BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relative muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Definisi lain dari komunikasi massa menurut Josep A. Devito adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Selain itu, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didenifisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita). Sementara itu, Jay Black dan Frederick C. Whitney menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen (Nurudin, 2007: 11-12).
6
7
Komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tujuh ciri, yaitu: 1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga. 2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen. 3. Pesannya besifat umum. 4. Komunikasinya berlangsung satu arah. 5. Komunikasi maasa menimbulkan keserempakan. 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis. 7. Komunikasi
massa
dikontrol
oleh
Gatekeeper.
(Nurudin,
2007:19). 2.1.1.1 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988), fungsi komunikasi massa adalah: 1.
To inform (menginformasikan). Dalam istilah jurnalistik, faktafakta yang dijadikan sebagai sebuah informasi, diringkas dalam istilah 5 W + 1 H (What, Where, Who, When, Why, + How) (Nurudin, 2007: 66).
2.
To entertain (memberi hiburan). Media mengekspos budaya massa berupa seni dan musk pada berjuta-juta orang, dan sebagian orang merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan pilihan publik dalam seni (Severin & Tankard, Jr., 2011: 388).
3.
To persuade (membujuk). Bagi Josep A. Devito, persuasi bisa datang dari berbagai bentuk, diantaranya mengukuhkan atau memperkuat serta mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang. Lalu menggerakkan seseorang untuk melakukan
8 sesuatu dan memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu (Nurudin, 2007: 72-73) 4.
Transmission of the culture (transmisi budaya). Media massa menjadi sebuah perekam terhadap pengalaman masa lalu yang dapat yang dapat dijadikan sebuah pelajaran oleh masyarakat.
Sementara itu, menurut Harold D. Lasswell, fungsi komunikasi massa terbagi menjadi 3 hal, yaitu: 1. Fungsi pengawasan. Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. 2. Fungsi korelasi. Fungsi ini menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Bagi Charles R. Wright, fungsi korelasi juga termasuk menginterpretasikan pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. 3. Fungsi pewarisan sosial. Dalam hal ini, media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Nurudin, 2007: 86). Sedangkan, Alex S. Tan menyederhanakan fungsi komunikasi massa sebagai berikut:
9 Tabel 2.1 Fungsi Komunikasi Massa
No. 1.
Tujuan Komunikator Memberi Informasi
Tujuan Komunikan Mempelajari
ancaman
dan
peluang, memahami lingkungan, menguji
kenyataan,
meraih
keputusan. 2.
Mendidik
Memperoleh
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
memfungsikan
dirinya
efektif
masyarakatnya,
dala
berguna secara
mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. 3.
Mempersuasi
Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
4.
Menyenangkan, kebutuhan komunikan
memuaskan Menggembirakan, mengendorkan urat
saraf,
mengalihkan
menghibur,
dan
perhatian
dari
masalah yang dihadapi.
Dalam perspektif kritis, fungsi komunikasi massa bisa ditambah sebagai alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif, serta menggugat hubungan trikotomi antara pemerintah, pers dan masyarakat (Nurudin, 2007: 65).
