PENULISAN BAHAN AJAR Effendi Tri Bahtiar Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Kampus IPB Darmaga – Bogor. Jawa Barat. 16680. E-mail:
[email protected]
Pendahuluan Sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 37 Tahun 2009 tentang Dosen, Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sebagai tenaga
profesional, dosen memiliki kedudukan dan peran sangat penting sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat dan sekaligus berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan tersebut, dosen berkewajiban untuk: a. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; b. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; c. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran; e. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan f. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi juga merumuskan 3 (tiga) kewajiban Dosen yaitu: a. Dosen sebagai anggota Sivitas Akademika memiliki tugas mentransformasikan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi yang dikuasainya kepada Mahasiswa dengan mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran sehingga Mahasiswa aktif mengembangkan potensinya.
1
b. Dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta menyebarluaskannya. c. Dosen secara perseorangan atau berkelompok wajib menulis buku ajar atau buku teks, yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi dan/atau publikasi ilmiah sebagai salah satu sumber belajar dan untuk pengembangan budaya akademik serta pembudayaan kegiatan baca tulis bagi Sivitas Akademika. Makalah ini mendiskusikan salah satu kewajiban dosen yaitu penulisan bahan ajar. Penulisan bahan ajar menjadi salah satu mata rantai dari seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan oleh setiap dosen agar pembelajaran dapat terlaksana secara terencana dan sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran secara umum adalah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Potensi mahasiswa dapat dikembangkan secara optimal melalui upaya pembelajaran yang terencana, suasana belajar yang aktif dan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, serta diikuti dengan evaluasi hasil belajar yang terukur dan obyektif.
Definisi Bahan Ajar Bahan ajar didefinisikan sebagai segala bentuk bahan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menjadi bahan untuk dipelajari oleh peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar berisikan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga guru dan peserta didik dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran (Pannen 2001) dalam suasana dan lingkungan yang nyaman untuk belajar. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan merupakan materi pembelajaran yang lazim untuk disusun secara sistematis menjadi bahan ajar yang siap saji untuk dipelajari oleh peserta didik. Melalui bahan ajar yang tersusun sistematis, setiap peserta didik dapat belajar secara efektif untuk memahami dan menerapkan norma (aturan, sikap dan nilai-nilai), melakukan tindakan/keterampilan motorik, serta menguasai pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan proses) sehingga standar kompetensi pembelajaran dapat tercapai. Selain berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan peserta didik dalam menjalankan semua
2
aktivitas pembelajaran, bahan ajar juga berisi substansi kompetensi dan menjadi alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Bahan ajar dapat disusun dari berbagai macam sumber belajar (benda, data, fakta, ide, orang, dan sebagainya) yang potensial untuk dipelajari atau memiliki potensi untuk menimbulkan suasana dan proses belajar. Sumber bahan ajar dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu baik dari rumpun ilmu alam maupun sosial. Kedalaman cakupan dan keluasan isi materi ajar harus dipertimbangkan secara seksama sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi kemampuan awal peserta didik. Pengembangan bahan ajar perlu disusun mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian. Selain itu penyusunan bahan ajar juga tetap memperhatikan karakteristik dan kebutuhan peserta didik yang meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa. Agar peserta didik mampu mempelajari isi materi ajar secara utuh dalam kegiatan pembelajaran, maka beberapa prasyarat dapat diberlakukan sebelum pelaksanaan proses pembelajaran. Sebagai contoh untuk belajar Mekanika Bahan, maka mahasiswa harus sudah lulus mata kuliah Kalkulus dan Geometri Analitik. Prasyarat fisik kadang-kadang juga diperlukan, contohnya untuk belajar seni suara maka peserta didik semestinya tidak tuna wicara. Evaluasi dan pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara berkala agar dapat menjawab dan memecahkan masalah serta mengatasi kesulitan dalam belajar.
Jenis-jenis Bahan Ajar Bahan ajar berdasarkan subyeknya diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu (Koesnandar (2008): a. bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar. Bentuk bahan ajar ini antara lain buku, handouts, lembar kegiatan siswa (LKS) dan modul. Bahan ajar yang dirancang umumnya digunakan sebagai bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri. b. bahan ajar yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film, iklan atau berita. Berdasarkan teknologi yang digunakan bahan ajar diklasifikasi menjadi 4 (empat) yaitu: a. bahan ajar cetak (printed): handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket. b. Bahan ajar audio: radio, piringan hitam, dan compact disk (CD) audio. c. Bahan ajar audio visual: video compact disk (VCD) dan film. 3
d. Bahan ajar multimedia interaktif: CAI (Computer Assisted Instruction), CD multimedia interaktif, dan bahan ajar berbasis web.
