phal. Cordova jangan digunakan sebagai tetua dalam persilangan. Sedang tanaman triploid, masih dapat digunakan dalam persilangan dengan memanfaatkan gamet yang tidak terreduksi, namun menghasilkan biji dengan jumlah sedikit dan ada kemungkinan akan diperoleh tanaman aneuploid yang steril. Mengembalikan tanaman triploid yang steril menjadi fertil dengan menggandakan kromosom juga tidak akan menghasilkan ploidi yang stabil. Doritaneopsis juga banyak ditemukan bersifat steril diantaranya Dtps Ever Spring Prince, Dtps Queen Beer (KHM 159), Dtps Taida Salu (KHM 101) dan Phal Brother Girl. Untuk melihat perilaku empat tanaman tersebut, tanaman di selfing, disilang dengan Phal Irene dan sogo Yukadian bersifat tetraploid. Yang berhasil hanya Dtps Ever Spring Prince dan Taida Salu (pistilate) dengan yang normal. Perpasangan kromosom pada saat meiosis dan formasi khiasma dalam hibrid hasil persilangan interspesifik ditentukan oleh derajat homologi kromosom spesies tetuanya. Namun kehadiran DNA ekstra dalam kromosom suatu spesies akan mempengaruhi struktur homolog, mengurangi kemampuannya untuk berpasangan dan berekombinasi dengan kromosom homolog yang lebih kecil pada spesies lainnya (Kao et al. 2001). Metode pemuliaan poliploidi biasanya menggunakan agen antimitotik seperti colchicine untuk menginduksi penggandaan kromosom, yang diaplikasikan melalui kalus/plb/planlet tanaman anggrek. Suatu penelitian poliploidi yang sedang dilakukan di Taiwan dengan mengaplikasikan colchicine pada kuncup bunga muda untuk menginduksi gamet 2n. Polinia yang dihasilkan dari kuncup bunga muda itu kemudian
44
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
diserbukkan untuk mengatasi kegagalan persilangan interspesifik yang disebabkan oleh sterilitas tanaman (Hsu et al. 2012). Di alam tidak ada Phalaenopsis berwarna merah sehingga untuk mendapatkan warna merah dapat dengan mengkombinasikan antara dua pigmen. Tanpa pigmen yang kuat dari warna kuning, warna merah yang kuat tidak akan diperoleh. Yang memiliki warna kuning yang kuat adalah Phal. Liu Tuen Shen, Golden Amboin, dan Goldiana. Penggunaan Phal. Taipei gold ”Gold Star” yang tetraploid juga dapat menghasilkan Phalaenopsis merah yang berukuran besar. Untuk mendapatkan Phalaenopsis bertipe spot dan berukuran besar dapat dengan menyilangkan tipe novelty dengan tipe standar. Di Taiwan persilangan tipe standar putih Phal Mounth Kaala dengan Phalpulchra menghasilkan tanaman triploid pink dengan spot lavender. Suatu peluang yang kecil mendapatkan tanaman tetraploid yang berasal dari pollen 2n yang tidak tereduksi dicapai oleh Phal. Paifang’s Queen Brother. PEMULIAAN ANGGREK DENDROBIUM Pemuliaan poliploidi anggrek Dendrobium banyak dilakukan di Hawai dan Thailand melalui hibridisasi intraseksi dan hibridisasi interseksi. Persilangan anggrek Dendrobium interseksi banyak menghasilkan hibrid-hibrid yang steril. Sterilitas hybrid ini terjadi akibat tidak teraturnya kromosom antara genom tetua selama meiosis. Salah satu cara untuk mengembalikan kesuburan tanaman adalah dengan menggandakan kromosomnya, sehingga diperoleh tanaman amphidiploids. Peristiwa ini disebut dengan ”pemuliaan genom” dengan memanfaatkan kondisi amphidipoid. Keuntungan dari program pemuliaan genom ini adalah tanaman dapat diperbanyak dengan biji dengan keturunan yang seragam, dengan hasil perbanyakan yang relatif cepat, mudah dan murah dibandingkan dengan meriklon (Leonhardt 2000). Sebagian besar anggrek Dendrobium adalah triploid dan tetraploid biasanya salah satu tetuanya adalah amphidiploid. Amphidiploid adalah tanaman dengan komplemen genom diploid lengkap setiap spesies tetuanya. Kondisi ini menyebabkan amphidiploid dianggap seolah-olah adalah suatu spesies. Jika amphidiploid disilangkan dengan spesies lain atau dengan amphidiploid lain, populasi hibrid progeninya relatif seragam dari biji. Sebagian besar anggrek komersial yang beredar di pasar adalah tetraploid (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah kromosom anggrek Dendrobium komersial Nomor aksesi D441 D421-1 D425-3 D453 D454 D444 D438