10 2.1.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi yang dilakukan radio, seperti halnya di media massa lainnya adalah komunikasi massa, yakni komunikasi kepada orang banyak. Karakteristik komunikasi massa antara lain: 1. Komunikator melembaga (institutionalized communicator) atau komunikator kolektif (collective communicator). Di media radio, penyiar berbicara di udara mewakili perusahaan atau stasiun radionya, bukan atas nama pribadi. Karena itu, dalam siarannya ia harus mengacu kepada visi, misi, program, style, standardisasi bahasa, dan kriteria informasi serta music radionya. 2. Pesan bersifat umum, ditujukan kepada orang banyak, tidak boleh bersifat pribadi layaknya komunikasi interpersonal. 3. Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneous) penerimaan oleh massa. Pendegar radio, dimana pun
mereka
berada,
dapat
mendengarkan
siaran
secara
bersamaan, tidak perlu mengantre. 4. Komunikan atau “lawan bicara” bersifat heterogen, terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang social, budaya, agama, usia, dan pendidikan. 5. Berlangsung satu arah. Penyiar aktif melakukan komunikasi, sedangkan pendengar pasif, bahkan bisa saja tidak menggubris apa yang dikatakan penyiar. Pendengar tidak bisa menginterupsi, memotong pembicaraan penyiar, atau meresponsnya secara langsung sebagaimana dalam obrolan face to face. (Romli, 2009:17-18)
11 2.1.2 Media Massa Komunikasi massa pada dasarnya adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Pada awal perkembangannya, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Arti dari media massa sendiri adalah salah satu alat (atau saluran) dalam komunikasi massa. Mengambil asumsi Dennis McQuail (1987) akan arti penting media massa: 1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. 3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf internasional maupun internasional. 4. Media
sering
kali
berperan
sebagai
wahana
pengembangan
kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan
12 nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan (Nurudin, 2007: 34-35). 2.1.2.1 Fungsi Media Massa Merujuk pada Nurudin (2007: 66-93), fungsi dari media massa dibagi menjadi 10 hal, yaitu: 1. Informasi. 2. Hiburan. 3. Persuasi. 4. Transmisi Budaya. 5. Mendorong Kohesi Sosial. 6. Pengawasan. 7. Korelasi. 8. Pewarisan Sosial. 9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Repetitif. 10. Menggugat Hubungan Trikonomi. 2.1.2.2 Jenis-Jenis Media Massa Media massa dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Media Cetak, terdiri dari surat kabar, majalah dan tabloid. 2. Media Elektronik, terdiri dari radio dan televisi. 3. Media Massa Internet.
2.1.3 Radio Merujuk pada pengertiannya dalam The Encyclopedia of Americana International, radio adalah alat komunikasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang disebarkan melalui ruang pada kecepatan cahaya. Gelombang
13 elektromagnetik yang digunakan dalam komunikasi radio persis dengan cahaya dan gelombang panas, tetapi frekuensinya lebih rendah. Menurut Anton M. Moeliono, pengertian radio adalah siaran (pengiriman) suara/bunyi melalui udara. Sedangkan Teguh Meinanda dan Ganjar Nugraha Jiwapraja menyatakan bahwa radio adalah kesuluruhan system gelombang suara yang dipancarkan dari stasiun dan kemudian dapat di terima oleh berbagai pesawat penerima baik dirumah, di kapal, di mobil dan sebagainya. Maka dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan, seperti dalam Moeryanto Ginting yang dikutip pada Ritonga, radio adalah alat komunikasi massa yang menggunakan lambang komunikasi yang berbunyi (Triartanto, 2010:30). Radio selalu menjadi bagian dari kehidupan kita. Sejak awalnya dalam dunia penyiaran, radio juga telah menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan (Cordeiro, 2012). Radio adalah alat komunikasi yang kuat. Radio terbukti menjadi media yang paling efektif dalam mempromosikan pertanian dan pembangunan didaerah pedesaan, terutama sebagai alat untuk penyampaian informasi yang cepat (Nazari, 2010). Heinich mengatakan bahwa dibandingkan dengan media komunikasi massa lain seperti televisi, biaya penyelenggaraan siaran radio jauh lebih murah dengan kemampuan jangkauan daerah yang sama luasnya. Keunggulan lain dari medium dengar ini adalah kemampuannya untuk menstimulasi imaginasi pendengar dan fleksibilitasnya dalam penyajian informasi dengan beragan bentuk sajian seperti dramatisasi, diskusi, ceramah atau dialoh (Triartanto, 2010). 2.1.3.1 Sejarah Radio Sejarah radio diawali dengan penemuan-penemuan di bidang fisika pada abad XIX M. Mereka secara langsung ataupun tidak langsung menjadi “founding fathers” atau bapak-bapak pendiri/penemu radio. Mereka adalah:
14 1.
Michael Faraday, seorang ahli fisika inggris, penemu induksi electromagnet dan formulasi rumus-rumus fisika mengenai induksi listrik dan magnet.
2.
James Clerk Maxwell, seorang ahli astronomi-fisika skotlandia, penemu gelombang elektromagnetik yang merambat pada kecepatan cahaya.