Tujuan dan Peranan Bahan Ajar Bahan ajar disusun dalam berbagai macam pilihan jenis dengan tujuan untuk membantu siswa dalam belajar, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan membangun suasana pembelajaran agar menjadi lebih menarik.
Iskandarwassid dan Sunendar (2007)
mengidentifikasi peranan bahan ajar yang meliputi: a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan. b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik. c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap. d. Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik. e. Menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. f. Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
Karakteristik Bahan Ajar Bahan ajar yang baik harus berisikan substansi yang memadai dan disajikan secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Substansi bahan ajar harus sesuai dengan kurikulum. Kurikulum yaitu seperangkat program yang harus ditempuh siswa dalam penyelesaian pendidikannya. Kurikulum sekurang-kurangnya meliputi aspek tujuan/kompetensi yang ingin dicapai, metoda, dan penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan itu maka bahan-bahan ajar harus terorganisasi secara baik, tidak hanya dalam satu mata kuliah, tetapi dalam seluruh rangkaian mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa. Pengulangan materi ajar yang berlebihan akibat tumpang tindihnya bahan ajar di berbagai mata kuliah, perlu dihindari. Bahan ajar juga harus menganut azas ilmiah yaitu disusun dan disajikan secara sistematis dan metodologis. Kaidah-kaidah penulisan ilmiah semestinya tetap dipertahankan. Substansi bahan ajar disusun semata-mata untuk kepentingan peserta didik sehingga harus disusun sesuai dengan tingkat berfikir, minat, dan latar sosial budaya di mana peserta didik tersebut berasal. Bahan ajar disusun sedemikian rupa sehingga mudah dicerna dan dikuasai oleh peserta didik. 4
Selain memenuhi syarat-syarat substansial tersebut, bahan ajar yang baik juga harus memenuhi kriteria-kriteria penyajian yang meliputi: a.
Menggunakan bahasa yang mudah dibaca dan dimengerti Bahan ajar hendaknya memiliki derajat keterbacaan yang tinggi agar dapat dimengerti oleh peserta didik. Struktur kalimat harus memenuhi kaidah tata bahasa serta menggunakan kosa kata yang kaya namun mudah dimengerti dan telah umum digunakan. Notasi, huruf, gambar, photo dan ilustrasi lainnya yang dipilih untuk menyampaikan isi pesan harus memiliki kebermaknaan yang tinggi.
b.
Grafika Grafika merupakan bagian dari bahan ajar yang berkenaan dengan bentuk dan format fisik. Bentuk format dan fisik bahan ajar berkaitan dengan ukuran, desain sampul, desain tata letak (layout) isi, bentuk dan ukuran huruf, ilustrasi, warna, komposisi gambar, jenis dan ukuran kertas, penjilidan, dan sebagainya. Bentuk format dan fisik berperan untuk memikat peserta didik agar berminat membaca, mempelajari, dan memiliki bahan ajar tersebut. Oleh karena itu bentuk format dan fisik bahan ajar ini perlu mendapatkan perhatian serius. Beberapa jenis bahan ajar seperti buku ajar memiliki format tertentu yang ditetapkan oleh lembaga terkait (UNESCO).
Penulisan Bahan Ajar Penulisan bahan ajar yang diakui oleh DIKTI dan diperhitungkan sebagai angka kredit dosen dalam Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit (PAK) Kenaikan Pangkat/Jabatan Akademik Dosen Tahun 2014 meliputi buku ajar, diktat, modul, petunjuk praktikum, model, alat bantu, audio visual, naskah tutorial, dan jobsheet untuk mata kuliah tertentu yang diampunya. a. Buku ajar Buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar di bidangnya dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan. Buku ajar dikenal pula dengan sebutan buku teks, buku materi, buku paket, atau buku panduan belajar. Bacon mengemukakan bahwa buku ajar adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi (Tarigan 1986). Buku ajar berisikan materi ajar dalam suatu bidang studi dan merupakan alat 5
pengajaran yang paling banyak digunakan di antara semua alat pengajaran lainnya. Buku ajar ditulis untuk tujuan instruksional tertentu, disusun secara sistematis dan runut berdasarkan alur dan logika tertentu, dan dilengkapi dengan kebutuhan sarana pengajaran agar pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana yang telah disusun. Buku ajar disusun untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu. Buku ajar yang baik harus memberikan makna yang cukup berarti bagi peserta didik. Ketika seseorang membaca sebuah buku ajar, maka pembaca tersebut dipastikan akan segera dapat menangkap pesan dan makna yang terkandung di dalamnya. Jangan sampai pembaca tidak mendapatkan pesan dan makna apa-apa ketika telah membaca beberapa halaman pertama buku ajar tersebut. Sebuah buku yang baik harus mampu menjadikan pembacanya memahami makna dan memperkirakan hasil yang diperoleh dari membaca buku tersebut.
