BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Bank Dalam perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan yang sangat penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Kegiatan menyerap dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat inilah yang sering disebut dengan fungsi intermediasi perbankan. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan negara yang mengemban fungsi utama untuk memobilisasi dana masyarakat dan secara tepat dan cepat menyalurkannya kepada penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien . Adapun yang menjadi objek dari penelitian ini adalah bank umum. Bank umum adalah salah satu lembaga keuangan yang berorientasi pada laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum melaksanakan fungsi intermediasi. Dikatakan melakukan fungsi intermediasi karena bank umum sebagai lembaga keuangan bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam hal ini nasabah dalam bentuk giro, tabungan, deposito, dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
xx
Menurut Dahlan Siamat ( 2005 ) , bank umum memiliki fungsi pokok sebagai berikut, yaitu : a. menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi b. menciptakan uang c. menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat d. menawarkan jasa – jasa keuangan lain
2. Kebijakan Moneter Sasaran kebijakan moneter yang ingin dicapai oleh otoritas moneter di Indonesia pada prinsipnya adalah pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga dan tingkat bunga, dan keseimbangan neraca pembayaran serta mencapai pemenuhan kesempatan kerja. Maka dari itu Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan berbagai instrumen kebijakan moneter seperti : a. Operasi Pasar Terbuka Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah ( government securities ). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
xxi
b. Fasilitas Diskonto Fasilitas diskonto ini diberikan bank sentral kepada bank – bank dalam rangka memperlancar pengaturan likuiditas sehari – hari, khususnya bank yang menghadapi maturity mismatch antara penanaman dan pendanaannya. Fasilitas diskonto dilakukan dengan cara penjualan surat berharga. Penetapan tingkat
diskonto
dilakukan
dengan
mempertimbangkan
kebutuhan
pengendalian moneter. c. Giro Wajib Minimum Rasio cadangan wajib berfungsi untuk mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio cadangan wajib minimum.
3. Likuiditas 3.1. Definisi Likuiditas Secara umum, pengertian likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan atau dalam hal ini industri perbankan, dalam membayar semua kewajiban – kewajiban jangka pendeknya dengan aset – aset lancar atau likuid yang dimiliki oleh suatu industri tersebut. Secara lebih spesifik, likuiditas adalah kesanggupan bank menyediakan alat – alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman kepada masyarakat yang memerlukan.
xxii
Menurut Sigit ( 2008 ), yang termasuk indikator dari likuiditas perbankan adalah : a.
Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak ketiga. Alat likuid ini dapat berupa uang kas, saldo giro pada BI, serta cek dalam proses penagihan. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang tinggi adalah suatu indikator yang menunjukkan bahwa tingkat likuiditas dari perbankan itu juga tinggi. b. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga Indikator ini digunakan untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan menunjukkan tingkat likuiditas yang rendah c. Rasio surat berharga jangka pendek Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga yang dimiliki suatu bank maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas tersebut.
Untuk menjaga agar likuiditas tetap dalam keadaan seimbang, likuiditas haruslah dikelola dengan baik atau yang lebih dikenal baik dengan istilah manajemen likuiditas. Menurut Malayu ( 2004 ), manajemen likuiditas bertujuan untuk : 1. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan bank sentral; 2. Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan cash flow, termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba terhadap sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum jatuh tempo; 3. Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds
xxiii
3.2. Teori – teori likuiditas Menurut Malayu ( 2004 ), teori- teori likuiditas yang dikembangkan oleh praktisi perbankan antara lain the commercial loan theory, the anticipated income theory, the gentleman agreement theory, the liability management theory. 1.
2.
The Commercial Loan Theory Teori ini dikembangkan oleh para praktisi perbankan di inggris sejak abad ke- 18. Teori ini mengemukakan bahwa suatu bank akan tetap likuid jikan sebagian besar kredit yang disalurkan merupakan kredit perdagangan jangka pendek dan dapat dicairkan dalam keadaan bisnis yang normal ( usual business ) The Shiftability Theory Teori ini berangggapan bahwa likuiditas suatu bank akan lebih terjamin jika bank yang bersangkutan memiliki aset yang dapat dipindahkan atau dijual secara cepat, seperti Surat Berharga Indonesia. The Anticipated Theory Menurut teori ini, likuiditas suatu bank akan dapat dipertahankan jika bank ini dapat merencanakan pembayaran kembali utang – utangnya dengan pendapatan di masa yang akan datang The Gentleman Agreement Theory Menurut teori ini, suatu bank dalam menjaga likuiditas minimumnya dilakukan dengan membina kerja sama dan tolong- menolong yang saling menguntungkan di antara sesama bank anggota kliring, yaitu dengan cara interbank call money market, dari lending bank kepada borrowing bank. Kerja sama ini perlu dibina dan dikembangkan agar jangan ada bank atau anggota kliring yang diskors karena jika ada bank yang didiskors maka akibatnya maka akibatnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan berkurang sehingga kemungkinan rush penarikan tabungan semakin besar.