3.
Heinrich Heritz berjasa membuktikan teori elektromagnetik temuan Maxwell itu benar-benar ada. Ia membuat gelombang radio dan berhasil memancarkannya. Ia adalah pencipta alat pemancar, antenna dan penerima sinyal
4.
Gaglieso Marconi, ilmuwan italia, diakui sebagai “penemu pesawat radio”. Awal tahun 1890-an mempelajari ilmu-ilmu dasar temuan para ilmuwan tersebut di atas dan berusaha mengembangkan dan menerapkannya. Ia menemukan metode transmisi suara tanpa bantuan kabel. Dengan menciptakan invasi atas dasar peralatan yang diciptakan oleh Hertz, Marconi telah berhasil meningkatkan jarak pancaran gelombang electromagnet dan mengisinya dengan informasi. Hasilnya, peralatan transmitter dan receiver ciptaan Marconi tersebut mampu mentransfer informasi dari satu tempat ke tempat lain tanpa kawat. Itulah awal dari komunikasi radio.
5.
Nikola Tesla mengembangkan temuan Marconi. Ia bereksperimen tentang berbagai susunan transmisi tanpa kabel.
6.
David Sarnoff, ialah penyusun cara penggunaan utama dari alat-alat yang diciptakan pendahulunya, Marconi, dengan memonya yang terkenal, “Radio Music Box”. Dalam memonya, Sarnoff mengusulkan
15 agar pesawat penerima radio diproduksi massal untuk dikonsumsi public. 7.
Lee De Forest adalah ilmuwan penemu tabung hampa udara, pelopor pendirian radio siaran (broadcasting) tahun 1916, sekaligus orang yang pertama kali menyiarkan berita melalui radio.
8.
Frank Conrad adalah orang yang pertama kali menyiarkan musik melalui radio pada tahun 1919.
9.
Edwin Howard Amstrong mengembangkan tabung udara ciptaan De Forest untuk memperkuat sinyal radio hingga puluhan kilometer. Atas upayanya tersebut, Amstrong dikenal sebagai “penemu radio FM”. (Romli, 2009: 12-15)
Lebih jelasnya, Straubhaar & LaRose memerinci sejarah radio dalam periodeperiode sebagai berikut: Tabel 2.2 Sejarah Radio (Astuti, 2008:12) 1877
Edison memperkenalkan speaking phonograph.
1896
Marconi mengembangkan trasmiter radio, radio menjadi bisnis. De Forest menemukan tabung vakum, disempurnakan oleh Howard
1906 Amstrong. 1920
Frank Conrad mengawali siaran KDKA di Pittsburgh. RCA mengawali NBC Radio Network, AT&T menerjuni dunia
1926 penyiaran. 1933
Howard Amstrong mengembangkan gelombang FM.
1934
Pendirian Federal Communication Commission di Amerika Serikat.
1949
Dimulainya era radio DJ.
1950-an
Transistor ditemukan, disusul integrated circuit, menggantikan tabung-
16 tabung radio elektronik. Radio berukuran pocket yang mungil menggantikan radio-radio yang besar ukurannya. 1970
Stasium FM meningkat, menjadi stereo, membidik khalayak segmen.
1996
Undang-undang telekomunikasi memicu demam merger radio. Radio berbasis digital pertama mulai on air di Eropa. Di Amerika
1997 Serikat, DAB (digital audio broadcasting) baru mulai diperkenalkan. Situs internet Napster diperintahkan untuk mengakhiri pembaguan arsip 2000 tanpa izin Stasiun radio berbasis web setuju memberikan proporsi pendapatannya 2002 untuk musisi dan label untuk musik yang telah memilik hak copyright.
2.1.3.2 Karakteristik Radio Menurut Romli (2009:16-17), karakteristik khas dari radio adalah: 1.
Auditori, Sound Only, Auditif. Radio adalah “suara”, untuk didengar, dikonsumsi telinga atau pendengaran. Apa pun yang disampaikan melalui radio harus berbentuk suara, hanya suara, lain tidak.
2.
Transmisi. Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi).
3.