Bahasa
komunikasi menjadi faktor kunci untuk menghasilkan pemahaman yang baik dari pembaca. Bahasa buku ajar hendaknya menggunakan kalimat efektif, sederhana, terhindar dari makna ganda, sopan, menarik dan sesuai dengan penguasaan bahasa yang dimiliki oleh pembaca yang menjadi sasarannya. Perkembangan kognitif pembaca juga perlu diperhatikan agar buku ajar dapat dibaca dengan baik oleh pembaca yang memiliki kemampuan kognitif rata-rata, namun juga dijaga agar pembaca yang cerdas tidak menjadi bosan karena tantangan yang terlalu rendah. Isi buku ajar harus berhubungan erat dengan materi kuliah lain dalam rangkaian kurikulum, dan lebih baik lagi kalau didukung dengan perencanaan yang menyeluruh untuk mencapai tujuan dan kompetensi tertentu. Buku harus mampu membangun motivasi pembacanya untuk belajar. Buku yang baik menstimulasi pembaca untuk menjaga perhatian pada apa yang sedang dipelajarinya. Ada magnet perhatian yang ditanamkan oleh penulis dalam suatu buku yang baik sehingga pembaca tetap bertahan untuk mengikuti apa yang disampaikan penulis dalam bukunya. Peran dosen di dalam kelas dibatasi oleh waktu. Untuk mengisi keterbatasan ini buku ajar harus mendorong pembaca untuk mengembangkan pola belajar mandiri. Ilustrasi yang tepat, relevan, dan menarik akan sangat membantu pembaca untuk belajar mandiri. Buku ajar memberikan uraian tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan rangkuman yang disusun secara sistematis dan terstruktur agar pembaca dapat belajar secara fleksibel melalui berbagai pola pembelajaran, mendapatkan kesempatan untuk berlatih, dan mampu mengakomodir berbagai kesulitan 6
pembaca. Buku merupakan medium untuk belajar, dan oleh karena itu memberikan pembatas antara benar – salah, maupun baik – buruk. Buku yang baik harus mengetengahkan norma, nilai, etika dan tatanan moral yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Penulisan buku ajar dapat dilakukan secara mandiri berdasarkan ide, gagasan, pengetahuan, dan pengalamannya sendiri. Penulis dapat juga menghimpun, mengkompilasi, menganalisa, dan menyitir tulisan dari berbagai sumber yang relevan dengan buku ajar yang akan disusun. Selain itu penulis dapat juga mengemas ulang informasi dari buku-buku dan naskah publikasi lain yang telah ada sebelumnya. Teknik penulisan buku ajar dengan cara kompilasi maupun kemas ulang harus memperhatikan kaidah dan etika akademik yaitu menghindari plagiarism. Penulis dituntut untuk menghindari plagiarism yaitu tindakan menjiplak, mengambil pendapat, karangan, karya tulis, dll dari orang lain dan menjadikanya seolah hasil karyanya sendiri. Pedoman PAK 2014 memberikan deskripsi yang berbeda antara buku ajar dengan buku referensi.
Buku referensi adalah suatu tulisan dalam bentuk buku yang substansi
pembahasannya pada satu bidang ilmu kompetensi penulis. Isi tulisan dalam buku referensi harus memenuhi syarat-syarat sebuah karya ilmiah yang utuh, yaitu adanya rumusan masalah yang mengandung nilai kebaruan, metodologi pemecahan masalah, dukungan data atau teori mutakhir yang lengkap dan jelas, serta ada kesimpulan dan daftar pustaka. Buku referensi berisikan hasil penelitian atau pemikiran yang original. Hal ini menjadi pembeda pokok antara buku referensi dan buku ajar. Buku referensi dalam Pedoman PAK termasuk dalam kategori karya ilmiah, sedangkan buku ajar termasuk dalam kategori pelaksanaan kegiatan pendidikan. b. Diktat Diktat adalah bahan ajar untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh dosen mata kuliah tersebut, mengikuti kaidah tulisan ilmiah dan disebarluaskan kepada peserta kuliah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diktat diartikan sebagai pegangan yang dibuat guru berupa kutipan bentuk tulisan atau ketikan. Diktat merupakan buku pelajaran yang dibuat dari materi pelajaran suatu ilmu pengetahuan dan bukan dibuat berdasar hasil penelitian. Dosen membuat diktat untuk pengajaran satu mata kuliah tertentu. Diktat disusun secara sistematis sesuai dengan kurikulum dan silabus, dan mencakup tujuan dan uraian materi ajar. Diktat ditulis secara ringkas dan padat.