Kultivar
Tetua
Sonia, Boom 17 Sonia, Boom 28 Sonia, Boom 28 Sonia, Boom 16 mutan Sonia, Boom 28 mutan Sonia, Chao Praya Sonia, Red
Caesar Caesar Caesar Caesar Caesar Caesar Caesar
Tomie Drake Tomie Drake Tomie Drake Tomie Drake Tomie Drake Tomie Drake Tomie Drake
Jumlah kromosom 81 89 76 81 71,76 76 76
45
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Nomor Jumlah Kultivar Tetua aksesi kromosom D409 Ekapol, Small Panda Lim Hepa x Tomie Drake 76 D420 Ekapol, Big Panda Lim Hepa x Tomie Drake 76 D439 Ekapol, Red No. 1 Lim Hepa x Tomie Drake 76 D450 Ekapol, Genting Lim Hepa x Tomie Drake 80 D458 Queen Southeast Hawaiian Beauty x Tomie Drake 76 D424 Sabin tidak diketahui 80 D430 Sabin tidak diketahui 80 D419 Poh Kiew Doreen x Bodie Ngern 80 D441 Waipahu Pink Water oumae x Waipahu 76 D426 Waipahu Valley King x stratiotes 60, 70, 76 D446 Jonnie Osterhot phalaenopsis x Walter Oumae 76, 78 D435 Terri Ann Hasabe Walter Oumae x Doreen 58, 59 D442 Terri Ann Hasabe Walter Oumae x Doreen 59 DD451 Walter oumay x Waipahu Walter Oumae x Waipahu 76 D436 BM White tidak diketahui 76 D437 Pattaya Beauty Margaret Joan Fell x Ng En Cheow 76 D440 Pattaya Beauty, T Orchid Margaret Joan Fell x Ng En Cheow 76 Sumber: Department of Horticulture, CTAHR. University of Hawaii at Manoa Genus Dendrobium dikelompokkan ke dalam seksi-seksi berdasarkan struktur reproduksinya. Beberapa seksi yang banyak digunakan dalam persilangan adalah Phalaenanthe, Ceratobium/Spatulata, Eugenanthe dan Latourea. Poligon persilangan Dendrobiumdigambarkan dalam Gambar 1. Genom atau set kromosom disimbolkan dengan huruf yang menunjukkan seksi taksonomik suatu spesies. Dendrobium phalaenopsis Fitzgerald dan D. bigibbum F. Mueller berasal dari seksi Phalaenanthe, diwakili dengan huruf "P". Seksi ini merupakan bunga yang besar, bentuk flat. Dendrobium antennatum Lindley and D. stratiotes Rchb. f. dari seksi Spatulata, diwakili oleh huruf “C" (yang merupakan singkatan dari nama seksi sebelumnya Ceratobium). Seksi ini merupakan tanaman yang vigor dan banyak memproduksi banyak bunga kecil yang mempunyai petal atas yang terpuntir (tipe antelope). Dendrobium macrophyllum A. Richard dan D. spectabile (Blume) Miquel, bentuknya unik, tahan lama, termasuk seksi Latourea ("L" genome), sedangkan D. canaliculatum R. Brown dan D. carronii Lavarack and Cribb termasuk seksi Eleutheroglossum ("E" genome). Beberapa genom yang meungkin diantaranyaa adalah PC, CC, PPC, PPL, PPE, PCL, PCE, PPCC, PPPC, PCCC, PPPE dan lain-lain. Bunga potong biasanya memiliki genom PPCC, naun banyak juga yang digunakan sebagai bunga pot, walaupun bentuknya besar. Dibandingkan dengan kultivar yang diperbanyak secara klonal, Dendrobium yang diperbanyak dengan biji memiliki keuntungan lebih mudah, murah dan cepat diproduksi serta bebas virus. Semua kultivar dari Universitas of Hawaii dibuat oleh Kamemoto. 46
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Banyak kultivar yang dikembangkan oleh pemulia hobies dan komersial di kloning untuk produksi komersial sebagai kultivar bunga pot. Phalaenanthe
Ceratobium
Eleutheroglossum
Nigrohirsutae
Latourea
50 – 100% 5-24%
callista
Eugenanthe
20-40% 0-4%