Mengandung gangguan. Seperti timbul-tenggelam (fading) dan gangguan teknis.
4.
Theatre of Mind. Radio menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar, “memainkan” imajinasi pendengar, dengan kekuatan kata dan suara. Secara harfiah, theater of mind berarti ruang
17 bioskop di dalam pikiran. Radio mampu menggugah imajinasi pendengarnya, dengan suara, musik, vocal atau bunyi-bunyian. 5.
Identik dengan musik. Umumnya orang mendengarkan radio untuk mendengarkan musik/lagu. Radio menjadi media utama untuk mendengarkan musik.
2.1.3.3 Kekuatan Radio Sebagai suatu kekuasaan atau kekuatan, radio siaran dijuluki sebagai kekuasaan ke-5 (the fifth estate), setelah lembaga eksekutif. Legeslatif, yudikatif, dan pers (kekuasaan keempat) di dalam suatu Negara (Triartanto, 2010:35) Astuti (2008: 39-40) menyatakan bahwa kekuatan dari radio adalah: 1.
Radio dapat membidik khalayak yang spesifik. Artinya, radio memiliki kemampuan untuk berfokus pada kelompok demografis yang dikehendaki. Selain itu, untuk mengubah atau mempertajam segmen,
radio
jauh
lebih
fleksibel
dibandingkan
media
komunikasi massa lainnya. 2.
Radio bersifat mobile dan portable. Orang bisa menjinjing radio kemana saja. Sumber energinya kecil dan sama portable-nya. Radio bisa menyatu dengan fungsi alat penunjang kehidupan lainnya.
3.
Radio bersifat intrusif, memiliki daya tembus yang tinggi. Sulit sekali menghindar dari siaran radio, begitu radio dinyalakan. Radio bisa menembus ruang-ruang dimana media lain tidak bisa masuk.
18 4.
Radio bersifat fleksibel, dalam arti dapat menciptakan program dengan cepat dan sederhana, dapat mengirim pesan dengan segera, dapat secepatnya membuat perubahan. Siaran radio yang dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktivitas yang lain (Romli, 2009).
5.
Radio itu sederhana: sederhana mengoperasikannya, sederhana mengelolanya,
dan
sederhana
isinya.
Tidak
diperlukan
konsentrasi tinggi untuk menyimak radio. Romli (2009:19) menambahkan beberapa keunggulan radio dibanding media massa lainnya, yaitu: 1.
Cepat dan Langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari koran ataupun TV, dalam menyampaikan informasi kepada public tanpa melalui proses yang rumit dan butuh waktu banyak seperti siaran TV atau sajian media cetak. Hanya dengan melalui telepon, reporter radio dapat secara langsung menyampaikan berita atau melaporkan peristiwa yang ada di lapangan.
2.
Akrab. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya.
3.
Personal. Suara penyiar hadir dirumah atau didekat pendengar dikarenakan pembicaraannya yang langsung menyentuk aspek pribadi, dengan pendekatan pribadi, sehingga radio menjadi teman pribadi yang setia.
4.
Hangat. Paduan kata-kata, musik dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan suara penyiar dan seringkali berpikir bahwa penyiar adalah seorang teman bagi mereka.
19 5.
Sederhana. Tidak rumit, tidak banyak pernik, baik bagi pengelola maupun pendengar.
6.
Tanpa batas. Jangkauan wilayah siarannya luas. Siaran radio menembus batas-batas geografis, demografis, suku, agama, dan kelas social. Radio juga illiteracy, dapat dinikmati oleh yang buta huruf.
7.
Murah. Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relative jauh lebih murah. Pendengar pun tidak dipungut bayaran untuk mendengarkan radio.
8.
Bisa mengulang. Radio memiliki kesementaraan alami sehingga berkemampuan mengulang infromasi yang sudah disampaikan secara tepat.
Sedangkan Effendy (2003:139) berpendapat bahwa kekuatan radio terdiri dari tiga faktor, yaitu: 1.
Radio siaran bersifat langsung. Ini artinya program yang disampaikan tidak mengalami proses yang kompleks. Berita, informasi, atau pesan yang disampaikan oleh penyiar dapat diterima pendengar secara langsung pada waktu itu juga
2.