Semua referensi/teori yang dikutip dari orang lain
dicantumkan dalam daftar pustaka. Diktat merupakan unit terkecil dari suatu bahan ajar yang dapat dipergunakan secara mandiri dalam proses belajar mengajar. Meskipun dapat berfungsi 7
secara mandiri, sangat disarankan agar diktat dilengkapi dengan buku ajar dan/atau buku referensi dalam proses pembelajaran agar peserta didik memperoleh pemahaman materi secara lebih lengkap dan utuh. Berbeda dengan buku ajar yang dapat berisi materi pembelajaran mandiri, diktat sebaiknya dipelajari dalam kelas di bawah arahan dosen. Penyusunan diktat harus berlandaskan pada prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan. Sesuai dengan prinsip relevansi, materi yang ditulis dalam diktat hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik setelah mempelajari diktat di bawah bimbingan dosen harus selaras dengan pokok bahasan yang ada dalam diktat. Jika kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah 3 (tiga) buah, maka bahasan yang ada dalam diktat harus meliputi 3 (tiga) materi untuk mencapai seluruh kompetensi dasar tersebut secara konsisten. Prinsip kecukupan memiliki makna bahwa materi yang diajarkan hendaknya tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, tetapi tetap mampu peserta didik menguasai kompetensi yang akan diajarkan. Diktat merupakan bagian kecil dari buku ajar yang masih dapat dipergunakan secara mandiri sebagai bahan ajar di dalam kelas pembelajaran. Seperti halnya buku ajar, materi yang disajikan dalam diktat harus relevan dengan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, berisikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersangkutan, dan sesuai dengan jenjang dan kemampuan peserta didik. Penyajian materi dalam diktat harus diuraikan secara teratur, saling mengisi dan memperkuat dengan bahan ajar lainnya, menarik perhatian dan minat, menantang dan merangsang peserta didik untuk mempelajarinya, serta mengacu pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Penyajian yang panjang lebar dan bertele-tele sebaiknya dihindari. Bahasa dalam diktat harus baik dan benar serta efektif dan efisien. Kalimat yang dipergunakan harus sesuai dengan kematangan dan perkembangan peserta didik.
Istilah, kosakata, simbol, dan ilustrasi diberikan untuk
mempermudah pemahaman. Jika diperlukan terjemahan, penulis hendaknya mempergunakan kata-kata terjemahan yang baku. Diktat umumnya mencakup 3 (tiga) bagian yaitu: (1) Bagian awal yang berisi: -
Halaman cover (judul, pengarang, gambar sampul, lingkup penggunaan, tahun terbit, nama departemen (biasanya digunakan untuk kalangan sendiri).
-
Daftar isi (judul bab, sub bab, dan nomor halaman) 8
-
Daftar lain (daftar gambar, daftar tabel, daftar lampiran)
(2) Bagian isi mengandung pokok-pokok bahasan yang menjadi inti naskah diktat. Pokokpokok bahasan tersebut diuraikan dalam penjelasan, proses operasional, atau langkah kerja di setiap bab maupun sub bab. Setiap satu kesatuan pokok bahasan disajikan dalam paragraf.
Paragraf merupakan unit terkecil suatu pokok bahasan. Paragraf tersebut
berkesinambungan, saling mendukung, sehingga membentuk satu kesatuan pokok-pokok bahasan yang koheren.
Bagian isi dapat dilengkapi dengan tabel, bagan, gambar dan
ilustrasi lain untuk memperjelas materi dan memudahkan pemahaman peserta didik. (3) Bagian akhir diktat berisi daftar pustaka, lampiran, dan glosarium. c. Modul Modul adalah bagian dari bahan ajar untuk suatu mata kuliah yang ditulis oleh dosen matakuliah tersebut, mengikuti kaidah tulisan ilmiah dan disebarluaskan kepada peserta kuliah. Modul umumnya ditulis untuk satu satuan kompetensi bahan ajar, namun dapat juga ditulis untuk satu paket bahan ajar. Modul merupakan satuan bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri secara perorangan oleh peserta didik. Setelah menyelesaian suatu modul, peserta didik dapat melanjutkan mempelajari modul berikutnya. Pemberian bahan ajar berupa modul kepada peserta didik sebaiknya diikuti dengan sistem hadiah dan hukuman untuk menjaga motivasi belajar dan menanamkan rasa tanggungjawab untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Modul harus dibuat dengan tampilan yang menarik dan bahasa yang sederhana agar peserta didik dapat mempelajarinya secara mandiri di rumah. Modul menyajikan banyak ilustrasi agar menarik dan mempermudah pemahaman peserta didik.