Stachyobium
Gambar 1. Peluang keberhasilan persilangan antarseksidalam Dendrobium(Winfret & Kamemoto, 1969) PEMULIAAN ANGGREK VANDA Belajar dari negara Thailand yang sudah maju dengan program pemuliaan Vanda, bahwa hibrid Vanda yang tumbuh di Thailand dimulai sejak 40 tahun lalu. Pada saat itu semua anggrek Vanda diimpor dari Hawaii. Program pemuliaan Vanda di Thailand dibagi 3 periode. Periode pertama ditujukan pada peningkatan jumlah tanaman begitu juga jumlah penganggrek yang tertarik menanam Vanda. Periode ke dua ditujukan pada selain melanjutkan periode pertama juga memperbaiki kualitas bunga. Periode ketiga peningkatan permintaan seedlingVanda oleh penganggrek lokal dan akan mencapai trend pada akhirnya (Sophonsiri 1984). Sejalan dengan menurunnya permintaan di pasar lokal di Thailand, maka pemuliaan Vanda dilakukan hanya untuk tujuan ekspor. Persyaratan yang diminta tidak selalu sama. Penganggrek Thailand memilih Vanda dengan corak biru tua , kuning dan merah. Bentuk bunga harus bulat penuh dengan sepal petal overlapping. Ukuran dan jumlah bunga tidak penting. Penganggrek Jepang memilih Vanda biru terang dan pink. Kemekaran bunga dan ukuran sesuai dengan proporsinya. Penganggrek dari Amerika menyukai warna kecoklatan, kemerahan, kuning atau kuning dengan bintik merah, bunga flat dan besar. Penganggrek Australia menyukai biru abu-abu dari V. Rothschildiana dan warna kuning kecoklatan seperti pada V. Tananchai. Penganggrek Taiwan menyukai warna ungu merah tua dan biru tua, seperti V. Fuch’s Delight. Sedang penganggrek Filipina menyukai warna pink dari V. Sanderiana dan kuning seperti V. Alicia Ono. Genus-genus dari sub tribe Sarcanthinae yang biasanya digunakan sebagai tetua pada persilangan intergenerik dan bernilai ekonomi adalah Vanda, Arachnis, Ascocentrum, Aerides, Vandopsis dan Phalaenopsis (de Vogel 1990). Diantara genus-
47
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
genus dalam sub tribe Sarcanthinae itu dapat disilangkan. Poligon persilangan diantara genus-genus dalam sub tribe Sarchantinae disajikan pada Gambar 2. Program perbaikan anggrek Vanda secara konvensional melalui persilangan antar spesies maupun antar genus seringkali menghadapi kendala inkompatibilitas, yang gejalanya dapat terjadi sebelum fertilisasi, sesudah fertilisasi, maupun setelah perkecambahan biji. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan tingkat kekerabatan. Fertilitas merupakan kondisi yang penting karena rekombinasi genetik yang efektif tidak mungkin tercapai bila sejumlah gen tadi hilang pada proses pewarisan dari generasi satu ke generasi berikutnya. Gastrocilus Vandopsis
Vanda
Acampe Aerides
Arachnis
Trichoglotis
Ascocentrum
Sarcochilus
Ascoglosum
Rhyncostylis
Renanthera Phalaenopsis
Doritis Luisia Neofinetia
Gambar 2. Polygon persilangan anggrek secara intergenerik dalam sub tribe Sarcanthinae Pemanfaatan autotetrapoid dan amphidiploid untuk menghasilkan multigenerichybrid melibatkan 2-4 genus telah dilakukan dengan hasil yang baik. Menurut Kamemoto (1959) ; Tanakan & Kamemoto (1961):Banyak intergenerik dan intragenerik pada vanda aliansi mengalami abnormalitas meiosis dan rendahnya fertilitas serta sulitnya perpasangan kromosom; Polyploid Vandaceous cenderung memiliki ukuran bunga besar, dan tegar; Amphidiploid semiterete Vanda memiliki meiosis yang normal dan tingginya fertilitas; Sedang bentuk diploid nya infertile. Kondisi tersebut menyebabkan persilangan anggrek kerabat Vanda untuk memperbaiki karakternya dilakukan melalui pemuliaan genom. Genom/set kromosom pada anggrek sub tribe Sarcanthinae disimbolkan dengan genus. A merupakan Arachnis, Rh merupakan Rhyncostilis, Vs atau S merupakan genom Vanda. Empat genus tersebut yang paling banyak dilakukan oleh pemulia. Persilangan untuk menghasilkan Aranda sudah dikenal sejak lama, bahwa generasi pertama. Dari Aranda diploid sangat steril. Rencana program pemuliaan polyploid dapat membantu produksi Aranda yang lebih baik. Hibridisasi anggrek