Radio siaran menembus jarak dan rintangan. Radio bisa menembus jarak yang jauh walau dirintangi oleh gunung, lembah, padang pasir, maupun latuan. Jarak tidak menjadi soal dan rintangan dapat ditembus.
3.
Radio siaran mengandung daya tarik Radio siaran memiliki sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang menjadi daya
20 tariknya, yaitu: (a) musik, (b) kata-kata/suara manusia, (c) efek suara. 2.1.3.4 Kelemahan Radio Adapun kelemahan-kelemahan yang terdapat pada radio menurut Romli (2009:21) adalah: 1.
Selintas, At Once. Walaupun radio dapat diakses dengan cepat dan seketika, namun radio juga dapat cepat hilang dan gampang dilupakan.
Pendengar
tidak
bisa
mengulang
apa
yang
didengarnya, tidak bisa seperti pembaca Koran yang bisa mengulang bacaannya dari awal tulisan. 2.
Global. Sajian informasi radio bersifat global, tidak detil, karena angka-angka pun dibulatkan.
3.
Batasan waktu. Waktu siaran radio relatif terbatas, hanya 24 jam sehari, berbeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah halaman dengan bebas. Waktu 24 jam sehari tidak bisa ditambah menjadi 25 jam atau lebih.
4.
Linier. Program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat. Beda dengan surat kabar, pembaca bisa langsung ke halaman tengah, akhir, atau langsung ke rubrik yang ia sukai.
5.
Mengandung gangguan. Seperti timbulan-tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”.
6.
Lokal. Media radio bersifat lokal, hanya di daerah yang ada frekuensinya.
21 Tritianto (2010:38-39) menambahkan 3 hal yang menurutnya termasuk kedalam unsur kelemahan pada radio, yaitu: 1.
Durasi program terbatas. Radio siaran dalam setiap programnya dibatasi durasi waktu. Setiap program memiliki rentang waktunya masing-masing. Biasanya maksimal durasi waktu program selama 240 menit atau 4 jam, yang terbagi-bagi dalam segmen acara.
2.
Sekilas dengar. Sifat radio siaran adalah auditori, untuk didengar, maka isi siaran yang sampai ke telinga pendengar hanya sekilas dan sepintas lalu saja. Isi pesan atau informasi radio siaran gampang lenyap dari ingatan pendengar. Pendengar tidak bisa meminta mengulanginformasi atau lagu yang sudah disiarkan. Artinya, pesan yang telah lalu tetaplah berlalu. Karena sifatnya sekilas, maka pesan yang disampaikan tidak rinci dan detil.
3.
Setiap penyampaian komunikasi dengan menggunakan bahasa lisan/ucap melalui media mengalami gangguan. Radio siaran sebagai media massa juga tak lepas dari gangguan yang sifatnya teknis. Karena kekuatan radio siaran adalah suara atau bunyi, maka unsur ini pula yang bisa menjadi kelemahan karena adanya gangguan sinyal, suara terdengar menghilang sehingga menjadi tidak jelas.
2.1.4 Format Radio Sejalan dengan perkembangan radio di ajang yang kompetitif, menjadikan setiap pengelola radio perlu membuat sebuah pola yang mencerminkan identitas dari suatu stasiun radio tersebut. Oleh karena itu, terdapatlah istilah dalam penyajian
22 siaran radio yang disebut format (Triartanto, 2010:142). Dalam arti luas, format bisa berarti susunan program radio secara keseluruhan, yang menjadi semacam penanda identitas yang terkemas dalam berbagai program radio (Astuti, 2008:7). Straubhaar & LaRose membuat table yang memperlihatkan format radio yang umum dipakai oleh medeia buyer atau advertiser, lengkap dengan target khalayaknya. Dalam tabel ini diperlihatkan pula sosok-sosok khas yang mewakili radio dengan format semacam itu. Tabel 2.3 Format Radio (Astuti, 2008:9) Format
Typical Content
Sex
Age
Country, classic, new
Alan Jackson
M/F
18+
Religious, gospel, Christian
Dr. Dobson
F
25+
News, talk, sports
Dr. Phil
M
22-55
Adult contemporary
Eric Clapton
F
25-44
Adult standard
Frank Sinatra
M/F
55+
Oldies & 70-80s
Temptations
M/F
25-65
Rock, classic rock, AOR
Metallica
M
18-49
Spanish (termasuk talk)
Ricky Martin
M/F
18-45
M/F
12-44
M
18-44
M/F
12-45
Pavarotti
M/F
55+
New adult contemporary, Kenny G.