3.
4.
3.3. Penilaian likuiditas Untuk menilai posisi likuiditas suatu bank , umumnya digunakan rasio likuiditas yang dapat digunakan dalam menilai kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban –kewajiban yang harus segera dipenuhinya. Untuk rasio likuiditas bank berbeda dari rasio likuiditas yang sering digunakan untuk menilai
xxiv
tingkat likuiditas perusahaan – perusahaan non bank karena adanya perbedaan sifat usaha dan struktur dalam bank aktiva dan pasiva. Oleh karena itu, variabel – variabel yang digunakan dalam rasio likuiditas ini tentunya berbeda pula . Rasio – rasio yang umum digunakan dalam melakukan analisis likuiditas bank adalah sebagai berikut : a. Cash Ratio Cash ratio merupakan perbandingan antara alat likuid dan dana pihak ketiga. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank membayar simpanan nasabah ( deposan ) pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Menurut ketentuan Bank Indonesia, alat likuid terdiri dari kas dan giro pada Bank Indonesia. Namun, secara teoritis, selain kas dan giro pada Bank Sentral, giro pada bank lain ( termasuk bank di luar negeri ) serta warkat dapat pula dikategorikan sebagai alat likuid. Semakin tinggi ratio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas suatu bank, namun makin rendah pula profitabilitasnya. Menurut P. Simorangkir ( 2004 ), rumus rasio kas adalah sebagai berikut :
Cash Ratio =
Total Alat Likuid × 100% Total Dana Pihak Ketiga
xxv
b. LDR ( Loan To Deposit Ratio ) LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan Menurut Munawir (2004 ), rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat yang dihimpun dan modal sendiri yang digunakan. LDR =
TotalLoans × 100% TotalDeposit + Equity
Adapun batas toleransi dari rasio ini berkisar antara 85%-100% atau menurut Indonesia Legal Center Publishing ( 2009 ), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%. c.
Loan To Total Asset Ratio
Loan to total asset ratio merupakan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank. LAR =
Totalloans × 100% TotalAssets
xxvi
Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya semakin rendah karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar.
d. CAR ( Capital Adequacy Ratio ) CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. Menurut Munawir ( 2004 ), CAR merupakan perbandingan antara equity capital dengan total loans dan securities. CAR =
Equity × 100% Securities + Total Loans
Total Loans, merupakan jumlah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa setelah dikurangi penyisihan penghapusan. Securities / Surat Berharga, adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lain. Rasio CAR menunjukkan kemampuan dari modal untuk menutup kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian pada investasi surat-surat berharga. CAR adalah rasio keuangan yang memberikan indikasi apakah permodalan yang ada telah memadai (adequate) untuk menutup
xxvii
risiko kerugian akan mengurangi modal. Menurut Indonesia Legal Center Publishing ( 2009 ), standar keuangan yang dipulikasikan dirujuk oleh bank sentral di seluruh dunia seperti penetapan CAR adalah sebesar 8% 4.
Simpanan Berjangka Simpanan berjangka adalah simpanan yang memiliki sifat terbatas. Artinya nasabah tiak dapat melakukan penarikan ataupun penyetoran semaunya sebelum jatuh tempo. Hal ini juga berarti bahwa, jika nasabah ingin melakukan penyetoran simpanan maka nasabah harus memulai penyetoran baru dengan jangka waktu yang baru juga. Menurut Indonesia Legal Publishing ( 2009 ), adapun jenis – jenis dari simpanan berjangka secara umum, yaitu : a. Deposito berjangka Deposito berjangka adalah suatu simpanan nasabah pada suatu bank dimana penarikannya tidak dapat dilakukan setiap waktu melainkan pada saat jatuh tempo yang telah ditetapkan pihak bank. Contoh perhitungan : Pada 1 juni 2011 Nyonya Shukaria akan mendepositokan uangnya sebesar Rp. 100.000.000,00 untuk jangka waktu 1 bulan. Bank memberikan suku bunga sebesat 18 % per tahun. 01/06/2011, Nyonya Shukaria harus meyetorkan uang sebesar Rp.100.000.000,00 dan menerima bilyet deposito sebagai tanda bukti simpanan 30/06/2011, Nyonya Shukaria akan menerima: Nilai Nominal deposito 100.000.000 Bunga sebesar 1/12x 18% x 100.000.000 1.500.000 Yang diterima Shukaria 101.500.000 b. Sertifikat deposito Sertifikat deposito adalah simpanan pihak lain dalam bentuk deposito yang bersertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan ( atas unjuk ). c. Deposit in call Deposit in call ini memiliki pengertian yang hampir sama dengan pengertian secara umum dari simpanan berjangka. Letak perbedaannya
xxviii
adalah penarikan pada deposit on call dapat dilakukan dengan cara nasabah memberitahukan kepada bank sebelum jatuh tempo dari deposito berjangka tersebut.