48
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Aranda ini tidak berdasarkan genetika Mendel saja. Prinsip pemuliaan genom harus diinkoporasikan. Konstitusi genetik untuk bunga potong adalah tipe triploid ASS dan tipe tetraploid ASSS. Keuntungan hibrid generasi backcross diterapkan pada Vanda dan Asocenda dengan peningkatan kebulatan bentuk. Hasil silangan anggrek pada dasarnya merupakan gabungan dari kedua tetuanya, tetapi pada anggrek gabungan karakter dari kedua tetua yang dapat diatur oleh satu atau banyak gen belum diketahui. Sifat-sifat dominan dan resesif pada anggrek diketahui dari pengalaman menyilangkan atau dengan mempelajari hasil silangan yang telah ada sesuai dengan silsilahnya (Irawati 1991). Genus Ascocentrum merupakan tetua yang populer karena warnanya yang mencolok yaitu merah oranye yang tidak dimiliki genus Vanda, ukuran tanamannya kecil. Persilangannya dengan genus Vanda akan menghasilkan genus baru yang belum pernah ada di alam yaitu digenerik Ascosenda yang fertil dengan ukuran tanamannya lebih kecil dari Vanda, rajin berbunga dan kadang-kadang ukuran bunganya lebih besar dibanding dengan bagian vegetatifnya (Irawati,1991). Persilangan Ascocenda yang diploid dengan genus digenerik Aranda (hasil persilangan antara genus Arachnis dan Vanda) yang diploid menghasilkan genus baru yaitu trigenerik Mokara (hasil persilangan tiga genus Arachnis x Ascocentrum x Vanda) yang triploid dan steril. Persilangan Ascocenda dengan Arachnis dihasilkan Mokara diploid yang fertil, tetapi mempunyai bunga lebih kecil dengan tangkai lebih pendek jika dibandingkan dengan triploidnya (Lee et al. 1990). Baru-baru ini breeder Taiwan berhasil menyilangkan antara Phalaenopsisamabilis dengan Ascocentrum menghasilkan bunga Asconopsis yang berwarna orange melalui embrio resque. Persilangan intergenerik dalam sub tribe Sarcanthinae sudah banyak dilakukan breeder-breeder anggrek Vanda. Persilangan intergenerik harus memahami kekerabatan dan inkompatibilitas antara dua tetua yang disilangkan. Aplikasinya dengan mengkombinasikan dengan penyelamatan embrio setelah persilangan akan meningkatkan keberhasilan persilangan yang dilakukan. Dengan melihat poligon persilangan intergenerik dalam sub tribe Sanrcanthinae, masih terbuka banyak peluang untuk mendapatkan genus-genus baru hasil persilangan intergenerik. Dalam mengantisipasi produk anggrek impor diperlukan kebijakan impor dan ekspor yang dibangun dalam upaya meningkatkan devisa negara yang sangat diperlukan bagi pembangunan perekonomian nasional. Upaya untuk menutup kran impor tidak akan mengatasi masalah apabila tidak diikuti dengan peningkatan sumber daya manusianya, dalam hal ini peningkatan mutu para breeder dalam negeri. Bila ditelusuri lebih jauh, Thailand dan Taiwan mendapat pengakuan Internasional sebagai produsen anggrek terbaik karena perjuangan yang panjang dalam peningkatan mutu produksinya. Di dalam negeri sendiri hasil breeding dapat dikatakan setara dengan hasil produk luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya breeder-breeder luar yang sengaja datang membeli tanaman hasil breeding breeder dalam negeri. Indonesia pernah mendapat pengakuan dunia sebagai penghasil anggrek hibrid terbagik ke dua di dunia setelah Inggris.