M/F
25+
Contemporary Hit Radio Shakira (CHR) Alternative
David Gray
Urban, urban oldie, urban J. Lo AC Classical, fine art
smooth jazz
23 2.1.5 Karakteristik Jenis Siaran Menurut Wahyudi, dari aspek karakteristiknya, jenis siaran radio terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Siaran karya artistik: Siaran yang diproduksi melalui pendekatan artistic, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan. 2. Siaran karya jurnalistik: Siaran yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, yaitu suatu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termasuk dalam proses penyajian kepada khalayak. Adapun perbedaan dari jenis siaran artistik dan jurnalistik sebagai berikut: Tabel 2.4 Karakteristik Jenis Siaran (Triartanto, 2010:144-145) Karya Artistik
Karya Jurnalistik
Sumber: Ide/gagasan
Sumber: Permasalahan hangat
Mengutamakan keindahan
Mengutamakan kecepatan/aktualitas
Isi pesan bisa fiksi dan non fiksi
Isi pesan harus factual
Penyajian tidak terikat waktu
Penyajian terikat waktu
(perencanaan) Sasaran kepuasan pendengar
Sasaran kepercayaan dan kepuasan pendengar
Memenuhi rasa kagum/menghargai
Memenuhi rasa ingin tahu pendengar
seseorang Improvisasi tidak terbatas
Improviasi terbatas
Isi pesan terikat pada kode moral
Isi pesan terikat pada kode etik
Penggunaan bahasa bebas
Menggunakan bahasa jurnalistik
Refleksi daya khayal kual
Refleksi penyajian kuat
Isi pesan tentang realitas sosial
Isi pesan menyerap realitas/faktual
24 2.1.6 Jenis Program Berkaitan dengan kategorisasi dan klasifikasi tentang karya artistik dan jurnalistik, berikut akan dijabarkan berdasarkan jenis masing-masing program: Karya Artistik: 1.
Program Musik. Suatu program yang materi siarannya mengutamakan aspek atau yang berkaitan dengan music dan lagu dalam penyajian siarannya. Misalnya acara Tanggal Lagu, Profil Artis Musik, Program Jenis Musik, Request Song, dan lain-lain.
2.
Program Drama Radio. Menyajikan secara audio pola pelakonan/dramatisasi para tokoh atau karakternya dalam gaya naratif, monolog, dialog yang diselingi music, lagu serta efek suara seperlunya.
3.
Program Variety Show. Program sajian yang terdiri dari sejumlah kombinasi dari beragam format acara, yang dikemas secara dinamis dan menarik dengan diselingi sisipan musik dan efek suara.
4.
Program Komedi/Humor. Program yang menyajikan unsurunsur yang menggelitik dan mengundang kelucuan secara auditif sehingga merangsang pendengar untuk ternseym atau tertawa.
Karya Jurnalistik: 1. Program Buletin Berita. Sajian beragam berita yang actual dikemas dalam tingkatan gradasi sangat penting, penting, dan kurang penting yang perlu diketahui masyarakat.