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian yang dilaksanakan ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya : 1. Luciana dan Anton ( 2006 ) dalam penelitiannya yang mengambil judul analisis faktor – faktor yang memengaruhi penetapan tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank – bank umum di Indonesia. Peneliti terdahulu tersebut menetapkan variabel dependennya adalah tingkat bunga deposito berjangka satu bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan pada bank – bank umum. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah likuiditas perekonomian, tingkat inflasi, LDR ( Loan to Deposit Ratio ), ROA, dan pertumbuhan ekonomi, CAR. Kesimpulan yang diambil antara lain adalah bahwa inflasi, LDR, dan ROA yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan, sedangkan likuiditas perekonomian, CAR, dan pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku buga deposito berjangka 3 bulan.
xxix
C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis ( Jurusan Akuntansi, 2004 : 13 ). Mengacu kepada dasar dan landasan teori, serta tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berik
Tingkat Diskonto SBI
Likuiditas bank umum
Tingkat suku bunga deposito berjangka Bagan 2.1. Kerangka Konseptual
Bank umum adalah suatu lembaga yang memiliki fungsi utama menghimpun dana lewat berbagai simpanan dan menyalurkannya kembali lewat kredit kepada masyarakat dengan tujuan untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat. Fungsi utama bank inilah yang disebut sebagai fungsi intermediasi perbankan. Bank dikatakan menjalankan tugasnya dengan baik apabila fungsi intermediasi perbankan tersebut dijalankan dengan baik pula. Tetapi kenyataannya, fungsi intermediasi
xxx
tersebut tidaklah berjalan dengan baik seperti yang diharapkan. Hal ini dilihat dari dana yang diperoleh perbankan dari masyarakat tidak sepenuhnya disalurkan dalam bentuk kredit kembali kepada masyarakat melainkan bank tersebut menanamkan dana lewat instrumen SBI ( Sertifikat Bank Indonesia ). Tindakan perbankan yang lebih memilih SBI dibandingkan dengan penyaluran kredit kepada masyarakat adalah semata – mata karena bank tersebut memiliki likuiditas yang tinggi, dan enggan untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat , dan faktor lain yang memengaruhinya adalah tingkat risiko SBI yang rendah bahkan nyaris tidak ada dan diiringi juga dengan tingkat pengembalian yang cukup tinggi. SBI adalah suatu surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia yang memiliki fungsi untuk menyerap kelebihan likuiditas perbankan yang dilakukan dengan mekanisme lelang SBI dengan penawaran tingkat diskonto. Dalam hal ini, suatu bank harus menaksir estimasi kelebihan likuiditas terlebih dahulu untuk seluruh bank umum. Apabila kelebihan likuiditas untuk seluruh bank umum lebih besar dibandingkan dengan nilai total lelang SBI maka bank umum tersebut cenderung menawarkan tingkat diskonto SBI yang rendah. Penawaran tingkat diskonto yang rendah itulah yang memungkinkan perbankan memenangkan lelang SBI. Begitu juga sebaliknya, apabila kelebihan likuiditas tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan nilai total lelang SBI maka bank umum tersebut lebih cenderung untuk menawarkan tingkat diskonto yang lebih tinggi. Penawaran tingkat diskonto SBI yang tinggi memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menang lelang SBI atau dengan kata lain bank umum tersebut kalah lelang SBI. Kemudian dari hasil lelang tersebut
xxxi
terbentuklah suatu tingkat diskonto SBI yang pada akhirnya menentukan tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank – bank umum tersebut. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu dugaan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Hipotesis berfungsi untuk menguji kebenaran suatu teori dan memberikan suatu gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori. Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha1 : Likuiditas Perbankan berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank – bank umum yang terdaftar di Bank Indonesia Ha2 : Likuiditas perbankan berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka dengan tingkat diskonto SBI sebagai variabel intervening
xxxii