49
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Indonesia memiliki kekayaan anggrek-anggrek alam yang banyak digunakan untuk menghasilkan silangan-silangan yang bermutu. Contohnya hasil silangan yang saat ini masih dipakai sebagai induk silangan di Asia dan Hawaii adalah Dendrobium Caesar yang merupakan silangan antara Dendrobium phalaenopsis dan stratiotes, yang berasal dari Indonesia. D. Caesar didaftarkan di Royal Horticulture Society di London pada tahun 1930. Anggrek ini menurunkan hybrid-hybrid anggrek cut flower, pot plant sampai novelties. Selain itu Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang banyak dan ditunjang dengan iklim yang sesuai untuk tumbuh kembangnya anggrek. Merupakan suatu pengalaman bagi breeder Di Indonesia apabila sumber emasnya tidak dikelola dengan baik sehingga kesempatan ini dimanfaatkan negara lain. PEMULIAAN ANGGREK ONCIDIUM, CYMBIDIUM DAN PAPHIOPEDILUM Genus Oncidium Sw. Sensu Lato terdiri atas lebih dari 400 spesies (Chase et al.2009), yang merupakan genus yang penting secara ekonomi sebagai tanaman pot dan bunga potong (Chen and Chang 2000). Genus Oncidium termasuk dalam sub famili Epidedroideae, subtribe Oncidiinae berasal dari Argentina dan Brazil (Pabst & Dungs 1977). Sebagian besar spesies pada genus Oncidium memiliki tipe pertumbuhan epifit, walaupun terdapat pula dengan tipe pertumbuhan litofit dan terestrial. Terdapat dua kultivar domestik yang diketahui berbunga pada bulan Nopember-Desember dan berbunga antara bulan April dan Mei (Mathias 2007). Oncidium memerlukan waktu 3 tahun mencapai masak secara seksual di kondisi alami (Kerbauy 1984), dan pembungaannya diatur oleh suhu (Chen & Hsu 2003). Kerabat-kerabat Oncidium yang mudah saling disilangkan (persilangan intergenerik) adalah Odontoglossum Miltonia, Cuitlauzina, Miltoniopsis, Brassia, Leochilus, Comparettia, Cyrtochilum, Odontoglossum, Tolumnia, Rhynchostele [dahulu Lemboglossum], Psychopsis. Beberapa kerabat Oncidium hibrid yang berasal dari Oncidium tigrinumdanOncidium incurvummerupakan hibrid terbaik jika disilangkan dengan Odontoglossum. Oncidium memiliki lebih dari 600 spesies yang berdistribusi di Amerika tengah dan selatan. Miltonia memiliki 10 spesies yang berasal dari Brazil. Brassia terdiri atas 30 spesies dari Amerika tropis. Odontoglossum memiliki 175 spesies. Miltoniopsis memiliki 6 spesies dan Cochlioda memiliki 5 spesias berasal dari Pegunungan Andes yang sangan penting sebagai sumber gen hibrid warna merah. Persilangan intergenerik dari kerabat Oncidium menghasilkan genus baru seperti Aliceara (Alcra) = Brassia x Miltonia x Oncidium, Brassidium (Brsdm) = Brassia x Oncidium, Miltassia (Mtssa) = Brassia x Miltonia, Colmanara (Colm) = Miltonia x Odontoglossum x Oncidium, Bakerara (Bak ) = Brassia x Miltonia x Odontoglossum x Oncidium, Vuylstekeara (Vuyl) = Cochlioda x Miltonia x Odontoglossum. Hasil persilangan intergenerik tersebut menghasilkan tanaman yang vigor, banyak cabang bunga dan bentuk sertawarna bunga yang baru. Genus Cymbidium Swartz terdiri atas 53 spesies dalam famili Orchidaceae, berdistribusi di daerah Asia tropis dan sub tropis (seperti India, China, Jepang,
50
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Malaysia, Kalimantan (Indonesia) dan Philipina dan Australia bagian utara (Cribb & du Puy 2007). Cymbidium asia atau Chinese Cymbidium terdiri atas lima spesies yang ditemukan di Asia timur di daerah China, Korea, Jepang, India dan bagian lain di Thailand dan Vietnam. Lima spesies tersebut adalah Cymbidium sinense, Cymbidium ensifolium, Cymbidium kanran, Cymbidium goeringii. Cymbidiumspeka terhadap penyakitTobacco mosaic virusdanCymbidium mosaic potexvirus. Persilangan antara dua spesies Cymbidium memerlukan waktu 9 – 12 bulan untuk masaknya buah dan berbunga pada umur 3 – 5 tahun. Genus Paphiopedium disebut dengan the Lady slipper orchidyang merupakan bagian dari subfamily Cypripedioideae. Genus ini memiliki 80 spesies termasuk beberapa hibrid alaminya. Distribusinya meliputi Indo-Malesia (China selatan, Asia tenggara, kepulauan Pasifik) dan India. Bersama dengan Cypripedium, Mexipedium, Phragmipedium dan Selenipedium, merupakan anggota subfamily Cypripedioideae, yang memiliki bentuk labelum yang unik. GenusPaphiopedilumdibagi dalam beberapa subgenera, seksi dan subseksi yaitu subgenus Parvisepalum, Brachypetalum,dan Polyantha; seksi Mastigopetalum, Polyantha Mystropetalum, Stictopetalum, Paphiopedilum, Ceratopetalum, Cymatopetalum, Thiopetalum, Sigmatopetalum,dan Spathopetalum (subseksi Macronidium dan Spathopetalum); seksi Blepharopetalum, Mastersianum, Punctatum, Barbata;subseksi Lorapetalum, Chloroneura; seksi Planipetalum, Venustum dan Cochlopetalum (Braem et al. 1998) PEMULIAAN MODERN MELALUI TEKNOLOGI TRANSFORMASI PADA ANGGREK Perbaikan karakter-karakter penting pada anggrek seperti bentuk, warna, aroma ketahanan mekar, arsitektur tanaman dan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik penting dalam meningkatkan nilai komersial tanaman anggrek. Pemuliaan secara tradisional mampu merubah karakter dan menghasilkan varian-varian baru, tetapi terbatas pada penggunaan plasma nutfah pada spesies yang berkerabat dekat. Selain itu peningkatan hasil pada varian-varian anggrek melalui pemuliaan tradisinal sulit dilakukan karena produktivitas anggrek dibatasi oleh adanya infeksi patogen baik virus maupun bakteri yang menyebabkan penyakit anggrek terutama Odontoglossum ringspot virus (ORSV), CymMV dan Erwinia carotovora (Chia et al. 1992). Periode juvenil dan siklus reproduksiya yang panjang, membuat petani anggrek biasanya menghabiskan biaya yang besar dalam menghasikan hibrid-hibrid baru. Akhir-akhir ini telah banyak peneliti yang mengembangkan teknologi transformasi pada anggrek untuk memperbaiki karakter atau menciptakan varian-varian baru anggrek. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk metode transformasi penting diketahui seperti bagaimana memilih eksplan dan kapasitas regenerasi tanaman guna meningkatkan efisiensi tanaman transgenik. Penggunaan eksplan yang tidak sesuai seperti kultur kalus sebagai material target menyebabkan munculnya khimera pada
51
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
tanaman transgenik, dan membingungkan dalam analisis karena sulitnya mengelola embriogenesis sel tunggal atau tingginya kejadian variasi somaklonal (Ishii et al. 1998). Protocorm like bodies (PLBs) telah digunakan secara umum sebagai target jaringan karena tingginya kapasitas reenerasi untuk transformasi genetik pada anggrek terutama Oncidium, Dendrobium, Cymbidium dan Phalaenopsis (Mishiba et al. 2005). Marka gen yang dapat diseleksi dapat digunakan untuk memonitor kejadian transgenik dan memisahkan transforman secara manual dari non transforman pada medium yang mengandung agen selektif. Sebagian besar seleksi marka adalah gen ketahanan antibiotik yang mengkode protein ketahanan seperti neomycin phosphotransferase II (nptII), hygromycin phosphotransferase II (hptII) and phosphinothricin acetyl transferase. Untuk mendapatkan transforman, dua gen reporter yang secara luas telah digunakan sebagai marka seleksi adalah green fluorescent protein dan b-glucuronidase (GUS) fusion genes. Tiga metode transformasi gen yang digunakan dalam tanaman monokotil (termasuk yaitu transformasi menggunakan Agrobacterium tumefaciens, microprojectile bombardment dan transformasi gen langsung. Penggunaan metode transformasi menggunakan A. tumefaciens pada tanaman monokotil seperti Phalaenopsis, Oncidium, Dendrobium, Anthurium dan iris, telah dilaporkan (Mishiba et al. 2005, Sanjaya & Chan 2007). Over ekspresi gen wasabi defensin pada tanaman transgenik sudah berhasil dilakukan pada anggrek Phalaenopsis dengan metode transformasi yang dimediasi oleh Agrobacterium(Sjahril et al. 2006).A. tumefaciens strain EHA 101 yang membawa plasmid mengandung gen wasabi defensin dan marker pilihan gen nptII, hpt.Tanaman transgenik yang diperoleh menunjukan ketahanan yang tinggi terhadap Erwinia carotovora. Satu teknologi baru lagi dikembangkan oleh peneliti-peneliti dari Taiwan dengan metode transformasi yang diaplikasikan pada polinia anggrek Phalaenopsis. Metode ini relatif lebih mudah untuk menginduksi dan meregenerasikan kalus melalui kultur biji Phalaenopsis. Dengan metode ini tidak ditemukan kimera pada tanaman. Metode transformasi yang biasanya digunakan dengan melalui regenerasi kalus memiliki faktor pembatas karena setiap genotipe bersifat spesifik sistem kultur jaringan. Tantangan saat ini untuk transformasi genetik adalah mengeliminasi langkah kultur jaringan. Pendekatan baru melalui transformasi secara in vivo dengan mediasi sel Agrobacterium yang di ko kultivasi bersama-sama dengan polinia. Setelah polinia diinfeksi oleh Agrobaterium, polinia di serbukkan pada pada stigma. Setelah perkembangan embriogenesis, tanaman transgenik dapat diperoleh melalui biji. Metode ini relatif lebih kecil dan cepat karena tidak memerlukan sistem regenerasi kalus (kultuf jaringan). Walaupun tingkat keberhasilan transformasi 0.2%, tetapi dari beribu-ribu biji yang diperoleh, peluang untuk mendapatkan tanaman transgenik masih terbuka. Deteksi transforman dapat menggunakan emisi green fluoresencet protein (GFP) di bawah eksitasi sinar biru. Rekayasa genetik untuk warna bunga novel sekarang merupakan teknologi praktis, karena komersialisasi dari tanaman transgenik mawar dan anyelir warna biru
52
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
(Nishihara & Nakatsuka 2011). Phalaenopsis warna biru dan Oncidium warna merah tidak dapat di peroleh melalui pemuliaan tradisional. Melalui penelitian dasar dalam pembentukan dan regulasi warna bunga pada Phalaenopsis dan Oncidium, modifikasi genetik pada bunga anggrek dengan disain warna dapat direkayasa, diperbanyak melalui perbanyakan mikro dan dapat dipasarkan secara komersial (Hsiao et al. 2011). KESIMPULAN 1. Permintaan pasar yang meningkat mendorong pemulia untuk menciptakan tipe-tipe baru anggrek setiap saat, meskipun beberapa masalah seperti inkompatibilitas, tingkat ploidy, hambatan sebelum dan sudah fertilisai sering dihadapi. 2. Pemuliaan tradisional/klasik telah banyak menghasilkan varietas-varietas baru, namun proses pemuliaannya terlalu lama dan tidak tersedia sistem penanda proses seleksi. 3. Metode seperti pemuliaan genom, poliploidisasi dan transformasi genetik diaplikasikan untuk mengatasi hambatan dalam menciptakan varietas baru. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3.