25 2. Program Majalah Udara. Program adopsi dari majalah cetak yang berisi mengenai aneka ragam topik, tema, serta peristiwa yang perlu diketahui masyarakat. 3. Program Feature. Program informasi membahas suatu topic persoalan melalui berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, dan mengkritik, yang disajikan dalam bentuk format. 4. Program Talk Show. Program yang mengutamakan sajian perbincangan atau obrolan yang didasari penentuan tema, topic, serta bahasan yang dikemas secara dinamis, factual, menarik, juga menghibur. (Triartanto, 2010:148-149)
2.1.7 Tim Program 2.1.7.1 Penyiar Penyiar adalah orang yang bertugas membawakan atau memandu acara di radio. Ia menjadi ujung tombak radio dalam berkomunikasi atau berhubungan langsung dengan pendengar (Romli, 2009: 37). Peran penyiar sangatlah penting, maka dengan itu bagaimana seorang penyiar melakukan aktivitas siaran khususnya dalam bertutur sehingga pendengar merasa nyaman untuk selalu mendengarkan (Suhartono, 2013). Menurut Lesanpura, penyiar dalam arti dan fungsinya, terdapat 10 hal pokok, yaitu: 1. Sebagai juru bicara stasiun radio. 2. Sebagai alat bersaing dengan stasiun radio lainnya. 3. Penyampai pesan komersil. 4. Menjadi identitas stasiun.
26 5. Pelaku “awareness” dengan pendengar/penghimpun pendengar. 6. Menjadi unsur kekuatan mencapai “Leader Station”. 7. Anggota perusahaan yang punya hak dan kewajiban. 8. Memiliki needs dan harapan dalam karir serta jabatan. 9. Sebagai teman bicara. 10. Sebuah profesi khusus dalam dunia komunikasi (Romli, 2009:50). 2.1.7.1.1 Kualifikasi Penyiar Syarat utama penyiar adalah “bersuara emas” (golden voice) yang bisa dibentuk dengan teknik pernapasan, teknik vocal, kekuatan berimajinasi tentang sosok pendengar (visualisasi), serta pembicaraan yang “berisi” dan dipahami oleh pendengar. (Romli, 2009:38) Namun kalau dulu penyiar radio cukup memiliki keterampilan bersuara dan berbicara depan mikrofon saja, menurut Yulia (2010:45) penyiar radio sekarang harus menguasai teknologi dan memiliki sentuhan seni yang indah. Keterampilan mutlak yang harus dimiliki penyiar antara lain: 1.
Keterampilan berbicara di depan Microphone (Announcing Skill).
2.
Keterampilan menggunakan alat (Operating Skill).
3.
Keterampilan memilih atau merangkai music (Musical Touch).
2.1.7.1.1.1 Announcing Skill Teknik vokal yang tepat akan sangat membantu penyiar dalam menjalankan tugas siarannya. Namun Yulia (2010:46) menyebutkan ada dua tehnik lain yang juga harus dikuasai penyiar, yaitu: 1. Scriptreading Technique, yaitu teknik dasar siaran yang dilakukan penyiar radio dengan cara atau menggunakan naskah.
27 2. Adlibbing Technique, yaitu teknik dasar siaran yang dilakukan penyiar radio tanpa menggunakan atau membaca naskah. Sedangkan Henneke dalam Bachtiar (2006:20) menyebutkan ada lima announcer skill yaitu: 1. Komunikasi gagasan (Communication of ideas). 2. Komunikasi kepribadian (Communication of personality). 3. Proyeksi kepribadian (Projection of personality) yang mencakup keaslian,
kelincahan,
keramah-tamahan,
dan
kesanggupan
menyesuaikan diri. 4. Pengucapan (Pronounciation). 5. Kontrol suara (voice control) yang meliputi pola titi nada (pitch control), kerasnya suara (loudness), tempo (time), dan kadar suara (quality). 2.1.7.1.1.2 Operating Skill Jika dulu penyiar hanya bertugas berbicara depan mikrofon tanpa harus mengoperasikan peralatan audio, kini penyiar radio dituntut untuk dapat mengoperasikan peralatan radio tanpa operator. Yulia (2010:47) mengatakan bahwa penguasaan peralatan audio menjadi mutlak bagi penyiar radio. Hal-hal yang harus dikuasai oelh penyiar radio di bidang tehnik, antara lain mampu menghidupkan dan mematikan pemancar sendiri, mampu mengoperasikan peralatan di ruang siaran seperti mixer, komputer dan program-program didalamnya serta mengetahui dan mampu mengontrol teknik penggunaan masingmasing alat.