Kerangka isi modul sekurang-
kurangnya berisi: deskripsi tujuan pembelajaran/kompetensi, petunjuk belajar yang memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang ditempuh dalam mempelajari modul, uraian materi, bahan bacaan, soal latihan dan kunci jawaban/rubrik. Soal obyektif seperti benar – salah dan pilihan berganda diberikan kunci jawaban, sedangkan soal essay diberi penyelesaian berupa rubrik. d. Petunjuk praktikum Petunjuk praktikum adalah pedoman pelaksanaan praktikum yang berisi tata cara, persiapan, pelaksanaan, dan analisis data pelaporan. Pedoman tersebut disusun dan ditulis oleh kelompok dosen yang menangani praktikum tersebut dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah. Buku petunjuk praktikum berisi hal-hal yang terkait dengan praktikum yaitu judul-judul percobaan yang akan 9
dilakukan, landasan teori yang berkaitan dengan praktikum tersebut, alat dan bahan yang akan digunakan, prosedur dan langkah kerja, lembar pengamatan dan hasil pengukuran, serta pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh praktikan setelah selesai menjalankan praktikum.
Praktikum dilakukan melalui serangkaian percobaan yang cermat untuk
memperoleh data-data sehingga dapat diperoleh pembuktian suatu konsep berdasarkan kumpulan data yang diperoleh tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, praktikan harus mempelajari dan menguasai petunjuk praktikum sebelum masuk ke dalam kelas praktikum. e. Model Model adalah alat peraga atau simulasi komputer yang digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terkandung dalam penyajian suatu mata kuliah untuk meningkatkan pemahaman peserta kuliah. f. Alat bantu Alat bantu adalah perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk membantu pelaksanaan perkuliahan dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta didik tentang suatu fenomena. g. Audio visual Audio visual adalah alat bantu perkuliahan yang menggunakan kombinasi antara gambar dan suara, digunakan dalam kuliah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentang suatu fenomena. h. Naskah tutorial Naskah tutorial adalah bahan rujukan untuk kegiatan rujukan tutorial suatu mata kuliah yang disusun dan ditulis oleh dosen mata kuliah atau oleh pelaksana kegiatan tutorial tersebut, dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah. i. Jobsheet praktikum terkait dengan mata kuliah yang diampu. Jobsheet ditulis tanpa dijilid untuk kegiatan praktikum di bengkel atau laboratorium. Jobsheet berisi satu kegiatan praktikum saja.
Selain petunjuk kerja, pada setiap jobsheet perlu diuraikan petunjuk
keselamatan dan kesehatan kerja untuk menghindari resiko kecelakaan. Setiap tahapan pelaksanaan praktikum harus ditulis jelas dan tidak bermakna ganda untuk menghindari timbulnya kesalahpahaman yang akan menyebabkan kesalahan memilih, menggunakan, dan merangkai alat/bahan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja atau kerusakan bahan/alat. 10
Penutup Penulisan bahan ajar merupakan salah satu wujud pengembangan profesionalisme dosen dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang dikuasainya kepada mahasiswa. Penulisan bahan ajar menjadi salah satu unsur utama yang harus dijalankan oleh dosen. Pengembangan bahan ajar suatu mata kuliah harus merupakan suatu dari rangkaian pengembangan kurikulum program studi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki standar kompetensi yang ditetapkan. Bahan ajar, baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis, semestinya disusun secara sistematis dan terstruktur sehingga dapat membantu dosen untuk menyampaikan materi ajar, membantu meningkatkan pemahaman belajar mahasiswa, dan menciptakan suasana dan lingkungan pembelajaran efektif dan efisien namun tetap nyaman dan menyenangkan.
Daftar Pustaka Iskandarwassid dan Sunendar D. 2007. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Remaja Rosdakarya. Kemenristekdikti. 2014. Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit (PAK) Kenaikan Pangkat/Jabatan Akademik Dosen. Koesnandar. 2008. Pengembangan Bahan Belajar Berbasis Web. Tersedia: http://www.teknologipendidikan.net/2008/02/12/pengembangan-bahan-belajar-berbasisweb/ Pannen P dan Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta:Depdiknas. Pemerintah Republik Indonesia. PP No. 37 Tahun 2009 tentang Dosen. Pemerintah Republik Indonesia. UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pemerintah Republik Indonesia. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tarigan HG. 1986. Menulis: sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
11