4. 5. 6.
7. 8. 9. 10.
11. 12. 13. 14. 15.
16.
Arditti, J 1992,‘Fundamental of Orchid Biology’, Wiley, New York, 700 pp. Braem, GJ, Baker, CO & Baker, ML 1998,‘The Genus Paphiopedilum: Natural History and Cultivation’, Vol. 1, Botanical Publishers Inc., Kissimmee, Florida, USA. Chase, MW, Williams, NH, de Faria, AD, Neubig, KM, Amaral, MC &Whitten, WM 2009,‘Floral convergence in Oncidiinae (Cymbidieae; Orchidaceae): an expanded concept of Gomesa and a new genus Nohawilliamsia’,Ann Bot.,Vol. 104, pp. 387–402. Chen CC& Hsu, YM 2003,‘Effect of accumulation temperature on the flower quality of Oncidium’, J Agric. For., Vol. 52, pp. 33–48. Cribb P. D du Puy 2007,‘The Genus Cymbidium’,. Kew Publishing. de Vogel, EF 1990,‘South-East Asean wild orchids. Present knowledge, future nuclei of attention’,In:Proccedings of The Seventh asean Orchid congress, Central Research Institute for Horticulture and Directorate of Horticulture Production, Department of Agriculture Indonesia. pp. 137-147. Fighetti, C 2004,‘Passing the torchPhalaenopsis’, J Int Phalaenopsis All, Winter 2004, pp. 20–31. Fighetti,C 2005,‘Phalaenopsis’, viewed 1 August 2005 at:
. Ginsberg, HS 2005, Novelty Phalaenopsis Breeding in Taiwan, 10p. Hsiao YY, Pan, ZJ, Hsu, CC, Yang, YP, Hsu, YC, Chuang, YC,Shih, HH, Chen, WH, Tsai, WC &Chen, WC 2011,‘Research on Orchid Biology and Biotechnology’,Plant Cell Physiol.,vol. 52, no. 9, pp. 1467–1486. Hsu SC, Cheng, TC, Ballanos-villegas, P, Chin, SW & Chen FC 2012,‘Polen mitotic behavior in relation to Phalaenopsis breeding’,ISHS Acta hort 878. Hsu ST, Chuang, HT & Shen, TM 2012,‘Breeding barrier in red Phalaenopsis orchid’,ISHS Acta hort 878.. Irawati 2002,‘Pelestarian jenis anggrek di Indonesia’, Prosiding Seminar Nasional Anggrek Indonesia 2002, Jogjakarta 26 Oktober 2002, pp 9 – 17. Kamemoto, H 1959,‘The origin and sifnificance of polyploidy in Vanda. Pac.’,Orchid Soc. Bull. vol. 16, pp. 77-93. Kao, YY, Chang, SB, Lin, TY, Hsieh, CH, Chen, YH, Chen, WH & Chen, CC 2001,‘Diferential accumulation of heterochromatin as a cause for karyotype variation in Phalaenopsis Orchids’,Ann. Bot.vol. 87, pp. 387-395. Kerbauy, GB 1984,‘In vitro flowering of Oncidium varicosum mericlones (Orchidaceae)’,Plant Sci Lett.,vol.35, pp.73–75.
53
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
17.
18.
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
26. 27. 28. 29. 30. 31.
32.
Leonhardt, KW 2000,‘Potted, Blooming Dendrobium Orchids’,ASHS-2000 Symposium: Potted Orchid Production in the New Millennium,viewed 20 August 2012 at:. Marwoto,B 2010,‘Perakitan hybrid tipe baru anggrek Phalaenopsis bunga standar (Phalaenopsis amabilis) dan bunga multiflora (kuning atau bercorak) untuk membentuk tran pasar (warna kuning dan multiflora dengan bentuk petal dan sepal overlapping’. Mathias, MC 2007,‘Oncidium: Agora produzindo durante todo o ano’,Rev Plast.,vol. 1, pp. 22–25. Mishiba, K, Chin, DP & Mii, M 2005,‘Agrobacterium-mediated transformation of Phalaenopsis by targeting protocorms at an early stage after germination’,Plant Cell Rep.,vol. 24, pp. 297–303. Nishihara, M& Nakatsuka, T 2011,‘Genetic engineering of flavonoid pigments to modify flower color in floricultural plants’,Biotechnol. Lett., vol. 33, pp. 433–441. Pabst, GFJ& Dungs, F 1977,‘Orchidaceae Brasilienses’, vol. 2, Brucke-Verlag Kurt Schmersow, Hildesheim. Sanjaya&Chan, MT 2007,‘Orchid Biotechnology’,In:Chen, WH& Chen, HH (Eds.), Genetic Transformation as a Tool for Improvement of Orchids’,pp. 225–253, World Scientific, Singapore. Shindo, K& Kamemoto, H 1963,‘Karyotype analysis of some species of Phalaenopsis’,Cytologia, vol. 28, pp. 390-398. Sjahril, R, Chin, DP, Khan, RS, Yamamura, S, Nakamura, I, Amemiya, Y & Mii, M 2006,‘Transgenic Phalaenopsis plants with resistance to Erwinia carotovora produced by introducing wasabi defensin gene using Agrobacterium method’,Plant Biotech., vol.23., pp. 191– 194. Soedjono, S 1997,‘Pemuliaan Tanaman Anggrek’, Buku Komoditas, No. 3, Balai Penelitian Tanaman Hias, Puslit Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Sophonsiri, T 1984,‘New Trends in Vanda Breeding’, Proceeding of the Fifth Asean Orchid Congress Seminar, pp. 319-321, Singapure, 1-3 August 1984. Stock, D 2012,‘Breeding for tetraploid red Phalaenopsis’,viewed 16 June 2012 at: <www.bigleaforchids.com/info>. Sweet, HR 1980,‘The genus Phalaenopsis’, California, Pomona: Day Printing Corporation. Tanaka, R& Kamemoto, H 1961, Meiotic chromosome behaviour in some intergeneric hybrids of the Vanda alliance’, Am. J. Bot., vol. 48, pp. 573-583. Tang, CY& Chen, WH 2008,‘Breeding and Development of New Varieties in Phalaenopsis’,In Chen, WH & Chen, HH (Eds.),Orchid Biotechnology,© World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. © World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., viewed 19 July 2013 at: . Winfred, GJ& Kamemoto, H 1969,‘Genome and karyotype relationships in the genus Dendrobium (Orchidaceae). I. Crossability’,Amer. J. Bot., vol. 56, pp. 521-526.
DISKUSI Pertanyaan, Rudy Soehendi, Balithi Bagaimana penjelasan dan kiat-kiat untuk mendapatkan genom amphidiploid, serta bagaimana cara deteksinya? Jawab Kegiatan penelitian sudah dimulai sejak tahun 2005 untuk menghasilkan amphidiploid, kesulitan yang ditemui adalah mendapatkan tetua-tetua yang murni dari palaenathe, seratobium. Di Hawai, Thailand ternyata menggunakan tetua-tetua yang bersal dari Indonesia. Tetua Caesar sudah 4n kalau disilangkan dengan amphidiploid akan mendapatkan turunan-turunan, kalau diselfing akan mendapatkan tanaman yang seragam, karena belum ada pencampuran anatar beberapa genom. Amphidiploid adalah perkawinan dua seksi kalau disilangkan akan steril, misal 1 genom gamet AA x gamet
54
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
BB akan didapatkan AB (steril) kalau digandakan orang menyebutnya tetraploid, sebenarnya bukan tetraploid, tetapi diploid yang dalam satu genom ada A dan B yang tidak dapat dipisahkan, kalau diselfing akan menghasilkan genom yang sama AB juga. Untuk deteksi hampir sama dengan tanaman tetraploid, jadi kromosom yang dihasilkan juga seperti tetraploid, tapi amphidiloid mempunyai yang sifat-sifatnya seperti spesies, yang apabila di perbanyak dengan biji akan mendapatkan tanaman yang seragam.
55