28 2.1.7.1.1.3 Musical Touch Dalam tugas penyiaran setiap hari, penyiar radio selalu berhubungan dengan musik. Jika penyiar tidak menyukai lagu atau musik maka penyiar tersebut tidak akan maksimal dalam melaksankan tugas siarannya. Yulia (2010:34) mengatakan bahwa seorang penyiar radio juga harus mampu membedakan dan mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan musik atau lagu, misalnya menyangkut jenis musiknya (rock, jazz, pop), beatnya (slow, medium atau up tempo), kapan lagu itu hits dan sebagainya
2.1.7.1.2 Kategori Penyiar Menurut Lesanpura dalam Triartanto (2010:50) penyiar dapat terbagi dalam sejumlah kategori yang bisa dikelompokkan menjadi penyiar: 1.
Reportase. Penyiar berfungsi sebagai pewarya atau pembaca berita.
2.
Entertainer – variety show. Penyiar yang bersangkutan berfungsi sebagai
penghibur
dalam
gaya
penyiarannya,
biasanya
ditempatkan pada format variety show. 3.
Obrolan/ perbincangan. Penyiar jenis ini tampil berdua dengan membahas topik-topik yang actual atau masalah ringan tapi cukup menarik.
4.
Program Musik – DJ. Penyiar kategori ini harus menguasai struktur
lagu,
rotasi
lagu,
serta
menguasai
teknik
dan
operasionalisasi siaran dan mampu berbicara secara indah di atas
29 lagu yang sedang diputar, juga sebelum dan sesudah diputar (technique of cue). 5.
Komedi. Penyiar jenis ini harus memiliki sense of humor yang baik. Mampu menyajikan materi siarannya dengan gaya yang lucu dan menghibur.
6.
Radio play. Penyiar berperan sebagai layaknya seorang actor dan mampu menjadi pencerita yang handal. Serta beberapa kategori lainnya yang menambah warna dan
karakteristik dari penyiar-penyiar yang ada dalam sebuah radio.
2.1.7.2 Produser Produser adalah orang yang menangani khusus satu atau lebih program siaran, menentukan materi siaran, penyiarnya, juga menentukan narasumber atau bintang tamu jika diperlukan. Produser bertanggungjawab atas penggalian ide acara dan pengembangannya. Selain itu, produser juga bertugas untuk memeriksa dan memastikan kesiapan orang, bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung acara. (Romli, 2009:26).
2.1.7.3 Program Director Direktur atau manajer program tergolong posisi yang paling sulit diisi karena susah untuk menemukan orang yang berpengalaman. Tanggung jawab utama seorang manajer program antara lain mencakup pemilihan, dan penjadwalan seluruh program serta mengatur penayangan berbagai macam program sedemikian rupa agar dapat menarik sebanyak mungkin audien dan menghasilkan peringkat acara setinggi mungkin. Menurut Maxine dan Robet pada buku Morrisan, manajer program harus
30 terus memantau selera dan kebutuhan audien serta tren yang tengah berkembang di masyarakat. Manajer program juga harus terus mempelajari hasil-hasil laporan riset audien untuk menentukan atau lebih mengetahui demografi audien stasiun penyiarannya pada berbagai waktu siaran serta untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan program tertentu (Morrisan, 2011: 212-213).
2.2 Teori Khusus 2.2.1 Tahapan Proses Produksi Tahap pelaksanaan produksi media massa harus terstruktur secara jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi sendiri terdiri dari tiga bagian seperti berikut: (Wibowo, 2009: 38-42) 1. Tahap Pra-produksi (Ide, Perencanaan dan Persiapan) yang terdiri dari 3 proses yakni: I. Penemuan Ide Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta peneliti naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. II. Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pembuatan rundown, dan rencana siar. III. Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan
31 melengkapi perlatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja ( time schedule ) yang sudah ditetapkan.
2. Tahap Produksi (pelaksanaan). Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Produser program bekerja sama dengan penyiar dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (script) ke dalam bentuk theater of mind.
3. Tahap Pasca Produksi (penyelesaian dan penayangan). Pasca-produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online dan mixing.
2.2.2 Teori SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analsis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalisir kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. (Rangkuti, 2006:19)
32 2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran